• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji pada kantor wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji pada kantor wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA DKI JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Siti Khodijah Nurfizri

1111053100021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

KONSENTERASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh :

Siti Khodijah Nurfizri

Nim : 1111053100021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

KONSENTERASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)
(5)

i

Siti Khodijah Nurfizri, NIM : 1111053100021, Manajemen Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji pada Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta, dibimbing oleh Drs. Study Rizal, LK, MA.

Salah satu faktor keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji, khususnya dalam hal pelaksanaan rangkaian manasik haji adalah adanya pembimbing manasik haji yang mumpuni dari segi ilmu dan keahlian. Dalam melaksanakan tugas bimbinganya, pembimbing harus bertindak profesional dalam segala keadaan, dengan pelatihan sertifikasi pembimbing manasik ini, peserta pelatihan diarahkan untuk meningkatkan kualitas, kreativitas dan integritas pembimbing manasik haji agar mampu melakukan aktualisasi potensi diri dan tugasnya secara profesional guna mewujudkan jamaah haji yang mandiri dalam ibadah dan perjalanan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji mulai dari perencanaan (penetapan tujuan, programing, penjadwalan, dan penganggaran), pengorganisasian, penggerakan (pembimbingan, dan penjalin hubungan), serta pengawasan yang diterapkan oleh pihak penyelenggara.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna dalam hal ini mengenai gambaran manajemen pelatihan sertifikasi pembimbing manasik. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002:3) yang menyatakan “metode kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut dengan penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.

Hasil dari penelitian manajemen pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji yaitu Kanwil Kemenag DKI telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen dengan baik mulai dari perencanaan (penetapan tujuan, programing, penjadwalan, dan penganggaran), penorganisasian, penggerakan (pembimbingan dan penjalin hubungan), dan pengawasan sesuai dengan teori-teori manajemen yang terdapat dalam literature pustaka. Meskipun masih ada yang perlu diperbaiki dan dimaksimalkan kinerjanya guna mencapai target yang diharapkan dalam mewujudkan pembimbing manasik haji yang profesional.

(6)

ii Assalamu‟alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan bermacam-macam kenikmatan yang tak dapat terhitung oleh akal manusia sekalipun. Shalawat seiring salam senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad SAW. Sang pencerah yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan hingga zaman globalisasi seperti saat ini yang tauladannya selalu menjadi sandaran umat manusia.

Berkat karunia dan rahmat-Nyaalh amdulillah penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Manajemen Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik

Haji pada Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta”. Penyusunan

skripsi ini adalah sebagai syarat Akhir program SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Manajemen Haji danUmroh.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Sulit rasanya untuk menyelsaikan skripsi ini tanpa bantuan semua pihak yang terkait dikarenakan penulis hanyalah manusia biasa yang masih haus akan ilmu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan tanda terimakasih kepada :

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

4. Drs. Study Rizal, LK, MA selaku pembimbing Skripsi yang selalu memberikan masukan, kritikan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

5. Seluruh staff Kanwil Kemenag DKI Bidang Pembinaan dan Pelayanan Haji dan Umroh yang telah bersedia memberikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.

6. Abi Safri dan Umi Titin yang terus memberikan carger ruhiyah, doa, nasihat, dan motivasi yang terus menerus kepada ananda dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga tercinta teteh, aa, nenek, sepupu yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan nasihat yang luar biasa.

8. Seluruh sahabat seperjuangan Manajemen Haji dan Umroh angkatan 2011 yang telah memberikan semangat dan masukan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

9. Kelompok liqo Tarbiyah Dzatiyah yang terus memotivasi agar skripsi ini dapat dengan segera terlesaikan.

(8)

iv

semngat juangnya untuk selalu bermanfaat dimanapun dan dalam konsdisi apapun.

12.Seluruh pengurus LTQ Syahid UIN Jakarta yang terus mendoakan agar penulis bisa dengan lancar menyelsaikan skripsi ini, serta masih banyak lagi yang lainya yang tidak bisa penulis sebutkan.

Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, doa, dan harapan kita semua mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis sangat menyadari, bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, penulis memohon maaf jika ada kekurangan serta ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu masukan dan saran sangat terbuka sebagai bahan penyempuraan untuk selanjutnya. Semoga bermanfaat.Aamiin.

Wassalamu‟alaikumWr.Wb

Jakarta, Juli 2015 M Ramadhan 1436 H

Siti Khodijah Nurfizri

(9)

v

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 6

D.Metode Penelitian ……… 8

E.Tinjauan Pustaka ………. 14

F. Sistematika Penulisan ……….. 15

BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELATIHAN SERTIFIKASI PEMBIMBING MANASIK HAJI A. Konsep Manajemen Pelatihan ……… 16

1. Pengertian Manajemen Pelatihan ………. 21

2. Fungsi-fungsi Manajemen ……… 26

3. Tujuan Pelatihan dan Langkah-langkah Manajemen Pelatihan ………... 26

a. Analisis Kebutuhan ……… 28

b. Penentuan Tujuan Pelatihan ………... 29

c. Pemilihan Metode Pelatihan ……….. 29

d. Evaluasi Pelatihan .……… 34

B. Konsep Sertifikasi Pembimbing Manasik ……….. 37

1. Pengertian Sertifikasi Pembimbing………... 37

2. Pengertian Manasik Haji ……….. 38

BAB III : GAMBARAN UMUM KANWIL KEMENAG DKI JAKARTA A. Sejarah Berdirinya Kanwil Kemenag DKI Jakarta ……… 41

B. Visi dan Misi kanwil Kemenag DKI Jakarta ………. 43

C. Susunan Organisasi Kanwil Kemenag DKI Jakarta ……….. 45

(10)

vi

SERTIFIKASI PEMBIMBING MANASIK HAJI

A. Manajemen Pelatihan ……… 49

1. Perencanaan Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji .…... 49

2. Pengorganisasian Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji ………... 69

3. Penggerakan Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji ………... 75

4. Pengawasan Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji …... 82

B. Analisis ……….. 89

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 93

B. Saran-Saran ……….. 94

DAFTAR PUSTAKA ……….. x

(11)

vii

Tabel 3.2 Struktur Bidang Pelayanan Haji dan Umroh ………... 46

Tabel 4.1 Daftar Calon Peserta Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik

Haji ……..………. 59

Tabel 4.2 Jadwal Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji ………. 63

Tabel 4.3 Struktur Penyelenggara Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji... 70

Tabel 4.4 Daftar Asesor Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik……... 72

Tabel 4.5 Daftar Narasumber Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik

Haji ………... 73

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji ……….. 84

(12)

viii

TPIHI : Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia

TPHI : Tim Pemandu Haji Indonesia

TKHI : Tim Kesehatan Haji Indonesia

Kanwil : Kantor Wilayah

Kemenag : Kementerian Agama

DKI : Daerah Khusus Ibukota

Kabag : Kepala Bagian

DPHU : Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umroh

RI : Republik Indonesia

UU : Undang-undang

Kepmen : Keputusan Menteri

MAS : Madrasah Aliyah Swasta

MAN : Madrasah Aliyah Negeri

MTsN : Madrasah Tsanawiyah Negeri

MTsS : Madrasah Tsanawiyah Swasta

KUA : Kantor Urusan Agama

(13)

ix

Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Surat Penelitian Skripsi

Lampiran 3 : Surat Keterangan Hasil Penelitian

Lampiran 4 : Hasil Wawancara

Lampiran 5 : SK Peserta Sertifikasi

Lampiran 6 : SK Panitia Sertifikasi

Lampiran 7 : SK Narasumber Sertifikasi

Lampiran 8 : Keputusan Dirjen PHU tentang Pedoman Sertifikasi

Lampiran 9 : PMA No. 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pelatihan adalah usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan. Pelatihan berorientasi pada peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik, alasan dilakukanya pelatihan adalah karyawan yang direkrut belum dapat melakukan pekerjaan dengan baik, adanya perubahan-perubahan dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja, untuk meningkatkan produktivitas, dan menyesuaikan dengan peraturan.1

Dalam era globalisasi masa kini, lembaga atau perusahaan harus dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul. Salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul ini adalah dengan ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan hingga terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional yang sangat mempengaruhi lembaga atau perusahaan dalam perkembangan serta kemajuan dari segi manapun.

Dalam penyelenggaraan ibadah haji banyak pihak yang dilibatkan, mulai dari TPIHI, TPHI, TKHI, dan masih banyak lagi petugas-petugas lainya, petugas dalam penyelenggaraan ibadah haji salah satunya adalah Pembimbing manasik haji, yaitu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan ibadah haji, dimana

1

(15)

pembimbing manasik haji adalah petugas yang langsung memberikan pelayanan kepada jamaah haji dalam hal bimbingan ibadah, pembimbing manasik juga merupakan penyambung lidah dari pemerintah terkait kebijakan-kebijakan baru yang diterapkan dalam penyelenggaraan ibadah haji tersebut, karena setiap tahunya kebijakan penyelenggaraan ibadah haji terus berubah, maka disinilah peran pembimbing selain sebagai pembimbing manasik juga sebagai penyampai informasi atau kebijakan ter update untuk kemudian oleh calon jamaah harus ditaati.

Upaya pemerintah untuk mendapatkan petugas pembimbing manasik haji yang faham dan sevisi dengan pemerintah adalah melalui sertifikasi, dengan adanya pembimbing manasik yang tersertifikasi maka akan mewujudkan petugas haji yang profesional, yang mampu meningkatkan kualitas, kreativitas dan integritas pembimbing manasik haji.

(16)

Anggito Abimanyu dalam sambutanya di Aula IAIN Walisongo Semarang mengatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam pengelolaan haji belum banyak dipahami oleh para calon Jemaah haji sehingga menimbulkan banyak pertanyaan. Pembimbing haji dituntut untuk menjembatani calon Jemaah haji dengan mengkomunikasikan kebijakan pemerintah. Masalah kebijakan perhajian tidak banyak dikuasai oleh pembimbing haji, padahal calon Jemaah haji memerlukan informasi agar dalam menjalankan ibadah merasa tenang dan tidak dilingkupi prasangka negatitif terhadap pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji. 2

Suroso yang dikutip dalam Jurnal Haji mengemukakan juga tentang pendapatnya mengenai sertifikasi pembimbing manasik , Para pembimbing manasik haji harus memiliki kompetensi yang memadai, baik kompetensi subtansi, bahasa, maupun kompetensi social budaya. Semua kompetensi itu harus dimiliki oleh setiap pembimbing ibadah haji untuk memberikan layanan ibadah haji yang memadai sesuai standar. Sertifikasi ini bukan sekedar tuntutan profesionalitas, tapi untuk memeberikan jaminan mutu bagi para jamaah dalam memperoleh layanan yang memadai sesuai standar. Sehingga pembimbing dapat mengarahkan calon jamaah haji memperoleh pengetahuan manasik haji secara komperhensif sehingga dapat mengantarkan haji yang mabrur.3

Muhammad Zen anggota komisi E DPRD Jawa Tengah berpendapat bahwa Jika pembimbing memiliki kompetensi sertifikasi, maka pelayanan haji dapat ditingkatkan sesuai standar. Dengan sertifikasi itu, kompetensi pembimbing dapat memadai untuk pelayanan yang baik bagi para jamaah haji. Profesionalisme para petugas, termasuk pembimbing haji, merupakan syarat mutlak kesuksesan penyelenggaraan ibadah haji. Namun, sertifikiasi pembimbing haji jangan diartikan sebagai tuntutan profesionalisme semata. Pemberian jaminan mutu, merupakam tujuan sertifikasi tersebut.4

Landasan hukum penyelenggaraan sertifikasi pembimbing manasik haji ini berdasarkan atas UU Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

2

Anggito Abimanyu, dalam sambutanya yang disampaikan pada saat pembukaan pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji yang bertempat di IAIN Walisongo Semarang, diakses langsung dari situs resmi Kemenag RI, www.kemenagRI.go.id diakses pada tanggal 26 Desember 2014.

3

Suroso, Jurnal Haji “Sertifikasi Pembimbing Ibadah Haji Menuju Petugas Haji yang Profesional” diakses langsung di www.jurnalhaji.com pada tanggal 15 September 2014

4

Muhammad Zen, Anggota Komisi E DPRD Jateng mengenai harusnya petugas haji tersertifikasi salah satunya adalah pembimbing manasik haji, diakses langsung di www.jurnalhaji.com

(17)

Ibadah Haji Reguler, dan SK Dirjen PHU Nomor D/134/2014 tentang Pedoman Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji.5

Sertifikasi adalah usaha yang terencana dari pihak Dirjen PHU untuk mencetak tenaga pembimbing manasik yang berkualitas dan tentunya profesional, pelatihan ini dilaksanakan oleh Kanwil Kemenag tingkat Provinsi, salah satunya diselenggarakan oleh Kanwil Kemenag DKI Jakarta. program ini digalakan untuk memenuhi tuntutan perkembangan yang terus berkembang khususnya dalam kebijakan dalam penyelenggaraan ibadah haji itu sendiri. Pelatihan ini berorientasi pada peningkatan kemampuan pembimbing manasik haji dan pengetahuan tentang kebijakan-kebijakan baru yang berlaku di Tanah Air maupun di Tanah Suci

Peserta pelatihan sertifikasi pembimbing manasik terdiri dari pegawai Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Kantor Urusan Agama, Guru, Penyuluh dan para pembimbing di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji. Tujuan dari sertifikasi ini diantaranya adalah untuk mewujudkan tenaga pembimbing manasik yang amanah, profesional, serta supaya antara kelompok pembimbing di KBIH dan pemerintah punya kemampuan yang sama, yakni kompetensi dalam hal ilmu manasik, dan kompetensi pedagogi.6

Untuk merealisasikan program sertifikasi pembimbing manasik haji di atas, maka harus ada upaya peningkatan SDM (Pembimbing manasik haji) dengan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan-pelatihan, dimana pelatihan adalah upaya

5

www.kemenag.go.id, diakses pada tanggal 3 Juli 2015 pukul 08.15

6

(18)

untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan wawasan dari seorang pelatih kepada para pesertanya dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.

Mengelola proses sertifikasi yang baik, maka dibutuhkan manajemen yang baik, karena menghimpun dan menyamaratakan keahlian manajerial pembimbing bukan hal mudah, banyak proses dan tahapan yang harus dilalui, harus ada proses manajemen untuk menjalankan proses sertifikasi pembimbing manasik haji, mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

Dengan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis menuangkan sebuah karya ilmiah “Skripsi” dengan judul “Manajemen Pelatihan Sertifikasi

Pembimbing Manasik Haji pada Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI

Jakarta”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

(19)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam skripsi ini dirumusakan dalam rangka menjawab permasalahan tentang Manajemen Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji pada Kanwil Kemenag DKI Jakarta tahun 2014, sebagai berikut :

a. Bagaimana Perencanaan (Penetapan Tujuan, Programing, Penjadwalan, Penganggaran) Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji?

b. Bagaimana Pengorganisasian Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji?

c. Bagaimana Penggerakan (Pembimbingan dan Penjalin Hubungan) Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji?

d. Bagaimana Pengawasan Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang di inginkan penulis dalam penelitian skripsi ini secara garis besarnya adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji yang dilakukan oleh Kanwil Kemenag DKI Jakarta, sedangkan secara lebih rincinya adalah sebagai berikut :

(20)

b. Untuk mengetahui bagaimana pengorganisasian pelatihan yang dilakukan oleh Kanwil Kemenag DKI Jakarta.

c. Untuk mengetahui bagaimana penggerakan pelatihan yang dilakukan oleh Kanwil Kemenag DKI Jakarta.

d. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan pelatihan yang dilakukan oleh Kanwil Kemenag DKI Jakarta.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis

Untuk meningkatkan pemahaman penulis dalam upaya peningkatan kualitas pembimbing manasik haji khususnya melalui pelatihan dan sertifikasi pembimbing manasik haji.

2) Kanwil Kemenag DKI Jakarta

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Kementerian Agama secara umum, menangani masalah ini secara khusus, agar mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik dan memaksimalkan kinerja yang belum tercapai secara optimal.

b. Manfaat Teoritis

(21)

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penyususnan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang di amati. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif ini, perlu kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Loxy Moleong, yang mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7

Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis berharap dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis, atau produksi.8

2. Subjek dan Objek Penelitian

Sebjek penelitian ini adalah Bapak Fudhloli selaku Ketua Panitia Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji sekaligus sebagai Pejabat di Bidang Pelayanan Haji dan Umroh Kanwil Kemenag DKI Jakarta, orang yang dapat

7

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 4

8

(22)

memberikan informasi tentang Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji yang diteliti oleh penulis. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah Manajemen Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji pada Kanwil Kemenag DKI Jakarta.

3. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mambatasi waktu penelitian pada bulan Januari -April 2015. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta.

4. Sumber Data

Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, dari individu seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang dilakukan peneliti, yakni peneliti melakukan sendiri observasi dilapangan maupun di laboraturium.9 Pelaksanaanya dapat berupa survey dengan mewawancarai panitia pelaksana program pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji.

9

(23)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, makalah,website, dan sumber informasi lainya yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian sebagai bahan penunjang penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan :

a. Observasi atau Pengamatan

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.

(24)

fakta atau kejadian-kejadian yang tampak sebagaimana layaknya orang yang sedang mengamati sesuatu.10

Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian non partisipan terhadap proses kegiatan pelatihan sertifikasi pembimbing manasik haji. Dalam observasi ini peneliti melakukan pengumpulan data dari beberapa sumber dan pencatatan yang kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang dibutuhkan.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien. Wawancara juga merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam, dimana seorang responden atau kelompok responden mengkomunikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk di diskusiakan secara bebas.11

10

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h. 62

11

(25)

Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan ketua dan sekertaris Bidang Pelayanaan Jamaah Haji dan Umroh Kanwil Kemenag DKI Jakarta.

c. Dokumen

Dokumen adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen seperti data-data, arsip-arsip, dan gambar-gambar ataupun bentuk lainya.12 Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah bersumber dari Bagian Humas Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Bidang Pelayanana Haji Kanwil Kemenag DKI Jakarta, dan situs resmi Kemanag RI. Dokumen ini penulis jadikan referensi atau sumber data dalam penulisan di Bab III mengenai gambaran umum Kanwil Kemenag DKI Jakarta.

6. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar kemudian dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.13

12

Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), h. 57

13

(26)

Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Redaksi data yang merupakan bentuk analisis yang relevan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulanya dapat ditarik dan diverifikasi.

b. Penyajian data, setelah data mengenai manajemen diperoleh, maka data tersebut disajikan dalam bentuk narasi, visual, gambar, matriks, bagan, tabel, dan lain sebagainya sehingga tujuan dari penelitian dapat terjawab. c. Penyimpulan data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya yang

berisi jawaban atas tujuan penelitian kualitatif diuraikan secara singkat, sehingga dapat mengambil kesimpulan mengenai Manajemen Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Ibadah Haji di Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta.

7. Pedoman Penulisan Skripsi

Dalam penulisan ini, penulis berpedoman dan mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang

diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.” yang

(27)

E. Tinjauan Pustaka

Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat dan yang harus diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapaun setelah penulis melakukan kajian kepustakaan, penulis menemukan beberapa judul skripsi yang membahas tentang pelatihan, judul-judul tersebut adalah :

Skripsi yang ditulis oleh Susilawati mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Dakwah 2010, “Manajemen Pelatihan Dakwah pada Pondok Pesantren Al Hikmah Curug Tangerang”. Pada penelitian skripsi tersebut

peneliti mendapatkan hasil bahwa dengan mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, pelatihan dakwah pun berjalan dengan maksimal, sehingga banyak kader dakwah yang terlahir dari Pondok tersebut.

Skripsi berikutnya ditulis oleh Irfa Nurina Jati mahasiswa Universitas Negeri Semarang Jurusan Manajemen 2013 “Manajemen Pelatihan dan Pengembangan pada Perum Bulog untuk Peningkatan Kinerja Karyawan” pada penelitian skripsi

tersebut peneliti mendapatkan hasil bahwa dengan menerapakan manajemen yang baik dan langkah-langkah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan para karyawan Perum Bulog terbukti menghasilkan kinerja karyawan yang maksimal setelah pelatihan tersebut di selenggarakan

(28)

bahas tentang “Manajemen Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji pada Kanwil Kemenag DKI Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada karya ilmiah “skripsi” ini terdiri dari lima (5) bab

yang memiliki sub-sub bab, dan dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran. Penyusunan bab dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Landasan Teori, bab ini membahas Pengertian Manajemen Pelatihan, Fungsi-fungsi Manajemen, Tujuan dan Langkah-langkah Manajemen Pelatihan,Pengertian Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Pengertian Manasik Haji. Bab III : Gambaran Umum Tentang Obyek Penelitian, Berisi tentang gambaran umum Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta, yang meliputi latar belakang dan sejarah berdirinya, visi dan misi dan tujuan, struktur kepengurusan dan program kerja. Bab IV : Analisis Penelitian, bab ini membahas mengenai hasil analisis penulis yang diteliti dalam skripsi ini, yang meliputi : Perencanaan Pelatihan, Pengorganisasian Pelatihan, Penggerakan Pelatihan, dan Pengawasan Pelatihan.

(29)

16

MANAJEMEN PELATIHAN SERTIFIKASI PEMBIMBING MANASIK HAJI

A. Konsep Manajemen Pelatihan

1. Manajemen Pelatihan

Manajemen pelatihan terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan pelatihan. Manajemen secara etimologi berasal dari bahasa latin, yaitu manus

yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata tersebut digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managre

diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.1

Sedangkan dalam Kamus Manajemen, kata manajemen memiliki dua arti yaitu yang pertama, manajemen adalah proses menggerakan tenaga manusia, modal dan peralatan lainya, secara terpadu untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu, yang kedua, manajemen adalah pejabat pemimpin

1

(30)

(perusahaan) yang bertanggungjawab atas jalanya organisasi atau perusahaan.2

Untuk mengetahui lebih luas mengenai pengertian manajemen, penulis mengemukakan pendapat para pakar mengenai pengertian manajemen, diantaranya sebagai berikut :

a. Menurut Geoge R Terry yang dikutip dalam buku Tommy Suprapto, mendefinisikan bahwa : “ Manajemen merupakan sebuah proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan : perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya.3

b. Erni Trisnawati Sule mengemukan bahwa “Manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu terkait dengan pencapian tujuan.”4

c. Ulber Silalahi dalam bukunya mengemukakan bahwa“ Manajemen didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian staf, pemimpinan dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasional secera efektif dan efisien.”5

2

BN. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 155 3

Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi (Jakarta : Media Press, 2009), cet ke-1, h. 122

4

Erni Trisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen ( Jakarta : Kencana Pernada Media Group, 2005), cet ke-1, h. 6

5

(31)

d. Haiman dan Scott mengatakan “Management is a social and technical process which utilizes resources, influence human

action, and facilitates changes in order to accomplish or

organization goals.”6

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa makna manajemen mengandung unsur-unsur kegiatan yang bersifat pengelolaan. Disamping itu juga manajemen berkaitan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, yang di dalamnya terdapat upaya anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dengan menggerakan sumberdaya organisasi yang dimiliki.

Setelah mendapatkan definisi manajemen, maka selanjutnya mengenai definisi pelatihan. Pemahaman mengenai pelatihan dapat disimak dari penjelasan beberapa ahli, di antaranya :

a. Henry Simamora yang mengatakan bahwa “ Program pelatihan merupakan serangkaian yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kinerja individu, kelompok dan seluruh organisasi.”7

b. Raymond Noe, mengatakan “Pelatihan merupakan usaha yang direncanakan oleh perusahaan (organisasi) untuk memfasilitasi

6

Haiman and Scott, Management in the Modern Organization (Boston : Houghton Mifflin Company, 1970), h. 7

7

(32)

pembelajaran kompetensi karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan.

c. Benardin, yang dikutip oleh Sudarmanto mengatakan bahwa : “Pelatihan adalah segala kegiatan untuk meiningkatkan kinerja

individu sesuai dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegangnya, atau yang berhubungan denga tugas saat ini.8

d. T. Hani Handoko mendefinisikan pelatihan adalah “Proses sistematik pengubahan prilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional”.9

e. Andrew Sakula dan Anwar Prabu, yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara pelatihan adalah : “Suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana karyawan non-managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan tekhnis dalam tujuan terbatas.”10

f. Menurut Robert L. Mathis and Jhon H. Jackson pelatihan adalah “Suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu

untuk membantu mencapai tujuan organisasi.”11

8

Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), h. 226

9

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : BPFE, 2000), h. 104

10

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Perusahaan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2005), h. 44

11

(33)

g. Menurut pendapat Soekidjo Notatmojo, yang dimaksud dengan pelatihan adalah “Upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia”.12

h. Menurut Oemar Hamalik melihat dari segi operasional, pelatihan diartikan sebagai “Suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga professional kepelatihan dalam suatu waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.”13

i. Menurut Abdurahmat Fathoni Pelatihan adalah “suatu pembinaan terhadap tenaga kerja disamping adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upaya untuk mentransfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan.”14

Dari beberapa pengertian tentang pelatihan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat suatu proses penyaluran pengetahuan, keterampilan dan wawasan dari seorang pelatih kepada para pesertanya dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.

Kemudian dapat penulis simpulkan tentang pengertian manajemen dan pelatihan di atas bahwa : Manajemen pelatihan adalah suatu proses kerja yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pegawai dengan

12

Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), h. 25

13

Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005), h. 10

14

(34)

mengubah prilaku pegawai dalam satu arah untuk meningkatkan pekerjaanya yang melibatkan sumberdaya manusia maupun sumber-sumber lain untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Fungsi-fungsi Manajemen

Mengenai fungsi manajemen ini terdapat banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda satu sama lain dikalangan para ahli tentang perumusanya. Penulis mengambil pandangan dari salah seorang ahli manajemen yang bernama George Terry dalam bukunya Principles of Management sebagaimana dikutip oleh Winardi, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan

Controling. Urainya adalah sebagai berikut :

a. Planning ( Perencanaan)

Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap sesuatu yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.15 Perencanaan ialah perencanaan tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian memberikan pedoman, garis-garis besar apa yang akan dituju. Perencanaan merupakan suatu persiapan untuk tindakan-tindakan kemudian.

15

(35)

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merumuskan rencana secara umum adalah :

1) Mendefinisikan persoalan yang direncanakan secara jelas sesuai denga tujuan yang telah ditetapkan.

2) Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin akan terjadi dalam rangka pencapaian tujuan tersebut.

3) Melakukan analisis atau informasi yang telah dikumpulkan dan mengklarifikasikanya berdasarkan kepentinganya.

4) Menetapkan batasan-batasan perencanaan.

5) Memilih rencana yang akan digunakan dari sejumlah alternatif yang ada.

6) Menyiapakan langkah-langkah pelaksanaan yang lebih rinci dan menjadwalkan pelaksanaanya.

7) Melakukan pemeriksaan ulang atas rencana yang diusulkan sebelum rencana dilaksanakan.16

Dalam merencanakan sebuah kegiatan, ada beberapa yang harus dilakukan, yaitu :

1) Penetapan tujuan 2) Programing 3) Penjadwalan 4) Penganggaran 17

16

(36)

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Organisasi sebagai alat dari manajemen

Ialah organisasi sebagai wadah/tempat manajemen sehingga memberikan bentuk manajemen yang memungkinkan manajemen dapat bergerak.

2) Organisasi sebagai fungsi manajemen

Ialah organisasi dalam arti dinamis (bergerak), yaitu organisasi memberi kemungkinan tempat manajemen bergerak dalam batasan-batasan tertentu. Dengan kata lain, dinamis berarti bahwa organisasi itu bergerak dengan mengadakan pembagian pekerjaan.18

Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu.19

17

Indo Yaman Nasrudin dan Hemmy Fauzan¸ Pengantar Bisnis dan Manajemen, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006),h. 173

18

Maringan Masry Simbolon, Dasar-dasar Adminstrasi dan Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), h. 36

19

(37)

Penulis mendefinisikan organisasi sebegai sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui kerjasama.

c. Actuating (Penggerakan)

Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan penggerakan adalah “Keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode

untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis.20

Sedangkan menurut George R Terry “Penggerakan merupakan suatu kegiatan untuk mengintegrasikan usaha-usaha anggota dari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan-tujuan pribadi dan kelompok.”21

Penggerakan mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawai, memberi penghargaan, memimpin mengembangkan dan memberi kompensasi kepada karyawan. Dalam prekteknya penggerakan mempunyai lima fungsi manajemenen yaitu :

1) Motivator 2) Pembimbing 3) Penjalin hubungan

20

Sondang P Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h. 95

21

(38)

4) Komunikasi

5) Pemberi dan pelaksana Pembina.22 d. Controling (Pengawasan)

Pengawasan adalah suatu tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui hasil kegiatan, pelaksanaan, kesalahan, kegagalan, untuk kemudian dilakukan perbaikan dan mencegah terulangnya kembali kesalahan-kesalahan itu, begitu juga menjaga agar pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang ditetapkan. Adapun pengawasan menurut beberapa ahli manajemen adalah sebagai berikut :

1) Menurut Mc. Farland yang dikutip dalam buku Maringan Masry Simbolon bahwa pengawasan sebagai Suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahanya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.23

2) Menurut J. Miockler yang dikutip Kadarman, Pengawasan adalah suatu upaya sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan, untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja actual dengan standar yang ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut serta mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan telah dipergunakan seefektif mungkin. 24

22

Maringan Masry Simbolon, Dasar-dasar Adminstrasi dan Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), h. 38

23

Maringan Masri Simbolon, Dasar-Dasar Adminstrasi dan Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004), h. 61

24

(39)

3) Menurut Muchtar Efendi, Pengawasan adalah sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan dalam proses kegiatan dapat dicapai dengan cara membuat kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan yang direncanakan.25

4) Menurut T. Handoko, Pengawasan adalah memeberikan dan mengevaluasi penyampaian rencana dan standar serta penilaian hasil pekerjaan dengan memasukan dan mengeluarkan solusi yang di hasilkan.26

Dari beberapa pengertian diatas tentang pengawasan, dapat penulis simpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu upaya dalam mengawal kegiatan, agar kegiatan yang berjalan sesuai dengan rencana dan tidak terjadi penyimpangan.

3. Tujuan dan Langkah-langkah Pelatihan

a. Tujuan Pelatihan

Kegiatan-kegiatan pelatihan merupakan tanggung jawab bagian SDM dan pimpinan langsung. Pimpinan mempunyai tanggung jawab atas kebijakan-kebijakan umum dan prosedur yang dibutuhkan untuk menerapkan program latihan tersebut. Oleh karena itu komitmen pemimpin sangat penting agar latihan berjalan secara efektif, baik secara perencanaan, proses dan tujuan dari pelatihan dapat tercapai.

25

Muchtar Efendi, Psikologi Manajemen dan Adminstrasi, ( Jakarta : Bandung Maju, 1983), Cet ke-3, h. 13

26

(40)

Adapun tujuan pelatihan menurut Henry Simamora yaitu : 1) Memperbaiki kinerja.

2) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.

3) Mengurangi waktu belajar karyawan baru supaya menjadi kompeten .

4) Membantu memecahkan persoalan operasional. 5) Mempersiapkan karyawan baru untuk promosi. 6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. 7) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi.

8) Meningkatakan efisiensi dan efektifitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.27

Selain itu, menurut Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah mengemukakan bahwa tujuan pelatihan adalah :

1) Meningkatkan kualitas dan produktivitas.

2) Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan.

3) Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.28

27

Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 1997), h. 83-84

28

(41)

b. Langkah-langkah Pelatihan

Sebagaimana halnya dengan setiap pelaksanaan dalam sebuah kegiatan yang dilakukan dengan tahap-tahap tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam manajemen pelatihan pula perlu tahap kegiatan yang memang sesuai dengan tujuan pelatihan itu sendiri, tahap-tahap dalam pelatihan terdiri dari : Analisis Kebutuhan, Penentuan Tujuan Pelatihan, Penentuan Metode Pelatihan, dan Evaluasi Pelatihan.29

1) Analisis Kebutuhan

Menganalisis kebutuhan pelatihan organisasi atau yang sering disebut

need alaysis atau need assessment adalah penentuan kebutuhan pelatihan yang akan dilakukan. Keputusan menyelenggarakan latihan harus berdasar pada data yang telah dihimpun dengan melakuan suatu penilaian kebutuhan-kebutuhan. Penilaian kebutuhan mendiagnosis masalah-masalah saat ini dan tantangan di masa yang akan dihadapi. Analisis kebutuhan dilakukan melalui langkah-langkah :

a) Analisis kebutuhan organisasi

Dalam taraf ini pengungkapan kebutuhan akan latihan akan menyoroti tempat atau organisasi yang sangat membutuhkan latihan dengan analisis organisasi sehingga dalam analisis organisasi harus terjawab pertanyaan-pertanyaan pokok, dimana latihan sangat diperlukan.

29

(42)

b) Analisis Kebutuhan tugas

Analisis tugas yaitu menganalisis tugas-tugas yang harus dilakukan dalam setiap jabatan yang dapat dipelajari dari perilaku peran tersebut, dan informasi analisis jabatan yaitu uraian tugas persyaratan tugas dan standar untuk kerja yang terhimpun dalam informasi sumber daya manusia organisasi.

c) Analisis kebutuhan pegawai

Analisis kebutuhan pegawai adalah menganalisis mengenai apakah ada pegawai yang kurang dalam kesiapan tugas-tugas atau kurangnya kemampuan keterampilan dan pengetahuan yang dapat diketahui dari penilaian kinerja, observasi kelapangan, dan kuisoner.

2) Penentuan Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan harus dirumuskan secara spesifik, apakah perubahan perilaku atau perubahan pengetahuan yang ingin dicapai setelah pelatihan dilakukan. Berdasarkan tujuan tersebut maka ditentukan materi untuk pelatihan untuk mencapai tujuan.

3) Pemilihan Metode Pelatihan

(43)

a) Berdasarkan Bentuk, meliputi : 1) Learning in the job

2) Leactures

3) Problem solving

4) Studi curse

5) Konferensi dan seminar 6) Kepanitiaan

7) Rotasi jabatan

8) Keanggotaan dalam asosiasi profesional.30 b) Berdasarkan Jenis Metode yang diberikan

1) On the job training, yaitu dilakukan pada waktu jam kerja berlangsung, baik secara formal maupun secara informal, Teknik ini merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan. Latihan dengan menggunakan metode ini dilakukan di tempat kerja. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung seorang pelatih yang berpengalaman. Metode latihan ini sangat ekonomis, karena tidak perlu membiayai para trainers dan trainee, tidak perlu menyediakan peralatan dan tempat khusus. Ada beberapa metode pelatihan on the job training, yaitu :

a) Pembekalan (Coaching), adalah bentuk pelatihan yang dilakukan ditempat kerja oleh atasan dengan membimbing petugas melakukan pekerjaan secara informal dan biasanya tidak terencana, misalnya bagaimana melakukan pekerjaan dan bagaimana memecahkan masalah.

30

(44)

b) Rotasi Jabatan (Job Rotation), adalah program yang direncanakan secara formal dengan cara menugaskan karyawan pada beberapa pekerjaan yang berbeda dan dalam begian yang berbeda dengan organisasi untuk menambah pengetahuan mengenai pekerjaan dalam organisasi.

c) Latihan Instruksi Jabatan (Job Intruction Training), adalah pelatihan dimana ditentukan seseorang bertindak sebagai pelatih untuk mengintruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu dalam proses kerja.

d) Magang (Apprenticeship), adalah pelatihan yang mengkombinasikan antara pelajaran dikelas dan praktek dilapangan, yaitu setelah sejumlah teori diberikan kepada peserta, peserta dibawa ke lapangan.

e) Penugasan Sementara, penempatan karyawan pada posisi manajerial atau sebagai anggota panitia tertentu untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan. Karyawan terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah organisai yang nyata.31

2) Off the job training, yaitu pelatihan dan pengembangan yang dilakukan secara khusus diluar pekerjaan. Pelatihan dengan menggunakan

31

(45)

metode ini berarti karyawan sebagai peserta diklat keluar sementara dari kegiatan atau pekerjaanya. Kemudian mengikuti pendidikan atau pelatihan, dengan menggunakan teknik-teknik belajar mengajar seperti lazimnya. Pada umumnya metode ini yaitu :

a) Bimbingan berencana (programed Intruction), adalah metode bimbingan berencana yang terdiri dari serangkaian langkah yeng berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Metode ini meliputi langkah-langkah yang telah diatur terlebih dahulu melalui prosedur yang berhubungan dengan penguasaan keterampilan khusus dan pengetahuan umum. Bimbingan berencana dapat dilakukan dengan mengguanakan buku dan mesin petunjuk pengajaran.

b) Metode konferensi, konferensi merupakan suatu pertemuan formal tempat terjadinya diskusi atau konsultasi tentang suatu yang penting. Konferensi menkankan adanya diskusi kelompok kecil, meteri pembelajaran yang terorganisasi dan melibatkan peserta aktif.

c) Metode kuliah, kuliah merupakan suatu ceramah yang disamapaikan secara lisan untuk tujuan-tujuan pendidikan. d) Studi kasus, adalah uraian tertulis atau lisan tentang masalah

(46)

diminta mengidentifikasi masalah-masalah dan merekondisi pemecahan masalahnya.32

e) Vestibule training, training ini dilakukan dalam suatu ruang khusus terpisah dari tempat kerja biasa dan disediakan peralatan yang sama seperti yang akan dikerjakan pada pekerjaan yang sebenernya.

f) Seminar, metode seminar ini bertujuan untuk mengembangkan keahlian dan kecakapan peserta untuk menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif mengenai pendapat orang (pembawa makalah). Peserta dilatih agar dapat mempersepsi dan mengevaluasi serta memberikan saran-saran, menerima atau menolak pendapat atau usul-usul orang lain.

g) Permainan peran (role playing), Petatar memainkan peran tertentu dimana diberikan suatu permasalahan dan bagimana seandainya petatar tersebut menangani permasalahan yang ada. Teknik ini dapat digunakan untuk mengubah sikap petatar. Seperti misalnya menjadi lebih toleran terhadap perbedaan individual dan juga dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain.33

32

Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung : PT. Rafika Aditama, 2006), h. 65

33

(47)

h) Teknik di dalam Keranjang.

Metode ini digunakan dengan memberi bermacam-macam persoalan kepada para peserta latihan. Dengan kata lain peserta latihan diberi basket atau keranjang yang penuh dengan bermacam-macam persoalan yang harus diatasi. Kemudian peserta latihan diminta untuk memcahkan masalah-masalah tersebut sesuai dengan teori dan pengalaman yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi.34

4) Evaluasi Pelatihan

Implementasi program pelatihan berfungsi sebagai proses transformasi. Para karyawan yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan-karyawan yang berkemampuan, sehingga dapat diberikan tanggung jawab yang lebih besar. Untuk menilai program-program tersebut, bagian SDM mengevaluasi kegiatan-kegiatan latihan apakah sudah mencapai hasil yang di inginkan atau tidak. Anwar Parabu Mangkunegara berpendapat bahwa evaluasi pelatihan dapat di dasarkan pada kriteria (pedoman dari ukuran kesuksesan), dan rancangan percobaan. Adapun evaluasi percobaan dapat didasarkan pada :

a) Kriteria dalam Evaluasi Pelatihan menurut Anwar Prabu Mangkunegara

Ada empat kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman dari ukuran kesuksesan pelatihan, yaitu :

34

(48)

1) Kriteria Pendapat

Kriteria ini didasarkan pada bagaimana pendapat peserta latihan mengenai program pelatihan yang telah dilakukan. Hal ini dapat diungkap dengan menggunakan kuisioner mengenai pelaksanaan pelatihan.

2) Kriteria Belajar

Kriteria belajar dapat diperoleh dengan menggunakan tes pengetahuan, tes keterampilan yang mengukur skill, dan kemampuan peserta.

3) Kriteria Prilaku

Kriteria prilaku dapat diperoleh dengan menggunakan tes keterampilan kerja.

4) Kriteria Hasil

Kriteria hasil dapat dihubungkan dengan hasil yang diperoleh, seperti meningkatkan produktivitas dan meningkatnya kualitas kerja.35

b) Evaluasi menurut Donal L. Krikpatcrik, beliau mengidentifikasi empat tingkatan diamana pelatihan dapat dievaluasi meliputi :

1) Reaksi, organisasi mengevaluasi tingkat reaksi peserta pelataihan dengan melakukan wawancara atau dengan memberikan kuosioner kepada peserta.

35

(49)

2) Pembelajaran, tingkat-tingkat pembelajaran dapat dievaluasi dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan teleh mempelajari ide, konsep teori, dan sikap. Ujian-ujian pada materi pelatihan secara umum digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran dan dapat diberikan pada saat sebelum atau sesudah pelatihan untuk memebandingkan hasilnya.

3) Prilaku, mengevaluasi pelatihan pada tingkat prilaku, berarti mengukur pengaruh pelatihan terhadap kinerja pekerjaan melalui wawancara kepada peserta pelatihan dan rekan kerja mereka, serta mengamati kinerja pada pekerjaan.

4) Hasil, para pemberi kerja mengevaluasi hasil-hasil dengan mengukur pengaruh dari pelatihan pada pencapaian tujuan organisasional. Karena hasil-hasil seperti produktivitas, kualitas, waktu, penjualan, dan biaya secara relative konkret, jenis evaluasi ini dapat dilakukan dengan menbandingkan data-data sebelum dan setelah pelatihan.36

36

(50)

B. Konsep Sertifikasi Pembimbing Manasik

1. Pengertian Sertifikasi Pembimbing

Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji adalah proses pemerolehan sertifikat pembimbing oleh seseorang yang telah bertugas sebagai pembimbing ibadah haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), Ikatan Persaudaraan Ibadah Haji Indonesia (IPHI), atau Pegawai Kementerian Agama (Penyuluh Agama Islam, Petugas KUA, dan Pegawai yang berkompeten pada bidang haji). Sertifikat pembimbing ibadah haji merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada pembimbing ibadah haji sebagai tenaga profesional.37

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pembimbing manasik melalui pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai penjamin mutu (quality assurance). Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji adalah proses penilaian dan pengakuan pemerintah atas kemampuan dan keterampilan seseorang untuk melakukan bimbingan manasik haji secara professional.

37

(51)

2. Pengertian Manasik Haji

Manasik berasal dari nuskan-nusukan-mansakan adalah bentuk jamak dari

mansaku yang bertarti tata cara ibadah. Maka kata manasik haji artinya tata cara ibadah haji.38

Sedangkan menurut Harahap sumuran menerangkan bahwa manasik adalah tata cara pelaksanaan haji, atau hal-hal peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji, yaitu : melaksanakan ihram dan miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabit di Mudzalifah, melempar

jumrah, dan lain sebagainya.39

Ibadah Haji merupakan salah satu rukun islam yang lima, sebagaimana di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah saw telah bersabda yang artinya :

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata: Saya mendengar Rasulullah

Shallallahu‟alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara:

Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 97 :

ي لاعلا ع ينغ ها إف رفك مو ايبس هيلإ عاطتسا م تيبلا جح سانلا ىلع هللو

38

Gus Arifin, Fiqih Haji dan Umroh, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014) h. 377 39

(52)

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imran: 97)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkhutbah dan bersabda, yang artinya adalah :

“Wahai sekalian manusia, sungguh telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah kalian. Lalu ada seorang yang bertanya, “Apakah wajib setiap tahun wahai Rasulullah?” beliau lalu terdiam. Sampai ketika orang itu bertanya pada kali yang ketiga beliau menjawab, “Seandainya saya katakan „ya‟ maka haji akan menjadi wajib setiap tahunnya dan kalian pasti tidak

akan sanggup melakukannya.” (HR. Muslim no. 1337).

Keimanan seseorang tidak akan sempurna sebelum ia mengerjakan ibadah haji ke Baitullah. Meskipun begitu ibadah haji hanya ditekankan sekali seumur hidup.

Adapun dari rangkaian pengertian manasik haji diatas, maka penulis menguraikan beberapa proses pelaksanaan manasik haji, diantaranya adalah :

1. Ihram

Ihram adalah niat memulai mengerjakan ibadah haji/umroh. 2. Thawaf

Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali, dimana ka’bah

(53)

3. Sa’i

Sa’i adalah berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya

sebanyak 7 kali yang dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwah.

4. Wukuf

Wukuf adalah keberadaan diri seseorang di Arafah walaupun sejenak dalam waktu antara tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah) sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah (hari Nahar).

5. Mabit

Mabit adalah bermalam/istirahat. Mabit dibagi dua yaitu mabit di Mudzalifah tanggal 9 Dzulhijjah dan mabit di Mina pada malam menjelang tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah.

6. Lontar Jumroh

Lontar Jumroh adalah melontar atau melemparkan batu kerikil ke dinding (marma) jumrah (Ula, Wustha, dan Aqobah) pada hari Nahar dan hari Tasyrik

7. Tahalul

Tahalul adalah keadaan seseorang yang telah dihalalkan (dibeolehkan) melakukan perbuatan yang sebelemnya dilarang selama berihrom. Tahalul ada 2 yaitu Tahalul Awal dan Tahalul Tsani.40

40

(54)

41

KEMENTERIAN AGAMA DKI JAKARTA

A. Sejarah terbentuknya Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta

(55)

Cirebon, dan Banten di Jawa Barat, kerajaan Goa di Sulawesi Selatan, Tidore Banjar di Kalimantan, dan lain-lain.

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menentang Penjajah Belanda, banyak raja dan kalangan bangsawan yang bangkit menentang penjajah. Mereka tercatat sebagai pahlawan bangsa, seperti Sultan Iskandar Muda, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan lain-lain. Secara filosofis, sosio politis dan historis, agama bagi bangsa Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah sebabnya para taokoh dan pemuka agama, selalu tampil sebagai pelopor pergerakan perjuangan kemerdekaan, baik melalui partai politik, maupun sarana lainya. Perjuangan kemerdekaan tersebut melalui jalan yang panjang sejak zaman colonial Belanda sampai kalahnya Jepang pada perang Dunia ke II.

(56)

Maka pada tanggal 3 Januari 1946 lahirlah Kementerian Agama RI dengan H. Rasjidi BA sebagai Meneteri Agama yang pertama. Dalam keputusan Menteri Agama, tentang tata organisasi dan tata kerja Kementerian Agama Provinsi dan Kab/Kota, kedudukan Kantor Wilayah Kemneterian Agama Provinsi DKI Jakarta adalah Institusi vertical Kementerian Agama yang berada dibawah dan tanggung jawab langsung kepada Menterti Agama RI.

Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta, berdiri satu tahun setelah Kementerian Agama RI didirikan, dengan kepala Kanwil yang pertama adalah R.H.O Hudaya, selanjutnya H.M. Djamil Latief S.H, K.H. Muchtar Natsir, H. Salahudin El Chairi BA, Drs. H. Muhammad, H. Halimi AR, Drs. H. Mubarok, Drs. H. A. Bidawi Zubir, Drs. H. Rusli Wolman,MM, Drs. H. Abdul Chair, Drs. H. Muhaimin RD, H. Ahmad Fauzan Harun, S.H, Drs. Sutami, M.Pd.I, dan H. Muhaimin Luthfie.1

B. Visi dan Misi Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta

Visi-Misi merupakan hal yang cukup penting dalam sebuah organisasi, Karena Visi-Misi merupakan gambaran dari sebuah organisasi, karena tanpa Visi-Misi, sebuah organisasi tidak akan memiliki dasar tujuan jangka panjang yang nantinya akan digunakan dalam menjalankan aktivitas keseharianya.

1

(57)

1. Visi

Terwujudnya masyarakat Jakarta yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri, bermartabat dan partisipasif.

2. Misi

a. Meningkatkan Ketaatan Umat Beragama

b. Melestarikan Kerukunan Hidup Umat Beragama

c. Meningkatkan Mutu Raudatul Athfal / Paud, Madrasah, Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

d. Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Bimbingan Haji, Pengembangan Wakaf dan Zakat.

e. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih.2

2

(58)

C. Susunan Organisasi Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta

Adapun strruktur organisasi Kanwil Kemenag DKI Jakarta adalah sebagai berikut : Tabel 3.1

(59)

Tabel 3.2

D. Tugas dan Fungsi Kanwil

Berdasarka Peraturan Menteri Agama (PMA) Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama, maka kedudukan, tugas pokok dan fungsdi Kementerian Agama Provinsi adalah sebagai berikut :

1. Kedudukan

(60)

2. Tugas Pokok

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Agama dalam Wilayah Provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Agama dan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi menyelenggarakan fungsi :

a) Perumusan dan penetapan visi, misi, dan kebijakan teknis di bidang pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di provinsi;

b) Pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang haji dan umrah;

c) Pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendidikan madrasah, pendidikan agama dan keagamaan;

d) Pembinaan kerukunan umat beragama

e) Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan administrasi dan informasi; f) Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan evaluasi

program; dan

g) Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanan tugas kementerian di provinsi.

(61)

a) Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji, memiliki tugas melakukan penyiapan pelaksanaan pelayanan, bimbingan tekhnis, dan pembinaan di bidang pendaftaran dan dokumen haji.

b) Seksi pembinaan haji dan umroh, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan tekhnis, dan pembinaan dibidang pembinaan haji dan umroh.

c) Seksi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan Haji mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang

akomodasi, transportasi, dan perlengkapan haji

d) Seksi Pengelolaan Keuangan Haji mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan keuangan haji.

e) Seksi Sistem Informasi Haji mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan pelayanan, bimbingan teknis, dan pembinaan di bidang pengelolaan sistem informasi haji dan umrah.3

3

(62)

49

MANAJEMEN PELATIHAN SERTIFIKSI PEMBIMBING

MANASIK HAJI

A. Manajemen Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji

1. Perencanaan Pelatihan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji

Dalam manajemen fungsi pertama adalah perencanaan, yaitu pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya, apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Segala bentuk kegiatan maupun program yang akan dilakukan akan berjalan dengan efektif apabila sudah dipersiapkan sebelumnya mengenai apa yang akan dilakukan secara matang dan terperinci.

(63)

kemampuan pembimbing manasik haji dan pengetahuan tentang kebijakan-kebijakan baru yang berlaku di Tanah Air maupun di Tanah Suci.1

Pembimbing manasik haji sebagai tenaga profesional harus memperoleh penghargaan sehingga memiliki kesempatan untuk membimbing jamaah calon haji sampai ke tanah suci. Sebagai profesional, pembimbing ibadah haji tentu memiliki komitmen tinggi terhadap kewajiban, hak dan etiknya. Selain itu, mereka juga perlu memperoleh pembinaan dan jaminan pengembangan karir pembimbing ibadah haji, perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan bekal pengetahuan dalam pelatihan dan pendidikan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi selama 10 hari, diharapkan seluruh peserta yang lulus dapat membantu pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji yang baik dan memberikan pelayanan yang maksimal terhadap seluruh jamaah haji.2

Ahmad Syukri sebagai salah satu panita pelatihan sertifkasi pembimbing manasik haji yang penulis wawancarai mengenai hal ini menuturkan, Sejak awal program ini digulirkan, Dirjen PHU menyakini bahwa program ini bisa menjadi salah satu solusi dalam mengurangi permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan ibadah haji khususnya yang berkaitan dengan rangkaian manasik, karena tolak ukur kemabruran

1

Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Syukri Fanani selaku panitia pelaksana pelatihan sertfikasi pembimbing manasik pada tanggal 23 Januari 2015

2

(64)

haji seseorang adalah melaksanakan rangkaian ibadah haji yang tertib dan sempurna, serta program ini merupakan upaya agar terwujudnya petugas haji yang profesional.3

Dalam merencanakan sebuah kegiatan, penulis mengutip pendapatnya Indo Yaman Nasrudin dan Hemmy Fauzan¸ dalam bukunya Pengantar Bisnis dan Manajemen ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti :

Gambar 4.1

a) Penetapan Tujuan

Dalam rangka meramalkan tujuan, seorang manajer harus menentukan dengan tegas hasil akhir yang diinginkan, disinilah pentingnya tujuan, dimana tujuan merupakan gambaran megenai hal-hal yang ingin dicapai. Karena pelatihan sertifikasi

3

Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Syukri Fanani selaku panitia pelaksana pelatihan sertfikasi pembimbing manasik pada tanggal 23 Januari 2015

Perencanaan Penetepan

Tujuan

Programing

Gambar

Tabel  3.1 Struktur Pengurus Kanwil Kemenag DKI Jakarta ……………... 45 Tabel  3.2  Struktur Bidang Pelayanan Haji dan Umroh …………………..
tabel, dan lain sebagainya sehingga tujuan dari penelitian dapat terjawab.
gambaran umum Kanwil Kementerian Agama DKI Jakarta, yang meliputi latar
Tabel  3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dalam hal

Hal tersebut dapat dilihat dari proses pelayanan oleh Seksi PHU sudah sesuai dengan SOP pelayanan pendaftaran haji reguler yang dibuat oleh Kantor Kementerian Agama