Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN IDENTITAS BORONDONG
IBU ALIT
DK 38315/Tugas Akhir
Semester II 2010/2011
Oleh:
Seni Rosdiana Nim :
51907254 Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridha dan izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul
“PERANCANGAN IDENTITAS BORONDONG IBU ALIT”.
Maksud dan tujuan penulisan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi Strata 1 pada program studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia.
Penulis merasa bahwa dalam menyusun laporan ini masih menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan karunia-Nya dan membalas segala amal budi serta kebaikan pihak – pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan.
Bandung, 15 Juli 2011
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Makanan tradisional Indonesia merupakan salah satu keanekaragamaan budaya yang ada di Indonesia. Dalam kehidupan sehari–hari makanan merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia, makanan pun bisa menjadi media untuk menyampaikan rasa terima kasih, ritual, mempererat kekerabatan dan lain- lain. Dalam konteks ini makanan tradisional lah yang sering kali digunakan. Di Indonesia banyak terdapat makanan tradisional yang beraneka ragam, khususnya di Jawa Barat. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang mempunyai banyak aneka makanan tradisional yang beragam. Namun saat ini pola konsumsi masyarakat mulai banyak berubah, semakin maraknya makanan modern semakin menurun pula tingkat mengkonsumsi makanan tradisional di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan banyaknya makanan produk olahan sehingga sebagian masyarakat lebih memilih makanan modern dibanding makanan tradisional agar lebih bergengsi untuk disuguhkan.
2 Seperti yang terjadi pada Borondong, makanan tradisional khas Jawa Barat ini mulai mengalami penurunan. Seiring perkembangan jaman popularitas borondong saat ini mulai terpinggirkan dengan banyaknya makanan olahan modern yang marak di jual di berbagai tempat. Walau perdagangan borondong masih bertahan namun pemasarannya cenderung menurun setiap tahunnya. Selain itu produk yang dipasarkan hanya di daerah asal pembuatan saja sehingga penyebabkan proses pemasaran tidak meluas.
Kampung Sangkan, desa Laksana kecamatan Ibun Majalaya merupakan salah satu daerah penghasil borondong. Masyarakat di kampung ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani tetapi banyak juga yang bekerja sebagai pembuat borondong. Pembuatan borondong merupakan industri rumahan di Ibu Alit yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Ibu Alit sudah terkenal sebagai penghasil borondong namun keberadaannya kurang di ketahui masyarakat luas khusunya masyarakat di daerah kota. Keberadaan borondong hampir sama dengan sejumlah makanan tradisional lainnya, hal ini menyebabkan makanan tradisional jarang ditemui di lingkungan masyarakat.
3 konsumen. Sebagian besar para pembuat borondong pun juga tidak memperhatikan merek borondong yang mereka jual seperti halnya Ibu Alit, ketika mereka menjual produk mereka kepasaran hanya berbentuk borondong tanpa merek apapun sehingga masyarakat pun tidak tahu pembuat atau asal borondong tersebut.
Sebagai makanan tradisional borondong juga mempunyai nutrisi yang terkandung didalamya karena bahan dasar yang mengandung zat aditif alami yaitu pemanis dari gula merah yang memberikan hasil positif pada tubuh dan pankreas, yang berarti bermanfaat bagi kesehatan (Gondosari, 2010).
Untuk itu perlu usaha untuk mengenalkan dan melestarikan makanan tradisional agar tetap mempunyai eksistensi dan tidak kalah saing dengan makanan modern yang sedang marak saat ini.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
4 - Tidak adanya identitas atau merek yang jelas untuk produk borondong
Ibu Alit.
- Kurangnya promosi borondong Ibu Alit sehingga kesulitan untuk memasarkan ke daerah yang lebih luas lagi.
- Sistem pengemasan yang masih sangat sederhana sehingga kurang mempunyai daya tarik bagi konsumen.
1.3. Fokus Masalah
Penulis memfokuskan masalah dengan menciptakan identitas/merek dari produk yang sudah ada. Karena pembuatan identitas ini sangat penting mengingat tidak adanya identitas yang jelas dari produk Borondong Ibu Alit. Untuk itu perlu adanya sebuah identitas/merek untuk bisa mengenalkan borondong Ibu Alit sebagai makanan tradisional dari Jawa Barat.
1.4. Tujuan Perancangan
Adapun tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut :
5 - Mempertahankan keberadaan Borondong Ibu Alit walaupun harus bersaing dengan makanan modern tetapi eksistensi sebagai makanan tradisional masih bisa tetap bertahan.
6 BAB II
PERANCANGAN IDENTITAS BORONDONG ALIT
2.1. Makanan Tradisional
Makanan tradisional merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat dari daerah menurut wilayah tertentu dan diolah menurut resep yang sudah turun temurun. Menurut Ayya (2010) menyebutkan bahwa “makanan tradisional itu adalah makanan yang bahannya berasal
dari lingkungan kita sendiri. Memiliki dua fungsi, yaitu sebagai ketahanan pangan dan sebagai budaya.”
Di Jawa Barat khususnya di Bandung banyak terdapat aneka makanan tradisional, itu sebabnya Bandung terkenal sebagai tempat wisata kuliner. Oncom, peuyeum, surabi, kue lopis, es lilin dan lain - lain, merupakan makanan tradisional yang cukup terkenal di Bandung. Potensi kuliner Bandung cukup baik untuk dikembangkan maka dari itu perlu kesadaran dari masyarakat itu sendiri agar bisa melestarikan makanan tradisional Jawa Barat.
7 Menurut Lilis Komariah dalam modul gizi olahraga FPOK UPI 2005 menyebutkan adapun ciri-ciri dari Makanan Tradisional adalah sebagai berikut:
- Mengandung aneka ragam makanan dasar, seperti: Padi, ubi,sagu dll - Mengandung gizi yang cukup
- Kaya akan ramuan bumbu dan rempah alam - Bahan makanan mudah didapat.
Selain itu banyak juga keunggulan dari makanan tradisional yang mungkin belum banyak orang tahu. Berikut merupakan keunggulan dari makanan tradisional :
- Diolah dari bahan segar dan alami - Kandungan lemak relatif rendah - Relatif aman bagi kesehatan
- Sesuai dengan selera dan kebiasaan - Biaya relatif murah, juga mudah didapat - Sangat bervariasi.
2.1.1 Sejarah Borondong Gabah
8 Desa Laksana Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, 7 kilometer dari Majalaya atau tepatnya merupakan Desa yang berbatasan dengan Garut. Makanan ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Makanan ini merupakan makanan yang turun - temurun dari nenek moyang sejak dahulu kala. Dulu borondong dibuat hanya untuk acara hajatan saja.
Pada awal tahun 1950-an para penduduk di Kampung Sangkan mulai merintis untuk membuat borondong, tidak hanya untuk keperluan hajatan tapi untuk pesanan juga. Setelah itu mereka mulai menjual secara kecil – kecilan dengan modal seadanya, menggunakan gabah ketan dari sawah mereka sendiri dan gula yang dibeli secara kecil – kecilan dan juga pengerjaan dilakukan bersama anak dan suami. Beberapa tahun kemudian borondong pun sudah banyak langganan dan borondong semakin populer, pesanan pun semakin meningkat.
9 2.1.2 Borondong Ibu Alit
Ibu Alit adalah salah satu pengusaha Borondong yang ada di Kampung Sangkan, beliau membuat borondong sudah puluhan tahun yang lalu, resep yang dibuat untuk membuat borondong merupakan resep yang turun temurun dari mulai cara pembuatan hingga rasa yang dihasilkan. Produksi yang dilakukan untuk pembuatan borondong hampir tiap hari guna memenuhi kebutuh konsumen.
10 borondong Ibu Alit, maka konsumen lebih tahu dan telah menyadari borondong Ibu Alit lah yang bisa diunggulkan dibandingkan kompetitor lainnya namun tidak adanya identitas merek yang tertera pada setiap kemasan menjadi suatu masalah besar ketika banyaknya konsumen tidak mengetahui apa, siapa dan dimana produksi borondong Alit yang selama ini mereka konsumsi.
Selain itu tidak adanya identitas merek pada borondong Ibu Alit berpengaruh pada pemasaran produk, untuk itu perlu adanya pembuatan identitas merek terhadap produk, agar produk bisa dikenal oleh masyarakat luas.
11 2.1.3 Jenis Borondong Ibu Alit
Untuk saat ini Industri rumahan Ibu Alit memproduksi
beberapa jenis borondong diantaranya yaitu : - Borondong Buleud
Yaitu borondong yang berbentuk bulat terbuat dari gabah yang telah disangrai kemudian dicampur dengan gula merah yang telah dicairkan lalau di bentuk di atas cetakan yang terbuat dari tempurung kelapa. Ukuran disesuaikan tempurung kelapa. - Borondong Dempak
Pada dasarnya pembuatan borondong ini sama saja dengan borondong gabah ketan hanya yang membedakan adalah bentuknya saja. Borondong ini dibuat menggunakan mangkuk keramik kecil yang hasil akhirnya borondong tersebut akan membentuk cetakan dari keramik atau bias adisebut cente yang dipakai sebagai cetakan borondongnya.
- Borondong Enten
12 luarnya diberi bodasan (gabah ketan yang telah disangrai).
Berikut gambar jenis – jenis borondong.
Gambar II.1. Borondong Buleud Sumber : Dokumentasi Pribadi
13
Gambar II.3 Borondong Enten Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.2 Permasalahan Identitas pada Produk Borondong Ibu Alit
Masalah yang terdapat pada produk borondong adalah tidak adanya identitas/merek yang jelas dari produk yang sudah ada maka dari itu perlu adanya suatu merek untuk mengenalkan kembali produk yang sudah ada kepada konsumen.
Selain itu ada beberapa penyebab Borondong yang sampai saat ini belum memiliki identitas merek yang jelas, diantaranya :
- Tidak adanya manajemen didalam home industri ini berpengaruh pada sistem pemasaran sehingga penggunaaan merek tidak terlalu penting bagi mereka.
14 Selain identitas merek, kemasan pun menjadi salah satu permasalahan yang terjadi pada produksi Borondong Ibu Alit karena dari awal berdiri sampai sekarang Ibu Alit hanya menggunakan kemasan plastik biasa yang digunakan untuk membungkus dan memasarkan Borondongn.
Gambar II.4 Kemasan Awal Borondong Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.3 Identitas Merek
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari
15 memberikan jaminan mutu kepada konsumen, sehingga konsumen akan mengetahui keunggulan atau keistimewaan dari produk yang mereka beli. Menurut Kotler (2003), merek memiliki enam level pengertian:
1. Atribut : Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
2. Manfaat : Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut “mahal” dapat diterjemahkan menjadi manfaat emosional.
3. Nilai : Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. 4. Budaya : Merek juga mewakili budaya tertentu.
5. Kepribadian : Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.
6. Pemakai : Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.
Membangun sebuah identitas merek bukan hanya menciptakan kesadaran terhadap nama atau janji kepada konsumen, tetapi bagaimana mengkomunikasikan sebuah identitas merek tersebut kepada konsumen sehingga konsumen benar - benar merasa yakin dengan produk yang kita jual.
2.2.1 Manfaat Merek
16 merek. Sebuah perusahaan/lembaga jelas membuat merek untuk keperluan perusaahaan mereka, hal ini disebabkan merek sangat lah penting. Menurut Bilson Simamora (2001) mengungkapkan bahwa manfaat merek adalah sebagai berikut :
1. Bagi konsumen manfaat merek adalah :
- Merek dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu. - Merek membantu menarik perhatian pembeli terhadap produk –
produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. 2. Bagi produsen manfaat merek adalah :
- Merek memudahkan penjual mengolah pesanan dan dan menelusuri masalah - masalah yang timbul.
- Merek memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan dan ciri khas produk.
- Merek memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.
- Merek membantu penjual menentukan segmentasi pasar. 3. Bagi publik merek bermanfaat dalam hal :
- Pemberian merek mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten - Merek meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat
menyediakan informasi tentang produk dan dimana membelinya. - Meningkatkan inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk
17 2.4 Pengertian Logo
Pada dasarnya logo adalah suatu bentuk gambar atau tanda yang
dirancang menjadi simbol (Dian : 1995). Logo juga digunakan sebagai simbol untuk produk atau perusahaan, setiap produk atau perusahaan baik yang kecil dan menengah seringkali menggunakan logo sebagai identitas mereka. Logo tidak hanya sebuah tampilan grafis saja tetapi logo bisa menyampaikan pesan yang mewakili produk atau perusahaan. Logo juga dapat menunjukan kegiatan atau fungsi perusahaan yang mewakilinya. Logo yang baik itu harus jelas, mudah diingat, mudah dilihat, dan berkarakter agar mereka yang membaca tidak merasa bingung dengan logo yang dilihatnya.
Seperti yang disampaikan oleh A.B Susanto dan Himawan Wijanarko dalam bukunya Power Branding (2004) cara mengembangkan penyajian logo yang efektif itu melalui :
- Kemampuan Proteksi : Dimana dalam penyajian visual harus mempunyai aspek proteksi , terutama dari sisi legal.
- Penerimaan : Bentuk dan warna harus di pertimbangkan, sehingga dapat diterima berbagai budaya.
18 - Menyatu : Dalam penyajian identitas visual harus dapat menyatu
dengan informasi – informasi yang lain.
- Fleksibel : Penyajian identitas visual bisa ditempatkan di berbagai media.
- Ringkas : Penyajian Identitas visual harus ringkas dalam semua media.
2.4.1 Jenis – jenis Logo
Logo merupakan visualisasi dari sebuah perusahaan baik berupa
simbol, pola gambar atau huruf tertulis yang menggambarkan citra produk, perusahaan, lembaga atau organisasi. Logo terbagi menjadi dua yaitu :
1. Logogram yaitu logo yang berupa gambar yang digunakan untuk mempromosikan produk/jasa perusahaan (Hendratmo : 2003)
2. Logotype biasanya berupa tulisan yang berkarakter dan mengikuti aksara setempat. Dalam dunia perdagangan , logotype biasanya ditampilkan sebagai kesatuan dengan logogram.
19 logo yang baik, dalam situs www.desainstudio.com menyebutkan ciri – ciri logo yang baik diantaranya yaitu :
1. Sederhana
Logo yang baik adalah logo yang sederhana / simple. Kesederhanaan membuat logo jadi mudah diingat dan fleksibel ketika diterapkan kedalam berbagai media.
2. Unik
Logo yang baik adalah logo yang unik atau bisa dibedakan dengan logo lain sehingga masyarakat bisa membedakan terutama dengan produk pesaing.
3. Mudah diingat
Logo yang mudah diingat akan mendukung perusahaan tetap dalam posisi teratas dalam ingatan konsumen. Secara tidak langsung ini akan meningkatkan penjualan dan omset dari perusahaan.
4. Tahan Lama
20 Logo yang baik adalah logo yang fleksibel sehingga logo yang akan digunakan kedalam berbagai media visual seperti stempel, akrilik, faktur dll. Oleh karena itu, sebuah logo yang baik harus bisa ditempatkan kepada berbagai kondisi dan tetap tidak kehilangan bentuk sebenarnya. 6. Sesuai
Ciri lain dari logo yang baik adalah kesesuaian. Logo harus bisa menggambarkan apa yang ditawarkan oleh perusahaan.
21 BAB III
PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1 Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pembuatan identitas merek ini untuk menyampaikan pesan dari seorang perancang/desainer kepada masyarakat. Hal ini dirasa penting karena pesan yang disampaikan kepada target sasaran diharapkan bisa tersampaikan dengan baik.
22 3.1.1 Tema Dasar Komunikasi
Memberikan identitas yang jelas kepada masyarakat akan keberadaan Borondong Ibu Alit sebagai makanan tradisional Jawa Barat.
3.2 Strategi Kreatif
Untuk perancangan identitas merek Borondong Ibu Alit ini, diperlukan pemahaman pada permasalahan yang ada. Untuk bisa memecahkan masalah maka strategi yang digunakan antara lain :
- Menciptakan identitas merek pada produk yang sudah ada dengan membuat logo untuk Borondong Ibu Alit.
23 3.3 Strategi Media
Untuk proses pembuatan merek atau perancangan identitas merek ini
diaplikasikan pada proses perancangan media dan pembuatan konsep desain, untuk mementukan strategi kreatif yang tepat dan efektif sesuai kebutuhan produk.
3.3.1 Pemilihan Media
Didasarakan pada permasalah yang dihadapi, maka dalam pemilihan media diharapkan bisa menjadi solusi dari permasalahn yang ada. Pemilihan media yang digunakan terbagi pada dua jenis yaitu media utama (primer) dan media penunjang (sekunder).
1. Media Utama
Media yang berkaitan langsung dengan produk Borondong Ibu Alit baik secara internal maupun eksternal. Berikut aplikasi media yang digunakan:
- Logo
24 - Packaging / kemasan
Media melalui packaging merupakan aplikasi yang dirasa cukup penting. Karena selama ini pembuat Borondong hanya memakai kemasan yang sederhana sekali, untuk itu kemasan dirasa media yang cukup penting untuk menarik perhatian konsumen.
2. Media Penunjang
Untuk media penunjang difokuskan pada property dan gimmick. Berikut aplikasi yang digunakan :
- Kartu Nama
Media ini digunakan untuk memudahkan konsumen menghubungi pembuat Borondong Ibu Alit.
- Kantong Belanja (Shopping Bag)
Shopping bag digunakan sebagai media untuk keperluan promosi
produk dan bisa memuat produk dalam jumlah banyak. - Hangtag
Digunakan untuk aksesoris yang digantungkan pada kemasan borondong yang menggunakan plastik dimana pada hangtag tersebut terdapat jenis – jenis borondong Ibu Alit yang di buat yang mana di informasi ini disampaikan agar konsumen tahu apa saja borondong produksi Ibu Alit.
25 Digunakan sebagai bukti pembayaran kepada para distributor dan konsumen yang membeli produk Borondong Ibu Alit.
- Mini x banner
Media yang digunakan untuk memuat informasi tentang Borondong Ibu Alit.
3.4 Konsep Perancangan Baranding Borondong Ibu Alit
3.4.1 Konsep Logo
Mengambil bentuk berasal dari bahan dasar pembuatan borondong,
yaitu padi. Pengambilan bentuk ini agar tidak jauh dari produk yang memang bahan dasar pembuatannya terletak pada padi. Selain itu penggunanaan pita pada logo mempunyai makna hadiah, jadi borondong bisa dijadikan sebagai hadiah atau oleh – oleh keluarga dirumah. Singkatan BA pada logo merupakan singkatan dari nama pemilik usaha Borondong dengan yaitu Borondong Alit.
26 Gambar III.1 Referensi Logo
Gambar III.2 Logo Borondong Alit
27 warna daun padi, warna ini dipakai karena bahan dasar untuk pengggunaan Borondong adalah dari padi.
Huruf yang digunakan untuk headline pada logo yaitu Goodfish, huruf ini mempunyai karakter yang santai namun tegas.
3.4.2 Ilustrasi
Ilustrasi yang digunakan adalah bagian elemen dari batik garutan kemudian diolahan menjadi digital vector. Elemen visual batik sengaja di pilih agar kesan dari tradisional sunda bisa terasa pada desain dari pembuatan identitan Borondong Alit.
3.4.3 Layout
Layout yang digunakan pada setiap media yaitu landscape dan portrait. Penempatan logo juga disesuaikan dengan media yang digunakan.
3.4.4 Warna
28
Gambar III.2 Skema Warna
3.4.5 Tipografi
Jenis huruf yang digunakan adalah Fiolex Girl, jenis huruf yang
29 Dibawah ini merupakan jenis huruf yang sudah diaplikasikan pada beberapa media.
Gambar III.3 Aplikasi huruf pada media Flyer
30 BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
4.1 Media Utama
4.1.1 Packaging / Kemasan
Kemasan yang digunakan meliputi berbagai bentuk, disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan pada produk Borondong Alit. Berbagai kemasan dan bentuk yang digunakan tetap mengacu pada konsep tradisional.
Gambar IV.1 Kemasan Kecil Keterangan :
Ukuran : 10 x 25 cm Material : Plastik
31 Gambar IV.2 Kemasan Kecil Borondong Enten
Keterangan
Ukuran : 14 x 20 cm Material : Kertas Samson Teknik Produksi : Cetak Offset
32 Keterangan
Ukuran 15 x 15 cm
Material : Besek dan Kertas Injet Teknik Produksi : Cetak Offset
Gambar IV.4 Kemasan Borondong Dempak Keterangan
Ukuran : 29 x 20 cm Material : Rotan
33 Gambar IV. 5 Kemasan Borondong Besar
Keterangan
Ukuran : 12 x 28 cm Material : Rotan
4.1.2 Media Penunjang
1. Hangtag
34 Keterangan
Ukuran : 3 x 5 cm Material : Kerta GS
Teknik produksi : Digital Printing
2. Flyer
Gambar IV. 7 Flyer Keterangan :
35 3. Shopping bag
Gambar IV.8 Shopping bag Keterangan
Ukuran : 25 x 24 cm Material : Kertas Samson
Teknik Produksi : Digital Printing
4. Stempel
36 Keterangan
Ukuran : 5 x 5 cm Material : Acrylic
5. Mini X – banner
Gambar IV. 10 Mini x – banner Keterangan
Ukuran : 30 x 42 cm
37 6. Flag chain
Gambar IV.11 Flag chain Keterangan
Ukuran : 13,5 x 12,5
Material : Art paper 230 gram Teknik produksi : Cetak Offset
7. Kartu Nama
Gambar IV.12 Kartu Nama Keterangan
Ukuran : 4 x 9 cm Material : Art paper
38 8. Kop Surat
Gambar IV. 13 Kop Surat Keterangan
Ukuran : 21 x 29.7 Cm Material : Kertas HVS 80 gr Teknik Produksi : Cetak Offset 9. Nota dan Kwitansi
39 Gambar IV. 15 Kwitansi
Keterangan
Ukuran : 15 x 15 cm Material : Kertas NCR
40 DAFTAR PUSTAKA
Dian. & Kartika, D. (1995). Feng Shui Untuk Logo. Jakarta : Kompas Gramedia
Durianto, D., Sugiarto., & Budiman, J. (2004). Strategi Memimpin Pasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Komariah, Lilis (2005). Makanan Tradisional. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia .
Kotler, P., & Pfoertsch,W. (2006) B2B Brand Management. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.