DRAFT
OLEH
ZULTIX LAS RISANTA 100308079
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
DRAFT
OLEH :
ZULTIX LAS RISANTA 100308079
Draft sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar hasil penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
( Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si ) (Achwil Putra Munir, STP, M.Si )
Vertikal, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan ACHWIL PUTRA MUNIR.
Proses pemasakan lemang merupakan pengolahan hasil pertanian tahap lanjut yang sangat sederhana dan memiliki beberapa kelemahan yang dapat diminimalisir dalam pengolahannya. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak keripik biji-bijian. Parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, uji organoleptik dan analisis ekonomi.
Dari hasil penelitian diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 1,42 kg/jam. Organoleptik dikategorikan rata-rata tingkat warna sebesar 2,9 (suka), bentuk pada skala 3,1 (suka), aroma pada skala 2,9 (suka), rasa pada skala 3,3 (suka), keempukan dan pada skala 3,5 (empuk). Analisis ekonomi, biaya pokok sebesar Rp. 4.113,2/kg. Nilai titik impas (BEP) 42,13 kg/tahun. Internal rate of return
(IRR) adalah sebesar 10,87%.
Kata kunci: Ketan putih, lemang, listrik, pemanas, tabung lemang.
ABSTARACT
ZULTIX LAS RISANTA: Design and construction of Lemang’s electrics type of vertical,. supervisied by SAIPUL BAHRI DAULAY and ACHWIL PUTRA MUNIR. The process to cook lemang’s about resuct processing agriculture for next step was very simple and have weakness but we could minimization for the process this. The purpose of this research was design, build, test and analyze the economic value of lemang electric cook.
Based on this research it was summarized that the effective capacity, of the equipment was 1,42 kg/hour. The color was categorized for the average 2,9 (like), the formed for scale 3,1 (like), aroma for the scale 2,9 (like) and taste for the scale 3,3 (like) crispy for the scale 3,5 (crispy). Economic analysis was as follows for the basic cast 4.113,2/kg. brak event point (BEP) 42,13 kg/years. Internal of retrun (IRR) was 10,87%.
RIWAYAT HIDUP
Zultix Las Risanta dilahirkan di Binjai, pada tanggal 13 April 1993 dari
ayah Suriadi dan ibu Suria Welyanti. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara.
Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Gadjah Mada Binjai dan tahun
2010 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Mandiri. Penulis memilih
Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Ikatan
Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA)
Pada Tahun 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Pabrik kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Pulu Raja, Asahan. Kemudian pada tahun
2014 mengadakan penelitian skripsi dengan judul “Rancang Bangun Alat
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Draft ini berjudul “Rancang Bangun Alat Pemasak Lemang Listrik Tipe
Vertikal” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian
di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada
Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan draft ini.
Penulis menyadari bahwa draft ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga draft ini
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Maret 2015
KATA PENGANTAR ... i
Bahan Pembungkus Makanan ... 7
Pengolahan Makanan ... 8
Tujuan Penggunaan Alat Mesin Pertanian ... 9
Komponen Alat
Mekanisme Pembuatan Alat ... 12
Prinsip Kerja Alat ... 14
Kapasitas Kerja Alat ... 14
Uji Organoleptik... 15
Analisis Ekonomi ... 16
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 22
Bahan dan Alat Penelitian ... 22
Metodelogi Penelitian ... 22
Prosedur Penelitian ... 24
Parameter Penelitian Kapasitas alat ... 24
Uji organoleptik ... 24
Analisis ekonomi ... 25
Uji Organoleptik... 31
Analisis Ekonomi ... 32
Biaya pemakaian alat ... 32
Break event point ... 32
Net present value ... 33
Internal rate of retrun ... 33
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN ... 35
SARAN ... 35
No Hal 1. Uji organoleptik penerimaan keseluruhan ... 25
2. Kapasitas alat ... 31
1. Flow chart pelaksanaan penelitian ... 38
2. Spesifikasi alat pemasak lemang tipe vertikal ... 40
3. Rancangan teknis komposisi alat pemasak lemang tipe vertikal ... 41
4. Data pengamatan kapasitas alat ... 44
5. Biaya pemakaian alat ... 45
6. Biaya produksi ... 46
7. Break event point ... 48
8. Net present value ... 49
9. Internal rate of return ... 51
10.Gambar alat ... 54
11.Komponen alat ... 56
Vertikal, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan ACHWIL PUTRA MUNIR.
Proses pemasakan lemang merupakan pengolahan hasil pertanian tahap lanjut yang sangat sederhana dan memiliki beberapa kelemahan yang dapat diminimalisir dalam pengolahannya. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak keripik biji-bijian. Parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, uji organoleptik dan analisis ekonomi.
Dari hasil penelitian diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 1,42 kg/jam. Organoleptik dikategorikan rata-rata tingkat warna sebesar 2,9 (suka), bentuk pada skala 3,1 (suka), aroma pada skala 2,9 (suka), rasa pada skala 3,3 (suka), keempukan dan pada skala 3,5 (empuk). Analisis ekonomi, biaya pokok sebesar Rp. 4.113,2/kg. Nilai titik impas (BEP) 42,13 kg/tahun. Internal rate of return
(IRR) adalah sebesar 10,87%.
Kata kunci: Ketan putih, lemang, listrik, pemanas, tabung lemang.
ABSTARACT
ZULTIX LAS RISANTA: Design and construction of Lemang’s electrics type of vertical,. supervisied by SAIPUL BAHRI DAULAY and ACHWIL PUTRA MUNIR. The process to cook lemang’s about resuct processing agriculture for next step was very simple and have weakness but we could minimization for the process this. The purpose of this research was design, build, test and analyze the economic value of lemang electric cook.
Based on this research it was summarized that the effective capacity, of the equipment was 1,42 kg/hour. The color was categorized for the average 2,9 (like), the formed for scale 3,1 (like), aroma for the scale 2,9 (like) and taste for the scale 3,3 (like) crispy for the scale 3,5 (crispy). Economic analysis was as follows for the basic cast 4.113,2/kg. brak event point (BEP) 42,13 kg/years. Internal of retrun (IRR) was 10,87%.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan beberapa
tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai,
ubi, dan singkong. Indonesia merupakan negara sebagai produsen padi terbesar
setelah China dan India.
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan
yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia
mulai belajar dan berinovasi guna menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Pengolahan hasil pertanian modern tidak luput dari ilmu dan teknologi,
Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas, menaikkan
kualitas dan mutu produksi. Dengan adanya teknologi dapat mempermudah
pengerjaan, memberi nilai tambah pada perekonomian dan meningkatkan taraf
hidup masyarakat khususnya pada petani Indonesia.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Handaka (2002), yang menyatakan
bahwa inovasi teknologi termasuk mekanisasi pertanian dan pascapanen
diperlukan terus menerus untuk mewujudkan pembaruan dan penyempurnaan
teknologi kearah yang lebih produktif, efisien, efektif, berkualitas, bernilai
tambah, murah dan mampu memberikan kesempatan peningkatan pendapatan.
Namun, dapat kita lihat minimnya teknologi penggolahan pascapanen di
Indonesia khususnya pada teknologi pengolahan tahap lanjut. Petani Indonesia
hasil panennya dengan teknologi sederhana seperti memasak lemang dengan
bambu menggunakan kayu bakar. Teknologi tradisional ini telah dilakukan selama
berabad-abad.
Lemang merupakan makanan tradisional yang sering dibuat ketika ada
perayaan atau sengaja dijual dikalangan umum. Banyak masyarakat Indonesia
yang membuat lemang, bahkan di Sumatera Utara tepatnya kota Tebing Tinggi
dijuluki sebagai kota Lemang. Makanan yang satu ini, biasanya dikemas dengan
buluh bambu dan daun pisang.
Adapun teknologi pengolahan lemang ini masih terbilang sederhana dan
sangat tradisional. Sebelum memasak lemang kita harus mencari bambu lemang
yang ketebalannya berbeda dengan bambu biasa, membutuhkan waktu yang lama
dalam pemasakannya, membutuhkan keterampilan khusus dan perlakuan
pemusingan yang bertujuan meratakan pemasakan serta harus memperhatikan
nyala api. Pada proses pemasakannya, lemang dibakar menggunakan sabut kelapa
dan kayu bakar sebagai alternatif dalam memasak lemang baik itu dalam acara
adat, perayaan hari besar maupun kegiatan komersil pada umumnya.
Asap dari pembakaran yang tidak sempurna ini cukup banyak bahkan
sering membuat batuk-batuk dan mata pedih. Asap pembakaran kayu mempunyai
efek yang merugikan bagi kesehatan seperti kanker paru-paru, asma, tuberkulosis,
katarak, jantung, bayi lahir dengan berat badan rendah, kebutaan, bahkan
berpengaruh terhadap kemampuan otak anak dan jika di lihat dari sisi lingkungan
Faisal, Yunus dan Harahap (2012) menyatakan bahwa pengaruh asap
terhadap kesehatan terjadi melalui berbagai mekanisme, antara lain iritasi
langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan sesak napas, serta absorpsi
toksin. Cedera termal (luka bakar) terjadi pada daerah terkena pada permukaan
eksternal tubuh, termasuk hidung dan mulut, luka bakar di bawah trakea jarang
terjadi karena adanya efisiensi saluran napas bagian atas yang menyerap panas.
Dengan adanya berbagai kelemahan dalam metode pemasakan lemang ini,
penulis berinisiatif merancang dan mengembangkan alat pemasak lemang yang
tidak membutuhkan keterampilan khusus pada pengolahannya serta dikemas
dalam bentuk modern, higienis dan ramah lingkungan. Alat tersebut dinamakan
alat pemasak lemang listrik tipe vertikal dimana proses pemasakannya
menggunakan listrik dan tanpa menggunakan bambu.
Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat serta menguji alat
pemasak lemang listrik tipe vertikal.
Batasan Masalah
Pembuatan dan pengujian alat pemasak lemang dilakukan pada bahan
TINJAUAN PUSTAKA
Lemang
Lemang merupakan makanan dari beras ketan yang dimasak dalam ruas
bambuberbentuk tabung dan sebelumnya di gulung dengan selembar daun pisang.
Tabung dan gulungan daun pisang berisi beras ketan dicampur santan kelapa
kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar hingga matang.
Lemang lebih nikmat disantap hangat-hangat. Di Indonesia lemang biasa disantap
saat hari raya Idul Fitri atau Idul Adha.
Menurut Samsudin, Zainal dan Taufik (1990) yang menyatakan bahwa,
lemang merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari ketan, berbentuk
silinder dan memiliki aroma asli hasil dari proses pemasakan yang unik. Untuk
pembuatannya ketan terlebih dahulu di rendam sebelum dimasak bersama garam,
air dan santan.
Padi
Padi atau Oryza sativa merupakan tanaman pangan berupa rumput
berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika
Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi
di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah
ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan
India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand,
Laos, Vietnam (Prihatman, 2000).
Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam dua jenis, sebagai berikut:
b. Padi ketan. Setelah menjadi beras ketan, beras tidak digunakan sebagai
makanan pokok, tetapi diolah menjadi berbaga
c. i macam makan ringan (Sugeng,2001).
Indonesia mengimpor beras ketan dari Thailand, sedangkan daerah sentra
produksi beras ketan di Indonesia hanya ada di tiga daerah, yaitu di Subang
(Jabar), Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebutuhan konsumsi beras ketan di
Indonesia belum diketahui, namun kemungkinannya hampir sama dengan
kebutuhan impor.
Untuk beras ketan produksi di Jawa Barat sebagian besar digunakan untuk
memenuhi kebutuhan produk makanan olahan semacam opak, peuyeum ketan,
rengginang, ulen, wajit, dan kolontong. Walaupun begitu, produksi beras ketan
dari Jawa Barat secara umum sering tidak stabil jika dibandingkan dengan jumlah
kebutuhan. Namun sejauh ini, masih sulit terdata berapa jumlah produksi beras
ketan per bulan, karena minat petani yang masih kurang.
Beras ketan
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Permintaan akan beras terus meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk. Beras tidak hanya merupakan sumber energi dan protein, tetapi
juga sumber vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam era
modern, masyarakat menaruh perhatian yang besar terhadap kesehatan, antara lain
dengan mengatur gaya hidup, pola makan, dan menu
makanan (Santikadan Rozakurniati, 2010).
Beras ketan juga dikenal sebagai beras pulut ataupun nasi lengket. Ketan
tujuan-tujuan pengentalan serta dalam banyak jenis berasa manis dan kue-kue
lezat yang biasanya dibungkus daun-daun pisang serta dengan cara direbus atau
dibakar pada pengolahannya.
Pada prinsipnya memasak beras bertujuan untuk mengembangkan atau
memecahkan pati dengan menggunakan panas dan media cair. Bahan cair yang
digunakan dapat berupa air, santan, atau kaldu. Karena beras sebagai bahan
makanan penting dalam pengolahannya perlu diperhatikan (Marwanti, 2000).
Kelapa
Kelapa atau Cocos nucifer dikenal sejak zaman prasejarah dalam peradaban
manusia dan diketahui tumbuh di daerah tropis. Kelapa merupakan tanaman
serbaguna. Seluruh bagian ini berfaedah bagi kehidupan manusia. Dari pohon
kelapa dapat diperoleh bahan makanan, minuman, bahan industri, bahan
bangunan, alat-alat rumah tangga dan lain-lain.
Ada tiga teori yang menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori
pertama, memperkirakan kelapa adalah salah satu genus Cocos seperti yang
tumbuh di Amerika. Disinilah pada zaman prasejarah kelapa menyebar dibawah
oleh penjajah-penjajah ke kawasan Pasifik. Teori yang kedua, beranggapan bahwa
kelapa berasal dari daerah pantai Amerika Tengah, dimana dengan perantara arus
laut terbawa dan menyebar ke pulau-pulau Samudra Pasifik dan teori ketiga
menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah suatu kawasan di Asia Selatan atau
Malaysia, atau mungkin Pasifik Barat. Pada Akhirnya para peneliti menyimpulkan
bahwa kelapa berasal dari kawasan yang kita kenal sebagai Malaysia-Indonesia.
Dan kawasan ini lah, baik arus maupun prantaraan manusia, kelapa menyebar
Santan
Cara pembuat santan yang selama ini sangat sederhana, cukup dengan
memarut daging kelapa dan memerasnya. Hal ini sesuai dengan literatur
Suhardiyono (1995) yang menyatakan bahwa santan adalah cairan yang diperoleh
dengan melakukan pemerasan terhadap daging buah kelapa parutan. Santan
merupakan bahan makanan yang digunakan untuk memperoleh berbagai masakan
yang mengandung daging, ikan, ayam, untuk pembuatan berbagai kue, es krim,
gula-gula dan lain-lain.
Bahan Pembungkus
Sejak dahulu, kita sudah mengenal dan mempergunakan alat pembungkus
yang khas dan bisa dibilang sangat sederhana bahkan apa adanya untuk
membungkus bahan makanan dan makanan olahan. Alat pembungkus yang
dimaksud adalah daun-daunan (daun pisang, pelepah batang pisang dll), kulit,
kertas, kain, keramik, logam dan gelas. Dengan perkembangan teknologi modern,
maka muncullah beranekaragam alat pembungkus dengan desain yang
bagus-bagus dan modern mengikuti perkembangan jaman yang terbuat dari kertas,
kaleng, gelas, aluminium foil dan plastik (Satyahadi, 2012).
Kue-kue tradisional banyak menggunakan daun pembungkus, seperti, daun
pisang (kering atau muda), daun bambu, daun kelapa muda, daun pandan dan
lain-lain. Kue-kue yang di bungkus dapat digantikan dengan bungkusan lain, tetapi
aroma daun pada bungkusan akan hilang. Tujuan pemberian bungkusan tersebut
selain untuk menjaga kebersihan kue juga untuk menambah penampilan kue agar
Daun pisang adalah daun dari pohon pisang yang digunakan sebagai bahan
dekoratif pada berbagai kegiatan keagamaan atau sebagai bahan pelengkap dalam
kuliner. Daun pisang mengandung polifenol dalam jumlah besar yang sama
seperti pada daun teh, sehingga menghasilkan aroma khas ketika menjadi bahan
pelengkap makanan (Ristagustina, 2012).
Bagaimanapun menggunakan pembungkus alami jauh lebih sehat
dibandingkan dengan plastik. Penggunaan daun pisang untuk nasi timbel
misalnya, selain menjadikan aroma nasi lebih harum, meningkatkan selera makan,
juga mudah terurai menjadi bahan organik tanah, sehingga berperan terhadap
pelestarian lingkungan (Hidayat, 2011).
Pengolahan Makanan
Dalam pengolahan makanan yang menghasilkan masakan enak, bergizi
dan menarik perlu dilakukan proses-proses tertentu dari bahan mentah menjadi
makanan yang siap dikonsumsi. Proses pengolahan tersebut dimulai dari
persiapan bahan mentah, pengolahan, kemudian penyajian. Dalam proses
pengolahan juga dapat dicampur dengan bahan-bahan lain, misalnya gula, garam,
pewarna, atau bumbu-bumbu lainnya untuk menjadikan makanan lebih lezat dan
menarik (Handayani dan Marwanti, 2011).
Secara umum pengolahan makanan merupakan peningkatan citra rasa dan
menambah umur simpan pada produk olahan. Dimana pada proses perlakuannya
tidak luput dari pengolahan termal hal ini sesuai dengan literatur Estiasih dan
Ahmadi (2009) yang menyatakan proses pengolah termal (thermal process)
termasuk ke dalam proses pengawetan menggunakan energi panas. Proses ini
dengan umur simpan panjang. Secara umum, tujuan proses termal adalah untuk
mematikan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat
menimbulkan kebusukan pada produk yang dikemas.
Pindah panas adalah proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan secara
spontan dari satu badan ke badan lain yang lebih dingin. Perbedaan suhu antara
sumber panas dan penerima panas merupakan daya tarik dalam pindah panas.
Peningkatan perbedaan suhu akan meningkatkan gaya tarik dalam pindah panas
(Earley, 1969).
Pada pengolahan pangan secara termal jamak kita jumpai perambatan panas
dilakukan secara konduksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno, Srikandi
dan Dedi (1980) yang menyatakan bahwa konduksi adalah perambatan panas
dimana panas dialirkan dari satu partikel ke partikel lainnya tanpa adanya
pergerakan atau sirkulasi dari partikel itu. Semakin padat bahan pangan maka
perambatan panasnya akan semakin lambat.
Tujuan Penggunan Alat Mesin Pertanian
Salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan,
agar makanan yang tersedia juga meningkat menurut deret ukur atau sebanding
dengan pertumbuhan penduduk, adalah dengan memanfaatkan berbagai teknologi
yang bisa dikuasainya. Dipihak pemerintah, ada Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian yang salah
satu tugasnya melakukan penelitian dan pengembangan untuk dapat menghasilkan
inovasi teknologi tanaman pangan yang dapat meningkatkan produksi dan
Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktekkan atau
dilaksanakan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian terutama
dibidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek
kepadatan penduduk, nilai sosial ekonomi dan teknis, maka pengembangan
mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan
selektif. Sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan,
mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan
mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah
setempat(Hardjosentono, dkk., 2000).
Alat dan mesin pertanian tidak luput dari ilmu dan teknologi, kemajuan
teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas, menaikan kualitas dan
mutu produksi. Dengan kata lain teknologi dapat mempermudah
pengerjaan, memberi nilai tambah pada perekonomian dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat khususnya pada petani Indonesia. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rizaldi (2006) yang menyatakan bahwa secara umum, tujuan
mekanisasi pertanian adalah:
a. Meningkatkan efisiensi tenaga manusia.
b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.
c. Menurunkan ongkos produksi.
d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi.
e. Meningkatkan taraf hidup petani.
f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan
Komponen Alat
Pemasak lemang ini memiliki beberapa bagian penting, yaitu:
1. Reaktor
Secara umum reaktor merupakan tempat pereaksian. Reaktor pada tabung
pemasak lemang merupakan tempat terjadinya perpindahan panas pada tabung
silinder lemang secara konduksi.
2. Tabung lemang
Tabung lemang ini terbuat dari logam yang didesain sedemikian rupa menyerupai
tabung lemang bambu berbentuk silinder dimana tabung lemang ini berfungsi
sebagai wadah penampung bahan baku pembuatan lemang.
3. Heater
Heater merupakan elemen pemanas bekerja sangat sederhana. Elemen pemanas
terbuat dari logam dengan nilai resistansinya yang tinggi.
4. Thermostat
Thermostat adalah alat untuk mengatur suhu agar suhu pada proses pemasakan
stabil.
5. Isolator
Isolator merupakan penghambat laju perpindahan panas dimana terbuat dari
fiberglass yang diselubungi glasswool agar laju perpindahan panas melambat
sehingga panas tidak terbuang percuma.
Logam yang Digunakan
Stainless steel
Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless steel).
tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang
membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok dasar yakni baja tahan karat ferit, baja tahan karat austenit dan baja
tahan karat martensit (Amanto dan Haryanto, 1999).
Aluminium
Aluminium banyak dipergunakan dengan pertimbangan sifatnya yang
ringan dan lunak dengan berat jenis 2,7 titik cair 657oC dan titik didih 1800oC,
penghantar panas dan listrik yang baik, tahan korosi dan tidak bercaun, mudah
dibentuk, bersifat non magnetik serta mempunyai daya tarik yang relatif tinggi
dibandingkan beratnya (Sukandarrumidi, 2009).
Non Logam yang Digunakan
Glasswool
Glasswool merupakan bahan isolasi yang terbuat dari fiberglass, disusun
menjadi sebuah tekstur yang mirip dengan wol. Glasswool diproduksi dalam
gulungan atau dalam lempengan dengan sifat mekanik dan termal yang
berbeda-beda. Terkait sifat mekanik glasswool : meredam suara, sebagai pengganjal, dll.
Terkait sifat termal glasswool : sebagai isolator (penghambat laju perpindahan
panas). Pada kendaraan, glasswool umumnya digunakan untuk isolasi pada
knalpot. Selain pada knalpot, di dunia industri, glasswool digunakan misalkan
untuk isolator panas. Misalkan ada pipa penyalur air panas, supaya panas air tidak
terbuang percuma ketika melintasi pipa, maka pipa diselubungi glasswool.
Mekanisme Pembuatan Alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan
sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,
antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin
asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).
Menurut Sembiring (2012), dalam mekanisme pembuatan alat hal yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan Bahan
Pemilihan bahan dan spesifikasi dari alat mempengaruhi kinerja alat yang
dirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat adalah
baja, besi dan aluminium, pada waktu pemilihan bahan diusahakan bahan yang
dipakai adalah bahan yang kokoh dan mampu mendukung kinerja alat. Namun
juga diusahakan mudah diperoleh untuk menjaga kesinambungan bahan baku
apabila ada usaha untuk memproduksi alat dalam jumlah besar. Pemilihan bahan
yang berkualitas namun murah juga sangat mempengaruhi biaya produksi alat.
2. Bahan
Bahan yang sudah tersedia diukur dengan meteran sesuai dengan dimensinya
masing-masing. Kemudian dipotong dengan gergaji atau gerinda sesuai dengan
ukuran yang sudah digambar. Pengukuran dan pemotongan bahan dilakukan
dengan teliti supaya hasil potongan baik dan alat yang dihasilkan sesuai.
3. Perakitan Bahan
Bahan-bahan yang telah dipotong selanjutnya dirakit. Pada bahan besi, dapat
disatukan dengan menggunakan las atau baut dan mur, sedangkan baja di lekatkan
4. Finishing
Kegiatan terakhir setelah perancangan alat adalah finishing yaitu melakukan
pengecatan pada alat. Alat dicat sedemikian rupa agar daya tahan alat menjadi
lebih lama dan lebih indah dipandang. Selain itu, dengan melakukan pengecatan
akan menambah daya jual alat karena orang akan semakin tertarik melihatnya.
Prinsip Kerja Alat
Pada waktu pemasakan lemang, saklar akan terhubung dengan elemen
pemanas (heater) dan thermostat. Panas yang dihasilkan oleh heater kemudian
dirambatkan secara konduksi ke seluruh tabung lemang diharapkan panas yang
dihasilkan merata dan arus listrik yang menuju ke elemen pemanas kemudian
dibaca oleh thermostat dengan demikian suhu yang diproleh pada pemasakan
akan berlangsung secara konstan.
Kapasitas Kerja Alat
Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja
dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi :
Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW.
Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut :
Kapasitas Alat =
Uji Organoleptik
Penilaian organoleptik yang disebut juga penilaian indra atau penilaian
sensorik merupakan suatu cara penilaian yang sudah lama dikenal dan masih
umum digunakan. Metode penilaian ini banyak digunakan karena dapat langsung
dengan cepat dan langsung. Dalam beberapa hal penilaian dengan indra bahkan
miliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan alat ukur yang paling
sensitif.
Menurut Rejeki dkk (2012) yang menyatakan pengujian organoleptik
terbagi atas:
1. Warna
Warna biasanya merupakan tanda kemasakan atau kerusakan dari makanan seperti
perlakuan penyimpangan yang memungkinkan adanya perubahan warna. Oleh
karena itu untuk mendapatkan warna yang sesuai dan menarik harus digunakan
teknik pemasakan tertentu atau dengan penyimpanan yang baik.
2. Bentuk
Bentuk makanan memainkan peranan penting dalam daya tarik. Bentuk makanan
yang menarik bisa di peroleh lewat cara pemotongan bahan makanan yang
bervariasi.
3. Aroma
Aroma adalah rasa bau yang sangat subjektif serta sulit diukur, karena setiap
orang mempunyai sensitifitas dan kesukaan yang berbeda. Meski mereka dapat
4. Rasa
Rasa merupakan tantangan atas adanya ringkasan kimiawi yang sampai di indra
pengecap lidah. Khususnya jenis rasa yaitu manis, asin, asam, dan pahit.
5. Keempukan
Faktor keempukaan diantaranya adalah rabaan oleh tangan, keempukan,
kemudahan dikunyah serta kerenyahan makanan. Untuk itu cara pemasakan bahan
makanan dapat mempengaruhi kualitas tekstur makanan yang dihasilkan.
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
Menurut Soeharno (2007), analisis ekonomi digunakan untuk menentukan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini.
Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga
x = total jam kerja per tahun (jam/tahun)
BTT =total biaya tidak tetap (Rp/jam)
C = kapasitas alat (jam/satuan produksi)
1. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari :
- Biaya penyusutan (metode garis lurus)
D = ... (7)
- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya:
I =
... (8)
dimana :
i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)
- Biaya pajak
Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin
dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya
pajak alat mesin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.
- Biaya gudang/gedung
Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata
2. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari :
- Biaya perbaikan dapat dihitung dengan persamaan :
Biaya reparasi =
... (9)
- Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung
kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun
dibagi dengan total jam kerjanya.
- Biaya bahan bakar adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada
kondisi kerja per jam. Satuannya adalah liter per jam, sedangkan harga per liter
yang digunakan adalah harga lokasi.
(Darun, 2002).
Break event point
Break event point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan
tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat
membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat berkembang sendiri
(self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.
Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri BEP maka kegiatan usaha
akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan BEP akan memperoleh
keuntungan.
Analisis BEP juga digunakan untuk :
1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.
2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi
3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan)
dari dua alternatif usulan investasi (Waldiyono, 2008).
Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak
untuk dijalankan. Untuk menentukan produksi BEP maka dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)
F : biaya tetap per tahun (rupiah)
R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah)
V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak
tetap per tahun (rupiah/unit)
(Darun, 2002).
Net present value
Net present value (NPV) adalah selisih antara present value dari investasi
dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan
metode analisis finansial dengan kriteria investasi. NPV adalah kriteria yang
digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan.
Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount
Secara singkat rumusnya :
(dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan.
Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai ahir x (P/F, i, n) ... (12)
Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n) ... (13)
Kriteria NPV yaitu :
NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;
NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak
menguntungkan;
NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya keluar.
(Darun, 2002).
Internal rate of return
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh:
B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV=
Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR
) %)(
% (
% x q p positif dan positif
Y X
X q
IRR
... (15)
dimana :
p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2014 di
Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Stainless steel,
Glasswool, aluminium, kabel, baut dan mur, skrup, cat dan thinner.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini mesin las, mesin bubut,
mesin bor, gerinda, gergaji, martil, obeng, meteran, stopwacth, kalkulator, spidol,
kamera, alat tulis, dan komputer.
Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur
(perpustakaan), lalu pengamatan langsung tentang pemasakan lemang.
Selanjutnya dilakukan rancang bentuk, pembuatan/perangkaian
komponen-komponen, kemudian dilakukan pengujian alat dengan pengamatan parameter.
Persiapan Penelitian
a. Pembuatan Alat
Adapun langkah-langkah dalam membuat Alat Pemasaak Lemang Listrik Tipe
Vertikal yaitu:
1. Dirancang bentuk alat sesuai dengan urutan proses.
3. Dipilih bahan yang digunakan sebagai bahan dasar pembuat alat
4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan.
5. Dipotong bahan sesuai ukuran.
6. Dilas bahan untuk membentuk kerangka alat.
7. Dihubungkan komponen bahan yang telah dibuat sesuai dengan urutan
proses.
b. Persiapan bahan
1. Disiapkan bahan (beras ketan, santan, garam dan daun pisang muda) dengan
komposisi (Lampiran 3).
2. Dicuci dan dibersihkan ketan yang akan dicuci.
3. Ditiriskan ketan yang telah dibersihkan.
4. Ditimbang ketan (1.173,9 gr).
5. Diukur volume santan kental (705 mL).
6. Diukur volume air (705 mL).
7. Disatukan santan kental dan air dalam satu wadah.
8. Dilakukan penambahan garam sebanyak 15 gr.
9. Diaduk santan kental, air dan garam hingga merata.
10. Diukur masa ketan per tabung (195,65 gr).
11. Diukur volume santan per tabung (235 mL).
12. Digulung daun pisang muda ( 1 kali putaran).
13. Dimasukan gulungan daun pisang muda pada tabung pemasakan secara
vertikal.
15. Dimasukan larutan santan pada masing-masing tabung perlahan-lahan
16. Bahan siap dimasak.
Prosedur Penelitian
1. Dilakukan sanitasi pada alat pemasak lemang.
2. Ditimbang bahan yang telah siap diolah.
3. Dimasukan tabung lemang ke dalam tabung reaktor.
4. Dimasukan bahan yang telah terkomposisi ke dalam tabung lemang.
5. Dihidupkan alat pemasak lemang.
6. Ditunggu lemang hingga matang.
7. Ditimbang lemang yang telah matang.
8. Dilakukan parameter pengamatan.
Parameter Penelitian
Kapasitas efektif alat
Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung berat lemang yang
diolah dibagi dengan satuan waktu yang dibutuhkan selama proses pemasakan
(jam). Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (5).
Uji organoleptik
Uji organoleptik menggunakan indra peraba, pembau, pengelihatan dan
pencicipan untuk memberikan penilaian. Oleh karena itu uji ini bersifat objektif,
dalam artian penilaian yang diberikan oleh setiap orang dapat berbeda-beda.
Orang yang bertugas untuk memberikan penilaian disebut sebagai panelis. Penelis
diminta untuk memberikan kesan berkisar antara sangat suka, suka, tidak suka dan
sangat tidak suka terhadap suatu karakteristik lemang yang disajikan. Adapun
tekstur (keempukan). Pengujian dilakukan secara indrawi organoleptik yang
ditentukan berdasarkan numerik.
Tabel 1. uji organoleptik untuk penerimaan keseluruhan
Skala hedonic Skala Numerik (skor) Sangat tidak suka 1
Perhitungan biaya pemasak lemang dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap, atau lebih dikenal
dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (6).
a. Biaya tetap
Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :
1. Biaya penyusutan (metode garis lurus). Hal ini dapat dihitung berdasarkan
Persamaan (7).
2. Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung berdasarkan
Persamaan (8).
3. Biaya pajak
Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 1% pertahun dari nilai awalnya.
4. Biaya gudang/gedung
Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1 %, rata-rata
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari:
1. Biaya listrik (Rp/Kwh)
2. Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan
persamaan (9).
3. Biaya Operator
Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji
bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.
2. Break event point
Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui
batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang
dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh
hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk
menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat dihitung berdasarkan
Persamaan (10).
3. Net present value
Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat
layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan
(11).
Dengan kriteria :
a. NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan
b. NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak
menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan.
c. NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
4. Internal rate of return
Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali
investasi yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR. Hal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pemasak Lemang Listrik Tipe Vertikal
Alat pemasak lemang listrik tipe vertikal didesain untuk mempermudah
memasak lemang secara modern dan tanpa diperlukan keahlian khusus dalam
proses pembuatannya. Alat ini dirancang dengan menggunakan heater sebagai
elemen pemanasnya dan bekerja berdasarkan prinsip pindah panas secara
konveksi.
Komponen pada alat pemasak lemang listrik tipe vertikal terdiri dari
bagian:
1. Rangka alat
Rangka alat pada alat pemasak lemang ini berupa plat stainless steel yang dilas
pada dinding luar reaktor sebanyak 8 buah. Terdapat 4 buah pada bagian atas dan
4 buah pada bagian bawah.
2. Tabung lemang
Tabung lemang terdiri atas:
- Tabung cetakan lemang.
Tabung cetakan lemang pada alat ini berdimensi tinggi 25 cm dan berdiameter 5
cm. Tabung cetakan lemang ini berbahan stainless steel dan di lengkapi dengan
handel agar mempermudah pengangkatan dan pemisahan dengan sarung tabung
cetakan.
- Sarung tabung cetakan.
Sarung tabung cetakan pada alat ini berdimensi tinggi 5,09 cm dengan diameter
3. Reaktor
Reaktor pada alat ini dimensi tinggi 25,7 cm berdimeter 15,7 cm dan dilengkapi
dengan 3 heater, 6 sarung tabung cetakan dan 6 tabung cetakan lemang berbahan
stainless steel.
4. Heater
Heater yang digunakan pada alat ini merupakan jenis catrige heater dan band
and nozzel heater atau heater gelang dengan masing-masing heater berdaya 300
watt.
5. Thermostat
Thermostat yang digunakan meupakan termostart analok dengan kapasitas
maksimum 120OC dan di lengkapi dengan lampu indikator yang berfungsi untuk
menandakan bahwa adanya aliran listrik dan pemanasan yang berlangsung secara
konstan.
6. Isolator
Isolator yang digunakan pada alat ini merupakan jenis Glasswoool yang di letakan
pada bagian bawah dan keliling dinding luar reaktor.
Proses Pemasakan Lemang Listrik Tipe Vertikal
Pada proses pemasakan lemang ini terlebih dahulu dilakukan sanitasi pada
alat, hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan sebelum alat digunakan
kemudian disiapkan bahan-bahan pemasakan seperti beras ketan putih, santan
murni, air, garam dan daun pisang muda. Sebelum dilakukan pemasakan, beras
ketan putih terlebih dahulu dicuci hingga bersih dan kemudian ditiriskan.
Setelah semua bahan terkomposisi daun pisang muda dimasukan ke dalam
terkomposisi lalu dimasukan perlahan hingga semua tabung lemang terisi. Perlu
diperhatikan pada proses pencampuran bahan, santan harus berada diatas
permukaan ketan ± 2 cm.
Tahap selanjutnya di hidupkan alat dan diatur suhu menggunakan
thermostat sebesar 100oC hal ini bertujuan agar pemanasan pada alat berlangsung
secara konstan. Pemasakan ini merupakan proses pemasakan pindah panas secara
konduksi yang berasal dari heater kemudian dirambatkan ke seluruh tabung
lemang. Pada waktu 26 menit suhu pada thermostat akan mecapai suhu stabil dan
lampu indikator akan menyala kemudian alat pemasakan lemang akan
mengelurkan asap dan aroma khasnya, santan pada permukaan akan mendidih dan
daun pisang muda yang digunakan perlahan-lahan layu. Setelah mencapai waktu 1
jam asap akan berhenti dan santan pada permukaan perlahan-lahaan mengalami
kejenuhan namun lemang belum bisa di katakan matang karena ketan masih keras.
Setelah 30 menit akhir tampak daun bagian atas mengering, santan mengalami
kejenuhan dan terlihat minyak pada permukaan lemang, warna ketan yang tadinya
putih berubah menjadi bening. Dengan terlihatnya ciri-ciri seperti yang disebutkan
diatas maka lemang dapat dikatakan matang.
Setelah lemang matang diatur suhu termostat pada posisi 0oC kemudian
arus listrik pada alat dimatikan dan lemang siap. Dengan demikian proses
pemasakan berlangsung selama 1 jam 30 menit dengan pengamatan secara
langsung pada alat pemasak lemang listrik tipe vertikal.
Kapasitas Alat
Kapasitas alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam
efektif alat dihitung dari perbandingan antara berat lemang yang dihasilkan (kg)
dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pemasakan. Kapasitas efektif alat
dapat dilihat dari Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 2. Kapasitast alat
vertikal pada ulangan I sebesar 2,11 kg, ulangan II sebesar 2,15 kg dan ulangan III
sebesar 2,13 kg, sehingga diperoleh rata-rata berat lemang sebesar 2,13 kg dengan
lama waktu pemasakan 90 menit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
(Lampiran. 4), diperoleh kapasitas efektif alat pemasak lemang tipe vertikal
sebesar 1,42 kg/jam.
Uji Organoleptik
Tabel 3. Uji organoleptik
Panelis Warna Bentuk Aroma Rasa Keempukan
Panelis 1 3 4 3 3 4
Pada penelitian uji organoleptik yang telah dilakukan diperoleh bahwa
aroma pada skala 2,9 (suka), rasa pada skala 3,3 (suka), keempukan dan pada
skala 3,5 (empuk).
Analisis Ekonomi
Biaya pemakaian alat
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,
misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk
kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Dari analisis ekonomi
yang dilakukan (lampiran 6) diperoleh biaya untuk memproduksi lemang sebesar
Rp. 4.113,2/kg. Artinya, untuk memproduksi lemang sebanyak 6 batang atau
setara dengan 2,13 kg dibutuhkan biaya sebesar Rp. 4.113,2.
Break event point
Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan
tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat
membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self
growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan
titik impas (break even point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal
yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk
dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi
di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian,
sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
(lampiran 7), alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini akan mencapai break
even point pada nilai 42,13 kg/tahun. Hal ini berarti alat ini akan mencapai titik
impas apabila telah memproduksi lemang sebanyak 23 kali pemasakan.
Net present value
Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu
alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam
penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan
Darun (2002) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;
- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan;
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
Internal rate of return
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
dilaksanakan. Maka hasil yang didapat dari perhitungan ini adalah sebesar 10,87%
(lampiran 9). Artinya usaha pemasak lemang listrik ini masih layak untuk
dijalankan jika pengusaha melakukan peminjaman modal di bank pada suku
bunga di bawah 10,87%. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas efektif alat pemasak lemang listrik tipe vertikal yang digunakan
dalam penelitian sebesar 1,42 kg/shift.
2. Biaya pokok yang dikeluarkan untuk memproduksi lemang sebanyak 6
bantang dari alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini adalah
Rp.4.113,2/kg.
3. Alat ini akan mencapai break even point (titik impas) setelah memasak lemang
sebanyak 42,13 kg/tahun atau setara dengan 23 kali pemasakan.
4. Net present value 6% dan 8% dari alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini
adalah Rp. 699.840.928 dan Rp. 211.742.145 yang artinya usaha ini layak
untuk dijalankan.
5. Internal rate of return dari alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini adalah
10,87%.
6. Alat pemasak lemang litrik tipe vertikal ini lebih ramah lingkungan karena
menggunakan tabung stainless steel silinder dan heater sebagai komponen
pemanasnya.
Saran
1. Dengan kapasitas alat yang masih rendah perlu dilakukan pengembangan alat
untuk meningkatkan kapasitas alat.
2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengendalian suhu dan lama pemasakan
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, H. dan Haryanto, 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.
Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Daryanto, 1984. Dasar–Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara. Jakarta.
Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat, 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Earley, R. I., 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Penerjemah: Nasution, Z. Sastra Hudaya, Bogor.
Estiasih, T. dan Ahmadi, K., 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara, Malang.
Faisal F, Yunus F, Harahap F., 2012. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernapasan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Handaka, 2002. Kontribusi Mekanisasi Pertanian dan Teknologi Pasca Panen pada Sistem dan Usaha Agribisnis. Badan Litbang Pertanian, Malang.
Handayani, T. H. W. dan Marwanri, 2011. Pengolahan Makanan Indonesia. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri, Yogyakarta.
Hardjosentono M. Wijato, Elon R, Badra IW, Dadang T. 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Hidayat, A. A., 2011. Bahaya Kemasan Plastik. Staf Pengajar Teknik Industri Universitas Mercu Buana, Jakarta. http://www.pantonanews.com/berita 119-bahaya-kemasan-plastik-.html [Diakses Tanggal 26 Maret 2014]
Marwanti, 2000. Pengetahuan Masakan Indonesia. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta
Prihatman, K., 2000. Padi (Oryza Sativa). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Purba, R., 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Ristagustina, 2012. Mengapa Daun Pisang Lebih Baik Digunakan sebagai Pembungkus Makanan dari Plastik.
http://ristagustina.wordpress.com [Diakses Tanggal 14 Maret 2014].
Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. USU Press, Medan.
Samsudin, A., Zainal, I. M., dan Taufik, A. M, 1990. Teknologi Baru
Pemprosesan dan pengeluaran Lemang. Malaysia Agricultural Research and Development Institute, Malaysia
Santika, A., dan Rozakurnita, 2010. Teknik Evaluasi Mutu Beras Ketan dan Beras Merah pada Beberapa Galur Padi Gogo. Jurnal: Buletin Teknik Pertanian hal:15.
Satyahadi, A., 2012. Bahan Kemasan yang Baik dan Aman.
http://www.indonesiaprintmedia.com/. [Diakses Tanggal 26 Maret 2014]
Sembiring, D., 2012. Rancang Bangun Multifucer Tipe Disk Mill pada Berbagai Komoditi. Skripsi. Fakultas Petanian., Universitas Sumatera Utara, Medan.
Setyamidjaja, D., 1991. Bertani Kelapa Budidaya dan Pengolahannya. Kasinus, Yogyakarta.
Serikat Negara Republik Indonesia, 2010. Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung. http://www.setneg.go.id/. [Diakses Tanggal 14 Maret 2014]
Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.
Sugeng, H. R., 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu, Semarang.
Sukandarrumidi, 2009. Geologi Mineral Logam Untuk Explore Muda. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Lampiran 1. Flow chart pelaksaaan penelitian.
Mulai
Dirancang bentuk alat
Digambar dan ditentukan ukuran alat
Dipilih bahan
Diukur bahan yang akan digunakan
Dipotong bahan sesuai ukuran yang sudah
ditentukan
Dirangkai alat
Pengelasan
Digerinda permukaan yang kasar
Pengecatan
a b
Pengujian alat
Layak?
Analisis data Pengukuran parameter
Data
Lampiran 2. Spesifikasi alat pemasak lemang listrik tipe vertikal
c. Dimensi sarung tabung cetakan
Diameter = 5,09 cm
Tinggi = 23,8 cm
d. Dimensi tabung cetakan
Diameter = 5 cm
Tinggi = 25 cm
2. Bahan
Tabung reaktor = Stainless steel
Tabung sarung cetakan = Stainless steel
Tabung cetakan = Stainless steel
Rangka = Stainless steel
Peredam panas = Glass wool
3. Pemanas
Sumber Panas = Heater (pemanas) elektrik
4. Suhu
Lampiran 3. Rancang teknis komposisi alat pemasak lemang listrik tipe vertikal
Diketahui:
- Panjang tabung = 25 cm
- Panjang tabung efektif = 24 cm (2,4 dm)
- Diameter tabung = 5 cm
- Jari-jari (r2) = 2,5 cm (0,25 dm)
- Jumlah tabung pada alat = 6 tabung
- Jarak ketan dengan air = 2 cm (20 ml)
- Larutan santan(1:1) = Santan kental : Air
(1 liter = 910 gr)
Maka :
- Volume tabung = 428,61 gr
- Total volume tabung pada alat = 2571,66 gr
- Massa ketan pada tabung = 195,65 gr
- Total massa ketan pada tabung = 1173,9 gr
- Massa larutan santan pada tabung
- Santan kental = 117,5 mL
- Air = 117,5 mL
Total Massa larutan santan pada tabung
- Total santan kental = 705 mL
Perhitungan:
a. Volume tabung
= .t
=
=
=
=
=
b. Total volume tabung pada alat
= volume tabung x jumlah tabung
=
c. Massa ketan pada tabung
= [ ]
=
[ ] )= 0,235 - 2 cm
= 235 mL – 20 mL
=215 x 10-3 L x (910 gr)
= 195,65 gr
d. Total massa ketan pada tabung
= Massa ketan x jumlah tabung
= 195,65 gr x 6 tabung
e. Massa larutan santan pada tabung
= [ ]
=
[ ]= 0,235 = 235 mL
- Santan kental = [
= [
= 117,5 mL
- Air = [
= [
= 117,5 mL
f. Total massa larutan santan pada tabung
- Total santan kental = Santan kental x jumlah tabung
= 117,5 x 6 tabung
= 705 mL
- Total air = Air x jumlah tabung
= 117,5 x 6 tabung
= 705 mL
Jadi, dapat disimpulkan komposisi bahan pada alat pemasak lemang listrik tipe
vertikal yakni, ketan seberat 1.173,9 gr, santan kental sebanyak 705 mL dan air
Lampiran 5. Biaya pemakaian alat
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan suatu alat. Dengan analisis ekonomi
dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
Unsur produksi
1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp. 5.250.000
2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 525.000
4. Jam kerja = 10 jam/hari
5. Lama pemasakan = 1,5 jam
6. Produksi/hari = 14,2 kg/hari
7. Biaya operator = Rp. 50.000/ hari (1 jam=Rp.5.000)
8. Biaya listrik = Rp. 300,6 / jam
9. Biaya perbaikan = Rp. 171,81/ jam
10.Bunga modal dan asuransi = Rp. 567.000/ tahun
11.Biaya sewa gedung = Rp. 525.000 / tahun
12.Pajak = Rp. 105.000/ tahun
13.Jam kerja alat per tahun = 3000 jam/tahun ( asumsi 300 hari
Lampiran 6. Biaya produksi
1. Biaya tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (D)
D =
dimana:
D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)
P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)
S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)
n = Umur ekonomi (tahun)
D =
= Rp 945.000/tahun
2. Bunga modal dan asuransi (I)
Bunga modal pada bulan Agustus 16% dan Asuransi 2%
Total biaya tetap = Rp. 1.669.500/tahun
2. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi =
=
= Rp. 18,9/jam
2. Biaya listrik
Daya Heater = 0,9 KW
Biaya listrik = 0,9 KW x Rp. 334/KWH
= Rp. 300,6/H
= Rp. 300,6/jam
3. Biaya operator
Biaya operator = Rp. 5.000/jam
Total biaya tidak tetap = Rp. 5.319,5 /jam
3. Biaya produksi lemang listrik
Biaya pokok = + BTT
]
C=
+ Rp. 5.319,5 /jam
]
0,70 jam/kgLampiran 7. Break even point
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
Penerimaan dari tiap produksi (R) = Rp.40.000/kg
Alat ini akan mencapai Break even point jika alat telah memasak lemang
Alat ini akan mencapai Break even point jika alat telah memasak lemang dengan
berat 42,13 kg/tahun atau setara dengan 23 kali pemasakan.
Lampiran 8. Net present value
Berdasarkan persamaan (2) nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
CIF –COF ≥ 0
Investasi : Rp. 5.250.000
Nilai akhir : Rp. 525.000
Pendapatan : penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1
tahun dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas
penuh
: Rp.40.000 x 1,42 kg/jam x 3000 jam
: Rp. 170.400.000
Pembiayaan : biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat
1 tahun
: Rp. 4.113,2 x 1,42 kg/jam x 3000 jam
: Rp. 17.522.232
Suku bunga bank : Rp. 6%
Suku bunga coba-coba : Rp. 8%
Umur alat : 5 tahun
Cash in flow 6%
1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 6%, 5)
= Rp. 170.400.000/ tahun x 4,2124
2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F,6%,5)
= Rp.525.000 x 0,7473
= Rp. 392.332,5
Jumlah CIF = Rp. 718.185.292
Cash out flow 6%
1. Investasi = Rp.5.250.000
2. Pembiayaan = pembiayaan x (P/F,6%,n)
= Rp. 17.522.232 x 0,7473
= Rp. 13.094.364
Jumlah COF = Rp. 18.344.364
NPV 6% = CIF – COF
= Rp. 718.185.292 - Rp. 18.344.364
= Rp. 699.840.928
Jadi besarnya NPV 6% adalah Rp. 699.840.928 > 0 maka usaha ini layak untuk
Lampiran 9. Internal rate of return
Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate,
dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X
(positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif),
dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :
IRR = p% +
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama
(umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu.Harga
IRR dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
IRR = p% +
Dimana:
p = suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (p) = 6%
Suku bunga coba-coba ( > dari p) (q) = 8%
Cash in flow 8%
1. Pendapatan = Pendapatan × (P/A, 8%,5)
= Rp. 717.792.960 ×3,9927
= Rp. 286.595.846
2. Nilai akhir = Nilai akhir × (P/F, 8%,5)
= Rp. 525.000 × 0,6806
= Rp. 357.315
Jumlah CIF = Rp. 286.595.846 + Rp. 357.315
= Rp. 286.953.161
Cash out flow 8%
1. Investasi = Rp. 5.250.000
2. Pembiayaan = Pembiayaan × (P/A, 8%,5)
= Rp.17.522.232 x 3,9927
= Rp. 69.961.015,7
Jumlah COF = Rp. 5.250.000 + Rp. 69.961.015,7
NPV 8% = CIF – COF
= Rp. 286.953.161 – Rp. 75.211.015,7
= Rp. 211.742.145
Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:
IRR = q% +
x (q% - p%)
= 8% +
× (8% - 6%)
= 8% + (1,434 × 2%)
Lampiran 10. Foto alat
Alat pemasak lemang listrik tipe vertikal
Proses pemasukan ketan
Proses penuangan santan
Lampiran 11. Komponen alat
Sarung tabung cetakan
Lampiran 12. Gambar teknik alat