• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pemasak Lemang Listrik Tipe Vertikal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pemasak Lemang Listrik Tipe Vertikal"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT

OLEH

ZULTIX LAS RISANTA 100308079

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

DRAFT

OLEH :

ZULTIX LAS RISANTA 100308079

Draft sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar hasil penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

( Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si ) (Achwil Putra Munir, STP, M.Si )

(3)

Vertikal, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Proses pemasakan lemang merupakan pengolahan hasil pertanian tahap lanjut yang sangat sederhana dan memiliki beberapa kelemahan yang dapat diminimalisir dalam pengolahannya. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak keripik biji-bijian. Parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, uji organoleptik dan analisis ekonomi.

Dari hasil penelitian diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 1,42 kg/jam. Organoleptik dikategorikan rata-rata tingkat warna sebesar 2,9 (suka), bentuk pada skala 3,1 (suka), aroma pada skala 2,9 (suka), rasa pada skala 3,3 (suka), keempukan dan pada skala 3,5 (empuk). Analisis ekonomi, biaya pokok sebesar Rp. 4.113,2/kg. Nilai titik impas (BEP) 42,13 kg/tahun. Internal rate of return

(IRR) adalah sebesar 10,87%.

Kata kunci: Ketan putih, lemang, listrik, pemanas, tabung lemang.

ABSTARACT

ZULTIX LAS RISANTA: Design and construction of Lemang’s electrics type of vertical,. supervisied by SAIPUL BAHRI DAULAY and ACHWIL PUTRA MUNIR. The process to cook lemang’s about resuct processing agriculture for next step was very simple and have weakness but we could minimization for the process this. The purpose of this research was design, build, test and analyze the economic value of lemang electric cook.

Based on this research it was summarized that the effective capacity, of the equipment was 1,42 kg/hour. The color was categorized for the average 2,9 (like), the formed for scale 3,1 (like), aroma for the scale 2,9 (like) and taste for the scale 3,3 (like) crispy for the scale 3,5 (crispy). Economic analysis was as follows for the basic cast 4.113,2/kg. brak event point (BEP) 42,13 kg/years. Internal of retrun (IRR) was 10,87%.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Zultix Las Risanta dilahirkan di Binjai, pada tanggal 13 April 1993 dari

ayah Suriadi dan ibu Suria Welyanti. Penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara.

Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Gadjah Mada Binjai dan tahun

2010 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Mandiri. Penulis memilih

Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA)

Pada Tahun 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

di Pabrik kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Pulu Raja, Asahan. Kemudian pada tahun

2014 mengadakan penelitian skripsi dengan judul “Rancang Bangun Alat

(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Draft ini berjudul “Rancang Bangun Alat Pemasak Lemang Listrik Tipe

Vertikal” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian

di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan draft ini.

Penulis menyadari bahwa draft ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga draft ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2015

(6)

KATA PENGANTAR ... i

Bahan Pembungkus Makanan ... 7

Pengolahan Makanan ... 8

Tujuan Penggunaan Alat Mesin Pertanian ... 9

Komponen Alat

Mekanisme Pembuatan Alat ... 12

Prinsip Kerja Alat ... 14

Kapasitas Kerja Alat ... 14

Uji Organoleptik... 15

Analisis Ekonomi ... 16

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

Bahan dan Alat Penelitian ... 22

Metodelogi Penelitian ... 22

Prosedur Penelitian ... 24

Parameter Penelitian Kapasitas alat ... 24

Uji organoleptik ... 24

Analisis ekonomi ... 25

(7)

Uji Organoleptik... 31

Analisis Ekonomi ... 32

Biaya pemakaian alat ... 32

Break event point ... 32

Net present value ... 33

Internal rate of retrun ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN ... 35

SARAN ... 35

(8)

No Hal 1. Uji organoleptik penerimaan keseluruhan ... 25

2. Kapasitas alat ... 31

(9)

1. Flow chart pelaksanaan penelitian ... 38

2. Spesifikasi alat pemasak lemang tipe vertikal ... 40

3. Rancangan teknis komposisi alat pemasak lemang tipe vertikal ... 41

4. Data pengamatan kapasitas alat ... 44

5. Biaya pemakaian alat ... 45

6. Biaya produksi ... 46

7. Break event point ... 48

8. Net present value ... 49

9. Internal rate of return ... 51

10.Gambar alat ... 54

11.Komponen alat ... 56

(10)

Vertikal, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Proses pemasakan lemang merupakan pengolahan hasil pertanian tahap lanjut yang sangat sederhana dan memiliki beberapa kelemahan yang dapat diminimalisir dalam pengolahannya. Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pencetak keripik biji-bijian. Parameter yang diamati yaitu kapasitas efektif alat, uji organoleptik dan analisis ekonomi.

Dari hasil penelitian diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 1,42 kg/jam. Organoleptik dikategorikan rata-rata tingkat warna sebesar 2,9 (suka), bentuk pada skala 3,1 (suka), aroma pada skala 2,9 (suka), rasa pada skala 3,3 (suka), keempukan dan pada skala 3,5 (empuk). Analisis ekonomi, biaya pokok sebesar Rp. 4.113,2/kg. Nilai titik impas (BEP) 42,13 kg/tahun. Internal rate of return

(IRR) adalah sebesar 10,87%.

Kata kunci: Ketan putih, lemang, listrik, pemanas, tabung lemang.

ABSTARACT

ZULTIX LAS RISANTA: Design and construction of Lemang’s electrics type of vertical,. supervisied by SAIPUL BAHRI DAULAY and ACHWIL PUTRA MUNIR. The process to cook lemang’s about resuct processing agriculture for next step was very simple and have weakness but we could minimization for the process this. The purpose of this research was design, build, test and analyze the economic value of lemang electric cook.

Based on this research it was summarized that the effective capacity, of the equipment was 1,42 kg/hour. The color was categorized for the average 2,9 (like), the formed for scale 3,1 (like), aroma for the scale 2,9 (like) and taste for the scale 3,3 (like) crispy for the scale 3,5 (crispy). Economic analysis was as follows for the basic cast 4.113,2/kg. brak event point (BEP) 42,13 kg/years. Internal of retrun (IRR) was 10,87%.

(11)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan beberapa

tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai,

ubi, dan singkong. Indonesia merupakan negara sebagai produsen padi terbesar

setelah China dan India.

Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan

yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang

pertumbuhan ekonomi yang pesat. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia

mulai belajar dan berinovasi guna menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Pengolahan hasil pertanian modern tidak luput dari ilmu dan teknologi,

Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas, menaikkan

kualitas dan mutu produksi. Dengan adanya teknologi dapat mempermudah

pengerjaan, memberi nilai tambah pada perekonomian dan meningkatkan taraf

hidup masyarakat khususnya pada petani Indonesia.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Handaka (2002), yang menyatakan

bahwa inovasi teknologi termasuk mekanisasi pertanian dan pascapanen

diperlukan terus menerus untuk mewujudkan pembaruan dan penyempurnaan

teknologi kearah yang lebih produktif, efisien, efektif, berkualitas, bernilai

tambah, murah dan mampu memberikan kesempatan peningkatan pendapatan.

Namun, dapat kita lihat minimnya teknologi penggolahan pascapanen di

Indonesia khususnya pada teknologi pengolahan tahap lanjut. Petani Indonesia

(12)

hasil panennya dengan teknologi sederhana seperti memasak lemang dengan

bambu menggunakan kayu bakar. Teknologi tradisional ini telah dilakukan selama

berabad-abad.

Lemang merupakan makanan tradisional yang sering dibuat ketika ada

perayaan atau sengaja dijual dikalangan umum. Banyak masyarakat Indonesia

yang membuat lemang, bahkan di Sumatera Utara tepatnya kota Tebing Tinggi

dijuluki sebagai kota Lemang. Makanan yang satu ini, biasanya dikemas dengan

buluh bambu dan daun pisang.

Adapun teknologi pengolahan lemang ini masih terbilang sederhana dan

sangat tradisional. Sebelum memasak lemang kita harus mencari bambu lemang

yang ketebalannya berbeda dengan bambu biasa, membutuhkan waktu yang lama

dalam pemasakannya, membutuhkan keterampilan khusus dan perlakuan

pemusingan yang bertujuan meratakan pemasakan serta harus memperhatikan

nyala api. Pada proses pemasakannya, lemang dibakar menggunakan sabut kelapa

dan kayu bakar sebagai alternatif dalam memasak lemang baik itu dalam acara

adat, perayaan hari besar maupun kegiatan komersil pada umumnya.

Asap dari pembakaran yang tidak sempurna ini cukup banyak bahkan

sering membuat batuk-batuk dan mata pedih. Asap pembakaran kayu mempunyai

efek yang merugikan bagi kesehatan seperti kanker paru-paru, asma, tuberkulosis,

katarak, jantung, bayi lahir dengan berat badan rendah, kebutaan, bahkan

berpengaruh terhadap kemampuan otak anak dan jika di lihat dari sisi lingkungan

(13)

Faisal, Yunus dan Harahap (2012) menyatakan bahwa pengaruh asap

terhadap kesehatan terjadi melalui berbagai mekanisme, antara lain iritasi

langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan sesak napas, serta absorpsi

toksin. Cedera termal (luka bakar) terjadi pada daerah terkena pada permukaan

eksternal tubuh, termasuk hidung dan mulut, luka bakar di bawah trakea jarang

terjadi karena adanya efisiensi saluran napas bagian atas yang menyerap panas.

Dengan adanya berbagai kelemahan dalam metode pemasakan lemang ini,

penulis berinisiatif merancang dan mengembangkan alat pemasak lemang yang

tidak membutuhkan keterampilan khusus pada pengolahannya serta dikemas

dalam bentuk modern, higienis dan ramah lingkungan. Alat tersebut dinamakan

alat pemasak lemang listrik tipe vertikal dimana proses pemasakannya

menggunakan listrik dan tanpa menggunakan bambu.

Tujuan Penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat serta menguji alat

pemasak lemang listrik tipe vertikal.

Batasan Masalah

Pembuatan dan pengujian alat pemasak lemang dilakukan pada bahan

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Lemang

Lemang merupakan makanan dari beras ketan yang dimasak dalam ruas

bambuberbentuk tabung dan sebelumnya di gulung dengan selembar daun pisang.

Tabung dan gulungan daun pisang berisi beras ketan dicampur santan kelapa

kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar hingga matang.

Lemang lebih nikmat disantap hangat-hangat. Di Indonesia lemang biasa disantap

saat hari raya Idul Fitri atau Idul Adha.

Menurut Samsudin, Zainal dan Taufik (1990) yang menyatakan bahwa,

lemang merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari ketan, berbentuk

silinder dan memiliki aroma asli hasil dari proses pemasakan yang unik. Untuk

pembuatannya ketan terlebih dahulu di rendam sebelum dimasak bersama garam,

air dan santan.

Padi

Padi atau Oryza sativa merupakan tanaman pangan berupa rumput

berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika

Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi

di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah

ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan

India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand,

Laos, Vietnam (Prihatman, 2000).

Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam dua jenis, sebagai berikut:

(15)

b. Padi ketan. Setelah menjadi beras ketan, beras tidak digunakan sebagai

makanan pokok, tetapi diolah menjadi berbaga

c. i macam makan ringan (Sugeng,2001).

Indonesia mengimpor beras ketan dari Thailand, sedangkan daerah sentra

produksi beras ketan di Indonesia hanya ada di tiga daerah, yaitu di Subang

(Jabar), Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebutuhan konsumsi beras ketan di

Indonesia belum diketahui, namun kemungkinannya hampir sama dengan

kebutuhan impor.

Untuk beras ketan produksi di Jawa Barat sebagian besar digunakan untuk

memenuhi kebutuhan produk makanan olahan semacam opak, peuyeum ketan,

rengginang, ulen, wajit, dan kolontong. Walaupun begitu, produksi beras ketan

dari Jawa Barat secara umum sering tidak stabil jika dibandingkan dengan jumlah

kebutuhan. Namun sejauh ini, masih sulit terdata berapa jumlah produksi beras

ketan per bulan, karena minat petani yang masih kurang.

Beras ketan

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

Indonesia. Permintaan akan beras terus meningkat seiring dengan pertambahan

jumlah penduduk. Beras tidak hanya merupakan sumber energi dan protein, tetapi

juga sumber vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam era

modern, masyarakat menaruh perhatian yang besar terhadap kesehatan, antara lain

dengan mengatur gaya hidup, pola makan, dan menu

makanan (Santikadan Rozakurniati, 2010).

Beras ketan juga dikenal sebagai beras pulut ataupun nasi lengket. Ketan

(16)

tujuan-tujuan pengentalan serta dalam banyak jenis berasa manis dan kue-kue

lezat yang biasanya dibungkus daun-daun pisang serta dengan cara direbus atau

dibakar pada pengolahannya.

Pada prinsipnya memasak beras bertujuan untuk mengembangkan atau

memecahkan pati dengan menggunakan panas dan media cair. Bahan cair yang

digunakan dapat berupa air, santan, atau kaldu. Karena beras sebagai bahan

makanan penting dalam pengolahannya perlu diperhatikan (Marwanti, 2000).

Kelapa

Kelapa atau Cocos nucifer dikenal sejak zaman prasejarah dalam peradaban

manusia dan diketahui tumbuh di daerah tropis. Kelapa merupakan tanaman

serbaguna. Seluruh bagian ini berfaedah bagi kehidupan manusia. Dari pohon

kelapa dapat diperoleh bahan makanan, minuman, bahan industri, bahan

bangunan, alat-alat rumah tangga dan lain-lain.

Ada tiga teori yang menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori

pertama, memperkirakan kelapa adalah salah satu genus Cocos seperti yang

tumbuh di Amerika. Disinilah pada zaman prasejarah kelapa menyebar dibawah

oleh penjajah-penjajah ke kawasan Pasifik. Teori yang kedua, beranggapan bahwa

kelapa berasal dari daerah pantai Amerika Tengah, dimana dengan perantara arus

laut terbawa dan menyebar ke pulau-pulau Samudra Pasifik dan teori ketiga

menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah suatu kawasan di Asia Selatan atau

Malaysia, atau mungkin Pasifik Barat. Pada Akhirnya para peneliti menyimpulkan

bahwa kelapa berasal dari kawasan yang kita kenal sebagai Malaysia-Indonesia.

Dan kawasan ini lah, baik arus maupun prantaraan manusia, kelapa menyebar

(17)

Santan

Cara pembuat santan yang selama ini sangat sederhana, cukup dengan

memarut daging kelapa dan memerasnya. Hal ini sesuai dengan literatur

Suhardiyono (1995) yang menyatakan bahwa santan adalah cairan yang diperoleh

dengan melakukan pemerasan terhadap daging buah kelapa parutan. Santan

merupakan bahan makanan yang digunakan untuk memperoleh berbagai masakan

yang mengandung daging, ikan, ayam, untuk pembuatan berbagai kue, es krim,

gula-gula dan lain-lain.

Bahan Pembungkus

Sejak dahulu, kita sudah mengenal dan mempergunakan alat pembungkus

yang khas dan bisa dibilang sangat sederhana bahkan apa adanya untuk

membungkus bahan makanan dan makanan olahan. Alat pembungkus yang

dimaksud adalah daun-daunan (daun pisang, pelepah batang pisang dll), kulit,

kertas, kain, keramik, logam dan gelas. Dengan perkembangan teknologi modern,

maka muncullah beranekaragam alat pembungkus dengan desain yang

bagus-bagus dan modern mengikuti perkembangan jaman yang terbuat dari kertas,

kaleng, gelas, aluminium foil dan plastik (Satyahadi, 2012).

Kue-kue tradisional banyak menggunakan daun pembungkus, seperti, daun

pisang (kering atau muda), daun bambu, daun kelapa muda, daun pandan dan

lain-lain. Kue-kue yang di bungkus dapat digantikan dengan bungkusan lain, tetapi

aroma daun pada bungkusan akan hilang. Tujuan pemberian bungkusan tersebut

selain untuk menjaga kebersihan kue juga untuk menambah penampilan kue agar

(18)

Daun pisang adalah daun dari pohon pisang yang digunakan sebagai bahan

dekoratif pada berbagai kegiatan keagamaan atau sebagai bahan pelengkap dalam

kuliner. Daun pisang mengandung polifenol dalam jumlah besar yang sama

seperti pada daun teh, sehingga menghasilkan aroma khas ketika menjadi bahan

pelengkap makanan (Ristagustina, 2012).

Bagaimanapun menggunakan pembungkus alami jauh lebih sehat

dibandingkan dengan plastik. Penggunaan daun pisang untuk nasi timbel

misalnya, selain menjadikan aroma nasi lebih harum, meningkatkan selera makan,

juga mudah terurai menjadi bahan organik tanah, sehingga berperan terhadap

pelestarian lingkungan (Hidayat, 2011).

Pengolahan Makanan

Dalam pengolahan makanan yang menghasilkan masakan enak, bergizi

dan menarik perlu dilakukan proses-proses tertentu dari bahan mentah menjadi

makanan yang siap dikonsumsi. Proses pengolahan tersebut dimulai dari

persiapan bahan mentah, pengolahan, kemudian penyajian. Dalam proses

pengolahan juga dapat dicampur dengan bahan-bahan lain, misalnya gula, garam,

pewarna, atau bumbu-bumbu lainnya untuk menjadikan makanan lebih lezat dan

menarik (Handayani dan Marwanti, 2011).

Secara umum pengolahan makanan merupakan peningkatan citra rasa dan

menambah umur simpan pada produk olahan. Dimana pada proses perlakuannya

tidak luput dari pengolahan termal hal ini sesuai dengan literatur Estiasih dan

Ahmadi (2009) yang menyatakan proses pengolah termal (thermal process)

termasuk ke dalam proses pengawetan menggunakan energi panas. Proses ini

(19)

dengan umur simpan panjang. Secara umum, tujuan proses termal adalah untuk

mematikan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat

menimbulkan kebusukan pada produk yang dikemas.

Pindah panas adalah proses yang dinamis yaitu panas dipindahkan secara

spontan dari satu badan ke badan lain yang lebih dingin. Perbedaan suhu antara

sumber panas dan penerima panas merupakan daya tarik dalam pindah panas.

Peningkatan perbedaan suhu akan meningkatkan gaya tarik dalam pindah panas

(Earley, 1969).

Pada pengolahan pangan secara termal jamak kita jumpai perambatan panas

dilakukan secara konduksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno, Srikandi

dan Dedi (1980) yang menyatakan bahwa konduksi adalah perambatan panas

dimana panas dialirkan dari satu partikel ke partikel lainnya tanpa adanya

pergerakan atau sirkulasi dari partikel itu. Semakin padat bahan pangan maka

perambatan panasnya akan semakin lambat.

Tujuan Penggunan Alat Mesin Pertanian

Salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan,

agar makanan yang tersedia juga meningkat menurut deret ukur atau sebanding

dengan pertumbuhan penduduk, adalah dengan memanfaatkan berbagai teknologi

yang bisa dikuasainya. Dipihak pemerintah, ada Pusat Penelitian dan

Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian yang salah

satu tugasnya melakukan penelitian dan pengembangan untuk dapat menghasilkan

inovasi teknologi tanaman pangan yang dapat meningkatkan produksi dan

(20)

Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktekkan atau

dilaksanakan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian terutama

dibidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek

kepadatan penduduk, nilai sosial ekonomi dan teknis, maka pengembangan

mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan

selektif. Sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan,

mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan

mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah

setempat(Hardjosentono, dkk., 2000).

Alat dan mesin pertanian tidak luput dari ilmu dan teknologi, kemajuan

teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas, menaikan kualitas dan

mutu produksi. Dengan kata lain teknologi dapat mempermudah

pengerjaan, memberi nilai tambah pada perekonomian dan meningkatkan

taraf hidup masyarakat khususnya pada petani Indonesia. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Rizaldi (2006) yang menyatakan bahwa secara umum, tujuan

mekanisasi pertanian adalah:

a. Meningkatkan efisiensi tenaga manusia.

b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.

c. Menurunkan ongkos produksi.

d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi.

e. Meningkatkan taraf hidup petani.

f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan

(21)

Komponen Alat

Pemasak lemang ini memiliki beberapa bagian penting, yaitu:

1. Reaktor

Secara umum reaktor merupakan tempat pereaksian. Reaktor pada tabung

pemasak lemang merupakan tempat terjadinya perpindahan panas pada tabung

silinder lemang secara konduksi.

2. Tabung lemang

Tabung lemang ini terbuat dari logam yang didesain sedemikian rupa menyerupai

tabung lemang bambu berbentuk silinder dimana tabung lemang ini berfungsi

sebagai wadah penampung bahan baku pembuatan lemang.

3. Heater

Heater merupakan elemen pemanas bekerja sangat sederhana. Elemen pemanas

terbuat dari logam dengan nilai resistansinya yang tinggi.

4. Thermostat

Thermostat adalah alat untuk mengatur suhu agar suhu pada proses pemasakan

stabil.

5. Isolator

Isolator merupakan penghambat laju perpindahan panas dimana terbuat dari

fiberglass yang diselubungi glasswool agar laju perpindahan panas melambat

sehingga panas tidak terbuang percuma.

Logam yang Digunakan

Stainless steel

Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless steel).

(22)

tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang

membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga

kelompok dasar yakni baja tahan karat ferit, baja tahan karat austenit dan baja

tahan karat martensit (Amanto dan Haryanto, 1999).

Aluminium

Aluminium banyak dipergunakan dengan pertimbangan sifatnya yang

ringan dan lunak dengan berat jenis 2,7 titik cair 657oC dan titik didih 1800oC,

penghantar panas dan listrik yang baik, tahan korosi dan tidak bercaun, mudah

dibentuk, bersifat non magnetik serta mempunyai daya tarik yang relatif tinggi

dibandingkan beratnya (Sukandarrumidi, 2009).

Non Logam yang Digunakan

Glasswool

Glasswool merupakan bahan isolasi yang terbuat dari fiberglass, disusun

menjadi sebuah tekstur yang mirip dengan wol. Glasswool diproduksi dalam

gulungan atau dalam lempengan dengan sifat mekanik dan termal yang

berbeda-beda. Terkait sifat mekanik glasswool : meredam suara, sebagai pengganjal, dll.

Terkait sifat termal glasswool : sebagai isolator (penghambat laju perpindahan

panas). Pada kendaraan, glasswool umumnya digunakan untuk isolasi pada

knalpot. Selain pada knalpot, di dunia industri, glasswool digunakan misalkan

untuk isolator panas. Misalkan ada pipa penyalur air panas, supaya panas air tidak

terbuang percuma ketika melintasi pipa, maka pipa diselubungi glasswool.

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan

(23)

sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,

antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin

asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).

Menurut Sembiring (2012), dalam mekanisme pembuatan alat hal yang

perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan Bahan

Pemilihan bahan dan spesifikasi dari alat mempengaruhi kinerja alat yang

dirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat adalah

baja, besi dan aluminium, pada waktu pemilihan bahan diusahakan bahan yang

dipakai adalah bahan yang kokoh dan mampu mendukung kinerja alat. Namun

juga diusahakan mudah diperoleh untuk menjaga kesinambungan bahan baku

apabila ada usaha untuk memproduksi alat dalam jumlah besar. Pemilihan bahan

yang berkualitas namun murah juga sangat mempengaruhi biaya produksi alat.

2. Bahan

Bahan yang sudah tersedia diukur dengan meteran sesuai dengan dimensinya

masing-masing. Kemudian dipotong dengan gergaji atau gerinda sesuai dengan

ukuran yang sudah digambar. Pengukuran dan pemotongan bahan dilakukan

dengan teliti supaya hasil potongan baik dan alat yang dihasilkan sesuai.

3. Perakitan Bahan

Bahan-bahan yang telah dipotong selanjutnya dirakit. Pada bahan besi, dapat

disatukan dengan menggunakan las atau baut dan mur, sedangkan baja di lekatkan

(24)

4. Finishing

Kegiatan terakhir setelah perancangan alat adalah finishing yaitu melakukan

pengecatan pada alat. Alat dicat sedemikian rupa agar daya tahan alat menjadi

lebih lama dan lebih indah dipandang. Selain itu, dengan melakukan pengecatan

akan menambah daya jual alat karena orang akan semakin tertarik melihatnya.

Prinsip Kerja Alat

Pada waktu pemasakan lemang, saklar akan terhubung dengan elemen

pemanas (heater) dan thermostat. Panas yang dihasilkan oleh heater kemudian

dirambatkan secara konduksi ke seluruh tabung lemang diharapkan panas yang

dihasilkan merata dan arus listrik yang menuju ke elemen pemanas kemudian

dibaca oleh thermostat dengan demikian suhu yang diproleh pada pemasakan

akan berlangsung secara konstan.

Kapasitas Kerja Alat

Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin

didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu

produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja

dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu

menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi :

Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW.

Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut :

Kapasitas Alat =

(25)

Uji Organoleptik

Penilaian organoleptik yang disebut juga penilaian indra atau penilaian

sensorik merupakan suatu cara penilaian yang sudah lama dikenal dan masih

umum digunakan. Metode penilaian ini banyak digunakan karena dapat langsung

dengan cepat dan langsung. Dalam beberapa hal penilaian dengan indra bahkan

miliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan alat ukur yang paling

sensitif.

Menurut Rejeki dkk (2012) yang menyatakan pengujian organoleptik

terbagi atas:

1. Warna

Warna biasanya merupakan tanda kemasakan atau kerusakan dari makanan seperti

perlakuan penyimpangan yang memungkinkan adanya perubahan warna. Oleh

karena itu untuk mendapatkan warna yang sesuai dan menarik harus digunakan

teknik pemasakan tertentu atau dengan penyimpanan yang baik.

2. Bentuk

Bentuk makanan memainkan peranan penting dalam daya tarik. Bentuk makanan

yang menarik bisa di peroleh lewat cara pemotongan bahan makanan yang

bervariasi.

3. Aroma

Aroma adalah rasa bau yang sangat subjektif serta sulit diukur, karena setiap

orang mempunyai sensitifitas dan kesukaan yang berbeda. Meski mereka dapat

(26)

4. Rasa

Rasa merupakan tantangan atas adanya ringkasan kimiawi yang sampai di indra

pengecap lidah. Khususnya jenis rasa yaitu manis, asin, asam, dan pahit.

5. Keempukan

Faktor keempukaan diantaranya adalah rabaan oleh tangan, keempukan,

kemudahan dikunyah serta kerenyahan makanan. Untuk itu cara pemasakan bahan

makanan dapat mempengaruhi kualitas tekstur makanan yang dihasilkan.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan.

Menurut Soeharno (2007), analisis ekonomi digunakan untuk menentukan

besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini.

Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga

(27)

x = total jam kerja per tahun (jam/tahun)

BTT =total biaya tidak tetap (Rp/jam)

C = kapasitas alat (jam/satuan produksi)

1. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

- Biaya penyusutan (metode garis lurus)

D = ... (7)

- Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya:

I =

... (8)

dimana :

i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)

- Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin

dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya

pajak alat mesin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

- Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata

(28)

2. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari :

- Biaya perbaikan dapat dihitung dengan persamaan :

Biaya reparasi =

... (9)

- Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung

kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun

dibagi dengan total jam kerjanya.

- Biaya bahan bakar adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada

kondisi kerja per jam. Satuannya adalah liter per jam, sedangkan harga per liter

yang digunakan adalah harga lokasi.

(Darun, 2002).

Break event point

Break event point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan

tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat berkembang sendiri

(self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

Bila pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri BEP maka kegiatan usaha

akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan BEP akan memperoleh

keuntungan.

Analisis BEP juga digunakan untuk :

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha.

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

(29)

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan)

dari dua alternatif usulan investasi (Waldiyono, 2008).

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi

minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak

untuk dijalankan. Untuk menentukan produksi BEP maka dapat digunakan rumus

sebagai berikut:

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)

F : biaya tetap per tahun (rupiah)

R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah)

V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak

tetap per tahun (rupiah/unit)

(Darun, 2002).

Net present value

Net present value (NPV) adalah selisih antara present value dari investasi

dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan

datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan

metode analisis finansial dengan kriteria investasi. NPV adalah kriteria yang

digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan.

Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount

(30)

Secara singkat rumusnya :

(dalam %) bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan-perhitungan.

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + Nilai ahir x (P/F, i, n) ... (12)

Pengeluaran (COF) = Investasi + pembiayaan (P/A, i, n) ... (13)

Kriteria NPV yaitu :

 NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;

 NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan;

 NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya keluar.

(Darun, 2002).

Internal rate of return

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan

tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh:

B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV=

Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR

(31)

) %)(

% (

% x q p positif dan positif

Y X

X q

IRR

  

... (15)

dimana :

p = suku bunga bank paling atraktif

q = suku bunga coba-coba ( > dari p)

X = NPV awal pada p

Y = NPV awal pada q

(32)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga November 2014 di

Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Stainless steel,

Glasswool, aluminium, kabel, baut dan mur, skrup, cat dan thinner.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini mesin las, mesin bubut,

mesin bor, gerinda, gergaji, martil, obeng, meteran, stopwacth, kalkulator, spidol,

kamera, alat tulis, dan komputer.

Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur

(perpustakaan), lalu pengamatan langsung tentang pemasakan lemang.

Selanjutnya dilakukan rancang bentuk, pembuatan/perangkaian

komponen-komponen, kemudian dilakukan pengujian alat dengan pengamatan parameter.

Persiapan Penelitian

a. Pembuatan Alat

Adapun langkah-langkah dalam membuat Alat Pemasaak Lemang Listrik Tipe

Vertikal yaitu:

1. Dirancang bentuk alat sesuai dengan urutan proses.

(33)

3. Dipilih bahan yang digunakan sebagai bahan dasar pembuat alat

4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan.

5. Dipotong bahan sesuai ukuran.

6. Dilas bahan untuk membentuk kerangka alat.

7. Dihubungkan komponen bahan yang telah dibuat sesuai dengan urutan

proses.

b. Persiapan bahan

1. Disiapkan bahan (beras ketan, santan, garam dan daun pisang muda) dengan

komposisi (Lampiran 3).

2. Dicuci dan dibersihkan ketan yang akan dicuci.

3. Ditiriskan ketan yang telah dibersihkan.

4. Ditimbang ketan (1.173,9 gr).

5. Diukur volume santan kental (705 mL).

6. Diukur volume air (705 mL).

7. Disatukan santan kental dan air dalam satu wadah.

8. Dilakukan penambahan garam sebanyak 15 gr.

9. Diaduk santan kental, air dan garam hingga merata.

10. Diukur masa ketan per tabung (195,65 gr).

11. Diukur volume santan per tabung (235 mL).

12. Digulung daun pisang muda ( 1 kali putaran).

13. Dimasukan gulungan daun pisang muda pada tabung pemasakan secara

vertikal.

(34)

15. Dimasukan larutan santan pada masing-masing tabung perlahan-lahan

16. Bahan siap dimasak.

Prosedur Penelitian

1. Dilakukan sanitasi pada alat pemasak lemang.

2. Ditimbang bahan yang telah siap diolah.

3. Dimasukan tabung lemang ke dalam tabung reaktor.

4. Dimasukan bahan yang telah terkomposisi ke dalam tabung lemang.

5. Dihidupkan alat pemasak lemang.

6. Ditunggu lemang hingga matang.

7. Ditimbang lemang yang telah matang.

8. Dilakukan parameter pengamatan.

Parameter Penelitian

Kapasitas efektif alat

Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung berat lemang yang

diolah dibagi dengan satuan waktu yang dibutuhkan selama proses pemasakan

(jam). Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (5).

Uji organoleptik

Uji organoleptik menggunakan indra peraba, pembau, pengelihatan dan

pencicipan untuk memberikan penilaian. Oleh karena itu uji ini bersifat objektif,

dalam artian penilaian yang diberikan oleh setiap orang dapat berbeda-beda.

Orang yang bertugas untuk memberikan penilaian disebut sebagai panelis. Penelis

diminta untuk memberikan kesan berkisar antara sangat suka, suka, tidak suka dan

sangat tidak suka terhadap suatu karakteristik lemang yang disajikan. Adapun

(35)

tekstur (keempukan). Pengujian dilakukan secara indrawi organoleptik yang

ditentukan berdasarkan numerik.

Tabel 1. uji organoleptik untuk penerimaan keseluruhan

Skala hedonic Skala Numerik (skor) Sangat tidak suka 1

Perhitungan biaya pemasak lemang dilakukan dengan cara menjumlahkan

biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap, atau lebih dikenal

dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (6).

a. Biaya tetap

Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :

1. Biaya penyusutan (metode garis lurus). Hal ini dapat dihitung berdasarkan

Persamaan (7).

2. Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung berdasarkan

Persamaan (8).

3. Biaya pajak

Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 1% pertahun dari nilai awalnya.

4. Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1 %, rata-rata

(36)

b. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari:

1. Biaya listrik (Rp/Kwh)

2. Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan

persamaan (9).

3. Biaya Operator

Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji

bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

2. Break event point

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui

batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang

dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh

hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk

menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat dihitung berdasarkan

Persamaan (10).

3. Net present value

Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat

layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan

(11).

Dengan kriteria :

a. NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan

(37)

b. NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan.

c. NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

4. Internal rate of return

Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali

investasi yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR. Hal

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pemasak Lemang Listrik Tipe Vertikal

Alat pemasak lemang listrik tipe vertikal didesain untuk mempermudah

memasak lemang secara modern dan tanpa diperlukan keahlian khusus dalam

proses pembuatannya. Alat ini dirancang dengan menggunakan heater sebagai

elemen pemanasnya dan bekerja berdasarkan prinsip pindah panas secara

konveksi.

Komponen pada alat pemasak lemang listrik tipe vertikal terdiri dari

bagian:

1. Rangka alat

Rangka alat pada alat pemasak lemang ini berupa plat stainless steel yang dilas

pada dinding luar reaktor sebanyak 8 buah. Terdapat 4 buah pada bagian atas dan

4 buah pada bagian bawah.

2. Tabung lemang

Tabung lemang terdiri atas:

- Tabung cetakan lemang.

Tabung cetakan lemang pada alat ini berdimensi tinggi 25 cm dan berdiameter 5

cm. Tabung cetakan lemang ini berbahan stainless steel dan di lengkapi dengan

handel agar mempermudah pengangkatan dan pemisahan dengan sarung tabung

cetakan.

- Sarung tabung cetakan.

Sarung tabung cetakan pada alat ini berdimensi tinggi 5,09 cm dengan diameter

(39)

3. Reaktor

Reaktor pada alat ini dimensi tinggi 25,7 cm berdimeter 15,7 cm dan dilengkapi

dengan 3 heater, 6 sarung tabung cetakan dan 6 tabung cetakan lemang berbahan

stainless steel.

4. Heater

Heater yang digunakan pada alat ini merupakan jenis catrige heater dan band

and nozzel heater atau heater gelang dengan masing-masing heater berdaya 300

watt.

5. Thermostat

Thermostat yang digunakan meupakan termostart analok dengan kapasitas

maksimum 120OC dan di lengkapi dengan lampu indikator yang berfungsi untuk

menandakan bahwa adanya aliran listrik dan pemanasan yang berlangsung secara

konstan.

6. Isolator

Isolator yang digunakan pada alat ini merupakan jenis Glasswoool yang di letakan

pada bagian bawah dan keliling dinding luar reaktor.

Proses Pemasakan Lemang Listrik Tipe Vertikal

Pada proses pemasakan lemang ini terlebih dahulu dilakukan sanitasi pada

alat, hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan sebelum alat digunakan

kemudian disiapkan bahan-bahan pemasakan seperti beras ketan putih, santan

murni, air, garam dan daun pisang muda. Sebelum dilakukan pemasakan, beras

ketan putih terlebih dahulu dicuci hingga bersih dan kemudian ditiriskan.

Setelah semua bahan terkomposisi daun pisang muda dimasukan ke dalam

(40)

terkomposisi lalu dimasukan perlahan hingga semua tabung lemang terisi. Perlu

diperhatikan pada proses pencampuran bahan, santan harus berada diatas

permukaan ketan ± 2 cm.

Tahap selanjutnya di hidupkan alat dan diatur suhu menggunakan

thermostat sebesar 100oC hal ini bertujuan agar pemanasan pada alat berlangsung

secara konstan. Pemasakan ini merupakan proses pemasakan pindah panas secara

konduksi yang berasal dari heater kemudian dirambatkan ke seluruh tabung

lemang. Pada waktu 26 menit suhu pada thermostat akan mecapai suhu stabil dan

lampu indikator akan menyala kemudian alat pemasakan lemang akan

mengelurkan asap dan aroma khasnya, santan pada permukaan akan mendidih dan

daun pisang muda yang digunakan perlahan-lahan layu. Setelah mencapai waktu 1

jam asap akan berhenti dan santan pada permukaan perlahan-lahaan mengalami

kejenuhan namun lemang belum bisa di katakan matang karena ketan masih keras.

Setelah 30 menit akhir tampak daun bagian atas mengering, santan mengalami

kejenuhan dan terlihat minyak pada permukaan lemang, warna ketan yang tadinya

putih berubah menjadi bening. Dengan terlihatnya ciri-ciri seperti yang disebutkan

diatas maka lemang dapat dikatakan matang.

Setelah lemang matang diatur suhu termostat pada posisi 0oC kemudian

arus listrik pada alat dimatikan dan lemang siap. Dengan demikian proses

pemasakan berlangsung selama 1 jam 30 menit dengan pengamatan secara

langsung pada alat pemasak lemang listrik tipe vertikal.

Kapasitas Alat

Kapasitas alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam

(41)

efektif alat dihitung dari perbandingan antara berat lemang yang dihasilkan (kg)

dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pemasakan. Kapasitas efektif alat

dapat dilihat dari Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 2. Kapasitast alat

vertikal pada ulangan I sebesar 2,11 kg, ulangan II sebesar 2,15 kg dan ulangan III

sebesar 2,13 kg, sehingga diperoleh rata-rata berat lemang sebesar 2,13 kg dengan

lama waktu pemasakan 90 menit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

(Lampiran. 4), diperoleh kapasitas efektif alat pemasak lemang tipe vertikal

sebesar 1,42 kg/jam.

Uji Organoleptik

Tabel 3. Uji organoleptik

Panelis Warna Bentuk Aroma Rasa Keempukan

Panelis 1 3 4 3 3 4

Pada penelitian uji organoleptik yang telah dilakukan diperoleh bahwa

(42)

aroma pada skala 2,9 (suka), rasa pada skala 3,3 (suka), keempukan dan pada

skala 3,5 (empuk).

Analisis Ekonomi

Biaya pemakaian alat

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,

misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk

kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Dari analisis ekonomi

yang dilakukan (lampiran 6) diperoleh biaya untuk memproduksi lemang sebesar

Rp. 4.113,2/kg. Artinya, untuk memproduksi lemang sebanyak 6 batang atau

setara dengan 2,13 kg dibutuhkan biaya sebesar Rp. 4.113,2.

Break event point

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan

tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self

growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan

titik impas (break even point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal

yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk

dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi

(43)

di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian,

sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan

(lampiran 7), alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini akan mencapai break

even point pada nilai 42,13 kg/tahun. Hal ini berarti alat ini akan mencapai titik

impas apabila telah memproduksi lemang sebanyak 23 kali pemasakan.

Net present value

Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu

alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam

penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan

Darun (2002) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan;

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan;

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

Internal rate of return

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan

(44)

dilaksanakan. Maka hasil yang didapat dari perhitungan ini adalah sebesar 10,87%

(lampiran 9). Artinya usaha pemasak lemang listrik ini masih layak untuk

dijalankan jika pengusaha melakukan peminjaman modal di bank pada suku

bunga di bawah 10,87%. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas efektif alat pemasak lemang listrik tipe vertikal yang digunakan

dalam penelitian sebesar 1,42 kg/shift.

2. Biaya pokok yang dikeluarkan untuk memproduksi lemang sebanyak 6

bantang dari alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini adalah

Rp.4.113,2/kg.

3. Alat ini akan mencapai break even point (titik impas) setelah memasak lemang

sebanyak 42,13 kg/tahun atau setara dengan 23 kali pemasakan.

4. Net present value 6% dan 8% dari alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini

adalah Rp. 699.840.928 dan Rp. 211.742.145 yang artinya usaha ini layak

untuk dijalankan.

5. Internal rate of return dari alat pemasak lemang listrik tipe vertikal ini adalah

10,87%.

6. Alat pemasak lemang litrik tipe vertikal ini lebih ramah lingkungan karena

menggunakan tabung stainless steel silinder dan heater sebagai komponen

pemanasnya.

Saran

1. Dengan kapasitas alat yang masih rendah perlu dilakukan pengembangan alat

untuk meningkatkan kapasitas alat.

2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengendalian suhu dan lama pemasakan

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Amanto, H. dan Haryanto, 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Daryanto, 1984. Dasar–Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara. Jakarta.

Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat, 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Earley, R. I., 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Penerjemah: Nasution, Z. Sastra Hudaya, Bogor.

Estiasih, T. dan Ahmadi, K., 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara, Malang.

Faisal F, Yunus F, Harahap F., 2012. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernapasan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Handaka, 2002. Kontribusi Mekanisasi Pertanian dan Teknologi Pasca Panen pada Sistem dan Usaha Agribisnis. Badan Litbang Pertanian, Malang.

Handayani, T. H. W. dan Marwanri, 2011. Pengolahan Makanan Indonesia. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri, Yogyakarta.

Hardjosentono M. Wijato, Elon R, Badra IW, Dadang T. 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Hidayat, A. A., 2011. Bahaya Kemasan Plastik. Staf Pengajar Teknik Industri Universitas Mercu Buana, Jakarta. http://www.pantonanews.com/berita 119-bahaya-kemasan-plastik-.html [Diakses Tanggal 26 Maret 2014]

Marwanti, 2000. Pengetahuan Masakan Indonesia. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta

Prihatman, K., 2000. Padi (Oryza Sativa). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Purba, R., 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

(47)

Ristagustina, 2012. Mengapa Daun Pisang Lebih Baik Digunakan sebagai Pembungkus Makanan dari Plastik.

http://ristagustina.wordpress.com [Diakses Tanggal 14 Maret 2014].

Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. USU Press, Medan.

Samsudin, A., Zainal, I. M., dan Taufik, A. M, 1990. Teknologi Baru

Pemprosesan dan pengeluaran Lemang. Malaysia Agricultural Research and Development Institute, Malaysia

Santika, A., dan Rozakurnita, 2010. Teknik Evaluasi Mutu Beras Ketan dan Beras Merah pada Beberapa Galur Padi Gogo. Jurnal: Buletin Teknik Pertanian hal:15.

Satyahadi, A., 2012. Bahan Kemasan yang Baik dan Aman.

http://www.indonesiaprintmedia.com/. [Diakses Tanggal 26 Maret 2014]

Sembiring, D., 2012. Rancang Bangun Multifucer Tipe Disk Mill pada Berbagai Komoditi. Skripsi. Fakultas Petanian., Universitas Sumatera Utara, Medan.

Setyamidjaja, D., 1991. Bertani Kelapa Budidaya dan Pengolahannya. Kasinus, Yogyakarta.

Serikat Negara Republik Indonesia, 2010. Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung. http://www.setneg.go.id/. [Diakses Tanggal 14 Maret 2014]

Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Sugeng, H. R., 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu, Semarang.

Sukandarrumidi, 2009. Geologi Mineral Logam Untuk Explore Muda. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

(48)

Lampiran 1. Flow chart pelaksaaan penelitian.

Mulai

Dirancang bentuk alat

Digambar dan ditentukan ukuran alat

Dipilih bahan

Diukur bahan yang akan digunakan

Dipotong bahan sesuai ukuran yang sudah

ditentukan

Dirangkai alat

Pengelasan

Digerinda permukaan yang kasar

Pengecatan

(49)

a b

Pengujian alat

Layak?

Analisis data Pengukuran parameter

Data

(50)

Lampiran 2. Spesifikasi alat pemasak lemang listrik tipe vertikal

c. Dimensi sarung tabung cetakan

Diameter = 5,09 cm

Tinggi = 23,8 cm

d. Dimensi tabung cetakan

Diameter = 5 cm

Tinggi = 25 cm

2. Bahan

Tabung reaktor = Stainless steel

Tabung sarung cetakan = Stainless steel

Tabung cetakan = Stainless steel

Rangka = Stainless steel

Peredam panas = Glass wool

3. Pemanas

Sumber Panas = Heater (pemanas) elektrik

4. Suhu

(51)

Lampiran 3. Rancang teknis komposisi alat pemasak lemang listrik tipe vertikal

Diketahui:

- Panjang tabung = 25 cm

- Panjang tabung efektif = 24 cm (2,4 dm)

- Diameter tabung = 5 cm

- Jari-jari (r2) = 2,5 cm (0,25 dm)

- Jumlah tabung pada alat = 6 tabung

- Jarak ketan dengan air = 2 cm (20 ml)

- Larutan santan(1:1) = Santan kental : Air

(1 liter = 910 gr)

Maka :

- Volume tabung = 428,61 gr

- Total volume tabung pada alat = 2571,66 gr

- Massa ketan pada tabung = 195,65 gr

- Total massa ketan pada tabung = 1173,9 gr

- Massa larutan santan pada tabung

- Santan kental = 117,5 mL

- Air = 117,5 mL

Total Massa larutan santan pada tabung

- Total santan kental = 705 mL

(52)

Perhitungan:

a. Volume tabung

= .t

=

=

=

=

=

b. Total volume tabung pada alat

= volume tabung x jumlah tabung

=

c. Massa ketan pada tabung

= [ ]

=

[ ] )

= 0,235 - 2 cm

= 235 mL – 20 mL

=215 x 10-3 L x (910 gr)

= 195,65 gr

d. Total massa ketan pada tabung

= Massa ketan x jumlah tabung

= 195,65 gr x 6 tabung

(53)

e. Massa larutan santan pada tabung

= [ ]

=

[ ]

= 0,235 = 235 mL

- Santan kental = [

= [

= 117,5 mL

- Air = [

= [

= 117,5 mL

f. Total massa larutan santan pada tabung

- Total santan kental = Santan kental x jumlah tabung

= 117,5 x 6 tabung

= 705 mL

- Total air = Air x jumlah tabung

= 117,5 x 6 tabung

= 705 mL

Jadi, dapat disimpulkan komposisi bahan pada alat pemasak lemang listrik tipe

vertikal yakni, ketan seberat 1.173,9 gr, santan kental sebanyak 705 mL dan air

(54)
(55)

Lampiran 5. Biaya pemakaian alat

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan suatu alat. Dengan analisis ekonomi

dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan.

Unsur produksi

1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp. 5.250.000

2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun

3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 525.000

4. Jam kerja = 10 jam/hari

5. Lama pemasakan = 1,5 jam

6. Produksi/hari = 14,2 kg/hari

7. Biaya operator = Rp. 50.000/ hari (1 jam=Rp.5.000)

8. Biaya listrik = Rp. 300,6 / jam

9. Biaya perbaikan = Rp. 171,81/ jam

10.Bunga modal dan asuransi = Rp. 567.000/ tahun

11.Biaya sewa gedung = Rp. 525.000 / tahun

12.Pajak = Rp. 105.000/ tahun

13.Jam kerja alat per tahun = 3000 jam/tahun ( asumsi 300 hari

(56)

Lampiran 6. Biaya produksi

1. Biaya tetap (BT)

1. Biaya penyusutan (D)

D =

dimana:

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)

S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = Umur ekonomi (tahun)

D =

= Rp 945.000/tahun

2. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Agustus 16% dan Asuransi 2%

(57)

Total biaya tetap = Rp. 1.669.500/tahun

2. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi =

=

= Rp. 18,9/jam

2. Biaya listrik

Daya Heater = 0,9 KW

Biaya listrik = 0,9 KW x Rp. 334/KWH

= Rp. 300,6/H

= Rp. 300,6/jam

3. Biaya operator

Biaya operator = Rp. 5.000/jam

Total biaya tidak tetap = Rp. 5.319,5 /jam

3. Biaya produksi lemang listrik

Biaya pokok = + BTT

]

C

=

+ Rp. 5.319,5 /jam

]

0,70 jam/kg

(58)

Lampiran 7. Break even point

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan

dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha

yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat

berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap

sama dengan nol.

Penerimaan dari tiap produksi (R) = Rp.40.000/kg

Alat ini akan mencapai Break even point jika alat telah memasak lemang

Alat ini akan mencapai Break even point jika alat telah memasak lemang dengan

berat 42,13 kg/tahun atau setara dengan 23 kali pemasakan.

(59)

Lampiran 8. Net present value

Berdasarkan persamaan (2) nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

CIF –COF ≥ 0

Investasi : Rp. 5.250.000

Nilai akhir : Rp. 525.000

Pendapatan : penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1

tahun dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas

penuh

: Rp.40.000 x 1,42 kg/jam x 3000 jam

: Rp. 170.400.000

Pembiayaan : biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat

1 tahun

: Rp. 4.113,2 x 1,42 kg/jam x 3000 jam

: Rp. 17.522.232

Suku bunga bank : Rp. 6%

Suku bunga coba-coba : Rp. 8%

Umur alat : 5 tahun

Cash in flow 6%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 6%, 5)

= Rp. 170.400.000/ tahun x 4,2124

(60)

2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F,6%,5)

= Rp.525.000 x 0,7473

= Rp. 392.332,5

Jumlah CIF = Rp. 718.185.292

Cash out flow 6%

1. Investasi = Rp.5.250.000

2. Pembiayaan = pembiayaan x (P/F,6%,n)

= Rp. 17.522.232 x 0,7473

= Rp. 13.094.364

Jumlah COF = Rp. 18.344.364

NPV 6% = CIF – COF

= Rp. 718.185.292 - Rp. 18.344.364

= Rp. 699.840.928

Jadi besarnya NPV 6% adalah Rp. 699.840.928 > 0 maka usaha ini layak untuk

(61)

Lampiran 9. Internal rate of return

Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan

tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate,

dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X

(positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif),

dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :

IRR = p% +

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama

(umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu.Harga

IRR dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

IRR = p% +

(62)

Dimana:

p = suku bunga bank paling atraktif

q = suku bunga coba-coba ( > dari p)

X = NPV awal pada p

Y = NPV awal pada q

Suku bunga bank paling atraktif (p) = 6%

Suku bunga coba-coba ( > dari p) (q) = 8%

Cash in flow 8%

1. Pendapatan = Pendapatan × (P/A, 8%,5)

= Rp. 717.792.960 ×3,9927

= Rp. 286.595.846

2. Nilai akhir = Nilai akhir × (P/F, 8%,5)

= Rp. 525.000 × 0,6806

= Rp. 357.315

Jumlah CIF = Rp. 286.595.846 + Rp. 357.315

= Rp. 286.953.161

Cash out flow 8%

1. Investasi = Rp. 5.250.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan × (P/A, 8%,5)

= Rp.17.522.232 x 3,9927

= Rp. 69.961.015,7

Jumlah COF = Rp. 5.250.000 + Rp. 69.961.015,7

(63)

NPV 8% = CIF – COF

= Rp. 286.953.161 – Rp. 75.211.015,7

= Rp. 211.742.145

Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:

IRR = q% +

x (q% - p%)

= 8% +

× (8% - 6%)

= 8% + (1,434 × 2%)

(64)

Lampiran 10. Foto alat

Alat pemasak lemang listrik tipe vertikal

(65)

Proses pemasukan ketan

Proses penuangan santan

(66)

Lampiran 11. Komponen alat

Sarung tabung cetakan

(67)

Lampiran 12. Gambar teknik alat

(68)
(69)

Gambar

Tabel 1. uji organoleptik untuk penerimaan keseluruhan
Tabel 2. Kapasitast alat
Tabel  kapasitas alat

Referensi

Dokumen terkait

Panel ini biasanya hanya digunakan untuk uji kesukaan (preference test). Anggota panel adalah orang yang secara khusus memiliki kemampuan yang lebih diantara orang

Mesin pencacah sampah organik dengan menggunakan pelepah kelapa sawit sebagai bahan yang dicacah memiliki kapasitas efektif alat yaitu sebesar..

Dalam industri makanan, peran santan sangat penting baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan.. Hal ini disebabkan

Flow chart pelaksaaan penelitian Pengamatan Parameter Selesai Mulai Persiapan Bahan Pencucian Ketan Perendaman Ketan ±3-4 jam Pencampuran Persiapan Alat Pemasukan Daun

dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat

Penelitian eksperimental ini akan merancang pembangkit listrik hybrid dengan mengkombinasikan turbin angin vertikal model darrieus tipe H dan solar cell kapasitas 50

Hasil pengujian menunjukkan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyuling daun cengkeh sebanyak 1 kg yaitu 3 jam sehingga kapasitas efektif alat penyuling

Hasil Perancangan pembangkit listrik tenaga angin Gambar diatas adalah hasil rancangan pembangkit listrik tenaga angin sumbu vertikal tipe savonis, yang dipasang pada