SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF
Bahwa yang bertandatangan di bawah ini, penulis dan pihak instansi tempat penelitian, bersedia :
“Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan”.
Bandung, Agustus 2012
Penulis,
Rani Rahmawati
21108154
Catatan :
PENGARUH SISTEM INFORMASI DAN BIAYA KEPATUHAN
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
(Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Di Kanwil Jawa Barat I)
The Influence Information Systems And Compliance Cost Of Tax
Revenue
(Survey In The KPP West Java Regional Oficces I)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh : Rani Rahmawati
21108154
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
PENGARUH SISTEM INFORMASI DAN BIAYA KEPATUHAN
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
(Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Di Kanwil Jawa Barat I)
The Influence Information Systems And Compliance Cost Of Tax
Revenue
(Survey In The KPP West Java Regional Oficces I)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh : Rani Rahmawati
21108154
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
ABSTRAK
Sistem informasi merupakan komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi tersebut untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian. Dan biaya kepatuhan merupakan biaya yang di keluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi syarat-syarat penghitungan pajak. Sedangkan penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem informasi dan biaya kepatuhan terhadap penerimaan pajak pada KPP di Kanwil Jawa Barat I.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk membuktikan seberapa besar pengaruh sistem informasi dan biaya kepatuhan terhadap penerimaan pajak. Hasil analisis regressi diuji dan dianalisa lebih lanjut, diantaranya dengan uji normalitas, multikolinieritas dan heteroskedastisitas dengan menggunakan software SPSS 18.0 for windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem informasi dan biaya kepatuhan berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Karena koefisien regresi dari kedua variabel bebas tidak sama sengan nol, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi dan biaya kepatuhan secara parsial dan bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan pajak pada KPP di Kanwil Jawa Barat I.
ABSTRACT
An information system components are interconnected and work together to collect, process, store and distribute information to support decision-making process, coordination and control. And compliance costs are costs issued by the taxpayer to fulfill the terms of the tax calculation. While tax revenues are the dominant source of financing for both routine and development expenditures. The purpose of this study was to determine the effect of information systems and compliance costs on tax revenue to the KPP in West Java Regional Office I.
The method used in this research is descriptive method and verificative with multiple linear regression analysis. This analysis is used to prove how big the influence of information systems and compliance costs of tax revenue. Regression results are tested and analyzed further, including a test for normality, multicollinearity and heteroscedasticity using the software SPSS 18.0 for windows.
The results of this study indicate that information systems and compliance cost effect on tax revenue. Because the regression coefficients of the two independent variables are not the same bunch of zeros, it can be concluded that information systems and compliance costs partially and jointly affect the tax revenue to the KPP in West Java Regional Office I.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala karunia, ridho, hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini dengan judul : “Pengaruh Sistem Informasi dan Biaya Kepatuhan terhadap Penerimaan Pajak pada KPP di
Kanwil Jawa Barat I”.
Adapun tujuan dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.
Penulis menyadari dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik isi maupun bahasa yang digunakan. Hal ini tidak lain karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman penulis. Namun penulis mengharapkan semoga penyusunan laporan Skripsi dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada kedua orang tua dan kakakku tersayang yang selalu mendoakan dan memberi dukungan baik secara moril maupun materil serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini hingga selesai.
vii
waktunya kepada penulis dan dengan sabar serta tekun dalam membimbing penulis dalam menyusun laporan Skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dari beliau. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.
4. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., selaku Dosen Wali AK 4. 5. Dr. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak., selaku Dosen Penguji Penulis. 6. Inta Budi Setyanusa, SE., M.Ak., selaku Dosen Penguji Penulis.
7. Seluruh Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia Bandung. 8. Seluruh Staf dan Pegawai KPP di Kanwil Jawa Barat I.
9. Robby Sutriyadi, yang selalu membantu penulis dalam menyusun laporan Skripsi ini, terima kasih atas doa, dukungan, semangat serta bantuan yang telah di berikan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini.
viii
11.Teman-teman di kelas 4 Ak-4, Ami, Marlina, Anna, dan Ira terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan semangatnya sehingga terselesaikannya penyusunan laporan Skripsi ini.
12.Teman-teman di kelas 4 Ak-2, Eriska, Indar, Lina, Nova, Reza, dan Septi, terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan semangatnya sewaktu menyebarkan kuesioner sehingga terselesaikannya penyusunan laporan Skripsi ini, serta teman-teman akuntansi angkatan 2008, terima kasih atas kebersamaannya.
13.Serta seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam laporan ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca.
Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Bandung, Juli 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
MOTTO ... iii
ABTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 IdentifikasidanRumusanMasalah ... 12
1.2.1 IdentifikasiMasalah ... 12
1.2.2 RumusanMasalah... 12
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12
1.3.1 Maksud Penelitian ... 12
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 13
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 13
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 14
1.5.2 Waktu Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 16
2.1.1 Sistem Informasi (Information System) ... 16
2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi (Information System) ... 16
2.1.1.2 Dimensi dan Indikator Sistem Informasi ... 17
2.1.2 Biaya Kepatuhan (Compliance Cost) ... 18
2.1.2.1 Pengertian Biaya Kepatuhan (Compliance Cost) ... 19
2.1.2.2 Dimensi dan Indikator Biaya Kepatuhan ... 19
2.1.3 Penerimaan Pajak (Tax Revenue) ... 21
2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak (Tax Revenue) ... 22
2.1.3.2 Dimensi dan Indikator Penerimaan Pajak ... 22
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 23
2.2 Kerangka Pemikiran ... 25
2.2.1 Pengaruh Sistem Informasi terhadap Penerimaan Pajak ... 26
2.2.2 Pengaruh Biaya Kepatuhan terhadap Penerimaan Pajak... 27
2.3 Hipotesis ... 29
BAB III : OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 30
3.2 Metode Penelitian ... 30
3.2.1 Desain Penelitian ... 31
3.2.2 Operasionalisasi variabel ... 34
3.2.3 Sumber dan Tekhnik Penentuan Data ... 38
3.2.3.1 Sumber Data ... 38
3.2.3.2 Tekhnik Penentuan Data ... 39
3.2.4 Tekhnik Pengumpulan Data ... 42
3.2.4.1 Uji Validitas ... 44
3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... 47
3.2.4.3 Uji MSI ... 49
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 50
3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 51
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 51
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat I ... 62
4.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat I ... 62
4.1.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat I ... 66
4.1.4 Aktivitas Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat I ... 69
4.2 Karakteristik Responden ... 70
4.3 Analisis Deskriptif ... 73
4.3.1 Analisis Deskriptif Sistem Informasi ... 74
4.3.2 Analisis Deskriptif Biaya Kepatuhan ... 85
4.3.3 Analisis Deskriptif Penerimaan pajak... 91
4.4. Analisis Verifikatif ... 94
4.4.1 Pengaruh Sistem Informasi terhadap Penerimaan Pajak ... 94
4.4.2 Pengaruh Biaya Kepatuhan terhadap Penerimaan Pajak ... 95
4.4.3 Pengaruh Sistem Informasi dan Biaya Kepatuhan terhadap Penerimaan pajak Secara Parsial maupun Simultan ... 96
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 113
5.2 Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
KUESIONER ... 121
LAMPIRAN-LAMPIRAN LAIN ... 128
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Grafik PPPlot dari Hasil Pengujian Normalitas ... 106
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Penerimaan Perpajakan 2010-2011 ... 3
Tabel 1.2 Jumlah Penerimaan Pajak KPP Pratama Bandung Karees ... 4
Tabel 1.3 Lokasi Penelitian ... 14
Tabel 1.4 Waktu Penelitian ... 15
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 23
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 33
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ... 36
Tabel 3.3 Skala Likert ... 37
Tabel 3.4 Jumlah Responden ... 41
Tabel 3.5 Perhitungan Responden ... 42
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Informasi ... 45
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Biaya Kepatuhan ... 46
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Penerimaan Pajak ... 46
Tabel 3.9 Stándar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas ... 48
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 49
Tabel 3.11 Kriteria PersentaseTanggapanResponden ... 53
Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71
Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 71
Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 72
Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 73
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden mengenai Indikator Masukan (Input) 75
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden mengenai Indikator
Pengolahan (Processor) ... 76
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden mengenai Indikator
Keluaran (Output) ... 78
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden mengenai Indikator Komunikasi ... 79
Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden mengenai
Indikator Sistem Perangkat Lunak (SoftwareSystem) ... 81
Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden mengenai Indikator Aplikasi
Perangkat Lunak/Program Aplikasi (SoftwareApplication) ... 82
Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden mengenai
Indikator Pemakai sistem informasi ... 83
Tabel 4.13 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Mengenai Sistem Informasi . 85
Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden mengenai Indikator Biaya resmi ... 86
Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden mengenai Indikator Biaya
tidak resmi ... 88
Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Responden mengenai
Waktu untuk Berkonsultasi dengan Konsultan Pajak ... 89
Tabel 4.17 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Mengenai Biaya Kepatuhan . 91
Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden mengenai Indikator PPh ... 91
Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden mengenai PPN ... 92
Tabel 4.20 Rekapitulasi Skor Jawaban Responden Mengenai
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Koefisien Regresi X terhadap Y ... 100
Tabel 4.22 Hasil Korelasi ... 101
Tabel 4.23 Korelasi Parsial Sistem Informasi dengan Penerimaan pajak pada saat Biaya Kepatuhan Tidak mengalami perubahan ... 102
Tabel 4.24 Korelasi Parsial Biaya Kepatuhan dengan Penerimaan pajak pada saat Sistem Informasi tidak mengalami perubahan ... 103
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi ... 104
Tabel 4.26 Hasil Uji Normalitas ... 105
Tabel 4.27 Hasil Perhitungan VIF ... 107
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran ... 26
Bagan 2.2 Paradigma Penelitian ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keterangan Permohonan Penelitian Dari Kampus ... 129
Lampiran 2 Surat Keterangan Permohonan Penelitian Dari Kanwil Jabar I .... 130
Lampiran 3 Surat Permohonan Bantuan Permintaan Data... 131
Lampiran 4 Lembar Revisi Sidang Usulan Penelitian ... 132
Lampiran 5 Kartu Peserta Sidang Seminar Usulan Penelitian Prodi Akuntansi ... 133
Lampiran 6 Catatan Khusus Bimbingan dan Konsultasi ... 134
Lampiran 7 Lembar Revisi Sidang ... 135
Lampiran 8 Hasil Kuesioner ... 137
Lampiran 9 Hasil Uji MSI ... 141
Lampiran 10 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ... 144
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Analisis ... 147
Lampiran 12 Jurnal ... 151
Lampiran 13 Berita Acara Penelitian Pada KPP di Kanwil Jabar I ... 152
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh
dana dari rakyat, hasil penerimaan pajak tersebut di gunakan untuk mengisi
anggaran negara sekaligus membiayai keperluan belanja negara (belanja rutin dan
belanja pembangunan), semakin besar pengeluaran pemerintah dalam rangka
pembiayaan negara menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya
berasal dari penerimaan pajak, pembiayaan belanja negara yang semakin lama
semakin bertambah besar memerlukan penerimaan negara yang berasal dari dalam
negeri tanpa harus bergantung dengan bantuan atau pinjaman dari luar negeri, hal
ini berarti bahwa semua pembelanjaan negara harus dibiayai dari pendapatan
negara, dalam hal ini yaitu pajak M. Said (2003).
Pajak menurut S.I. Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2009:01), menyatakan bahwa Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari
kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa
timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara
umum.
sedangkan definisi penerimaan pajak berdasarkan Undang-Undang Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (2001), adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
Menurut Marsyahrul (2005:21), Penerimaan negara atas pajak bersumber
dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bea masuk dan cukai, pajak
ekspor, pajak bumi bangunan, dan pajak lainnya. Berdasarkan Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Semester Pertama Tahun Anggaran (2011) dilihat dari komposisinya, penerimaan perpajakan masih didominasi oleh penerimaan pajak dalam negeri,
terutama pajak penghasilan (PPh) nonmigas serta pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM), kontribusi kedua jenis
pajak tersebut terhadap penerimaan perpajakan masing-masing mencapai
Rp173.219,5 miliar (44,8 persen) dan Rp112.349,9 miliar (29,1 persen).
Masih berdasarkan Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Semester Pertama Tahun Anggaran (2011), pada realisasi tersebut, penerimaan perpajakan dalam semester I 2011 diperkirakan mencapai Rp386.691,6 miliar atau 45,5 persen dari target
dalam APBN 2011, apabila dibandingkan dengan realisasi semester I 2010,
perkiraan realisasi penerimaan perpajakan pada semester I 2011 mengalami
peningkatan sebesar Rp49.115,5 miliar atau 14,5 persen, perkembangan
penerimaan perpajakan pada semester I tahun 2010 – 2011 dapat dilihat pada
*) Perbedaan angka di belakang k Sumber : Kementrian Keuangan Belanja Negara Semester Pertama
Mengingat pent
potensi penerimaan pa
meningkatkan jumlah p
dinilai pencapaiannya m
masih lemah, berdasark
DPR, seharusnya peneri
dari penerimaan pajak se
aksi-aksi/kecurangan ya
negara diperkirakan sam
Rp100 triliun Sakti Nas
Tabel 1.1
Penerimaan Perpajakan 2010-2011 (Miliar Rupiah)
koma karena pembulatan
an dalam Laporan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Anggaran Pe a Tahun Anggaran 2011
ntingnya fungsi pajak bagi pembangunan dan
pajak negara ini, pemerintah tentu akan berus
penerimaan pajak, namun sampai saat ini upay
masih belum optimal, karena di lihat dari sisi pe
arkan perhitungan Martin Hutabarat, anggota K
erimaan pajak pada tahun 2009 lalu dapat menin
sebelumnya pada tahun 2008 yang hanya 12%, t
yang di lakukan oleh oknum pajak. Maka p
sampai tergerus sekitar 23%, jumlah uangnya
asution (2010).
Pendapatan dan
an besarnya
rusaha keras
aya tersebut
pengawasan
Komisi III
ningkat 16%
, tapi karena
penerimaan
Dari survey yang di lakukan oleh Transparency International Indonesia (TII) akhir tahun 2004 yang lalu, DJP juga sebagai lembaga terkorup ke dua setelah Bea dan Cukai, dugaan adanya penyelewengan penerimaan pajak menurut
survei Transparancy International Indonesia (TII) akhir tahun 2004 terhadap 900
pengusaha di 21 kota menemukan kebocoran pajak bisa mencapai 40 % dari tahun
sebelumnya yang berkisar 38%, kebocoran tersebut di sebabkan karena wajib
pajak tidak membayar pajak dengan nilai semestinya Emmy Haflid (2005).
Tabel 1.2
Jumlah Penerimaan Pajak KPP Pratama Bandung Karees
Tahun Jumlah Penerimaan
2007 895.627.354.393 2008 401.159.813.144 2009 606.678.088.748 2010 536.733.703.465 Sumber : KPP Pratama Bandung Karees
Berdasarkan tabel 1.2 di atas jumlah penerimaan pajak pada KPP Pratama
terjadi penurunan dan penaikan penerimaan pajak, jumlah penerimaan pajak pada
tahun 2007 sebesar 895.627.354.393, tahun 2008 sebesar 401.159.813.144, tahun
2009 sebesar 606.678.088.748, dan tahun 2010 sebesar 536.733.703.465, dari
tabel 1.2 di atas dapat terlihat bahwa telah terjadi penurunan penerimaan pajak
yang drastis pada tahun 2008 yaitu turun sebesar 494.467.541.249 dari tahun
2007, penurunan penerimaan pajak juga terjadi pada tahun 2010 yaitu turun
sebesar 69.944.385.283 dari tahun 2009 dan penaikan penerimaan pajak hanya
terjadi pada tahun 2009 yaitu naik sebesar 205.518.275.604 dari tahun 2008.
Musgrave dan Musgrave (2003:47) berpendapat bahwa terdapat dua klasifikasi biaya yang timbul sebagai konsekuensi pengenaan pajak, dua jenis
cost/biaya kepatuhan pajak) serta distortion cost in household choices (yakni, distorsi pajak yang menyebabkan keengganan produsen untuk memproduksi
barang/jasa akibat keengganan konsumen atau pihak rumah tangga untuk
mengkonsumsi barang/jasa karena overpricing akibat tingginya pajak yang selanjutnya berakibat kepada menurunnya agregat penerimaan pajak).
Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam rangka melakukan pemenuhan kewajiban pajak adalah jumlah
biaya-biaya yang harus di keluarkan oleh Wajib pajak dalam berbagai literatur
disebut dengan biaya kepatuhan/Compliance cost, idealnya biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak tersebut
tidak memberatkan wajib pajak dan tidak menghambat wajib pajak dalam
melakukan pemenuhan kewajiban pajaknya Nurmantu (2003:83).
Namun, nyatanya tax compliance cost ini begitu memberatkan wajib pajak
hal ini menyebabkan orang malas untuk membayar pajak, setiap orang tidak ingin
berurusan dengan hal yang rumit, apalagi membutuhkan biaya ekstra, jika mau
membayar pajak misalnya, selain WP harus membayar pajaknya, maka WP juga
harus mengurusi segala administrasinya di bank/kantor pos, membaca SPT serta
mengisinya dan mengirim ke kantor pajak membuat WP mengeluarkan biaya
transportasi, memang sudah ada penerapan e-filing, namun tentunya hal ini masih
terbatas karena penetrasi internet di Indonesia masih rendah, tingginya biaya
kepatuhan pajak menyebabkan wajib pajak enggan untuk membayar pajak,
Seperti yang di katakan oleh S.O Uremadu & J.C.Ndulue (2011) bahwa
“High cost of compliance issued by the taxpayerand administrative costs to negatively affect the government's national output of taxes collected inthis tax revenue is low”. dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tingginya biaya kepatuhan yang di keluarkan oleh wajib pajak dan biaya administrasi kepada
pemerintah berpengaruh negatif terhadap output nasional dari pajak dikumpulkan
dalam hal ini penerimaan pajak menjadi rendah.
Menurut Sandford (2003) “Compliance costs here not only the cost in terms of money, but also time and thought, of which cost money are the direct costs of cash money (cash) issued by the taxpayer in order to meet tax obligations, the obligations of taxation, taxpayers have to spend money in addition to paying back taxes, at least for travel and administrative costs to the bank or post office to make deposits, payments to tax consultants,
Masih menurut Sandford (2003) In addition it is the time cost of time spent by the taxpayer in making the taxpayer the tax obligations should also take the time to read the instructions charging SPT, fill it and send it to the Tax Office, and the cost is a sense of psychological stress and a variety of fear or anxiety due to tax evasion, taxpayers were saddled mind lest his understanding of the different tax laws with the understanding of the tax officers were later charged with tax evasion”.
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa biaya kepatuhan disini
bukan hanya biaya dalam artian uang, tapi juga waktu dan pikiran, diantaranya
wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak, dalam memenuhi
kewajiban perpajakan, Wajib Pajak harus mengeluarkan uang selain untuk
membayar pajak terutang, minimal untuk biaya perjalanan dan administrasi ke
bank atau kantor pos untuk melakukan penyetoran, pembayaran kepada konsultan
pajak Sandford (2003).
Selain itu time cost adalah waktu yang terpakai oleh wajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban pajak wajib pajak juga harus meluangkan
waktu untuk membaca petunjuk pengisian SPT, mengisinya dan mengirimkannya
ke Kantor Pelayanan Pajak, dan psychological cost adalah rasa stress dan berbagai
rasa takut atau cemas karena melakukan tax evasion, wajib pajak juga dibebani pikiran takut kalau-kalau pemahamannya atas peraturan perpajakan berbeda
dengan pemahaman petugas pajak kemudian dituduh melakukan tax evasion
Sandford (2003).
Hasil survei Transparansi Internasional Indonesia dapat diketahui bahwa
jumlah responden yang mengakui pernah membayar suap ke kantor pajak adalah
yang paling besar dibandingkan dengan institusi yang lain sepeti Bea Cukai,
Kepolisian dan Lembaga Peradilan, sedangkan untuk total jumlah uang suap
setahun, kantor pajak menduduki peringkat kedua setelah Bea Cukai, hasil survei
Transparansi Internasional Indonesia tersebut menunjukkan bahwa biaya
kepatuhan pajak yang harus ditanggung Wajib Pajak di Indonesia masih sangat
besar berkaitan dengan besarnya biaya suap yang harus dikeluarkan oleh Wajib
Menurut Darmin Nasution (2009), penerimaan pajak dalam periode Januari-Maret 2007 adalah sebesar Rp 103,1 triliun atau meningkat 35%
dibanding periode yang sama di tahun 2006 yang hanya mencapai Rp 76,4 triliun,
jumlah tersebut merupakan jumlah penerimaan terbesar selama enam tahun
terakhir, namun demikian angka-angka penerimaan pajak yang disampaikan
masih simpang siur karena tidak ada satu angka pun yang diyakini kebenarannya.
Angka-angka penerimaan pajak yang masih simpang siur tersebut
disebabkan oleh sistem Modul Penerimaan Negara (MPN) yang merupakam
sistem informasi di Departemen Keuangan yang mengintegrasikan penerimaan
Direktorat Jendral Pajak (DJP), Direktorat Jenderal Bea Cukai, serta pengeluaran
Direktorat Jenderal Anggaran belum solid, oleh karena itu pengelolaan
penerimaan pajak harus dilakukan dengan baik dan akurat agar tidak terjadi
kebocoran Wiyono (2007).
Di negara Amerika Serikat pelayanan informasi mengenai pajak sudah
menjangkau wajib pajak sehingga bila ada wajib pajak yang membutuhkan
informasi pajak, dapat secara langsung menelepon pusat informasi pajak secara
gratis, di Inggris informasi pajak hampir bisa di peroleh dalam setiap acara
pameran, di Australia pemerintah menyediakan mobil-mobil yang mengantarkan
informasi perpajakna secara door to door, sedangkan di Swedia informasi pajak di
sampaikan melalui karikatur yang penuh rasa humor, sedangkan di Indonesia
informasi mengenai pajak masih sulit di dapatkan karena belum ada sistem
yang di sebarkanpun masih sangat terbatas, bahasanya kurang komunikatif,
kurang di gemari Agus Suparman (2005).
Keterbatasan inilah yang menjadi salah satu sebab masyarakat wajib pajak
kurang mengenal betul arti, keterlibatan, dan urgensi pajak dalam perekonomian Indonesia, bahkan masyarakat wajib pajak kadang menghindari pajak atau anti
pajak karena pengetahuan pajaknya masih rendah, hal ini menimbulkan kesadaran
membayar pajak yang rendah pula dan juga menyebabkan penerimaan pajak yang
rendah, jadi, jika pengelolaan Sistem informasi kurang baik maka dapat
mempengaruhi peningkatan dan penurunan penerimaan pajak Agus Suparman (2005).
Fenomena mengenai sistem informasi juga terjadi pada KPP Pratama
Bandung Karees yang di katakan oleh salah satu AR (Account Representative)
yang ada pada seksi WASKON (Wawasan dan Konsultasi) I yaitu Miftachul Munir (2011) mengenai proses penerbitan STP (Surat Tagihan Pajak) dengan menggunakan sistem informasi, cara pengerjaannya belum optimal karena para
AR menghadapi kendala-kendala yaitu sebagai berikut :
1) “AR harus memasukan data WP satu-satu tidak bisa langsung sekaligus sehingga proses penginputan data nya cukup memakan waktu yang lama, 2) Data yang ada di sistem harus di sesuaikan kembali dengan data pelaporan
SPT yang sebenarnya agar tidak terjadi kesalahan atau meminimalkan kesalahan yang akan terjadi,
3) Kesulitan mengakses jaringan internet pada saat-saat sibuk, sehinggga data yang ada di jaringan internet lama untuk di aksesnnya,
Permasalahan dari sistem informasi di atas tentu menghambat proses di
terbitkannya STP dan tentu saja hal itu menyebabkan proses penerimaan pajak
Seiring perkembangan teknologi saat ini, penggunaan sistem informasi
merupakan keharusan untuk memperlancar aktivitas-aktivitas dalam perusahaan
agar pelaksanaan dapat lebih cepat, akurat dan efisien oyt (2011).
Sistem informasi menurut James A. Hall (2007:6) adalah “Series of formal procedures by which data is collected and processed into information distibuted to the users ”, dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa pengertian biaya kepatuhan adalah “Serangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan
diproses menjadi informasi dan di distribusikan ke para pengguna.
Pengertian lain tentang sistem informasi adalah merupakan
komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan
memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung
proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengendalian Laudon dalam Azhar Susanto (2008:52).
Sistem informasi terdiri dari elemen-elemen yang terdiri dari orang,
prosedur, perangkat keras, perangkat lunak, basis data, jaringan komputer dan
komunikasi data, semua elemen ini merupakan komponen fisik Edwin Ho (2002).
Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut blok bangunan
(building blok), yang terdiri dari komponen input, komponen model, komponen
output, komponen teknologi, komponen hardware, komponen software,
komponen basis data, dan komponen kontrol, semua komponen tersebut saling
berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan untuk mencapai
Langdon (2004) mengutip hasil survei tentang peranan teknologi dalam modernisasi administrasi perpajakan perusahaan yang dilakukan Association for Computers and Taxation (ACT) di Amerika Serikat, mengemukakan bahwa “information systems has become a trigger (enabler) for taxation practices more efficient, The next Langdon (2004) suggests the need foran integrated approach to automated tax calledecosystem, where all the basic functionssimultaneously in the system thereby allowing the function to handle all of the services include tax planning, compliance, and audit management, so that it affects the tax revenue”.
Dari definisi pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa menurut Langdon
(2004), “sistem informasi telah menjadi pemicu (enabler) untuk praktik-praktik perpajakan yang lebih efisien, selanjutnya Langdon (2004) mengemukakan perlunya suatu pendekatan terpadu yang disebut dengan automated tax ecosystem,
dimana semua dasar sistem dalam berfungsi secara bersamaan sehingga
memungkinkan fungsi pajak menangani semua layanan meliputi perencanaan,
kepatuhan, dan manajemen audit, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap
penerimaan pajak”.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk memberikan judul pada
penelitian ini yaitu:
1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
1. Pengelolaan sistem informasi yaitu sistem Modul Penerimaan Negara
(MPN) yang belum baik dapat mempengaruhi keoptimalan Penerimaan
Pajak.
2. Kesulitan mengakses jaringan internet pada saat sibuk dalam sistem
informasi dapat mempengaruhi keoptimalan Penerimaan Pajak.
3. Tingginya biaya kepatuhan pajak menyebabkan wajib pajak enggan untuk
membayar pajak sehingga mengakibatkan penerimaan pajak yang rendah.
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh Sistem Informasi terhadap Penerimaan Pajak pada
KPP di Kanwil Jawa Barat I.
2. Bagaimana Pengaruh Biaya Kepatuhan terhadap Penerimaan Pajak pada
KPP di Kanwil Jawa Barat I.
3. Bagaimana pengaruh Sistem Informasi dan Biaya Kepatuhan Terhadap
Penerimaan Pajak pada KPP di Kanwil Jawa Barat I.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Mengumpulkan data dan berbagai informasi terkait dengan sistem
informasi dan biaya kepatuhan terhadap penerimaan pajak.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui Pengaruh Sistem Informasi terhadap Penerimaan Pajak
pada KPP di Kanwil Jawa Barat I.
2) Untuk mengetahui Pengaruh Biaya Kepatuhan terhadap Penerimaan Pajak
pada KPP di Kanwil Jawa Barat I.
3) Untuk mengetahui Pengaruh Sistem Informasi dan Biaya Kepatuhan
Terhadap Penerimaan Pajak pada KPP di Kanwil Jawa Barat I.
1.4Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian adalah untuk :
1.4.1 Kegunaan Praktis
Sebagai tambahan informasi mengenai Pengaruh Sistem Informasi dan
Biaya Kepatuhan dan Penerimaan Pajak pada KPP di Kanwil Jawa Barat 1.
1.4.2Kegunaan Akademis
1) Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dapat menjadi referensi ilmiah tentang pengaruh sistem informasi dan
biaya kepatuhan terhadap penerimaan pajak pada KPP di Kanwil Jawa
Barat I.
2) Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan untuk
menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung
tentang Pengaruh Sistem Informasi dan Biaya Kepatuhan dan Penerimaan
3) Bagi KPP di Kanwil Jawa Barat I
Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang
Pengaruh Sistem Informasi dan Biaya Kepatuhan dan Penerimaan Pajak
pada KPP di Kanwil Jawa Barat 1.
4) Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran
dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Pengaruh
Sistem Informasi dan Biaya Kepatuhan dan Penerimaan Pajak pada KPP
di Kanwil Jawa Barat 1.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di
[image:33.612.135.509.451.618.2]Kanwil Jawa Barat 1 diantaranya adalah sebagai berikut :
Tabel 1.3 Lokasi Penelitian
No Nama KPP Alamat
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu persiapan dan pelaksanaan penelitian skripsi yaitu pada
bulan Maret 2012 sampai dengan Agustus 2012. Seperti terlihat pada tabel berikut
[image:34.612.101.539.214.514.2]ini :
Tabel 1.4 Waktu Penelitian
No Kegiatan
Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pra Survei :
a. Persiapan Judul b. Persiapan teori c. Pengajuan Judul d. Mencari
Perusahaan
2
Usulan Penelitian:
a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Seminar UP d. Revisi UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data
5
Penyusunan Skripsi:
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Sistem Informasi (Information System)
Sistem informasi merupakan pembangkit informasi dengan integrasi yang
dimiliki subsistemnya, sistem informasi akan mampu menyediakan informasi
yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat Teguh Wahyono (2004:12).
2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Pengertian sistem menurut Azhar Susanto (2008:22) adalah sebagai
berikut:
“Kumpulan/group dari subsistem/bagian/komponen apapun baik phisik
ataupun non-phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja
sama secara harmonis untuk mencapai tujuan tertentu”.
Pengertian informasi menurut Jogiyanto (2005:36) adalah sebagai berikut :
“Data yang di olah menjadi bentuk yang berguna bagi pemakainya”.
Sedangkan pengertian dari sistem informasi itu sendiri adalah sebagai berikut:
Pengertian sistem informasi menurut James A. Hall (2007:6) adalah
sebagai berikut:
“Series of formal procedures by which data is collected and processed
into information distibuted to the users ”.
Sedangkan pengertian sistem informasi menurut Laudon dalam Azhar
“Merupakan komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi tersebut untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian”.
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
Sistem informasi adalah serangkaian prosedur dan komponen yang saling
berhubungan satu sama lain yang membentuk satu sama lain yang
mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan
informasi, yang terorganisasi dengan sistematik untuk mendukung proses
pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian yang berguna bagi
pemakainya.
2.1.1.2 Dimensi dan Indikator Sistem Informasi
Sistem Informasi terdiri dari dimensi dan indikator diantaranya adalah
sebagai berikut :
Menurut Azhar Susanto (2008:58-312) sistem informasi terdiri dari
komponen-komponen sebagai berikut :
1. “Perangkat Keras (Hardware)
Hardware merupakan peralatan phisik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan, memasukan, memproses, menyimpan dan mengeluarkan hasil pengolahan data dalam bentuk Informasi, Hardware terdiri dari beberapa bagian-bagian sebagai berikut :
a. Masukan (Input)
Input merupakan alat-alat yang dapat digunakan untuk memasukan data kedalam komputer seperti, keyboard, mouse, scanner,dll,
b. Pengolahan (Processor)
c. Keluaran (Output)
Output merupakan peralatan – peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan informasi hasil pengolahan data, beberapa macam peralatan output yang sering digunakan seperti : printer, layar monitor, speaker LCD, dan lain-lain,
d. Komunikasi (Comunication)
Comunication merupakan peralatan yang harus digunakan agar komunikasi data bisa berjalan dengan baik, seperti, Network card untuk LAN (jaringan yang ada pada lokasi tertentu misalnya suatu ruang atau suatu gedung), wireless LAN (jaringan yang tersebar ke beberapa lokasi atau bisa juga di bilang kalau WAN adalah kumpulan dari beberapa LAN yang terhubung secara On-line melalui modem atau internet), dan lain-lain,
2. Perangkat Lunak (Software)
Software merupakan kumpulan dari program yang digunakan untuk menjalankan aplikasi tertentu pada komputer, sedangkan program merupakan kumpulan dari perintah-perintah komputer yang tersusun secara sistematis, software terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Sistem Perangkat Lunak (Software System)
Software System merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengendalikan hubungan antara komponen-komponen yang terpasang dalam Komputer, misalnya antara keyboard dengan CPU, Layar monitor, dan lain-lain, contohnya : Microsoft windows,
b. Aplikasi Perangkat Lunak/Program Aplikasi (Software Application)
Software Application merupakan software jadi yang siap untuk digunakan yang menentukan bagaimana sumber daya digunakan untuk menyelesaikan masalah, perangkat lunak aplikasi dibuat untuk membantu masalah yang relatif umum,
3. Orang/Manusia (Brainware)
Brainware Merupakan sumber daya manusia yang terlibat dalam pembuatan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, pendistribusian dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut, brainware yaitu sebagai berikut :
a. Pemakai sistem informasi
Biasanya para pemakai merupakan orang yang hanya akan menggunakan sistem informasi yang telah di kembangkan (end user) mereka menentukan, yaitu masalah yang harus dipecahkan, kesempatan yang harus diambil, kebutuhan yang harus dipenuhi, batasan-batasan bisnis yang harus termuat dalam sistem informasi”.
2.1.2 Biaya Kepatuhan (Compliance Cost)
Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya tingkat kepatuhan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak yang dalam berbagai
literature disebut dengan compliance cost Safri Nurmantu (2003:160).
2.1.2.1 Pengertian Biaya Kepatuhan
Pengertian biaya kepatuhan menurut Cedric sanford et all (1989:10)
dalam Siti Kurnia rahayu (2010:151) adalah sebagai berikut:
“Biaya yang di keluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi syarat-syarat
penghitungan pajak”.
Dan pengertian biaya kepatuhan menurut Safri Nurmantu (2008:58)
adalah sebagai berikut :
“Semua biaya baik secara pisik maupun psikis yang harus dipikul oleh
wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya”.
Sedangkan pengertian biaya kepatuhan menurut Hijattulah Abdul
Jabbar and Jeff Pope (2008) mengemukakan bahwa:
“Costs incurred by taxpayers, in additionto their tax liability, in
conforming to the tax requirements”.
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
biaya kepatuhan atau compliance cost adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
oleh pembayar pajak baik pisik maupun psikis yang dikeluarkan oleh wajib pajak,
sebagai tambahan terhadap kewajiban pajak mereka, dalam memenuhi persyaratan
perpajakannya.
2.1.2.2Dimensi dan Indikator Biaya Kepatuhan
Biaya Kepatuhan terdiri dari dimensi dan indikator diantaranya adalah
Menurut Cederic Seandford, et al dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:
151) compliance cost (jumlah biaya kepatuhan pajak), dibagi menjadi 2 jenis yaitu
sebagai berikut :
1. “Direct money cost
Direct money cost merupakan biaya yang berhubungan dengan perhitungan pajak, di antaranya adalah sebagai berikut :
Menurut Sri Rahayu dalam Adinur Prasetyo (2008) mendefinisikan biaya transaksi dalam perhitungan pajak yaitu :
“Semua biaya, diluar pajak terhutang, yang dikeluarkan oleh wajib pajak dalam proses pemenuhan kewajiban perpajakannya, mulai dari merencanakan aspek perpajakan dalam investasinya sampai dengan saat menerima putusan banding dan melunasi pajak terhutang”.
Sri Rahayu dalam Adinur Prasetyo (2008) membagi biaya transaksi dalam
perhitungan pajak tersebut menjadi menjadi dua (2) yaitu sebagai berikut : a. “Biaya resmi
Biaya transaksi resmi dalam penghitungan pajak merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan wajib pajak dalam rangka melakukan pemenuhan kewajiban pajak yang ditunjang oleh tanda terima pembayaran resmi, seperti: biaya fotokopi dokumen yang terkait dengan pemenuhan kewajiban pajak, biaya formulir pajak, biaya transportasi untuk kunjungan wajib pajak ke tempat penyetoran pajak, kantor pajak, kantor konsultan, dan kantor pengadilan pajak, biaya pendidikan dan latihan karyawan dalam bidang perpajakan (seperti biaya kursus, seminar, dan lokakarya pajak), biaya penyimpanan dokumen perpajakan (yang harus disimpan selama sepuluh tahun sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan pajak), serta biaya konsultasi pajak dengan akuntan atau konsultan pajak,
b. Biaya tidak resmi
Biaya transaksi tidak resmi dalam penghitungan pajak adalah biaya-biaya yang dikeluarkan wajib pajak dalam rangka melakukan pemenuhan kewajiban pajak yang tidak ditunjang oleh tanda terima pembayaran resmi, seperti : biaya entertainment dan biaya ucapan terima kasih yang diberikan wajib pajak untuk aparat pajak”.
2. Time Cost atau menurut Noor Sharoja Sapiei dan Mazni Abdullah (2008) di sebut juga sebagai Indirect cost
Menurut Sri Rahayu dalam Adinur Prasetyo (2008) Time cost/indirect cost merupakan biaya-biaya tidak langsung yang didasarkan pada waktu yang terpakai untuk masing-masing jenis biaya, untuk menghitung pembiayaan ini, kita juga harus memperhitungkan opportunity cost biaya yang digunakan jika tidak ada pajak.
penghasilan harian atau outputnya berkurang selama melakukan kewajiban perpajakan, biaya ini merupakan ekuivalen rupiah dari waktu yang dihabiskan wajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban pajak.
Kemudian masih menurut Sri Rahayu dalam Adinur Prasetyo (2008) dalam penghitungan time cost ketentuan waktu yang digunakan untuk penghitungan pajak yang tergantung kepada perusahaan itu sendiri, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk penghitungan pajak diperoleh dari perkalian rata-rata jumlah waktu yang digunakan dan rata-rata-rata-rata jumlah biaya perjam, tetapi, hal ini pun masih tergantung upah individu, jenis dari Time Cost adalah sebagai berikut :
a. Waktu untuk Berkonsultasi dengan Konsultan Pajak
Menurut John L. Turner dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:154) beberapa alasan wajib pajak memerlukan konsultan pajak dalam membantu memenuhi kewajiban perpajakannya adalah sebagai berikut:
1)Melalui konsultan pajak, berkas pajak dapat diproses secara elektronik sehingga penerimaan kembali cicilan pajak menjadi lebih cepat, biaya yang dikeluarkan untuk membayar konsultan pajak sebanding dengan yang didapatkan wajib pajak,
2)Dengan waktu luang yang terbatas dan pendapatan yang meningkat, mereka cenderung untuk menerima pertolongan seorang agen pajak untuk mengurusi masalah pajak mereka, biaya tak terduga (surat menyurat, telepon, perjalanan, dan komunikasi dengan pejabat perpajakan), biaya pengumpulan, pembayaran, dan perhitungan pajak produk, pendapatan perusahaan, dan gaji karyawan,
Biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa konsultan pajak akan meningkatkan atau menambah sebagian compliance cost wajib pajak tetapi dengan memakai konsultan pajak yang berkualitas akan mengurangi jumlah compliance cost secara keseluruhan, karena compliance cost tidak hanya direct money cost yang di dalamnya terdapat biaya konsultan pajak tetapi dengan dibantu konsultan pajak yang berkualitas akan mengurangi time cost”.
2.1.3 Penerimaan Pajak (Tax Revenue)
Untuk menyelenggarakan pemerintahan umum dan melaksanakan
pembangunan di perlukan dana yang relatif besar, dana yang di perlukan tersebut
semakin meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan pembangunan itu
sendiri, dalam upaya mengurangi ketergantungan sumber eksternal, pemerintah
pembangunan internal terutama berasal dari penerimaan migas dan non migas,
salah satu penerimaan nonmigas yaitu penerimaan pajak Suryadi (2006).
2.1.3.1Pengertian Penerimaan Pajak
Pengertian penerimaan pajak menurut Undang-Undang tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (2001) adalah sebagai berikut :
“Penerimaan pajak adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam
negeri dan pajak perdagangan internasional”.
Dan pengertian penerimaan pajak menurut Suryadi (2006) adalah sebagai
berikut :
“Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan
baik untuk belanja rutin maupun pembangunan”.
Sedangkan pengertian penerimaan pajak menurut John Hutagaol (2007 :
8) adalah sebagai berikut :
“Penerimaan Pajak adalah pengelolaan penerimaan yang dilakukan
melalui instrumen kebijakan dan administrasi perpajakan”.
Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
Penerimaan Pajak adalah semua penerimaan pajak yang terdiri dari pajak dalam
negeri dan pajak perdagangan internasional yang merupakan sumber pembiayaan
negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan yang
dilakukan melalui instrumen kebijakan dan administrasi perpajakan.
2.1.3.2Dimensi dan Indikator Penerimaan Pajak
Penerimaan pajak terdiri dari dimensi dan indikator diantaranya adalah
Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
No. SE 05/PB/2007 yang berisi tentang Implementasi Penerimaan Negara
(IMP) jenis-jenis penerimaan pajak diantaranya adalah sebagai berikut :
1. “Pendapatan pajak dalam negeri
Pajak dalam negeri merupakan semua penerimaan negara yang berasal dari Pendapatan pajak dalam negri adalah sebagai berikut :
a. Pendapatan Pajak Penghasilan (PPh)
PPh merupakan pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian Tahun Pajak, apabila kewajiban pajak subjektifinya dimulai atau berakhir dalam Tahun Pajak Erly Suandy (2006:81).
b. Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN merupakan pajak yang di kenakan atas pertambahan nilai (value added) dari barang yang di hasilkan ataudi serahkan oleh Penghasilan Kena Pajak (PKP) apakah ia pabrikan, importer, agen utama/distributor utama Mardiasmo (2002:226)”.
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh para peneliti-peneliti
terdahulu, menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara Sistem
Informasi (System Information) terhadap Penerimaan Pajak (Tax revenue) dan
juga kesimpulan penelitian yang terdapat pengaruh antara Biaya Kepatuhan
(Compliance Cost) terhadap Penerimaan Pajak (Tax revenue) yaitu sebagai
[image:42.612.132.507.575.706.2]berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Sumber dan
tahun
Kesimpulan Keterkaitan
jurnal terhadap
variabel
1 Youngu,T.T, Sule,J.O, Bichi, M.A. and Abdulazeez , (2011)
The revenue collection board needs to be linked to Geographical Information Systems (GIS) and an accounting system that will produce bills, monitor receipts and notify the need for action on arrears.
Hanya
menggunakan 2 variabel yaitu
system
information dan
2 S. O.
Uremadu and J. C. Ndulue, (2011)
Finally, effective and efficient tax policy will eliminate high compliance costs, make self-employed people tax compliant and increase total revenue generated from tax sources thereby making taxation a veritable tool in the hand of government to sustainable economic growth and development in the emerging Nigerian economy.
Tidak ada variabel X1
yang di kaitkan ke X2 dan Y,
yaitu system information.
3 Dr.Salip,MSc, Akt. & Tendy Wato, SE, (2006)
Pemeriksaan pajak secara nominal telah meningkatkan penerimaan pajak.
Tidak ada variable X1,
dan X2 yang di
kaitkan yaitu system informasi dan biaya kepatuhan 4 Sulistyo
Heripracoyo, (2009)
Penerapan sistem baru yang diusulkan memberikan manfaat dalam meningkatkan kinerja perusahaan serta memenuhi unsur sistem pengendalian internal yang baik pada perusahaan sehingga berbagai kesalahan dan masalah yang sebelumnya sering terjadi dapat diatasi.
Tidak ada variable X2 dan
Y yang di kaitkan yaitu biaya kepatuhan dan penerimaan pajak.
5 Noor Sharoja Sapiei and Mazni Abdullah (2008)
The results of the study indicate that the highest time spend was on record keeping, With regards to monetary costs, the highest cost spend was on the cost of hiring tax advisors, However, a large percentage of taxpayers still prepared their own tax returns, In all, the study found that the compliance costs of individual taxpayers in Malaysia were relatively low in term of the total monetary value.
Tidak ada variable X1 dan
Y yang di teliti yaitu system information dan
tax revenue.
6 Agung Darono (2009)
Manajemen pajak mempunyai tujuan untuk mengetahui risiko perpajakan, menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan mencapai efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya, untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen pajak memerlukan sistem informasi sebagai perangkat yang menyediakan informasi untuk dapat mengambil keputusan yang terkait dengan perpajakan.
hanya terdapat variabel X1
yaitu sistem informasi
7 Henny Hendarti, Hari Setiabudi Husni, Tangkas Udiono, Ade Anugrah (2010)
Hasilnya, diketahui bahwa pengendalian sistem informasi penjualan pada PT. XYZ masih perlu dilakukan peningkatan terutama dalam hal
peng-upgrade-an sistem dan perekrutan divisi TI untuk mengawasi sistem aplikasi, untuk menghindari terjadinya risiko-risiko potensial yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan.
hanya terdapat variabel X1
yaitu sistem informasi
8 Fathul Wahid, (2004)
Secara umum terdapat dua metode penelitian dalam bidang sistem informasi, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kedua metode ini seharusnya dapat digunakan bersama-sama untuk saling menguatkan. Dalam beberapa literatiur mutakhir sistem informasi, diperkenalkan juga metode konstruktivis digunakan untuk menghasilkan konstruk, model, metode baru. Metode kontruktivis ini juga dalam bagian operasionalisasinya dapat menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
hanya terdapat variabel X1
2.2 Kerangka pemikiran
Sistem perpajakan di lingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan sistem
administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan
sistem informasi tekhnologi informasi yang handal dan terkini, penerapan sistem
administrasi ini merupakan pengelolaan pajak menuju perubahan yang besar yang
terus di arahkan kearah modernisasi, dengan demikian optimalisasi penerimaan
pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien Siti Kurnia Rahayu
(2010:109).
Dalam rangka menciptakan sistem perpajakan nasional yang kondusif
maka DJP harus menekan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak dalam
rangka pemenuhan kewajiban pajak (yang disebut dengan compliance cost atau
biaya transaksi penghitungan pajak tersebut) dengan tidak memberatkan wajib
pajak dan tidak menghambat wajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban
pajaknya, sehingga apabila biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak dalam
rangka pemenuhan kewajiban pajak tersebut tidak memberatkan wajib pajak dan
tidak menghambat wajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban pajaknya
maka penerimaan pajakpun akan berjalan dengan lancar Safri Nurmantu
(2008:81).
S.O Uremadu & J.C. Ndulue (2011:177) mengatakan bahwa tingginya
biaya kepatuhan yang di keluarkan oleh wajib pajak kepada pemerintah
berpengaruh negatif terhadap output nasional dari pajak yang dikumpulkan dalam
hal ini penerimaan pajak menjadi rendah, begitupun sebaliknya apabila biaya
Dengan memanfaatkan sistem informasi tekhnologi informasi maka
optimalisasi penerimaan pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien
Siti Kurnia Rahayu (2010:109). Dan begitu juga dengan menekan biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak
(Compliance Cost) maka penerimaan pajakpun akan berjalan dengan lancar Safri
Nurmantu (2008:81). Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka
pemikirannya dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Sistem Informasi terhadap Penerimaan Pajak
Menurut Youngu, T.T, Sule, J.O, Bichi, M.A. And Abdulazeez (2011)
“The revenue collection board needs to be linked to Geographical Information
Systems (GIS) and an accounting system that will produce bills, monitor receipts
and notify the need for action on arrears”, dari kesimpulan ini dapat diartikan
bahwa penerimaan pajak harus di kaitkan dengan Sistem Informasi Geografis
(SIG) dan sistem akuntansi yang akan menghasilkan tagihan, memantau
Pajak Biaya Kepatuhan Sistem Perpajakan Hipotesis: Sistem Informasi & Biaya Kepatuhan berpengaruh terhadap penerimaan pajak Biaya Kepatuh an Rendah Biaya Kepatu han Tinggi Sistem Informasi DJP
Penerapan sistem informasi administrasi perpajakan
Tinggi Rendah
penerimaan pajak dan memberitahukan kebutuhan untuk tindakan terhadap
tunggakan pajak.
Kemudian menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:109) modernisasi sistem
perpajakan di lingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan good governance dan
pelayanan prima kepada masyarakat, good governance merupakan penerapan
sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan
memanfaatkan sistem informasi tekhnologi informasi yang handal dan terkini,
strategi yang di tempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan
intensif kepada para wajib pajak, pengelolan pajak mengalami perubahan yang
besar yang terus di arahkan kearah modernisasi, dengan demikian optimalisasi
penerimaan pajak dapat terlaksana dengan baik, efektif dan efisien.
Waluyo (2011:22) juga mengungkapkan bahwa dengan mengantisipasi
kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan materil di
bidang perpajakan, maka di harapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak
dalam jangka menengah dan panjang seiring dengan meningkatnya kepatuhan
sukalera dan membaiknya iklim usaha, dengan demikian dapat di katakan bahwa
dengan meningkatnya perkembangan teknologi informasi atau bisa di katakan
sistem informasi yang baik maka penerimaan pajak pun akan meningkat.
2.2.2 Pengaruh Biaya Kepatuhan terhadap Penerimaan Pajak
Menurut S. O.Uremadu and J. C. Ndulue (2011) “Finally, effective and
efficient tax policy will eliminate high compliance costs, make self-employed
people tax compliant and increase total revenue generated from tax sources
economic growth and development in the emerging Nigerian economy”, dari
kesimpulan ini dapat diartikan bahwa kebijakan pajak yang efektif dan efisien
akan menghilangkan biaya kepatuhan pajak yang tinggi, sehingga membuat wajib
pajak patuh dan meningkatkan total penerimaan yang di hasilkan dari sumber
pajak.
Kemudian menurut Safri Nurmantu (2008:83) tinggi rendahnya tingkat
pembebanan compliance cost atau biaya transaksi penghitungan pajak tersebut
dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak yang pada akhirnya juga
berpengaruh pada tingkat penerimaan pajak.
Adinur (2008) juga mengungkapkan bahwa penekanan biaya kepatuhan
pajak hanya mengangkat tingkat kepatuhan. Tentunya dengan penekanan
penerimaan pajak sebagai kontribusi terbesar penerimaan negara diharapkan
semua wajib pajak di Indonesia berpredikat patuh, yang akan berimplikasi pada
keoptimalan penerimaan pajak, yaitu dengan pengurangan biaya Wajib Pajak
Compliance Cost Siti Kurnia Rahayu (2010:143).
2.2.3 Pengaruh sistem informasi dan biaya kepatuhan terhadap penerimaan
pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:109) modernisasi sistem perpajakan
di lingkungan DJP dengan memanfaatkan sistem informasi tekhnologi informasi
yang handal dan terkini, strategi yang di tempuh adalah pemberian pelayanan
prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak, pengelolan pajak
mengalami perubahan yang besar yang terus di arahkan kearah modernisasi,
efektif dan efisien. Dan juga menurut Safri Nurmantu (2008:83) tinggi
rendahnya tingkat pembebanan compliance cost atau biaya transaksi penghitungan
pajak dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak yang pada akhirnya
juga berpengaruh pada tingkat penerimaan pajak.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya
dalam bentuk paradigma penelitian sebagai berikut :
Bagan 2.2 Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2006:70) adalah sebagai berikut :
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis mengambil
keputusan sementara (hipotesis) dalam penelitian ini adalah:
1. Sistem Informasi berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak.
2. Biaya Kepatuhan berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak.
3. Sistem Informasi dan Biaya Kepatuhan berpengaruh terhadap Penerimaan
Pajak.
Youngu, T.T, Sule, J.O, Bichi, M.A. And Abdulazeez (2011) Variabel Independen (X1)
Sistem Informasi/System Information
Variabel Dependen (Y) Penerimaan Pajak/Tax Revenue
S. O. Uremadu1 and
J. C. Ndulue (2011) Variabel Independen (X2)
Biaya
113 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh sistem
informasi dan biaya kepatuhan terhadap penerimaan pajak pada KPP di Kanwil
Jawa Barat I dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem informasi berpengaruh positif terhadap peneriman pajak pada KPP di
Kanwil Jawa Barat I, artinya jika sistem informasi semakin tinggi akan diikuti
dengan penerimaan pajak yang menjadi semakin meningkat, fenomena yang
terjadi yaitu pengelolaan sistem Modul Penerimaan Negara (MPN) yang belum
baik dan kesulitan mengakses jaringan internet, yang berpengaruh pada
keoptimalan penerimaan pajak. Salah satu upaya yang di lakukan yaitu dengan
mengganti sistem perangkat lunak (software system) yang lama dengan yang
baru juga jaringan komunikasi yang di perbaiki agar menjadi lancar.
Pengelolaan sistem informasi sudah berjalan cukup baik tetapi belum optimal
terutama dalam penggunaan sistem perangkat lunak (software system) yang
masih menggunakan sistem perangkat lunak yang lama dan kelancaran jaringan
komunikasi yang terkadang lambat. Sehingga dapat di katakan bahwa dengan
pengelolaan sistem informasi yang baik maka penerimaan pajak akan semakin
tinggi dan optimal.
2. Biaya kepatuhan berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak pada KPP di
114
dengan penerimaan pajak yang menjadi turun, fenomena yang terjadi yaitu
tingginya biaya kepatuhan pajak menyebabkan wajib pajak enggan untuk
membayar pajak yang berimplikasi pada penerimaan pajak, salah satu upaya
yang di lakukan yaitu dengan menekankan biaya kepatuhan yang di keluarkan
sekecil mungkin misalnya dengan memanfaatkan aplikasi secara on-line untuk
lapor SPT yaitu aplikasi e-filing, dengan memanfaatkan aplikasi e-filing
tersebut tentu dapat menekan biaya kepatuhan khususnya biaya transportasi,
oleh karena itu penekanan biaya kepatuhan tersebut perlu di lakukan agar
penerimaan pajak meningkat dan optimal. Biaya kepatuhan yang di keluarkan
WP di nilai masih cukup tinggi terutama biaya kepatuhan dalam segi biaya
resmi yaitu biaya transportasi yang di keluarkan WP pada saat akan lapor SPT.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tingginya biaya kepatuhan akan membuat
penerimaan pajak rendah.
3. Sistem informasi dan biaya kepatuhan berpengaruh terhadap penerimaan pajak
pada KPP di Kanwil Jawa Barat I baik secara parsial maupun simultan, artinya
antara perubahan dalam sistem informasi dan biaya kepatuhan akan sangat
berkaitan dengan penerimaan pajak, jika sistem informasi tinggi dan biaya
kepatuhan rendah maka akan di ikuti dengan penerimaan pajak yang menjadi
semakin meningkat, fenomena yang terjadi yaitu pengelolaan sistem Modul
Penerimaan Negara (MPN) yang belum baik, kesulitan mengakses jaringan
internet dan juga tingginya biaya kepatuhan pajak dan semua hal tersebut
berpengaruh pada keoptimal penerimaan pajak. Upaya-upaya yang di lakukan
115
dengan yang baru, melakukan perbaikan jaringan komunikasi dan menekankan
biaya kepatuhan yang di keluarkan sekecil mungkin. Pengelolaan sistem
informasi sudah berjalan cukup baik tetapi belum optimal dan biaya kepatuhan
di nilai masih cukup tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan
pengelolaan sistem informasi yang baik jika di dukung dengan biaya kepatuhan
yang rendah akan memberikan pengaruh yang besar terhadap penerimaan
pajak.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan bahwa sistem informasi
dan biaya kepatuhan baik secara parsial maupun simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Kanwil Jabar1.
Maka peneliti memberikan saran yang dapat dijadikan masukkan kepada Kantor
Pelayanan Pajak Kanwil Jabar 1 sebagai berikut :
1. Sistem informasi yang lebih dioptimalkan lagi dengan mengganti sistem
perangkat lunak (software system) yang lama dengan yang baru sesuai dengan
kebutuhan pemakai sistem informasi untuk mendapatkan kualitas sistem
informasi yang baik dan juga jaringan komunikasi yang di perbaiki ke tempat
pusat jaringan komunikasi dan memeriksa apa yang menyebabkan jaringan
menjadi tidak lancar lalu setelah di periksa kemudian jari