• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan perakaran bibit manggis (Garcinia mangostana L.) melalui inokulasi agrobacterium rhizogenes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan perakaran bibit manggis (Garcinia mangostana L.) melalui inokulasi agrobacterium rhizogenes"

Copied!
288
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PERAKARAN BIBIT MANGGIS

(Garcinia mangostana L.) MELALUI INOKULASI

Agrobacterium rhizogenes

L I Z A W A T I

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PENINGKATAN PERAKARAN BIBIT MANGGIS

(Garcinia mangostana L.) MELALUI INOKULASI

Agrobacterium rhizogenes

OLEH :

L I Z A W A T I

A. 361020071

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala

pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul :

”PENINGKATAN

PERAKARAN

BIBIT

MANGGIS

(

Garcinia

mangostana

L.) MELALUI INOKULASI

Agrobacterium

rhizogenes

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan

bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan

rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sejenis

di Perguruan Tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan

jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 2007

L I Z A W A T I

(4)

ABSTRACT

LIZAWATI. Improvement of mangosteen (Garcinia mangostana L.) seedling root system through Agrobacteriun rhizogeneses inoculation. Supervised by ROEDHY POERWANTO, IMAN RUSMANA, SOBIR, TRI MUJI ERMAYANTI.

Mangosteen is known as a slow growing plant, this is due to the root that is fragile, sensitive to the environmental condition and easily disturbed. Great care is therefore required during the transplanting of seedling, which form a long taproot with few laterals. Many writers note an apparent absence of root hairs at all stage of growth. The use of Agrobacterium rhizogenes may improve root system of mangosteen. The soil bacterium Agrobacterium rhizogenes can induce the abundant adventitious root formation at the infection site through the transfer of genetic material T-DNA, a part of the Root inducing (Ri) plasmid from bacterium to the plant genome. This research is aimed to develop a technique in improving root system of Mangosteen using Agrobacterium transformation technique in order to improve seedling growth. This research is divide into two step of research, I) improvement of mangosteen seedling root system through A. rhizogeneses inoculation at the mangosteen nursery ; and II) induction of root formation using A. rhizogenes in vitro. The materials used in this experiment were ; mangosteen fruit originated from Purwakarta and A. rhizogenes collection from Puslit Biotechnology LIPI Cibinong-Bogor. The result showed that strains inoculation of ATCC-15834, 509 , 07-20001, A4, and R-1000 increased : stem diameter, plant height, leaf number, lateral and tersier roots number better than control. Inoculation with cutting root method results in the higher live plant percentage compared with dipping root method. A. rhizogenes strain ATCC-15834 (OD600 = 1.0) was able to infect 6 week old of mangosteen seedling root.

Based on PCR product, TL-DNA from A. rhizogenes strain ATCC-15834

succeeded to be transferred into genome of mangosteen seedling root cell since the rolB gene was detected at 780 bp agarose electrophoresis. The A. rhizogenes strains ATCC-15834 could increase the root anatomy in terms of the mean xylem vascular diameter, conductivity, total xylem width, roots hair, nutrient uptake (N, P and K), IAA hormone content and was better than and control. 509, 07-20001, ATCC-158343 strains induced root formation. All explant with cotyledon that were root formation were induced were able to survive at acclimation stage, but none for cotyledoneless explants. Anatomy observation showed that 509 resulted in higher xylem diameter, total number of xylem, conductivity, and higher ration of conductivity/total root transversal area in comparation to control.

(5)

RINGKASAN

LIZAWATI. Peningkatan Perakaran Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.)

Melalui Inokulasi Agrobacterium rhizogenes. Dibimbing oleh ROEDHY

POERWANTO, IMAN RUSMANA, SOBIR, TRI MUJI ERMAYANTI.

Pertumbuhan tanaman manggis yang lambat, disebabkan antara lain akar tumbuh dengan lambat, rapuh, jumlah akar lateral terbatas dan tidak mempunyai rambut akar, mudah rusak dan terganggu akibat lingkungan yang tidak menguntungkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sistem perakaran manggis adalah dengan pemanfaatan bakteri

Agrobacterium rhizogenes. Bakteri A. rhizogenes merupakan bakteri tanah yang mempunyai kemampuan untuk menstranfer sebagian bahan genetiknya (T-DNA) pada sel tanaman melalui pelukaan. T-DNA tersebut membawa gen-gen yang terlibat dalam proses induksi akar. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi peningkatan sistem perakaran tanaman manggis melalui inokulasi A. rhizogenes sehingga mempercepat laju pertumbuhan bibit tanaman manggis. Penelitian terdiri dari dua percobaan, yaitu; I) Perbaikan sistem perakaran tanaman manggis melalui inokulasi A. rhizogenes terhadap semai

manggis, dan II) Induksi perakaran eksplan tunas manggis dengan A.

rhizogenes secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi A. rhizogenes strain ATCC-15834, 07-20001, A4, dan 509 mampu meningkatkan pertumbuhan panjang akar primer, jumlah akar sekunder dan tersier serta pertumbuhan tajuk, yaitu : diameter batang, tinggi tanaman, dan jumlah daun tanaman bibit manggis. Metode inokulasi dengan cara akar dipotong lebih efektif dalam menginokulasi akar bibit manggis dibandingkan dengan akar ditusuk. Bakteri A. rhizogenes strain ATCC-15834 konsentrasi OD600=1.0 dapat

menginokulasi akar bibit manggis umur 6 minggu. Anatomi akar bibit manggis hasil inokulasi strain ATCC-15834 menghasilkan rata-rata diameter pembuluh xilem, luas serapan permukaan sayatan melintang dan total luasan xilem akar yang lebih besar serta menghasilkan pertumbuhan rambut akar yang lebih baik dibandingkan bibit yang tidak diinokulasi. Serta menghasilkan serapan hara (N dan P) daun, dan kandungan total hormon IAA yang paling tinggi. Strain ATCC-15834 dapat mentransfer daerah TL-DNAnya pada akar bibit manggis yang dibuktikan dengan terdeteksinya gen rolB 780 bp pada gel elektroforesis. Induksi perakaran eksplan tunasmanggis secara in vitro dengan A. rhizogenes mampu menginduksi terbentuknya akar adventif pada tempat infeksi setelah diinokulasi dengan strain 509, 07-20001, dan ATCC-15834 dan mampu tumbuh hingga 75 % pada tahap aklimatisasi. Hasil anatomi akar menunjukkan bahwa inokulasi

A. rhizogenes strain 509 menghasilkan rata-rata diameter pembuluh xilem, jumlah total pembuluh xilem, luas serapan permukaan sayatan melintang, total luasan sayatan melintang dan rasio (luas serapan / total luasan sayatan melintang) yang lebih besar dibandingkan bibit manggis yang tidak diinokulasi (kontrol).

(6)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor,

Tahun 2007

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

(7)

PENINGKATAN PERAKARAN BIBIT MANGGIS

(Garcinia mangostana L.) MELALUI INOKULASI

Agrobacterium rhizogenes

L I Z A W A T I

DISERTASI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Disertasi : Peningkatan Perakaran Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) melalui Inokulasi Agrobacterium rhizogenes .

Nama Mahasiswa : Lizawati

NO. MAHASISWA : A 361020071

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Roedhy Poerwanto, M.Sc Dr. Ir. S o b i r, MS Ketua Anggota

Dr.Ir. Iman Rusmana, MS Dr. Tri Muji Ermayanti Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi pada tanggal 5

Desember 1970, adalah anak keempat dari pasangan Drs. H. M. Rusli dan Hj

Azizah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 52/IV Jambi

pada tahun 1984, SMP Negeri 8 Jambi pada tahun 1987, dan SMA Negeri I

Jambi pada tahun 1990. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Jambi

Fakultas Pertanian dan lulus pada tahun 1994. Tahun 1995 penulis diangkat

menjadi staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Penulis

melanjutkan pendidikan Master di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi

Bioteknologi dan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis mendapat

kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang doktor pada Program Studi Agronomi

Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti program S3, penulis menyajikan karya ilmiah

berjudul Metode Inokulasi Agrobacterium rhizogenes pada Bibit Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia pada bulan November 2006. Sebuah artikel akan

diterbitkan pada Jurnal Buletin Agronomi Vol. XXXV, No. 2, dengan judul

Pertumbuhan Bibit Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) setelah Inokulasi dengan Berbagai Strain Agrobacterium rhizogenes. Karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.

(10)

PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT,

karena atas rahmat dan hidayat-Nya penelitian dan penulisan Disertasi ini

berhasil diselesaikan. Penelitian ini dibiayai oleh Program Riset Unggulan

Strategis Nasional (RUSNAS) melalui Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika,

LPPM-IPB.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang

tulus kepada :

1. Prof.Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc, Dr. Ir. Sobir, MS; Dr. Ir. Iman Rusmana,

MSi, Dr. Ir. Tri Muji Ermayanti, selaku komisi pembimbing yang telah

memberikan kepercayaan dan bimbingan selama penelitian sampai

penyusunan Disertasi.

2. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS selaku Ketua Program Studi Agronomi dan seluruh

dosen Program Studi Agronomi yang selalu memberikan dukungan.

3. Dr. Ir. Nurul Khumaida, MSc selaku penguji luar komisi pada saat ujian

tertutup yang telah banyak memberikan saran dan Dr. Ir. Darda Effendi, MS

selaku penguji luar komisi pada saat ujian prakualifikasi bersama Dr. Ir.

Maya Melati, MSc sebagai wakil Program Studi Agronomi.

4. Dr. Ir. Agus Purwito, MSc dan Dr. Ir. Ika Mariska APU selaku penguji luar

komisi pada saat ujian sidang terbuka.

5. Rektor Universitas Jambi yang telah memberikan kesempatan untuk

mengikuti program S3 di IPB.

6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yang telah memberikan beasiswa

BPPS.

7. Staf dosen, peneliti dan karyawan di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika

LPPM-IPB Prof. Dr. Ir. Hj. Syafrida Manuwoto, MSc., Ir. Hj. Yayah K.

Wagiono, MEc., Dr. Ir. Sriani Sutjiprihati, MS., Dr. Ir. Rahmad Suhartanto MS.

Dr. Ir. M. Firdaus, MSi., Ir. Ivone O. Sumaraw, MS., Endang Gunawan SP.

MSi., Kusuma Darma SP. MSi., Heri Harti SP., Rena Destriani Amd., Rika

Lesmawati Amd., Naekman Naiboho SP dan M. Syafrudin atas segala

bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

8. Bapak Sulaeman, pak Sukardi, dan bu Ade serta seluruh karyawan Kebun

(11)

9. Sulassih SP dan Sapitri atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian

berlangsung di Laboratorium PKBT-IPB serta Erwin dan Deritha di Puslit

Bioteknologi LIPI-Cibinong.

10. Dr. Ir. Juliarni M.Agr, Dr. Ir. Ragapadmi Purnamaningsih, M.Si, Dr. Ir. Ireng

Darwati, Ir. Dorly MSi, Ir. Muhammad Arif Nasution, MP, Ir. La Ode Safuan,

MP, Ir. Dirvamena Boer, M.Sc, Ir. Liferdi, M.Si dan Dewi Sukma, SP. M.Si

atas kebersamaan dan diskusinya selama penelitian berlansung.

11. Dr. Ir. Nurita Toruan-Matius MS dan Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor M.Sc, yang

telah memberikan dorongan agar penulis melanjutkan program S3.

12. Ayahanda H. M. Rusli, ibunda Hj. Azizah, ayah dan ibunda mertua H. Dja’far

Madjid dan Hj. Zubaidah serta seluruh keluarga atas doa dan dukungan

yang telah diberikan kepada penulis.

13. Suami tercinta Ir. Zainuddin, M.Si dan ananda tersayang Puja Ahmad Habibi

atas pengorbanan, ketulusan, kesabaran dan pengertian yang telah

diberikan selama ini.

14. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama

pendidikan S3.

Akhirnya, diiringi doa semoga seluruh kegiatan studi ini bernilai ibadah

dihadapan Alloh SWT, baik bagi penulis maupun semua pihak yang terlibat di

dalamnya, semoga hasil-hasil penelitian ini dapat didayagunakan lebih lanjut

bagi kemaslahatan masyarakat maupun bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, 2007

(12)

GLOSARIUM

Adventif : Perkembangan organ seperti tunas, akar bunga; atau

emberio yang berasal dari suatu titik tumbuh yang tidak lazim.

Agrobacterium

rhizogenes : Bakteri tanah yang bersifat aerobik, beraksi negatif terhadap pewarnaan gram dan dapat menyebabkan terbentuknya akar rambut pada tanaman dikotil dan monokotil.

Aklimatisasi : Masa adaptasi planlet dari lingkungan fisik aseptik terkendali ke lingkungan tanah.

Apomiksis : Reproduksi melalui bentuk seperti biji tetapi tanpa melalui penyerbukan.

Auksin (IAA) : Zat pengatur tumbuh tanaman yang mendorong pertumbuhan tanaman. Auksin alami yang dikenal ialah indolaseticacid (IAA) terutama mempengaruhi perbesaran sel dan pertumbuhan pucuk apikal tanaman, inisiasi akar dan perkembangan akar samping, penghambatan masa tunas samping, menunda penuaan daun dan absisi. Aktifitas IAA dapat rusak karena intensitas cahaya yang tinggi.

Bakteri : Suatu mikroorganisme prokariotik dalam domain bacteria

Eksplan : Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk inisiasi suatu kultur misalnya kultur in vitro.

Elektroforesis : Pemisahaan molekul berdasarkan muatan listriknya.

Floem : - Kulit kayu bagian dalam pada batang yang berguna untuk mendistribusikan protein dan karbohidrat, merupakan serangkaian sel yang membentuk pembuluh ayak, mempunyai sel dasar berupa sel tapis yang berdinding sel tipis.

- Sekumpulan sel jaringan pembuluh yang berdinding tebal pada akar dan berada diantara jaringan xilem dan kulit luar akar.

Gen : Unit dasar pembawa sifat keturunan yang merupakan sekuen nukleotida-nukleotida DNA penyandi produk fungsional dari RNA.

(13)

Hara : Bahan kimia anorganik (dari dalam tanah) yang diserap oleh tanaman untuk dibentuk menjadi senyawa-senyawa organik yang kompleks yang dimanfaatkan sebagai pembentuk sel, jaringan dan organ tanaman.

Infeksi : Kemasukan bibit penyakit.

Inokulasi :Pemasukan bakteri kedalam tubuh melalui luka atau melalui alat yang digoreskan pada kulit dan tidak selalu menimbulkan infeksi.

In vitro :Di dalam tabung atau di dalam botol kultur.

In vivo : Di dalam tanaman utuh yang tumbuh dirumah kaca atau dilapang.

Jumlah kopi

(turunan) : Jumlah molekul suatu plasmid yang terdapat dalam satu sel

Juvenil : Suatu periode dalam tanaman ketika pembungaan tidak terjadi dan tanaman tidak dapat dirangsang untuk berbunga dengan ZPT atau perangsang pembungaan lainnya.

Kromosom : Molekul asam nukleat yang dapat mengadakan replikasi sendiri serta membawa sejumlah gena.

Konjugasi : Pada bakteri merupakan transper DNA diantara dua sel yang bersambungan secara temporer.

Konduktivitas

xilem : Daya hantar pembulah xilem untuk mengirimkan atau mengalirkan senyawa organik kebagian pucuk tanaman.

Kofaktor : Setiap molekul atau ion non protein yang diperlukan agar suatu enzim bisa berfungsi dengan baik. Kofaktor dapat berikatan secara permanen dengan tempat aktif enzim atau bisa berikatan secara longgar dengan subtrat selama kalisis.

Meristem : Jaringan tanaman yang terdiri dari sel-sel hidup dan berdinding tipis yang mampu membelah berulang-ulang.

Nursery : Tempat untuk pemeliharaan tanaman. Struktur atau bangunan (biasanya bernaungan) tempat tanaman dirawat , diperbanyak dan diperbesar hingga siap dipasarkan.

(14)

Planlet :Tanaman lengkap hasil regenerasi kultur in vitro

Plasmid : Molekul DNA yang biasanya sirkular, yang terpisah dari kromosom tuan rumah sering ditemukan dalam bakteri dan beberapa sel jenis lain.

Primer (pemula) : Oligonukleotid untai tunggal pendek yang bila melekat melalui pasangan basa pada molekul cetakan untai tunggal, akan bertindak sebagai titik permulaan sintesis untai yang komplementer yang diarahkan oleh enzim polimerase DNA.

Primer spesifik : Primer yang susunan nukleotidanya tertentu dan merupakan komplemen dari cetakan DNA yang akan dianalisis

Rambut akar : Seperti tabung yang tidak bercabang, terbentuk di bagian belakang daerah pemanjangan akar, permukaan luarnya berlendir dan berfungsi memperluas permukaan serapan akar

Reaksi rantai

Polimerase (PCR) : Suatu teknik untuk perbanyakan DNA in vitro dengan cara menginkubasi dengan primer khusus, molekul DNA polimerase dan nukleotida.

Rekombinasi : Pertukaran urutan DNA antara molekul-molekul yang berbeda yang terjadi baik secara alamiah maupun sebagai hasil manipulasi DNA.

Sistim jaringan

vaskuler : Sistem yang dibentuk oleh xilem dan floem diseluruh tumbuhan, yang berfungsi sebagai sistem transpor untuk air (xilem) dan nutrien (floem)

Stele : Silinder pembuluh pusat pada akar di mana xilem dan floem berada

T-DNA : Bagian plasmid Ri yang ditransfer pada DNA tanaman.

Transformasi : Proses pengambilan DNA asing oleh suatu sel yang kemudian DNA asing tersebut dapay berintegrasi dengan DNA kromosom dari sel yang mengambilnya melalui proses rekombinasi.

Virulen :Kemampuan patogen untuk menyebabkan penyakit.

(15)

Zat pengatur

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...

xiii

DAFTAR GAMBAR ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN ...

xvii

PENDAHULUAN

Latar Belakang... 1

Perumusan Masalah... 3

Tujuan Penelitian... 4

Hipotesis... 5

Kegunaan Penelitian... 5

Strategi Penelitian... 5

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tanaman Manggis ... 8

Sistem Perakaran dan Upaya Perbaikan Akar Bibit Manggis.. 10

Perbaikan Sistem Perakaran Tanaman dengan Transformasi Agrobacterium rhizogenes ... 17

PENINGKATAN PERAKARAN BIBIT MANGGIS MELALUI

INOKULASI

Agrobacterium rhizogenes

TERHADAP SEMAI

MANGGIS

Abstrak ... 27

Abstract ……….. 28

Pendahuluan ………. 29

Bahan dan Metode ……….. 31

Hasil Penelitian ………. 43

Pembahasan ... 62

Simpulan ... 69

INDUKSI AKAR EKSPLAN MANGGIS (

Garcinia mangostana

L.)

DENGAN

Agrobacterium rhizogenes

SECARA

IN VITRO

Abstrak ... 70

Abstract ……….. 71

Pendahuluan ………. 72

Bahan dan Metode ……….. 73

Hasil Penelitian ………. 77

Pembahasan ………. 88

Simpulan ……… 93

PEMBAHASAN UMUM ………..

95

SIMPULAN DAN SARAN UMUM ...

105
(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Panjang akar primer bibit (cm) dan jumlah akar sekunder bibit

manggis umur 24 MSI ... 43

2. Jumlah akar tertier dan pertambahan diameter batang bibit manggis umur 24 MSI ... .. 44

3. Pertambahan jumlah daun dan tinggi bibit manggis umur 24 MSI ... 46

4. Panjang akar primer, jumlah akar sekunder dan panjang akar tampak bibit manggis umur 15 bulan setelah inokulasi dengan berbagai strain A. rhizogenes... .... 49

5. Jumlah akar tertier bibit manggis umur 15 BSI... 50

6. Jumlah akar kuarter bibit manggis umur 15 BSI... 51

7. Anatomi akar bibit manggis umur 15 bulan BSI... 52

8. Pertambahan tinggi dan jumlah daun bibit manggis 15 bulan BSI... 56

9. Pertambahan diameter batang bibit manggis umur 15 bulan BSI... 57

10. Berat kering tajuk bibit manggis umur 15 bulan BSI... 58

11. Serapan hara daun bibit manggis umur 15 bulan BSI... 60

12. Kandungan hormon IAA akar bibit manggis umur 15 bulan BSI... 61

13. Persentase bertunas dan pembentukan tunas majemuk dari 1-8 MSP ……… 77

14. Pengaruh inokulasi beberapa strain A.rhizogenes terhadap kecepatan terbentuknya akar eksplan pucuk manggis dengan biji... 79

15. Penambahan diameter batang, tinggi dan jumlah daun tanaman manggis setelah diaklimatisasi ... 81

16. Panjang akar primer, jumlah akar sekunder, dan jumlah akar tersier tanaman manggis setelah diaklimatisasi ... 82

(18)

18. Pengaruh inokulasi beberapa strain A.rhizogenes terhadap kecepatan terbentuknya akar eksplan pucuk manggis tanpa biji... 87

19. Pertumbuhan kultur setelah di inokulasi dengan berbagai strain

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Alur kerja penelitian... 6

2. Penampang membujur zona pertumbuhan pada ujung akar... 10

3. Sayatatan melintang akar tumbuhan dikotil... 12

4. Peta genetik Agrobacterium rhizogenes (Jeng-Sheng 2001)……….. 17

5. Biosíntesis IAA pada tanaman dan bakteri………. 23

6. Bahan tanam ……….. 33

7. Tahapan Inokulasi………. 33

8. Performansi akar bibit manggis yang diinokulasi A. rhizogenes dengan metode akar dipotong...………. ... 45

9. Performansi bibit manggis hasil inokulasiberbagai stain A. rhizogenes dengan metode akar dipotong...…………... 47

10. Persentase tanaman yang hidup pada berbagai perlakuan metode inokulasi strain A.rhizogenes... 48

11. Persentase tanaman yang hidup pada berbagai strain A.rhizogenes.. 48

12. Sayatan melintang akar bibit manggis... 53

13. Rambut akar dari akar sekunder bibit tanaman manggis umur 15 bulan setelah inokulasi ... 54

14. Hasil Scanning Electron Microscop (SEM) rambut akar bibit manggis umur 15 bulan setelah diinokulasi dengan strain A.rhizogenes... 54

15. Performansi bibit manggis umur 15 bulan setelah inokulasi..…... 59

16. Hasil PCR akar bibit manggis yang diinokulasi dengan berbagai strain A. rhizogenes ...... 62

17. Induksi tunas manggis secara kultur in vitro... 78

18.Tunas terbanyak yang berhasil diinduksi secara kultur in vitro..... 78

19. Performansi akar planlet manggis umur 6 minggu setelah inokulasi.... 80

(20)

21. Performansi bibit manggis umur 3 bulan setelah aklimatisasi... 83

22. Sayatan melintang akar bibit manggis umur 3 bulan setelah aklimatisasi... 85

23. Primordia akar yang terbentuk 6 MSP... 86

24. Eksplan manggis tanpa biji umur 12 minggu... 88

25. Proses tranfer T-DNA Agrobacterium (de la Riva et al, 1998)... 97

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Metode perhitungan anatomi akar bibit manggis... 115

2. Pembuatan larutan scanning electron microscop..... 116

3. Komposisi larutan dan bahan-bahan yang digunakan untuk isolasi DNA, PCR dan elektroforesis... 117

4. Penetapan kandungan nitrogen dengan metode semi-mikro kjeldahl.. 118

5. Penetapan kandungan P dan K dengan metode pengabuan... 119

6. Prosedur analisis hormon IAA... 120

7. Komposisi media MS ... 121

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis (Garcinia mangostana L) merupakan tanaman asli Asia Tenggara dan diduga berasal dari Indonesia (Yaacob & Tindall 1997). Buah

manggis dianggap sebagai salah satu jenis buah yang terbaik, rasanya lezat dan

segar sehingga menyebabkan buah ini banyak disukai dan dijuluki sebagai

Queen of the tropical fruit”. Manggis memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan di Indonesia karena kesesuaian agroklimat dan ketersediaan

lahan.

Di Indonesia tanaman manggis ditemukan di sebagian besar wilayah

dan tersebar mulai dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa

Tenggara dan Kepulauan Maluku. Luasnya penyebaran tanaman manggis ini

mengakibatkan panjangnya masa panen manggis di Indonesia bila dibandingkan

dengan masa panen di negara-negara penghasil manggis lainnya. Hal ini

merupakan suatu potensi yang jika dimanfaatkan akan dapat menambah

pendapatan masyarakat.

Buah manggis selain dikonsumsi dalam negeri juga telah diekspor ke

mancanegara. Pada saat ini volume ekspor manggis secara konsisten terus

meningkat sejak tahun 1999, dan pada tahun 2005 ekspor manggis mencapai

8.471 ton dengan nilai US $ 6,3 juta sehingga menempati urutan pertama dari

seluruh ekspor buah segar nasional (Departemen Pertanian 2005).

Pembudidayaan tanaman manggis seharusnya telah lebih maju dari

tanaman buah-buahan tropika lainnya, akan tetapi tanaman manggis yang ada

sekarang masih sangat sedikit mendapat input budidaya. Tanaman manggis

yang ada sekarang sebahagian besar tanaman manggis tua yang terdapat di

hutan-hutan campuran, kebun campuran dan pekarangan rumah masyarakat

dimana pertumbuhan dan perkembangannya tergantung pada alam sehingga

produktivitas manggis belum optimal. Pembudidayaan tanaman manggis yang

relatif lambat dibanding tanaman buah tropika lain diduga berhubungan dengan

laju pertumbuhan manggis yang sangat lambat dengan masa yuwana (juvenil)

yang panjang (8–15 tahun) sehingga menimbulkan keengganan para petani,

(23)

Banyak laporan penelitian menyebutkan bahwa lambatnya

pertumbuhan manggis antara lain disebabkan oleh (a) buruknya sistem

perakaran, sehingga (b) penyerapan air dan hara lambat, (c) rendahnya laju

fotosintesis, dan (d) rendahnya laju pembelahan sel pada meristem pucuk

(Wible, Chacko & Downtown, 1992; Ramlan et al. 1992; Poerwanto, 2000). Pada tanaman manggis akar tumbuh dengan sangat lambat, rapuh, jumlah akar

lateral terbatas dan tidak mempunyai rambut akar, mudah rusak, dan terganggu

akibat lingkungan yang tidak menguntungkan, sehingga luas permukaan kontak

antara akar dan media tumbuh sempit yang menyebabkan serapan air dan hara

terbatas (Cox 1988). Rendahnya serapan hara dan air ke dalam tanaman

kurang mendukung aktifitas fisiologi tanaman dan menganggu ritme endogen

secara keseluruhan di dalam tanaman (Hidayat 2002).

Upaya penelitian untuk memperbaiki sistem perakaran bibit manggis

telah dilakukan oleh Poerwanto et al. (1998) dengan pemberian endomikoriza

Gigaspora sp. pada bibit manggis dan Hidayat et al. (1999) dengan pemberian IBA (50-150 ppm) pada biji dan akar manggis. Percobaan untuk meningkatkan

pertumbuhan bibit manggis secara in vitro juga telah dilakukan oleh Goh et al. (1990); Te-chato (1997) dan Pertamawati (2003). Pada penelitian ini dilakukan

percobaan menginokulasi bibit manggis dengan bakteri Agrobacterium

rhizogenes. Perbaikan sistem perakaran menggunakan A. rhizogenes telah banyak dilaporkan sebelumnya pada tanaman buah-buahan, seperti pada kiwi

(Rugini et al. 1991), apel (Sutter & Luza 1993; Damiano & Monticelli 1998), almond (Damiano et al. 1995), walnut (Caboni et al. 1996) dan pada beberapa tanaman tahunan berkayu, seperti pada Eucalyptus (MacRae & Staden 1993),

Larix dan pinus (McAfee et al. 1993; Li & Leung 2001).

Agrobacterium rhizogenes merupakan bakteri tanah gram-negatif yang termasuk pada kelompok Rhizobiacea, mempunyai kemampuan untuk

menstranfer sebagian bahan genetiknya (DNA) pada sel tanaman yang luka

(Nilson & Olsson 1997; Han et al. 1997). DNA yang ditransfer disebut dengan T-DNA yang memiliki gen-gen untuk mensintesis fitohormon yaitu auksin. Salah

satu fungsi auksin adalah diperlukan dalam proses pembelahan sel dan inisiasi

akar (Davies 2004).

(24)

memperbaiki sistem perakaran manggis dengan membentuk akar-akar adventif.

Akar ini dapat membantu peningkatan proses penyerapan air dan unsur hara

yang diperlukan dalam metabolisme tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman

manggis yang telah ditransformasi dengan menggunakan A. rhizogenes akan lebih baik dibandingkan yang tidak diinokulasi.

Perumusan Masalah

Produksi bibit merupakan faktor penting pada suatu mata rantai usaha

di bidang pertanian sehingga tersedianya bibit bermutu dalam jumlah banyak

dan dalam waktu yang relatif singkat sangat diharapkan dalam menunjang

keberhasilan pengembangan budidaya dan perbaikan kualitas produksi. Kendala

dalam pengembangan usaha tanaman manggis antara lain pertumbuhannya

yang lambat yang disebabkan oleh buruknya sistem perakaran, sehingga

penyerapan air dan hara menjadi lambat (Wible et al. 1992; Poerwanto 2000). Menurut Damiano & Monticelli (1998), pada tanaman tahunan berkayu

perakaran merupakan masalah utama yang sulit dipecahkan untuk bibit yang

diperbanyak dengan perkecambahan biji maupun in vitro. Hal ini disebabkan tingkat oksidasi fenol yang tinggi dan kurangnya ko-faktor perakaran (Mariska &

Purnamaningsih 2001).

Pada penelitian ini dilakukan inokulasi bakteri A. Rhizogenes pada bibit manggis dengan tujuan untuk meningkatkan sistem perakaran tanaman

manggis. Bakteri A. rhizogenes diharapkan dapat menginfeksi tanaman manggis, sehingga menyebabkan terjadinya proliferasi akar. Akar dapat terbentuk karena

terjadi transfer sebagian fragmen DNA yaitu T-DNA dari Agrobacterium ke dalam sel tanaman. T-DNA tersebut membawa gen-gen yang terlibat dalam

proses induksi akar yaitu daerah root loci (rol) A, B, C dan D pada bagian TL (Slightom et al. 1986; Chriqui et al. 1996), sedangkan bagian TR membawa gen iaaM dan iaaH yang terlibat dalam biosintesis auksin, selain itu transformasi ini

membawa gen yang berguna untuk menyandi sintesis senyawa opin (Giri &

Narasu 2000).

Integrasi T-DNA plasmid Ri ke dalam genom sel tanaman, apabila

(25)

reaksi hipersensitif tanaman terhadap auksin sehingga menyebabkan

berkembangnya akar (Jeng-Sheng 2001; Gelvin 2003). Akar yang terbentuk

dapat terus tumbuh walaupun bakteri sudah mati. Selain itu, jaringan tersebut

dapat tumbuh secara in vitro dalam media tanpa zat pengatur tumbuh auksin yang biasa diperlukan untuk memacu pertumbuhan jaringan tanaman.

Transformasi genetik ini terjadi secara alami, karena adanya kontak langsung

antara bakteri dengan sel tanaman. Daerah TL-DNA dari A. rhizogenes lebih penting untuk menginduksi akar, karena rolB berperan meningkatkan pool

auksin aktif dalam tanaman dengan hidrolisis konjugat IAA inaktif dan mengatur

sensivitas sel terhadap IAA. Gen rolC berperan meningkatkan level sitokinin melalui aktivitas β-glucosidase yang mampu melepaskan sitokinin aktif dari konjugatnya. Hasil akhir dari ekspresi berbagai gen rol pada T-DNA dari Ri-plasmid adalah terbentuknya jaringan akar (Jeng-Sheng 2001; Valpuesta 2002).

Sampai sejauh ini, pemanfaatan bakteri A. rhizogenes untuk

meningkatkan sistem perakaran tanaman manggis belum pernah dilaporkan.

Oleh karena itu perlu diteliti bagaimana peranan bakteri A. rhizogenes dalam meningkatkan sistem perakaran tanaman manggis sehingga didapatkan metode

yang sesuai untuk memperbaiki sistem perakaran tanaman manggis.

Perbaikan sistem perakaran tanaman manggis diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan karena perakaran yang lebih baik dapat

meningkatkan suplai hara ke tanaman, meningkatkan laju metabolisme tanaman

dan akhirnya dapat meningkatkan produksi tanaman. Dari penelitian ini

diharapkan diperoleh suatu teknologi yang dapat meningkatkan sistem

perakaran pada bibit tanaman manggis sehingga mempercepat pertumbuhan

bibit di lapangan.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi

perbaikan sistem perakaran tanaman manggis melalui inokulasi A. rhizogenes

(26)

Tujuan Khusus

1. Mendapatkan galur A. rhizogenes yang dapat menginfeksi akar manggis baik secara in vivo maupun in vitro.

2. Mempelajari sistem perakaran tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) yang telah diinfeksi A. rhizogenes.

3. Mendapatkan bibit tanaman manggis yang telah terintegrasi T-DNA dari A. rhizogenes.

Hipotesis

1. Satu atau beberapa galur A. rhizogenes dapat menginfeksi tanaman manggis baik secara in vivo maupun in vitro.

2. T-DNA dari A. rhizogenes dapat terintegrasi pada kromosom tanaman manggis.

3. Inokulasi A. rhizogenes dapat menginduksi pembentukan rambut akar pada akar semai dan planlet manggis.

4. Infeksi A. rhizogenes memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan,

morfologi, anatomi akar dan penyerapan hara bibit manggis.

Kegunaan Penelitian

1. Didapatkan landasan untuk langkah-langkah upaya perbaikan sistem

perakaran bibit manggis.

2. Mendapatkan bibit manggis dengan sistem perakaran yang lebih baik dengan

pertumbuhan yang lebih cepat.

3. Diperoleh suatu teknologi yang dapat meningkatkan sistem perakaran pada

tanaman manggis sehingga dapat mempercepat pertumbuhan bibit manggis

Strategi Penelitian

Disertasi ini disusun berdasarkan dua topik penelitian. Topik penelitian

pertama adalah “Peningkatan perakaran bibit manggis melalui inokulasi A.

rhizogenes terhadap semai manggis”, penelitian ini terdiri atas dua tahapan

(27)

percobaan kedua yang berjudul “Pengembangan protokol inokulasi A. rhizogenes yang efektif untuk menginduksi perakaran manggis”.

Topik penelitian kedua adalah “Induksi perakaran eksplan tunas manggis dengan A. rhizogenes secara in vitro”, penelitian ini terdiri atas dua tahapan percobaan yang saling berkaitan, yaitu Multiplikasi tunas tanaman manggis melalui kultur in vitro, yang bertujuan untuk mendapatkan media yang terbaik untuk multiplikasi tunas manggis secara in vitro. Eksplan manggis yang dihasilkan pada percobaan ini, diinduksi perakarannya dengan berbagai

galur A. rhizogenes pada percobaan kedua yang berjudul “Induksi perakaran eksplan tunas manggis dan aklimatisasi planlet manggis hasil inokulasi A. rhizogenes. Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan galur A. rhizogenes

yang dapat menginduksi perakaran eksplan tunas manggis secara in vitro. Bagan alur kerja penelitian yang menunjukkan keterkaitan antar

(28)

Gambar 1. Alur kerja penelitian

Agrobacterium

rhizogenes

Peningkatan

perakaran

bibit

manggis

melalui

inokulasi

A.

rhizogenes

terhadap semai manggis

Induksi perakaran eksplan tunas

manggis dengan

A. rhizogenes

secara

in vitro

Seleksi galur

A. rhizogenes

spesifik

yang menginduksi perakaran bibit

manggis

Pengembangan protokol inokulasi

A. rhizogenes

yang efektif untuk

menginduksi perakaran manggis

Mendapatkan bibit manggis dengan sistem perakaran

yang baik dengan pertumbuhan yang lebih cepat

Multiplikasi

tunas

tanaman

manggis melalui kultur

in vitro

Induksi perakaran eksplan tunas

manggis dan aklimatisasi planlet

manggis

hasil

inokulasi

A.

rhizogenes

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) yang termasuk ke dalam familia Guttiferae merupakan tanaman yang berasal dari daerah Asia Tenggara

khususnya Thailand, Malaysia dan Indonesia (Nakasone & Paull 1999).

Tanaman manggis merupakan pohon besar berdaun lebar dan rimbun. Tinggi

pohon yang telah dewasa mencapai 10-25 m. Bentuk tajuk pohon bervariasi

dari bulat silindris hingga kerucut dengan penyebaran simetris ke semua arah.

Lebar tajuk merentang hingga 12 m dan semakin mengecil ke arah puncak

pohon. Diameter batang pokok pohon dewasa dapat mencapai 60 cm dengan

percabangan ke semua arah. Daunnya tunggal dan berpasangan di sisi ranting.

Bentuk daun bulat panjang dengan ukuran panjang 13-26 cm dan lebar 6-12 cm.

Helai daunnya kaku dan tebal. Daun muda yang baru tumbuh berwarna cokelat

kemerahan, kemudian sesuai dengan umur pertumbuhannya berubah menjadi

cokelat kehijauan, hijau muda, lalu hijau tua (Tirtawinata et al. 2000).

Bunga manggis terletak di ujung ranting, memiliki tangkai bunga yang

pendek dan tebal, daun kelopak empat helai tersusun dalam dua pasang dan

daun mahkota empat helai. Kedua pasang kelopak memiliki panjang 2 cm,

berwarna hijau kekuningan, berlekuk dan tumpul, sedangkan mahkotanya

berwarna hijau kekuningan dengan bagian di sekelilingnya berwarna kemerahan,

tebal, tumpul dan berdaging. Bunga manggis muncul secara menyendiri atau

berpasangan pada bagian ujung ranting di luar kanopi (Nakasone & Paull 1999).

Bunga manggis adalah dioecious (berumah dua), tetapi hanya bunga betina

yang banyak ditemui karena bunga jantan tidak berkembang sempurna (Cox

1988).

Proses pembentukan dan perkembangan buah manggis terjadi pada

laju yang konstan antara 100–160 hari dari awal pembungaan hingga

pematangan buah. Buah manggis berdiameter 4–8 cm, berbentuk bulat,

berwarna kekuningan hingga berwarna ungu kehitaman pada saat masak dan

beratnya berkisar 30-180 g. Daging buah (aril) terdiri atas 5-7 segmen berwarna

putih, rasanya manis dan hanya mengandung 1-2 biji. Menurut Prove (1998),

komponen nutrisi dalam 100 g buah manggis yang dapat dimakan adalah : 34,0

(30)

7,0 mg kalsium; 13,0 mg magnesium; 13,0 mg fosfor; 7,0 mg sodium; 45,0

potasium; 1,0 mg zat besi; 0,03 mg vitamin B1; 0,03 mg vitamin B2; dan 4,2 mg

asam arkorbat (vitamin C).

Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar sebagai buah

kaleng, dibuat sirop dan sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah

obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna

termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat diare.

Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan kerajinan.

Biji manggis merupakan biji apomiktik, yaitu biji yang dihasilkan tanpa

fertilisasi, berwarna coklat, pipih, tidak berendosperm yang ditutupi

permukaannya oleh jaringan pembuluh (vascular bundles). Biji manggis bersifat poliembrioni dan nutrisi untuk perkembangan embrionya didukung oleh nuselus

atau jaringan integumen dan inti endosperm. Secara normal biji manggis selalu dalam keadaan lembab dan bila keadaan lembab tersebut berkurang maka biji

dapat mati, keadaan biji seperti ini dikenal dengan nama recalcitrant seed. Sekitar 10% dari biji yang berkecambah dapat menumbuhkan lebih dari satu

tunas dan masing-masing tunas dapat tumbuh pada posisi yang berlainan dan

masing-masing membawa perakarannya sendiri-sendiri (Nakasone & Paull

1999).

Tanaman manggis dapat tumbuh baik pada ketinggian 460-610 m dpl

di atas permukaan laut. Verheij (1992) menyatakan bahwa di daerah tropis

tanaman manggis masih dapat tumbuh pada ketinggian tempat lebih dari 1000

meter di atas permukaan laut, tetapi semakin tinggi tempat tumbuh akan

semakin lambat pertumbuhannya dan semakin lama awal pembungaannya.

Tanah yang disukai tanaman manggis adalah jenis tanah gembur

yang kaya kandungan bahan organik dengan drainase yang baik. Tanaman

manggis tumbuh baik pada tanah lempung berpasir dengan kandungan bahan

organik yang tinggi, di samping itu untuk pertumbuhan yang optimum tanah

harus subur, air tanahnya harus dangkal dengan ke dalaman 2-3 meter dari

permukaan tanah dan dijaga agar tanah tidak sampai kering. Derajat keasaman

tanah yang baik untuk tanaman manggis antara 5-7, tetapi tanaman toleran

terhadap pH tanah yang rendah.

Untuk kesuksesan penanaman, manggis membutuhkan curah hujan

(31)

1500-2500 mm per tahun, untuk menstimulir pembungaan tanaman manggis

membutuhkan curah hujan lebih dari 100 mm per bulan dengan musim kering

yang pendek. Menurut Tirtawinata et al. (2000) bahwa pada masa awal pertumbuhan, manggis menyukai naungan, akan tetapi menjelang dewasa, sinar

matahari penuh dapat mempercepat masa awal produksinya.

Nakasone & Paull (1999) mengemukakan bahwa udara yang lembab

dengan suhu udara berkisar 25-35oC sangat menunjang pertumbuhan tanaman

manggis. Pada suhu di bawah 20oC pertumbuhannya terhambat dan suhu di

bawah 5oC dan di atas 38oC menyebabkan kematian tanaman manggis.

Kelembaban udara optimal untuk tanaman manggis ialah sekitar 80% (Verheij

1992).

2.2. Sistem Perakaran dan Upaya Perbaikan Akar Bibit Manggis

2.2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Akar

Organ yang pertama terbentuk pada kebanyakan tanaman adalah

akar. Akar yang tumbuh langsung dari benih (radikel) berkembang menjadi

akar primer atau disebut akar tunggang (tap root) pada tanaman dikotil. Pertumbuhan lebih lanjut dari akar primer tergantung pada aktivitas dari

meristem apikalnya. Pembelahan sel berlansung sangat aktif pada bagian

meristem akar ini. Bagian meristem akar ini dilindungi oleh tudung akar (root cap). Peranan tudung akar penting sekali dalam proses pemanjangan akar pada saat akar melakukan penetrasi ke dalam tanah. Tudung akar juga

menghasilkan sejenis bubur polisakarida yang disebut musigel (mucigel) yang berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah penetrasi akar ke dalam tanah

(Lakitan 1995).

Sel-sel muda yang terbentuk pada meristem kemudian berkembang

menjadi sel-sel epidermis, korteks, endodermis, perisikel, xilem, dan floem. Di

balik tudung akar (di depan meristem) terdapat suatu zona yang terdiri beberapa

sel yang tidak aktif membelah diri. Zona ini disebut quinscent center. Zona ini berfungsi sebagai pengganti jika tudung akar atau meristem mengalami

kerusakan. Zona pemanjangan (elongation zone) akar berkisar antara 0.5-1.5 cm pada bagian ujung akar. Laju pemanjangan akar dapat mencapai 2 cm/hari

(Gambar 2). Akar primer memanjang lebih cepat dibandingkan dengan akar

(32)

dengan akar tersier. Laju pemanjangan akar juga dipengaruhi oleh faktor

internal dan berbagai faktor lingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi laju

tersebut adalah pasokan fotosintat (umumnya dalam bentuk sukrosa) dari daun.

Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain suhu tanah dan kandungan air

tanah (Campbell et al. 2000).

Selain tumbuh memanjang, akar juga tumbuh secara radial. Akar

tanaman gimnosperma dan tanaman dikotil mempunyai kambiun vaskuler yang

terletak pada posisi di antara pembuluh floem dan xilem. Kambiun berperan

dalam penambahan diameter akar (pertumbuhan radial), terutama karena

kambiun ini berperan dalam pembentukan sel-sel xilem (ke arah internal) dan

sel-sel floem (ke arah eksternal). Tanaman monokotil tidak memiliki kambiun

vaskuler. Pertumbuhan radial pada akar tanaman monokotil hanya disebabkan

oleh pembesaran sel-sel nonmeristematik. Dengan demikian, pertumbuhan

radial pada akar tanaman monokotil sangat terbatas.

Gambar 2. Penampang membujur zona pertumbuhan pada ujung akar (Sumber : Campbell et al. 2000)

Akar primer selanjutnya akan membentuk cabang yang disebut

sebagai akar sekunder. Akar sekunder umumnya tumbuh secara lateral

(horizontal) oleh sebab itu sering pula disebut sebagai akar lateral. Akar

sekunder ini terbentuk beberapa milimeter atau beberapa sentimeter dari ujung

Epidermis

Rambut akar

Stele

Kortek

Tudung

akar Meristem

apikal

Zona

pemanjangan

Zona

pembelahan Zona diferensiasi

Meristem primer

(33)

akar primer. Pertumbuhan akar sekunder dimulai pada sel-sel perisikel calon

akar sekunder ini sangat aktif membelah diri dan tumbuh menembus lapisan

sel-sel korteks dan epidermis akar primer. Sel-sel-sel perisikel calon akar sekunder ini

diduga menghasilkan enzim hidrolitik yang berperan mengurai bahan-bahan

penyusun dinding sel korteks dan epidermis yang dilalui dalam proses

pertumbuhannya (Lloret & Casero 2000). Melalui proses yang sama, akar-akar

tertier akan tumbuh dari sel-sel perisikel akar sekunder (Lakitan 1995).

2.2.2. Rambut Akar

Absorpsi air dan zat-zat terlarut oleh tumbuhan berlansung melalui

sistem perakaran. Sebagian besar absorbsi terjadi pada daerah rambut akar

yang terletak beberapa milimeter di atas ujung akar. Rambut akar adalah sel

epidermis berbentuk tabung memanjang mempunyai vakuola lebar dan biasanya

berdinding tipis, hanya beberapa tumbuhan rambut tersebut bercabang. Rambut

akar panjangnya 80–1500 µm dengan diameter antara 5–20 µm dan dapat

mencapai 200 lembar/mm2 (Hidayat 1995).

Rambut akar mulai dibentuk di luar daerah meristematik bagian akar

muda yang epidermisnya masih dapat memanjang. Rambut akar biasanya

pertama kali tampak sebagai gelembung kecil di dekat ujung apikal sel

epidermis. Jika sel epidermis terus memanjang setelah terlihat adanya

gelembung, rambut akar ditemukan agak jauh dari ujung apikal sel epidermis

yang menjelang dewasa. Rambut akar memanjang di ujungnya yang dindingnya

tipis, lunak dan lebih lembut.

Pada beberapa tanaman hanya sel epidermis akar tertentu yang

disebut trikoblas yang dapat menghasilkan rambut akar, yakni berupa sel-sel

kecil hasil pembelahan sel epidermis yang tidak sama. Cutter & Feldman (1970)

dalam Fahn (1995) mempelajari trikoblas pada Hydrocharis, selama perkembangan trikoblas, nukleus dan nukleolus bertambah volumenya.

Trikoblas berisi lebih banyak nukleohiston, protein total, RNA dan DNA inti.

Trikoblas tidak berbagi, dan nukleusnya makin menjadi poliploid makin jauh dari

ujung akar. Hal tersebut merupakan akibat pengunduran proses pendewasaan

dari rambut akar yang berkembang. Terlambatnya pendewasaan ini mungkin

(34)

Rambut akar biasanya hanya hidup dalam waktu yang singkat,

umumnya hanya beberapa hari. Dengan kematian rambut akar dan jika sel tidak

mengelupas, dinding sel epidermis menjadi bergabus dan lignin. Pada

beberapa tumbuhan, rambut akar ditemukan tetap ada pada tumbuhan. Dinding

dari rambut akar seperti itu menebal dan kehilangan kemampuan mengambil air

dari tanah.

2.2.3. Struktur Internal Akar

Epidermis adalah jaringan pelindung dan terdiri atas satu lapisan sel

yang tersusun padat. Di bawah epidermis terdapat daerah yang relatif tebal

disebut korteks. Korteks terutama tersusun dari sel-sel yang tidak terspesialisasi

secara struktural, sel parenkima, dengan ruang antar sel yang luas. Lapisan

terdalam korteks terdiri atas sebaris sel disebut endodermis. Dalam keadaan

primer dinding semua sel endodermis itu tipis kecuali penebalan seperti pita

pada sisi-sisi radial dan melintang sel terdebut. Penebalan ini dikenal sebagai

jalur Caspary atau pita Caspary (Fahn 1995). Pada akar primer jalur caspary

merupakan batas dalam dari ruang bebas dan tidak permeabel terhadap air dan

zat-zat terlarut, sehingga air dan ion-ion terlarut dipaksa melewati protoplas sel

untuk mencapai jaringan pembuluh (Harran & Tjondronegoro 1992).

Gambar 3. Sayatan melintang akar tumbuhan dikotil (Sumber : Campbell et al. 2000)

Xilem

Perisikel Floem kambium

Endodermis

Rambut akar Kortek

(35)

Bagian tengah akar dinamakan silinder pembuluh. Silinder ini terdiri

atas jaringan penyalur air (xilem) dan jaringan penyalur makanan (floem).

Antara jaringan pembuluh (xilem dan floem) dan endomermis terdapat lapisan

sel parenkima yang tak terpsesialisasi (perisikel) yang berasal dari kumpulan sel

meristimatik yang sama seperti xilem dan floem. Perisikel yang tetap

mempertahankan sifat meristematiknya membentuk akar-akar lateral. Xilem

terdiri atas sel-sel penyalur (trakeid) dan anggota pembuluh maupun serat dan

parenkima. Trakeid dewasa merupakan sel tunggal yang memanjang. Di dalam

dinding yang menebal terdapat bagian-bagian tipis (noktah) yang dapat

menyalurkan air dengan mudah. Anggota pembuluh juga terdiri atas sel-sel

tunggal dengan dinding yang serupa dengan trakeid tetapi penuh

berlubang-lubang ujungnya (Gambar 3). Sel-sel tersebut biasanya lebih pendek

dibandingkan trakeid dan tersusun dalam baris vertikal. Sebaris anggota

pembuluh dinamakan trakea. Serat merupakan sel lancip memanjang yang

berdinding tebal terutama berfungsi dalam memperkuat jaringan. Parenkima

merupakan semacam jaringan pengisi dan berfungsi dalam penyimpanan

makanan (Mauseth 1988).

Floem terdiri atas pembuluh tapis, sel pengiring, serat dan parenkima.

Anggota pembuluh tapis merupakan sel hidup, tersusun dalam barisan vertikal,

yang dikenal sebagai jaringan pembuluh tapis dan berfungsi dalam translokasi

zat-zat organik. Sel-sel pengiring merupakan sel seasal dengan anggota

pembuluh tapis dan tetap berhubungan rapat sesamanya.

2.2.4. Sistem Perakaran Tanaman Manggis

Tanaman manggis biasa diperbanyak dengan menggunakan biji, waktu

yang dibutuhkan untuk perkecambahan antara 10–45 hari. Perkecambahan

dimulai dengan pembengkakan pada benih. Akar pertama muncul dari satu

bagian pembengkakan (ujung), sedangkan tunas akan tumbuh dari bagian

pembengkakan yang lain. Selanjutnya sistem perakaran berkembang dari

bagian dasar tunas dan sistem perakaran yang pertama terbentuk berhenti

berfungsi (Verheij 1992).

Satu bulan setelah biji berkecambah, sistem perakaran tanaman

manggis masih sangat jarang. Bijinya tetap melekat pada pangkal tunas sampai

(36)

masing-masing masih memperlihatkan perakarannya. Pada umur 2-4 bulan

terjadi peningkatan akar sekunder, sedangkan pertumbuhan akar tersier dimulai

pada umur 3 bulan. Akar sekunder maupun tersier tebal, dengan permukaan

halus dan tidak berakar rambut pada semua stadia tumbuh (Rukayah &

Zabedah 1992).

Pertumbuhan tanaman manggis yang lambat berkaitan erat dengan

sistem perakarannya. Tanaman manggis mempunyai akar tunggang yang

panjang dan kuat tetapi percabangan akarnya sangat sedikit, juga tidak memiliki

bulu-bulu akar. Uniknya di antara seluruh spesies Garcinia, hanya Garcinia mangostana saja yang mempunyai perakaran lemah, sedangkan jenis lainnya memiliki perakaran kuat dan lebat. Hasil pemeriksaan sitologi terhadap tanaman

manggis memperlihatkan bahwa tanaman ini mempunyai kromosom poliploid

2n=96 yang sifatnya sangat lemah, laju pembelahan selnya rendah demikian

pula pembesaran selnya lambat, sedangkan spesies Garcinia lainnya yaitu G. Hombroniana dan G. Malaccencis, masing-masingnya memiliki jumlah kromosom, yaitu 2n=48 dan 2n=46 (Verheij 1992).

Menurut Cox (1988) pohon manggis dengan tinggi 3.8 m dan lebar

tajuk 2.5 m mempunyai sebaran akar terbanyak pada kedalaman 5-30 cm dan

akar terpanjang tidak lebih dari 1 m dari pangkal batang. Selain itu Gonzales &

Anoos (1952) dalam Pertamawati (1994) mengatakan bahwa pada setiap

tanaman manggis yang tingginya lebih dari 1 m, rata-rata mempunyai 5,6 akar

primer yang lurus dan panjang, tetapi hanya 1 atau 2 dari akar primer tersebut

yang dapat berkembang baik. Hidayat (2002) melaporkan juga bahwa, semakin

tua tanaman manggis persentase akar tersier (diameter < 2 mm = feeder root) semakin rendah. Sebaliknya persentase akar primer dan akar sekunder

semakin tinggi dengan semakin tuanya umur tanaman manggis. Akar tersier

merupakan akar penyerap air dan hara mineral, sedangkan akar primer dan akar

sekunder berperan sebagai organ penyangga batang dan penyimpan cadangan

karbohidrat. Rendahnya persentase akar tersier pada tanaman manggis

menyebabkan serapan air dan hara rendah.

2.2.3. Upaya Perbaikan Akar Bibit Manggis

Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan komoditas nonmigas,

(37)

Negara. Upaya peningkatan ekspor komoditas pertanian memerlukan dukungan

penyediaan bibit untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat.

Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang

menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperbaiki sistem

perakaran bibit manggis baik secara konvensional (in vivo) maupun secara in vitro. Pemberian mikorhiza dapat memperbaiki pertumbuhan dan perakaran bibit manggis. Poerwanto et al. (1998) melaporkan bahwa pemberian mikorhiza dapat meningkatkan pertumbuhan bibit manggis umur 4 minggu. Peningkatan

pertumbuhan bibit terbaik diperlihatkan oleh pemberian endomikorhiza

Gigaspora sp dengan meningkatkan panjang akar primer, panjang total akar dan luas daun serta berat kering akar, batang dan daun. Sementara itu, di Malaysia

dilaporkan bahwa mikorhiza jenis Scutellospora calospora dan Glamus mosseae

mampu meningkatkan panjang dan percabangan akar, meningkatkan

pertumbuhan bibit manggis dan mempersingkat waktu di pembibitan dari 24

bulan menjadi 18 bulan (Masri et al. 1998).

Penelitian Hidayat et al. (1999) diketahui bahwa pemberian 50-150 ppm IBA terhadap biji dan akar manggis meningkatkan pertambahan panjang

akar, diameter batang, bobot total tanaman, kandungan dan serapan hara daun

manggis. Pemberian trikontanol (0.075-0.150 ppm) meningkatkan panjang akar,

luas daun, bobot tanaman serta serapan hara daun bibit yang berumur 7 bulan.

Upaya perbaikan sistem perakaran manggis juga dilakukan dengan

mengiduksi perakaran manggis secara in vitro. Goh et al. (1994), berhasil menginduksi perakaran manggis dengan menggunakan IBA yang ditanam

dalam vermikulit. Hasil penelitian Te-chato & Lim (1999) perakaran manggis

lebih cepat terbentuk, lebih panjang dan kualitasnya lebih baik pada perlakuan

perendaman 4,4 mM IBA selama 15 menit dalam gelap dan dikulturkan pada

media WP yang ditambah 34,5 µM phloroglucinol. Perlakuan 10-20 ppm IBA

diinkubasi dalam gelap selama 14 hari memberikan persentase perakaran yang

baik (Triatminingsih et al. 2001).

Pertumbuhan dan perkembangan akar manggis yang dikulturkan

(38)

kultur sehingga eksplan yang mempunyai klorofil dapat melakukan proses

fotosintesis dengan optimal. Kultur seperti ini dikatakan bahwa eksplan tumbuh

dalam keadaan fotoautotrofik (perbanyakan mikro dengan media bebas gula).

Ermayanti et al. (1999) menyatakan bahwa planlet manggis yang ditanam dalam media bebas gula, menggunakan substrat vermikulit dan dengan pengaturan

CO2 menghasilkan persen perakaran dan panjang akar yang lebih tinggi

dibandingkan kontrol. Pertamawati (2003) juga mendapatkan bahwa, planlet

manggis yang dikulturkan secara in vitro dalam keadaan fotoautotrofik nyata lebih baik pertumbuhannya, akar planlet lebih panjang dan daunnya lebih luas

dibandingkan dengan keadaan miksotrofik (medium tumbuh mengandung gula).

2.3. Perbaikan Sistem Perakaran Tanaman dengan Transformasi Agrobacterium rhizogenes

2.3.1. Agrobacterium rhizogenes

Agrobacterium adalah bakteri tanah termasuk famili Rhizobiaceae bersifat aerobik, bereaksi negatip terhadap pewarnaan gram, dapat tumbuh

secara saprofit atau parasit dan menyebabkan penyakit tumor (grown gall) dan akar rambut (hairy root) pada tanaman dikotil dan monokotil. Sel-selnya yang normal berukuran 0,6–1,0 µm dan memiliki 1-6 flagela (Schaad 1988). Menurut

Winans (1992) genus ini terdiri dari dua spesies yang bersifat patogen yaitu

Agrobacterium tumefaciens dan Agrobacterium rhizogenes keduanya menginfeksi berbagai tanaman pada bagian yang luka. Infeksi sel bakteri pada

bagian yang luka menyebabkan sel tanaman berproliferasi membentuk tumor

dan akar. Infeksi oleh A. tumefaciens menyebabkan tumor yang tidak terorganisasi dan infeksi oleh A. rhizogenes menyebabkan proliferasi akar.

Induksi tumor dan akar yang terjadi disebabkan oleh terjadinya transfer

sebagian fragmen DNA atau yang disebut dengan T-DNA dari Agrobacterium

ditransfer ke dalam sel tanaman. T-DNA memiliki gen-gen untuk mensintesis

auksin dan sitokinin, sehingga apabila berinfeksi dengan DNA tanaman

mengakibatkan terjadinya over produksi fitohormon tersebut di dalam sel

tanaman (Klee et al. 1987; Winans 1992).

T-DNA ini terdapat pada plasmid besar yang disebut Ti-plasmid (tumor inducing) pada Agrobacterium tumefaciens dan Ri (root inducing) pada

(39)

terdapat pada A. rhizogenes umumnya berukuran sekitar 140–235 kbp dan fragmen DNA yang ditransfer ke dalam sel tanaman sekitar 14-42 kb yang

merupakan daerah TR dan TL-DNA. Plasmid Ri yang terdapat pada A.

rhizogenes mempunyai satu atau dua macam T-DNA yaitu left T-DNA (TL-DNA) dan right T-DNA (TR-DNA). Berbeda dengan TL-DNA, TR-DNA mempunyai

persamaan dengan T-DNA A. tumefaciens. TR-DNA mengandung gen-gen

iaaM dan iaaH yang berfungsi dalam biosintesis auksin dan membawa gen-gen

untuk menyandi sintesis senyawa opin (Giri & Narasu 2000). Sedangkan

TL-DNA mengandung gen-gen rol (root loci) yaitu : rolA, rolB, rolC dan rolD (Slightom et al. 1986). Hasil pengujian White et al. (1985) menunjukkan bahwa protein produk dari berbagai gen rol berperan dalam meningkatkan sensitivitas sel tanaman terhadap auksin. Selain itu produk gen rol juga diduga mendorong tanaman inang untuk mensintesis auksin.

Ri-plasmid dapat dibedakan berdasarkan tipe opin yang dihasilkan

yaitu agropin, manopin atau kukumopin (van der Salm et al., 1996). Senyawa-senyawa tersebut merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi Agrobacterium

yang tidak dihasilkan oleh tanaman normal. Bakteri dengan tipe agropin

mempunyai kedua bagian DNA, sedangkan bakteri dengan tipe manopin hanya

memiliki TL-DNA.

A. rhizogenes galur agropin yang mengandung TL dan TR-DNA

mengandung lokus rol yang bertanggung jawab terhadap pembentukan penyakit

akar rambut. TL-DNA ini homolog dengan T-DNA tunggal dari galur A. rhizogenes yang lain. TR-DNA membawa gen agropin (ags), mannopin (mas2’ dan mas1) dan auksin (iaaM dan iaaH) yang terlibat dalam biosintesis auksin yang juga ditemukan pada T-DNA strain A. tumefaciens (Jeng-Sheng, 2001) (Gambar 4). A.rhizogenes tipe agropin mempunyai kisaran inang yang lebih

luas dibandingkan dengan A. rhizogenes tipe lainnya. Umumnya galur

Agrobacterium yang digunakan dalam proses transformasi merupakan galur dengan inang luas dengan demikian strain bakteri tersebut patogenik terhadap

(40)

Gambar 4. Peta genetik Agrobacterium rhizogenes (Sumber : Jeng-Sheng 2001).

2. 3.2. Interaksi Agrobacterium dengan Tanaman

Proses transfer T-DNA dari Ti atau Ri plasmid ke dalam genom inti

tanaman terjadi akibat adanya interaksi antara A. tumefaciens atau A. rhizogenes dengan sel tanaman yang luka. Sel tanaman yang luka menghasilkan senyawa gula, asam amino atau senyawa fenol (Winans, 1992).

Dengan adanya isyarat tersebut maka Agrobacterium bergerak aktif menuju sel

tanaman yang luka. Untuk memperkuat interaksi ini Agrobacterium

mengeluarkan β-1,2-glukan. Beberapa gen dalam kromosom Agrobacterium

diketahui merupakan penyandi enzim yang berperan dalam sintesis berbagai

senyawa glukan, yaitu chvA, chvB dan pscA (exoC) serta gen cel yang berfungsi mensintesa selulosa fibril (Zambryski et al. 1989).

Terbentuknya senyawa fenol seperti asetosiringon (AS) dan

hidroksiasetosiringon (OH-AS) dari sel tanaman yang luka menyebabkan

(41)

protein sensor (bertugas mendeteksi adanya senyawa fenol) yang disandikan

oleh gen virA. Produk dari virA menginduksi fosforilasi dari produk virG yang kemudian mengaktifkan ekpresi dari berbagai gen vir lainnya (Powell et al. 1989; Zambryski et al. 1989; Winans 1992; Gelvin 2003).

Gen-gen lain yang aktif diantaranya adalah gen virD1 dan virD2.

Produk kedua gen ini merupakan endonuklease yang dapat menimbulkan nick

(terputusnya rantai DNA) pada basa ketiga dan keempat pada LB dan RB

sehingga dapat terjadi proses sintesis utas tunggal (ss)T-DNA. Jika virD1 dan virD2 berada dalam kondisi terbatas, digunakan juga produk virC untuk

meningkatkan sintesis (ss)T-DNA (Gelvin, 2003). Selanjutnya (ss) T-DNA

ditransfer dengan cara membentuk T-kompleks dengan produk virE2 (virE2

-T-DNA). VirE2 mengikat ssT-DNA pada situs yang tidak spesifik, berfungsi untuk

menjaga kestabilan ssT-DNA dari kerusakan akibat nuklease (Jeng-Sheng,

2001; Gelvin, 2003).

Menurut Winans (1992) produk dari virD2 akan tetap terikat pada ujung

5 dari T-kompleks dan diduga berfungsi sebagai protein pemandu dalam

pelepasan T-kompleks dari Agrobacterium ke sel tanaman, sedangkan virD1

tidak lagi berikatan dengan T-kompleks karena tidak diperlukan dalam proses

transfer T-DNA. Produk dari virB menyebabkan terbentuknya pori atau lubang yang dilewati oleh T-DNA pada proses transfer T-kompleks dari bakteri ke

tanaman.

2.3.3. Integrasi dan Ekspresi pada Genom Tanaman

Secara umum proses infeksi A. rhizogenes mirip dibandingkan dengan

A. tumefaciens. Proses transfer ssT-DNA bersifat polar, yaitu bergerak dari batas kanan ke batas kiri dimulai dari ujung 5’ ke ujung 3’ (5’–3’) mirip dengan

proses konjugasi. Satu atau beberapa kopi ssT-DNA dapat terintegrasi ke

dalam genom tanaman pada satu situs yang sama atau terpisah-pisah pada

situs yang berbeda (Armitage et al. 1987). Masuknya suatu gen asing dari suatu organisme ke sel lain (tanaman) mengalami beberapa tahap yaitu pengikatan

dan pengambilan bahan genetik pada tanaman dan penurunan sifat genetik

pada tanaman yang diregenerasikan.

Tanaman yang telah mengalami integrasi T-DNA selanjutnya

(42)

produksi fitohormon. Fitohormon tersebut diperlukan tanaman untuk

meningkatkan sintesis protein dan memacu pertumbuhan akar primordia yang

meningkatkan pertumbuhan akar. Gen-gen yang terdapat pada T-DNA

dibedakan menurut peranannya yaitu gen-gen yang mempengaruhi

keseimbangan fitohormon dalam sel tanaman inang (oncogene) atau gen yang

mempengaruhi produksi opin (opin sintetase). Pada TR-DNA gen yang berfungsi

untuk pembentuk auksin adalah iaaM (tms 1), dan iaaH (tms 2), dan juga

membawa gen untuk menyandi sintesis senyawa opin. Gen iaaM menyandi

pembentukan triptofan 2-monooksigenase yang mengkatalisis perubahan

L-triptofan menjadi senyawa indole-3-asetamida. Sedangkan iaaH menyandi

enzim amino hidrolase yang mengubah indole-3-asetamida menjadi asam

indole-3-asetat (IAA) (van der Salm et al. 1996; Jeng-Sheng 2001).

Daerah TL-DNA berukuran 20 kb, mengandung empat root loci (rol

A-D) yang terlibat dalam induksi akar, yakni rolA, rolB, rolC dan rolD yang berhubungan dengan open reading frames ORFs 10, 11, 12, dan 15 (Chriqui

1996). Jeng-Sheng (2001) menjelaskan bahwa gen rolB (ORF11) mengkodeβ

-glucosidase yang menghidrolisis indol β-glucosida yang diduga berperan meningkatkan pool auksin aktif dalam tanaman dengan hidrolisis konjugat IAA inaktif, mengatur sensivitas sel terhadap IAA dan mendorong pembentukan

meristem. Gen rolC (ORF12) diduga berperan meningkatkan level sitokinin melalui aktivitas β-glucosidase yang mampu melepaskan sitokinin aktif dari konjugatnya. Gen rolA (ORF10) terlibat lansung dalam induksi akar sedangkan

rolD (ORF15) berperan menginduksi pembungaan, namun fungsi biokimia dari kedua gen rol ini belum diketahui (Jeng-Sheng 2001; Valpuesta 2002). Rugini et al. (1992) telah membuktikan bahwa kemampuan perakaran, jumlah akar dan massa akar meningkat ketika gen rolABC terekspresi pada tanaman kiwi.

2.3.4. Perbaikan Sistem Perakaran dengan Agrobacterium rhizogenes

Perakaran masih menjadi masalah utama yang sulit dipecahkan pada

tanaman tahunan berkayu yang diperbanyak dengan metode perkecambahan

biji maupun kultur in vitro. Percobaan untuk memperbaiki sistem perakaran selama ini lebih banyak dilakukan dengan penambahan zat pengatur tumbuh

dan bahan kimia lainnya. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa awal

(43)

Gambar

Gambar 8.  Performansi akar bibit manggis umur 24 minggu setelah diinokulasi
Gambar 9.  Performansi bibit manggis umur 24 minggu setelah dinokulasi
Gambar 10.  Persentase tanaman yang hidup pada perlakuan metode inokulasi
Tabel 5.  Jumlah akar tersier (buah) bibit manggis umur 15 BSI
+7

Referensi

Dokumen terkait

ABDUL SALAM Hasil Evaluasi Adminitrasi : Memenuhi Syarat Hasil Evaluasi Teknis : Memenuhi Syarat Hasil Evaluasi Harga/Biaya : Memenuhi Syarat Hasil Evaluasi Kualifikasi :

CHAPTER IV RESEARCH FINDINGS 4.1 Cognitive Reading Strategies Frequently Used by the Students

The analysis reveals that the writers used hedges to minimize threat-to-face, be positive and negative politeness strategies, be more precise in reporting results and

Pemantauan kadar obat di dalam darah adalah suatu cara yang digunakan untuk dasar pemberian obat yang optimal berdasarkan konsentrasi target (C target) sehingga dengan

Mata kuliah ini untuk mengembangkan kompentensi dalam memahami mengenai biologi, yang mencakup : Biologi sel (Pengertian &amp; teori sel; Fisiologi sel, mulai struktur &amp;

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh corporate governance perception index (CGPI), kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan

mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida

Program computer berupa tampilan spreadsheet yang terdiri dari kolom dan baris, serta berfungsi untuk mengolah data, angka dan table adalah….. Kegunaan dari program Microsoft