• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi ( Studi Kasus Guru Geografi SMA Negeri di Kota Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi ( Studi Kasus Guru Geografi SMA Negeri di Kota Semarang"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN KURIKULUM

BERBASIS KOMPETENSI

(Studi Kasus Guru Geografi SMA negeri di Kota Semarang)

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Nur Sumaryati NIM 3201401001

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Senin

Tanggal : 13 Maret 2006

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Purwadi Suhandini, SU. Drs. Tukidi

NIP. 130515744 NIP. 131286675

Mengetahui : Ketua Jurusan Geografi,

(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 5 April 2006

Penguji Skripsi

Drs. H. Sunarko, M.Pd NIP. 130812916

Anggota I Anggota II

Drs. Purwadi Suhandini, SU Drs. Tukidi

NIP. 130515744 NIP. 131286675

Mengetahui : Dekan,

(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Maret 2006

(5)

v Motto

¾ Kegagalan bukan pada saat jatuh tetapi ketika tidak dapat bangun lagi. ( Aa Gym)

¾ Dzikir adalah satu sarana melembutkan hati dari ketakaburan

kesombongan, dan ujud yang seringkali menyusup ke dalam diri kita, jika kita dilanda kegelisahan, kegundahan dan kesedihan maka bacalah Al-Qur an sebab ia adalah penyejuk hati, penentram jiwa, dan cahaya bagi orang yang membaca dan mengkajinya. (Aa Gym)

Saya persembahkan skripsi ini untuk:

1. Ayah dan Ibu yang selalu mengiringi perjuangan dengan doa dan cinta

2. Suamiku mas Vicky Ferda terimakasih atas motivasi dan dukungannya

3. Anakku Aqila Kehzi yang senantiasa memberiku semangat

(6)

vi

Segala puji hanya bagi Allah, dengan limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

Dalam proses selesai skripsi ini, penulis memperoleh bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Ari Tri Soegito, S.H. MM, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. H. Sunardi, MM, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Purwadi Suhandini, SU, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak membantu dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Drs. Tukidi, selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Drs. H. Sunarko, M.Pd., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

(7)

vii terhitung.

8. Semua pihak yang terlihat dalam penulisan skripsi ini.

Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT sebagai amal sholeh, dan hanya Allah SWT yang dapat membalas semua kebaikan Bapak dan Ibu semua. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Maret 2006

(8)

viii

Sumaryati, Nur. 2006. Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi ( Studi Kasus Guru Geografi SMA Negeri di Kota Semarang ). Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Drs. Purwadi Suhandini, SU, Drs. Tukidi. 100 halaman.

Kata Kunci : Kemampuan Guru, Kurikulum Berbasis Kompetensi

Guru geografi SMA dalam menerapkan KBK dituntut untuk lebih kreatif dalam mengajar, bukan hanya sekedar memberi bekal pengetahuan geografi tetapi juga bekal ketrampilan hidup yang terkait dalam bidang geografi, karena guru geografi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pelaksanaan KBK mata pelajaran geografi.

Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah: Seberapa jauh kemampuan guru geografi SMA Negeri di Kota Semarang dalam menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan guru geografi SMA Negeri di kota Semarang dalam menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru geografi sebanyak 27 orang, terdapat di 15 SMA negeri di Kota Semarang. Populasi ini sekaligus sebagai sampel. Variabel yang diteliti yaitu: (1) kemampuan guru menyusun Rencana Pembelajaran sesuai dengan KBK, (2) kemampuan guru melaksanakan pemblajaran, (3) kemampuan guru melaksanakan hubungan pribadi, Data diambil dengan teknik observasi. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif prosentase.

(9)

ix

kemampuan guru geografi di Kota semarang dalam penerapan pembelajaran KBK belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam membuat recana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hubungan pribadi yang belum optimal.

Berdasarkan hasil penelitian ternyata kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran ada beberapa hal yang masih kurang yaitu perencanaan pengelolaan pembelajaran seperti merumuskan kompetensi dan indikator, pemilihan metode pembelajaran, memotivasi siswa, memberi pengalaman belajar dan menentukan alokasi waktu. Di samping itu dalam hal perencanaan pengelolaan kelas juga masih kurang terutama dalam penataan ruang kelas dan pengorganisasian siswa aktif. Berdasarkan hasil ini maka disarankan kepada guru geografi untuk memanfaatkan forum MGMP sebagai tempat diskusi tentang cara pembuatan rencana pembelajaran yang sesuai dengan KBK. Di samping itu kepada pihak Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Tengah untuk mengadakan diklat tentang pembelajaran gografi berbasis KBK kepada guru-guru geografi, sehingga dengan kegiatan tersebut pengetahuan guru dapat bertambah dan berusaha menerapkan pembelajaran KBK tersebut.

(10)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 4

C. Penegasan Istilah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Skripsi ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Proses Belajar Mengajar ... 7

(11)

xi

1. Kemampuan Penyusunan Rencana Pembelajaran Sesuai KBK... 15

2. Kemampuan Melaksanakan Proses Pembelajaran ... 16

3. Pengelolaan Lingkungan Kelas... 26

BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penentuan Obyek Penelitian ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel Penelitian ... 30

3. Variabel Penelitian ... 30

B. Metode Pengumpulan Data ... 31

1. Metode Observasi ... 31

2. Metode Dokumentasi ... 31

C. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

1. Identitas Sampel Penelitian ... 33

2. Letak Lokasi Penelitian ... 34

3. Peta Persebaran Sampel Penelitian ... 35

4. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ... 36

5. Analisis Data ... 36

a. Rencana Pembelajaran ... 36

(12)

xii

c). Penentuan Langkah-Langkah Pembelajaran ... 38

d). Pemberian Motivasi Siswa ... 39

e). Penentuan Pengalaman Belajar ... 40

2). Merencanakan Pengorganisasian Materi Pembelajaran... 42

a). Penyesuaian Materi Pembelajaran Dengan Kurikulum. 42 b). Pengembangan Materi Pembelajaran yang Sesuai dengan Perkembangan Siswa... 43

3). Merencanakan Pengelolaan Kelas... 45

a). Penataan Ruang Kelas ... 45

b). Pengorganisasian Siswa Agar Aktif dlm Pembelajaran 46 4). Perencanaan Penggunaan Sumber Media Pembelajaran ... 48

a). Pemilihan sumber Pembelajaran ... 48

b). Penentuan Penggunaan Alat/Media Pembelajaran... 49

5). Perencanaan Penilaian... 51

a). Penentuan bentuk prosedur dan alat penilaian ... 51

b). Menyusun Alat Penilaian ... 51

6). Penampilan fisik rencana pembelajaran... 53

a). Penggunaan Bahasa ... 53

b). Kerapihan dan Kebersihan... 54

b. Pelaksanaan Pembelajaran... 56

(13)

xiii

c). Penyampaian kompetensi yang harus dikuasai siswa . 58

2). Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran Inti ... 59

a). Penguasaan Materi Pembelajaran ... 60

b). Pemberian contoh/ilustrasi/analogi... 60

c). Penggunaan sumber, alat dan media pembelajaran ... 61

d). Pengarahan kepada siswa untuk aktif berpartisipasi.... 62

e). Pemberian Penguatan... 62

f). Pelaksanan kegiatan pembelajaran dengan urutan logis atau teratur ... 63

g). Merespon secara positif keingintahuan siswa... 64

h). Menunjukkan antusiasme/kegairahan mengajar... 64

3). Pengorganisasian waktu,siswa,sumber dan Alat/media Pembelajaran ... 66

a). Pengaturan Penggunaan waktu ... 66

b). Pelaksanaan Pengorganisasian Siswa ... 67

c). Menyiapkan sumber alat bantu/media pembelajaran... 67

4). Melaksanakan Penilaian ... 69

a). Pelaksanaan Penilaian Proses... 69

b). Pelaksanaan Penilaian Hasil ... 70

5). Menutup Kegiatan Pembelajaran... 72

(14)

xiv

a). Kesan Umum ... 74

b). Penampilan dan Sikap Guru dalam Pembelajaran... 75

c. Keterampilan Melaksanakan Hubungan Pribadi... 77

1). Membantu Mengembangkan Perilaku Positif Siswa ... 77

a). Membantu siswa untuk menyadari kekuatan dan Kelemahan Sendiri ... 78

b). Membantu siswa untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri... 78

c). Membantu Siswa untuk mengekspresikan perasaan dan Pikiran ... 79

d). Menunjukkan Empati... 80

e). Menunjukkan Keramahan menghargai orang lain ... 80

2). Menampilkan Kegairahan dan Kesungguhan dalam Kegiatan Pembelajaran... 82

a). Menunjukkan Kegairahan dalam Pembelajaran ... 82

b). Memberi Kesan Menguasai Materi... 82

c). Menunjukkan Kemantapan Mengajar... 82

3). Mengelola Interaksi dalam Kelas ... 84

a). Pengembangan Hunbungan Antar Pribadi... 85

b). Menciptakan Iklim Belajar ... 85

(15)

xv

3. Hubungan Pribadi ... 97

BAB V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(16)

xvi

Tabel Halaman

1. Perbedaan Kurikulum 1994 dan KBK ... 12

2. Sekolah Sampel Penelitian ... 29

3. Kriteria Tingkat Kemampuan Guru ... 32

4. Identitas Sampel Penelitian ... 33

5. Perumusan Kompetensi Dasar dan Indikator ... 37

6. Pemilihan Metode Pembelajaran... 38

7. Penentuan Langkah-Langkah Pembelajaran ... 38

8. Pemberian Motivasi Siswa ... 39

9. Penentuan Pengalaman Belajar ... 40

10. Penentuan Alkasi Waktu ... 41

11. Perencanaan Pengelolaan Pembelajaran ... 41

12. Penyesuaian Materi Pembelajaran dengan Kurikulum ... 43

13. Pengembangan Materi Pembelajaran sesuai dengan Perkembangan Siswa .. 44

14. Pengorganisasian Materi Pembelajaran ... 44

15. Penataan Ruang Kelas... 46

16. Pengorganisasian SISWA Agar Aktif Dalam Pembelajaran ... 46

17. Perencanaan Pengelolaan Kelas... 47

18. Pemilihan Sumber Pembelajaran ... 48

19. Penentuan Penggunaan Alat / Media Pembelajaran... 49

20. Perencanaan Sumber Media... 50

21. Penentuan Bentuk Prosedur dan Alat Penilaian... 51

22. Penyusunan Alat Penilaian... 52

23. Perencanaan Penilaian... 52

24. Penggunaan Bahasa... 53

25. Kerapihan dan Kebersihan Rencana Pembelajaran... 54

26. Penampilan Fisik Rencana Pembelajaran ... 54

(17)

xvii

30. Penyampaian Kompetensi yang Harus di Kuasai Siswa... 58

31. Membuka Kegiatan Pembelajaran ... 58

32. Penguasaan Materi Pembelajaran ... 60

33. Pemberian Contoh/Ilustrasi/Analogi... 61

34. Penggunaan Sumber,Alat dan Media Pembelajaran ... 61

35. Pengarahan Kepada Siswa untuk Aktif Berpartisipasi... 62

36. Pemberian Penguatan ... 63

37. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran dengan Urutan yang Logis dan Teratur 63 38. Merespon Secara Positif Keingintahuan Siswa... 64

39. Menunjukkan Antusiasme/Kegairahan Mengajar... 64

40. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Inti ... 65

41. Pengaturan Penggunaan Waktu ... 66

42. Pelaksanaan Pengorganisasian Siswa ... 67

43. Menyiapkan Sumber dan Alat Bantu/Media Pembelajaran ... 68

44. Pengorganisasian Waktu, Siswa, Sumber, dan Alat Bantu Median Pembelajaran ... 68

45. Pelaksanan Penilaian Proses ... 70

46. Pelaksanan Penilaian Hasil ... 70

47. Pelaksanaan Penilaian ... 71

48. Merangkum Materi ... 72

49. Memberi Tindak Lanjut ... 73

50. Menutup Kegiatan Pembelajaran ... 73

51. Kesan Umum... 74

52. Penampilan dan Sikap dalam Pembelajaran ... 75

53. Penampilan Guru... 75

54. Pelaksanaan Pembelajaran ... 76

55. Membantu Siswa Untuk Menyadari Kekuatan dan Kelemahan Sendiri... 78

56. Membantu Siswa untuk Menumbuhkan Kepercayaan pada Diri Sendiri ... 79

(18)

xviii

60. Membantu Mengembangkan Perilaku Positif Siswa ... 81

61. Menunjukkan Kegairahan dalam Pembelajaran... 82

62. Memberi Kesan Menguasai Materi... 83

63. Menunjukkan Kemantapan Mengajar ... 83

64. Menampilkan Kegairahan dan Kesungguhan dalam Pembelajaran... 84

65. Pengembangan Hubungan Antar Pribadi ... 85

66. Menciptakan Iklim Belajar... 85

67. Mengelola Interaksi dalam Kelas... 86

68. Pelaksanaan Hungan Pribadi... 87

(19)

xix

Gambar Halaman

1. Faktor Pendukung Pembelajaran KBK ... 11

2. Siklus inquiri ... 20

3. Gambar Bagan Authentic Assessment ... 26

4. Peta Persebaran Sampel Penelitian ... 35

5. Merencanakan Pengelolaan Pembelajaran ... 42

6. Merencanakan Pengorganisasian Materi Pembelajaran ... 45

7. Perencanaan Pengelolaan Kelas ... 48

8. Perencanaan Penggunaan Sumber Media Pembelajaran ... 50

9. Perencanaan Penilaian ... 53

10. Penampilan Fisik Rencana Pembelajaran ... 55

11. Perencanaan Pembelajaran ... 56

12. Membuka Kegiatan Pembelajaran ... 59

13. Mengelola Kegiatan Pembelajaran Inti ... 65

14. Mengorganisasikan Waktu, Siswa, Sumber dan Media Pembelajaran ... 69

15. Melaksanakan Penilaian ... 71

16. Menutup Kegiatan Pembelajaran ... 74

17. Penampilan Guru ... 76

18. Pelaksanaan Pembelajaran ... 77

19. Mengembangkan Prilaku Positif Siswa ... 81

20. Kagairahan dan Kesungguhan dalam Pembelajaran ... 84

21. Mengelola Interaksi dalam Kelas ... 86

22. Melaksanakan Hubungan Pribadi ... 87

(20)

xx

Lampiran Halaman

1. Data Hasil Penelitian ... 102

2. Sampel Rencana Pembelajaran ... 107

3. Lembar Penilaian Rencana Pembelajaran ... 108

4. Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ... 110

5. Lembar Penilaian Ketrampilam Melaksanakan Hubungan Pribadi ... 113

6. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 1 Semarang ... 115

7. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 3 Semarang ... 116

8. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 4 Semarang ... 117

9. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 5 Semarang ... 118

10. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 6 Semarang ... 119

11. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 7 Semarang ... 120

12. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 8 Semarang ... 121

13. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 9 Semarang ... 122

14. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 10 Semarang ... 123

15. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 11 Semarang ... 124

16. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 13 Semarang ... 125

17. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 14 Semarang ... 126

18. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 15 Semarang ... 127

19. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 16 Semarang ... 128

20. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial ... 129

(21)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami perubahan secara merata. Faktor pertama kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production function

atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralitik. Faktor ketiga, peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. (Depdikbud dalam Mulyasa 2002:179-202).

(22)

Dalam hal ini, konteks pembaruan pendidikan yang perlu disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi.

Berbagai usaha telah dilakukan Depdiknas untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Salah satunya adalah diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), sebagai penyempurnaan kurikulum 1994. KBK dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan kecakapan bertahan hidup kepada siswa dalam menghadapi perubahan, ketidak-pastian dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsa.

Guru dan kurikulum merupakan dua aspek pendidikan yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Sebuah pendidikan yang dilaksanakan dimanapun tidak akan pernah mencapai suatu hasil yang optimal tanpa adanya guru dan kurikulum yang baik. Dalam hal ini guru yang baik adalah guru yang profesional sebagai syarat bagi terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Sedangkan kurikulum yang baik adalah kurikulum yang memiliki fleksibilitas dan daya antifersi yang memadai serta merupakan persyaratan bagi tercapainya pendidikan nasional

(23)

pelatihan bagi guru-guru digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Guru dibimbing untuk merencanakan sebuah pembelajaran lengkap, seperti bahan ajar yang akan disajikan, konsep apa yang dibelajarkan, peralatan atau alat bantu ajar yang akan digunakan, media pembelajaran, metode penyampaian, jenis latihan untuk memperdalam pemahaman terhadap konsep yang baru dipelajari, evaluasi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran.

Tetapi kenyataan di lapangan berkata lain, setelah kembali dari pelatihan, jika guru tersebut tidak mendapat dorongan dan dukungan dari teman sejawat, termasuk kepala sekolah, dia tidak bersemangat untuk menerapkan hasil pelatihan. Akibat dari peristiwa semacam ini, guru tersebut tidak terdorong untuk menerapkan hasil pelatihan yang diperolehnya. Sehingga setelah kembali ke sekolah masing-masing penampilan guru kembali seperti sediakala.

Berdasarkan hal di atas sudah seharusnya dalam proses belajar mengajar seorang guru mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai tujuan yang diharapkan. Peranan guru dalam menentukan metode pembelajaran sangatlah penting, sehingga guru hanya sebagai fasilitator belajar.

(24)

SMA Negeri di kota Semarang, karena apabila ada progran-program baru dari pemerintah yang akan digunakan untuk sekolah di seluruh Indonesia, maka sekolah negerilah pada kota-kota besar di Indonesia yang pertama kali untuk melakukan uji coba dan melaksanakannya. Selain itu juga dalam hal penilaian pendidikan diukur dari kualitas SMA Negeri sebagai andalan bagi pemerintah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti mengajukan judul penelitian “KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (Studi Kasus Guru Geografi SMA Negeri di Kota Semarang )”.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu : Seberapa jauh kemampuan guru geografi SMA Negeri di kota Semarang dalam menerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

C. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah pengertian mengenai judul skripsi ini maka beberapa istilah yang terdapat pada judul tersebut perlu dijelaskan. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah :

(25)

pembelajaran, kemampuan dalam hal ketrampilan melaksanakan hubungan pribadi dengan siswa.

2. Menurut Udang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

3. Fich dan Crunkilton dalam Mulyasa (2002), mengartikan kompetensi merupakan penguasaan suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apersepsi yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan.

4. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Mulyasa 2002:39).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui kemampuan guru geografi SMA Negeri di Kota Semarang dalam menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

E. Manfaat Penelitian

(26)

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah-sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Menambah pengetahuan dan ketrampilan guru-guru sehingga dapat dimanfaatkan untuk aktifitas pembelajaran, dan menambah khasanah ilmu pengetahuan.

3. Meningkatkan hubungan sosial positif antar pribadi siswa dari latar belakang yang berbeda ( suku, agama, tingkat ekonomi, kepandaian, dan sebagainya).

4. Memberikan masukan dan pengetahuan bagi masyarakat secara umum dan orang tua siswa mengenai pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, bahwa kurikulun tersebut mengharapkan dukungan dan peran dalam proses pendidikan.

F. Sistematika Skripsi

Bab I. Pendahuluan, yang berisi tentang : latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

Bab II. Kajian pustaka, yang berisi tentang : kajian pustaka yaitu tinjauan tentang teori-teori yang mendukung variabel.

Bab III. Metodologi penelitian, yang berisi tentang : metode penentuan objek penelitian, metode pengumpulan data, alat pengumpul data, metode analisis data.

(27)
(28)

8

KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motifasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat (Depdiknas 2002:1).

Dalam proses belajar mengajar menggambarkan adanya satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar, antara kedua kegiatan ini terjadi interaksi yang sangat menunjang.

B. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah penyempurnaan kurikulum. Indikator keberhasilan pembaruan kurikulum ditunjukan oleh adanya perubahan pada pola kegiatan belajar-mengajar, memilih media pendidikan, menentukan pola penilaian, dan pengelolaan kurikulum yang menentukan hasil pendidikan.

Ada dua faktor utama yang mendorong dilakukannya perubahan kurikulum secara mendasar:

(29)

terhadap hasil pendidikan yang telah berjalan, tuntutan kekinian yang berubah dan tantangan masa depan yang muncul lebih awal dari yang diduga sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

2. Negeri kita memiliki kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), kemampuan siswa, sarana pembelajaran, dan budaya yang sangat bervariasi dari suatu daerah, antara kota dan desa, sehingga menuntut adanya kurikulum baru yang dapat melayani keanekaragaman Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada (Depdiknas 2001:2).

Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan pengelolaan kurikulum yang dengan sendirinya akan mengubah praktek-praktek pembelajaran (KBM) di kelas-kelas.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik yang berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab (Mulyasa 2002:39)..

(30)

1). Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.

2). Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 3). Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metoda

yang bervariasi.

4). Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

5). Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi asumsi merupakan parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan, konsistensi dan validitas setiap kompetensi harus sesuai dengan asumsi meskipun tujuannya selalu diuji kembali berdasarkan masukan yang memungkinkan terjadinya perubahan. Mulyasa (2002:56-57) mengemukakan sedikitnya terdapat tujuh asumsi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi, ketuju asumsi tersebut adalah sebagai berikut :

1). Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal. Oleh karena itu penerapan kurikulum berbasis kompetensi menuntut peningkatan kemampuan profesional guru.

(31)

3). Peserta didik bukanlah tabung kosong atau kertas putih bersih yang dapat diisi atau ditulis sekehendak guru, melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut menuntut iklim kondusif yang dapat mendorong peserta didik belajar bagaimana belajar (learning how to learn), serta menghubungkan kemampuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

4). Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi, dalam hal tertentu memiliki potensi tinggi, tetapi dalam hal lain mungkin biasa-biasa saja, bahkan rendah. Di samping itu, mereka memiliki tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru, sehingga guru harus dapat membantu menghubungkan pengalaman yang sudah dimiliki dengan situasi baru.

5). Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal. 6). Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi

kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis, sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan.

(32)

ide dan menerapkan strategi belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik yang berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Meskipun didalam KBK siswa yang menjadi prioritas utama tetapi guru merupakan salah satu komponen pendukung pelaksanaan KBK mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanakan pembelajaran untuk pencapaian suatu kompetensi yang telah ditentukan. Lingkungan dan sarana prasarana merupakan faktor lain yang mendukung plaksanaan KBK.

Gambar 1. Faktor pendukung pelaksanaan KBK

C. Perbedaan Kurikulum 1994 dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

(33)

pemahaman. Kurikulum 1994 menekankan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dengan mengacu pada buku-buku serta bergantung pada aktifitas guru didepan kelas. Sementara Kurikulum Berbasis Kompetensi dirancang untuk membuka pemahaman siswa lebih luas tanpa mengacu sepenuhnya pada buku pelajaran. Siswa diberi kesempatan lebih aktif untuk mengembangkan pemahaman terhadap materi serta alternatif pemecahan soal. Guru dan buku hanya sebagai salah satu acuan.

Dalam Suhandini (2005:1), secara garis besar perbedaan pokok antara kurikulum 1994 dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah :

Tabel 1

Perbedaan Kurikulum 1994 dan KBK

Aspek Kurikulum 1994 KBK

Kewenangan Pendekatan Berbasis konten

Fokus program sekolah : guru dan yang akan dikerjakan

Berbasis kompetensi

Fokus program sekolah : siswa dan yang akan dikerjakan

Filosofi Struktur keilmuan yang hasilnya berupa materi

- Fokus kognitif, afektif, psikomotorik

Tujuan Siswa menguasai materi Bahanajar berdasar TIU dan TIK

Tujuan mengacu pada Tujuan

institusional,tujuan kurikuler, TIU dan TIK

(34)

hidup secara bermartabat.

Aspek Kurikulum 1994 KBK

Materi pembelajaran

Ditentukan pemerintah Materi sama untuk semua sekolah

Pusat hanya menetapkan materi pokok.

peserta didik, dan sumber yang tersedia.

Guru sebagai fasilitator, dan siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya.

Didalam dan diluar kelas Metode mengajar berfariasi

Pembelajaran mengacu pada kompetensi dan ada program remedial serta pengayaan.

Penilaian Acuan norma

Penilaian kognitif

Penyusunan bahan penilaian berdasarkan tujuan per kelas dan per semester. menggunakan paper and

Acuan patokan/kriteria dengan kompetensi yang akan dicapai.

Keberhasilan siswa diukur dan

dilaporkan berdasarkan pencapaian kompetensi, bukan

(35)

pencil test. Ujian menggunakan berbagi teknik dan metode portofolio.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kurikulum 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2000 tidak sama. Ditinjau dari tujuan bahwa kurikulum 1994 mengacu pada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, TIU dan TIK. Tujuan dari KBK berdasarkan kopetensi siswa yang ingin dicapai. Ditijau dari materi pembelajaran bahwa kurikulum 1994 ditentukan oleh pemerintah. Materi pembelajaran dalam KBK ditentukan sekolah berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ditinjau dari proses pembelajaran kurikulum 1994 bersifat klasikal. Proses pembelajaran dalam KBK bersifat individual, guru sebagai fasilitator. Ditinjau dari penilaian bahwa kurikulum 1994 mengacu pada norma, penilaian afektif. Penilaian dalam KBK mengacu pada ketuntasan belajar, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

D. Kemampuan Guru

(36)

sudut teknologi: dan baik ditinjau dari sudut etika. Depdiknas merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Menurut Cece Wijaya (1991:35), secara garis besar mengelompokkan 10 kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu:

1. Mampu menguasai mata pelajaran

2. Mampu mengelola program belajar mengajar 3. Mampu mengelola kelas

4. Mampu mengelola dan menggunakan media serta sumber beljar 5. Mampu menilai prestasi belajar-mengajar

6. Mampu mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 7. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling sekolah 8. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.

9. Menguasai landasan-landasan pendidikan

10. Memahami prinsip-prisip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan mengajar

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar tapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

(37)

1. Kemampuan Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Sesuai Dengan KBK

Dalam kontek pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hidayat dalam Abdul Majid (2005:21) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain:

a. Memahami kurikulum b. Menguasai bahan ajar

c. Menyusun program pengajaran

d. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi menghendaki penyusunan persiapan mengajar mencakup komponen sebagai berikut:

a. Identitas mata pelajaran ( nama pelajaran, kelas, semester, dan waktu atau banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan ).

b. Kompetensi dan indikator pembelajaran.

c. Menentukan materi pokok ( beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi.

d. Metode/strategi pembelajaran.

(38)

g. Penilaian dan tindak lanjut ( instrumen dan prosedur yang digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian, misalnya remidial, pengayaan, atau percepatan ).

h. Sumber bahan ( yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai ).

Contoh Rencana Pembelajaran berbasis KBK pada lampiran 2 halaman 76 2. Kemampuan Melaksanakan Proses Pembelajaran

Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini mestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan, walaupun pada kenyataannya masih banyak dilakukan oleh orang di luar kependidikan.

(39)

Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBK) terutama adalah pelajaran geografi, sudah seharusnya siswa diposisikan sebagai pusat perhatian utama. Pola pembelajaran dikelas tidak hanya dilakukan oleh didatik-metodik apa yang digunakan, melainkan juga bagaimana peran guru geografi memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian penjelajahan lingkungan secara aktif.

Pembelajaran geografi dengan memperhatikan aspek keruangan, kelingkungan, dan komplek wilayah perlu dimantapkan. Dalam geografi pendekatan pembelajarannya mengutamakan pembelajaran kontekstual, untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, sikap, dan ketrampilan sosial. Pendekatan kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan pembelajaran kontekstual (CTL).

Pembelajaran kontekstual adalah konep pembelajaran yang intinya membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata siswa serta mendorong siswa mengaitkan pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Sunarko, 2003).

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen yaitu: 1) Konstruktivisme (Constructivism).

(40)

yang terbatas. Siswa diharapkan mengkonstruksi sendiri pemahamannya dan pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman yang bermakna. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

Dalam pandangan konstruktivis, “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara sebagai berikut :

a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

2) Menemukan (Inquiry)

(41)

Kegiatan inkuiri sebenarnya adalah sebuah siklus. Siklus itu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Nurhadi, 2004 : 43 – 44) :

a) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun).

• Kota mana saja yang termasuk kota besar di Indonesia ? (Geografi)

• Ada berapa jenis tumbuhan menurut bentuk bijinya ? (Sains)

• Bagaimana silsilah raja-raja Majapahit ? (Sejarah) b) Mengumpulkan data melalui observasi.

• Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.

• Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati.

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya.

• Siswa membuat peta kota-kota besar sendiri.

• Siswa membuat penggolongan tumbuhan-tumbuhan sendiri.

• Siswa membuat bagan silsilah raja-raja Majapahit sendiri.

• Siswa membuat paragraf diskripsi sendiri.

d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas atau audiens yang lain.

• Karya siswa disampaikan teman sekelas atau kepada orang banyak untuk mendapat masukan.

• Bertanya jawab dengan teman.

(42)

• Melakukan refleksi.

• Menempelkan gambar, karya tulis, peta dan sejenisnya di dinding kelas, dinding sekolah (Mading) dsb.

Gambar 2. Proses / Siklus Inquiri.

(Sumber : Nurhadi, 2004 : 32)

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Secara umum “bertanya” (questioning) didefinisikan sebagai berikut :

1) Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu. 2) Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi.

3) Digunakan untuk menilai kemampuan siswa berpikir kritis. 4) Melatih siswa untuk berprikir kritis.

(43)

1) Bertanya merupakan strategi mengajar yang umum dan dapat diterapkan dalam pembelajaran apa saja.

2) Penggunaan dan pengembangan teknik bertanya yang sistematis cenderung memperbaiki kualitas siawa dalam hal belajar.

3) Dengan mengklasifikasikan pertanyaan menurut suatu sistem tertentu, guru dapat menentukan tingkatan kognitif dan afektif yang harus dimiliki siswa dan dilakukan secara profesional dalam proses belajar. 4) Melalui teknik bertanya yang sistematis, guru dapat menentukan

tingkat awal pengetahuan siswa untuk bidang-bidang konten pelajaran tertentu.

5) Ada berbagai jenis pilihan pertanyaan yang terbuka bagi guru untuk diajukan kepada siswa.

6) Strategi bertanya yang digunakan guru dapat diterapkan untuk semua situasi pengajaran.

4) Masyarakat – Belajar (Learning Community)

Secara umum “masyarakat–belajar’ (learning community) didefinisikan sebagai berikut (Nurhadi, 2004 : 47) :

1) Berbicara dan berbagai pengalaman dengan orang lain.

2) Bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.

(44)

a) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman.

b) Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.

c) Pada umumnya hasil kerja kelompok lebih baik daripada kerjasama secara individual.

d) Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama.

e) Upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu dapat diadakan.

f) Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya.

g) Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima.

h) Ada fasilitator/guru yang memandu proses belajar dalam kelompok. i) Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.

j) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik. k) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain. l) Tidak ada kebenaran yang hanya satu saja.

m) Dominasi siswa-siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat/lemah bisa pula berperan.

n) Siswa bertanya kepada teman-temannya itu sudah mengandung arti

(45)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan (Nurhadi, 2004 : 49).

Contoh-contoh praktek permodelan di kelas sebagai berikut :

a) Guru geografi menunjukan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya.

b) Guru biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan.

c) Guru olahraga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa.

6) Refleksi (Reflection)

Menurut (Nurhadi, 2004 : 50 - 51) secara umum “refleksi” (reflection) didefinisikan sebagai berikut :

a) Cara-cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.

b) Menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktivitas dan pengalaman. c) Mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana kita merasakan

ide-ide baru.

d) Dapat berupa : jurnal, diskusi dan karya seni.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa :

(46)

c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. d) Diskusi.

e) Hasil karya, dan

f) Cara-cara lain yang ditempuh guru untuk mengarahkan siswa kepada pemahaman mereka tentang materi yang dipelajari.

Contoh-contoh perintah guru yang menggambarkan kegiatan refleksi adalah sebagai berikut :

a) Bagaimana pendapatmu mengenai kegiatan hari ini ?

b) Hal-hal baru apa yang kalian dapatkan melalui kegiatan hari ini ? c) Catatlah hal-hal penting yang kalian dapatkan !

d) Buatlah komentar di buku catatanmu tentang pembelajaran hari ini ? e) Mungkinkah keterampilan yang kalian pelajari hari ini kalian terapkan

di rumah ?

7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Menurut (Nurhadi, 2004 : 51) secara umum “penilaian yang sebenarnya” (authentic assessment) didefinisikan sebagai berikut :

a) Menilai dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. b) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.

c) Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau pengalaman. d) Tugas-tugas yang kontekstual dan relevan.

e) Proses dan produk kedua-duanya dapat diukur.

(47)

a) Harus mengukur semua aspek pembelajaran : proses, kenerja dan produk.

b) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. c) Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber.

d) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.

e) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari .

f) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya (kuantitas).

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa sebagai berikut :

a) Proyek/kegiatan dan laporannya. b) Hasil tes tulis.

c) Portofolio (kumpulan karya siswa selama satu semester atau satu tahun).

d) Pekerjaan Rumah. e) Kuis.

f) Karya siswa.

g) Presentasi atau penampilan siswa. h) Demonstrasi.

(48)

j) Jurnal. k) Karya tulis.

l) Kelompok diskusi. m) Wawancara.

Gambar 3. Bagan Authentic Assessment.

(Sumber : Nurhadi, 2004 : 32)

3. Pengelolaan Lingkungan Kelas

Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.

(49)

kemampuan dan perkembangan peserta didik. Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreatifitas peserta didik.

Lingkungan kondusif menurut menurut Mulyasa (2004:16) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan kegiatan sebagai berikut:

1. Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Pilihan dan pelayanan individual bagi peserta didik, terutama bagi mereka yang lambat belajar akan membangkitkan nafsu dan semangat belajar, sehingga membuat mereka betah belajar di sekolah.

2. Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah.

3. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal ini adalah penyediaan bahan pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik, serta pengelolaan kelas yang tepat, efektif, dan efisien.

(50)

5. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mampu memposisikan diri sebagai pembimbing. Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan pembelajaran, agar mereka merasa bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

6. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggungjawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator.

(51)

31

METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Obyek Penelitian

1. Populasi

Populasi menurut ( Hadi 2000 : 220 ) adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru geografi yang bertugas mengajar di SMA Negeri di kota Semarang.

Survai awal diketahui bahwa jumlah SMA Negeri sebanyak 16 sekolah, dan yang bisa dijadikan sebagai sampel adalah sebanyak 15 sekolah. Ada 1 sekolah yang tidak bersedia untuk dijadikan tempat penelitian. Jumlah guru geografi yang mengajar di SMA Negeri ada 33 orang. Sedangkan jumlah guru geografi yang bisa dijadikan sampel adalah 27 orang. Ada 6 guru yang tidak bisa dijadikan sampel kerena meskipun lulusan pendidikan geografi tetapi tidak mengampu mata pelajaran geografi melainkan mata pelajaran sosiologi dan antropologi.

Tabel 2

Sekolah sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Sampel

1 SMA Negeri 1 2

2 SMA Negeri 2 2

3 SMA Negeri 3 2

4 SMA Negeri 4 2

5 SMA Negeri 5 2

6 SMA Negeri 6 2

(52)

No Nama Sekolah Jumlah Sampel

Karena penelitian ini merupakan penelitian populasi maka sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu mengambil semua populasi sebagai responden. Sedangkan prosedur yang ditempuh dalam total sampling adalah sebagai berikut:

a. Menentukan batas populasi yang mengajar di SMA Negeri yang ada di kota Semarang.

b. Menghitung jumlah unit-unit yang menjadi populasi dalam hal ini adalah menentukan dan menghitung jumlah SMA Negeri dan guru geografi.

c. Menghitung SMA Negeri beserta guru geografi yang bisa dijadikan sampel penelitian.

3. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan guru mengajar menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning:

a. Kemampuan guru menyusun Rencana Pembelajaran sesuai dengan KBK b. Kemampuan guru melaksanakan Pembelajaran

(53)

B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Observasi

Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data proses pembelajaran geografi berkaitan dengan variabel kemampuan guru geografi dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang berupa Alat Penilaian Kompetensi Guru yang terdiri dari lembar penilaian rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru geografi, lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran oleh guru geografi, lembar penilaian ketrampilan melaksanakan hubungan pribadi, lembar penilaian aktifitas siswa dalam pembelajaran.

2. Metode dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang rencana pembelajaran oleh guru.

C. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan analisis berupa presentasi.Penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitian tidak perlu merumuskan hipotesis (Arikunto, 1993 : 206).Teknik analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui kemampuan guru geografi dalam melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Rumus: % =

N f

x 100 % Keterangan:

(54)

% = Persentase responden ( Moh Ali, 1993 : 184 )

Adapun kriteria yang digunakan sebagai penilaian terhadap kemampuan guru dari setiap komponen dapat dilihat dari pedoman alat penilaian kompetensi guru (APKG) sebagai berikut:

Mean tertingi = 4 Mean terendah = 1 Rentang = 4-1 = 3

Panjang kelas = 3: 4 = 0,75

Dengan panjang kelas 0,75 dan mean terendah 1, dapat dibuat kriteria sebagai berikut :

Tabel 3

Kriteria Tingkat Kemampuan Guru

No Interval Kriteria

1 3,26-4,00 Sangat memuaskan

2 2,51-3,25 Memuaskan

3 1,77-2,50 Kurang memuaskan

4 1,00-1,75 Tidak memuaskan

(55)

35

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Sampel Penelitian

Responden penelitian ini adalah guru-guru geografi SMA negeri di Kota Semarang yang terdiri dari 27 guru.

Tabel 4. Identitas Sampel Penelitian

NO SMA Negeri Sampel Pend.Terakhir Pelatihan KBK

1. 1 Rudi H. Sarjana Pend. (Geo) 1 kali

12. Kristiarti Sarjana Pend. (Geo) 1 kali

13. 7 Dwi R. Sarjana Pend. (Geo) 1 kali

19. Supriyadi Sarjana Pend. (Geo) 1 kali

(56)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah guru geografi disetiap SMA negeri mempunyai jumlah yang tidak sama. Dari 27 guru semuanya mempunyai pendidikan terakhir Sarjana Pendidikan Geografi. Ditinjau dari jumlah pelatihan KBK yang pernah diikuti ternyata semuanya baru mengikuti 1 kali pelatihan.

2. Letak Lokasi Penelitian

Penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah 15 SMA Negeri di kota Semarang. Adapun letak sekolah di setiap kecamatan yaitu: SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 11 terletak di kecamatan Semarang Selatan, SMA Negeri 2 di kecamatan Pedurungan, SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 terletak di kecamatan Semarang Tengah, SMA Negeri 4 dan SMA Negeri 9 terletak di kecamatan Banyumanik, SMA Negeri 6 di kecamatan Semarang Barat, SMA Negeri 7 dan SMA Negeri 8 di kecamatan Ngalian, SMA Negeri 10 di kecamatan Semarang Genuk, SMA Negeri 13 dan SMA Negeri 16 di kecamatan Mijen, SMA Negeri 14 di kecamatan Semarang Utara, SMA Negeri 15 di kecamatan Tembalang. Peta lokasi persebaran sampel penelitian terdapat pada halaman 34.

3. Pelaksanaan Penelitian

(57)

4. Analisis Data

Hasil penelitian ini mengungkap tentang penerapan KBK oleh guru-guru geografi SMA Negeri di kota Semarang. Data diungkap menggunakan instrumen berupa lembar penilaian yang terdiri dari empat komponen yaitu: penilaian tentang rencana pembelajarannya, penilaian pelaksanaan pembelajaran, penilaian keterampilan dalam melaksanakan hubungan pribadi. Data dianalisis secara deskriptif persentase.

a. Rencana Pembelajaran

Penerapan KBK dalam pembelajaran diperlukan persiapan atau rencana yang matang. Dalam perencanaannya guru harus mampu merencanakan pengelolaan pembelajaran, penggunaan sumber media pembelajaran, merencanakan skenario pembelajaran, merencanakan penilaian dan menampilkan rencana pembelajaran dengan baik.

1) Merencanakan Pengelolaan Pembelajaran

Perencanaan guru geografi SMA Negeri di Kota Semarang dalam pengelolaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

a) Perumusan Kompetensi Dasar dan Indikator

(58)

Tabel 5. Perumusan Kompetensi Dasar dan Indikator

No Kemampuan merumuskan kompetensi dasar f %

1 Sangat memuaskan 4 14.8

2 Memuaskan 15 55.6

3 Kurang memuaskan 0 0.0

4 Tidak memuaskan 8 29.6

Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel di atas, 55,6% guru mampu merumuskan komeptensi dasar dengan memuaskan, selebihnya 29,6% tidak memuaskan dan 14,8% sangat memuaskan. Guru yang mempunyai kemampuan tidak memuaskan dalam merumuskan kompetensi dasar terbukti dari rencana pembelajaran yang dibuat belum menuliskan secara jelas kompetensi dasar dan indikator.

b) Pemilihan Metode Pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam memilih metode pembelajaran sudah memuaskan, meskipun masih ada sebagian yang tidak memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Pemilihan Metode Pembelajaran No Kemampuan memilih metode

pembelajaran f %

(59)

memuaskan, 7,4% kurang memuaskan dan 3,7% sangat memuaskan. Terlihat bahwa masih ada sebagian guru yang kemampuan dalam memilih metode pembelajaran tidak memuaskan, hal ini terbukti dari tidak ada kesesuaian antara metode yang dirumuskan dengan materi yang dipelajari.

c) Penentuan Langkah-langkah Pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran, meskipun masih ada sebagian yang tidak memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Penentuan Langkah-langkah Pembelajaran No Kemampuan menentukan

langkah-langkah pembelajaran f %

1 Sangat memuaskan 0 0.0

2 Memuaskan 19 70.4

3 Kurang memuaskan 0 0.0

4 Tidak memuaskan 8 29.6

Jumlah 27 100

(60)

d) Pemberian Motivasi Siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam memotivasi siswa kategori tidak memuaskan dan kurang memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Pemberian Motivasi Siswa

No Kemampuan memotivasi siswa f %

1 Sangat memuaskan 2 7.4

2 Memuaskan 4 14.8

3 Kurang memuaskan 9 33.3

4 Tidak memuaskan 12 44.4

Jumlah 27 100

Terlihat pada tabel di atas, ternyata 44,4% guru mempunyai kemampuan yang tidak memuaskan dalam memotivasi siswa dan 33,3% kurang memuaskan, selebihnya 14,8% dalam kategori memuaskan dan 7,4% sangat memuaskan. Dari Data tampak bahwa masih banyak guru yang kemampuan dalam memberikan motivasi siswa kurang memuaskan dan tidak memuaskan, karena dalam rencana pembelajaran yang disusun tidak ditampilkan apersepsi.

e) Penentuan Pengalaman Belajar

(61)

Tabel 9. Penentuan Pengalaman Belajar No Kemampuan mementukan

pengalaman belajar f %

1 Sangat memuaskan 0 0.0

2 Memuaskan 4 14.8

3 Kurang memuaskan 11 40.7

4 Tidak memuaskan 12 44.4

Jumlah 27 100

Terlihat pada tabel di atas, ternyata 44,4% guru mempunyai kemampuan yang tidak memuaskan dalam menentukan pengalaman belajar dan 40,4% kurang memuaskan, hanya 14,8% guru yang mempunyai kemampuan menentukan pengalaman belajar dalam kategori memuaskan. Kurangnya kemampuan dalam penentuan pengalaman belajar ini terbukti dari masih banyaknya guru yang menyusun rencana pembelajaran tidak menampilkan syarat-syarat pengalaman belajar sebelumnya untuk mempelajari materi yang diajarkan.

f) Penentuan Alokasi Waktu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam menentukan pengalaman belajar dalam kategori tidak memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Penentuan Alokasi Waktu

No Kemampuan menentukan alokasi

(62)

Terlihat pada tabel di atas, ternyata 44,4% guru mempunyai kemampuan yang tidak memuaskan dalam menentukan alokasi waktu, selebihnya 40,7% sudah memuaskan, 11,1% kurang memuaskan dan hanya 3,7% yang sangat memuaskan. Dari data ini terlihat bahwa masih banyak guru yang tidak mampu menentukan alokasi waktu dengan baik, terbukti dari rencana pembelajaran tidak ditampilkan alokasi waktunya.

Secara umum kemampuan guru dalam merencanakan pengelolaan pembelajaran dalam kategori kurang memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif berikut.

Tabel 11. Perencanaan Pengelolaan Pembelajaran No Kemampuan dalam mengelola

pembelajaran f %

1 Sangat memuaskan 1 3.7

2 Memuaskan 8 29.6

3 Kurang memuaskan 10 37.0

4 Tidak memuaskan 8 29.6

Jumlah 27 100

(63)

4

Gambar 5. Merencanakan Pengelolaan Pembelajaran 2) Merencanakan Pengorganisasian Materi Pembelajaran

Kemampuan guru dalam merencanakan pengorganisasian materi pembelajaran dapat dilihat dari kesesuaian materi pembelajaran dengan kurikulum dan pengembangan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa.

a) Penyesuaian Materi Pembelajaran dengan Kurikulum

(64)

Tabel 12. Penyesuaian Materi Pembelajaran dengan Kurikulum No Kemampuan menyesuaian materi

pembelajaran dengan kurikulum f %

1 Sangat memuaskan 2 7.4

2 Memuaskan 17 63.0

3 Kurang memuaskan 0 0.0

4 Tidak memuaskan 8 29.6

Jumlah 27 100

Terlihat pada tabel di atas, ternyata 63% guru mempunyai kemampuan yang memuaskan dalam menyesuaian materi pembelajaran dengan kurikulum, selebihnya 29,6% tidak memuaskan dan 7,4% dalam kategori sangat memuaskan. Meskipun sebagian besar guru sudah mampu menyesuaikan materi pembelajaran dengan kurikulum, namun masih ada sebagian guru dalam pembelajarannya tidak sesuai dengan kompetensi dasar dalam kurikulum. Mereka cenderung masih mengacu pada buku pegangan yang ternyata masih menggunakan kurikulum sebelumnya.

b) Pengembangan Materi Pembelajaran yang Sesuai dengan Perkembangan Siswa

(65)

Tabel 13. Pengembangan Materi Pembelajaran yang Sesuai dengan Perkembangan Siswa

No

Kemampuan mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa

Terlihat pada tabel di atas, ternyata 66,7% guru mempunyai kemampuan yang memuaskan dalam mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa, selebihnya 29,6% tidak memuaskan dan 3,7% dalam kategori kurang memuaskan. Dari sebagian guru yang masih tidak mampu dengan baik disebabkan karena guru dalam mengembangkan materi pembelajaran juga masih secara teori dan belum disesuaikan dengan perkembangan siswa yang seharusnya lebih cenderung pada kegiatan praktik untuk mendukung teori.

Secara umum kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam merencanakan pengorganisasian materi pembelajaran kategori memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif pada tabel 14

Tabel 14. Pengorganisasian dalam mengorganisasi materi pembelajaran No Kemampuan guru dalam mengorganisasi

materi pembelajaran f %

1 Sangat memuaskan 2 7.4

2 Memuaskan 16 59.3

3 Kurang memuaskan 1 3.7

4 Tidak memuaskan 8 29.6

(66)

Terlihat pada tabel di atas, sebanya 59,3% guru mampu mengorganisasi materi pembelajaran dengan memuaskan, meskipun masih ada 29,6% yang tidak memuaskan. Dari data tersebut hanya 7,4% guru yang mempunyai kemampuan sangat memuaskan dan 3,7% dalam kategori kurang memuaskan.

7

Gambar 6. Merencanakan Pengorganisasian Materi Pembelajaran 3) Merencanakan Pengelolaan Kelas

Kemampuan guru dalam merencanakan pengelolaan kelas dapat dilihat dari kemampuan penataan ruang kelas dan pengorganisasian siswa agar aktif dalam pembelajaran.

a) Penataan Ruang Kelas

(67)

Tabel 15. Penataan Ruang Kelas

No Kemampuan guru dalam penataan ruang

kelas f %

Terlihat pada tabel di atas, sebanyak 48,1% guru mampu menata ruang kelas dalam kategori memuaskan, meskipun masih ada 29,6% yang tidak memuaskan dan 22,2% dalam kategori kurang memuaskan. Dari sebagian guru yang masih kurang dan tidak memuaskan dalam penataan ruang kelas, terbukti dari penataan ruang kelas yang masih cenderung monoton secara klasikal. Insiatif guru untuk menata ruang kelas yang memungkinkan siswa untuk belajar secara diskusi belum sepenuhnya dilaksanakan secara optimal.

b) Pengorganisasian Siswa Agar Aktif dalam Pembelajaran

Kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam mengorganisasi siswa aktif dalam pembelajaran sudah memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif pada tabel 16

Tabel 16. Pengorganisasian Siswa agar Aktif dalam Pembelajaran No Pengorganisasian Siswa Agar Aktif dalam

(68)

Terlihat pada tabel di atas, sebanyak 48,1% guru mampu mengorganisasi kategori memuaskan, meskipun masih ada 29,6% yang tidak memuaskan dan 18,5% dalam kategori kurang memuaskan. Dari data tersebut hanya ada 3,7% guru yang mempunyai kemampuan yang sangat memuaskan. Sebagian guru yang kurang dan tidak mampu mengorganisasi siswa untuk aktif belajar, karena msih menggunakan metode pembelajaran yang masih konvensional atau ceramah saja. Hal ini memungkinkan siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran.

Secara umum kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam merencanakan pengelolaan kelas dalam kategori memuaskan, meskipun masih ada sebagian yang tidak memuaskan dan kurang memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif pada tabel 17.

Tabel 17. Perencanaan Pengelolaan Kelas

No Perencanaan pengelolaan kelas f %

1 Sangat memuaskan 0 0.0

2 Memuaskan 11 40.7

3 Kurang memuaskan 8 29.6

4 Tidak memuaskan 8 29.6

Jumlah 27 100

(69)

0

Gambar 7. Perencanaan Pengelolaan Kelas

4) Perencanaan Penggunaan Sumber Media Pembelajaran

Kemampuan guru dalam merencanakan penggunaan sumber media pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan guru dalam memilih sumber pembelajaran dan menentukan penggunaan alat atau media pembelajaran.

a) Pemilihan Sumber Pembelajaran

Kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam memilih sumber pembelajaran sudah memuaskan, meskipun masih ada sebagian guru yang kemampuannya dalam memilih sumber pembelajaran tidak memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif pada tabel 18.

Tabel 18. Pemilihan Sumber Pembelajaran

No Pemilihan sumber pembelajaran f %

1 Sangat memuaskan 4 14.8

2 Memuaskan 15 55.6

3 Kurang memuaskan 0 0.0

4 Tidak memuaskan 8 29.6

(70)

Terlihat pada tabel di atas, sebanyak 55,6% guru mampu memilih sumber pembelajaran dengan memuaskan, meskipun masih ada 29,6% yang tidak memuaskan. Dari data tersebut ternyata ada 14,8% guru yang mempunyai kemampuan yang sangat memuaskan. Sebagian guru yang kemampuan dalam pemilihan sumber belajar tidak memuaskan terbukti dari sumber belajar yang digunakan sebatas guru dan buku saja, sedangkan lingkungan dan sumber belajar lain belum sepenuhnya digunakan.

b) Penentuan Penggunaan Alat/ Media Pembelajaran

Kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam menentukan penggunaan alat/media pembelajaran sudah memuaskan, meskipun masih ada sebagian guru yang kemampuannya dalam kategori tidak memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif pada tabel 19.

Tabel 19. Penentuan Penggunaan Alat/ Media Pembelajaran

No Penentuan Penggunaan Alat/ Media Pembelajaran f %

1 Sangat memuaskan 0 0.0

2 Memuaskan 18 66.7

3 Kurang memuaskan 1 3.7

4 Tidak memuaskan 8 29.6

Jumlah 27 100

(71)

Secara umum kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam merencanakan sumber media pembelajaran dalam kategori memuaskan, meskipun masih ada sebagian yang masih tidak memuaskan dan kurang memuskan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20. Perencanaan Sumber Media Pembelajaran

No Perencanaan Sumber Media Pembelajaran f %

1 Sangat memuaskan 4 14.8

2 Memuaskan 14 51.9

3 Kurang memuaskan 1 3.7

4 Tidak memuaskan 8 29.6

Jumlah 27 100

Terlihat pada tabel di atas, 51,9% guru telah mampu merencanakan sumber media pembelajaran dalam kategori memuaskan, selebihnya 29,6% dalam kategori tidak memuaskan, 14,8% sangat memuaskan dan 3,7% kurang memuaskan.

(72)

5) Perencanaan Penilaian

Kemampuan guru dalam merencanakan penilaian dapat dilihat dari kemampuan menentukan bentuk-bentuk prosedur dan alat penilaian serta penyusunan alat penilaian.

a) Penentuan bentuk-bentuk prosedur dan alat penilaian

Kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam menentukan bentuk-bentuk prosedur dan alat penilaian dalam kategori memuaskan, meskipun masih ada sebagian guru yang kemampuannya dalam kategori tidak memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif pada tabel 21.

Tabel 21. Penentuan bentuk-bentuk prosedur dan alat penilaian No Penentuan bentuk-bentuk prosedur dan alat

penilaian f %

1 Sangat memuaskan 4 14.8

2 Memuaskan 15 55.6

3 Kurang memuaskan 0 0.0

4 Tidak memuaskan 8 29.6

Jumlah 27 100

Terlihat pada tabel di atas, sebanyak 55,6% guru mampu menentukan bentuk-bentuk dan alat penilain dengan memuaskan, meskipun masih ada 29,6% yang tidak memuaskan. Dari data tersebut ternyata persentase guiru yang mempunyai kemampuan sangat memuaskan dalam menentukan bentuk-bentuk dan alat penilaian mencapai 14,8%.

b) Penyusunan Alat Penilaian

(73)

yang kemampuannya dalam kategori tidak memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif pada tabel 22.

Tabel 22. Penyusunan Alat Penilaian

No Penyusnan Alat Penilaian f %

Terlihat pada tabel di atas, sebanyak 66,7% guru mampu menyusun alat penilaian dengan memuaskan, meskipun masih ada 29,6% yang tidak memuaskan dan 3,7% kurang memuaskan.

Secara umum kemampuan guru geografi SMA negeri Kota Semarang dalam perencanaan penilaian dalam kategori memuaskan, meskipun masih ada sebagian guru yang kemampuannya dalam kategori tidak memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif pada tabel 23.

Tabel 23. Perencanaan Penilaian

No Perencanaan Penilaian F %

(74)

15

Gambar 9. Perencanaan Penilaian

6) Penampilan Fisik Rencana Pembelajaran

Bukti otentik perencanan dalam pembelajaran adalah rencana pembelajaran. kemampuan guru dalam menyusun secara fisik dapat dilihat dari penggunaan bahasa dan kerapihan serta kebersihannya.

a) Penggunaan Bahasa

Penggunaan bahasa ayng digunakan dalam penyusunan rencana pembelajaran oleh sebagian besar guru geografi SMA negeri di Kota Semarang dalam kategori memuaskan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 24. Penggunaan Bahasa

Gambar

Gambar 1. Faktor pendukung pelaksanaan KBK
Tabel 1 Perbedaan Kurikulum 1994 dan KBK
Gambar 2. Proses / Siklus Inquiri.
Gambar 3. Bagan Authentic Assessment.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil observasi di atas menunjukkan bahwa dalam rata-rata kemampuan mengajar untuk guru-guru yang mengajar di SMA negeri mencapai 3,6875 pada interval 3,5-4,2 dalam kategori

Kompetensi Profesional Guru Geografi di SMA Negeri Se-Kecamatan Medan Kota adalah Baik dengan rata-rata nilai akhir adalah 80,01 yang dapat dilihat dari 5 aspek

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemahaman dan kemampuan guru geografi dalam melakukan pe- nilaian basil ·pembelajaran geografi SMA di Kabupaten Bantul masih ada yang belum

Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Geografi Kompetensi Kependudukan Di Kelas XI SMA Negeri 3 Salatiga. Interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran geografi

Berdasarkan data yang diperoleh pada perhitungan Devinisi Operasional Variabel (DOV) diketahui dari 8 orang guru, tingkat Kemampuan guru geografi dalam mengevaluasi

Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan pedagogik guru mata pelajaran geografi Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di

Pengembangan potensi siswa guru geografi sebagian besar sudah memahami karateristik potensi siswa karena guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di ruang kelas,

Kompetensi sosial guru geografi SMA Negeri Kabupaten Pasaman Barat dalam berkomunikasi secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik seperti dikemukakan oleh salah seorang orang