TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH
PADA PERBANKAN SYARIAH
(STUDI PADA : BRI SYARIAH KCI.S.PARMAN MEDAN) SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Universitas Sumatera Utara
Oleh :
REZA SUPRANA FACHRI
070200110
DEPARTEMEN HUKUM PERDATA DAGANG
F
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH
PADA PERBANKAN SYARIAH
(STUDI PADA : BRI SYARIAH KCI S.PARMAN MEDAN) SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
REZA SUPRANA FACHRI 070200110
Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang
Disetujui oleh :
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr.Hasim Purba, SH.M.Hum Nip.196603031985081001
DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II
Dr. Hasim Purba, SH.M.Hum Mulhadi SH.M.Hum
ABSTRAK
Dengan keluarnya Undang-Undang khusus yang mengatur tentang perbankan syariah yaitu Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Lebih menegaskan lagi akan kinerja Perbankan Syariah yang hadir di tengah tengah masyarakat yang memberikan warna baru dengan konsep Islam di dalam menjalankan kegiatan perbankannya. Terutama dalam hal yang mengatur tentang pembiayaan dimana pembiayaan Murabahah adalah salah satu produknya.
Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang sedang berkembang di Indonesia merupakan suatu dampak yang didambakan, akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi bukan segalanya. Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu semangat tinggi dalam pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang diperoleh. Hal yang muncul justru permasalahan pembiayaan khususnya dalam murabahah (jual-beli).
Sehubungan dengan Murabahah tersebut terdapat beberapa permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini diantaranya Bagaimanakah Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Bagaimana Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan dan Bagaimana Upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucap Bismillahirrohmaniroohim, Penulis memulai menulis
Skripsi ini, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam memilih judul Skripsi ini, Penulis telah diperkenankan oleh Ketua
Jurusan Perdata untuk membuat skripsi yang berjudul :”Tinjauan Yuridis Terhadap
Nasabah yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah Dalam Perjanjian Murabahah
Pada Perbankan Syariah” . (Studi Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan).
Terima kasih yang tak terhingga Penulis sampaikan kepada Bapak-Bapak dan
Ibu-Ibu para Dosen/Asisten-Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Medan yang telah membekali Penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan hukum, sejak memasuki bangku perkuliahan di Fakultas Hukum yang
tercinta ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
yang tak terhingga khusus kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH.M.hum sebagai Dekan Fakultas
Hukum USU.
2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, SH.Mhum selaku PD I Fakultas
3. Bapak Muhammad Husni, SH.M.hum selaku Dosen dan PD II
Fakultas Hukum USU yang telah banyak membimbing penulis
selama mengikuti perkuliahan.
4. Bapak Dr.Hasim Purba,SH.M.hum sebagai Dosen Pembimbing I
sekaligus Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membimbing Penulis
dengan banyak menyisihkan waktunya guna menyelesaikan skripsi
ini.
5. Bapak Mulhadi SH.M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang juga
telah banyak memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat kepada
Penulis.
6. Bapak Dr.Suwarto, SH.M.Hum selaku Dosen Penasehat Akademik
Penulis yang telah banyak memberi nasehat kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum USU ini.
7. Bapak dan ibu dosen maupun asisten dosen serta semua unsur staff
administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Demikian pula Penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya atas bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan skripsi ini kepada :
1. Ayahanda tercinta Riduan, SH, yang sangat Penulis cintai sepanjang masa
yang telah banyak memberi Cinta, Kasih-Sayang, Pengorbanan,
dalam kehidupan Penulis, dan Ibunda Tercinta Farida Ariyani yang
telah banyak memberikan Cinta, Kasih Sayang serta doa yang tulus yang
tidak ternilai harganya dan juga kepada Adinda tersayang yang
telah memberikan nasehat, do’a dan dukungan kepada penulis. Semoga
Allah SWT selalu melindungi dan memberikan Rahmat, Taufiq dan
hidayahnya kepada keluarga tercinta.Amin ya Rabbal alamin.. .
3. Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan. Khususnya kepadaDirektur
Operasional beserta Staff yang telah memberikan izin dan meluangkan
waktunya bagi Penulis selama melakukan riset skripsi ini BRI Syariah
KCI.S.Parman Medan.
4. Rekan-rekan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya
sahabat-sahabat penulis :Almawida Afni SH, Sarah Nauli Pulungan SH,
Batara Sanjaya Perangin Angin, M.Reza Lubis, Dirga Arbas SH, Wahyu
Simon Tampubolon, Agus Samosir SH, Adrianto P. Pasaribu SH,
Howard Limbong, Mario F. Gultom, Beni Sarungmaha SH, Hardiles
MDKH, dan rekan-rekan Penulis yang sangat banyak membantu dan
memberikan dukungan serta semangat kepada Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Khusus untuk beberapa orang Sahabat-sahabat Penulis :
- Almawida Afni Terimakasih kuucapkan kepadamu yang telah
mendukung, memberi semangat, doa dan perhatiannya selama
- Reza, Dirga, Agus, Wahyu Terimakasih sahabat atas segala
nasehat, suka duka pertemanan selama masa perkuliahan, semoga
persahabatan kita akan abadi .Amin ya Rabb .
6. Beserta semua Pihak yang telah banyak membantu Penulis selama
menyelesaikan Penulisan Skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala Penulis memohon ampun dan
kepada Bapak-Bapak/Ibu-Ibu/Rekan-Rekan Penulis juga memohon maaf atas segala
dosa dan perbuatan yang Penulis pernah perbuat.
Medan, 2011
Penulis
Reza Suprana Fachri
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...
ABSTRAKSI...
DAFTAR ISI...
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...
B. PerumusanMasalah...
C. Tujuan dan Manfaat penulisan...
D. Keaslian Penulisan...
E. Tinjauan Kepustakaan...
F. Metode Penulisan...
G. Sistematika Penulisan...
BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH
PADA PERBANKAN SYARIAH
A. Gambaran Umum Tentang Perbankan Syariah...
1. Pengertian Perbankan Syariah...
2. Landasan Hukum Perbankan Syariah…...
3. Fungsi Bank Syariah...
B. Pembiayaan Bermasalah Pada Bank Syariah...
2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah...
3. Alternatif Penyelamatan Terhadap Kredit Macet/Pembiayaan
Bermasalah...
BAB III. PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM PRAKTEK PERBANKAN
SYARIAH
A. Defenisi Perjanjian Pembiayaan Murabahah...
1. Defenisi Perjanjian Pembiayaan Murabahah...
2. Landasan Perjanjian Pembiayaan Murabahah...
B. Unsur-Unsur Perjanjian Pembiayaan Murabahah...
1. Unsur-Unsur Perjanjian Pembiayaan Murabahah...
2. Jenis-Jenis Murabahah...
C. Jaminan dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah...
1. Bentuk Jaminan...
2. Alternatif Penyelesaian Masalah apabila terjadi Piutang dalam Perjanjian
Pembiayaan...
BAB IV. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN
PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH
PADA PERBANKAN SYARIAH KCI S.PARMAN MEDAN
A. Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah Pada BRI
Syariah KCI.S.Parman Medan...
1. Sejarah BRI Syariah KCI.S.Parman Medan...
2. Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah Pada BRI
B. Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah
dalam pembiayaan murabahah pada BRI KCI.S.Parman
Medan...
1. Hal yang menyebabkan nasabah melakukan pembiayaan
bermasalah dalam perjanjian pembiayaan Murabahah pada BRI
Syariah KCI.S.Parman Medan...
2. Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh
nasabah dalam pembiayaan murabahah pada BRI KCI.S.Parman
Medan...
C. Upaya Hukum yang dilakukan BRI Syariah KCI.S.Parman Medan
kepada nasabah dalam hal Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam
Perjanjian Pembiayaan Murabahah...
1. Upaya Hukum yang dilakukan BRI Syariah KCI.S.Parman Medan
kepada nasabah dalam hal Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah...
2. Langkah-langkah Pihak Bank tersebut untuk mencegah terjadinya
Pembiayaan bermasalah dalam Perjanjian Pembiayaan
Murabahah...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………...
B. Saran……….
ABSTRAK
Dengan keluarnya Undang-Undang khusus yang mengatur tentang perbankan syariah yaitu Undang-Undang No. 21 tahun 2008. Lebih menegaskan lagi akan kinerja Perbankan Syariah yang hadir di tengah tengah masyarakat yang memberikan warna baru dengan konsep Islam di dalam menjalankan kegiatan perbankannya. Terutama dalam hal yang mengatur tentang pembiayaan dimana pembiayaan Murabahah adalah salah satu produknya.
Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang sedang berkembang di Indonesia merupakan suatu dampak yang didambakan, akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi bukan segalanya. Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu semangat tinggi dalam pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang diperoleh. Hal yang muncul justru permasalahan pembiayaan khususnya dalam murabahah (jual-beli).
Sehubungan dengan Murabahah tersebut terdapat beberapa permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini diantaranya Bagaimanakah Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Bagaimana Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan dan Bagaimana Upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penjelasan umum Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menjelaskan bahwa salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam
menyerasikan dan menyeimbangkan pembangunan adalah perbankan. Peran strategis
tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang
dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien,
yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup.
Peranan penting dari dunia perbankan dalam meningkatkan taraf
perekonomian bangsa tidak dapat dipungkiri lagi, bahkan dunia perbankan pada
suatu Negara dapat dijadikan sebagai indikator dari perekonomian suatu negara,
dikarenakan oleh dunia perbankan tersebut menyangkut dengan sekian banyak dana
masyarakat.
Di Indonesia saat ini, selain berkembangnya Bank Konvensional , dengan di
motori oleh UU.No.7 Tahun 1992, yang ditegaskan dalam Pasal 6 huruf m Pasal 13
huruf c undang-undang tersebut, telah lahir dan berkembang secara pesat bank
dengan Prinsip Syariah dengan berbagai macam produk yang ditawarkan.
Kemudian lebih luas lagi Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang
bank sekaligus, menjalankan pola pembiayaan dan kegiatan lain berdasarkan Prinsip
Syariah dimana pada undang-undang ini yang membagi perbankan menjadi 2(dua)
jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat, dimana kedua bank ini
melaksanakan kegiatan Konvensional atau Syariah.
Bahkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tersebut memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan bank yang dapat
menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, termasuk pemberian
kesempatan kepada Bank Umum membuka kantor cabangnya yang khusus
melakukan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah, yang dalam hak ini ditujukan untuk
merampung dan memenuhi aspirasi masyarakat.
Dalam prakteknya saat ini Bank Syariah cukup banyak di minati oleh
masyarakat, hal ini terbukti dengan terus bermunculan dan berkembangnya
bank-bank dengan Prinsip Syariah. Fatwa tentang haramnya bunga pada Bank yang
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Rapat Kerja Nasional
(RAKERNAS) tanggal 14-16 Desember 2003 merupakan salah satu faktor yang
mendorong perkembangan dari bank dengan Prinsip Syariah ini. Fatwa ini
dikeluarkan pada dasarnya sudah merupakan landasan hukum bagi umat islam untuk
’tidak lagi’ mempergunakan jenis-jenis bank konvensional secara tradisional yang
sejak lama telah melayani masyarakat yang menggunakan jasanya dengan memberi
imbalan berbagai bentuk, terutama dalam bentuk bunga. Perbankan konvensional
mengenal istilah bunga, sedangkan pada perbankan syariah kata ‘bunga’ diganti jadi
Meskipun secara nominal kontribusi dan peranan Perbankan Syariah dalam
industri perbankan masih kecil,dan literatur mengenai Bank Syariah masih terbatas
namun tiap tahun Bank Syariah ini terus meningkat, Bank Syariah dalam
perkembangannya ingin mewujudkan Perbankan Syariah yang ideal. Syarat akan
nilai-nilai islam didalamnya.
Di dalam Perbankan Syariah ini cukup unik karena didalam
produk-produknya sendiri semua berlandaskan Syariah, dan tetap berlandaskan pada
rambu-rambu hukum positif dan mengharamkan riba. Oleh karena itu, produk-produk
pendanaan dan pembiayaan pada Bank Syariah harus menghindari unsur-unsur yang
dilarang tersebut. Perbankan Syariah dalam menjalankan usahanya menggunakan
pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam operasionalnya baik dalam
produk pendanaan, produk pembiayaan maupun produk lainnya.
Pengharaman dan pelarangan riba secara jelas diatur dalam Al-Qur’an yaitu:
Q.S. Al-Baqarah : 275, Q.S. Al-Baqarah : 278 – 279 , Q.S. Ali Imran : 130.
Dengan keluarnya Undang-undang Perbankan Syariah yang khusus yaitu
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 ini dimana didalam peraturan ini telah sesuai
dengan prinsip Syariah yang sejalan dengan tujuan pembangunan nasional indonesia
untuk mencapai terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
demokrasi ekonomi, maka dikembangkanlah suatu sistem ekonomi yang
berlandaskan nilai keadilan, kebersamaan, kemanfaatan.1
1
Maka semakin menegaskan bahwa kebutuhan masyarakat akan jasa-jasa
perbankan terus meningkat, dan pengaturan mengenai Perbankan Syariah tersendiri
ini semakin mengkhususkan perbankan ini daripada bank konvensional, untuk
menjamin Prinsip-prinsip Syariah, dan dengan adanya Bank Syariah ini diharapkan
dapat memobilisi dana dan negara lain yang menyaratkan pengaturan tehadap Bank
Syariah dalam undang-undang tersendiri
Pengaturan tentang produk Perbankan Syariah didalamnya telah diatur oleh
Fatwa MUI yang mana diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Produk yang
ditawarkan dalam Perbankan Syariah sangat beragam sesuai kebutuhan masyarakat
salah satu produk yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah Murabahah dimana
dalam melakukan operasional Bank tersebut dilaksanakan dengan prinsip jual beli
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah, baik itu
dilaksanakan oleh Bank Umum maupun oleh Bank Permbiayaan Rakyat.
Karakteristik dasar dari Perbankan Syariah yang antara lain melarang
menerapan riba dan melarang transaksi yang didasarkan pada motif spekulasi,
membuat Bank Syariah mengidentifikasikan sebagai lembaga pembiayaan yang
memiliki keterkaitan erat dengan sektor riil, dan hal inilah yang menjadi keunggulan
kompentitif bagi Bank Syariah.
Operasi Bank Syariah yang menggunakan prinsip jual beli atau Murabahah
ini adalah menjadi wabah penyakit negative spread yang dialami oleh bank
konvensional, karena konsekuensi dari sistem bunga yang diterapkan oleh bank
penghimpunan dananya pada suatu suku bunga kredit atau pembiayaan lebih rendah
daripada dibandingkan dengan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang
disimpan di bank).2
Guna menghadapi persaingan Bank Syariah yang semakin tajam diperlukan
suatu putusan yang tepat dan didukung dengan perencanaan yang baik. Perencanaan
berfungsi sebagai dasar operasional dan pencapaian perusahaan untuk memperoleh
profit seperti apa yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu perencanaan yang baik
adalah mengusahakan pemakaian dana dan pengupayaan sumber dana yang tersedia
baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang. Disamping itu
sangat penting penting bagi manajemen untuk menjaga keseimbangan agar tidak
bank antara profitability dan safety yang penekanannya berada pada pengaturan
sumber dana yang diterima dengan aktiva produktif yang dikeluarkan oleh bank.3
Salah satu keberhasilan dalam penghimpunan dan penyaluran dana melalui
pembiayaan, baik pembiayaan modal maupun pembiayaan dalam bentuk hutang. Untuk meningkatkan profitabilitasnya bank akan berusaha meningkatkan
dana dari sumber dana yang disertai dengan upaya meningkatkan kualitas dana dari
sumber dana yang tersedia disertai dengan upaya meningkatnya kualitas penyaluran
aktiva priduktif agar dapat menghasilkan tingkat keuntungan atau kinerja keuangan
bank yang baik.
2
Wasliah, Penghimpunan Dana Bank Syariah Penerbit CV.PUSTAKA SETIA Bandung 1999, Hal.120
3
Pembiayaan modal lazim juga disebut dengan pembiayaan dengan skema bagi hasil,
dimana Bank Syariah memberikan pembiayaan untuk modal usaha nasabahnya.
Dimana semakin lama murabahah dalam produk perbankan ini pelan-pelan
meningkat dan mayoritas portofolio pembiayaan pada Perbankan Syariah banyak
didomonasi oleh pembiayaan Murabahah. dan menurut faktanya bahwa Murabahah
ini salah satu pembiayaan yang banyak diminati oleh nasabah4
4
Dengan terus hadirnya produk murabahah di dalam Perbankan Syariah
tentunya banyak juga masalah yang berkaitan dengan proses jalannya perbankan
salah satunya adalah ‘Pembiayaan Bermasalah’ yang terjadi pada perjanjian
pembiayaan murabahah. atau Bank Konvensional menyebutnya sebagai ‘kredit
macet’. pembiayaan murabahah sangat bermanfaat untuk nasabah disaat kekurangan
dana dan membutuhkan barang,dalam rnaka peningkatan usaha dan kesejahteraan
hidup.maka, nasabah dapat meminta bank untuk memenuhi kebutuhan dengan
pembayaran yang dilakukan secara cicil dalam kurun waktu yang telah disepakati.
Pembiayaan pada Bank Syariah untuk saat ini tampak masih belum seimbang.
Hampir 80% (delapan puluh persen) pembiayaan Syariah menggunakan skema
murabahah atau jual beli . banyaknya Bank Syariah begitu atrakif menawarkan
produk pembiayaan komersial lewat pola jual beli atau Murabahah ini. Sistem yang
digunakan Perbankan Syariah adalah sistem adalah sistem bagi hasil dan bagi resiko
yang membedakannya dengan bank konvensional.
Pembiayaan yang telah disalurkan selain menghasilkan keuntungan juga
berpotensi menimbulkan resiko jika pengembalian jumlah pinjaman tidak sesuai
dengan jangka waktu yang ditentukan seperti adanya pembiayaan bermasalah. Kredit
atau pembiayaan bermasalah ini terdiri dari kredit atau pembiayaan yang
digolongkan sebagai kurang lancar, diragukan dan macet. Potensi terjadinya kredit
atau pembiayaan bermasalah yang dialami oleh bank konvensional juga dialami oleh
bank syariah. Praktek pembiayaan yang sebenarya dijalankan oleh lembaga
keuangan islami adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau syirkah.
Didalam Perbankan Syariah istilah kredit diganti dengan pembiayaan. yang
membedakan pembiayaan dengan kredit pada bank konvensional adalah terletak
pada sistemnya, dimana pada pembiayaan dikenal dengan sistem bagi hasil atau
keuntungan. Sedangkan kredit dalam memberikan pinjaman itu menggunakan sistem
bunga. Seperti yang kita ketahui bahwa bunga haram hukumnya dalam agama islam.
Dalam islam hubungan pinjam-meminjam tidak dilarang, bahkan dianjurkan
agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada gilirannya berakibat pada
hubungan persaudaraan.
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. namun Bank Syariah juga sebagai
Sesuai dengan itu, maka dana yang dikumpulkan dari masyarakat harus disalurkan
dalam bentuk pinjaman kepada masyarkat yang membutuhkan.
Pinjaman itu berupa pembiayaan yang diberikan kepada pihak bank
memperoleh bagi hasil atau keuntungan dari debitur sebagai pendapatan bank.
Sementara pihak menerima pembiayaan diharapkan memperoleh nilai tambah serta
dapat mengembankan usahanya agar lebih maju.
Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah
yang sedang berkembang di Indonesia merupakan suatu dampak yang didambakan,
akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi bukan segalanya. Hal yang
didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan tumbuh sesuai
dengan kebutuhan pasar. Oleh karena itu semangat tinggi dalam pertumbuhan,
seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan peningkatan pendapatan yang
diperoleh. Hal yang muncul justru permasalahan pembiayaan khususnya dalam
murabahah (jual-beli).
Dengan adanya Pembiayaan Bermasalah atau Kredit Macet dalam suatu
Perbankan Syariah khususnya dalam hal Produk Murabahah ini memberikan dampak
yang kurang baik dalam hal operasional perbankan. Semakin besar pembiayaan
bermasalah yang dihadapi oleh bank, maka menurun pula tingkat kesehatan operasi
bank tersebut.
Dengan Pesatnya masalah yang terjadi dalam Pembiayaan Bermasalah yang
menyangkut Perjanjian Murabahah pada Perbankan Syariah , maka semakin banyak
satunya merupakan judul skripsi ini adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah
yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjain Pembiayaan Murabahah
pada Perbankan Syariah”.
Dalam hal ini penulis akan mengetengahkan suatu pemaparan dengan studi
kasus pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan.
B. Perumusan masalah
Dalam Skripsi ini, yang menjadi pokok permasalahannya adalah “Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah yang Melakukan Pembiayaan Bermasalah dalam
Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah.” Studi pada BRI
Syariah KCI.S.Parman Medan.
Selanjutnya berdasarkan pokok permasalahan di atas, penulis akan
mengetengahkan beberapa uraian permasalahan yang berkaitan dan menunjang
pokok permasalahan tersebut yaitu :
1 Bagaimanakah Prosedur Pemberian Perjanjian Pembiayaan
Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan?
2 Bagaimana Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang
disebabkan oleh nasabah dalam Perjanjian Murabahah pada BRI
Syariah KCI.S.Parman Medan?
3 Bagaimana Upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah
KCI.S.Parman Medan kepada nasabah dalam hal penyelesaian
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat guna
menapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara
dan untuk melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu dengan memberikan
sumbangan pemikiran dan pemahaman kepada para pembaca yang berminat
membaca tentang Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah ini.
Namun berdasarkan pokok permasalahan yang dikeluarkan di atas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana Upaya
BRI KCI.S.Parman Medan dalam hal penyelesaian pembiayaan bermsalah dalam
perjanjian Murabahah. Selanjutnya berdasarkan uraian permasalahan yang
dikemukakan di atas maka tujuan yang hendak dicapai adalah :
1 Untuk mengetahui Prosedur pemberian Perjanjian Pembiayaan Murabahah
pada BRI KCI.S.Parman Medan.
2 Untuk mengetahui dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan
oleh nasabah dalam Perjanjian Pembiayaan Murabahah pada BRI Syariah
KCI.S.Parman.
3 Untuk Mengetahui upaya Hukum yang diberikan oleh Pihak BRI Syariah
KCI.S.Parman kepada nasabah dalam hal penyelesaian Pembiayaan
Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah.
1. Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian terhadap nasabah
yang melakukan pembiayaan bermasalah dalam perjanjian pembiayaan
murabahah pada Perbankan Syariah.
2. Secara Praktis, adalah memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang
Perjanjian Murabahah oleh BRI.KCI.S.Parman Medan kepada Almamater
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi
rekan-rekan mahasiswa.
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang pengetahuan penulis belum ada tulisan yang menangkat
mengenai” Tinjauan Yuridis Terhadap Nasabah yang Melakukan Pembiayaan
Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah pada Perbankan Syariah”.
Penulisan ini penulis angkat karena penulis ingin mengetahui lebih lanjut
tentang perkembangan Perbankan Syariah yang sangat pesat di indonesia. beriringan
dengan itu Pembiayaan Murabahah ini salah satu produk dalam Perbankan Syariah
yang juga penting sehingga perlu diketahui bank bagaimana bank yang bersangkutan
membuat dan melaksanakan perjanjian pembiayaan ini.
Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yag berkaitan dengan
Perbankan, yaitu Bank Syariah itu sendiri, yang lebih dalam mengupas tentang
Pembiayaan Bermasalah dalam Perjanjian Murabahah pada praktek Perbankan
Syariah. Serta hal-hal lain yang berkaitan dengan Perjanjian Pembiayaan Murabahah
E. Tinjauan Kepustakaan
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah oleh Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah diberikan defenisi yaitu :
Pembiayaan yaitu :
“Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah.
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk
Ijarah Muntahiya Bittamalik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam dan Istisna’.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk Piutang Qardr, dan
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi
Multijasa
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan diberi
fasilitas dana.
Menurut istilah dalam Fikih Islam yang berarti :“Suatu bentuk jual beli
dan biaya-biaya lain yang dikeluakan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat
keuntungan (margin) yang diinginkan”5
‘Suatu perjanjian jual beli barang dengan tambahan keuntungan yang
disepakati , dalam hal ini penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan
meminta suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.
Secara khusus M.Syafi’i Antonio memberikan defenisi perjanjian
pembiayaan Murabahah yaitu :
6
“Suatu perjanjian yang disepakati antara BPR Islam dengan nasabah, dimana
BPR Islam menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku dan modal kerja
lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah, yang aka
dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plus marjin
keuntungan pada saat jatuh tempo)
Warkum Suitro, SH,MH memberikan defenisi perjanjian pembiayaan
Murabahah pada BPRS, yaitu :
7
Dari defenisi tersebut di atas dapat disimpulakan bahwa pengertian dasar
Murabahah adalah jual beli barang antara bank dengan nasabah debitur, dimana
tidak dibedakan apakah barang itu barang bergerak atau barang tidak bergerak,
5
Ascarya Akad dan Produk Bank Syariah Penerbit : PT. Raja Grapindo Persada Jakarta, 2007 Hal . 82
6
M.Syafi’i Antonio Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum Penerbit: TAZKIA INSTITUTE, Jakarta, 1999 Hal. 145
7
Warkum Sumitro.SH.MH.Asas-Asas Perbankan Dalam Islam dan Lembaga yang Terkait
(BAMUI&TAKAFUL) di Indonesia Penerbit :PT. Raja Grafindo Persada Cetakan Kedua, Jakarta,
dengan ketentuan bahwa dikemudian hari nasabah akan membayar harga sesuai
dengan harga pembelian ditambah keuntungan yang telah disepakati.
Atau dengan kata lain pembiayaan Murabahah dapat dikatakan sebagai
persetujuan antara pihak bank dengan pihak nasabah debitur, dimana disini pihak
bnak sendiri membeli suatu barang untuk diserahkan kepada nasabah debitur dengan
harga pembelian tersebut guna memenuhi kebutuhan nasabah debitur dan merupakan
kewajiban bagi nasabah debitur untuk mengembalikan pembiayaan tersebut serta
margin keuntungan yang disepakati.
F. Metode Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, digunakan metode penelitian hukum
sosiologis, yaitu penelitian yang menitikberatkan pada penelitian untuk memperoleh
data primer. Dimana data primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan
dengan melakukan penelitian lapangan berupa penelitian terhadap jumlah nasabah
yang melakukan pembiayaan bermasalah dan peninjauan terhadap akad perjanjian
pembiayaan murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, serta wawancara
dengan beberapa staf di BRI Syariah KCI.S.Parman Medan.
Di samping itu untuk memperkuat data primer tersebut, juga digunakan data
skunder (studi kepustakaan). Penulisan mempelajari dan menganalisa data serta
petunjuk-petunjuk yang penulis dapatkan dari buku-buku ilmiah, surat kabar internet
dan media lainnya serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembiyaan
bermasalah dalam perjanjian pembiayaan Murabahah.
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut
dengan bab, masing-masing bab diuraikan masalahnya secara tersendiri, namaun
masih dalam konteks yang saling bekaitan satu sama lainnya. Secara sistematis
penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke dalam 5(lima)bab yang
terperinci sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis mengambarkan hal-hal yang bersifat umum, yang
diikuti dengan alasan pemiihan judul, kemudian dilanjutkan dengan
pemasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan dan metode penulisan. Bab ini akan ditutup dengan
memberikan sistematika dari penulisan skripsi.
BAB II : PERBANKAN SYARIAH
Sesuai dengan judul bab kedua ini, maka akan diuraikan mengenai gambaran
umum Perbankan Syariah, pengertian Perbankan Syariah dan landasan
hukum Bank Syariah, fungsi Bank Syariah, pengertian pembiayaan dalam
Syariah, pengertian pembiayaan, pengertian pembiayaan bermasalah atau
kredit macet, dan diakhiri dengan alternatif penyelamatan terhadap kredit
macet atau pembiayaan bermasalah. dan
BAB III : PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM PRAKTEK PERBANKAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai Defenisi Perjanjian Murabahah,
landasan hukum Perjanjian Pembiayaan Murabahah, unsur-unsur
perjanjian pembiayaan Murabahah, jenis-jenis perjanjian pembiayaan
Murabahah, jaminan dalam Murabahah, bentuk Murabahah, serta
alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi piutang dalam perjanjian
pembiayaan Murabahah tersebut.
BAB IV :TINJAUAN YURIDIS TERHADAP NASABAH YANG MELAKUKAN
PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PERJANJIAN MURABAHAH
PADA PERBANKAN SYARIAH BRI SYARIAH KCP S.PARMAN
MEDAN
Bab ini merupakan bab yang paling pokok dari penulisan skripsi ini, dalam
bab ini akan diuraikan mengenai Prosedur Pemberian Perjanjian
Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Sejarah
BRI Syariah KCI.S.Parman Medan, Prosedur Pemberian Perjanjian
Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan,
Dampak adanya Pembiayaan Bermasalah yang disebabkan oleh nasabah
dalam pembiayaan murabahah pada BRI KCI.S.Parman Medan, Hal yang
menyebabkan nasabah melakukan pembiayaan bermasalah dalam
perjanjian Murabahah pada BRI Syariah KCI.S.Parman Medan dan
diakhiri dengan Langkah-langkah Pihak Bank tersebut untuk mencegah
terjadinya Pembiayaan bermasalah dalam Perjanjian Murabahah.
Pada bab akhir ini, penulis akan merumuskan suatu kesimpulan dari
pembahasan permasalahan yang dilanjutkan dengan memberikan beberapa
saran yang diharapkan akan dapat berguna didalam praktek.
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA
PERBANKAN SYARIAH
A. Gambaran Umum Perbankan Syariah
Atas dorongan kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa Perbankan Syariah,
Bank Syariah pertama kali berdiri pada tahun 1992. Dari semenjak Tahun 1992 ini
Komitmen pemerintah dalam usaha pengembangan Perbankan Syariah baru
mulai terasa pada tahun 1998 yang memberikan kesempatan yang luas pada
Perbankan Syariah untuk berkembang.
Pada tahun berikutnya, kepada Bank indonesia (Bank central) diberi amanah
untuk mengembangkan Perbankan Syariah di Indonesia. pengembangan Perbankan
Syariah dilakukan dengan strategi pengembangan yang bertahap yag sesuai dengan
Prinsip Syariah.
- Tahap pertama, dimasudkan untuk pengembangan industri (2002-2004)
- Tahap kedua, melalui fase untuk memperkuat struktur industri Perbankan
Syariah (2005-2009).
- Tahap ketiga, Perbankan Syariah diarahkan untuk dapat memenuhi standar
keuangan dan mutu pelayanan internasional (2010-2012).
- Tahap keempat, mulai terbentuknya integrasi lembaga keuangan Syariah
(2013 2015).
- Dan pada tahun 2015, diharapkan Perbankan Syariah indonesia telah
memiliki pangsa yang signifikan ikut ambil bagian dalam mengembangkan
ekonomi indonesia yang mensejahterakan masyarakat luas.8
1. Pengertian Perbankan Syariah
8
Pengertian Perbankan Syariah menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 memberikan penjelasan
tentang Perbankan Syariah adalah Segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Sedangkan Dalam Kerangka Dasar Akuntansi Syariah, yang disusun oleh
Dewan Standart Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia) , Dewan Syariah
Nasional (MUI), Bank Indonesia, Departemen Keuangan dan Praktisi menjelaskan
tentang Perbankan Syariah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur
aktivitas umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut
hubungan interaksi vertikal dengan tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama
makhluk9
Di sisi lain Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang mendorong dan
mengajak masyarakat untuk ikut-aktif berinvestasi melalui berbagai produknya,
sedangkan di sisi lain Bank Syariah aktif untuk melakukan investasi di masyarakat. Prinsip Syariah yang berlaku dalam kegiatan umum (Transaksi Syariah)
mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan Stakeholder entitas yang melakukan
Transaksi Syariah.
9
Kegiatan usaha Perbankan Syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa
perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran
imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga, melainkan atas dasar Prinsip
Syariah sebagaimana digariskan Syariah / hukum atau aturan-aturan ajaran agama
Islam.
Bank Syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem
bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang akan diterima atas pembiayaan yang
diberikan dan atau pemberian imbalan atas dana masyarakat. Ini sangat bebanding
tebalik sekali dengan Bank konvensional dimana setiap imbalan selalu dihitung
dalam bentuk bunga. Tingkat bunga merupakan suatu aspek yang penting yang selalu
terkait dengan jalannya sistem kegitan bank konvensional.
Sejak dulu,sistem bunga dalam melakukan suatu Transaksi sudah menjadi
polemik dikalangan zaman filsafat yunani dan romawi. Banyak juga kalangan agama
non muslim sepeti agama yahudi dan kristen yang melarang inplementasi sistem
bunga.
Terlepas dari haram atau tidaknya sistem bunga, pada dasarnya banyak
kelemahan yang terdapat pada perbankan konvensional dalam menerapkan sistem
bunga. Tapi harus kita sadari juga, banyak kalangan masyarakat luas lebih tertarik
memilih bunga bank daripada beriventasi. Salah satu pemicu masyarakat memilih
sistem bunga penyebabnya adalah implikasi negatif sistem bunga bank tidak
akan dirasakan secara makro dalam jangka waktu yang lebih panjang dan kerusakan
yang tiba-tiba.
Dengan adanya sistem bunga yang diterapkan di bank sebenarnya lama-lama
akan menjebloskan diri kita sendiri ke jurang kehancuran di masa yang akan datang.
Dengan demikian muncullah suatu sistem Perbankan Syariah yang menjadi sarana
untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif bunga bank.
Terlepas dari haram atau tidaknya bunga bank, bunga bank mengakibatkan
dampak negatif seperti antara lain adalah penyebab krisis ekonomi, menciptakan
budaya malas dan memperlebar jurang sosial dan masih banyak penyebab lainnya.
Perkembangan akan manfaat Bank Syariah ternyata dirasakan juga oleh
beberapa Negara Eropa , Amerika Serikat, Australia , Afrika dan Asia. Bahkan
Singapura sebagai negara sekuler pun juga mengakomodasi sistem keuangan
Syariah.
Menurut beberapa artikel yang penulis baca bank-bank raksasa seperti
ABN,Amro, City bank, dan HSBC ternyata sudah lama menerapkan sistem
Keuangan Syariah.dan ANZ Australia yang juga membuka Unit Syariah.
Menurut laporan the banker yang menyebutkan bahwa Bank Islam bukan
hanya didirikan dan dimiliki oleh negara atau kelompok muslim saja, tetapi juga di
Negara-Negara Non Muslim seperti Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Luxemburg,
Swiss, Denmark, Afrika Selatan, Australia, India, Srilangka, Filipina, Siprus, Virgin
Bahkan kajian mengenai Perbankan Syariah ini merambah sampai dengan
beberapa universitas di negara-negara barat. Perhatian dunia barat akan ekonomi
Syariah ini dikarenakan keunggulan doktrin dan sistem ekonomi Syariah. Banyak
ekonom non muslim yang menaruh perhatian pada ekonomi Syariah dan
memberikan rasa salut pada ajaran Syariah ini seperti Prof.Volker Ninhaus dari
Jerman (Bochum university), William Shakpeare dan Rodney Wilson.10
Keberadaan sistem Perbankan Syariah saat ini dirasakan dapat memenuhi
kebutuhan sebagian masyarakat yang tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank
konvensional karena prinsip keyakinan atau kepercayaan. Pada dasarnya
Perkembangan Bank Syariah di indonesia dimasudkan antara lain
menyediakan alternatif pelayanan kepada masyarakat baik dalam bentuk
penyimpanan dana atau jenis-jenis lainnya maupun berupa pembiayaan yang
dilakukan berdasrkan Prinsip Syariah. Adanya Produk Syariah memberikan tempat
bagi masyarakat yang belum bisa menerima sistem bank konvensional disebabkan
oleh karena hambatan keyakinan yang dianutnya.
Upaya pengembangan Perbankan Syariah di indonesia merupakan kegiatan
yang mendasar dan memiliki dampak luas, bukan saja bagi perekonomian nasional
tetapi juga kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu untuk mengembangkan
Perbankan Syariah tersebut perlu diikutsertakan unsur-unsur yang dapat membantu
perkembangan sistem Perbankan Syariah antara ahli Bankir Syariah, para ahli
ekonomi, hukum dan Perbankan Islam, serta para ulama.
10
produk pada Perbankan Syariah ini bersifat universal (umum), maksudnya tidak
hanya dikhususkan untuk suatu masyarakat tertentu , meskipun prinsip operasi Bank
Syariah ini didasarkan pada Syariah Islam yaitu hukum-hukum yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.11
Di indonesia, regulasi mengenai Bank Syariah tertuang dalam
Undang-Undang Perbankan Syariah yang baru yaitu Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008
yang mana menjelaskan tentang Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya Bank Syariah
terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Badan Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).
Baik dalam Undang Nomor 10 tahun 1998 maupun dalm
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa ‘Syariah’ adalah aturan
berdasarkan hukum islam’.
Ketentuan mengenai Perbankan Syariah ini pada dasarnya didasarkan pada
hukum islam yang mana dituangkan dalam suatu ketentuan yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia(MUI) yang dikenal dengan ‘Fatwa Dewan Syariah
Nasioanal’. Fatwa inilah yang dipergunakan sebagai referensi atau rujukan dalam
melaksanakan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Entinitas Syariah, termasuk Bank
Syariah. Karena bahwa dalam hukum islam banyak mazhab banyak sumbernya,
sehingga mana yang dipergunakan itu telah dilakukan pembahasan yang sangat
mendalam oleh Majelis Ulama Indonesia (Dewan Syariah Nasional).
11
Walaupun ketentuan Perbankan Syariah bersumber dari hukum islam bukan
berarti yang melaksanakan Bank Syariah termasuk nasabahnya hanya boleh
beragama islam. Namun banyak juga Bank Syariah yang dikelola oleh non islam,
dan memiliki nasabahnya non islam, dan harus meengikuti ketentuan-ketentuan
dalam Perbankan Syariah ini sesuai Syariah dan islami.
Perbankan Syariah bersifat universal, artinya tidak diperuntukkan untuk golongan
atau kalangan apa saja, tanpa membedakan suatu agama tertentu, semua masyarakat
bisa masuk dan berinvestasi di dalam Bank Syariah ini, yang terpenting adalah setiap
yang ingin berinvestasi didalalam perbankan syariah ini harus tunduk akan peraturan
bank tersebut yang syarat akan nilai agamanya khusussnya syariat atau ajaran agama
islam. ini salah satu juga menunjukkan eksistensi akan dunia Perbankan Syariah
mendapat kemajuan yang sangat pesat. bahkan sejak zaman rasullullah pun dulu,
rasul pun banyak mencontoh beberapa transaksi jual beli dengan non muslim.
2. Landasan Hukum Perbankan Syariah
Landasan Perbankan Syariah di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan
Perbankan Syariah di indonesia. Perbankan Syariah perkembangan di indonesia
melalui beberapa tahap priode yaitu :
1. Priode sebelum tahun 1992
Sebelum tahun 1992 di indonesia telah berdiri Bank Syariah dalam bentuk BPR
Syariah, yaitu BPRS Mardhatillah, BPRS Berkah Amal Sejahtera, Al Mukaromah
dimana sebagai pendiri adalah alumni ITB atau masjid salman(masjid dalam
perundang-undangan perbankan yang berlaku saat itu (Bank konvensional),dan tidak
ada ketentuan yang mengatur tentang Bank Syariah disamping masyarakat yang
belum memungkinkan untuk diajak untuk bertransaksi Syariah sehingga BPR
Syariah tersebut mati secara pelan-pelan.
2. Priode tahun 1992 sampai dengan tahun 1998
Dalam priode ini lahir puluhan BPR Syariah dan satu Bank Umum Syariah, yaitu
Bank muamalat indonesia. Pada priode ini Bank Syariah didirikan berdasarkan
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan.
Dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 ini tidak dibahas secara langsung,
tentang Bank Syariah , hanya dalam pasal 6 huruf m dan pasal 13 huruf c yang
mengatur tentang usaha Bank Syariah yaitu :
Usaha Bank Umum : ‘menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip
bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan daln peraturan pemerintah’(pasal
6 huruf m).
Usaha Bank Pembiayaan Rakyat : “ menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapakan dalam
peraturan pemerintah’(pasal 13 huruf c) .
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan tersebut pemerintah mengeluarkan dana ketentuan Perbankan Syariah
a. Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan bagi
hasil. Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan
peraturan pemerintah tersebut sebagai landasan hukum berdirinya Bank
Umum Syariah
Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang bank perkreditan rakyat
bardasarkan bagi hasil. Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan dan peraturan pemerintah tersebut sebagai landasan hukum
bersirinya bank perkreditan rakyat dalam priode ini.
Pada priode ini tidak ada ketentuan lain kecuali ketentuan tersebut diatas,
seperti peraturan bank indonesia, ketentuan tentang akuntansi dan sebagainya. Pada
priode in masing Dewan Pengawas Syariah mengeluarkan fatwa
masing-masing sehingga ketentuan Syariah BPR Syariah yang satu berbeda pula dengan
fatwa yang dikeluarkan oleh DPS Bank muamalat indonesia.
Pada priode ini Bank Syariah dalam menjalankan kegiatan usaha dibidang
Syariah sesuai kemampuan masing-masing , berdasarkan fatwa masing-masing
Dewan Pengawas Syariah yang bersangkutan.
3. Priode tahun 1998 sampai dengan tahun 2008
Dari pengalaman dan kajian yang dilakukan ternyata Bank Syariah memiliki
karakteristik yang berbeda dengan bank konvensional , maka undang-undang nomor
10 tentang perbankan telah disempurnakan disempurnakan dengan undang-undang
Dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 ketentuan-ketentuan Bank
Syariah misalnya :
a. Dalam pasal 1 angka 13 disebutkan ‘Prinsip Syariah’ adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain
antara bank dan pihak lan untuk penyimpanan dan /atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sesuai
Syariah , antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah) atau barang modal berdasarkan prnsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pemilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
b. pasal 6 huruf m “ menyediakan pembiayaan barang modal
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh bank indonesia.
c. masih banyak pasal-pasal yang mengatur tentang Perbankan Syariah.
Didalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 telah banyak membahas
tentang Perbankan Syariah, maka untuk itu pemerintah mencabut dua peraturan
pemerintah tersebut di atas dan diganti dengan Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun
1998. sebagai peraturan pelaksana bank indonesia sejak tahun 1999 banyak
merupakan landasan hukum berdirinya Badan Pembiayaan Rakyat Syariah dan Bank
Umum Syariah seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan beberapa
cabang syariah dari bank konvensional, seperti BRI syariah, BNI syariah, BTN
syariah, Bank Jabar Syariah dan lain-lain.
4. Priode setelah tahun 2008
Mulai pada tahun 2008 ini terbentuklah peraturan khusus yang mengatur
tentang Perbankan Syariah, dimana kebutuhan masyarakat akan adanya Perbankan
Syariah ini terus meningkat semakin pesat, dan produk yang ditawarkan berbeda
dengan bank konvensional. Untuk itulah pemerintah membuat suatu undang-undang
khusus tentang Perbankan Syariah ini yaitu undang-undang nomor 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
Ketentuan Pasal 69 undang-undang nomor 21 tahun 2008 ini menjelaskan:
“Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, segala ketentuan mengenai Perbankan
Syariah yang diatur dalam undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan
undang-undang nomor 10 thun 1998(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
tahun 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790) beserta
peraturan pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan undang-undang ini.”12
12
Wiroso Produk perbankan syariah Penerbit : LPFE Unisakti Jakarta , 2009 Hal. 44
Jadi meskipun undang-undang tentang Perbankan Syariah ini telah berdiri
sendiri dan khusus, bukan berarti undang diatasnya tdak berlaku,
undang-undang sebelumnya tetap juga berlaku, sepanjang tidak ada hal-hal yang
bertentangan tentang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008.
3. Fungsi Bank Syariah
Fungsi dasar bank adalah menyediakan tempat utuk menitipkan uang dengan
aman dan menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa. Setiap bank
tentu memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pemenuhan kebutuhan bank
itu sendiri, begitu juga dengan Bank Syariah juga tentu memiliki fungsi.
Yang mana fungsi tiap bank ada yang sebagai penghubung (intermediary)
antara pihak yang kelebihan dana dan membutuhkan dana, dan lain-lain. Begitu pun
juga dengan fungsi Bank Syariah. Disini penulis ingin menjelaskan beberapa fungsi
dalam Bank Syariah.
Dalam undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal
4 menjelaskan tentang fungsi Bank Syariah sebagai berikut :
1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat
2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi social dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat,
infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
Dari penjelasan di undang undang diatas tentunya fungsi pada Bank Syariah
juga berbeda dengan perbankan konvensional, yang membedakannya dimana di
dalam fungsi pada Bank Syariah ini kita melihat adanya 3 fungsi yaitu: manajer
investasi, investor, jasa keuangan dan sosial. Ketiga fungsi ini akan penulis jabarkan
satu persatu dalam skripsi penulis yang akan penulis uraikan sebagai berikut :
1. manajer investasi
Salah satu fungsi yang penting dalam Bank Syariah adalah manajer investasi,
adalah bahwa Bank Syariah tersebut merupakan manajer investasi dari pemilik dana
yang dihimpun, karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh
pemilik dan yang dihimpun sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian dan
profesionalisme dari Bank Syariah.13
13
Sofyan Syafri Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf Akuntansi Perbankan Syariah Penerbit : LPFE Usakti Jakarta, 2004 Hal. 5
Fungsi ini pada prakteknya banyak yang tidak memahami, dan kebanyakan
masih menggunakan paradigma dari bank konvensional. Penyaluran dana yang
dilakukan Bank Syariah hendaknya mendapatkan hasil. Dan apabila investasi yang
dilakukan Bank Syariah macet atau kurang lancar dalam hal ini, tentu sangat
berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh kecil dan pendapatan yang diterima
Besarnya dana atau investasi yang dilakukan oleh Bank Syariah bukanlah
otomatis pendapatan bagi hasil besar yang diterima oleh pemilik dana yang
dihimpun.
Bank Syariah dalam hal ini dapat mengelola investasi atas dana nasabah
dengan mengunakan akad mudharabah.
2.investor
Dalam investor ini, Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan
menggunakan alat investasi yang sesuai dengan Syariah. Keuntungan yang diperoleh
dibagi secara proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik
dana.14
14
PAPSI Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia Penerbit :Ikatan akuntan Indonesia Jakarta, 2003 Hal .1
3. Jasa keuangan
Di dalam jasa keuangan ini, instrumen pada Perbankan Syariah yang tersedia
bukan merupakan produk-produk yang ditawarkan Bank Syariah kepada nasabahnya,
meainkan hanya merupakan instrumen keuangan yang dimanfaatkan Bank Syariah
Instrumen pada Perbankan Syariah di indonesia yang tersedia ada 2 yaitu :
sertifikat investasi mudharabah antar bank (SIMA) dan sertifikat wadiah bank
indonesia(SWBI).
SIMA merupakan instrumen Keuangan Syariah yang diperjualbelikan di
pasar uang atar Bank Syariah (PUAS) yang dikeluarkan oleh Bank Syariah yang
kekurangan likuiditas. Sedangkan SWBI merupakan fasilitas yang disediakan oleh
bank indonesia untuk Bank Syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas
sementara.15
B. Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah
Pembiayaan adalah suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam
perjanjian tersebut terdapat balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya
dipisahlan oleh unsur waktu.
Bank sebagai lembaga keuangan yang bertindak mewakili pemerintah dalam
memberikan fasilitas pembiayaan selalu mensyaratkan adanya jaminan. Hal ini
dimaksudkan agar tercapai kepastian hukum.
Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan Perbankan Syariah ini,
semakin banyak juga masalah yang timbul dari Perbankan Syariah ini salah satunya
adalah masalah pembiayaan yang terus meningkat.
Meningkatnya pemberian pembiayaan adalah dikarenakan 2 alasan yakni yang
pertama dilihat dari sisi internal, permodalan masih cukup kuat dan portofolio
pembiayaan meningkat, sedangkan yang kedua adalah alasan eksternal bank adalah
15
semakin membaiknya prospek usaha nasabah. Namun juga tidak menutup
kemungkinan terjadinya pembiayaan yang bermasalah atau kredit macet atas kredit
yang diberikan16
Untuk mengetahui layak atau tidaknya, besar atau kecilnya pemberian kredit
atau pembiayaan maka bank melakukan analisa fakor-faktor yang bisa .
Salah satu dampak atau bahaya yang timbul dari pembiayaan bermasalah adalah
tidak terbayarnya kembali pembiayaan tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya
dalam melakukan kegiatan usahanya. Disini bank harus mempunyai dana agar dapat
menyalurkannya kepada masyarakat atau nasabah.
Yang membedakan antara pembiayaan dengan kredit adalah terletak pada
sistemnya, dimana pada pembiayaan dikenal dengan sistem bagi hasil atau
keuntungan. Sedangkan kredit dalam memberikan pinjaman itu menggunakan sistem
bunga. Dalam hubungan islam hubungan pinjam-meminjam tidak dilarang, bahkan
dianjurkan agar terjadi hubungan saling menguntungkan, yang pada gilirannya
berakibat pada hubungan persaudaraan.
Dalam aplikasinya, sebelum bank merealisasikan kredit atau pembiayaan kepada
nasabah terlebih dahulu bank melakukan analisa kredit atau pembiayaan setelah
survey atas angunan usaha nasabah yang bersangkutan. Disini dapat dilihat oleh bank
bagaimana kondisi usaha nasabah yang sebenarnya, apakah layak diberikan kredit
atau pembiayaan terhadap nasabah yang bersangkutan.
16
mempengaruhi jumlah realisasi pembiayaan nasabah. Hal ini berkaitan dengan usaha
dan kepribadian nasabah yang megelola usaha yang sudah dijalankan selama ini.
Pada proses analisa ini nasabah memang sering kecewa terhadap jalannya sistem
Perbankan Syariah , hal ini disebabkan lamanya proses bank dalam merealisasikan
pembiayaan kepada nasabah, dan bahkan pembiayaan yang diberikan oleh bank tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan ataupun yang diajukan nasabah sebelumnya.
Oleh karena itu Bank Syariah pada dasarnya bukan sekedar lembaga keuangan
yang bersifat sosial. Walaupun disebut sebagai Bank Syariah yang bernuansa agama
islam , Bank Syariah adalah tetap sebuah lembaga keuangan yang ingin memperoleh
laba dari hasil usahanya dan terbuka bagi semua pihak yang ingin berinvestasi.
Pertumbuhan pembiayaan yang tinggi di tengah pasar Perbankan Syariah yang
sedang berkembang dewasa ini di Indonesia merupakan suatu yang didambakan.
Akan tetapi pertumbuhan pembiayaan yang tinggi bukan segalanya.
Hal yang didambakan adalah pembiayaan dengan portofolio yang sehat dan
tumbuh sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini. Oleh karena itu semangat yang
tinggi dalam sistem pertumbuhan, seringkali setelah pembiayaan diberikan bukan
peningkatan pendapatan yang diterima oleh perbankan , hal yang lain justru muncul
adalah permasalahan akan pembiayaan ini.
Adanya pembiayaan bermasalah atau kredit macet memberikan dampak yang
kurang baik bagi negara Indonesia, masyarakat dan bagi Perbankan Indonesia.
Bahaya atas pembiayaan bermasalah yakni tidak terbayarnya kembali pembiayaan
Semakin besar pembiayaan bermasalah atau kredit macet yang dihadapi oleh
bank, maka menurun pula tingkat kesehatan operasi bank tersebut. Penurunan mutu
pembiayaan atau kredit dan tingkat kesehatan bank mempengaruhi sistem likuiditas
bank yang dapat mempengaruh kepercayaan para penitip dana atau para nasabah atau
calon nasabah.
Semakin besar jumlah pembiayaan bermasalah, maka semakin besar jumlah dana
cadangan yang harus disediakan, semakin besar pula tanggungan bank untuk
mengadakan dana cadangan tersebut, karena kerugian yan ditanggung bank akan
mempengaruhi modal sendiri.
Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang kompleks dalam operasional
bank. Sulitnya pengelolaan tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank
semakin besar adalah dana dari masyarakat( Dana Pihak Ketiga).
1. Pengertian Pembiayaan dalam Bank Syariah
Pembiayaan dalam Bank Syariah dimana dalam menjalankan segala kegiatan
perbankan harus berdasarkan Prinsip-prinsip Syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yan dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antar Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
unuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan bagi hasil.
Pembiayaan bermasalah dalam Syariah adalah bentuk pembiayaan yang tidak
lancar yang mana dalam hal ini debiturnya tidak memenuhi persyaratan pembayaran,
Pembiayaan bermasalah dijelaskan dalam Al-Quran tentang pembiayaan
Q.S.Al-Baqarah ayat 282 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman , apabila kamu
bermu’alah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan , hendaknya kamu
menuliskannya dan hendaknya seseorang penulis diantara kamu menuliskannya
dengan benar.(Q.S.Al-Baqarah : 282)17
a. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : Menurut penggunaannya Pembiayaan dapat menjadi 2 (dua) hal berikut :
1). Pembiayaan Produktif
Yaitu Pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan,
maupun investasi.
2). Pembiayaan Komsumtif
Yaitu Pembiayaan yan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kosumsi, yang
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, Pembiayaan Produktif dapat dibagi menjadi dua hal
berikut :
a) Peningkatan Produksi, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau
mutu suatu produksi
17
b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utlity of place dari
suatu barang serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
Dalam konsep Bank Syariah, pembiayaan tersebut diatas digolongkan kepada
jenis-jenis akad yang meliputi :
1. Mudharabah
Adalah akad kerja sama usaha antara 2 (dua) pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%). Sedangkan pihak lain
(Mudharib) menjadi pengelola keuntungan usaha dibagi menurur kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak.18
Dalam konteks Perbankan Mudharib menerima dukungan dana bank, yang
dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan
membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli,
dengan tujuan agar memperoleh keuntungan.
19
2. Musyarakah
Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk satu usaha tertentu
dimana masing-masing pihak memberiakn kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
18
Abdullah Saed, Bank Islam dan Bunga Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2004 Hal.100
19
3. Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli 20
Kegiatan pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu
pemberian bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit
.
Bank-bank Islam mengambil Murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka
pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun kliennya tersebut
tidak memiliki uang tunai untuk membayarnya.
Disini penulis lebih menitikberatkan pada pembiayaan bermasalah dalam
Perbankan Syariah yang salah satu produknya adalah murabahah. Tentang
murabahah ini akan lebih jah penulis sampaikan pada Bab III skripsi penulis ini.
21
Dalam Bank Konvensional pembiayaan bermasalah dikenal dengan kredit macet
sedangkan istilah kredit tidak dikenal dalam Perbankan Syariah. Kredit diganti
dengan Pembiyaan bermasalah. Salah satu produk yang diberikan oleh bank dalam
membantu kelancaran usaha debiturnya, adalah dengan pemberian kredit atau . Dalam hal memberikan kredit
atau pembiayaan, bank menganalisis calon debitur dengan menggunakan pendekatan
prinsip analis pembiayaan.
2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah
20
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah , Penerbit :Pustaka Alvabet, Jakarta 2006 Hal.200
21
Habullah, Penanganan dan Penanggulangan Pembiayaan Bermasalah
pembiayaan, dalam hal ini merupakan salah satu fungsi bank dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi.
Peraturan-Peraturan yang terkait tentang pembiayaan bermasalah adalah antara
lain:
- SE BI Nomor 2/DPNP Tanggal 12 Juni 2000 tentang Penilaian Aktiva
Produktif dalam Penghitungan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
- SE BI Nomor 2/15/PBI/2000 Tanggal 12 Juni 2000 tentang Perubahan
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12
November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit.
- SE BI Nomor 27/7/UPPB dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 27/162/Kep/Dir tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan
Kebijaksanaan Perkreditan Bank Bagi Umum .
- PBI Nomor 5/7/PBI/2003 Tanggal 19 Mei 2003 dan Nomor 5/9/PBI/2003
Tanggal 19 Mei 2003, mengenai Kualitas Aktiva Produkif bagi Bank Syariah
dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif bagi Bank
Syariah.
- PBI No.7/2/PBI/2005 Tanggal 20 Januari 2005, Penilaian Kualitas Aktiva
Bank Umum.
- Fatwa DSN No.46/DSN-MUI/II/2005 Tanggal 22 Februari 2005, tentang
- Fatwa DSN No.47/DSN-MUI Tanggal 22 Februari 2005, tentang
Penyelesaian Piutang Murabahah bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.
- Fatwa DSN No.48/DSN-MUI/II/2005 Tanggal 25 Februari 2005, tentang
Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah.
- Fatwa DSN No.49/DSN-MUI/II/2005 Tanggal 25 Februari 2005 tentang
Konversi Akad Murabahah. 22
Pembiayaan Bermasalah adalah pembiayaan yang tidak lancar, dimana
debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, yang tidak menepati
jadwal angsuran yang memiliki potensi yang merugikan bank dan menunggak
dalam satu waktu tertentu23
Untuk dapat dikatakan suatu Pembiayaan dikatakan sebagai Pembiayaan
bermasalah didasarkan pada kolektabilitas pembiayaan. Kolektabilitas adalah
keadaan pembayaran pokok atau angsuran oleh debitur serta kemungkinan
diterimanya kemana dana tersebut disalurkan. Suatu pembiayaan dinyatakan
sebagai pembiayaan bermasalah apabila pembiayaan tersebut sebagai
pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet. .
24
Dalam dunia Perbankan Syariah pembiayaan bermasalah disebut sebagai Non
Performing Financial(NPF). Semakin rendah tingkat NPF suatu bank tersebut,
maka dapat diindikasi bank tersebut dinyatakan dalam keadaan sehat.
22
pada selasa, 17 mei 2010 Jam:21.00 wib 23
Abdullah saed, Op.Cit Hal. 139 24
Dalam menjalankan sistem perbankan yang penuh dengan resiko, Bank Syariah
sendiri juga tidak terlepas dari resiko pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing/NPF). Sehingga Bank Syariah perlu mengatur strategi agar tingkat NPF di
Bank Syariah tidak dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Oleh karena atas resiko perbankan akan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
menyalurkan pembiayaan agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah.
Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan-kesulitan
keuangan yang dihadapi nasabah dapat dibagi beberapa faktor antara lain yaitu :
1) Faktor Internal Bank
1. Kelemahan Analisis Pembiayaan:
- analisis pembiayaan tidak berdasarkan data akurat atau kualitas data rendah
- informasi pembiayaan tidak lengkap atau kuantitas data rendah
- pembiayaan terlalu sedikit
- pembiayaan terlalu banyak
- analisis tidak cermat
- jangka waktu pembiayaan terlalu lama
- jangka waktu pembiayaan terlalu pendek
- kurangnya akuntabilitas putusan pembiyaan.
- Data mengenai pembiayaan nasabah tidak didokumentasi dengan baik
- Pengawasan atas fisik dokumen tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
3. Kelemahan dalam supervisi pembiayaan:
- Bank kurang pengawasan dan pemantauan atas performance nasabah secara
continue dan teratur
- Terbatasnya data dan informasi yang berkaitan dengan penyelamatan dan
penyelesaian pembiayaan
- Tindakan perbaikan tidak diterapkan secara dini dan tepat waktu
- Jumlah nasabah terlalu banyak
- Nasabah terpencar
- Konsentrasi portofolio pembiayaan yang berlebihan
4. Kecerobohan Petugas Bank
- Bank terlalu bernafsu memperoleh laba
- Bank terlalu kompromi
- Bank tidak mempunyai kebijakan pembiayaan yang sehat
- Petugas atau pejabat bank terlalu menggampangkan masalah
- Bank tidak mampu menyaring resiko bisnis