• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

Beby Veri Andani

111101012

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i

F

UNI

i

SKRIPSI

Oleh

Beby Veri Andani

111101012

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

i

(3)
(4)
(5)

iv

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan Ruang

Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat ada bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan I

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan II

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan III 5. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

6. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji I

7. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji II

(6)

v

dan adik-adik yang senantiasa memberi doa, nasehat dan dukungan 10. Teman-teman mahasiswa S1 2011 Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya.

Medan, Agustus 2015

(7)

vi 1.6 Tanda dan gejala stres... 7

2.1 Definisi stres kerja... 15

2.2 Penyebab stres kerja ... 16 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja ... 2.4 Dampak stres kerja ...

(8)

vii

Bab 3. Kerangka Penelitian

1. Kerangka penelitian ... 23 2. Definisi operasional ... 3. Hipotesa penelitian...

24 25

Bab 4. Metode Penelitian

1. Desain penelitian ... 26 2. Populasi, sampel dan tehnik sampling... 26 2.1 Populasi penelitian ... 26 2.2 Sampel penelitian ... 2.3 Tehnik sampling...

26 28 3. Lokasi dan waktu penelitian ...

3.1 Lokasi penelitian... 3.2 Waktu penelitian...

28 28 28 4. Pertimbangan etik ... 28 5. Instrumen Penelitian ... 29 6. Validitas dan Realibilitas...

6.1 Validitas... 6.2 Reliabilitas... 7. Pengumpulan data... 8. Analisa data... 8.1 Analisis univariat... 8.2 Analisis bivariat...

Bab 5. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil penelitian... 1.1 Karakteristik demografi responden... 1.2 Stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat

intensif ... 1.3 Perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan

(9)

viii

2.2 Stres kerja perawat di ruang rawat intensif... 2.3 Perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang

rawat intensif...

Bab 6. Kesimpulan dan saran

(10)

ix

(11)

x

Halaman Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian stres kerja peraawat di ruang rawat

(12)

xi Nama Mahasiswa : Beby Veri Andani

NIM : 111101012

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Ajaran : 2014/2015

ABSTRAK

Stres kerja merupakan salah satu masalah yang serius di dunia.Stres kerja adalah ketegangan pada manusia yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan sosial pekerjaan. Stres kerja biasa dialami oleh orang-orang yang terjun dalam profesi kesehatan. Salah satu dari profesi tersebut adalah perawat. Perawat yang kesulitan mengatasi stres di tempat kerja akan berdampak pada kualitas kerja perawat yang buruk dan produktivitas yang rendah. Selain itu stres kerja juga mengakibatkan motivasi kerja, kepuasan kerja, moral, dan komitmen memburuk karena stres yang berlebihan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif. Sampel yang diambil sebanyak 76 orang dengan tehnik purposive sampling, yang terdiri dari 38 perawat pelaksana di ruang rawat inap dan 38 perawat pelaksana di ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner stres kerja. Hasil uji Mann-Whitney U didapatkan bahwa terdapat perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif (p=0,000), yakni perawat di ruang rawat inap mengalami stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perawat di ruang rawat intensif. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar pihak manajemen dapat mengevaluasi program yang ada sehingga dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tingginya tingkat stres kerja di ruangan rawat inap.

(13)

xii Medan

Name of Student : Beby Veri Andani eStd. ID Number : 111101012

Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S.Kep) Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Work stress is a serious problem throughout the world. It constitutes tension in human beings which is caused by job or social working environment. It is usually undergone by people who get involved in health profession. One of the professions is nurses. Nurses who are difficult to cope with their stress in the workplace will bring about their bad work quality and low productivity. It can also cause bad work motivation, work satisfaction, moral, and commitment because of excessive stress. The research used descriptive comparative method which was aimed to identify the difference between the work stress of nurses who were on duty in the Inpatient wards and the work stress of nurses who were on duty in the Intensive Care Unit. The samples were 76 respondents that consisted of 38 nurse practitioners in the Inpatient wards and 38 nurse practitioners in the Intensive care Unit of RSUD dr. Pirngadi, Medan, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered by using questionnaires on work stress. The result of Mann-Whitney U test showed that there was the difference between work stress of nurses in the Inpatient Wards and work stress of nurses in the Intensive Care Unit (p = 0.000). Work stress of nurses in the Inpatient Wards was higher than that of nurses in the Intensive Care Unit. It is recommended that the hospital management should evaluate the existing program so that the factors which cause work stress to be higher in the Inpatient wards can be found.

(14)

1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Stres kerja merupakan salah satu masalah yang serius di dunia. Sebuah survei nasional oleh Northwestern National Life Insurance Company (1991) menunjukkan bahwa hampir 46% daripekerja Amerika merasa bahwa pekerjaan mereka penuh dengan stres, sedangkan hampir 27% mengatakan bahwa pekerjaan mereka adalah sumber terbesar tunggal dari stres dalam kehidupan mereka (Muchinsky, 2003).

Selye (1950, dalam Hidayat, 2009) mengatakan bahwa stres dapat terjadi apabila seseorang mendapat tugas atau beban yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu. Apabila seseorang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang itu tidak mengalami stres.

(15)

seseorang yang bekerja dan keberhasilan seorang tenaga kerja dalam bekerja (Munandar, 2001). Stres kerja juga dapat muncul dari dalam diri, misalnya menetapkan tujuan yang tidak realistis, berusaha untuk berubah terlampau banyak dan terlampau cepat (Looker & Gregson, 2005).

Ellis, dkk (2000) menyatakan bahwa fenomena stres kerja biasa dialami oleh orang-orang yang terjun dalam profesi kesehatan. Stres yang dialami oleh petugas kesehatan sering diakibatkan oleh ketegangan emosional yang berkaitan dengan sifat pekerjaan mereka. Salah satu dari profesi tersebut adalah perawat.

Perawat dalam melaksanakan tugasnya, tidak jarang harus berhadapan dengan berbagai macam tekanan, baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari luar pekerjaannya. Lambert & Lambert (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perawatberhadapandengan berbagai macam pembangkit stres di tempat kerja. Kekurangan jumlah perawat di seluruh dunia, jumlah penduduk lansia menjadi lebih besar, peningkatan kejadian penyakit kronik dan teknologi yang semakin canggih juga berkontribusi padasumber streskerja. Perawat yang kesulitan mengatasi stres di tempat kerja akan berdampak pada kualitas kerja perawat yang buruk dan produktivitas yang rendah. Selain itu stres kerja juga mengakibatkan motivasi kerja, kepuasan kerja, moral, dan komitmen memburuk karena stres yang berlebihan (Griffin, 2004).

(16)

sebanyak 82,2% perawat mengalami stres sedang dan 17,2% perawat mengalami stres ringan. Penelitian oleh Jumaini (2013) mendapatkan bahwa stres kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Dumai adalah 42,2% perawat mengalami stres kerja sedang, 37,8% mengalami stres kerja ringan, dan 20% perawat mengalami stres kerja berat. Dari dua hasil penelitian tersebut dapat kita lihat bahwa perawat yang bekerja di ruangan rawat inap ataupun rawat intensif mengalami stres kerja.

Penelitian oleh Simanjorang (2008) mendapatkan bahwa 59,6% perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan menunjukkan tingkat stres sedang, hanya 9,9% termasuk kategori tinggi dan 4,6% termasuk kategori sangat tinggi. Indikasi stres kerja kategori sedang tersebut tercermin dari lebih dominannya perawat yang mengalami gejala-gejala stres seperti, perawat sulit mengalami konsentrasi dalam melakukan pekerjaannya, merasa bosan dan tidak puas dalam bekerja serta merasa cepat lelah.

(17)

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan milik pemerintah kota Medan. Berdasarkan wawancara dengan 5 orang perawat di ruangan rawat inap dan ruangan rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 15 Desember 2014 didapatkan bahwa perawat pelaksana di kedua ruangan tersebut sering mengalami tanda dan gejala stres yang disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan, kondisi tempat kerja yang rentan terhadap penyakit, konflik dengan sejawat, kesulitan mengelola tindakan medis yang baru karena kurangnya pelatihan dan lain-lain.

Melihat begitu banyaknya sumber stres yang dimiliki oleh perawat ruangan rawat inap dan intensif, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan stres kerja perawat ruang rawat inap dan ruang rawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.

2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan ?

3. Pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:

(18)

3.2 Bagaimana gambaran stres kerja perawat di ruang rawat intensif Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan ?

3.3 Apakah ada perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan ?

4. Tujuan penelitian 4.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

4.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

4.2.1 Untuk mengidentifikasi gambaran stres kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

(19)

5. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 5.1 Untuk pendidikan keperawatan

Sebagai bahan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawatan di bidang manajemen keperawatan khususnya tentang stres kerja perawat.

5.2 Untuk pelayanan keperawatan

Sebagai bahan tambahan yang dapat meningkatkan pengetahuan manager keperawatan mengenai stres kerja perawat, sehingga dapat meminimalisir terjadinya stres pada perawat.

5.3 Untuk penelitian keperawatan

(20)

7

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep stres 1.1 Definisi stres

Stres dapat didefinisikan sebagai keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres, merasakan distres atau eustres (Looker & Gregson, 2005).

Nasir & Muhith (2011) menyatakan bahwa stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut.

(21)

suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 2009).

1.2 Jenis stres

Ada dua jenis stres, yaitu stres baik (eustres) dan stres buruk (distres). Stres yang baik atau eustres adalah sesuatu yang positif. Stres dikatakan berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk memenuhi sebuah tuntutan untuk menjadikan dirinya sendiri maupun orang lain mendapatkan sesuatu yang baik (Nasir & Muhith, 2011).

Stres yang baik terjadi apabila individu menganggap setiap stimulus yang datang adalah sebagai hal yang memberikan pelajaran bagi dirinya (Nasir & Muhith, 2011). National Safety Council (2003) mengatakan bahwa stres yang baik merupakan sebuah motivasi yang positif dan dapat memberikan inspirasi pada individu. Promosi jabatan dan cuti yang dibayar adalah contoh dari stres baik. Situasi eustress dapat membangkitkan rasa percaya diri, menjadi terkontrol dan mampu mengatasi dan menangani tugas-tugas, tantangan dan tuntutan (Looker & Gregson, 2005).

(22)

Stres yang buruk atau distres adalah stres yang bersifat negatif. Distres muncul apabila individu menganggap sebuah tuntutan adalah merupakan ancaman bagi dirinya sehingga respon yang digunakan selalu negatif. Distres akan menempatkan pikiran dan perasaan kita pada tempat dan suasana yang serba sulit (Nasir & Muhith, 2011).

Distres dipicu oleh sebuah tuntutan yang tidak sesuai dengan kenyataan, atau apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi (Nasir & Muhith, 2011). Bukan hanya itu, Looker & Gregson (2005) mengatakan bahwa distres juga dapat muncul karena terlalu sedikitnya tuntutan yang merangsang individu yang dapat menyebabkan kebosanan dan frustasi. Situasi tersebut umumnya muncul ketika seseorang memasuki masa pensiun atau pekerjaan mereka tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

1.3 Sumber stresor

(23)

Stres yang dialami manusia juga dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu pertama, sumber stres dalam diri sendiri, pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres (Hidayat, 2009).

Pendorong dan penarik konflik menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan, yaitu approach dan avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik yaitu, (1) Approach-approach conflict, muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-sama baik. (2) Avoidance-avoidance conflict, muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi yang tidak menyenangkan. (3) Approach-avoidance conflict, muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik dalam satu tujuan atau situasi (Weiten, 1992 dalam Nasir & Muhith, 2011)

Kedua, sumber stres di dalam keluarga, bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga (Hidayat , 2009). Selain itu hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam keluarga juga memungkinkan munculnya stres (Nasir & Muhith, 2011)

(24)

fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang (Hidayat, 2009).

1.4 Tahapan stres

Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut Van Amberg (1979 dalam Hidayat, 2009) tahapan stres dapat terbagi menjadi enam tahap. Tahap pertama merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaannya dan semakin bersemangat, tapi tanpa disadari cadangan energinya semakin menipis (Hawari, 2004).

Tahap kedua, pada stres tahap ini seseorang akan merasa letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai (Hidayat, 2009). Hal tersebut disebabkan oleh cadangan energi yang tidak cukup karena kurangnya waktu untuk istirahat (Hawari, 2004).

(25)

air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga (Hidayat, 2009).

Tahap keempat, pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya (Hawari, 2004 & Hidayat, 2009).

Tahap kelima, stres tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat (Hidayat, 2009). Serta Hawari (2004) mengatakan bahwa seseorang yang mengalami stres pada tahap 5 akan merasa mudah bingung dan panik.

(26)

1.5 Tingkatan stres

Potter & Perry (2005) membagi stres menjadi tiga tingkatan, yaitu stres ringan, stres sedang dan stres berat. Stres ringan disebabkan oleh stresor yang dihadapi oleh setiap orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalulintas, kritikan dari atasan. Stres ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.

Stres sedang berlangsung lebih lama, dari beberapa jam hingga beberapa hari dan disebabkan oleh perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. Stres berat merupakan situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, contohnya disebabkan oleh perselisihan perkawinan terus menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan dan penyakit fisik jangka panjang (Potter & Perry, 2005).

1.6 Tanda dan gejala stres

Anoraga (2009) membagi gejala stres dari ringan sampai berat yang meliputi:

(27)

b. Gejala emosional seperti mudah lupa, sulit konsentrasi, sulit mengambil keputusan, cemas, was-was, mimpi buruk, murung, mudah marah, mudah menangis, gelisah, dan putus asa dan sebagainya. c. Gejala sosial seperti banyak merokok / minum / makan, sering

memeriksa pintu dan jendela, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar, membunuh dan lainnya.

Looker & Gregson (2005) membagi tanda-tanda stres menjadi dua, yaitu tanda stres yang baik (eustres) dan stres yang buruk (distres). Tanda-tanda distres dibagi menjadi Tanda-tanda fisik dan mental.

a. Tanda fisik yang biasa dirasakan seperti merasakan detak jantung berdebar-debar, sesak napas, mulut kering, nausea, diare, sembelit, perut gembung, ketegangan otot, kegelisahan, hiperaktif, menggigit kuku, mengetok jari, meremas-remas tangan, lelah, capek, lesu, sulit tidur, merasa sedih, sakit kepala, sering sakit seperti flu, berkeringat khususnya di telapak tangan dan bibir atas, merasa gerah, tangan dan kaki dingin, sering ingin kencing, makan berlebihan, kehilangan selera makan, lebih banyak merokok.

(28)

berpikir jenih, berkonsentrasi dan membuat keputusan, rentan berbuat kesalahan dan melakukan kecelakaan, punya banyak hal untuk dikerjakan dan tidak tahu di mana memulainya sehingga mengakhiri segala sesuatunya tanpa hasil dan beralih dari satu tugas ke tugas lainnya, marah, melawan, agresif, pelupa, kurang kreatif, irasional, menunda-nunda pekerjaan, dll.

Tanda-tanda eustres atau stres yang baik seperti euforik, terangsang, tertantang, bersemangat, membantu, memahami, ramah, akrab, mencintai, bahagia, tenang, terkontrol, yakin, kreatif, efektif, efisien, jelas dan rasional dalam pikiran dan keputusan, bekerja keras, senang, produktif, riang, dan sering tersenyum (Looker & Gregson, 2005).

2. Stres kerja

2.1 Definisi stres kerja

The National Institute for Occupational Safety and Health (2008) mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi fisik dan emosional yang berbahaya yang terjadi ketika pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan kebutuhan pekerja. Muchinsky (2003) berpendapat bahwa stres kerja merupakan respon terhadap rangsangan yang hadir pada pekerjaan yang mengakibatkan hal negatif pada fisik ataupun psikologis seorang pekerja.

(29)

lingkungan. Suara gaduh, suhu udara yang tinggi atau terlalu rendah adalah salah satu contoh ketidakseimbangan pada lingkungan yang menimbulkan stres pada karyawan.

2.2 Penyebab stres kerja

Griffin (2004) membagi penyebab stres kerja menjadi 4 kategori antara lain tuntutan tugas, tuntutan fisik, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal.

a. Tuntutan tugas merupakan penyebab stres yang terkait dengan tugas itu sendiri. Pekerjaan yang menuntut seseorang untuk membuat keputusan secara cepat, membuat keputusan tanpa informasi yang lengkap dan keharusan membuat keputusan yang relatif serius adalah sejumlah situasi yang dapat menyebabkan terjadinya stres kerja. b. Tuntutan fisik merupakan penyebab stres yang terkait dengan

lingkungan kerja. Bekerja di luar kantor dengan suhu yang sangat panas atau dingin, atau bahkan di dalam kantor yang tidak ber-AC dapat menyebabkan terjadinya stres. Desain kantor yang buruk yang membuat karyawan kurang memiliki privasi atau menghambat interaksi sosial, ruangan kerja yang berisik, pencahayaan yang buruk, dan ruang kerja yang sempit juga bisa menimbulkan stres. Yang lebih berbahaya adalah ancaman aktual terhadap kesehatan.

(30)

perannya tidak jelas karena bimbingan dan pelatihan yang buruk dari organisasi akan mengalami stres.

d. Tuntutan interpersonal merupakan stresor yang terkait dengan hubungan antar individu di dalam organisasi. Hubungan yang baik dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan tidak akan menimbulkan tekanan. Tetapi ketika kelompok menekan individu atau terjadi konflik maka akan menimbulkan stres. Gaya kepemimpinan juga dapat menyebabkan stres. Seorang karyawan yang merasa sangat ingin berpartisipasi dalam pembuatan keputusan akan merasa stres jika atasannya menolak untuk menyediakan ruang partisipasi.

Dewe (1989, dalam Abraham & Shanley, 1997) melakukan survei pada 1801 perawat dan mengkaji stres mereka, dan mendapatkan bahwa ada 5 sumber stres kerja antara lain:

a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman dalam bekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga.

b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan dan gagal membentuk tim kerja dengan staf.

(31)

dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat.

d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan dan sulit bekerjasama dengan pasien.

e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia, pasien nyeri kronis atau mereka yang meninggal selama dirawat. 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi stres berdasarkan penelitian Martina (2012) yaitu: pertama, jenis kelamin; stres kerja sedang lebih banyak dialami oleh perempuan (95,5%). Hal ini disebabkan karena respon fisiologis yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada saat perempuan mengalami stres, tubuh akan memberikan respon fisiologis berupa aktivitas dari beberapa hormon dan neurotransmitter di dalam otak. Lebih lanjut lagi perempuan lebih menderita stres dari pada laki-laki disebabkan karena prolaktin perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Hormon ini memberikan umpan balik negatif pada otak sehingga dapat meningkatkan trauma emosional dan stres fisik.

(32)

harus tetap bekerja sehingga dapat menjadi stres tersendiri bagi perawat yang sudah berkeluarga.

Ketiga, tingkat pendidikan; tingkat stres kerja berdasarkan tingkat pendidikan yang berbeda menunjukkan hasil yang sama. Keempat, lama masa kerja; tingkat stres kerja berdasarkan lama kerja menunjukkan bahwa perawat dengan masa kerja 6 bulan – 3 tahun mempunyai tingkat stres yang paling tinggi.

2.4 Dampak stres kerja

Dampak dari stres bisa positif ataupun negatif. Apabila stres yang muncul dalam batas normal dan tidak dianggap sebagai tuntutan oleh seorang individu maka dapat menjadi keuntungan bagi sebuah perusahaan karena dapat memicu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dampak negatif yang muncul bisa bersifat psikologis, perilaku dan medis (Griffin, 2004).

(33)

Dampak negatif dilihat dari segi perilaku yaitu terjadi perubahan pada individu yang menimbulkan tindakan yang merusak atau berbahaya seperti merokok, minum alkohol, terlibat narkoba. Perilaku lain yang dipicu oleh stres adalah kecelakaan, kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain serta gangguan makan (Griffin, 2004).

Dampak negatif dilihat dari segi medis yaitu seperti serangan jantung dan stroke. Begitu juga sakit kepala, sakit punggung, bisul, serta gangguan kulit seperti jerawat dan gatal-gatal. Stres kerja juga mengakibatkan hipertensi, tukak lambung, asma, gangguan menstruasi dan lain-lain (Lubis, 2006 dalam Prihatini, 2007).

Stres individu juga memiliki dampak langsung kepada perusahaan. Bagi seorang karyawan, stres bisa berdampak pada kualitas kerja yang buruk dan produktivitas yang rendah. Bagi seorang manajer, stres bisa berdampak pada keputusan yang buruk dan gangguan hubungan kerja. Individu yang kesulitan mengatasi stres di lingkungan kerja mungkin akan pura-pura sakit dan tidak masuk kerja atau bahkan meninggalkan perusahaan. Kepuasan kerja, moral, dan komitmen bisa memburuk akibat level stres yang berlebihan. Begitu juga dengan motivasi untuk bekerja (Griffin, 2004).

3. Stres kerja di ruang intensif

(34)

pasien yang demikian diperlukan perawatan intensif di unit pelayanan intensif (Djojodibroto, 1997).

Pelayanan intensif harus dilakukan oleh perawat yang terlatih secara formal dan mempunyai pengetahuan cukup mengenai intensive care serta bekerja selama 24 jam (Djojodibroto, 1997). Hal ini dimungkinkan karena perawat di ruangan intensif dihadapkan pada pasien dengan kondisi jiwa yang terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat (Putrono, 2002 dalam Saribu, 2012).

Sumber stres yang dialami oleh perawat di ruangan intensif adalah kondisi pasien yang kritis dan ditambah lagi ruangan tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memerlukan keahlian khusus seperti monitor jantung, respirator dan suasana kerja yang tenang memberikan kesan yang serius. Selain itu, kritikan sepihak dari keluarga pasien tanpa mempertimbangkan beban dan situasi kerja perawat juga dapat menyebabkan stres pada perawat (Putrono, 2002 dalam Saribu, 2012).

4. Stres kerja di ruang rawat inap

(35)

secara umum. Perawat yang bekerja di unit rawat inap juga harus memiliki kompetensi, apalagi jika perawat tersebut bekerja di sebuah unit rawat inap dengan beraneka ragam sikap dan perilaku yang berbeda dari setiap pasien, maka perawat di tempat ini dituntut untuk mampu memenuhi segala kebutuhan pasien di unit tersebut sesuai dengan kebutuhan, bekerja cepat, mandiri dan juga secara profesional atau dengan teamwork dalam melakukan asuhan keperawatan yang akan mereka berikan kepada pasien (Rihulay, 2012).

(36)

23

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka penelitian

Stres kerja merupakan ketegangan pada manusia yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan sosial pekerjaan (Anoraga, 2009). Adapun kerangka konsep dari stres kerja yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah penyebab stres kerja menurut Griffin (2004) & Dewe (1989 dalam Abraham & Shanley, 1997) antara lain adalah tuntutan tugas, tuntutan fisik, tuntutan peran, tuntutan interpersonal, beban kerja yang berlebihan, kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis, berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, dan merawat pasien yang gagal membaik.

Stres Kerja - Tuntutan tugas - Tuntutan fisik - Tuntutan peran

- Tuntutan interpersonal (Griffin, 2004). - Beban kerja yang berlebih

- Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain - Kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis - Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, - Merawat pasien yang gagal membaik.

(Dewe, 1989 dikutip dalam Abraham & Shanley, 1997).

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif

Perawat di ruang rawat inap

(37)

2. Definisi operasional

(38)

3. Hipotesa penelitian

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(39)

26

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif komparatif. Rancangan dalam penelitian ini untuk mengetahui perbedaan stres kerja yang dirasakan oleh perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Populasi, sampel dan tehnik sampling 2.1 Populasi penelitian

Populasi penelitian merupakan seluruh subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan yang berjumlah 302 perawat, yaitu 175 perawat di ruang rawat inap dan 127 perawat di ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2.2 Sampel penelitian

(40)

yang diperoleh yaitu 25% x 302 orang yaitu 76 responden. Jumlah sampel kemudian dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 38 responden di ruang rawat inap dan 38 responden di ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Proporsi jumlah sampel dari masing-masing ruangan dihitung menggunakan rumus Isgiyanto (2009):

ni =

Keterangan:

ni = Besar sampel yang harus diambil dari unit 1 Ni =Besar populasi dari unit 1

N =Besar Populasi n = Besar sampel

(41)

2.3 Tehnik sampling

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, dimana penetapan sampel dilakukan dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2009). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah (1) perawat pelaksana yang bekerja di ruangan rawat inap Kelas III (2) perawat pelaksana yang bekerja di ruangan ICU, ICCU, HDU, Unit Stroke (3) bersedia menjadi responden.

3. Lokasi dan waktu penelitian 3.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan. Adapun pertimbangan pemilihan rumah sakit tersebut karena merupakan rumah sakit tipe B, rumah sakit pendidikan, dan sampel penelitian jumlahnya tersedia.

3.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015. 4. Pertimbangan etik

(42)

penelitian (RSUD. Dr. Pirngadi Medan). Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Hidayat (2007), mengatakan bahwa ada pertimbangan etik yang perlu diperhatikan pada saat penelitian yaitu: a. Informed consent, bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan dampaknya. Jika responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak mereka. b. Anonimity, penelitian tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. c. Confidentiality, penelitian menjamin kerahasiaan informasi responden dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen penelitian

(43)

Bagian kedua tentang stres kerja terdiri dari 30 pernyataan. Pilihan jawaban yang diberikan adalah tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadang diberi skor 2, sering diberi skor 3, selalu diberi skor 4.

Berdasar kan rumus statistik menurut Hidayat (2007), i =

Di mana i merupakan panjang kelas, dan rentang merupakan pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah, nilai terendah yang mungkin diperoleh oleh setiap responden adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 120. Rentang kelas sebesar 90 (120 - 30) dan banyak kelas yang diinginkan adalah 3 yaitu stres kerja ringan, stres kerja sedang, stres kerja berat, maka diperoleh panjang kelas sebesar 30. Dengan i = 30 dan nilai terendah 30 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka stres kerja dapat dikategorikan sebagai stres kerja ringan (30-60), stres kerja sedang (61-90), stres kerja berat (91-120).

Berdasarkan uraian diatas kuesioner stres kerja dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.2 Kuesioner Stres Kerja

Variabel Sub variabel No Soal Jumlah

Soal Stres Kerja - Tuntutan tugas

- Tuntutan fisik - Tuntutan peran

- Tuntutan interpersonal - Beban kerja yang berlebih

- Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain

- Kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis

- Berurusan dengan

pengobatan/perawatan pasien - Merawat pasien yang gagal

(44)

6. Validitas dan reliabilitas 6.1 Validitas

Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin di ukur. Semakin tinggi tingkat validitas suatu instrumen, maka instrumen tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang sebenarnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya (Erlina, 2011). Uji validitas berdasarkan tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan cara di konsultasikan kepada yang berkompeten di bidang tersebut atau disebut juga validitas isi (Setiadi, 2007). Pada instrumen penelitian ini, uji validitas dilakukan sebelum pengumpulan data dengan melakukan konsultasi kepada beberapa ahli yakni kepada ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep, kepada ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep dan kepada Ns. Roslina, SKM. S.Kep, M.Kep selaku Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil uji validitas dari instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,88 dan dinyatakan valid.

6.2 Reliabilitas

(45)

Pada penelitian ini peneliti melakukan uji reliabilitas di Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan yang dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 30 perawat yang bukan merupakan sampel tetapi memiliki kriteria yang sesuai dengan kriteria penelitian. Penentuan reliabilitas pada penelitian ini menggunakan program komputer untuk analisa statistik Cronbach’s alpha. Suatu

instrumen akan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas α > 0,7 (Polit &

Hungler, 1999). Hasil uji reliabilitas dari 30 pernyataan yang diberikan kepada 30 perawat pelaksana di ruang rawat inap adalah 0,937 dan hasil uji reliabilitas dari 30 pernyataan yang diberikan kepada 30 perawat pelaksana di ruang rawat intensif adalah 0,891.

7. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian mengirim surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan ke tempat penelitian yaitu RSUD Dr. Pirngadi Medan. Setelah mendapat izin penelitian dari rumah sakit maka peneliti mengantar surat izin tersebut ke Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif tempat peneliti melakukan penelitian.

(46)

pelaksanaan penelitian serta meminta persetujuan sebagai sampel penelitian dan responden diberi kesempatan membaca lembar persetujuan. Jika bersedia maka responden di minta untuk menandatangani informed consent dan diberi lembar kuesioner. Responden diminta untuk menjawab pernyataan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian. Peneliti memberitahu responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilakukan oleh responden dan harus diisi sendiri oleh responden.

8. Analisa data

(47)

8.1 Analisis univariat

Analisis univariat merupakan suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian. Pada analisis ini akan diketahui distribusi frekuensi mengenai karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan dan lama masa kerja perawat. Peneliti juga menganalisa variabel stres kerja perawat dianalisis dengan menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi.

8.2 Analisis bivariat

(48)

35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 25 Mei 2015 hingga 25 Juni 2015 di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah responden sebanyak 76 orang responden dengan distribusi 38 responden perawat ruangan rawat inap dan 38 responden perawat ruangan rawat intensif.

1. Hasil penelitian

Hasil penelitan ini dibagi atas 3 bagian yaitu karakteristik responden, stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan serta perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.1 Karakteristik demografi responden

1.1.1 Karakteristik demografi responden perawat ruang rawat inap dan ruang rawat intensif

(49)

sebanyak 25 orang (65,8%) sedangkan lebih dari setengah total responden di ruang rawat intensif memiliki tingkat pendidikan pada jenjang S-1 keperawatan yaitu sebanyak 21 orang (55,3%). Responden terbanyak berdasarkan lama masa kerja di ruang rawat inap yaitu telah bekerja selama 4-6 tahun sebanyak 14 orang (36,8 %) dan hampir setengah dari total responden di ruang rawat intensif telah bekerja selama lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 17 orang (44,7 %).

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden perawat ruang rawat inap (n=38) dan perawat ruang rawat intensif (n=38)

Karakteristik Rawat Inap Rawat Intensif

f % f %

1.2 Stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan

1.2.1 Stres kerja perawat di ruang rawat inap

(50)

kerja ringan yaitu 16 orang (42,1 %), perawat pelaksana yang mengalami stres kerja sedang yaitu sebanyak 19 orang (50 %) dan perawat pelaksana yang mengalami stres kerja berat yaitu 3 orang (7,9 %).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase stres kerja perawat di ruang rawat inap (n=38)

No Stres Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Stres ringan 16 42,1

2 Stres sedang 19 50

3 Stres berat 3 7,9

Jumlah 38 100,0

Stres kerja perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan diindikasikan dari 30 pernyataan. Hasil penelitian diperoleh data mayoritas responden yang menjawab tidak pernah pada item pernyataan no. 15 yaitu sebanyak 32 orang (84,2 %), mayoritas menjawab kadang-kadang pada pernyataan no. 19 yaitu sebanyak 33 orang (86,8 %), mayoritas menjawab sering pada pernyataan no. 18 yaitu sebanyak 18 orang (47,4 %) dan mayoritas menjawab selalu pada pernyataan no. 8 yaitu sebanyak 21 orang (55,3 %).

(51)

Jawaban

16. Merawat banyak pasien 6 15,8 14 36,8 9 23,7 9 23,7 17. Sulit mempertahankan

standar kerja

(52)

Jawaban

27. Pasien menolak terapi 1 2,6 18 47,4 17 44,7 2 5,3 28. Pasien cacat/cedera 17 44,7 16 42,1 3 7,9 2 5,3 29. Pasien meninggal dunia 20 52,6 17 44,7 - - 1 2,6 30. Pasien tidak kunjung

sembuh

14 36,8 17 44,7 7 18,4 -

-1.2.2 Stres kerja perawat di ruang rawat intensif

Berdasarkan hasil yang di dapat, mayoritas perawat pelaksana di ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan mengalami stres kerja ringan yaitu sebanyak 35 orang (92,1 %), perawat pelaksana yang mengalami stres kerja sedang yaitu 3 orang (7,9 %), dan tidak ada perawat pelaksana yang mengalami stres kerja berat.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase stres kerja perawat di ruang rawat intensif (n=38)

No Stres Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Stres ringan 35 92,1

2 Stres sedang 3 7,9

3 Stres berat 0 0

Jumlah 38 100,0

(53)
(54)

Jawaban

1.3 Perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan

(55)

Tabel 5.6 menunjukkan hasil analisis perbedaan stres kerja antara perawat di ruang rawat inap dan perawat di ruang rawat intensif. Nilai Z hitung tabel berdasarkan ketentuan yang merupakan standar baku untuk tingkat kepercayaan 95% adalah sebesar ± 1,96. Oleh karena nilai Z -4,626 lebih kecil dari (-1,96) maka Ho ditolak. Berdasarkan nilai signifikan yang diperoleh yaitu 0,000 maka

dapat diambil kesimpulan untuk menolak Ho (p=0,000 < α =0,05). Kesimpulannya

adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan. Mean rank yang terdapat dalam tabel menunjukkan bahwa nilai mean stres kerja perawat di ruang rawat inap lebih besar dari pada nilai mean stres kerja perawat di ruang rawat intensif.

Tabel 5.6 Uji perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif

Ruangan n Mean rank Z P

Rawat inap

2.1 Stres kerja perawat di ruang rawat inap

(56)

mengalami gejala-gejala stres. Seperti diketahui 86,8 % perawat mengalami konflik dengan teman sejawat, pasien atau keluarga, selain itu 47,4 % perawat sering kelelahan saat bekerja dan 55,3 % perawat selalu merasa cemas karena kondisi tempat kerja yang rentan terhadap infeksi nosokomial.

Peneliti mendapatkan bahwa konflik dengan teman sejawat merupakan salah satu penyebab stres kerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Bayley, Steffen dan Grout (1980) yang menyatakan bahwa konflik dengan dokter, kurangnya dukungan dan konflik dengan perawat lain, kesulitan berhubungan dengan perawat lain, dan staf medis merupakan sumber stres bagi perawat dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu beban kerja yang berlebihan juga menjadi penyebab stres kerja perawat di ruang rawat inap.

(57)

hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan kerja, beban kerja berlebih, dan pekerjaan beresiko tinggi.

Hasil penelitian ini juga mendapatkan bahwa 55,3 % perawat selalu merasa cemas karena kondisi tempat kerja yang rentan terhadap infeksi nosokomial. Hasil ini sejalan dengan penelitian Simanjorang (2008) yang mendapatkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja perawat. Apabila stresor lingkungan kerja meningkat maka stres kerja yang dialami perawat juga meningkat. Hal ini juga didukung oleh pendapat Bambang (2000) yaitu dalam melaksanakan tugas perawat selalu berhadapan dengan lingkungan kerja di rumah sakit yang menimbulkan bahaya potensial yaitu kecelakaan kerja yang disebabkan oleh pekerjaan mengangkat pasien , menyuntik, kuman yang berasal dari pasien dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan peneliti didapatkan bahwa alat perlindungan diri seperti, sarung tangan dan masker yang tersedia untuk melindungi diri perawat sangat terbatas. Ini adalah salah satu penyebab stres yang dialami oleh perawat. Hasil ini selaras dengan penelitan Simanjorang (2008) yang mendapatkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari perawat selalu berhadapan dengan pasien yang menderita penyakit-penyakit yang mengandung kuman tertentu, hal ini dirasakan perawat sebagai sumber stres kerja.

2.2 Stres kerja perawat di ruang rawat intensif

(58)

tidak ada perawat yang mengalami stres kerja berat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penyebab stres kerja perawat di ruangan rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah kesulitan dalam merawat pasien kritis yang tercermin dari jawaban responden yang mengatakan kadang-kadang kesulitan dalam mengelola tindakan medis yang baru sebanyak 20 orang (52,6 %). Hal ini sejalan dengan penelitian Jusnimar (2012) yang mendapatkan bahwa penyebab stres kerja pada perawat ICU adalah selalu menghadapi pasien dengan kondisi kritis dan tidak stabil. Ini juga didukung oleh Widyasari (2002) yang menyatakan bahwa salah satu faktor stres kerja pada perawat adalah kondisi pasien yang kritis.

(59)

2.3 Perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif. Tingkat stres kerja perawat di ruang rawat inap lebih tinggi dibandingkan dengan perawat di ruangan rawat intensif. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Rihulay (2012) yang mendapatkan bahwa perawat unit rawat inap memiliki tingkat stres yang lebih besar dibandingkan dengan perawat unit gawat darurat karena perawat unit rawat inap melakukan rutinitas yang cenderung sama setiap hari, perawat yang bertugas sedikit, kondisi kerja tidak kondusif dan rekan kerja yang tidak dapat bekerjasama dengan baik.

(60)

Siagian (2001) mengatakan bahwa pendidikan merupakan pengalaman seseorang dalam mengembangkan kemampuan dan meningkatkan intelektualitas, yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan keahliannya. Hal ini didukung oleh penelitian Cohen (2006, dalam Martina, 2012) yang menyatakan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi tingkat ketiga hormon stres yaitu epinephrine, norepinephrin, dan kortisol.

Stres kerja yang dialami oleh perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan juga dipengaruhi oleh lama masa kerja perawat pelaksana itu sendiri. Dari hasil analisa karekteristik responden, perawat di ruang rawat inap memiliki dominan masa kerja 4-6 tahun yaitu sebanyak 14 orang (36,8%) dan perawat di ruang rawat intensif memiliki dominan masa kerja lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 17 rang (44,7 %). Rihulay (2012) menyatakan bahwa lamanya seorang perawat bekerja pada sebuah institusi rumah sakit memberikan banyak pengalaman yang membuat perawat lebih tenang dalam menghadapi persoalan yang terjadi, salah satunya stres kerja, semakin kecil pengalaman yang dimiliki seseorang semakin pula orang tersebut merasakan ketakutan atas pekerjaannya.

(61)
(62)

50

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian mengenai perbedaan stres kerja perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Kesimpulan

a. Hasil penelitian mendapatkan bahwa hampir setengah dari total sampel di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan mengalami stres kerja ringan. Salah satu penyebab dari stres tersebut adalah adanya konflik dengan teman sejawat, kelelahan saat bekerja dan tempat kerja yang rentan infeksi nosokomial.

b. Hasil penelitian mendapatkan bahwa hampir seluruh sampel di ruang rawat intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan mengalami stres kerja ringan. Penyebab dari stres tersebut adalah kesulitan mengelola tindakan medis yang baru dan merawat banyak pasien.

(63)

2. Saran

2.1 Bagi pendidikan keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi perawat pendidik tentang stres kerja perawat. Sehingga perawat pendidik dapat mengajarkan kepada mahasiswa mereka mengenai gambaran stres kerja di ruangan rawat inap dan ruangan rawat intensif. 2.2 Bagi pelayanan keperawatan

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa stres kerja di ruangan rawat inap lebih tinggi dari pada stres kerja di ruangan rawat intensif. Peneliti menyarankan agar setiap tenaga medis yang bertugas dapat menjaga kebersihan lingkungan sehingga resiko penularan infeksi nosokomial dapat di minimalisir. Selain itu pihak rumah sakit juga harus memberikan pelatihan khusus kepada perawat yang bertugas di ruang intensif karena dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa hampir setengah dari total sampel di ruang rawat intensif kesulitan dalam mengelola tindakan medis yang baru.

2.3 Bagi penelitian keperawatan

(64)

Daftar Pustaka

Abraham, C., & Shanley, E. (1997). Psikologi sosial untuk perawat. Jakarta: EGC Anoraga, P. (2009). Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bambang. (2000). Stres dan keselamatan kerja. Jakarta: Penerbit UI

Dempsey, P. A. & Dempsey, A. D. (2002). Buku ajar & latihan: Riset

keperawatan. Jakarta: EGC

Diningrum, N. (2010). Gambaran sumber stres kerja pada perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal Provinsi Jawa Tengah tahun 2010. Tesis. http://digilib.ump.ac.id di unduh 30 September 2014 Djojodibroto, R. D. (1997). Kiat mengelola rumah sakit. Jakarta: Hipokrates

Ellis, R. B., Gates, R. J., & Kenworthy, N. (1999). Komunikasi interpersonal dalam keperawatan. Jakarta: EGC

Erlina. (2011). Metodologi penelitian. Medan: USU Press

Griffin, R. W. (2004). Manajemen. Jakarta: Erlangga

Haryanti., Aini, F., & Purwaningsih, P. (2013). Hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di instalasi gawat darurat RSUD Kabupaten Semarang.http://download.portalgaruda.com di unduh 30 Oktober 2014

Hawari, D. (2004). Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta: FKUI

Hidayat, A. A. A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah.

Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. A. A.(2009). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Isgiyanto. A. (2009). Teknik pengambilan sampel pada penelitian non eksperimental. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

(65)

Jusnimar. (2012). Gambaran tingkat stres kerja perawat Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Skripsi. http://lib.ui.ac.id di unduh 2 Juli 2015 Kusbiantoro, D. (2008). Gambaran tingkat beban kerja dan stres kerja perawat di

ruang intensive care unit (ICU) Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. http://stikesmuhla.ac.id/v2/wp-content/uploads/jurnalsurya/noI/3.pdf di unduh 25 September 2014

Lambert, V. A., Lambert, C. E. (2008). Nurses’ workplace stressors and coping strategies. http://search.proquest.com/ di unduh 6 November 2014

Looker, T., & Gregson, O. (2005). Managing stress. Yogyakarta: BACA

Martina, A. (2012). Gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor

(RSPG). Skripsi.

Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press

Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Pengantar dan teori: Dasar-dasar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika

National Safety council. (2003). Manajemen stres. Jakarta: EGC

Nursalam. (2009). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, proses & praktek. Jakarta: EGC

Prihatini, L. D. (2007). Analisis hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat di tiap ruang rawat inap RSUD Sidikalang. Tesis. http://repository.usu.ac.id di unduh 17 Oktober 2014

(66)

Russeng, S. S., Usman, M., & Saleh, L. M. (2007). Stres kerja pada perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. http://download.portalgaruda.com di unduh 1 Juli 2015

Saribu, S. D. (2012). Hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran. Skripsi. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33834 di unduh 25 November 2014

Setiadi. (2007). Konsep & penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Siagian, S. P. (2001). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi

Aksara

Simanjorang, A. (2008). Pengaruh karakteristik organisasi terhadap stres

kerja

perawat

di

RSU

Dr.

Pirngadi

Medan.

Tesis.

http://repository.usu.ac.id di unduh 2 Juli 2015

The National Institute for Occupational Safety and Health. (2008). Stress at work.http://www.cdc.gov/niosh/docs/99-101/pdfs/99-101.pdf di unduh 1 Oktober 2014

(67)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Judul : Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap dan RuangRawat Intensif RSUD dr. Pirngadi Medan

Peneliti : Beby Veri Andani

Saya adalah mahasiswa Program Studi S-1Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang melakukan penelitian dengan judul “Stres Kerja Perawat di

Ruang Rawat Inap dan Ruang Rawat Intensif RSUD dr. Pirngadi Medan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara stres kerja

perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat intensif Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan.Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Saudara berhak menolak untuk menjadi responden dalam penelitian tanpa ada sanksi apapun dikemudian hari. Peran serta saudara dalam penelitian ini tidak akan diminta biaya.

Semua informasi tentang saudara tidak akan disebarluaskan dan informasi yang ada digunakan hanya untuk tujuan penelitian.

Medan, Juni 2015

Peneliti Responden

(68)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

STRES KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP DAN RUANG RAWAT INTENSIF RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

No. Responden: (diisi peneliti)

I. Data Demografi

Petunjuk pengisian :

a. Saudara diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang tersedia di lembar kuesioner

b. Beri tanda checklist (√) pada kotak untuk pilihan jawaban yang paling tepat menurut saudara.

1. Ruangan : ( ) Rawat Inap ( ) Rawat Intensif 2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki

( ) Perempuan 3. Status Pernikahan : ( ) Belum Menikah

( ) Menikah

4. Pendidikan : ( ) D3 Keperawatan ( ) S1 Keperawatan

(69)

II. Kuesioner Stres Kerja

Petunjuk pengisian:

Beri tanda checklist (√) pada kotak untuk pilihan jawaban yang palingtepat menurut saudara.

- Jika anda tidak pernah merasakan sama sekali berarti anda memilih TP - Jika anda lebih jarang merasakan dari merasakan berarti anda memilih KD - Jika anda lebih banyak merasakan berarti anda memilih SR

- Jika anda terus menerus merasakan berarti anda memilih SL

No Pernyataan TP KD SR SL

1. Saya merasa jantung berdebar-debar karena harus membuat keputusan dengan cepat

2. Saya merasa gelisah saat membuat keputusan dalam tugas tanpa informasi yang lengkap

3. Saya merasa sedih karena tidak dapat menyelesaikan tugas saya dengan baik 4. Saya berkeringat dingin saat harus

membuat keputusan yang serius

5. Saya merasa sulit berkonsentrasi karena tempat kerja saya kurang pencahayaan 6. Saya merasa mudah marah karena ruangan

tempat saya bekerja terlalu panas/dingin 7. Saya mudah lupa karena banyak orang

yang keluar masuk ners station

8. Saya merasa cemas karena kondisi tempat kerja saya rentan terhadap infeksi

nosokomial (misalnya penularan penyakit dari pasien dan polusi)

9. Saya sulit berkonsentrasi karena ruangan kerja saya terlalu berisik

10. Saya sakit kepala karena pembagian tugas setiap staf tidak jelas

11. Saya merasa sulit tidur saat harus

menutupi keadaan pasien yang saya rawat 12. Saya merasa kaku pada leher belakang

(70)

pekerjaan saya tepat waktu

13. Saya merasa kecewa karena atasan saya tidak memberikan kesempatan pada saya untuk turut serta dalam pembuatan sebuah keputusan

14. Saya merasa sedih karena rekan kerja saya kurang mendukung

15. Saya menarik diri dari pergaulan karena rekan kerja tidak menyukai saya

16. Saya merasa capek karena merawat terlalu banyak pasien

17. Saya merasa was-was karena kesulitan dalam mempertahankan standar kerja yang tinggi

18. Saya mudah marah karena kelelahan saat bekerja

19. Saya mudah tersinggung saat terjadi konflik dengan sejawat, pasien atau keluarga

20. Saya merasa kecewa karena pekerjaan saya tidak dihargai oleh rekan kerja, pasien atau keluarga

21. Saya merasa sakit kepala saat bekerja secara tim dengan rekan kerja saya 22. Saya merasa gelisah karena kesulitan

menjalankan peralatan medis

23. Saya merasa cemas karena kesulitan dalam mengelola tindakan medis yang baru

24. Saya menjadi murung saat bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan

tindakan cepat

25. Saya merasa putus asa karena pasien yang saya rawat kurang kooperatif dalam pengobatannya

26. Saya menjadi murung karena pasien yang saya rawat melaksanakan tindakan yang dilarang oleh tim medis (contoh,

merokok)

27. Saya merasa kecewa karena pasien yang saya rawat menolak terapi

(71)

28. Saya merasa cemas karena pasien yang saya rawat menjadi cacat/cedera

29. Nafsu makan saya menurun karena pasien yang saya rawat meninggal dunia

(72)
(73)
(74)

Lampiran 4

Taksasi DanaPenelitian

1. Proposal

Penelusuran literatur dari internet Rp 150.000,. Pencetakan literatur dari internet Rp 50.000,. Fotokopi literatur dari buku Rp

100.000,-Pencetakan Proposal Rp

70.000,-Penggandaan dan penjilidan Proposal Rp 50.000,-2. Pengumpulan Data

Administrasi surat surcei awal Rp

200.000,-Transportasi Rp

600.000,-Penggandaan kuesioner dan lembar persetujuanrespondenRp

25.000,-Souvenir penelitian Rp

300.000,-3. Analisa Data Dan Penyusunan Laporan

Pencetakan skripsi Rp

80.000,-Penggandaan dan penjilidan skripsi Rp

150.000,-CD Rp

10.000,-Biaya tidak terduga 10% Rp

(75)

1.963.500,-Lampiran 5

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Beby Veri Andani

Tempat/Tanggal lahir : Langsa/8 Februari 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Komplek Wartawan Jalan Grafika Ujung No. 118

Medan

Pendidikan : 1. SD Negeri 064967 Medan Tahun 1999-2005

2. SMP Negeri 11 Medan Tahun 2005-2008

(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)

Lampiran 10

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada 30 perawat di ruang rawat inap Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

(85)

No13 1.37 .718 30

No1 51.10 218.024 .623 .935

No2 50.70 220.838 .475 .936

No3 50.53 220.809 .444 .936

No4 51.23 214.116 .755 .933

No5 50.93 213.099 .605 .935

No6 51.03 212.240 .699 .933

No7 50.67 215.678 .436 .937

No8 50.07 220.961 .320 .938

No9 50.30 215.597 .466 .937

No10 51.13 215.499 .694 .934

(86)

No12 51.00 214.414 .570 .935

No13 51.33 218.575 .602 .935

No14 51.00 216.276 .682 .934

No15 51.57 229.357 .229 .938

No16 50.73 223.995 .342 .937

No17 50.83 222.971 .358 .937

No18 50.43 215.013 .479 .937

No19 50.80 216.028 .733 .934

No20 51.00 214.966 .699 .934

No21 50.87 214.120 .560 .935

No22 51.27 222.271 .390 .937

No23 51.20 211.338 .791 .932

No24 51.33 216.161 .719 .934

No25 50.97 216.102 .620 .934

No26 51.07 212.892 .669 .934

No27 50.93 213.582 .738 .933

No28 51.03 214.930 .623 .934

No29 51.03 214.723 .746 .933

No30 50.77 215.357 .564 .935

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

52.70 231.872 15.227 30

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items

Item Means 1.757 1.133 2.633 1.500 2.324 .109 30

(87)

Uji reliabilitas pada 30 perawat di ruang rawat intensif

a. Listwise deletion based on all variables in the

(88)

No14 1.57 .568 30

Minimum Variance N of Items

Item Means 1.409 1.133 1.800 .667 1.588 .035 30

Item Variances .320 .120 .648 .529 5.423 .016 30

Item-Total Statistics

No1 40.83 66.282 .213 .893

No2 40.63 66.723 .228 .891

No3 40.47 61.223 .574 .884

No4 41.03 65.275 .524 .886

No5 40.87 59.568 .752 .879

(89)

No7 41.00 65.241 .503 .886

No8 40.60 62.041 .700 .881

No9 40.77 63.978 .523 .885

No10 41.03 64.516 .535 .886

No11 40.77 62.806 .497 .886

No12 41.00 64.345 .631 .884

No13 40.77 64.461 .536 .885

No14 40.70 63.045 .635 .883

No15 41.13 68.051 .163 .891

No16 40.57 64.737 .342 .890

No17 40.83 64.764 .503 .886

No18 40.87 67.637 .124 .893

No19 40.73 63.995 .597 .884

No20 40.77 64.944 .370 .889

No21 41.03 65.137 .456 .887

No22 41.00 66.483 .276 .890

No23 40.73 62.340 .713 .881

No24 41.10 66.438 .407 .888

No25 41.10 64.921 .456 .887

No26 41.13 64.395 .648 .884

No27 40.73 68.961 -.020 .896

No28 40.57 67.289 .174 .892

No29 41.07 66.409 .311 .890

No30 40.97 64.930 .397 .888

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(90)
(91)
(92)
(93)

Lampiran 12

Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

TotalRawatInap 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%

TotalRawatIntensif 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%

(94)

Variance .075

Std. Deviation .273

Minimum 1

Maximum 2

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness 3.253 .383

Kurtosis 9.055 .750

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

TotalRawatInap .286 38 .000 .760 38 .000

TotalRawatIntensif .535 38 .000 .302 38 .000

(95)

Lampiran 13

Frekuensi data demografi perawat ruangan rawat inap

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 5 13.2 13.2 13.2

Perempuan 33 86.8 86.8 100.0

Total 38 100.0 100.0

Status_Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Belum Menikah 1 2.6 2.6 2.6

Menikah 37 97.4 97.4 100.0

Total 38 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid D3 Keperawatan 25 65.8 65.8 65.8

S1 Keperawatan 13 34.2 34.2 100.0

Total 38 100.0 100.0

4-6 tahun 14 36.8 36.8 52.6

7-10 tahun 8 21.1 21.1 73.7

>10 tahun 10 26.3 26.3 100.0

Gambar

Tabel 3.1   Kerangka Operasional Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inapdan Ruang Rawat Intensif
Tabel 4.1 Jumlah sampel penelitian dari masing-masing ruangan di RSUDDr. Pirngadi Medan
Tabel 4.2 Kuesioner Stres Kerja
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik respondenperawat ruang rawat inap (n=38) dan perawat ruang rawatintensif (n=38)
+5

Referensi

Dokumen terkait

dalam mendapatkan standar fasilitas pelayanan kesehatan.. 37 pada kelas rawat inap di RSUD Kabupaten Lombok Tengah. dan RSUD Kabupaten

Untuk dapat menjalankan aplikasi kamusku sesuai dengan tujuannya sistem operasi yang diperlukan adalah windows 2000. Karena data dapat ditambah, kapasitas file basis data tidak

Salah satu pertanyaan yang cukup menarik untuk didiskusikan dalam hubungannya dengan sejarah Gereja Perdana adalah sejauh mana ada kesatuan atau perbedaan antara pandangan

 Informasi tujuan pembelajaran yaitu: dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah yang logis dan sesuai dengan algoritma pemecahan masalah peserta didik

Quality Assessment and Accessibility Applications of Crowdsourced Geospatial Data: A report on the development and extension of the George Mason University

Onikomikosis / tinea unguium adalah infeksi pada kuku kaki yang disebabkan oleh dermatofita yang ditegakkan diagnosisnya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis

BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun, dan program jaminan

Jika Bapak / Ibu/ Kakak/ Adik/ Saudara/i mengeluhkan sesuatu akibat kerokan kulit dan kuku tersebut seperti rasa nyeri yang tidak dapat ditahan, atau terdapat bintik-bintik