• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pembuatan Film Dokudrama Kesenian Reog Menggunakan Teknik Cross Over Berjudul "Travel Ekspress".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pembuatan Film Dokudrama Kesenian Reog Menggunakan Teknik Cross Over Berjudul "Travel Ekspress"."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN TEKNIK CROSS OVER BERJUDUL

“TRAVEL EKSPRESS”

Oleh:

Nama : Citra Natalia Wicaksono NIM : 08510160040

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

2012

STIKOM

(2)

vi

PEMBUATAN FILM DOKUDRAMA KESENIAN REOG MENGGUNAKAN TEKNIK CROSS OVER BERJUDUL “TRAVEL EKSPRESS”

Citra Natalia Wicaksono (2008)

Program Studi DIV Komputer Multimedia, STIKOM

Kata Kunci: Film dokudrama, Cross Over, Reog Ponorogo, tradisional

Cross Over adalah suatu teknik penggabungan 2 alur cerita menjadi 1 film yang saling berhubungan. Sedangkan film dokudrama merupakan penggabungan antara dokumenter dan drama. Dari dasar pemikiran ini maka dibuat Tugas Akhir yang mengangkat pembuatan film dokudrama dengan teknik Cross Over.

Program drama di televisi Indonesia dinilai kurang mengait dengan kehidupan masyarakat kebanyakan karena hanya mengangkat kehidupan percintaan masyarakat kalangan atas sedangkan film dokumenter di Indonesia mulai berkembang pesat. Hal ini mendorong untuk dibuatnya film dokudrama drama remaja yang mengangkat tema kesenian asli Indonesia yang bertujuan untuk lebih mengenalkan kesenian Indonesia di mata remaja. Menggunakan alur cerita Cross Over yang merupakan alur cerita baru dalam perfilman, yaitu membuat 2 cerita yang berbeda namun saling mendukung. Rumusan masalah yang didapatkan yaitu bagaima membuat film dokudrama dan cara membuatnya. Tujuan dari pembuatan film dokudrama ini yaitu memperkenalkan alir cerita baru yaitu Cross Over kepada masyarakat. Metode yang digunakan adalah observasi dan studi literatur serta wawancara. Manfaat dari pembuatan film dokudrama dengan teknik Cross Over ini untuk memberikan alur cerita baru dalam perfilman di Indonesia.

STIKOM

(3)

xi

ABSTRAK ………..

KATA PENGANTAR ………...

DAFTAR ISI ………..

DAFTAR GAMBAR ……….

DAFTAR TABEL ………..

Halaman viii ix xi xiii xv 1 1 2 3 3 3 4 4 7 17 19 22 29 29 34 34 36 38 40 BAB I BAB II BAB III

PENDAHULUAN ………...

1.1 Latar Belakang ………....

1.2 Rumusan Masalah ………...

1.3 Batasan Masalah ……….

1.4 Tujuan ……….……

1.5 Manfaat ………...

TINJAUAN PUSTAKA ………..

2.1 Film ……….

2.2 Sejarah Singkat Film Dokumenter ………..

2.3 Proses Pembuatan Film ………...

2.3 Seni Tari ……….

2.4 Reog Ponorogo ………..

METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ……

3.1 Metodologi Penelitian ……….

3.2 Metodologi Perancangan ………

3.3 Analisis STP (Segmentation, Targeting, Positioning) dan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).. 3.4 Keyword………..

3.5 Ide dan Konsep ………...

STIKOM

(4)

xii

BAB IV

BAB V

3.7 Font ………. 3.8 Sinoposis, Treatment, dan Storyboard ……….…...

3.9 Alur Cerita ………..

3.10 Alur Pengambilan Gambar ………...

3.11 Jadwal Pengambilan Gambar ………

3.12 Publikasi ………

IMPLEMENTASI KARYA ………..….

4.1 Pra Produksi ………

4.2 Warna ………..

4.3 Produksi ………..

4.4 Pasca Produksi ………

4.5 Publikasi ………...

PENUTUP ………

5.1 Simpulan ………...

5.2 Saran ………...

44 45 49 51 53 54 57 57 58 58 63 67 69 69 70

DAFTAR PUSTAKA ………

BIODATA PENULIS ………

LAMPIRAN ………...

71 73 74

STIKOM

(5)

xiii

Gambar 2.1 Nanook Of The North (1922) Karya Robert Flaherty ………. Gambar 2.2 Film The Massage ……… Gambar 2.3 National Geographic Wild ………... Gambar 2.4 Film The Fog Of War ……….. Gambar 2.5 Film 21st Century ……… Gambar 2.6 JFK karya Oliver Stone ………... Gambar 2.7 All The President ………...

Gambar 2.8 Jathil ………. Gambar 2.9 Warok ……….. Gambar 2.10 Barongan ………

Gambar 2.11 Klono Sweandono ………..

Gambar 2.12 Bujang Ganong ………..

Gambar 3.1 Primitive Runaway ………... Gambar 3.2 Celebrity On Vacation ………. Gambar 3.3 Bagan Pembagian Film Dokudrama ……… Gambar 3.4 Bagan Keyword ………... Gambar 3.5 Teori warna Kobayashi ……… Gambar 3.6 Warna Tradisional ………... Gambar 3.7 Warna Natural ……….. Gambar 3.8 Warna Kasual ………... Gambar 3.9 Hasil Kombinasi Warna ………... Gambar 3.10 Alternatif Font ………... Gambar 3.11 Sepenggal Storyboard “Travel Ekspress”………. Gambar 3.12 Alur Cerita Cross Over ……….. Gambar 3.13 Alur Pengambilan Gambar ………

(6)

xiv

Gambar 3.15 Sketsa Poster Potrait ……….……. Gambar 3.16 Sketsa Cover Cakram ………

Gambar 3.17 Sketsa Cover Sampul ……….

Gambar 4.1 Ulie di Kereta Menuju ke Ponorogo ……… Gambar 4.2 Dela Kehilangan Kertas ………... Gambar 4.3 Ulie Wawancara Dengan Narasumber ………. Gambar 4.4 Dela Wawancara Dengan Narasumber ……… Gambar 4.5 Dela dan Ulie Saling Berpapasan ……… Gambar 4.6 Dela Menunggu Misi ………... Gambar 4.7 Ulie Menunggu Misi ……… Gambar 4.8 Proses Penataan Stock Shoot ……… Gambar 4.9 Proses Penataan Tiap Scene Dan Pemberian Efek ………….. Gambar 4.10 Judul Film ……….. Gambar 4.11 Teks Pada Scene ……… Gambar 4.12 Proses Rendering ………... Gambar 4.13 Poster Potrait ………... Gambar 4.14 Poster Landscape ………...

Gambar 4.15 Cover Cakram ……… Gambar 4.16 Cover Sampul ………

(7)

xv

Tabel 3.1 Analisis Primitive Runaway ……… Tabel 3.2 Analisis Celebrity On Vacation ………... Tabel 3.3 SWOT Primitive Runaway dan Celebrity On Vacation ……….. Tabel 3.4 STP (Segmentation, Targeting, Positioning) ………... Tabel 3.5 SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) ……… Tabel 3.6 Analisis Warna ……… Tabel 3.7 Analisis Font ……… Tabel 3.8 List Lokasi Pengambilan Gambar ………... Tabel 4.1 List Lokasi Pengambilan Gambar ………...

Halaman 31 33 33 36 37 44 45 53 58

STIKOM

(8)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Program drama di televisi Indonesia dinilai kurang mengait dengan kehidupan masyarakat kebanyakan karena hanya mengangkat kehidupan percintaan masyarakat kalangan atas (Widjaya, 2010). Sedangkan film dokumenter di Indonesia mulai berkembang pesat (Giewahyudi, 2012). Hal ini mendorong untuk dibuatnya film dokudrama drama remaja yang mengangkat tema kesenian asli Indonesia yang bertujuan untuk lebih mengenalkan kesenian Indonesia di mata remaja. Menggunakan alur cerita Cross Over yang merupakan alur cerita baru dalam perfilman, yaitu membuat 2 cerita yang berbeda namun saling mendukung. Manfaat yang diharapkan dari film ini adalah memberi suasana baru dalam alur cerita film drama dan melestarikan kesenian Reog Ponorogo.

Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan (Gerzon, 2008). Film dokumenter merupakan film yang menceritakan kejadian sehari-hari dan menceritakan kenyataan, atau dapat diartikan menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.

Film dokumenter Indonesia banyak digarap orang asing (Avenzora, 2010). Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia kurang sadar akan pendidikan dan mengenal kebudayaan melalui film dokumenter.

STIKOM

(9)

Drama berseri TV Indonesia banyak yang tidak mendidik bikin ketagihan (Godam64, 2007). Drama di Indonesia sangat diminati oleh masyarakat, namun sayangnya drama yang ada di televisi itu justru memberi dampak negatif bagi masyarakat.

Film Dokudrama “Travel Ekspress” dengan alur cerita Cross Over memiliki tujuan yaitu memberi suasana baru dalam alur cerita penggabungan antara dokumenter kesenian dan drama remaja. Ponorogo dikenal dengan kesenian tari Reog. Tari Reog yang berasal dari Ponorogo sudah dikenal hingga manca negara. Bahkan Tari Reog pernah menjadi kontroversi dengan negara tetangga karena keindahan dan keunikan tarian asli Indonesia ini. Reog Ponorogo menjadi daya tarik yang tidak bisa digantikan oleh apa pun dan harus dijaga, namun masih sedikit masyarakat yang sadar akan hal ini (Annea, 2010).

Harapan dari pembuatan film dokudrama ini agar masyarakat Indonesia lebih mengenal kesenian Reog dan lebih mencintai dan menghargai kesenian asli Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kemudian dibahas pada bagian pembahasan yaitu:

1. Bagaimana membuat film dokudrama berjudul “Travel Ekspress” dengan Teknik Cross Over?

2. Bagaimana membuat video yang dapat menceritakan kesenian Reog?

STIKOM

(10)

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang didapatkan dari rumusan masalah dalam membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Membuat film dokudrama berjudul “Travel Ekspress” dengan Teknik Cross Over.

2. Membuat video kesenian Reog yang bermanfaat untuk mengenalkan budaya kepada masyarakat melalui film dokudrama “Travel Ekspress”.

1.4 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam pengerjaan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

1. Memperkenalkan alur cerita baru yaitu Cross Over kepada masyarakat. 2. Mengenalkan kesenian Reog melalui film dokudrama.

3. Menyadarkan masyarakat Indonesia agar lebih mencintai dan mengenal budaya sendiri.

1.5 Manfaat

Ada pun maanfaat yang dihasilkan dari Tugas Akhir ini, yaitu:

1. Memberi penjelasan secara visual tentang kesenian Reog kepada masyarakat. 2. Melestarikan budaya Tari Reog Ponorogo

STIKOM

(11)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Film

Menurut Ayoana (2010), film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema dan tho sama dengan phytos (cahaya) ditambah graphie yang sama dengan grhap (tulisan atau gambar atau citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.

Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).

Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid.

STIKOM

(12)

Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar.

Film banyak yang telah beredar hingga saat ini, dengan berbagai jenis, isi, makna dan lain-lain. Menurut Rayya Makarim (2009) dijelaskan bahwa film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara entah dalam drama, horor, komedi, dan action.

2.1.1 Jenis-jenis Film

Sejak pertama kali film ditemukan, secara rutin bermunculan berbagai genre film atau jenis-jenis film di seluruh dunia. Terkadang, genre sebuah film bisa tergantung pada negara atau budaya sekitarnya. Misalnya saja genre “Samurai Cinema” dan “Yakuza Film”, dimana keduanya popular di Jepang. “European Art

Cinema”, “Nazi Exploitation”, “German Underground Horror” dan “Film de femme”

merupakan jenis film yang lebih popular di Eropa dari pada benua lainnya.

Di Indonesia sendiri juga beredar jenis-jenis film yang disepakati secara lokal, artinya jenis ini hanya ada di Indonesia saja. Meski kebanyakan pemisah jenis film ini hanya mengacu pada nama pemeran seperti contohnya: Film Suzanna, Film Warkop, Film Benyamin, atau Film Rhoma Irama. Di dunia internasional, ini bisa disamakan

STIKOM

(13)

dengan genre “Karl May Movies”, “Cinematic Style of Abbas Kiarostami” atau “Poe

Movie” yang sama-sama mengacu pada nama seseorang.

Keragaman jenis-jenis film ini juga disebabkan karena sebuah genre utama membuat turunan yang rumit. Misalnya jenis film dokumenter yang ternyata bisa dipecah menjadi “Actuality Film”, “Docudrama”, “Docufiction” atau “Travel

Documentary”. Karena berbagai turunan itu, maka hingga kini secara umum dikenal

hampir 200 jenis film, belum yang termasuk genre lokal yang pasti akan sangat banyak sekali.

Namun secara umum, film bisa dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain: 1. Film Laga (Action)

2. Film Petualangan (Adventure) 3. Film Komedi (Comedy) 4. Film Kriminal (Crime)

5. Film Dokumenter (Documentary) 6. Film Fantasi (Fantasi)

7. Film Horor (Horror)

Di luar itu masih banyak genre utama yang lain, misalnya film musical, film fiksi ilmiah, film porno, film olah raga, atau film perang. Bermunculannya sekian banyak turunan dari satu jenis film disebabkan oleh tidak sedikitnya jenis-jenis film yang saling berpotongan satu sama lain dan tidak bisa dikelompokkan ke dalam jenis khusus. Misalnya untuk film komedi yang mengandung unsur horror langsung dibuat genre horror komedi. Maka setelah itu, sebuah genre pun otomatis terbentuk.

STIKOM

(14)

2.2 Sejarah Singkat Film Dokumenter

Dalam buku Gerzon R. Ayawaila (2008) menjelaskan, Pada tahun 1877, Muybridge bekerja sama dengan John D. Issacs seorang insinyur mencoba kembali dengan menggunakan 24 kamera foto yang disejajarkan kemudian kamera-kamera tersebut dihubungkan dengan alat elektronik batere. Percobaan ini pun berhasil karena dengan baik gerakan kuda dapat terlihat walau dengan menggunakan kamera foto.

Pada tahun 1888 Louis Aime Augustin Le Prince (Louis Le Prince) mendokumentasikan atau merekam suatu adegan untuk pertama kalinya menggunakan kamera film (single lens camera projector). Film yang dibuatnya adalah URoundhay Garden scene yang menggambarkan sekumpulan orang di Inggris berjoget disebuah taman yang bernama taman Roundhay. Dan film ini dianggap sebagai film pertama yang dibuat oleh manusia dengan menggunakan kamera film.

Pada tahun 1895, Lumiere brothers yaitu dua bersaudara yang bernama Auguste Marie Louise Lumiere dan Louis Jean Lumiere dikatakan sebagai pelopor film dokumenter. Lewat proyektor ciptaan mereka, Lumiere Bersaudara memutar film dokumenter buatan mereka diberbagai tempat. Era film komersil dimulai pada masa lumiere bersaudara. Dimana mereka dianggap sebagai pelopor awal usaha bioskop keliling yang memutar film-film nonfiksi dan film pendek.

STIKOM

(15)

2.2.1 Definisi Film Dokumenter

Bila dilihat secara umum dokumenter sendiri sebenarnya adalah salah satu bagian dari tema dalam genre film. Sedangkan Secara khusus, film dokumenter sendiri dikenal sebagai sebuah media yang bersifat propaganda pemerintah. sejalan dengan perkembangan film dokumenter dari masa ke masa. Sejak era film bisu, film dokumenter berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks dengan jenis dan fungsi yang semakin bervariasi. Inovasi teknologi kamera dan suara memiliki peran penting bagi perkembangan film dokumenter itu sendiri.

Menurut Gerzon R. Ayawaila (2008) dalam bukunya menjelaskan, film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan atau mempresentasikan kenyataan. Artinya adalah apa saja yang kita rekam memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajiannya kita juga dapat memasukan pemikiran-pemikiran kita. Hal ini mengacu pada teori-teori sebelumnya seperti, Stave Blandford, Barry Grant dan Jim Hillier, dalam buku The Film Studies Dictionary menyatakan bahwa film documenter memiliki subyek yang berupa masyarakat, peristiwa, atau situasi yang benar-benar terjadi didunia realita dan di luar dunia sinema.

2.2.2 Jenis Dokumenter

Bila sebelumnya menjelaskan bentuk film dokumenter menurut perkembangan sejarah, Grezon juga membagi genre menjadi dua belas jenis yang di kelompokan lagi menurut tingkat kepopulerannya, antara lain:

STIKOM

(16)

1. Laporan Perjalanan

Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang ringan, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film. Salah satunya

film Nanook of the North (1922) karya Robert Flaherty oleh banyak pengamat dianggap sebagai film perjalanan yang awal. Dibuat selama satu tahun penuh oleh Flaherty dibuat walaupun sebenarnya film ini hanya menceritakan aktivitas Nanook dan keluarganya (perdagangan, berburu, memancing dan migrasi dari suatu kelompok hampir tidak tersentuh oleh industri teknologi).

Intinya film ini memperkenalkan kedatangan sistem komunikasi modern ke dalam gaya hidup ‘alami’. Sekarang ini banyak televisi yang membuat program dengan pendekatan dokumenter perjalanan, misalnya Jelajah (Trans TV), Jejak Petualang (Trans7), Bag Packer (TVOne) dan sebagainya, bahkan di beberapa televisi swata membuat saluran televisi khusus laporan perjalanan seperti Travel and Living. Dikarenakan penayangannya di televisi, maka kedalaman permasalahannya, sangat disesuaikan dengan kebutuhan televisi.

STIKOM

(17)

Gambar 2.1 Nanook Of The North (1922) Karya Robert Flaherty

(sumber http://en.wikipedia.org/wiki/File:Nanook_of_the_north.jpg)

2. Sejarah

Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya.

Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi karena terutama karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat yang tinggi sangat membatasi mereka untuk mendalami pengetahuan tentang sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh televisi untuk memproduksi film-film sejarah. Sekarang ini di Metro TV sering ditayangkan

STIKOM

(18)

Metro Files, program dokumenter yang mengupas sejarah yang tidak terungkap

di Indonesia.

Gambar 2.2 Film The Massage

(Sumber, pecixputih.blogspot.com)

3. Ilmu Pengetahuan

Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia, misalnya saja pada masa Orde Baru, TVRI sering memutar program berjudul Dari Desa ke Desa ataupun film luar yang banyak dikenal dengan nama Flora dan Fauna. Tapi sebenarnya film ilmu pengetahuan sangat banyak variasinya lihat saja akhir tahun 1980-an ketika RCTI memutar program Beyond

STIKOM

(19)

2000, yaitu film ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan teknologi masa

depan. Jenis ini bisa terbagi menjadi sub-genre lagi,antara lain : a. Film Dokumenter Sains

Film yang dirancang untuk kepentingan sains, dan pendidikan (National Geographic Wild atau Animal Planet, Asian Food Channel, Discovery Turbo)

Gambar 2.3 National Geographic Wild

(Sumber animals.nationalgeographic.com)

b. Film Instruksional Sains

Film ini dirancang khusus untuk mengajari pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal mereka ingin lakukan, mulai dari bermain gitar akustik atau gitar blues pada tingkat awal, memasang instalasi listrik, penanaman bungan yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan berat badan, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan

STIKOM

(20)

sebagainya. Bahkan ada beberapa film instruksional yang bertujuan lebih serius, seperti bagaimana menjaga pola untuk hidup lebih lama dan lebih pemperkuat daya tahan tubuh atau seperti yang banyak berkembang saat ini video motivasi tentang meningkatkan kualitas hidup.

4. Biografi

Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia atau masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa–peristiwa yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh.

Misalnya saja film Fog of War (2003) karya Errol Morris yang menggambarkan pemikiran strategi hidup dari Robert S. McNamara, mantan Menteri Pertahanan di masa pemerintahan Presiden John. F Kennedy dan Presiden Lyndon Johnson. Selain itu ada beberapa film yang berwujud potret seperti Salvador Dali: A Soft Self-Portrait (1970) karya Jean-Christophe Averty, Maria Callas: La Divina – A

Portrait (1987) karya Tony Palmer, dan (2006) karya Zidane, A yang

disutradarai Douglas Gordon serta Phillipe Parreno dan lain sebagainya.

STIKOM

(21)

Bila melihat dati tujuannya fungsi dari dokumenter biografi sangatlah beragam salah satunya iklan atau promosi, yang didalamnya terdapat unsur pariwara dari tokoh tersebut. Pembagian sequence-nya hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja. Profil umumnya lebih banyak membahas aspek-aspek positif tokoh seperti keberhasilan ataupun kebaikan yang dilakukan. Film-film seperti ini dibuat oleh banyak orang di Indonesia terutama saat kampanye pemilu legeslatif ataupun pemilukada (pemilihan umum kepala daerah).

Dalam perkembangannya genre biografi dokumenter mulai menujukan moderinisasi dalam segi pengambilan Gambar dan pegemasan (editing). Dimana gambar tersebut diolah sedemikian rupa dengan menggabungkan unsur–unsur sinematografi sehingga dapat menciptakan kemungkinan-kemungkinan visual yang baru (Gerzon: 2008). Contoh dari film dokudrama tentang biografi yang terkenal di dunia adalah The Fog Of War dan 21st Century.

STIKOM

(22)

Gambar 2.4 Film The Fog Of War Gambar 2.5 Film 21st Century

(Sumber: www.scifiupdates.com) (Sumber: www.moviesandmoonshine.com)

5. Dokudrama

Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat aslinya bahkan bila memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya. Contoh dari film dokudrama adalah ini adalah JFK (Oliver Stone), G30S/PKI (Arifin C. Noer), All The President’s Men (Alan J. Pakula).

STIKOM

(23)

Gambar 2.6 JFK Karya Oliver Stone Gambar 2.7 All The President

(Sumber; www.impawards.com) (Sumber; www.cinephiliaque.blogspot.com)

Pada saat ini perkembangan genre sangatlah cepat. Seperti yang sudah disinggung pada awal pembahasan ini bahwa genre mengalami metamorfosis dengan ‘membelah -diri’ dan membentuk sub-genre, seperti genre Ilmu Pengetahuan kemudian diketahui banyak sekali pecahannya dari mulai dunia hewan, dunia tumbuhan, instruksional dan sebagainya. Bahkan pada beberapa sumber di internet, bisa juga terbentuk genre baru seperti yang terjadi pada film dokumenter yang membahas dunia hewan sering disebut dengan Animal Documentary. Genre di dalam film dokumenter juga bisa saling bercampur, biasanya sering disebut dengan istilah mix-genre. Saluran MTV pernah membuat program yang berjudul Biorythm yang menggabungkan antara genre

STIKOM

(24)

biografi, musik dan association picture story. Seperti diungkapkan oleh Gerzon (2008) pada saat ini sangat sulit membendung terbentuknya genre - genre baru yang muncul dari genre yang sudah ada atau karena kebutuhan lain untuk hanya untuk membedakan saja. .

2.3 Proses Pembuatan Film

Menurut Darwanto Sastro Subroto dalam bukunya yang berjudul Produksi Acara Televisi (1992: 157), menguraikan prosedur kerja untuk memproduksi siaran televisi, disebut sebagai Four Stage of Television Production. Keempat tahapan lainnya adalah:

1. Pre Production Planing

Tahap ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan yang akan datang, atau disebut juga sebagai tahap perencanaan. Tahapan ini adalah sebagai berikut: a. Ide/gagasan

b. Riset/survey awal (5w+1h) (riset pustaka/lapangan) c. Sinopsis

d. Survey lanjutan (memfokuskan masalah) e. Treatment (lay out)

f. Draft naskah g. Naskah

h. Planing meeting (producer, scriptwriter, director, technical director, audio

engineer, lighting engineering, art director)

STIKOM

(25)

i. Casting

j. Budgeting (producer, line producer, unit manager)

Setelah tahapan pre production awal ada lagi tahapan pre production lanjutan. Tahapan ini adalah sebagai berikut:

a. Director bersama technical director, audio engineer, lighting engineering, dan art director melakukan hunting lokasi (apabila produksi dilakukan di luar studio).

b. Melakukan blocking kamera.

c. Melakukan setting dan properties (apabila diperlukan setting imajinatif). d. Unit manager mengurusi perijinan, transportasi, akomodasi, konsumsi. e. Casting bersama co-director melakukan pemilihan pemain, reading

(pemahaman dan penguasaan naskah). 2. Setup and Rehesal Setup

Setup dan Rehesal Setup merupakan tahapan persiapan-persiapan yang bersifat teknis dan dilakukan oleh anggota inti bersama kerabat kerjanya, sejak dari mempersiapkan peralatan yang akan digunakan baik untuk keperluan di dalam maupun di luar studio, sampai mempersiapkan denah untuk setting lampu, mikrofon maupun tata dekorasi sedangkan latihan/rehearsal tidak saja berlaku bagi para artis pendukungnya, tetapi sangat penting pula bagi anggota kerabat kerja, sejak dari switcher, penata lampu, penata suara, floor director, kamerawan sampai ke pengarah acaranya sendiri. Dalam latihan ini dipimpin langsung oleh pengarah acara.

STIKOM

(26)

3. Production

Production adalah upaya merubah bentuk naskah menjadi bentuk auditif bagi

radio dan bentuk audio visual untuk televisi. Pelaksanaan produksinya tergantung dari tuntunan naskahnya, dengan demikian karakter produksi lebih ditentukan oleh karakter naskahnya. Karakter produksi dibagi/ditentukan menurut lokasinya: a. Produksi yang diselenggarakan sepenuhnya di dalam studio

b. Produksi yang sepenuhnya diselenggarakan di luar studio c. Produksi merupakan gabungan di dalam dan di luar studio 4. Post Production

Pada tahapan akhir/post production merupakan tahap penyelesaian yang meliputi:

a. Melakukan editing baik suara atau gambar

b. Pengisian grafik pemangku gelar atau berupa insert visualisasinya c. Pengisian narasi

d. Pengisisan sound efek dan ilustrasi

e. Melakukan evaluasi terhadap hasil produksinya

2.4Seni Tari

Pengertian Tari menurut para ahli :

1. Tari menurut Drs. Soedarsono Pringgobroto dalam kuliah ASTI Yogyakarta sekitar tahun 1967. Tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak yang indah dan ritmis.

STIKOM

(27)

2. Tari menurut Susan K. Lenger tari adalah gerak-gerak yang dibentuk secara ekspresif yang diciptakan manusia untuk dapat dinikmati.

3. Tari menurut Curt Sacha seorang ahli tari Jerman dalam bukunya “World History of the Dance”. Tari adalah gerak yang ritmis.

4. Tari menurut Kamala Devi Chattopadhyaya seorang ahli seni dari India. Tari adalah suatu instinct atu desakan emosi didalam diri kita yang mendorong kita untuk mencari ekspresi pada tari.

5. Tari menurut Hawkins menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta. Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerak yang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.

6. Tari menurut La Mery dalam bukunya “Dance Compotition”, bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan. 7. Tari menurut Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang

diberi bentuk obyektif.

Jika kita melihat tarian yang ada di Indonesia, kita dapat melihat perbedaan jenis tari yang ada, yaitu:

STIKOM

(28)

1. Tari Rakyat

Tari rakyat adalah tari yang hidup dan berkembang pada masyarakat tertentu sejak jaman primitif sampai sekarang. Ciri-ciri tari rakyat adalah :

a. Sederhana ( pakaian,rias,gerak dan ringan ) b. Tidak mengindahkan norma-norma keindahan c. Memiliki kekuatan magis

Contoh tari rakyat:

Lengger, Tayub, Orek-Orek, Tari Klasik, Joget, Kubrasiwa, Buncis, Ndulalak, Sintren, Angguk, Rodat.

2. Tari klasik adalah tari yang mengalami kristalisasi keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak jaman feudal.Tari ini biasanya hidup dilikgkungan keraton. Ciri-ciri tari klasik adalah :

a. Hidup dikalangan raja-raja b. Adanya standarisasi

c. Mengalami kristalisasi keindahan yang tinggi

Contoh tari klasik adalah bedaya, srimpi, lawung ageng, lawung alit dan juga karya-karya empu tari baik empu tari gaya Yogyakarta dan empu tari gaya Surakarta seperti S. Mariadi dan S. Ngaliman yang sampai sekarang masih bisa dinikmati seperti:

Gathotkaca, Gandrung, Bondabaya, Bandayuda, Palguna-palgunadi, Retna Tinanding, Srikandi Bisma, dan lain-lain.

STIKOM

(29)

3. Tari Kreasi Baru

Tari kreasi baru adalah tari-tariklasik yamg dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman dan diberi nafas Indonesia baru. Contoh tari kreasi baru adalah karya-karya dari Bagong Kusudiarjo dari padepokan Bagong Kusudiarjo dan Untung dari sanggar kembang sore dari Yogyakarta. Contohnya adalah: Tari Kupu-Kupu, Tari Merak, Tari Roro Ngigel, Tari Ongkek Manis, Tari Manipuri, Tari Roro Wilis, dan lain-lain.

4. Tari Modern

Tari modern adalah sebuah tari yang mengungkapkan emosi manusia secara bebas atau setiap penari bebas dalam mewujudkan ekspresi emosionalnya yang tidak terikat oleh sebuah bentuk yang berstandar. Contoh tari modern adalah: Caca, Break Dance, Penari Latar, Samba.

2.5 Reog Ponorogo

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

STIKOM

(30)

Dalam pertunjukan tari ini ada beberapa tokoh yang bermain di dalamnya, yaitu:

1. Jathil

Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.

Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.

STIKOM

(31)

Gambar 2.8 Jathil

(Sumber : http://novitayanuar.student.umm.ac.id)

2. Warok

"Warok" yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik. Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam

laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

Warok merupakan karakter/ciri khas dan jiwa masyarakat Ponorogo yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang

STIKOM

(32)

tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo. Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.

Gambar 2.9 Warok

(Sumber : http://sichengger.wordpress.com/)

3. Barongan

Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik (tasbih). Krakapterbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reyog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.

STIKOM

(33)

Gambar 2.10 Barongan

(Sumber : http://ariesaksono.wordpress.com/)

4. Klono Sweandono

Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan

STIKOM

(34)

Putri (kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.

Gambar 2.11 Klono Sweandono

(Sumber : http://ariesaksono.wordpress.com/)

5. Bujang Ganong

Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga disetiap penampilannya senantiasa di tunggu oleh penonton khususnya anak. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.

STIKOM

(35)

Gambar 2.12 Bujang Ganong

(Sumber : http://ariesaksono.wordpress.com/)

STIKOM

(36)

29

METODELOGI DAN PERANCANGAN KARYA

Pada Bab III ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data serta proses perancangan dalam pembuatan film dokudrama berjudul Travel Ekspress.

3.1 Metodologi Penelitian

Dalam pembuatan film Dokudrama berjudul Travel Ekspress ini dilakukan beberapa metode yaitu eksisting, observasi dan wawancara

3.1.1 Study Eksisting

Untuk memperdalam pemahaman akan film yang akan dibuat, maka dikajilah beberapa acara televisi yang sudah ada diantaranya:

1. Primitive Runaway

Gambar 3.1 Primitive Runaway

Sumber: Acara Primitive Runaway di Trans TV

STIKOM

(37)

Acara televisi yang mendokumenterkan suku-suku yang ada di Indonesia yang belum banyak masyarakat tahu yaitu berjudul Primitive Runaway. Menceritakan tentang 2 selebriti yang mempelajari suatu kebudayaan daerah suku-suku yang ada di dalam maupun manca negara. Selebriti masuk dan menjadi bagian dari suku tersebut untuk belajar dan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh suku tersebut dalam beberapa hari.

Dalam acara ini, bumper in menggunakan font TW Cent MT Condensed Extra Bold dengan tekstur kayu. Background yang terdiri dari gambar suasana hutan dan sungai untuk menggambarkan keadaan suku di Indonesia yang masih alami dan terpencil. Pada keterangan nama suku, font dibuat lebih besar agar masyarakat bisa mengetahui nama suku tersebut. Di bawahnya diberi lagi penjelasan info dan lokasi dengan font lebih kecil. Background musik yang digunakan adalah instrumen suasana alam, seperti suara kicauan burung, suara air terjun, dan suara-suara alam lainnya untuk lebih memperdalam kesan alami pada suku yang akan diliput. Target segmentasi untuk masyarakat menengah ke atas.

Talent merupakan artis dan aktor yang sudah banyak dikenal orang. Talent

sering menggunakan selebriti agar masyarakat tertarik untuk menonton acara ini. Selain itu juga dikarenakan selebriti sudah terlatih untuk membawakan sebuah acara dan membuat acara tersebut lebih menarik.

Acara ini dibagi menjadi 5 segmen. Segmen pertama adalah pengenalan talent dan suku yang akan diliput, serta menjelaskan lokasi dan seperti apa suku yang akan diliput tersebut. Segmen kedua, talent mulai masuk dalam suku tersebut dan mengikuti kegiatan yang suku tersebut lakukan. Segmen ketiga adalah kegiatan

STIKOM

(38)

yang sedang dilakukan, contohnya warga suku yang diliput sedang berburu atau bercocok tanam untuk mencari makan dan penghasilan, talent mengikuti dan menjelaskan apa yang sedang ia lakukan. Segmen keempat, menunjukkan kesenian suku adat yang diliput. Segmen kelima adalah perpisahan, talent berpamitan kepada suku yang sudah menampungnya dalam beberapa hari dan akhirnya kembali ke kota.

Pengambilan gambar kebanyakan menggunakan eye level dan medium shoot, yang mengambil postur talent yang sedang melakukan kegiatan. Untuk menunjukkan suasana tempat dan suku tersebut menggunakan long shoot.

Tabel 3.1 Analisis Primitive Runaway

Kelebihan Kekurangan

Mengambil setting lokasi yang tidak banyak masyarakat tahu

Tidak memberikan informasi

bagaimana cara penonton bisa menuju ke lokasi yang ada di acara tersebut

2. Celebrity On Vacation

Gambar 3.2 Celebrity On Vacation

Sumber : Celebrity On Vacation di Trans TV

STIKOM

(39)

Acara televisi yang menceritakan perjalanan selebriti ke tempat-tempat wisata asik dikunjungi oleh keluarga, serta tempat perbelanjaan menarik yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Menjelaskan tempat wisata dan juga makanan khas dari tempat yang mereka kunjungi. Tidak lupa tempat oleh-oleh mereka datangi untuk memberikan informasi kepada penonton.

Bumper In menggunakan font Giggyup Std dan background bola dunia serta foto-foto segmen yang sebelumnya. Bumper In ini mengesankan kesenangan dan keasikan perjalanan liburan ke berbagai daerah. Pada setiap info menggunakan font yang besar untuk menunjukkan nama lokasi tersebut, sedangkan di bawahnya dengan font lebih kecil merupakan informasi detail dimana lokasi itu.

Pada acara ini, pembawa acara adalah seorang artis dan actor sebagai MC. Menceritakan tentang perjalanan mereka ke suatu tempat wisata dan apa saja yang mereka temukan di tempat tersebut. MC berjalan-jalan dan menjelaskan tentang tempat-tempat yang mereka kunjungi dan hal-hal apa saja yang mereka temukan disana, kamera mengikuti MC.

Acara ini di bagi menjadi 6 segmen. Segmen pertama adalah perkenalan talent yang membawakan acara Celebrity On Vacation ini. Segmen kedua talent tersebut menjelaskan bagaimana dan kemana mereka akan pergi berlibur. Segmen ketiga talent sampai di tempat tujuan dan mencari penginapan, mereka menjelaskan penginapan itu dan menunjukkan lokasi serta view yang ada di hotel maupun sekitar hotel yang mereka akan tinggali. Segmen keempat selebriti keluar jalan-jalan dan mengunjungi tempat wisata di kota yang mereka datangi. Segmen

STIKOM

(40)
[image:40.595.50.544.167.659.2]

kelima adalah kuliner, talent mencoba makanan khas yang ada di kota tersebut. Terakhir adalah tempat oleh-oleh dan oleh-oleh khas yang ada di kota tersebut. Tabel 3.2 Analisis Celebrity On Vacation

Kelebihan Kekurangan

Menggunakan selebriti terkenal untuk mengisi acara

Terlalu banyak canda tawa yang dilakukan selebriti dari pada masyarakat sekitar

Berikut ini adalah SWOT dari acara tersebut:

Tabel 3.3 SWOT Primitive Runaway dan Celebrity On Vacation Analisis SWOT

a. Strenght Menggunakan artis dan actor terkenal

b. Weakness Kurang menjelaskan perjalanan untuk menuju ke tempat wisata tersebut

c. Opportunity Memberi tahu kepada masyarakat luas tentang sesuatu kehidupan bermasyarakat yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

d. Threatment Lebih menonjolkan kepada masyarakatnya dari pada artis

Dari analisis SWOT Primitive Runaway dan Celebrity On Vacation disimpulkan bahwa film dokumenter dapat dibuat sebagai acara televisi yang dapat memberikan info serta menunjukkan sesuatu yang masyarakat belum

STIKOM

(41)

ketahui selama ini. Dan juga memberi hiburan tersendiri kepada masyarakat melalui artis dan aktor yang membawakan acara tersebut.

Berdasarkan analisis tersebut ditarik kesimpulan bahwa untuk membuat film dokumenter tidak hanya mengandalkan masyarakat dan wilayah namun juga pemeran yang baik agar film semakin menarik masyarakat.

3.1.2 Observasi dan Wawancara

Dalam pembuatan video dokudrama berjudul Travel Ekspres menekankan pada proses observasi dengan memahami lingkungan, perizinan kepada narasumber, pemilihan lokasi pariwisata dan cerita yang akan diangkat. Pertama-tama melakukan pengamatan tentang tari Reog Ponorogo. Setelah itu mencari informasi tentang kesenian tersebut melalui warga Ponorogo dan narasumber yang bersangkutan. Setelah itu mencari informasi dan mengamati tempat wisata yang ada di sekitar kota Ponorogo.

Dalam proses wawancara terhadap narasumber dilakuakan secara terbuka dan langsung di tempat, jadi hanya melakukan satu kali wawancara dengan narasumber pada saat shooting.

3.2 Metodelogi Perancangan

Multimedia sebagai ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa ilmu seni yang sudah ada, tergolong disiplin ilmu yang baru Maka dari itu metode pembuatan Tugas Akhir ini merupakan gabungan dari ilmu-ilmu yang sudah ada tersebut.

STIKOM

(42)

Dalam Tugas Akhir ini proses pembuatan difokuskan pada pengembangan ide cerita dan karakter. Bagan proses pengembangan film dokudrama adalah sebagai berikut:

Gambar 3.3 Bagan Pembagian Film Dokudrama

Pada Pra Produksi, diawali dengan pengamatan dengan sekitar tentang film dan kesenian. Selain itu juga melakukan study eksisting dengan 2 acara televisi swasta yang beralur dokudrama. Setelah dilakukan pengamatan dan study literature akhirnya mendapatkan data yang dibutuhkan untuk membuat film dokudrama. Kemudian muncul ide dan konsep film yang akan dibuat, lalu dilanjutkan dengan pembuatan sinopsis dan storyboard. Setalah proses pra

STIKOM

(43)

produksi selesai, dilanjutkan dengan proses produksi yaitu shooting. Mulai dari menuju ke lokasi, wawancara hingga akhirnya selesai shooting dan dilanjutkan dengan proses pasca produksi. Dalam proses pasca produksi, dimulai dengan editing video dan memasukkan efek serta audio yang mendukung film Travel Ekspress. Akhir dari proses tersebut adalah finishing berupa publikasi menggunakan media DVD dan poster.

3.3 Analisis STP (Segmentation, Targeting, Positioning) dan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Berdasarkan data yang didapat dan ide cerita yang ingin disampaikan, maka STP dan SWOT yang dituju sebagai berikut:

Tabel 3.4 STP (Segmentation, Targeting, Positioning)

STP Project

Segmentation

&

Targeting

Geografis

-Ukuran kota: kota besar -Letak di kota: tengah kota

Demografis

-Usia: 18-25 tahun -Gender: laki-laki, perempuan -Pekerjaan: pelajar

-Pendidikan : Perguruan Tinggi

Psikografis

-Kelas sosial : menengah keatas -Gaya hidup : sederhana

STIKOM

(44)

Positioning

Film Dokudrama budaya dan wisata pertama yang menggunakan teknik Cross Over.

Film dokudrama ini menargetkan dirimnya pada masyarakat modern di kota besar dengan target usia penonton 18-25 tahun untuk semua gender. Kelas social menengah keatas dengan gaya hidup yang sederhana. Film dokdrama ini memposisikan dirimnya pada film dokumenter budaya dan wisata pertama yang menggunakan teknik cross over.

Tabel 3.5 SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

SWOT Project

Strength

- Memberikan informasi tentang kesenian Reog dan pariwisata di sekitar Ponorogo yang belum banyak di ekspose oleh media - Merupakan film dokudrama budaya yang

menggunakan teknik Cross Over yang menceritakan sebuah cerita dengan 2 sudut pandang

Weakness

- Keterbatasan sarana dan alat. - Talent yang kurang professional - Editing yang masih amatir

Opportunity - Menjadi film dokudrama pertama yang menggunakan teknik Cross Over

STIKOM

(45)

Threatment

- Memperbaiki editing

- Menambahkan sarana dan alat yang lebih lengkap

- Menggunakan talent yang lebih profesional

Kekuatan dari film Travel Ekspress adalah memberikan informasi tentang kesenian Reog dan pariwisata di sekitar kota Ponorogo, dan juga film dokudrama pertama yang menggunakan teknik Cross Over. Kelemahan dari film dokudrama ini adalah keterbatasannya alat dan sarana yang mendukung, talent yang kurang professional dan editing yang masih amatir. Kesempatan yang dapat diambil adalah menjadi film dokudrama pertama yang menggunakan teknik cross over. Penanganan ke depannya dari kelemahan yang ada di film dokudrama ini dengan memperbaiki editing, menambahkan sarana dan alat yang dibutuhkan, dan menggunakan talet yang lebih profesional.

3.4 Keyword

Dari STP (Segmentation, Targeting, Positioning) dan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) maka di dapatkan keyword Tradisional yang

menurut teori Kobayashi menggunakan warna coklat, coklat tua, hijau dan warna lainnya.

STIKOM

(46)

Gambar 3.4 Bagan Keyword

Dalam analisis image ini, menganalisa dari target market dan tujuan film Travel Ekspress dibuat. Berasal dari apa saja yang diangkat untuk membuat film

dokudrama ini yaitu mengangkat cerita tentang kesenian dan pariwisata, tujuan, sifat remaja umur 18-25 tahun serta alur cerita Cross Over itu sendiri yang akhirnya menghasilakan keyword Tradisional.

Setelah keyword ditemukan, kemudian akan diterapkan dalam film dokudrama menggunakan warna Traditional, yaitu cokelat, coklat tua dan hijau, serta didukung warna lainnya.

STIKOM

(47)

Gambar 3.5 Teori Warna Kobayashi

3.5 Ide dan Konsep

Ide cerita berawal dari pengamatan tentang sinetron di Indonesia yang memiliki cerita yang selalu sama dan kurang mendidik. Tidak hanya sinetron, bahkan FTV yang sekarang mulai naik daun pun memiliki alur cerita yang hampir sama. Lalu timbul ide untuk membuat suatu film drama yang memberi pengetahuan tentang kesenian namun memiliki alur cerita yang berbeda dengan drama-drama lain. Mengangkat tema tentang kesenian, karena kesenian Indonesia sangat banyak namun tidak banyak masyarakat yang peduli akan kebudayaan tersebut. Indonesia memiliki banyak kebudayaan dan seni yang sangat menarik

STIKOM

(48)

untuk di pelajari, namun masih sedikit masyarakat yang sadar akan hal itu. Mereka lebih mencintai budaya asing dibandingkan budaya sendiri.

Kesenian Reog dipilih dari pengamatan berita-berita yang muncul di media masa. Konflik antara Indonesia dan Malaysia yang memperebutkan kesenian Reog ini sangat menarik perhatian masyarakat. Indonesia memiliki kesenian seindah ini namun kurang diperhatikan sehingga Malaysia berinisiatif untuk mematenkan bahwa kesenian ini milik mereka. Oleh karena itu diambil kesenian Reog sebagai tema kesenian dalam cerita ini, bertujuan agar masyarakat Indonesia lebih mengenal kesenian Reog.

Alur cerita diambil dari kejadian sehari-hari dan pengalaman pribadi. Dan juga tidak ketinggalan dari hobby menonton drama yang akhirnya menambah inspirasi untuk membuat cerita drama sendiri.

Setelah ide cerita dan permasalahan didapat, tahap selanjutnya adalah menyusun cerita. Sinopsis dan treatment mulai dibuat untuk membuat jalan cerita. Storyboard kemudian dibuat berdasarkan treatment untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar tiap scene.

Berkonsep petualangan satu hari. Menjelaskan tentang tempat pariwisata dan kebudayaan secara bersamaan dan tidak memerlukan banyak waktu. Menceritakan tentang 2 orang remaja yang mendapatkan misi untuk dapat memenangkan lomba blog dan mereka mencari informasi untuk mewujudkan misi yang mereka dapatkan.

STIKOM

(49)

3.6 Warna

Dari didapatkannya keyword serta ide dan konsep, maka pemilihan warna pun dilakukan guna memberikan kesan yang sesuai antara film dengan keyword yang telah didapat. Pada keyword, warna yang di dapat adalah coklat tua, coklat muda dan hijau tua.

Gambar 3.6 Warna Tradisional

Warna di atas akan digabungkan dengan warna lain yang berguna untuk menambah warna yang akan berdomisili di film dokudrama Travel Ekspress. Pengambilan kombinasi warna diambil berdasarkan proses pencarian keyword.

Gambar 3.7 Warna Natural

STIKOM

(50)

Gambar 3.8 Warna Kasual

Dari penggabungan warna tradisional dengan warna lain akhirnya didapat 3 kombinasi warna yang sesuai.

a b c

Gambar 3.9 Hasil Kombinasi Warna

Dari 3 alternatif yang digunakan sebagai warna dasar menyesuaikan dengan target market yang sudah dijelaskan dalam pencarian keyword. Selanjutnya adalah menganalisis warna dapat dilihat pada tabel 3.6.

STIKOM

(51)
[image:51.595.48.555.105.685.2]

Tabel 3.6 Analisis Warna

Remaja Kota Besar Kesenian Pariwisata Alam

a 3 3 2 2

b 2 2 3 1

c 1 1 1 3

Dari data hasil pemilihan warna maka warna yang digunakan adalah Coklat, Hijau dan Merah sesuai dengan warna yang menggambarkan sifat remaja yang suka berpetualang dan mencari hal baru seperti konsep yang didapatkan.

3.7 Font

Berdasarkan keyword Tradisional yang sudah didapat, maka penggunaan font yang terdapat pada film dokudrama Travel Ekspress diambil berdasarkan keyword yang sudah di dapat. Berikut adalah beberapa contoh font yang menurut

penulis menggambakan font tradisional.

Travel Ekspress

Travel Ekspress

a b c

Gambar 3.10 Alternatif Font

STIKOM

(52)

Dari 4 alternatif yang digunakan sebagai font menyesuaikan dengan target market yang sudah dijelaskan dalam pencarian keyword. Selanjutnya adalah menganalisis warna dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Analisis Font

Remaja Kota Besar Kesenian Pariwisata Alam

a. Harlow Solid Italic 1 3 1 1

b. Abscissa 3 1 2 3

c. MA Sexy 2 2 3 2

Dari data hasil pemilihan font maka font yang digunakan adalah font c yaitu MA Sexy sesuai dengan hasil dari tabel analisis.

3.8Sinopsis, Treatment dan Storyboard 1. Sinopsis

Cerita 1

Ulie adalah seorang remaja yang gemar menulis blog. Ulie mengikuti lomba blog yang bertemakan tentang budaya dan pariwisata dan ia menjadi finalis dari lomba tersebut. Dalam misi finalnya, Ulie diperintahkan untuk pergi ke suatu tempat yaitu ke Ponorogo untuk mencari tahu tentang kesenian dan pariwisata yang ada di sana. Dalam perjalnan Ulie di Ponorogo, ia mengunjungi pengrajin Reog. Disana ia melihat proses pembuatan barongan dan mencari tahu sejarah dari Reog tersebut. Lalu ia pergi ke Telaga Ngebel untuk menjalankan misi

STIKOM

(53)

selanjutnya. Setelah seharian berjalan-jalan di Ponorogo, Ulie kembali ke Surabaya dan mengirimkan ceritanya sebagai misi akhir dari lomba tersebut.

Cerita 2

Dela adalah seorang remaja yang gemar menulis blog. Dela mengikuti lomba blog yang bertemakan tentang budaya dan pariwisata dan ia menjadi finalis dari lomba tersebut. Dalam misi finalnya, Dela diperintahkan untuk pergi ke suatu tempat yaitu ke Ponorogo untuk mencari tahu tentang kesenian dan pariwisata yang ada di sana. Dalam perjalnan Dela di Ponorogo, Dela pergi ke sanggar tari yang ada di Ponorogo untuk melihat proses latihan Tari Reog. Setelah itu Dela juga mencicipi sate yang merupakan makanan khas Ponorogo. Namun dalam perjalan ia di Ponorogo, Dela menjatuhkan kertas misi yang diberikan, dan akhirnya Dela tidak mendatangi lokasi pariwisata yang ada di misi namun ia ke tempat pariwisata lain yaitu Telaga Sarangan.

2. Treatment

Setelah sinopsis cerita telah disusun, selanjutnya adalah pembuatan treatment untuk mengatur setting tempat dan waktu. Berikut ini adalah treatment pertama sebelum ada refisi dan perbubahan dari film dokudrama Travel Ekspress yang dibuat (treatment terlampir):

Scene 1 – Pagi – KFC [00:00-00:25] [Op fade in black]

Minuman yang ada di meja, es krim mulai mencarin

STIKOM

(54)

Yuli sedang duduk di meja sambil nggak sabar nungguin orang Yuli lihat jam tangannya yang menunjukkan jam 08.55

[cut to cut] [BS instrument]

Scene 2 – Pagi – KFC [00:26-00:36]

Surat di depan kamera jalan menuju ke Yuli (one person camera)

Scene 3 – Pagi – KFC [00:36-00:50] Yuli abis dapat surat di baca

[Close Up] surat yang ada di Yuli

Setelah membaca Yuli langsung meninggalkan meja dan pergi

Scene 4 – Pagi – Perjalanan [00:50-01:20] [MCU] Si A liat surat yang tadi, lalu liat jendela Shoot suasana perjalanan , sawah-sawah

[MCU] Si A nulis notes yang isinya list mau kemana aja, atau buku harian? Diselingi suasana-suasana

[VO] Penjelasan transport

10 Mei 2012 pertama x ke Ponorogo karena sesuatu mendadak yang harus dilakukan. Dari Surabaya bisa ditempuh naik mobil maupun kereta. Klo naik kereta ky sekarang turunnya di Madiun karena Ponorogo nggak ada stasiun. Dari Madiun ke Ponorogo bisa naik bis/mobil sekitar 40 menit.

STIKOM

(55)

Scene 5 – Siang –Ponorogo [01:21-01:40] Suasana Ponorogo

Dari kedatangan sampai patung-patung nggak jelas Lokasi-lokasi penting

[BS instrument gamelan buat ngReog] [VO] Penjelasan Ponorogo

Ponorogo dikenal dengan Kota Reog. Reog merupakan kesenian asli kota ini, selain itu sate juga berasal dari kota kecil ini.

3. Storyboard

[image:55.595.46.552.133.702.2]

Seluruh treatment telah selesai, storyboard dibuat untuk menentukan sudut pandang dan komposisi pengambilan gambar pada setiap scene. Gambar 3.9 adalah sepenggal storyboard dari film dokudrama Travel Ekspress (storyboard terlampir):

Gambar 3.11 Sepenggal Storyboard “Travel Ekspress”

STIKOM

(56)

3.9 Alur Cerita

Travel Ekspress merupakan film dokudrama yang dibuat dengan 1 alur

yang sama namun dibagi menjadi 2 cerita, atau disebut juga dengan alur Cross Over. Tokoh utama dari 2 cerita ini adalah Dela dan Ulie. Rancangan proses untuk

pengambilan gambar film ini sebagai berikut:

Opening Dela sedang di rumah

bermain laptop

Cerita 1 versi Dela

Cerita 2 versi Ulie

Pertemuan antara Dela dan Ulie

Dela dan Ulie ada di KFC menunggu misi [mereka tidak saling kenal]

Dela ke sanggar tari Ulie ke pengerajin

Dela makan sate

Ulie menemukan kertas Dela yang jatuh Dela dan Ulie

berpapasan di jalan

Dela ke Sarangan

Ulie ke Telaga Ngebel

Ulie dan Dela

bertemu di KFC Ulie menulis blogEnding

Dela kehilangan kertas misi dan bertanya kepada

orang lewat

Ulie naik kereta menuju Ponorogo

Ulie ke sanggar tapi sudah tutup Ulie ke kabupaten dan toko souvernir

Dela jalan-jalan di Alun-alun

[image:56.595.42.556.177.708.2]

Alur Cerita Cross Over

Gambar 3.12 Alur Cerita Cross Over

STIKOM

(57)

Dari gambar 3.10 dijelaskan tentang alur cerita dari film dokudrama Travel Ekspress. Diawali dengan Opening Dela yang sedang bermain laptop

untuk mencari tahu tentang finalis lomba blog. Setelah itu Dela pergi di KFC untuk menunggu misi diberikan. Di KFC, Dela tidak sengaja bertemu dengan Ulie. Mereka tidak saling mengenal. Di scene KFC ini merupakan scene pertama untuk Ulie. Dela dan Ulie menunggu misi pada meeting point yang telah ditentukan. Setelah mereka mendapatkan misi, mereka langsung berkekas meninggalkan KFC dan menuju ke lokasi yang tertulis dalam misi yang mereka dapatkan.

Dilanjutkan dengan shooting Ulie yang sedang ada di kereta perjalanan ke Ponorogo. Sesampainya di Ponorogo, mengambil gambar suasana yang ada di Ponorogo. Lalu dilanjutkan dengan scene Ulie yang sampai di pengerajin Reog. Setelah Ulie dari pengerajin Reog, ia jalan-jalan di kabupaten untuk mencari souvenir untuk oleh-oleh. Selagi Ulie si pengrajin Reog, Dela ada di Sanggar Tari untuk melihat proses latihan anak-anak yang sedang berlatih menari.

Setelah Ulie dan Dela menjalani kegiatannya masing-masing dan akan pindah lokasi, mereka tidak sengaja berpapasan, namun karena mereka tidak saling kenal, mereka pun tidak saling menyapa. Ini merupakan bagian pertemuan di tengah antara cerita Dela dan Ulie.

Dilanjutkan dengan kegiatan masing-masing lagi, Dela yang akan makan sate dan jalan-jalan di alun-alun. Setelah Dela jalan-jalan dan hendak menuju ke lokasi pengrajin, kertas Dela jatuh dan Dela kehilangan list lokasi yang akan di

STIKOM

(58)

tuju. Ia akhirnya bertanya kepada orang lewat dimana letak lokasi pariwisata di sekitar sana.

Pada saat Dela jalan-jalan dan kehilangan kertas. Ulie mengunjungi list lokasi selanjutnya yaitu sanggar tari. Namun sayang saat Ulie kesana sanggar tari sudah tutup, lalu ia melanjutkan perjalanannya ke tempat terakhir yaitu Telaga Ngebel.

Setelah Dela dan Ulie selesai di Ponorogo, mereka kembali untuk melanjutkan misi lomba yaitu mendeskripsikan apa yang ia temukan selama di Ponorogo. Mereka bertemu lagi di KFC tempat misi diberikan. Disana mereka akhirnya menyadari kalau mereka sering bertemu namun tidak kenal satu sama lain. Dela menulis blognya dan selesai disitulah cerita Dela. Sedangkan Ulie menulis blognya dan menjelaskan apa yang ia tulis dan selesai sudah film Travel Ekspress ini.

3.10 Alur Pengambilan Gambar

Alur pengambilan gambar yang diambil dalam film dokudrama Travel Ekspress dijelaskan pada gambar 3.13.

STIKOM

(59)

Gambar 3.13 Alur Pengambilan Gambar

Pada alur pengambilan gambar pertama-tama mengambil gambar saat Dela sedang ada di rumah sedang bermain laptop. Lalu dilanjutkan pengambilan gambar di KFC yang merupakan scene dimana Ulie dan Dela ada disana secara bersamaan. Setelah itu dilanjutkan Ulie yang menuju ke Ponorogo menggunakan kereta. Setelah sampai di Ponorogo, pengambilan gambar pertama yang dilakukan

Dela bermain laptop di rumah Dela pergi ke KFC

KFC Ulie dan Dela menunggu misi

Berangkat ke Ponorogo menggunakan kereta

Ulie di kereta menuju ke Ponorogo

Ulie ke Pengerajin Reog

Ulie di Kabupaten Dela di alun-alun Dela makan sate

Ulie ke ngebel

Dela ke sarangan

KFC Ulie dan Dela bertemu lagi di KFC

STIKOM

(60)

di Pengrajin Reog. Setelah itu dilanjutkan di Kabupaten Ponorogo. Di depan Kabupaten merupakan Alun-alun Ponorogo sehingga pengambilan gambar Dela juga di lakukan disana. Dilanjutkan dengan pengambilan gambar di Sanggar Tari. Disini Dela wawancara dengan pelatih tari Reog, sedangkan Ulie hanya di depan saja. Lalu Dela makan Sate. Setelah itu pengambilan gambar dilanjutkan ke Ngebel, dan Sarangan diambil keesokan harinya.

3.11 Jadwal Pengambilan Gambar

Setelah melakukan persiapan dalam proses ide dan konsep hingga sistem alur cerita, dibuatlah jadwal shooting untuk mempermudah proses pengambilan gambar di Ponorogo. Proses pengambilan gambar di Ponorogo memakan waktu 4 hari. Sedangkan pengambilan gambar di Surabaya membutuhkan waktu 1 hari. Berdasarkan dari treatment yang sudah dibuat, maka penentuan lokasi dan pengambilan gambar dimulai berdasarkan list yang sudah dibuat, yaitu :

Tabel 3.8 List Lokasi Pengambilan Gambar

Hari Pertama Perjalann menggunakan kereta dari Surabaya ke Ponorogo

Hari Kedua 1. Pengrajin Reog

2. Kabupaten Ponorogo 3. Alun-alun Ponorogo 4. Toko Souvenir 5. Telaga Ngebel

Hari Ketiga Telaga Sarangan

STIKOM

(61)

Hari Keempat 1. Sanggar Tari 2. Warung sate

Hari kelima 1. Rumah Adela

2. KFC A. Yani

Pada hari pertama hanya shooting di dalam kereta. Ini merupakan pengambilan gambar Ulie yang dalam perjalanan menuju ke Ponorogo. Dilanjutkan hari ke 2. Shooting pertama dimulai dari Pengerjain Reog hingga Telaga Ngebel. Hari ke tiga hanya shooting di Telaga Sarangan karena perjalanan memakan waktu agak lama. Hari keempat shooting di sanggar tari dan warung sate. Hari kelima melanjutkan shooting di Surabaya yang merupakan opening dan ending dari film Travel Ekspress.

3.12 Publikasi 1. Poster

a. Konsep

Berkonsep petualangan satu hari. Kita tidak perlu menunggu lama untuk belajar dan perpetualang. Dari konsep tersebut maka dipilihlah judul Travel Ekpress. Dari kata Ekspress biasanya identik dengan paket kilat.

Dari sana akhirnya muncul ide untuk membuat poster yang menyerupai kartu pos. Dengan dipadukan warna dan font yang telah di dapat maka terbentuklah sketsa poster pada gambar 3.14.

STIKOM

(62)

Gambar 3.14 Sketsa Poster

Karena kartu pos landscape, akhirnya dikembangkan menjadi portrait yang berguna sebagai poster film Travel Ekspress.

Gambar 3.15 Sketsa Poster Potrait

Poster di atas akan menggunakan warna cokelat muda sebagai warna dasar dan font menggunakan MA Sexy sebagai judul. Untuk background gambar menggunakan gambar Reog yang di edit menjadi sebuah lukisan sketsa gambar.

STIKOM

(63)

2. Cover Cakram a. Konsep

Konsep dari cover cakram sama dengan poster. Hanya pencetakannya saja yang dirubah ukuran dan komposisinya.

Gambar 3.16 Sketsa Cover Cakram

3. Cover Cakram a. Konsep

Konsep dari cover sampul sama dengan poster serta cover cakram. Cover sampul merupakan gambar penuh dari cover cakram.

Gambar 3.17 Sketsa Cover Sampul

STIKOM

(64)

57

IMPLEMENTASI KARYA

Pada bab ini menjelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film yang berjudul ”Travel Ekspress”, sebagai berikut:

4.1 Pra-produksi

Dalam tahapan pra-produksi disiapkan berbagai perencanaan dan peralatan shooting diantaranya:

1. Bugeting (dilampirkan)

Pada tahapan bugeting dilakukan guna merumuskan dan merencanakan pengeluaran pada tahap produksi.

2. Crew (dilampirkan)

Pemilihan crew dilakukan guna membantu proses produksi 3. Penyusunan jadwal pengambilan gambar

Tahap ini dilakuakan guna mempermudah langkah pengambilan gambar yang akan dilaksanakan.

4. Persiapan peralatan

Tahap ini dilakukan guna mempersiapkan peralatan shooting guna mempermudah pengambilan gambar.

STIKOM

(65)

4.2 Warna

Berdasarkan hasil warna yang didapetkan di Bab III, maka penggunaan warna yang digunakan dalam film ini sebagian besar diambil dari warna yang telah di dapat yaitu cokelat, hijau dan merah.

4.3 Produksi

Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap pengambilan gambar. Proses pengambilan gambar di Ponorogo memakan waktu 4 hari. Sedangkan pengambilan gambar di Surabaya membutuhkan waktu 1 hari. Berdasarkan dari threatment yang sudah dibuat, maka penentuan lokasi dan pengambilan gambar dimulai berdasarkan list yang sudah dibuat, yaitu:

Tabel 4.1 List Lokasi Pengambilan Gambar

Hari Pertama Perjalann menggunakan kereta dari Surabaya ke Ponorogo

Hari Kedua 1. Pengerajin Reog

2. Kabupaten Ponorogo 3. Alun-alun Ponorogo 4. Toko Souvenir 5. Telaga Ngebel

Hari Ketiga Telaga Sarangan

Hari Keempat 1. Sanggar Tari

2. Warung sate

Hari kelima 1. Rumah Adela

STIKOM

(66)

2. KFC A. Yani

Pengambilan gambar dibagi menjadi dua cara, yaitu pengambilan gambar secara cut to cut dan candid. Pengambilan gambar cut to cut ditujukan kepada scene yang berskrip, atau bagian dari drama.

Gambar 4.1 Ulie di Kereta Menuju ke Ponorogo

Gambar 4.2 Dela Kehilangan Kertas

Sedangkan candid diambil untuk sesi wawancara dengan narasumber yang hanya dilakukan satu kali. Pada cerita Ulie yang ada di kereta atau Dela kehilangan kertas pengambilan gambar kebanyakan menggunakan cut to cut menggunakan 1 kamera. Sedangkan dalam cerita Ulie yang sedang mewawancarai

STIKOM

(67)

narasumber menggunakan pengambilan gambar secara candid yang diambil menggunakan 2 kamera.

Gambar 4.3 Ulie Wawancara Dengan Narasumb

Gambar

Tabel 3.2 Analisis Celebrity On Vacation STIKOM SURABAYA
Tabel 3.6 Analisis Warna
Gambar 3.11 Sepenggal Storyboard “Travel Ekspress”
Gambar 3.12 Alur Cerita Cross Over
+3

Referensi

Dokumen terkait

Film pendek adalah bentuk film alternatif yang memiliki durasi tayang tidak lebih dari 30 menit. Film pendek bukan merupakan reduksi dari film dengan cerita panjang, atau

PEMBUATAN FILM DOKUMENTER BERGENRE ADVENTURE DENGAN TEKNIK WIDE ANGLE TENTANG SAFETY RIDING YANG BERJUDUL “RIDING HABITS” MENGGUNAKAN ACTION CAM..

Alur cerita pada film dokumenter kehidupan samin memiliki beberapa tahapan atau segmentasi, yaitu: pembuka/cuplikan pendapat dari masyrakat samin,cuplikan gambar ikon dari kota

Pada jalan perumahan talent yang berperan ada- lah Makrus, dan pada pengambilan gambar scene kedua talent yang berperan adalah Sandra dengan lokasi didalam kamar. Hasil video

Adapun yang dimaksud dengan teknik motion graphic novel ini yaitu teknik pembuatan animasi yang menggunakan graphic novel sebagai referensinya, hanya saja dalam

Dalam penciptaan film pendek bergenre thriller menggunakan teknik canted angle tentang psikopat berjudul HATE ini metode yang akan digunakan yaitu metode kualitatif yang mana

nantinya akan menjalankan semua proses pembuatan film dari awal praproduksi hingga akhir pascaproduksi selain itu dari jumlah crew yang terlibat kita bisa tahu seberapa rumit

Langkah-langkah pembuatan film animasi 2D cerita rakyat Asal- Usul Huruf Jawa dengan teknik motion graphic novel yang pewarnaannya menggunakan teknik digital painting, yaitu