MENINGKATKAN PERCAYA DIRI PADA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI METODE PEMBELAJARAN BONEKA KARAKTER DI TAMAN
KANAK-KANAK
SKRIPSI
Oleh : IKE WIJAYANTI
07810213
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Meningkatkan Percaya Diri Pada Pendidikan Karakter Melalui Metode
Pembelajaran Boneka Karakter Ditaman Kanak-Kanak”, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. Tulus Winarsunu, M. Si, selaku dekan Fakultas Psikologi
2. Dra. Siti Suminarti F., M. Si, Psi dan Ari Firmanto, S. Psi selaku pembimbing I
dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
3. Ari Firmanto, S. Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi
pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
4. Murid-murid PG/RA Ramah Anak Cahya Hati yang telah bersedia menjadi
subjek penelitian.
5. Papa dan mama, kakak dan adik yang selalu memberi dukungan, do’a dan kasih
sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seseorang yang special “Dicky Pranadipa H, S.E yang selalu memberi motivasi,
semangat serta doa saat mengerjakan sampai selesainya skripsi ini.
7. Mbk Vida, adek Yubi yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas D yang selalu memberikan
semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Malang, 20 Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iv
INTISARI ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 8
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter Pengertian Pendidikan Karakter ... 9
B. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri……… ... 10
2. Karakteristik Kepercayaan Diri………... 10
3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri………... 12
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri……… 13
C. Anak Usia Taman Kanak-Kanak………... ... . 15
D. Boneka Karakter 1. Pengertian Boneka………. 18
2. Keuntungan Penggunaan Boneka……….. 20
3. Petunjuk Penggunaan Boneka sebagai Media Pembelajaran…… 20
E. Pengaruh Pendidikan Karakter dengan Metode Pembelajaran Boneka Karakter……… 21
F. Kerangka Pikir……… 24
G. Hipotesis... ... 25
BAB III. METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian………. 26
B. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Eksperimen atau Variabel Bebas………. 28
2. Variabel Terikat…..……… 28
C. Definisi Operasional Penelitioan ... 28
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 29
2. Sampel ... 29
E. Sumber Data dan Jenis Data ... 29
F. Lokasi dan Waktu Penelitian... 30
G. Subyek Penelitian ... 30
H. Instrumen Penelitian... 30
I. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan ... 31
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 31
3. Pelaksanaan Membuat Boneka Karakter (tahap Penelitian) ... 32
K. Teknik Pengumpulan Data ... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 35
B. Analisa Data ... 50
C. Pembahasan ... 52
BAB V. PENUTUPAN A.Kesimpulan ... 57
B.Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 1 : Modul kepercayaan diri... 61
Lampiran 2 : Skala check list... 70
Lampiran 3 : Guide observasi... 74
Lampiran 4 : Blue Print “Skala Kepercayaan Diri”... 79
Lampiran 5 : Kurve normal... 79
Lampiran 6 : Independent samples test... 81
Lampiran 7 : Paired samples test... 83
Lampiran 8 : Test of normality……….. 85
Lampiran 9 : Frequencies………... 94
Lampiran 10 : Test of homogeneity of variances……… 97
DAFTAR PUSTAKA
Aline. t-t. Pendidikan karakter. Diakses 17 Maret 2011 dari
http:www//kemdiknas.go.id/list berita. html.
Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang : UMM Press.
Amriawan. t-t. Pentingnya pendidikan karakter di usia dini. Diakses 8 Juli 2010 dari
http:www.org .com. html
Azwar, S. (2002). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
David Elkind, . (2004), Pendidikan karakter. (Online)
Fuat, Ihsan. (1995). Dasar-dasar pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Hakim, T. (2002). Mengatasi rasa tidak percaya diri. Jakarta : Puspa Swara
Handayani, N. M. (2001). Kiat menghadapi rendah diri.Diakses 31 Mei 2011 dari
http//www. iqeq. web . id. html
Hurlock B, Hurlock. (1978). Perkembangan anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga
________________. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga
Iswidharmanjaya, D. (2004). Satu hari menjadi lebih percaya diri. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.
Kerlinger, F.N. (2006). Azas-azas penelitian behavioral. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Latipun. (2002). Psikologi eksperimen. Malang : UMM Press.
Lautser. P. (2004). Tes kepribaian. Jakarta : Gaya Media Pratama
Moly. t-t. Boneka adalah tiruan dari bentuk manusia. Diakses 1 Oktober 2010. dari
:http: www. html.
Musfiroh, Tadkiroatun. et al. 2005. Cerita dan perkembangan anak. Yogyakarta:
Novila.
Rahman, Hibana. 2002. Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Yogyakarta:
PGTKI Press.
Ratna Megawangi. t-t. Indonesia heritage foundation (Online).
Rini. J. F, 2002. Memupuk rasa percaya diri. Jakarta-Team e-psikologi Diakses 2
Juli 2010 dari http//www.e-psikologi.com/sosial/.html
Santoso, Soegeng. 2002. Pendidikan anak usia dini. Jakarta: Citra Pendidikan.
Santrock. JW. (2003). Perkembangan remaja. Jakarta : Erlangga
Singgih,S. (2001).SPSS Versi 10. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Sudrajat. (2010). Peran pendidikan dalam pembangunan karakter bangsa. Malang :
UMM Press.
Winarsunu, T. (1996). Statistik : Teori dan aplikasinya dalam penelitian. Malang :
UMM Press.
____________. (1996). Statistik : Dalam penelitian psikologi dan pendidikan.
Malang : UMM Press.
Yusuf Syamsu. (2006). Psikologi perkembangan pnak & pemaja. Bandung : PT.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Tuntutan
masyarakat semakin kompleks dan persainganpun semakin ketat, apalagi dalam
menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, untuk itu perlu disiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas dan berkarakter, salah satu upaya meningkatkan
sumber daya manusia adalah melalui jalur mendidikan. Pendidikan merupakan salah
satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia karena pendidikan
diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan
manusia produktif yang mampu memajukan bangsanya.
Pendidikan adalah persoalan yang khas pada manusia. Hal ini berarti bahwa
hanya mahkluk manusia saja yang di dalam kehidupannya mempunyai masalah
dengan pendidikan. Dengan pendidikan, kebutuhan manusia tentang perubahan dan
perkembangan dapat dipenuhi. Manusia tanpa perubahan dan perkembangan tidak
pernah bisa melangsungkan kehidupannya. Maka dari itu penting untuk memberikan
pendidikan karakter mulai usia dini. Pendidikan yang berorientasi pada
pembangunan karakter sangat di perlukan dalam rangka mengembangkan,
memproseskan dan menguatkan sifat mulia kemanusiaan dengan tulus dan ikhlas
dalam mencapai diri yang terbaik (excellent). Dari sudut pandang yang luas, dengan
daya cipta, manusia mulai mengubah dan mengembangkan pendidikan dengan
beraneka ragam konsep, teori, metode, dan sistem. Dunia anak adalah dunia yang
penuh dengan imajinasi. Pada usia taman kanak-kanak antara 4-6 tahun daya
imajinasi anak cukup tinggi dan lebih beragam di banding orang dewasa. Saat usia
tersebut anak sangat suka bermain peran sehingga dapat menghidupkan imajinasinya.
Sifat seorang anak adalah meniru apa yang dilihat. Penulis Amerika James Baldwin
pernah berkata “Anak-anak tidak pernah pandai mendengarkan orang tua mereka,
tetapi mereka tidak pernah gagal meniru mereka.”
Dengan perkembangan zaman dan kemajuan tehnologi fenomena yang tejadi
adalah perilaku kekerasan antar siswa seperti tawuran atau berkelahi dimana-mana.
2
sasaran. Pendidikan memiliki berbagai aspek yang berdampak luas pada tatanan
sosial dan kualitas kehidupan masyarakat. Pembentukan karakter pada lembaga
pendidikan sangat penting khususnya di ajarkan sejak anak usia dini.
Menurut (Sudrajat 2010) pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemampuan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik kepada
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan.
Sehingga menjadi manusia insan kamil. Banyak kualitas karakter yang harus
dikembangkan, namun untuk memudahkan pelaksanaan, mengembangkan konsep
pendidikan 9 pilar Karakter yang merupakan nilai-nilai luhur universal (lintas agama,
budaya dan suku). Diharapkan melalui internalisasi 9 pilar karakter ini, para siswa
akan menjadi manusia yang cinta damai, tanggung jawab, jujur, dan serangkaian
akhlak mulia lainnya. Adapun nilai-nilai 9 pilar karakter terdiri dari:
1. Cinta Tuhan dan alam beserta isinya
2. Tanggungjawab, Kedisiplinan, dan Kemandirian
3. Kejujuran
4. Hormat dan Santun
5. Kasih Sayang, Kepedulian dan Kerjasama
6. Percaya Diri, Kreatif, Kerja Keras, dan Pantang Menyerah
7. Keadilan dan Kepemimpinan
8. Baik dan Rendah Hati
9. Toleransi, Cinta Damai, dan Persatuan
Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak
atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena
usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan
potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan
orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya
terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa
kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga,
yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak (Kemdiknas
3
Peneliti dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada salah satu sub pilar
yang ke 6, yaitu percaya diri. Kepercayaan diri merupakan sikap positif individu
yang dapat meyakinkan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan dan stuasi yang dihadapinya.
Kepercayaan diri sesungguhnya merupakan rujukan dari aspek kehidupan individu.
Dimana ia memiliki kompetensi, keyakinan, kemampuan dan kepercayaan atas
dirinya bahwa seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya dukungan oleh
pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistis terhadap diri sendiri.
Hal inilah yang menjadikan kepercayaan diri sangat dibutuhkan dalam meningkatkan
potensi serta prestasi yang dimiliki untuk menjadi lebih baik (Rini,e-psikologi.com).
Menurut Maslow (dalam Iswidharmanjaya, 2004) mengungkapkan bahwa
kepercayaan diri merupakan modal dasar pengembangan dalam aktualisasi diri
(eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan kepercayaan diri yang tinggi,
seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurang
memiliki kepercayaan diri dapat menghambat pengembangan potensi diri. Sehingga
orang yang kurang memiliki kepercayaan diri akan menjadi seseorang yang pesimis
dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan,
bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya
dengan orang lain.
Permasalahan kepercayaan diri sering melanda pada anak-anak, terutama
pada anak pra sekolah yang lebih tepatnya lagi pada masa taman kanak-kanak. Oleh
karena itu peneliti menerapkan pendidikan karakter percaya diri pada anak usia
taman kanak-kanak. Karena seperti yang dijelaskan Hurlock (1978) bahwa usia
prasekolah atau “Pra Kelompok” berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu masa dimana
anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri
secara sosial. Taman Kanak-kanak (disingkat TK) jenjang pendidikan anak usia dini
(yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum
TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
4
Dampak Pendidikan Karakter terhadap Akademi Anak. Dari beberapa
penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character
Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin
tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of
Missouri-St.Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih
prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter.
Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter
menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat
keberhasilan akademik. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus,
yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action).
Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, pengetahuan (cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action), maka pendidikan karakter tidak akan
efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.
Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong
masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi
segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak
di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada
kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja
sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan
kemampuan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang
keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh
kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami
kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang
bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani
akan terbawa sampai usia dewasa.
Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi
tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti
5
karakter di sekolah sangat diperlukan, Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan
bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah
karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini
semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun
masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek
kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti
menjadi bahan pembicaraan ramai.
Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat
hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian
besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di
sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh”
karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan
adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10
besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh
negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini anak-anak justru
sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan yang
akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan menimbulkan stress
berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja
berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat perilaku remaja kita yang
senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan
SMP dan SMU.
Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang penting
untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan
SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Kami ingin
mengutip kata-kata bijak dari pemikir besar dunia. Mahatma Gandhi
memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu “education without
character”(pendidikan tanpa karakter). Dr. Martin Luther King juga pernah berkata:
“Intelligence plus character….that is the goal of true education” (Kecerdasan plus
karakter….itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya). Juga Theodore
Roosevelt yang mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to
6
bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat). (Ratna
Megawangi).
Melalui boneka karakter merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
pendidikan, termasuk dalam mendidik karakter anak. Melalui boneka karakter,
pendidik dapat mengenalkan dan menanamkan karakter pribadi yang diharapkan
seperti percaya diri agar perilaku anak sesuai dengan standart dan harapan sosial.
Sejak kecil kita sudah akrab dengan berbagai macam boneka, di sekolah dan dirumah
kita sudah banyak mengenal boneka tapi apakah metode ini cukup efektif untuk
mendidik karakter anak.
Saat ini pendidikan formal di sekolah saja tidak cukup, pengaruh lingkungan
dan kehidupan modern yang berkembang membuat kita harus waspada terhadap
hal-hal negatif yang bisa merasuki pikiran anak-anak kita. Agar anak-anak kita bisa
menjadi anak yang baik, sholeh dan berhasil dalam kehidupan di masyarakat bukan
hanya dibutuhkan kepandaian dan ilmu yang tinggi, tetapi juga harus diimbangi
dengan pembentukan karakter anak yang baik dan sholeh. Pembentukan karakter
inilah yang sangat penting kita lakukan pada saat anak kita masih usia dini, dan
orangtua harus mempunyai visi untuk pembentukan ini. Jangan abaikan pendidikan
karakter pada saat anak kita masih usia PG, TK dan SD, karena kita tidak bisa
mengulanginya lagi setelah mereka dewasa.
Karena karakter suatu bangsa merupakan aspek penting yang mempengaruhi
pada perkembangan sosial-ekonomi. Kualitas karakter yang tinggi dari masyarakat
tentunya akan menumbuhkan keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas
bangsa. Pengembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai sejak usia dini.
Sebuah ungkapan yang dipercaya secara luas menyatakan “ jika kita gagal menjadi
orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah atau
orang jahat”.
Menurut (Dorothy Law Nolte) pernah menyatakan bahwa anak belajar dari
kehidupan lingkungannya. Lengkapnya adalah : Jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki, jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi,
jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri, jika anak dibesarkan
dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri, jika anak dibesarkan dengan toleransi,
7
jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilanj, jika anak
dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan, jika anak dibesarkan
dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri, jika anak dibesarkan dengan kasih
sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan (Amriawan
2010).
Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran
dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Boneka merupakan model dari
manusia, atau yang menyerupai manusia, atau hewan. Sejak tahun 1940-an
pemakaian boneka sebagai media pendidikan menjadi populer dan banyak digunakan
di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan di Amerika. Di Eropa seni pembuatan
boneka telah sangat tua dan sangat populer serta lebih tinggi tingkat keahliannya
dibandingkan di Amerika. Di Indonesia penggunaan boneka sebagai media
pendidikan massa bukan merupakan sesuatu yang asing. Di Jawa Barat dikenal
boneka tongkat yang disebut “Wayang Golek” dipakai untuk memainkan
cerita-cerita Mahabarata dan Ramayana. Di Jawa Timur dan di Jawa Tengah dibuat pula
boneka tongkat dalam dua dimensi yang dibuat dari kayu dan disebut dengan nama
“Wayang Krucil”. Di Jawa Tengah dan di Jawa Timur pula dikenal dengan boneka
bayingbayang yang disebut “Wayang Kulit”. Untuk keperluan sekolah dapat dibuat
boneka yang disesuaikan dengan cerita-cerita jaman sekarang.
Menurut Musfiroh (2005) cerita dapat menjadi metode pembelajaran yang
menyenangkan. Selain karena mengandung hiburan (entertaint), cerita juga menjadi
metode pembelajaran yang tidak menggurui dan fleksibel. Rahman (2002)
mengungkapkan bahwa cerita adalah penggambaran tentang sesuatu secara verbal.
Melalui bercerita anak diajak berkomunikasi, berfantasi, berkhayal, dan
mengembangkan kognisinya. Bercerita merupakan suatu stimulant yang dapat
membangkitkan anak terlibat secara mental. Menurut Santoso (2002) beberapa aspek
yang perlu dikembangkan melalui cerita anak, yaitu : bermain, berdisiplin, berhati
lembut, berinisiatif, bersahaja, bersyukur, bertanggungjawab, bertenggang rasa,
bijaksana, cerdik, cermat, gigih, hemat, jujur, kemauan keras, kreatif, mandiri,
menghargai orang lain, pemaaf, pemurah, pengabdi, rajin, ramah tamah, rasa kasih
sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap
8
Maka sesuai dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, peneliti mengambil
judul skripsi: “meningkatkan percaya diri pada pendidikan karakter melalui metode
pembelajaran boneka karakter di taman kanak-kanak”. yang dianggap perlu untuk
diteliti untuk mencetak bangsa yang optimis dimasa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai
berikut :
Apakah ada pengaruh, meningkatkan percaya diri pada pendidikan karakter melalui
metode pembelajaran boneka karakter di taman kanak-kanak?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan mengadakan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan karakter percaya diri melalui metode
pembelajaran boneka karakter pada siswa taman kanak-kanak.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah:
1. Secara Teoritik
Secara umum diharapkan hasil penelitian ini, dapat memberikan
informasi dan dapat menambah pengetahuan pendidik tentang metode pendidikan
yang efektif dalam mewujutkan pendidikan yang berkarakter serta dapat
mengetahui metode pendidikan yang memiliki karakter.
2. Secara Praktis
a. Bagi Orang Tua
Diharapkan penelitian ini, dapat memberikan informasi dan pengetahuan
pada orang tua tentang salah satu metode atau cara yang dapat meningkatkan
kepercayaan diri pada anak taman kanak-kanak.
b. Bagi Guru
Sebagai salah satu acuan dan penanganan yang menarik serta