• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C Yang Terdapat Dalam Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C Yang Terdapat Dalam Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PE

TER

DA

ENGARU

RHADAP

ALAM BU

A

PROGRA

UNIV

UH SUHU

KADAR

UAH PEP

ADELIA SH N

AM EKST

FAKU

VERSITA

U DAN LA

VITAMI

PINO (

Sol

SKRIPS OLEH: HAFRIAN NIM 111524

TENSI SA

ULTAS FA

AS SUMA

MEDAN

2013

AMA PEN

IN C YAN

lanum mu

SI : NI PULUNG 4030

ARJANA

ARMASI

ATERA U

N

NYIMPA

NG TERD

uricatum

A

(2)

PE

TER

DA

Diaju

ENGARU

RHADAP

ALAM BU

ukan untuk gelar A

PROGRA

UNIV

UH SUHU

KADAR

UAH PEP

k melengka Sarjana Fa Univers ADELIA SH N

AM EKST

FAKU

VERSITA

U DAN LA

VITAMI

PINO (

Sol

SKRIPS

api salah sa armasi pad sitas Suma OLEH: HAFRIAN NIM 111524

TENSI SA

ULTAS FA

AS SUMA

MEDAN

2013

AMA PEN

IN C YAN

lanum mu

SI

atu syarat u da Fakultas atera Utara : NI PULUNG 4030

ARJANA

ARMASI

ATERA U

N

NYIMPA

NG TERD

uricatum

A

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN

TERHADAP KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT

DALAM BUAH PEPINO (

Solanum muricatum

Aiton)

OLEH:

ADELIA SHAFRIANI PULUNGAN NIM 111524030

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 20 Desember 2013

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Masria L Tambunan, M.Si., Apt. Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. NIP 195005081977022001 NIP 195008281976032002

Pembimbing II, Dra. Masria L Tambunan, M.Si., Apt. NIP 195005081977022001

Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt. Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 195406281983031002 NIP 195201041980031002

Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt. NIP 194909061980032001

Medan, 20 Desember 2013 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hadiahkan kepada Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C Yang Terdapat Dalam Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton)”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(5)

memberikan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda H. Parlindungan Pulungan dan Ibunda Hj. Zuraidah Harahap yang tiada pernah berhenti mendoakan, mencintai, dan memberikan dorongan untuk keberhasilan putrinya. Kak Evi, kak Eni, kak Umi, dan lima abangku tersayang atas segala perhatian dan kasih sayangnya. Sahabat-sahabat terdekat penulis sonanda, derma, anggita, genk KELBI (Keluarga Bahagia Farmasi) dan teman-teman ekstensi 2011, selaku tempat bertanya bila terdapat kendala teknis dan selalu memberikan dorongan, semangat dan kebersamaannya selama ini, serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis dengan besar hati menerima saran dan kritik yang membangun demi kebaikan ilmu pengetahuan saat ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, Desember 2013

Penulis,

(6)

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT DALAM BUAH PEPINO

(Solanum muricatum Aiton)

ABSTRAK

Vitamin C adalah vitamin yang tidak stabil dan sangat sensitif terhadap pengaruh luar seperti suhu, pH, oksigen, enzim, dan lama penyimpanan. Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Untuk melengkapi kebutuhan akan vitamin C, sebagai salah satu sumber vitamin C adalah buah pepino. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C yang terdapat dalam buah pepino (Solanum muricatum Aiton).

Sampel yang digunakan adalah buah pepino yang diperoleh secara purposif dari Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penyimpanan dilakukan selama 10 hari yang disimpan pada suhu ruang (+25oC) dan dalam lemari pendingin (5oC). Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan metode titrasi volumetri menggunakan larutan 2,6-diklorofenol indofenol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar vitamin C pada buah pepino. Penetapan kadar vitamin C secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol pada buah pepino yang masih segar (1 hari setelah pemetikan), yaitu 25,03 mg/100 g pada suhu ruang (+25oC) dan 25,18 mg/100 g yang disimpan dalam lemari pendingin (5oC). Pada suhu ruang (+25oC) kadar vitamin C diperoleh 22,73 mg/100 g (2 hari); 19,89 mg/100 g (4 hari); 16,70 mg/100 g (6 hari); 13,89 mg/100 g (8 hari); dan 9,98 mg/100 g (10 hari). Sedangkan pada lemari pendingin (5oC) kadar vitamin C yang diperoleh: 24,59 mg/100 g (2 hari); 21,36 mg/100 g(4 hari); 18,98 mg/100 g (6 hari); 15,54 mg/100 g (8 hari); dan 12,47 mg/100 g (10 hari). Pada suhu ruang (+25oC) mengalami penurunan sebesar 60,12% dan yang disimpan pada lemari pendingin (5oC) mengalami penurunan 50,47%. Secara statistik dengan menggunakan analisa sidik ragam, menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kadar vitamin C dalam buah pepino melalui kombinasi perlakuan.

(7)

INFLUENCE OF TEMPERATURE AND STORAGE TIME ON LEVELS OF VITAMIN C IN PEPINO FRUITS

(Solanum muricatum Aiton)

ABSTRACT

Vitamin C is unstable and sensitive to external factors such as temperature, pH, oxygen, enzyme, and storage time. Vitamin C is that the one of vitamin that needed by the body. To complement the necessary of vitamin C, as a source of vitamin C is pepino fruits. The purpose of this research is to observe the effect of temperature and storage time to the vitamin C in pepino fruits (Solanum muricatum Aiton).

The sample used in this research was pepino fruits (Solanum muricatum

Aiton) which were gained by purposive method from Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, North Sumatera. The sample was stored for 10 days in room temperature (+ 25oC) and in refrigerator (5oC). Quantitative analysis of vitamin C was done by volumetric titration method with 2,6-dichlorophenol indophenol.

The results showed that temperature and storage time affects the levels of vitamin C in the fruit of pepino . Determination of vitamin C levels by 2.6 - diklorofenol indofenol on pepino fruit is still fresh ( 1 day after plucking ), which is 25.03 mg/100 g at room temperature ( +25°C ) and 25.18 mg/100 g stored in a refrigerator (5°C ).At room temperature (+25°C ) levels of vitamin C obtained 22.73 mg/100 g (2 days); 19.89 mg/100 g (4 days) ; 16.70 mg/100 g (6 days); 13.89 mg/100 g (8 days) , and 9.98 mg/100 g (10 days) . While in the refrigerator (5°C ) levels of vitamin C were obtained: 24.59 mg/100 g (2 days) ; 21.36 mg/100 g ( 4 days ) ; 18.98 mg/100 g ( 6 days ) ; 15 , 54 mg/100 g ( 8 days), and 12.47 mg/100 g (10 days). At room temperature (+25°C ) decreased by 60.12 % and stored in the refrigerator (5°C) decreased 50.47 %. Statistically, by using analysis variance followed by Honestly Significant Difference Test showed there was a significant influence to the amount of vitamin C in pepino fruits by this experiments.

Keywords: Vitamin C, Pepino, Storage Time, Temperature, 2,6- Dichlorophenol Indophenol

 

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

(9)

2.2 Manfaat Buah Pepino ... 6

2.3 Penyimpanan Buah Dalam Lemari Pendingin ... 8

2.4 Penyimpanan Buah Pada Suhu Ruang ... 8

2.5 Vitamin ... 9

2.5.1 Vitamin C ... 9

2.5.2 Fungsi Vitamin C ... 11

2.6 Metode Penetapan Kadar Vitamin C ... 12

2.7 Analisis Uji Perolehan Kembali ... 15

2.8 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

3.2 Alat dan Bahan ... 17

3.2.1 Alat-Alat ... 17

3.2.2 Bahan-Bahan ... 17

3.3 Pengambilan Sampel ... 18

3.4 Rancangan Penelitian ... 18

(10)

3.5.1 Pembuatan Pereaksi ... 20

3.5.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 22

3.5.3 Penyiapan Sampel ... 22

3.5.4 Uji Kualitatif Vitamin C dari Larutan Sampel ... 23

3.5.5 Penetapan Kadar Vitamin C dari larutan Sampel ... 23

3.5.6 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 24

3.5.7 Uji Keseksamaan (Presisi) Metode Analisis ... 25

3.6 Analisis Data Sidik Ragam ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 26

4.2 Uji Kualitatif ... 26

4.3 Uji Kuantitatif Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Pepino 27 4.4 Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C ... 28

4.5 Analisis Uji Perolehan Kembali ... 30

4.6 Analisis Statistik ... 30

(11)

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan dan Komposisi Gizi Buah Pepino per 100 g

Bahan Pangan ... 6

Tabel 2. Perbandingan Kadar Vitamin C per 100 g Bahan Pangan ... 7

Tabel 3. Hasil Analisis Kualitatif Vitamin C dari Buah pepino ... 26

Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Terhadap Sampel

Selama Penyimpanan ... 27

Tabel 5. Hasil Uji Perolehan Kembali dari Buah Pepino ... 30

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C ... 10

Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C ... 10

Gambar 3. Reaksi Antara Vitamin C dan Iodin ... 13

Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-diklorofenol

Indofenol ... 14

Gambar 5. Kurva Kadar Vitamin C Terhadap Waktu Penyimpanan

Pada Buah Pepino ... 28

Gambar 6. Sampel Pepino (Solanum muricatum Aiton) ... 39

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 37

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku Pembanding ... 38

Lampiran 3. Sampel ... 39

Lampiran 4. Alat Mikroburet ... 40

Lampiran 5. Flowsheet ... 41

Lampiran 6. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 42

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel Yang Dianalisis ... 46

Lampiran 8. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari Buah Pepino ... 48

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) ... 49

Lampiran 10. Perhitungan Variasi (% RSD) ... 50

(15)

Lampiran 12. Penetapan Kadar Vitamin C Pada Buah Pepino Pada

Penyimpanan Suhu Kulkas ... 52

Lampiran 13. Analisis Statistik ... 53

Lampiran 14. Perhitungan Analisis Sidik Ragam ... 54

Lampiran 15. Tabel Uji F = 0,05 ... 62

Lampiran 16. Tabel Uji F = 0,01 ... 67

(16)

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT DALAM BUAH PEPINO

(Solanum muricatum Aiton)

ABSTRAK

Vitamin C adalah vitamin yang tidak stabil dan sangat sensitif terhadap pengaruh luar seperti suhu, pH, oksigen, enzim, dan lama penyimpanan. Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Untuk melengkapi kebutuhan akan vitamin C, sebagai salah satu sumber vitamin C adalah buah pepino. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C yang terdapat dalam buah pepino (Solanum muricatum Aiton).

Sampel yang digunakan adalah buah pepino yang diperoleh secara purposif dari Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penyimpanan dilakukan selama 10 hari yang disimpan pada suhu ruang (+25oC) dan dalam lemari pendingin (5oC). Penetapan kadar vitamin C dilakukan dengan metode titrasi volumetri menggunakan larutan 2,6-diklorofenol indofenol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan lama penyimpanan berpengaruh terhadap kadar vitamin C pada buah pepino. Penetapan kadar vitamin C secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol pada buah pepino yang masih segar (1 hari setelah pemetikan), yaitu 25,03 mg/100 g pada suhu ruang (+25oC) dan 25,18 mg/100 g yang disimpan dalam lemari pendingin (5oC). Pada suhu ruang (+25oC) kadar vitamin C diperoleh 22,73 mg/100 g (2 hari); 19,89 mg/100 g (4 hari); 16,70 mg/100 g (6 hari); 13,89 mg/100 g (8 hari); dan 9,98 mg/100 g (10 hari). Sedangkan pada lemari pendingin (5oC) kadar vitamin C yang diperoleh: 24,59 mg/100 g (2 hari); 21,36 mg/100 g(4 hari); 18,98 mg/100 g (6 hari); 15,54 mg/100 g (8 hari); dan 12,47 mg/100 g (10 hari). Pada suhu ruang (+25oC) mengalami penurunan sebesar 60,12% dan yang disimpan pada lemari pendingin (5oC) mengalami penurunan 50,47%. Secara statistik dengan menggunakan analisa sidik ragam, menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kadar vitamin C dalam buah pepino melalui kombinasi perlakuan.

(17)

INFLUENCE OF TEMPERATURE AND STORAGE TIME ON LEVELS OF VITAMIN C IN PEPINO FRUITS

(Solanum muricatum Aiton)

ABSTRACT

Vitamin C is unstable and sensitive to external factors such as temperature, pH, oxygen, enzyme, and storage time. Vitamin C is that the one of vitamin that needed by the body. To complement the necessary of vitamin C, as a source of vitamin C is pepino fruits. The purpose of this research is to observe the effect of temperature and storage time to the vitamin C in pepino fruits (Solanum muricatum Aiton).

The sample used in this research was pepino fruits (Solanum muricatum

Aiton) which were gained by purposive method from Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, North Sumatera. The sample was stored for 10 days in room temperature (+ 25oC) and in refrigerator (5oC). Quantitative analysis of vitamin C was done by volumetric titration method with 2,6-dichlorophenol indophenol.

The results showed that temperature and storage time affects the levels of vitamin C in the fruit of pepino . Determination of vitamin C levels by 2.6 - diklorofenol indofenol on pepino fruit is still fresh ( 1 day after plucking ), which is 25.03 mg/100 g at room temperature ( +25°C ) and 25.18 mg/100 g stored in a refrigerator (5°C ).At room temperature (+25°C ) levels of vitamin C obtained 22.73 mg/100 g (2 days); 19.89 mg/100 g (4 days) ; 16.70 mg/100 g (6 days); 13.89 mg/100 g (8 days) , and 9.98 mg/100 g (10 days) . While in the refrigerator (5°C ) levels of vitamin C were obtained: 24.59 mg/100 g (2 days) ; 21.36 mg/100 g ( 4 days ) ; 18.98 mg/100 g ( 6 days ) ; 15 , 54 mg/100 g ( 8 days), and 12.47 mg/100 g (10 days). At room temperature (+25°C ) decreased by 60.12 % and stored in the refrigerator (5°C) decreased 50.47 %. Statistically, by using analysis variance followed by Honestly Significant Difference Test showed there was a significant influence to the amount of vitamin C in pepino fruits by this experiments.

Keywords: Vitamin C, Pepino, Storage Time, Temperature, 2,6- Dichlorophenol Indophenol

 

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pepino adalah buah yang masih satu famili dengan keluarga terong. Buah pepino berasal dari Pegunungan Andes di Wilayah Peru dan Chile, Amerika Selatan. Di Indonesia, bibit pepino pertama kali didatangkan pada masa penjajahan Belanda. Ukuran buah pepino kira-kira sebesar ubi jalar, tekstur kulitnya yang mulus seperti buah apel, serta warnanya yang belang-belang ungu yang sangat unik, dan rasanya yang sedikit manis, tidak asam, dan tidak pahit (Almatsier, 2010).

Di Amerika, pepino terpilih sebagai superfruit karena mengandung antioksidan yang kuat sehingga dianggap bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kulitnya yang bercorak garis-garis membujur menjadi daya tarik utama buah pepino walau masih banyak orang yang belum mengenalnya, tetapi kini buah pepino ini semakin populer dan mudah ditemukan dimana-mana (Almatsier, 2010).

(19)

Pepino merupakan buah yang kaya akan manfaat, mempunyai kandungan air sebesar 95%. Menurut Almatsier (2010), dalam 100 gram buah pepino terkandung 26,11 mg vitamin C yang dapat mengobati sariawan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan menurunkan tekanan darah. Vitamin C juga bertindak sebagai antioksidan untuk memperlambat proses penuaan dan menurunkan risiko penyakit jantung (Anonim, 2011).

Kadar vitamin C sangat dipengaruhi oleh varietas, lingkungan, tempat tumbuh, pemakaian jenis pupuk, tingkat kematangan buah dan sebagainya. Mutu buah dapat dipertahankan bila penanganan pasca panennya baik. Dari sekian banyak komposisi dalam buah pepino, vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dan mudah teroksidasi oleh udara. Oksidasinya sangat cepat bila kondisinya alkalis, suhu yang tinggi, cahaya serta logam-logam. Oleh karena itu vitamin C digunakan sebagai parameter dalam penelitian ini sebagai salah satu vitamin yang tidak stabil (Winarno, 1991).

Metode penyimpanan buah yang sering dilakukan oleh masyarakat adalah disimpan pada dalam lemari pendingin dan disimpan pada suhu ruang (aliran udara terbuka). Penyimpanan buah dalam lemari pendingin yang stabil dapat mempertahankan tekstur alami buah karena penyimpanan pada lemari pendingin (5oC) dapat menghambat atau mengurangi laju respirasi dan transpirasi (kehilangan air) (Tranggono dan Sutardi, 1990).

(20)

Horwitz, 2002), dan metode spektrofotometri ultraviolet (Andarwulan dan Koswara, 1992).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti kandungan vitamin C dalam buah pepino dilihat dari pengaruh suhu dan lama penyimpanannya. Dalam penelitian ini digunakan metode volumetri yaitu titrasi dengan larutan diklorofenol indofenol karena selain larutan 2,6-diklorofenol indofenol lebih akurat terhadap vitamin C metode ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan.

1.2 Perumusan Masalah

a. Berapakah kadar vitamin C yang terdapat pada buah pepino (Solanum muricatum Aiton)?

b. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kandungan vitamin C dalam buah pepino?

c. Bagaimana pengaruh lama penyimpanan terhadap kandungan vitamin C dalam buah pepino?

1.3 Hipotesis

a. Terdapat kadar vitamin C yang cukup tinggi pada buah pepino b. Faktor suhu akan mempengaruhi kadar vitamin C dalam buah

pepino.

(21)

1.4 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kadar vitamin C dalam buah pepino.

b. Untuk mengetahui perubahan kadar vitamin C dalam buah pepino yang disebabkan oleh perbedaan suhu penyimpanan. c. Untuk mengetahui perubahan kadar vitamin C dalam buah

pepino yang disebabkan oleh perbedaan lamanya penyimpanan.

1.5 Manfaat Penelitian

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pepino

Pepino dikenal dengan banyak nama seperti pepino melon, melumber, melon pear, tree melon, melon shrub, mellow fruit, atau melosa. Di Indonesia, pepino juga dikenal dengan nama buah husada dewa dan buah melodi ungu. Nama pepino sendiri berasal dari bahasa Spanyol, yaitu pepino dulce yang artinya mentimun manis karena rasanya yang mirip kombinasi antara mentimun dan melon. Klasifikasi pepino yaitu sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum

Spesies : Solanum muricatum Aiton (Almatsier, 2010).

(23)

tumbuh dengan subur di dataran tinggi Karo, seperti Berastagi dan Kabanjahe (Almatsier, 2010).

2.2 Manfaat Buah Pepino

Buah pepino bisa disajikan dalam bentuk segar dengan cara dimakan langsung atau dijadikan pilihan untuk membuat jus segar. Kandungan dan komposisi gizi buah pepino per 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 : Kandungan dan komposisi gizi buah pepino per 100 gram bahan Komposisi Gizi Banyaknya (Jumlah)

Asam (mg/100 g)

Beta Karoten (mg/100 g) Lemak (%)

Protein (%) Serat (%)

Vitamin C (mg/100 g) Alkohol Gula Reduksi (%) Pati (%)

Air (%)

79,339 26,608 0.0171  0,6473 0,0779 26,119  0 3,3075 0,9553 95,028 

Almatsier, (2010).

(24)

Buah yang masih satu keluarga dengan tomat ini juga kaya akan betakaroten. Betakaroten merupakan provitamin A, yang dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang sangat berguna dalam proses penglihatan, reproduksi, metabolisme, antioksidan pencegah kanker, dan dapat memberikan perlindungan lebih optimal terhadap munculnya kanker (Almatsier, 2010).

Pepino dapat mencegah sembelit, wasir, gangguan pencernaan dan tekanan darah tinggi karena kandungan seratnya. Serat sangat dibutuhkan tubuh untuk menurunkan kadar kolesterol. Di dalam saluran pencernaan, serat akan mengikat kolesterol dan kemudian mengeluarkannya dari dalam tubuh. Serat juga berperan mengikat karsinogen pemicu kanker pada saluran pencernaan. Selain itu, serat pepino juga bermanfaat bagi penderita diabetes karena berperan mengendalikan laju gula dalam darah (Almatsier, 2010). Perbandingan kadar vitamin C per 100 g bahan pangan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Kadar Vitamin C per 100 gram Bahan Pangan Bahan Pangan Kadar Vitamin C (mg/100 g)

Jambu biji 87

(25)

2.3 Penyimpanan Buah Dalam Lemari Pendingin (5oC)

Pengendalian suhu di dalam ruang penyimpanan merupakan hal yang sangat penting. Terjadinya perubahan-perubahan dari kondisi yang dikehendaki dari buah dapat menurunkan kualitas buah tersebut. Tujuan dari penyimpanan buah pada lemari pendingin (5oC) dimaksudkan untuk memperlambat aktivitas metabolisme buah, sehingga buah dapat disimpan lebih lama. Selain itu penggunaan lemari pendingin juga dapat menghambat aktivitas mikroorganisme pembusuk (Kosman, 2007).

Buah memiliki masa simpan yang relatif singkat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas masa simpan buah. Daya simpan buah sangat erat kaitannya dengan proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan penyimpanan. Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, serta menurunkan suhu udara (Tranggono dan Sutardi, 1990).

2.4 Penyimpanan Buah Pada Suhu Ruang (+ 25oC)

(26)

2.5 Vitamin

Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi (Winarno, 1991).

Vitamin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Jenis vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin yang dapat larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, K. Bahan makanan yang kaya akan vitamin adalah sayur-sayuran dan buah-buahan (Sudarmadji, 1989). 2.5.1 Vitamin C

(27)

C O C C C O HO HO H C H O H

CH2OH  

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C (Ditjen POM, 1995)

Vitamin C disebut juga asam askorbat yaitu vitamin yang sangat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi (Andarwulan dan Koswara, 1992). Reaksi perubahan vitamin C dapat dilihat pada gambar 2.

C C HO C HO C H CHOH

CH2OH

O O C C O C O C H CHOH

CH2OH

O O COOH C C CHOH CHOH

CH2OH

O

O

COOH

COOH 3

Asam askorbat Asam Dehidro Asam diketogulonat Asam

Askorbat Oksalat

(28)

Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Oleh karena itu sering disebut Fresh Food Vitamin (Budiyanto, 2004).

2.5.2 Fungsi Vitamin C

Salah satu fungsi utama dari vitamin C adalah berperan dalam pembentukan kolagen. Vitamin C bertindak sebagai ko-enzim atau ko-faktor pada proses hidroksilasi, baik secara aktif maupun sebagai zat reduktor. Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh sehingga dapat mengakibatkan pendarahan (Tjokronegoro, 1985).

Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak terlalu menunjukkan efek samping yang jelas. Tetapi pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat. Efek samping penggunaan vitamin C sebelum makan adalah rasa nyeri pada epigastrum. Defisiensi vitamin C mengakibatkan timbulnya penyakit yang disebut skorbut, penuaan, serta penurunan daya tahan tubuh (Gilman dan Hardman, 2006).

(29)

Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Pada umumnya tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu bila seseorang mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar akan dibuang keluar (Winarno, 1991).

Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg, untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg, namun karena banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua kali lipatnya yaitu 120 mg (Silalahi, 2006).

Vitamin C dapat mencegah kanker melalui berbagai mekanisme, selain melalui inhibisi oksidasi DNA (Deoxyribose Nucleic Acid), suatu mekanisme yang penting adalah kemoproteksi terhadap senyawa mutagenik seperti nitrosamin (terbentuk melalui reaksi antara nitrit atau nitrat). Vitamin C juga dapat mencegah kanker dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus (Silalahi, 2006).

2.6 Metode Penetapan Kadar Vitamin C

Ada beberapa metode dalam penentuan kadar vitamin C yaitu: a. Metode Titrasi Iodimetri

(30)

C C HO C HO C H C

CH2OH O

O

H HO

+

I

2

C C O C O C H C

CH2OH O

O

H HO

+

2HI [image:30.595.160.455.92.263.2]

Asam askorbat Asam dehidroaskorbat Gambar 3. Reaksi antara vitamin C dan Iodin (Rohman, 2007).

Iodium akan mengoksidasi asam askorbat menjadi dehidro asam askorbat. Deteksi titik akhir titrasi pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman pada saat tercapainya titik akhir titrasi (Rohman, 2007).

b. Metode Titrasi 2,6-diklorofenol indofenol

Berdasarkan titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol, dimana terjadi reaksi reduksi 2,6-diklorofenol indofenol dengan adanya vitamin C dalam larutan asam (Sudarmadji, 1989).

(31)

Titrasi vitamin C harus dilakukan dengan cepat karena banyak faktor yang menyebabkan oksidasi vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel atau penggilingan. Oksidasi ini dapat dicegah dengan menggunakan asam metafosfat. Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dalam suasana netral atau basa (Andarwulan dan Koswara, 1992; Counsell dan Hornig, 1981).

Metode ini pada saat sekarang merupakan cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan. Metode ini lebih baik dibandingkan metode iodimetri karena zat pereduksi lain tidak mengganggu penetapan kadar vitamin C. Reaksinya berjalan kuantitatif dan praktis spesifik untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Untuk perhitungan maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C standar (Andarwulan dan Koswara, 1992). Reaksi asam askorbat dengan 2,6-diklorofenol indofenol dapat dilihat pada Gambar 4.

O Cl Cl N OH + C C HO C HO C H C

CH2OH

O O H HO OH Cl Cl N OH H + C C O C O C H C

CH2OH

O

O

H HO

2,6-diklorofenol indofenol Asam askorbat 2,6-diklorofenol indofenol dehidro asam askorbat

[image:31.595.117.459.486.632.2]

(biru) (merah muda)

(32)

c. Metode Spektrofotometri Ultraviolet

Metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut dalam air untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang maksimum pada 265 nm dan A1 1 = 556a . Oleh karena vitamin C dalam larutan mudah sekali mengalami kerusakan, maka pengukuran dengan cara ini harus dilakukan secepat mungkin. Untuk memperbaiki hasil pengukuran, sebaiknya ditambahkan senyawa pereduksi yang lebih kuat daripada vitamin C. Hasil terbaik diperoleh dengan menambahkan larutan KCN (sebagai stabilisator) ke dalam larutan vitamin (Andarwulan dan Koswara, 1992).

2.7 Analisis Uji Perolehan Kembali

(33)

Rumus perhitungan persen Recovery:

% Recovery =

B – A

X 100 % C

Keterangan: A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku vitamin C B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku vitamin C C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan

2.8 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).

Rumus perhitungan persen RSD (Harmita, 2004):

% RSD = 

X SD

100%

Keterangan: SD = standar deviasi

X = kadar rata-rata sampel

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian meliputi pengumpulan sampel, pengolahan sampel, dan penetapan kadar vitamin C yang bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dari buah pepino dengan metode titrasi menggunakan larutan 2,6-diklorofenol indofenol.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi USU pada bulan April 2013 – Juni 2013.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah buret 25 ml, mikroburet 5 ml, neraca analitik (Germany), blender, (National), kertas saring, statif dan klem, termometer, pipet ukur 10 ml, pipet volum 1 ml, pipet volum 2 ml, pipet volum 5 ml, botol timbang (Pyrex), pH indicator universal (E.Merck), dan alat-alat gelas.

3.2.2 Bahan-bahan

(35)

hidroksida,akuadest (Laboratorium), dan asam askorbat Baku Pembanding Farmakope Indonesia(sertifikat bahan baku pembanding dapat dilihat pada Lampiran 2).

3.3 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, tanpa membandingkannya dengan tumbuhan yang sama pada daerah lain. Buah pepino (Solanum muricatumAiton) yang digunakan dalam penelitian diambil dariDesa Sukadame, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Buah pepino yang dipetik yaitu buah yang masih segar, warnanya ungu yang mencolok dan mengkilat, tekstur buah masih keras dan agak mengkal, tangkai buah berwarna hijau, dan tidak ada kerusakan mekanis.

3.4. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang dilakukanmenggunakan rancangan faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu:

1. Faktor A : Lama penyimpanan dengan 6 variasi dengan interval waktu 2 hari

A0 : 1 hari setelah pemetikan A2 : 2 hari

(36)

2. Faktor B : Suhu penyimpanan dengan 2 variasi B1 : Suhu ruang (+ 25oC)

B2 : Lemari pendingin (5oC)

Sehingga kombinasi perlakuan (t) = m faktor A x n faktor B

= m.n kombinasi perlakuan

= 6 x 2 = 12

Dengan replikasi (r) setiap unit perlakuan yaitu (t-1)(r-1) >15

(12-1)(r-1) >15

r >2,364

Replikasi setiap unit perlakuan harus lebih besar dari 1,714. Rancangan penelitian ini adalah rancangan faktorial dengan desain 6x2 dan setiap perlakuan sampel dilakukan 6 kali replikasi dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih akurat (Hanafiah, 2005).

Jumlah unit perlakuan = m faktor A x n faktor B x r ulangan = 6 x 2 x 6

= 72 Keterangan :

(37)

Atas dasar kondisi yang homogen, randomisasi dilakukan secara lengkap. Hasil randomisasi kombinasi perlakuan lama penyimpanan dan suhu penyimpanan dengan replikasi sebanyak 6 kali adalah sebagai berikut:

Model matematika rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut (Hanafiah, 2005):

Y = µ + +

= µ + α + β + αβ + Keterangan:

Y : pengamatan pada perlakuan µ : nilai rerata harapan

: pengaruh faktor kombinasi perlakuan α : pengaruh faktor A (lama penyimpanan) β : pengaruh faktor B (kondisi penyimpanan) αβ : pengaruh interaksi faktor A dan B

: pengaruh galat (experimental error), ragam data akibat pengaruh non perlakuan, kesalahan dalam pengamatan/kesalahan dalam pencatatan data.

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pembuatan Pereaksi

Pembuatan pereaksi berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV (1995): 1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,025% b/v

(38)

NaHCO30,084%, kocok kuat, tambahkan air hingga 200 ml, kemudian disaring. Simpan dalam botol bersumbat kaca berwarna coklat.

2. Larutan asam metafosfat-asetat 3% b/v

Dilarutkan 15 g asam metafosfat 99% dalam 40 ml asam asetat glasial 96% dan encerkan dengan air secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat dingin, hanya boleh digunakan dalam 2 hari.

3. Larutan natrium bikarbonat 0,084% b/v

Dilarutkan 84 mg natrium bikarbonat dalam 100 ml air. 4. Larutan feri klorida 3% b/v

Dilarutkan 3 g feri klorida dalam 100 ml air. 5. Larutan perak nitrat 0,1 N b/v

Dilarutkan 17,5 g perak nitrat dalam 1000 ml air. 6. Larutan natrium hidroksida 2 N b/v

Dilarutkan 8,002 g natrium hidroksida dalam 100 ml air. 7. Larutan ammonium hidroksida 1 N v/v

Diencerkan 7,4 ml ammonium hidroksida 25% v/v dalam 100 ml air. 8. Larutan perak amoniakal

(39)

3.5.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-diklorofenol indofenol

Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat BPFI, pindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam metafosfat-asetat 3%, dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 3% sebanyak 6 ml. Kemudian titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,025% hingga warna merah muda mantap tidak kurang dari 5 detik. Lakukan titrasi blanko menggunakan 7 ml asam metafosfat-asetat 3% dan dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,025% hingga warna merah muda mantap. Kadar larutan baku 2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan kesetaraan dalam mg asam askorbat (Ditjen POM, 1995).Menurut Ditjen POM (1995), perhitungan kesetaraan dilakukan dengan rumus:

Kesetaraan (mg) %

Keterangan:

Va = volume aliquot (ml) W = Berat vitamin C (mg) Vt = Volume titrasi (ml) Vb = Volume blanko (ml) Vc = Volume labu tentukur (ml) 3.5.3 Penyiapan Sampel

(40)

metafosfat-asetat sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian disaring, filtrat pertama dibuang +3 ml.

3.5.4 Uji Kualitatif Vitamin C dari Larutan Sampel - Dengan FeCl3

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, lalu dinetralkan sampai pH 6-8 dengan penambahan NH4OH, lalu ditambahkan beberapa tetes FeCl3, akan terbentuk warna ungu (Auterhoff dan Kovar, 1987).

- Test daya reduksi dengan perak amoniakal

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel dan tambahkanbeberapa tetes pereaksi, bila perlu panaskan dalam penangas air, akan terbentuk cermin perak pada dinding tabung (Auterhoff dan Kovar, 1987). 3.5.5 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel

Dipipet 2 ml larutan sampel lalu dimasukkan kedalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu yang mantap sebagai titik akhir titrasi. Dilakukan penetapan blanko (Ditjen POM, 1995).

Menurut Horwitz (2002), kadar vitamin C dapat dihitung dengan rumus:

Kadar vitamin C (mg/g)

Keterangan:

(41)

Vp = volume pemipetan (ml) Bs = berat sampel (g)

3.5.6. Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan motode tersebut.Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).

Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi dilakukan sebagai berikut: Dikerjakan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar vitamin C dalam sampel dengan penambahan vitamin C baku yaitu 2,2 mg dengan cara sebanyak 22 mg vitamin C baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan ditambahkan asam-metafosfat asetat sampai garis tanda (konsentrasi 0,22 mg/ml), lalu di pipet sebanyak 10 ml yang ditambahkan pada sampel yang ditimbang seksama dan dilakukan enam kali pengulangan.

Rumus perhitungan persen recovery (Harmita, 2004):

% Recovery = X 100%

(42)

3.5.7 Uji Keseksamaan (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi (keseksamaan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada sampel. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).

Rumus perhitungan persen RSD:

% RSD =  X SD

100%

Keterangan: SD = standar deviasi

X = kadar rata-rata sampel

3.6 Analisis DataSidik Ragam

Pada penelitian dilakukan analisis data statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam yang bertujuan untuk menguji hipotesis sehingga dapat diketahui apakah ada pengaruh tunggal dan interaksi dari perlakuan-perlakuan yaitu lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Perhitungan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 13.

Setelah diperoleh hasil analisis sidik ragam maka dihitung koefisien keragaman (KK) yang menunjukkan derajat kejituan (accuracy atau

precission) dan keandalan hasil yang diperoleh dari suatu penelitian. Rumus perhitungan koefisien keragaman (Hanafiah, 2005):

x

%

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara adalah pepino (Solanum muricatum

Aiton.) termasuk famili Solanaceae (Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1).

4.2 Uji Kualitatif

[image:43.595.107.500.497.646.2]

Analisa kualitatif dilakukan sebagai analisa pendahuluan untuk mengetahui adanya vitamin C dalam larutan sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif dengan 2,6-diklorofenol indofenol. Hasil analisis kualitatif vitamin C pada larutan sampel pepino dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis kualitatif vitamin C pada larutan sampel pepino. Vitamin yang

dianalisis

Cara Hasil Keterangan

Vitamin C Dengan FeCl3 Ungu +

Test daya reduksi dengan Perak

Amoniakal

Cermin Perak +

Keterangan:

+ = Mengandung vitamin C

(44)

terjadinya warna ungu dengan cara penambahan FeCl3, dan terbentuknya cermin perak pada test daya reduksi.

[image:44.595.108.490.326.583.2]

4.3 Uji Kuantitatif Penetapan Kadar Vitamin C dari Buah Pepino Hasil penetapan kadar vitamin C pada buah pepino yang dilakukan secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol yang disimpan pada suhu ruang (+25oC) dan lemari pendingin (5oC)yang diperoleh dari Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil penetapan kadar vitamin C dengan metode titrasi 2,6-diklorofenolindofenol pada penyimpanan 0 – 10 hari.

Untuk kesetaraan vitamin C, diperoleh harga rata-rata d terkecil yaitu d= 0,0663%, sehingga kesetaraan vitamin C yang didapat untuk 1 ml 2,6-diklorofenol indofenol setara dengan 0,1508 mg vitamin C. Data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5.

Lama Penyimpanan (hari)

Kadar (mg/100 g) Suhu Ruang

(+25oC)

Lemari Pendingin (5oC)

0 25,03 25,18 2 22,73 24,59 4 19,89 21,36 6 16,70 18,98

8 13,89 15,54

(45)

4.4 Pengaruh Suhu danLama Penyimpanan Buah Pepino Terhadap Kadar Vitamin C

Berikut ini adalah gambar kurva kadar vitamin C setelah waktu penyimpanan, dimana selama penyimpanan kadar vitamin C semakin menurun.

Gambar 5. Kurva Kadar Vitamin C Terhadap Waktu Penyimpanan Pada Buah Pepino.

Dari Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kadar vitamin C pada penyimpanan suhu ruang (+25oC) dan lemari pendingin (5oC). Dimana pada suhu ruang (+25oC)diperoleh kadar vitamin C pepino sebesar 25,03 mg/100 g sampel (1 hari setelah pemetikan), 22,73 mg/100 g (2 hari setelah pemetikan), 19,89 mg/100 g (4 hari setelah pemetikan), 16,7 mg/100 g

25.03 22.73 19.89 16.7 13.89 9.98 25.18 24.59 21.36 18.98 15.54 12.47 0 5 10 15 20 25 30

0 2 4 6 8 10 12

Kadar

V

itamin C (mg/100 g sampel)

Lama Penyimpanan (Hari)

Suhu ruang (25oC)

lemari pendingin (5oC)

Suhu Ruang (±25°C)

[image:45.595.114.552.221.540.2]
(46)

(6 hari setelah pemetikan), 13,89 mg/100 g (8 hari setelah pemetikan), dan 9,98 mg/100 g (10 hari setelah pemetikan). Pada lemari pendingin (5oC) kadar vitamin C diperoleh: 25,18 mg/100 g (1 hari setelah pemetikan), 24,59 mg/100 g (2 hari setelah pemetikan), 21,36 mg/100 g sampel (4 hari setelah pemetikan), 18,98 mg/100 g sampel (6 hari setelah pemetikan), 15,54 mg/100 g sampel (8 hari setelah pemetikan), dan 12,47 mg/100 g sampel (10 hari setelah pemetikan). Keduanya menurun tetapi penurunan yang lebih tajam terlihat pada suhu ruang (+25oC). Kecepatan reaksi akan berkurang dengan menurunnya suhu. Disamping itu, bentuk dan tekstur buahnya juga mengalami perubahan. Dimana pada 1 hari setelah pemetikan, buah pepino masih segar, warnanya ungu mencolok dan mengkilat, tekstur buah masih keras dan agak mengkal, dan tidak ada kerusakan mekanis. Setelah dilakukan penyimpanan, semakin lama, terjadi perubahan fisiologis, seperti tekstur buah semakin lembek, warna buah semakin pucat, hingga pada 10 hari setelah pemetikan terdapatnya kerusakan mekanis seperti berlobang dan memar.

(47)

Selama penyimpanan, enzim didalam buah masih aktif. Buah akan mengalami berbagai perubahan diantaranya perubahan kimia (karbohidrat, gula, asam, lemak, pektin, aroma, pigmen, dan protein), perubahan biokimia (enzim), perubahan fisiologi (tekstur, bentuk, dan warna) dan perubahan respirasi dan produksi etilen (Andarwulan dan Koswara, 1992).

4.5 Analisis Uji Perolehan Kembali

[image:47.595.116.498.376.565.2]

Hasil uji perolehan kembali (recovery) vitamin C dari buah pepino dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Perolehan Kembali dari Buah Pepino Penyimpanan Dalam Lemari pendingin (5oC) Hari ke-10

No. Penambahan Vit. C (mg)

Berat Sampel (mg)

Perolehan Kembali (%)

1. 2,2 10,0428 104,23

2. 2,2 10,0280 97,44

3. 2,2 10,0131 101,00

4. 2,2 10,0028 97,63

5. 2,2 10,0164 97,53

6. 2,2 10,0319 97,45

Rata-rata (% Recovery) 99,21

Standard Deviation (SD) 0,6041 Relative Standard Deviation (RSD) (%) 1,76

(48)

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa akurasi dan presisi metode analisis yang dilakukan cukup tinggi.

4.6 Analisis Statistik

[image:48.595.113.548.391.634.2]

Pada penelitian ini dilakukan analisis data statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam yang bertujuan untuk menguji hipotesis sehingga dapat diketahui adanya pengaruh dari setiap perlakuan yaitu lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Perhitungan data analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 13. Data hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Hasil Analisis Sidik Ragam No Sumber Keragaman Derajat

Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung

F

α=0,05 α=0,01

1 Total 71 1813,47 - - - -

2 Kombinasi AB 11 1760,79 160,07 181,89 1,95 2,56

a. Faktor A 5 1701,80 340,36 386,77 2,36 3,34 b. Faktor B 1 47,53 47,53 54,01 4,01 7,08

c. InteraksiAB 5 11,46 2,29 2,60 2,36 3,34

3 Galat 60 52,68 0.88 - - -

Keterangan :

(49)

Dari Tabel 6 terlihat bahwa F hitung dari pengaruh tunggal dan interaksi lebih besar dari F tabel lebih signifikan pada taraf uji 5%, maka H0ditolak berarti kombinasi perlakuan dari lama penyimpanan dan suhu penyimpanan memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar vitamin C dalam buah pepino. Melalui data hasil analisa sidik ragam maka dapat dihitung koefisien keragaman (KK) yang dapat dilihat pada Lampiran 13.

Kombinasi perlakuan yaitu suhu dan lama penyimpanan memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap penurunan kadar vitamin C pada buah pepino. Penurunan kadar yang lebih besar terlihat pada hari ke-10 yaitu buah yang disimpan pada suhu ruang (+25oC) sebesar 9,98 mg/100 g.

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penetapan kadar vitamin C secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol pada buah pepino yang masih segar (1 hari setelah pemetikan), yaitu 25,03 mg/100 g pada suhu ruang (+25oC) dan 25,18 mg/100 g yang disimpan dalam lemari pendingin (5oC).Pada suhu ruang (+25oC) kadar vitamin C diperoleh 22,73 mg/100 g (2 hari); 19,89 mg/100 g (4 hari); 16,70 mg/100 g (6 hari); 13,89 mg/100 g (8 hari); dan 9,98 mg/100 g (10 hari).Sedangkan pada lemari pendingin (5oC) kadar vitamin C yang diperoleh: 24,59 mg/100 g (2 hari); 21,36 mg/100 g(4 hari); 18,98 mg/100 g (6 hari); 15,54 mg/100 g (8 hari); dan 12,47 mg/100 g (10 hari).

(51)

5.2 Saran

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2010). Healty Secret Of Pepino. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal. 52, 60, 70.

Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1992). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 33.

Anonim. (2011). Manfaat Buah Pepino atau Melodi Ungu. Diakses Tanggal 19 November 2011. http://fianzoner.blogspot.com/2010/09/.

Autherhoff, H., dan Kovar, K.A. (1987). Identifizierung Von Arzeistoffen. Diterjemahkan oleh Sugiarso. (2002). Identifikasi Obat. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 94.

Budiati, W. (2003). Makanan Sehat Edisi XVII. Bandung: Indonesia Publishing House. Hal. 140.

Budiyanto, A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi Edisi III. Malang: UMM Press. Hal. 52.

Counsell, J.N., dan Hornig, D.H (1981). Vitamin C. London: Applied Science Publisher. Hal 123-124.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 745.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1133, 1135, 1164, 1168, 1215-1216.

Feigl, F. (1960). Spot Test in Organic Analysis. Edisi Keenam. Japan: Elsevier Publishing Company. Hal. 130.

Gilman A.G., Hardman J.G., Limbird L.E. (2006). Dasar Farmakologi Terapi. Penerjemah: Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Edisi X. Jakarta: EGC. Hal. 1735-1737.

(53)

Hanafiah, K.A. (2005). Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 125.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Hal. 118-119, 121-123.

Horwitz, W. (2002). Official Methods of Analysis of Association of Officional Analytical Chemist International Edisi XVII. Maryland:AOAC International Suite 500. Hal 16-17.

Kosman, J. (2007). Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C Yang Terdapat Dalam Jeruk Siam. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 18, 22.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 52-53.

Sudarmadji, S. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Press. Hal.160, 166.

Tjokronegoro, A. (1985). Vitamin C dan Penggunaannya Dewasa ini. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 1-35.

Tranggono dan Sutardi. (1990). Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM. Hal. 51.

(54)
(55)
(56)
[image:56.595.112.323.186.343.2]

Lampiran 3. Sampel Gambar 6. Pepino

Pepino Pada Penyimpanan Suhu Ruang Pepino Pada Penyimpanan Lemari

[image:56.595.112.350.476.665.2]

(+ 250C) Pendingin (50C)

(57)
(58)

Lampiran 5. Flowsheet

Dicuci dengan air mengalir Dilap dengan kain bersih kemudian dikupas kulitnya

Di timbang sekitar 100 g

Di blender

Di timbang larutan sampel10 g

Di masukkan kedalam labu tentukur 100ml

Di tambahkan asam metafosfat asetat sampai garis tanda

Di homogenkan dan di saring

Di pipet 2 ml dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

Ditambahkan 5 ml asam metafosfat asetat

Di titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu Buah pepino

Pepino bagian daging

Larutan sampel

(59)

Lampiran 6. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol

Kesetaraan larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C dapat dihitung dengan rumus: Kesetaraan = ) ( % Vb Vt Vc kadar W Va     Keterangan:

Va = Volume aliquot (ml) W = Berat vitamin C (mg) Vc = Volume labu tentukur (ml) Vt = Volume titrasi

Vb = Volume blanko Contoh perhitungan kesetaraan: a) Berat vitamin C = 50,2 mg

Volume larutan vitamin C yang dipipet = 1 ml Rata rata volume titrasi = 3,24 ml

1 ml x 50,2 mg x

100 90 , 99

K1 = = 0,1557 mg vitamin C/ml

100 ml x (3,24 ml – 0,02 ml)

b) Berat vitamin C = 50,3 mg

(60)

1 ml x 50,3 mg x

100 90 , 99

K2 = = 0,1509 mg vitamin C/ml 100 ml x (3,35 ml – 0,02 ml)

c) Berat vitamin C = 50,4 mg

Volume larutan vitamin C yang dipipet = 1 ml Rata rata volume titrasi = 3,36 ml

1 ml x 50,4 mg x

100 90 , 99

K3 = = 0,1507 mg vitamin C/ml 100 ml x (3,36 ml – 0,02 ml)

Harga rata-rata dan deviasi

K1 + K2 0,1557 + 0,1509

Kr1 = = = 0,1533 mg vitamin C/ml

2 2

K2 – Kr1

(61)

0,1509 – 0,1533

= x 100% = 1,5655% 0,1533

K1 + K3 0,1557 + 0,1507

Kr2 = = = 0,1532 mg vitamin C/ml

2 2

K1 – Kr2

d2 = x 100% Kr2

0,1557 – 0,1532

= x 100% = 1,6318% 0,1532

K2 + K3 0,1509 + 0,1507

Kr3 = = = 0,1508 mg vitamin C/ml

2 2

K2 – Kr3

d3 = x 100% Kr3

0,1509 – 0,1508

(62)

Berat Vitamin

C (mg)

Volume Aliquot

(ml)

Volume Larutan

2,6-Diklorofenol Indofenol (ml) Blanko (ml)

Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol (mg) V1 V2 V3

V

50,2 1 3,24 3,23 3,24 3,24 0,02 0,1557

50,3 1 3,35 3,35 3,34 3,35 0,02 0,1509

50,4 1 3,36 3,36 3,35 3,36 0,02 0,1507

(63)

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis (Vt – Vb) x Kesetaraan x VL

Kadar vitamin C (mg/g sampel) =

Vp x Bs Keterangan:

Vt = volume titrasi (ml)

Vb = volume blanko (ml)

VL = volume labu (ml)

Vp = volume larutan sampel yang akan dititrasi (ml)

Bs = berat sampel (g)

Contoh penetapan kadar vitamin C pada buah pepino yang diperoleh dari Kabupaten Karo, Kabanjahe.

Berat Sampel = 10,0515 g

Volume titrasi = 0,35 ml

Kesetaraan = 0,1508 mg vitamin C

Volume labu tentukur = 100 ml

(64)

( Vt – Vb ) x Kesetaraan x VL Kadarvitamin C dalam Sampel =

Vp x Bs

(0,35 ml – 0,02 ml) x 0,1508 mg/ml x 100ml =

2 ml x 10,0515 g

(65)

Lampiran 8. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari Buah Pepino Dalam Penyimpanan Lemari Pendingin (5oC) Hari ke-10

NO

Penambahan Vitamin C

(mg)

Berat Sampel

(g)

Volume Titrasi

(ml)

Kadar (mg/100

g)

%

Recovery

%

Recovery

Rata-Rata

1 2,2 10,0428 0,49 35,28 104,23

99,21

2 2,2 10,0280 0,47 33,83 97,44

3 2,2 10,0131 0,48 34,64 101,00

4 2,2 10,0028 0,47 33,92 97,63

5 2,2 10,0164 0,47 33,87 97,53

(66)

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Kadar rata-rata vitamin C pada buah pepino pada hari ke-10 yang ditetapkan dengan metode 2,6-diklorofenol indofenol adalah 12,47 mg/100 g sampel. Penambahan sejumlah vitamin C baku dalam sampel dihitung dengan rumus: kadar vitamin C (mg/g sampel) = (Vt – Vb) x Kesetaraan x VL

Vp x Bs = (0,49 ml – 0,02 ml) x 0,1508 x 100 ml 2 ml x 10,0428 g

= 0,3528 mg vitamin C/g sampel = 35,28 mg/100 g sampel

Untuk penambahan 2,2 mg vitamin C baku ke dalam 10,0428 g sampel, maka kadar teoritis vitamin C untuk tiap g sampel:

= 2,2 x 99,90% 10,0428 g

= 0,2188 mg vitamin C/g sampel = 21,88 mg vitamin C/100 g sampel Maka % recovery :

= kadar vitamin C setelah penambahan baku – kadar vitamin C sebelum penambahan baku x 100%

kadar vitamin C baku yang ditambahkan

= 35,28 mg/100 g – 12,47 mg/100 g x 100% 21,88 mg/100 g

(67)

Lampiran 10. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD)

Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari Buah Pepino untuk Recovery

No. Kadar (mg/100 g) (Xi)

(Xi –X ) (Xi –X )2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 35,28 33,83 34,64 33,92 33,87 33,82 1,05 -0,4 0,41 -0,31 -0,36 -0,41 1,1025 0,16 0,1681 0,0961 0,1296 0,1681 ∑ Xi = 205,36

X = 34,23

∑ (Xi –X )2 = 1,8244

SD = 1 ) ( 2  

n X Xi = 1 6 8244 , 1

 = ± 0,6041 mg/100 g

% RSD = 

X SD

100%

= 100 23 , 34 6041 , 0

(68)

Lampiran 11. Penetapan kadar vitamin C pada buah pepino pada penyimpanan suhu ruang (+ 250C)

Lama Penyimpanan (hari) Berat Sampel (g) Volume titran (ml) Kadar (mg/100g) Kadar rata-rata (mg/100g) 0

10,0115 0,35 24,85 25,03

10,0935 0,35 24,65 10,0764 0,35 24,69 10,0330 0,36 25,55 10,0018 0,35 24,87 10,0106 0,36 25,60

2

10,0764 0,32 22,45 22,73

10,0491 0,33 23,26 10,0123 0,32 22,59 10,0671 0,33 23,22 10,1778 0,32 22,22 10,0059 0,32 22,61

4

10,1479 0,28 19,32 19,89

10,1137 0,28 19,38 10,1924 0,29 19,97 10,0483 0,29 20,26 10,1059 0,29 20,14 10,0443 0,29 20,27

6

10,1644 0,25 17,06 16,70

10,1773 0,24 16,30 10,0853 0,24 16,45 10,0354 0,24 16,53 10,0178 0,24 16,56 10,0295 0,25 17,29

8

10,1840 0,21 14,07 13,89

10,0741 0,20 13,47 10,1725 0,21 14,08 10,1965 0,21 14,08 10,0039 0,20 13,57 10,1782 0,21 14,08

10

10,0424 0,16 9,76 9,98

10,1235 0,16 10,43

10,0241 0,15 9,78

10,1461 0,16 10,40

10,0789 0,16 9,73

(69)

Lampiran 12. Penetapan kadar vitamin C pada buah pepino pada penyimpanan lemari pendingin (50C)

Lama penyimpanan (hari) Berat Sampel (g) Volume titran (ml) Kadar (mg/100g) Kadar rata-rata (mg/100g)

0 10,0515 0,35 24,75 25,18

10,0993 0,36 25,38 10,1746 0,36 25,20 10,0231 0,35 24,82 10,0973 0,36 25,39 10,0353 0,36 25,55

2 10,0422 0,35 24,78 24,59

10,0990 0,35 24,64 10,1334 0,35 24,55 10,0191 0,34 24,08 10,1024 0,35 24,63 10,0113 0,35 24,85

4 10,1430 0,30 20,81 21,36

10,1823 0,31 21,47 10,0847 0,31 21,68 10,0355 0,31 21,79 10,0903 0,30 20,92 10,1742 0,31 21,49

6 10,0047 0,27 18,84 18,96

10,1464 0,28 19,32 10,1076 0,27 18,65 10,0735 0,27 18,71 10,0855 0,28 19,44 10,0391 0,27 18,78

8 10,1173 0,23 15,65 15,54

10,1240 0,23 15,64 10,0291 0,23 15,79 10,1875 0,22 14,80 10,1649 0,23 15,58 10,0553 0,23 15,75

10 10,1140 0,19 12,67 12,47 10,0834 0,19 12,71

(70)

Lampiran 13. Analisis Statistik Data Hasil Perlakuan

Perlakuan Replikasi Total

Rata-rata Penyimpanan Ha

ri

1 2 3 4 5 6

Suhu ruang (+ 25oC)

0 24,85 24,65 24,69 25,55 24,87 25,60 150,21 25,03

2 22,45 23,26 22,59 23,22 22,22 22,61 136,35 22,73 4 19,32 19,38 19,97 20,26 20,14 20,27 119,34 19,89 6 17,06 16,30 16,45 16,53 16,56 17,29 100,19 16,70 8 14,07 13,47 14,08 14,08 13,57 14,08 83,35 13,89

10 9,76 10,43 9,78 10,40 9,73 9,77 59,87 9,98 Lemari

Pendingin (5oC)

0 24,75 25,38 25,20 24,82 25,39 25,55 151,09 25,18

2 24,78 24,64 24,55 24,08 24,63 24,85 147,53 24,59 4 20,81 21,47 21,68 21,79 20,92 21,49 128,16 21,36

6 18,84 19,32 18,65 18,71 19,44 18,78 113,76 18,96 8 15,65 15,64 15,79 14,80 15,58 15,75 93,21 15,54 10 12,67 12,71 12,72 12,03 12,68 11,99 74,8 12,47

(71)

Lampiran 14. Perhitungan Analisis Sidik Ragam Analisa jumlah kuadrat (JK) Utama :

1. Faktor koreksi (FK)

FK = Tijk2

m.n.r

= (1357,84)2

6x2x6

= 25607,35

2. Jumlah Kuadrat Total

JK Total = T (Yijk2) – FK

= (24,852 + 24,652+ ………+ 11,992) – 25607,35

= 27420,82 – 25607,35

= 1813,47

3. Jumlah Kuadrat Kombinasi Perlakuan

JKP AB =

– FK

= (150,212 + 136,352 + ...+ 74,82) - 25607,35

(72)

= 164208,83 - 25607,35

6

= 27368,14 – 25607,35

= 1760,79

4. Jumlah Kuadrat Gallat

JK Gallat = JK Total – JKP AB

= 1813,47 – 1760,79

= 52,68

Analisa Jumlah Kuadrat (JK) Faktorial 1. Jumlah Kuadrat Faktor A

JK A = TA2 - FK

nxr

= (301,32 +283,882+... + 134,672)- 25607,35

2x6

= 27309,15 – 25607,35

= 1701,80

2. Jumlah Kuadrat Faktor B

JK B = TB2 – FK

(73)

= (649,312+ 708,52) – 25607,35

6x6

= 25654,88 – 25607,35

= 47,53

3. Jumlah Kuadrat Interaksi Faktor A dan B

JK AB = TAB2 – FK

r

= (150,212 + 136,352 + ...+ 74,82) - 25607,35

6

= 164208,83 - 25607,35

6

= 27368,14 – 25607,35

= 1760,79

JK interaksi AB = JKAB–JKA– JK B

= 1760,79 – 1701,80 – 47,53

= 11,46

Analisis Sidik Ragam 1. SumberKeragaman:

Model matematika: Y = µ + +

(74)

Oleh karena ragam data akibat µ telah dikoreksi oleh faktor koreksi pada setiap perhitungan JK, maka dari model tersebut, sumber keragaman bagi rancangan acak lengkap faktorial adalah:

a. Total (T) dari simbol Y b. Kombinasi Perlakuan (KP)

i. Faktor Waktu (A) ii. Faktor Penyimpanan (B) iii. Faktor Interaksi A dan B (AB) c. Galat

2. DerajatBebas (V)

a. Total = (m x n x r) - 1 = (6 x 2 x 6) – 1 = 71

b. Kombinasi Perlakuan = (m x n) – 1 = 6 x 2 – 1 = 11

 Faktor A = m – 1

= 6 – 1 = 5

 Faktor B = n – 1

= 2 – 1 = 1

(75)

= 5 X 1 = 5 c. Galat = Vtotal – Vkombinasi

= 71 – 11 = 60

3. Kuadrat Tengah (KT)

KT AB = JK AB = 1760,79 = 160,07

VAB 11

 Faktor A

KT A = JK A = 1701,80 = 340,36 VA 5

 Faktor B

KT B = JK B = 47,53 = 47,53 VB 1

 FaktorInteraksi AB

KT InteraskiAB = JK AB = 11,46 = 2,29 VAB 5

b. Galat

KT Galat = JKG = 52,68 = 0,88

VG 60

(76)

 KombinasiPerlakuan

F AB = KT AB= 160,07 = 181,89 KTG 0,88

 Faktor A

F A = KT A = 340,36 = 386,77 KTG 0,88

 Faktor B

FB = KT B = 47,53 = 54,01 KG 0,88

 FaktorInteraksi AB

F InteraksiAB = KT AB = 2,29 = 2,60 KTG 0,88

5. F Tabel

F Tabel Formula α = 0,05 α = 0,01

Kombinasi Perlakuan

VAB, VG(11,60) 1,95 2,56

Faktor A VA,VG (5,60) 2,36 3,34

Faktor B VB,VG (1,60) 4,01 7,08

Interaksi AB VAB,VG (5,60) 2,36 3,34

6. Uji F

 FAVS F (VA,VG)

(77)

 FiABVS F (ViAB,VG)

7. Uji Hipotesa

 Ho : tidak ada perbedaan pengaruh waktu penyimpanan dan

tempat penyimpanan terhadap kadar vitamin C dalam buah pepino.

 H1 : ada perbedaan pengaruh waktu penyimpanan dan tempat

penyimpanan terhadap kadar vitamin C dalam buah pepino.

8. Kriteria Pengujian

Pada batas ketangguhan = 5% dan 1% pada daerah pengujian berlaku :

Ho diterima = tn (tidak nyata) bila F hitung < F tabel, Ho ditolak = n (nyata) bila F hitung > F tabel

Data Hasil Analisa Sidik Ragam No Sumber Keragaman Derajat

Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung

F

α=0,05 α=0,01

1 Total 71 1813,47 - - - -

2 Kombinasi AB 11 1760,79 160,07 181,89 1,95 2,56

a. Faktor A 5 1701,80 340,36 386,77 2.36 3,34 b. Faktor B 1 47,53 47,53 54,01 4.01 7.08

c. InteraksiAB 5 11,46 2,29 2,60 2.36 3.34

(78)

Keterangan :

Faktor A : Lama Penyimpanan Faktor B : Suhu Penyimpanan

Koefisien Keragaman = √KTGalat x 100 %

Yijk

= √ ,88 x 100 %

226,32

= 0,42%

(79)

Lampiran 15. F Tabel untuk = 0,05

df2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 df2

(80)

21 4.324789 3.466795 3.072472 2.840096 2.684779 2.572712 2.487582 2.420464 2.36605 2.320952 21 22 4.300944 3.443361 3.049124 2.816705 2.661274 2.549058 2.463771 2.396504 2.341935 2.296694 22 23 4.279343 3.42213 3.027999 2.795538 2.64 2.527656 2.442228 2.374811 2.320107 2.274724 23 24 4.259675 3.402832 3.008786 2.776289 2.620652 2.508187 2.422631 2.35508 2.300244 2.254737 24 25 4.241699 3.385196 2.991243 2.758711 2.602988 2.49041 2.404725 2.33706 2.2821 2.236476 25 26 4.2252 3.36901 2.975156 2.742595 2.586788 2.47411 2.388312 2.320526 2.265452 2.219718 26 27 4.210008 3.354131 2.960348 2.727766 2.571888 2.45911 2.373206 2.305313 2.250133 2.204295 27 28 4.195982 3.340389 2.946685 2.714074 2.558124 2.445262 2.359258 2.291266 2.235979 2.190042 28 30 4.170886 3.315833 2.922278 2.689632 2.533554 2.420521 2.334346 2.266162 2.210697 2.16458 30 40 4.08474 3.231733 2.838746 2.605972 2.449468 2.335852 2.249024 2.180172 2.124029 2.07725 40 50 4.03432 3.182606 2.79001 2.557179 2.400412 2.286434 2.199201 2.129923 2.073349 2.026141 50 60 4.001194 3.150411 2.758078 2.525212 2.368267 2.254055 2.166541 2.096968 2.040096 1.992593 60 120 3.920121 3.071776 2.680167 2.447237 2.289852 2.175007 2.086772 2.016428 1.958764 1.910461 120 100,000 3.841549 2.995819 2.604999 2.372019 2.214186 2.098687 2.009685 1.938506 1.879979 1.830799 100,

000

0.05 see below for more

Degees of Freedom of the numerator df1

df2 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 df2

(81)
(82)

000

0.05 Degees of Freedom of the numerator df1

df2 21 22 23 24 25 30 40 60 120 10000 df2

(83)

23 2.035634 2.024599 2.014424 2.005009 1.99627 1.960537 1.913939 1.864844 1.812761 1.757691 23 24 2.014584 2.003482 1.993239 1.983757 1.974961 1.938957 1.891955 1.842359 1.789644 1.733756 24 25 1.995321 1.984152 1.973845 1.964306 1.955449 1.919187 1.8718 1.821725 1.768395 1.711708 25 26 1.977625 1.966391 1.956025 1.946429 1.937515 1.901011 1.853255 1.802718 1.748795 1.69133 26 27 1.961311 1.950017 1.939593 1.929941 1.920974 1.884235 1.836128 1.78515 1.730651 1.672422 27 28 1.946223 1.934872 1.924391 1.914685 1.905669 1.86871 1.820265 1.768857 1.713801 1.654826 28 30 1.919204 1.907743 1.897163 1.887361 1.878249 1.840871 1.79179 1.739572 1.683453 1.623036 30 40 1.825978 1.814104 1.803123 1.792937 1.783459 1.744432 1.692797 1.637252 1.576609 1.50977 40 50 1.770946 1.758789 1.747534 1.737078 1.727344 1.687157 1.633682 1.575653 1.511472 1.43921 50 60 1.734591 1.722224 1.710767 1.700116 1.690191 1.649141 1.594273 1.534314 1.467267 1.390303 60 120 1.644668 1.631697 1.619656 1.608438 1.597957 1.554342 1.495202 1.429013 1.351887 1.255252 120 100,000 1.555847 1.542126 1.529346 1.517403 1.50621 1.459213 1.394086 1.318171 1.221569 1.024554 100,

(84)

Gambar

Tabel 1 : Kandungan dan komposisi gizi buah pepino per 100 gram bahan
Tabel 2. Perbandingan Kadar Vitamin C per 100 gram Bahan Pangan
Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C (Ditjen POM, 1995)
Gambar 3. Reaksi antara vitamin C dan Iodin (Rohman, 2007).
+7

Referensi

Dokumen terkait

diameter by real-time ultrasonography at the National Research Centre on Camel at Bikaner, India at 30, 45, 60, 75, and 90 days postpartum. Involution was completed from 25 to 30

- menjodohkan meja dan kursi sesuai warna - mencari teman yang tingginya

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum, Keputusan Bupati Kepala

[r]

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 10 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 49 Tahun 2011 tentang

Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Pendidikan Nasional mengenai masalah tertentu sesuai bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Bantul tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pembiayaan dan

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Rektor setelah