• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konsumsi Buah Dan Sayur Di Provinsi Dki Jakarta Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Konsumsi Buah Dan Sayur Di Provinsi Dki Jakarta Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONSUMSI BUAH DAN SAYUR DI PROVINSI

DKI JAKARTA BERDASARKAN DATA RISET

KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) 2010

SATIBI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Konsumsi Buah dan Sayur Di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Satibi

NIM I14124043

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama terkait

(4)
(5)

ABSTRAK

SATIBI. Analisis Konsumsi Buah dan Sayur Di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Dibimbing oleh DRAJAT MARTIANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsumsi buah dan sayur di Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan data sekunder hasil Riskesdas tahun 2010. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 3.120 orang terdiri dari 1.567 laki-laki dan 1.553 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok usia pra sekolah rata-rata konsumsi buah sebesar 36.3 g/hari dan konsumsi sayur 40.8 g/hari. Pada kelompok usia sekolah rata-rata konsumsi buah terdiri dari 30.8 g/hari dan sayur 29.6 g/hari, sedangkan pada usia pra remaja dan remaja rata-rata konsumsi buah sebesar 33.2 g/hari dan 29.9 g/hari, dan rata-rata konsumsi sayur 33.6 g/hari dan 37.2 g/hari. Pada kelompok usia dewasa rata-rata konsumsi buah dan sayur 36.9 g/hari dan 50.2 g/hari. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan signifikan (p<0.05) antara pengeluaran rumahtangga, besar anggota rumahtangga, dan umur dengan konsumsi buah dan sayur. Hasil uji Chi Square menunjukan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur, dimana pria mengkonsumsi lebih besar dari wanita.

Kata kunci: buah dan sayur, konsumsi, Provinsi DKI Jakarta

ABSTRACT

SATIBI. Fruit and Vegetable Consumption in DKI Jakarta Province, an Analysis based on Basic Health Research (RISKESDAS) 2010. Supervised by DRAJAT MARTIANTO.

This research aimed to study fruits and vegetables consumption in DKI Jakarta using secondary data which was a result from Riskesdas in 2010. The research method was cross-sectional study with 3120 samples, consists of 1567 men and 1553 women. The result showed that the fruit consumption among preschool was 36.3 g/day and vegetable consumption was 40.8 g/day. Fruit consumption among school children stood at 30.8 g/day and vegetable at 29.6 g/day. Among the preteenager and teen group the mean of fruit consumption were 33.2 g/day and 29.9 g/day respectively, while the average of vegetable consumption was 33.6 g/day and 37.2 g/day. Among adult group average of fruit and vegetable consumption were 36.9 g/day and 50.2 g/day respectively. Spearman correlation test showed there was a significant correlation (p<0.05) between family income, family size, and age and the fruits and vegetables consumption. Chi Square test showed there was a significant correlation (p<0.05) between sex and fruits and vegetables consumption, which is man consumption was bigger than women.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

ANALISIS KONSUMSI BUAH DAN SAYUR DI PROVINSI

DKI JAKARTA BERDASARKAN DATA RISET

KESEHATAN DASAR (RISKESDAS) 2010

SATIBI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Konsumsi Buah dan Sayur Di Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 Nama : Satibi

NIM : I14124043

Disetujui oleh

Dr Ir Drajat Martianto, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Analisis Konsumsi Buah dan Sayur di Provinsi DKI Jakarta. Karya ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Drajat Martianto MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran sejak awal perumusan tema hingga selesainya karya ilmiah ini, serta Bapak Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc selaku dosen pemandu dan penguji sidang, yang telah memberikan masukan yang teramat berharga bagi penulis.

Terimakasih penulis ucapkan terutama kepada istri (Puji Yuliastuti) dan anak (Yasmin Izzatunnisa dan Qonita Lutfiyah Hasna) serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang tak terhingga kepada penulis. Terimakasih juga kepada teman - teman ( Dina, Dila, Pina, Citra, Tita, Titis ), teman - teman alih jenis angkatan 6 , teman - teman komunitas lanang (Pak Agung Anggoro, Bayu, Rahdian, Nanda, Awan, Hendri, Agung Kurniawan), dan keluarga besar Poltekkes Kemenkes yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman - teman yang lain yang tidak disebutkan satu persatu atas segala dukungannya.

Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang belum disebutkan yang juga turut membantu dalam proses penyelesaian karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

Satibi

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODOLOGI 4 Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 4

Jumlah dan Cara Penarikan Sampel 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Gambaran Umum Provinsi DKI Jakarta 10

Karakteristik Individu 11

Karakteristik Keluarga 11

Konsumsi Buah dan Sayur 14

Hubungan antar Variabel 17

KESIMPULAN DAN SARAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 23

(14)

DAFTAR TABEL

1. Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010 6

2. Kategori variabel penelitian 7

3. Sebaran sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin 11

4. Sebaran rumah tangga berdasarkan pengeluaran 11

5. Sebaran sampel berdasarkan pekerjaan orang tua 12

6. Sebaran sampel berdasarkan pendidikan orang tua 13 7. Sebaran sampel berdasarkan besar anggota rumah tangga 13 8. Rata-rata konsumsi buah menurut warna dari kelompok umur pra

sekolah, umur sekolah, umur pra remaja, remaja dan dewasa

(gram/hari) 14

9. Rata-rata konsumsi sayur menurut bentuk dari kelompok umur pra sekolah, umur sekolah, umur pra remaja, remaja dan dewasa

(gram/hari) 15

10.Rata-rata konsumsi buah dan sayur menurut pemenuhan kebutuhan dari kelompok umur pra sekolah dan usia sekolah (gram/hari) 16 11.Rata-rata konsumsi buah dan sayur menurut pemenuhan kebutuhan dari

kelompok umur pra remaja, remaja dan dewasa (gram/hari) 16 12.Hubungan antara karakteristik individu dan keluarga dengan konsumsi

buah dan sayur 17

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan kerangka pemikiran analisis konsumsi pangan di Provinsi DKI

Jakarta 4

2. Alur cleaning data di Provinsi DKI Jakarta 5

DAFTAR LAMPIRAN

1.Tingkat partisipasi dan rata-rata konsumsi buah terhadap yang

mengkonsumsi 23

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan makanan untuk melangsungkan kehidupannya agar selalu sehat sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan dalam kehidupannya. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Ketersediaan pangan baik secara makro maupun mikro merupakan prasyarat penting dalam terwujudnya ketahanan pangan (Sekarindah 2008). Menurut Rahmawati (2000), pangan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan baik dalam kondisi mentah maupun yang sudah diolah yang diperoleh dari sumber hayati dan air, termasuk didalamnya sumber bahan baku tambahan pangan, bahan pangan dan sumber yang lain untuk proses penyiapan pangan serta ditujukan untuk kebutuhan manusia

Masalah yang berkaitan dengan perilaku makan adalah kurangnya konsumsi buah dan sayur. Apabila seseorang mengalami kekurangan konsumsi buah dan sayur akan mengakibatkan tubuh kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin, mineral, serat dan tidak seimbangnya tingkat keasaman didalam tubuh. Kurangnya konsumsi buah dan sayur dapat mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh (Ruwaidah 2009). Dampak lain dari kurangnya asupan buah dan sayur adalah ditemukan adanya 31% penyakit jantung dan 11% penyakit stroke yang notabennya disebabkan oleh kurangnya konsumsi buah dah sayur (WHO 2003). Menurut WHO (2003), konsumsi sayur dan buah minimal 400 g sehari untuk mencegah terjadinya penyakit kronis, berat sayur dan buah kurang lebih sekitar 80 gr. Sebagian besar remaja Indonesia 83.6% kurang mengkonsumsi buah dan sayur sesuai dengan dengan standar WHO (2003) yaitu sebanyak lima porsi buah dan sayur perhari (Susenas 2004). MenurutAlmatsier (2002), menganjurkan jumlah sayur yang harus dikonsumsi dalam sehari adalah 150-200 gr, sedangkan untuk buah 200-300 gr sehari

Menurut Farisa (2012), rendahnya konsumsi sayur dan buah dapat disebabakan oleh faktor pendapatan, pengetahuan khususnya tentang gizi, pendidikan, ketersediaan pangan serta akses untuk mendapatkannya. Lain halnya pada remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur dan buah yaitu individual atau interpersonal, psikososial dan biologis, lingkungan sosial atau interpersonal seperti keluarga dan teman sebaya, lingkungan fisik seperti sekolah, restoran dan supermarket, media massa, periklanan, norma sosial dan budaya. Rendahnya konsumsi sayur dan buah dapat disebabakan oleh faktor pendapatan, pengetahuan khususnya tentang gizi, pendidikan, ketersediaan pangan serta akses untuk mendapatkannya. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan analisis konsumsi sayur dan buah penduduk DKI Jakarta.

(16)

2

Perumusan Masalah

Sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan perkembangan ketersediaan aneka fast-food yang pesat, permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ialah sebagai berikut:

1.Bagaimana asupan konsumsi buah dan sayur di Povinsi DKI Jakarta pada berbagai kategori umur ?

2.Faktor- faktor apa saja yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur di Provinsi DKI Jakarta ?

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi buah dan sayur di Provinsi DKI Jakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya berdasarkan data Riskesdas 2010.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakterisitik individu sampel (umur dan jenis kelamin) dan karakteristik sosial ekonomi keluarga sampel (pengeluaran rumahtangga, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan besar anggota rumahtangga) di Provinsi DKI Jakarta.

2. Menganalisis konsumsi buah dan sayur berdasarkan kelompok umur di Provinsi DKI Jakarta.

3. Menganalisis hubungan antara umur, jenis kelamin, pengeluaran rumahtangga, pekerjaan orangtua, dan besar anggota rumahtangga dengan konsumsi buah dan sayur.

Hipotesis

Terdapat hubungan karakteristik individu dan karakteristik keluarga dengan konsumsi buah dan sayur di Provinsi DKI Jakarta.

Manfaat Penelitian

(17)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Karakteristik contoh yang meliputi umur, dan jenis kelamin. Umur dan jenis kelamin mempengaruhi konsumsi pangan atau kebiasaan makan. Kebiasaan makan yang baik ini akan mengakibatkan tercukupinya kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh semua kelompok umur, baik itu zat gizi makro (energi dan protein) ataupun zat gizi mikro (vitamin A dan vitamin C). Sedangkan kecukupan zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A dan vitamin C akan membantu mencukupi kebutuhan zat gizi. Sedangkan untuk karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi tingkat pengeluaran rumahtangga, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan besar keluarga. Tingkat pengeluaran rumahtangga akan mempengaruhi keluarga tersebut terhadap asupan konsumsi buah dan sayur, kecenderungan tingkat pendapatan yang baik akan memudahkan sebuah keluarga untuk mendapatkan kecukupan konsumsi buah dan sayur. Tingkat pendidikan yang baik memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi pangan dengan seimbang. Untuk pekerjaan orang tua memiliki kecenderungan untuk dapat memilih variasi dalam mengonsumsi pangan. Untuk besar anggota rumahtangga akan mempengaruhi pola konsumsi dalam rumah tangga, hal ini akan mempengaruhi asupan zat gizi yang di konsumsi masing-masing anggota keluarga.

Preferensi makanan adalah tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya seseorang terhadap makanan. Preferensi pangan yang diartikan sebagai kesukaan atau pilihan terhadap makanan tersebut akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan seseorang. Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara konsumsi buah dan sayur dengan preferensi menunjukkan bahwa preferensi hanyalah salah satu faktor yang menentukan perilaku konsumsi seseorang, dan terdapat banyak faktor lain yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi suatu bahan pangan, dalam hal ini buah dan sayur (Hardinsyah dan Briawan 1994).

Selain pengaruh reaksi indera terhadap pemilihan pangan, kesukaan pangan pribadi makin terpengaruh oleh pendekatan melalui media radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media massa lain (Suhardjo 1996). Demikian pula dengan harga juga berpengaruh dalam pemilihan manakan, namun harga sering dikesampingkan oleh pertimbangan prestis, rasa, dan kemudahan dalam hal penyiapannya, sehingga harga bukanlah faktor utama dalam hal pemilihan makanan (Stanton (Setiowati 2000).

(18)

4

Gambar 1. Kerangka pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur penduduk Provinsi DKI Jakarta

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Repubik Indonesia (Balitbangkes Kemenkes RI). Desain penelitian ini mengikuti desain penelitian Riskesdas 2010 yaitu desain penelitian cross sectional study dengan menganalisis konsumsi buah dan sayur pada semua kelompok umur di Indonesia. Pengumpulan data Riskesdas 2010 dilakukan oleh tenaga terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di beberapa daerah sejak bulan Juni 2010 dan berakhir pada tanggal 8 Agustus 2010. Pengolahan, analisis dan interpretasi data oleh peneliti dilakukan pada bulan September sampai Desember 2014 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Penarikan Sampel

Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010, sehingga jumlah dan cara pengambilan sampel penelitian mengikuti jumlah dan cara pengambilan sampel Riskesdas 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat Kabupaten/Kota berasal dari

(19)

5

441 Kabupaten/Kota yang tersebar di 33 Provinsi. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari jumlah total Kabupaten/Kota di Indonesia (497 Kabupaten/Kota). Sampel rumah tangga dan anggota rumahtangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk (SP) 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan two stage sampling.

Riskesdas mengambil 2 800 Blok Sensus (BS) yang telah dikumpulkan oleh BPS melalui sensus penduduk 2010 dengan 70 000 rumahtangga. Pemilihan blok sensus ini dilakukan dengan memperhatikan status ekonomi, rasio perkotaan/pedesaan hasil Riskesdas 2007. Tim Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2 798 blok sensus (99.9%) dari 441 Kabupaten/Kota. Pengambilan data untuk penelitian ini menggunakan sampel rumahtangga di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 111 blok sensus yang terdiri dari 2682 rumah tangga dan 9040 anggota rumah tangga.

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua kelompok umur dan anggota rumahtangga lengkap dalam kondisi sehat, konsumsi harian normal (tidak sedang puasa, diet, sakit, dan lain-lain ). Kemudian dilakukan cleaning data terhadap anggota rumahtangga dengan data berat badan, tinggi badan, konsumsi pangan yang tidak lengkap, serta memperhatikan status gizi individu yang memiliki Z- Skor TB/U< -6, TB/U >6, BB/U<-6, BB/U>5, BB/TB <-5, dan BB/TB>5 (Prasetyo 2013 dan WHO 2007), dan individu dengan BMI <13, dan BMI >40 (Hardinsyah 2014 dan Anwar). Cleaning selanjutnya dilakukan juga untuk individu dengan konsumsi <20% AKG dan >400% AKG. Selain itu cleaning juga dilakukan terhadap rumahtangga dengan anggota rumahtangga yang tidak lengkap, tidak ada kepala keluarga, tidak ada ibu rumahtangga, dan kondisi ibu dalam keadaan hamil. Seluruh sampel dalam penelitian ini sebanyak 1175 Rumahtangga dengan jumlah anggota rumahtangga 3120 orang.

Gambar 2 Alur cleaning data pengambilan sampel di Provinsi DKI Jakarta Jumlah rumahtangga : 2682

Jumlah anggota rumahtangga : 9040 orang

Jumlah sampel : 1175 rumahtangga (43,81 % dari sampel awal) dengan 3120 anggota rumahtanggga

Cleaning data :

- data berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan anggota rumahtangga yang tidak lengkap

- kondisi anggota rumahtangga saat wawancara (diet, puasa, sakit, hajatan/ hari raya)

(20)

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini seluruhnya menggunakan data sekunder dari Riskesdas 2010. Data diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Sumber dan cara pengumpulan data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010

Peubah Sumber data yang digunakan Cara pengambilan data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Microsoft Office Excel dan SPSS 16.0. Proses pengolahan data meliputi editing, cleaning dan analisis. Proses cleaning data dilakukan untuk memastikan bahwa data yang digunakan logis dan sesuai dengan variabel yang ditentukan. Proses cleaning dilakukan terhadap contoh yang tidak memiliki data konsumsi pangan, data berat badan dan tinggi badan yang tidak lengkap,kondisi fisiologis hamil, serta dalam kondisi konsumsi tidak biasa (puasa, menjalani diet, dan acara hajatan/ hari raya). Hasil pengolahan data kemudian dianalisis secara deskriptif, analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman dan uji Chi Square.

(21)

7

Karakteristik Sampel

Data mengenai pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi merupakan data sekunder yang diperoleh dari kuesioner Riskesdas 2010. Data tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan Riskesdas 2010. Pendidikan orang tua sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak pernah sekolah, tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, dan tamat D1/D2/D3/PT(Diploma/PerguruanTinggi). Pekerjaan orang tua sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layanan jasa/dagang, petani, nelayan/buruh, dan lainnya. Status ekonomi rumah tangga sampel dikelompokkan didasarkan pada besar pengeluaran keluarga per kapita setiap bulannya. Karakteristik sosial ekonomi rumahtangga yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data karakteristik keluarga yang dianalisis secara statistik deskriptif.

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Sumber

1 Kelompok Umur ( Tahun ) Umur Pra Sekolah ( 2- 6 tahun) Riskesdas Umur Sekolah ( 7-12 tahun ) ( 2010 ) Umur Pra Remaja ( 13-15 tahun )

Umur Remaja ( 16-18 tahun ) Umur Dewasa ( ≥19 tahun )

2 Jenis Kelamin Laki - Laki Riskesdas

Perempuan ( 2010 )

4 Pendidikan Ibu Tidak pernah sekolah Riskesdas

Rumah Tangga Tidak tamat SD/ MI (2010)

(22)

8

Tabel 2 Kategori variabel penelitian (lanjutan)

6 Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Riskesdas

7 Pengeluaran Rumahtangga < 1 000 000 BPS (2011 )

( Rp/kap/bulan ) 1 000 000 – 2 999 999 3 000 000 – 4 999 999

≥ 5 000 000

8 Besar Keluarga ≤ 4 anggota keluarga (kecil) BKKBN 5 - 7 anggota keluarga (sedang) (1998)

Buah dan Sayur 300 - 400 gr/hari (balita/pra sekolah dan anak usia sekolah)

Buah 100 gr/hari

Sayur 200 gr/hari

Buah dan Sayur 400-600 gr/hari (remaja dan dewasa)

Buah 150 gr/hari (remaja dan dewasa)

Sayur 250 gr/hari (remaja dan dewasa)

Data yang diperoleh dari hasil pengolahan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis secara statistik. Hubungan antara pengeluaran rumahtangga, besar anggota rumahtangga, umur, dan pendidikan orang tua dengan konsumsi buah dan sayur dianalisis dengan menggunakan uji statistik korelasi Spearman.

DEFINISI OPERASIONAL

Besar Anggota Rumahtangga adalah jumlah total anggota rumahtangga yang tinggal dalam satu rumah dan mengkonsumsi makanan dari dapur yang sama.

Buah berwarna merah adalah jenis buah yang mempunyai warna merah ( strawberry, tomat, pepaya, jambu biji, semangka).

Buah berwarna hijau adalah jenis buah yang mempunyai warna hijau (alpukat).

(23)

9

Buah berwarna biru dan ungu adalah jenis buah yang mempunyai warna biru dan ungu (blueberry, anggur, duwet).

Buah berwarna putih adalah jenis buah yang mempunyai warna putih (duku, kelengkeng, pir).

Buah berwarna coklat adalah jenis buah yang mempunyai warna coklat (sawo, kiwi).

Karakteristik individu adalah data umum sampel meliputi, usia,dan jenis kelamin.

Karakteristik Keluarga adalah data umum keluarga sampel meliputi tingkat pendidikan orang tua, tingkat pengeluaran rumah tangga, pekerjaan orang tua dan besar anggota rumahtangga.

Kelompok Umur adalah pengelompokkan usia pada sampel yang dikategorikan menjadi usia pra sekolah (2-6 tahun), usia sekolah (7-12 tahun), usia pra remaja (13-15 tahun), usia remaja (16-18 tahun), usia dewasa ( ≥19 tahun ).

Konsumsi Buah adalah asupan berbagai macam jenis buah yang dikonsumsi oleh sampel dinyatakan dalam gram/kap/hari.

Konsumsi Sayur adalah asupan berbagai macam jenis sayur yang dikonsumsi oleh sampel dinyatakan dalam gram/kap/hari.

Konsumsi Pangan adalah keseluruhan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh sampel dalam satu hari dinyatakan dalam gram /kapita/hari.

Sampel adalah penduduk Provinsi DKI Jakarta yang berjenis kelamin laki-laki dan wanita yang terpilih menjadi sampel Riskesdas 2010.

Sayur kelompok daun adalah kelompok sayur yang dapat dimakan bagian daun ( sawi, bayam, kangkung, kubis, kol, daun singkong).

Sayur kelompok batang adalah kelompok sayur yang dapat dimakan bagian batang saja (rebung, asparagus, batang seledri, kecambah).

Sayur kelompok bunga adalah kelompok sayur yang dapat dimakan bagian bunga (bunga turi, brokoli, bunga kol, bunga pisang).

Sayur kelompok buah adalah kelompok sayur yang dapat dimakan bagian buah (tomat, paprika, labu siam, mentimun, pare).

Sayur kelompok umbi adalah kelompok sayur yang dapat dimakan bagian umbi (kentang, wortel, lobak, umbi bit).

Sayur kelompok polong adalah kelompok sayur yang dapat dimakan bagian polong (buncis, kacang panjang, kacang merah, kedelai).

Sayur kelompok jamur adalah kelompok sayur yang dapat dimakan bagian jamur (jamur merang, jamur tiram, jamur kuping).

Tingkat Pendidikan orang tua adalah pendidikan akademik formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua sampel.

Tingkat Pengeluaran rumah tangga adalah banyaknya pengeluaran untuk konsumsi/belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan dalam waktu tertentu yang dinilai dengan uang dalam satuan Rp/kapita/bulan.

(24)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

Kondisi Geografis Provinsi DKI Jakarta

Secara astronomis Provinsi DKI Jakarta terletak antara 6°12′ Lintang Selatan dan 106°48′ Bujur Timur. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata +7 meter diatas permukaan laut. Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah daratan yang berbatasan di sebelah utara dengan Laut Jawa, di sebelah timur dengan Kabupaten Bekasi (Provinsi Jawa Barat), di sebelah selatan dengan Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat), dan di sebelah barat dengan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur Nomor 171 tahun 2007, adalah berupa daratan seluas 662.33 km2 dan berupa lautan seluas 6 977.5 km2. Wilayah DKI memiliki tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27 buah sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan.

Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Provinsi DKI Jakarta meliputi areal permukiman/perumahan sebesar 47.4 %, areal sarana sosial ekonomi dan budaya sebesar 15.2%, areal sarana transportasi sebesar 7.6%, areal industri sebesar 5.9%, areal pariwisata sebesar 0.6%, dan areal hutan sebesar 1.2%. Wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah Kota Administrasi dan satu Kabupaten Administratif, yaitu Kota Adm. Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara masing-masing dengan luas daratan seluas 141.27 km2, 188.03 km2, 48.13 km2, 129.54 km2 dan 146.66 km2 serta Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (8.70 km2). Dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta terdapat 44 wilayah kecamatan dan 267 kelurahan.

Kependudukan

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 jumlah Penduduk Provinsi DKI tahun 2010 sebesar 9 607 787 jiwa. Luas wilayah DKI adalah 662.33 km2, sehingga kepadatan penduduk adalah 13 157.63 jiwa per km2. Apabila diperinci dari informasi Biro Pusat Statistik daerah Jakarta Utara sebesar 11 220.91 jiwa per km2, daerah Jakarta Barat sebesar 17 615.76 jiwa per km2, daerah Jakarta Selatan sebesar 14 597.81 jiwa per km2, dan daerah Jakarta Timur sebesar 14 326.95 jiwa per km2. Maka daerah yang memiliki kepadatan penduduk terbesar adalah Jakarta Pusat sebesar 18 761.13 jiwa per km2 dan wilayah paling jarang adalah Kepulauan Seribu yaitu 2 423.22 jiwa per km2. Sebagian besar penduduk di Provinsi DKI Jakarta berpendidikan SMA/Aliyah/SMEA (35.9%), tamat SD (21.6%), dan SMP/MTs (20.4%), berpendidikan akademi/universitas (13.90%) dan tidak sekolah dan belum tamat SD (9.2%).

(25)

11

Karakteristik Individu Sampel Umur dan Jenis Kelamin

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 3120 orang, dengan jumlah sampel perempuan 1553 orang sebesar 49.8% lebih sedikit dibandingkan sampel laki-laki 1567 orang sebesar 50.2%. Rentang umur pada penelitian ini adalah 2-19 tahun keatas. Kelompok umur terbanyak terdapat pada rentang umur ≥19 tahun keatas, yaitu pada sampel perempuan sebanyak 1408 orang sebesar 90.7% dan pada sampel laki-laki sebanyak 1396 orang sebesar 89.1%. Kelompok umur yang paling sedikit terdapat pada rentang umur 2-6 tahun pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang sebesar 0.1% dan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang sebesar 0.2%.

Tabel 3 Sebaran sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin

Umur Laki-laki Perempuan Total

≥19 tahun 1396 89.1 1408 90.7 2804 89.9

Total 1567 100.0 1553 100.0 3120 100.0

Karakteristik Keluarga Pengeluaran Rumahtangga

Pengelompokan pengeluaran terbagi menjadi dua, yaitu pangan dan non pangan, yang mengacu pada BPS (2009). Jumlah pengeluaran rumahtangga inilah yang bisa dianggap sebagai indikator pendapatan rumahtangga (Sumarwan 2004). Sebagian besar pengeluaran rumahtangga pada kategori 1.000.000 – 2.999.999 sebesar 45.3%, data ini sesuai dengan data pengeluaran rata-rata DKI Jakarta dalam angka 2011 sebesar Rp 1.047.996. Untuk menghitung pendapatan rumahtangga dapat digunakan dengan metode lain yaitu dengan pendekatan pengeluaran rumahtangga. Sebaran rumahtangga berdasarkan pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran rumahtangga berdasarkan pengeluaran

Kategori Pengeluaran (Rp/kap/bln) n %

(26)

12

Tingkat Pekerjaan Orang Tua

Jenis pekerjaan yang dilakukan akan mempengaruhi besar pendapatan yang diterima individu (Suhardjo 1989). Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan seseorang. Sebagian besar pekerjaan kepala keluarga adalah wiraswasta yaitu 593 rumahtangga sebesar 50.5%, tetapi masih terdapat 75 rumahtangga sebesar 6.4% tidak bekerja, sedangkan untuk ibu rumahtangga yang berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 194 rumahtangga sebesar 16.5% namun sebagian besar ibu rumahtangga tidak bekerja sebanyak 702 rumahtangga sebesar 59.7%. Jumlah ini hampir sama dengan data Provinsi DKI Jakarta dalam angka tahun 2011 yaitu sebesar 34.9% pekerjaan penduduk adalah wiraswasta. Sebaran sampel berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran sampel berdasarkan pekerjaan orang tua

Karakteristik Kategori n %

Jenis Pekerjaan Ibu Tidak bekerja 702 59.7

TNI/POLRI/PNS/Pegawai 124 10.6

Jenis pekerjaan mempengaruhi ketersediaan waktu untuk mengelola pangan. Hal ini cenderung untuk menjadi determinan keragaman konsumsi pangan di rumah tangga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar (Hardinsyah 2007).

Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan kualitas Sumberdaya Manusia (SDM). Menurut Engel et al. (1994), tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kondisi sosial ekonomi seseorang yang akan berimplikasi pada pemilihan pangan dan pembelian jenis makanan serta pembentukan kebiasaan makan seperti kebiasaan makan buah.

(27)

13

Tabel 6 Sebaran sampel berdasarkan pendidikan orang tua

Karakteristik Kategori n %

Jenis Pendidikan Ibu Tidak pernah sekolah 31 2.6

Tidak tamat SD/MI 78 6.7

Semakin tinggi pendidikan ayah semakin dapat berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya,yang akan mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga (Fadila 2009). Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen juga berbeda (Sumarwan 2004).

Besar Anggota Rumahtangga

Besar rumahtangga merupakan keseluruhan jumlah anggota rumahtangga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota rumahtangga lainnya yang tinggal dalam satu atap. Jumlah anggota rumahtangga sampel dalam penelitian dibagi ke dalam tiga kelompok. Pengkategorian besar rumahtangga mengacu pada penetapan BKKBN (1998), yaitu, 1) rumahtangga kecil dengan jumlah anggota rumahtangga ≤ 4 orang, 2) rumahtangga sedang dengan jumlah anggota rumahtangga sebanyak 5 – 6 orang dan 3) rumahtangga besar dengan jumlah anggota rumahtangga ≥7 orang.

Sebagian besar rumahtangga sampel sebesar 88.0% termasuk rumahtangga kecil,sedangkan sebesar 1.5% termasuk rumahtangga besar. Sebaran sampel berdasarkan besar anggota rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran sampel berdasarkan besar anggota rumahtangga

Kategori n %

≤ 4 anggota rumahtangga (kecil) 1034 88.0

5 – 7 anggota rumahtangga (sedang) 123 10.5

≥ 7 anggota rumahtangga (besar) 18 1.5

Total 1175 100.0

(28)

14

Konsumsi Buah dan Sayur Konsumsi Buah

Berdasarkan warna/pigmen buah dibagi menjadi enam kelompok warna yaitu berwarna merah (strawberry, tomat, pepaya, jambu biji, semangka), buah warna hijau (alpukat), buah warna kuning dan jingga (pisang, mangga, jeruk), buah warna biru dan ungu (blueberry, anggur, duwet), buah warna putih (duku, kelengkeng, pir), dan buah warna coklat (sawo, kiwi).

Rata-rata konsumsi buah tertinggi pada kelompok umur pra sekolah buah berwarna putih sebesar 20± 4.6 g, konsumsi buah tertinggi pada kelompok umur sekolah buah berwarna orange/kuning sebesar 24.5±5.5 g, konsumsi buah tertinggi pada kelompok umur pra remaja buah berwarna orange/kuning sebesar 21.7±5.0 g, umur remaja sebesar 33.2±9.6 g, konsumsi buah tertinggi pada umur dewasa 41.6±6.6 g buah berwarna putih. Rata-rata konsumsi buah menurut warna dari kelompok umur pra sekolah, umur sekolah, kelompok umur pra remaja, remaja dan dewasa (gram/hari) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Rata-rata konsumsi buah menurut warna dari kelompok umur pra sekolah , umur sekolah, umur pra remaja, remaja dan dewasa (gram/hari)

(29)

15

Konsumsi Sayur

Berdasarkan bentuk/ bagian yang dapat dimakan, sayur dapat dikelompokan menjadi tujuh kelompok yaitu: sayuran daun (sawi, bayam, kangkung, kubis, kol, daun singkong), sayuran batang (rebung, asparagus, batang seledri, kecambah), sayuran bunga (bunga turi, brokoli, bunga kol, bunga pisang), sayuran buah (tomat, paprika, labu siam, mentimun, pare), sayuran umbi (kentang, wortel, lobak, umbi bit), sayuran polong (buncis, kacang panjang, kacang merah, kedelai), dan sayuran jamur (jamur merang, jamur tiram, jamur kuping).

Rata-rata konsumsi sayuran kelompok umur prasekolah tertinggi pada kelompok sayuran polong sebesar 66±3.1 g, konsumsi sayuran kelompok umur sekolah tertinggi pada kelompok sayuran daun sebesar 68.9±9.7 g, kelompok umur pra remaja sayuran bunga sebesar 70.4±10.7 g, kelompok umur remaja mengonsumsi sayuran daun sebesar 80.7±10.7g dan 65.6±10.7 g pada kelompok umur dewasa. Rata-rata konsumsi sayur menurut bentuk dari kelompok umur pra sekolah, umur sekolah, kelompok umur pra remaja, remaja dan dewasa (gram/hari) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Rata-rata konsumsi sayur menurut bentuk dari kelompok umur pra sekolah,umur sekolah,umur pra remaja, remaja dan dewasa (gram/hari)

Bahan

Dapat disimpulkan rata-rata seluruh kelompok umur konsumsi tertinggi pada kelompok sayuran daun. Menurut Almatsier (2004), semakin berwarna/tua warna sayur seperti sayur warna hijau, maka semakin kaya akan zat-zat gizi.

Konsumsi Menurut Pemenuhan Kebutuhan

(30)

16

buah 30.8 gram /hari. Rata-rata konsumsi buah dan sayur menurut pemenuhan kebutuhan kelompok umur pra sekolah dan umur sekolah dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Rata-rata konsumsi buah dan sayur menurut pemenuhan kebutuhan kelompok umur pra sekolah dan umur sekolah

Buah dan sayur Pra Sekolah Sekolah

Rata-rata konsumsi total sayur dan buah kelompok umur pra sekolah untuk sayur 40.8 gram /hari dan buah 36.3 gram/hari, sedangkan umur sekolah yang mengkonsumsi sayur rata-rata 29.6 gram/hari dan buah 30.8 gram /hari. Dapat diketahui dari kedua kelompok masih kurang dalam mengonsumsi sayur dan buah. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan setiap kelompok umur. Hasil ini sejalan dengan penelitian Putriana (2010) menunjukkan, bahwa rata-rata konsumsi sayur pada anak prasekolah masih kurang yaitu 73.5 g/hr dan rata-rata konsumsi buah yaitu 58.6 g/hari. Selain itu hasil penelitian Winastyo terhadap anak prasekolah di TK Islam Terpadu As-Salam Malang juga menujukkan hal yang sama, yaitu sebanyak 62% anak konsumsi sayurnya kurang, dan yang mengkosumsi sayuran cukup hanya 38% dari jumlah keseluruhan anak. Penelitian Etti Miniarti (2014) juga menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolah yaitu 59.6 g/hr dengan nilai minimal 12.38 g/hr dan nilai maksimal 348.8 g/hr Rata-rata konsumsi buah dan sayur menurut pemenuhan kebutuhan kelompok umur pra sekolah dan sekolah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata konsumsi buah dan sayur menurut pemenuhan kebutuhan kelompok umur pra remaja, remaja dan dewasa

Buah dan sayur Pra Remaja Remaja Dewasa

(400 gram/hari) Rata-rata Rata-rata Rata-rata

Sayur 33.6 ± 10.0 37.2 ± 9.8 50.2 ± 10.7

(250 gram/hari)

Buah 33.2 ± 5.2 29.9 ± 5.5 36.9 ± 6.5

(150 gram/hari)

Rata-rata konsumsi total sayur dan buah kelompok umur pra remaja untuk sayur 33.6 gram /hari dan buah 33.2 gram/hari, konsumsi total umur remaja untuk sayur 37.2 gram /hari dan buah 29.9 gram/hari dan konsumsi total kelompok umur dewasa yang mengkonsumsi sayur rata-rata 50.2 gram/hari dan buah 36.9 gram /hari.

(31)

17

Hubungan antar Variabel

Hubungan antara karakteristik individu dan Keluarga dengan Konsumsi Buah dan Sayur

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, hubungan antara karakteristik keluarga dengan konsumsi buah dan sayur dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hubungan antara karakteristik individu dan keluarga dengan konsumsi buah dan sayur

Terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pengeluaran rumahtangga dengan konsumsi buah dan sayur (r=0.067; p=0.000). Hal ini menunjukan, apabila seseorang yang memiliki daya beli yang baik atau tingkat ekonominya tinggi dapat memenuhi kebutuhannya terhadap bahan makanan dengan cukup. Semakin tinggi pendapatan seseorang atau meningkatnya tingkat ekonomi rumahtangga cenderung diikuti dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Hasil sejalan dengan penelitian (Wulansari 2009; Zenk 2005; Utsman 2009), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan konsumsi buah dan sayur. Menurut Khomsan (2008), jika status ekonomi meningkat, maka pengeluaran untuk bahan makanan akan meningkat.

Terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara besar anggota rumahtangga dengan konsumsi buah dan sayur (r=-0.079; p=0.004). Hal ini menunjukkan bahwa besarnya anggota rumahtangga mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada rumahtangga, tetapi terdapat faktor lain yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur seperti faktor ketersediaan pangan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ida Farida ( 2010) menyatakan, bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah anggota rumahtangga dengan konsumsi dan sayur. Penelitian Srimaryani (2010) menyatakan, jumlah anggota keluarga berhubungan signifikan dengan konsumsi buah dan sayur yang bahwa semakin banyak jumlah anggota rumahtangga maka akan semakin besar pangan yang di konsumsi dan pembagian makanan dalam rumahtangga tersebut akan lebih sedikit di banding rumahtangga dengan jumlah sedikit. Selain itu, semakin besar jumlah anggota rumahtangga maka kebutuhan pangan akan meningkat, apabila jumlah pangan yang tersedia terbatas maka konsumsi makanan yang di terima oleh setiap anggota rumahtangga akan terbatas pula. Menurut Suhardjo (2006), besarnya jumlah anggota rumahtangga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada rumahtangga tersebut sehingga semakin besar jumlah anggota rumahtangga, maka alokasi pangan untuk setiap individu akan semakin berkurang.

(32)

18

Rita (2002) bahwa faktor umur berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur serta berperan terhadap preferensi /kesukaan terhadap konsumsi pangan, termasuk buah dan sayur. Menurut Riyadi ( 2001), bahwa semua golongan umur membutuhkan konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup.

Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pendidikan dengan konsumsi buah dan sayur (r=0.005; p=0.76). Hal ini diduga konsumsi buah dan sayur tidak terlalu dipengaruhi oleh pendidikan orang tua, bisa dipengaruhi oleh faktor lain seperti preferensi/kesukaan, budaya, dan ketersediaan pangan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Rejeki (2000), tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayuran dengan pendidikan ibu. Menurut Isnani (2011), tingkat pendidikan orang tua yang baik akan memiliki kecenderungan orang tua dapat memantau dan menerima informasi tentang kesehatan anaknya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diasumsikan bahwa kemampuannya akan lebih baik dalam mengakses dan menyerap informasi untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pekerjaan orang tua dengan konsumsi buah dan sayur (r=0.272). Hal ini diduga seseorang yang bekerja akan memiliki tingkat kesibukan yang lebih tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya perhatian orang tersebut terhadap makanan yang akan dikonsumsi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wulansari (2009), bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan orang tua dengan konsumsi buah dan sayur. Menurut Arikunto (2002), jika seseorang terlalu sibuk bekerja, seringkali ia lalai dalam memenuhi kebutuhan gizinya dan lebih memilih mengkonsumsi makanan cepat saji.

Terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur (r=0.001). Perbedaan jenis kelamin berperan dalam menentukan kebutuhan gizi masing-masing, kebutuhan gizi jenis kelamin laki-laki cenderung lebih besar dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ida Farida (2010), bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur. Menurut Worthington (2000), perbedaan jenis kelamin juga akan menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu cukup berbeda antara laki-laki dengan perempuan. Laki-laki memiliki tubuh lebih besar sehingga kebutuhan gizinya akan lebih besar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(33)

19

rumahtangga sebesar 50.5%, sedangkan pekerjaan ibu adalah tidak bekerja sebanyak 702 rumahtangga sebesar 59.7%. Jenis pendidikan kepala rumahtangga adalah tamat SLTA/MA sebesar 44.6% dan jenis pendidikan ibu rumahtangga sebesar 37.0% adalah tamat SLTA/MA. Sebagian besar rumahtangga termasuk keluarga kecil sebesar 88.0 % dengan jumlah 1034 rumahtangga.

Rata-rata konsumsi buah pada kelompok usia pra sekolah sebesar 36.3 g/hari dan konsumsi sayur 40.8 g/hari. Rata-rata konsumsi pada kelompok usia sekolah untuk buah sebesar 30.8 g/hari dan sayur 29.6 g/hari. Di kelompok lain seperti usia pra remaja rata-rata konsumsi buah sebesar 33.2 g/hari sedangkan rata-rata konsumsi sayur sebesar 33.6 g/hari, dan usia remaja rata-rata konsumsi buah sebesar 29.9 g/hari dan konsumsi sayur sebesar 37.2 g/hari. Di kelompok usia dewasa rata-rata konsumsi buah dan sayur 36.9 g/hari dan 50.2 g/hari.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengeluaran rumahtangga, besar anggota rumahtangga dan umur dengan konsumsi buah dan sayur. Hasil uji Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur.

Saran

Orang tua dapat berkreativitas mencoba membuat masakan sayur maupun buah dengan cara mengkombinasikan aneka jenis dan warna dengan membuat tampilan bentuk hewan atau tokoh sederhana agar anak tertarik untuk makan sayur dan buah.

Meningkatkan pendidikan gizi secara formal dengan memasukan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) khususnya konsumsi buah dan sayur ke dalam mata pelajaran di sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah sebagai sarana meningkatkan pengetahuan gizi sejak dini. Untuk kantin sekolah membuat program makanan sehat dengan menyediakan makanan atau minuman yang mengandung buah dan sayur bagi anak, sehingga anak mendapatkan akses dan stimulus untuk makan buah dan sayur.

Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pendidikan dan ketrampilan untuk peningkatan pendapatan keluarga sehingga alokasi pengeluaran rumahtangga dapat lebih banyak untuk konsumsi pangan khususnya konsumsi buah dan sayur.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta [ID]: Gramedia Pustaka Utama.

_______. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta [ID]: Gramedia Pustaka Utama. Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta [ID]: Gramedia Pustaka

(34)

20

Christen WG, Liu S, Schaumberg DA, Buring JE. 2005. Fruit and vegetable intake and the risk of cataract in women. Am J Clin Nutr. 81(6):1417–22. Engel JF, Backwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen Edisi Keenam,

Jilid 1. (F.X. Budiyanto, Penerjemah). Jakarta [ID]: Binarupa Aksara. Ehria Winastyo. 2013. Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Konsumsi Sayuran

pada Anak Usia Prasekolah di TK Islam Terpadu As Salam Malang. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijjaya.

Etti Miniarti. 2014. Gambaran pengetahuan ibu, sikap ibu, dan pola konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolah di Kabupaten Toraja Utara. Jurnal penelitian Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Farida I. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia tahun 2007 [skripsi]. Jakarta [ID]: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah .

Farisa S. 2012. Hubungan sikap, pengetahuan, ketersediaan dan keterpaparan media massa dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa SMPN 8 Depok tahun 2012 [skripsi]. Depok [ID]: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Farida. Y et al. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.

Fadila H.2009. Analisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan individu di Sumatra Barat. [Skripsi] Padang (ID) : Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. [diktat]. Bogor [ID]: Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hayatinur E. 2001. Prevalensi anemia dan perilaku makan remaja putri di SMUN 2 Kuningan, Kabupaten Kuningan. [Skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah. 2007. Review Faktor Determinan Keragaman Konsumsi Pangan. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2007. 2(2): 55-74. [IOM] Institute of Medicine of the National Academies.

Kemenkes RI. Pedoman Gizi Seimbang (Pedoman Teknis bagi Petugas dalam Memberikan Penyuluhan Gizi Seimbang). Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA KKR. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.

Kementrian Kesehatan. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Khomsan. 2008. Sehat itu Mudah. Jakarta Jakarta [ID]. Hikmah

Putriana ME. Konsumsi Sayur dan Buah Pada Anak Prasekolah Terkait dengan Gizi dan Sikap Ibu. Jurnal penelitian Program Studi Ilmu Gizi UNDIP. 2010; 9:11

(35)

21

Rejeki, A.S. 2000. Kebiasaan Makan Sayur pada Remaja Putri di Perkotaan (Kasus di SMU Suluh dan SMU Al Azhar Jakarta) [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian, IPB. Bogor

Ruwaidah A. 2009. Penyakit akibat lalai mengkonsumsi buah dan sayur serta solusi penyembuhannya. Diakses pada 17 September 2014 dari www.healindonesia.com/2009/05/15.

Rita E. 2002. Preferensi konsumen terhadap pangan sumber karbohidrat non-beras [skripsi]. Bogor (ID): IPB Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Robinson JG. 2011. What color is your food? Taste a rainbow of fruit and vegetables for better health. Bismarck (US): North Dakota State University. Sekarindah T. 2008. Terapi Jus Buah dan Sayur. Jakarta [ID]: Puspa Swara. Suhardjo. 1989. Sosio budaya gizi. Bogor [ID]: PAU pangan dan gizi IPB. Suhardjo. 2006. Pangan,Gizi dan Pertanian. Jakarta [ID]: UI Press.

Srimaryani. Diah Imas 2010. Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Rumahtangga Peserta Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor [ID]: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Utsman. Fikri Syafril. 2009. Gaya Hidup dan Konsumsi Pangan serta Keterkaitannya dengan Pengetahuan Gizi Wanita Penderita dan Bukan Penderita Kista Payudara di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta.[skripsi]. Bogor [ID]: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor .

Wulansari. 2009. Konsumsi serta preferensi buah dan sayur pada remaja SMA dengan status sosial ekonomi yang berbeda di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Worthington. 2000. Nutrition Throughout The Life Cycle.Edisi ke-4 .United State[US] : McGraw-Hill Book Companies, Inc.

World Health Organization. 2003. Diet, Nutrition, and Prevention of Chronic Disease. Jenewa, Swiss [CH].

Zaini M. 2013. Analisis konsumsi lemak, sayur, dan buah pada wanita dewasa di Indonesia.[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

(36)
(37)
(38)
(39)

23

Lampiran 1 Tingkat partisipasi dan rata-rata konsumsi buah terhadap yang mengonsumsi

Berat(gram)

Nama sayur Frekuensi (orang) Persentase Mean Standard Deviation

Alpukat 26 0.8 210.2 180.3

Anggur 14 0.4 214.1 273.9

Apel 126 4.0 248.9 197.7

Belimbing 2 0.1 620.0 509.1

Bengkuang 10 0.3 484.0 524.3

Duku 1 0.1 375.0 .

Duwet 1 0.1 400.0 .

Jambu air 7 0.2 310.0 236.7

Jambu biji 11 0.4 319.3 212.7

Jeruk 195 6.3 246.8 198.7

Kedondong 1 0.1 200.0 .

Kelengkeng 10 0.3 184.5 74.9

Mangga 31 1.0 162.7 145.8

Melon 40 1.3 249.9 217.8

Nanas 5 0.2 205.0 200.3

Nangka 73 2.3 158.5 187.3

Pepaya 108 3.4 334.9 163.1

Pisang 348 11.2 196.4 164.0

Salak 7 0.2 150.0 166.7

Sawo 1 0.1 260.0 .

Semangka 8 0.3 99.4 73.9

Sukun 3 0.1 76.7 20.8

Terong 6 0.2 47.0 18.5

(40)

24

Lampiran 2 Tingkat partisipasi dan rata-rata konsumsi sayur terhadap yang mengonsumsi

Berat(gram)

Nama sayur Frekuensi (orang) Persentase Mean Standard Deviation

Bayam 369 11.8 179.6 194.3

Buncis 13 0.4 174.4 136.4

Caisin 54 1.7 159.3 134.7

Daun kacang

panjang 1 0.1 200.0 .

Daun pepaya 3 0.1 341.7 220.5

Daun singkong 110 3.5 166.8 156.1

Daun ubi 1 0.1 125.0 .

Gori 6 0.2 258.3 368.8

Jamur coklat 2 0.1 130.0 84.9

Jamur kuping 11 0.4 187.2 221.0

Jamur putih 12 0.4 378.6 225.0

Jantung pisang 2 0.1 260.0 84.9

Jengkol 1 0.1 10.0 .

Kacang panjang 527 16.9 154.3 129.8

Kangkung 207 6.6 152.8 149.3

Katuk 18 0.6 165.0 155.7

Kemangi 12 0.4 391.7 436.8

Kluwih 1 0.1 120.0 .

Kol 416 13.3 142.0 137.0

Labu siam 76 2.4 196.9 166.1

Lamtoro 4 0.1 297.5 116.2

Melinjo 6 0.2 235.0 198.2

Mentimun 76 2.4 208.2 134.7

Oyong 14 0.4 326.9 583.5

Pare 7 0.2 308.6 244.0

Petai 1 0.1 200.0 .

Sawi 106 3.4 126.7 95.0

Selada 13 0.4 255.4 179.6

Singgrang 1 0.1 100.0 .

Terong belanda 6 0.2 150.0 127.4

(41)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 12 Mei 1973. Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara, putra pasangan Bapak Said dan Ibu Siti Fatimah. Penulis menempuh pendidikan dasar pada tahun 1980 sampai dengan tahun 1986 di SD Negeri Lenteng Agung 01 Pagi, Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 1987 sampai dengan tahun 1989 di Yasporbi II Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1992 di SMA Negeri 97 Ciganjur Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Diploma I (D-1) pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1993 di SPAG (Sekolah Pembantu Akhli Gizi) Provinsi DKI Jakarta. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Strata I (S-I) pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 di STIA (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi) YAPPANN Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya penulis melanjutkan kembali pendidikan Diploma III (D-III) melalui tugas belajar dari Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 di Politeknik Kesehatan Depkes Jakarta II jurusan gizi. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Neglasari Kota Tangerang, Manajemen asuhan Gizi Klinik (MAGK) dan Manajemen Sistem Pelayanan Makanan di Rumah Sakit Umum Fatmawati Jakarta Selatan dan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.

Penulis pernah bekerja di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof.Dr.Sulianti Saroso bagian instalasi gizi dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, kemudian pada tahun 2001 sampai sampai tahun 2005 bekerja di Puskesmas Kecamatan Pademangan Jakarta Utara, pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 bekerja di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan hingga saat ini.

Pada tahun 2012, Penulis melanjutkan studi ke jenjang pendidikan sarjana pada program alih jenis Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor melalui program tugas belajar dari Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor dan menyelesaikan pendidikan Sarjana Gizi pada tahun 2015.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Gambar 2  Alur cleaning data pengambilan sampel di Provinsi DKI Jakarta
Tabel 1  Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010
Tabel 2  Kategori variabel penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Data pasang surut selama 29 piantan dianalisis dengan metode admiralty dan pengukuran kedalaman kolam pelabuhan ditentukan berdasarkan draft (sarat kapal) kapal maksimum

Oleh kerana sasaran pengguna yang utama adalah pelajar tingkatan dua, maka persekitaran laman web itu juga harus mampu menarik minat pelajar untuk

Berangkat dari permasalahan tersebut perancang merancang karakter dari naskah untuk perancangan animasi pendek 2D menggunakan metode kualitatif dengan cara literatur

Jika kecepatan komunikasi serial yang digunakan untuk transfer data file dari modem ke mikrokontroler lebih dari 30 kbps, maka mikrokontroler akan memerlukan

Karena sinar terpancarkan pada benda bergerak tadi, maka jarak antara benda dengan sumber sinar tetap pada satu sisi akan bertambah sejumlah berkurangnya jarak pada sisi

Hasil pengamatan berat kering total tanaman dari data Tabel 8 menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi larutan daun pepaya yang diberikan hingga 100%, dapat

Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ningtyas (2012) yang menjelaskan diantara variabel Pemahaman Perpajakan dengan Kepatuhan Wajib

Dari hasil analisis kebutuhan siswa juga terlihat bahwa sebagian besar (96,81%) siswa membutuhkan media baru yang dapat mengatasi kesulitan dalam