• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai Terhadap Keterampilan Menyimak Pantun ( Quasi Eksperimen pada kelas IV SDN Bekasi Jaya II)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai Terhadap Keterampilan Menyimak Pantun ( Quasi Eksperimen pada kelas IV SDN Bekasi Jaya II)"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE PERMAINAN BAHASA

BISIK BERANTAI

TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK PANTUN

(Quasi Eksperimen pada Kelas IV SDN Bekasi Jaya II)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I.)

oleh Amalia Fauziah NIM 1111018300003

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Amalia Fauziah (1111018300003). Pengaruh Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai Terhadap Keterampilan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SDN Bekasi Jaya II (Quasi Eksperimen). Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh metode permainan bahasa bisik berantai terhadap keterampilan menyimak pantun siswa kelas IV SDN Bekasi Jaya II. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SDN Bekasi Jaya II. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 25 siswa dan kelompok kontrol yang berjumlah 25 siswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode permainan bahasa bisik berantai, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa metode permainan bahasa bisik berantai. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes menyimak pantun.

Berdasarkan hasil uji-t pada data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf signifikansi 0,05%, thitung (5,774) >ttabel (1,991),

dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan dalam keterampilan menyimak pantun antara sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Artinya, terdapat pengaruh metode permainan bahasa bisik berantai terhadap keterampilan menyimak pantun siswa.

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan nikmat Iman, Islam dan Ihsan beserta limpahan hidayah dan taufik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang diridhai Allah Swt.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I.). Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya tidak akan terwujud tanpa ada bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mendorong, membimbing dan memberikan motivasi. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Didi Suprijadi, M.M., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi bimbingan selama proses perkuliahan.

(8)

5. Dr. Fauzan, M.A., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberi bimbingan, motivasi dan inspirasi. 6. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku sekretaris jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidayah.

7. Teristimewa dan terkasih untuk Ayahanda dan ibunda tercinta H.M.Yusuf dan Hj. Halimah yang telah mendukung dari segi moral dan materil, semoga Allah selalu memberikan kesehatan, keberkahan umur, rizki yang berlimpah serta diberkahkan setiap langkahnya. Tanpanya diri ini bukanlah apa-apa, bersama mereka diri ini menjadi bermakna.

8. Kakak-kakak dan adik-adikku tercinta, Choirul Anwar, Ali Sadikin, Maulana Irzi, Zahrotul Hayati, Miratus Sholeha yang telah memberi semangat, dukungan serta pembelajaran yang sangat berharga. Maaf penulis belum bisa menjadi yang terbaik.

9. Suherman Bahrum, S.Pd., M.Si., selaku Kepala Sekolah SDN Bekasi Jaya II yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolaah beliau pimpin.

10. Paikah, S.Pd., dan Asep, S.Pd., selaku guru mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas yang beliau ajar dan saran-saran yang membantu penulis dalam proses penelitian.

11. Seluruh Dewan Guru, staf dan siswa-siswi kelas IV A dan VI B SDN Bekasi Jaya II, yang telah banyak membantu selama proses penelitian berlangsung.

12. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.

(9)

15. Teruntuk sahabat serperjuangan dan keluarga kecilku, Ika Sutiandari, Nur Kamaliah, Annisa Qurataayuni, Nurul Aini, Ramonda, Zaeni, Widya Aprilia, Nabila, Harsya, Agung, Adit, Ikhwan, Nurwan, Anna, Illham, Saefullah, Tasya, Faras, Wiqo, Akbar dll, yang telah menjadi motivator dan inspirator.

16. Teruntuk kawan-kawan seperjuangan PGMI angkatan 2011 yang telah berjuang bersama dan memberi dukungan sampai saat ini.

17. Kawan-kawan seperjuangan di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat

18. Kawan-kawan seperjuangan di Korps HMI wati Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat

19. Staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, UNJ dan UT.

Harapan dan iringan doa penulis ucapkan semoga Allah swt meridhai dan membalas amal baik semuanya dengan berlipat kemuliaan. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya dan membutuhkannya.

Jakarta, 16 Oktober 2015

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTARCT ... ii

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 1

DAFTAR GAMBAR ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Keterampilan Menyimak ... 9

1. Pengertian Keterampilan Menyimak ... 9

2. Tahap-tahap Menyimak ... 11

3. Tujuan Menyimak ... 12

4. Ragam Menyimak ... 13

5. Proses Menyimak ... 15

6. Kemampuan Menyimak Sekolah Dasar ... 16

B. Pantun ... 18

1. Pengertian Pantun ... 18

(11)

D. Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai ... 27

1. Pengertian Bisik Berantai ... 27

2. Langkah-langkah Permainan Bahasa Bisik Berantai ... 27

3. Kelebihan dan Kekurangan ... 28

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

F. Kerangka Berpikir ... 31

G. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode Penelitian ... 33

C. Desain Penelitian ... 34

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Validitas ... 38

H. Variabel Penelitian ... 38

I. Teknik Analisis Data ... 39

J. Hipotesis Statistik ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 45

2. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 49

3. Perbandingan Data Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 53

(12)

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 54

a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... 54

b. Uji Homogenitas Pretest daan Posttest ... 56

2. Pengujian Hipotesis ... 57

a. Uji-t Data Pretest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 57

b. Uji-t Data Posttest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 57

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

1. Pembahasan ... 60

a. Pertemuan Pertama Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 61

b. Pertemuan Kedua Kelas Kontrol dan Eksperimen .... 62

c. Pertemuan Ketiga Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 63

d. Pertemuan Keempat Kelas Kontrol dan Eksperimen . 64 D. Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 67

(13)

Tabel 3.2: Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Menyimak Pantun ... 37

Tabel 4.1: Daftar Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 43

Tabel 4.2: Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Kontrol ... 47

Tabel 4.5: Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 49

Tabel 4.6: Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Eksperimen ... 49

Tabel 4.7: Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Kontrol ... 51

Tabel 4.8: Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 53

Tabel 4.9: Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 55

Tabel 4.10: Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 55

Tabel 4.11: Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol... 56

Tabel 4.12: Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol .... 57

(14)
[image:14.595.156.442.273.568.2]
(15)

Pantun Kelompok Eksperimen ... 46

Gambar 4.2: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Kontrol ... 48

Gambar 4.3: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok Eksperimen ... 50

[image:15.595.114.524.266.576.2]
(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan tolok ukur maju atau tidaknya suatu bangsa, karena pendidikan sangat penting untuk kehidupan berbangsa dan menjadi investasi penerus generasi bangsa untuk memajukan serta menyejahterakan bangsa dan negara.

Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pada Pasal I, bahwa, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menunjukkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa seseorang mempunyai hak mendapatkan pendidikan yang layak untuk mengembangkan potensi dan keterampilan dalam dirinya. Adapun fasilitator pendidikan salah satunya adalah guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan peserta didiknya. Guru dituntut untuk dapat menjalankan tugas keguruannya secara profesional agar pencapaian kompetensi dan kebutuhan peserta didik bisa tercapai. Maka dari itu berhasil dan tidak berhasilnya suatu pendidikan dalam suatu negara adalah guru.

Dalam proses belajar mengajar, siswa dan guru dituntut untuk memiliki keterampilan. Adapun guru dituntut untuk terampil dalam segi mengajarnya dan peserta didik dituntut dalam segi belajarnya. Tetapi di samping itu guru dan peserta didik melakukan proses belajar mengajar pada

1

(17)

keduanya. Salah satu mata pelajaran yang menuntut keterampilan adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Dimana peserta didik harus menguasai empat aspek keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis, yang semuanya adalah alat untuk berkomunikasi. Seperti yang diterangkan di bawah ini mengenai keterampilan berbahasa:

Dawson mengatakan Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skilss) dalam kurikulum di sekolah biasanya ada empat segi, yaitu : 1) keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skilss), 2) keterampilan berbicara (speaking skills), 3) keterampilan membaca (reading skills), dan 4) keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Dan keempat tersebut pada dasarnya satu kesatuan, merupakan catur tunggal. 2

Keterampilan menyimak (listening skills) adalah salah satu bagian dari keterampilan berbahasa. Keterampilan ini sudah diajarkan pada tingkat sekolah dasar untuk mengasah kemampuan menyimak peserta didik dalam pembelajarannya. Khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan menyimak merupakan kegiatan komunikatif berbahasa untuk menerima informasi dari oranglain dengan pemahaman sendiri. Menyimak sering disalahartikan dengan mendengarkan, karena mendengarkan saja tanpa memahami itu bukan menyimak.

Menyimak merupakan kegiatan yang memerlukan konsentrasi, karena kegiatan ini adalah kegatan reseptif. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebelum melakukan kegiatan menulis atau berbicara. Secara tingkatan keterampilan berbahasa, menyimak adalah tingkatan keterampilan yang cukup sulit, butuh fokus dan ketelitian untuk mendapatkan informasi simakan yang benar dan tepat.

2

(18)

3

Dengan menyimak, seseorang bisa melatih konsentrasi dan hal-hal yang bisa terkembang melalui kegiatan selanjutnya seperti membaca, berbicara, dan menulis. Dengan langkah awal menjadi penyimak yang baik dan memiliki keterampilan menyimak adalah suatu keberhasilan dalam melewati masalah-masalah dalam kegiatan keterampilan berbahasa lainnya. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menyimak di setiap sekolah harus lebih dioptimalkan, terlebih pada tingkat sekolah dasar yang memiliki daya ingatan yang masih kuat. Dengan begitu, peserta didik terbiasa dengan kegiatan menyimaknya. Namun masih ada beberapa peserta didik mengalami kesulitan dalam proses kegiatan menyimaknya karena kurang biasa dalam menyimak atau menerima informasi.

Dalam sebuah pembelajaran bahasa pada jenjang pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi diperlukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Adakalanya tujuan pembelajaran tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan karena pengajar kurang pandai dalam memilih metode pembelajaran untuk anak didiknya. Hal ini bila dibiarkan tentu akan berdampak buruk bagi peserta didik dan bagi pembelajaran itu sendiri. Walaupun kita menyadari tidak tercapainya tujuan belajar itu bukan satu-satunya disebabkan oleh faktor pengajar. Karena ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia cukup luas untuk menguasai empat keterampilan berbahasa sehingga guru terkadang enggan menerapkan strategi, metode dan teknik pembelajaran yang menarik dengan memilih mengajar yang praktis. Semua itu akan berpengaruh sekali pada prestasi dan motivasi peserta didik khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

(19)

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Khususnya pada guru pengampu pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik selalu disuguhkan dengan teori-teori kebahasaan yang cenderung membosankan.

Berdasarkan hasil observasi pada kelas IV SDN Bekasi Jaya II, menemukan beberapa masalah dalam hal menyimak, salah satunya menyimak pantun. Peserta didik sangat rendah dalam keterampilan menyimaknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan prestasi siswa mengenai hal keterampilan menyimak dalam materi pantun adalah faktor penggunaan metode yang kurang tepat. Di sekolah ini guru hanya menerapkan metode ceramah untuk menyampaikan materi yang diajarkannya, sehingga minat dan prestasi siswa dalam keterampilan menyimak pada materi pantun tergolong rendah dan proses pembelajarannya hanya disuguhkan teori-teori kebahasaan tanpa adanya metode yang efektif dan menyenangkan. Dalam proses pembelajaran, guru kurang memanfaatkan metode pembelajaran, situasi belajar di dalam kelas yang masih monoton dan satu arah, dimana guru berceramah dan peserta didik pasif mendengarkan informasi yang disampaikan guru. Ini akan berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi peserta didik pada pelajaran Bahasa Indonesia yaitu keterampilan menyimak pantun yang kurang memuaskan, nilai pelajaran Bahasa Indonesia beberapa siswa ada yang di bawah rata-rata yang telah ditetapkan sekolah sebesar 7,00. Hal itu disebabkan oleh pemahaman siswa yang masih kurang terhadap materi yang diajarkan, dan pembelajaran Bahasa Indonesia cenderung hanya mendengarkan tanpa memahami yang diberikan oleh guru sehingga siswa pun menjadi pasif selama proses pembelajaran.3

Metode pembelajaran adalah salah satu bagian dari strategi pembelajaran. Metode adalah prosedur atau langkah-langkah cara mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran juga salah satu cara atau upaya pendidik

3

(20)

5

agar hasil proses pembelajarannya mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu metode yang sesuai dengan keterampilan menyimak adalah menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai. Agar proses pembelajaran efektif, terutama pada pembelajaran menyimak, siswa belajar sambil bermain dengan melatih konsentrasi dalam menyimak materi.

Permainan bahasa bisik berantai sebagai metode pembelajaran untuk keterampilan menyimak, di mana peserta didik bermain sambil belajar dengan membisikkan pesan kepada teman-temannya lalu teman yang terakhir melafalkan kembali pesan yang disimaknya dengan benar dan tepat. Di samping membangun kognitif peserta didik, juga membangun nilai afektif peserta didik dari rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

Menyimak pantun adalah kegiatan yang memerlukan fokus melalui pendengaran lalu dicerna oleh otak. Maka dari itu, peserta didik perlu dilatih terus menerus untuk mempertajam daya simaknya melalui metode permainan bahasa bisik berantai. Metode pembelajaran ini sesuai dengan psikologi dan perkembangan peserta didik sekolah dasar yaitu metode yang menyenangkan dan tidak monoton atau membosankan saat proses pembelajaran berlangsung. Atas dasar latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai terhadap Keterampilan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SDN Bekasi Jaya II”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Keterampilan menyimak pada materi pantun siswa di bawah rata-rata standar sekolah sebesar 7,00.

(21)

3. Minat siswa relatif rendah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak pada materi pantun.

C. Pembatasan Masalah

Agar mencapai tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada point ketiga yaitu “Minat siswa relatif rendah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak pada materi pantun.”.

Berdasarkan masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan eksperimen dengan menguji cobakan metode permainan bisik berantai untuk melihat pengaruhnya terhadap keterampilan menyimak pantun pada siswa kelas IV SDN Bekasi Jaya II.

D. Perumusan Masalah

Sehubung latar belakang dan identifikasi masalah di atas kiranya penulis dapat merumuskan masalah, yaitu: “Apakah terdapat pengaruh metode permainan bahasa bisik berantai terhadap keterampilan menyimak pantun siswa kelas IV SDN Bekasi Jaya II ?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan metode permainan bahasa bisik berantai terhadap keterampilan menyimak pantun siswa kelas IV SDN Bekasi Jaya II

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh metode permainan bahasa bisik berantai terhadap keterampilan menyimak pantun siswa kelas IV SDN Bekasi Jaya II.

2. Manfaat Penelitian

(22)

7

a. Manfaat teoretis

Sebagai bahan referensi kemahiran menyimak pantun pihak-pihak sekolah yang terlibat dalam proses pembelajaran.

b. Manfaat praktis 1. Bagi Siswa

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak pantun pada siswa

b) Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan keaktifan, motivasi, minat, dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

2. Bagi Guru

a) mempermudah guru dalam mengoptimalkan pemahaman dan keterampilan menyimak pantun pada siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

b) meningkatkan wawasan dalam menggunakan metode pembelajaran seperti metode permainan bahasa bisik berantai. c) Membantu guru untuk menentukan suatu metode yang kreatif

yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan keterampilan berbahasa khusunya keterampilan menyimak siswa.

d) Hasil penelitian dapat menjadi bahan inspirasi untuk menentukan metode lain dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi sekolah

Dapat menjaga kualitas prestasi belajar siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

4. Bagi peneliti

(23)
(24)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Menyimak

1. Pengertian Keterampilan Menyimak

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, keterampilan adalah cakapan dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu.1 Sedangkan keterampilan bahasa adalah kecakapan seseorang untuk memakai bahasa seperrti menulis, membaca, menyimak, atau berbicara.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah suatu perilaku peserta didik agar menjadi cekat, cepat dan tepat melalui proses belajar. Keterampilan memerlukan latihan untuk mengasah keterampilan tersebut.

Akhadiah mengatakan, kata “menyimak” dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna dengan “mendengar” dan “mendengarkan”. Oleh karena itu, ketiga istilah itu sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap sama sehingga dipergunakan secara bergantian”.2

Banyak orang yang tidak bisa membedakan antara menyimak dan mendengarkan. Bahkan menganggap menyimak dan mendengarkan adalah kegiatan yang sama, sehingga banyak menimbulkan kesalah pahaman mengenai makna menyimak dan mendengarkan.

Menyimak (listening) dikatakan sebagai kegiatan berbahasa reseptif dalam suatu kegiatan bercakap-cakap (talking) dengan medium dengar (aural) maupun medium pandang (visual). Dalam pengajaran bahasa, terutama pengajaran bahasa lisan sering kita jumpai istilah mendengar,

1

Kamus Bahasa Indonesia, (Citra Media Press,2008), h. 417

2

(25)

mendengarkan dan menyimak. Ketiga istilah itu memang berkaitan dalam makna namun berbeda dalam arti.

Djago Tarigan mengatakan, dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian istilah itu dijelaskan sebagai berikut: “Mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti mendengarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh.Sedang menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”.3

Djago Tarigan menyimpulkan berdasarkan uraian di atas dapatlah disusun pengertian atau definisi menyimak sebagai berikut: menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengar, mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut. Dalam bahasa yang mudah lagi sederhana menyimak berarti kemampuan memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan.4

Russel & Rusell mengemukakan, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dengan demikian menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.5

Para ahli berpendapat dari penjelasan di atas menyimak dapat disimpulkan, sebagai suatu kegiatan mendengar dengan penuh kesungguhan dan pemahaman dengan menangkap informasi dari si pembicara mengenai informasi atau pesan yang telah disampaikan. Sedangkan pengertian mendengarkan adalah kegiatan mendengar tanpa ada pemahaman penuh dan apresiasi terhadap informasi yang disampaikan.

3

Djago Tarigan, dkk., Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003), h.2.5

4

Ibid.h.2.7

5

(26)

11

Maka keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Dalam proses pembelajaran, keterampilan ini jelas mendominasi aktivitas siswa atau mahasiswa dibanding keterampilan lainnya, termasuk keterampilan berbicara.6

2. Tahap-tahap Menyimak

Dawson mengatakan dalam pengamatan Ruth G. Strickland, tahapan kegiatan menyimak pada siswa sekolah dasar ada sembilan tahapan menyimak sebagai berikut:

a. Menyimak berkala, kegiatan menyimak ini terjadi pada keadaan sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;

b. Menyimak dengan perhatian dangkal, pada kegiatan menyimak tahap ini sang anak sering mendapat gangguan dari hal-hal yang menjadi perhatian di luar pembicaraan;

c. Setengah menyimak, pada tahap ini sang anak terganggu dengan kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak;

d. Menyimak serapan, pada tahap ini karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya;

e. Menyimak sekali-sekali, pada tahap ini sang anak menyimpan sedikit-sedikit apa yang disimak, perhatiannya terbagi dengan yang lain dan hanya memperhatikan kata-kata yang menarik hatinya saja dari si pembicara;

f. Menyimak asosiatif, pada tahap ini hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang

6

(27)

penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan pembicara;

g. Menyimak dengan reaksi berkala pada tahap ini sang anak memberikan komentar ataupun mengajukan pertanyaan terhadap pembicara;

h. Menyimak secara seksama, pada tahap ini sang anak dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara;

i. Menyimak secara aktif pada tahap ini sang anak menyimak untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.7

3. Tujuan Menyimak

Logan dan Shrope dalam Tarigan mengemukakan mengenai tujuan menyimak bahwa dalam pembicaraan terdahulu telah dikemukakan tujuan menyimak adalah memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang akan disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Ini merupakan tujuan umum. Di samping tujuan umum ada tujuan khusus yang menyebabkan adanya aneka ragam menyimak, diantaranya adalah:

a. Menyimak sebagai tujuan utama untuk belajar,

b. Menyimak sebagai hiburan dan kenikmatan untuk mendengarkan keindahan audial,

c. Menyimak untuk penilaian dan mengevaluasi,

d. Menyimak untuk menikmati serta menghargai yang disimak,

e. Menyimak untuk mengomunikasikan ide-ide dan gagasan-gagasan untuk pembicara,

f. Menyimak untuk membedakan bunyi atau arti bagi yang belajar bahasa asing,

g. Menyimak untuk memecahkan masalah,

7

(28)

13

h. Menyimak untuk mencari dan meyakinkan dirinya menjawab permasalah yang dialami pada keraguan jawaban sebelumnya. 8

4. Ragam Menyimak

Dawson dalam Tarigan mengemukakan bahwa ragam menyimak adalah sebagai berikut:

a. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu pembicaraan, tidak perlu bimbingan langsung dari seorang guru. Ada dua tujuan berbeda mengenai menyimak ekstensif pada umumnya, yaitu mengingat kembali sesuatu yang telah diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru dan memberi kesempatan, juga kebebasan untuk para siswa mendengar serta menyimak setiap butir kosa kata dan struktur-struktur yang masih asing atau baru bagi mereka. 1) Menyimak social (social listening) atau menyimak konverasional

(conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi tempat sosial tempat orang-orang mengobrol dan berkomunikasi mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir. Sedangkan Anderson mengatakan menyimak secara sopan dalam percakapan dan berinteraksi sosial dan menyimak memahami si pembicara.

2) Menyimak Sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan atau tidak disengaja (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening).

3) Menyimak Estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak apresiatif (appreciatinal listening) adalah kegiatan menyimak ini termasuk kegiatan menyimak secara kebetulan dan

8

(29)

menyimak secara ekstensif, mencakup: (1) menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio, dan rekaman-rekaman, (2) menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor. 4) Menyimak Pasif adalah penyerapan suatu ungkapan tanpa upaya

sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti dan tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.

b. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah kebalikannya dari menyimak ekstensif yaitu lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta perlu bimbingan langsung para guru, menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting, sebagai berikut (a) menyimak intensif sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau (b) pada pemahaman serta pengertian secara umum. Jelas bahwa dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa. Adapun bagian dari menyimak intensif sebagai berikut:

1) Menyimak Kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ucapan seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat. 2) Menyimak Konsentratif (concentrative listening) Aderson dan

(30)

15

3) Menyimak Kreatif (creative listening) Dawson mengatakan sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstrusi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya.

4) Menyimak Eksplorasif, menyimak bersifat menyelidik, atau exploratory adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.

5) Menyimak Interogratif (introgrative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menutut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari pembicaraan sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan.

6) Menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru memperlengkapinya. Beberapa bahasa menutut adaptasi atau penyesuaian tertentu terhadap urutan prosedur yang disarankan berikut ini namun disimak secara selektif: (1) nada suara (2) bunyi-bunyi asing (3) bunyi-bunyi-bunyi-bunyi yang bersamaan (4) kata-kata dan frasa-frasa (5) bentuk-bentuk ketatabahasaan.9

5. Proses Menyimak

Dalam proses menyimak Logan dan Loban dalam Tarigan mengatakan ada lima tahap proses dalam menyimak, yaitu sebagai berikut: a. Tahap Mendengar, pada tahap ini baru mendengar segala sesuatu yang

dikemukakan oleh pembicaraanya. Jadi, masih berada dalam tahap hearing atau mendengar.

9

(31)

b. Tahap memahami, setelah mendengar maka ada keinginan untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara dengan baik. Kemudian, sampailah dalam tahap understanding.

c. Tahap Menginterpretasi, penyimak yang baik dan teliti, tidak merasa puas jika hanya mendengarkan dan memahami isi ujaran sang pembicara saja, dia ingin menjelaskan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapatnya.

d. Tahap Mengevaluasi, setelah memahami dan menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan. e. Tahap Menanggapi, tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan

menyimak. Penyimak menyambut dan menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Lalu, penyimak pun sampailah pada tahap menganggapi (responding). 10

6. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar

Tarigan mengemukakan, “tujuan utama pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca dan terampil menulis”.

Dalam buku yang berjudul “Tulare Country Cooperative Language Arts Guide” khususnya mengenai ketrampilan menyimak, Anderson mengatakan sebagai berikut :

Taman Kanak-kanak (4 - 6 tahun) :

a. Menyimak pada teman-teman yang sebaya dalam kelompok-kelompok bermain atau kegiatan lainnya;

10

(32)

17

b. Mengembangkan waktu perhatian yang sangat panjang terhadap cerita atau dongeng;

c. Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan yang sederhana atau yang mudah dipahami.

Kelas Satu (5 - 7 Tahun):

a. Menyimak untuk menjelaskan yang ada dalam pikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan;

b. Dapat mengulangi sesuatu yang telah di dengarnya secara tepat dan benar;

c. Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan. Kelas Dua (6 - 8 tahun):

a. Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat;

b. Membuat saran-saran, pendapat, dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan untuk memeriksa pengertiannya;

c. Sadar akan situasi atau kondisi dengan menempatkan kapan sebaiknya menyimak, kapan pula sebaiknya tidak usah menyimak.

Kelas Tiga dan Empat ( 7

a. Menyadari akan nilai menyimak sebagai suatu sumber informasi dan sumber kesenangan;

b. Menyimak pada laporan orang lain dan siaran-siaran radio atau media audio lainnya dengan maksud tertentu serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu;

c. Menunjukkan penguasaan kosa kata baku dengan kata-kata atau ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.

Kelas Lima dan Enam ( 9

(33)

b. Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan yang memperoleh kesenangan pada sesuatu yang baru yang disimaknya.11

Dapat disimpulkan bahwasanya pada usia tingkat dasar, anak memiliki tahapan keterampilan menyimak yang berbeda dalam masa pertumbuhannya masing-masing. Ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Seperti yang sudah dijabarkan mengenai keterampilan menyimak pada usia anak-anak pada umumnya, semakin sering melatih keterampilan menyimak anak, semakin cepat dan baik perkembangan keterampilan menyimak anak kedepannya.

B. Pantun

1. Pengertian Pantun

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama asli dari Indonesia. Pantun bersifat anonim atau tanpa identitas. Pantun terdiri dari empat larik yang merupakan sampiran dan isi. Dahulu pantun menggunakan bahasa Melayu. Namun, setelah bahasa Indonesia disahkan, bahasa pantun pun ikut berubah dan pantun pun kini mengikuti perkembangan zaman. Tidak hanya bahasanya saja yang berubah, fungsi pantun pun mulai berubah. Dahulu pantun hanya digunakan sebagai alat komunikasi. Dan sekarang pantun digunakan untuk membuat syair lagu dan juga pidato.12

Nadjua A.S., mengemukakan, “pantun dari segi bahasa berarti ibarat, seperti, umpama atau laksana. Pantun merupakan puisi lama yang berasal dari Indonesia dan merupakan jenis puisi tertua. Pada mulanya, pantun adalah senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan”.13

11

Ibid., h. 64-65 12

Bintang Angkasa Putra Raharja, Berbalas Pantun, (Jakarta: Permata Equator Media, 2008), cet. 1, h. 1

13

(34)

19

2. Ciri-ciri Pantun

Nadjua A.S mengemukakan, ciri-ciri pantun sebagai berikut: a) Tiap bait terdiri atas 4 baris,

b) Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata, c) Bersajak a-b-a-b,

d) Baris pertama dan kedua berupa sampiran, dan e) Baris ketiga dan keempat berupa isi. 14

Jhon Gawa mengemukakan, “dalam pantun selalu ada dua dimensi yaitu pertama yang disebut sampiran. Konvensi mengatakan bahwa tidak ada yang sungguh-sungguh dengan sampiran.Sampiran semata-mata diciptakan sebagai pengantar menuju isi yang sebenarnya dalam dua larik berikutnya.”15

Sedangkan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia mengenai sampiran dikatakan sebagai berikut: “paruh pertama pada pantun, yaitu baris kesatu dan kedua berupa kalimat-kalimat yang bisanya hanya merupakan persediaan bunyi kata untuk disamakan dengan bunyi kata pada isi pantun (biasanya kalimat-kalimat pada sampiran tak ada hubungan makna dengan kalimat-kalimat pada bagian isi)”16

3. Berdasarkan Isinya

Pantun berdasarkan isinya dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain pantun nasehat, pantun teka-teki, pantun jenaka, pantun adat, pantun agama, pantun nasib, dan pantun perkenalan.

a. Pantun Nasehat

Contoh : Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu

14

Ibid.

15

Jhon Gawa, Kebijakan dalam 1001 Pantun, (Jakarta: Penerbit buku Kompas, 2007), h. 30

16

(35)

Bersenang-senang kemudian b. Pantun Teka-teki

Contoh : Kalau puan, puan cerana Ambil gelas di dalam peti Kalau tuan bijaksana

Binatang apa tanduk di kaki c. Pantun Jenaka

Contoh : Elok rupanya pohon belimbing Tumbuh di dekat limau tungga

Elok berbini orang sumbing Biar marah ketawa juga d. Pantun Adat

Contoh : Asam hadis asam gelugur Ketiga Asam riang-riang Menangis di pintu kubur

Teringat badan tidak sembahyang e. Pantun Nasib

Contoh : Asam pauh dari seberang Tubuhnya dekat tepi tebat Badan jauh di rantau orang Jika sakit siapa mengobat f. Pantun perkenalan

Contoh : dari mana hendak ke mana Dari Jepang ke Bandar Cina Kalau kami bertanya

Bunga yang kembang siapa punya17

17

(36)

21

4. Berdasarkan bentuknya

Pantun berdasarkan bentuknya, dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Pantun Karmina (pantun kilat) yaitu pantun yang dalam tiap-tiap baitnya terdiri dari dua baris dan bersajak terus, yaitu a-a. Dalam pantun karmina, baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua berupa isi.

Contoh :

Ada ubi ada talasnya Ada budi ada balasnya Sudah gerahu cendana pula Sudah tahu bertanya pula Sebab pulut santan binasa Sebab mulut badan binasa

b. Pantun Empat Seuntai yaitu pantun yang tiap-tiap baitnya terdiri dari 4 baris

Contoh :

Air dalam bertambah dalam Hujan di hulu belum lagi teduh Hati dendam bertambah dendam Dendam dahulu belum lagi sembuh

c. Pantun Talibun yaitu pantun yang tiap-tiap baitnya terdiri dari 6, 8, 10, 12 baris dan sajaknya bersilang, yaitu (a-b-c-a-b-c), (a-b-c-d-a-b-c-d), (a-b-c-d-e-a-b-c-d-e) dan (a-b-c-d-f-a-b-c-d-e-f).

Contoh :

Baru diikat bunga tanjung

(37)

Baru melihat adik kandung Hilang nyawa semangat badan Berguncang iman dalam dada

d. Pantun Rantai (pantun berkait) yaitu pantun 4 seuntai yang baris kedua dan keempat dalam suatu bait menjadi baris pertama dan ketiga dalam bait berikutnya, dan begitu seterusnya.

Contoh :

Tanam melati di rumah-rumah Ubur-ubur sampiran dua Kalau mati kita berdua Satu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampiran dua Tanam melati bersusun tangkai Satu kubur kita bersama Kalau boleh bersusun bangkai18

C. Metode Permainan Bahasa Menyimak

Metode dalam bahasa (Yunani: methodos = jalan, cara), dalam filsafat dan ilmu pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut rencana tertentu. Sedangkan dalam dunia pengajaran atau pendidikan, metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach tertentu. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan.19

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya

18

Ibid., h. 218

19

(38)

23

untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan”.20 Sedangkan Slameto mengemukakan bahwa “metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu.21

Wina Sanjaya mengatakan, metode merupakan upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk meralisasikan startegi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Oleh karenanya strategi beda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melakukan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving.22

Hamruni mengatakan, “metode adalah salah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Dalam penentuan metode yang telah digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang sedang berlangsung”.23

Penulis menyimpulkan bahwa metode adalah langkah-langkah cara untuk melaksanakan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dengan adanya metode yang diterapkan maka tujuan akan tercapai.

Djamarah dan Zain menerangkan kedudukan metode sangat penting. Beberapa pendapat para ahli menyatakan, sebagai berikut: a) Sardriman.A.M mengatakan metode sebagai alat motivasi ekstrintik, b) Roestiyah. N.K mengatakan metode sebagai strategi pengajaran, c) Metode sebagai alat untuk

20

Iskandarwassid dan Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung : PT Rosda Karya, 2011), cet. 3., h. 56

21

Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), Ed. Rev., Cet. 5., h.82

22

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2010) h. 147

23

(39)

mencapai tujuan, tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan24

Salah satu metode belajar mengajar dalam keterampilan menyimak adalah permainan bahasa. Rachamawati dan Kurniati mengemukakan, bermain adalah metode efektif untuk menumbuhkan dan mengembangkan kreatifvitas anak. Pada hakikatnya bermain bagi anak adalah belajar dan bekerja, dan kreativitas lebih banyak berkaitan dengan bermain daripada bekerja. Hal ini menjadi sangat penting bilamana guru mau terlibat aktif dalam bentuk permainan yang dirancang untuk mengembangkan kreativitas anak.25

Sujiono mengutip Piaget dalam Mayesty bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang, sedangkan Parten memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi di mana diharapkan melalui bermain dapat bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berekreasi, dan belajar secara menyenangkan. Sujiono mengutip Vygotsky dalam Naughton bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan Piaget.26

Berdasarkan penjelasan diatas yang dikemukakan para ahli mengenai bermain, maka dapat disimpulkan bahwa : (a) bermain adalah sarana melatih keterampilan yang dibutuhkan anak untuk menjadi kepribadian yang kompeten, (b) bermain adalah pengalaman multidimensi yang melibatkan semua indra dan menggugah kecerdasan seseorang, serta (c) bermain merupakan kendaraan untuk belajar tentang bagaimana seharusnya belajar (learning how to learn). 27

24

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm. 72-74

25

Yani Rachmawati, Euis Kurniati., Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Kencana, 2010), Cet. 1, hlm.48-49

26

Yuliani Nuraiani Sujiono, Bambang Sujiono., Bermain Kreatif berbasis kecerdasan Jamak, (Jakarta : PT Indeks, 2010), hlm. 34

27

(40)

25

Sutikno mengemukakan dalam bukunya, permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Adapun karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta serius tapi santai. Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari yang pasif ke aktif, dari yang kaku menjadi gerak, dan dari jenuh menjadi semangat.28

Septia Sugiarsih mengemukakan dalam makalahnya, Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak memperoleh keterampilan berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan permainan bahasa. Sebaliknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur kesenangan maka bukan disebut permainan bahasa.29

Subana dan Sunarti menjelaskan dalam bukunya “strategi belajar mengajar Bahasa Indonesia”, beberapa penulis memperkenalkan jenis-jenis permainan, antara lain: (1) W.R. Lee, yaitu “Language Teaching Games & Contest”, (2) R.H.

Bloomer, yaitu “Skill Games to Teach Reading”, (3) W.M. Nackey, yaitu “ Language Games”, dan (4) M.Em. Malac, C.S., yaitu “ The School Games

Book”.30

Adapun syarat keberhasilan permainan bahasa yaitu:

1. Permainan merupakan cara pendekatan untuk mencapai tujuan belajar setiap mengajar.

2. Permainan memiliki peraturan yang jelas/tegas sehingga tidak mempersulit peserta.

3. Tiap regu harus seimbang dalam jumlah dan kekuatannya.

28

Sobry Sutikno, Metode & Model-model Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2014), h. 44

29

Septia Sugiarsih, “Permainan bahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar”, Makalah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2010,h. 4-5, tidak dipublikasikan.

30

(41)

4. Pilihlah permainan yang melibatkan banyak siswa.

5. Pilihlah permainan yang sesuai dengan kemampuan berbahasa siswa. 6. Jangan melaksanakan permainan pada awal pelajaran pada saat siswa

dalam keadaan segar.

7. Guru betul-betul bertindak sebagai pengelola permainan: yaitu bersikap riang, lincah, tegas, dan tidak memihak.31

Dalam artikel Nurhasanah yang berjudul “penggunaan metode permainan bahasa untuk meningkatkan kemampuan bicara”, Ari Kusmiatun mengemukakan ada beberapa permainan bahasa yang dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai metode untuk pembelajaran bahasa, terutama pada pembelajaran keterampilan menyimak sebagai berikut bahwa permainan bahasa menyimak, tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan menyimak anak. Beberapa bentuknya antara lain: Dengar-Ucap; Dengar- Tiru; Dengar-Gaya; Pesan Berantai; Dengar Cerita, dan sebagainya.32

Subana dan Sunarti menjelaskan dalam bukunya “strategi belajar mengajar Bahasa Indonesia”, bahwasanya menjelaskan N.F. Maskey dalam language teaching analysis mengenai language games membagi permainan bahasa dalam empat jenis:

1. Permainan mendengarkan (listening games) 2. Permainan berbicara (speaking games) 3. Permainan membaca (reading games) 4. Permainan menulis (writing games).

Pembahasan mengenai metode permainan bahasa akan dibahas lebih dalam lagi pada pembahasan berikutnya mengenai metode permainan bahasa bisik berantai.

31

Ibid., h. 209

32

(42)

27

D. Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai

1. Pengertian bisik berantai

Permainan berbisik yaitu guru membisikkan suatu pesan atau informasi kepada siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan atau informasi itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya secara berantai. Siswa terakhir menyebutkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak. 33

Dalam artikel penelitian Faridah, Suprawoto menerangkan dalam suatu permainan mendengar berantai atau berbisik berantai adalah permainan menyampaikan informasi dengan cara berbisik dari siswa satu kesiswa lainnya dengan cepat dan cermat. Pemain pertama menerima informasi dari guru, kemudian menyampaikan kepada pemain kedua, demikian juga seterusnya. Pemain terakhir kemudian menyampaikan kepada guru kembali atau menulis informasi tersebut dipapan tulis.34

2. Langkah- langkah permainan bahasa bisik berantai

a. Guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan langkah- langkah berbisik berantai.

b. Siswa dalam kelompok diatur dengan berderet atau berbaris ke samping atau ke belakang.

c. Guru memutar tape recorder tentang cerita anak atau materi lain. d. Setiap kelompok menuliskan kembali pesan yang didengar dalam

satu paragraf atau ungkapan.

e. Setelah posisi siswa sesuai dengan yang diharapkan, guru memanggil siswa perwakilan kelompok untuk membisikkan satu paragraf yang telah dibuat.

33

Budinuryanta Y, Kasuriyanta, Imam Koermen, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), h. 9.29 -9.30

34

(43)

f. Siswa menerima informasi tersebut dan membisikan informasi tersebut kepada temannya.

g. Secara berantai siswa membisikan informasi tersebut.

h. Siswa menuliskan hasil dari bisikan temannya dan seterusnya.

i. Guru dapat mengulang beberapa informasi yang berbeda kedalam satu kelompok secara bertahap.

j. Penilaian dapat dilakukan dengan menghitung beberapa tingkat kesalahan yang diperbuat oleh kelompok tersebut.

k. Dan lakukan hal seperti diatas pada kelompok-kelompok berikutnya. l. Kelompok yang mendapat nilai terbaik diberikan penghargaan oleh

guru.35

Menurut pendapat lain mengenai langkah-langkah permainan bahasa bisik berantai yaitu pendapat Subana dan Sunarti sebagai berikut: a. Bagi kelas dalam regu-regu lalu bentuk lingkaran.

b. Bisikkan sebuah kalimat pendek kepada seseorang siswa pada tiap regu.

c. Ia harus membisikkannya lagi kepada teman di sebelahnya. d. Siswa terakhir harus mengatakan dengan keras kepada guru.

e. Regu yang berhasil mengucapkan kalimat yang benar ialah pemenangnya.36

3. Kelebihan dan Kekurangan

Adapun kelebihan dan kekurangan permaian berbisik berantai ialah: a. Kelebihannya yaitu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

belajar mengajar, melatih empat keterampilan bahasa, menarik minat siswa dalam pembelajaran, menimbulkan rasa bahagia, tanpa beban

35

Ibid. 36

(44)

29

dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan rasa kerja sama antarsiswa.

b. Kekurangannya yaitu menimbulkan situasi kelas yang ramai atau riuh, memerlukan waktu yang cukup lama, menimbulkan siswa yang terlalu aktif, menimbulkan interaksi siswa dan guru yang kurang kondusif .37

E. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Ani Yulianti Rahayu. 2014. Meningkatkan Kemampuan Menyimak Usia Dini melalui Permainan Pesan Berantai pada taman kanak-kanak Aisyiah

7 Jl. Sindang Sirna no.7 Kecamatan Karang Setra Kota Bandung Tahun

Pelajaran 2014/2015. Universitas Pendidikan Indonesia. Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), berdasarkan penelitian dilakukan tiga siklus dan berdasarkan hasil penelitiannya setelah dilakukannya metode pesan berantai yang digunakan mengalami peningkatan yaitu persentase kemampuan menyimak kategori belum berkembang 0%, mulai berkembang 25%, dan berkembang sangat baik 75%. Artinya metode pesan berantai untuk meningkatkan keterampilan menyimak berhasil.

Perbedaan penelitian Ani Yulianti Rahayu dengan skripsi ini adalah dari segi metode penelitiannya. Ani Yulianti Rahayu menggunakan metode PTK dalam penelitiannya, sedangkan penulis menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperiment) dan penulis pun memfokuskan materi pantun sebagai bahan mataeri yang difokuskan untuk keterampilan menyimak siswa.

2. Royanih. 2014. Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Penerapan Metode Permainan Bisik Berantai pada Siswa Kelas III MI

37

(45)

Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014.

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan hasil tes siklus I siswa mengalami peningkatan dari hasil tes prasiklus sebesar 51.96% menjadi 59.83%. Pada siklus II nilai rata-rata sebesar 79,58 terjadi peningkatan sebesar 22.23% dari siklus I yaitu dari 71.79 menjadi 79.58 dengan persentase 75.57 . Jadi, kemampuan menyimak melalui penerapan metode permainan bisik berantai pada siswa kelas III MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres meningkat sebesar 7,79.

Pada dasarnya, penelitian Royanih, penelitian sebelumnya, dan penulis memiliki persamaan penggunaan metode, yaitu sama-sama menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai. Perbedaan penelitian Royanih dengan skripsi ini adalah dari segi aspek kefokusan materi keterampilan menyimak yang diajarkan dan pengambilan sampel dalam penelitian. Royanih meneliti hanya keterampilan menyimak dalam melakukan penelitian keterampilan menyimak pada kelas III di MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat. Sementara penulis meneliti keterampilan menyimak pantun pada kelas IV SDN Bekasi Jaya II.

3. Nunung Hidayah. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Metode Permainan Bahasa Tipe Bisik Berantai pada Siswa Kelas V MI

(46)

31

prestasi belajar siswa terutama pada pembelajaran bahasa Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas) karna berhubungan dengan peningkatan pendidikan maka digunakanlah metode penelitian tersebut.

Perbedaan penelitian Nunung Hidayah dengan skripsi ini adalah dari pemilihan jenis keterampilan bahasanya, metode penelitian, pengambilan sample penelitian dan jenjang pendidikan yang dipilih sebagai tempat penelitian. Nunung Hidayah memilih keterampilan menulis puisi dalam penelitiannya pada siswa kelas V MI Al-Hidayah Pamijahan Bogor dan menggunakan metode penelitian PTK. Sedangkan penulis memilih keterampilan menyimak pantun dalam melakukan penelitian pada siswa kelas IV SDN Bekasi Jaya II dengan menggunakan metode penelitian quasi eksperimen.

F. Kerangka Berpikir

(47)

Metode permainan bahasa bisik berantai adalah salah satu metode pengajaran menyimak dan pembelajaran kooperatif sebagai alternatif bagi guru dalam mengajar siswa. Pada metode ini siswa dibentuk beberapa kelompok dan berbaris untuk menyiapkan permainan bisik berantai mengenai materi pantun.Sebelum permainan bisik berantai dimulai, guru memberikan stimulus atau bekal materi tentang materi pantun. Guru memberikan tema pantun pada setiap kelompok dan siswa mulai berbisik dengan menyampaikan ke teman kelompoknya tentang teori dan isi pantun. Siswa yang tepat dan benar melafalkan pantun dialah pemenangnya. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa. Siswa kelompok bawah akan dapat transfer pengetahuan dari siswa kelompok atas yang merupakan teman sebayanya yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang materi yang dijelaskan.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

H0 : Tidak terdapat pengaruh metode permainan bahasa bisik berantai

terhadap keterampilan menyimak pantun pada siswa kelas IV SDN Bekasi Jaya II

H1 : Terdapat pengaruh metode permainan bahasa bisik berantai terhadap

(48)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Bekasi Jaya II, Jl. Kh. Mas Mansyur- Bekasi Mede, Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Kode Pos 17112 , pada tanggal 04 - 25 mei 2015, semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Metode ini dipilih karena tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari suatu perlakuan (treatment), yaitu pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai yang diterapkan pada kelompok eksperimen kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai.

(49)

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design. Desain penelitian ini melibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum proses belajar dimulai dua kelompok tersebut mendapatkan tes awal yang sama. Setelah itu kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan metode permainan bahasa bisik berantai dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi pantun, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode ceramah saja dalam mata pelajaran pada Bahasa Indonesia. Setelah proses pembelajaran selesai masing-masing kelompok mendapatkan tes akhir yang sama. Adapun urutan desain penelitian terlihat jelas pada tabel di bawah ini:

[image:49.595.117.548.306.610.2]

Tabel 3.1

Nonrandomised Pretest-Posttest Control Group Design1

Kelompok TesAwal Perlakuan (x) TesAkhir

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T3 - T4

Keterangan:

T1 : Pretest kelas eksperimen T2 : Posttest kelas eksperimen T3 : Pretest kelas kontrol T4 : Posttest kelas kontrol

X : Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai

- : Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode ceramah

1

(50)

35

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik terentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IV SDN Bekasi Jaya II tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 2 kelas. Kelas IV berjumlah 50 siswa/siswi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.3 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu:

a. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapat pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai.

b. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran Bahasa Indonesia tanpa menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.4 Menurut Riduwan purposive sampling ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.5 Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009). Cet. Ke-15, h. 117.

3

Ibid.,h. 118.

4

Ibid.,h. 124.

5

(51)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara-cara memperoleh data yang dipergunakan untuk penelitian. Teknik pengumpulan data ini menggunakan tes dan non tes. Tes berupa soal essay sedangkan non tes berupa dokumentasi yaitu hasil kegiatan pembelajaran materi pantun siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis:

1. Instrumen Tes

Tes adalah cara (yang dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab) atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.6

a. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk essay yang diberikan kepada sampel penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan metode permainan bahasa bisik berantai terhadap keterampilan menyimak pantun. Hasil dari tes tersebut akan dibandingkan untuk mengetahui perbedaan nilai atau kemampuan siswa dalam menyimak dan membuat pantun dengan menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai dan tidak menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai.

Dengan kisi-kisi tes sebagai berikut:

6

(52)
[image:52.595.68.517.136.726.2]

37

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Menyimak Pantun Kompetensi Dasar Indikator

Pencapaian

Nomor Soal Jumlah Bobot Skor

C1 C2 C3

5.2. Menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Menulis kembali

pantun yang telah

disimak

1 1 20

Menjelaskan isi

dan nasehat

pantun yang telah

disimak

2 1 10

Menyusun

baris-baris pantun

dengan tepat dan

benar

3 1 20

Menjelaskan

tentang pantun

4,6 2 20

Membedakan

jenis-jenis pantun

5 1 30

Jumlah 100

2. Instrumen Non Tes

a. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.7 Dokumentasi merupakan cara lain untuk memperoleh data dari responden. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam- macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden.

7

(53)

Dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil karya tulisan siswa dalam kegiatan pembelajaran menyimak pantun.

G. Validitas

Arikunto dalam buku Riduwan mengartikan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sementara Sugiyono dalam buku yang sama mengatakan jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur.8

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes menulis karangan. Berdasarkan hal itu maka validitas yang digunakan adalah pengujian validitas konstruksi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus.9 Untuk menguji validitas konstruksi, digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya dikonstruksikan dengan para ahli dengan cara meminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Dalam hal ini, ahli yang dimintai pendapatnya adalah dosen pembimbing penulisan skripsi yang telah ditentukan dari jurusan.

H. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

8

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. Ke-6, h. 97.

9

(54)

39

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.10 Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

Variabel bebas (X): Penggunaan Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai Variabel terikat (Y): Keterampilan Menyimak Pantun

Gambar

Tabel 4.14: Hasil Uji-t Data Posttest Keterampilan Menyimak Pantun Kelompok
Gambar 4.3: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menyimak
Nonrandomised Pretest-Posttest Control Group DesignTabel 3.1 1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui pengertian keterampilan menyimak (2) Untuk mengetahui pengertian media audio (3) Unttuk mengetahui proses penerapan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan siswa dalam melakukan lemparan kedalam pada permainan sepakbola. Metode penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menyimak bahasa Prancis siswa kelas XI IPS 3 SMA N

BAB II PENGARUH PENGGUNAAN METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP PENINGKATAN KARAKTER DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS ... Permainan

Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa saat pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan teknik

Langkah-langkah metode permainan what is it dengan media gambar dalam peningkatan keterampilan menyimak di kelas I sekolah dasar yaitu sebagai berikut: (1) siswa terbagi dalam

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: (1) untuk mengetahui keterampilan siswa menyimak cerita yang tidak menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran bahasa