• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Askes dan Non-Askes Terhadap Pelayanan di Kelas I Mawar RS PMI Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Askes dan Non-Askes Terhadap Pelayanan di Kelas I Mawar RS PMI Bogor"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN

ASKES DAN NON-ASKES TERHADAP PELAYANAN DI

KELAS I MAWAR RS PMI BOGOR

Oleh

ACHMAD HARDIANSYAH

H24104091

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN

ASKES DAN NON-ASKES TERHADAP PELAYANAN DI

KELAS I MAWAR RS PMI BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih jenis Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ACHMAD HARDIANSYAH

H24104091

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Judul Skripsi : Analisis Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Askes dan Non-Askes Terhadap Pelayanan di Kelas I Mawar RS PMI Bogor

Nama : Achmad Hardiansyah

NIM : H24104091

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP . 19760623 200604 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen,

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP . 19760623 200604 1 001

(4)

RINGKASAN

ACHMAD HARDIANSYAH. H24104091. Analisis Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Askes dan Non Askes Terhadap Pelayanan di Kelas I Mawar

RS. PMI Bogor. Dibimbing oleh MUKHAMAD NAJIB.

RS. PMI Bogor merupakan rumah sakit swasta yang bekerjasama dengan PT. Askes dengan tujuan meringankan beban biaya kesehatan tanpa mengurangi mutu pelayanan itu sendiri. Akan tetapi, keluhan pasien pengguna Askes terhadap pelayanan yang diberikan dari penyedia pelayanan kesehatan tetap tinggi. Data rekam medis RS. PMI Bogor pada pasien rawat inap di kelas I Mawar menunjukan adanya penurunan jumlah pasien peserta Askes pada akhir tahun 2012. Pada bulan September terdapat 43 pasien Askes dari total 158 pasien, bulan Oktober terdapat 39 pasien Askes dari total 147 pasien, bulan Nopember terdapat 38 pasien Askes dari total 122 pasien. Hal ini di indikasikan akibat tidak adanya peningkatan pelayanan terhadap pengguna Askes.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat kepuasan pasien Askes dan Non Askes, menganalisis perbedaan tingkat kepuasan antara pasien Askes dengan Non Askes terhadap pelayanan, dan menganalisis hubungan antara karakteristik pasien Askes dan Non Askes terhadap kepuasan pelayanan di kelas I Mawar RS PMI Bogor. Jumlah sampel terdiri dari 60 responden (30 pasien Askes,

30 pasien Non Askes). Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive

sampling. Teknik pengumpulan data berdasarkan dimensi wujud nyata (tangible), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), dan kepedulian (empathy). Pengujian instrument menggunakan uji validitas dan uji

reliabilitas sedangkan dalam melakukan analisis data menggunakan independent

sample t-test dan untuk melihat hubungan antara karakteristik responden dengan

total kepuasan menggunakan uji Chi Square.

Berdasarkan hasil pengujian, tingkat kepuasan pasien Askes memiliki tingkat kepuasan pada kategori sedang, yaitu dengan nilai rata-rata 62,5 dan tingkat kepuasan pasien Non Askes memiliki tingkat kepuasan pada kategori sedang, dengan nilai rata-rata 79,9. Hasil uji T-test menunjukan nilai t-hitung 9,934 dengan signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi (0,000) lebih kecil dari (0,05), maka dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan antara pasien Askes dengan pasien Non Askes terhadap pelayanan di kelas I Mawar RS.

PMI Bogor. Hasil uji Chi Square menunjukan bahwa karakteristik responden baik

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 07 Juli 1988. Penulis merupakan

anak kedua dari dua bersaudara pasangan Suhana dan Robihat. Penulis mengawali

pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Ciapus Bogor pada tahun 1994, kemudian

pada tahun 2000 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Ciomas Bogor. Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Kejuruan Informatika Bina Generasi di Bogor jurusan Teknik

Komputer dan Jaringan.

Penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi tingkat Diploma 3 di

Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 dengan Jurusan Manajemen

Informatika. Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan studi ke program

Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Di tahun yang sama penulis juga bekerja di

RS PMI Bogor bagian keuangan. Pada tahun 2013 penulis melakukan penelitian

untuk tugas akhir pendidikan tingkat Sarjana yang berjudul Analisis Perbedaan

Tingkat Kepuasan Pasien Askes dan Non-Askes terhadap Pelayanan di Kelas I

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Alih Jenis

Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian, pengamatan, dan

observasi lapangan serta pembelajaran dari buku-buku referensi yang berkaitan

dengan pembahasan pada skripsi ini. Selain itu juga banyak masukan dan saran

yang diberikan dosen pembimbing agar penulisan skripsi ini sesuai dengan tujuan

penelitian serta pembahasan yang dibuat mampu dipahami pembaca.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak sempurna,

namun penulis berharap agar dalam proses penyusunan hingga hasil dicapai dapat

dijadikan pembelajaran bagi penulis sendiri maupun pembaca. Penyusunan skripsi

ini dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak

yang telah berjasa membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih

baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat

secara keseluruhan.

Bogor, April 2014

(7)

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah atas Rahmat dan Karunia Allah SWT penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan

skripsi ini baik materi maupun moril, yaitu kepada :

1. Dr. Mukhamad Najib, STP, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi,

dan pengarahan kepada penulis.

2. Lindawati Kartika, SE, M.Si, selaku dosen moderator seminar atas masukan

dan sarannya

3. Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM, selaku dosen QC yang telah banyak

membantu perbaikan penulisan skripsi.

4. Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM dan M.Syaefudin Andriyanto, STP, M.Si

selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Program Sarjana Alih Jenis

Manajemen, FEM IPB.

6. Orang tua penulis, Suhana dan Robihat serta kakak penulis yang telah

memberikan dukungan tak henti-henti.

7. Kepala Ruangan dan perawat di kelas I Mawar RS PMI Bogor serta pegawai

lainnya atas bantuan pemberian informasi dan data untuk penulisan skripsi.

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 8 Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

atas waktu dan pertemanan yang tak terlupakan.

(8)

vi

2.2. Faktor-Faktor Pendorong Kepuasan Pelanggan ... 5

(9)

vii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 20

4.1.1 Sejarah Umum RS PMI Bogor ... 20

4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan RS PMI Bogor ... 21

4.1.3 Pelayanan di RS PMI Bogor ... 22

4.1.4 Struktur Organisasi RS. PMI Bogor ... 24

4.2. Karakteristik Responden ... 25

4.3. Analisis Independent Sample T-test ... 28

4.4. Uji Chi Square ... 35

4.5. Implikasi Manajerial ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 39

2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik jumlah pasien rawat inap kelas I Mawar RS PMI Bogor ... 1

2. Prosedur pelayanan kesehatan PT. Askes ... 8

3. Kerangka pemikiran penelitian ... 12

4. Grafik tingkat kepuasan responden pada aspek Tangible ... 29

5. Grafik tingkat kepuasan responden pada aspek Reliability ... 30

6. Grafik tingkat kepuasan responden pada aspek Responsiveness ... 31

7. Grafik tingkat kepuasan responden pada aspek Assurance ... 33

(11)

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Definisi operasional ... 14

2. Kapasitas tempat tidur di RS PMI Bogor ... 24

3. Distribusi usia responden ... 26

4. Distribusi jenis kelamin responden ... 26

5. Distribusi pendidikan terakhir responden ... 27

6. Distribusi penghasilan per bulan responden ... 27

7. Distribusi lama perawatan responden ... 28

8. Hasil uji Independent Sample T-test ... 28

9. Hasil uji Chi Square antara karakteristik responden dengan kepuasan pasien askes ... 35

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Struktur organisasi RS PMI Bogor ... 43

2. Kuesioner ... 44

3. Hasil uji validitas ... 47

4. Hasil uji reliabilitas ... 53

5. Hasil analisis Independent Sample T-test ... 54

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Data rekam medis RS PMI Bogor pada pasien rawat inap di kelas I

Mawar, menunjukan adanya penurunan jumlah pasien peserta Askes pada akhir

tahun 2012 (Data dapat dilihat pada Gambar 1).

Gambar 1. Grafik jumlah pasien rawat inap kelas I Mawar RS PMI Bogor

(Bagian Rekam Medik RS PMI Bogor, 2012)

Gambar 1 menunjukan grafik jumlah pasien rawat inap di kelas I Mawar

RS PMI Bogor pada akhir tahun 2012. Pada bulan September terdapat 43 pasien

Askes dari total 158 pasien, bulan Oktober terdapat 39 pasien Askes dari total 147

pasien dan bulan Nopember terdapat 38 pasien Askes dari total 122 pasien.

Penurunan pengguna Askes ini perlu diperhatikan mengingat adanya kesan

perawat kurang memperhatikan pasien, kurang disiplin dan membedakan pasien.

Dari hasil pengamatan dan wawancara awal dengan pasien di kelas I

Mawar RS PMI Bogor, 7 dari 10 pasien rawat inap yang menggunakan jaminan

Askes menyatakan kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan. Keluhan lebih

banyak diungkapkan berkisar tentang sikap perawat yang kurang ramah dalam

memberikan pelayanan keperawatan, kurangnya kecepatan penanganan, prosedur

(administrasi) pelayanan yang berbelit-belit dan ketersediaan dokter saat

dibutuhkan. Selain itu keluhan para peserta Askes sering dijumpai ketika mereka

membandingkan pelayanan obat-obatan antara peserta Askes dan Non Askes,

(14)

Sedangkan pada pasien Non Askes, hanya 3 dari 10 pasien yang

mengatakan kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan. Keluhan berkisar

tentang fasilitas ruangan yang kurang maksimal. Berdasarkan hasil wawancara

dengan kepala ruangan di kelas I Mawar, bahwa prosedur pelayanan perawat

kepada pasien Askes maupun Non Askes tidak dibedakan dalam hal proses

penyembuhan. Akan tetapi perbedaan yang paling mendasar adalah rumah sakit

milik pemerintah, layanan Askes secara universal menanggung semua biaya

perawatan, baik itu biaya rawat inap, obat-obatan, visite dokter, dan lain sebagainya. Berbeda dengan rumah sakit swasta, pihak PT Askes tidak

menanggung semua jasa perawatan, tanggungan PT Askes tergantung dengan

kontrak rumah sakit tersebut, seperti yang terjadi di RS PMI Bogor, PT. Askes

hanya menanggung kurang lebih 30% dari total biaya rawat inap, karena RS PMI

Bogor merupakan rumah sakit swasta.

Ketidakpuasan pasien pengguna Askes dikhawatirkan nantinya akan

berdampak pada pengguna Askes lainnya, sehingga lama kelamaan akan semakin

sedikit pasien Askes karena ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan.

Dari uraian tersebut maka diperlukan penelitian tentang perbedaan tingkat

kepuasan pasien pengguna Askes dan Non Askes terhadap pelayanan di kelas I

Mawar RS PMI Bogor untuk mengetahui sejauh mana kepuasan pasien Askes

dan non Askes dalam pelayanan yang diberikan di ruangan. Karena jika pasien

tidak puas harus segera diketahui faktor penyebabnya dan dilakukan koreksi atau

perbaikan untuk mengeliminasi ketidakpuasan tersebut. Bila pasien puas maka

perlu upaya mempertahankan pelayanan yang ada agar pasien tersebut tetap

menjadi pasien di RS PMI Bogor dan tidak beralih ke rumah sakit lain.

1.2.Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana tingkat kepuasan pasien Askes terhadap pelayanan di kelas I ruang

Mawar RS PMI Bogor.

b. Bagaimana tingkat kepuasan pasien Non Askes terhadap pelayanan di kelas I

ruang Mawar RS PMI Bogor.

c. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan antara pasien Askes dengan Non

(15)

d. Apakah ada hubungan antara karakteristik pasien Askes dan Non Askes

terhadap pelayanan di kelas I Mawar RS PMI Bogor.

1.3.Tujuan

a. Mendeskripsikan tingkat kepuasan pasien Askes terhadap pelayanan di kelas I

Mawar RS PMI Bogor.

b. Mendeskripsikan tingkat kepuasan pasien non Askes terhadap pelayanan di

kelas I Mawar RS PMI Bogor.

c. Menganalisis perbedaan tingkat kepuasan pasien Askes dan Non Askes

terhadap pelayanan di kelas I Mawar RS PMI Bogor.

d. Menganalisis hubungan antara karakteristik pasien Askes dan Non Askes

terhadap pelayanan di kelas I Mawar RS PMI Bogor.

1.4.Manfaat

1. Untuk Peneliti

Menambah wawasan tentang penelitian secara umum mengenai perbedaan

tingkat kepuasan pasien pengguna Askes dan Non Askes terhadap pelayanan

di kelas I Mawar RS PMI Bogor.

2. Untuk PT. ASKES

a. Sebagai bahan acuan untuk penyusunan rencana strategis PT. Askes

(Persero).

b. Sebagai bahan masukan untuk memotivasi dan meningkatkan kualitas

pelayanan PT. Askes (Persero) dalam perspektif kepuasan pelanggan.

3. Untuk RS PMI Bogor

a. Dapat membantu menentukan kinerja medis dan non medis, khususnya

pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien.

b. Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan pelayanan di RS

PMI Bogor dalam rangka meningkatkan kualitas dan jumlah pasien (BOR)

rawat inap.

c. Dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan rencana strategi

(16)

1.5.Batasan Masalah

Sasaran penelitian ini adalah pasien rawat inap yang menggunakan

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kepuasan Pelanggan

Menurut Rangkuti (2004), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara pengalamannya atas kinerja

suatu produk dan harapan-harapannya. Jadi dapat disebutkan bahwa kepuasan

merupakan fungsi dari kinerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan

maka pelanggan merasa tidak puas. Tetapi sebaliknya, apabila kinerja melebihi

harapan maka pelanggan akan merasa sangat puas.

Menurut Pohan (2004) kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) dari layanan kesehatan. Dengan demikian, kepuasan pasien merupakan salah satu

tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan. Pasien akan merasa puas apabila

kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan

sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila

kinerja layanan kesehatan yag diperoleh dibawah harapannya.

2.2.Faktor-Faktor Pendorong Kepuasan Pelanggan

Menurut Irawan (2002), terdapat lima komponen yang dapat mendorong

kepuasan pelanggan, yaitu :

1. Kualitas produk

Pelanggan akan merasa puas setelah membeli dan menggunakan produk

tersebut karena kualitas produknya baik atau berkualitas. Kualitas produk

mencakup enam elemen, yaitu performance, durability, feature, reliability, consistency, dan design.

2. Kualitas pelayanan

Service Quality sangat tergantung dari tiga faktor, yaitu : 1) sistem, 2) teknologi, 3) manusia. Berdasarkan konsep ServQual, komponen ini

mempunyai banyak dimensi, yaitu : Reliability, Responsiveness, Assurance,

Empathy, dan Tangible.

3. Faktor emosional

(18)

yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan didasari atas rasa

bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, dan sebagainya.

4. Harga

Komponen harga sangat penting karena dinilai mampu memberikan kepuasan

yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan memberikan

kepuasan bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga karena mereka akan

mendapatkan value for money yang tinggi.

5. Kemudahan

Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk atau jasa.

Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan efisien

dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

2.3.Kualitas Pelayanan

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan. Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya

dalam mengimbangi harapan konsumen. Ada dua faktor utama yang

mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu expected service dan perceived service.

Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan

yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan,

jika pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas

pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas pelayanan yang ideal. Sebaliknya jika

pelayanan yang diterima lebih rendah daripada harapan pelanggan, maka kualitas

pelayanan dipersepsikan buruk (Simamora 2001).

Menurut Rangkuti (2002) mengemukakan ada lima dimensi kualitas

pelayanan, yaitu:

a. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

b. Responsiveness, yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.

(19)

d. Emphaty, yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, serta kemudahan untuk

dihubungi.

e. Tangibles, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan sarana komunikasi.

2.4.Asuransi Kesehatan

Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari

resiko perorangan menjadi resiko kelompok. Beban ekonomi yang harus dipikul

oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung

kepastian karena memperoleh jaminan. Pembiayaan kesehatan yang bersumber

dari asuransi kesehatan merupakan salah satu cara terbaik untuk mengantisipasi

mahalnya biaya pelayanan kesehatan (Effendi dan Makhfudli 2009).

Di Indonesia, PT Askes Indonesia (Persero) merupakan Asuransi

kesehatan untuk pegawai negeri sipil beserta keluarga dan penerima pensiun yang

telah diperkenalkan sejak tahun 1968 dengan Surat Keputusan Presiden No. 230/

1968. Pembayaran premi bersifat wajib (compolsary) dengan memotong gaji

pegawai negeri sebesar 2% dan pensiunan sebesar 5% tiap bulan. Jaringan

provider PT. Askes terdiri dari pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas atau

dokter keluarga dan pelayanan rawat jalan dan rawat inap lanjutan di rumah sakit

pemerintah (592 buah), rumah sakit TNI/ POLRI (17 buah), rumah sakit swasta

(224 buah), apotek, optikal dan unit tranfusi darah PMI.

1. Jenis pelayanan Askes PNS

Jenis pelayanannya bersifat menyeluruh (comprehensive) yang artinya

pengelola dana bertindak sebagai penyedia layanan, dengan jenis pelayanan

kesehatan yang ditanggung mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan baik

pelayanan kuratif juga preventif. Tujuannya adalah untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan peserta. Bila peserta jarang yang sakit maka badan

asuransi kesehatan akan mendapatkan keuntungan.

Pelayanan kesehatan yang diperoleh peserta Askes PNS adalah:

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas/ dokter keluarga

b. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan di rumah sakit pemerintah, rumah sakit

(20)

Unit Gawat Darurat) dan pelayanan khusus jantung, operasi paru, ginjal,

radiotherapy dan penunjang diagnostik canggih.

c. Rawat inap dan persalinan sampai dengan anak kedua hidup.

d. Pelayanan obat sesuai dengan Daftar Penggunaan Harga Obat (DPHO).

e. Alat kesehatan: kecamatan, gigi tiruan, heading, kaki palsu dan tangan tiruan dan implant (bagi peserta).

Pelayanan yang tidak dijamin oleh PT. Askes antara lain:

a. Tidak mengikuti prosedur sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh PT. Askes.

b. Pelayanan di luar prosedur PT. Askes (Persero) dan pelayanan di luar negeri.

c. Obat-obatan di luar Daftar Penggunaan Harga Obat; contac lens, tongkat

penyangga, korset dan operasi plastik untuk kosmetik.

d. Pelayanan ambulance pembuatan visum transport dan administrasi

Gambar 2. Prosedur pelayanan kesehatan PT. Askes (Eka, 2010)

Manfaat pelayanan kesehatan bagi pengguna Askes PNS adalah:

a. Pelayanan kesehatan di Puskesmas/ dokter keluarga terdiri dari pelayanan

pemeriksaan dokter, tindakan medis kecil, laboratorium sederhana serta

pelayanan obat.

b. Pelayanan kesehatan di rumah sakit, apotik dan optik terdiri dari pelayanan

pemeriksaan dokter, tindakan medis, penunjang diagnostik, rehabilitasi medis,

perawatan di ruang rawat biasa/ ICU/ ICCU, tindakan medis/ operasi sedang,

besar dan khusus, tranfusi darah serta pelayanan obat.

c. Pelayanan emergency/ gawat darurat terdiri dari pelayanan pemeriksaan dokter,

tindakan medis kecil, penunjang diagnosis dan pelayanan obat. Rujukan

Tanpa rujukan

Peserta Emergency Rumah

Sakit Puskesmas/

(21)

d. Pelayanan kehamilan/ persalinan terdiri dari pelayanan pemeriksaan,

penanganan gangguan kehamilan/ persalinan yang ditanggung.

e. Pelayanan khusus terdiri dari pelayanan radiotherapy, penunjang diagnostik

canggih dan pelayanan cuci darah, cangkok ginjal, tembak batu ginjal, operasi

jantung/ paru dan pengobatan kanker.

f. Bantuan biaya alat kesehatan terdiri dari kacamata, gigi tiruan, alat bantu

dengar, kaki/ tangan tiruan, implantmeliputi intra ocularlens/ IOL, pen, screw.

2. Hak peserta Askes

a. Memperoleh Kartu Askes.

b. Memperoleh pelayanan kesehatan.

c. Memperoleh penjelasan/ informasi.

d. Menyampaikan keluhan

3. Kewajiban peserta Askes

a. Membayar premi.

b. Memberikan data kepada kantor Askes (persero) setempat atau Askes

Center untuk proses penerbitan Kartu Askes.

c. Mengetahui dan mentaati ketentuan dan prosedur pelayanan.

d. Menjaga agar kartu Askes tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan orang yang

tidak berhak(Eka 2010).

2.5.Non Askes

Pasien Non Askes adalah pasien yang bukan merupakan peserta wajib

Askes. Yang membedakan antara pasien Askes dan Non Askes adalah

penanggung biaya perawatannya, antara lain: dari pemerintah dan biaya sendiri

(Azwar 1994).

2.6.Penelitian Terdahulu

Velma (2009) melakukan penelitian mengenai “Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan di RSU Bhakti Asih

Tangerang”. Berdasarkan analisis Chi Square diperoleh hasil bahwa jenis kelamin dan usia dalam karakteristik responden tidak memiliki hubungan dengan atribut

kualitas pelayanan jasa. Dari analisis IPA, diperoleh hasil bahwa atribut yang

(22)

penyakit, keamanan lingkungan rumah sakit, kelengkapan obat-obatan di apotek

dan kelengkapan fasilitas peralatan modern. Kuadran B (Pertahankan Prestasi)

yaitu atribut kelengkapan penjelasan dokter, ketanggapan dokter dan perawat

terhadap keluhan pasien, kesiapsediaan dokter dan perawat membantu pasien,

pengetahuan dan keterampilan medis dokter, pelayanan dokter dan perawat

meyakinkan, keramahan dan kesopanan dokter dan perawat dan kesetaraan

pelayanan pengobatan. Kuadran C (Prioritas Rendah) terdapat atribut kecepatan

pelayanan dokter dan perawat, pelayanan kasir yang prima, kecepatan pelayanan

apotek, pelayanan petugas apotek yang meyakinkan, keramahan dan kesopanan

petugas pendaftaran dan apotek, kesamaan pemahaman penyakit pasien antara

dokter dan perawat, ketersediaan pusat pengaduan terhadap keluhan pasien serta

kenyamanan dan kebersihan lingkungan RS. Atribut pada Kuadran D yaitu

ketepatan tagihan biaya, kemudahan memperoleh informasi pelayanan, kesetaraan

pelayanan apotek, ketersediaan petunjuk arah untuk tiap ruangan, kerapian dan

kebersihan penampilan seluruh karyawan. Hasil analisis CSI menunjukkan bahwa pasien telah merasa puas terhadap kualitas pelayanan RSU Bhakti Asih. Hal ini

dapat dilihat dari nilai CSI sebesar 80,43% dimana berada pada kategori ”sangat puas” (0,76-1,00).

Rahmatika (2004) melakukan penelitian mengenai “Tingkat Kepuasan

Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit Pusat

Pertamina”. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil dengan menggunakan uji

Mann Whitney bahwa dari keseluruhan atribut kualitas pelayanan RSPP menunjukkan adanya perbedaan distribusi populasi nilai yang signifikan antara

sampel pada tingkat harapan dengan sampel pada tingkat kinerja di tiap atribut

kualitas pelayanan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kedua sampel memang

nyata berasal dari populasi yang sama sehingga memiliki nilai sampel yang relatif

sama yang berarti nilai sampel menyebar secara normal sehingga kepuasan

pelanggan dapat diketahui. Analisis kepuasan pasien rawat jalan dengan

menggunakan nilai median menghasilkan 17 atau 77 persen atribut kualitas

pelayanan RSPP yang artinya, RSPP telah berhasil memberikan kepuasan kepada

(23)

III. METODE PENELITIAN

3.1.Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi sebagai pedoman dan landasan

dalam melakasanakan semua kegiatan perusahaan termasuk RS PMI Bogor yang

memiliki visi dan misi yang digunakan sebagai landasan untuk mencapai tujuan

perusahaan agar menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan medis bermutu

tinggi dengan unggulan dalam bidang diagnostik dan bidang traumatik dan dapat mengantisipasi perubahan-perubahan global.

Rumah sakit PMI Bogor memahami bahwa persepsi kualitas layanan yang

baik adalah menurut sudut pandang pasien. Pelayanan rumah sakit di dasarkan

pada pedoman layanan yang berisi atribut-atribut kualitas pelayanan yang

meliputi: Tangible (fisik), Reliability (kehandalan), Responsiveness (daya

tanggap), Assurance (jaminan), dan Empathy (kepedulian).

Kajian penelitian ini berfokus pada perawatan di kelas I Mawar yang

menggunakan jaminan rawat inap Askes dan Non Askes. Penelitian bertujuan

untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan antara pasien pengguna jaminan

Askes dengan pasien Non Askes. Selain itu peneliti ingin mengetahui apakah ada

hubungan antara karakteristik pasien dengan kepuasan antara pasien Askes

dengan Non Askes.

Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisa kepuasan pasien

Askes dan Non Askes adalah Independent Sample T-test. Analisis ini bermanfaat

bagi perusahaan untuk mengukur seberapa besar persentase perbedaan tingkat

kepuasan antara pasien Askes dengan Non Askes serta mengetahui atribut kualitas

pelayanan apa saja yang perlu ditingkatkan dan mendorong upaya perbaikan dan

peningkatan kualitas pelayanan oleh RS PMI Bogor. Teknik analisis yang kedua

yaitu uji Chi Square, analisis ini bermanfaat untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik pasien dengan kepuasan pasien Askes dan Non

Askes.

Dengan analisis yang dilakukan, diharapkan dapat megetahui dengan jelas

(24)

Mawar, sehingga hasil tersebut dapat di rekomendasikan kepada manajemen RS

PMI Bogor.

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian

Ket:

= tidak diteliti

= analisis data

Mutu pelayanan RS PMI Bogor:

1. Tangible 2. Reliability 3. Responsiveness 4. Assurance 5. Empathy

RS PMI Bogor

Visi, Misi, dan Tujuan RS PMI Bogor

Pasien Askes

Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Askes dan pasien Non Askes

Hubungan antara Karakteristik dengan Kepuasan Pasien Askes dan Non Askes

Rekomendasi

Independent sample t-test

Pasien Non Askes

Chi Square

(25)

3.2.Metode Penelitian

3.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia yang

berlokasi di Jalan Raya Pajajaran No. 80 Bogor. Penelitian dilaksanakan pada

bulan Nopember sampai dengan bulan Desember 2012.

3.2.2 Populasi dan Sampel

A.Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pasien rawat inap di kelas I Mawar RS

PMI Bogor bulan Nopember 2012 yang berjumlah 122 pasien. Pasien pengguna

Askes berjumlah 38 pasien dan pasien non Askes berjumlah 84 pasien.

B.Sampel

Sampel dalam penelitin ini adalah sebagian pasien yang dirawat di kelas I

Mawar RS PMI Bogor. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel

adalah non probability sampling, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu sampel diambil dengan maksud

dan tujuan tertentu (Arikunto 2009).

Pada penelitian ini jumlah responden yang diambil dihitung berdasarkan

rumus Slovin (Umar, 2005):

=

1+��2 … (1)

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih bisa di tolerir 10%

Diketahui jumlah pasien di kelas I Mawar RS PMI Bogor pada bulan

Nopember tahun 2012 diperkirakan sebanyak:

� = 122

(1 + (122 10%)2 )

= 54.95 ≈ 55

Dari perhitungan diatas diperoleh jumlah responden sebanyak 55

responden. Dan untuk pengujian validitas dan reliabilitas akan disebarkan 60

(26)

3.2.3 Jenis dan Sumber data

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari perusahaan, yaitu mengenai gambaran

umum perusahaan, hasil wawancara, penyebaran kuesioner, dan hasil

pengamatan langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari buku dan literatur, yaitu mengenai asuransi

kesehatan, manajemen pemasaran, dan hasil riset tentang kepuasan pasien oleh

peneliti sebelumnya yang masih relevan untuk digunakan.

3.3.Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Tingkat lima dimensi yaitu wujud nyata, kehandalan, ketanggapan, jaminan dan empati. Dengan skala likert : skor 1= sangat tidak puas, skor 2= tidak puas, skor 3= biasa saja, skor 4= puas, skor 5= sangat puas

(27)

3.4.Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode atau teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data yaitu:

a. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

pasien dan perawat.

b. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada pasien atau

keluarga pasien, kepala ruangan, dan perawat untuk mendapatkan informasi.

c. Teknik kepustakaan, yaitu dengan mencari data pada laporan-laporan bulanan

yang ada di perusahaan.

d. Teknik penyebaran kuesioner, yaitu dengan membagikan kuesioner kepada

pasien.

3.5.Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1 Prosedur Pengolahan Data

Menurut Hasan (2004) pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang terkumpul tidak logis dan meragukan, seperti

pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan identitas, dan kelengkapan isian

kuesioner sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera

oleh peneliti.

b. Coding

Coding adalah pemberian/ pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. melakukan pemberian kode berupa angka

untuk memudahkan pengolahan data. Kode disini menggunakan kode 1=

sangat tidak puas, 2= puas, 3= biasa saja, 4= puas, 5= sangat puas.

c. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. pengelompokan data sesuai

dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan ke dalam tabel yang sudah

(28)

Untuk mengetahui klasifikasi tingkat kepuasan pasien Askes dan Non

Askes maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus untuk menentukan batas

kategori skor berdasarkan hasil kuesioner dengan pedoman sebagai berikut

(Haryono 2012).

Langkah pertama menghitung mean (μ), dengan rumus:

μ=1

Langkah kedua menghitung standar deviasi (σ), dengan rumus:

σ = 1

Langkah ketiga memasukan hasil hitungan kedalam kategori berikut:

(29)

3.5.2 Uji Validitas

Pengujian validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat

ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur (Umar

2005). Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data

pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk

menguji validitas kuesioner adalah teknik korelasi product moment pearson.

Dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 15.0. Nilai korelasi yang dihitung dinyatakan sah (valid) jika nilai r > 0,361.

Rumus teknik korelasi product moment pearson:

=

n xiyi−( xi)( yi)

{� xi2−( xi)2} { yi2−( yi )2}…

(4)

Dimana :

� = Koefisien korelasi antara X dan Y

n = Banyaknya responden

x = Skor masing-masing pertanyaan

Y = skor Total

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap 30 responden pasien Askes dan 30

responden pasien Non Askes di dapat hasil pengukuran tingkat kepuasan terhadap

seluruh pertanyaan lebih besar dari r tabel. Hal ini menunjukan bahwa semua

pertanyaan adalah signifikan dan dapat dinyatakan valid. Hasil perhitungan uji

validitas dapat dilihat pada lampiran 3.

3.5.3 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang

ditunjukan oleh instrument pengukuran (Umar 2005). Pengujian reliabilitas

dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jadi jika sebuah pertanyaan

tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah

valid kemudian baru secara bersama diukur reliabilitasnya. Uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Dimana bila r alpha > r table, maka pertanyaan (kuesioner) reliabel.

=

−1

1

st2

(30)

Dimana :

ri = reliabilitas konsumen

k = jumlah butir pertanyaan

st2 = jumlah ragam item

St² = ragam total

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dihasilkan nilai αcronbach untuk tingkat

kepuasan pasien Askes dan Non Askes yaitu α = 0,868 dan α = 0,835 artinya

kuesioner tingkat kepuasan Askes dan Non Askes tersebut reliabel karena lebih

besar dari 0,6. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 4.

3.5.4 Distribusi Frekuensi

Analisis distribusi frekuensi dilakukan untuk melihat jumlah responden

dalam suatu karakter penelitian. Analisis ini dilakukan untuk melihat karakteristik

responden, seperti: usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, penghasilan per

bulan, dan lama perawatan.

3.5.5 Uji T-test

Uji T-test merupakan uji statistik terhadap signifikan atau tidaknya perbedaan nilai rata-rata dari beberapa sampel yang berbeda (Istijanto 2005). T-test dalam penelitian ini yaitu independent sample T-test karena menggunakan dua sampel yaitu Askes dan Non Askes. Perbedaan rata-rata dua populasi dapat

diketahui dengan melihat rata-rata kedua sampel pada semua variabel.

Rumus yang digunakan dalam independentsample T-test:

t= P1−P2

SP 1P 2 … (6)

Keterangan:

P1 = kelompok sampel kesatu

P2 = kelompok sampel kedua

SP1−P2 = standar deviasi

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : tidak adanya perbedaan antara tingkat kepuasan pasien Askes dengan pasien

(31)

H1 : adanya perbedaan antara tingkat kepuasan pasien Askes dengan pasien Non

Askes terhadap pelayanan di kelas I Mawar RS PMI Bogor.

Kriteria pengujian:

t hitung ≤ t tabel  tidak signifikan; Ho diterima, H1 ditolak

t hitung > t tabel  signifikan; Ho ditolak, H1 diterima

3.5.6 Uji Chi Square

Uji Chi Square merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk

menguji keselarasan, dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa

kebergantungan dan homogenitas dari suatu data. Pengujian ini menggunakan

crosstab (tabulasi silang) yang digunakanuntuk mengetahui hubungan antara dua

variabel atau lebih. Uji ChiSquare ini akan mengamati secara lebih detail tentang

ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik responden Askes dan Non Askes

dengan kinerja pelayanan. Rumus statistik Chi Square menurut Nazir (2009)

adalah:

2

=

� −� 2

� … (7)

Keterangan:

2 = Chi Square

� = Frekuensi hasil observasi

� = Frekuensi yang diharapkan

Hipotesis:

H0: Tidak ada hubungan antara karakteristik responden dengan kinerja pelayanan.

H1: Ada hubungan antara karakteristik responden dengan kinerja pelayanan.

Jika 2hitung > 2tabel atau nilai nyata (sig) < α = 5%, maka H0 ditolak dan

H1 diterima. Sebaliknya jika nilai 2hitung < 2tabelatau nilai nyata (sig) > α = 5%,

maka H0 diterima dan H1 ditolak. Uji Chi Square dalam penelitian ini digunakan

sebanyak dua kali, yang pertama digunakan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara karakteristik responden Askes dengan kinerja pelayanan. Kedua

yaitu mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik responden non Askes

(32)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Umum RS PMI Bogor

Rumah Sakit PMI Bogor merupakan rumah sakit swasta di wilayah Kota

Bogor yang dimiliki oleh Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Pada awalnya

RS PMI Bogor didirikan atas prakarsa kelompok sosial orang-orang Belanda di

kota Bogor tahun 1931 dan pengelolannya diserahkan kepada NERKAI

(Nederlansch Rode Kruis Afdeling Van Indonesie). Antara tahun 1942-1945

rumah sakit dikuasai oleh Jepang, namun setelah Jepang kalah perang pengelolaan

rumah sakit kembali ke tangan NERKAI. Setelah Indonesia merdeka, rumah sakit

tersebut dihibahkan kepada Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Bogor dan

diberi nama Rumah Sakit Kedung Halang. Pada tahun 1951 rumah sakit tersebut

diserahkan kepada Markas Besar Palang Merah Indonesia dan berganti nama

menjadi Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia (RSU PMI) Bogor. Untuk

mengelola RSU PMI Bogor dibentuk Yayasan Rumah Sakit Umum PMI Bogor

pada tahun 1964, yang kemudian dibubarkan pada tahun 1966.

Sejak diserahkan kepada Markas Besar Palang Merah Indonesia, RSU

PMI Bogor ditunjuk sebagai sumah sakit umum yang memberikan pelayanan

kesehatan semua jenis penyakit kepada masyarakat Bogor dan sekitarnya. Oleh

karena itu, pada tahun 1965 RSU PMI Bogor bekerjasama dengan RS Cipto

Mangunkusumo dalam bentuk bantuan tenaga medis dan paramedis dari RSCM di

RSU PMI Bogor. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien RSU PMI Bogor

menyediakan ruang perawatan kelas III (sal) dan kelas II (2 tempat tidur per

kamar). Seiring dengan perkembangan kegiatan di RSU PMI Bogor dan ijin tetap

penyelenggaraan rumah sakit yang telah dimiliki sejak tahun 1992, RSU PMI

Bogor menambah ruang perawatan kelas II, kelas I, dan kelas VIP. Pada tahun

1999 dibuka ruang perawatan Paviliun Melati, ruang perawatan Kelas I dan Kelas

II Mawar, Paviliun Anggrek I dan II, Instalasi Bedah Sentral, dan Pusat

(33)

Dengan menyadari bahwa RSU PMI Bogor merupakan rumah sakit yang

berpengalaman dengan tenaga medis dokter spesialis yang lengkap ditunjang

dengan perlatan diagnostik yang modern dan lengkap di Wilayah Bogor, maka

sejak 2002 RSU PMI Bogor membuka Poliklinik Afiat. Pembukaan Poliklinik

Afiat dimaksudkan untuk meluaskan pelayanan di semua segmen masyarakat dan

menunjang sistem subsidi silang. Selain itu RSU PMI Bogor melayani pasien

Askes dengan mengadakan ikatan kerjasama dengan PT. Askes Indonesia. Di

tahun itu pula dilakukan renovasi gedung UGD (Emergency) dan memindahkan

ruang perawatan Paviliun Mawar dan Paviliun Melati yang kini menjadi

Poliklinik Afiat ke lantai III dan IV Gedung Melati.

Oleh karena fasilitas dan pelayanan medis yang dimiliki oleh RSU PMI

Bogor, maka Rumah Sakit mendapatkan status Rumah Sakit Tipe B menurut

standar hasil Workshop Hospital. Sebelumnya RSU PMI Bogor hanya dinyatakan

Rumah Sakit Tipe C pada tahun 1970. Walaupun hanya sebagai RS Tipe C,

namun RSU PMI Bogor telah banyak berkiprah di bidang pelayanan medik.

Seperti pada tahun 1972 Poliklinik Kebidanan ditunjuk sebagai Poliklinik

Keluarga Berencana Wilayah Bogor, tahun 1988 RSU PMI Bogor ditunjuk

sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Tarumanegara (Untar), dan sejak tahun 1989 RSU PMI Bogor

ditunjuk sebagai pengelola bank darah dan Sekretariat Bank Mata. Selain itu, RSU

PMI Bogor mempunyai prestasi yang cukup baik antara lain :

1. Meraih Juara I (satu) sebagai Rumah Sakit Swasta Tipe C tingkat provinsi

Jawa Barat Tahun 1988.

2. Juara III (tiga) lomba penampilan Rumah Sakit swasta tipe B tingkat Provinsi

Jawa Barat.

3. Pada bulan Oktober 1999 RS PMI Bogor berhasil meraih juara II lomba

penampilan kerja Rumah Sakit Swasta tingkat provinsi Jawa Barat.

4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan RS PMI Bogor

RS PMI Bogor mempunyai visi menjadi rumah sakit yang memberikan

pelayanan terbaik dengan unggulan di bidang traumatik dan kegawatdaruratan.

(34)

1. Memberikan pelayanan terbaik dengan selalu berupaya meningkatkan sumber

daya manusia.

2. Mengembangkan layanan unggulan di bidang traumatik dan

kegawatdaruratan.

3. Melakukan upaya menjadi rumah sakit rujukan di wilayah Bogor dengan

berlandaskan prinsip-prinsip kepalang merahan yang dikelola secara

sosioekonomi.

Tujuan umum RS PMI Bogor adalah menjadi institusi pelayanan

kesehatan yang berlandaskan prinsip kepalangmerahan yang dikelola secara

sosioekonomi. Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam beberapa tujuan

khusus, yaitu:

1. Menjadi institusi pelayanan kesehatan yang bermutu dengan kualitas sumber

daya manusia yang profesional dan memegang teguh etika profesi.

2. Menjadi institusi kesehatan yang mengembangkan bidang traumatic melalui

peningkatan sarana, prasarana dan sumber daya manusia secara

berkelanjutan.

3. Menjadi rumah sakit rujukan di wilayah kota Bogor melalui usaha secara

sistematis dan berkesinambungan.

4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan berlandaskan prinsip

kepalangmerahan yang dikelola secara sosioekonomi.

Di samping itu RS PMI Bogor mempunyai motto yaitu HUMAN

(Hospitality, Univesitality, Man Power, Activity, Need) yang mempunyai makna memberikan pelayanan dengan keramahtamahan tanpa membedakan sosial

ekonomi pasien melalui sumber daya manusia yang bermutu dan berdedikasi

tinggi dalam melaksanakan tugas yang sesuai kebutuhan masyarakat.

4.1.3 Pelayanan di RS PMI Bogor

RS. PMI Bogor menyelenggarakan berbagai bentuk pelayanan kesehatan,

diantaranya :

1. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan Rawat Jalan di RS PMI Bogor terdiri atas dua jenis pelayanan,

yaitu Poliklinik Reguler dan Poliklinik Afiat. Poliklinik Reguler ditujukan untuk

(35)

beragam mulai dari pembayaran umum tanpa jaminan dari instansi manapun,

pembayaran Askes, pembayaran dengan jaminan pemerintah untuk keluarga

miskin (GAKIN), serta pembayaran dengan kontrak kerjasama. Fasilitas

Poliklinik Reguler terdiri dari Bedah Umum, Bedah Syaraf, Bedah Urologi,

Bedah Orthopedi, Penyakit Dalam/Internist, Paru, Syaraf, Mata, THT, Kulit &

Kelamin, Psikiatri, Anak, Imunisasi & Klinik ASI, Jantung & Pembuluh Darah,

Rehabilitasi Medik& Fisioterapi, Umum, Gigi & Mulut, dan Konsultasi Gizi.

Poliklinik Afiat ditujukan bagi pasien umum, non Askes, non GAKIN, atau pasien

kontrak kerjasama seperti dengan perusahaan tertentu. Poliklinik ini dirancang

untuk kelas ekonomi menengah ke atas yang mengharapkan pelayanan yang

cepat, tidak menunggu lama, fasilitas ruangan bersih, nyaman, aman dan tenang.

Poliklinik Afiat memberikan pelayanan antara lain pelayanan laboratorium yang

meliputi pemeriksaan rutin, mikrobiologi, serologi, kimia klinik, analisa gas

darah, elisa dan tes narkoba, Treadmill, USG, Ekokardiografi, Autotonometri,

Elektrokardiografi, Audiogram, Radiologi, Fisioterapi, Farmasi, Alat Bantu

Dengar, serta Optik.

2. Pelayanan Rawat Inap

Instalasi Rawat Inap di RS PMI Bogor mempunyai misi menerapkan

manajemen keperawatan yang benar, meningkatkan kualitas SDM keperawatan,

dan melaksanakan asuhan keperawatan dengan standar yang ditetapkan.

Sedangkan tujuannya adalah meningkatkan derajat kesehatan yang optimal,

tercapainya pelayanan keperawatan yang bermutu, serta tercapainya kepuasan

pasien dan keluarga. Fasilitas Rawat Inap terdiri dari VIP/Paviliun Melati (1

tempat tidur per kamar), Kelas 1/Paviliun Anggrek (1 tempat tidur per kamar),

Kelas 1/Paviliun Mawar (2 tempat tidur per kamar), Kelas 2/Paviliun Anggrek &

Seruni (2 tempat tidur per kamar), Kelas 2 (2 tempat tidur per kamar), Kelas 3

(sal), Ruang Bayi & Anak, ICU, Ruang Bersalin, Ruang Rawat Gabung (khusus

ibu & bayi), dan Ruang Pemulihan. Adapun kapasitas tempat tidur yang ada di

(36)

Tabel 2. Kapasitas tempat tidur di RS PMI Bogor

Ruang Perawatan Kapasitas Tempat Tidur (Unit)

Paviliun Melati 16

Paviliun Mawar 22

Paviliun Anggrek:

Kelas I 8

Kelas II 12

Ruang Rawat Inap Non Paviliun Dewasa :

(Ruang Soka, Dahlia, Cempaka,Seruni Kebidanan, dan Seruni Bedah)

Kelas II 36

Kelas III 124

Ruang Rawat Bayi dan Anak

Ruang Alamanda (Bayi) 20

Ruang Aster (Anak) 18

Ruang Khusus

Ruang ICU 9

Ruang Intermediate Centre 6

Kamar Bersalin 6

Ruang Rawat Gabung 8

Recovery Room 12

Sumber: Wawancara langsung dengan bidang Rekam Medik.

4.1.4 Struktur Organisasi RS. PMI Bogor

Struktur organisasi RS. PMI Bogor berdasarkan Surat Keputusan Direktur

No : I.0166/Sekr/X/2006 yang menyatakan bahwa organisasi RS. PMI Bogor

terdiri dari badan pengawas, direksi, dan komite medik. (Lampiran 1) Badan

Pengawas adalah badan yang mewakili Pengurus Pusat PMI dalam pelaksanaan

pengendalian dan pengawasan atas penyelenggaraan kegiatan rumah sakit oleh

direksi. Direksi RS. PMI Bogor terdiri dari Direktur, Wakil Direktur Pelayanan

Medik, Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan. Sedangkan Komite Medik

adalah suatu wadah non struktural yang terdiri dari kelompok staf medis

(37)

Direktur RS PMI Bogor mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

1. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara

serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melakukan

upaya rujukan.

2. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen rumah sakit secara terpadu, efisien,

efektif dan kreatif.

3. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Rumah Sakit (RAPB

RS) setiap tahun yang berdasarkan pada Master Program dan kegiatan tahunan.

Wakil Direktur Pelayanan mempunyai tugas mengkoordinasikan dan

melaksanakan pengawasan terhadap Bidang Perawatan, Bidang Pelayanan,

Bidang Rekam Medis dan Instalasi-Instalasi yang ada di RS PMI Bogor. Wakil

Direktur Administrasi dan Keuangan mempunyai tugas mengkoordinasi dan

melaksanakan pengawasan terhadap Bidang Keuangan, Bagian Sekretariat,

Bidang Sumber Daya Manusia, Bidang Diklat dan Bidang Pengembangan Rumah

Sakit.

Komite Medik mempunyai tugas melaksanakan pengawasan mutu

pelayanan, penyusunan standar etika dan pengembangan profesi.Komite Medik

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala-kepala SMF (Staf Medik

Fungsional) dan Kepala Sub-sub Komite. Sedangkan Auditor Internal bertugas

untuk memastikan terpenuhinya asas kesesuaian, efektivitas dan efisiensi untuk

mendukung sasaran dan tujuan setiap unit pelayanan.

4.2.Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini diuraikan dalam beberapa karakteristik,

yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, penghasilan per bulan

dan lamanya perawatan.

A.Usia

Untuk kelompok usia dikelompokkan menjadi 4, yaitu usia dibawah 20

tahun, antara 21 tahun - 30 tahun, antara 31 tahun- 40 tahun, dan diatas 41 tahun.

(38)

Tabel 3. Distribusi usia responden

Usia (tahun)

Askes Non Askes

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

<20 1 3.3 1 3.3

36,7%, dan paling sedikit pada usia kurang dari 20 tahun sebanyak 1 orang atau

sekitar 3,3% . Sedangkan untuk responden Non Askes Jumlah paling banyak pada

usia 31 – 40 tahun sebanyak 13 orang atau sebesar 43.3% dan paling sedikit pada

usia kurang dari 20 tahun sebanyak 1 orang atau 3.3%. Hal ini menunjukan bahwa

sebagian besar responden sudah mampu untuk melakukan pemikiran secara rasio

maupun emosional dalam pemilihan kelas perawatan.

B.Jenis Kelamin

Untuk jenis kelamin ini pengelompokannya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4. Distribusi jenis kelamin responden

Jenis Kelamin Askes Non Askes

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 11 36.7 14 46.7

Perempuan 19 63.3 16 53.3

Total 30 100.0 30 100.0

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden Askes

dan Non Askes adalah perempuan. Untuk responden Askes perempuan sebanyak

19 orang atau sebesar 63.3% sedangkan responden laki-laki sebanyak 11 orang

atau 36.7%. Untuk Non Askes responden perempuan sebanyak 16 orang atau

sekitar 53.3% sedangkan responden laki-laki sebanyak 14 orang atau 46.7%.

C.Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir responden pengelompokannya dapat dilihat pada tabel

(39)

Tabel 5. Distribusi pendidikan terakhir responden

Pendidikan Terakhir

Askes Non Askes

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

SD 0 0.0 1 3.3

Askes yang paling banyak adalah responden yang mempunyai taraf pendidikan

terakhir S1 sebanyak 15 orang atau sebesar 50%. sedangkan jumlah paling sedikit

adalah responden dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 1 orang atau sekitar

3.3%. Hal ini menunjukan bahwa pasien di kelas I Mawar mempunyai taraf

pendidikan yang cukup tinggi.

D.Penghasilan Per Bulan

Karakteristik responden dilihat dari pendapatan yang diperoleh setiap

bulan sebagai berikut :

Tabel 6. Distribusi penghasilan per bulan responden

Penghasilan per bulan

Askes Non Askes

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

< 1 Juta 1 3.3 0 0.0

1 Juta - 2 Juta 6 20.0 2 6.7

2 Juta - 3 Juta 6 20.0 8 26.7

> 3 Juta 17 56.7 20 66.7

Total 30 100.0 30 100.0

Berdasarkan Tabel 6, untuk responden Askes maupun Non Askes Jumlah

responden dengan penghasilan per bulan lebih dari 3 juta lebih banyak sedangkan

yang paling sedikit responden dengan penghasilan kurang dari 1 juta per bulan.

Hal ini menunjukan bahwa pasien di kelas I Mawar adalah orang-orang yang

mempunyai penghasilan yang cukup baik serta mempunyai kemampuan dalam

mengalokasikan dana untuk biaya perawatan.

E.Lama Perawatan

Karakteristik responden dilihat dari lamanya perawatan adalah sebagai

(40)

Tabel 7. Distribusi lama perawatan responden

Lama Perawatan Askes Non Askes

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

< 3 hari 4 13.3 8 26.7

3 - 5 hari 13 43.3 13 43.3

6 - 10 hari 9 30.0 6 20.0

> 10 hari 4 13.3 3 10.0

Total 30 100.0 30 100.0

Berdasarkan Tabel 7, untuk responden Askes maupun Non Askes jumlah

paling banyak ada pada lamanya perawatan antara 3 – 5 hari yaitu sebanyak 13

orang atau sebesar 43.3%. Sedangkan untuk jumlah responden paling sedikit yaitu

pada lama perawatan lebih dari 10 hari yaitu sebanyak 4 orang atau sebesar 13.3%

untuk pasien Askes dan sebanyak 3 orang atau sekitar 10% untuk pasien Non

Askes.

4.3.Analisis Independent Sample T-test

Berdasarkan hasil analisis independent sample T-test didapatkan hasil bahwa nilai pada masing-masing aspek kepuasan pasien Askes dan Non Askes

yang meliputi variabel bukti fisik (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan kepedulian (empathy) berbeda signifikan antara kepuasan pasien Askes dengan pasien Non Askes, dimana

tingkat kepuasan pasien Non Askes lebih tinggi daripada pasien Askes, seperti

terlihat pada Tabel 8. Hasil analisis independent sample T-test dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Tabel 8. Hasil uji Independent Sample T-test

(41)

t-< 0,05, dimana total score keseluruhan variabel memberikan nilai t-hitung (9,934) > t-tabel (2,001) dan nilai signifikansi 0,000. Sehingga diartikan adanya

perbedaan tingkat kepuasan antara pasien Askes dengan pasien Non Askes

terhadap pelayanan, yaitu dalam rentang nilai rata-rata 0,625 (Askes) dan 0,799

(Non Askes).

Dari hasil analisis t-test tersebut, maka dibuat persentase perbandingan tingkat kepuasan antara pasien Askes dengan pasien Non Askes dalam bentuk

grafik pada masing-masing variabel seperti berikut :

 Bukti Fisik (Tangible)

Gambar 4. Grafik tingkat kepuasan responden pada aspekTangible

Gambar 4 menunjukan grafik perbandingan tingkat kepuasan responden

kelompok pasien Askes dan Non Askes pada aspek tangible. Tingkat kepuasan

pasien Askes lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kepuasan pasien pengguna

Non Askes pada semua item pertanyaan. Uji beda memberikan nilai hitung >

t-tabel yaitu 3,225 dan nilai signifikansi 0,002 (p < 0,05) sehingga diartikan

terdapat perbedaan tingkat kepuasan pasien Askes dan Non Askes pada aspek

Tangible.

Tingkat kepuasan pasien Askes terhadap aspek Tangible memberikan nilai

rata-rata yang tertinggi dibandingkan aspek lainnya yaitu 87,2%. Tingkat

(42)

eksterior ruangan dan lingkungan rumah sakit yang rapi, bersih, menarik, dan

nyaman (X1= 86%), kelengkapan fasilitas ruangan (X2= 86%), dan petunjuk arah

yang jelas untuk tiap ruangan (X4= 85%). Sedangkan rata-rata tingkat kepuasan

pasien Non Askes pada dimensi Tangible sebesar (81%). Kepuasan yang masih di

bawah rata-rata yaitu pada kelengkapan fasilitas ruangan (X2= 73%). Hal ini

dikarenakan ada beberapa kamar yang harus diperbaiki untuk kebersihan kamar

mandi dan perlu maintenance AC secara rutin supaya ruangan tetap dingin

maksimal.

 Kehandalan (Reliability)

Gambar 5. Grafik tingkat kepuasan responden pada aspekReliability

Gambar 5 menunjukan grafik perbandingan tingkat kepuasan responden

kelompok pasien Askes dan Non Askes pada aspek Reliability. Terlihat jelas

bahwa tingkat kepuasan pasien Non Askes lebih tinggi dibandingkan dengan

tingkat kepuasan pasien pengguna Askes pada semua item pertanyaan. Uji beda

memberikan nilai t-hitung > t-tabel yaitu 9,048 dan nilai signifikansi 0,000 (p <

0,05) sehingga diartikan terdapat perbedaan tingkat kepuasan pasien Askes dan

Non Askes pada aspek Reliability.

Nilai rata-rata tingkat kepuasan pasien Askes pada aspek Reliability

(43)

41%), dan mengenai layanan biaya yang cepat dan tepat (X11= 46%). Meskipun

prosedur penerimaan pasien mudah dilakukan (X6= 52%) dan perawat

memberikan pelayanan medis yang akurat kepada pasien sesuai dengan prosedur

dan instruksi dokter (X7= 61%), beberapa pasien Askes merasakan kecepatan

perawat dalam menangani keluhan pasien terlalu lama dan sedikitnya waktu yang

diberikan dokter kepada pasien untuk konsultasi. Hal ini dikarenakan jumlah

pasien yang memang banyak sehingga dengan keterbatasan tenaga perawat maka

terjadi waktu tunggu yang lama untuk menangani keluhan pasien. Sedangkan

dalam hal administrasi mekanisme perincian biaya harus menghitung selisih biaya

secara manual sehingga terjadi waktu tunggu yang lama apabila dalam kondisi

banyak pasien pulang.

Tingkat kepuasan rata-rata pasien Non Askes pada aspek Reliability adalah

76.7%. Responden Non Askes merasakan masih kurangnya tagihan terperinci

dengan jelas dan benar (X10= 69%) dan Layanan biaya yang cepat dan tepat

(X11= 62%). Hal ini dikarenakan tidak adanya petugas administrasi yang khusus

menangani pasien di setiap ruangan dalam hal pelayanan administrasi.

 Daya Tanggap (Responsiveness)

Gambar 6. Grafik tingkat kepuasan responden pada aspek Responsiveness

Tingkat kepuasan pasien Non Askes pada aspek Responsiveness lebih

tinggi dibandingkan dengan tingkat kepuasan pasien pengguna Askes pada semua

(44)

independent t-test memberikan nilai t-hitung > t-tabel yaitu 8,749 dan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) sehingga diartikan terdapat perbedaan antara tingkat

kepuasan pasien Askes dan Non Askes pada aspek Responsiveness.

Analisis tingkat kepuasan responden pada aspek Responsiveness

memberikan hasil yang relatif sama. Nilai rata-rata tingkat kepuasan pasien

Askes pada aspek Responsiveness adalah 55%. Beberapa hal yang masih dibawah

nilai rata-rata tersebut adalah pada saat dokter melayani pasien dengan cepat

(X12= 49%), dan dokter komunikatif dalam menyampaikan hasil pemeriksaan

(X16= 51%). Sedangkan pada pasien Non Askes tingkat kepuasan kedua item

tersebut jauh lebih tinggi, yaitu dokter melayani pasien dengan cepat (X12= 79%)

dan dokter komunikatif dalam menyampaikan hasil pemeriksaan (X16= 85%)

kedua item tersebut melebihi rata-rata (77,8%). Menyampaikan hasil pemeriksaan

yang telah dilakukan nampaknya kurang menjadi prioritas dokter. Prioritas dokter

saat berkomunikasi dengan pasien lebih besar pada edukasi penyakit yang diderita

pasien dan hal-hal yang terkait seperti pencegahan, terapi yang akan diberikan,

sehingga waktu untuk menceritakan secara detail setiap hasil pemeriksaan

(anamesis dan pemeriksaan fisik) menjadi berkurang, apalagi bila pasien yang

menunggu masih banyak sehingga fokus utama dokter saat berkomunikasi dengan

pasien adalah bagaimana menyembuhkan pasien. Akan tetapi dari hasil tersebut

membuktikan bahwa ada perbedaan yang besar pada beberapa dokter yang lebih

memprioritaskan pasien Non Askes dibandingkan dengan pasien Askes.

Nilai tingkat kepuasan dibawah rata-rata pada pasien Non Askes yaitu

petugas non medis di ruangan selalu cepat dalam merespon keinginan pasien

(45)

 Jaminan (Assurance)

Gambar 7. Grafik tingkat kepuasan responden pada aspekAssurance

Tingkat kepuasan pasien Non Askes pada aspek Assurance lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat kepuasan pasien pengguna Askes pada semua item

pertanyaan, seperti terlihat pada Gambar 7. Uji beda menggunakan independent

t-test memberikan nilai t-hitung > t-tabel yaitu 8,134 dan nilai signifikansi 0,000 (p < 0.05) sehingga diartikan terdapat perbedaan antara tingkat kepuasan pasien

Askes dan Non Askes pada aspek Assurance.

Rata-rata tingkat kepuasan pasien Askes pada aspek Assurance adalah

69%. Kepuasan pasien Askes yang dibawah rata-rata yaitu pada saat dokter

memberikan resep obat yang sesuai dan berkualitas (X20= 61%). Sedangkan pada

pasien Non Askes tingkat kepuasan pada item tersebut jauh lebih tinggi dari nilai

rata-rata tingkat kepuasan pasien Non Askes yaitu sebesar (93%). Hal ini

dikarenakan obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien Askes adalah obat

generik yang masuk standar dari PT. Askes, sedangkan obat yang di resepkan

dokter kepada pasien Non Askes adalah obat paten dan harganya pun lebih mahal,

sehingga ada perbedaan proses penyembuhan antara obat Askes dan obat Paten.

Nilai rata-rata tingkat kepuasan pasien Non Askes pada aspek Assurance

adalah sebesar 89.5%. Tingkat kepuasan pasien Non Askes yang dibawah

rata-rata yaitu pada perawat mempunyai pengetahuan dan keterampilan medis

(46)

Beberapa pasien Non Askes masih merasa kurang percaya terhadap pengetahuan

dan keterampilan perawat. Hal ini dikarenakan ada beberapa perawat yang masih

dalam bimbingan, sehingga muncul persepsi kurang percaya dari pasien.

 Kepedulian (Empathy)

Gambar 8. Grafik tingkat kepuasan responden pada aspekEmpathy

Tingkat kepuasan pasien Non Askes pada aspek Empathy lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat kepuasan pasien pengguna Askes pada semua item

pertanyaan, seperti terlihat pada Gambar 8. Uji beda menggunakan independent

t-test memberikan nilai t-hitung > t-tabel yaitu 8,912 dan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) sehingga diartikan terdapat perbedaan antara tingkat kepuasan pasien

Askes dan Non Askes pada aspek Empathy.

Nilai rata-rata tingkat kepuasan pasien Askes pada aspek Empathy adalah

sebesar 56.2%. Tingkat kepuasan pasien Askes yang dibawah rata-rata yaitu pada

customer service memberikan informasi yang jelas mengenai tarif dan kondisi

ruangan (X22= 54,6%). Meskipun nilai tersebut hampir mendekati nilai rata-rata,

tetapi customer service harus tetap memperhatikan dan tidak membeda-bedakan

pelayanan kepada pasien Askes dan Non Askes agar memberikan penjelasan yang

detail mengenai tarif kamar dan fasilitasnya. Sedangkan untuk pasien Non Askes

tingkat kepuasan pada item tersebut sebesar 79% melebihi nilai rata-rata. Artinya,

pasien Non Askes sangat puas atas pelayanan informasi mengenai tarif dan

kondisi kamar yang akan di tempati.

(47)

Rata-rata tingkat kepuasan pasien Non Askes pada aspek Empathy adalah sebesar 76,8%. Tingkat kepuasan pasien Non Askes yang dibawah rata-rata yaitu

pada petugas non medis mau mendengarkan keluhan pasien (X24= 69%). Hal ini

perlu diperhatikan karena mengingat peran penting petugas sebagai orang

terdepan yang berhubungan dengan pasien sehingga respon merekalah yang

menciptakan penilaian yang akhirnya tersimpan di memori pasien sebagai citra

terhadap pelayanan.

4.4.Uji Chi Square

Berdasarkan uji analisis Chi Square diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik responden baik pada pasien Askes maupun pasien

Non Askes terhadap kepuasan total, dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Hasil uji Chi Square antara karakteristik responden dengan kepuasan

tabel Hubungan P-Value

Korelasi

Dapat dilihat dari Tabel 9, bahwa seluruh karakteristik responden Askes

memiliki hasil Chi Square hitung < Chi Square tabel dan nilai probabilitas yaitu P-value (Asymp. Sig) > α 0,05 artinya tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, penghasilan per bulan, dan lama perawatan dengan

Gambar

Gambar 1. Grafik jumlah pasien rawat inap kelas I Mawar RS PMI Bogor
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1. Definisi operasional
Tabel 3. Distribusi usia responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat dari DR Chairil Abdini sebagai Deputi Menteri Sekretaris Negara yang mnyatakan bahwa indonesia tidak dapat dikategorikan sebagai negara gagal memang

Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan: Dominannya partai politik; Landasan sosial ekonomi yang masih lemah; Tidak mampunya konstituante

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 62 orang responden yang diteliti mayoritas berpengetahuan kurang, jadi semakin rendah pengetahuan

Lampiran : Surat Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah TA3. Asli

[r]

PENGARUH LATIHAN LEG EXTENSION DENGAN PYRAMID SYSTEM METHOD TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL SHOOTING PADA CABANG OLAHRAGA FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia

Sedangkan kemampuan unit-unit pembangkit yang beroperasi dalam sistem untuk menjaga nilai frekuensi nominalnya atau mengembalikan nilai frekuensi ke nilai nominalnya jika

Untuk pemilihan presiden yang akan digelar juli 2009 /KPU memberikan kelonggaran kepada para pemilih yang tidak berdomisili di daerahnya untuk mempergunakan hak pilihnya tanpa