• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intensitas Nyeri Dan Prilaku Nyeri Pada Pasien yang di Indikasikan Laparotomi di Ruang Rawat Inap RSUD Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Intensitas Nyeri Dan Prilaku Nyeri Pada Pasien yang di Indikasikan Laparotomi di Ruang Rawat Inap RSUD Pirngadi Medan"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

INTENSITAS NYERI DAN PERILAKU NYERI PASIEN YANG

DIINDIKASIKAN LAPAROTOMI

DI RUANG RAWAT INAP RSUD dr.PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

ANDI AGUSPEL

121121054

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Andi Aguspel

NIM : 121121054

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Intensitas Nyeri dan Prilaku Nyeri Pasien Yang di Indikasikan Laparotomi di Ruang Rawat Inap RSUD dr.Pirngadi Medan” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan dalam institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan skripsi ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi Akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014

Yang menyatakan,

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, Karena atas berkah, rahmat dan karunia Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Intensitas Nyeri Dan Prilaku Nyeri Pada Pasien yang di Indikasikan Laparotomi di Ruang Rawat Inap RSUD Pirngadi Medan”.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian proposal ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Bapak Ikhsanuddin A. H, S.Kp MNS selaku dosen pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini.

3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB dan Ibu Salbiah,SKp,M.Kep sebagai penguji yang memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(5)

6. Rekan-rekan mahasiswa jalur B stambuk 2012 di Fakultas Keperawatan USU semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan. Akhir kata peneliti sekali lagi mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Medan, Februari 2014 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Pernyataan ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Abstrak ... ix

Abstract ... x

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Konsep Nyeri ... 6

2. Laparotomi ... 16

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 18

1. Kerangka Konsep ... 18

2. Defenisi Operasional ... 19

Bab 4. Metode Penelitian ... 20

(7)

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling ... 20

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4. Pertimbangan Etik ... 22

5. Instrumen Penelitian ... 22

6. Pengumpulan Data ... 24

7. Analisa Data ... 25

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 26

1. Hasil Penelitian ... 26

2. Pembahasan ... 30

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 35

1. Kesimpulan ... 35

2. Saran ... 36

Daftar Pustaka ... 37

Lampiran-lampiran ... 39

1. Inform Consent ... 39

2. Jadwal Tentatif Penelitian ... 40

3. Instrumen Penelitian ... 41

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Deskriptor Nyeri yang Umum Digunakan ... 12 Tabel 4.1 Interval Perilaku Nyeri Pasien Laparotomi ... 23 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik

Demografi Responden (N=32) ... 27 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase intensitas nyeri pada pasien

didindikasikan laparotomi (N=32) ... 29 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase perilaku nyeri pada pasien

diindikasikan laparotomi (N=32) ... 29 Tabel 5.4 Nilai mean dan standar deviasi parameter perilaku nyeri pasien

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Skala 10 ... 10 Gambar 2.2 Skala Tingkat Nyeri Wajah Wong-Baker Dengan Skala 0-5 ... 11 Gambar 3.1 Skema Kerangka Penelitian Pasien Dengan Indikasi

(10)

Judul

Nama Mahasiswa NIM

Jurusan Tahun

: Intensitas nyeri dan Perilaku Nyeri Pada Pasien yang diindikasikan laparotomi di Ruang Rawat Inap RSUD dr.Pirngadi Medan

Nyeri merupakan salah satu penyebab ketidaknyamanan bagi pasien. Salah satunya adalah nyeri pada bagian abdomen . Penanganan nyeri abdomen yang efektif adalah dengan melakukan penilaian nyeri secara akurat dengan menggunakan pengukuran intensitas nyeri dan penilaian prilaku nyeri. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada pasien yang diindikasikan laparotomi di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini melibatkan 32 orang responden dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan data intensitas nyeri menggunakan skala intensitas nyeri (PNRS) Pain Numerik Rating Scale, sedangkan perilaku nyeri dengan teknik observasi langsung. Responden lebih banyak merasakan intensitas nyeri pada tingkat sedang (46,88%), diikuti nyeri ringan dan berat yang masing-masing adalah 31,25% dan 21,88%. Sedangkan untuk perilaku nyeri, 65,63% responden mengekspresikan prilaku nyeri pada tingkatan sedang, dan diikuti oleh perilaku nyeri ringan (31,25%) dan perilaku nyeri berat 3,13%.

(11)

Title

Student Name Student Number Major

Year

: The intensity of pain and Pain on the patient's Behavior Indicated Laparotomi in Inpatient Dr. Pirngadi Hospital Medan

Pain is one of the causes of discomfort for the patient. One of them is a pain in the abdomen. Abdominal pain treatment is effective is to do pain assessment accurately by using measurements of the intensity of the pain assessment and pain behavior. The purpose of this research is to identify the intensity of pain and pain on the patient's behavior indicated laparotomy in inpatient Dr. Pirngadi Hospital Medan. This study involving 32 people respondents with retrieval of purposive sampling technique using a sample. Data retrieval using pain intensity scale the intensity of the pain behavior, whereas PNRS with direct observation techniques. More respondents feel the intensity of the pain level is (46, 88%), followed by mild and severe pain, each of which is 31, 25% and 21%, 88. As for the pain behavior, 65, 63% of respondents express moderate levels of pain behavior, and was followed by a mild pain behaviour (31, 25%) and severe pain behavior 31, 13%.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman, nyeri merupakan salah satu penyebab ketidaknyamanan bagi pasien dan merupakan alasan yang paling umum untuk memasuki bagian tempat perawatan kesehatan dan meminta pengobatan. Pasien dapat merespon nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, menangis, dan lain sebagainya. Seorang perawat memiliki peran penting untuk memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman pasien, dengan melakukan intervensi keperawatan. Namun nyeri bersifat subjektif sehingga perawat harus peka terhadap sensasi nyeri yang dialami oleh pasien (Potter dan Perry, 2005; Grace dan Borley, 2006).

(13)

Salah satu nyeri yang sering dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada bagian abdomen. Nyeri abdomen dapat dibedakan atas dua kategori yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis. Nyeri abdomen akut merupakan nyeri yang terjadi secara mendadak, sedangakan nyeri abdomen kronis merupakan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu yang lama atau berulang (hilang timbul). Nyeri abdomen dapat diindikasikan pada penyakit-penyakit yang memerlukan tindakan laparotomi, seperti apendisitis, hernia, kista ovarium, kanker serviks, kanker ovarium, kanker kolon, kanker lambung, dan kanker kandung kemih. Sehingga rasa nyeri yang dirasakan oleh setiap pasien akan berbeda-beda sesuai dengan penyakit yang dideritanya (Grace dan Borley, 2006).

Nyeri abdomen merupakan keluhan umum pasien di sebagian besar pusat pelayanan kesehatan. Angka prevalensi nyeri abdomen antara 22% dan 28%. (Halder dan Locke III, 2009). Di Amerika Serikat pada tahun 2002, menurut McCraig dan Burt yang dijabarkan Goldberg dan Flasar (2006), sekitar 6,5% pasien yang masuk di bagian gawat darurat mengalami keluhan nyeri di bagian abdomen. Sedangkan di Primary Care Practical pada tahun 2002 menurut Woodnell dan Cherry diperoleh data bahwa 1,5% dari kunjungan pasien juga mengeluhkan nyeri abdomen.

Nyeri abdomen sering memerlukan intervensi bedah laparotomi, namun

diagnosis akurat sebelum operasi dan pengobatan dapat mencegah dari

laparotomi, sehingga mengurangi operasi negatif. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa volume besar kesalahan diagnosis dapat dikurangi dengan

(14)

10% klaim malpraktek terjadi dari kasus nyeri abdomen ini. Hasil survei

sebelumnya menyebutkan dari 5% kunjungan gawat darurat memiliki keluhan

nyeri abdomen, dan 10% dari yang mengeluh nyeri abdomen tersebut dievaluasi

memerlukan tindakan operasi (Graff, 2001). Penanganan nyeri abdomen yang

efektif adalah dengan melakukan penilaian nyeri secara akurat dengan

menggunakan pengukuran yang dapat dipercaya dan valid diantaranya adalah

pengukuran intensitas nyeri dan penilaian prilaku nyeri (Hugueta, et al., 2010).

(15)

2. Pertanyaan Penelitian

a. Berapa intensitas nyeri pada pasien yang diindikasikan laparotomi di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan?

b. Bagaimana perilaku nyeri pada pasien yang diindikasikan laparotomi di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan?

3. Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien yang diindikasikan laparotomi di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.

b. Mengidentifikasi perilaku nyeri pada pasien yang diindikasikan laparotomi di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perawat mengenai gambaran intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada pasien yang diindikasikan laparotomi, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan pengkajian dan manajemen nyeri pada pasien serta pembentukan konsep diri pasien, khususnya yang diindikasikan laparotomi.

4.2 Bagi Penelitian Keperawatan

(16)
(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Nyeri

1.1 Pengertian Nyeri

Setiap orang membutuhkan rasa nyaman, dan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Salah satu yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien adalah rasa nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang bersifat individual, sehingga pasien biasanya merespon rasa nyeri yang dialaminya dengan cara yang berbeda-beda (Asmadi, 2008; Berman, Snyder, Kozier dan Erb).

Reaksi dan persepsi yang berbeda-beda tersebut dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor sosial lingkungan. Faktor personal berupa pengetahuan mengenai nyeri dan penyebabnya, makna nyeri, kemampuan mengontrol nyeri, tingkat kecemasan dan stres, dan tingkat energi. Faktor sosial dan lingkungan terdiri dari interaksi dengan orang lain, respon orang lain (keluarga, teman), penambahan nyeri sekunder, kelebihan beban atau deprivasi sensori dan stresor. Pasien sering mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan konsep nyeri yang mereka rasakan, sehingga menyebabkan seorang perawat kesulitan membuat rencana untuk mengatasi nyeri. Walaupun demikian penatalaksanaan nyeri yang efektif adalah aspek yang penting dalam asuhan keperawatan dan perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami oleh para pasien, dengan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan dan mengatasi rasa nyeri tersebut (Asmadi, 2008; Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009; Carpenito, 2009).

(18)

biasanya disebabkan oleh trauma, neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain. Nyeri akibat faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor, diantaranya trauma mekanik yang disebabkan oleh benturan, gesekan, ataupun luka, trauma termis akibat ransangan panas dan dingin, kimiawi akibat zat asam atau basa yang kuat dan elektrik akibat aliran listrik, neoplasma menyebabkan reseptor nyeri mengalami tekanan atau kerusakan jaringan, tarikan, dan jepitan (Asmadi, 2008).

1.2.Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan, berdasarkan sifat, berat ringannya nyeri, tempat dan lamanya waktu serangan.

a. Nyeri berdasarkan sifat

Nyeri berdasarkan sifat terbagi atas: nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang (incidental pain), nyeri yang dirasakan dalam waktu yang lama atau menetap (steady pain), dan nyeri yang berintensitas tinggi dan kuat yang biasanya terasa ± 10-15 menit lalu hilang (paroxymal pain).

b. Nyeri berdasarkan berat ringan intensitas

Nyeri berdasarkan berat ringannya terdiri dari intensitas rendah (nyeri ringan), menimbulkan reaksi (nyeri sedang), dan intensitas tinggi (nyeri berat).

c. Nyeri berdasarkan tempat timbulnya nyeri

(19)

d. Nyeri berdasarkan lamanya serangan

Nyeri berdasarkan lamanya serangan diklasifikasikan atas nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri atau ketidaknyamanan yang parah yang dirasakan selama periode penyembuhan yang biasanya dari satu detik hingga enam bulan, baik yang terjadi secara tiba-tiba maupun lambat tanpa memperhatikan intensitasnya. Di sisi lain, nyeri kronis berlangsung berkempanjangan, biasanya nyeri menetap dan berulang sampai enam bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi tubuh (Asmadi, 2008; Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009; Carpenito, 2009).

1.3 Mekanisme Transmisi Nyeri

Mekanisme transmisi nyeri dapat diterangkan dengan beberapa teori, yaitu:

a. Teori spesifik

Teori spesifik menerangkan bahwa sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas olah pencetus nyeri, lalu informasi tersebut diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus.

b. Teori Intensitas

Teori intensitas menjelaskan bahwa ransangan sensori berpotensi menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat. Sedangkan teori kontrol pintu menjelaskan bahwa mekanisme transmisi nyeri bergantung pada aktivitas serat saraf aferen yang dapat mempengaruhi sel saraf di substansia gelatinosa, jika serat saraf kecil akan mempermudah transmisi (pintu dibuka), namun bila serat saraf berdiameter besar, maka menghambat transmisi (pintu ditutup) (Asmadi, 2008).

1.4 Penatalaksanaan Nyeri

(20)

sesuai dengan situasi, namun biasanya perawat berfokus pada lokasi, kualitas, keparahan, dan intervensi awal dari nyeri. Perawat harus memulai pengkajian nyeri karena banyak pasien yang tidak memberitahu tentang nyeri yang dirasakannya, kecuali ditanya. Banyak hal yang membuat pasien enggan untuk melaporkan nyeri yang mereka rasakan, diantaranya, tidak ingin merepotkan petugas, takut terhadap pemberian analgesik injeksi (terutama anak-anak), percaya bahwa nyeri yang dirasakan adalah bagian normal, kesulitan mengekspresikan ketidaknyamanan, dan lain-lain. Pengkajian nyeri tersebut terdiri dari riwayat nyeri dan observasi langsung terhadap respon perilaku dan psikologi dari pasien, yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman objektif dari pengalaman yang subjektif (Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009).

1.5 Riwayat nyeri

Riwayat nyeri secara komprehensif terdiri dari lokasi nyeri, intensitas, kualitas, pola, faktor presipitasi, faktor yang mengurangi, gejala terkait, pengaruh pada ADL, pengalaman nyeri, makna nyeri, sumber koping dan respon afektif (Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009). Riwayat nyeri dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Lokasi

Penentuan lokasi nyeri dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk menunjukkan daerah yang dirasakan tidak nyaman. Pasien dapat menandai lokasi nyeri pada peta gambar tubuh, sehingga memudahkan pasien untuk mengidentifikasi lokasi nyeri tersebut, terutama bagi pasien yang memiliki lebihlokasi nyeri lebih dari satu.

b. Skala Intensitas Nyeri atau Tingkat nyeri

(21)

dipercaya yang banyak digunakan untuk mengurangi ketidakakuratan penilaian tersebut. Skala tersebut biasanya dengan rentang 0-5 atau 0-10, dengan 0 e gi dikasika tidak yeri da o or ya g terti ggi e giidikasika ke u gki a yeri terhebat bagi pasie . “kala seperti i i aka e berika ko siste si bagi perawat

untuk berkomunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Skala intensitas nyeri skala 10 dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Skala 10

Pasien diminta untuk menunjukkan skala nilai yang paling mewakili intensitas nyeri yang dirasakan. Namun tidak semua pasien dapat menghubungkan nyeri yang dirasakan dengan skala intensitas nyeri berdasarkan angka, terutama anak-anak, lansia yang mengalami kerusakan komunikasi. Oleh karena itu dapat digunakan skala tingkat nyeri wajah Wong-Baker dengan skala 0-5 seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 (Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009).

(22)

c. Pola

Perawat menetukan pola nyeri yang berkaitan dengan kapan nyeri dimulai, durasi nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan jika berulang ditentukan interval tanpa nyeri dan waktu nyeri terakhir muncul.

d. Faktor Presipitasi

Pada faktor ini perawat menentukan aktivitas tertentu yang dapat mengakibatkan rasa nyeri, seperti pengerahan tenaga fisik, aktivitas makan, kondisi ekstrim, emosional dan lain-lain.

e. Kualitas Nyeri

Kualitas nyeri dikomunikasikan dengan kata sifat, perawat perlu mencatat kata-kata sebenarnya yang digunakan oleh pasien untuk menggambarkan nyeri. Beberapa istilah sering digunakan secara umum seperti yang terlihat pada Tabel 2.1. Namun kata-kata dari pasien lebih akurat dan deskriptif dari pada interpretasi kata-kata-kata-kata perawat.

Tabel 2.1 Deskriptor Nyeri yang Umum Digunakan

Istilah Kata Sensori Kata Afektif

Nyeri Terbakar Tidak dapat ditahan

(23)

Tertusuk Berdenyut Tertekan

Luka tekan

Perih Mati rasa Mengganggu

Dingin Khawatir

Kelap-kelip Capek

Menyebar Menyusahkan

Tumpul Menggigit

Sakit sekali Tidak nyaman

Sakit yang menetap Muak

Kram Rapuh

Sumber: Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009

f. Faktor yang Meringankan

Perawat meminta pasien untuk menjelaskan hal-hal apa saja yang telah dilakukan untuk membantu meringankan nyeri, misalnya: obat tradisional, istirahat, penggunaan obat yang dijual bebas, panas, dingin,nonton TV dan lain-lain.

g. Gejala Terkait

Gejala yang termasuk pada penilaian klinis nyeri adalah mual, muntah, pusing, dan diare, karena kemungkinan disebabkan oleh nyeri.

h. Respon Perilaku dan Fisiologi

(24)

i. Respon Afektif

Perawat perlu mengeksplorasi perasaan pasien, misalnya rasa cemas, takut, kelelahan, depresi atau merasa gagal. Respon afektif ini bervariasi berdasarkan situasi, derajat dan durasi nyeri, interpretasi nyeri dan faktor-faktor lainnya.

j. Efek Nyeri pada Aktivitas Sehari-hari

Perawat meminta pasien menjelaskan bagaimana nyeri telah mempengaruhi aspek kehidupan mereka, seperti: tidur, selera, konsentrasi, kerja atau sekolah, dan lain-lain.

k. Sumber Koping

Setiap individu dapat menunjukkan koping pribadi terhadap nyeri yang berhubungan dengan pengalaman nyeri yang lau atau makna khusus dari nyeri tersebut.

1.6 Konsep Perilaku Nyeri

Perilaku nyeri merupakan perilaku yang muncul setelah mempersepsikan nyeri. Selain perilaku nyeri, respon yang muncul adalah respon fisiologis. Mengobservasi langsung perilaku nyeri merupakan cara pengukuran nyeri yang menghasilkan nilai yang akurat (Fordyce, 1974 dalam Brannon dan Feist, 2007). Menurut Turk, Wack dan Kerns (1985),

dalam DiMatteo (1991), perilaku nyeri yang dapat diobservasi yaitu : pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas dan mendengkur), ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, dan menggigit bibir), gerakan tubuh (gelisah, immobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan kaki

(25)

Individu yang mengalami nyeri akut dapat menangis, merintih, tidak menggerakan bagian tubuh, mengepal atau menarik diri (Smeltzer dan Bare, 2002). Respon pasien terhadap nyeri akut dengan nyeri kronis biasanya berbeda, Pada pasien nyeri kronik biasanya karena nyeri yang begitu lama yang dialami membuat pasien letih untuk menangis atau merintih sehingga pasien dapat tidur dengan nyeri yang hebat (Melzack & Wall, 1982 dalam DiMatteo, 1991).

Perilaku nyeri dapat dibagi menjadi dua yaitu, perilaku responden dan perilaku operant (Harahap, 2006). Perilaku responden merupakan salah satu jenis perilaku refleks sebagai respon terhadap stimulus yang muncul kapanpun. Stimulus yang muncul biasanya spesifik dan dapat diprediksi. Perilaku responden merupakan perilaku secara spontan ketika stimulus muncul dengan adequat seperti stimulus nosisetif, respon perilaku kemungkinan akan terjadi. Perilaku nyeri operant adalah perilaku nyeri yang bersifat volunteer. Pada perilaku operant penghargaan dan hukuman merupakan konsep kunci. Perilaku nyeri sering dihubungkan dengan beberapa bentuk penghargaan yaitu sesuatu yang diinginkan terjadi jika pasien menunjukkan perilaku nyeri, seperti perhatian dari pasangan hidup (Niven, 1994).

Menurut Embree (2009) perbedaan perilaku responden dan perilaku operant, yaitu:

1. Perilaku responden bersifat refleks/otomatis (automatically elicited); perilaku operant bersifat volunter.

(26)

3. Tujuan kondisi responden untuk mengubah intensitas dan kekuatan atau besarnya respon; tujuan kondisi operant yaitu mengubah frekwensi dan kemungkinan respon.

2. Laparatomi

2.1 Pengertian

Laparotomi berasal dari kata laparo dan tomi, laparo artinya perut atau abdomen dan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat diartikan merupakan perut dengan membuka selaput perut yaitu dinding abdomen dan peritoneum dengan cara operasi (Wibowo, 2001; Soeparman, 1987; Lakaman, 2000). Laparotomi bertujuan untuk menemukan organ viseral yang ada dalam ruang perut secara langsung. Terapi laparotomi biasanya dilakukan pada penyakit yang sebelumnya telah diidentifikasi penyebabnya, seperti ulkus peptikum, kanker usus besar, appendisitis dan lain-lain.

2.2 Indikasi

Tindakan laparotomi biasanya dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami nyeri pada bagian abdomen, baik abdomen akut maupun abdomen kronik. Nyeri abdomen dapat diindikasikan pada penyakit apendicitis, hernia, kanker ovarium, kanker lambung, kanker kolon, kanker kandung kemih, peritonitis, pankreatis dan lain-lain (Britto dan Dalrymple-Hay, 2005).

2.3 Jenis Sayatan

(27)

bawah umbilukus, biasanya untuk bedah caesar), dan Lumbotomy (merupakan sayatan yang memungkinkan akses ke urology) (Wikipedia, the free encyclopedia, 2013).

Ada beberapa faktor yang menentukan macam-macam irisan laparatomi: a. Accessibility (keterdekatan)

Dalam memilih tempat irisan, harus diingat akan faktor keterdekatan dengan objek yang dituju.

b. Ekstensibility (dapat diperluas)

Irisan harus dapat memungkinkan untuk diperluas bilamana diperlukan. c. Security (keamanan)

Tempat irisan harus mempunyai kekuatan seperti sebelum operasi. d. Kosmetik,

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan landasan berpikir yang digunakan sehingga peneliti dapat menghubungkan hasil penelitian dengan teori (Nursalam, 2008). Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengkaji intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada pasien yang diindikasikan laparotomi di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Skema kerangka penelitian pasien dengan indikasi laparotomi terhadap intensitas nyeri dan perilaku nyeri dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Skema Kerangka Penelitian Pasien Dengan Indikasi Laparotomi Terhadap Intensitas Nyeri Dan Perilaku Nyeri.

Pasien Indikasi laparotomi

Nyeri Abdomen

Intensitas Nyeri

(29)
(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengkaji intensitas nyeri dan perilaku nyeri yang diekspresikan oleh pasien yang di indikasikan laparotomi.

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah semua pasien yang diindikasikan akan menjalani laparotomi, kecuali pasien yang akan menjalani tindakan SC penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan survei awal diperoleh data bahwa terdapat 47 pasien yang menjalani bedah laparotomi dalam satu bulan terakhir di ruang bedah sentral.

2.2 Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan karena sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan.

Kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah kriteria inklusi, yaitu kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2008). Kriteria penelitian ini meliputi :

(31)

Penentuan besar kecilnya sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan ketersediaan subjek dari penelitian tersebut. Semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh. Apabila besar populasi kurang dari 1000, maka dapat menggunakan rumus berikut ini (Nursalam, 2008).

Keterangan:

n

= perkiraan jumlah sampel

N = perkiraan besar populasi ( 47 pasien )

d

= tingkat signifikansi ( 10% )

Pada survei awal diperoleh data bahwa jumlah populasi pasien yang diindikasikan laparotomi di ruang inap RSUD Dr. Pirngadi Medan (ruang bedah sentral) pada sebulan terakhir adalah 47 pasien, sehingga dengan menggunakan rumus diatas dengan tingkat signifikansi adalah 10% maka diperlukan jumlah sampel sebanyak 32 sampel.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 4 Oktober sampai dengan 4 Nopember 2013. Pemilihan lokasi ini karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan dari daerah lain yang ada di Sumatera Utara sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini.

4. Pertimbangan Etik

(32)

Selanjutnya peniliti mulai mengumpulkan data dan memberikan lembar persetujuan (informed conset) kepada responden yang diteliti. Sebelum mengajukan pertanyaan kepada responden dan menandatangani persetujuan, peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pengisian kuesioner, serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah proses pengumpulan data. Selain itu peneliti juga menjelaskan kepada responden dan keluarga responden bahwa responden berhak menolak dan mengundurkan diri pada saat proses pengisian kuesioner, dan peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden tanpa ada tekanan fisik maupun psikologis.

Penelitian ini tidak mengakibatkan kerugian/resiko bagi responden, untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden dan lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Oleh karena itu dengan pertimbangan etik diatas maka penelitian ini hanya akan dilakukan pada pasien yang bersedia menjadi responden.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini teriri dua bagian, yaitu

a. Bagian pertama

(33)

b. Bagian kedua

Merupakan lembar observasi langsung peneliti yang menggambarkan perilaku nyeri pasien yang diindikasikan laparotomi. Behavioral Pain Scale yang diadopsi dari Mateo dan Dresziechek (1992), ketika sedang merasakan nyeri. Pengkajian prilaku nyeri meliputi restlessness (kegelisahan), tense muscles (ketegangan otot), frowning or grimacing (mengerutkan dahi atau meringis), dan patient sounds (suara pasien). Interval perilaku nyeri pasien laparotomi dibagi menjadi empat tingkatan prilaku nyeri yang diadopsi dari University Health System Pain Management Pocket Reference (University Health System, 2013). Pembagian kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Interval Perilaku Nyeri Pasien Laparotomi

Skala Nyeri Tingkatan Perilaku Nyeri

0 Tidak nyeri

1- 4 Nyeri Ringan

5-8 Nyeri Sedang

(34)

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

b. Kemudian mengirimkan permohonan izin kepada Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan atau Komite Etik Rumah Sakit,

c. Setelah mendapatkan izin yang diperoleh dari rumah sakit barulah peneliti melakukan pengumpulan data penelitian,

d. Dalam pengumpulan data akan diberikan penjelasan terlebih dahulu kepada calon responden tentang tujuan penelitian serta menanyakan kesediaan calon responden,

e. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan dan atau menyetujui secara lisan,

f. Peneliti mengisi lembar kuesioner, untuk kuesioner data demografi peneliti mengisi sendiri lembar tersebut dengan melihat status responden malalui buku rekam medik calon responden. Sedangkan untuk pengkajian intensitas nyeri responden mengisi sendiri. Lembar observasi perilaku nyeri juga diisi langsung oleh peneliti, dengan mengobservasi langsung perilaku pasien diindikasikan laparotomi selama lebih kurang 10 menit untuk setiap responden selama penelitian ini berlangsung. Setiap responden diamati perilaku nyeri yang diperlihatkan sesuai dengan Behavioral Pain Scale

(35)

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk,

b. Coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar kuesioner untuk mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa data,

c. Processing yaitu memasukkan data dari lembar kuesioner ke dalam program komputer,

d. Cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak,

e. Tabulating yaitu menganalisa data secara deskriptif.

(36)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien yang diindikasikan laparotomi di Ruang Rawat Inap RSUD dr.Pirngadi Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2013 sampai dengan 4 Nopember Desember 2013 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dibagi atas 3 bagian yaitu menguraikan karakteristik demografi responden, intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada pasien yang diindikasikan laparotomi

1.1 Karakteristik Demografi

(37)

diderita oleh responden (18,8%). Distribusi frekuensi dan persentase data karakteristik demografi responden penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Demografi Responden (N=32).

Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)

(38)

Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)

Apendisitis perforasi 6 18,8

Apendisitis kronis 5 15,7

Tumor Abdomen 4 12,5

Diffusi peritonitis 3 9,4

Tumor kolon 3 9,4

(39)

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase intensitas nyeri pada pasien didindikasikan laparotomi (N=32)

Intensitas Nyeri Frekuensi (n) Persentase (%)

Nyeri Ringan (1-4) 10 31,2

Nyeri Sedang (5-6) 15 46,9

Nyeri Berat (7-9) 7 21,9

1.3 Perilaku Nyeri

Perilaku nyeri pada responden penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (65,6%) memperlihatkan perilaku nyeri pada tingkat sedang. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku nyeri pada pasien diindikasikan laparotomi dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase perilaku nyeri pada pasien diindikasikan laparotomi (N=32)

Perilaku Nyeri Frekuensi (n) Persentase (%)

Perilaku nyeri ringan (1-4) 10 31,3

Perilaku nyeri sedang (5-8) 21 65,6

Perilaku nyeri berat (9-12) 1 3,1

(40)

pasien) (mean: 1,19, SD: 0,69). Nilai mean dan standar deviasi parameter perilaku nyeri pasien yang diindikasikan laparotomi (N=32) dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Nilai mean dan standar deviasi parameter perilaku nyeri pasien

yang diindikasikan laparotomi (N=32)

Parameter Mean SD

1. Restlessness (gelisah), 1,41 0,56

2. Tense muscle (ketegangan otot) 1,41 0,56

3. Frowning/grimacing (merengut/meringis) 1,31 0,74

4. Patient sound (suara pasien) 1,19 0,69

2. Pembahasan 2.1 Intensitas Nyeri

Penelitian ini menunjukkan bahwa kurang dari setengah responden (46,9%) melaporkan nyeri pada tingkat sedang diikuti nyeri ringan (31,2%) dan nyeri berat (21,9%). Tidak ada pasien yang merasakan tidak nyeri atau nyeri sangat berat. Hasil ini menunjukkan bahwa pasien yang diindikasikan tindakan laparotomi memiliki tingkat intensitas nyeri yang bervariasi, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku, dan diagnosa penyakit pasien.

(41)

hepar (3,1), C A recti (3,1%), trauma abdomen (3,1%), peritonitis kronis (3,1%), apendisitis akut (3,1%) , abses liver (3,1%), abdomen injuri (3,1%), dan ruptur liver (3,1%).

Hasil penelitian, ditinjau dari kelompok usia, responden mayoritas berada pada rentang usia 17-25 tahun dan 26-35 tahun, yang masing-masing adalah 31,3%. Menurut Hurlock, (1996) rentang usia seperti ini termasuk kedalam masa remaja akhir dan masa dewasa awal. Hal ini sesuai dengan pendapat Potter & Perry (2006) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa dan pendapat Brunner & Suddart (2001), yang menegaskan bahwa semakin tinggi usia maka respon terhadap nyeri semakin menurun.

Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan, lebih dari setengah responden berjenis kelamin laki-laki (56,2%). Menurut pendapat Gill (1990), menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam merespon nyeri. Endrington, et al., (2004), juga menemukan tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan terhadap intensitas nyeri. Namun berlawanan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Woodrow dkk, (1997 dalam Jihan, 2009) yang menemukan bahwa baik laki-laki maupun perempuan mengalami penurunan toleransi nyeri.

(42)

kencang dan kurang peka terhadap intensitas nyeri yang dirasakan, sedangkan pekerjaan non fisik sebaliknya. Pada penelitian ini, jenis pekerjaan responden mayoritas wiraswasta (43,8%) dan tidak bekerja (43,8%). Bila ditinjau dari status pernikahan, responden pada penelitian ini, setengahnya (50%) berstatus menikah dan lebih dari setengah (56,3%) responden menikah tersebut merasakan intensitas nyeri pada tingkat sedang.

Ditinjau dari hasil penelitian yang berhubungan dengan suku, kurang dari setengah responden (43,8%) berasal dari suku jawa. dan lebih dari setengah (57,1%) dari responden bersuku jawa ini melaporkan intensitas nyeri pada tingkat sedang. Menurut penjelasan Brunner dan Sudart (2006) menyatakan bahwa budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri. Namun Zatzick dan Dimsdale (1990), berpendapat sebaliknya, yang menyatakan bahwa budaya dan etnisitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang merespon terhadap nyeri.

2.2 Perilaku Nyeri

(43)

nyeri berat. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, agama, suku/budaya, tingkat pendidikan, dan diagnosa penyakit. Menurut Berman, et al., (2009) faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah budaya, usia, lingkungan, pengalaman nyeri sebelumnya, kecemasan dan lain-lain.

Dari kelompok usia, responden mayoritas berada pada rentang usia 17-25 tahun dan 26-35 tahun, yang masing-masing adalah 31,3%. Menurut Hurlock, (1996) rentang usia seperti ini termasuk kedalam masa remaja akhir dan masa dewasa awal. Menurut pendapat Brunner & Suddart, (2001) yang menegaskan bahwa semakin tinggi usia maka respon terhadap nyeri semakin menurun.

Menurut Berkley (1998) wanita lebih sering melaporkan nyeri yang dirasakan dan lebih mengekspresikan perilaku nyeri sedangkan pria lebih jarang melaporkan nyeri. Pada penelitian ini jumlah laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda masing-masing adalah 56,25 dan 43,75%. Hasil penelitian Lofvander dan Forhoff (2002), dan Aghari dan Nicholas (2001), menyatakan bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan yang kuat dengan perilaku nyeri.

Tingkat pendidikan responden kurang dari setengah (43,8%) adalah SMA. Berdasarkan dari data yang ditemukan pada penelitian ini, lebih dari setengah (85,7%) responden dengan tingkat pendidikan SMA tersebut memperlihatkan perilaku nyeri sedang. Menurut pendapat Gill (1990), menyatakan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap pengalaman dalam menangani nyeri yang dirasakannya.

(44)

dimana 71,4% responden yang bekerja wiraswasta dan 71,4% responden yang tidak bekerja memperlihatkan perilaku nyeri sedang.

Kelompok suku dan budaya berbeda-beda dalam mengekspresikan perilaku nyeri (LofVander dan Furhoff, 2001 dalam Harahap, 2007). pada penelitian ini kurang dari seperdua responden (43,75%) adalah suku jawa. Suku jawa merupakan suku yang bersikap tenang dalam merespon nyeri, berusaha tidak mengeluh atas nyeri yang dirasakan (Suza, 2003). Hal ini didukung oleh pernyataan Gill (1990), dalam Potter & Perry (2005), yang mengatakan bahwa orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (misal, suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri).

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada pasien yang di indikasikan laparotomi di ruang rawat inap RSUD Pirngadi Medan dengan 32 responden, dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Kurang dari seperdua dari responden (46,88%) merasakan intensitas nyeri pada tingkat sedang, diikuti nyeri ringan dan berat yang masing-masing adalah 31,25% dan 21,88%.

2. Dua pertiga responden (65,63%) mengekspresikan prilaku nyeri pada tingkatan sedang , dan diikuti oleh perilaku nyeri ringan (31,25%) dan perilaku nyeri berat 3,13%.

(46)

2. Saran

Setelah penelitian dilakukan ada beberapa saran peneliti yaitu : 1. Bagi praktek keperawatan

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa sebagian besar pasien diindikasikan laparotomi merasakan nyeri pada tingkatan sedang. Diharapkan pengkajian nyeri ini dapat digunakan untuk membantu perawat melakukan manajemen penanganan nyeri pada pasien yang diindikasikan laparotomi.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Diharapkan hasil ini dapat menambah wawasan dan menambah informasi yang lebih mendalam mengenai nyeri terutama pada pasien yang diindikasikan laparotomi.

3. Peneliti Selanjutnya

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb, G. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. (M. Eny, E. Wahyuningsih, & D. Yulianti, Penerj.) Jakarta: EGC.

Brannon, L., & Feist, J. (2007). Health Psychology. America: Cengage Learning. Inc.

Carpenito, L. J. (2009). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis (Edisi 9.). (K. S. Kadar, D. Erivayani, E. K. Yudha, & M. Ester, Penerj.) Jakarta: EGC.

DiMatteo, M. R. (1991). The Psychology of Health, Illness, and Medical Care: An Individual Perspective. California: Wadsworth, Inc.

Gaudere, r. M. (1997). Acute Abdomen-When to Operate Immediately and When to Observe. Semin Pediatr surg, 6(2), 74-80.

Goldberg, E., & Flasar, M. H. (2006). Acute Abdominal Pain. The Medical Clinics of North America(90), 481-503.

Grace, P. A., & Borley, N. R. (2006). At a Glace Ilmu Bedah (3 ed.). (V. Umami, Penerj.) Jakarta: Erlangga.

Graff. (2001). Acute Abdominal Pain. Emergency Medical Clinic North America, 19, 123-136.

(48)

Pathophysiological and Therapeutica Aspects (hal. 1-8). New York: Oxford University Press Inc.

Harahap, I. A. (2007). The Relationships among pain intensity, Pain acceptance, and pain behaviors in patients with chronic cancer pain in Medan, Indonesia. Hatyai: Prince of Songkla University.

Hugueta, A., Stinson, J. N., & McGrath, P. J. (2010). Measurement of Self-Reported Pain Intensity in Children and Adolescents. Journal of Psychosomatic Reserach(68), 329-336.

Laal, M., & Mardanloo, A. (2009). Acute Abdomen; Pre and Post-Laparotomy Diagnosis. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health, 1(5), 157-165.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P. A., & Perry, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (4 ed., Vol. 2). (R. K. Sari, & dkk., Penerj.) Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah (8 ed., Vol. 2). (H. Kuncara, & dkk, Penerj.) Jakarta: EGC.

University Health System. (2013, Juni 12). Diambil kembali dari University Health System Web site: http://www.universityhealthsystem.com/files/02-UHS Pain Managment Pocket Reference.pdf

Wikipedia, the free encyclopedia. (2013, Juni 9). Diambil kembali dari Wikipedia web Site: http://en.wikipedia.org/wiki/Laparotomy

(49)

Lampiran 1

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Intensitas Nyeri dan Prilaku Nyeri pada Pasien yang Diindikasikan Laparotomi di Ruang Rawat Inap RSUD dr.Pirngadi Medan

Oleh: Andi Aguspel

Saya yang bernama Andi Aguspel/121121045 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan (Program S1) Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Intensitas Nyeri dan Prilaku Nyeri pada Pasien yang Diindikasikan Laparotomi di Ruang Rawat Inap RSUD dr.Pirngadi Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/ Ibu bebas menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas Bapak/Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian.

Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini. Atas kesediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Tanggal :

(50)

Lampiran 2

JADWAL TENTATIF PENELITIAN N

o

Kegiatan Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Januari Pebruari

(51)

Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN Intensitas dan Prilaku Nyeri

pada Pasien yang Diindikasikan Laparotomi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Petunjuk pengisian:

1. Isilah semua pertanyaan dengan benar dan lengkap.

2. Untuk kuesioner data demografi, isilah sesuai kondisi Bapak/Ibu. Berikanlah tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab.

3. Untuk lembar Pengkajian Nyeri, lingkarilah skor pada skala yang telah disediakan.

(52)

Diagnosa penyakit :

Pemeriksaan Penunjang :  Pemeriksaan Laboratorium  USG

 Biopsi jaringan  Foto rontgen

 Endoskopi  CT Scan

II. Pengkajian Nyeri

Skala pengukuran Intensitas Nyeri : Lingkarilah nomor/ skala yang sesuai dengan nyeri yang anda rasakan dengan patokan 0 = tidak ada nyeri, 1 – 3 = nyeri ringan, 4 – 6 = nyeri sedang, 7 – 9 = nyeri berat, 10 = nyeri sangat berat

SKALA PENGUKURAN INTENSITAS NYERI NUMERIK

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tidak

Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri

(53)

III. Observasi Prilaku Nyeri Petunjuk :

Perilaku nyeri akan diobservasi selama lebih kurang 10 menit secara langsung oleh peneliti dengan mengamati perilaku nyeri yang diperlihatkan oleh pasien pada saat merasakan nyeri. Perilaku nyeri yang diamati meliputi, restlessness/ gelisah, tense muscle/ ketegangan otot, frowning atau grimacing / merengut atau meringis, dan

Perilaku Nyeri 0 1 2 3 Sub-Tot

(54)

Lampiran 4

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Andi Aguspel

Tempat/Tanggal lahir : Durian Tinggi, 13 Agustus 1982 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. A.H.Nasution No. 80-A Medan

Riwayat Pendidikan:

SDN 21 Pelayangan Kapur IX : Tahun 1989-1995

SLTPN 06 Payakumbuh : Tahun 1995-1998

MAN PETA : Tahun 1998-2001

(55)
(56)
(57)

Gambar

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Skala 10
Tabel 2.1 Deskriptor Nyeri yang Umum Digunakan
Gambar 3.1 Skema Kerangka Penelitian Pasien Dengan Indikasi Laparotomi Terhadap Intensitas Nyeri Dan Perilaku Nyeri
Tabel 4.1 Interval Perilaku Nyeri Pasien Laparotomi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan pada penelitian ini nyeri berat yang dirasakan secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya berbagai gangguan kenyamanan pada pasien, nyeri mengakibatkan

Dari hasil penelitian yang diperoleh peneliti, menurut ketujuh partisipan mengenai persepsi keluarga pasien terhadap perilaku caring perawat di ruang ICU terdapat empat tema

Hasil analisis bivariat dengan spearman rank didapat terdapat hubungan antara intensitas nyeri luka sectio caesarea dengan kualitas tidur ( P value = 0.037.. dan X 2 hitung

Diharapkan hasil penelitian intensitas nyeri dan perilaku nyeri dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam memberikan intervensi terhadap pasien post operasi4. Kata kunci

Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan, menurunkan kelelahan sehingga akan meningkatkan kontrol nyeri (4). Teknik relaksasi ini

Hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan dengan kekuatan korelasi sedang antara pain self efficacy dengan intensitas nyeri dengan arah korelasi negatif (r= -0.435,

Dimensi perilaku dari nyeri meliputi serangkaian perilaku yang dapat diobservasi yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan dan bertindak sebagai cara

Berdasarkan penelitian yang dilakukan responden mengalami perubahan skala nyeri setelah dilakukan relaksasi karena responden merasa otot otot tubuh menjadi rileks dan