• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Aplikasi Manajemen Sampling Penerimaan Bahan Baku Di PT Serdang Jaya Perdana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Aplikasi Manajemen Sampling Penerimaan Bahan Baku Di PT Serdang Jaya Perdana"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. 2013. Buku Pedoman Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri. Medan: Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

Montgomery, D.C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control. United States of America: John Wiley & Sons.

Sathakathulla dan Murthy. 2013. Single, Double and Multiple Sampling Plans: Poisson Distribution. ISSN 2229-5518 Volume 4 Issue 2.

Schilling, E.G. 2008. Acceptance Sampling in Quality Control. New York: CRC Press.

Sinulingga, Sukaria. 2012. Metode Penelitian. Medan: USU Press. Sinulingga, Sukaria. 2014. Rekayasa Produktivitas. Medan: USU Press.

Tambunan, R.M. 2013. Standard Operating Procedures. Jakarta: Maiestas Publishing.

(35)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Sampling Penerimaan1

1. Tujuan dari sampling penerimaan adalah untuk menentukan penerimaan lot, bukan untuk mengestimasi kualitas lot.

Sampling penerimaan berkenaan dengan inspeksi dan pengambilan keputusan pada penerimaan atau penolakan lot yang datang. Tipikal aplikasi dari

sampling penerimaan adalah: sebuah perusahaan menerima pengiriman produk dari supplier. Produk ini biasanya komponen atau bahan baku yang digunakan untuk kebutuhan proses manufaktur perusahaan. Sampel diambil dari lot, dan beberapa karakteristik kualitas dari unit sampel diinspeksi.Berdasarkan informasi dari sampel terseubt, sebuah keputusan diambil berkenaan dengan disposisi lot.Biasanya, keputusan ini adalah penerimaan atau penolakan lot. Penerimaan lot adalah dengan memasukkan bahan baku ke dalam produksi; penolakan lot dapat dilakukan dengan pengembalian ke supplier atau beberapa keputusan lain yang telah ditentukan.

Tiga aspek penting dari penerimaan sampel adalah

2. Sampling penerimaan hanya menerima dan menolak lot. Walaupun kualitas seluruh lot adalah sama, sampel akan menerima bebeapa lot dan menolak lot lainnya.

1

(36)

3. Kegunaan paling efektif dari sampling penerimaan bukan untuk menginspeksi kualitas dalam produk tetapi sebagai alat audit untuk memastikan output dari proses sudah sesuai dengan kebutuhan.

Pada umumnya, terdapat tiga pendekatan dalam menentukan penerimaan atau penolakan lot, yaitu menerima tanpa melakukan inspeksi, 100% inspeksi, dan

sampling penerimaan. Penerimaan tanpa melakukan inspeksi dapat dilakukan apabila proses yang dilakukan supplier sangat baik sehingga hampir tidak terdapat kecacatan. 100% inspeksi dilakukan apabila komponen yang dikirimkan adalah komponen kritis yang kecacatan pada komponen dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar.Keuntungan dan kerugian dalam melakukan sampling

penerimaan dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Keuntungan dan Kerugian dari Sampling Penerimaan

Keuntungan Kerugian

1. Lebih murah karena inspeksi lebih sedikit

2. Lebih sedikit penanganan produk, sehingga mengurangi damage

3. Dapat digunakan ketika pengujian bersifat destruktif

4. Personel yang diperlukan lebih sedikit pada aktivitas inspeksi

1. Terdapat risiko menerima lot yang buruk dan menolak lot yang baik 2. Sampling penerimaan memerlukan

(37)

Tabel 3.1. Keuntungan dan Kerugian dari Sampling Penerimaan (Lanjutan)

Keuntungan Kerugian

5. Sering mengurangi jumlah kesalahan inspeksi

6. Penolakan dari seluruh lot dapat memotivasi supplier untuk meningkatkan kualitas

Sumber: Douglas C. Montgomery (2009)

3.2 Terminologi Sampling Penerimaan2

Dalam sampling penerimaan, biasanya ditentukan perencanaan antara keinginan produsen dan konsumen.Perencanaan ini memberikan risiko kepada keduanya karena keinginan produsen dan konsumen tidak mutually exclusive dan kenyataan bahwa kemungkinan yang terjadi seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.Risiko Produsen dan Konsumen

Produsen Konsumen

Lot Baik

Ditolak

Produk yang baik hilang (risiko

produsen) Berpotensi terjadi kenaikan biaya

Lot Buruk

Diterima

Berpotensi menyebabkan konsumen

tidak puas

Membayar produk yang buruk

(risiko konsumen)

Sumber: Edward G. Schilling (2008)

Karena produsen dan konsumen masing-masing memiliki risiko dalam hal penerimaan lot buruk dan penolakan lot baik, maka setiap keinginan produsen dan

2

(38)

konsumen memiliki tingkatan yang harus ditentukan. Beberapa terminologi yang berhubungan dengan hal ini adalah

1. Producer’s quality level (PQL). Sebuah level kualitas yang sebaiknya harus diterima oleh rencana sampling.

2. Producer’s risk (PR). Risiko ketika material PQL ditolak oleh sampling

penerimaan. Producer’s risk biasanya diset dengan nilai 5%.

3. Consumer’s quality level (CQL). Sebuah level kualitas yang sebaiknya harus ditolak oleh rencana sampling.

4. Consumer’s risk (CR). Risiko ketika material CQL diterima oleh sampling

penerimaan. Consumer’s risk biasanya diset dengan nilai 10%.

3.3 Teknik Sampling3

3

Sinulingga, Sukaria. 2012. Metode Penelitian. Medan: USU Press. Hal: 27, 182-195.

(39)

Sampling ialah proses penarikan sampel dari populasi melalui mekanisme tertentu melalui makna karakteristik populasi dapat diketahui atau didekati. Kata mekanisme tertentu mengandung makna bahwa baik jumlah elemen yang ditarik maupun cara penarikan harus mengikuti atau memenuhi aturan tertentu agar sampel yang diperoleh mampu merepresentasikan karakteristik populasi dari mana sampel tersebut diambil atau ditarik.Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena manfaatnya yang demikian besar dalam penghematan sumber daya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data.Sampling sering dilawankan dengan sensus yaitu suatu pengumpulan data secara menyeluruh yaitu seluruh sumber data ditelusuri dan setiap elemen data yang dibutuhkan diambil.

Secara garis besar metode penarikan sampel dapat diklasifikasi atas dua bagian yaitu probability sampling (penarikan sampel yang terkait dengan faktor probabilitas) dan non-probability sampling (penarikan sampel yang tidak terkait dengan faktor probabilitas). Perbedaan prinsipil dari dua tipe sampling ini selain dalam hal teknis/mekanisme pelaksanaan, juga dari sasaran pokok yaitu

probability sampling lebih melihat kemungkinan area baru untuk diteliti sedangkan non-probablility sampling lebih ditekankan pada eksplorasi dan kelayakan penerapan suatu ide.

Dalam probabilitysampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan untuk ditarik menjadi anggota dari sampel. Rancangan atau metode

(40)

hasil penelitian dapat digeneralisasi secara lebih luas. Pemilihan metode penarikan sampel tergantung pada banyak faktor, antara lain yang utama ialah luasnya cakupan generalisasi yang diinginkan, ketersediaan waktu, maksud dan tujuan penelitian (tipe masalah yang ingin dicari jawabannya).

3.3.1 Simple Random Sampling

Dalam simplerandomsampling yang sering juga disebut unrestricted probability sampling, setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Dikatakan tidak terbatas (unrestricted) karena semua elemen diperlakukan sama dalam arti semuanya mempunyai kesempatan terpilih yang sama walaupun karakteristik masing-masing mungkin tidak sama. Cara penarikan sampel berdasarkan

simplerandomsampling memiliki bias yang relatif kecil dan memberikan kemampuan generalisasi yang tinggi. Namun, penggunaan metode ini terbatas pada kondisi populasi yang memiliki elemen dengan karakteristik atau property

(41)

3.4 Tipe dari Sampling Plans4

1. Single Sampling

Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan sampling penerimaan. Klasifikasi paling utama adalah variabel dan atribut.Variabel adalah karakteristik kualitas yang diukur dengan skala numerik.Atribut adalah karakteristik kualitas yang berbasis iya atau tidak.Beberapa metodesampling penerimaan adalah sebagai berikut

Single sampling adalah Penentuan lot ditentukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengambilan sampling sebanyak satu kali.

2. Double Sampling

Double sampling lebih rumit.Pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari sampel adalah menerima lot, menolak lot, atau mengambil sampel kedua. 3. Multiple Sampling

Multiple sampling adalah perpanjangan dari konsep sampling penerimaan ganda.

5

Sampling penerimaan dapat dilakukan atas sampel tunggal atau saampel berganda tergantung kepada kesediaan menerima besarnya resiko atas keputusan

Sampling penerimaan bersifat inspeksi atribut dalam arti hasil pemeriksaaan hanya mengkategorikan item yang diperiksa hanya dinyatakan sebagai cacat atau tidak cacat.Untuk itu, definisi cacat harus telah dirumuskan dengan jelas sehingga terhindar dari berbagai interpretasi.Semua item yang berada di luar definisi dinyatakan sebagai item cacat.

4

Douglas C. Montgomery, Op.cit, hlm. 634

5

(42)

menolak atau menerima. Perlu dipahami bahwa pemeriksaan dengan metode

sampling pasti akan memunculkan resiko atau dengan kata lain resiko tidak akan dapat dihindarkan karena pemeriksaan yang dilakukan hanya atas sampel bukan secara sensus. Dengan demikian selalu ada kemungkinan item cacat turut dalam lot yang dinyatakan dapat diterima.

3.5 Prosedur Sampling Penerimaan6

1. Tentukan single, double, atau multiple sampling

Prosedur dalam melakukan sampling penerimaan adalah sebagai berikut.

2. Spesifikasi p1 p

= Producer’s Quality Leveldengan PR = 5%

2

3. Hitung operating ratio

= Customer’s Quality Level dengan CR = 10%

4. Pilih rencana penggunaan acceptance number dengan nilai sama atau mendekati dengan R (operating ratio)

5. Tentukan ukuran sampel

6. Acceptance number dan ukuran sampel telah diperoleh

6

(43)

3.6 Mutilple Sampling7

Sampel

Multiple sampling mencakup inspeksi dari lot dengan basis dari 1 sampai dengan k sampel yang diterima untuk membuat keputusan.Dalam MIL-STD-105E, k adalah 7, yang berarti multiple sampling harus mencapai keputusan ketika sampel ketujuh.Multiple sampling biasanya dipresentasikan dalam tabular form seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3.Multiple Sampling

Ukuran

Sumber: Edward G. Schilling (2008)

Untuk memulai prosedur, sampel dari n1 diambil secara acak dari ukuran lot N dan jumlah kecacatan d1 pada sampel dihitung.

Jika d1≤ a1, maka lot diterima Jika d1≥ r1, maka lot ditolak Jika a1<d1<r1

Jika sampel berikutnya diperlukan, maka prosedur sampel pertama diulangi kembali. Untuk setiap sampel, jumlah angka kecacatan yang ditemukan

, maka sampel lain diambil.

7

(44)

pada setiap stage dibandingkan dengan acceptance number ai dan rejection number ri pada stage tersebut hingga keputusan diambil. Karena sampel terakhir (k), rk = ak

Sampel n1

Sampel n2

Sampel n3

Sampel nk

Accept Reject

+ 1, maka keputusan harus diambil pada sampel ke-k. Prosedur dari

multiple sampling dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Prosedur dari Multiple Sampling

(45)

3.7 Standard Operating Procedure (SOP)8

3.7.1 Teknik Penyusunan Standard Operating Procedure

SOP adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi berjalan efektif, konsisten, standar, dan sistematis.

9

1. Tujuan penyajian prosedur operasional standar. Ketika memutuskan menyusun SOP, pasti ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuanlah yang akan menentukan sebaik dan selengkap apa SOP organisasi akan disusun, serta bagaimana agar SOP dipahami oleh semua anggota organisasi.

Setiap teknik penyusunan memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.Pemilihan pada teknik yang berbeda dapat disebabkan oleh alasan berikut.

2. Sifat prosedur operasional standar yang akan disajikan. Prosedur yang lebih efektif apabila menggunakan teknik naratif adalah prosedur operasional standar yang tidak mencakup variasi kegiatan yang banyak. Sedangkan, prosedur operasional standar dengan kegiatan-kegiatan berariasi-termasuk

8

Tambunan, R.M., Standard Operating Procedures (Jakarta:Maiestas Publishing, 2013), hlm. 86

9

(46)

penggunaan dokumen dan laporan yang beragam, maka sebaiknya menggunakan teknik bagian arus atau teknik ampuran.

3. Kemampuan si pelaksana prosedur operasional standar. Apabila organisasi membekali pelaksana dengan pelatihan dan sosialisasi yang memadai maka tidak ada kaitan erat antara kemampuan pelaksana dengan teknik penyajian SOP. Namun pembuatan SOP yang efektif serta ditunjang dengan kemampuan si pelaksana yang memadai, maka rotasi, mutasi, dan promosi anggota organisasi lebih mudah dilakukan.

Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penyusunan SOP adalah sebagai berikut.

1. Teknik Naratif

Teknik naratif merupakan teknik yang menggunakan kekuatan narasi dan penjelasan melalui kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa yang benar ditambah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam organisasi untuk menjelaskan langkah-langkah kegiatan dalam organisasi, baik terkait dengan kegiatan operasional maupun administrasi.

2. Teknik Bagan Arus

Teknik bagan arus (flowchart) menggunakan simbol-simbol khas, dimana tiap simbol akan merepresentasikan kegiatan, keputusan, dokumen, laporan, media penyimpanan, penghubung, dan sebagainya. Simbol bagan arus yang digunakan adalah yang lazim dan diterima umum.Setiap simbol mempunyai peran khusus. Simbol-simbol yang dimaksud adalah

(47)

Tabel 3.4. Simbol Bagan Arus Dasar

Simbol Keterangan Simbol Keterangan

Persiapan Dokumen

Proses Proses Pengganti

Keputusan Data

Proses Utuh

Kegiatan

Manual

Masukan

Manual

Card

Pemisah

Prosedur

Sumber: Rudi M. Tambunan (2013)

(48)

Tabel 3.5. Simbol Bagan Arus Penghubung Kegiatan dalam Prosedur

Simbol Keterangan

Penghubung Prosedur dalam Satu Halaman

Penghubung Prosedur dalam Berbeda Halaman

Sumber: Rudi M. Tambunan (2013)

c. Simbol penyimpanan

Tabel 3.6. Simbol Penyimpanan

Simbol Keterangan Simbol Keterangan

Pita Tertanda

Penyimpanan

Intern

Data Tersimpan

Penyimpanan

Akses Langsung

Disket Magnetik

Penyimpanan

Akses Berurutan

Sumber: Rudi M. Tambunan (2013)

(49)

Tabel 3.7. Simbol Bagan Arus Alur

Simbol Keterangan

Alur/garis penghubung tanpa tanda panah

Alur/garis penghubung dengan tanda panah

Sumber: Rudi M. Tambunan (2013)

e. Simbol bagan arus kegiatan rinci dalam proses

Tabel 3.8. Simbol Bagan Arus Kegiatan Rinci dalam Proses

Simbol Keterangan Simbol Keterangan

Tampilan Sortir

Penghubungan Tunda

Penggabungan Penguraian

Arsip Tetap Arsip Sementara

Pemaduan Pilihan Langkah

(50)

3. Teknik Tabular

Teknik tabular digunakan untuk melakukan analisis kegiatan dalam proses penyusunan SOP.

4. Teknik Campuran

Teknik ini merupakan gabungan ariatif dari ketiga teknik di atas.Gabungan ketiga teknik ini banyak digunakan, terutama agar penyajian SOP lebih mudah diphami oleh semua pihak.

3.7.2 Bagian-bagian Penyajian Standard Operating Procedure10

1. Headings

Bagian-bagian penyajian prosedur operasional standar adalah sebagai berikut.

Headings adalah format tampilan standar yang ditetapkan oleh organisasi sebagai tempat informasi yang penting bagi prosedur operasional standar. 2. Penjelasan Terkait Isi Prosedur

Bagian ini memuat berbagai hal yang terkait dengan isi prosedur secara langsung. Yang termasuk dalam bagian ini adalah

a.Tujuan prosedur

b.Penjelasan singkat tentang prosedur c.Peraturan dan kebijakan terkait prosedur d.Teknik yang digunakan

e.Pihak terlibat

10

(51)

f. Formulir, blanko dan dookumen terlibat g.Laporan terlibat

h.Kaitan dengan prosedur lain i. Lampiran-lampiran

3. Peraturan dan Kebijakan Eksternal Terkait dengan Prosedur

Bagian ini mencakup peraturan dan kebijakan-kebijakan eksternal yang berkaitan dengan prosedur operasional standar.Prosedur harus disusun dan diterapkan dengan dasar peraturan dan kebijakan ekstern.

4. Isi Prosedur

Isi prosedur merupakan wujud dari penerapan metode dan teknik penyusunan sesuau dengan alur prosedur yang telah dijelaskan.Isi suatu prosedur oeprasional standar dapat terdiri atas satu prosedur saja, atau dapat merupakan kumpulan dari beberapa prosedur.

5. Lampiran-lampiran

Bagian ini digunakan untuk lampiran-lampiran yang terkait dengan prosedur operasional standar.

(52)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian dengan sampling penerimaan adalah perusahaan yang memproduksi Palm Kernel Oil, yaitu PT. Serdang Jaya Perdana berlokasi di Jalan Teuku Amir Hamzah KM 31. Dusun V A Kadir RT 0 RW 0 Tandam Hulu II, Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Waktu penelitian dilakukan dari periode bulan Mei hingga bulan Juli.

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek tertentu.

4.3 Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah spesifikasi kualitas bahan baku PT. Serdang Jaya Perdana, yaitu kadar FFA dan kadar air noten sawit.

4.4 Variabel Penelitian

(53)

1. Producer Quality Level

Producer quality level adalah tingkatan kualitas yang harus diterima ketika bahan baku diperiksa.

2. Customer Quality Level

Customer quality level adalah tingkatan kualitas yang harus ditolak ketika bahan baku diperiksa.

3. Jumlah Kecacatan

Jumlah kecacatan adalah jumlah bahan baku yang tidak sesuai dengan spesifikasi standar perusahaan.

4. Operating Ratio

Operating ratio adalah nilai yang diperoleh untuk menentukan rencana

sampling penerimaan. 5. Jumlah Sampel

Jumlah sampel adalah jumlah subgroup sampel yang harus diinspeksi dalam sekali pengambilan sampel oleh perusahaan.

6. Acceptance Number

Acceptance number adalah angka yang menunjukkan batas penerimaan atau penolakan lot.

4.5 Kerangka Berpikir

(54)

tersistematis. Kerangka berpikir ini merupakan landasan dalam melakukan penelitian. Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Operating Ratio

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Sumber Data

Berdasarkan cara pengumpulan datanya, sumber data ada dua jenis yaitu: 1. Data primer berupa variabel pengujian berupa kadar air dan kadar FFA noten

sawit.

(55)

4.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Interview merupakan metode pengumpulan data melalui cara berkomunikasi

secara langsung dengan pihak perusahaan. Interview dilakukan untuk memperoleh informasi tentang spesifikasi standar mutu perusahaan.

2. Observasi merupakan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Observasi dilakukan secara langsung dimana peneliti terlibat langsung dalam pengujian kualitas kadar air dan kadar FFA. Teknik pengambilan sampel untuk pengujian kualitas kadar air dan kadar FFA menggunakan simple random sampling. Pengambilan sampel didasarkan pada tabel bilangan random. Tabel bilangan random menunjukkan pada ketinggian berapa sampel harus diambil.

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Mesin pengukur kadar air untuk mengukur kualitas kadar air bahan baku. 2. Peralatan pengukuran kadar FFA untuk mengukur kualitas kadar FFA bahan

baku.

3. Timbangan untuk mengukur berat noten sawit yang digunakan.

(56)

4.8. Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data dengan metode sampling penerimaan. Blok Diagram pengolahan data dengan metode sampling penerimaandapat dilihat pada Gambar 4.2.

Penentuan PQL dan CQL

Hitung Operating Ratio

Tentukan Acceptance Number dan Rejection

Number

Tentukan Ukuran Sampel

Pengumpulan Sampel

Penentuan Lot

Gambar 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Sampling Penerimaan

Setelah dilakukan implementasi sampling penerimaan, maka dilakukan penyusunan standard operating procedure (SOP). Blok diagram pembuatan SOP dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Penjelasan Terkait Isi Prosedur

Isi Prosedur

Lampiran-Lampiran

(57)

4.9 Langkah-langkah Proses Penelitian

Langkah-langkah proses penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.4.

MULAI

Studi Pendahuluan

1. Kondisi Perusahaan 2. Informasi pendukung 3. Masalah-masalah

Studi Literatur

1. Teori Buku

2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah

penyelesaian

Identifikasi Masalah Awal

Prosedur baku dalam penentuan lot bahan baku tidak efektif

Pengolahan Data

1. Penentuan Rencana Sampling Penerimaan 2. Implementasi Sampling Penerimaan 2. Pembuatan SOP

Kesimpulan dan Saran

SELESAI Pengumpulan Data

Spesifikasi standar mutu perusahaan

Pembahasan

(58)

4.10 Pembahasan

Pembahasan membahas hasil pengolahan data mulai dari penentuan rencana sampling penerimaan, implementasi sampling penerimaan, hingga pembuatan SOP.

4.11 Kesimpulan dan Saran

(59)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Dalam penelitian sampling penerimaan, data yang digunakan untuk melakukan pengolahan data adalah spesifikasi standar perusahaan.Data spesifikasi standar perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Spesifikasi dan Standar Mutu Perusahaan

Spesifikasi Kadar

Kadar Air <15% Kadar Free Fatty Acid <5%

% Bahan Baku Cacat 8%

Sumber: Standar Kualitas PT. Serdang Jaya Perdana

5.2 Pengolahan Data

5.2.1 Penentuan Rencana Sampling Penerimaan

Prosedur dalam penentuan rencana sampling penerimaan adalah sebagai berikut. 7. Tentukan single, double, atau multiple sampling.

Dipilih multiple sampling.

8. Spesifikasi nilai p1 (Producer’s Quality Level) dan p2

PT. Serdang Jaya Perdana menerima bahan baku dari supplier dengan spesifikasi kecacatan yang diperbolehkan adalah 8%. Oleh karena itu, diperoleh nilai

(Customer’s Quality Level).

(60)

= 1% = 8% 9. Hitung operating ratio

10. Pilih rencana penggunaan acceptance number dengan nilai samaatau mendekati dengan R (operating ratio).

Berdasarkan Lampiran 1 dapat dilihat bahwa rencana sampling penerimaan yang digunakan adalah rencana 1M yang dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rencana 1M Sampling Penerimaan

Rencana Acceptance Numbers np2 1M Ac = # # 0 0 1 1 2 0,917

Re = 2 2 2 3 3 3 3

11. Tentukan jumlah sampel

Jumlah sampel yang harus diambil adalah 12 dengan ukuran sampel sebesar 1kg. 12. Acceptance number dan ukuran sampel telah diperoleh

Rekapitulasi perencanaan sampling penerimaan dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Rencana Sampling Penerimaan

Rencana Jumlah Sampel Acceptance Numbers

1M 12 Ac = # # 0 0 1 1 2

(61)

Berdasarkan rencana sampling penerimaan dapat dibuat skema sampling

penerimaan yang dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Sampel n1

Sampel n2

Sampel n3

Sampel n4

Accept Reject

#

#

Sampel n5

Sampel n6

Sampel n7

(62)

5.2.2 Implementasi Sampling Penerimaan

Implementasi sampling penerimaan dilakukan berdasarkan rencana

sampling penerimaan yang telah ditetapkan.Data yang dikumpulkan dalam

sampling penerimaan ini adalah data atribut.Data atribut yang dikumpulkan dengan melakukan pengujian dengan data variabel kadar air dan kadar FFA. Apabila sampel yang diambil memiliki kadar air (>15%) atau kadar FFA (>5%), maka sampel tersebut dikategorikan cacat.Implementasi sampling penerimaan dilakukan sebanyak 5 run. Tujuan dilakukan implementasi sampling penerimaan untuk mengetahui hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembuatan SOP.

5.2.2.1 Implementasi Sampling Penerimaan Run ke-1

Data implementasi sampling penerimaan pada Run ke-1 dan sampling ke-1 dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Data Run Ke-1 Sampling Ke-1

(63)

Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1

Tabel 5.5. Data Run Ke-1 Sampling Ke-2

) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Sampel

Pada sampling ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2

Tabel 5.6. Data Run Ke-1 Sampling Ke-3

) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.6.

(64)

Tabel 5.6. Data Run Ke-1 Sampling Ke-3 (Lanjutan)

Sampel Ke-

Ketidaksesuaian Kadar FFA

Ketidaksesuaian Kadar Air

Ketidaksesuaian Sampel

9 - - -

10 - - -

11 - - -

12 - - -

Total 0

Pada sampling ke-3, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka bahan baku yang dikirim supplier diterima. Grafik sampling penerimaan pada run ke-1 dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2.Sampling Penerimaan Run ke-1

5.2.2.2 Implementasi Sampling Penerimaan Run ke-2

(65)

Tabel 5.7. Data Run Ke-2Sampling Ke-1

Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1

Tabel 5.8. Data Run Ke-2 Sampling Ke-2

) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.8.

(66)

Pada sampel ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2

Tabel 5.9. Data Run Ke-2 Sampling Ke-3

) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Sampel

(67)

Gambar 5.3.Sampling Penerimaan Run ke-2

5.2.2.3 Implementasi Sampling Penerimaan Run ke-3

Data implementasi sampling penerimaan pada Run ke-3 dan sampling ke-1 dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Data Run Ke-3 Sampling Ke-1

Sampel Ke-

Ketidaksesuaian Kadar FFA

Ketidaksesuaian Kadar Air

Ketidaksesuaian Sampel

1 - - -

2 - - -

3 - - -

4 - - -

5 - - -

6 - - -

7 - - -

8 - - -

9 - - -

10 - - -

11 - - -

12 - - -

(68)

Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1

Tabel 5.11. Data Run Ke-3 Sampling Ke-2

) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Sampel

Pada sampel ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2

Tabel 5.12. Data Run Ke-3 Sampling Ke-3

) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.12.

(69)

Tabel 5.12. Data Run Ke-3 Sampling Ke-3 (Lanjutan)

Pada sampling ke-3, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3

Tabel 5.13. Data Run Ke-3 Sampling Ke-4

) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-4. Data sampling ke-4 dapat dilihat pada Tabel 5.13.

(70)

Gambar 5.4.Sampling Penerimaan Run ke-3

5.2.2.4 Implementasi Sampling Penerimaan Run ke-4

Data implementasi sampling penerimaan pada Run ke-4 dan sampling ke-1 dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Data Run Ke-4 Sampling Ke-1

Sampel Ke-

Ketidaksesuaian Kadar FFA

Ketidaksesuaian Kadar Air

Ketidaksesuaian Sampel

1 - - -

2 - - -

3 - - -

4 - - -

5 - - -

6 - - -

7 - - -

8 - - -

9 - - -

10 - - -

11 - - -

12 √ √ √

(71)

Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1

Tabel 5.15. Data Run Ke-4 Sampling Ke-2

) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Sampel

Pada sampel ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2

Tabel 5.16. Data Run Ke-4 Sampling Ke-3

) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.16.

(72)

Tabel 5.16. Data Run Ke-3 Sampling Ke-3 (Lanjutan)

Pada sampling ke-3, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3

Tabel 5.17. Data Run Ke-3 Sampling Ke-4

) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-4. Data sampling ke-4 dapat dilihat pada Tabel 5.17.

(73)

Tabel 5.18. Data Run Ke-4 Sampling Ke-5

Sampel Ke-

Ketidaksesuaian Kadar FFA

Ketidaksesuaian Kadar Air

Ketidaksesuaian Sampel

1 - - -

2 - - -

3 - - -

4 - - -

5 - - -

6 - - -

7 - - -

8 - - -

9 - - -

10 - - -

11 - - -

12 - - -

Total 0

Pada sampling ke-5, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2+d3+d4+d5) adalah 1.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka bahan baku yang dikirim supplier diterima. Grafik sampling penerimaan pada run ke-4 dapat dilihat pada Gambar 5.5.

(74)

5.2.2.5 Implementasi Sampling Penerimaan Run ke-5

Data implementasi sampling penerimaan pada Run ke-5 dan sampling ke-1 dapat dilihat pada Tabel 5.19.

Tabel 5.19. Data Run Ke-5 Sampling Ke-1

Sampel

Pada sampling ke-1, ketidaksesuaian sampel (d1

Tabel 5.20. Data Run Ke-5 Sampling Ke-2

) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-2. Data sampling ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5.20.

(75)

Tabel 5.20. Data Run Ke-5 Sampling Ke-2 (Lanjutan)

Pada sampel ke-2, jumlah ketidaksesuaian sampel (d1+d2

Tabel 5.21. Data Run Ke-5 Sampling Ke-3

) adalah 0.Berdasarkan rencanasampling penerimaan yang telah ditetapkan maka dilakukan sampling ke-3. Data sampling ke-3 dapat dilihat pada Tabel 5.21.

Sampel

(76)

Gambar 5.6.Sampling Penerimaan Run ke-5

Rekapitulasi implementasi sampling penerimaan selama 5 hari dapat dilihat pada Tabel 5.22.

Tabel 5.22. Rekapitulasi Implementasi Sampling Penerimaan

(77)

Tabel 5.22. Rekapitulasi Implementasi Sampling Penerimaan (Lanjutan)

5.2.3 Pembuatan SOP Sampling Penerimaan

Setelah dilakukan implementasi sampling penerimaan, maka dibuat sebuah SOP yang berisi prosedur-prosedur operasional sampling penerimaan.Penyususan SOP sampling penerimaan adalah sebagai berikut.

5.2.3.1 Penjelasan Terkait Isi Prosedur

(78)

Tabel 5.23. Penjelasan Terkait Isi Prosedur

SJP

PT. Serdang JayaPerdana

Prosedur Penerimaan Bahan Baku I. Tujuan Prosedur

Prosedur ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut

1. Menjamin terlaksananya semua kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan bahan baku dari supplier.

2. Menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan seluruh pihak yang terkait dalam penerimaan bahan baku dari supplier.

II. Penjelasan Singkat tentang Prosedur

Prosedur penerimaan bahan baku adalah penuntun yang digunakan oleh perusahaan untuk menerima atau menolak bahan baku yang datang dari supplier. Prosedur ini mencakup mulai dari pengambilan sampel bahan baku, pengecekan kualitas bahan baku, hingga penentuan penerimaan

atau penolakan bahan baku. Setiap bahan baku yang datang dari supplier harus mengikuti prosedur ini sebelum diproses lebih lanjut.

III. Peraturan dan Kebijakan Internal terkait Prosedur 1. Kebijakan penerimaan atau penolakan bahan baku 2. Kebijakan untuk melakukan proses produksi IV. Teknik Penyajian yang Digunakan

(79)

Tabel 5.23. Penjelasan Terkait Isi Prosedur (Lanjutan)

SJP

PT. Serdang JayaPerdana

Prosedur Penerimaan Bahan Baku 1. Teknik bagan arus

2. Teknik tabular 3. Teknik naratif

V. Pihak yang Terlibat dalam Prosedur

Pihak-pihak yang terlibat dalam prosedur ini adalah 1. Pihak Internal

a. Bagian Gudang dan Timbangan

Bagian gudang dan timbangan terlibat dalam pengumpulan sampel. b. Bagian Laboratorium

Bagian laboratorium terlibat dalam pengujian kualitas. c. Bagian Pemasaran

Bagian pemasaran terlibat dalam pemberitahuan penerimaan atau penolakan bahan baku kepada supplier.

d. Manajer Produksi

Manajer Produksi terlibat dalam penentuan produksi menggunakan bahan baku yang datang dari supplier atau tidak

(80)

Tabel 5.23. Penjelasan Terkait Isi Prosedur (Lanjutan)

SJP

PT. Serdang JayaPerdana

Prosedur Penerimaan Bahan Baku VI. Dokumen yang Digunakan

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam prosedur ini adalah 1. Form Pengumpulan Data Sampel

2. Form Penentuan Penerimaan atau Penolakan Bahan Baku VII. Laporan-laporan yang Dihasilkan

Laporan-laporan yang dihasilkan dari prosedur ini adalah Laporan Penentuan Bahan Baku.

VIII. Kaitan dengan Prosedur Lain

Prosedur ini terkait dengan prosedur-prosedur lain, yaitu 1. Prosedur Proses Produksi

2. Data Bahan Baku dari Supplier

IX. Lampiran

Lampiran-lampiran dari prosedur ini adalah 1. Form Pengumpulan Data Sampel

2. Form Penentuan Penerimaan atau Penolakan Bahan Baku X. Peraturan dan Kebijakan Eksternal

(81)

5.2.3.2 Isi Prosedur

Isi prosedur adalah wujud dari penerapan standard operating procedure

sesuai teknik penyusunan yang telah ditentukan. Isi-isi prosedur terdiri dari: 1. Isi prosedur penerimaan bahan baku yang dapat dilihat pada Gambar 5.7.

BAGIAN GUDANG

1 = Truk Bahan Baku Datang 2 = Pengumpulan Data Sampel 3 = Mendapatkan Sampel 4 = Melakukan Proses Pengujian Kualitas 5 = Form Pengumpulan Data Sampel

6 = Form Penentuan Penerimaan atau Penolakan Bahan Baku

7 = Bahan Baku diproduksi atau tidak diproduksi

8 = Menyampaikan form penentuan penerimaan bahan kepada supplier

9 = Mengarsip dokumen

6 6

Gambar 5.7. Isi Prosedur Penerimaan Bahan Baku

2. Isi prosedur bagian gudang dan timbangan dapat dilihat pada Tabel 5.24.

Tabel 5.24. Isi Prosedur untuk Bagian Gudang dan Timbangan

Prosedur untuk Bagian Gudang dan Timbangan

(82)

Tabel 5.24. Isi Prosedur untuk Bagian Gudang dan Timbangan(Lanjutan)

Prosedur untuk Bagian Gudang dan Timbangan

2. Bagian gudang dan timbangan mengambil sampel sebesar 1kg sebanyak 12 kali dan ditaruh di kantong plastik.Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Pengambilan sampel didasarkan pada tabel bilangan random. Tabel bilangan random menunjukkan pada ketinggian berapa sampel harus diambil.

3. Jumlah sampel yang dikumpulkan adalah 7. 4. Kemudian sampel dibawa ke labroatorium

3. Isi prosedur untukbagian laboratorium dapat dilihat pada Tabel 5.25.

Tabel 5.25. Isi Prosedur untuk Bagian Laboratorium

Isi Prosedur untuk Bagian Laboratorium

1. Bagian laboratorium menerima sampel bahan baku dari bagian gudang dan timbangan.

2. Setiap sampel diuji kualitas kadar air dan kadar FFA-nya 3. Pengujian kualitas kadar air adalah sebagai berikut.

a. Diambil 2,5 mg inti noten yang sudah ditumbuk

b. Dimasukkan ke dalam mesin pengukur kadar air dan tekan OK c. Dibaca hasil pengukuran kadar air

(83)

Tabel 5.25. Isi Prosedur untuk Bagian Laboratorium (Lanjutan)

Isi Prosedur untuk Bagian Laboratorium

a. Inti noten yang telah ditumbuk dipanaskan hingga keluar minyak b. Sebanyak 2,5 ml minyak diambil

c. Minyak dicampur dengan 2,5ml larutan IPA (isopropyl alcohol) d. Larutan dicampurkan dengan 3 tetes indikator PP (Phenolphthalein)

e.Dititrasi dengan NaOH hingga berubah warna.

f. Angka pada tabung titrasidikali dengan ketetapan nilai 2,0545 untuk memperoleh nilai FFA.

5. Jika pengukuran kadar air (melebihi 15%) dan kadar FFA (melebihi 5%), maka diberikan tanda “√” pada form pengumpulan data sampel. Sebaliknya diberikan tanda “-“.

6. Jumlah kecacatan pada sampel direkap di form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.

7. Jika penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku belum dapat dilakukan maka dilanjutkan pengecekan pada sampel berikutnya.

8. Form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku diberikan pada bagian produksi dan bagian pemasaran

(84)

Tabel 5.26. Isi Prosedur untuk Bagian Produksi

Isi Prosedur untuk Bagian Produksi

1. Bagian produksi menerima form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.

2. Berdasarkan form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku, bagian produksi menentukan kelayakan bahan baku untuk diproduksi.

5. Isi prosedur untuk bagian pemasaran dapat dilihat pada Tabel 5.27.

Tabel 5.27. Isi Prosedur untuk Bagian Pemasaran

Isi Prosedur untuk Bagian Pemasaran

1. Bagian pemasaran menerima form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.

2. Bagian pemasaran menyampaikan kepada supplier apakah bahan baku diterima atau ditolak.

3. Bagian pemasaran membuat laporan tentang data supplier.

5.2.3.3 Lampiran-lampiran

Bagian ini digunakan untuk menunjukkan lampiran-lampiran yang terkai dengan prosedur operasional standar.Lampiran-lampiran yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Form Pengumpulan Data Sampel

(85)

data sampel diisi oleh bagian laboratorium pada saat pengujian. Form pengumpulan data sampel dibuat sebagai dasar untuk pembuatan form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.

Gambar 5.8. Form Pengumpulan Data Sampel

2. Form Penentuan Penerimaan atau Penolakan Bahan Baku

(86)

penerimaan atau penolakan bahan baku diisi pada bagian laboratorium. Kemudian form ini dikirim ke bagian produksi dan bagian pemasaran.

(87)

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Pembahasan Rencana Sampling Penerimaan

Inti kelapa sawit diperoleh dari perusahaan yang hanya menghasilkan

crude palm oil. Rata-rata jenis bahan baku yang digunakan pada perusahaan adalah inti kelapa sawit yang berasal dari kelapa sawit jenis tenera. Kelapa sawit jenis tenera merupakan bibit unggul hasil persilangan dari jenis dura dan pisifera. Penentuan rencana sampling penerimaan dilakukan untuk memperoleh rencana

sampling penerimaan yang dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Rencana Sampling Penerimaan

Rencana Jumlah Sampel Acceptance Numbers

1M 12 Ac = # # 0 0 1 1 2

Re = 2 2 2 3 3 3 3

Rencana sampling penerimaan yang digunakan adalah multiple sampling.

Penggunaan multiple sampling dapat mengurangi kemungkinan diterimanya lot yang baik atau ditolaknya lot yang buruk. Hal ini dikarenakan apabila pengujian sampel pertama belum memberikan hasil yang tepat untuk menerima atau menolak lot, maka dapat dilakukan pengujian sampel berikutnya. Dalam hal

(88)

karena sampel yang diperiksa belum cukup untuk menerima lot dari bahan baku tersebut.

Ukuran sampel yang digunakan pada setiap pengambilan sampel adalah 1kg. Ukuran sampel 1kg digunakan karena 1kg noten sawit sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian.

6.2. Pembahasan Implementasi Sampling Penerimaan

Implementasi sampling penerimaan dilakukan berdasarkan rencana

sampling penerimaan yang telah ditentukan. Hasil rekapitulasi implementasi

sampling penerimaan dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Rekapitulasi Implementasi Sampling Penerimaan

(89)

Tabel 6.2. Rekapitulasi Implementasi Sampling Penerimaan (Lanjutan)

Dalam implementasi sampling penerimaan selama 5 hari, dapat dilihat bahwa penentuan lot bahan baku untuk diterima atau ditolak berada pada kisaran sampling ke-3 hingga sampling ke-5. Penentuan lot bahan baku yang bervariatif menunjukkan bahwa kualitas bahan baku yang dikirim supplier ke perusahaan bervariatif. Oleh karena itu penggunaan multiple sampling dalam rencana sampling penerimaan sudah tepat. Penggunaan multiple sampling

bermanfaat untuk membuat producer’s risk dan consumer’s risk semakin kecil. Hal ini dikarenakan pengambilan sampel yang berulang-ulang untuk memastikan bahwa bahan baku yang dikirim dari supplier memiliki kualitas yang baik.

Dalam implementasi sampling penerimaan, rata-rata waktu yang diperlukan untuk penentuan sampel adalah 3 jam. Waktu 3 jam tidak berpengaruh secara signifikan pada kualitas bahan baku. Oleh karena itu implementasi

(90)

6.3. Pembahasan SOP Sampling Penerimaan

Setelah dilakukan implementasi sampling penerimaan, maka dibuat sebuah SOP yang berisi prosedur-prosedur operasional sampling penerimaan. Pembuatan SOP bertujuan agar perusahaan memiliki pedoman dalam melaksanakan sampling

penerimaan. Penyusunan SOP sampling penerimaan terdiri dari penyusunan penjelasan terkait isi prosedur, isi prosedur, dan lampiran-lampiran.

Isi prosedur SOP sampling penerimaan dibuat beberapa prosedur, yaitu isi prosedur secara umum dan isi prosedur masing-masing bagian yang terkait. Pembuatan isi prosedur masing-masing bagian yang terkait bertujuan untuk memperjelas uraian kegiatan setiap bagian yang terkait.

Pembuatan lampiran-lampiran bertujuan untuk menunjukkan dokumen-dokumen digunakan beberapa departemen yang terkait dalam sistem penerimaan bahan baku. Dokumen-dokumen tersebut berupa form pengumpulan data sampel dan form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku. Form pengumpulan data sampel diisi oleh bagian laboratorium pada saat pengujian. Form pengumpulan data sampel dibuat sebagai dasar untuk pembuatan form penentuan penerimaan atau penolakan bahan baku.

(91)
(92)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rencana sampling penerimaan yang digunakan pada penelitian ini adalah

multiple sampling dengan kode “1M”. Jumlah sampel yang dikumpulkan adalah 12 dengan masing-masing ukuran sampel sebesar 1kg. Acceptance number yang digunakan adalah # # 0 0 1 1 2. Sedangkan rejection number

yang digunakan adalah 2 2 2 3 3 3 3.

2. Implementasi sampling penerimaan yang dilakukan sesuai dengan rencana

sampling penerimaan yang telah ditetapkan. Dari implementasi sampling

penerimaan selama 5 hari dapat dilihat bahwa penentuan lot berada pada kisaran sampel ke-3 hingga sampel ke-5. Hal ini menunjukkan kualitas bahan baku yang dikirim oleh supplier bervariatif.

(93)

7.2 Saran

Saran yang dapat diajukan setelah melakukan penelitian ini yaitu :

1. Karena kualitas bahan baku yang dikirim dari pihak supplier bervariatif, maka pihak manajemen perusahaan harus menerapkan sistem penerimaan bahan baku dengan menggunakan sampling penerimaan (metode multiple sampling) agar kualitas bahan baku yang diproduksi lebih terjamin.

2. Pihak perusahaan dapat menggunakan SOP yang telah disusun sebagai masukan dalam penerapan sampling penerimaan.

3. Pihak perusahaan sebaiknya menambahkan peralatan pengujian kadar kotoran karena kadar kotoran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas bahan baku.

(94)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Serdang Jaya Perdana merupakan badan usaha milik swasta (BUMS) yang melakukan kegiatan produksi palm kernel oil. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1998. Pada awalnya, perusahaan ini memproduksi palm oil. Pada tahun 2009, Aan mengambil alih PT Serdang Jaya Perdana dan menjadi pemilik usaha ini sampai saat ini. Pada awal tahun 2009, peralatan-peralatan yang digunakan masih manual sehingga proses produksi membutuhkan waktu yang lama dan tidak bisa memenuhi permintaan yang ada. Pada pertengahan tahun 2009, peralatan-peralatan manual diganti menjadi peralatan-peralatan semi otomatis.

Pada Tahun 2014, PT Serdang Jaya Perdana berhenti memproduksi palm oil dan beralih ke palm kernel oil. Hal ini terjadi karena bahan baku kelapa susah didapatkan sehingga perusahaan beralih ke bahan baku noten. Pada bulan Juni Tahun 2014, PT Serdang Jaya Perdana mulai beroperasi untuk memproduksi palm kernel oil.

Produk utama yang dihasilkan perusahaan merupaka palm kernel oil,

(95)

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Produk yang dihasilkan oleh PT. Serdang Jaya Perdana berupa palm kernel oil. Scrap dari proses produksi palm kernel oil adalah

1. Palm kernel expeller yang akan dijual sebagai pakan ternak.

2. Cangkang yang akan dijual ke perusahaan yang menggunakan boiler. 3. Serat noten yang akan dijual ke pabrik kayu.

PT. Serdang Jaya Perdana menggunakan sistem produksi make to stock

dimana produk diproduksi terlebih dahulu kemudian disimpan dalam tangki timbun. Kemudian pembeli akan datang ke pabrik dan mengambil minyak yang ditimbun sesuai dengan kontrak yang disetujui atau pihak pemasaran dari pabrik akan mencari konsumen.

2.3 Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan PT. Serdang Jaya Perdana terletak pada Jalan Teuku Amir Hamzah KM 31. Dusun V A Kadir RT 0 RW 0 Tandam Hulu II, Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

2.4 Daerah Pemasaran

(96)

2.5 Proses Produksi

2.5.1 Standar Mutu Bahan/Produk

Standar mutu bahan baku berupa noten yang ditetapkan oleh PT Serdang Jaya Perdana adalah

1. Kadar air noten < 15%

2. Kadar Free fat acid (FFA) noten <5%

3. % noten cacat (kadar air dan kadar FFA tinggi) <8%

Standar mutu produk yang dihasilkan oleh PT Serdang Jaya Perdana berupa PKO adalah

1. Kadar FFA < 5% 2. Kadar air < 0,4%

2.5.2 Bahan yang Digunakan

2.5.2.1 Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan persentasenya terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi PKO adalah noten yang merupakan biji dari buah kelapa sawit. Biji dari buah kelapa sawit terdiri dari inti, cangkang, dan serat kelapa sawit.

2.5.2.2 Bahan Tambahan

(97)

akhir. PT Serdang Jaya Perdana tidak menggunakan bahan tambahan dalam melakukan proses produksi karena tidak ada bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan mutu produk PKO.

2.5.2.2 Bahan Penolong

Bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan PT. Serdang Jaya Perdana dalam proses produksi palm kernel oil

adalah sebagai berikut.

1. Campuran Garam Non Iodium, CaCO3

Campuran ini merupakan bahan campuran yang digunakan untuk memisahkan inti dan cangkang sawit di hydro cyclone. Perbandingan massa garam non iodium, CaCO

, dan air

3, dan air 2. Kayu

adalah sebesar 1 : 1 : 4.

Kayu digunakan pada thermoheater untuk melakukan proses pembakaran. Proses pembakaran berguna agar panas yang dihasilkan thermoheater dapat teralirkan ke kernel oven.

3. Minyak Thermo

(98)

2.5.3 Uraian Proses

Uraian proses produksi yang dilakukan PT. Serdang Jaya Perdana dalam mentransformasikan noten menjadi PKO adalah sebagai berikut:

1. Penimbangan

Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat bersih noten yang diangkut dengan menggunakan truk. Penimbangan dilakukan dua kali yaitu ketika truk yang berisi noten ditimbang pada tempat penimbangan dan ketika truk sudah tidak berisi noten sehingga diperoleh berat bersih noten.

2. Pemeriksaan

Pemeriksaan noten dilakukan secara visual dengan melakukan pemeriksaan warna pada noten. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel noten sebesar 1 kg. Noten dipecahkan untuk dilihat warna inti noten. Jika inti noten banyak berwarna hitam, maka noten sawit dikategorikan buruk. Apabila noten sawit tidak sesuai dengan standar bahan baku yang diinginkan, maka perusahaan supplier akan dikenakan penalti. Kemudian noten dibawa ke tempat penumpukan noten.

3. Proses Penyaringan

Proses penyaringan bertujuan untuk menyaring tanah yang menempel pada noten. Penyaringan noten dari tanah akan mengurangi kadar kotoran pada noten. Noten dipindahkan dari tempat penampungan noten ke bak penampung noten dengan menggunakan Loader. Noten kemudian ditarik ke atas dengan

(99)

4. Proses Pemecahan

Setelah noten disaring, noten dipindahkan dari stasiun penyaringan menuju menuju stasiun pemecahan noten dengan menggunakan conveyor. Pemecahan noten menggunakan mesin ripple mill. Noten dipecah menjadi inti, cangkang dan serat sawit dengan cara diputar oleh mesin ripple mill.

5. Proses Pembersihan

Noten yang telah dipecah menjadi inti, cangkang dan serat sawit jatuh ke

conveyor kemudian dipindahkan ke depricarper. Proses pembersihan dilakukan dengan menggunakan mesin dry kernel blower. Mesin dry kernel blower menghisap serat sawit dan debu kotoran yang menempel pada inti kemudian dikeluarkan melalui melalui blower out dan dikumpulkan di box fibre. Sedangkan inti dan cangkang jatuh ke conveyor dan dibawa ke hydro cyclone. Serat sawit kemudian keluar.

6. Proses Pemisahan

Inti dan cangkang sawit dibawa ke hyrdo cyclone dengan menggunakan

(100)

7. Proses Pemanggangan

Inti sawit dibawa dari bak pemisah menuju mesin kernel oven menggunakan

conveyor. Inti sawit dipanggang dengan menggunakan mesin kernel oven

selama 30 menit. Kapasitas mesin pemanggangan adalah sebesar 300 Kg. Cara kerja mesin pemanggangan adalah thermoheater menghasilkan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran kayu. Panas tersebut dialirkan ke

kernel oven untuk memanaskan minyak thermo. Minyak thermo tersebut memanaskan inti sawit.

8. Proses Pengepresan

Inti yang dipanggang kemudian dibawa ke mesin kernel screwpress

menggunakan conveyor. Pengepresan dilakukan untuk mengeluarkan minyak (PKO) dari inti sawit. Proses pengepresan dilakukan sebanyak dua kali karena pada proses pengepresan pertama, sisa kadar minyak pada inti yang telah di-press atau disebut dengan cake terdapat 18%. Oleh karena itu cake

di-press sekali lagi. Hasil press ke-2 menghasilkan palm kernel expeller

(PKE). PKE masih memiliki kadar minyak sebesar 7%. PKE kemudian dibawa ke tempat penumpukan PKE dengan menggunakan conveyor.

9. Proses Filtrasi

(101)

10. Proses Pengujian Kualitas

Minyak yang diuji diambil dari mesin filter. Pengujian dilakukan untuk mengetahui asam lemak bebas, kadar air dan konsentrat minyak dari palm kernel oil. Selain pengujian kualitas rutin, pengujian kualitas juga dilakukan pada saat minyak yang ditimbun di tangki timbun akan diambil oleh konsumen. Hal ini untuk memastikan kualitas produk PKO. Langkah-langkah pengujian kualitas PKO terbagi atas dua, yaitu pengujian kadar air dan asam lemak bebas. Langkah-langkah pengujian kadar air PKO adalah sebagai berikut.

1. Sebanyak 2,5 ml PKO diambil

2. PKO dimasukkan ke dalam mesin pengukur kadar air 3. Dibaca hasil pengukuran kadar air

Langkah-langkah pengujian asam lemak bebas PKO adalah sebagai berikut. 1. Sebanyak 2,5 ml PKO diambil

2. PKO dicampur dengan 25ml larutan IPA (isopropyl alcohol)

3. Larutan dicampurkan dengan 3 tetes indikator PP (Phenolphthalein) 4. Dititrasi dengan NaOH hingga berubah warna.

5. Dilihat angka pada tabung titrasi

6. Angka tersebut dikali dengan ketetapan nilai 2,0545 untuk memperoleh nilai FFA (Free Fat Acid).

11. Proses Penimbunan

(102)

jangka waktu panjang, kualitas minyak akan semakin menurun. Oleh karena itu dilakukan pengujian kualitas sebelum diambil oleh konsumen untuk memastikan kualitas produk PKO

(103)

Noten Sawit non iodium dan

air

Gambar 2.1. Blok Diagram Proses Produksi Palm Kernel Oil

(104)

2.6 Mesin dan Peralatan

2.6.1 Mesin Produksi

Mesin yang dipakai pada proses produksi PKO umumnya merupakan mesin semi otomatis. Tenaga manusia digunakan untuk mengawasi jalannya proses produksi. Mesin yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Spesifikasi Mesin

No Bagian Nama Mesin Spesifikasi

1 Penyaringan Cake breaker

Sudut pedal 15-200

Fungsi Membawa noten ke tempat ayakan

2 Pemecahan Ripple Mill

(105)

Tabel 2.1. Spesifikasi Mesin (Lanjutan)

No Bagian Nama Mesin Spesifikasi

2 Pemecahan Cake breaker

Sudut pedal 15-200

Fungsi Membawa inti, cangkang dan serat sawit ke depricaper

3 Pembersihan

Depericarper

Fungsi Tempat pemisahan antara inti dan cangkang sawit dengan serat sawit

Dry Kernel

(106)

Tabel 2.1. Spesifikasi Mesin (Lanjutan)

No Bagian Nama Mesin Spesifikasi

3 Pembersihan Cake breaker

Sudut pedal 15-200

Fungsi Membawa inti dan cangkang sawit ke

hydro cyclone

4 Pemisahan Hydro cylone

Kode RPM 780

Fungsi Memisahkan inti sawit dengan

(107)

Tabel 2.1. Spesifikasi Mesin (Lanjutan)

No Bagian Nama Mesin Spesifikasi

4 Pemisahan

Membawa inti sawit ke mesin

pemanggangan sawit dan cangkang

sawit ke tempat penumpukan

cangkang

Fungsi Memompakan air ke bak penampung

5 Pemanggangan

Thermoheater

Fungsi Memanaskan kernel oven

Kernel Oven

(108)

Tabel 2.1. Spesifikasi Mesin (Lanjutan)

No Bagian Nama Mesin Spesifikasi

Pompa

Fungsi Memompakan panas ke mesin kernel

oven

Fungsi Membawa inti sawit ke mesin press

6 Pengepressan Kernel

(109)

Tabel 2.1. Spesifikasi Mesin (Lanjutan)

No Bagian Nama Mesin Spesifikasi

6 Pengepresan Pompa

Fungsi Memompa minyak ke mesin filter

7 Penyaringan

Menyaring kotoran atau endapan

yang terdapat pada minyak sehingga

didapatkan minyak yang jernih

Pompa

Tegangan = 380 Volt

Fase = 3 fase

Cos Ø = 270°

Debit 32 L / menit

Fungsi Memompakan minyak bersih ke tangki timbun PKO

8 Pengisian PKO

ke truk Pompa

Jumlah 1 unit

Daya 10 Hp

Fase 3 fase

Tegangan 380 volt

Fungsi Memompa PKO ke truk

(110)

2.6.2 Peralatan (Equipment)

Peralatan yang digunakan untuk mendukung proses produksi yang ada di PT. Serdang Jaya Perdana untuk setiap stasiunnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Spesifikasi Peralatan

No Bagian Peralatan Spesifikasi

1 Penimbangan Jembatan timbang

Jumlah 1 unit

Fungsi Tempat menimbang berat noten atau produk PKO

2 Penyaringan

Ayakan

Jumlah 1 unit

Ukuran Panjang = 1,5 m

Lebar = 0,8 m

Fungsi Memisahkan noten dari tanah

Loader

Jumlah 4 unit

Kapasitas Minimal 600 Kg, maksimal 1 ton

Fungsi

Mengangkut noten ke bak

penampung noten

Bak penampung noten

Jumlah 1 unit

Ukuran

Panjang = 1,2 m

Lebar = 0,5 m

Tinggi = 1,6 m

Fungsi Tempat penampungan noten yang akan disaring

(111)

Tabel 2.2. Spesifikasi Peralatan (Lanjutan)

No Bagian Peralatan Spesifikasi

4 Pemanggangan

Fungsi Tempat cadangan minyak

thermoheater

Pipa

Jumlah 1 unit

Ukuran Diameter = 20 cm

Panjang = 4 m

Fungsi Tempat mengalirkan minyak

thermoheater

Kapasitas 450 ton/tangki

Jumlah 3

Fungsi Menampung minyak PKO

Bak Penampung

Ukuran Diameter = 1,5m

Tinggi = 1 m

Jumlah 3 Unit

Fungsi

Menampung minyak PKO

sementara untuk kemudian

dipompa ke tangki timbun PKO

6 Pengujian kualitas minyak PKO

Fungsi Mengukur berat noten atau PKO

Pengukur kadar

air

Tipe S/N 3700743

Kapasitas Max 0,0019 g

Jumlah 1 unit

(112)

Tabel 2.2. Spesifikasi Peralatan (Lanjutan)

No Bagian Peralatan Spesifikasi

6 Pengujian kualitas

minyak PKO Tabung Titrasi

Tipe MX 370

Ukuran Diameter = 0.19 cm

Jumlah 1 unit

Fungsi Mengukur kadar FFA PKO

7 Penimbunan Bahan Bakar

Tangki timbun

solar

Ukuran Diameter = 5 m

Tinggi = 7 m

Kapasitas 12000 L

Jumlah 1 unit

Fungsi Menampung solar

Sumber: PT. Serdang Jaya Perdana

2.7 Struktur Organisasi Perusahaan

(113)

Direktur

Operator Produksi Operator Bengkel/

Workshop/ Listrik

Mdr. Bagian Gudang dan Timbangan

Mdr. Bagian Gudang dan Timbangan

= Hubungan Lini --- = Hubungan Fungsional

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. Serdang Jaya Perdana

(114)

Dari Gambar 2.2. dapat dilihat bahwa struktur organisasi ini tidak hanya ada garis komando dari atas ke bawah, tetapi juga ada garis koordinasi antar departemen dengan manajer. Pada organisasi lini dan fungsional, manajer dalam membuat keputusan dibantu oleh setiap asistennya. Adanya garis koordinasi antara direktur dengan manajer menunjukkan bahwa adanya pemberian tugas langsung dari direktur kepada manajer.

2.8 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian pembagian tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap jabatan pada struktur organisasi PT. Serdang Jaya Perdana sebagai berikut :

1. Direktur Tugas:

a. Menyusun kebijakan strategis bagi perusahaan

b. Memberikan perintah kepada bawahannya sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Tanggung jawab:

a. Bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan di PT Serdang Jaya Perdana

b. Bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja yang bekerja di PT Serdang Jaya Perdana

2. Manager Pabrik Tugas:

(115)

b. Mengevaluasi biaya operasional perusahaan sehingga diperoleh harga pokok produksi yang paling mnimal.

c. Mengendalikan pemakaian sumber daya seperti listrik, bahan bakar, bahan baku.

Tanggung jawab:

a. Bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang dilakukan pekerja. b. Bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja yang

bekerja di PT Serdang Jaya Perdana 3. Asisten Laboratorium

Tugas:

a. Memastikan ketersediaan bahan-bahan dan peralatan yang digunakan di laboratorium

b. Membuat laporan kualitas produk sebagai informasi untuk bagian produksi.

Tanggung jawab:

a. Bertangggung jawab terhadap hasil pengujian kualitas yang telah dilakukan.

4. Asisten Produksi Tugas:

a. Mengevaluasi proses produksi untuk meningkatkan produksi minyak inti sawit

(116)

c. Melakukan adjustment kualitas produk agar kualitas PKO sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Tanggung jawab:

a. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target produksi dan kualitas produk.

5. Asisten Pemasaran Tugas:

a. Mengetahui harga bahan baku dan harga jual produk PKO

b. Mengadakan kontrak kerja dengan pihak supplier maupun konsumen c. Membuat laporan permintaan kepada bagian produksi

Tanggung jawab:

a. Bertanggung jawab kepada manager pabrik

b. Bertanggung jawab kepada supplier dan konsumen PT Serdang Jaya Perdana

6. Asisten Gudang dan Timbangan Tugas:

a. Memberikan laporan tentang jumlah yang diterima atau dikirim kepada mandor

b. Mengawasi jumlah bahan baku yang berada di pabrik Tanggung jawab:

a. Bertanggung jawab terhadap jumlah bahan baku yang dikirim dari

supplier

Gambar

Tabel 3.1. Keuntungan dan Kerugian dari Sampling Penerimaan
Tabel 3.3.Multiple Sampling
Gambar 3.1. Prosedur dari Multiple Sampling
Tabel 3.4. Simbol Bagan Arus Dasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Phase Data persediaan bahan baku Membuat daftar pesanan Daftar Pesanan Pembelian bahan baku Data supplier Data bahan baku Data pembelian bahan baku Pembayaran bahan

Pemesanan bahan baku yang telah dibuat oleh staff produksi akan dikirim ke bagian administrasi untuk dilakukan pemesanan ke supplier via telepon. Fungsi Penerimaan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan dan bahan ini merupakan bagian dari produk akhir.. XYZ tidak ada

Nabila Farm memperoleh bahan baku dari supplier, tetapi perusahaan yang menetapkan kualitas yang baik supaya tidak terjadi kerusakan saat proses produksi. Untuk

supplier menggunakan Metode AHP dan TOPSIS didapatkan supplier bahan baku Merak Jaya Beton dengan performansi terbaik pada masing-masing bahan baku yaitu CV

supplier menggunakan Metode AHP dan TOPSIS didapatkan supplier bahan baku Merak Jaya Beton dengan performansi terbaik pada masing-masing bahan baku yaitu CV

Persediaan bahan baku yang berkualitas harus dikelola dengan efektif dan efisien seperti melakukan pemeriksaan kualitas bahan baku yang dikirim supplier ke

Penindakan Action Penindakan action pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan oleh QA manajer apabila bahan baku atau produk akhir tidak memenuhi standar atau regulasi yang