SKRIPSI
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI
DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
SRI REZEKI P. SILALAHI 110502307
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN MAKRO EKONOMI
TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari profitabilitas, leverage dan makro ekonomi terhadap harga saham pada perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dengan menggunakan sampel sebanyak 32 perusahaan dari 46 populasi perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013. Variabel penelitian ini terdiri dari harga saham sebagai variabel terikat dan profitabilitas, leverage, makro ekonomi sebagai variabel bebas. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage dan makro ekonomi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Hasil uji parsial profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Suku bunga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham. Nilai tukar berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
THE EFFECT OF PROFITABILITY, LEVERAGE AND MACROECONOMIC ON THE STOCK PRICE OF REAL ESTATE AND PROPERTY COMPANIES
IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to identify and analize the effect of profitability, leverage and macroeconomic on the stock price of real estate and property companies in Indonesia Stock Exchange. This study used the secondary from data from website of the Indonesia Stock Exchange, www.idx.co.id using 32 of 46 companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2010-2013. The variables of this study consisted of stock price as dependent variable, and profitability, leverage and macroeconomic as independent variables. This research used multiple linier regression analysis. The result showed that profitability, leverage and macroeconomic simultaneously have significant effect to stock price of real estate and property companies in Indonesia Stock Exchange. The partial test showed that profitability have positive and significant effect to stock price. Leverage set have negative and significant effect to stock price. Interest Rates set have negative and not significant effect to stock price. Exchange rates set have positive and not significant effect to stock price.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya yang
berlimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Makro Ekonomi pada Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia”.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, motivasi, saran, kritik dan doa dari berbagai pihak. Skripsi ini peneliti
persembahkan untuk ayahanda Ir. Zakaria Silalahi dan ibunda tercinta Dra. Ratnasari Ginting yang tidak pernah berhenti untuk memberikan semangat, motivasi, nasehat, doa dan mencukupi segala kebutuhan materi dan non materi
dalam proses pembuatan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof . Dr. Azhar Maksum, S.E, M.Ec., Ak., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku
Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univesitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si.,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, bantuan, dan
motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Pembanding yang telah banyak
memberikan saran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.
7. Abang Rizaldi P.P.Silalahi, ST dan Rinaldi P.Silalahi yang telah memberikan
motivasi selama masa perkuliahan serta selama penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku tercinta semasa kuliah, Eva, Yesyurun, Jesica, Hotmian,
Nurul, dan Lia Angella yang telah banyak membantu, memberi semangat dan
menghibur penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... xviii DAFTAR GAMBAR ... 2.1.1 Pengertian Pasar Modal ... 2.1.2 Manfaat Pasar Modal ... 2.2 Saham ... 2.2.1 Harga Saham ... 2.2.2 Penilaian Harga Saham ... 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham 2.3 Profitabilitas ... 2.4 Leverage ... 2.5 Variabel Makro Ekonomi ... 2.5.1 Suku Bunga ... 2.5.2 Nilai Tukar (Kurs) ... 2.6 Penelitian Terdahulu ...
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……….
3.3 Batasan Operasional……….
3.4 Definisi Operasional………..………
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian………...
3.6 Jenis Data……….…………
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 3.8 Metode Analisis Data ... 3.8.1 Metode Analisis Deskriptif ...
3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 4.1.2 Gambaran UmumPerusahaan Properti dan
real estate ... 4.2 Hasil Penelitian ...
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
1.1 Rata-rata Profitabilitas, Leverage, Makro Ekonomi dan Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estate
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013 ... 4
2.1 Penelitian Terdahulu ... 18
3.1 Variabel Penelitian ... 23
3.2 Sampel Penelitian ... 25
3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan ... 31
4.1 Hasil Uji Komolgrov-Sminorv ... 52
4.2 Hasil Uji Multikolinieritas ... 53
4.3 Hasil Uji Glejser ... 55
4.4 Hasil Uji Durbin-Watson ... 56
4.5 Statistik Deskriptif ... 57
4.6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 58
4.7 Hasil Uji Statistik F (Serempak) ... 61
4.8 Hasil Uji Statistik t (Parsial) ... 63
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 21
4.1 Grafik Histogram ... 50
4.2 Grafik Normal Probability Plot ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi Perusahaan Properti dan Real
Estate di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013 ... 74 2 Data Variabel Profitabilitas (ROE), Leverage (DER),
Makro Ekonomi (Suku Bunga dan Nilai Tukar), dan
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN MAKRO EKONOMI
TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari profitabilitas, leverage dan makro ekonomi terhadap harga saham pada perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dengan menggunakan sampel sebanyak 32 perusahaan dari 46 populasi perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013. Variabel penelitian ini terdiri dari harga saham sebagai variabel terikat dan profitabilitas, leverage, makro ekonomi sebagai variabel bebas. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage dan makro ekonomi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Hasil uji parsial profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Suku bunga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham. Nilai tukar berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
THE EFFECT OF PROFITABILITY, LEVERAGE AND MACROECONOMIC ON THE STOCK PRICE OF REAL ESTATE AND PROPERTY COMPANIES
IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to identify and analize the effect of profitability, leverage and macroeconomic on the stock price of real estate and property companies in Indonesia Stock Exchange. This study used the secondary from data from website of the Indonesia Stock Exchange, www.idx.co.id using 32 of 46 companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2010-2013. The variables of this study consisted of stock price as dependent variable, and profitability, leverage and macroeconomic as independent variables. This research used multiple linier regression analysis. The result showed that profitability, leverage and macroeconomic simultaneously have significant effect to stock price of real estate and property companies in Indonesia Stock Exchange. The partial test showed that profitability have positive and significant effect to stock price. Leverage set have negative and significant effect to stock price. Interest Rates set have negative and not significant effect to stock price. Exchange rates set have positive and not significant effect to stock price.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal memiliki peranan penting dalam perkembangan perekonomian
Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan
fungsi keuangan. Dalam menjalankan fungsi ekonomi dengan cara
mengalokasikan dana secara efisien dari pihak yang memiliki kelebihan dana
sebagai pemilik modal (investor) kepada perusahaan yang terdaftar di pasar modal
(emiten). Sedangkan fungsi keuangan dari pasar modal ditunjukkan oleh
kemungkinan dan kesempatan mendapatkan imbalan (return) bagi pemilik dana atau investor sesuai dengan karakter investasi yang dipilih.
Harga saham merupakan cerminan dari kegiatan pasar modal secara umum.
Salah satu indikator utama yang mencerminkan kinerja pasar modal apakah
sedang mengalami peningkatan (bullish) ataukah sedang mengalami penurunan (bearish) yaitu indeks harga saham gabungan (IHSG).
Untuk mengukur tingkat perubahan harga-harga saham, indeks harga saham
yang sering digunakan di pasar modal adalah Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Indeks harga saham gabungan adalah suatu nilai yang digunakan untuk
mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek.
Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimasukkan
dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat di bursa tersebut. Dalam hal ini,
(BEI). Dengan adanya indeks, investor dapat mengetahui trend pergerakan harga
saham saat ini; apakah sedang naik, stabil atau turun.
Seorang investor harus memiliki perencanaan investasi yang efektif agar
memperoleh keuntungan di pasar modal. Perencanaan ini meliputi pertimbangan
keputusan untuk berinvestasi terhadap suatu perusahaan, karena seorang investor
tidak ingin mengalami kerugian dalam menginvestasikan dananya, namun
mengharapkan keuntungan atas dana yang diinvestasikannya.
Salah satu faktor yang dipertimbangkan para investor dalam
menginvestasikan dananya adalah profitabiltas perusahaan tersebut. Profitabilitas
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Laba dalam hal ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola asetnya. Profitabilitas
yang berkaitan dengan efisiensi dalam menghasilkan laba, yaitu Return on Equity
(ROE) dimana rasio ini mengukur laba yang absolut yang diberikan kepada para
pemegang saham. Angka yang baik akan membawa keberhasilan bagi perusahaan,
yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan mudah
menarik dana yang baru (Walsh, 2006:62).
Investor tidak hanya melihat kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba, tetapi juga banyaknya penggunaan hutang oleh perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya. Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Proksi rasio hutang yang akan digunakan dalam penelitian
Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena
perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (hutang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan
beban hutang tersebut (Fahmi, 2014:75). Menggunakan utang dalam jumlah besar
akan meningkatkan risiko yang ditanggung pemegang saham dan cenderung akan
menurunkan harga saham (Sitanggang, 2013:73).
Pasar modal merupakan salah satu indikator untuk mengukur maju tidaknya
suatu tingkat perekonomian negara. Faktor-faktor makro ekonomi dapat
mempengaruhi harga saham di pasar modal antara lain tingkat suku bunga dan
nilai tukar. Faktor makro ekonomi merupakan faktor yang tidak bisa diubah atau
dikendalikan, para investor atau calon investor hanya mampu menyesuaikan
keadaan, sehingga faktor ini harus selalu dimonitor atau dipantau dan diprediksi
pergerakannya.
Tingkat suku bunga merupakan salah satu daya tarik bagi investor
menanamkan investasinya dalam bentuk deposito atau SBI sehingga investasi
dalam bentuk saham akan tersaingi. Tingginya suku bunga akan memberikan
dampak yang signifikan pada perusahaan properti dan real estate karena konsumen sangat tergantung dari KPR, dan sebaliknya jika suku bunga turun
maka keinginan masyarakat untuk membeli properti akan meningkat. Secara teori,
hubungan antara suku bunga dan harga saham memiliki hubungan negatif
(Samsul, 2006).
Disamping faktor suku bunga mempengaruhi harga saham,
negeri juga mempengaruhi harga saham dimana menguatnya mata uang asing
maka masyarakat investor lebih cenderung untuk bermain di pasar valuta asing,
dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini
menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin,
2010:344). Para investor asing tentunya akan mempertimbangkan secara rasional
faktor perubahan nilai tukar mata uang sebagai salah satu faktor pertimbangan
dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi.
Sektor properti dan real estate adalah salah satu sektor yang memberi sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian sebuah negara. Pertumbuhan sektor
properti dan real estate yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang cenderung naik setiap tahunnya menyebabkan investor tertarik melakukan
investasi di sektor properti dan real estate. Kenaikan harga disebabkan oleh ketersediaan tanah bersifat tetap, namum permintaanya cenderung meningkat
setiap tahunnya, sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk.
Berikut data rata-rata probabilitas, leverage, makro ekonomi, dan harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia yang terjadi dalam empat tahun terakhir ini dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Rata-rata Profitabilitas, Leverage, Makro Ekonomi, dan Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia
Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, dan makro ekonomi mengalami fluktuasi. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi investor
untuk melakukan investasi di pasar modal khususnya saham yang akan
berdampak terhadap harga saham di pasar bursa. Berdasarkan Tabel 1.1 dapat
dilihat bahwa return on equity (ROE) mengalami kenaikan dari tahun 2010-2013, hal ini diikuti dengan kenaikan harga saham setiap tahunnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Walsh (2006).
Pada tahun 2011 debt to equity ratio (DER) mengalami penurunan yang diikuti dengan kenaikan harga saham pada tahun 2011. Namun pada tahun 2012
DER mengalami kenaikan diikuti dengan kenaikan harga saham.
Suku bunga pada tahun 2011 mengalami kenaikan, hal ini diikuti dengan
kenaikan harga saham. Suku bunga mengalami penurunan pada tahun 2012,
penurunan ini diikuti dengan kenaikan harga saham pada tahun 2012. Hal yang
sama juga terjadi pada tahun 2013 dimana kenaikan suku bunga juga diikuti
dengan kenaikan harga saham pada tahun 2013. Artinya fenomena ini
menunjukkan tidak selamanya pergerakan suku bunga berbanding terbalik dengan
harga saham seperti pendapat Tandelilin (2010).
Pada tahun 2011 nilai tukar rupiah menguat terhadap dollar, hal ini diikuti
dengan kenaikan harga saham. Pada tahun 2012 dan pada 2013 nilai tukar rupiah
melemah terhadap dollar, hal ini diikuti dengan kenaikan harga saham setiap
tahunnya.
Fenomena awal ini menunjukkan hal yang berbeda dengan pendapat para
pengaruh profitabilitas, leverage, dan makro ekonomi terhadap harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah profitabilitas,
leverage, tingkat suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh
profitabilitas, leverage, tingkat suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia, baik secara bersama-sama maupun parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak-pihak
terkait, yaitu:
a. Bagi pelaku bisnis dan praktisi keuangan, hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat menjadi informasi yang menarik dan menjadi salah satu masukan dalam
mempertimbangkan keputusan investasi pada saham perusahaan properti dan
real estate di Bursa Efek Indonesia.
dalam ekspansi bisnis yang berkaitan dengan perusahaan properti dan real estate.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat memperluas wawasan dan pengetahuan
mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, tingkat suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia.
d.
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bahan referensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas
yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar
modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa saham (stock), obligasi (bonds), reksa dana (mutual fund) dan berbagai instrumen derivatif. Contoh produk derivatif di pasar modal adalah kontrak berjangka (future) dan kontrak opsi (option) (Tandelilin, 2010:31).
Bursa Efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Di Indonesia
terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia. Sejak tahun 2007, Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) (Tandelilin, 2010:26).
Pengertian pasar modal dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) pasar, yaitu
pasar pertama (perdana), pasar kedua (sekunder), pasar ketiga, dan pasar keempat
(Samsul, 2006:46). Berikut pengertian dan ciri-ciri dari keempat pasar tersebut.
1. Pasar Pertama (Perdana)
Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama
kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Di sini dikatakan
uang pesanan. Dikatakan sarana karena si pembeli dapat memesan melalui
telepon dari rumah dan membayar dengan cara mentransfer uang melalui bank
ke rekening agen penjual. Perusahaan yang tadinya milik perorangan atau
beberapa pihak saja, sekarang menawarkan kepada masyarakat umum.
Penawaran umum awal ini, yang disebut juga initial public offering (IPO), telah mengubah status dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka
(Tbk.).
2. Pasar Kedua
Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antar investor
dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Dikatakan tempat
karena secara fisik para perantara efek berada dalam satu gedung di lantai
perdagangan (trading floor), seperti BEJ. Dikatakan sarana karena para perantara efek tidak berada dalam satu gedung, tetapi dalam satu jaringan
sistem perdagangan (seperti Bursa Efek Surabaya) dan kantor perantara efek
tersebar di beberapa kota. Terbentuknya harga pasar oleh tawaran jual dan
tawaran beli dari para investor ini disebut juga dengan istilah order driven market.
3. Pasar Ketiga
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker serta
4. Pasar Keempat
Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan
investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap
muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas pembawa.
2.1.2 Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang, yaitu dari
sudut pandang negara, sudut pandang emiten, dan sudut pandang masyarakat.
1. Sudut Pandang Negara
Berdasarkan sudut pandang negara, pasar modal dibangun dengan tujuan
menggerakkan perekonomian negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi
beban negara. Tanpa harus memiliki perusahaan sendiri, Negara memiliki
kekuatan dan kekuasaan untuk mengatur bidang perekonomiannya. Negara
tidak perlu membiayai pembangunan ekonominya dengan cara meminjam dana
dari pihak asing, sepanjang pasar modal dapat difungsikan dengan baik.
Pinjaman yang diperoleh dari pihak asing hanya akan selalu membebani
APBN, yang pada akhirnya dibebankan kepada rakyat melalui pungutan pajak
(Samsul, 2006:43).
2. Sudut Pandang Emiten
Bagi emiten, kehadiran pasar modal merupakan sarana untuk mencari
tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan
biaya yang lebih murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar modal. Modal
semakin tajam di era globalisasi ini, meningkatkan modal sendiri jauh lebih
baik daripada meningkatkan modal pinjaman. Pasar modal juga merupakan
sarana untuk memperbaiki struktur permodalan perusahaan (Samsul, 2006:44).
3. Sudut Pandang Masyarakat
Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya dengan
adanya pasar modal. Investasi yang semula dilakukan dalam bentuk deposito,
emas, tanah, atau rumah, sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham, dan
obligasi. Investasi dalam bentuk efek dapat dilakukan dengan dana di bawah
Rp 5 juta, sehingga pasar modal dapat menjadi sarana yang baik untuk
melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan
masyarakat. Jika pasar modal itu berjalan dengan baik, jujur, pertumbuhannya
stabil, dan harganya tidak terlalu bergejolak, maka sarana itu akan
mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat (Samsul, 2006:44).
2.2 Saham
2.2.1 Harga Saham
Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut
akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham,
maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan. Market price
merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah
ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga
Harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan yang
begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam
hitungan detik. Menurut Salim (2012:55-56), pergerakan harga saham tersebut
setidaknya ada 3 (tiga) macam yaitu:
1. Bullish, yaitu dimana harga saham naik terus-menerus dari waktu ke waktu. Hal ini bisa terjadi karena berbagi macam sebab, bisa dikarenakan keadaan
finansial secara global atau kebijakan manajemen perusahaan.
2. Bearish, yaitu keadaan dimana harga saham turun terus-menurus dan merugikan investor. Investor yang mempunyai saham ini dapat melakukan
penjualan di harga rendah dan rugi atau bisa juga melakukan pembelian ulang
bila ada informasi akurat harga saham bisa naik di masa depan
3. Sideways, yaitu keadaan dimana harga saham stabil. Dikatakan stabil karena harga saham bergerak naik atau turun sehingga membentuk grafik mendatar
dari waktu ke waktu.
2.2.2 Penilaian Harga Saham
Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai
pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung
berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah
nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar.
Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kemungkinan risiko
yang dihadapi perusahaan. Kinerja perusahaan dan resiko yang dihadapi
perusahaan dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi (Samsul,
2006:200).
1. Faktor Makro
Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi
mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Faktor makro terdiri dari makro ekonomi
dan makro nonekonomi. Faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat
mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain (Samsul,
2006:200):
1. Tingkat bunga umum domestik
2. Tingkat inflasi
3. Peraturan perpajakan
4. Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu
5. Kurs valuta asing
6. Tingkat bunga pinjaman lur negeri
7. Kondisi perekonomian internasional
8. Siklus ekonomi
9. Faham ekonomi
Perubahan pada faktor makro ekonomi ini terjadi perlahan dan akan
mempengaruhi kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Namun, akan
mempengaruhi harga saham dengan seketika karena para investor lebih cepat
bereaksi. Faktor makro mempengaruhi kinerja perusahaan dan perubahan kinerja
perusahaan secara fundamental mempengaruhi harga saham di pasar. Investor
fundamentalis akan menilai saham sesuai dengan kinerja perusahaan saat ini dan
prospek kinerja perusahaan di masa yang akan datang (Samsul, 2006:200).
Jika kerjanya meningkat, maka harga saham akan meningkat dan jika
kinerja menurun, maka harga saham akan menurun. Jika salah satu variabel makro
berubah, maka investor akan bereaksi positif atau negatif, tergantung pada apakah
perubahan variabel makro itu bersifat positif atau negatif di mata investor
(Samsul, 2006:201). Investor memiliki respon yang berbeda-beda terhadap
perubahan variabel makro. Ada yang memberikan reaksi positif atau negatif yang
kesemuanya tergantung pada kekuatan investor yang paling dominan. Kualitas
reaksi positif ataupun reaksi negatif investor tidak sama satu sama lain, ada yang
lemah, ada yang normal, dan ada pula yang berlebihan (overreaction).
Reaksi berlebihan (overreaction) terlihat dari gejolak harga saham (naik secara tajam), kemudian terkoreksi lagi oleh pasar sehingga tercapai
keseimbangan harga yang normal. Overreaction juga tercermin dari gejolak harga yang tajam kemudian terkoreksi berlawanan sampai pada tingkat harga yang
normal. Faktor makro berubah secara mendadak dan sukar diprediksi serta bisa
2. Faktor Mikro
Faktor mikro ekonomi adalah faktor yang berada dalam perusahaan itu sendiri
dan dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Faktor-faktor tersebut seperti
(Samsul, 2006:204):
1. Laba bersih per saham
2. Laba usaha per saham
3. Nilai buku per saham
4. Rasio ekuitas terhadap utang
5. Rasio laba bersih terhadap ekuitas
6. Cash flow per saham
2.3 Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Investor di
pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan,
menunjang, dan meningkatkan profit. Profitabilitas dapat diukur beberapa hal
yang berbeda, namun dalam dimensi yang saling terkait.
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on Equity
(ROE) yang menggambarkan mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Semakin tinggi
ROE maka kinerja perusahaan semakin meningkat. Angka yang baik akan
membawa keberhasilan bagi perusahaan, yang mengakibatkan tingginya harga
saham dan membuat perusahaan mudah menarik dana yang baru (Walsh,
2.4 Leverage
Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain leverage menunjukkan bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang
atau ekuitas.
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio
(DER) yang menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya. DER yang tinggi berarti perusahaan
menggunakan utang yang tinggi. Penggunaan utang yang tinggi akan
meningkatkan risiko yang ditanggung pemegang saham dan cenderung akan
menurunkan harga saham (Sitanggang, 2013:73).
2.5 Variabel Makro Ekonomi 2.5.1 Suku Bunga
Suku bunga dapat dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari
melakukan tabungan. Suatu rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan
apabila suku bunga tinggi karena lebih banyak pendapatan dari penabung akan
diperoleh. Pada suku bunga rendah investor tidak begitu suka membuat tabungan
karena mereka merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi atau
berinvestasi daripada menabung. Dengan demikian apabila suku bunga rendah
masyarakat cenderung menambah pengeluaran konsumsinya atau pengeluaran
Menurut Samsul (2006:201), kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki
dampak negatif terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga
kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan
laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham
di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga deposito akan mendorong investor untuk
menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam deposito.
Tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik
investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan
ataupun deposito (Tandelilin, 2010:103).
2.5.2 Nilai Tukar (Kurs)
Nilai tukar (exchange rate) adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Setiap negara mempunyai mata uang
masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing berperan sebagai agen yang
mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing. Kurs valuta asing (USD) yang
bergejolak terlalu tinggi sehingga rupiah mengalami depresiasi akan
menyebabkan memburuknya sektor perekonomian secara menyeluruh dan
perdagangan saham di pasar menjadi lesu. Permintaan dan penawaran valuta asing
pada foreign exchange market menentukan besarnya kurs mata uang dalam negeri. Jika kurs mengalami depresiasi berarti, permintaan terhadap mata uang dalam
negeri menurun atau dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan erhadap
mata uang luar negeri (dollar). jika nilai tukar mengalami depresiasi (dollar
menjadi lebih mahal), maka masyarakat investor lebih cenderung untuk bermain
spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan
(Tandelilin, 2010:344).
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1 Sitepu 2.Suku Bunga SBI tidak mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham pada industri tekstil di Bursa Efek Indonesia.
1.Nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham properti.
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
3 Simamora
2.Suku bunga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.
3.Nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan
2. Suku bunga memiliki pengaruh yang negatif
2.7 Kerangka Konseptual
Semakin tinggi profitabilitas maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi, 2014:81).
Angka yang baik menunjukkan keberhasilan bisnis-hasilnya adalah harga saham
tinggi serta memudahkan upaya menarik dana yang baru (Walsh, 2006:62).
Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan
karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (hutang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk
melepaskan beban hutang tersebut (Fahmi, 2014:75). Menggunakan utang dalam
jumlah besar akan meningkatkan risiko yang ditanggung pemegang saham dan
cenderung akan menurunkan harga saham (Sitanggang, 2013:73).
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik,
cateris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan
turun, cateris paribus. Demikian sebaliknya, jika suku bunga turun, maka harga
saham akan naik (Tandelilin, 2010:103).
Nilai tukar memiliki hubungan negatif terhadap harga saham, yaitu jika nilai
tukar mengalami depresiasi (dollar menjadi lebih mahal), maka masyarakat
investor lebih cenderung untuk bermain di pasar valuta asing, dengan membeli
dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan
permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan
profitabilitas, leverage, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham di
tunjukkan adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.8 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
“Profitabilitas, Leverage, tingkat suku bunga, dan nilai tukar memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia”.
Nilai Tukar Profitabilitas
Leverage
Suku Bunga
BAB III
METODE PENILITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian asosiatif. Penilitian asosiatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih. Dengan penelitian ini, maka akan dapat dibangun suatu teori
yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu
gejala dalam penelitian (Siregar, 2014:25).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet
dengan menggunakan situs www.idx.co.id, dan Bank Indonesia dengan
situs menggunakan www.bi.go.id
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2015 sampai bulan April
2015.
3.3 Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
b. Variabel terikat (dependent variable), yaitu harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari :
a. Data suku bunga, dan nilai tukar pada tahun 2010-2013 yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
b. Data return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013.
3.4 Definisi Operasional
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini disajikan
pada Tabel 3.1 secara ringkas dibawah ini:
Tabel 3.1
Lanjutan Tabel 3.1
Pengukuran Skala Ukur
Suku
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2013, yaitu sebanyak 46 perusahaan
(emiten). Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan properti yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013.
Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 36 perusahaan yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini. Perusahaan-perusahaan yang memiliki kriteria diatas dapat
dilihat dalam Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Sampel Penelitian No Kode
Emiten Nama Emiten Tanggal Listing
1 ASRI Alam Sutera Realty Tbk 18 Desember 2007
2 BAPA Bekas Asri Pemula Tbk 14 Januari 2008
3 BCIP Bumi Citra Permai Tbk 11 Desember 2009
4 BKSL Sentul City Tbk 28 Juli 1997
5 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk 6 Juni 2008
6 COWL Cowell Development Tbk 19 Desember 2007
7 CTRA Ciputra Development Tbk 28 Maret 1994
8 CTRP Ciputra Property Tbk 7 November 2007
9 CTRS Ciputra Surya Tbk 15 Januari 1999
10 DART Duta Anggada Realty Tbk 8 Mei 1990
11 DILD Intiland Development Tbk 4 September 1991
12 DUTI Duta Pertiwi Tbk 2 November 1994
13 ELTY Bakrieland Development Tbk 30 Oktober 1995
14 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk 30 Juni 2000
15 GMTD Goa Makassar Tourism Development Tbk 11 Desember 2000
16 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk 10 Oktober 2007
17 JRPT Jaya Real Property Tbk 29 Juni 1994
18 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 10 Januari 1995
19 KPIG Global Land and Development Tbk 30 Maret 2000
20 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk 18 Juli 2001
21 LCGP Laguna Cipta Griya Tbk 13 Juli 2007
22 LPCK Lippo Cikarang Tbk 24 Juli 1997
23 LPKR Lippo Karawaci Tbk 28 Juni 1996
24 MDLN Modernland Realty Tbk 18 Januari 1993
25 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 10 Juli 2009
26 OMRE Indonesia Prima Property Tbk 22 Agustus 1994
27 PWON Pakuwon Jati Tbk 9 Oktober 1989
28 RBMS Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk 19 Desember 1997
29 RDTX Roda Vivatex Tbk 14 Mei 1990
30 SCBD Dayanasa Arthatama Tbk 31 Desember 2002
31 SMDM Suryamas Dutamakmur TbK 12 Oktober 1995
3.6 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
kuantitatif yang bersumber dari hasil publikasi berbagai instansi terkait seperti
Bursa Efek Indonesia (BEI), Bank Indonesia (BI), dan beberapa bahan pustaka
lainnya seperti buku-buku referensi, artikel yang diterbitkan di internet, serta
literatur ilmiah lainnya yang sesuai dengan topik bahasan penelitian.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan
mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, artikel, dan buku-buku
referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan
data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI), dan Bank Indonesia (BI).
3.8 Metode Analisis Data
Data yang terkumpul dibersihkan dari data yang outliear. Data outliear
adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data lain. Data outliear bisa
terjadi karena kesalahan dalam pemasukan data, atau kesalahan pada pengambilan
sampel. Keberadaan data-data ekstrim tidak bisa dihindarkan. Data outliear
dihilangkan karena dianggap tidak mencerminkan sebaran data yang
sesungguhnya. Data yang telah dibersihkan kemudian dianalisisis melalui metode
3.8.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis statistika deskriptif merupakan suatu metode analisis
dimana data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan
secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik
yang dibahas.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Penulis menggunakan bantuan program software SPSS (Statistical Package for Social Solution) dalam penelitian ini. Sebelum melakukan analisis regresi, dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mendapatkan perkiraan yang efisien atau
tidak. Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda
sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini
diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F diasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak
dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Erlina,
2011:100). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi
normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke
kanan (Situmorang dan Lufti, 2012:100). Uji dilakukan dengan beberapa
a. Pendekatan Histogram
Untuk menguji asumsi klasik data dapat dilihat dengan kurva normal, yaitu
kurva yang memiliki ciri khusus, salah satu diantaranya adalah bahwa: mean,
mode, dan median pada tempat yang sama. Jika ketiga tendensi sentral tersebut
tidak terletak pada satu tempat, berarti kurva tersebut miring ke kiri atau ke
kanan. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan tersebut dikenal
dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (kearah kanan)
atau bertanda negatif (kearah kiri) (Situmorang dan Lufti, 2012:101).
b. Pendekatan Grafik
PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan
nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya
berbentuk linier (dapat didekati oleh garis lurus), maka hal ini merupakan
indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak
selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot
agak menyimpang dari garis lurus, kita dapat mengatakan bahwa sebaran data
(dalam hal ini residual), adalah normal (Situmorang & Lufti, 2012:103).
c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov
Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data sepanjang garis diagonal
berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:
H0 = data residual berdistribusi normal
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%. Jika nilai Asymp.Sig (2
tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribui
normal. Sebaliknya, jika nilai Asym.Sig (2 tailed) < taraf nyata (α), maka H0
diterima, artinya data residual tidak berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya
korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Ada dua uji multikolinearitas yang
sering digunakan yaitu sebagai berikut (Erlina, 2011:103):
1. VIF (Variance Inflating Factor)
VIF adalah suatu estimasi berapa besar multikolinearitas meningkatkan varian
pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel independen/penjelas. VIF yang
tinggi menunjukkan bahwa multikolinearitas telah menaikkan sedikit varian
pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan tingkat t. Semakin tinggi nilai
VIF suatu variable tertentu, maka akan semakin tinggi varian koefisien
estimasi pada variabel tersebut (dengan asumsi varian error term adalah
konstan). Dengan demikian, semakin tinggi VIF, semakin berat dampak pada
multikolinearitas. Pada umumnya jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka
terjadi multikolineritas yang cukup berat diantara variabel independen.
2. Korelasi diantara Variabel Independen
Disamping VIF, cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
gejala multikolinearitas suatu model adalah dengan melihat koefisien korelasi
nilai absolutnya, maka ada dua variabel penjelas tertentu berkorelasi dan
masalah multikolinearitas ada dalam persamaan tersebut. Koefisien korelasi
yang tinggi ini menunjukkan terjadi gejala multikolinearitas yang berat.
Korelasi antar dua variabel penjelas dikatakan memiliki hubungan yang tinggi,
beberapa peneliti secara arbiter menentukan 0,8. Dengan demikian, suatu
model terdapat gejala multikolinearitas, jika korelasi diantara variabel
independen lebih besar dari 0,8.
3. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linear adalah varian residual
bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan. Umumnya heterokedastisitas
sering terjadi pada model yang menggunakan data cross section (silang waktu) daripada time series (runtut waktu). Hal ini bukan berarti model yang menggunakan data runtut waktu bebas dari heterokedasitas.
Pengujian gejala heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas
(Erlina, 2011:105).
4. Uji Autokorelasi
pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
observasi ke observasi lainnya (Situmorang dan Lufti, 2012:120). Uji autokorelasi
ini menggunakan Durbin-Watson (DW) Test.
Tabel 3.3
Kriteria Pengambilan Keputusan
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl < d< du Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4-dl < d <4 Tidak ada autokorelasi negative No decision 4-du < d <4-dl Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif
Terima du < d < 4-du
Sumber: Situmorang dan Lutfi (2012 : 126)
3.8.3 Metode Analisis Regresi Linear Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis statistika yaitu analisis regresi linear
berganda, digunakan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Adapun persamaan regresi yang digunakan adalah:
b 1 = Koefisien regresi variabel X1
b 2 = Koefisienregresi variabel X2
b 3 = Koefisien regresi variabel X3
b 4 = Koefisien regresi variabel X4
ɛ = Standard error
3.8.4 Pengujian Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan
digunakan untuk menganalisis. Suatu perhitungan statistik disebut signifikan
secara statistik apablia nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah
dimana H0 ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya
berada dalam daerah dimana H0 diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah
uji F dan uji t.
1. Uji Signifikansi Serempak (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara
serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk
pengujiannya adalah:
1. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya return on equity, debt to equity ratio, suku
bunga, dan nilai tukar secara serempak berpengaruh tidak signifikan terhadap
harga saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. 2. Ha : minimal satu bi ≠ 0, artinya return on equity, debt to equity ratio, suku
bunga, dan nilai tukar secara serempak berpengaruh signifikan terhadap harga
Dengan menggunakan tingkatan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka H0 diterima,
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig.F < 0,05 maka Ha diterima,
artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya, yaitu:
1. H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 %
2. Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
2. Uji Signifikansi Parsial (uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara
parsial mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap variabel terikat:
1. H0 : bi = 0, artinya secara parsial return on equity, debt to equity ratio, suku
bunga, dan nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham
perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia.
2. Ha : bi ≠ 0, artinya secara parsial return on equity, debt to equity ratio, suku
bunga, dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham
perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia.
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t > 0,05 H0
diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap
variabel terikat. Sebaliknya, jika sig.t < 0,05 Ha diterima, artinya ada pengaruh
yang signfikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga
dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu:
2. Ha diterima jika thitung > ttabel atau thitung≤ ttabel pada α = 5 %
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya
variasi variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple
R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan
oleh variabel bebas). Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka
semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel
independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual
belikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Instrumen-instrumen
keuangan yang diperjual belikan di BEI seperti saham, obligasi, waran, right,
obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (deviratif) seperti opsi (put atau
call).
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa
Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah
memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan
Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derifative.
Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada Desember 2007.
Perusahaan hasil penggabungan usaha ini memulai operasinya pada 1 Desember
2007. BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakata Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan
sistem baru bernama JATS-NextIG yang disediakan OMX. Tahun 2011 sekitar
4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Properti dan Real Estate di Indonesia 1. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)
PT Alam Sutera Realty Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 3 Nopember
1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal oleh Harjanto Tirtohadiguno
beserta keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang properti.
Perusahaan mengganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk dengan akta
tertanggal 19 September 2007 No. 71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H.,
notaris di Jakarta. Pada 18 Desember 2007, Perusahaan menjadi perusahaan
publik dengan melakukan penawaran umum di Bursa Efek Indonesia.
2. PT Bekas Asri Pemula Tbk (BAPA)
PT Bekasi Asri Pemula (Perusahaan) didirikan pada tanggal 20 Oktober
1993di Bekasi.Perusahaan bergerak dalam bidang real estat, perdagangan,
pembangunan, industri, percetakan, agrobisnis, pertambangan dan jasa angkutan.
Perusahaan mulai melakukan kegiatan komersial sejak tahun 2004 dan kegiatan
usaha yang dilakukan perusahaan sampai dengan saat ini adalah real estat. Pada
tanggal 19 Desember 2007 Perusahaan melakukan penawaran umum perdana
saham kepada masyarakat sebanyak 150.000.000 lembar saham biasa. Pada
tanggal 14 Januari 2008 seluruh saham sejumlah 650.000.000 telah dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia
3. PT Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)
sektor perumahan dengan sebuah kawasan industri yang dimiliki seluas 210
hektar dengan nama “Millennium Industrial Estate” berlokasi di Tangerang,
Propinsi Banten. Sebagai kawasan industri, Provinsi Banten memiliki kelebihan
secara geografis sebagai pintu gerbang strategis dari Jawa dan Sumatera, yang
juga memiliki Pelabuhan Internasional Bojonegara yang dibangun untuk
memfasilitasi arus lalu lintas barang dan konsumen industri dan kegiatan
perdagangan di wilayah Cilegon, Serang, dan sekitarnya.
Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) pada 11 Desember
2009, dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Jumlah saham
yang ditawarkan sebesar 500 juta lembar saham dengan harga penawaran sebesar
USD 110 per saham.
4. PT Sentul City Tbk (BKSL)
PT Sentul City Tbk (Perusahaan) pertama kali didirikan dengan nama PT
Sentragriya Kharisma pada tanggal 16 April 1993. Sejak didirikan, nama
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir menjadi PT
Sentul City Tbk.
5. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
PT Bumi Serpong Damai Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 16 Januari
1984 di Jakarta. Perusahaan berusaha dalam bidang pembangunan real estat. Pada
tanggal 27 Mei 2008, Perusahaan melaksanakan penawaran umum saham kepada
masyarakat sebanyak 1.093.562.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per
6. PT Cowell Development Tbk (COWL)
PT Cowell Development T
dengan nama PT Internusa Artacipta dan memulai kegiatan operasi komersialnya
sejak 1981. Pada tanggal 10 Desember 2007, COWL memperoleh pernyataan
efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
COWL (IPO) kepada masyarakat sebanyak 250.000.000 dengan nilai nominal
Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp130,- per saham dan disertai
sebanyak 150.000.000 Waran Seri I. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Desember 2007.
7. PT Ciputra Development Tbk (CTRA)
PT Ciputra Development Tbk (Perusahaan) didirikan 22 Oktober 1981
dengan nama PT Citra Habitat Indonesia dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1984. Pada tanggal 18 Februari 1994, CTRA
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham CTRA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 50.000.000
dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp5.200,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 28 Maret 1994.
8. PT Ciputra Property Tbk (CTRP)
Perusahaan berdiri pada tanggal 22 Desember 1994 di Jakarta dengan nama
Efek Jakarta (saat ini Bursa Efek Indonesia) dengan melepas saham ke publik
sebesar 49%.
9. PT Ciputra Surya Tbk (CTRS)
PT Ciputra Surya Tbk (Perusahaan) didirikan tanggal 21 Nopember 1989
dengan nama PT Bumi Citrasurya dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tanggal 1 Maret 1993. Ada tanggal 28 Desember 1990, nama PT Bumi Citrasurya
diubah menjadi PT Citraland Surya. Selanjutnya tanggal 18 Pebruari 1997, nama
perusahaan diubah menjadi PT Ciputra Surya.
10. PT Duta Anggada Realty Tbk (DART)
PT Duta Anggada Realty Tbk (Perusahaan) didirikan tanggal 30 Desember
1983 dengan nama PT Duta Anggada Inti Pratama dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1984. Pada tahun 1990, DART memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
DART (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.500,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal
08 Mei 1990.
11. PT Intiland Development Tbk (DILD)
Intiland Development Tbk (Perusahaan) didirikan tanggal 10 Juni 1983 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya sejak 01 Oktober 1987. Pada tanggal 02
Agustus 1991, DILD memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk
sebanyak 12.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp6.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 September 1991.
12. PT Duta Pertiwi Tbk ( DUTI)
PT Duta Pertiwi Tbk (Perusahaan) didirikan tanggal 29 Desember 1972 dan
memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1981. Pada tanggal 26
September 1994, DUTI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DUTI (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 25.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp3.150,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 02 Nopember 1994.
13. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY)
PT Bakrieland Development Tbk (dahulu PT Elang Realty Tbk) (Perusahaan)
didirikan dengan nama PT Purilestari Indah Pratama pada tanggal 12 Juni 1990
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Pada tanggal 13
Oktober 1995, ELTY memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) Perusahaan kepada
masyarakat sebanyak 110.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham
dengan harga penawaran Rp625,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
14. PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII)
PT Fortune Mate Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan tanggal 24 Juni 1989
dalam rangka Penanaman Modal Asing “PMA” dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1989. Pada tanggal 15 Mei 2000, FMII memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham FMII (IPO) kepada masyarakat sebanyak 66.000.000 dengan nilai nominal
Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp500,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juni 2000.
15. PT Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD)
PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (Perusahaan) didirikan pada
tanggal 14 Mei 1991. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan yang utama adalah
bergerak dalam bidang investasi dan pengembangan real estat dan properti.
Penerbitan saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia disetujui oleh PT Bursa
Efek Indonesia dalam suratnya No. S-3523/BEJ.EEM/12-2000 tanggal 7
Desember 2000. Pada tanggal 31 Maret 2012, seluruh saham Perusahaan telah
tercatat di Bursa Efek Indonesia.
16. PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA)
PT Perdana Gapuraprima Tbk (Perusahaan) awalnya didirikan dengan nama
PT Perdana Gapura Mas pada tanggal 21 Mei 1987. Pada tanggal 1 Maret 1999
nama perusahaan berubah dari PT Perdana Gapura Mas menjadi PT Perdana
Gapuraprima. Pada tanggal 2 Oktober 2007, Perusahaan melakukan Penawaran
dengan nilai nominal sebesar Rp100 per saham pada harga penawaran sebesar Rp
310 per saham, disertai dengan penerbitan 192.400.00 waran seri I. Pada tanggal
10 Oktober 2007 Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya di BEJ.
17. PT Jaya Real Property Tbk (JRPT)
PT Jaya Real Property Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia berdasarkan
Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri pada tanggal 25 Mei 1979 di
Jakarta, yang diubah dengan akta No. 14 pada tanggal 6 Desember 1979. Pada
tanggal 2 Juni 1994, Perusahaan melakukan penawaran umum perdana
35.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000 (angka penuh) per saham
kepada masyarakat melalui pasar modal dengan harga Rp 5.200 (angka penuh) per
saham. Pencatatan saham dilakukan di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 29 Juni
1994. Bersamaan dengan pencatatan saham-saham tersebut, seluruh saham milik
pemegang saham lama sejumlah 200.000.000 saham juga turut dicatatkan
(CompanyListing), sehingga pada tanggal tersebut seluruh saham Perusahaan atau sejumlah 235.000.000 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta.
18.PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA)
PT Kawasan Industri Jababeka, Tbk (Perusahaan) didirikan tanggal 12
Januari 1989 sesuai dengan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri
No. 6 tahun 1968 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1970.
Pada tanggal 10 Januari 1995, Perusahaan mencatatkan 47.000.000 saham
Perusahaan mencatatkan 156.820.000 saham biasa atas nama dengan nilai
nominal Rp 1.000 per saham sehubungan dengan Penawaran Umum Terbatas
pertama dalam rangka Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada pemegang
saham. Seluruh saham Perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal
31 Desember 2009.
19.PT Global Land and Development Tbk (KPIG)
PT Global Land Development Tbk (dahulu PT Kridaperdana Indahgraha Tbk)
(Perusahaan) didirikan berdasarkan akta No. 65 tanggal 11 Juni 1990 di Jakarta
dan diubah dengan akta No. 72 tanggal 19 Oktober 1990 di Jakarta. Pada tanggal
25 Pebruari 2000, Perusahaan melakukan penawaran umum perdana 30.000.000
saham, nilai nominal dan harga Rp 500,00 per saham, 72 disertai dengan
24.000.000 Waran Seri I yang diberikan secara cuma-cuma kepada pemegang
saham. Setiap pemegang lima saham Perusahaan memperoleh empat Waran Seri
l, dimana setiap pemegang satu Waran Seri I berhak membeli satu saham
Perusahaan dengan harga Rp550 per saham. Jangka waktu pelaksanaan dimulai
sejak tanggal 8 Oktober 2000 sampai dengan 29 Maret 2003.
20.PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI)
PT Lamicitra Nusantara Tbk, yang dulunya bernama PT Lami Citra Persada
(Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam
21.PT Laguna Cipta Griya Tbk (LCGP)
PT Laguna Cipta Griya (Perusahaan), didirikan di Jakarta pada tanggal 17
Mei 2004. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada bulan Agustus
2004. Pada tanggal 29 Juni 2007, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
dengan suratnya No.S-3242/BL/2007 tanggal 29 Juni 2007 untuk melakukan
Penawaran Umum atas 300.000.000 saham biasa. Saham-saham dari penawaran
umum tersebut dan saham pendiri telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(Bursa Efek Jakarta) pada tanggal 13 Juli 2007.
22.PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK)
PT Lippo Cikarang Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 20 Juli 1987 di
Indonesia berdasarkan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri. Pada
tanggal 27 Juni 1997 Perusahaan melakukan penawaran umum perdana kepada
masyarakat sebanyak 108.588.000 saham biasa atas nama. Pada tanggal 24 Juli
1997 seluruh saham Perusahaan sejumlah 696.000.000 saham telah dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia.
23.Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
PT Lippo Karawaci Tbk (Perusahaan) didirikan dengan nama PT Tunggal
Reksakencana pada tanggal 15 Oktober 1990 di Jakarta. Penawaran umum
perdana Perusahaan sejumlah 30.800.000 saham kepada masyarakat dan telah
Modal) No. S-878/PM/1996 tanggal 3 Juni 1996, dan selanjutnya saham tersebut
dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 28 Juni 1996.
24.PT Modernland Realty Tbk (MDLN)
PT Modernland Realty Tbk ( Perusahaan ) di dirikan tanggal 8 Agustus 1983.
Pada tanggal 18 Desember 1992, Perusahaan telah menawarkan 22.800.000
saham dengan nilai nominal Rp1.000 per saham kepada masyarakat melalui pasar
modal dengan harga Rp 4.650 per saham. Pencatatan saham dilakukan di Bursa
Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) pada tanggal 18 Januari 1993.
25.PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI)
Metropolitan Kentjana Tbk (Perusahaan) didirikan 29 Maret 1972 dan mulai
beroperasi secara komersial pada tahun 1975. Pada tanggal 29 Juni 2009, MKPI
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham MKPI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 95.000.000
dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp2.100,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 10 Juli 2009.
26.PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE)
PT. Indonesia Prima Property Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka
Undang Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968. Perusahaan
memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Bapepam (sekarang Bapepam-LK) pada tanggal 29 Juni 1994 untuk melakukan