• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah Yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Murabahah Pada Perbankan Syariah (Studi Pada : BRI Syariah KCI.S.Parman Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah Yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Murabahah Pada Perbankan Syariah (Studi Pada : BRI Syariah KCI.S.Parman Medan)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH

PADA PERBANKAN SYARIAH

(STUDI PADA : BRI SYARIAH KCI.S.PARMAN MEDAN) SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Universitas Sumatera Utara

Oleh :

REZA SUPRANA FACHRI

070200110

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA DAGANG

F

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH

PADA PERBANKAN SYARIAH

(STUDI PADA : BRI SYARIAH KCI S.PARMAN MEDAN) SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

REZA SUPRANA FACHRI 070200110

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr.Hasim Purba, SH.M.Hum Nip.196603031985081001

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

Dr. Hasim Purba, SH.M.Hum Mulhadi SH.M.Hum

(3)

ABSTRAK

Dengan keluarnya Undang-Undang khusus yang mengatur tentang perbankan syariah yaitu Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Lebih menegaskan lagi akan kinerja Perbankan Syariah yang hadir di tengah tengah masyarakat yang memberikan warna baru dengan konsep Islam di dalam menjalankan kegiatan perbankannya. Terutama dalam hal yang mengatur tentang pembiayaan dimana pembiayaan Murabahah adalah salah satu produknya.

Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang sedang berkembang di Indonesia merupakan suatu dampak yang didambakan, akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi bukan segalanya. Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu semangat tinggi dalam pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang diperoleh. Hal yang muncul justru permasalahan pembiayaan khususnya dalam murabahah (jual-beli).

Sehubungan dengan Murabahah tersebut terdapat beberapa permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini diantaranya Bagaimanakah Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Bagaimana Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan dan Bagaimana Upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan Mengucap Bismillahirrohmaniroohim, Penulis memulai menulis

Skripsi ini, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam memilih judul Skripsi ini, Penulis telah diperkenankan oleh Ketua

Jurusan Perdata untuk membuat skripsi yang berjudul :”Tinjauan Yuridis Terhadap

Nasabah yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Murabahah

Pada Perbankan Syariah” . (Studi Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan).

Terima kasih yang tak terhingga Penulis sampaikan kepada Bapak-Bapak dan

Ibu-Ibu para Dosen/Asisten-Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara Medan yang telah membekali Penulis dengan berbagai ilmu

pengetahuan hukum, sejak memasuki bangku perkuliahan di Fakultas Hukum yang

tercinta ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih

yang tak terhingga khusus kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH.M.hum sebagai Dekan Fakultas

Hukum USU.

2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, SH.Mhum selaku PD I Fakultas

(5)

3. Bapak Muhammad Husni, SH.M.hum selaku Dosen dan PD II

Fakultas Hukum USU yang telah banyak membimbing penulis

selama mengikuti perkuliahan.

4. Bapak Dr.Hasim Purba,SH.M.hum sebagai Dosen Pembimbing I

sekaligus Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membimbing Penulis

dengan banyak menyisihkan waktunya guna menyelesaikan skripsi

ini.

5. Bapak Mulhadi SH.M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang juga

telah banyak memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat kepada

Penulis.

6. Bapak Dr.Suwarto, SH.M.Hum selaku Dosen Penasehat Akademik

Penulis yang telah banyak memberi nasehat kepada penulis selama

mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum USU ini.

7. Bapak dan ibu dosen maupun asisten dosen serta semua unsur staff

administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Demikian pula Penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya atas bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

pembuatan skripsi ini kepada :

1. Ayahanda tercinta Riduan, SH, yang sangat Penulis cintai sepanjang masa

yang telah banyak memberi Cinta, Kasih-Sayang, Pengorbanan,

(6)

dalam kehidupan Penulis, dan Ibunda Tercinta Farida Ariyani yang

telah banyak memberikan Cinta, Kasih Sayang serta doa yang tulus yang

tidak ternilai harganya dan juga kepada Adinda tersayang yang

telah memberikan nasehat, do’a dan dukungan kepada penulis. Semoga

Allah SWT selalu melindungi dan memberikan Rahmat, Taufiq dan

hidayahnya kepada keluarga tercinta.Amin ya Rabbal alamin.. .

3. Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan. Khususnya kepadaDirektur

Operasional beserta Staff yang telah memberikan izin dan meluangkan

waktunya bagi Penulis selama melakukan riset skripsi ini BRI Syariah

KCI.S.Parman Medan.

4. Rekan-rekan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya

sahabat-sahabat penulis :Almawida Afni SH, Sarah Nauli Pulungan SH,

Batara Sanjaya Perangin Angin, M.Reza Lubis, Dirga Arbas SH, Wahyu

Simon Tampubolon, Agus Samosir SH, Adrianto P. Pasaribu SH,

Howard Limbong, Mario F. Gultom, Beni Sarungmaha SH, Hardiles

MDKH, dan rekan-rekan Penulis yang sangat banyak membantu dan

memberikan dukungan serta semangat kepada Penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Khusus untuk beberapa orang Sahabat-sahabat Penulis :

- Almawida Afni Terimakasih kuucapkan kepadamu yang telah

mendukung, memberi semangat, doa dan perhatiannya selama

(7)

- Reza, Dirga, Agus, Wahyu Terimakasih sahabat atas segala

nasehat, suka duka pertemanan selama masa perkuliahan, semoga

persahabatan kita akan abadi .Amin ya Rabb .

6. Beserta semua Pihak yang telah banyak membantu Penulis selama

menyelesaikan Penulisan Skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala Penulis memohon ampun dan

kepada Bapak-Bapak/Ibu-Ibu/Rekan-Rekan Penulis juga memohon maaf atas segala

dosa dan perbuatan yang Penulis pernah perbuat.

Medan, 2011

Penulis

Reza Suprana Fachri

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...

ABSTRAKSI...

DAFTAR ISI...

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...

B. PerumusanMasalah...

C. Tujuan dan Manfaat penulisan...

D. Keaslian Penulisan...

E. Tinjauan Kepustakaan...

F. Metode Penulisan...

G. Sistematika Penulisan...

BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH

PADA PERBANKAN SYARIAH

A. Gambaran Umum Tentang Perbankan Syariah...

1. Pengertian Perbankan Syariah...

2. Landasan Hukum Perbankan Syariah…...

3. Fungsi Bank Syariah...

B. Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah...

(9)

2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah...

3. Alternatif Penyelamatan Terhadap Kredit Macet/Pembiayaan

Bermasalah...

BAB III. PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM PRAKTEK PERBANKAN

SYARIAH

A. Defenisi Perjanjian Pembiayaan Murabahah...

1. Defenisi Perjanjian Pembiayaan Murabahah...

2. Landasan Perjanjian Pembiayaan Murabahah...

B. Unsur-Unsur Perjanjian Pembiayaan Murabahah...

1. Unsur-Unsur Perjanjian Pembiayaan Murabahah...

2. Jenis-Jenis Murabahah...

C. Jaminan dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah...

1. Bentuk Jaminan...

2. Alternatif Penyelesaian Masalah apabila terjadi Piutang dalam Perjanjian

Pembiayaan...

BAB IV. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN

PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH

PADA PERBANKAN SYARIAH KCI S.PARMAN MEDAN

A. Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah Pada BRI

Syariah KCI.S.Parman Medan...

1. Sejarah BRI Syariah KCI.S.Parman Medan...

2. Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah Pada BRI

(10)

B. Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah

dalam pembiayaan murabahah pada BRI KCI.S.Parman

Medan...

1. Hal yang menyebabkan nasabah melakukan pembiayaan

bermasalah dalam perjanjian pembiayaan Murabahah pada BRI

Syariah KCI.S.Parman Medan...

2. Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh

nasabah dalam pembiayaan murabahah pada BRI KCI.S.Parman

Medan...

C. Upaya Hukum yang dilakukan BRI Syariah KCI.S.Parman Medan

kepada nasabah dalam hal Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam

Perjanjian Pembiayaan Murabahah...

1. Upaya Hukum yang dilakukan BRI Syariah KCI.S.Parman Medan

kepada nasabah dalam hal Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah...

2. Langkah-langkah Pihak Bank tersebut untuk mencegah terjadinya

Pembiayaan bermasalah dalam Perjanjian Pembiayaan

Murabahah...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………...

B. Saran……….

(11)

ABSTRAK

Dengan keluarnya Undang-Undang khusus yang mengatur tentang perbankan syariah yaitu Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Lebih menegaskan lagi akan kinerja Perbankan Syariah yang hadir di tengah tengah masyarakat yang memberikan warna baru dengan konsep Islam di dalam menjalankan kegiatan perbankannya. Terutama dalam hal yang mengatur tentang pembiayaan dimana pembiayaan Murabahah adalah salah satu produknya.

Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang sedang berkembang di Indonesia merupakan suatu dampak yang didambakan, akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi bukan segalanya. Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu semangat tinggi dalam pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang diperoleh. Hal yang muncul justru permasalahan pembiayaan khususnya dalam murabahah (jual-beli).

Sehubungan dengan Murabahah tersebut terdapat beberapa permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini diantaranya Bagaimanakah Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Bagaimana Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan dan Bagaimana Upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penjelasan umum Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan

menjelaskan bahwa salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam

menyerasikan dan menyeimbangkan pembangunan adalah perbankan. Peran strategis

tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang

dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien,

yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup.

Peranan penting dari dunia perbankan dalam meningkatkan taraf

perekonomian bangsa tidak dapat dipungkiri lagi, bahkan dunia perbankan pada

suatu Negara dapat dijadikan sebagai indikator dari perekonomian suatu negara,

dikarenakan oleh dunia perbankan tersebut menyangkut dengan sekian banyak dana

masyarakat.

Di Indonesia saat ini, selain berkembangnya Bank Konvensional , dengan di

motori oleh UU.No.7 Tahun 1992, yang ditegaskan dalam Pasal 6 huruf m Pasal 13

huruf c undang-undang tersebut, telah lahir dan berkembang secara pesat bank

dengan Prinsip Syariah dengan berbagai macam produk yang ditawarkan.

Kemudian lebih luas lagi Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang

(13)

bank sekaligus, menjalankan pola pembiayaan dan kegiatan lain berdasarkan Prinsip

Syariah dimana pada undang-undang ini yang membagi perbankan menjadi 2(dua)

jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat, dimana kedua bank ini

melaksanakan kegiatan Konvensional atau Syariah.

Bahkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tersebut memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan bank yang dapat

menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, termasuk pemberian

kesempatan kepada Bank Umum membuka kantor cabangnya yang khusus

melakukan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah, yang dalam hak ini ditujukan untuk

merampung dan memenuhi aspirasi masyarakat.

Dalam prakteknya saat ini Bank Syariah cukup banyak di minati oleh

masyarakat, hal ini terbukti dengan terus bermunculan dan berkembangnya

bank-bank dengan Prinsip Syariah. Fatwa tentang haramnya bunga pada Bank yang

dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Rapat Kerja Nasional

(RAKERNAS) tanggal 14-16 Desember 2003 merupakan salah satu faktor yang

mendorong perkembangan dari bank dengan Prinsip Syariah ini. Fatwa ini

dikeluarkan pada dasarnya sudah merupakan landasan hukum bagi umat islam untuk

’tidak lagi’ mempergunakan jenis-jenis bank konvensional secara tradisional yang

sejak lama telah melayani masyarakat yang menggunakan jasanya dengan memberi

imbalan berbagai bentuk, terutama dalam bentuk bunga. Perbankan konvensional

mengenal istilah bunga, sedangkan pada perbankan syariah kata ‘bunga’ diganti jadi

(14)

Meskipun secara nominal kontribusi dan peranan Perbankan Syariah dalam

industri perbankan masih kecil,dan literatur mengenai Bank Syariah masih terbatas

namun tiap tahun Bank Syariah ini terus meningkat, Bank Syariah dalam

perkembangannya ingin mewujudkan Perbankan Syariah yang ideal. Syarat akan

nilai-nilai islam didalamnya.

Di dalam Perbankan Syariah ini cukup unik karena didalam

produk-produknya sendiri semua berlandaskan Syariah, dan tetap berlandaskan pada

rambu-rambu hukum positif dan mengharamkan riba. Oleh karena itu, produk-produk

pendanaan dan pembiayaan pada Bank Syariah harus menghindari unsur-unsur yang

dilarang tersebut. Perbankan Syariah dalam menjalankan usahanya menggunakan

pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam operasionalnya baik dalam

produk pendanaan, produk pembiayaan maupun produk lainnya.

Pengharaman dan pelarangan riba secara jelas diatur dalam Al-Qur’an yaitu:

Q.S. Al-Baqarah : 275, Q.S. Al-Baqarah : 278 – 279 , Q.S. Ali Imran : 130.

Dengan keluarnya Undang-undang Perbankan Syariah yang khusus yaitu

Undang-Undang No.21 Tahun 2008 ini dimana didalam peraturan ini telah sesuai

dengan prinsip Syariah yang sejalan dengan tujuan pembangunan nasional indonesia

untuk mencapai terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

demokrasi ekonomi, maka dikembangkanlah suatu sistem ekonomi yang

berlandaskan nilai keadilan, kebersamaan, kemanfaatan.1

1

(15)

Maka semakin menegaskan bahwa kebutuhan masyarakat akan jasa-jasa

perbankan terus meningkat, dan pengaturan mengenai Perbankan Syariah tersendiri

ini semakin mengkhususkan perbankan ini daripada bank konvensional, untuk

menjamin Prinsip-prinsip Syariah, dan dengan adanya Bank Syariah ini diharapkan

dapat memobilisi dana dan negara lain yang menyaratkan pengaturan tehadap Bank

Syariah dalam undang-undang tersendiri

Pengaturan tentang produk Perbankan Syariah didalamnya telah diatur oleh

Fatwa MUI yang mana diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Produk yang

ditawarkan dalam Perbankan Syariah sangat beragam sesuai kebutuhan masyarakat

salah satu produk yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah Murabahah dimana

dalam melakukan operasional Bank tersebut dilaksanakan dengan prinsip jual beli

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah, baik itu

dilaksanakan oleh Bank Umum maupun oleh Bank Permbiayaan Rakyat.

Karakteristik dasar dari Perbankan Syariah yang antara lain melarang

menerapan riba dan melarang transaksi yang didasarkan pada motif spekulasi,

membuat Bank Syariah mengidentifikasikan sebagai lembaga pembiayaan yang

memiliki keterkaitan erat dengan sektor riil, dan hal inilah yang menjadi keunggulan

kompentitif bagi Bank Syariah.

Operasi Bank Syariah yang menggunakan prinsip jual beli atau Murabahah

ini adalah menjadi wabah penyakit negative spread yang dialami oleh bank

konvensional, karena konsekuensi dari sistem bunga yang diterapkan oleh bank

(16)

penghimpunan dananya pada suatu suku bunga kredit atau pembiayaan lebih rendah

daripada dibandingkan dengan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang

disimpan di bank).2

Guna menghadapi persaingan Bank Syariah yang semakin tajam diperlukan

suatu putusan yang tepat dan didukung dengan perencanaan yang baik. Perencanaan

berfungsi sebagai dasar operasional dan pencapaian perusahaan untuk memperoleh

profit seperti apa yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu perencanaan yang baik

adalah mengusahakan pemakaian dana dan pengupayaan sumber dana yang tersedia

baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Disamping itu

sangat penting penting bagi manajemen untuk menjaga keseimbangan agar tidak

bank antara profitability dan safety yang penekanannya berada pada pengaturan

sumber dana yang diterima dengan aktiva produktif yang dikeluarkan oleh bank.3

Salah satu keberhasilan dalam penghimpunan dan penyaluran dana melalui

pembiayaan, baik pembiayaan modal maupun pembiayaan dalam bentuk hutang. Untuk meningkatkan profitabilitasnya bank akan berusaha meningkatkan

dana dari sumber dana yang disertai dengan upaya meningkatkan kualitas dana dari

sumber dana yang tersedia disertai dengan upaya meningkatnya kualitas penyaluran

aktiva priduktif agar dapat menghasilkan tingkat keuntungan atau kinerja keuangan

bank yang baik.

2

Wasliah, Penghimpunan Dana Bank Syariah Penerbit CV.PUSTAKA SETIA Bandung 1999, Hal.120

3

(17)

Pembiayaan modal lazim juga disebut dengan pembiayaan dengan skema bagi hasil,

dimana Bank Syariah memberikan pembiayaan untuk modal usaha nasabahnya.

Dimana semakin lama murabahah dalam produk perbankan ini pelan-pelan

meningkat dan mayoritas portofolio pembiayaan pada Perbankan Syariah banyak

didomonasi oleh pembiayaan Murabahah. dan menurut faktanya bahwa Murabahah

ini salah satu pembiayaan yang banyak diminati oleh nasabah4

4

Dengan terus hadirnya produk murabahah di dalam Perbankan Syariah

tentunya banyak juga masalah yang berkaitan dengan proses jalannya perbankan

salah satunya adalah ‘Pembiayaan Bermasalah’ yang terjadi pada perjanjian

pembiayaan murabahah. atau Bank Konvensional menyebutnya sebagai ‘kredit

macet’. pembiayaan murabahah sangat bermanfaat untuk nasabah disaat kekurangan

dana dan membutuhkan barang,dalam rnaka peningkatan usaha dan kesejahteraan

hidup.maka, nasabah dapat meminta bank untuk memenuhi kebutuhan dengan

pembayaran yang dilakukan secara cicil dalam kurun waktu yang telah disepakati.

Pembiayaan pada Bank Syariah untuk saat ini tampak masih belum seimbang.

Hampir 80% (delapan puluh persen) pembiayaan Syariah menggunakan skema

murabahah atau jual beli . banyaknya Bank Syariah begitu atrakif menawarkan

produk pembiayaan komersial lewat pola jual beli atau Murabahah ini. Sistem yang

digunakan Perbankan Syariah adalah sistem adalah sistem bagi hasil dan bagi resiko

yang membedakannya dengan bank konvensional.

(18)

Pembiayaan yang telah disalurkan selain menghasilkan keuntungan juga

berpotensi menimbulkan resiko jika pengembalian jumlah pinjaman tidak sesuai

dengan jangka waktu yang ditentukan seperti adanya pembiayaan bermasalah. Kredit

atau pembiayaan bermasalah ini terdiri dari kredit atau pembiayaan yang

digolongkan sebagai kurang lancar, diragukan dan macet. Potensi terjadinya kredit

atau pembiayaan bermasalah yang dialami oleh bank konvensional juga dialami oleh

bank syariah. Praktek pembiayaan yang sebenarya dijalankan oleh lembaga

keuangan islami adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau syirkah.

Didalam Perbankan Syariah istilah kredit diganti dengan pembiayaan. yang

membedakan pembiayaan dengan kredit pada bank konvensional adalah terletak

pada sistemnya, dimana pada pembiayaan dikenal dengan sistem bagi hasil atau

keuntungan. Sedangkan kredit dalam memberikan pinjaman itu menggunakan sistem

bunga. Seperti yang kita ketahui bahwa bunga haram hukumnya dalam agama islam.

Dalam islam hubungan pinjam-meminjam tidak dilarang, bahkan dianjurkan

agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada gilirannya berakibat pada

hubungan persaudaraan.

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. namun Bank Syariah juga sebagai

(19)

Sesuai dengan itu, maka dana yang dikumpulkan dari masyarakat harus disalurkan

dalam bentuk pinjaman kepada masyarkat yang membutuhkan.

Pinjaman itu berupa pembiayaan yang diberikan kepada pihak bank

memperoleh bagi hasil atau keuntungan dari debitur sebagai pendapatan bank.

Sementara pihak menerima pembiayaan diharapkan memperoleh nilai tambah serta

dapat mengembankan usahanya agar lebih maju.

Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah

yang sedang berkembang di Indonesia merupakan suatu dampak yang didambakan,

akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi bukan segalanya. Hal yang

didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai

dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu semangat tinggi dalam pertumbuhan,

seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang

diperoleh. Hal yang muncul justru permasalahan pembiayaan khususnya dalam

murabahah (jual-beli).

Dengan adanya Pembiayaan Bermasalah atau Kredit Macet dalam suatu

Perbankan Syariah khususnya dalam hal Produk Murabahah ini memberikan dampak

yang kurang baik dalam hal operasional perbankan. Semakin besar pembiayaan

bermasalah yang dihadapi oleh bank, maka menurun pula tingkat kesehatan operasi

bank tersebut.

Dengan Pesatnya masalah yang terjadi dalam Pembiayaan Bermasalah yang

menyangkut Perjanjian Murabahah pada Perbankan Syariah , maka semakin banyak

(20)

satunya merupakan judul skripsi ini adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah

yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjain Pembiayaan Murabahah

pada Perbankan Syariah”.

Dalam hal ini penulis akan mengetengahkan suatu pemaparan dengan studi

kasus pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan.

B. Perumusan masalah

Dalam Skripsi ini, yang menjadi pokok permasalahannya adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah dalam

Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah.” Studi pada BRI

Syariah KCI.S.Parman Medan.

Selanjutnya berdasarkan pokok permasalahan di atas, penulis akan

mengetengahkan beberapa uraian permasalahan yang berkaitan dan menunjang

pokok permasalahan tersebut yaitu :

1 Bagaimanakah Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan

Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan?

2 Bagaimana Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang

disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Murabahah pada BRI

Syariah KCI.S.Parman Medan?

3 Bagaimana Upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah

KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal penyelesaian

(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat guna

menapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara

dan untuk melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu dengan memberikan

sumbangan pemikiran dan pemahaman kepada para pembaca yang berminat

membaca tentang Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah ini.

Namun berdasarkan pokok permasalahan yang dikeluarkan di atas, maka tujuan

yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana Upaya

BRI KCI.S.Parman Medan dalam hal penyelesaian pembiayaan bermsalah dalam

perjanjian Murabahah. Selanjutnya berdasarkan uraian permasalahan yang

dikemukakan di atas maka tujuan yang hendak dicapai adalah :

1 Untuk mengetahui Prosedur pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah

pada BRI KCI.S.Parman Medan.

2 Untuk mengetahui dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan

oleh nasabah dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah

KCI.S.Parman.

3 Untuk Mengetahui upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah

KCI.S.Parman kepada nasabah dalam hal penyelesaian Pembiayaan

Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah.

(22)

1. Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian terhadap nasabah

yang melakukan pembiayaan bermasalah dalam perjanjian pembiayaan

murabahah pada Perbankan Syariah.

2. Secara Praktis, adalah memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang

Perjanjian Murabahah oleh BRI.KCI.S.Parman Medan kepada Almamater

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi

rekan-rekan mahasiswa.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang pengetahuan penulis belum ada tulisan yang menangkat

mengenai” Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah yang Melakukan Pembiayaan

Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah pada Perbankan Syariah”.

Penulisan ini penulis angkat karena penulis ingin mengetahui lebih lanjut

tentang perkembangan Perbankan Syariah yang sangat pesat di indonesia. beriringan

dengan itu Pembiayaan Murabahah ini salah satu produk dalam Perbankan Syariah

yang juga penting sehingga perlu diketahui bank bagaimana bank yang bersangkutan

membuat dan melaksanakan perjanjian pembiayaan ini.

Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yag berkaitan dengan

Perbankan, yaitu Bank Syariah itu sendiri, yang lebih dalam mengupas tentang

Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah pada praktek Perbankan

Syariah. Serta hal-hal lain yang berkaitan dengan Perjanjian Pembiayaan Murabahah

(23)

E. Tinjauan Kepustakaan

Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah oleh Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah diberikan defenisi yaitu :

Pembiayaan yaitu :

“Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah.

b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk

Ijarah Muntahiya Bittamalik.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam dan Istisna’.

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk Piutang Qardr, dan

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi

Multijasa

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan diberi

fasilitas dana.

Menurut istilah dalam Fikih Islam yang berarti :“Suatu bentuk jual beli

(24)

dan biaya-biaya lain yang dikeluakan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat

keuntungan (margin) yang diinginkan”5

‘Suatu perjanjian jual beli barang dengan tambahan keuntungan yang

disepakati , dalam hal ini penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan

meminta suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.

Secara khusus M.Syafi’i Antonio memberikan defenisi perjanjian

pembiayaan Murabahah yaitu :

6

“Suatu perjanjian yang disepakati antara BPR Islam dengan nasabah, dimana

BPR Islam menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku dan modal kerja

lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah, yang aka

dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plus marjin

keuntungan pada saat jatuh tempo)

Warkum Suitro, SH,MH memberikan defenisi perjanjian pembiayaan

Murabahah pada BPRS, yaitu :

7

Dari defenisi tersebut di atas dapat disimpulakan bahwa pengertian dasar

Murabahah adalah jual beli barang antara bank dengan nasabah debitur, dimana

tidak dibedakan apakah barang itu barang bergerak atau barang tidak bergerak,

5

Ascarya Akad dan Produk Bank Syariah Penerbit : PT. Raja Grapindo Persada Jakarta, 2007 Hal . 82

6

M.Syafi’i Antonio Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum Penerbit: TAZKIA INSTITUTE, Jakarta, 1999 Hal. 145

7

Warkum Sumitro.SH.MH.Asas-Asas Perbankan Dalam Islam dan Lembaga yang Terkait

(BAMUI&TAKAFUL) di Indonesia Penerbit :PT. Raja Grafindo Persada Cetakan Kedua, Jakarta,

(25)

dengan ketentuan bahwa dikemudian hari nasabah akan membayar harga sesuai

dengan harga pembelian ditambah keuntungan yang telah disepakati.

Atau dengan kata lain pembiayaan Murabahah dapat dikatakan sebagai

persetujuan antara pihak bank dengan pihak nasabah debitur, dimana disini pihak

bnak sendiri membeli suatu barang untuk diserahkan kepada nasabah debitur dengan

harga pembelian tersebut guna memenuhi kebutuhan nasabah debitur dan merupakan

kewajiban bagi nasabah debitur untuk mengembalikan pembiayaan tersebut serta

margin keuntungan yang disepakati.

F. Metode Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, digunakan metode penelitian hukum

sosiologis, yaitu penelitian yang menitikberatkan pada penelitian untuk memperoleh

data primer. Dimana data primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan

dengan melakukan penelitian lapangan berupa penelitian terhadap jumlah nasabah

yang melakukan pembiayaan bermasalah dan peninjauan terhadap akad perjanjian

pembiayaan murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, serta wawancara

dengan beberapa staf di BRI Syariah KCI.S.Parman Medan.

Di samping itu untuk memperkuat data primer tersebut, juga digunakan data

skunder (studi kepustakaan). Penulisan mempelajari dan menganalisa data serta

petunjuk-petunjuk yang penulis dapatkan dari buku-buku ilmiah, surat kabar internet

dan media lainnya serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembiyaan

bermasalah dalam perjanjian pembiayaan Murabahah.

(26)

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut

dengan bab, masing-masing bab diuraikan masalahnya secara tersendiri, namaun

masih dalam konteks yang saling bekaitan satu sama lainnya. Secara sistematis

penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke dalam 5(lima)bab yang

terperinci sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengambarkan hal-hal yang bersifat umum, yang

diikuti dengan alasan pemiihan judul, kemudian dilanjutkan dengan

pemasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan dan metode penulisan. Bab ini akan ditutup dengan

memberikan sistematika dari penulisan skripsi.

BAB II : PERBANKAN SYARIAH

Sesuai dengan judul bab kedua ini, maka akan diuraikan mengenai gambaran

umum Perbankan Syariah, pengertian Perbankan Syariah dan landasan

hukum Bank Syariah, fungsi Bank Syariah, pengertian pembiayaan dalam

Syariah, pengertian pembiayaan, pengertian pembiayaan bermasalah atau

kredit macet, dan diakhiri dengan alternatif penyelamatan terhadap kredit

macet atau pembiayaan bermasalah. dan

BAB III : PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM PRAKTEK PERBANKAN

(27)

Pada bab ini akan diuraikan mengenai Defenisi Perjanjian Murabahah,

landasan hukum Perjanjian Pembiayaan Murabahah, unsur-unsur

perjanjian pembiayaan Murabahah, jenis-jenis perjanjian pembiayaan

Murabahah, jaminan dalam Murabahah, bentuk Murabahah, serta

alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi piutang dalam perjanjian

pembiayaan Murabahah tersebut.

BAB IV :TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN

PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH

PADA PERBANKAN SYARIAH BRI SYARIAH KCP S.PARMAN

MEDAN

Bab ini merupakan bab yang paling pokok dari penulisan skripsi ini, dalam

bab ini akan diuraikan mengenai Prosedur Pemberian Perjanjian

Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Sejarah

BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Prosedur Pemberian Perjanjian

Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan,

Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah

dalam pembiayaan murabahah pada BRI KCI.S.Parman Medan, Hal yang

menyebabkan nasabah melakukan pembiayaan bermasalah dalam

perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan dan

diakhiri dengan Langkah-langkah Pihak Bank tersebut untuk mencegah

terjadinya Pembiayaan bermasalah dalam Perjanjian Murabahah.

(28)

Pada bab akhir ini, penulis akan merumuskan suatu kesimpulan dari

pembahasan permasalahan yang dilanjutkan dengan memberikan beberapa

saran yang diharapkan akan dapat berguna didalam praktek.

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA

PERBANKAN SYARIAH

A. Gambaran Umum Perbankan Syariah

Atas dorongan kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa Perbankan Syariah,

Bank Syariah pertama kali berdiri pada tahun 1992. Dari semenjak Tahun 1992 ini

(29)

Komitmen pemerintah dalam usaha pengembangan Perbankan Syariah baru

mulai terasa pada tahun 1998 yang memberikan kesempatan yang luas pada

Perbankan Syariah untuk berkembang.

Pada tahun berikutnya, kepada Bank indonesia (Bank central) diberi amanah

untuk mengembangkan Perbankan Syariah di Indonesia. pengembangan Perbankan

Syariah dilakukan dengan strategi pengembangan yang bertahap yag sesuai dengan

Prinsip Syariah.

- Tahap pertama, dimasudkan untuk pengembangan industri (2002-2004)

- Tahap kedua, melalui fase untuk memperkuat struktur industri Perbankan

Syariah (2005-2009).

- Tahap ketiga, Perbankan Syariah diarahkan untuk dapat memenuhi standar

keuangan dan mutu pelayanan internasional (2010-2012).

- Tahap keempat, mulai terbentuknya integrasi lembaga keuangan Syariah

(2013 2015).

- Dan pada tahun 2015, diharapkan Perbankan Syariah indonesia telah

memiliki pangsa yang signifikan ikut ambil bagian dalam mengembangkan

ekonomi indonesia yang mensejahterakan masyarakat luas.8

1. Pengertian Perbankan Syariah

8

(30)

Pengertian Perbankan Syariah menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 memberikan penjelasan

tentang Perbankan Syariah adalah Segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara

dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Sedangkan Dalam Kerangka Dasar Akuntansi Syariah, yang disusun oleh

Dewan Standart Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia) , Dewan Syariah

Nasional (MUI), Bank Indonesia, Departemen Keuangan dan Praktisi menjelaskan

tentang Perbankan Syariah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur

aktivitas umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut

hubungan interaksi vertikal dengan tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama

makhluk9

Di sisi lain Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang mendorong dan

mengajak masyarakat untuk ikut-aktif berinvestasi melalui berbagai produknya,

sedangkan di sisi lain Bank Syariah aktif untuk melakukan investasi di masyarakat. Prinsip Syariah yang berlaku dalam kegiatan umum (Transaksi Syariah)

mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan Stakeholder entitas yang melakukan

Transaksi Syariah.

9

(31)

Kegiatan usaha Perbankan Syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa

perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran

imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga, melainkan atas dasar Prinsip

Syariah sebagaimana digariskan Syariah / hukum atau aturan-aturan ajaran agama

Islam.

Bank Syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem

bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang akan diterima atas pembiayaan yang

diberikan dan atau pemberian imbalan atas dana masyarakat. Ini sangat bebanding

tebalik sekali dengan Bank konvensional dimana setiap imbalan selalu dihitung

dalam bentuk bunga. Tingkat bunga merupakan suatu aspek yang penting yang selalu

terkait dengan jalannya sistem kegitan bank konvensional.

Sejak dulu,sistem bunga dalam melakukan suatu Transaksi sudah menjadi

polemik dikalangan zaman filsafat yunani dan romawi. Banyak juga kalangan agama

non muslim sepeti agama yahudi dan kristen yang melarang inplementasi sistem

bunga.

Terlepas dari haram atau tidaknya sistem bunga, pada dasarnya banyak

kelemahan yang terdapat pada perbankan konvensional dalam menerapkan sistem

bunga. Tapi harus kita sadari juga, banyak kalangan masyarakat luas lebih tertarik

memilih bunga bank daripada beriventasi. Salah satu pemicu masyarakat memilih

sistem bunga penyebabnya adalah implikasi negatif sistem bunga bank tidak

(32)

akan dirasakan secara makro dalam jangka waktu yang lebih panjang dan kerusakan

yang tiba-tiba.

Dengan adanya sistem bunga yang diterapkan di bank sebenarnya lama-lama

akan menjebloskan diri kita sendiri ke jurang kehancuran di masa yang akan datang.

Dengan demikian muncullah suatu sistem Perbankan Syariah yang menjadi sarana

untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif bunga bank.

Terlepas dari haram atau tidaknya bunga bank, bunga bank mengakibatkan

dampak negatif seperti antara lain adalah penyebab krisis ekonomi, menciptakan

budaya malas dan memperlebar jurang sosial dan masih banyak penyebab lainnya.

Perkembangan akan manfaat Bank Syariah ternyata dirasakan juga oleh

beberapa Negara Eropa , Amerika Serikat, Australia , Afrika dan Asia. Bahkan

Singapura sebagai negara sekuler pun juga mengakomodasi sistem keuangan

Syariah.

Menurut beberapa artikel yang penulis baca bank-bank raksasa seperti

ABN,Amro, City bank, dan HSBC ternyata sudah lama menerapkan sistem

Keuangan Syariah.dan ANZ Australia yang juga membuka Unit Syariah.

Menurut laporan the banker yang menyebutkan bahwa Bank Islam bukan

hanya didirikan dan dimiliki oleh negara atau kelompok muslim saja, tetapi juga di

Negara-Negara Non Muslim seperti Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Luxemburg,

Swiss, Denmark, Afrika Selatan, Australia, India, Srilangka, Filipina, Siprus, Virgin

(33)

Bahkan kajian mengenai Perbankan Syariah ini merambah sampai dengan

beberapa universitas di negara-negara barat. Perhatian dunia barat akan ekonomi

Syariah ini dikarenakan keunggulan doktrin dan sistem ekonomi Syariah. Banyak

ekonom non muslim yang menaruh perhatian pada ekonomi Syariah dan

memberikan rasa salut pada ajaran Syariah ini seperti Prof.Volker Ninhaus dari

Jerman (Bochum university), William Shakpeare dan Rodney Wilson.10

Keberadaan sistem Perbankan Syariah saat ini dirasakan dapat memenuhi

kebutuhan sebagian masyarakat yang tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank

konvensional karena prinsip keyakinan atau kepercayaan. Pada dasarnya

Perkembangan Bank Syariah di indonesia dimasudkan antara lain

menyediakan alternatif pelayanan kepada masyarakat baik dalam bentuk

penyimpanan dana atau jenis-jenis lainnya maupun berupa pembiayaan yang

dilakukan berdasrkan Prinsip Syariah. Adanya Produk Syariah memberikan tempat

bagi masyarakat yang belum bisa menerima sistem bank konvensional disebabkan

oleh karena hambatan keyakinan yang dianutnya.

Upaya pengembangan Perbankan Syariah di indonesia merupakan kegiatan

yang mendasar dan memiliki dampak luas, bukan saja bagi perekonomian nasional

tetapi juga kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu untuk mengembangkan

Perbankan Syariah tersebut perlu diikutsertakan unsur-unsur yang dapat membantu

perkembangan sistem Perbankan Syariah antara ahli Bankir Syariah, para ahli

ekonomi, hukum dan Perbankan Islam, serta para ulama.

10

(34)

produk pada Perbankan Syariah ini bersifat universal (umum), maksudnya tidak

hanya dikhususkan untuk suatu masyarakat tertentu , meskipun prinsip operasi Bank

Syariah ini didasarkan pada Syariah Islam yaitu hukum-hukum yang bersumber dari

Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.11

Di indonesia, regulasi mengenai Bank Syariah tertuang dalam

Undang-Undang Perbankan Syariah yang baru yaitu Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008

yang mana menjelaskan tentang Bank Syariah adalah bank yang menjalankan

kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya Bank Syariah

terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Badan Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS).

Baik dalam Undang Nomor 10 tahun 1998 maupun dalm

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa ‘Syariah’ adalah aturan

berdasarkan hukum islam’.

Ketentuan mengenai Perbankan Syariah ini pada dasarnya didasarkan pada

hukum islam yang mana dituangkan dalam suatu ketentuan yang dikeluarkan oleh

Majelis Ulama Indonesia(MUI) yang dikenal dengan ‘Fatwa Dewan Syariah

Nasioanal’. Fatwa inilah yang dipergunakan sebagai referensi atau rujukan dalam

melaksanakan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Entinitas Syariah, termasuk Bank

Syariah. Karena bahwa dalam hukum islam banyak mazhab banyak sumbernya,

sehingga mana yang dipergunakan itu telah dilakukan pembahasan yang sangat

mendalam oleh Majelis Ulama Indonesia (Dewan Syariah Nasional).

11

(35)

Walaupun ketentuan Perbankan Syariah bersumber dari hukum islam bukan

berarti yang melaksanakan Bank Syariah termasuk nasabahnya hanya boleh

beragama islam. Namun banyak juga Bank Syariah yang dikelola oleh non islam,

dan memiliki nasabahnya non islam, dan harus meengikuti ketentuan-ketentuan

dalam Perbankan Syariah ini sesuai Syariah dan islami.

Perbankan Syariah bersifat universal, artinya tidak diperuntukkan untuk golongan

atau kalangan apa saja, tanpa membedakan suatu agama tertentu, semua masyarakat

bisa masuk dan berinvestasi di dalam Bank Syariah ini, yang terpenting adalah setiap

yang ingin berinvestasi didalalam perbankan syariah ini harus tunduk akan peraturan

bank tersebut yang syarat akan nilai agamanya khusussnya syariat atau ajaran agama

islam. ini salah satu juga menunjukkan eksistensi akan dunia Perbankan Syariah

mendapat kemajuan yang sangat pesat. bahkan sejak zaman rasullullah pun dulu,

rasul pun banyak mencontoh beberapa transaksi jual beli dengan non muslim.

2. Landasan Hukum Perbankan Syariah

Landasan Perbankan Syariah di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan

Perbankan Syariah di indonesia. Perbankan Syariah perkembangan di indonesia

melalui beberapa tahap priode yaitu :

1. Priode sebelum tahun 1992

Sebelum tahun 1992 di indonesia telah berdiri Bank Syariah dalam bentuk BPR

Syariah, yaitu BPRS Mardhatillah, BPRS Berkah Amal Sejahtera, Al Mukaromah

dimana sebagai pendiri adalah alumni ITB atau masjid salman(masjid dalam

(36)

perundang-undangan perbankan yang berlaku saat itu (Bank konvensional),dan tidak

ada ketentuan yang mengatur tentang Bank Syariah disamping masyarakat yang

belum memungkinkan untuk diajak untuk bertransaksi Syariah sehingga BPR

Syariah tersebut mati secara pelan-pelan.

2. Priode tahun 1992 sampai dengan tahun 1998

Dalam priode ini lahir puluhan BPR Syariah dan satu Bank Umum Syariah, yaitu

Bank muamalat indonesia. Pada priode ini Bank Syariah didirikan berdasarkan

Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan.

Dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 ini tidak dibahas secara langsung,

tentang Bank Syariah , hanya dalam pasal 6 huruf m dan pasal 13 huruf c yang

mengatur tentang usaha Bank Syariah yaitu :

Usaha Bank Umum : ‘menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip

bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan daln peraturan pemerintah’(pasal

6 huruf m).

Usaha Bank Pembiayaan Rakyat : “ menyediakan pembiayaan bagi nasabah

berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapakan dalam

peraturan pemerintah’(pasal 13 huruf c) .

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang

perbankan tersebut pemerintah mengeluarkan dana ketentuan Perbankan Syariah

(37)

a. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan bagi

hasil. Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan

peraturan pemerintah tersebut sebagai landasan hukum berdirinya Bank

Umum Syariah

Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang bank perkreditan rakyat

bardasarkan bagi hasil. Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang

perbankan dan peraturan pemerintah tersebut sebagai landasan hukum

bersirinya bank perkreditan rakyat dalam priode ini.

Pada priode ini tidak ada ketentuan lain kecuali ketentuan tersebut diatas,

seperti peraturan bank indonesia, ketentuan tentang akuntansi dan sebagainya. Pada

priode in masing Dewan Pengawas Syariah mengeluarkan fatwa

masing-masing sehingga ketentuan Syariah BPR Syariah yang satu berbeda pula dengan

fatwa yang dikeluarkan oleh DPS Bank muamalat indonesia.

Pada priode ini Bank Syariah dalam menjalankan kegiatan usaha dibidang

Syariah sesuai kemampuan masing-masing , berdasarkan fatwa masing-masing

Dewan Pengawas Syariah yang bersangkutan.

3. Priode tahun 1998 sampai dengan tahun 2008

Dari pengalaman dan kajian yang dilakukan ternyata Bank Syariah memiliki

karakteristik yang berbeda dengan bank konvensional , maka undang-undang nomor

10 tentang perbankan telah disempurnakan disempurnakan dengan undang-undang

(38)

Dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 ketentuan-ketentuan Bank

Syariah misalnya :

a. Dalam pasal 1 angka 13 disebutkan ‘Prinsip Syariah’ adalah aturan

perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain

antara bank dan pihak lan untuk penyimpanan dan /atau pembiayaan

kegiatan usaha, atau kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sesuai

Syariah , antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah) atau barang modal berdasarkan prnsip sewa

murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pemilihan

pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank

oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

b. pasal 6 huruf m “ menyediakan pembiayaan barang modal

berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh bank indonesia.

c. masih banyak pasal-pasal yang mengatur tentang Perbankan Syariah.

Didalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 telah banyak membahas

tentang Perbankan Syariah, maka untuk itu pemerintah mencabut dua peraturan

pemerintah tersebut di atas dan diganti dengan Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun

1998. sebagai peraturan pelaksana bank indonesia sejak tahun 1999 banyak

(39)

merupakan landasan hukum berdirinya Badan Pembiayaan Rakyat Syariah dan Bank

Umum Syariah seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan beberapa

cabang syariah dari bank konvensional, seperti BRI syariah, BNI syariah, BTN

syariah, Bank Jabar Syariah dan lain-lain.

4. Priode setelah tahun 2008

Mulai pada tahun 2008 ini terbentuklah peraturan khusus yang mengatur

tentang Perbankan Syariah, dimana kebutuhan masyarakat akan adanya Perbankan

Syariah ini terus meningkat semakin pesat, dan produk yang ditawarkan berbeda

dengan bank konvensional. Untuk itulah pemerintah membuat suatu undang-undang

khusus tentang Perbankan Syariah ini yaitu undang-undang nomor 21 tahun 2008

tentang Perbankan Syariah.

Ketentuan Pasal 69 undang-undang nomor 21 tahun 2008 ini menjelaskan:

“Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, segala ketentuan mengenai Perbankan

Syariah yang diatur dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan

undang-undang nomor 10 thun 1998(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998

tahun 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790) beserta

peraturan pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan undang-undang ini.”12

12

Wiroso Produk perbankan syariah Penerbit : LPFE Unisakti Jakarta , 2009 Hal. 44

(40)

Jadi meskipun undang-undang tentang Perbankan Syariah ini telah berdiri

sendiri dan khusus, bukan berarti undang diatasnya tdak berlaku,

undang-undang sebelumnya tetap juga berlaku, sepanjang tidak ada hal-hal yang

bertentangan tentang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008.

3. Fungsi Bank Syariah

Fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat utuk menitipkan uang dengan

aman dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa. Setiap bank

tentu memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pemenuhan kebutuhan bank

itu sendiri, begitu juga dengan Bank Syariah juga tentu memiliki fungsi.

Yang mana fungsi tiap bank ada yang sebagai penghubung (intermediary)

antara pihak yang kelebihan dana dan membutuhkan dana, dan lain-lain. Begitu pun

juga dengan fungsi Bank Syariah. Disini penulis ingin menjelaskan beberapa fungsi

dalam Bank Syariah.

Dalam undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal

4 menjelaskan tentang fungsi Bank Syariah sebagai berikut :

1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat

2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi social dalam bentuk

lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,

infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya

(41)

3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal

dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf

(nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

Dari penjelasan di undang undang diatas tentunya fungsi pada Bank Syariah

juga berbeda dengan perbankan konvensional, yang membedakannya dimana di

dalam fungsi pada Bank Syariah ini kita melihat adanya 3 fungsi yaitu: manajer

investasi, investor, jasa keuangan dan sosial. Ketiga fungsi ini akan penulis jabarkan

satu persatu dalam skripsi penulis yang akan penulis uraikan sebagai berikut :

1. manajer investasi

Salah satu fungsi yang penting dalam Bank Syariah adalah manajer investasi,

adalah bahwa Bank Syariah tersebut merupakan manajer investasi dari pemilik dana

yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh

pemilik dan yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian dan

profesionalisme dari Bank Syariah.13

13

Sofyan Syafri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf Akuntansi Perbankan Syariah Penerbit : LPFE Usakti Jakarta, 2004 Hal. 5

Fungsi ini pada prakteknya banyak yang tidak memahami, dan kebanyakan

masih menggunakan paradigma dari bank konvensional. Penyaluran dana yang

dilakukan Bank Syariah hendaknya mendapatkan hasil. Dan apabila investasi yang

dilakukan Bank Syariah macet atau kurang lancar dalam hal ini, tentu sangat

berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh kecil dan pendapatan yang diterima

(42)

Besarnya dana atau investasi yang dilakukan oleh Bank Syariah bukanlah

otomatis pendapatan bagi hasil besar yang diterima oleh pemilik dana yang

dihimpun.

Bank Syariah dalam hal ini dapat mengelola investasi atas dana nasabah

dengan mengunakan akad mudharabah.

2.investor

Dalam investor ini, Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang

dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan

menggunakan alat investasi yang sesuai dengan Syariah. Keuntungan yang diperoleh

dibagi secara proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik

dana.14

14

PAPSI Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Penerbit :Ikatan akuntan Indonesia Jakarta, 2003 Hal .1

3. Jasa keuangan

Di dalam jasa keuangan ini, instrumen pada Perbankan Syariah yang tersedia

bukan merupakan produk-produk yang ditawarkan Bank Syariah kepada nasabahnya,

meainkan hanya merupakan instrumen keuangan yang dimanfaatkan Bank Syariah

(43)

Instrumen pada Perbankan Syariah di indonesia yang tersedia ada 2 yaitu :

sertifikat investasi mudharabah antar bank (SIMA) dan sertifikat wadiah bank

indonesia(SWBI).

SIMA merupakan instrumen Keuangan Syariah yang diperjualbelikan di

pasar uang atar Bank Syariah (PUAS) yang dikeluarkan oleh Bank Syariah yang

kekurangan likuiditas. Sedangkan SWBI merupakan fasilitas yang disediakan oleh

bank indonesia untuk Bank Syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas

sementara.15

B. Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah

Pembiayaan adalah suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam

perjanjian tersebut terdapat balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya

dipisahlan oleh unsur waktu.

Bank sebagai lembaga keuangan yang bertindak mewakili pemerintah dalam

memberikan fasilitas pembiayaan selalu mensyaratkan adanya jaminan. Hal ini

dimaksudkan agar tercapai kepastian hukum.

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan Perbankan Syariah ini,

semakin banyak juga masalah yang timbul dari Perbankan Syariah ini salah satunya

adalah masalah pembiayaan yang terus meningkat.

Meningkatnya pemberian pembiayaan adalah dikarenakan 2 alasan yakni yang

pertama dilihat dari sisi internal, permodalan masih cukup kuat dan portofolio

pembiayaan meningkat, sedangkan yang kedua adalah alasan eksternal bank adalah

15

(44)

semakin membaiknya prospek usaha nasabah. Namun juga tidak menutup

kemungkinan terjadinya pembiayaan yang bermasalah atau kredit macet atas kredit

yang diberikan16

Untuk mengetahui layak atau tidaknya, besar atau kecilnya pemberian kredit

atau pembiayaan maka bank melakukan analisa fakor-faktor yang bisa .

Salah satu dampak atau bahaya yang timbul dari pembiayaan bermasalah adalah

tidak terbayarnya kembali pembiayaan tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya

dalam melakukan kegiatan usahanya. Disini bank harus mempunyai dana agar dapat

menyalurkannya kepada masyarakat atau nasabah.

Yang membedakan antara pembiayaan dengan kredit adalah terletak pada

sistemnya, dimana pada pembiayaan dikenal dengan sistem bagi hasil atau

keuntungan. Sedangkan kredit dalam memberikan pinjaman itu menggunakan sistem

bunga. Dalam hubungan islam hubungan pinjam-meminjam tidak dilarang, bahkan

dianjurkan agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada gilirannya

berakibat pada hubungan persaudaraan.

Dalam aplikasinya, sebelum bank merealisasikan kredit atau pembiayaan kepada

nasabah terlebih dahulu bank melakukan analisa kredit atau pembiayaan setelah

survey atas angunan usaha nasabah yang bersangkutan. Disini dapat dilihat oleh bank

bagaimana kondisi usaha nasabah yang sebenarnya, apakah layak diberikan kredit

atau pembiayaan terhadap nasabah yang bersangkutan.

16

(45)

mempengaruhi jumlah realisasi pembiayaan nasabah. Hal ini berkaitan dengan usaha

dan kepribadian nasabah yang megelola usaha yang sudah dijalankan selama ini.

Pada proses analisa ini nasabah memang sering kecewa terhadap jalannya sistem

Perbankan Syariah , hal ini disebabkan lamanya proses bank dalam merealisasikan

pembiayaan kepada nasabah, dan bahkan pembiayaan yang diberikan oleh bank tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan ataupun yang diajukan nasabah sebelumnya.

Oleh karena itu Bank Syariah pada dasarnya bukan sekedar lembaga keuangan

yang bersifat sosial. Walaupun disebut sebagai Bank Syariah yang bernuansa agama

islam , Bank Syariah adalah tetap sebuah lembaga keuangan yang ingin memperoleh

laba dari hasil usahanya dan terbuka bagi semua pihak yang ingin berinvestasi.

Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang

sedang berkembang dewasa ini di Indonesia merupakan suatu yang didambakan.

Akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang tinggi bukan segalanya.

Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan

tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini. Oleh karena itu semangat yang

tinggi dalam sistem pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan

peningkatan pendapatan yang diterima oleh perbankan , hal yang lain justru muncul

adalah permasalahan akan pembiayaan ini.

Adanya pembiayaan bermasalah atau kredit macet memberikan dampak yang

kurang baik bagi negara Indonesia, masyarakat dan bagi Perbankan Indonesia.

Bahaya atas pembiayaan bermasalah yakni tidak terbayarnya kembali pembiayaan

(46)

Semakin besar pembiayaan bermasalah atau kredit macet yang dihadapi oleh

bank, maka menurun pula tingkat kesehatan operasi bank tersebut. Penurunan mutu

pembiayaan atau kredit dan tingkat kesehatan bank mempengaruhi sistem likuiditas

bank yang dapat mempengaruh kepercayaan para penitip dana atau para nasabah atau

calon nasabah.

Semakin besar jumlah pembiayaan bermasalah, maka semakin besar jumlah dana

cadangan yang harus disediakan, semakin besar pula tanggungan bank untuk

mengadakan dana cadangan tersebut, karena kerugian yan ditanggung bank akan

mempengaruhi modal sendiri.

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang kompleks dalam operasional

bank. Sulitnya pengelolaan tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank

semakin besar adalah dana dari masyarakat( Dana Pihak Ketiga).

1. Pengertian Pembiayaan dalam Bank Syariah

Pembiayaan dalam Bank Syariah dimana dalam menjalankan segala kegiatan

perbankan harus berdasarkan Prinsip-prinsip Syariah adalah penyediaan uang

atau tagihan yan dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antar Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

unuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan bagi hasil.

Pembiayaan bermasalah dalam Syariah adalah bentuk pembiayaan yang tidak

lancar yang mana dalam hal ini debiturnya tidak memenuhi persyaratan pembayaran,

(47)

Pembiayaan bermasalah dijelaskan dalam Al-Quran tentang pembiayaan

Q.S.Al-Baqarah ayat 282 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman , apabila kamu

bermu’alah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan , hendaknya kamu

menuliskannya dan hendaknya seseorang penulis diantara kamu menuliskannya

dengan benar.(Q.S.Al-Baqarah : 282)17

a. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : Menurut penggunaannya Pembiayaan dapat menjadi 2 (dua) hal berikut :

1). Pembiayaan Produktif

Yaitu Pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi

dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan,

maupun investasi.

2). Pembiayaan Komsumtif

Yaitu Pembiayaan yan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kosumsi, yang

akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya, Pembiayaan Produktif dapat dibagi menjadi dua hal

berikut :

a) Peningkatan Produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil

produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau

mutu suatu produksi

17

(48)

b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utlity of place dari

suatu barang serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

Dalam konsep Bank Syariah, pembiayaan tersebut diatas digolongkan kepada

jenis-jenis akad yang meliputi :

1. Mudharabah

Adalah akad kerja sama usaha antara 2 (dua) pihak dimana pihak pertama

(shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%). Sedangkan pihak lain

(Mudharib) menjadi pengelola keuntungan usaha dibagi menurur kesepakatan

yang dituangkan dalam kontrak.18

Dalam konteks Perbankan Mudharib menerima dukungan dana bank, yang

dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan

membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli,

dengan tujuan agar memperoleh keuntungan.

19

2. Musyarakah

Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk satu usaha tertentu

dimana masing-masing pihak memberiakn kontribusi dana dengan

kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai

dengan kesepakatan.

18

Abdullah Saed, Bank Islam dan Bunga Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2004 Hal.100

19

(49)

3. Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan

dan keuntungan(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli 20

Kegiatan pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu

pemberian bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit

.

Bank-bank Islam mengambil Murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka

pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun kliennya tersebut

tidak memiliki uang tunai untuk membayarnya.

Disini penulis lebih menitikberatkan pada pembiayaan bermasalah dalam

Perbankan Syariah yang salah satu produknya adalah murabahah. Tentang

murabahah ini akan lebih jah penulis sampaikan pada Bab III skripsi penulis ini.

21

Dalam Bank Konvensional pembiayaan bermasalah dikenal dengan kredit macet

sedangkan istilah kredit tidak dikenal dalam Perbankan Syariah. Kredit diganti

dengan Pembiyaan bermasalah. Salah satu produk yang diberikan oleh bank dalam

membantu kelancaran usaha debiturnya, adalah dengan pemberian kredit atau . Dalam hal memberikan kredit

atau pembiayaan, bank menganalisis calon debitur dengan menggunakan pendekatan

prinsip analis pembiayaan.

2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah

20

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah , Penerbit :Pustaka Alvabet, Jakarta 2006 Hal.200

21

Habullah, Penanganan dan Penanggulangan Pembiayaan Bermasalah

(50)

pembiayaan, dalam hal ini merupakan salah satu fungsi bank dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi.

Peraturan-Peraturan yang terkait tentang pembiayaan bermasalah adalah antara

lain:

- SE BI Nomor 2/DPNP Tanggal 12 Juni 2000 tentang Penilaian Aktiva

Produktif dalam Penghitungan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.

- SE BI Nomor 2/15/PBI/2000 Tanggal 12 Juni 2000 tentang Perubahan

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12

November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit.

- SE BI Nomor 27/7/UPPB dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

Nomor 27/162/Kep/Dir tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan

Kebijaksanaan Perkreditan Bank Bagi Umum .

- PBI Nomor 5/7/PBI/2003 Tanggal 19 Mei 2003 dan Nomor 5/9/PBI/2003

Tanggal 19 Mei 2003, mengenai Kualitas Aktiva Produkif bagi Bank Syariah

dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif bagi Bank

Syariah.

- PBI No.7/2/PBI/2005 Tanggal 20 Januari 2005, Penilaian Kualitas Aktiva

Bank Umum.

- Fatwa DSN No.46/DSN-MUI/II/2005 Tanggal 22 Februari 2005, tentang

(51)

- Fatwa DSN No.47/DSN-MUI Tanggal 22 Februari 2005, tentang

Penyelesaian Piutang Murabahah bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.

- Fatwa DSN No.48/DSN-MUI/II/2005 Tanggal 25 Februari 2005, tentang

Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah.

- Fatwa DSN No.49/DSN-MUI/II/2005 Tanggal 25 Februari 2005 tentang

Konversi Akad Murabahah. 22

Pembiayaan Bermasalah adalah pembiayaan yang tidak lancar, dimana

debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, yang tidak menepati

jadwal angsuran yang memiliki potensi yang merugikan bank dan menunggak

dalam satu waktu tertentu23

Untuk dapat dikatakan suatu Pembiayaan dikatakan sebagai Pembiayaan

bermasalah didasarkan pada kolektabilitas pembiayaan. Kolektabilitas adalah

keadaan pembayaran pokok atau angsuran oleh debitur serta kemungkinan

diterimanya kemana dana tersebut disalurkan. Suatu pembiayaan dinyatakan

sebagai pembiayaan bermasalah apabila pembiayaan tersebut sebagai

pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. .

24

Dalam dunia Perbankan Syariah pembiayaan bermasalah disebut sebagai Non

Performing Financial(NPF). Semakin rendah tingkat NPF suatu bank tersebut,

maka dapat diindikasi bank tersebut dinyatakan dalam keadaan sehat.

22

pada selasa, 17 mei 2010 Jam:21.00 wib 23

Abdullah saed, Op.Cit Hal. 139 24

(52)

Dalam menjalankan sistem perbankan yang penuh dengan resiko, Bank Syariah

sendiri juga tidak terlepas dari resiko pembiayaan bermasalah (Non Performing

Financing/NPF). Sehingga Bank Syariah perlu mengatur strategi agar tingkat NPF di

Bank Syariah tidak dalam kondisi yang mengkhawatirkan.

Oleh karena atas resiko perbankan akan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam

menyalurkan pembiayaan agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah.

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan-kesulitan

keuangan yang dihadapi nasabah dapat dibagi beberapa faktor antara lain yaitu :

1) Faktor Internal Bank

1. Kelemahan Analisis Pembiayaan:

- analisis pembiayaan tidak berdasarkan data akurat atau kualitas data rendah

- informasi pembiayaan tidak lengkap atau kuantitas data rendah

- pembiayaan terlalu sedikit

- pembiayaan terlalu banyak

- analisis tidak cermat

- jangka waktu pembiayaan terlalu lama

- jangka waktu pembiayaan terlalu pendek

- kurangnya akuntabilitas putusan pembiyaan.

(53)

- Data mengenai pembiayaan nasabah tidak didokumentasi dengan baik

- Pengawasan atas fisik dokumen tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.

3. Kelemahan dalam supervisi pembiayaan:

- Bank kurang pengawasan dan pemantauan atas performance nasabah secara

continue dan teratur

- Terbatasnya data dan informasi yang berkaitan dengan penyelamatan dan

penyelesaian pembiayaan

- Tindakan perbaikan tidak diterapkan secara dini dan tepat waktu

- Jumlah nasabah terlalu banyak

- Nasabah terpencar

- Konsentrasi portofolio pembiayaan yang berlebihan

4. Kecerobohan Petugas Bank

- Bank terlalu bernafsu memperoleh laba

- Bank terlalu kompromi

- Bank tidak mempunyai kebijakan pembiayaan yang sehat

- Petugas atau pejabat bank terlalu menggampangkan masalah

- Bank tidak mampu menyaring resiko bisnis

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena ini ditemukan di beberapa kabupaten seperti Bangka Selatan, Belitung Timur, Bangka, Bangka Tengah, dan Bangka Barat.Konflik sosial budaya yang cukup dominan

Pada periode 7—11 tahun atau tahap operasional konkret, buku bacaan sastra yang sesuai adalah buku-buku bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung urutan logis dari yang sederhana

kajian, jadual, contoh soal-selidik, peta, gambar dan sebagainya yang terlalu panjang untuk dimasukkan ke dalam teks atau yang tidak diperlukan secara langsung bagi

Hasil peneliitian yang dapat disimpulkan bahwa latihan lari 12 menit berpengaruh lebih baik dibandingkan latihan konvensional terhadap peningkatan daya tahan,

Program ekonomi bergulir pada desa Sumber Agung telah ada dari tahun.. 2007, setelah mendapatkan program PNPM Mandiri secara

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan melalui hasil yang telah diperoleh, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6

Sedangkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis

Nasional; NO(A)EC - Tidak Ada Konsentrasi Efek (Negatif) yang Teramati; NO(A)EL - Tidak Ada Tingkat Efek (Negatif) yang Teramati; NOELR - Tidak Ada Efek yang Teramati dari Kecepatan