• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 Di Kelas 4 SDN Cijantung 03 pagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 Di Kelas 4 SDN Cijantung 03 pagi"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK

PADA KURIKULUM 2013 DI KELAS 4

SDN CIJANTUNG 03 PAGI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

REZA RISKY FAHDARANI

NIM. 1111018300027

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Reza Risky Fahdarani (1111018300027). Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 di Kelas 4 SDN Cijantung 03 Pagi. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013. Kendala yang dialami dan cara sekolah menyikapi permasalahan tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cijantung 03 Pagi pada Kelas 4 tahun ajaran 2015/2016.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi guna melengkapi penelitian.

Berdasarkan observasi dan wawancara hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan rata-rata skor pelaksanaan mengajar sebesar 145,5 dengan presentase 80,8% dan rata-rata skor pelaksanaan belajar sebesar 147,9 dengan presentase 82,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 di SDN Cijantung 03 Pagi termasuk dalam kategori Baik.

Adapun kesulitan guru dan peserta didik dalam implementasi pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 di SDN Cijantung 03 Pagi, di antaranya:

1. Pada tahap pra pembelajaran. Guru kurang memotivasi peserta didik sehingga motivasi peserta didik terhadap pembelajaran menjadi berkurang.

2. Pada tahap mengamati. Guru tidak menyajikan objek secara nyata dalam pembelajaran sehingga perhatian peserta didik terhadap pembelajaran menjadi berkurang. Peserta didik juga kurang telatih untuk melakukan pengamatan. Ini terlihat pada tahap mengamati peserta didik kurang fokus. Pengamatan yang dilakukan pada objek nyata lebih menarik minat peserta didik. Namun, jika harus mengamati pada lembar kerja/buku paket peserta didik kurang tertarik. 3. Pada tahap bertanya. Guru kurang member kesempatan peserta didik dalam

bertanya dan peserta didik pun tidak berani untuk mengajukan pertanyaan. Solusi dalam implementasi pendekatan saintifik padaKurikulum 2013 di SDN Cijantung 03 Pagi yaitu dengan dengan mengadakan pembinaan, mendiskusikan hasil-hasil pertamuan di lapangan, kesulitan yang dialami di lapangan, mencari jalan keluar/solusi yang terbaik bersama-sama, menambah wawasan, menelaah apa yang kurang dalam proses pembelajaran, kemudian mencari celah yang kurang untuk diperbaiki

(8)

ABSTRACT

Reza Risky Fahdarani (1111018300027).Implementation of Scientific Approach In Curriculum 2013 in Grades 4 Cijantung SDN 03 Pagi. Thesis Program Islamic Elementary Teacher Education, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, SyarifHidayatullah State Islamic University Jakarta in 2015.

This study aims to determine the application of the scientific approach in the curriculum of 2013’s. The problem faced and how schools address these problems. This research was conducted at SDN 03 Pagi Cijantung in Class 4 school year 2015/2016.

The method used in this research is descriptive analysis, using data collection techniques such as interviews, observation, and documentation in order to complete the study.

Based on observations and interviews the results showed that the calculation of the average score of the implementation of the teaching of 145.5 with a percentage of 80.8% and the average score of the implementation of the study amounted to 147.9 with a percentage of 82.1%. This shows that the implementation of the scientific approach to the curriculum in 2013 at SDN 03 Pagi Cijantung included in the Good category.

As for the difficulties of teachers and learners in the implementation of the scientific approach to the curriculum in 2013 at SDN 03 Pagi Cijantung, among them:

1. In the pre-study phase. Teachers are less motivated learners so that themotivation of learners towards learning is reduced.

2. At the stage of observing. Teachers do not present a real object in learning so that the attention of learners towards learning is reduced. Learners are also less telatih to make observations. It looks at the stage of observing learners less focused. The observations made on the real object is to attract learners. However, if it must be observed on a worksheet / book package less interested learners.

3. At the stage of asking. Teachers lacking allow learners to ask and learners did not dare to ask questions.

Solutions in the implementation of the approach scientific on Curriculum 2013 in SDN Cijantung 03 Morning ie with the holding of coaching, to discuss the results pertamuan in the field, the difficulties experienced in the field, looking for a way out / the best solutions together, add insight, examines what less daam learning process, then find a gap less for repair

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang selalu memberikan nikmat yang tiada terhingga dan berkat nikmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi merupakan salah satu kegiatan wajib yang harus ditempuh di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat kelulusan sebagai S1.

Pada dasarnya proses penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai rintangan dan halangan. Akan tetapi, karena adanya bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag dan Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Ketua Jurusan/Prodi dan Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Dr. Fauzan, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi, atas kesabaran, bimbingan, saran, kritik, dan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan staf Jurusan/Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

5. Suti Rahayu, M. Pd., Kepala SDN Cijantung 03 Pagi yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SDN Cijantung 03 Pagi.

(10)

7. Ayahanda tercinta (Alm. H. Bambang sutidjo) dan Ibunda tercinta (Hj. Sari) yang dengan bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis dari kecil, tidak lepas pula doa yang mungkin tak pernah terputus untuk penulis setiap harinya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi penulis untuk menempuh gelar sarjana di UIN Syarif Hidayatullah ini. Semoga Ananda penulis selalu menjadi anak yang berbakti, mengabdi dan bermanfaat bagi orang banyak. Amiin.

8. Keluarga ku tersayang (Mba Wiwiek, Mba Ade, Ka Erwin, Mas Eko, Rifqi, Ihsan, Dira, Maudy, Khansa, Almira) yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta doa dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Ilham Nurul Asror, yang penulis sayangi. Terimakasih selalu memberikan support baik secara moril maupun materil, secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis termotivasi dan mampu menyelesaikan skripsi ini. 10.Sahabat-sahabatku tercinta Annisa, Riza, Nita, Fitri, Mia, Tami yang selalu

memberikan motivasi, inspirasi, dan menemani perjuangan penulis sejak pertama menjadi mahasiswi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bersama kalian penulis mengukir kenangan indah.

11.Teman-temanku seperjuangan satu bimbingan Sisi dan Saidatussaniyah yang selalu memberikan semangat dan motivasi bersama dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Sahabat-sahabat tercintaku mahasiswa/i UIN khususnya teman-teman satu angkatan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Kelas A dan B 2011. 13.Dan semua yang membantu menyemangati penyusun yang tidak dapat

pentusun sebutkan satu persatu hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca umumnya.

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ………...…… iii

DAFTAR LAMPIRAN ………...…… v

DAFTAR TABEL ………... vi

DAFTAR GRAFIK ………... vii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………..……….. 1

B. Identifikasi Masalah …………...……….………….. 6

C. Pembatasan Masalah ………...……….………. 6

D. Perumusan Masalah ………...……….. 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian … ……….……… 7

BAB II KAJIAN TEORITIS ……….. 8

A. Esensi Pendekatan Pembelajaran ……….. 8

1. Pengertian Pendekatan, Strategi, dan Metode ……….. 8

B. Pendekatan Saintifik ………. 11

1. Filosofi Pendekatan Saintifik ………... 11

2. Pengertian Pendekatan Saintifik ……….. 12

3. Tujuan Pendekatan Saintifik ……… 14

4. Kriteria Pendekatan Saintifik ………... 14

5. Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Saintifik …………. 15

C. Esensi Pendekatan saintifik dengan Penanaman Karakter ………. 21

D. Implementasi Pendekatan Saintifik ………. 25

1. Tahap Perencanaan…………...………... 25

2. Tahap Pelaksanaan ……….………. 29

3. Tahap Penilaian ……….. 34

E. Hasil Penelitian Relevan ………..……… 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 37

(12)

C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ………. 38

D. Teknik Analisis Data …………...………. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 43

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………..………. 43

1. Profil SDN Cijantung 03 Pagi ………...………. 43

2. Perangkat SDN Cijantung 03 Pagi ………...……….. 44

B. Deskripsi Data …….……… 45

C. Pembahasan ……….……… 65

1. Data Penerapan Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 ………..………..………... 45

2. Kesulitan dalam Pelaksanaan Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 ………..………. 64

3. Solusi untuk Kesulitan dalam Pelaksanaan Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 ………. 65

D. Temuan Penelitian ………. 66

1. Pelaksanaan Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 ……..……..………..……….…... 66

2. Kesulitan dalam Pelaksanaan Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 ………..……….. 67

BAB V PENUTUP ……….. 69

B.Kesimpulan ………. 69

B. Saran ………... 70 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Kelas VI Lampiran 2 Penilaian Observasi Mengajar

Lampiran 3 Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Mengajar Lampiran 4 Penilaian Observasi Aktivitas Belajar

Lampiran 5 Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Lampiran 6 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 7 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 8 Pedoman Wawancara Guru Lampiran 9 Hasil Wawancara Kepala Guru Lampiran 10 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 11 Surat Izin Penelitian

(14)

DAFTAR TABEL

(15)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Data Guru SDN Cijantung 03 Pagi Berdasarkan Lulusan … 44 Grafik 4.2 Data Jumlah Peserta Didik SDN Cijantung 03 Pagi ...……. 45 Grafik 4.3 Penerapan Aktivitas Mengajar dan Aktivitas Belajar

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya., dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.1 Sehingga kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari faktor pendidikan. Karena, pendidikan mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bermanfaat. Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2

Berdasarkan Undang-undang tersebut maka pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa karena pendidikan merupakan usaha untuk membentuk manusia yang memiliki spiritual, kecerdasan dan keterampilan yang berkualitas serta mampu bersaing menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

Untuk menuju ke arah efisiensi dalam mengelola pendidikan, kegiatan belajar mengajar di sekolah idealnya harus mengarah pada kemandirian peserta didik dalam belajar. Menurut teori kontruktivisme, peserta didik harus dapat menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

1

Oemar, Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 3

2

(17)

kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.3

Proses belajar mengajar atau pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum dalam lembaga pendidikan agar siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pendidikan diharapkan agar siswa dapat hidup mandiri sebagai makhluk individu maupun makhluk social. Proses pembelajaran itu sendiri menekankan pada terjadinya interaksi yang baik antara dua komponen yaitu guru dengan siswa.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.4 Melalui proses pembelajaran tersebut, siswa difasilitasi oleh guru untuk terlibat secara aktif dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan pengalaman belajar yang disediakan oleh guru melalui berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.

Disamping itu, upaya dalam meningkatkan kualitas di bidang pendidikan terus menerus dilakukan. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis jenjang pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam tatanan global, kita dihadapkan oleh berbagai macam tantangan, seperti persaingan pasar bebas, kemajuan illmu pengetahuan dan teknologi, dan persaingan ekonomi.

Oleh karena itu, merupakan langkah positif ketika Pemerintah merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang

3

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), Cet. 2, h. 26

4

(18)

pendidikan. Kurikulum yang mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Menuurut Mulyasa, pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menuntut perubahan pola dari teaching centered learning (TCL) kearah student centered learning (SCL). Pola pembelajaran berpusat pada guru yang banyak dipraktikkan sekarang nampaknya sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, karena kurang memadai untuk merealisasikan tujuan pendidikan berbasis karakter dan kompetensi.5

Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah bahwa pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis keilmuan. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 tidak hanya menekankankan pada pengembangan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan kemampuan keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan mengamati menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Namun, disamping itu diharapkan menghasilkan dampak pengiring pada peserta didik terhadap nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, (untuk menentukan identifikasi atau penemuan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan dengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.6 Pedekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami materi

5

E Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Rosdakarya, 2014), h.

48

6

Imas Kurniasih, Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Memahami

(19)

menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa pengetahuan/informasi bisa diperoleh dari mana saja dan siapa saja, tidak hanya diperoleh melalui dari guru. Oleh karena itu pembelajaran diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber melalui observasi bukan hanya diberi tahu.

Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/imliah, selain dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakuan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, peserta didik dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini apalagi fitnah dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu berfikir logis, runtut dan sistematis, dengan menggunakan kapasitas berfikir tingkat tinggi (High Order Thinking/HOT). Combie White dalam bukunya yang berjudul “Curriculum Innovation; A Celebration of Classroom Practice” telah mengingatkan pentingnya membelajarkan siswa dengan fakta-fakta. “Tidak ada yang lebih penting selain fakta”, demikian ungkapnya.7

Selanjutnya, tahapan perkembangan anak yang penting adalah pada masa usia sekolah dasar. Karakteristik siswa pada kelas IV sekolah dasar masih termasuk dalam tahap atau fase pertumbuhan dan perkembangan. Pada periode ini, anak mencapai objektivitas tertinggi dan pada tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap menyelidik, mencoba, dan bereksperimen yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Selain itu, secara tidak sadar anak berpikir tentang dirinya sendiri dan anak sering mengasingkan diri dan mulai menemukan diri sendiri. Kemudian, anak sudah mampu untuk berpikir secara logis. Mereka mampu berpikir secara sistematis untuk mencapai

7

Akhmad Sudrajat, Pendektan Saintifik/ ilmiah dalam Proses Pembelajaran,

(20)

suatu pemecahan masalah dan pada tahap ini permasalahan yang muncul pada anak adalah permasalahan yang konkret. Anak akan menemui kesulitan apabila diberi tugas untuk mengungkapkan sesuatu yang tersembunyi.

Namun, dewasa ini yang kita lihat bahwa sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif, pengajar mentransfer dan memberikan konsep secara langsung kepada peserta didik. Dalam pandangan ini, siswa secara pasif “menyerap” struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada siswa.8

Berdasarkan hasil penelusuran internet menunjukkan, bahwa sebagian guru belum menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Beberapa guru yang mengajar masih mengalami hambatan dalam penerapan pendekatan saintifik. Dalam pelaksanaan pembelajaran, hambatan yang dialami guru yaitu: (1) sulitnya menarik minta siswa untuk bertanya, (2) kurangnya waktu, (3) rumitnya persiapan, (4) guru kurang mampu mengelola kelas, (5) siswa banyak yang terlambat mengumpulkan tugas.9

SDN Cijantung 03 Pagi adalah salah satu sekolah yang dipercaya siap dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Berbekal pengalaman berkecimpung di dunia pendidikan yang pernah dilalui oleh SDN Cijantung 03 Pagi nampaknya belum cukup untuk menjadi modal dalam melaksanakan Kurikulum 2013 secara sempurna. Masih banyak masalah yang dialami oleh guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 khususnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan sistem tradisional yaitu guru masih berperan sebagai sumber belajar bukan sebagai fasilitator, peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran karena guru masih

8

Trianto, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011),

Cet 2, h. 26

9

Mei Fita Aryani, Studi Kasus Penerapan pendekatan saintifik pada guru-guru di SMAN 1

(21)

menggunakan metode ceramah dalam mengajar, selain itu penerapan pada prosedur pembelajaran seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membentuk jaring-jaring belum sepenuhnya terlaksana.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut kesulitan dan solusi bagi guru dalam implementasi pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 dan menjadikannya sebagai karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 di Kelas 4 SDN Cijantung 03 Pagi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul penelitian “Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 di Kelas 4 SDN Cijantung 03 Pagi”, maka penulis mengidentifikasi masalah antara lain:

1. Pembelajaran di sekolah masih sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada siswa.

2. Guru kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013.

3. Kurangnya sarana dan prasarana yang mencukupi dalam menjalankan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013.

4. Kesulitan yang dialami ketika pelaksanaan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terfokus, maka masalah yang akan diteliti dibatasi tentang implementasi pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 di kelas 4 SDN Cijantung 03 Pagi.

D. Rumusan Masalah

(22)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui penerapan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 di SDN Cijantung 03 Pagi.

b. Untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam implementasi pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 di SDN Cijantung 03 Pagi.

c. Untuk mengetahui solusi alternatif bagi guru dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 di SDN Cijantung 03 Pagi.

2. Manfaat Penelitian a. Secara akademis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi guru tentang menciptakan pembelajaran yang efektif dan menarik dengan menggunakan pendekatan saintifik. 2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi alternatif untuk guru dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013 di SDN Cijantung 03 Pagi.

b. Secara praktis

1) Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk mengetahui tingkat kesulitan dan solusi alternatif dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Esensi Pendekatan Pembelajaran

1. Pengertian Pendekatan, Strategi, dan Metode

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga banyak orang yang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: 1) pendekatan pembelajaran; 2) strategi pembelajaran; 3) metode pembelajaran. Berikut ini adalah pengertian mengenai pendekatan, strategi, dan metode.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.10

Adapun pendekatan pembelajaran menurut Gladene Robertson dan Hellmut Lang dalam buku strategi pembelajaran dapat dimaknai menjadi dua pengertian, yaitu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tetap, dan pendekatan pembelajaran sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Pendekatan bagai dokumen tetap dimaknai sebagai suatu kerangka umum dalam praktek professional guru, yaitu serangkaian dokumen yang dikembangkan untuk mendukung pencapaian kurikulum. Hal tersebut berguna untuk: 1) mendukung kelancaran guru dalam proses pembelajaran; 2) membantu para guru menjabarkan kurikulum dalam praktik pembeljaran di kelas; 3) sebagai panduan bahan kurikulum bagi guru dalam menghadapi perubahan kurikulum; 4) sebagai bahan masukan bagi para penyusun kurikulum untuk mendisain kurikulum dan pembelajaran terintegrasi.11

10

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013), h. 186-187

11

(24)

Menurut pengertian di atas pendekatan pembelajaran merupakan cara atau jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memberikan pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam memahami materi ajar yang disampaikan guru dengan susasana yang menyenangkan. Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: 1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach); dan 2) pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratus (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarto merencanakan (to plan). Hardy, Langley, dan Rose dalam buku Sudjana mengemukakan strategi is perceived as a plan or a set of explisit intention preceeding and controlling actions (strategi dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahuli dan mengendalikan kegiatan).12

Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Wina Sanjaya menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Menurut J.R David menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu.13

12

Abdul Majid, op.cit., h.3

13

(25)

Secara umum, terdapat empat unsur dalam strategi, yaitu:

a) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

b) Mempertimbangkan dan memilih jalan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

c) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

d) Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.14

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsure tersebut adalah:

a) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan pada profil pelaku dan pribadi peserta didik.

b) Mempertimbangkan dan memilih system pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

c) Mempertimbangkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau criteria dan ukuran keberhasilan.

Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa strategi pembelajaran adalah pola tindakan terencana dalam melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sumber daya dalam pembelajaran. Strategi merupakan suatu dasar atau haluan dalam bertindak untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan dalam guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran merupakan perencanaan, masih bersifat konseptual tentang keputusan yang diambil. Dan dilihat dari

14

(26)

strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: 1) exposition-discovery learning dan 2) group-individual learning.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan metode pembelajaran merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan

Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran metode ceramah, demonstrasi aadalah diskusi, simulasi, pemberian tugas, dan resitasi, tanya jawab, pemecahan masalah (problem solving), system regu, metode latihan (drill), karya wisata (field trip), ekspositori, inkuiri, kontekstual, bermain peran, induktif dan deduktif.15

Metode digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik dimana guru dan siswa terlibat dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Metode digunakan melalui salah satu strategi, namun tidak menutup kemungkinan bahwa metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

B. Pendekatan Saintifik

1. Filosofi Pendekatan Saintifik

Menurut Kemdikbud, secara filosofi pendekatan saintifik didasari oleh pergeseran paradigma belajar abad 21. Ciri abad 21 ditandai dengan era informasi (tersedia dimana saja dan kapan saja), era komputasi (lebih cepat menggunakan mesin), era otomasi (menjangkau semua pekerjaan rutin), dan era komunikasi (dimana saja dan kemana saja).

Esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran merujuk pada pandangan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses ilmiah.

15

Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013),

(27)

Pendekatan ilmiah dipandang paling cocok dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif dilakukan dengan mengamati fenomena umum untuk menarik kesimpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif dilakukan dengan mengamati fenomena atau situasi spesifik untuk menarik kesimpulan secara keseluruhan.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dalam memenuhi abad ke-21 ini, pendidikan berperan penting dalam menjamin peseta didik untuk memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan dalam menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini dipandang mampu mencapai tujuan pendidikan yaitu keseimbangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam diri peserta didik.

2. Pengertian Pendekatan Saintifik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah: 1) proses perbuatan, cara mendekati, 2) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti.16

Dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014, pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak,

16

(28)

pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning.17

Pendekatan saintifik atau lebih dikenal dengan pendekatan ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Metode Saintifik atau Scientific Method diperkenalkan dalam ilmu pendidikan pada akhir abad

ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah.18

Ahmad Yani mengemukakan bahwa, model pembelajaran saintifik pada dasarnya memberi pengalaman kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan metode ilmiah secara mandiri. Dengan demikian, proses transfer pengetahuan dari guru ke peserta tidak melalui ceramah tetapi melalui fasilitasi untuk mengantarkan peserta didik menemukan pengetahuan.19

Nurul sebagaimana dikutip oleh Johari dkk menyebutkan, Pembelajaran berpendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran, sedangkan tugas guru adalah mengarahkan proses belajar yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi terhadap konsep dan prinsip yang didapatkan siswa.20

Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa pendekatan adalah hal yang mendasari tentang metode yang akan diterapkan. Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggalinya sendiri dari pengalaman

17

Lampiran Permendikbud No. 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Sekolah Dasar dan Pendidikan Menengah, h. 4

18

M.F. Atsnan dan Rahmita Yuliana Gazali, Penerapan Pendekatan Scientific dalam

Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan), Matematika dan

Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang lebih Baik (Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika), PMIPA UNY Yogyakarta, 9 November 2013

19

Ahmad Yani, Mindset Kurikulum 2013, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 121

20

(29)

selama proses pembelajaran peserta didik. Pendekatan pembelajaran ini juga menekankan pada siswa untuk terlibat secara aktif, dan tugas guru yaitu membimbing serta mengkoreksi konsep dan prinsip peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendekatan saintifik tidak hanya menekankankan pada pengembangan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan kemampuan keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan mengamati menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Namun, disamping itu diharapkan menghasilkan dampak pengiring pada peserta didik terhadap nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2.

3. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan tematik menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

e. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

f. Untuk mengembangkan karakter siswa.21

Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir, menyelesaikan masalah, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan berkembangnya karakter siswa.

4. Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Dalam pendekatan ilmiah peserta didik dilatih agar melakukan kegiatan layaknya seperti ilmuan dalam penyelidikan ilmiah. Penerapan

21

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013

(30)

pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan.

Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani, proses pembelajaran dikatakan ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:

a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan mengisnspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi substansi atau materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berfikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.22

Dari uraian di atas, kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah substansi atau materi pembelajaran yang dirumuskan secara sederhana dengan penyajian menarik, berbasis fakta atau fenomena, berfikir kritis sesuai dengan konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

5. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi

22

(31)

substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.23

Pendekatan Saintifik diadaptasi dari konsep Inovator’s DNA yang menyatakan bahwa seseorang memiliki karakteristik sebagai innovator jika memiliki kemampuan untuk mengasosiasikan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya (assiociating), bertanya tentang hal-hal yang belum pernah ada atau belum pernah dilakukan (questioning), melakukan pengamatan sekelilingnya (observing), membuat jejaring untuk memperoleh hasil yang lebih baik (networking) dan melakukan eksperimen untuk mencapai inovasi (experimenting).24

Gambar 2.1

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan,

23

Kemdikbud, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), (Jakarta: Kemdikbud, 2013), h. 152

24

Kuntari Eri Murti, Pendidikan Abad 21 dan Implementasinya Pada Pembelajaran di

(32)

bertanya, percobaan, kemudian mengolah data, atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Gambar 2.2

Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

a. Mengamati/Observasi

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.25 Proses mengamati dapat dilakukan melalui kegiatan observasi lingkungan, menonton video, mengamati gambar, membaca tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca buku, mendengar radio, menyimak cerita, dan berselancar mencari informasi yang ada di media masa atau dan jejaring internet.26

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.27

Dalam proses mengamati peserta didik dibimbing untuk mengamati media yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan panca indera. Media tersebut antara lain:

25

Kemdikbud, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SD Kelas I,

(Jakarta: Kemdikbud, 2013), h. 209

26

Ahmad Yani, op. cit., h. 125

27

Kemdikbud, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP Pendidikan

(33)

gambar, video, buku cerita, radio, internet, lingkungan, dll. Adapun kompetensi yang diharapkan dari proses mengamati adalah cermat, objektif, jujur, dan fokus.

b. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.28

Bertanya memiliki beberapa fungsi yaitu:

1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran. 2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif

belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.

4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.

5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

6) Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

28

Kemdikbud, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SD Kelas I, op.cit.,

(34)

8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.29

Berdasarkan uraian di atas guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat siswa bertanya, saat itu pula guru membimbing peserta didik untuk belajar dengan baik. Pada saat guru menjawab pertanyaan, saat itu pula siswa mennjadi penyimak yang baik.

c. Mengumpulkan Informasi/ Eksperimen

Menurut Permendikbud No. 81a Tahun 2013, tindak lanjut dari bertanya adalah menggali informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.30

Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru juga dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber.31

Kegiatan mengumpulkan informasi dapat dilakukan dengan cara membimbing peserta didik untuk membaca buku, observasi lapangan, dan wawancara Adapun kompetensi yang diharapkan dari proses mengumpulkan informasi adalah mengembangkan sikap teliti, cermat, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, mampu berkomunikasi dengan baik, dan memotivasi untuk mencari tahu lebih banyak ilmu pengetahuan.

29

Ibid., h. 7

30

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, op. cit., h.51

31

(35)

Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.32

d. Mengolah Informasi/ Menalar

Permendikbud No. 81a Tahun 2013 yang dikutip oleh Imas Kurniasih dan Berlin sani adalah “Memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hal kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mauun dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi”.33 Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melaksanakan inferensi. Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat (premis), data, fakta, atau informasi.34

Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan ppola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.35

Dengan mengumpulkan informasi, peserta didik dapat membandingkan, menilai, dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang telah diteliti. Adapun kompetensi yang diharapkan dari proses mengolah informasi adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, disiplin, kerja keras, mampu menyimpulkan informasi.

32

M. Lazim, Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013, Jurnal Edukasi (Yogyakarta: PPPPTK SB, 2013), h. 5

33

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, op. cit., h.51

34

Ridwan Abdullah Sani, op. cit., h. 66-67

35

(36)

e. Mengkomunikasikan

Pada pendekatan saintifik diharapkan guru dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah dipelajarinya. Mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan berkomunikasi.36

Dalam proses mengkomunikasikan peserta didik dibimbing untuk menyampaikan hasil temuannya di hadapan teman-temannya. Kegiatan ini bisa dilakukan secara lisan dan juga menggunakan media seperti komputer dll. Adapun kompetensi yang diharapkan dari proses mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, toleransi, mampu berfikir sistematis, mampu mengkomunikasikan pendapatnya dengan baik, dan mampu mengembangkan bahasa dengan baik.

C. Esensi Pendekatan Saintifik dengan Penanaman Nilai Karakter

Penerapan pendekatan saintifik menajadi tantangan bagi guru melalui

pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Kurikulum 2013 mengembangkan dua proses pembelajaran yaitu pembelajaran langsung dan tidak langsung. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran untuk KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.

36

(37)

Esensi pendekatan saintifik dengan penanam karakter tidak lepas dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak terbatas pada transfer pengetahuan mengenai nilai-nilai yang baik, namun lebih dari itu menjangkau pada bagaimana menjadikan nilai-nilai tersebut tertanam dan menyatu dalam totalitas pikiran-tindakan peserta didik sehari-hari.

Beberapa nilai karakter yang masuk kedalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berdasarkan langkah-langkah pendekatan saintifik, yaitu:

1. Mengamati

a. Rasa ingin tahu. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.37

b. Kerja keras. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

Selain meningkatkan rasa ingin tahu dan kerja keras, beberapa karakter lain juga masuk ke dalam kegiatan mengamati yaitu kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. Dalam proses mengamati peserta didik harus memiliki rasa ingin tahu dengan apa yang dipelajari, dilihat, dan didengar agar termotivasi untuk mencari lebih tau tentang informasi yang diperoleh dari proses mengamati. Kerja keras, kesungguhan dan ketelitian juga harus dilakukan peserta didik. Karna, dengan kerja keras, kesungguhan dan ketelitian maka peserta didik akan mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap dari proses mengamati tersebut.

2. Menanya

a. Rasa ingin tahu. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.38

37

Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif, (Jakarta: Erlangga, 2012), h.6

38

(38)

b. Bersahabat/komunikatif. Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

Dalam kegiatan bertanya peserta didik juga diharapkan dapat bertanggung jawab dengan apa yang ia pertanyakan, tidak hanya sebatas bertanya namun juga berpikir apakah pertanyaan yang ia ajukan berhubungan dengan masalah yang sedang dipelajari atau hanya sekedar bertanya yang tidak ada kaitannya pada pembelajaran.

3. Mengumpulkan informasi/eksperimen

a. Jujur. Perilaku yang didasakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dpercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

b. Demokratis sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

c. Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

d. Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Kegiatan mengumpulkan informasi/mencoba dapat dilakukan dengan menggali informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Peserta didik dapat menggali informasi dari buku, teman sekelas, guru, lingkungan ataupun dari internet. Kemudian peserta didik dapat pula memperhatikan fenomena atau objek dengan teliti agar mendapatkan informasi yang banyak. Dalam menggali informasi siswa diharapkan dapat mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara, dan mengembangkan kegiatan belajar dan belajar sepanjang hayat.

4. Menalar

(39)

b. Kerja keras. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

c. Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Kegiatan menalar/mengolah informasi bersifat menambah keleluasaan dan kedalam dalam memperoleh informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki berbagai pendapat yang berbeda. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, dan menemukan pola keterkaitan informasi tersebut. Selain sikap jujur, kerja keras dan mandiri peserta didik diharapkan memiliki sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, dan mampu menyimpulkan dari banyaknya informasi yang telah diperoleh dengan bahasa .

5. Mengkomunikasikan

a. Bersahabat/komunikatif. Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

b. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

c. Menghargai prestasi. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

(40)

D. Implementasi Pendekatan Saintifik

Sebagaimana di kutip E. Mulyasa, Miller dan Seller mengatakan bahwa pelaksanaan atau implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.39

1. Tahap Perencanaan

a. Desain Pembelajaran

Seperangkat rencana dapat diartikan bahwa dalam kurikulum memuat berbagai rencana yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Rencana tersebut bersifat fleksibel dapat berubah sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi dalam proses pembelajaran.40

Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta memeperkirakan cara mencapainya. Perencanaan merupakan fungsi sentral dari manajemen pembelajaran dan harus berorientasi ke masa depan. Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan tentang proses pembelajaran, guru sebagai manajer pembelajaran harus melakukan berbagai pilihan menuju pencapaiannya tujuan. 41

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

1) Silabus

39

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 2, h. 179

40

Zurinal dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendiikan & Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 86

41

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

(41)

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu. Silabus merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai berikut:

a) Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu sistem kegiatan pembelajaran.

b) Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk kompetensi tersebut.

c) Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik.42

Komponen-komponen silabus terdiri atas:

a) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/ mts/ SMPLB/ Paket B dan SMA/ MA/ SMALB/ SMK/ MAK/ Paket C/ Paket C Kejuruan);

b) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; c) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial

mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;

d) Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;

e) Tema (khusus SD/ MI/ SDLB/ Paket A);

f) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;

g) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; h) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;

i) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan j) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,

alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

42

(42)

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.43

Silabus adalah sebuah program yang dilaksanakan dalam jangka waktu lama dan menjadi acuan di dalam pengembangan rencana pembelajaran yang menggunakan waktu lebih singkat. Selain itu silabus juga merupakan rencana pembelajaran dalam kelompok mata pelajaran yang di dalamnya mencakup materi pembelajaran, kompetensi dasar, indicator, alokasi waktu, penilaian, sumber atau alat.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyusunan RPP yang dikembangkan guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada buku pegangan guru, buku siswa atau silabus yang telah ditetapkan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya tersebut perlu dilakukan untuk mengoordinasikan komponen-komponen pembelajaran.44

Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

43

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 5

44

(43)

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian peserta didik terhadap materi. Dalam hal ini, harus diperhatikan agar guru jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi juga harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan keinginan anak untuk belajar lebih giat lagi, mendorong peserta didik berperan sevara aktif dalam pembelajaran, dengan menggunakan berbagai macam media dan sumber belajar yang sesuai dan menunjang pembenyukkan kompetensi pada peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, berikut ini terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun RPP.

a) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

b) Partisipasi aktif peserta didik.

c) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

d) Pengembangan budaya membaca dan menulisyang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

e) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedial.

f) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

(44)

h) Penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.45

Penyusunan desain pembelajaran pada tahap perencanaan bisa dilakukan oleh tim guru atau tim ahli mata pelajaran. Maka rencana pembelajaran seyogyanya disusun oleh guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaranbersifat khusus dan kondisional, setiap sekolah tidak memiliki kondisi siswa, sumber beelajara, sarana dan prasarana yang sama. Oleh karena itu, penyusunan rencana pembelajaran didasarkan pada silabus dan kondisi pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan perlu dilakukan sesuai dengan standar proses agar dapat menyukseskan implementasi kurikulum 2013, sebagai keseluruuhan proses usaha belajar serta pembentukkan kompetensi inti dan dan kompetensi dasar (KI-KD). Untuk menjamin kelangsungan standar proses, agar pembentukkan KI-KD berjalan lancer dan mancapai hasil yang efektif, perlu pembelajaran yang melalui serangkaian tahapan yang saling terkait.

Menurut Franco yang dikutib oleh E. Mulyasa rangkaian pembelajaran terdiri dari tiga tahap yaitu: stage I. Pre implementation activities; II. Implementation activities; III. Post implementation activities. Berdasarkan standar proses, maka pembentukkan KI-KD dalam pembelajaran mencakup tiga tahapan kegiatan, yaitu: 1) membuka pembelajaran, sebagai kegiatan prea pembelajaran; 2) membentuk KI-KD sebagai kegiatan inti implementasi pembelajaran; dan 3) menutup pembelajaran, sebagai kegiatan pasca atau akhir pembelajaran.46

45

Permendikbud, op. cit., h. 6-7

46

E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Remaja Rosdakarya,

(45)

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

a. Kegiatan Membuka Pembelajaran/Pendahuluan

Kegiatan pendahulan pembelajaran dilakukan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa memfokuskan dirinya agar dapat mengikuti proses pembelajaran secara baik. Kegiatan pembuka pembelajaran merupakan kegiatan yang digunakan untuk pemanasan. Dalam kegiatan pembuka, siswa dapat menggali pengetahuannya melalui pengalaman tentang tema yang akan disajikan oleh guru.

Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahulan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap kosep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar peserta didik yang belum memahami suatu konsep akan memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan.

Beberapa kegiatan pendahuluan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran. Diantaranya sebagai berikut:

1) Menciptakan iklim belajar

Iklim belajar dapat memperkuat atau memperlemah keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Jika iklim belajar yang diciptakan mendukung kegiatan pembelajaran, maka ada kecenderungan mereka akan senang dan semangat dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, jika iklim belajar yang diciptakan kurang mendukung, maka kecenderungan semangat dan keterlibatan siswa akan menurun.

(46)

pembelajaran, yaitu dengan mendorong siswa untuk kreatif dalam belajara dan mengembangkan keunggulan yang dimilikinya. 2) Membina keakraban

Tahap ini bertujuan untuk mengkondisikan peserta didik agar siap untuk melakukan kegiatan belajar. Untuk itu peserta didik perlu saling mengenal terlebih dahulu satu sama lain, karena saling mengenal merupakan persyaratan tumbuhnya keakraban antara peserta didik dan antara peserta didik dengan sumber belajar (guru/fasilitator).

3) Melakukan pretes (tes awal)

Pretes memiliki peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran. Pretes memiliki fungsi untuk menyiapkan peserta didik dalam proses pembelajaran, mengetahui tingkat kemajuan peserta didik, mengetahui kemapuan awal peserta didik dan mengetahui dari mana proses pengetahuan dimulai.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setidaknya dalam kegiatan awal (pendahuluan), guru diharapkan mampu menciptakan iklim belajar yang baik yaitu dengan menciptakan semangat dan kesiapan siswa dalam belajar, membina keakraban antara peserta didik dan mengadakan pretes atau mengajukan pertanyaan di awal pembelajaran

b. Kegiatan Inti

Gambar

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar …………...…………….. 48
Grafik 4.1 Data Guru SDN Cijantung 03 Pagi Berdasarkan Lulusan … 44
Gambar 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Gambar 2.2 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) pemahaman guru matematika terhadap penyusunan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik, (2)

Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran tematik guru sudah sesuai melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada kegiatan

[r]

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai tes akhir peserta didik pada kelas eksperimen setelah diajar menggunakan pendekatan saintifik dan

Hal inilah yang menjadi permasalahan bagi guru-guru Bahasa Inggris Sekolah Theodore yaitu penerapan pendekatan saintifik dan pendekatan berbasis teks untuk

Jenis penilaian yang sudah dilakukan di kelas IVB adalah penilaian observasi dan catatan anekdot untuk kompetensi sikap, penilaian tes tertulis dan dan penugasan

4 Pendidikan yang sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu meliputi standar; isi, proses, dan kompetensi lulusan.11 Agar proses pembelajaran peserta didik menunjukkan bagaimana buku

3 Dalam memilih metode mengajar harus dapat mempertimbangkan keaktifan peserta didik, aktivitas yang dilakukan harus berpusat pada peserta didik, bukan berpusat pada guru, sehingga