• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MEDAN

Johansen Silalahi dan Alfonsus H.Harianja

Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli

Jl. Raya Parapat Km.10,5, Sibaganding, Parapat, Sumatera Utara 21174 e-mail : johansen_silalahi@yahoo.com, alfonso_hrj@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan tulisan ini adalah untuk memproyeksikan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan berdasarkan tiga ukuran, yaitu: 1). luas wilayah; 2). jumlah penduduk; dan 3). kebutuhan oksigen sampai dengan tahun 2030. Perhitungan kebutuhan oksigen digunakan Metode Kunto. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa luas RTH di Kota Medan belum memadai untuk menjaga keseimbangan ekosistem kota sampai tahun 2030 karena dari analisis didapatkan bahwa luas minimum RTH sesuai dengan luas wilayah adalah 7.953 Ha; sedangkan berdasarkan jumlah penduduk adalah 846,87 ha dan jika berdasarkan konsumsi oksigen adalah sebesar 2.152,86 Ha. Perbaikan ruang yang dapat dilakukan adalah pembangunan RTH baru di pusat-pusat kegiatan kota, jalan raya dan bantaran saluran atau penambahan kerapatan pohon dan stratifikasi tanaman.

Kata kunci : Proyeksi, Ruang Terbuka Hijau, Medan, kebutuhan oksigen, Kunto. I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah utama di bidang kependudukan dewasa ini adalah urbanisasi dan pertumbuhan penduduk. Persentase populasi penduduk dunia yang tinggal di perkotaan hanya sedikit di awal tahun 1800-an, tetapi meningkat menjadi 14 % di tahun 1990 dan meningkat secara drastis menjadi sekitar 30 % di tahun 1950. Sekarang lebih dari 50 % penduduk dunia tinggal di kota. Penduduk dunia yang tinggal di kota diprediksikan mencapai 60 % dari total penduduk dunia pada tahun 2025, dengan pertumbuhan tiga kali lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk di desa (Wu, 2008).

Kota adalah entitas dinamik yang mengalami perkembangan terus menerus. Pertumbuhan kota akibat urbanisasi menuntut kota untuk terus membangaun sarana dan prasarana kota untuk melayani warganya. Pembangunan fisik dilakukan dengan mengubah lanskap alam dan tata ruang wilayah yang berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan dan jasa lingkungan (Bolund & Hunhammar, 1999; Nowak et al., 2007 dan Wu, 2008). Akibatnya, penduduk kota menghadapi berbagai permasalahan kebutuhan dasar manusia, seperti: sampah, air bersih, naungan dan sanitasi. Bahkan, beberapa kota menghadapi krisis yang lebih parah akibat ketidakseimbangan alokasi sumberdaya, seperti fenomena pulau panas, banjir, kualitas udara dan air yang buruk serta minimnya pasokan air. Akibatnya,

(2)

219 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan

penduduk kota menghadapi stress lingkungan dan sosial yang berdampak negatif terhadap fisik dan psikologis warganya (Carreiro, 2008).

Perhatian terhadap peranan hutan kota dan RTH yang berperan dalam keberlanjutan dan kenyamanan kota meningkat seiring meningkatnya dampak urbanisasi (Konijnendijk

et al.,

2005). Hutan kota dan RTH berperan dalam penyediaan jasa lingkungan. Hutan kota dapat memperbaiki kualitas lingkungan, meningkatkan kualitas hidup individu dan masyarakat, menyediakan berbagai jasa lingkungan kepada individu dan masyarakat, menghasilkan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi warganya (Nowak et al., 2001; Joga & Ismaun, 2011). RTH yang dikelola dengan baik juga dapat menyediakan berbagai keuntungan ekologis dan mendukung keberlanjutan kota (Nowak

et al.,

2011). Sebaliknya, penyusutan RTH atau hutan kota berdampak pada penurunan keseimbangan ekosistem yang ditandai dengan penurunan kualitas lingkungan perkotaan (Joga & Ismaun, 2011). Kota akan mengalami pencemaran udara (Yang et al. 2005); peristiwa banjir dan penggenangan yang berlebih pada musim penghujan dan efek pulau panas (Joga & Ismaun, 2011).

Kota Medan adalah ibukota Propinsi Sumatera Utara yang terletak pada 3°27’ - 3°47’ LU dan 98°35’ - 98°BT dengan ketinggian 2,5 – 37,5 m di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Timur dan Barat dan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas 265,10 km². Dari data BPS Kota Medan (2012) didapatkan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa, sehingga kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49°C – 23,97°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15°C – 34,21°C. Hari hujan per bulan adalah 21,50 hari dengan rata-rata curah hujan per bulan 18,75 - 216,33 mm.

Kota Medan dijadikan lokasi penelitian karena Kota Medan adalah kota metropolitan baru yang mengalami perkembangan sangat pesat sebagai bagian koridor pertumbuhan ekonomi nasional bagian barat, sebagai kawasan strategis, pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju berbagai objek wisata. Kota Medan mengalami dampak akibat pembangunan sarana dan prasarana fisik kota yang pesat. Kurangngya Ruang Terbuka Hijau adalah salah satu dampak yang sangat nyata dan

(3)

meningkatnya konsumsi energi yang berasal dari fosil yang menyebabkan lingkungan hidup tercemar. Penelitian ini sangat penting untuk memperkirakan luas RTH di Kota Medan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan luas RTH di Kota Medan berdasarkan tiga ukuran yaitu luas wilayah, jumlah penduduk dan kebutuhan oksigen untuk respirasi manusia, binatang dan pembakaran bahan bakar oleh kendaraan bermotor tahun 2030.

II. METODE PENELITIAN 2.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam tulisan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data sekunder yang meliputi data biofisik berupa luas wilayah, data jumlah penduduk, dan jumlah kendaraan di Kota Medan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pendapatan Kota Medan.

2.2. Analisis Data

Analisis dilakukan untuk menghitung kebutuhan luas RTH dengan menggunakan tiga parameter, dengan mengambil rujukan pada regulasi pemerintah. Penggunaan ketiga parameter tersebut dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Kebutuhan luas RTH berdasarkan luas wilayah.

Luas RTH yang harus dipenuhi oleh sebuah kota berkaitan dengan tata ruang wilayah diatur dalam UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, yakni minimal sebesar 30 % dari luas wilayah kota. Bentuk RTH dapat berupa tanaman yang tumbuh secara alamai ataupun tanaman yang disengaja ditanam baik dimiliki secara pribadi maupun umum (Pancawati, 2010).

2. Kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk.

Suatu wilayah kota dengan jumlah penduduk minimum 480.000 jiwa diharuskan memiliki RTH dengan luas minimal 4,0 m2 per penduduk dalam bentuk hutan kota sesuai dengan Permen PU No.05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan RTH di kawasan perkotaan (Pancawati, 2010).

3. Kebutuhan luas RTH berdasarkan konsumsi oksigen.

Kota dengan penduduk yang padat dan jumlah kendaraan bermotor dan industri yang tinggi, maka luasan RTH yang diperlukan harus mampu menyerap polutan.

(4)

221 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan

Sedangkan kota yang kurang dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut tetapi mempunyai jumlah kendaraan, industri besar, menengah dan kecil sangat banyak, maka penetapan luasan RTH/hutan kota harus berdasarkan analisis kebutuhan oksigen. Perhitungan pendekatan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan menggunakan rumus Kunto, 1986 (Bappeda Kota Medan, 2012). Rumus tersebut adalah sebagai berikut:

L =

Σ ai Pi +Σbi Vi + Σ ci Zi

K Dengan :

L = Luas RTH (ha).

ai = Kebutuhan oksigen per orang (kg/jam).

bi = Kebutuhan oksigen per kendaraan berrmotor (kg/jam). ci = Kebutuhan oksigen per industri (kg/jam).

Pi = Jumlah penduduk.

Vi = Jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis. Zi = Jumlah industri dari berbagai jenis.

K = Konstanta (rataan oksigen yang dihasilkan hutan kota, kg/jam/ha). III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Peruntukan Lahan RTH di Kota Medan.

Peruntukan RTH Kota Medan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu untuk ruang publik dan untuk ruang privat. Merujuk data yang dikeluarkan oleh Bappeda Kota Medan (2012) luas keseluruhan RTH publik adalah sebesar 1.403,84 ha, dengan luasan tertinggi disumbangkan oleh sungai dan sempadannya (59,86 %); sedangkan luas RTH privat adalah sebesar 11.547,76 ha, dengan luasan tertinggi disumbangkan oleh tanah kosong (26,08 %). Rincian peruntukan lahan untuk RTH publik dan privat di Kota Medan berdasarkan hasil interpretasi peta citra Kota medan tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Peruntukan lahan RTH Kota Medan Tahun 2011.

PUBLIK LUAS (HA) PRIVATE LUAS (HA)

% (Ha) % ( Ha)

1. Hutan Lindung (Bakau)

0,19 % 50,37 1. Belukar 7,68% 2.035,97 2. Lap. Olah raga 0,76 % 201,48 2. Empang 0,48% 127,25 3. Rawa 0,45 % 119,30 3. Kebun 7,45% 1.975,00 4. TPU 0,48 % 127,25 4. Sawah 5,41% 1.434,19 5. Danau 0,15 % 39,77 5. Tambak 4,38% 1.134,63 6. Sungai 3,17 % 840,37 6. Tanah 11,36% 3.011,54

(5)

Kosong

7. Taman Kota 0,095 % 25,32 7. Ladang 6.90% 1.829,19

JUMLAH 1.403,84 JUMLAH 11.547,76

Keterangan *) = persentase terhadap luas wilayah.

3.2. Proyeksi Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah di Kota Medan Kota Medan secara administratif terdiri atas 21 kecamatan, yang terluas adalah Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 3.667 ha, sedangkan yang luasnya paling kecil adalah Medan Maimun dengan luas 298 Ha. Sesuai dengan UU No. 26 tahun 2007 yang menyebutkan kebutuhan RTH masing-masing wilayah adalah 30 % dari keseluruhan luas wilayah, maka luas RTH yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan RTH Berdasarkan UU No 26 tahun 2007.

No. Kecamatan Luas Kecamatan (Ha) Persentase (%) Kebutuhan RTH berdasarkan Luas Wilayah (Ha)* 1 Medan Tuntungan 2.068 7,80 620.4 2 Medan Johor 1.458 5,50 437.4 3 Medan Amplas 1.119 4,22 335.7 4 Medan Denai 905 3,41 271.5 5 Medan Area 552 2,08 165.6 6 Medan Kota 527 1,99 158.1 7 Medan Maimun 298 1,12 89.4 8 Medan Polonia 901 3,40 270.3 9 Medan Baru 584 2,20 175.2 10 Medan Selayang 1.281 4,83 384.3 11 Medan Sunggal 1.544 5,82 463.2 12 Medan Helvetia 1.316 4,96 394.8 13 Medan Petisah 682 2,57 204.6 14 Medan Barat 533 2,01 159.9 15 Medan Timur 776 2,93 232.8 16 Medan Perjuangan 409 1,54 122.7

(6)

223 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan 17 Medan Tembung 799 3,01 239.7 18 Medan Deli 2.084 7,86 625.2 19 Medan Labuhan 3.667 13,83 1100.1 20 Medan Marelan 2.382 8,99 714.6 21 Medan Belawan 2.625 9,90 787.5 Jumlah 26.510 100,00 7.953

Sumber: Data dari Kota Medan Dalam Angka Tahun 2011 (BPS Kota Medan, 2012) diolah dan * UU No 26 tahun 2007

Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proporsi RTH pada wilayah perkotaan paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota, yang terdiri dari 20 % ruang terbuka hijau publik dan 10 % ruang terbuka hijau privat. Oleh karena itu pemerintah kota tetap berkewajiban untuk menyediakan RTH publik sebesar 20 % dari luas wilayah kota dan menjamin ketersediaan 10 % ruang terbuka hijau privat. Jika hasil perhitungan dengan menggunakan metode sesuai dengan karakteristik kota menyatakan lebih kecil dari 30 %, maka kebutuhan RTH yang digunakan tetap 30 %, sedangkan jika hasil perhitungan lebih besar dari 30 % maka angka tersebut yang dijadikan target pemenuhan luas RTH. Dengan luas Kota Medan yaitu 26.510 Ha maka luas RTH yang harus dimilki adalah 7.953 ha, dengan komposisi 20 % RTH publik 5.302 Ha dan 10 % RTH privat yaitu 2.651 Ha. Proporsi luas 30% merupakan ukuran minimal yang dimaksudkan untuk :

a. Menjamin keseimbangan ekosistem baik keseimbangan sistem hidrologi-mikroklimat, maupun sistem ekologis lain dalam hal peningkatan ketersediaan udara bersih dan meningkatkan nilai estetika kota.

b. Mencegah alih fungsi lahan dari area terbuka menjadi area terbangun.

c. Membatasi dan mengantisipasi kemungkinan upaya mengakomodasi kebutuhan masyarakat dengan alasan pemanfaatan lahan terbuka menjadi terhadap kebutuhan area untuk hunian dan kegiatan perekonomian .

3.3. Proyeksi Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk.

Pertumbuhan penduduk Kota Medan dari tahun ke tahun mengalami

kecenderungan

kenaikan. Pada tahun 2011, penduduk Kota Medan mencapai

2.117.224 jiwa. Dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, terjadi pertambahan penduduk sebesar 19.614 jiwa (0,94 %). Dengan luas wilayah 265,10

(7)

km2, kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/km2 (Medan Dalam Angka, 2012). Kecamatan Medan Perjuangan 22.856 jiwa dan Medan Area sebesar 17.509 jiwa merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Kepadatan kedua kecamatan tersebut masing-masing adalah 22.856 jiwa/km2 dan 17.509 penduduk/km2. Kedua kecamatan tersebut merupakan pusat Kota Medan sehingga penduduk terpusat dan menetap di kedua kecamatan tersebut. Kebutuhan RTH untuk masing-masing kecamatan berdasarkan jumlah penduduk dari yang terbesar sampai yang terkecil berturut-turut adalah Medan Deli (68, 01 ha), Medan Helvetia (58,1 ha), Medan Maimun (15,86 ha) dan Medan Baru (15,83 ha). Kebutuhan RTH untuk memenuhi kebutuhan fisiologis penduduk Medan pada tahun 2011 adalah 846.87 ha (Tabel 3). Luas ini masih sangat kecil dibandingkan ketersediaan kawasan bervegetasi di wilayah Medan berupa hutan kota.

Tabel 3. Kebutuhan Hutan Kota berdasarkan Permen PU No.5 Tahun 2008.

No. Kecamatan Kecamatan Luas (ha) Jumlah Penduduk Kebutuhan RTH (Ha) Berdasarkan Jumlah Penduduk* 1 Medan Tuntungan 2.068 81.798 32.72 2 Medan Johor 1.458 125.456 50.18 3 Medan Amplas 1.119 115.543 46.22 4 Medan Denai 905 141.866 56.75 5 Medan Area 552 96.647 38.66 6 Medan Kota 527 72.663 29.07 7 Medan Maimun 298 39.646 15.86 8 Medan Polonia 901 53.384 21.35 9 Medan Baru 584 39.564 15.83 10 Medan Selayang 1.281 99.982 39.99 11 Medan Sunggal 1.544 112.918 45.17 12 Medan Helvetia 1.316 145.239 58.10 13 Medan Petisah 682 61.832 24.73 14 Medan Barat 533 70.881 28.35 15 Medan Timur 776 108.758 43.50 16 Medan Perjuangan 409 93.438 37.38 17 Medan Tembung 799 133.784 53.51 18 Medan Deli 2.084 170.013 68.01

(8)

225 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan

19 Medan Labuhan 3.667 112.316 44.93

20 Medan Marelan 2.382 145.788 58.32

21 Medan Belawan 2.625 95.663 38.27

Total 26.510 2.117.224 846.87

Sumber: Data dari Kota Medan Dalam Angka Tahun 2011 (BPS Kota Medan, 2012) diolah dan

* Berdasarkan Permen PU No 5 Th 2008.

3.3. Proyeksi Kebutuhan RTH Berdasarkan Konsumsi Oksigen.

Kebutuhan manusia akan oksigen (O2) yang diperoleh dari hasil fotosintesis,

jumlah pohon yang diperlukan untuk menyuplai oksigen bagi 1 juta jiwa orang di suatu daerah adalah 1.000.000 x 0,5 kg x 1 pohon : 1,2 = 416.667 pohon. Jumlah pohon ini kemudian di konversikan ke dalam RTH yang harus dibangun (Arda Dinata, 2005). Berikut adalah perhitungan berdasarkan kebutuhan manusia akan pohon untuk menyuplai kebutuhan oksigennya berdasarkan klasifikasi kota.

Tabel 4. Perhitungan Luasan RTH Berdasarkan Kebutuhan Akan Oksigen.

No Klasifikasi Kota Jumlah Pohon Luas Kebutuhan RTH (25 m2 /pohon) 1 Kota Kecil 4.66-41.666 116.650 m2 – 1.116.500 m2 (11,7 ha – 117 ha) 2 Kota Sedang 41.666-208.332 117 ha – 521 ha 3 Kota Besar > 208.332 > 521 ha 4 Kota Metropolitan > 416.664 > 1.041 ha

Sumber : Pedoman Penataan RTH di Perkotaan dalam Bappeda Kota Medan (2012).

Luasan RTH untuk kota dengan penduduk yang padat dan jumlah kendaraan bermotor dan industri yang tinggi harus sesuai dengan kemampuannya untuk menyerap polutan. Sedangkan untuk kota yang kurang dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut tetapi jumlah kendaraan, industri besar, menengah dan kecil sangat banyak, maka penetapan luasan RTH harus berdasarkan analisis kebutuhan oksigen. Perhitungan pendekatan pemenuhan kebutuhan oksigen dilakukan dengan menggunakan rumus Kunto, 1986. Dari hasil perhitungan Bappeda (2012), kebutuhan minimum RTH Kota Medan sampai dengan tahun 2030 adalah sebesar 2.152,86 ha atau 8,12 % dari luas wilayah Kota Medan. Oleh karenanya maka total kebutuhan RTH kota tetap harus 30 % dari luas wilayah Kota Medan karena dari perhitungan tersebut, kebutuhan oksigen masih di bawah kebutuhan minimum.

(9)

Kebutuhan ruang terbuka hijau didasarkan atas jumlah pohon untuk menyuplai oksigen yang kemudian dikonversikan ke dalam luas RTH yang harus dibangun untuk Kota Medan sampai dengan tahun 2030 adalah 1.247.220 pohon atau setara dengan 3.118 ha (11,76 % dari luas wilayah Kota Medan). Karena masih dibawah kebutuhan minimal maka RTH yang dibutuhkan tetap 30 % dari luas Kota Medan.

Luas RTH minimum sebesar 30 % merupakan ukuran minimum kawasan bervegetasi untuk menjamin keseimbangan ekosistem kawasan. Keseimbangan ekosistem yang dipertahankan adalah fungsi hidrologis, iklim mikro, ketersediaan udara bersih agar dapat terjamin untuk kebutuhan warganya dan penyerapan karbondioksida. Di samping itu, kawasan bervegatasi dapat meningkatkan nilai estetika kawasan (Baharudin, 2011).

Dari perhitungan kebutuhan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah dan kebutuhan oksigen Kota Medan, dapat disimpulkan bahwa luas RTH sekarang kurang memadai dan harus diperbanyak. Dari Tabel 1 terlihat bahwa RTH publik hanya tersedia sebesar 1.403,84 ha dan RTH privat sebesar 11.547,76 ha. Pemerintah Kota Medan harus bergiat membangun RTH baru seperti hutan kota untuk mencapai amanah regulasi yang berlaku, serta memelihara RTH yang sudah ada, baik RTH publik maupun privat.

Kebutuhan RTH di Kota Medan berdasarkan konsumsi oksigen sampai dengan tahun 2030 adalah sebesar 2.152,86 ha atau 8,12 % dari luas wilayah Kota Medan. Luas ini lebih kecil dibandingkan dengan Padang yang membutuhkan RTH dengan luas 14.894,61 a (Septriana

et al.,

2004), ataupun Bogor yang membutuhkan RTH yang lebih luas lagi yaitu 571.191 ha (Lestari & Jaya, 2005). Namun, kebutuhan RTH di Kota Medan lebih luas dibandingkan Jayapura, yang hanya membutuhkan RTH dengan luas 475,36 ha di tahun 2018 (Baharudin, 2011). Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti jumlah penduduk, tingkat kepadatan penduduk dan tingkat perkembangan ekonomi kota.

Pengembangan RTH dapat dilakukan dengan memberdayakan kawasan perkantoran, perumahan, rumah ibadah, sekolahan, perguruan tinggi dan lapangan olah raga untuk dijadikan kawasan bervegetasi (Ardani dan Hanafi, 2013). Lokasi lain yang dapat diberdayakan sebagai RTH adalah pinggiran jalan raya dan sarana transportasi. Di sisi lain, bantaran sungai dan saluran irigasi besar dapat juga dijadikan RTH (Wijayanti, 2003, Septriana

et al

. 2004 dan Rijal 2008). Pemberdayaan kawasan tersebut akan meningkatkan luas kawasan RTH. Jenis

(10)

227 | Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan

vegetasi yang dianjurkan sebagai tanaman pokok RTH sebaiknya adalah tanaman jenis pohon. Pohon-pohon memiliki kemampuan menyerap karbondioksida sebanyak 129,92 kg/ha/jam, jauh lebih banyak dibandingkan semak belukar (12,56 kg/ha/jam), padang rumput atau sawah (2,74 kg/ha/jam) untuk luas yang sama (Baharudin, 2011). Permen PU No. 05/PRT/M/2008 telah menetapkan kriteria jenis-jenis pohon dan perdu yang dianjurkan untuk ditanam sebagai vegetasi RTH. Masing-masing jenis vegetasi tersebut dipilih berdasarkan sifat-sifat silvikulturnya sehingga jenis-jenisnya dapat berbeda sesuai dengan fungsi dan bentuk RTH.

Namun, jika di lokasi-lokasi yang tidak memadai lagi untuk dilakukan penambahan luas RTH, pemberdayaan RTH dapat dilakukan dengan penganekaragaman struktur tanaman dengan menambahkan beberapa jenis tanaman yang menempati stratum tertentu sehingga jumlah stratifikasi vegetasi bertambah (Rijal 2008). Intensifikasi pemberdayaan RTH juga dapat dilakukan dengan meningkatkan kepadatan pohon per hektar (Nowak & Crane, 2002; Nowak

et al.

2007).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan.

Luas RTH publik di Kota Medan belum memadai untuk mendukung keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem kota. Luas minimum RTH yang dibutuhkan untuk menjamin kenyamanan penduduk Kota Medan berdasarkan luas wilayah adalah 7.953 Ha sedangkan jika berdasarkan jumlah penduduk adalah sebesar 846,87 Ha. Kebutuhan RTH di Kota Medan berdasarkan konsumsi oksigen sampai dengan tahun 2030 adalah sebesar 2.152,86 Ha.

4.2. Saran.

Pengembangan RTH harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan dan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan RTH di Kota Medan berdasarkan identifikasi luas, lokasi dan persebaran serta bentuknya perlu dilakukan dengan pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, C., Hanafi, TP. 2013. Perkiraan Luas Ruang Terbuka Hijau Untuk Memenuhi Kebutuhan Oksigen di Kota Palangkaraya.

J Hutan Tropis

Vol.1 No.1 :32-38.

Badan Perencanaan Daerah Kota Medan. 2012. Laporan Draft Rencana Induk Kota Hijau. Medan.

Badan Pusat StatistikKota Medan. 2012. Kota Medan dalam Angka 2012. BPS Medan, Medan.

Baharudin, A. 2011. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Kota Jayapura.

J Bumi Lestari

11 (2): 297-305.

Bolund, P., Hunhammar, S. 1999. Ecosystem Services in Urban Areas. Ecol Econ 29:293-301.

Carreiro, M.M. 2008. Introduction: The Growth of Cities and Urban Forestry. InCarreiro, M.M., Song, Y.C. & Wu,J. (eds).

Ecology, Planning and

Management of Urban Forest International Perspectives

. Springer-Verlag,

New York.pp:3-9.

Departemen Pekerjaan Umum (PU). 2008.

Permen PU No: 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan

. Dirjen Tata Ruang-Departemen PU, Jakarta.

Fahutan (Fakultas Kehutanan) IPB. 1987. Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Fahutan IPB & Departemen Kehutanan, Jakarta.

Joga, N., Ismaun, I. 2011.

RTH 30 % Resolusi (Kota) Hijau

. Gramedia, Jakarta. Konijnendijk, C.C., Nilsson, K., Randrup, T.B., & Schipperijn. Introduction. In:

Konijnendijk, C.C., Nilsson, K., Randrup, T.B., & Schipperijn, J.(eds).

Urban

Forests and Trees

. Springer-Verlag, Berlin. pp:1-6.

Kunto, Haryoto. 1986. Semerbak Bunga Di Bandung Raya. Bandung: PT. Granesia. Lestari, R.A., Jaya, I.N.S. 2005. Penggunaan Teknologi Penginderaan Jauh Satelit

dan SIG Untuk Menentukan Luas Hutan Kota: Studi Kasus di Kota Bogor, Jawa Barat.

J Manajemen Hutan Tropika

11 (2): 55-69.

Nowak,D.J., Hoehn, R., & Crane, D.E. 2007. Oxygen Production by Urban Trees in The United States.

Arboriculture & Urban Forestry

33 (3):220-226.

Nowak D.J., Noble M.H., Sisinni S.M., Dwyer J.F. 2001. People and Trees: Assessing The US Urban Forest Resource.

J of Forestry

99:37- 42.

Nowak, J., Crane, D.E. 2002. Carbon Storage and Sequestration by Urban Trees in The USA.

Environmental Pollution

116: 381-389.

Pancawati, J. 2010.

Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang

. [tesis]. SPS IPB, Bogor.

Septriana, D., Indarawan, A., Dahlan, E.N., & Jaya, I.N.S. 2004. Prediksi Kebutuhan Hutan Kota Berbasis Oksigen di Kota Padang, Sumatea Barat.

J Manajemen

Hutan

10 (2):47-57.

Wijayanti, E. 2003.

Pengembangan Ruang Terbuka di Purwokerto

. [skripsi]. Fahutan IPB, Bogor.

Wu, J. 2008. Toward a Landscape Ecology of Cities – Beyond Building, Trees and Urban Forest. In: Carreiro, M.M., Song, Y.C., & Wu, J. (eds).

Ecology,

planning and Management of Urban Forest International Perspectives

.

Springer-Verlag, New York. Pp: 10-28.

Yang, J., Mc.Bride, J., Zhou, J., & Sun, Z. 2005. The Urban Forest in Beijing and Its Role in Air Pollution Reduction.

Urban Forest & Urban Greening

3: 65-78.

Gambar

Tabel 1. Peruntukan lahan RTH Kota Medan Tahun 2011.
Tabel 2. Kebutuhan RTH Berdasarkan UU No 26 tahun 2007.
Tabel 3. Kebutuhan Hutan Kota berdasarkan Permen PU No.5 Tahun 2008.
Tabel 4. Perhitungan Luasan RTH Berdasarkan Kebutuhan Akan Oksigen.

Referensi

Dokumen terkait

Anestesia blok saraf perifer ekstremitas atas adalah tindakan anestesia dengan menyuntikkan obat anestesia lokal (dengan atau tanpa adjuvan) ke sekitar saraf (hingga perineural

pertama, kebijakan Presiden Trump terkait pembatasan imigran Muslim sebagian telah melanggar peraturan hukum dan HAM internasional, utamanya Konvensi UNHCR 1951,

PRof.riiDlr nr

  Perubahan   morfologi  tersebut  dianalisa  berdasarkan  hasil  penjalaran  serta  transpor  sedimen  berupa   perubahan  profil  pantai,  kemunduran  garis

Ruang lingkup perencanaan dan perancangan Krakatau Volcano Center adalah bangunan yang dapat digunakan untuk kegiatan pengamatan dan penelitian aktivitas Gunung

Menu Input Bidang Penugasan didesain untuk menginput data tugas pegawai disetiap seksi yang nantinya akan tersimpan dalam tabel input bidang penugasan pada database. Menu

Respon Kalus Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) pada Kondisi Cekaman Salinitas (NaCl) secara In Vitro. Institut Teknologi

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang metode mengajar Rasulullah yang diterapkan guru. 2) mengetahui bagaimana kemandirian