• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah Dan Prediksi Produksi Dan Konsumsi Beras Di Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah Dan Prediksi Produksi Dan Konsumsi Beras Di Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI

SERDANG

SKRIPSI

M. SIDIK PRAMONO 110304078 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI

SERDANG

SKRIPSI

M. SIDIK PRAMONO 110304078 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Tavi Supriana, M. S ) (Ir. Sinar Indera Kesuma, M. Si) NIP.1964 1102 1989 03 2001 NIP. 1965 0926 1993 03 1002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

i

ABSTRAK

M. SIDIK PRAMONO (110304078) dengan judul skripsi “Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah dan Prediksi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Deli Serdang”, yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M. S dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M. Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang, untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang, dan untuk menganalisis produksi dan konsumsi beras Kabupaten Deli Serdang tahun 2015-2020 Kabupaten Deli Serdang. Metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (purposive). Metode pengumpulan data terdiri dari data sekunder dan primer. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Sampel yang digunakan adalah petani padi sawah yang pernah melakukan alih fungsi lahan sawah dan petani yang pernah menjual lahan sawah. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan metode ramalan (forecasting). Hasil penelitian menunjukkan dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir (tahun 2006-2014) luas lahan sawah telah berkurang sebesar 1.226 ha atau 0,51%. Alih fungsi lahan sawah menjadi komoditi lain dipengaruhi oleh irigasi yang kurang baik sebesar 73% dan teknik budidaya komoditi pengganti lebih mudah sebesar 27%. Penyebab petani menjual lahan sawah adalah harga yang ditawarkan tinggi (Rp 60.000.000-Rp 100.000.000 per rante) sebesar 40%, kebutuhan mendesak sebesar 20%, lokasi proyek sebesar 33%, dan lahan yang dimiliki terlalu kecil sebesar 7%. Jenis lahan sawah yang dialih fungsikan dan dijual adalah lahan sawah tadah hujan sebesar 53% dan lahan sawah irigasi sebesar 47%. Melalui metode analisis forecasting menunjukan bahwa produksi beras dan konsumsi beras pada tahun 2015 sampai tahun 2020 mengalami tren kenaikan. Perbandingan produksi beras dan konsumsi beras Kabupaten Deli Serdang menunjukan bahwa produksi beras masih mampu memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk.

(4)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Tanjung Morawa pada tanggal 21 Agustus 1993 dari ayah Didik Suprianto dan ibu Murniati. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 101888 Tahun 1999-2005.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2005-2008. 3. Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Tanjung Morawa Tahun 2008-2011. 4. Tahun 2011 masuk di Departemen Agribisnis FP USU melalui jalur ujian

tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2014 di desa Securai Selatan Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat.

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI

SERDANG”.

Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ayahanda tercinta Didik Suprianto dan Ibunda tercinta Murniati, yang telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta, kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun materil bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

iv

4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta kepada seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Agribisnis FP USU.

5. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada saya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh informan dan responden yang telah bersedia menjadi sampel pada penelitian ini.

7. Teman-teman yang telah bersedia menjadi pembahas utama dan pembahas bebas pada penelitian saya ini.

8. Teman-teman seperjuangan penulis di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, terima kasih atas dukungan, semangat dan bantuan yang telah kalian berikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015

(7)

v

1.2Identifikasi Masalah ... 4

1.3Manfaat Penelitian ... 5

1.4Kegunaan Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pertanian di Indonesia ... 6

2.2 Lahan Pertanian ... 8

2.3 Alih Fungsi Lahan Pertanian ... 9

2.3.1 Pola dan Karakteristik Alih Fungsi Lahan ... 10

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian ... 11

2.3.3 Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian ... 12

(8)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 26

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 Deskripsi Kecamatan Percut Sei Tuan ... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Laju Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Deli Serdang ... 34

5.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Alih Fungsi Lahan ... 37

5.3 Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Pangan ... 39

5.3.1 Analisis Forecasting ... 45

5.3.1.1 Analisis Forecasting Produksi Padi ... 45

5.3.1.2 Analisis Forecasting Pertumbuhan Penduduk ... 48

5.4 Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 55

6.2 Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

(9)

vii

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

1 Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (ha) Tahun 2009-2013 Provinsi Sumatera Utara

23

2 Jumlah Penduduk di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013 28 3 Luas Wilayah Dirinci per Desa di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun

2013

29

4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013

30

5 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006-2014 34 6 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2002-2014

40

7 Perubahan Luas Panen Dan Persentase Perubahan Luas Panen Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2002-2014

42

8 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Deli Serdang Selama 13 Tahun Terakhir (tahun 2002-2014)

44

9 Jumlah Konsumsi Beras Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008-2014 45 10 Total Proyeksi Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun

2015-2020

46

11 Jumlah Produksi Beras Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015-2020 48 12 Total Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2015-2020

49

13 Proyeksi Total Konsumsi Beras Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015-2020

50

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hal

1 Skema Kerangka Pemikiran 21

2 Luas Sawah Responden (diolah) 31

3 Jumlah Tanggungan Responden Tahun 2015 (diolah) 32 4 Pengalaman Bertani Responden Tahun 2015 (diolah) 33

5 Luas Lahan Sawah (diolah) 35

6 Penyebab Alih Fungsi (diolah) 36

7 Faktor Menjual Lahan Sawah (diolah) 38

8 Jenis Sawah yang Dialih Fungsikan dan Dijual (diolah) 39

9 Luas Panen Lahan Sawah (diolah) 43

(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Karakteristik Responden yang Mengalihfungsikan Lahan Sawah 2 Karakteristik Responden yang Menjual Lahan Sawah

3 Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Kecamatan (ha) 4 Proyeksi Produksi Padi

5 Proyeksi Produksi Padi Sampai Tahun 2020 6 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

7 Proyeksi Pertumbuuhan Penduduk Sampai Tahun 2020

8 Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang per Kecamatan

(12)

i

ABSTRAK

M. SIDIK PRAMONO (110304078) dengan judul skripsi “Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah dan Prediksi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Deli Serdang”, yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M. S dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M. Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang, untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang, dan untuk menganalisis produksi dan konsumsi beras Kabupaten Deli Serdang tahun 2015-2020 Kabupaten Deli Serdang. Metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (purposive). Metode pengumpulan data terdiri dari data sekunder dan primer. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Sampel yang digunakan adalah petani padi sawah yang pernah melakukan alih fungsi lahan sawah dan petani yang pernah menjual lahan sawah. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan metode ramalan (forecasting). Hasil penelitian menunjukkan dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir (tahun 2006-2014) luas lahan sawah telah berkurang sebesar 1.226 ha atau 0,51%. Alih fungsi lahan sawah menjadi komoditi lain dipengaruhi oleh irigasi yang kurang baik sebesar 73% dan teknik budidaya komoditi pengganti lebih mudah sebesar 27%. Penyebab petani menjual lahan sawah adalah harga yang ditawarkan tinggi (Rp 60.000.000-Rp 100.000.000 per rante) sebesar 40%, kebutuhan mendesak sebesar 20%, lokasi proyek sebesar 33%, dan lahan yang dimiliki terlalu kecil sebesar 7%. Jenis lahan sawah yang dialih fungsikan dan dijual adalah lahan sawah tadah hujan sebesar 53% dan lahan sawah irigasi sebesar 47%. Melalui metode analisis forecasting menunjukan bahwa produksi beras dan konsumsi beras pada tahun 2015 sampai tahun 2020 mengalami tren kenaikan. Perbandingan produksi beras dan konsumsi beras Kabupaten Deli Serdang menunjukan bahwa produksi beras masih mampu memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk.

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam kaitannya dengan sumber daya alam, dikenal istilah tanah dan lahan yang pengertiannya seringkali rancu. Sesungguhnya pengertian lahan lebih luas daripada tanah, sebagaimana dalam pengertian berikut ini. Sumber daya lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan vegetasi dimana pada batas-batas tertentu memengaruhi kemampuan penggunaan lahan (Rayes, 2007).

Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,seperti sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi. Di bidang pertanian, lahan merupakan sumber daya yang sangat penting, baik bagi petani maupun bagi pembangunan pertanian. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa di Indonesia kegiatan pertanian masih bertumpu pada lahan (land basedagriculture activities) (Ani, dkk., 2010).

(14)

lahan untuk kegiatan produksi lainnya. Hal ini menyebabkan sering terjadi benturan kepentingan dan alih fungsi lahan.

Konversi lahan pertanian tidak menguntungkan bagi pertumbuhan sektor pertanian karena dapat menurunkan kapasitas produksi dan daya serap tenaga kerja yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi pangan, dan pendapatan per kapita keluarga tani. Konversi lahan pertanian juga mempercepat proses marjinalisasi usaha tani sehingga menggerogoti daya saing produk pertanian domestik. Konversi lahan pertanian merupakan isu strategis dalam rangka pemantapan ketahanan pangan nasional, peningkatan kesejahteraan petani dan pengentasan kemiskinan, serta pembangunan ekonomi berbasis pertanian. Berbagai peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan sebenarnya telah diterbitkan pemerintah untuk mengendalikan konversi lahan pertanian namun pengalaman menunjukkan bahwa peraturan-peraturan tersebut kurang efektif. Pada masa pemerintahan otonomi daerah, peraturan-peraturan yang umumnya diterbitkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi, semakin kurang efektif karena pemerintah kabupaten/kotamadya memiliki kemandirian yang luas dalam merumuskan kebijakan pembangunannya (Simatupang, 2007).

(15)

Dengan jumlah penduduk yang cukup besar dan terus berkembang, baik jumlah dan pengetahuannya, sektor petanian diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup besar dan terus berkembang dalam jumlah, keragaman, dan mutumya. Telah menjadi kebijakan nasional untuk memenuhi sejauh mungkin kebutuhan konsumsi bangsanya dari produksi dalam negeri, karena secara politis Indonesia tidak tergantung kepada negara lain. Untuk itu sektor pertanian mengahadapi tantangan yang cukup kompleks. Tantangan ini juga terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Perkembangan sektor pertanian juga tidak terisolasi dari suasana reformasi dan segala dinamika aspirasi masyarakatnya dan perubahan tatanan pemerintahan ke arah desentralisasi, yang secara keseluruhan sedang mencari bentuknya (Suryana, 2003).

Masalah alih fungsi lahan dan ketahanan pangan merupakan dua masalah penting dalam pembangunan. Laju alih fungsi lahan yang sangat cepat akan berdampak langsung terhadap ketahanan pangan dalam jangka panjang. Konversi lahan pertanian diperkirakan akan semakin cepat apabila tidak ada langkah untuk mengendalikannya.

(16)

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pertanian tahun 2014. Selama periode 2009-2013 jumlah luas lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang mengalami alih fungsi sebesar 3.052 ha atau rata-rata 610,4 ha per tahun. Pada tahun 2009 luas lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang sebesar 45.534 ha dan pada tahun 2013 sebesar 42.482 ha. Dengan luas lahan sawah 42.482 ha pada tahun 2013, pengurangan luas lahan sawah akibat alih fungsi lahan mencapai 7,18% selama 5 tahun terakhir atau rata-rata 1,44% per tahun.

Apabila hal tersebut tidak diantisipasi, dikhawatirkan untuk beberapa tahun ke depan luas lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang terus mengalami pengurangan. Akibatnya, dengan luas lahan yang semakin berkurang akan berdampak pada jumlah produksi padi. Hal ini dapat menyebabkan ketersediaan beras di Kabupaten Deli Serdang akan berkurang. Permasalahan yang dikhawatirkan akan terjadi adalah masalah ketahanan pangan di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini mendorong peneliti untuk mengkaji secara mendalam mengenai luas laju alih fungsi lahan sawah, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan, dan bagaimana produksi dan konsumsi beras tahun 2015-2020 berdasarkan analisis forecasting serta perbandingan antara produksi dengan konsumsi beras tahun 2015-2020 di Kabupaten Deli Serdang.

1.2Identifikasi Masalah

1. Bagaimanakah laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang?

(17)

3. Bagaimana produksi dan konsumsi beras tahun 2015-2020 berdasarkan analisis forecasting serta perbandingan antara produksi dengan konsumsi beras tahun 2015-2020 di Kabupaten Deli Serdang?

1.3Manfaat Penelitian

1. Untuk menganalisis bagaimana laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk menganalisis produksi dan konsumsi beras tahun 2015-2020 berdasarkan analisis forecasting serta perbandingan antara produksi dengan konsumsi beras tahun 2015-2020 di Kabupaten Deli Serdang.

1.4Kegunaan Penelitian

1. Sebagai informasi bagi petani agar mereka dapat mempertimbangkan dalam mengambil keputusan untuk mengalihfungsikan lahan pertanian mereka. 2. Sebagai informasi dan refrensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan

dengan penelitian ini.

(18)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Pertanian di Indonesia

Dengan adanya kekayaan hayati dan Sumber Daya Alam (SDA) merupakan anugrah yang harus dibangun dan dilestarikan bukan justru kepunahan dan kehancuran alam. Dengan kekayaan hayati dan SDA Indonesia ditakdirkan sebagai negara yang cocok dalam bidang pembangunan pertanian yang tidak dipunyai oleh negara lain. Hanya bagaimana mengatur strategi pembangunan pertanian sehingga negara Indonesia mampu menjadi negara maju dengan dukungan kekayaan SDAnya. Perjalanan permbangunan pertanian Indonesia mengalami pasang surut yang sangat dilematis. Indonesia sebagai negara agrais yang harusnya mengedepankan pertanian sebagai fundamental pembangunan yang berkelanjutan, agaknya patah di jalan dan pemerintah berpaling pada eksplorasi dan pembangunan teknologi tinggi industri kapal terbang, yang melupakan pentingnya pertanian karena dianggap hasil pertanian terhadap produk domestik domestik bruto (PDB) kecil, yang akhirnya mengalami keterpurukan seluruh sendi perekonomian di Indonesia setelah terjadi resesi ekonomi pada tahun 1997 (Sukino, 2013).

(19)

ditempuh oleh pemerintah dan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian malah bermuara pada permasalahan yang sangat kompleks. Kebijakan-kebijakan tersebut hanya memberatkan para petani sebagai mayoritas pelaku di bidang pertanian. Upaya-upaya yang ditempuh dalam menyejahterakan kehidupan para petani dianggap belum berhasil. Karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak pada kaum petani dan cenderung merugikan petani (Husodo, et al., 2004).

(20)

2.2 Lahan Pertanian

Lahan mempunyai arti penting bagi masing-masing orang yang memanfaatkannya. Fungsi lahan bagi masyarakat sebagai tempat tinggal dan sumber mata pencaharian. Bagi petani, lahan merupakan sumber memproduksi makanan dan keberlangsungan hidup. Bagi investor swasta, lahan merupakan aset untuk mengakumulasikan modal. Bagi pemerintah, lahan merupakan kedaulatan suatu negara untuk kesejahteraan rakyatnya. Adanya banyak kepentingan yang saling terkait dalam penggunaan lahan ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih kepentingan antar masyarakat, petani, investor swasta, dan pemerintah dalam memanfaatkan lahan (Yudhistira, 2013).

Menurut Hanafie (2010), penggunaan lahan/tanah dalam usahatani tanaman padi adalah berupa lahan sawah. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (gelengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air yang biasanya ditanami padi sawah. Lahan sawah dibedakan menjadi:

a. Lahan sawah irigasi (berpengairan), yaitu lahan sawah yang mendapatkan air dari sistem irigasi, baik bangunan penyadap dan jaringannya yang dikelola oleh instansi pemerintah seperti Dinas Pengairan maupun oleh masyarakat. b. Lahan sawah tanpa irigasi (tak berpengairan) yang meliputi sawah tadah hujan

(21)

Semula fungsi utama lahan ialah untuk bercocok tanam padi, palawija, atau hortikultura. Kini dengan gencarnya industrialisasi, lahan-lahan produktif pertanian berubah menjadi pabrik-pabrik, jalan tol, permukiman, perkantoran, dan lain sebagainya. Jika dalam setahun alih fungsi lahan terdata sekitar 4.000 hektar, dalam lima tahun ke depan lahan produktif yang beralih fungsi mencapai 20.000 hektar (Suwandi, 2002).

2.3 Alih Fungsi Lahan Pertanian

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian, kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungan tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari. Menurut Irawan (2005), hal tersebut disebabkan oleh dua faktor.

Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.

(22)

perumahan pada awal tahun 1990-an. Pemerintah memberikan berbagai fasilitas untuk mendorong pembangunan wilayah. Laju alih fungsi lahan dari yang semula digunakan untuk pertanian menjadi perumahan dan industri tidak dapat dihindari. Departemen Pertanian sudah memperkirakan tantangan berat sektor pertanian terkait dengan keterbatasan lahan (Sudaryanto, 2002).

Fenomena alih fungsi lahan pertanian sudah menjadi perhatian semua pihak. Penelitian yang dilakukan Winoto (2005) menunjukkan bahwa sekitar 187.720 Ha sawah beralih fungsi ke penggunaan lain setiap tahunnya, terutama di Pulau Jawa. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan total lahan sawah beririgasi seluas 7,3 juta Ha dan hanya sekitar 4,2 juta Ha (57,6%) yang dapat dipertahankan fungsinya sedang sisanya sekitar 3,01 juta HA (42,4%) terancam beralih fungsi ke penggunaan lain.

2.3.1 Pola dan Karakteristik Alih Fungsi Lahan

(23)

alih fungsi ini akan baru terasa dalam jangka waktu yang lama. Kedua, alih fungsi lahan yang diawali dengan alih penguasaan lahan. Pemilik lahan menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha non pertanian. Para petani yang cenderung berpendapatan kecil akan menjual lahannya karena tergiur akan harga lahan yang ditawarkan oleh para investor. Secara empiris, alih fungsi lahan melalui cara ini umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi (pengkotaan). Dampak alih fungsi lahan terhadap eksistensi lahan pertanian dengan pola ini berlangsung cepat dan nyata.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian

Menurut Lestari (2009) proses alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu:

1. Faktor Eksternal.

Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.

2. Faktor Internal.

Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.

3. Faktor Kebijakan.

(24)

Menurut Soekartawi 2005 faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf kehidupan

2. Lokasi lahan pertanian yang strategis diminati untuk kegiatan non-pertanian 3. Fragmentasi lahan pertanian

4. Kepentingan pembangunan wilayah yang seringkali mengorbankan sektor pertanian

2.3.3 Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian

Dampak alih fungsi lahan sawah ke penggunaan nonpertanian menyangkut dimensi yang sangat luas. Hal itu terkait dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya, dan politik masyarakat. Arah perubahan ini secara langsung atau tidak langsung akan berdampak terhadap pergeseran kondisi ekonomi, tata ruang pertanian, serta prioritas-prioritas pembangunan pertanian wilayah dan nasional (Nasoetion dan Winoto, 1996).

(25)

2.4 Landasan Teori 2.4.1 Forecasting

Peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa diwaktu yang akan datang dasar pola-pola diwaktu yang lalu, dan menggunakan kebijakan terhadap proyeksi-proyeksi dengan polapola diwaktu yang lalu (Prasetyo, 2009). Peramalan atau forecasting merupakan metode untuk memperkirakan suatu nilai di masa depan dengan menggunakan data masa lalu. Peramalan diartikan juga sebagai ilmu yang memperkirakan kejadian yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Peramalan bukanlah suatu dugaan, peramalan menggunakan perhitungan matematis sebagai bahan pertimbangan.

Tujuan dari peramalan adalah meramalkan nilai nilai atau keadaan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Peramalan menggunakan metode deret waktu yang didasarkan nilai masa lalu dari suatu variable atau kesalahan peramalan dimasa lalu. Tujuan peramalan deret waktu ini adalah untuk menemukan pola dalam deret data historis dan digunakan untuk mengekstrapolasikan pola dalam deret data tersebut kedalam masa depan.

2.4.2 Teori Produksi

(26)

menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi. Seperti yang baru saja disebutkan, faktor-faktor produksi itu terdiri atas :

1. Tanah

Hal yang dimaksud dengan istilah land atau tanah di sni bukanlah sekadar tanah untuk ditanami atau untuk ditinggali saja, tetapi termasuk pula di dalamnya segala sumber daya alam (natural resource). Itulah sebabnya faktor produksi yang pertama ini sering kali pula disebut dengan sebutan natural resources disamping juga sering disebut land. Dengan demikian, istilah tanah atau land ini maksudnya adalah segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi dan berasal dan ataua tersedia di alam ini tanpa usaha manusia.

2. Tenaga Kerja

Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan istilah tenaga kerja manusia (labour) bukanlah semata-mata kekuatan manusia untuk mencangkul, menggergaji, bertukang, dan segala kegiatan fisik lainnya. Hal yang dimaksudkan di sini memanglah bukan sekedar tenaga kerja saja.

1. Modal

Barang-barang modal riil (real capital goods) adalah sebutan bagi modal, yang meliputi semua jenis barang yang di buat untuk menunjang kegiatan produksi barang-barang lain serta jasa-jasa.

2. Kecakapan Tata Laksana

(27)

(skill) merupakan sesuatu yang peranannya tidak sah lagi, tetapi sangat menentukan.

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).

2.4.3 Teori Konsumsi

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi beras adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Pendapatan

Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin tinggi pula daya belinya. Perubahan pendapatan akan mempengaruhi jumlah anggaran pengeluaran. Jika pendapatan menurun maka demikian pula tingkat pengeluaran akan menurun, sedangkan jika pendapatan meningkat maka demikian pula tingkat pengeluaran juga akan meningkat.

(28)

baik. Contoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah, biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas rendah/menengah (Khoirina, 2011).

2. Jumlah Anggota Keluarga

Besar kecilnya jumlah keluarga akan mempengaruhi pola konsumsinya. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika harus diberi makan dalam jumlah yang sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Suhardjo, 2008). 3. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Dalam memilih menu makan yang mempunyai kandungan energi dan protein yang memadai serta pemilihan komposisi jenis makanan yang tepat, diperlukan tingkat pengetahuan yang relatif tinggi, terutama tingkat pengetahuan kepala keluarga dan istri yang berperan sangat tinggi dalam menentukan keputusan konsumsi rumah tangga (Cahyaningsih, 2008).

4. Umur

(29)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan Ke Komoditi Perkebunan di Daerah Irigasi Namusira-sira, Kabupaten Langkat” oleh Matondang (2011) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan adalah luas lahan dan kecukupan air irigasi, perbedaan penerimaan yang diperoleh petani padi sawah, kakao, dan sawit, perkembangan harga padi, kakao, dan sawit.

Prakarsa (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang” menunjukkan hasil bahwa alih fungsi padi sawah yang terjadi di daerah Deli Serdang banyak beralih fungsi menjadi tanaman hortikultura; laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang tertinggi pada tahun 2004; dampak yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang terdapat perbedaan yang nyata antara produksi padi sawah sebelum terjadinya alih fungsi lahan dengan produksi padi sawah setelah adanya alih fungsi lahan; proyeksi luas lahan padi sawah maupun produksi di Deli Serdang cenderung menurun dalam kurun lima tahun sejak tahun 2010; faktor-faktor penarik maupun pendorong yang menyebabkan alih fungsi lahan padi sawah terjadi di daerah Deli Serdang yaitu irigasi yang tersedia tidak baik dan tidak menyediakan pengairan yang cukup bagi daerah tersebut.

(30)

luas lahan sawah dan produksi padi tahun 2017 adalah 42.969,09 ha dan 124.435,52 ton. Diproyeksikan sebesar 36.603,91 ha atau 46% luas lahan sawah yang dialihfungsikan dan diproyeksikan produksi beras akan berkurang sebesar 106.002,41 ton sejak tahun 2007. Dampak alih fungsi lahan sawah terhadap kecukupan pangan diproyeksikan menyebabkan defisit produksi beras sebesar 23.110,05 ton pada tahun 2007.

(31)

menurun akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang semakin tinggi.

2.6Kerangka Pemikiran

Lahan merupakan faktor terpenting dalam proses produksi pertanian. Kebutuhaan akan lahan yang semakin tinggi, menyebabkan alih fungsi lahan pertanian tidak dapat dielakkan. Ada banyak faktor yang menyebabkan alih fungsi lahan terus terjadi. Sehingga jumlah luas lahan terus mengalami penurunan tiap tahunnya. Nilai ekonomi yang diberikan dari sektor pertanian masih kalah bila dibandingkan dengan sektor industri misalnya. Akibatnya, lahan yang sebelumnya merupakan lahan sawah dialihfungsikan menjadi lahan industri.

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan antara lain, irigasi kurang baik dan budidaya komoditi pengganti lebih mudah. Sedangkan faktor petani menjual lahan sawah adalah harga yang ditawarkan tinggi, kebutuhan mendesak, lokasi proyek, dan lahan yang dimiliki terlalu kecil.

Laju alih fungsi lahan yang semakin meningkat, di khawatirkan produksi tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan konsumsi. Beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat, dan belum ada komoditi lain yang sepenuhnya dapat menggantikan.

(32)
(33)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Luas dan Laju Alih Fungsi Lahan Kabupaten Deli

Serdang

Faktor-Faktor Penyebab Alih Fungsi Lahan: 1. Irigasi kurang baik 2. Teknik budidaya 4. Lahan yang dimiliki

terlalu kecil

(34)

2.7 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(35)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive atau secara sengaja. Kabupaten Deli Serdang dipilih karena luas lahan sawah di daerah ini setiap tahunnya cenderung mengalami pengurangan.

Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Kabupaten/ Kota (ha) Tahun 2009-2013 Provinsi Sumatera Utara

No. Kabupaten/ Kota Total Lahan Sawah (Ha)

2009 2010 2011 2012 2013

JUMLAH 483.325 485.808 484.995 464.827 452.295

(36)

Dapat dilihat dari Tabel 1, Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah dengan pengurangan luas lahan terbesar pada tahun terakhir, yaitu dari tahun 2012-2013. Jumlah lahan yang berkurang dari tahun 2012-2013 sebesar 2.829 ha.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

snowball sampling. Teknik snowball sampling merupakan bentuk dari non probability sampling method. Metode ini dipilih karena jumlah populasi yang akan diteliti tidak diketahui secara pasti. Cara ini dilakukan dengan mencari sampel pertama dan mewawancarainya. Setelah itu peneliti meminta sampel pertama tadi untuk menunjukan orang lain yang sekiranya dapat diwawancarai sesuai dengan kriteria yang diinginkan, dan begitu pula seterusnya. Dalam hal ini populasi yang akan diteliti tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori, yaitu petani yang mengalihfungsikan lahan sawahnya dan petani yang menjual lahan sawahnya. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 orang. Menurut Juanda (2009), menyatakan bahwa jika tidak ada informasi mengenai ragam dari populasi maka ukuran sampel minimum yang menggunakan analisis data statistik adalah 30 responden dimana populasi dianggap menyebar normal.

3.3 Metode Pengumpulan Data

(37)

sawahnya. Alat wawancara yang digunakan berupa kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan substansi penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Ketahan Pangan (BKP), Dinas Pertanian (Distan), dan dinas terkait lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis laju alih fungsi lahan sawah dan faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang menggunakan metode analisis deskriptif. Dengan melihat keadaan yang terjadi di daerah penelitian khususnya mengenai kedaaan alih fungsi lahan. Metode analisis deskriptif digunakan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan dan interpretasi data dan informasi pada tabulasi data.

Untuk menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap ketahanan pangan tahun 2015-2020 di Kabupaten Deli Serdang diuji dengan metode ramalan (forecasting) dengan menggunakan analisa ekstrapolasi/tren.

Menurut Pasaribu (1967), setelah persamaan garis trend yang linier tersusun, kemudian dapat diramalkan garis trend linier untuk masa mendatang dengan persamaan berikut:

Y= a + Bx

Dimana: Y = Nilai untuk tahun yang diramalkan

X = Tahun yang diramalkan, yang dinotasikan dengan kode a = konstanta

(38)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional Defenisi

1. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati. Pada penelitian ini, lahan lahan pertanian yang diteliti adalah lahan sawah.

2. Luas lahan adalah luas lahan sawah yang dipakai untuk komoditi padi dimana termasuk lahan sawah teknis dan non teknis yang dihitung dalam satuan ha. 3. Alih fungsi lahan pertanian adalah peralihan fungsi lahan produktif dari sektor

pertanian menjadi non pertanian.

4. Laju alih fungsi lahan adalah persentase perubahan luas lahan sawah.

5. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan di Kabupaten Deli Serdang sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian dilakukan di Kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel penelitian adalah petani yang melakukan alih fungsi lahan sawah dan petani yang menjual lahan sawahnya.

(39)

27

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL

4.1 Deskripsi Kecamatan Percut Sei Tuan

Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79 km2 yang terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan. 5 Desa dari Wilayah Kecamatan merupakan Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut berkisar dari 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 243 persen. Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis dan Pantai Labu 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli dan Kota Medan 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Medan

Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai 18 Desa dan 2 Kelurahan dengan perincian sebagai berikut:

(40)

8. Kelurahan Medan Estate 18. Desa Tanjung Rejo 9. Desa Laut Dendang 19. Desa Tanjung Selamat 10.Desa Sampali 20. Desa Kenangan Baru

4.2 Kondisi Penduduk

Data dari tahun 2013, tercatat jumlah penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 405.434 jiwa. Lebih jelasnya mengenai keadaan jumlah penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013

No Desa Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1 Amplas 8.916 2,20

(41)

Dari Tabel 2 dapat kita lihat bahwa Desa Tembung merupakan desa dengan jumlah penduduk paling banyak yaitu 53.207 jiwa dengan persentase 13,12%. Sedangkan Desa Pematang Lalang merupakan desa dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu 1.678 jiwa dengan persentase 0,41%.

Tabel 3. Luas Wilayah dirinci per Desa di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013

Sumber: Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka, 2014

(42)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri 6.729 7,19

2 Pegawai Swasta 24.383 26,04

3 ABRI 491 0,52

4 Pertanian 13.010 13,90

5 Perdagangan 18.328 19,57

6 Buruh Tani 2.779 2,97

7 Lainnya 27.915 29,81

Jumlah 93.635 100,00

Sumber: Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka, 2014

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Percut Sei Tuan adalah Pegawai Swasta yaitu 24.383 jiwa (26,04%), sedangkan yang berprofesi sebagai ABRI adalah sebesar 491 jiwa (0,52%).

4.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden di daerah penelitian ini diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan kepada 30 responden yang termasuk dalam petani yang melakukan alih fungsi lahan padi sawah. Karakteristik umum tersebut terdiri dari luas sawah, jumlah tanggungan dan pengalaman bertani.

4.4 Luas Sawah

(43)

Gambar 2. Luas Sawah Responden (diolah)

Berdasarkan Gambar 2, luas sawah yang dialihfungsikan dan dijual oleh petani tergolong kecil. Sebanyak 87% responden mengalihfungsikan dan menjual sawah dengan luas kurang dari 1 ha, sedangkan sebanyak 10% responden mengalihfungsikan dan menjual sawah seluas 1 ha dan petani responden yang mengalihfungsikan dan menjual sawahnya dengan luas lebih dari 1 ha sebanyak 3%.

4.5 Jumlah Tanggungan

Upaya untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga mempengaruhi petani untuk melakukan alih fungsi dan menjual lahan sawahnya. Adapun sebaran jumlah tanggungan petani dimulai dari 0-5 jiwa per keluarga. Pada tahun 2015, jumlah tanggungan keluarga petani yang dijadikan responden dapat dilihat pada Gambar 3.

87% 10%

3%

Luas Sawah

< 1 ha

1 ha

(44)

Gambar 3. Jumlah Tanggungan Responden Tahun 2015 (diolah)

Gambar 3 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 sebanyak 53% petani yang pernah melakukan alih fungsi dan menjual lahan sawah memiliki tanggungan sebanyak 2-3 jiwa. Sebanyak 37% responden memiliki jumlah tanggungan kurang dari 2 jiwa dan 10% memiliki tanggungan lebih dari 3 jiwa.

4.6 Pengalaman Bertani

Sebagian besar penduduk di lokasi penelitian berprofesi sebagai petani. Kebanyakan dari mereka sudah bertani atau membantu orang tua di sawah sejak kecil. Bertani merupakan pekerjaan yang telah dilakukan secara turun-temurun oleh petani di daerah penelitian.

37%

53%

10%

Jumlah Tanggungan

<2

2-3

(45)

Gambar 4. Pengalaman Bertani Responden Tahun 2015 (diolah)

Berdasarkan Gambar 4 diperoleh bahwa pengalaman bertani yang dimiliki oleh petani di daerah penelitian tergolong cukup lama. Sebanyak 70% responden telah bertani selama 10-30 tahun. Ada pula yang memiliki pengalaman bertani dibawah 10 tahun yaitu sebanyak 17% dan sebanyak 13% responden telah bertani selama lebih dari 30 tahun.

17%

70% 13%

Lama Bertani

< 10

10-30

(46)

34

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Laju Alih Fungsi Lahan Sawah di Kabupaten Deli Serdang

Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Lahan Sawah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006-2014

Tahun Luas Lahan Sawah

(Ha)

Perubahan Luas Lahan Sawah

Luas (ha) Persentase (%)

Sumber: Statistik Luas Lahan Sawah & Dinas Pertanian, 2015 (Data Diolah)

(47)

Gambar 5. Luas Lahan Sawah (diolah)

Luas lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir telah berkurang sebesar 1.226 ha atau 2,51%. Penurunan luas lahan sawah terbesar terjadi pada periode 2012-2013, yaitu sebesar 2.829 ha atau 6,24%. Meskipun dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir terus mengalami fluktuatif, tetapi pada periode 2011-2014 luas lahan sawah terus mengalami penurunan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Salah satuhnya adalah ketersedian air yang kurang mendukung terutama untuk jenis lahan sawah tadah hujan. Jenis sawah tadah hujan yang sepenuhnya mengandalkan air hujan sebagi sumber irigasi kurang produktif terutama pada musim kemarau. Apalagi pada saat ini kondisi alam yang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi musim hujan atau musim kemarau.

Selain itu faktor lain penyebab terjadinya alih fungsi lahan di Kabupaten Deli Serdang adalah adanya peraturan pemerintah daerah mengenai Kawasan Industri Medan (KIM). Sebagai contoh di Kecamatan Percut Sei Tuan ada desa yang telah

42000

2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016

Luas Lahan Sawah (ha)

(48)

masuk ke dalam kawasan Industri medan tersebut. Banyak lahan sawah dialih fungsikan menjadi pabrik dan pergudangan. Sehingga harga lahan di daerah tersebut meningkat dan secara tidak langsung merangsang petani untuk menjual lahan sawahnya.

5.2 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Alih Fungsi Lahan

Dari hasil wawancara ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah, yaitu irigasi kurang baik dan teknik budidaya pengganti lebih mudah. Irigasi yang kurang baik menyebabkan mereka memilih untuk mengganti ke komoditi lain yang lebih menguntungkan dan teknik budidaya yang lebih mudah.

Gambar 6. Penyebab Alih Fungsi (diolah)

Dari Gambar 6 diketahui bahwa irigasi yang kurang baik menjadi faktor utama yaitu sebesar 73% dan teknik budidaya komoditi pengganti sebesar 27%.

1. Irigasi yang kurang baik

Irigasi yang baik merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan apabila ingin melakukan usahatani padi. Jika lahan yang dimiliki tidak

73% 27%

Penyebab Alih Fungsi

Irigasi Kurang baik

(49)

mempunyai irigasi yang tidak atau kurang baik, maka petani cenderung mempertimbangkan untuk melakukan alih fungsi lahan ke komoditi lain yang dalam pembudidayaannya tidak bergantung kepada irigasi.

2. Biaya dan tingkat kesulitan teknik budidaya komoditi pengganti lebih rendah Input produksi yang diperlukan dalam usahatani padi sangatlah intensif misalnya tenaga kerja. Jika budidaya padi tidak dilakukan dengan intensif, maka produksi yang dihasilkan tidak optimal. Tenaga kerja yang intensif juga berdampak kepada biaya tenaga kerja yang cukup tinggi. Petani juga memiliki keterbatasan dalam memenuhi biaya tenaga kerja tersebut. Hal ini membuat petani mencari komoditi lain yang biaya input produksi dan tingkat kesulitan dalam mengusahakannya jauh lebih rendah.

Selain itu proses jual beli lahan sawah kepada pihak lain yang umumnya bukan petani juga dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi. Pihak lain tersebut melakukan alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain seperti pabrik, perumahan, pergudangan, infrastruktur, dan lain-lain.

Dari hasil wawancara dengan respoden, diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah melaui proses jual beli adalah: 1. Harga yang ditawarkan tinggi

2. Kebutuhan mendesak 3. Lokasi proyek

(50)

Gambar 7. Faktor Menjual Lahan Sawah (diolah)

Dari Gambar 7 dapat dilihat faktor-faktor yang menyebabkan lahan sawah dijual. Pertama, harga lahan sawah yang ditawarkan tinggi (Rp 60.000.000-Rp 100.000.000 per rante), pembangunan pergudangan dan pabrik sebagai sarana pendudukung aktivitas ekonomi sehingga membuat harga lahan sawah terus meningkat. Tingginya harga lahan sawah ini mendorong pemilik lahan untuk menjual lahannya. Kedua, kebutuhan yang semakin mendesak. Tingkat kesejahteraan pemilik lahan sawah yang rendah dan kebutuhan biaya hidup yang semakin besar menjadi dorongan petani untuk menjual lahan sawahnya. Ketiga, pembangunan lokasi proyek. Dengan adanya pembangunan lokasi proyek menyebabkan banyak lahan sawah yang di jual. Hal tersebut menyebabkan pemilik lahan sawah mau tidak mai juga menjual lahan sawahnya karena sawah-sawah di sekitar sudah dijual. Keempat, Lahan yang dimiliki terlalu kecil. Kecilnya lahan sawah yang dimiliki menyebabkan hasil yang didapat juga tidak

40%

20% 33%

7%

Faktor Menjual Lahan

Harga yang Ditawarkan Tinggi

Kebutuhan Mendesak

Lokasi Proyek

(51)

terlalu besar. Petani lebih memilih untuk menjual lahannya daripada mengusahakan sawahnya.

Dari hasil wawancara dengan responden juga diketahui bahwa lahan sawah yang dialih fungsikan ataupun dijual adalah lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan.

Gambar 8. Jenis Sawah yang Dialih Fungsikan dan Dijual (diolah) Dari Gambar 8 diketahui lahan sawah tadah hujan lebih banyak diallih fungsikan atau di jual yaitu sebesar 53%. Lahan sawah yang tidak beririgasi menyebabkan petani sering kesulitan mendapatkan air terutama ketika musim kemarau tiba. Hal ini menyebabkan mereka lebih memilih untuk menjual atau mengganti komoditi lain yang lebih menguntungkan dan lebih mudah dalam hal teknis budidayanya.

5.3Produksi dan Konsumsi Beras Tahun 2015-2020 Berdasarkan Analisis

Forecasting Serta Perbandingan Antara Produksi dengan Konsumsi

Beras Tahun 2015-2020 di Kabupaten Deli Serdang

Dengan terjadinya alih fungsi lahan sawah, secara tidak langsung juga mengakibatkan perubahan luas panen. Luas panen padi sawah, produksi, dan

47%

53%

Jenis Sawah

Irigasi

(52)

produktifitas selama 13 tahun terakhir (tahun 2002-2003) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2002-2014

Tahun Luas Panen

Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2014 dan Dinas Pertanian, 2015

Berdasarkan data yang diperoleh, luas panen padi sawah di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu 13 tahun terakhir (tahun 2002-2014) terus mengalami fluktuasi. Hal ini juga berdampak pada jumlah produksi yang juga mengalami fluktuasi.

(53)

tersebut sebesar 979 ha dan jumlah produksi berkurang sebesar 4.588 ton. Hal yang sama juga terjadi pada periode 2013-2014, total luas panen berkurang sebesar 4.815 ha dan jumlah produksi berkurang sebesar 25.130 ton.

Peningkatan luas lahan yang juga diikuti peningkatan jumlah produksi terjadi pada periode 2005-2007, jumlah luas panen meningkat sebesar 2.686 ha dan jumlah produksi meningkat sebesar 30.336 ton. Pada periode 2008-2010 jumlah luas panen meningkat sebesar 11.213 ha dan jumlah produksi meningkat sebesar 59.942 ton.

Selain itu, terjadi penurunan luas panen tetapi jumlah produksi meningkat. Pada periode 2004-2005 terjadi penurunan luas panen sebesar 1.079 ha, akan tetapi terjadi peningkatan jumlah produksi sebesar 26.635 ton. Hal yang sama juga terjadi pada periode 2010-2013, jumlah luas panen berkurang sebesar 4.841 ha dan jumlah produksi meningkat sebesar 6.565 ton. Hal ini terjadi karena program intensifikasi lahan yang dilakukakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang.

(54)

Tabel 7. Perubahan Luas Panen Dan Persentase Perubahan Luas Panen Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2002-2014

Tahun Luas Panen

(Ha)

Perubahan Luas Panen

Luas (Ha) Persentase (%)

Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 7, pada kurun waktu 13 tahun terakhir (tahun 2002-2014) luas panen di Kabupaten Deli Serdang telah berkurang sebesar 12.834 ha. Penurunan luas panen sawah terbesar terjadi pada periode 2002-2003 yaitu sebesar 11.380 ha atau 12,97 %. Hal tersebut berbanding lurus dengan jumlah produksi padi. Pada tahun 2002 jumlah produksi padi sebesar 399.355 ton berkurang menjadi 344.902 ton pada tahun 2003. Terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 54.453 ton atau 13,63 %.

(55)

bertambah menjadi 441.897 ton pada tahun 2010. Terjadi penambahan jumlah produksi sebesar 52.300 ton atau 13,42 %.

Meskipun selama 13 tahun terakhir luas panen terus berfluktuatif, akan tetapi pada periode 2010-2014 terjadi tren penurunan luas lahan sawah. Grafik fluktuasi luas panen padi sawah di Kabupaten Deli Serdang disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Luas Panen Lahan Sawah (diolah)

Untuk menganalisis permintaan beras di Kabupaten Deli Serdang dilakukan dengan menghitung jumlah penduduk dan konsumsi beras penduduk per kapita. Jumlah penduduk di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu 13 tahun terakhir (tahun 2002-2014) dapat dilihat pada Tabel 8.

50000 55000 60000 65000 70000 75000 80000 85000 90000 95000 100000

2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

Luas Panen Sawah (Ha)

(56)

Tabel 8. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Deli Serdang Selama 13 Tahun Terakhir (tahun 2002-2014)

Tahun Jumlah Penduduk

(orang)

Sumber: Deli Serdang Dalam Angka, 2015 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 8, dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu 13 tahun terakhir (tahun 2002-2014) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk pada tahun 2002 sebesar 1.461.823 orang meningkat menjadi 1.984.598 orang pada tahun 2014. Rata-rata pertambahan penduduk selama 13 tahun terakhir sebesar 43.565 orang atau 2,59% per tahun.

(57)

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, jumlah konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang juga ikut meningkat. Hal ini dapat dibuktikan oleh Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Konsumsi Beras Kabupaten Deli Serdang Tahun Jumlah

Sumber: Olahan Data Sekunder, 2015

Dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahun, jumlah konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang juga ikut meningkat. Rata-rata setiap tahunnya jumlah konsumsi beras meningkat sebesar 1,69%. Meskipun konsumsi per kapita penduduk Kabupaten Deli Serdang menurun pada tahun 2014, akan tetapi jumlah penduduk yang meningkat pada tahun yang sama menyebabkan jumlah konsumsi beras juga meningkat dari tahun sebelumnya.

5.3.1 Analisis Forecasting

5.3.1.1 Analisis Forecasting Produksi Padi

Produksi padi dari tahun 2015 sampai tahun 2020 diperoleh dengan analisis

(58)

Ŷ= 398.232 + 8.327,1X

Dari persamaan yang diperoleh maka dapat diketahui produksi padi untuk tahun 2015–2020 dengan menggantikan nilai x di persamaan dengan nilai x yang telah ditentukan untuk tahun tersebut. Persamaan yang diperoleh menunjukkan adanya

trend meningkat. Proyeksi produksi padi Kabupaten Deli Serdang untuk tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 dapat dilihat dari Tabel 10..

Tabel 10. Total Proyeksi Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015-2020

(59)

Pada tahun 2015 jumlah produksi padi sebesar 456.521,7 ton dan terus meningkat hingga tahun 2020 sebesar 498.157,2 ton. Grafik produksi padi Kabupaten Deli Serdang dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Produksi Padi (diolah) 0

100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000

2000 2005 2010 2015 2020 2025

Produksi Padi

(60)

Jumlah produksi beras di Kabupaten Deli Serdang untuk tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Produksi Beras Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015-2020

No. Tahun Produksi Padi (ton) Produksi Beras (ton)

1 2015 456.521,7 296.739,105

2 2016 464.848,8 302.151,720

3 2017 473.175,9 307.564,335

4 2018

481.503,0 312.976,950

5 2019 489.829,0 318.388,850

6 2020

498.157,2 323.802,180

Setelah jumlah produksi padi diketahui, dengan tingkat rendemen sebesar 65% (Tingkat rendemen padi rata-rata berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Deli Serdang) dianggap tetap maka dapat diketahui jumlah produksi beras tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Jumlah produksi beras dari tahun 2015 hingga tahun 2020 terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah produksi padi. Produksi beras pada tahun 2015 sebesar 296.739,105 ton meningkat hingga 323.802,180 ton pada tahun 2020.

5.3.1.2 Analisis Forecasting Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dari tahun 2015 sampai tahun 2020 diperoleh dengan analisis forecasting menggunakan data jumlah penduduk dari tahun 2002-2014, data tersebut diolah dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Sehingga diperoleh persamaan trend linier:

(61)

Dari persamaan yang diperoleh maka dapat diketahui jumlah penduduk untuk tahun 2015-2020 dengan menggantikan nilai x di persamaan dengan nilai x yang telah ditentukan untuk tahun tersebut. Persamaan yang diperoleh menunjukkan adanya trend meningkat. Proyeksi pertumbuhan penduduk Kabupaten Deli Serdang untuk tahun 2015 samapi dengan tahun 2020 dapat dilihat dari Tabel 12. Tabel 12. Total Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2015-2020

No. Tahun X Jumlah Penduduk

(orang)

1 2015 7 1.996.686,28

2 2016 8 2.037.626,99

3 2017 9 2.078.567,70

4 2018 10 2.119.508,41

5 2019 11 2.160.449,12

6 2020 12

2.201.389,83

Melalui metode forecasting, maka didapat jumlah penduduk dari tahun 2015 sampai tahun 2020. Dari Tabel 12, dapat dilihat jumlah penduduk di Kabupaten Deli Serdang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan di tahun 2016 jumlah penduduk telah menembus angka 2 juta orang dan terus meningkat sampai tahun 2020 sebesar 2.201.389,83 orang.

(62)

Tabel 13. Proyeksi Total Konsumsi Beras Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015-2020

No Tahun Jumlah Penduduk (orang) Konsumsi Beras (ton)

1 2015 1.996.686,28 262.843,782

2 2016 2.037.626,99 268.233,217

3 2017 2.078.567,70 273.622,652

4 2018 2.119.508,41 279.012,087

5 2019 2.160.449,12 284.401,522

6 2020 2.201.389,83 289.790,957

Dengan rata-rata konsumsi per kapita penduduk Kabupaten Deli Serdang sebesar 131,64 kg/tahun (konsumsi beras rata-rata di Kabupaten Deli Serdang berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Deli Serdang) dianggap tetap maka diperoleh total jumlah konsumsi beras Kabupaten Deli Serdang. Dapat kita ketahui pada tabel di atas, jumlah konsumsi beras terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk tiap tahunnya. Rata-rata konsumsi beras meningkat di atas 5000 ton setiap tahun.

Jumlah konsumsi beras pada tahun 2015 sebesar 262.843,782 meningkat hingga 289.790,957 ton pada tahun 2020. Selama periode 2015-2020 diproyeksikan jumlah konsumsi beras meningkat sebesar 26.947,175 ton.

(63)

Tabel 14. Selisih Produksi Beras Dan Konsumsi Beras Tahun 2015-2020

2015 456.521,7 296.739,105 1.996.686,28 262.843,782 33.896.323 2016 464.848,8 302.151,720 2.037.626,99 268.233,217 33.918,503 2017 473.175,9 307.564,335 2.078.567,70 273.622,652 33.941,683 2018 481.503,0 312.976,950 2.119.508,41 279.012,087 33.964,863 2019 489.829,0 318.388,850 2.160.449,12 284.401,522 33.987,328 2020 498.157,2 323.802,180 2.201.389,83 289.790,957 34.011,223

Dari Tabel 14 dapat dilihat pada tahun 2015 jumlah produksi beras lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi beras. Selisih antara produksi dengan jumlah konsumsi beras sebesar 33.896.323 Ton. Sehingga, jumlah yang diproduksi mampu memenuhi jumlah yang dikonsumsi.

Pada tahun 2016 jumlah produksi beras lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah konsumsi beras. Selisih antara produksi dengan jumlah konsumsi beras sebesar 33.918,503 ton. Sehingga, jumlah yang diproduksi mampu memenuhi jumlah yang dikonsumsi.

Pada tahun 2017 jumlah produksi beras lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah konsumsi beras. Selisih antara produksi dengan jumlah konsumsi beras sebesar 33.941,683 ton. Sehingga, jumlah yang diproduksi mampu memenuhi jumlah yang dikonsumsi.

(64)

33.964,863 ton. Sehingga, jumlah yang diproduksi mampu memenuhi jumlah yang dikonsumsi.

Pada tahun 2019 jumlah produksi beras lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah konsumsi beras. Selisih antara produksi dengan jumlah konsumsi beras sebesar 33.987,328 ton. Sehingga, jumlah yang diproduksi mampu memenuhi jumlah yang dikonsumsi.

Pada tahun 2020 jumlah produksi beras lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah konsumsi beras. Selisih antara produksi dengan jumlah konsumsi beras sebesar 34.011,223 ton. Sehingga, jumlah yang diproduksi mampu memenuhi jumlah yang dikonsumsi.

Produksi beras yang semakin meningkat diakibatkan oleh produktivitas padi sawah yang semakin meningkat dan juga tingkat rendemen padi yang tinggi. Sehingga untuk 6 tahun ke depan (tahun 2015-2020) produksi beras masih mampu memenuhi kebutuhan konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang.

5.4 Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang

(65)

Adapun program yang dilakukan adalah penggunaan bibit unggul, perbaikan irigasi, pemakaian pupuk berimbang, pemberantasan hama dan penyakit, Penggunaan ALSINTAN, metode penanaman SRI dan Legowo.

1. Penggunaan Bibit Unggul

Benih dan varietas unggul padi sawah memiliki keunggulan khusus seperti potensi

hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap cekaman

lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya. Varietas unggul mampu

meningkatkan produksi dan produktivitas padi.

Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi

perkembangan pertanian padi sawah di Kabupaten Deli Serdang, diantaranya

pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga panen menjadi serempak,

rendemen lebih tinggi, mutu hasil lebih tinggi dan sesuai dengan selera

konsumen, dan tanaman akan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap

gangguan hama dan penyakit dan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan

sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan pestisida.

Beberapa varietas unggul yang digunakan di Kabupaten Deli Serdang yaitu

Banyuasin, Towuti, Dendang, Ciherang, Cibogo, Diahsuci.

2. Perbaikan Irigasi

(66)

3. Pemakaian Pupuk Berimbang

Penggunaan pupuk yang tepat guna dapat meningkatkan produksi padi. Berdasarkan Permentan No. 40 tahun 2007 maka secara rinci rekomendasi pemupukan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara yang merupakan sentra tanaman padi sawah dan memiliki luas areal, produksi dan produktivitas tertinggi di Sumatera Utara disajikan per kecamatan (lampiran 8).

4. Pemberantasan Hama dan Penyakit

5. Penggunaan ALSINTAN

Penggunaa Asintan dapat membantu kinerja petani dalam usaha tani padi mereka. Seperti penggunan traktor, pengolahan tanah menjadi lebih cepat dan olahan tanah juga lebih merata sehingga hasil produksi lebih optimal.

6. Sistem tanam SRI dan Legowo

Menggunakan sistem tanam yang baik dapat meningkatkan jumlah produksi yang signifikan, diantaranya sistem tanam Legowo dan SRI. Seabagai contoh sistem tanam legowo yang telah di terapkan di Kabupaten Deli Serdang adalah kecamatan sunggal. Petani telah menerapkan sistem tanam yang dianjurkan Dinas Pertanian tersebut dengan kenaikan produksi sebanyak 6,5 ton/ha. Sistem tersebut lebih baik bila dibandingkan dengan sistem tanam secara konvensional.

(67)

55

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Luas lahan sawah di Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir (tahun 2006-2014) telah berkurang sebesar 1.226 ha atau 0,51%. Penurunan luas lahan sawah terbesar terjadi pada periode 2012-2013, yaitu sebesar 2.829 ha atau 6,24%.

2. Ada 2 faktor yang menyebabkan petani melakukan alih fungsi lahan sawah menjadi komoditi lain. Pertama irigasi kurang baik sebesar 73%. Kedua teknik budidaya komoditi pengganti lebih mudah sebesar 27%. Serta 4 faktor yang menyebabkan petani menjual lahan sawahnya untuk dialih fungsikan. Pertama harga yang ditawarkan tinggi (Rp 60.000.000-Rp 100.000.000 per rante) sebesar 40%. Kedua kebutuhan mendesak sebesar 20%. Ketiga lokasi proyek sebesar 33%. Keempat lahan yang dimiliki terlalu kecil sebesar 7%.

3. Produksi beras dan konsumsi beras pada tahun 2015 sampai tahun 2020 sama-sama mengalami tren kenaikan. Produksi beras masih mampu memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Kabupaten Deli Serdang.

6.2 Saran

1. Kepada pemerintah diharapkan membuat suatu kebijakan yang dapat mengurangi laju alih fungsi lahan sawah dan perlu dilakukakan perbaikan irigasi yang merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya alih fungsi.

(68)
(69)

DAFTAR PUSTAKA

Ani, S. W., Catur TB, Joko Purwanto, Rhina Uchyani F. 2010. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Sektor Non Pertanian Terhadap Ketersediaan Beras Di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Cahyaningsih, R. 2008. Analisi Pola Konsumsi Pangan di Propinsi Jawa Barat.

Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dewan Ketahanan Pangan. 2010. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014.

Ginting, M. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Padi Sawah Terhadap Pendapatan Petani. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Andi, Yogyakarta. Husodo, S. Y., etal. 2004. PertanianMandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah : Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya, dan Faktor Determinan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Irsalina, S. 2010. Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah Di Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Juanda B . 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. Lestari, T., 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani.

Makalah Kolokium. Deprtemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Msyarakat tanggal 21 April 2009. Intitut Pertanian Bogor.

Matondang, C. M. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan Ke Komoditi Perkebunan di Daerah Irigasi Namusira-sira, Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nasoetion, L,I, dan Winoto, J. 1996. Masalah alih fungsi lahan pertanian dan dampaknya terhadap keberlangsungan swasembada pangan. Prosiding Lokakarya: Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dan Ford Fondation.Jakarta.

(70)

Prakarsa, E. B. 2010. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Prasetyo, B., dan Lina, M.J. 2009. Metode Penelitian Kuantitati Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers.Jakarta.

Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi Offset. Yogyakarta.

Rosyidi, S. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Edisi Revisi. Rajawali Pers. Jakarta. Simatupang, P, dan Irawan, B, 2007. Pengendalian Konversi Lahan Pertanian:

Tinjauan Ulang Kebijakan Lahan Pertanian Abadi. Pusat Penelitian dan pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Siregar, Y. Y. 2011. Analisis Konversi Lahan Pertanian Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sudaryanto, E, 2002. Konversi Lahan dan Produksi Pangan Nasional. Direktorat

Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Jakarta.

Suhardjo, 2008. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakata.

Sukino. 2013. Membangun Pertanian Dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Sukirno, S. 2004. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen dan Penerapannya Dalam Pemasaran.

Ghalia Indonesia. Bogor.

Sumaryo, S Tahlim. 2005. Pemahaman Dampak Negatif Konversi Lahan Sawah Sebagai Landasan Perumusan Strategi Pengendaliannya. Prosiding Seminar Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian Pertanian Abadi. LPPM IPB. Bogor.

Suwandi, A.,2002. Penggusuran Lahan Pertanian Produktif.

Tambunan, T.T.H. 3003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta.

(71)

Widjanarko, dkk, 2006. Aspek Pertahanan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertnian (Sawah). Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan BPN. Jakarta.

Winoto, J. 2005. Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi Tanah Pertanian dan Implementasinya. Kerjasama Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Institut Pertanian Bogor). Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Kabupaten/ Kota (ha)
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2013
Tabel 3. Luas Wilayah dirinci per Desa di Kecamatan Percut Sei Tuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju alih fungsi lahan yang terjadi didaerah penelitian, untuk mengetahui proyeksi luas lahan sawah dan produksi padi di

produksi padi di Jawa Timur, maka variabel bebas alih fungsi lahan sawah. digunakan untuk membentuk garis regresi fungsi

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi pada lahan sawah irigasi Kabupaten Deli Serdang dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal.. Dalam penelitian

Pengaruh alih fungsi lahan sawah terhadap perubahan produksi padi di Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun 2003-2012.. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Hasil yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.. Harga lahan yang ditawarkan cukup

Berdasarkan hasil dari uji beda rata-rata dinyatakan alih fungsi lahan memiliki dampak negative terhadap perubahan produksi padi sawah di daerah penelitian berarti

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi produksi padi pada lahan sawah irigasi Kabupaten Deli Serdang dalam aras pencapaian produksi padi yang maksimal.. Dalam penelitian

Prakarsa (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Produksi Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang” menunjukkan hasil bahwa alih fungsi padi sawah