INTERVIEW GUADE
BURUH NYEREP DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
(Studi Kasus pada Buruh Nyerep di Afdelin V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten Simalungun)
Buruh nyerep:
1. Nama:
Jenis kelamin:
Usia:
Pendidikan terakhir:
Status pernikahan:
Asal:
Pekerjaan:
Lama bekerja:
2. Mengapa anda bekerja sebagai buruh nyerep?
3. Berapa jam anda bekerja? Dari jam berapa ke jam berapa?
4. Apakah perkerjaan menjadi buruh nyerep membantu perekonomian keluarga?
5. Apakah upah sebagai buruh nyerep mencukupi atau kurang mencukupi kebutuhan
keluarga?
6. Jika kurang mencukupi, bagaimana cara anda untuk menanggulanginya?
7. Apakah ada syarat-syarat untuk bekerja sebagai buruh nyerep?
8. bagaimana sistem kerja buruh nyerep?
10.Apakah hubungan kerja ini memiliki perjanjian tertulis?
11.Adakah hubungan lain selain hubungan kerja?
12.Apakah hubungan kerja ini saling menguntungkan? Atau ada salah satu pihak yang
merasa dirugikan atau kurang adil?
13.Bagaimana perjanjian antara anda dengan karyawan?
14.Bagaimana jika terjadi kecelakaan kerja pada anda, siapa yang akan bertanggung
jawab?
15.Jika anda sakit, siapa yang menggantikan anda bekerja?
16.Bagaimana perlakuaan mandor terhadap anda?
17.Sudah sejak kapan berlangsungnya buruh nyerep ini?
18.Mengapa karyawan memakai jasa buruh nyerep?
19.Selain upah, apakah pernah diberikan sesuatu lainnya?
20.Jika anda mengalami kesulitan keuangan, apakah anda akan meminjam uang kepada
karyawan?
21.Apakah ada pekerjaan lain selain bekerja sebagai buruh nyerep?
karyawan:
1. Nama:
Jenis kelamin:
Usia:
Status pernikahan:
Pendidikan terakhir:
Asal:
Pekerjaan:
Lama bekerja:
2. Sudah berapa lama anda memakai jasa buruh nyerep?
3. Bagaimana awal mulanya anda memakai jasa buruh nyerep?
4. Mengapa anda memakai jasa buruh nyerep? apa yang menjadi alasannya.
5. Apakah tidak ada larangan dari atasan?
6. Adakah pekerjaan sampingan anda?
7. Apakah ada peraturan tertulis yang membolehkan pekerjaan karyawan bisa digantikan
oleh buruh?
8. bagaimana hubungan kerja antara anda dengan buruh nyerep?
9. Apakah hubungan kerja ini memiliki perjanjian tertulis?
10.Adakah hubungan lain selain hubungan kerja?
11.Apakah hubungan kerja ini saling menguntungkan? Atau ada salah satu pihak yang
merasa dirugikan atau kurang adil?
12.Bagaimana perjanjian antara anda dengan buruh nyerep?
13.Bagaimana sistem pengganjian upah buruh nyerep?
14.Apakah anda akan memakai jasa buruh nyerep dengan waktu yang lama atau hanya
beberapa bulan?
15.Jika buruh nyerep mengalami kesulitan keuangan, apakah anda akan membantunya?
Dalam bentuk pemberian atau utang?
Mandor lapangan pemeliharaan:
1. Nama:
Jenis kelamin:
Usia:
Asal:
Pekerjaan:
Lama bekerja:
2. Bagaimana awal mula karyawan mempekerjakan buruh nyerep?
3. Apakah anda tidak melarangnya?
4. Bagaimana jika atasan tau tentang hal ini? Siapa yang akan bertanggung jawab?
5. Mengapa anda mengizinkan karyawan memakai jasa buruh nyerep?
6. Apa alasan karyawan untuk memakai jasa buruh nyerep?
7. Apasaja pekerjaan yang dikerjakan buruh nyerep?
8. apakah buruh nyerep bekerja dengan baik?
9. bagaimana perlakuan anda terhadap buruh nyerep?
10.apakah pekerja buruh nyerep akan berlansung selamanya?
Aisten Afadeling 5
1. Nama:
Jenis kelamin:
Usia:
Status pernikahan:
Pendidikan terakhir:
Asal:
Pekerjaan:
Lama bekerja:
2. Apakah bapak sudah mengetahui adanya buruh nyeerep?
3. Sudah berapa lama bapak mengetahui keberadaan buruh nyerep ini?
5. Apakah tidak ada sanksi tegas bagi karyawan yang memakai jasa buruh nyerep?
6. Apakah bapak setuju dengan keberadaan buruh nyerep ini?
7. Mengapa bapak membiarkan karyawan bapak memakai jasa buruh nyerep? apa alasan
mereka pada pihak kantor afdeling?
8. Bagaimana tindakan bapak dalam mengatasi masalah buruh nyerep ini?
9. Jenis pekerjaan apasajakah yang dapat yang ada buruh nyerepnya?
10.Apakah kinerja buruh nyerep tidak mengganggu kualitas kerja?
DAFTAR PUSTAKA
Astarhadi. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Frank G. Goble the Third Force: the Psyhology of Abraham Maslow. 1995. terj. A.
Supartiknya, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta:
Kanisius.
Ginanjar, Kartasasmita. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: MemadukanPertumbuhan dan
Pemerataan. Jakarta: Cides.
Hartono, Judiantoro. 1992. Segi Hukum Penyelesaian Perselisihahan Perburuhan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Indraswari, Thamrin. 1999. Potret kerja Buruh Perempuan: Tinjauan pada Agroindustri
TembakauEkspor di Jember, dalam Tanah, Buruh, dan Usaha kecil. Bandung:
Akatiga.
Marcoes, Lies (Ed). 1995. TenagaPendampingLapangan (TPL)
PerempuanPeranStrategisnamunMarginal. Jakarta:
PusatPengembanganSumberdayaWanita (PPSW).
Mazdalifah.2007. KehidupanBuruhPerempuan Perkebunan di DesaSukaluwe,
KecamatanBangunPurba, Kabupaten Deli Serdang.JurnalHarmoniSosial.Volume
II No. 1.FISIP USU.
Noerhadi, Toety Herawaty dan Vitayala, Aida. 1990. Dinamika Perempuan Indonesia.
Jakarta: Pusat pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW).
Soleman, Munandar. 1986. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT.
Refka Aditama.
Sumardi, Mulyanto, dkk. 1985. KemiskinandanKebutuhanPokok. Jakarta: CV. Rajawali.
Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Suyanto, Bagongdkk. 2005. MetodePenelitianSosial: BerbagaiAlternatifPendekatan. Edisi I.
Jakarta: Pranada Media.
Sumber lain:
Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentangKetenagakerjaan.
SumberInternet:
http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-362-pertumbuhan-areal-kelapa-sawit-meningkat
http://wppj.wordpress.com/2010/03/09/perempuan-dalam-perkebunan-kelapa-sawit
http://storage/emulated/0/download/bab-viiistratifikasi-sos-masy-perke.ppt
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan nilai-nilai. Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2006:4).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV
(Persero) Kabupaten Simalungun. Unit Usaha Padang Matinggi terdapat beberapa Afdeling
diantaranya Afdeling I, Afdeling II, Afdeling III, Afdeling IV dan Afdeling V. Alasan
peneliti memilih lokasi ini dikarenakan dari ke 5 (lima) Afdeling ini terdapat buruh nyerep
perempuan tetapi yang paling banyak buruh nyerepperempuannya hanya terdapat di Afdeling
V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten
Simalungun. Sesuai dengan judul penelitian, maka lokasi ini sangat cocok untuk dijadikan
sebagai lokasi penelitian karena terdapatnya buruh nyerep perempuan di Afdeling V
Perkebunan Kelapa Sawit Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV
3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Salah satu
ciri dan karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut dengan
“unit of analisys”. Ada dua unit analisis yang lazim digunakan pada penelitian sosial yaitu
individu, kelompok dan sosial.Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam
penelitian ini adalah buruh perempuan nyerepdi Perkebunan Kelapa Sawit Unit Usaha
Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Kabupaten Simalungun.
3.3.2 Informan
Informan adalah orang-orang yang masuk dalam karakteristik unit analisis yang
dipilih menjadi sumber data dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti
(Arikunto, 2006).Pemilihan informan peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling
untuk menentukan subjek penelitian.Teknik Purposive Sampling digunakan jika dalam
pemilihan informan peneliti menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu.Sehingga
peneliti menggunakan beberapa kriteria informan (Idrus, 2009). Adapun yang menjadi
informan sebagai sumber informasi untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah:
1. Asisten Afdeling V bejumlah 1 orang.
2. Mandor lapangan pemeliharaan berjumlah 2 orang.
3. Karyawan yang mempekerjakan buruh nyerep perempuan berjumlah 4 orang.
4. Buruh nyerep perempuan yang sudah lama bekerja minimal 1 tahun berjumlah 4
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian di lapangan, maka diperlukan
adanya alat pengumpulan data.Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi yang dapat dijelaskan dan menjawab permasalahan-permasalahan
yang bersangkutan. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data agar mendapatkan kesesuaian dengan kebutuhan peneliti dalam mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh di lapangan. Dalam penelitian ini, adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang dapat
digolongkan sebagai berikut:
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian melalui
observasi dan wawancara, baik secara partisipatif maupun wawancara mendalam. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara
penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
panca indera mata sebagai alat bantu utamanya, selain itu panca indera yang dapat
digunakan juga adalah telinga, penciuman, mulut dan kulit. Oleh karena itu, obserasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja
panca indera serta dibantu dengan panca indera lainnya.Adapun yang menjadi bahan
observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung kepada buruh nyerep
perempuan di perkebunan kelapa sawit Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan
2. Wawancara Mendalam (Indept Interview)
Wawancara yaitu proses tanyak jawab secara mendalam dan langsung
ditujukan kepada informan di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman
wawancara serta menggunakan alat bantu rekam/tape recorder jika memang
dibutuhkan untuk memudahkan peneliti menangkap keseluruhan informasi yang
diberikan informan. Wawancara kepada informan ditujukan untuk memperoleh data
dan informasi secara lengkap tentang BuruhNyerep Perempuan di Perkebunan Kelapa
Sawit Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
Kabupaten Simalungun.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian.Data ini sebagai salah satu aspek pendukung keabsahan penelitian. Pengumpulan
data sekunder ini diperoleh dari studi kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan
mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku refrerensi, artikel, jurnal, skripsi,
majalah dan bahan-bahan dari situs internet dan hasil penelitian terdahulu yang dianggap
relevan dengan permasalahan penelitian.
3.5 Interpretasi Data
Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan menggabungkan
antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk menemukan makna yang ada
dalam permasalahan. Interpretasi data dimulai dengan menelaah data yang tersedia yang
didapat melalui observasi, wawancara dan juga dokumentasi. Setelah itu kemudian data yang
akan dipelajari dan ditelaah kembali menggunakan teori yang digunakan dan di
interpretasikan secara kualitatif untuk menganalisis permasalahan tersebut.
Semua data tersebut pada umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh
kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan keterkaitannya dengan
permasalahan penelitian.Selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar
diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik dan sampai pada akhirnya menjadikan laporan
penelitian.
3.6 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra proposal √
2 ACC judul √
3 Penyusunan proposal penelitian √ √ √
4 Seminar proposal penelitian √
5 Penelitian lapangan √
6 Pengumpulan dan analisis data √ √ √
7 Bimbingan skripsi √ √ √
8 Penulisan laporan akhir √ √ √
BAB IV
TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA LAPANGAN
4.1Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Letak Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi
Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi Merupakan salah satu pecahan dari Unit
Usaha Tinjowan II yang dilaksanakan pada tahun 2007 yang disebabkan karena luasnya
wilayah sehingga bisa mengoptimalkan produksi. Afdeling V mengalami perubahan nama
yang sebelumnya adalah Afdeling VI Unit Usaha Padang Matinggi. Afdeling V terletak di
kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun dengan luas ± 2.000 Ha.Untuk Mencapai
daerah ini dapat menggunakan berbagai kendaraan baik kendaraan roda dua ataupun
kendaraan roda empat.
4.1.2 Keadaan Geografis Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi
Wilayah Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi terletak di Kecamatan Bosar
Maligas Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada ketinggian
sekitar 1.000-1.200 meter di atas permukaan air laut dengan suhu sekitar rata-rata 29°C
sampai dengan 30°C, adapun Unit Usaha Padang Matinggi mempunyai letak geografis
wilayah yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Adil Makmur.
b. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan PTPN III Kebun Dusun.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Tinjowan.
d. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kebun Aek Nauli.
e. Sebelah Selatan berbatasan dengan Afdeling IV.
f. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pengkolan.
Gambar 1.
Peta Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV
Sumber: Kantor Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi
4.1.3. Stuktur Organisasi
Gambar 2.
Stuktur Organisasi Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi
Keterangan bagan diatas adalah:
a. Asisten dijabat Oleh Bapak Amir Hamzah Damanik Sp. yang merupakan pemegang
tanggung jawab tertinggi di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Asisten
bertugas mengkoordinir anggotanya dan memberikan bimbingan untuk meningkatkan
produksi sehingga mencapai target yang telah ditetapkan, karena hal ini berpengaruh
terhadap kesejahteraan para karyawan.
b. Mandor I dijabat oleh Bapak Kosat Hutabarat yang merupakan penanggung jawab
kedua setelah Asisten di Afdeling V Padang Matinggi. Mandor I bertugas untuk
mengawasi target kerja bawahannya dan memberikan arahan kepada bawahannya.
c. Mandor lapangan yang terdiri dari mandor pemeliharaan dan mandor panen yang
memiliki tanggung jawab di lapangan. Mandor lapangan memiliki beberapa anggota
karyawan untuk bekerja untuk memenuhi target produksi perharinya. Mandor
lapangan juga bertanggung jawab untuk melaporkan hasil kerja anggotanya ke kantor
Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.
d. Krani adalah pembantu mandor I dalam melaksanakan tugas terutama dalam bidang
birokrasi.
e. karyawan adalah pekerja yang memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya di
perkebunan.
4.2 Gambaran Penduduk Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi 4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah kepala keluarga di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi
Kecamatan Bosar Maligas adalah 93 KK.Jumlah penduduk secara keseluruhannya
adalah 303 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 151 orang dan perempuan berjumlah
Seluruh penduduk di desa ini adalah warga Negara Indonesia atau penduduk
pribumi.Untuk mengetahui secara terperinci jumlah penduduk menurut jenis kelamin
di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jumlah KK
Jumlah Laki-laki
Jumlah Perempuan
Total
F % F % F %
1. 93 151 49,83 152 50
, 16
303 100
Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa perbedaan antara jumlah penduduk
perempuan dan jumlah penduduk laki-laki hanya berbeda 1 angka.
4.2.2Penduduk Berdasarkan Suku
Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi merupakan perumahan karyawan
yang penduduknya berasal dari berbagai daerah dan dari berbagai suku yang berbeda,
namun masyarakat Afdeling V selalu hidup berdampingan dengan berbagai suku yang
berbeda.Untuk melihat komposisi penduduk menurut suku di Afdeling V Unit Usaha
Padang Matinggi dapat dilihat dari tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku
No. Suku Frekuensi Presentase (%)
2. Batak 55 18,15
Total 303 100
Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015
Dari tabel2 diatas menjelaskan bahwa suku jawa yang paling banyak di
Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.Di Afdeling V banyak pendatang yang
bekerja sebagai buruh perkebunan dan pada umunya adalah suku jawa.Selain itu ada
anak karyawan yang hanya lulusan SMP dan SMA menikah dan bertempat tinggal
disitu dan bekerja sebagai buruh.
4.2.3 Penduduk Berdasarkan Agama
Menurut kriteria agama di daerah ini menganut 2 macam agama di Afdeling V
Unit Usaha Padang Matinggi yang dapat dilihat dari tabel 3 berikut:
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Frekuensi Presentasi (%)
1. Islam 238 78,54
2. Kristen 65 21,45
Total 303 100
Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015
Menurut kriteria agama yang dianut, pada umumnya penduduk Afdeling V
Unit Usaha Padang Matinggi mayoritas beragama islam yaitu sebanyak 78,54%, dan
yang lainnya beragama Kristen yaitu sebanyak 21,45 %.
4.4.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam berpikir, baik itu secara formal maupun informal.Dengan bekal
pendidikan yang dimiliki, seseorang diharapkan dapat berdiri sendiri dalam
menurut tingkat pendidikan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat
dari table 4 berikut ini:
Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
Presentase (%)
1. Belum Sekolah 41 13,53
2. Taman Kanak-kanak 4 1,32
3. SD 77 25,41
4. SMP 52 17,16
5. SMA 110 36,30
6. Sarjana 19 6,27
Total 303 100
Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015
Perkembangan pendidikan di daerah ini masih sangat rendah, dapat dilihat
pada tabel diatas bahwa tingkat pendidikan SMA yang paling banyak mencapai
36,30% yang disebabkan masyarakat kurang mementingkan pendidikan untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi. Pola pikir masyarakat perkebunan lebih
mementingkan untuk bekerja dan mencari uang sehingga tingkat pendidikan di
masyarakat sini masih tergolong rendah.
4.5.5 Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Penduduk di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi memiliki berbagai
sumber mata pencaharian yang berbeda-beda seperti berprofesi sebagai karyawan,
BHL (Buruh Harian Lepas), buruh nyerep, dan pedagang.Tetapi yang paling banyak
perkebunan.Komposisi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Afdeling V Unit
Usaha Padang Matinggi dapat dilihat pada table 5 berikut:
Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
(Jiwa)
Presentase (%)
1. Karyawan Perkebunan 75 24,75
2. Pensiun Karyawan 8 2,64
3. BHL (Buruh Harian Lepas) 18 5,94
4. Buruh Nyerep 8 2,64
5. Ibu Rumah Tangga 59 19,47
6. Mahasiswa 10 3,30
7. Guru 1 0,33
8. Pedagang 2 0,66
9. Karyawan Pabrik PKS 2 0,66
10. Merantau 5 1,65
11. Belum Bekerja 115 37,95
Total 303 100
Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015
Berdasarkan jenis pekerjaan penduduk Afdeling V Unit Usaha Padang
Matinggi yang Telah bekerja tercatat 168 jiwa dan pensiun karyawan perkebunan
sebanyak 8 jiwa. Jadi dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan penduduk yang belum
bekerja sebanyak 115 jiwa.Hal ini disebabkan karena banyaknya keluarga muda
4.3 Sarana dan Prasarana
4.3.1 Sarana Tempat Ibadah
Dalam kehidupan beragama, sarana tempat ibadah sangat dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan rohaniah serta memudahkan masyarakat dalam melaksanakan
ibadah, Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi memiliki sarana rumah ibadah.
Untuk mengetahui sarana tempat ibadah di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi
dapat dilihat pada table 6 berikut:
Tabel 6. Sarana Tempat Ibadah
No. Sarana Tempat Ibadah Total
1. Mesjid 1
2. Gereja 1
Jumlah 2
Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015
4.3.2 Sarana Pendidikan
Dalam kehidupan dunia pendidikan sangatlah penting karena pendidikan
sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga dalam setiap
Afdeling atau desa sangat dibutuhkan adanya sarana pendidikan berupa yayasan atau
lembaga-lembaga pendidikan.Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Afdeling
V Unit Usaha Padang Matinggi adalah Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar. Untuk
mengetahui sarana Pendidikan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat
Tabel 7. Sarana Pendidikan
No. Sarana Pendidikan Total
1. TK 1
2. MIS (Madrasah Ibtidayah Swasta) 1
Jumlah 2
Sumber: Data dari kepala dusun tahun 2015
4.3.3 Sarana Kesehatan
Di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi hanya tersedia posyandu untuk balita.
Sedangkan jika karyawan ada yang sakit, karyawan akan berobat ke klinik perkebunan di
Emplasmen dengan meminta surat izin berobat di kantor Afdeling V. sedangkan jika ada
buruh yang sakit, biasanya mereka meminum obat yang dibeli diwarung atau berobat ke
bidan di desa Adil Makmur yang besebelahan dengan Afdeling V Unit Usaha Padang
Matinggi.
4.3.4 Sarana Lapangan Olahraga
Untuk mengetahui sarana Olahraga di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dapat dilihat
pada tabel 8 berikut:
Tabel 8. Sarana Oalahraga
No. Sarana Olahraga Total
1. Lapangan Bola Kaki 1
2. Lapangan Bola Volly 1
3. Lapangan Bulu tangkis 1
Jumlah 3
Berdasarkan data pada tabel 8 diatas, lapangan biasanya digunakan oleh
pemuda-pemuda untuk bermain bola kaki, bermain bola volley dan bulu tangkis, kegiatan olahraga ini
ramai dilakukan saat menjelang sore hari. Selain itu, lapangan bola ini pun juga dimanfaatkan
untuk upacara karyawan pada tanggal 17 Agustus.
4.3.5 Sarana Tempat Pertemuan
Masyarakat saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan untuk menjaga
hubungan yang baik agar terciptanya kehidupan yang tentram serta damai di Afdeling V Unit
Usaha Padang Matinggi.Untuk itu perlu adanya tempat untuk mengadakan acara-acara
tertentu atau tempat pertemuan.Di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi memilki 1 unit
tempat pertemuan yang dinamakan balai pertemuan karyawan atau sering disebut oleh
masyarakat Afdeling V sebagai pajak.
4.4Profil Informan
1.Informan Pertama (Asisten Afdeling V)
Nama : Amir Hasan Damanik Sp.
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Asal : Sidamanik
Pendidikan terakhir : S1 Pertanian
Bapak Amir Hasan Damanik Sp. adalah asisten Afdeling V Unit Usaha Padang
Matinggi PTPN IV dan telah menjabat sebagai asisten Afdeling V selama 8 bulan,
sebelumnya pak Amir beker ja di Unit Usaha Ajamu sebagai Asisten Afdeling
selama 3 tahun. Bapak Amir bertempat tinggal di Emplasmen Tinjowan. Bapak Amir
bekerja dengan menggunakan sepeda motor untuk menuju Afdeling V, jaraknya
berasal dari Sidamanik dan melanjutkan kuliahnya di pulau jawa. Pendidikan terakhir
Bapak Amir yaitu sarjana pertanian dari Universitas Brawijaya. Bapak Amir sudah
menikah dan memiliki 2 orang anak, anak yang pertama masih menempuh pendidikan
di SMP Yapendak Emplasmen Tinjowan kelas 1 dan anak yang kedua masih
menempuh pendidikan di SD Emplasmen Tinjowan kelas 4.
2. Informan Kedua (Mandor Lapangan)
Nama : Karnasih
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Asal : Desa 50 Sidorukun Kecamatan Ujung Padang
Pendidikan terakhir : SMA
Ibu Karnasih bekerja sebagai mandor lapangan di Afdeling V Unit Usaha
Padang Matinggi. Beliau sudah lama menjadi karyawan selama 27 tahun.Sebelumnya
beliau adalah karyawan kebun kakao lalu dimutasi ke kebun kelapa sawit pada tahun
2006.Beliau bertempat tinggal di sebuah perumahan karyawan pekebunan di Afdeling
V Unit Usaha Padang Matinggi. Ibu Karnasih sudah menikah, suami ibu Karnasih
juga bekerja sebagai karyawan di Afdeng V Unit Usaha Padang Matinggi dan sudah
lama bekerja selama 25 tahun, dari pernikahannya, beliau memiliki 3 orang anak,
anak yang pertama adalah laki-laki dan sudah bekerja dan bertempat tinggal di
Siantar, anak yang kedua adalah perempuan dan masih kuliah di USU dan anak ketiga
3.Informan Ketiga (Mandor Lapangan)
Nama : Zakaria
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 52 tahun
Agama : Islam
Asal : tanjung marihat
Pendidikan terakhir : SMA
Bapak Zakaria sebagai mandor lapangan di Afdeling V Unit Usaha Padang
Matinggi.Beliau sudah lama bekerja sebagai karyawan perkebunan selama 27
tahun.Sebelumnya beliau adalah karyawan kebun kakao lalu dimutasi ke kebun
kelapa sawit pada tahun 2006. Beliau bertempat tinggal di desa Talun Tanjung, jarak
yang ditempuh dari rumah ke Afdeling pun cukup jauh dan memakan waktu sekitar ½
jam.
Beliau sudah menikah, istri beliau hanya sebagai ibu rumah tangga.Dari
pernikahnnya beliau memiliki 3 orang anak, anaknya yang pertama adalah laki-laki
dan sudah bekerja, anak yang kedua adalah laki-laki dan sudah bekerja dan anak yang
ketiga adalah laki-laki dan masih sekolah di MTS Nurul Hikmah Afdeling III
Tinjowan.
4. Informan Keempat (Karyawan)
Nama : Lasmawati Sihombing
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 52 tahun
Agama : Kristen
Asal : Emplasmen Tinjowan
Ibu Lasma bekerja sebagai karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang
Matinggi, beliau sudah lama bekerja sebagai karyawan perkebunan selama 27
tahun.Sebelumnya beliau adalah karyawan kebun kakao lalu dimutasi ke kebun
kelapa sawit pada tahun 2006.bertempat tinggal di sebuah perumahan karyawan
pekebunan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Ibu Lasma sudah menikah,
suami ibu bekerja sebagai peadagang dan membuka warung dirumahnya, dari
pernikahannya, beliau memiliki 3 orang anak.Anak yang pertama adalah perempuan
dan sudah bekerja sebagai perawat, anak yang kedua adalah laki-laki masih
menempuh pendidikan di SMK Perdagangan dan anak yang ketiga adalah perempuan
masih menempuh pendidikan di SMP Yapendak Emplasmen Tinjowan.
5.Informan Kelima (Karyawan)
Nama : Susi
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Asal : kenopan
Pendidikan terakhir : SMP
Ibu Susi bekerja sebagai karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang
Matinggi, beliau sudah lama bekerja selama 20 tahun.Beliau dulunya adalah
karyawan kakao (coklat) dan tinggal di Afdeling V coklat, lalu dimutasi ke kebun
kelapa sawit dan pernah sempat tinggal di Afdeling V lalu pindah ke Emplasmen
karena anak-anaknya agar mudah menuju sekolah. Ibu Susi sudah menikah, nama
suami Ibu Susi adalah Bapak Joko yang juga bekerja sebagai karyawan. Ibu Susi
memiliki 5 orang anak, anak yang pertama laki-laki dan sudah menikah, anak
yang ketiga perempuan masih menempuh pendidikan di sekolah SMK (Pelayaran)
Batubara, anak yang keempat perempuan masih menempuh pendidikan di MTS Nurul
Hikmah Emplasmen Tinjowandan anak yang kelima masih menempuh pendidikan di
SD Emplasmen Tinjowan.
6.Informan Keenam (Karyawan)
Nama : Rosliana Hutabarat
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Asal : Sibolga
Pendidikan terakhir : SD
Ibu Rosliana bekerja sebagai karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang
Matinggi, umur beliau sudah 53 tahun yang tercatat di pekebunan tetapi umur
sebenarnya adalah 60 tahun, sebelumnya beliau memanipulasi data saat melamar
pekerjaan sebagai karyawan, alasannya yaitu karena agar beliau diterima bekerja
sebagai karyawan. Dulunya beliau adalah karyawan di perkebunan kakao (coklat) lalu
dimutasi ke kebun kelapa sawit.Beliau sudah lama bekerja selama 28 tahun, beliau
sudah menikah dan suami beliau sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu.Ibu
Rosliana memilki 6 orang anak, anak yang pertama sudah menikah dan bekerja
sebagai karyawan di Afdeling II Tinjowan, anak yang kedua laki-laki bekerja sebagai
supir angkot di Medan, anak yang ketiga laki-laki bekerja sebagai supir angkot di
Medan, anak yang keempat laki-laki bekerja sebagai karyawan PT perkebunan
7.Informan Ketujuh (Karyawan)
Nama : Anna Silitonga
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 54
Agama : Kristen
Asal : Pematang Siantar
Pendidikan terakhir : SMA
Ibu Anna Silitonga bekerja sebagai karyawan di Afdeling V Unit Usaha
Padang Matinggi.Beliau sudah lama bekerja selama 27 tahun.Beliau bertempat tinggal
di Emplasmen.Jarak antar rumah dan tempat bekerja beliau sangat jauh sehingga
beliau melaju dengan menggunakan sepeda motornya tetapi saat ini beliau menyuruh
buruh nyerep untuk bekerja menggantikannya.Ibu Anna Silitonga sudah menikah dan
memiliki 2 orang anak, anak yang pertama sudah menikah dan anak yang kedua sudah
bekerja dan belum menikah.
8. Informan Kedelapan (Buruh Nyerep)
Nama : Salma
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Asal : Desa Adil Makmur
Pendidikan terakhir : SMP
Ibu salma bekerja sebagai buruh nyerep selama 3 tahun.Ibu Salma bertempat
tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang matinggi, beliau tinggal bersama ibu dan
anak perempuannya yang sulung.Beliau sudah menikah tetati sudah bercerai dan
keluarga. Ibu Salma memiliki 3 orang anak, anak yang pertama adalah laki-laki dan
sudah menikah, anak yang kedua adalah laki-laki dan serang sedang merantau dan
jarang pulang, anak yang ketiga adalah perempuan yang masih berumur 5 tahun dan
bersekolah di TK Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.
9. Informan Kesembilan (Buruh Nyerep)
Nama : Saroh Tampubolon
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Asal : Afdeling V
Pendidikan terakhir : SMP
Ibu saroh adalah ibu rumah tangga yang sambil bekerja sebagai buruh nyerep
untuk membantu suaminya mencari nafkah.ibu saroh adalah seorang mualaf setelah
menikah dengan suaminya. Suami ibu Saroh bekerja sebagai BHL (Buruh Harian
Lepas) di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Beliau memiliki 2 orang anak,
anak yang pertama adalah laki-laki yang masih duduk dibangku SMP Yapendak
Emplasmen Tinjowan dan anak yang kedua masih duduk dibangku MIS (Madrasah
Ibtidayah Swasta) di Afdeng V Unit Usaha Padang Matinggi.
10.Informan Kesepuluh (Buruh Nyerep)
Nama : Sisrik
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Asal : Ujung Padang
Ibu Sisrik adalah ibu rumah tangga yang bekerja diluar rumah sebagai buruh nyerep,
beliau sudah lama bekerja selama 2 tahun. Ibu Sisrik sudah menikah, suami bu Sisrik bekerja sebagai
karyawan tetap di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) di desa Pengkolan Kecamatan Bosar Maligas. Ibu
Sisrik memiliki 2 orang anak, anak yang pertama masih sekolah SD dan anak yang kedua masih TK.
Ibu sisrik bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi selama 10 tahun. Ibu Sisrik
bertempat tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi. Beliau sudah lama tinggal di Afdeling
V.
11.Informan Kesebelas (Buruh Nyerep)
Nama : Ernita Simanguncong
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Agama : Kristen
Asal : Ujung Padang
Pendidikan terakhir : SMP
Ibu Ernita adalah ibu rumah tangga yang sambil bekerja sebagai buruh nyerep
untuk membantu suami memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya. Ibu Ernita sudah
awalnya sudah menikah tetapi suami pertamanya sudah meninggal dan beliau memiliki 2
orang anak, anak yang pertama adalah perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas 2
dan anak yang kedua adalah perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas 1. Setelah
itu beliau menikah dengan Bapak Gaol, pernikahan mereka pun baru berumur 2 tahun. Bapak
Gaol memiliki 4 orang anak dari istri pertamanya dulu yang sudah meninggal, anak yang
pertama adalah perempuan dan sudah menikah, anak yang kedua adalah pereempuan, anak
yang ketiga adalah perempuan dan anak yang ketiga adalah laki yang bekerja sebagai BHL
(Buruh Harian Lepas), sedangkan beliau menikah dengan Bapak Gaol tidak memiliki anak.
4.5 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Nyerep Perempuan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
4.5.1 Kondisi Pendapatan
Upah yang diterima buruh nyerep tergolong sangat rendah apalagi mereka
mempunyai anak yang masih sekolah bahkan untuk memenuhi kebutuhan masih sangat
kurang.Buruh nyerep bekerja di perkebunan kelapa sawit menggantikan pekerjaan
karyawan yang tidak bekerja. Buruh nyerep rata-rata berusia 30-40 tahun dan bekerja ±8
jam dengan memakai alat transfortasi sendiri untuk menuju lahan perkebunan setiap
harinya yang berbeda-beda, terkadang jauh dan terkadang dekat. Bila tidak mempunyai
alat tranfortasi sendiri biasanya buruh menumpang ke teman lainnya yang satu kelompok
dengannya.Upah yang dihitung tiap harinya yaitu Rp 30.000, upah tersebut diterima
buruh nyerep setelah gajian besar yaitu pada awal bulan atau lebih tepatnya tanggal
4.Jika dihitung 1 bulan, maka gaji yang diterima buruh nyerep hanya sebesar Rp
720.000.Pada umumnya makan siang tidak ditanggung oleh karyawan yang memakai
jasa buruh nyerep sehingga buruh nyerep harus membawa bekal sendiri untuk makan
siangnya.
Pada umumnya perempuan bekerja hanya untuk membantu perekonomian
keluarga karena sang suami tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, hal ini sesuai
dengan yang diutarakan oleh ibu saroh dalam wawancara yaitu:
Jadi walupun upah yang diterima buruh nyerep tidak terlalu besar, tatapi cukup
membantu untuk keperluan sekolah anak-anaknya. Sedangkan kebutuhan untuk makan
sehari-hari mamakai gaji dari sang suami yang bekerja sebagai BHL (Buruh Harian
Lepas). Berbeda dengan Ibu Salma yang statusnya sebagai orang tua tunggal, Ibu Salma
yang mempunyai tanggungan yaitu anak perempuannya yang masih berumur 5 tahun
yang harus dibiayai kebutuhannya sehari-hari, sedangkan anak laki-laki yang pertama
sudah menikah dan anak laki-laki yang kedua merantau dan jarang pulang. Ibu salma
yang hanya bekerja sebagai buruh nyerep dengan upah yang pas-pasan pun harus
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, dan kadangkala upahnya yang hanya sebesar Rp
720.000 perbulannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga seringkali ibu
salma mengutang di warung untuk membeli sayur atau beras karena karyawan (Ibu Susi)
jarang memberikan beras setiap bulannya. Seperti yang diungkapkan ibu salma berikut
ini:
“…saya bekerja menjadi buruh nyerep karna tidak ada lagi pekerjaan lain, kerja sebagai buruh nyerep pun lumayan karena karyawan menyuruh saya bekerja sampai jangka waktu panjang, saya gak tau alasan dia (karyawan, ibu Susi) menyuruh saya bekerja sampai waktu lama dan tidak ditentukan sampai kapan. Upah yang saya terima kadang pas-pasan tapi kadang tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup yang serba mahal sekarang ini sehingga saya kadangkala mengutang ke warung dan Alhamdulillah dibolehin ngutang dan saya bayarnya nyicil-nyicil dan kadang juga dapat kiriman dari anak saya yang merantau…” (wawancara, 3 Desember 2016)
Ibu Salma mengatakan bahwa upah yang diterimanya untuk kebutuhan hidup
sangat pas-pasan dan terkadang kurang. Beliau tidak pernah menuntut apa-apa kepada
karyawan, meminta naikan upah atau meminta beras, beliau hanya mengaku, jika
diberikan beras kepada karyawan pasti akan diterimanya dengan senang tetapi beliau
tidak mau meminta-minta selain haknya yaitu upah dari kerjanya sebagai buruh nyerep.
“…upah buruh nyerep memang Cuma Rp. 30.000 tapi lumayan lah untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Selain upah, saya juga diberikan beras serta tunjangan Hari Raya dan bonusan sebesar Rp.
1.000.000…”
Ibu Sisrik mengatakan bahwa pendapatan sebagai buruh hanya sebesar Rp.
30.000 dalam sehari tetapi bukan hanya upah saja yang didapatkannya melaikan juga
beras catu dan Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonusan sebesar Rp. 1.000.000.hal itu
tanpa diminta ibu Sisrik, karyawan yang memberikannya secara suka rela.
4.5.2 Kondisi Pangan
Seperti halnya kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya dalam hal pola
makan, masyarakat Indonesia biasanya makan sebanyak 3 kali dalam sehari.Makanan
pokok yang dimakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya adalah beras.Nasi
merupakan sumber karbohidrat yang sangat besar untuk menghasilkan tenaga yang kuat.
Seperti hasil wawancara dengan ibu Ernita sebagai berikut:
“…saya makan 3 kali dalam sehari dan harus makan nasi pagi, siang dan sore karena pekerjaan saya nih kan berat karna kerjanya dikebon sawit jadi butuh tenaga yang banyak biar gak lemas. Selain itu kebutuhan gizi ya kurang
terpenuhilah sih sebenarnya, makan sayur tiap hari tapi jarang makan ikan laut dan ikan sungai karna harganya yang mahal, paling ya ikan asin lah yang murah meriah itupun kadang suka ngutang diwarung…”
Ibu Ernita makan 3 kali dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan
tubuhnya.Kebutuhan gizi yang telah diungkapkan oleh ibu Ernita yaitu kurang terpenuhi,
Ibu Ernita dan keluarga hanya mengonsumsi sayur setiap hari, telur, dan sangat jarang
mengonsumsi daging dan ikan.Ikan yang dimaksud disini adalah ikan laut, ikan mas, ikan
lele, ikan mujair dan lain-lain.Tetapi ikan yang sering dikonsumsi disini adalah ikan
asin.Ibu Ernita juga jarang mengonsumsi ikan padahal ikan dan sangat penting bagi
buruh yang sangat terbatas dan biaya anak-anak sekolah sangat mahal sehingga mereka
kurang memperhatikan pola konsumsi sehari-hari.
Para buruh juga sangat jarang sekali mengonsumsi daging.Padahal banyak orang
yang sangat menginginkan mengonsusi daging, tetapi dikarenakan harganya yang mahal
menyebabkan mereka sangat jarang sekali mengonsumsi daging.Kalaupun mereka
mengonsumsi daging itu hanya pada hari-hari tertentu saja seperti kalau ada pesta-pesta
atau pada saat Tahun Baru, Natal, Hari Raya Idul Fitri. Seperti hasil wawancara dengan
ibu Sisrik berikut ini:
“…saya jarang makan ikan laut paling 2 minggu sekali lah dan jarang kali makan daging, paling kalo hari raya beli daging sekilo itu pun harganya mahal banget…”
Ibu Sisrik jarang mengonsumsi ikan laut dan daging.Hal ini dikarenakan
pendapatan yang kurang mencukupi untuk membeli ikan laut dan daging. Sebagai
gantinya, beliau hanya mengonsumsi ikan asin, tempe dan tahu untuk dapat memenuhi
kebutuhan gizinya. Mereka juga jarang meminum susu, malah lebih sering minum teh
manis pada saat pagi saat hendak bekerja dan pada saat malam hari ketika bersantai
dirumah. Lain halnya dengan hasil wawancara dengan ibu Saroh Tampubolon sebagai
berikut:
“…saya makan sih tetap 3 kali sehari untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Makan nasi dengan lauk pauk seperti sayur, telur, dan kadang-kadang motong ayam peliaharaan sendiri, kalo buah-buahan jarang juga, paling jambu lah minta sama tetangga…”
Ibu Saroh mengatakan bahwa kebutuhan pangannya terpenuhi dengan lumayan
baik walaupun jarang mengonsumsi ikan, susu dan daging. Walupun begitu ibu Saroh
dan keluarga tetap sehat dan jarang sakit. Lain halnya yang diungkapkan oleh ibu salma
“…kalo makan sih tetap ya 3 kali sehari, makan nasi yang pastinya karna kalo gak makan nasi namanya belum makan, hehe..kalo lauk pauknya ya sayur-sayuran lah sama tempe atau telur, jarang makan ikan atau daging ayam karna harganya yang mahal, kalo buah-buahan ya kadang-kadang makan sih cuma ya gak pernah beli, paling makan rambutan didepan rumah kalo lagi buah. Kalo kebutuhan gizi ya sebenarnya kurang lah ya…”
Ibu Salma mengatakan bahwa kebutuhan gizinya kurang terpenuhi karena beliau
hanya mengonsumsi nasi dengan lauk pauk yang seadanya saja seperti sayur-sayuran dan
juga tempe. Sedangkan untuk makan ikan dan daging ayam sangat jarang sekali.Hal ini
dikarenakan upah yang diterimanya sangat pas-pasan untuk kebutuhan pangannya.
4.5.3 Kondisi Perumahan
Kondisi perumahan yang dimaksud disini adalah kondisi rumah yang layak untuk
ditempati oleh orang untuk tempat ia berteduh dan hidup dengan layak didalamnya.
Selain itu kondisi rumah juga harus baik keadaannya, tidak bocor saat kehujanan dan
nyaman untuk dihuni. Kondisi rumah yang baik akan membuat penghuni di dalam rumah
menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, kondisi rumah sangat
penting untuk diperhatikan setiap orang.
Afdeling V merupakan perumahan karyawan yang difasilitasi untuk karyawan PT
Perkebunan Nusantara IV (Persero).Di Afdeling V atau yang sering disebut Pondok
Afdeling V banyak rumah yang dibangun per 2 rumah dan sebagian rumah-rumah
kosong sebab ada sebagian karyawan yang lebih memilih tinggal di desanya yang masih
sekitar perkebunan.Hal ini membuat perumahan yang ada di Afdeling V masih banyak
yang kosong sehingga banyak orang berdatangan dari asal yang berbeda-beda dan
bekerja sebagai buruh di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.
Buruh nyerep bertempat tinggal disalah satu perumahan karyawan yang masih
kosong di Afdeling V. Sebelum menempati rumah itu, buruh harus meminta izin dulu
mereka bisa menempati rumah kosong itu dengan syarat, mereka harus mengikuti
peraturan yang dibuat oleh pihak perkebunan seperti harus merawat rumah dengan baik,
menanam banyak bunga, bersih dan dipagar bambu. Semua itu harus dapat ditaati oleh
orang yang tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi.Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil wawancara dengan salma (36), yaitu sebagai berikut:
“…saya sudah tinggal disini sekitar 10 tahun dan rumah yang saya tempati ini dulunya kosong, maka dari itu saya lapor ke mandor I untuk bisa menempati rumah ini, kan lumayan gak bayar, air juga gratis, paling cuma listrik aja lah yang bayar…”
Perumahan yang ditempati oleh buruh yaitu rumah yang dibangun 2 rumah yang
saling berdampingan dengan rumah yang lain per 2 rumah. Rumah tersebut memiliki
ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi dan WC. Listrik juga telah disediakan
sehingga buruh hanya membayar uang listrik tiap bulannya, air bersih setiap harinya
selalu keluar deras dari pipa masing-masing rumah dari jam 14.00 sampai 16.00 dan
diterima secara gratis oleh buruh dan penduduk lainnya yang tinggal di Afdeling V Unit
Usaha Padang Matinggi.
4.5.4 Kondisi Kesehatan
Pola konsumsi mereka belum memenuhi kebutuhan gizi yang memadai tetapi
tidak menyebabkan keluarga mereka sangat jarang sakit.Walupun mereka menderita
sakit paling mereka hanya menderita sakit batuk, flu dan sakit kepala itu pun pada saat
karena perubahan cuaca dan ada saat musim hujan.Biasanya mereka mengatasinya hanya
dengan mengkonsumsi obat yang dibeli di warung dan beristirahat dirumah. Seperti hasil
wawancara dengan ibu Saroh Tampubolon berikut ini:
Ibu Saroh tampubolon dan keluarganya jarang menderita sakit dan jika
menderita sakit itu hanya sakit ringan seperti flu, demam dan batuk dan jika menderita
sakit parah, ibu Saroh akan datang ke bidan di desa Adil Makmur yang tidak jauh dari
rumahnya. Hal yang sama seperti hasil wawancara dengan ibu Sisrik berikut ini:
“…Saya kalo sakitnya masih ringan ya biasanya beli obat aja diwarung dan istirahat dirumah tapi saya sih jarang sakit dan keluarga saya juga jarang sakit karena kebutuhan gizi ya cukup memenuhi…”
Jika Ibu Sisrik dan keluarganya sakit ringan, Ibu Sisrik hanya akan membeli
obat di warung dan beristirahat di rumah tetapi seperti yang telah diungkapkannya diatas
bahwa beliau dan keluarganya jarang menderita sakit karena kebutuhan pangannya
cukup terpenuhi dan kebersihan rumah juga baik sehingga beliau dan keluarganya selalu
sehat karena sangat memperhatikan kebersihan rumah serta tubuhnya.
4.5.5 Kondisi Pendidikan Anak
Pendidikan bagi anak-anak merupakan hal yang terpenting bagi masa depannya
kelak. Selain itu pendidikan menjadi bekalnya untuk hidup dimasa yang akan datang.
Semua orang tua menginginkan anaknya dapat bersekolah yang lebih tinggi darinya agar
masa depannya cerah dan tidak lagi seperti keadaan orang tuanya saat ini. Orang tua akan
melakukan apa saja agar anaknya bias bersekolah sampai tinggi bahkan orang tua juga
rela bekerja banting tulang dan sampai mengutang sana sini demi untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan anak-anaknya.
Anak-anak para buruh nyerep masih pada bersekolah, ada yang masih TK, SD,
SMP dan SMA.Anak buruh rata-rata memilih sekolah negeri untuk mengurangi biaya,
karena untuk bersekolah di swasta membutuhkan biaya yang lebih terutama untuk uang
sekolah dan uang buku.Selain itu, jarak sekolah dari rumah cukup jauh dan
menyediakan kendaraan bermotor untuk anaknya pergi ke sekolah. Seperti hasil
wawancara dengan ibu Ernita simanguncong berikut ini:
“…anak saya perempuan 2 dan masih sekolah SMA di Ujung Padang, setiap harinya mereka pergi kesekolah dengan naik kreta (sepeda motor) karena jarak sekolah dengan rumah sangat jauh…”
Ibu Ernita mempunyai 2 anak perempuan yang masih bersekolah tingkat SMA
dan Ibu Ernita simanguncong harus memenuhi keperluan sekolah anak-anaknya seperti
memberi uang jajan, uang minyak dan menyediakan seperda motor. Terkadang beliau
mengutang untuk dapat memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya, karena beliau ingin
anak-anaknya lebih baik dari kedua orang tuanya. Lain halnya dengan hasil wawancara
bersama ibu Sisrik berikut ini:
“…Anak saya Cuma 2 dan yang paling besar masih sekolah MIS (Madrasah Ibtidayah Swasta) di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi dan jarak ruamh ke sekolah pun sangat dekat dan bisa ditempuh dengan jalan kaki sedangkan anak saya yang kedua masih umur 4 tahun dan masih sekolah TK di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi…”
Anak Ibu Sisrik cuma 2 dan masih tingkat Sekolah Dasar dan Tk. Jarak
tempuh dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh sehingga dapat hanya berjalan kaki saja
dan tidak membutuhkan kendaraan.Hal ini dapat sangat menghemat pengeluaran ibu
Sisrik dalam kebutuhan sekolah anak-anaknya.
4.5.6 Kepemilikan Barang-Barang Berharga
Memiliki barang-barang berharga merupakan hal yang lumrah dimiliki semua
orang. Tetapi tidak semua orang memiliki barang-barang berharga seperti emas, televisi,
sepeda motor, DVD, dan hewan ternak (ayam, bebek, kambing, sapi dan lainnya). Seperti
hasil wawancara dengan ibu Saroh Tampubolon berikut ini:
teman kelompok dan punya juga hewan ternak seperti ayam dan sapi 3 ekor…”
Ibu Saroh memiliki barang-barang berharga seperti emas (cincin), memiliki 2
sepeda motor, televisi, DVD, dan juga hewan ternak seperti ayam dan sapi 3 ekor.
Mungkin semua orang pasti mempunyai televisi tapi tidak semua orang memiliki emas
dan hewan ternak (sapi). Seperti hasil wawancara dengan ibu Salma berikut ini:
“…saya cuma punya televisi dirumah sama cincin kawin, kalo kreta (sepeda motor) saya gak punya jadi kalo mau kemana-mana ya saya minjam sama tetangga…”
Ibu Salma tidak memiliki barang-barang berharga, beliau hanya memiliki televisi
dan juga cincin kawinnya dulu.Ibu Salma juga tidak memiliki hewan ternak seperti Ibu
Saroh.Sehingga Ibu Salma hidupnya hanya mengandalkan dari gajinya sebagai buruh
nyerep.
4.5.7 Kegiatan Keagamaan
Di Afdeling V sering kali mengadakan acara-acara keagamaan seperti
perwiritan ibu-ibu setiap minggu pada hari kamis sore jam 15.00 sampai 17.00 dan
perwiritan bapak-bapak setiap minggunya hari kamis malam jam 20.00 sampai 22.00.
kegiatan perwiritan diadakan secara rutin setiap minggunya secara bergiliran di rumah
warga yang mengikuti perwiritan. Tujuan dari perwiritan ini dimaksudkan untuk
menyambung tali siraturami antara warga yang tinggal di Afdeling V Unit Usaha Padang
Matinggi sehingga masyarakat yang tinggal di Afdeling V dapat saling berinteraksi
dengan baik.
Selain acara perwiritan yang rutin dilaksanakan setiap minggu, ada juga acara
pengajian, tetapi tidak semua warga mengikuti acara pengajian tersebut, hanya beberapa
orang saja yang mengikutinya.Salah satu informan yang mengikuti pengajian adalah Ibu
Pengajian tersebut dilakukan untuk menambah pengetahuan agama islam dan
menyambung silaturami setelah setiap harinya sibuk beraktifitas seperti bekerja. Seperti
yang diungkapkan oleh ibu Saroh sebagai berikut:
“…saya selalu aktif disetiap kegiatan agama seperti wirit dan pengajian, kegiatan itu kan banyak sekali
manfaatnya. Selain bertemu dengan orang-orang pondok tapi juga medapatkan ilmu agama. Saya kan mualaf, jadi belum terlalu banyak ilmu tentang agama saya saat ini makanya saya ikut perwiritan dan pengajian yang dilakukan seminggu sekali…”
Ibu Saroh adalah seorang mualaf yang aktif mengikuti kegiatan keagamaan
dan masih meluangkan sedikit waktunya.Kebutuhan rohani sangat dibutuhkan bagi
manusia agar hidupnya selalu teratur dan damai dihati.kebutuhan rohani dapat didapat
dari kegiatan-kegiatan keagamaan seperti perwiritan dan penganjian. Selain itu juga
manfaatnya dapat menyambung tali silaturami dan bertemu dengan tetangga karena
sibuknya bekerja dari pagi sampai menjelang sore.
4.5.8 Pengeluaran Rata-Rata Buruh Nyerep
Setiap keluarga memiliki pendapatan dan pengeluaran untuk kebutuhan
hidupnya. Tidak dapat dipastikan pengeluaran rata-rata buruh nyerep sebab setiap buruh
nyerep jika belanja, mereka pada mengutang di warung dan akan membayarnya setelah
gajian besar. Kadang juga pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi untuk
kebutuhan hidup keluarganya sehingga mereka pada mengutang dan tidak dapat bisa
dipastikan pengeluaran rata-ratanya dalam sebulan. Seperti hasil wawancara dengan ibu
Ernita berikut ini:
kebutuhan makan, sekolah anak-anak serta kebutuhan lainnya…”
Ibu Ernita Simanguncong tidak bisa memastikan kira-kira berapa pengeluaran
rata-rata keluarganya setiap bulannya.Ibu Ernita hanya berusaha agar uang yang ada
padanya dapat memenuhi semua keperluan hidup keluarganya seperti kebutuhan makan,
kebutuhan sekolah anak-anaknya dan kebutuhan lainnya.Ibu Ernita mengatakan bahwa
terkadang pendapatan keluarganya sangat sedikit dan pengeluaran sangat besar.Ibu Ernita
hanya bisa mengarang penegluaran rata-ratanya kira-kira sebesar Rp.2.500.000 karena
biaya anak-anak sekolah beliau sangat mahal terlebih lagi uang minyaknya. Lain halnya
dengan hasil wawancara dengan ibu Sisrik berikut ini:
“…saya gak bisa memperkirakan ya berapa rata-rata pengeluaran keluarga setiap bulannya, mungkin sekitar Rp. 2.000.000 gitu…”
Ibu Sisrik mengatakan bahwa pengeluran rata-ratanya diperkirakan sebesar
Rp. 2.000.000.walaupun anak-anak beliau masih pada kecil-kecil yang tidak terlalu
membutuhkan biaya besar tetapi tetap saja pengeluaran beliau besar untuk keperluan
makannya agar terpenuhi gizi keluarganya.
4.5.9 Tempat Meminjam Uang Jika Mengalami Kesulitan
Kebutuhan pokok yang mahal serta pendapatan yang rendah membuat para
buruh nyerep terkadang kesulitan perekonomian sehingga mereka mengutang untuk
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari atau ketika ada keperluan mendadak. Seperti hasil
wawancara dengan ibu Salma berikut ini:
“…saya kan cuma kerja sendiri, suami juga gak punya dan kerja saya juga hanya sebagai buruh nyerep yang gajinya juga gak seberapa sehingga kadangkala saya mengutang dengan tetangga untuk kebutuhan hidup saya dan keluarga, tunggu dapat kiriman dari anak saya lah baru saya
Ibu Salma mengatakan bahwa terkadang sering mengutang ke tetangga dekat
rumahnya jika lagi mengalami kesulitan ekonomi dan baru akan membayarnya setelah
mendapatkan gaji dan kiriman uang dari anaknya yang merantau. Uang yang dikirim pun
jumlahnya tidak terlalu besar tetapi masih lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup
dam membayar hutang. Selain itu jika ibu Salma tidak punya uang untuk belanja, Ibu
Salma akan mengutang di warung dan akan membayarnya setelah beliau gajian. Sama
halnya dengan ibu Ernita Simanguncong berikut ini:
“…kalo saya lagi kesulitan ekonomi biasanya saya minjam ke keluarga, kalo mau belanja dan lagi gak ada uang ya ngutang diwarung karena kalo gak ngutang gak akan cukup uang kita karna semuanya sekarang serba mahal…”
Ibu Ernita Simanguncong mengatakan bahwa beliau lebih memilih mengutang ke
keluarganya dari pada ke tetangganya, karena sama halnya dengan dirinya yang
pendapatannya pun pas-pasan untuk kebutuhan hidup. Selain itu jika belanja, Ibu Ernita
lebih memilih mengutang di warung dan membayarnya setelah gajian disebabkan karena
pendapatan mereka tidak akan cukup jika membayar kontan.
4.6 Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Karyawan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
4.6.1 Kondisi Pendapatan
Karyawan yang pekerjaannya dikerjakan oleh buruh nyerep tetap
mendapatkan gaji sesuai dengan golongannya dan gaji mereka tetap penuh tanpa ada
pengurangan karena telah memakai jasa buruh nyerep.Karyawan menerima jadi 2 kali
dalam 1 bulan yaitu pada saat gajian besar tanggal 4 dan pada saat gajian kecil tanggal
19. Selain itu karyawan juga mendapatka beras setiap bulannya pada tanggal 25,
Raya) pada saat akan mendekati Idul Fitri. Seperti hasil wawancara dengan Ibu Lasma
berikut ini:
“…saya menyuruh buruh nyerep untuk menggantikan pekerjaan saya dan saya tetap menerimah gaji penuh tanpa ada potongan, selain itu saya tetap mendapatkan beras catu, bonusan dan tunjangan. Sumber pendapatan saya tidak hanya itu, dirumah saya membuka usaha warung yang lumayan cukup besar di pondok dan keuntungannya juga cukup besar sehingga saya bias menyekolakan anak saya ke akper sampai selesai…”
Ibu Lasma mengatakan bahwa pendapatan beliau tidak hanya mengandalkan dari
gajinya sebagai karyawan, tetapi Ibu Lasma juga mempunyai usaha warung yang
menjual berbagai jenis barang dan hasil keuntungan dari warung cukup besar
dibandingkan dengan gajinya sebagai karyawan. Hal ini membuat ibu Lasma merasa
nyaman, Ibu Lasma hanya menyuruh buruh bekerja menggantikan pekerjaannya,
sedangkan Ibu Lasma dapat bersatai di rumah sambil menjaga warungnya. Lain halnya
seperti hasil wawancara dengan ibu Susi berikut ini:
“…gaji saya sebagai karyawan tetap utuh tanpa ada potongan, sehingga saya gak perlu capek bekerja dan hanya menyuruh buruh nyerep saja. Selain itu saya dirumah menjadi tukang pijat sehingga pendapatan saya tidak hanya dari gaji karyawan saja tetapi sebagai tukang pijat…”
Ibu Susi mengatakan bahwa beliau memiliki pendapatan lainnya dari hasil
bekerja sebagai tukang pijat.Sehingga pendapatan beliau tidak hanya dari gajinya sebagai
karyawan tetapi juga mendapatkan pendapatan sebagai tukang pijat.Ibu Susi mengatakan
jika ada orang yang datang untuk dipijat, beliau dapat mengantongi sebesar Rp. 35.000
sampai Rp. 40.000 per orang.Sehingga jika dalam sehari ada 3 orang yang datang maka
Ibu Susi mendapatkan uang sebesar Rp. 120.000.tetapi tidak setiap hari ada orang yang
datang untuk dipijat. Berbeda dengan hasil wawancara dengan ibu Anna Silitonga
“…pendapatan saya hanya dari gaji sebagai karyawan, saya gak punya pekerjaan sampingan karena saya sudah tua sehingga saya hanya beristirahat saja dirumah. Paling ya mendapat kiriman dari anak saya yang belum menikah setiap bulannya…”
Ibu Anna Silitonga mengatakan bahwa pendapatannya hanya dari gaji karyawan
saja dan terkadang mendapatkan uang kiriman dari anaknya yang sudah bekerja dan
belum menikah.Beliau sudah tua dan sering sakit-sakitan sehingga Ibu Anna hanya di
rumah saja.
4.6.2 Kondisi Pangan
Masyarakat Indonesia pada umumnya makanan pokoknya adalah nasi.Nasi
merupakan makanan yang hampir setiap hari dikonsumsi masyarakat
Indonesia.Masyarakat Indonesia makan 3 kali dalam sehari dan harus memakanan nasi,
karena nasi sudah menjadi makanan pokok yang tidak bisa terlepas begitu saja dari hidup
masyarakat Indonesia.Selain itu masyarakat Indonesia juga biasa makan dengan berbagai
lauk pauk seperti ikan, sayur, daging, lalapan, rebusan, sambal dan lainnya.
Para karyawan yang tinggal di daerah perkebunan makan 3 kali dalam sehari dan
tidak pernah terlepas dari makan nasi. Selain itu mereka juga makan dengan berbagai
lauk pauk seperti sayur, tempe sebagai pengganti ayam atau daging, ikan asin dan
sambal. Seperti hasil wawancara dengan ibu Lasma berikut ini:
“…saya makan tetap 3 kali dalam sehari, dengan lauk pauk seperti ikan laut, ikan teri/asin, sayur dan lainnya dan karena saya kan warung jadi tinggal pilih aja mau masak apa…”
Ibu Lasma mengatakan bahwa beliau tetap makan 3 kali dalam sehari dengan lauk
pauk yang bermacam-macam.Kebutuhan gizi beliau dan keluarga juga terpenuhi karena
beliau mempunyai keuangan yang lumayan baik. Lain halnya dengan hasil wawancara
“…saya makan ya seadanya saja, sayakan tinggal bersama cucu jadi saya juga harus ngasih makan mereka juga
sedangkan gaji saya separuhnya untuk membayar buruh nyerep jadi ya saya makan seadanya, tetap makan nasi Cuma lauk pauknya ya biasa-biasa aja kayak sayur, tempe, ikan asin, telur dan saya juga jarang makan ayam dan daging…”
Ibu Rosliana mengatakan bahwa ia tetap mengonsumsi nasi sebagai makanan
pokoknya tetapi hanya saya lauk pauknya yang berbeda, lauk pauk beliau hanya
seadanya saja seperti sayur, ikan asin, telur dan tempe. Ibu Rolisana mengatakan
kebutuhan gizinya lumayan terpenuhi walaupun Ibu Rosliana jarang mengonsumsi
daging, ayam dan susu tetapi beliau jarang sakit. Padahal daging merupakan sumber
protein yang tinggi untuk kebutuhan tubuh manusia tetapi karena mahalnya harga daging
sehingga jarang sekali mereka mengonsumsi daging.
4.6.3 Kondisi Perumahan
Afdeling V merupakan perumahan karyawan yang difasilitasi untuk karyawan yang
telah disediakan oleh PT Perkebunan Nusantara IV (Persero).Afdeling V atau yang
sering disebut Pondok Afdeling V memiliki beberapa rumah yang sebagiannya ditempati
oleh karyawan dan BHL (Buruh Harian Lepas).Perumahan karyawan lapangan dipisah
dengan perumahan mandor I dan mandor lapangan. Rumah mandor I adalah rumah tanpa
dempetan, memiliki ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, WC dan
dapur yang lebih luas dibandingkan dengan rumah karyawan biasa, rumah mandor
lapangan sama halnya dengan rumah mandor I, sedangkan rumah karyawan biasa kondisi
rumahnya berdampingan per 2 rumah dan memiliki ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan rumah mandor, seperti ruang tamu, memilki kamar 2 yang sangat
kecil dan pas-pasan, kamar madi, WC dan dapur.
Kesehatan merupakan hal yang paling penting yang harus diperhatikan oleh semua
orang. Orang yang sehat akan mampu beraktifitas dengan lancar serta dapat bekerja
dengan baik. Karyawan perkebunan di Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi harus
memiliki fisik yang sehat untuk bekerja di lapangan perkebunan karena pekerjaan
lapangan sangat dibutuhkan tenaga yang ekstra sehingga karyawan harus dapat menjaga
kesehatannya.
Jika karyawan menderita sakit, karyawan bisa meminta izin untuk berobat dengan
cara meminta surat izin berobat ke kantor Afdeling V lalu datang ke klinik Tinjowan
yang beralamat di Emplasmen. Sebelum berobat surat izin berobat harus diberikan
kepada bagian SDM untuk disetujui dan karyawan bisa langsung berobat dan bertemu
dengan dokter dan meminta obat. Jarak yang ditempu untuk ke klinik pun cukup jauh
sekitar ±5 kilometer.Biasanya kendaraan yang dipakai yaitu sepeda motor. Karyawan
sering menderita sakit-sakit terutama karyawan perempuan yang sudah tua, tubuh
mereka rentan akan penyakit yang datang seperti sakit pinggang, demam, batuk, flu,
diare, gatal-gatal dan lainnya. Hal ini pun seperti yang diungkapkan oleh ibu Roslina
sebagai berikut:
“…saya kan sudah tua sering sakit-sakitan seperti diare, flu, batuk tapi biasanya saya beli obat aja diwarung karena malas jauh-jauh berobat ke klinik Tinjowan. paling kalo sakitnya agak serius barulah berobat kesana…”
Ibu Rosliana sudah tua dan rentan terkena penyakit.Tetapi Ibu Rosliana lebih
memilih beli obat di warung dari pada berobat keklinik jika sakitnya masih ringan. Lain
lagi seperti yang diungkapkan oleh ibu Anna silitonga sebagai berikut:
Ibu Anna silitonga bahwa jika ia sakit maka Ibu Anna akan segera berobat ke klinik
karena fasilitas kesehatan untuk karyawan telah disediakan secara gratis. Sehingga Ibu
Anna tidak perlu lgi mengeluarkan biaya untuk pergi ke bidn atau membeli obat ke
apotek.
4.6.5 Kondisi Pendidikan Anak
Pendidikan bagi anak-anak merupakan hal yang terpenting bagi masa depannya
kelak. Selain itu pendidikan menjadi bekalnya untuk hidup dimasa yang akan datang.
Semua orang tua menginginkan anaknya dapat sekolah yang lebih tinggi darinya agar
masa depannya cerah dan tidak lagi seperti keadaan orang tuanya saat ini. Orang tua
akan melakukan apa saja agar anaknya bisa bersekolah dengan baik. Anak-anak
karyawan rata-rata masih mengenyam pendidikan dan ada yang sudah selesai sampai
sarjana dan sudah bekerja. Seperti hasil wawancara bersama ibu Lasma Sihombing
berikut ini:
“…anak-anak saya semuanya pada sekolah, anak pertama saya adalah perempuan sudah sarjana akper dan sekarang bekerja disalah satu rumah sakit dimedan, anak saya yang kedua adalah laki-laki dan masih kelas 3 STM di Kota Perdagangan dan anak saya yang ketiga adalah perempuan dan masih kelas 1 SMA Negeri Kecamatan Ujung Padang…”
Ibu Lasma Sihombing mengatakan bahwa anak-anaknya mengenyam pendidikan
yang layak dan bersekolah dengan baik. Ibu Lasma juga memberikan fasilitas seperti
sepeda motor kepada anak laki-lakinya yang bersekolah di STM Kota Perdagangan dan
memberikan anak perempuannya sepeda motor juga untuk dapat menuju ke sekolahnya.
Selain itu Ibu Lasma juga mengajarkan pada anak-anaknya bahwa pendidikan itu penting
main-main dalam menuntut ilmu. Hal ini sama dengan yang dirasakan oleh ibu Susi
berikut ini:
“…saya pindah dari Afdeling V Unit Usaha Padang Matinggi ke Emplasmen Tinjowan agar anak-anak saya dekat dengan sekolahnya sehingga anak-anak saya tidak terlalu jauh untuk pergi kesekolah. Anak saya 2 perempuan sedang mengenyam pendidikan di SMK Perlayaran di Batubara, sedangkan anak saya yang nomor 4 bersekolah di MTS Nurul Hikmah Emplasmen Tinjowan dan yang paling kecil
bersekolah SD di Emplasmen Tinjowan…”
Ibu Susi mengatakan bahwa beliau rela pindah rumah demi anak-anaknya agar
dekat untuk menuju kesekolahnya. Ibu Susi juga mengatakan bahwa pendidikan itu
sangat penting buat anak-anaknya sehingga Ibu Susi rela melakukan apa saja saja agar
anaknya dapat bersekolah dengan baik dan nyaman. Harapan Ibu Susi kepada
anak-anaknya, masa depan anaknya harus lebih baik dibandingkan dengan kondisinya saat ini.
Ibu Susi juga harus menyediakan alat transfortasi seperti sepeda motor untuk kedua anak
perempuannya yang bersekolah di Batubara. Sedangkan anak yang keempat dan anak
yang kelima dapat berjalan kaki menuju sekolahnya karena jarak tempuhnya sangat
dekat dari rumah mereka.
4.6.6 Kepemilikan Barang-barang Berharga
Memiliki barang-barang berharga merupakan hal yang wajar dimiliki semua
orang. Barang-barang berharga memiliki harga jual yang mahal dan merupakan asset
untuk masa depan seperti televisi, DVD, sepeda motor, emas, hewan ternak (ayam,
bebek, kambing dan sapi). Tetapi tidak semua orang memilikinya dan mempunyai
simpanan barang-barang berharga.Hal itu dikarenakan seseorang tidak pandai mengelola
keuangannya untuk dapat membeli barang-barang atau asset-asset tersebut. Seperti hasil
wawancara dengan ibu Susi berikut ini:
dibelakang rumah kandangnya, tapi saya tidak memiliki sapi atau kambing karena tidak ada yang mengembalanya. Emas juga saya tidak punya karna gak pernah ada uang buat beli, uang habis buat keperluan makan dan biaya anak-anak sekolah…”
Ibu Susi memiliki barang-barang berharga seperti televisi, sepeda motor dan
hewan ternak (ayam dan bebek) tetapi beliau tidak memiliki hewan ternak seperti
kambing atau sapi. Lain halnya seperti hasil wawancara dengan ibu Lasma Sihombing
berikut ini:
“…saya punya televise, emas, sepeda motor ada 3, saya juga membuka warung disamping rumah saya dan saya juga mempunyai hewan ternak seperti ayam yang saya pelihara dibelakang rumah dan hewan ternak seperti sapi, saya menyuruh orang untuk mengembalakan sapi-sapi saya dan saya bayar setiap gajian, saya mempunyai sapi sebanyak 10 ekor. Sapi tersebut akan saya jual ketika ada keperluan mendadak seperti biaya anak sekolah yang membutuhkan banyak uang. Semua saya persiapkan untuk masa depan keluarga saya dan pada hari tua saya…”
Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu Lasma diatas bahwa memiliki jenis
barang-barang berharga seperti televisi, DVD, emas, 3 sepeda motor dan hewan ternak
(ayam dan 10 ekor sapi). Semua itu Ibu Lasma peroleh dari hasil ia membuka usaha
warung di samping rumahnya yang keuntungannya cukup besar. Ibu Lasma
memanfaatkan uang tersebut untuk membeli emas dan hewan ternak sapi yang akan
beranak setiap tahunnya, sehingga bisa menjadi asset buat masa tuanya dan masa depan
keluarganya kelak. Ibu Lasma memanfaatkan hartanya dengan baik sehingga kehidupan
keluarganya saat ini cukup baik.
4.6.7 Pengeluaran Rata-rata Karyawan
Pengeluaran rata-rata setiap keluarga berbeda-beda tergantung kepada
sekolahnya serta kebutuhan lainnya. Seperti yang diungkapkan ibu Rosliana dari hasil
wawancara berikut ini:
“…pendapatan saya ya cuma dari sisa gaji itu dan saya tinggal bersama dengan cucu-cucu saya sehingga saya juga membiayai kehidupannya seperti makannya dan
jajannya, kalo uang sekolahnya orang tuanya yang mengirim uang setiap bulannya…”
Ibu Rosliana Hutabarat hanya tinggal bersama cucun