ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR HIJAU KOTA
BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD DI
KOTA TEBING TINGGI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
TRI WANDI JANUAR
NIM. 3123131063
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
x ABSTRAK
Tri Wandi Januar, NIM. 3123131063. Analisis Kebutuhan Infrastruktur Hijau
Kota Berdasarkan Interpretasi Citra QuickBird di Kota Tebing Tinggi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui ketersediaan RTH di Kota Tebing Tinggi berdasarkan interpretasi citra QuickBird Tahun 2016, (2) mengetahui tingkat akurasi citra QuickBird Tahun 2016 dalam pemetaan tutupan lahan Kota Tebing Tinggi, dan (3) menganalisis pengembangan sistem RTH kota berdasarkan interpretasi citra QuickBird di Kota Tebing Tinggi.
Penelitian ini dilakukan di Kota Tebing Tinggi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kenampakan lahan Kota Tebing Tinggi yang terekam oleh satelit dalam penginderaan jauh berupa citra QuickBird Tahun 2016. Sedangkan sampel penelitian berjumlah 20 titik yang ditentukan dengan teknik purposive
sampling. Variabel penelitian ini adalah vegetasi, kelas tutupan lahan hasil
interpretasi, kelas tutupan lahan di lapangan, sempadan jalan, sempadan rel kereta api, sempadan sungai, sempadan saluran utama tegangan tinggi, dan lahan potensial RTH. Sedangkan parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah RTH eksiting, tingkat akurasi citra, dan pengembangan sistem RTH kota. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan kombinasi pengolahan citra dan teknik sistem informasi geografis.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Luasan RTH eksisting di Kota Tebing Tinggi adalah 1.386 ha atau sekitar 35,58% dari luas keseluruhan Kota Tebing Tinggi yang menunjukkan bahwa RTH eksisting di Kota Tebing Tinggi sudah mencapai proporsi minimal yakni 30% seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. (2) Tingkat akurasi citra
QuickBird dalam pemetaan tutupan lahan Kota Tebing Tinggi adalah 100%. (3)
Hasil analisis pengembangan sistem RTH Kota Tebing Tinggi berdasarkan interpretasi citra QuickBird Tahun 2016 menunjukkan bahwa kelurahan di Kota Tebing Tinggi yang perlu dilakukan pengembangan sistem RTH berdasarkan jumlah penduduk adalah Kelurahan Pasar Baru yang terletak di Kecamatan Tebing Tinggi Kota yang hanya memiliki luasan RTH sekitar 0,57 ha. Pengembangan sistem RTH kota berdasarkan jumlah penduduk dilakukan pada lahan potensial RTH berupa ruang terbuka non hijau di Kelurahan Pasar Baru seluas 0,7 ha. Pengembangan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu di Kota Tebing Tinggi dapat dilakukan pada lahan seluas 110,15 ha yang merupakan lahan potensial RTH berupa ruang terbuka non hijau yang berada pada kawasan lindung yaitu sempadan jalan, jalan kereta api, sungai, dan saluran utama tegangan tinggi. Sedangkan lahan terbangun seluas 146,48 ha yang berada pada kawasan lindung tersebut membutuhkan kebijakan khusus dari Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi sebelum pengembangan sistem RTH kota dilakukan.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Sembah-sujud
dan puji-syukur hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam,
yang telah melimpahkan nikmat kesehatan dan waktu luang sehingga skripsi yang
berjudul “Analisis Kebutuhan Infrastruktur Hijau Kota Berdasarkan Interpretasi
Citra Quickbird di Kota Tebing Tinggi” dapat diselesaikan. Semoga Dia selalu
mencondongkan hati hamba-hamba-Nya kepada yang haq dan menjauhkannya
dari perkara yang bathil. Aamiin. Tidak lupa shalawat dan salam kepada
Rasulullah, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wassalam, seseorang yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam Al-Quran bahwa telah ada uswatun
hasanah (suri teladan yang baik) pada diri Beliau Shallallahu’alaihi wassalam.
Skripsi ini penulis selesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Penulis memahami sepenuhnya
bahwa skripsi ini tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di
masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan inspirasi bagi para
pembaca untuk melakukan penelitian semisal ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut menambah referensi
penelitian dalam bidang perencanaan dan pengembangan wilayah, penginderaan
jauh, dan sistem informasi geografis, khususnya yang berkaitan dengan ruang
terbuka hijau (RTH) di Kota Tebing Tinggi.
Penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
iv
penasehat penulis, yaitu Ayahanda Faisal dan Ibunda Rosmi yang senantiasa
memberikan dukungan moril dan materil tanpa sedikitpun menunjukkan rasa
lelah, walaupun sejujurnya itu tak luput dari penglihatan penulis pada wajah teduh
mereka. Yaa Allah! Bless them with good health and righteous long life. Hopefully
i can please them by achievement. Aamiin.
Tak ada persoalan tanpa jawaban. Tak ada masalah tanpa penyelesaian.
Banyak rintangan dan hambatan yang penulis lewati ketika menyelesaikan skripsi
ini. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatasinya melalui orang-orang hebat
di sekitar penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, sekaligus Penasehat
Akademik penulis selama menjadi mahasiswa di kampus tercinta yang paling
berkontribusi dalam pembentukan karakter penulis selama empat tahun
belakangan.
4. Almarhumah Ibu Dra. Asnidar, M.Si., selaku mantan Sekretaris Jurusan
Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan, dosen rasa ibu kandung,
yang pernah memilih penulis atas nama Jurusan Pendidikan Geografi untuk
v
FIS UNIMED Tahun 2016, walaupun akhirnya penulis keluar hanya sebagai
Runner Up.
5. Ibu Dra. Tumiar Sidahuruk, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
6. Ibu Dr. Dwi Wahyuni Nurwihastuti, M.Si., M.Sc., The Most Inspiring
Lecturer in My Department, selaku Kepala Laboratorium Fisik sekaligus
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan motivasi dan
bimbingan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. She has made many
research achievements. That’s why teaching and research are my passion
and obsession.
7. Bapak M. Ridha Syafii Damanik, S.Pi., M.Sc. selaku Kepala Laboratorium
SIG yang telah bersedia untuk menguji penulis bersama Ibu Anik Juli Dwi
Astuti, S.Si., M.Sc. Terima kasih atas masukannya yang sangat membangun.
8. Almarhum Bapak Drs. Julismin, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL) PPL-T UNIMED 2015 di SMP Negeri 1 Air Putih.
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah membuka
cakrawala penulis sekaligus mendedikasikan ilmunya melalui perkuliahan
selama beberapa tahun ini.
10. Bapak Hayat Siagian selaku Tata Usaha Jurusan Pendidikan Geografi.
11. Bapak Amas Muda, S.H. selaku Pembina Utama Muda Badan Kesatuan
Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang Pol dan Linmas)
Kota Tebing Tinggi yang telah memberikan rekomendasi penelitian bagi
vi
12. Bapak Drs. Rehmuli Karo-karo, MIP selaku Pembina Tk. I Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tebing Tinggi yang
telah memberikan rekomendasi penelitian bagi penulis.
13. Ibu Hj. Rusmiaty Harahap, S.T. selaku Pembina Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP) Kota Tebing Tinggi yang telah mengizinkan penulis
memperoleh data-data penelitian terkait RTH di Kota Tebing Tinggi.
14. Bapak Drs. Suharto, M.Si. selaku Kepala SMP Negeri 1 Air Putih, tempat
penulis untuk belajar memainkan peran seorang guru dalam Program
Pengalaman Lapangan Terpadu (PPL-T) UNIMED Tahun 2015.
15. Ibu Arlina Ginting selaku Guru Pamong penulis yang banyak memberikan
arahan untuk menjadi guru yang sukses dalam pengelolaan kelas.
16. Para abangda dan kakanda yang menjadi motivator penulis untuk menggapai
mimpi: Ferizal, Budi Saputra, Jana Riana, Muhammad Reza, S.E., dan
Ardian, serta adinda yang sangat penulis sayangi, yang menjadi semangat
penulis untuk menjadi salah contoh yang baik baginya, Novami Edis Adeana.
17. Abangda M. Yuliansyah, S.Pd. selaku Laboran Jurusan Pendidikan Geografi
yang telah banyak membantu ketika penelitian di laboratorium SIG.
18. Sahabat seperjuanganku The Elite’z and friends: Ahmad Fadli Siregar,
Giovanni Andaresta, Irfan Dedi Sitompul, M. Hazmi Abrar, M. Rizkiansyah
Nasution, Raka Wardana, Ricky Dwi Andika, Taufik Hidayat Siregar, Try
Jaka Sanjaya, dan Zainal Arifin Saragih. Semoga perjalanan kita yang sudah
mulai berpencar dan membentuk firework tidak mengurangi kehangatan
persahabatan kita. Justru firework itu panas dan meledak. Jadi, kita harus
vii
19. Rekan-rekan mahasiswa Konsentrasi Geografi Teknik dan Pengembangan
Wilayah Pendidikan Geografi UNIMED.
20. Keluarga besar Mahasiswa Angkatan 2012 Jurusan Pendidikan Geografi
UNIMED, khususnya Kelas A Reguler 2012: Manis Manja Group, The
Muja’s, Lak Min Club, 3 Bee, GSM, dan Big Bang.
21. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Deli Serdang,
khususnya Komisariat FIS UNIMED yang telah menjadi wadah
pengembangan diri penulis terutama ketika masa-masa awal menjadi
mahasiswa. Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada
penulis untuk memainkan peran sebagai Sekretaris Umum Komisariat FIS
UNIMED Periode 2013 – 2014.
22. Keluarga besar Mahasiswa Prodi Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan
Universitas Terbuka, khususnya UPBJJ Medan yang menjadi wadah kedua
bagi penulis untuk menuntut ilmu setelah UNIMED: Yessica, semoga bisa
wisuda bersama di UT Pusat Tahun 2019. Aamiin.
23. Rekan-rekan kader HMI sesama peserta Latihan Kader I (Basic Training)
HMI Cabang Binjai Tahun 2012.
24. Rekan-rekan sesama delegasi dari seluruh Indonesia Green Youth Camp
(GYC) 2: Heru Tesar (Universitas Malikussaleh), Bayu Rahkmatullah (ITB),
Akhmad Rapiuddin (USU), Dedi Bagong (Universitas Pattimura), Arief
(Unsyiah), Hasan Basri (Universitas Andalas), Abrar (UNRI), Bagja (UIN
Jakarta), Muchtar (Universitas Jambi), Imam (Universitas Teknologi
Sumbawa), dan yang lainnya. Senang bisa mengenal orang-orang hebat
viii
25. Rekan-rekan aktivis lingkungan dari HiLo Green Community (HGC) Medan
dan KOPHI SUMUT. Senang bisa bergabung dan mengenal pemuda-pemudi
kece seperti kalian yang peduli lingkungan.
26. Keluarga besar Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia yang telah banyak
memberikan pengajaran kepada penulis tentang dunia literasi lewat goresan
pena anggotanya dengan kidung-kidung yang menyejukkan pikiran karena
diksi-diksi indahnya.
27. Rekan-rekan Youth Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Medan:
Miyzan, Bang Jefri, Kak Jenny, Kak Tialin, Wulan, Mangara, Bolton, Theo,
Ambia, dan yang lainnya. Kita bersama-sama belajar melihat persamaan
untuk menghargai perbedaan.
28. Rekan-rekan penggerak Gerakan Sumut Mengajar (GSM) Angkatan 2: Aqil
Tammimy, Akhmad Rapiuddin, Untung, Delfi dan relawan-relawannya yang
kece: Dimas, Abdillah, Fajar, Ester, Wahyu, Dian, Ira, Fitri, Indah, Dicky,
Hafizah, Lina, Mira, Muspita, Fuza, Fitri Chuong, Priska, Wahyu BK, dan
terakhir rekan satu grup penulis ketika pengabdian di Desa Bunga Baru
Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo, Agi Nurhayati dan Rifdha
Rahmuddin. Pengalaman ketika masa pengabdian tak akan terlupakan.
29. Keluarga besar Yayasan Medan Generasi Impian (MGI), yang banyak
mengajar penulis untuk menjadi relawan dan pengajar.
30. Teman-teman PPL-T UNIMED 2015 di SMP Negeri 1 Air Putih untuk
kenangan manis yang tak terlupakan selama 3 bulan: Ipin, Rina, Afni, Erma,
Dirga, Deni, Afis, Syafron (Pak Haji), Denggan, Robi, Holong, Abdul, Zuffri,
ix
31. Keluarga besar SMP Negeri 1 Air Putih yang turut berkontribusi sehingga
penulis bisa belajar menjadi guru yang baik.
32. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Akhirulkalam, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
Medan, Agustus 2016 Penulis
xii DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN MEJA HIJAU... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
B. Populadi dan Sampel... 33
C. Variabel Penelitian... 34
D. Definisi Operasional... 34
E. Alat dan Bahan... 35
F. Teknik Pengumpulan Data... 36
G. Teknik Analisis Data... 38
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH A. Kondisi Fisik... 42
xiii BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian... 58
B. Pembahasan... 96
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 101
B. Saran... 102
DAFTAR PUSTAKA... 103
LAMPIRAN... 106
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 1. Peringkat Kepadatan Penduduk Aritmatika
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara... 3
Tabel 2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk...16
Tabel 3. Penelitian Relevan... 26
Tabel 4. Variabel Penelitian... 34
Tabel 5. Luas Wilayah Kota Tebing Tinggi... 45
Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 50
Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kepadatan Penduduk di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 51
Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha Tempat Bekerja di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 53
Tabel 9. Jumlah Prasarana Pendidikan di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 55
Tabel 10. Jumlah Prasarana Kesehatan di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 56
Tabel 11. Jumlah Prasarana Ibadah di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 57
Tabel 12. Tutupan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 63
Tabel 13. Perbandingan Gambar Sampel Pengujian Hasil Interpretasi... 69
Tabel 14. Hasil Pengujian Ketelitian Hasil Interpretasi Citra QuickBird Wilayah Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 72
xv
Tabel 16. Ketercukupan RTH di Kecamatan Rambutan
Berdasarkan Jumlah Penduduk... 79
Tabel 17. Ketercukupan RTH di Kecamatan Tebing Tinggi Kota
Berdasarkan Jumlah Penduduk... 82
Tabel 18. Ketercukupan RTH di Kecamatan Padang Hilir
Berdasarkan Jumlah Penduduk... 85
Tabel 19. Ketercukupan RTH di Kecamatan Padang Hulu
Berdasarkan Jumlah Penduduk... 88
Tabel 20. Tutupan Lahan pada Kawasan Lindung Hasil
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir... 32
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian... 41
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian... 43
Gambar 4. Peta Citra QuickBird Wilayah Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 59
Gambar 5. Peta Citra QuickBird Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 61
Gambar 6. Diagram Tutupan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 63
Gambar 7. Peta Tutupan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 66
Gambar 8. Peta Persebaran Sampel Pengujian Akurasi Citra... 68
Gambar 9. Peta Dokumentasi Cek Lapangan... 73
Gambar 10. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Bajenis... 78
Gambar 11. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Rambutan... 81
Gambar 12. Peta Tutupan Lahan dan Pengembangan Sistem RTH Kecamatan Tebing Tinggi Kota... 84
Gambar 13. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Padang Hilir... 87
Gambar 14. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Padang Hulu... 90
Gambar 15. Peta Analisis Buffer Pengembangan Sistem RTH Kota Tebing Tinggi Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu... 92
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1. Dokumentasi Uji Lapangan... 106
Lampiran 2. Pengajuan Judul Skripsi... 116
Lampiran 3. Nota Tugas Dosen Pembimbing Skripsi... 117
Lampiran 4. Persetujuan Seminar Proposal Penelitian... 118
Lampiran 5. Undangan Seminar... 119
Lampiran 6. Daftar Hadir Mahasiswa dalam Seminar Proposal Penelitian...120
Lampiran 7. Berita Acara Seminar Penelitian... 122
Lampiran 8. Lembar Perbaikan Seminar Proposal Penelitian... 123
Lampiran 9. Persetujuan Penelitian... 124
Lampiran 10. Izin Mengadakan Penelitian... 125
Lampiran 11. Rekomendasi Penelitian... 128
Lampiran 12. Keterangan Selesai Melakukan Penelitian... 130
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota.
Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak
negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan dalam wilayah perkotaan akan
menimbulkan permasalahan lingkungan jika pembangunan yang dilakukan lebih
berorientasi pada dimensi ekonomi tanpa memperhatikan dimensi ekologinya
(Joga dan Ismaun, 2011). Lahan alami seperti ruang terbuka hijau (RTH) yang
dianggap tidak bernilai ekonomi, berpeluang besar untuk dikonversi menjadi
lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai.
Konversi penggunaan lahan yang dilakukan secara berkala dalam
perkembangan kota, dari RTH menjadi kawasan terbangun, dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan ruang akibat bertambahnya kuantitas penduduk beserta
aktivitasnya. Kualitas lingkungan menurun akibat berkurangnya kuantitas RTH
kota, secara langsung berdampak pada kehidupan masyarakat dalam berbagai
aspek. Keberadaan RTH di wilayah perkotaan menjadi sangat penting karena
dapat menjaga kelangsungan ekosistem perkotaan, seperti mempertahankan siklus
hidrologi dan iklim mikro, mereduksi polusi, dan memproduksi oksigen di udara
yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).
RTH berfungsi sebagai paru-paru kota yang dapat mengendalikan kualitas
udara perkotaan karena dalam fungsinya, RTH seperti hutan yang berfungsi
sebagai paru-paru dunia. RTH juga berfungsi sebagai penyangga sumber air
dalam tanah. Hal ini didasarkan pada penjelasan Simonds (1983) dalam Haris
2
lingkungan. Dengan demikian, RTH menjadi kebutuhan dan keharusan di wilayah
perkotaan.
Ketersediaan RTH menjadi keharusan karena ada dasar hukum yang
mengatur proporsinya di wilayah perkotaan. Beberapa peraturan yang mengatur
proporsi RTH di perkotaan adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan (RTHKP), dan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, yang menetapkan proporsi RTH pada wilayah kota minimal 30%
dari luas keseluruhan kota, yang terdiri dari RTH publik sebesar 20% dan RTH
privat sebesar 10% yang termaktub dalam pasal 29 ayat 2 dan 3.
Ketersediaan RTH di perkotaan, lebih spesifik diatur dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) yang ditetapkan
dalam rangka implementasi Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Penyediaan
RTH yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun
2008, dilakukan berdasarkan tiga kategori, yaitu jumlah penduduk, luas wilayah,
dan kebutuhan fungsi tertentu.
Penyediaan RTH kota yang ditinjau dari jumlah penduduk, mengatur
ketersediaan RTH dengan luas tertentu per kapita, misalnya 4 m2 hutan kota untuk
satu orang penduduk kota. Penyediaan RTH kota yang ditinjau dari luas wilayah,
menetapkan luas minimal RTH sebesar 30% dari luas keseluruhan wilayah kota
yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Penyediaan RTH
3
jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan
pantai dan sebagainya.
Kota Tebing Tinggi merupakan kota terkecil dan kedua terpadat dari 33
kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan perhitungan kepadatan
penduduk kasar (crude density of population) atau kepadatan penduduk
aritmatika, setiap 1 km2 luasan wilayah Kota Tebing Tinggi, menampung
sebanyak 5.477 penduduk seperti pada Tabel 1. Tingginya angka kepadatan
penduduk Kota Tebing Tinggi mengindikasikan tingginya kebutuhan lahan yang
digunakan untuk permukiman.
Tabel 1. Peringkat Kepadatan Penduduk Aritmatika Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Ranking Kabupaten/Kota Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
1 Kota Medan 9.304
2 Kota Tebing Tinggi 5.477
3 Kota Pematang Siantar 4.996
4 Kota Binjai 4.546
5 Kota Sibolga 2.299
6 Kota Padang Sidempuan 1.967
7 Kota Tanjung Balai 1.537
8 Deli Serdang 791
9 Kota Gunung Sitoli 488
10 Batubara 376
Sumber: Kemendagri (2015)
Kota Tebing Tinggi menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Tebing Tinggi (2015) memiliki luasan RTH sekitar 80 ha atau sekitar 2,58% dari
luas keseluruhan kota (Medan Bisnis, 2015). Kota Tebing Tinggi berdasarkan
Pedoman dan Pemanfaatan RTHKP dalam Permen PU Nomor 5 Tahun 2008,
seharusnya memiliki luasan RTH: (1) berdasarkan luas wilayahnya setidaknya
4
taman-taman kecamatan, pemakaman, taman kota, hutan kota, dan jenis RTH
lainnya ; dan (3) berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu Kota Tebing Tinggi harus
memiliki infrastruktur hijau yang terdiri dari jalur hijau jalan, RTH sempadan rel
kereta api, RTH sempadan sungai, jalur hijau listrik tegangan tinggi, serta RTH
berbentuk jalur lainnya.
Keberadaan infrastruktur hijau atau infrastruktur ekologis di Kota Tebing
Tinggi sangat diperlukan dalam pembangunan kota berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan, karena infrastruktur hijau merupakan kerangka ekologis dalam
sistem kehidupan alami yang berkelanjutan. Tebing Tinggi tergabung dalam 30
kabupaten/kota di Indonesia yang menandatangani Komitmen Kota Hijau dan
Kota Pusaka dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) tahap kedua,
tahun 2015 hingga 2019, yang merupakan program Kementerian Pekerjaan
Umum melalui Ditjen Penataan Ruang (Medan Bisnis, 2014). Oleh karena itu,
Kota Tebing Tinggi harus memiliki infrastruktur hijau yang memiliki peran dan
fungsi dalam pembangunan berwawasan lingkungan.
Ketersediaan infrastruktur hijau di Kota Tebing Tinggi yang berbentuk
jalur hijau jalan, jalur hijau sungai, jalur hijau rel kereta api, dan jalur hijau
saluran utama tegangan tinggi, berperan sebagai pengendali pembangunan fisik
kota.
“RTH sebagai kawasan perservasi atau konservasi yang berbentuk jalur hijau dapat dijadikan alat pengendali tata ruang kota dengan fungsi sebagai sabuk hijau (green belt) atau jalur hijau pembatas kawasan maupun pembatas wilayah kota agar tidak terjadi peluberan kota (urban sprawl), karena kawasan maupun jalur yang telah ditetapkan sebagai
5
Dengan demikian, kebutuhan infrastruktur hijau di Kota Tebing Tinggi dapat
dikaji berdasarkan eksisting RTH dan keberadaan jalan, rel kereta api, sungai,
serta jaringan listrik tegangan tinggi di Kota Tebing Tinggi . Hal ini dikarenakan
infrastruktur hijau yang menjadi penghubung (connector) area-area hijau di Kota
Tebing Tinggi, membentuk suatu pola jaringan yang merupakan sistem terpadu
yang disebut sistem RTH kota (urban green open space system).
Sistem RTH Kota Tebing Tinggi yang ditata dengan baik, tidak hanya
sebagai pelengkap atau penyempurna kota, tetapi juga merupakan penyeimbang
ekosistem kota dan alat pengendali pembangunan fisik yang dapat menentukan
daerah yang harus dipreservasi dan dikonservasi untuk menjamin
keberlangsungan sistem ekologi Kota Tebing Tinggi, tentunya dengan merujuk
pada Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2008 sebagai dasar hukum yang
berlaku. Perencanaan dan perancangan infrastruktur hijau dalam sistem RTH kota,
pada dasarnya disusun sebelum adanya pembangunan. Kota-kota yang telah
terbangun dapat dikaitkan dengan upaya proteksi kawasan maupun koridor yang
kritis dalam rencana tata ruang kota. Oleh karena itu, pengkajian tentang
ketersediaan RTH dan kebutuhan infrastruktur hijau dalam sistem RTH perlu
dilakukan di Kota Tebing Tinggi.
Interpretasi citra dapat dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui
kondisi eksisting RTH dan kebutuhan infrastruktur hijau di Kota Tebing Tinggi.
Hal ini dikarenakan eksisting RTH di Kota Tebing Tinggi dapat diidentifikasi
melalui interpretasi citra diantaranya dengan melihat rona dan warna yang
tergambar pada citra penginderaan jauh. Peta bergeoreferensi dalam penelitian
6
informasi geografis (SIG). Peta bergeoreferensi yang berisikan informasi tutupan
lahan Kota Tebing Tinggi akan dianalisis untuk mengetahui area potensial RTH
dan arahan pengembangan sistem RTH Kota Tebing Tinggi sebagai output
interpretasi citra dalam penelitian ini.
Penggunaan citra Quickbird untuk diinterpretasi secara visual, dapat
diaplikasikan dalam penelitian ini. Citra Quickbird memiliki resolusi spasial
relatif tinggi, yaitu 0,6 meter untuk citra pankromatik, dan 2,4 meter untuk citra
multispektral. Citra Quickbird dalam penelitian ini adalah citra Quickbird
multispektral karena penelitian ini membahas tentang eksisting RTH dan
kebutuhan infrastruktur hijau dalam sistem RTH Kota Tebing Tinggi, sehingga
dapat membedakan antara RTH, lahan terbangun, dan ruang terbuka non hijau.
B. Identifikasi Masalah
Kota Tebing Tinggi merupakan kota kedua terpadat setelah Kota Medan,
dan kota terkecil dari 33 kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Tingginya
angka kepadatan penduduk di Kota Tebing Tinggi, mengindikasikan tingginya
kebutuhan lahan untuk permukiman. Dengan demikian, RTH yang dianggap tidak
bernilai secara ekonomi, berpeluang untuk dikonversi menjadi kawasan
terbangun. Ketersediaan RTH di Kota Tebing Tinggi menurut Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi (2015) adalah sekitar 2,58% dari luas
keseluruhan kota. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan RTH Kota Tebing
Tinggi belum mencapai luas minimal yang ditetapkan dalam Undang-undang No.
26 Tahun 2007, yakni 30% dari luas keseluruhan. Pada tahun 2014, Kota Tebing
Tinggi bersama 29 kabupaten/kota lainnya di Indonesia, menandatangani
7
Hijau (P2KH) tahap kedua (2015-2019), yang merupakan program Kementrian
PU melalui Ditjen Penataan Ruang. Dengan demikian, Kota Tebing Tinggi
seharusnya memiliki sistem RTH kota yang baik dalam pembangunan
berwawasan lingkungan.
C. Pembatasan Masalah
Masalah yang dikaji dibatasi pada Sistem RTH Kota Tebing Tinggi yang
merupakan rangkaian infrastruktur hijau, terdiri dari RTH jalur yang menjadi
penghubung (connector) area-area hijau di Kota Tebing Tinggi yang membentuk
suatu pola jaringan yang terpadu. Analisis ketersediaan RTH dan pengembangan
sistem RTH Kota Tebing Tinggi, dilakukan berdasarkan interpretasi citra
Quickbird dengan tidak melihat status kepemilikan lahan kota.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana ketersedian RTH di Kota Tebing Tinggi berdasarkan
interpretasi citra QuicBird Tahun 2016?
2. Bagaimana tingkat akurasi citra Quickbird Tahun 2016 dalam pemetaan
tutupan lahan Kota Tebing Tinggi?
3. Bagaimana analisis pengembangan sistem RTH kota berdasarkan
interpretasi citra Quickbird di Kota Tebing Tinggi?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui ketersediaan RTH di Kota Tebing Tinggi berdasarkan
8
2. Mengetahui tingkat akurasi citra Quickbird Tahun 2016 dalam pemetaan
tutupan lahan Kota Tebing Tinggi.
3. Menganalisis pengembangan Sistem RTH kota berdasarkan interpretasi
citra Quickbird di Kota Tebing Tinggi.
F. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumbangsih bahan ajar dalam pembelajaran bidang studi Geografi
di sekolah dalam materi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis.
2. Memberikan informasi distribusi RTH eksisting, kebutuhan infrastruktur
hijau, dan arahan sistem RTH Kota Tebing Tinggi, serta saran kepada
Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi dalam menentukan kebijakan
pengembangan wilayah kota.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Universitas Negeri Medan
khususnya Jurusan Pendidikan Geografi sebagai penambah pengetahuan
dalam bidang perencanaan dan pengembangan wilayah, penginderaan
jauh, dan sistem informasi geografis.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih lanjut
tentang permasalahan sejenis atau yang memiliki topik relevan dengan
101
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Keadaan Eksisting RTH di Kota Tebing Tinggi Tahun 2016 Berdasarkan Interpretasi Citra QuickBird
Luasan RTH eksisisting di lapangan berdasarkan interpetasi citra
QuickBird Tahun 2016 adalah 1.386 ha atau sekitar 35,58% dari luas keseluruhan
Kota Tebing Tinggi yang menunjukkan RTH eksisting di Kota Tebing Tinggi
sudah memenuhi proporsi minimal yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor
27 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang yang menetapkan proporsi minimal RTH
kawasan perkotaan adalah 30% dari luas keseluruhan kota.
2. Tingkat Akurasi Citra QuickBird dalam Pemetaan Tutupan Lahan Kota Tebing Tinggi
Tingkat akurasi citra QuickBird dalam pemetaan tutupan lahan Kota
Tebing Tinggi adalah 100%. Tingkat akurasi dengan nilai tersebut, menunjukkan
bahwa hasil interpretasi diterima untuk digunakan dalam analisis pengembangan
sistem RTH Kota Tebing Tinggi.
3. Analisis Pengembangan Sistem RTH Kota Tebing Tinggi
Kelurahan di Kota Tebing Tinggi yang sudah memenuhi standar RTH
kawasan perkotaan yang ditinjau dari jumlah penduduk berjumlah 34 kelurahan.
Sedangkan kelurahan di Kota Tebing Tinggi yang belum memenuhi standar RTH
kawasan perkotaan yang ditinjau dari jumlah penduduk adalah Kelurahan Pasar
Baru yang terletak di Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Kelurahan Pasar Baru
hanya memimiliki luasan RTH eksisting 0,57 ha.
Pengembangan RTH berdasarkan jumlah penduduk di Kelurahan Pasar
102
ruang terbuka non hijau seluas 0,7 ha di Kelurahan Pasar Baru. Sedangkan
pengembangan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu di Kota Tebing
Tinggi dapat dilakukan pada lahan seluas 110,15 ha yang merupakan lahan
potensial RTH berupa ruang terbuka non hijau yang berada pada kawasan lindung
yaitu sempadan jalan, jalan kereta api, sungai, dan saluran utama tegangan tinggi.
Sedangkan lahan terbangun seluas 146,48 ha yang berada pada kawasan lindung
tersebut membutuhkan kebijakan khusus dari Pemerintah Daerah Kota Tebing
Tinggi sebelum pengembangan sistem RTH kota dilakukan.
B. Saran
1. Pemerintah daerah mempertahankan proporsi RTH di Kota Tebing Tinggi
yang sudah mencapai proporsi minimal yang ditetapkan dengan
melakukan pembangunan yang berwawasan ligkungan. Pemerintah daerah
disamping mempertahankan proporsinya, juga melakukan upaya
pengembangan kualitas RTH dengan merujuk pada Pedoman dan
Pemanfaatan RTHKP yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum.
2. Masyarakat setempat memandang suatu lahan tidak hanya berdasarkan
dimensi ekonominya, tetapi juga berdasarkan dimensi ekologinya, dengan
tidak melakukan konversi penggunaan lahan pada lahan-lahan yang
103
DAFTAR PUSTAKA
, 2007, Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Jakarta, Departemen Dalam Negeri.
, 2007, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang.
, 2008, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang.
Antara Sumut, 2 Desember 2015, Workshop Program Pengembangan Kota hijau,
Berita, Antara Sumut.
http://www.antarasumut.com//berita/153928/workshop-program-pengembangan-kota-hijau, diakses 19 Januari 2016.
Arifin, S.S., 2013, Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, Universitas Negeri Gorontalo.
http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/260/analisis-kebutuhan-ruang-terbuka-hijau-di-kec-kota-tengah-gorontalo.pdf, diakses 17 Februari 2016.
Budihardjo, E., Hardjohubojo, S., 1993, Kota Berwawasan Lingkungan, Penerbit Alumni, Bandung.
Budihardjo, E., Sujarto, D., 2013, Kota Berkelanjutan (Sustainable City), PT Alumni, Bandung
Cahyani, R.A., 2011, Evaluasi Perubahan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dengan Pendekatan Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Kota Tanggerang), Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4114/1/RI TA%20ASRI%20CAHYANI-FST.pdf, diakses 17 Februari 2016.
Danodoro, P., 2012, Pengantar Penginderaan Jauh Digital, Andi Offset, Yogyakarta.
Haris, V.I., 2006, Analisis Distribusi dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh (Studi Kasus di Kota Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor.
104
Hasibuan, P.A., 2013, Studi Pemilihan Lokasi TPA Sampah dengan Metode SIG di Kota Tebing Tinggi, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Indarto, 2014, Teori dan Praktek Penginderaan Jauh, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Jati, A., Hapsari, H., dan Wahyu, U., 2013, Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan), Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30028-3509100007-Paper.pdf, diakses 17 Februari 2016.
Joga, N., dan Ismaun I., 2011, RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mantra, I.B., 2004, Demografi Umum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Medan Bisnis, 25 Maret 2014, Tebing Tinggi Buka Taman Kota Pingkrah, Berita,
Medan Bisnis.
http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014/03/25/86520/ tebingtinggi-buka-taman-kota-pingkrah/, diakses 19 Januari 2016.
Medan Bisnis, 8 November 2014, Tebing Tinggi Teken Komitmen Kota Hijau,
Berita, Medan Bisnis.
http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014/11/08/128397 /tebingtinggi-teken-komitmen-kota-hijau/, diakses 19 Januari 2016.
Medan Bisnis, 1 Desember 2015, Pengurus Karang Taruna Tanam Seribu Pohon,
Berita, Medan Bisnis.
http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2015/12/01/201723 /pengurus-karang-taruna-tanam-seribu-pohon/, diakses 19 Januari 2016.
Mukafi, A., 2013, Tingkat Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Kudus, Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
http://lib.unnes.ac.id/19108/1/5101408005.pdf, diakses 22 Januari 2016.
Muta’ali, L., 2013, Penataan Ruang Wilayah dan Kota (Tinjauan Normatif – Teknis), Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Lilisand dan Kiefer, 1990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Terjemahan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Prahasta, E., 2014, Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar (Perspektif
105
Purwadhi, S.H., 2001, Interpretasi Citra Digital, Gramedia, Jakarta.
Sutanto, 1986, Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tontou, J.M., Ingerid, Moniaga, dan Rengkung, M.M., 2012, Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Poso (Studi Kasus: Kecamatan Poso Kota), Jurnal, Universitas Sam Ratulangi.