• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Waktu Terhadap Kadar Vitamin C yang Terdapat pada Sari Markisa (Passiflora edulis Sims) Secara Volumetri dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Waktu Terhadap Kadar Vitamin C yang Terdapat pada Sari Markisa (Passiflora edulis Sims) Secara Volumetri dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WAKTU TERHADAP KADAR VITAMIN C

YANG TERDAPAT PADA SARI MARKISA(Passiflora edulis

Sims.) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL

INDOFENOL

SKRIPSI

OLEH:

MERNA R SIPAHUTAR

NIM 101524013

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

(2)

ii

PENGARUH WAKTU TERHADAP KADAR VITAMIN C

YANG TERDAPAT PADA SARI MARKISA(Passiflora edulis

Sims.) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL

INDOFENOL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MERNA R SIPAHUTAR

NIM 101524013

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH WAKTU TERHADAP KADAR VITAMIN C

YANG TERDAPAT PADA SARI MARKISA (Passiflora edulis

Sims.) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL

INDOFENOL

OLEH: MERNA R SIPAHUTAR

NIM 101524013 Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: 23 Maret 2013

Diketahui Oleh: Pembimbing I

Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt.

NIP 195008261974122001 Panitia Penguji,

Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc.,Apt NIP 194907061980021001

Pembimbing II

Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP 195006221980021001

Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt.

NIP 195008261974122001

Dra. Salbiah, M.Si., Apt. NIP 194810031987012001

Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt. NIP 195401101980032001

Medan, Mei 2013 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan

dengan judul: “Pengaruh Waktu Terhadap Kadar Vitamin C yang Terdapat

pada Sari Markisa (Passiflora edulis Sims) Secara Volumetri dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih kepada: Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan,

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan, Ibu Dra. Siti Nurbaya,

M.Si., Apt., dan Bapak Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing

saya yang telah memberikan waktu dan petunjuk serta saran-saran selama

penelitian hingga selesainya skripsi ini, Ibu Sri Yuliasmi, S.Farm., M.Si., Apt.,

selaku penasihat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis

selama masa perkuliahan, Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Apt., Ibu Dra. Tuty Roida

Pardede, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt.,

selaku dosen penguji saya yang memberikan saran dan arahan demi perbaikan

skripsi ini.

Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada Ayahanda

Darjon Sipahutar dan Ibunda Henrika Rospita Pane yang telah memberikan cinta

(5)

v

dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta

pengorbanan baik materi maupun non-materi, adik ku tercinta (Winda, Heldro,

dan Manlintang), opung ku, dan seluruh keluarga yang memberi semangat serta

doa kepada penulis, teman-teman seperjuangan Ekstensi angkatan 2010 terima

kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini serta

seluruh pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

Spesial untuk sahabat saya Juni Arnita, Elida, Fitri, Dewi Cytra, Iin, Indra yang

memberikan saya semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat

bagi kita semua.

Medan, Mei 2013

Penulis,

(Merna Romsani Sipahutar)

(6)

vi

PENGARUH WAKTU TERHADAP KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT PADA SARI MARKISA (Passiflora edulis Sims.) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL

ABSTRAK

Buah Markisa merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Buah ini memiliki aroma yang khas dan merupakan salah satu sumber vitamin C yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai anti oksidan, mencegah sariawan, dan gusi berdarah. Selain dapat dikonsumsi langsung, markisa juga dapat dibuat jus, sari buah atau ditambahkan pada minuman-minuman buah lainnya.

Buah markisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah markisa ungu

(Passiflora edulis Sims) yang diperoleh dari Pasar Tradisional Padang Bulan,

Medan kilometer 4,5 yang berasal dari Desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Tanah Karo. Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan ini selektif terhadap Vitamin C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Vitamin C sari markisa segar (25,83 mg/100 g), didiamkan selama 1 jam (25,23 mg/100 g), 4 jam (23,64 mg/100 g), dan 8 jam (20,73 mg/100 g). Secara statistik dengan uji Duncan dan Anova menggunakan SPSS 17 diketahui adanya perbedaan kadar Vitamin C pada interval waktu tertentu yaitu pada sari segar, dibiarkan 1 jam, dibiarkan 4 jam, dan dibiarkan 8 jam. Pada uji validasi metode diperoleh persen recovery sebesar 95,86% dan RSD sebesar 0,22%.

Kata Kunci: Penetapan Kadar, Vitamin C, sari markisa, waktu, 2,6-Diklorofenol Indofenol.

(7)

vii

THE EFFECT OF TIME VITAMIN C

IN PASSION FRUIT ESSENCE (Passiflora edulis Sims.) BY VOLUMETRIC WITH 2,6-DICHLOROFENOL INDOFENOL

ABSTRACT

Passion fruit is one of fruit that is usually consumed by many people. Passion fruit has a distinctive aroma and one of the source of vitamin C that can increase endurance, as an anti-oxidant, prevent thrush, and prevent bleeding gums. Beside it can be consumed dirrectly, Passion fruit can be blend as juice, essence or be mixed with the other fruit beverages.

Passion fruit which is used in this study is the purple passion fruit (Passiflora edulis Sims) that is got from Traditional market Padang Bulan, Medan kilometri 4.5 originating from Ajinembah Village, Merek District, Tanah Karo Regency. The Assay of vitamin C conducted by volumetric method with 2,6-diklorofenol indofenol because this solution selective to vitamin C.

The result showed that the vitamin C content of fresh passion fruit essence (25.83 mg/100 g), allowed one hour (25.23 mg/100 g), 4 hours (23.64 mg/100 g), and 8 hours (20.73 mg/100 g). Statistically with Duncan and Anova, using SPSS 17 the difference in the levels of vitamin C at specific time intervals, namely the fresh juice, allowed 1 hour, 4 hours left, and left 8 hours. In the test method validation obtained percent recovery was 95.86 % and RSD is 0.22%.

Key words: Determination Levels, Vitamin C, passion fruit essence, time, 2.6-Diklorofenol Indofenol.

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesis ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Markisa ... 5

2.2 Uraian Tumbuhan ... 5

2.3 Vitamin C ... 7

2.4 Fungsi Vitamin C ... 9

2.5 Metode Penetapan Kadar Vitamin C ... 10

(9)

ix

2.6 Analisis Kembali Vitamin C yang Ditambahkan pada Sampel

(Analisis Recovery) ... 13

2.7 Analisis Data Secara Statistik ... 14

2.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

3.2 Identifikasi Tumbuhan ... 15

3.3 Bahan dan Alat ... 15

3.3.1 Alat-alat ... 15

3.3.2 Bahan-bahan ... 15

3.4 Rancangan Penelitian ... 16

3.4.1 Sampel ... 16

3.4.1.1 Pengambilan Sampel ... 16

3.5 Prosedur Penelitian ... 16

3.5.1 Pembuatan Pereaksi ... 16

3.5.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 17

3.5.3 Penyiapan Larutan Sampel ... 18

3.5.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel ... 18

3.5.5 Penetapan Kadar Baku Vitamin C dengan Metode 2,6 Diklorofenol Indofenol ... 19

3.5.6 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 19

3.5.7 Analisis Data Secara Statistik ... 20

3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 20

3.5.7.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis ... 22

3.5.7.3 Pengujian Beda Nilai Rata-rata ... 22

(10)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Identifikasi Tumbuhan ... 23

4.2 Penetapan Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa dengan Variasi Waktu ... 23

4.3 Uji Perolehan Kembali ... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 32

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Nilai Qkritis Pada Taraf Kepercayaan ... 21

Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa

Dengan Variasi Waktu ... 24

Tabel 3. Persen Penurunan Baku Vitamin C dan Sari Markisa pada

Variasi Waktu ... 24

Tabel 4. Uji F Kadar Vitamin C dari Sari Markisa pada

Variasi Waktu ... 25

Tabel 5. Analisis Himpunan Homogen Kadar Vitamin C dari

Sari Markisa pada Variasi Waktu ……… 25

Tabel 6. Hasil Uji Perolehan Kembali dari Sari Markisa .……….… 27

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C ... 7

Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C ... 8

Gambar 3. Reaksi antara Vitamin C dan Iodin ... 11

Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 12

Gambar 5. Diagram Batang Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa dengan Variasi Waktu ... 25

Gambar 6. Gambar Buah Markisa Ungu ... …... 34

Gambar 7. Gambar Bagian Isi Buah Markisa Ungu ………. 34

Gambar 8. Gambar Sari Markisa ……… 35

Gambar 9. Gambar Supernatan Sari Markisa ……….. 35

Gambar 10. Gambar Mikro Buret dan Larutan 2,6-diklorofenol indofenol .. 35

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Sertifikat Identifikasi Tumbuhan ... 32

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku Pembanding ... 33

Lampiran 3. Sampel yang Digunakan ... 34

Lampiran 4. Flowsheet ... 36

Lampiran 5. Data Perhitungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol ... 38

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis ... 41

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C pada Sari Markisa ... 42

Lampiran 8. Data Hasil Penetapan Kadar Baku Vitamin C ... 43

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis pada Sari Markisa ... 44

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Baku Vitamin C ... 48

Lampiran 11. Hasil Analisis Statistik ... 52

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Analisis Perolehan Kembali (Recovery) ... 53

Lampiran 13. Data Analisis Perolehan Kembali (Recovery) Vitamin C dari Sari Markisa ... 54

Lampiran 14. Perhitungan Koefisien Variasi (% RSD) dari Sari Markisa Untuk Recovery ... 55

Lampiran 15. Tabel Distribusi F ... 56

Lampiran 16. Tabel Distribusi t ... 57

(14)

vi

PENGARUH WAKTU TERHADAP KADAR VITAMIN C YANG TERDAPAT PADA SARI MARKISA (Passiflora edulis Sims.) SECARA VOLUMETRI DENGAN 2,6-DIKLOROFENOL INDOFENOL

ABSTRAK

Buah Markisa merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Buah ini memiliki aroma yang khas dan merupakan salah satu sumber vitamin C yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai anti oksidan, mencegah sariawan, dan gusi berdarah. Selain dapat dikonsumsi langsung, markisa juga dapat dibuat jus, sari buah atau ditambahkan pada minuman-minuman buah lainnya.

Buah markisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah markisa ungu

(Passiflora edulis Sims) yang diperoleh dari Pasar Tradisional Padang Bulan,

Medan kilometer 4,5 yang berasal dari Desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Tanah Karo. Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan 2,6-diklorofenol indofenol karena larutan ini selektif terhadap Vitamin C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Vitamin C sari markisa segar (25,83 mg/100 g), didiamkan selama 1 jam (25,23 mg/100 g), 4 jam (23,64 mg/100 g), dan 8 jam (20,73 mg/100 g). Secara statistik dengan uji Duncan dan Anova menggunakan SPSS 17 diketahui adanya perbedaan kadar Vitamin C pada interval waktu tertentu yaitu pada sari segar, dibiarkan 1 jam, dibiarkan 4 jam, dan dibiarkan 8 jam. Pada uji validasi metode diperoleh persen recovery sebesar 95,86% dan RSD sebesar 0,22%.

Kata Kunci: Penetapan Kadar, Vitamin C, sari markisa, waktu, 2,6-Diklorofenol Indofenol.

(15)

vii

THE EFFECT OF TIME VITAMIN C

IN PASSION FRUIT ESSENCE (Passiflora edulis Sims.) BY VOLUMETRIC WITH 2,6-DICHLOROFENOL INDOFENOL

ABSTRACT

Passion fruit is one of fruit that is usually consumed by many people. Passion fruit has a distinctive aroma and one of the source of vitamin C that can increase endurance, as an anti-oxidant, prevent thrush, and prevent bleeding gums. Beside it can be consumed dirrectly, Passion fruit can be blend as juice, essence or be mixed with the other fruit beverages.

Passion fruit which is used in this study is the purple passion fruit (Passiflora edulis Sims) that is got from Traditional market Padang Bulan, Medan kilometri 4.5 originating from Ajinembah Village, Merek District, Tanah Karo Regency. The Assay of vitamin C conducted by volumetric method with 2,6-diklorofenol indofenol because this solution selective to vitamin C.

The result showed that the vitamin C content of fresh passion fruit essence (25.83 mg/100 g), allowed one hour (25.23 mg/100 g), 4 hours (23.64 mg/100 g), and 8 hours (20.73 mg/100 g). Statistically with Duncan and Anova, using SPSS 17 the difference in the levels of vitamin C at specific time intervals, namely the fresh juice, allowed 1 hour, 4 hours left, and left 8 hours. In the test method validation obtained percent recovery was 95.86 % and RSD is 0.22%.

Key words: Determination Levels, Vitamin C, passion fruit essence, time, 2.6-Diklorofenol Indofenol.

(16)

xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Markisa (Passiflora edulis Sims.) merupakan salah satu buah yang

memiliki kandungan vitamin C, mempunyai rasa asam. Markisa banyak

dibudidayakan di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Manfaat markisa bagi

kesehatan manusia, menjadikannya memiliki nilai yang tinggi dan kesegaran rasa

markisa menjadi buah yang digemari masyarakat selain dikonsumsi langsung

markisa juga dapat dibuat jus, sari buah atau sering ditambahkan pada

minuman-minuman buah lainya untuk menambah rasa dan aroma yang khas (Ahmad, 1999).

Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran

buah segar yang telah masak. Pada prinsipnya dikenal dua macam sari buah,

yaitu: sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang

diperoleh dari pengepresan isi buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula

pasir. Sari buah pekat/sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging

buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan

maupun dengan penguapan hampa udara. Sirup ini tidak dapat langsung diminum,

tetapi harus diencerkan dulu dengan air (Badan Litbang Pertanian, 1989).

Markisa mempunyai nama lain yaitu, maracujá (Portugis), maracuyá

(Spanyol), passion fruit (Inggris), markisa (Indonesia) yang termasuk dalam

family Passifloraceae. Diperkirakan ada 500 spesies Passiflora dalam family

Passifloraceae, diantaranya markisa ungu (Passiflora edulis Sims.), dan markisa

kuning (Passiflora flavicarpa Deg.). Markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) buah

muda berwarna hijau, sedangkan buah tua berwarna ungu tua, kulit buah keras.

1

(17)

xv

Markisa kuning (Passiflora flavicarpa Deg.) buah muda berwarna hijau,

sedangkan buah tua berwarna kuning muda, kulit buah tebal dan keras

(Anonima, 2003).

Markisa ungu merupakan buah yang kaya akan kandungan vitamin A,

vitamin C, vitamin B kompleks, fosfor, kalsium, kalium, karbohidrat, besi, air,

lemak, protein. Kandungan vitamin C yang terdapat pada buah dapat

meningkatkan daya tahan tubuh, merangsang pertumbuhan sel muda pada kulit

wajah, membantu metabolisme tubuh, sebagai anti oksidan, mencegah sariawan,

dan gusi berdarah (Anonimb, 2008).

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh manusia yang secara alami tidak mampu untuk

mensintesis senyawa-senyawa tersebut tetapi sangat penting untuk pengaturan

metabolisme tubuh. Vitamin C dapat ditemukan pada buah-buahan juga

sayur-sayuran, kadarnya sangat dipengaruhi oleh pengolahan dan pendiaman dimana

vitamin ini mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas,

pendiaman dan alkali. Penurunan kadar vitamin C akibat oksidasi dan udara dapat

dicegah dengan mengupayakan pengerjaannya secepat mungkin karena sifat dari

vitamin tersebut (Budiyanto, 2004).

Vitamin C dapat ditentukan kadarnya dengan beberapa metode seperti

titrasi iodimetri (Andarwulan dan Koswara, 1992), titrasi 2,6-diklorofenol

indofenol (Andarwulan dan Koswara, 1992; Horwitz, 2002), dan secara

spektrofotometri ultraviolet (Andarwulan dan Koswara, 1992).

Kebiasaan sebagian masyarakat yang sering meminum sari markisa yang

telah didiamkan beberapa jam menyebabkan peneliti tertarik untuk menetapkan

2

(18)

xvi

kadar vitamin C yang terdapat pada sari markisa segar, didiamkan selama 1 jam, 4

jam, dan 8 jam. Pada penelitian ini digunakan metode volumetri dengan

2,6-diklorofenol indofenol dimana terjadi reaksi reduksi 2,6-2,6-diklorofenol indofenol

dengan vitamin C.

Vitamin C akan mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan

larutan 2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja akan terlihat dengan terjadinya

pewarnaan, dan juga merupakan cara yang paling selektif digunakan untuk

menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan (Andarwulan dan Koswara,

1992).

1.2Perumusan Masalah

a. Berapakah kadar vitamin C yang terdapat pada sari markisa ungu

(Passiflora edulis Sims.) segar dan sesudah didiamkan selama 1 jam, 4

jam, dan 8 jam.

b. Ada perbedaan kadar vitamin C yang terdapat pada sari markisa ungu

(Passiflora edulis Sims.) segar dan sesudah didiamkan selama 1 jam, 4

jam, dan 8 jam.

1.3 Hipotesis

a. Terdapat kadar vitamin C yang tinggi pada sari markisa ungu (Passiflora

edulis Sims.) segar dan kadar vitamin C berkurang sesudah didiamkan

selama 1 jam, 4 jam, dan 8 jam.

b. Terjadi penurunan kadar vitamin C pada sari markisa ungu (Passiflora

edulis Sims.) setelah didiamkan selama 1 jam, 4 jam, dan 8 jam.

3

(19)

xvii 1.4 Tujuan Penelitian

a. Untuk menetapkan kadar vitamin C pada sari markisa ungu (Passiflora

edulis Sims.) segar dan yang didiamkan selama 1 jam, 4 jam, dan 8 jam.

b. Untuk mengetahui penurunan kadar vitamin C pada sari markisa ungu

(Passiflora edulis Sims.) segar dan yang didiamkan selama 1 jam, 4 jam,

dan 8 jam.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai

kadar vitamin C pada sari markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) segar dan yang

didiamkan selama 1 jam, 4 jam, dan 8 jam.

4

(20)

xviii BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Markisa

Markisa tergolong ke dalam tanaman genus Passiflora. Di Indonesia

terdapat dua jenis markisa, yaitu markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) yang

tumbuh di dataran tinggi, dan markisa kuning (Passiflora flavicarva Deg.) yang

tumbuh di dataran rendah, taksonomi tanaman markisa ungu sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Subkelas : Dialypetalae

Ordo : Violales

Famili : Passifloraceae

Genus : Passiflora

Spesies : Passiflora edulis Sims.

Kandungan gizi dalam buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims.) setiap

100 gram bagian yang dapat dimakan, antara lain: protein 2,2-2,5 gram,

karbohidrat 15-20 gram, lemak 0,75-1,5 gram, vitamin C 20-30 mg, vitamin A

500 i.u, vitamin B kompleks 1,8 mg, kalium 348 mg, kalsium 10 mg, fosfor 12,50

mg, besi 0,20 mg, air 79 gram (Ahmad, 1999).

2.2 Uraian Tumbuhan

Di Indonesia markisa banyak ditanam di dataran tinggi Malino (Sulawesi

selatan) dan Brastagi (Sumatera utara). Tanaman markisa berupa semak menjalar.

Pada umumnya batang passifloraceae dapat memanjang hingga lebih dari 5 meter

5

(21)

xix

dan mengayu. Letak daunnya berselang-seling. Bunganya sempurna berkelopak 5

helai, tajuk bunganya 5 helai. Berbenang sari 5 batang, berputik 3, bakal buahnya

beruang 1, berbiji banyak yang melekat pada 3 bingkai pada dinding buah bagian

dalam. Bijinya dibungkus oleh selaput yang berisikan cairan (sari buah) yang

rasanya manis, asam manis, hingga asam (Anonima, 2003).

Batang semu, persegi, lunak, halus, pangkalnya membulat dan permukaan

licin, pertulangan daun menyirip. Tangkai bersegi panjang 2-6 cm. Bunga tunggal,

bulat, berkelamin 2, terletak diketiak daun, tangkai bergerigi, panjang 3-4 cm, dan

berwarna hijau. Benang sari bertangkai, bentuk tabung, panjang kurang lebih 6 cm

dan berwarna kuning. Mahkota bunga berbentuk lonjong permukaan beralur, dan

berwarna ungu. Buah berbentuk lonjong, panjang kurang lebih 20 cm, diameter

kurang lebih 15 cm, dan berwarna hijau keputihan. Biji berbentuk bulat pipih,

panjang kurang lebih 0,3 cm, dan berwarna putih. Akar tunggang berwarna putih

kotor (Anonimb, 2008).

Tanaman markisa tumbuh di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian

antara 800-1.500 m dpl dengan curah hujan minimal 1.200 mm per tahun, suhu

lingkungan antara 20-30oC, tidak banyak angin. Tanaman markisa menghendaki

banyak air dengan curah hujan 1500-2000 mm per tahun dan sinar matahari

langsung (Anonimb, 2008).

Kondisi tanah yang dikehendaki banyak mengandung bahan organik

(subur) dan pH 5,5-6,5. Lokasi tempat bertanam sebaiknya terbuka, walaupun

tanaman tahan naungan. Tanaman tidak tahan terhadap kondisi lahan yang

tergenang air. Pada umumnya lokasi yang sesuai untuk tanaman markisa adalah

dataran tinggi, sehingga kondisi lahannya banyak yang berlereng. Sebaiknya

6

(22)

xx

kemiringan lahan tidak lebih dari 15%, jika lebih harus dibuat terasing untuk

memudahkan pemeliharaan tanaman (Anonima, 2003).

2.3. Vitamin C

Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah

sedikit, tetapi penting untuk melakukan fungsi metabolik di dalam tubuh. Vitamin

tidak dapat disintesa oleh tubuh kecuali vitamin K, maka vitamin harus ada dalam

makanan yang dikonsumsi (Andarwulan dan Koswara, 1989).

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan

rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih,

tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192oC. Senyawa ini

bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C sangat mudah larut

dalam air (1 gram dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam

alkohol (1 gram larut dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml gliserin) dan tidak

larut dalam benzen, eter, klorofom, minyak dan sejenisnya. Vitamin C tidak stabil

dalam bentuk larutan, terutma jika terdapat udara, logam-logam seperti Cu, Fe,

dan cahaya (Ditjen POM, 1995).

L-asam askorbat

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C

7

(23)

xxi

Vitamin C (L-asam askorbat) bersifat sangat sensitif terhadap

pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim, kadar

air, dan katalisator logam. L-asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi

asam dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam

dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih

lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi

(Andarwulan dan Koswara, 1989).

L-asam askorbat Asam dehidro Asam diketogulonat Asam oksalat

askorbat

Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C (Silalahi, 1985).

Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau, buah-buahan (perlu

diketahui, bahwa rasa asam pada buah tidak selalu sejalan dengan kadar vitamin C

dalam buah tersebut, karena rasa asam disebabkan oleh asam-asam lain yang

terdapat dalam buah bersama dengan vitamin C) (Poedjiadi, 1994).

Vitamin C dapat ditemukan di alam hampir pada semua tumbuhan

terutama sayuran dan buah-buahan, terutama buah-buahan segar. Oleh karena itu

sering disebut Fresh Food Vitamin. Jumlah vitamin C yang terkandung dalam

8

(24)

xxii

tanaman tergantung pada varietas dari tanaman, pengolahan, suhu, masa

pemanenan dan tempat tumbuh (Budiyanto, 2004).

Vitamin dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin yang dapat

larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak. Jenis vitamin yang

dapat larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin yang

dapat larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, serta provitamin A yaitu

betakaroten. Bahan makanan yang kaya akan vitamin adalah sayur-sayuran dan

buah-buahan (Sediaoetama, 2008).

2.4 Fungsi Vitamin C

Salah satu fungsi vitamin C didalam tubuh bersangkutan dengan sifat

alamiahnya sebagai anti oksidan yang berperan serta di dalam banyak proses

metabolisme yang berlangsung di dalam jaringan tubuh, antioksidan adalah

senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya

dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali

dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Sediaoetama, 2008;

Kumalaningsih, 2006).

Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke

dalam saluran darah dan dibagikan keseluruh jaringan tubuh. Pada umumnya

tubuh menahan vitamin ini sangat sedikit. Kelebihan vitamin tersebut dibuang

melalui air kemih, jika seseorang mengkonsumsi vitamin ini dalam jumlah besar

(megadose), sebagian besar akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut

biasa mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi (Winarno, 1984).

Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg,

untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg, namun karena

9

(25)

xxiii

banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan

bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin ini perlu ditingkatkan hingga

dua kali lipatnya yaitu 120 mg (Silalahi, 2006).

Kekurangan asupan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan atau

skorbut. Bila terjadi pada anak (6-12 bulan), gejala-gejala penyakit skorbut ialah

terjadinya pelembekan jaringan kolagen, infeksi, dan demam. Pada anak yang

giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk dan terjadi pendarahan. Pada

orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan

vitamin C dalam makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan perdarahan

pada gusi, luka lambat sembuh sehingga mudah berdarah dan mengalami infeksi

berulang. Akibat yang parah dari keadaan ini ialah gigi menjadi goyah dan dapat

lepas (Winarno, 1984).

2.5 Metode Penetapan Kadar Vitamin C Metode penentuan kadar vitamin C yaitu:

a. Metode titrasi iodimetri

Iodium mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial

reduksi yang lebih kecil dengan potesial reduksi iodum +0,535 volt, dalam hal ini

vitamin C mempunyai potensial reduksi (+0,116 volt) sehingga dapat dilakukan

titrasi langsung dengan iodium (Andarwulan dan Koswara, 1992; Rohman, 2007).

Titik akhir titrasi pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan

indikator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman pada saat

tercapainya titik akhir titrasi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Menurut Andarwulan dan Koswara (1989), metode iodimetri tidak efektif

untuk mengukur kandungan vitamin C dalam bahan pangan, karena adanya

10

(26)

xxiv

komponen lain selain vitamin C yang juga bersifat pereduksi. Senyawa-senyawa

tersebut mempunyai titik akhir yang sama dengan wasrna titik akhir titrasi vitamin

C dengan iodin.

L-asam askorbat Asam dehidroaskorbat

Gambar 3. Reaksi antara vitamin C dan Iodin b. Metode titrasi 2,6-diklorofenol indofenol

Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau basa akan

berwarna biru sedangkan dalam suasana asam akan berwarna merah muda.

Apabila 2,6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan

menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi

2,6-diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2,6-2,6-diklorofenol indofenol sedikit

saja sudah akan terlihat terjadinya warna merah muda (Sudarmadji dkk, 1989).

Titrasi vitamin C harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari

terjadinya oksidasi misalnya pada saat penyiapan sampel. Oksidasi ini dapat

dicegah dengan menggunakan asam metafosfat, asam asetat, asam trikloroasetat,

dan asam oksalat. Penggunaan asam-asam di atas juga berguna untuk mengurangi

oksidasi vitamin C oleh enzim-enzim oksidasi yang terdapat dalam jaringan

(27)

xxv

tanaman. Selain itu, larutan asam metafosfat-asetat juga berguna untuk pangan

yang mengandung protein karena asam metafosfat dapat memisahkan vitamin C

yang terikat dengan protein. Suasana larutan yang asam akan memberikan hasil

yang lebih akurat dibandingkan dalam suasana netral atau basa. (Andarwulan dan

Koswara, 1989).

Metode ini pada saat sekarang merupakan cara yang paling banyak

digunakan untuk menentukan kadar vitamin C dalam bahan pangan. Metode ini

lebih baik dibandingkan metode iodimetri karena zat pereduksi lain tidak

mengganggu penetapan kadar vitamin C. Reaksinya berjalan kuantitatif dan

praktis spesifik untuk larutan asam askorbat pada pH 1-3,5. Untuk perhitungan

maka perlu dilakukan standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol dengan

vitamin C standar (Sudarmadji dkk, 1989).

+

2,6-diklorofenol indofenol L-Asam Askorbat

Asam Dehidro askorbat 2,6-diklorofenol aminofenol

Gambar 4. Reaksi Asam Askorbat dengan 2,6-Diklorofenol Indofenol HO

Cl

N

OH Cl H

+

HO

Cl

N

O Cl

12

(28)

xxvi c. Metode Spektrofotometri Ultraviolet

Metode ini berdasarkan kemampuan vitamin C yang terlarut dalam air

untuk menyerap sinar ultraviolet, dengan panjang gelombang maksimum pada

265 nm dan A11 = 556a . Oleh karena vitamin C dalam larutan mudah sekali

mengalami kerusakan, maka pengukuran dengan cara ini harus dilakukan secepat

mungkin. Untuk memperbaiki hasil pengukuran, sebaiknya ditambahkan senyawa

pereduksi yang lebih kuat daripada vitamin C. Hasil terbaik diperoleh dengan

menambahkan larutan KCN (sebagai stabilisator) ke dalam larutan vitamin

(Andarwulan dan Koswara, 1989; Moffat dkk, 2005).

2.6 Analisis Kembali Vitamin C yang Ditambahkan pada Sampel (Analisis

Recovery)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan

kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan

kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Kecermatan (Recovery) ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi

(Spiked – placebo recovery) dan metode penambahan baku (Standard addition

method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke

dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran

tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang

ditambahkan (kadar analit sebenarnya). Dalam metode penambahan baku

dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada

sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan

kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan

tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).

13

(29)

xxvii Rumus perhitungan persen Recovery:

% Recovery =

B – A

X 100 % C

Keterangan:

A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku vitamin C

B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku vitamin C

C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan

2.7 Analisis Data Secara Statistik 2.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Di antara hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap satu

macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila

dibandingkan dengan yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti

sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima,

perlu dilakukan analisis data secara statistika. Pada taraf kepercayaan 95% (α =

0,05), hasil analisis ditolak jika Qhitung > Qtabel (Gandjar dan Rohman, 2007).

14

(30)

xxviii BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui kadar vitamin C dari sari markisa secara volumetri dengan

2,6-diklorofenol indofenol.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara, pada bulan Agustus 2012 – Oktober 2012.

3.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Medanense (MEDA)

Universitas Sumatera Utara. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada

Lampiran 1, halaman 33.

3.3 Bahan dan Alat 3.3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroburet 5 ml,

neraca analitik (Bueco Germany), pisau (Stenless), blender (Miyako), kertas

saring, statif dan klem, eksikator, oven (Memmert), pipet volum, botol timbang,

dan alat-alat gelas laboratorium.

3.3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berkualitas

proanalisis dari E.Merck jika tidak dinyatakan lain yaitu 2,6-diklorofenol

indofenol, asam metafosfat, asam asetat glasial 96 %, asam askorbat baku

15

(31)

xxix

(Jiangsu nutraceutical. CO.,I..TD), natrium bikarbonat 0,084 % (b/v), aquades

(Rudang).

3.4 Rancangan Penelitian 3.4.1 Sampel

3.4.1.1 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposif

yaitu sampel dipilih dengan pertimbangan sesuai dengan tujuan (purpose)

penelitian. Pengambilan sampel secara purposif, tanpa membandingkannya

dengan tumbuhan yang sama pada daerah lain.

Karakteristik buah markisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kulit buah berwarna ungu (Passiflora edulis Sims.) yang diperoleh dari Pasar

Tradisional Padang Bulan, Medan, kilometer 4,5 yang berasal dari Desa

Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Tanah Karo. Sampel diambil 2 kg,

disimpan dan diuji sesuai dengan prosedur penelitian. Gambar dapat dilihat pada

Lampiran 3, halaman 35.

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pembuatan Pereaksi

Pembuatan pereaksi berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV:

1. Larutan 2,6-diklorofenol indofenol 0,0008 N

Ditimbang seksama 62,5 mg natrium 2,6-diklorofenol indofenol yang telah

disimpan dalam eksikator, tambahkan 62,5 ml larutan NaHCO3 0,084% (b/v),

kocok kuat, setelah larut tambahkan aquades hingga 250 ml. Saring ke dalam

botol bersumbat kaca berwarna coklat.

16

(32)

xxx 2. Larutan asam metafosfat-asetat

Dilarutkan 15 g asam metafosfat dalam 40 ml asam asetat glasial dan

encerkan dengan air secukupnya hingga 500 ml. Simpan di tempat dingin, hanya

boleh digunakan dalam 2 hari.

3. Larutan NaHCO3 0,084 % (b/v)

Dilarutkan 84 mg NaHCO3 dalam 100 ml air.

3.5.2 Perhitungan Kesetaraan Pentiter 2,6-diklorofenol Indofenol

Ditimbang seksama 50 mg asam askorbat baku, pindahkan ke dalam labu

tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan larutan asam metafosfat-asetat,

dicukupkan sampai garis tanda. Dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer

dan ditambahkan larutan asam metafosfat-asetat 6 ml. Titrasi segera dengan

larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap tidak kurang

dari 5 detik. Lakukan titrasi blanko menggunakan 7 ml asam metafosfat-asetat dan

dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda

mantap. Kadar larutan baku 2,6-diklorofenol indofenol dinyatakan dengan

kesetaraan dalam mg asam askorbat (Horwitz, 2002).

Perhitungan kesetaraan dilakukan dengan rumus:

Kesetaraan (mg) =

Keterangan :

Va = Volume aliquot (ml)

W = Berat vitamin C (mg)

Vt = Volume titrasi (ml)

Vb = Volume blanko (ml)

Vc = Volume labu tentukur (ml)

17

(33)

xxxi

Contoh perhitungan dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5,

halaman 39.

3.5.3 Penyiapan Larutan Sampel

Markisa dicuci dengan menggunakan air bersih, dilap dengan kain bersih,

dan ditimbang 2 kg buah markisa. Kemudian markisa dibelah menjadi dua bagian

dikeluarkan isinya dari kulitnya. Ditimbang isi markisa 500 gram dan diblender,

disaring, kemudian ditimbang 30 gram lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur

100 ml, ditambahkan aquades sampai garis tanda, dihomogenkan, kemudian

disaring ke dalam erlenmeyer, filtrat pertama dibuang ± 20 ml, dan didiamkan

selama 1 jam, 4 jam dan, 8 jam.

3.5.4 Penetapan Kadar Vitamin C dari Larutan Sampel

Dipipet 10 ml filtrat, dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml

asam metafosfat-asetat. Dititrasi sari yang segar dengan larutan 2,6 diklorofenol

indofenol sampai terbentuk warna merah jambu sebagai titik akhir titrasi. Sesudah

didiamkan selama 1 jam, 4 jam dan 8 jam dipipet 10 ml filtrat, dimasukkan ke

dalam erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan

larutan 2,6 diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu sebagai

titik akhir titrasi dan dilakukan 6 kali pengulangan. Dilakukan penetapan blanko

(Horwitz, 2002).

Kadar Vitamin C (mg/g) =

Keterangan:

Vt = Volume titrasi (ml) Vb = Volume blanko (ml) VI = Volume labu tentukur (ml) Vp = Volume pemipetan (ml) Bs = Berat sampel (g)

18

(34)

xxxii

Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 42.

3.5.5 Penetapan Kadar Baku Vitamin C dengan Metode 2,6 Diklorofenol Indofenol

Ditimbang 100 mg baku vitamin C, dimasukkan dalam labu tentukur

100 ml, ditambahkan aquades sampai garis tanda, dilarutkan. Dipipet 1 ml

dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml asam metafosfat-asetat.

Dititrasi dengan larutan 2,6 diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah

jambu sebagai titik akhir titrasi. Sesudah didiamkan selama 1 jam, 4 jam dan 8

jam dipipet 1 ml filtrat, dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml

asam metafosfat-asetat. Dititrasi dengan larutan 2,6 diklorofenol indofenol sampai

terbentuk warna merah jambu sebagai titik akhir titrasi dan dilakukan 6 kali

pengulangan. Dilakukan penetapan blanko (Horwitz, 2002).

Kadar Vitamin C (mg/g) =

Keterangan:

Vt = Volume titrasi (ml)

Vb = Volume blanko (ml)

VI = Volume labu tentukur (ml)

Vp = Volume pemipetan (ml)

Bs = Berat sampel (g)

3.5.6 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan

kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan

kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit

dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan

19

(35)

xxxiii

motode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa

persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan (Harmita, 2004).

Prosedur uji perolehan kembali (recovery) dengan metode adisi dilakukan

sebagai berikut: dikerjakan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar

vitamin C dalam sampel dengan penambahan vitamin C baku yaitu 2,5 mg dengan

cara sebanyak 25 mg vitamin C baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml

dan ditambahkan asam metafosfat-asetat sampai garis tanda (konsentrasi 0,25

mg/100 ml), lalu di pipet sebanyak 10 ml yang ditambahkan pada sampel yang

ditimbang seksama dan dilakukan enam kali pengulangan.

Menurut Harmita (2004), rumus perhitungan persen recovery adalah:

% Recovery = X 100%

Keterangan:

A = Kadar vitamin C sebelum penambahan baku vitamin

B = Kadar vitamin C setelah penambahan baku vitamin C

C = Kadar vitamin C baku yang ditambahkan

Data hasil analisis perolehan kembali (persen recovery) dapat dilihat pada

lampiran 13, halaman 56.

3.5.7 Analisis Data Secara Statistik 3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Di antara hasil yang diperoleh dari satu seri penetapan kadar terhadap satu

macam sampel, ada kalanya terdapat hasil yang sangat menyimpang bila

dibandingkan dengan yang lain tanpa diketahui kesalahannya secara pasti

sehingga timbul kecenderungan untuk menolak hasil yang sangat menyimpang

(Gandjar dan Rohman, 2007).

20

(36)

xxxiv

Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang ditolak atau diterima,

perlu dilakukan analisis data secara statistika. Pada taraf kepercayaan 95% (α =

0,05), hasil analisis ditolak jika Qhitung > Qtabel (Rohman dan Gandjar, 2007).

Untuk menghitung nilai Q digunakan rumus:

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga

Q pada Tabel 2.1, apabila Qhitung > Qkritis maka data tersebut ditolak.

Tabel 1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak Data Nilai Qkritis

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

Menurut Wibisono (2005), untuk menentukan kadar vitamin C di dalam

sampel dengan taraf kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan

rumus:

μ = X ± t (½α, dk) SD/√n

Keterangan

µ = Interval kepercayaan

X = Kadar rata-rata sampel

t = Harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

α = Tingkat kepercayaan SD = Standar deviasi

n = Jumlah perlakuan

21

(37)

xxxv

Contoh perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis

dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 45.

3.5.7.2 Uji Ketelitian (Presisi) Metode Analisis

Uji presisi (ketelitian) adalah ukuran yang menunjukkan derajat

kesesuaian antara hasil uji individual yang diterapkan secara berulang pada

sampel. Ketelitian diukur sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard

Deviation) atau koefisien variasi (Harmita, 2004).

Rumus perhitungan persen RSD:

% RSD = ×

X SD

100%

Keterangan:

SD = standar deviasi

X= kadar rata-rata sampel

Data hasil perhitungan koefisien variasi (%RSD) dapat dilihat pada

Lampiran 14, halaman 57.

3.5.7.3 Pengujian Beda Nilai Rata-rata

Untuk mengetahui apakah kadar vitamin C berbeda pada tiap sampel,

maka dilakukan uji beda rata-rata kadar sampel yang diuji dengan uji F

menggunakan SPSS 17. Data berbeda secara signifikan jika F hitung > F tabel dan

data tidak berbeda secara signifikan jika F hitung < F tabel. Jika data yang diperoleh

berbeda secara signifikan, maka dilanjutkan dengan uji himpunan homogen

dengan cara analisis Duncan.

22

(38)

xxxvi BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Herbarium Medanense

(MEDA) Universitas Sumatera Utara adalah markisa ungu (Passiflora edulis

Sims.) Termasuk suku passifloraceae (Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat

pada Lampiran 1, halaman 33).

4.2 Penetapan Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa dengan Variasi Waktu

Hasil penetapan kadar vitamin C dari sari markisa segar dan baku vitamin

C pertama kali dilarutkan dan sesudah didiamkan selama 1 jam, 4 jam dan 8 jam,

dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Diagram Batang Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa dengan Variasi Waktu.

Penetapan kadar vitamin C dilakukan secara volumetri dengan

2,6-diklorofenol indofenol. Data hasil penetapan kadar vitamin C dari sari markisa

segar dan baku vitamin C terlebih dahulu dilarutkan dan dibiarkan selama 1 jam,

4 jam, dan 8 jam dapat dilihat pada Tabel 2.

(39)

xxxvii

Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Baku Vitamin C dan Sari Markisa dengan Variasi Waktu.

No Jam

NAMA SAMPEL Kadar Vit. C (mg/100 g)

Sari markisa

Kadar Vit. C baku (mg/100g)

1 Segar 25,83 ± 0,06 96,75 ± 0,22

2 Didiamkan selama 1jam 25,23 ± 0,08 96,09 ± 0,21

3 Didiamkan selama 4 jam 23,64 ± 0,04 93,68 ± 0,25

4 Didiamkan selama 8 jam 20,73 ± 0,08 89,81 ± 0,36

Hasil analisis kemudian dilanjutkan dengan pengujian beda nilai kadar

rata-rata vitamin C sari markisa antar waktu, yaitu uji F dengan taraf kepercayaan

95% untuk mengetahui apakah variasi antar waktu sama atau berbeda

menggunakan Statistical Product And Service Solution (SPSS) dapat dilihat pada

Tabel 4.

Pada tabel di atas dapat kita lihat penurunan kadar baku vitamin C dan sari

markisa pada variasi waktu tertentu, dimana kadar baku vitamin C dan sari

markisa memiliki nilai penurunan yang berbeda pada tiap variasi waktu tertentu.

Persen penurunan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Persen Penurunan Baku Vitamin C dan Sari Markisa pada Variasi Waktu

No Jam

NAMA SAMPEL

Kadar Vit. C (%) Kadar Vit. C baku (%)

1 Segar 0 0

2 Didiamkan selama 1jam 0,6 0,66

3 Didiamkan selama 4 jam 1,59 2,41

4 Didiamkan selama 8 jam 2,91 3,87

24

(40)

xxxviii

Tabel 4. Uji F Kadar Vitamin C dari Sari Markisa dengan Variasi Waktu.

Jumlah

Kuadrat Df

Rata-Rata

Kuadrat F Sig.

Antar Kelompok 93.509 3 31.170 7.1993 .000

Dalam Kelompok .087 20 .004

Total 93.595 23

Pada Tabel 4 di atas, diperoleh Fhitung sebesar 7.1993 dan Ftabel sebesar 3,10

dimana Fhitung > Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa kadar vitamin C sari markisa

segar yang didiamkan selama 1 jam, 4 jam, dan 8 jam, berbeda secara statistik.

Karena terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan uji himpunan

homogen dengan analisis Duncan.

Tabel 5. Analisis Himpunan Homogen Kadar Vitamin C dari Sari Markisa dengan Variasi Waktu.

Ducan

sampel sari

markisa N

Kepercayaan = 0.05

1 2 3 4

Segar 6 25,8317

Didiamkan selama 1 jam

6 25,2250

Didiamkan selama 4 jam

6 23,6417

Didiamkan Selama 8 jam

6 20,7317

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa ke empat perlakuan

menurut uji Duncan tidak berada dalam satu himpunan homogen, masing-masing

pada himpunan yang berbeda, artinya bahwa kadar vitamin C pada buah markisa

25

(41)

xxxix

yang dilakukan pendiaman dengan waktu yang berbeda pada sari markisa

memberikan hasil yang berbeda, dimana pada buah segar diperoleh kadar vitamin

C 25,83 mg/100 g, pada pendiman 1 jam, 4 jam, dan 8 jam diperoleh kadar

berturut-turut sebesar 25,23 mg/100 g, 23,64 mg/100 g, dan 20,73 mg/100 g ini

membuktikan bahwa lama pendiaman mempengaruhi kadar vitamin C pada sari

markisa.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa kadar vitamin

C berkurang dari sari segar dan setelah pendiaman selama 1 jam, 4 jam dan 8 jam.

Hal ini karena vitamin C mudah larut dalam air, dan mudah rusak oleh oksidasi,

panas, pendiaman dan alkali. Karena itu agar vitamin C tidak banyak hilang,

sebaiknya pada proses pemotongan, penggilingan (blender) dan pendiaman dalam

waktu yang lama harus dihindari. Dalam “processed food”, kehilangan vitamin C

banyak terjadi diakibatkan oleh degradasi kimiawi (Andarwulan dan Koswara,

1989).

Menurut Winarno (1984), menyatakan bahwa dalam pembuatan sari

markisa biasanya terdapat sedikit kerusakan karetenoid pada proses pemanasan

yang lama, dan pendiaman beberapa jam, adanya kerusakan karetenoid perlu

diperhatikan karena karetenoid mudah teroksidasi. Timbulnya kerusakan pada

struktur tersebut dapat menyebabkan perubahan warna yang tidak stabil, misalnya

dari warna kuning berubah pucat dan menjadi putih kekuningan.

Proses pembuatan dan lamanya pembutan dapat mempengaruhi kadar

vitamin C dalam bahan pangan seperti buah-buahan. Pada penetapan kadar

vitamin C dari sari markisa, penyiapan larutan sampel melewati beberapa tahap

pengolahan seperti pemotongan dan penggilingan (blender) dan penimbangan

26 26

(42)

xl

yang memakan waktu lebih kurang 20 menit sehingga dapat mengalami

penurunan kadar vitamin C dari sari markisa.

Semua bahan pangan yang diolah akan mengalami derajat kehilangan

vitamin tertentu (tergantung cara pengolahannya). Pada umumnya, diinginkan

suatu pembuatan pangan yang dapat meminimumkan kehilangan zat gizi dan

menghasilkan sediaan yang aman dikonsumsi (Andarwulan dan Koswara, 1989).

4.3 Uji Perolehan Kembali

Hasil uji perolehan kembali (Recovery) vitamin C dari sari markisa dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Perolehan Kembali dari Sari Markisa.

No. Penambahan Vit. C

(mg)

Berat Sampel (mg)

Perolehan Kembali (%)

1. 2,5 10

95,86

2. 2,5 10

3. 2,5 10

4. 2,5 10

5. 2,5 10

6. 2,5 10

Rata-rata (% Recovery) 95,86 Standard Deviation (SD) 0,11 Relative Standard Deviation (RSD) (%) 0,22

Pada Tabel 6 di atas, diperoleh persen recovery rata-rata adalah 95,86 %

dan persen RSD rata-rata adalah 0,22 % (Contoh perhitungan dan hasil

perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 52). Kisaran rata-rata hasil

uji perolehan kembali yang diizinkan untuk kadar analit 0,01%-0,1% dalam

sampel yang diperiksa adalah 90%-107%, sedangkan persen RSD yang diizinkan

adalah tidak lebih dari 2% (Harmita, 2004). Dari hasil yang diperoleh tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa akurasi dan presisi metode analisis yang

dilakukan cukup tinggi.

27

(43)

xli BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penetapan kadar vitamin C sari markisa secara volumetri dengan

2,6-diklorofenol indofenol diperoleh kadar vitamin C dari sari markisa segar

25,83 ± 0,06 mg/100 g, pada pendiaman 1 jam, 4 jam, dan 8 jam diperoleh kadar

berturut-turut 25,23 ± 0,08 mg/100 g, 23,64 ± 0,04 mg/100 g dan, 20,73 ± 0,08

mg/100 g.

Hasil kadar baku vitamin C setelah dilarutkan diperoleh 96,75 ± 0,22

mg/100 g, pada pendiaman 1 jam, 4 jam, dan 8 jam diperoleh kadar berturut-turut

96,09 ± 0,21 mg/100 g, 93,68 ± 0,25 mg/100 g, 89,81 ± 0,36 mg/100 g. Dari hasil

di atas dapat kita lihat bahwa pada penetapan kadar baku vitamin C dan sari

markisa pada pendiaman 1 jam kadar vitamin C tidak mengalami penurunan yang

signifikan sedangkan pada pendiaman 4 jam dan 8 jam kadar vitamin C

mengalami penurunan yang signifikan.

5.2 Saran

Disarankan kepada masyarakat sebaiknya jangan membiarkan sari markisa

didiamkan lama karena akan mengalami penurunan kadar vitamin C pada sari

markisa tersebut.

28

(44)

xlii

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad

.

(1999). Nilai Kandungan Gizi Markisa. Diakses tanggal 21 juli 2012.

Andarwulan, N., dan Koswara, S. (1989). Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Press. Hal. 32-35, 44, 235.

Anonima. (2003). Markisa. Diakses tanggal 21 agustus net. id/ind/warintek/pengolahan pangan idx.php.markisa.

Anonimb. (2008). Tanaman Markisa. Diakses tanggal 10 juni 2012. Phytochemicals info/plants/passion-fruit.php.

Badan Litbang Pertanian. (1989), Pembuatan Sirup Buah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. Hal. 2.

Budiyanto, A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi III. Malang: UMM-Press. Hal. 52.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1133, 1216.

Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 19, 22.

Harmita, (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 1(3): 118-119, 121-123.

Horwitz, W. (2002). Official Methods of Analysis of Association of Official

Analytical Chemist International. Edisi XVII. Maryland: AOAC

International Suite 500. Hal. 16-17.

Kumalaningsih, S. (2006). Antioksidan Alami. Surabaya: Trubus Angrisarana. Hal. 35.

Moffat, A. C., Osselton, M. D., dan Widdop, B. (2005). Clark’s Analysis of Drug and Poisons. Edisi III. London: Pharmaceutical Press. Hal. 112.

Poedjiadi, A. (1994). Dasar–Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 393.

Sediaoetama, D. (2008). Ilmu Gizi. Jilid I. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat. Hal. 19,22.

Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 52-53.

29

(45)

xliii

Silalahi, J. (1985). Some Aspect of Vitamin C Retention in Potato Crisps. Thesis.

School of Food Science and Technology. Wales: The University of New

South Wales. Hal. 5.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Hal. 165-166.

Winarno, F.G. (1984). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 119, 132-133.

30

(46)

xliv Lampiran 1. Sertifikat Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku lamPembanding Pabrik

31

(47)

xlv

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Baku Pembanding

32

(48)

xlvi Lampiran 3. Sampel yang Digunakan

Gambar 6. Gambar Buah Markisa Ungu

Gambar 7. Gambar Bagian Isi Buah Markisa Ungu

33

(49)

xlvii

Gambar 8. Gambar sari Markisa

Gambar 9. Gambar Supernatan sari Markisa

Gambar 10. Gambar Mikro Buret dan Larutan 2,6-diklorofenol indofenol

34

(50)

xlviii Lampiran 4. Flowsheet

A. Sari Markisa

Dicuci dengan air mengalir

Dilap dengan kain bersih kemudian dibelah dan keluarkan isinya

Diblender kemudian saring

B. Kadar Vitamin C dari Sari Markisa

Ditimbang 30 g

Dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml

Ditambahkan akuades sampai garis tanda.

Dihomogenkan dan disaring

Didiamkan 1 jam, 4 jam, dan 8 jam

Di pipet 10 ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer

Ditambahkan 5 ml asam metafosfat asetat

Di titrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu. Buah Markisa

Larutan sampel

Sari

Titik Akhir Ttitrasi Sari

35

(51)

xlix C. Baku Vitamin C

Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml

Ditambahkan akuades sampai garis tanda

Dihomogenkan

Didiamkan 1 jam, 4 jam dan 8 jam.

Dipipet 1 ml dan dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer

Ditambahkan 5 ml asam metafosfat asetat

Di titrasi dengan larutan 2,6- diklorofenol indofenol sampai terbentuk warna merah jambu

100 mg vit.C baku

Larutan vit.C baku

Titik Akhir Ttitrasi

36

(52)

l

Lampiran 5. Data Perhitrungan Kesetaraan Larutan 2,6-Diklorofenol Indofenol

Diklorofenol Indofenol (ml) Blanko (ml)

Kesetaraan larutan 2,6-diklorofenol indofenol dapat dihitung dengan rumus:

Kesetaraan =

Contoh perhitungan kesetaraan:

a) Berat vitamin C = 50,3 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml

Rata rata volume titrasi = 2,63 ml

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml

(53)

li c) Berat vitamin C = 50,6 mg

Volume larutan vitamin C yang dititrasi = 1 ml

Rata rata volume titrasi = 3,12 ml

1 ml x 50,6 mg x

100 90 , 99

K3 = = 0,1631 mg vitamin C / ml 100 ml x (3,12 ml – 0,02 ml)

Harga rata-rata dan deviasi

K1 + K2 0,1925 + 0,1713

Kr1 = = = 0,1819 mg vitamin C / ml

2 2

K2 – Kr1

d1 = x 100% Kr1

0,1713 – 0,1819

= x 100% = 5,8 %

0,1819

K1 + K3 0,1925 + 0,1631

Kr2 = = = 0,1778 mg vitamin C/ ml

2 2

K1 – Kr2

d2 = x 100%

Kr2

0,1925 – 0,1778

= x 100% = 8,3 %

0,1778

K2 + K3 0,1713 + 0,1631

Kr3 = = = 0,1672 mg vitamin C / ml

2 2

38

(54)

lii K2 – Kr3

d3 = x 100%

Kr3

0,1713 – 0,1672

= x 100% = 2,5 %

0,1672

Kesetaraan vitamin C dengan harga rata rata d terkecil adalah d3 = 2,5 %,

maka kesetaraan vitamin C yang didapat untuk 1 ml 2,6-diklorofenol indofenol

setara dengan 0,1672 mg vitamin C.

39

(55)

liii

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Vitamin C dari Sampel yang Dianalisis (Vt – Vb) x Kesetaraan x Vl

Kadar vitamin C (mg/g sampel) =

Vp x Bs

Keterangan:

Vt = volume titrasi (ml)

Vb = volume blanko (ml)

Vl = volume labu (ml)

Vp = volume larutan sampel yang dititrasi (ml)

Bs = berat sampel (g)

Contoh Penetapan kadar vitamin C pada sari Markisa

Volume titran = 4,67 ml

Kesetaraan = 0,1672 mg vitamin C

Volume labu tentukur = 100 ml

Berat sampel = 30,0000 g

Volume blanko = 0,02 ml

(4,67 ml – 0,02 ml) x 0,1672 mg/ml x 100 ml

Kadar vitamin C (mg/g bahan) =

10 ml x 30,0000 g

= 0,2592 mg/g

= 25,92 mg vitamin C/100 g sampel

40

(56)

liv

Lampiran 7. Data Hasil Penetapan Kadar Vitamin C pada Sari Markisa 7.1. Sari Markisa segar

NO Berat Sampel Volume Titran Kadar Kadar Rata-rata

(g) (ml) (mg/100g) (mg/100g)

7.2. Didiamkan selama 1 jam

7.3. Didiamkan selama 4 jam

NO Berat Sampel Volume Titran Kadar Kadar Rata-rata

(g) (ml) (mg/100g) (mg/100g)

7.4. Didiamkan selama 8 jam

NO Berat Sampel Volume Titran Kadar Kadar Rata-rata

(g) (ml) (mg/100g) (mg/100g)

NO Berat Sampel VolumeTitran Kadar Kadar Rata-rata

(57)

lv

Lampiran 8. Data Hasil Penetapan Kadar Baku Vitamin C 8.1. Baku vitamin C setelah dilarutkan

No. Berat Sampel

8.2. Didiamkan selama 1 jam No. Berat Sampel

8.3. Didiamkan selama 4 jam No. Berat Sampel

(58)

lvi

Lampiran 9. Perhitungan statistik kadar vitamin C dari sampel yang dianalisis pada sari Markisa.

9.1. Sari Markisa segar No. Kadar (mg/100 g)

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-4 adalah data yang paling menyimpang maka

dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar vitamin C sari Markisa segar pada taraf kepercayaan 95% yaitu:

(59)

lvii 9.2. Didiamkan selama 1 jam

No. Kadar (mg/100 g)

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-6 adalah data yang paling menyimpang maka

dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar vitamin C pada sari Markisa yang didiamkan selama 1 jam pada

taraf kepercayaan 95% yaitu:

(60)

lviii 9.3. Didiamkan selama 4 jam

No. Kadar (mg/100 g)

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-4 adalah data yang paling menyimpang maka

dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar vitamin C pada sari Markisa yang didiamkan selama 4 jam pada

taraf kepercayaan 95% yaitu:

(61)

lix 9.4. Didiamkan selama 8 jam

No. Kadar (mg/100 g)

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-6 adalah data yang paling menyimpang maka

dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar vitamin C sari Markisa yang didiamkan selama 8 jam pada taraf

kepercayaan 95% yaitu:

(62)

lx

Lampiran 10. Perhitungan statistik kadar vitamin C baku 10.1 Baku vitamin C setelah dilarutkan

No. Kadar (mg/100 g)

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-2 adalah data yang paling menyimpang maka

dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar baku vitamin C setelah dilarutkan pada taraf kepercayaan 95%

(63)

lxi 10.2. Didiamkan selama 1 jam

No. Kadar (mg/100 g)

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang maka

dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar baku vitamin C yang didiamkan selama 1 jam pada taraf

kepercayaan 95% yaitu:

(64)

lxii 10.3. Didiamkan selama 4 jam

No. Kadar (mg/100 g)

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang maka

dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar baku vitamin C yang didiamkan selama 4 jam pada taraf

kepercayaan 95% yaitu:

(65)

lxiii 10.4. Didiamkan selama 8 jam

No. Kadar (mg/100 g)

Dari 6 data yang diperoleh, data ke-3 adalah data yang paling menyimpang maka

dilakukan uji Q.

Qhitung = Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat

Nilai Qhitung tidak melebihi nilai Q0,95 yaitu 0,621 sehingga semua data diterima.

SD =

Rata-rata kadar baku vitamin C yang didiamkan selama 8 jam pada taraf

kepercayaan 95% yaitu:

(66)

lxiv Lampiran 11. Hasil Analisis Statistik

1.Uji F sari Markisa

Jumlah

Kuadrat Df

Rata-Rata

Kuadrat F Sig.

Antar Kelompok 93.509 3 31.170 7.1993 .000

Dalam Kelompok .087 20 .004

Total 93.595 23

2. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Vitamin C dari Sari Markisa dengan Variasi Waktu.

sampel sari

markisa N

Kepercayaan = 0.05

1 2 3 4

Segar 6 25.8317

Didiamkan selama 1 jam

6 25.2250

Didiamkan selama 4 jam

6 23.6417

Didiamkan selama 8 jam

6 20.7317

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

3. Uji F Baku Vitamin C

Jumlah

Kuadrat Df

Rata-Rata

Kuadrat F Sig.

Antar Kelompok 177.195 3 59.065 912.835 .000

Dalam Kelompok 1.294 20 .065

Total 178.489 23

51

(67)

lxv

4. Analisis Beda Nilai Rata-Rata Kadar Baku vitamin C dengan Variasi Waktu.

Baku vitamin

C N

Kepercayaan = 0.05

1 2 3 4

Setelah dilarutkan

6 96.7533

Didiamkan selama 1 jam

6 96.0850

Didiamkan selama 4 jam

6 93.6783

Didiamkan selama 8 jam

6 89.8133

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

52

Gambar

Gambar 1. Rumus Bangun Vitamin C
Gambar 2. Reaksi Perubahan Vitamin C (Silalahi, 1985).
Gambar 3. Reaksi antara vitamin C dan Iodin
Tabel 1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian potensi antagonis bakteri kitinolitik lokal terhadap beberapa fungi patogen yang diisolasi dari tanaman markisa ungu (Passiflora edulis SIMS.) telah dilaksanakan

Ekstrak etanol, fraksi etilasetat dan fraksi sisa kulit buah markisa ungu ( Passiflora edulis Sims) memberikan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan

ELFRIDA ADLINA : Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehida terhadap Kualitas Papan Partikel Kulit Buah Markisa ( Passiflora edulis ). Di bawah bimbingan APRI HERI ISWANTO dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh variasi suhu dan waktu ekstraksi pektin kulit buah (albedo) markisa (Passiflora edulis var. flavicarpa

Penetapan kadar vitamin C yang terdapat dalam jus buah apel merah dan hijau dilakukan dengan metode volumetri dengan 2,6- diklorofenol indofenol, metode ini merupakan

Judul penelitian : Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Asal Fermentasi Markisa Asam (Passiflora edulis var. Sims.) Sebagai Penghasil Eksopolisakarida.. Menyatakan

ELFRIDA ADLINA : Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehida terhadap Kualitas Papan Partikel Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis).. Di bawah bimbingan APRI HERI ISWANTO dan

ELFRIDA ADLINA : Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehida terhadap Kualitas Papan Partikel Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis).. Di bawah bimbingan APRI HERI ISWANTO dan