• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Gigi Berjejal dengan Ukuran Gigi dan Dimensi Lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara Gigi Berjejal dengan Ukuran Gigi dan Dimensi Lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA GIGI BERJEJAL DENGAN

UKURAN GIGI DAN DIMENSI LENGKUNG PADA

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

CYNTHIA ANGGRAINI PUTRI

NIM : 100600029

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonsia

Tahun 2014

Cynthia Anggraini Putri

Hubungan antara Gigi Berjejal dengan Ukuran Gigi dan Dimensi Lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

xi + 44 halaman

Ukuran gigi dan dimensi lengkung merupakan faktor yang berperan di dalam terjadinya gigi berjejal. Gigi berjejal adalah suatu keadaan ketidaksesuaian antara ukuran gigi dengan dimensi lengkung. Beberapa peneliti menyatakan bahwa dari aspek ukuran gigi, kelompok gigi berjejal berat memiliki ukuran gigi yang lebih besar daripada kelompok gigi berjejal ringan. Sementara itu, peneliti lain menyatakan bahwa aspek dimensi lengkung lebih berperan dalam menyebabkan gigi berjejal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari tiga kelompok yaitu kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) pada mahasiswa yang masih aktif menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian ini adalah model studi gigi yang berjumlah 20 pasang pada masing-masing kelompok.

(3)

– turut sebagai berikut 95,16 mm 96,72 mm dan 98,76 mm sedangkan pada rahang bawah adalah 87,11 mm, 90,74 mm dan 91,01 mm.

Pada aspek dimensi lengkung rahang atas rerata jarak antara insisivus lateralis rahang atas adalah 28,78 mm, 28,33 mm dan 27,77 mm. Rerata lebar Intermolar rahang atas bagian bukal adalah 57,94 mm, 57,61 mm dan 56,62 mm. Rerata lebar Intermolar rahang atas daerah palatal adalah 35,57 mm, 34,59 mm 33,50 mm. Rerata panjang lengkung rahang atas adalah 35,75 mm, 35,53 mm dan 34,59 mm. Rerata perimeter lengkung rahang atas adalah 94,95 mm, 94,16 mm dan 91,78 mm. Pada aspek dimensi lengkung rahang bawah menunjukkan rerata jarak antara insisivus lateralis rahang bawah adalah 21,69 mm, 21,47 mm dan 21,45 mm. Rerata lebar Intermolar rahang atas daerah bukal adalah 53,74 mm, 53,02 mm dan 52,99 mm. Rerata lebar Intermolar rahang atas daerah lingual adalah 33,09 mm, 32,14 mm dan 31,40 mm. Rerata panjang lengkung rahang bawah adalah 31,21 mm, 30,79 mm dan 29,61 mm. Rerata perimeter lengkung rahang bawah adalah 84,22 mm, 82,94 mm dan 80,47 mm.

Kesimpulan penelitian yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yaitu semakin besar ukuran gigi maka semakin besar pula terjadinya gigi berjejal sedangkan semakin kecil dimensi lengkung maka terjadinya kasus gigi berjejal juga semakin besar.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 11 Februari 2014

Pembimbing : Tanda tangan

1. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort. (K) ………... NIP : 19540212 198102 2 001

2. Aditya Rachmawati, drg. ………...

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 10 Februari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K)

ANGGOTA : 1. Aditya Rachmawati, drg.

2. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan anugerahNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta Alizar dan Elisaswita S.Pd berkat doa, kasih sayang serta dukungan moril dan materil yang terus menerus kepada penulis dan kepada kedua saudara penulis Mahesa Eka Putra dan Maharesi Trifo Putra yang selalu memberikan dukungan dan saran kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort ( K ) selaku ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan banyak waktu, pikiran, motivasi dan saran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Aditya Rachmawati, drg., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan banyak waktu, pikiran, motivasi dan saran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort ( K ) dan Erliera, drg., Sp.Ort selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan waktu dan masukan kepada penulis.

5. Nurdiana, drg., Sp.PM selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani program akademik.

(7)

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terutama staf dan Pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Sahabat terbaik penulis, Yunike Genisya, Dea Philia, Nurul Yunita, Natasya Claudia, Diajeng Retno dan Joseph Dede atas dukungan, bantuan dan semangat yang diberi.

9. Kakak – kakak terbaik penulis, Shinta Nurfauzia, Adika Aryasthara, Aditya Sjahrandra yang telah menjadi motivator selama menjalani masa perkuliahan.

10. Teman – Teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, yang telah saling membantu dan memberikan semangat.

11. Seluruh teman – teman seangkatan stambuk 2010 khususnya kelompok 2 pemicu, senior dan junior yang telah menjadi sampel penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu, masyarakat dan Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonti.

Medan, 11 Februari 2014 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN...

TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan Penelitian………... 4

1.4 Hipotesis Penelitian………... 5

1.5 Manfaat Penelitian………... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gigi Berjejal………... 6

2.2 Derajat Keparahan Gigi Berjejal………... 7

2.3 Etiologi Gigi Berjejal………... 8

2.4 Ukuran Gigi dan Dimensi Lengkung………... 10

(9)

2.4.2 Dimensi Lengkung

a. Lebar Lengkung gigi ... 11

b. Panjang Lengkung ... 12

c. Perimeter Lengkung ... 12

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………... 13

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 13

3.3 Populasi ………... 13

3.4 Sampel………... 13

3.5 Variabel Penelitian ………... 15

3.6 Definisi Operasional ………... 16

3.7 Alat dan bahan penelitian ………... 19

3.8 Prosedur Penelitian ………... 20

3.9 Alur Penelitian…………... 22

3.10 Pengolahan Data dan Analisis Data 3.10.1 Pengolahan Data ... 23

3.10.2 Analisis Data ... 23

3.11 Etika Penelitian 3.11.1 Lembar Persetujuan ( Informed Consent ) ... 23

3.11.2 Ethical Clearance ... 23

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 24

BAB 5 PEMBAHASAN... ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 40

6.2 Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA... 42

(10)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonsia

Tahun 2014

Cynthia Anggraini Putri

Hubungan antara Gigi Berjejal dengan Ukuran Gigi dan Dimensi Lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

xi + 44 halaman

Ukuran gigi dan dimensi lengkung merupakan faktor yang berperan di dalam terjadinya gigi berjejal. Gigi berjejal adalah suatu keadaan ketidaksesuaian antara ukuran gigi dengan dimensi lengkung. Beberapa peneliti menyatakan bahwa dari aspek ukuran gigi, kelompok gigi berjejal berat memiliki ukuran gigi yang lebih besar daripada kelompok gigi berjejal ringan. Sementara itu, peneliti lain menyatakan bahwa aspek dimensi lengkung lebih berperan dalam menyebabkan gigi berjejal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari tiga kelompok yaitu kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) pada mahasiswa yang masih aktif menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan memenuhi kriteria inklusi. Sampel penelitian ini adalah model studi gigi yang berjumlah 20 pasang pada masing-masing kelompok.

(11)

– turut sebagai berikut 95,16 mm 96,72 mm dan 98,76 mm sedangkan pada rahang bawah adalah 87,11 mm, 90,74 mm dan 91,01 mm.

Pada aspek dimensi lengkung rahang atas rerata jarak antara insisivus lateralis rahang atas adalah 28,78 mm, 28,33 mm dan 27,77 mm. Rerata lebar Intermolar rahang atas bagian bukal adalah 57,94 mm, 57,61 mm dan 56,62 mm. Rerata lebar Intermolar rahang atas daerah palatal adalah 35,57 mm, 34,59 mm 33,50 mm. Rerata panjang lengkung rahang atas adalah 35,75 mm, 35,53 mm dan 34,59 mm. Rerata perimeter lengkung rahang atas adalah 94,95 mm, 94,16 mm dan 91,78 mm. Pada aspek dimensi lengkung rahang bawah menunjukkan rerata jarak antara insisivus lateralis rahang bawah adalah 21,69 mm, 21,47 mm dan 21,45 mm. Rerata lebar Intermolar rahang atas daerah bukal adalah 53,74 mm, 53,02 mm dan 52,99 mm. Rerata lebar Intermolar rahang atas daerah lingual adalah 33,09 mm, 32,14 mm dan 31,40 mm. Rerata panjang lengkung rahang bawah adalah 31,21 mm, 30,79 mm dan 29,61 mm. Rerata perimeter lengkung rahang bawah adalah 84,22 mm, 82,94 mm dan 80,47 mm.

Kesimpulan penelitian yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yaitu semakin besar ukuran gigi maka semakin besar pula terjadinya gigi berjejal sedangkan semakin kecil dimensi lengkung maka terjadinya kasus gigi berjejal juga semakin besar.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maloklusi merupakan masalah umum yang menjadi perhatian saat ini.Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi atau malrelasi lengkung geligi di luar rentang kewajaran yang dapat diterima.1,2 Jenis – jenis maloklusi yang dapat dijumpai antara lain protrusi, retrusi, intrusi, ekstrusi, crossbite (gigitan silang), open bite (gigitan terbuka), deep bite (gigitan dalam), crowded (gigi berjejal) dan diastema.2-4

Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi diluar susunan gigi yang normal dimana terjadi ketidaksesuaian antara ukuran gigi dan dimensi lengkung. Nance menyatakan bahwa gigi berjejal terjadi akibat adanya perbedaan antara ruang yang diperlukan didalam lengkung gigi dengan ruang yang tersedia di dalam lengkung gigi.5-8

Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan dan merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan pasien untuk melakukan perawatan ortodonti.6 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wijanarko pada anak usia 12 – 14 tahun pada Sekolah Menengah Pertama di Jakarta dilaporkan bahwa prevalensi gigi berjejal sebesar 44.9%, diastema 16.7%, protrusi 6.3% , deep bite 6.3%, scissor bite

12.3% dan open bite sebesar 13.2%.3 Astoeti dkk., juga melakukan penelitian dan melaporkan bahwa 51.6% murid–murid kelas 4–6 SD di Jakarta mengalami masalah gigi berjejal.9 Penelitian lain yang dilakukan Schlegel dan Satravaha pada 110 anak laki–laki dan perempuan Sunda ditemukan bahwa prevalensi gigi berjejal sebesar 85%,

deep bite sebesar 55% dan protrusi sebesar 22%.10

Menurut Third National and Nutrition Examination Survey (NHANES III) pada tahun 2010 hampir setengah dari anak-anak di Amerika Serikat setidaknya mengalami

crowding ringan pada masa gigi geligi campuran dan hal tersebut cenderung memburuk ketika remaja dan dewasa. Sekitar sepertiga penduduk dilaporkan mengalami crowding

(13)

Haynes pada tahun 1970 melakukan penelitian pada 596 anak yang berumur 11– 12 tahun di Inggris dan melaporkan gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang sering muncul dimana prevalensinya sebesar 80.23%. Hill juga melakukan penelitian epidemologi pada tahun 1992 terhadap 765 murid sekolah di Glasgow yang berumur 9-15 tahun untuk mengetahui prevalensi dari maloklusi berat dimana dia melaporkan bahwa prevalensi gigi berjejal adalah 68.8%. Al-Balkhi dan Al-Zahrani juga melakukan penelitian pada pasien usia 5 hingga 22 tahun yang mendapatkan perawatan ortodonti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas King-Saud, Riyadh Arab Saudi pada tahun 1994 dari semua kasus maloklusi prevalensi gigi berjejal yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 49.5%. Selain itu, Bryan Jones pada tahun 1987 juga melakukan penelitian pada 132 pasien yang mendatangi rumah sakit militer Riyadh, Arab saudi dan melaporkan prevalensi gigi berjejal yaitu sebesar 67.4%. Isiekwe yang melakukan penelitian terhadap 617 anak sekolah pada tahun 1983 di Nigeria melaporkan prevalensi gigi berjejal hanya 12.9%.11

Penyebab gigi berjejal biasanya multifaktorial dan bervariasi. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa gigi berjejal dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan seperti herediter, ras, konsistensi makanan, trauma, sindroma genetik, ukuran gigi dan dimensi lengkung.2,12-15 Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab gigi berjejal namun biasanya sangat sulit untuk mengetahui penyebab utama dari gigi berjejal.6

Menurut data dari Third National and Nutrition Examination Survey (NHANES III) prevalensi ras kulit putih yang mengalami gigi berjejal ringan sebesar 26.3% di rahang atas dan 26.9% di rahang bawah, gigi berjejal sedang sebesar 19.1% di rahang atas dan 22.6% di rahang bawah, gigi berjejal berat sebesar 8.0% di rahang atas dan 10.8% di rahang bawah dan gigi berjejal ekstrem sebesar 2.8% di rahang atas dan 4.0% di rahang bawah.4

(14)

7.2% di rahang bawah dan gigi berjejal ekstrem sebesar 2.5% di rahang atas dan 3.0% di rahang bawah.4

Prevalensi ras Hispanik yang mengalami gigi berjejal ringan sebesar 26.5% di rahang atas dan 23.0% di rahang bawah, gigi berjejal sedang sebesar 22.5% di rahang atas dan 23.8% di rahang bawah, gigi berjejal berat sebesar 12.1% di rahang atas dan 9.6% di rahang bawah dan gigi berjejal ekstrem sebesar 3.0% di rahang atas dan 4.8% di rahang bawah.4

Penelitian yang dilakukan untuk menentukan hubungan ukuran gigi dengan gigi berjejal berdasarkan ras juga telah dilaksanakan, Lavelle dkk., melakukan penelitian mengenai ukuran gigi pada ras Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid dan disimpulkan bahwa ukuran mesiodistal mahkota pada ras Negroid paling besar dan kemudian diikuti oleh ras Mongoloid dan yang paling kecil adalah ras Kaukasoid.16-18

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Merz dkk., yang menemukan bahwa ukuran mesiodistal gigi kaninus, premolar dan molar pada orang kulit hitam lebih besar daripada orang kulit putih. Selain itu Merz dkk., juga melaporkan orang kulit hitam memiliki ukuran gigi yang dan perimeter lengkung yang lebih besar dibandingkan orang kulit putih.17,19

Penelitian yang dilakukan Santoro di Republik Dominika juga menunjukkan hal yang hampir serupa dimana ukuran mesiodistal penduduk Amerika – Afrika lebih besar dibandingkan penduduk Dominika – Amerika.19

Smith dkk., juga melakukan penelitian pada ras Kaukasoid, ras Negroid dan Hispanik, dari penelitian tersebut diketahui bahwa rasio anterior ras Kaukasoid lebih besar daripada ras Negroid dan hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lavelle dkk.,17

(15)

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah rata-rata ukuran mesiodistal gigi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara?

2. Berapakah rata–rata lebar lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara?

3. Berapakah rata-rata panjang lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara?

4. Berapakah rata–rata perimeter lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara?

5. Apakah ada hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ?

6. Apakah ada hubungan antara gigi berjejal dengan dimensi lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rata-rata ukuran mesiodistal gigi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui rata–rata lebar lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui rata-rata panjang lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui rata–rata perimeter lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ?

(16)

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ada hubungan antara gigi berjejal dengan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai penunjang dalam diagnosis.

2. Sebagai pedoman dalam menyusun rencana perawatan pada kasus gigi berjejal.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan ortodonti. Gigi berjejal merupakan suatu keluhan pasien terutama pada aspek estetik sehingga pasien datang ke dokter gigi atau spesialis ortodonti untuk meratakan susunan gigi sehingga gigi menjadi rapi dan mendapatkan oklusi yang normal. Walaupun biasanya pasien datang untuk alasan estetik , perawatan gigi berjejal bukan saja untuk merapikan gigi tetapi juga untuk memperbaiki masalah fungsional.5,6,20,21

2.1 Definisi Gigi Berjejal

Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang normal dimana terjadi ketidaksesuaian antara ukuran gigi dan dimensi lengkung. Nance menyatakan bahwa gigi berjejal terjadi akibat adanya perbedaan antara ruang yang diperlukan didalam lengkung gigi dengan ruang yang tersedia di dalam lengkung gigi.5-8

Istilah yang sering digunakan di bidang ortodonti untuk menjelaskan gigi berjejal adalah diskrepansi ukuran lengkung gigi. Diskrepansi ukuran lengkung gigi adalah perbedaan antara panjang lengkung rahang dan ukuran gigi, dimana prediksi ruang yang tersedia bisa positif ataupun negatif . Apabila hasilnya negatif maka akan menyebabkan gigi berjejal sedangkan jika hasilnya positif akan menyebabkan terdapat ruangan diantara gigi.11

(18)

maksila dan skeletal yang normal. Sedangkan gigi berjejal kompleks artinya gigi berjejal yang disebabkan oleh ketidakseimbangan skeletal, fungsi bibir dan lidah, dan disfungsional oklusi yang menyebabkan ketidakharmonisan antara ukuran gigi dengan ruangan yang tersedia.2,22

2.2 Derajat Keparahan Gigi Berjejal

Banyak kategori yang digunakan dalam menentukan derajat keparahan gigi berjejal. Menurut Proffit, derajat keparahan gigi berjejal dikategorikan sebagai berikut:23

a. Ideal, yaitu kekurangan ruangan sebesar 0-1 mm.

b. Gigi berjejal ringan (mild crowded), yaitu kekurangan ruangan sebesar 2-3 mm. c. Gigi berjejal sedang (moderate crowded), yaitu kekurangan ruangan sebesar 4-6 mm. d. Gigi berjejal berat (severe crowded), yaitu kekurangan ruangan sebesar 7-10 mm. e. Gigi berjejal ekstrim (extreme crowded), yaitu kekurangan ruangan di atas 10 mm.

McDonald juga mengklasifikasikan derajat keparahan gigi berjejal dan dikategorikan sebagai berikut :22

a. Gigi berjejal ringan ( mild crowded ), yaitu kekurangan ruangan 1-2 mm perkuadran. b. Gigi berjejal ringan (moderate crowded), yaitu kekurangan ruangan 4 mm perkuadran.

c. Gigi berjejal berat (severe crowded), yaitu kekurangan ruangan lebih dari 4 mm perkuadran.

Menurut analisis panjang lengkung Carey’s, derajat keparahan gigi berjejal dikategorikan sebagai berikut :24

a. Ideal (no crowded), yaitu tidak terdapat kekurangan ruangan.

b. Gigi berjejal ringan (mild crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan sebesar 0.0– 2.5 mm.

c. Gigi berjejal sedang (moderate crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan sebesar 2.5-5.0 mm.

(19)

Menurut analisis Merrifield kekurangan ruangan dilihat dari panjang lengkung anterior yang tersedia dikurangi dengan jumlah total mesiodistal gigi anterior. Sehingga derajat keparahan gigi berjejal dikategorikan sebagai berikut :24

a. Ideal (no crowded), yaitu tidak terdapat kekurangan ruangan pada regio anterior. b. Gigi berjejal ringan (mild crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan sebesar 0–2 mm pada regio anterior.

c. Gigi berjejal sedang (moderate crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan sebesar 2-4 mm pada regio anterior.

d. Gigi berjejal berat severe crowded), yaitu terdapat kekurangan ruangan 4 – 6 mm pada regio anterior.

2.3 Etiologi Gigi Berjejal

Hingga abad 21 sudah banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui etiologi gigi berjejal, ada banyak teori yang dikemukakan namun hingga saat ini etiologi gigi berjejal masih belum diketahui secara pasti. Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa etiologi gigi berjejal merupakan faktor genetik dan faktor lingkungan tetapi bukan hanya faktor genetik atau faktor lingkungan saja yang dikatakan sebagai etiologi dari gigi berjejal. Etiologi dari gigi berjejal biasanya multifaktorial.1,2,7,21,25,26

Adapun etiologi dari gigi berjejal : a. Faktor Genetik

- Terjadinya evolusi, dimana terjadi pengurangan ukuran rahang namun tidak diikuti oleh pengurangan ukuran gigi.1,7

(20)

perkembangan kraniofasial. MSX-1 dan MSX-2 berpengaruh pada tahap perkembangan benih gigi yaitu pada tahap bud. 26

- Adanya cacat ketika perkembangan embriologi, kadangkala perkembangan gigi disertai dengan cacat bawaan. Misalnya hilangnya gigi secara kongenital seperti gangguan yang terjadi pada tahap awal pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi).21 b. Faktor Lingkungan

- Adanya tekanan yang terus terjadi lebih dari 4 – 6 jam/ hari pada saat pertumbuhan gigi, misalnya tekanan dari jaringan lunak disekitarnya dimana tekanan dari jaringan lunak akan memberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanannya kecil akan tetap memberikan dampak. Kebiasaan buruk seperti menghisap ibu jari apabila dilakukan dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan gigi berjejal.25 - Trauma, Jika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan dan nantinya erupsi gigi permanen berada di luar lengkung gigi.1

- Gigi yang transposisi 12

- Gigi desidui yang tidak mengalami resorpsi 12

- Gigi desidui yang mengalami premature loss yang menyebabkan pengurangan panjang lengkung yang dihubungkan dengan miringnya (drifting) gigi permanen 12

- Pengurangan panjang lengkung yang dihubungkan dengan karies interproksimal pada gigi desidui 12

- Gigi desidui yang persisten 12

Hooton menyatakan bahwa gigi berjejal mungkin merupakan hasil evolusi dari manusia modern dengan terjadinya pengurangan ukuran skeletal wajah tanpa pengurangan ukuran gigi.27

(21)

Profitt mengatakan bahwa gigi berjejal disebabkan karena terdapatnya perbedaan proporsi antara ukuran gigi dan dimensi lengkung. Gigi berjejal ringan dan gigi berjejal sedang bisa juga disebabkan oleh kebiasaan atau faktor lingkungan. Kasus gigi berjejal berat ataupun gigi berjejal ekstrim biasanya lebih dipengaruhi oleh faktor genetik daripada faktor lingkungan. Hal itu didukung oleh John Mew yang mengatakan bahwa gigi berjejal terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan.27

Brash menyatakan bahwa faktor penyebab gigi berjejal adalah faktor herediter dan diturunkan dari satu keturunan ke keturunan berikutnya selain itu Brash juga berpendapat bahwa gigi berjejal dipengaruhi oleh faktor ras.27 Barber berpendapat bahwa gigi berjejal merupakan hasil dari tekanan otot yang abnormal dan arah erupsi gigi yang abnormal, tekanan oklusal yang berlebih sehingga mengakibatkan migrasi gigi serta pengurangan panjang lengkung yang dihubungkan dengan karies interproksimal.27 Egil P. Harvold mengatakan adanya penyimpangan fungsional dari metabolisme atau neuromuskular merupakan penyebab dari terjadinya gigi berjejal.27

2.4 Ukuran Gigi dan Dimensi Lengkung

Pada kasus gigi berjejal, ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung merupakan hal yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa, rencana perawatan dan prognosa perawatan ortodonti. Ukuran lebar mesiodistal dan lengkung gigi akan terlihat berbeda pada ras yang berbeda pula.28

2.4.1 Ukuran Gigi (Lebar Mesiodistal gigi)

(22)

mesio-distal gigi perlu diperhatikan sebelum perawatan dimulai agar penempatan gigi tepat di dalam lengkungnya.29,30

Ukuran lebar mesiodistal gigi geligi ditentukan dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal gigi pada permukaan interproksimalnya ataupun diukur pada titik kontak gigi yang bersinggungan dengan titik kontak gigi tetangganya dengan menggunakan kaliper digital dengan ujung yang tajam dan mempunyai ketelitian dua angka di belakang koma.31,32

2.4.2 Dimensi Lengkung

a. Lebar Lengkung Gigi (Dental Arch Width)

Ada dua ukuran yang digunakan untuk menghitung lebar lengkung yaitu jarak maksimum diantara permukaan distal gigi insisivus lateralis dan rata-rata lebar intermolar yang dihitung dari nilai lebar bukal dan lingual intermolar. Baik bagian bukal dan lingual diukur dari titik perpotongan gingiva yang berbatasan dengan gingiva dibagian bukal serta fisur di bagian lingual pada gigi molar pertama permanen. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper digital dengan ketepatan 0.01 mm.7

Lebar intermolar pada daerah bukal adalah jarak yang diukur 5 mm dari apikal menuju pertengahan mesiodistal dari margin gingiva gigi molar pertama disatu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. Pada daerah palatal / lingual, lebar intermolar adalah jarak yang diukur pada titik tengah daerah servikal gigi molar pertama disatu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan.7,20,27

(23)

b. Panjang Lengkung (Arch Length)

Dalam pengukuran panjang lengkung, panjang lengkung merupakan suatu garis tegak lurus dari titik kontak antara gigi insisivus sentral permanen ke garis yang menghubungkan permukaan distal dari gigi molar pertama permanen.7,20

Gambar 2. Titik referensi dalam pengukuran panjang lengkung (arch length).7,20

c. Perimeter Lengkung (Arch Perimeter)

Perimeter lengkung diukur dengan modifikasi formula yang disarankan oleh Mills dan Hamilton yaitu :

Perimeter lengkung = 2 �y² + 4x² 3

Dimana diketahui x adalah panjang lengkung dan y adalah rata-rata lebar intermolar dibagi dua .7,35

(24)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional

yaitu untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pengukuran dan pengamatan dilakukan pada model studi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jln. Alumni No. 2 Universitas Sumatera Utara, Medan. Penilitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 – Februari 2014.

3.3 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi ras Deutro – Melayu usia ≥ 17 tahun yang terdaftar dan masih aktif mengikuti pendidikan.

3.4 Sampel

(25)

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dalam penyeleksian sampel adalah sebagai berikut :

• Kriteria Inklusi : - Usia ≥ 17 tahun

- Gigi permanen lengkap ( kecuali gigi molar tiga ) - Tidak ada gigi berlebih (supernumerary teeth)

- Tidak ada karies atau tambalan pada bagian proksimal gigi

- Belum pernah dirawat ortodonti (pesawat lepasan / cekat / fungsional)

- Kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) yaitu terdapat kekurangan ruangan 2-3mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) yaitu terdapat kekurangan ruangan 4-6mm, kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) yaitu terdapat kekurangan ruangan 7-10mm.

• Kriteria Ekslusi : - Adanya fraktur atau atrisi

- Adanya kelainan ukuran gigi (makrodonsia dan mikrodonsia) dan bentuk gigi (peg shaped)

- Adanya crossbite anterior

- Adanya gangguan skeletal (gigi berjejal kompleks) - Sampel menolak berpartisipasi

Besar sampel pada sampel ditentukan dengan rumus :

� = ������ ( 1 – ��) + ����� ( 1− ���² ( Pα – Po )²

Keterangan :

(26)

Zβ = Nilai distrubusi normal baku ( Tabel Z ) pada β = 10% adalah 1,282

Po = Proporsi dari hasil penelitian sebelumnya adalah 10%

Pα = Perkiraan proporsi di populasi adalah 25%

Pa – Po = Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi adalah 15 %

Perhitungan :

� = ������ ( 1 – ��) + ����� ( 1− ���² ( Pα – Po )²

� = �1,96�0,1 ( 1 – 0,1) + 1,282 �0,25 ( 1−0,25�² ( 0,25 – 0,1 )²

� = {1,96 × 0,3 + 1,282 × 0,75}² ( 0,15 )²

� = {0,588 + 0,555}² ( 0,0225 )

� = {1,143}² ( 0,0225 )

� = {1,3064} ( 0,0225 ) � = 58,04

Maka besar sampel minimum adalah 60 orang .

60 orang tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 20 orang untuk kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), 20 orang untuk kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) dan 20 orang untuk kelompok gigi berjejal berat (severe crowded).

3.5 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel penelitian yang terdapat didalam penelitian ini yaitu : 3.5.1 Variabel bebas

(27)

3.5.2 Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah gigi berjejal. 3.5.3 Variabel terkendali

- Usia ≥ 17 tahun

- Gigi permanen lengkap ( kecuali gigi molar tiga ) - Tidak ada gigi berlebih (supernumerary teeth)

- Tidak ada karies atau tambalan pada bagian proksimal gigi

- Belum pernah dirawat ortodonti (pesawat lepasan / cekat / fungsional)

- Kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) yaitu terdapat kekurangan ruangan 2-3mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) yaitu terdapat kekurangan ruangan 4-6mm, kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) yaitu terdapat kekurangan ruangan 7-10mm.

3.5.4 Variabel tak terkendali

- Jenis Kelamin

3.6 Definisi Operasional

1. Mahasiswa FKG-USU adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar dan masih aktif mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

3. Gigi berjejal adalah susunan gigi yang tidak teratur di dalam lengkung gigi dengan adanya kekurangan ruang.

3. Gigi yang ideal adalah gigi-geligi yang terletak dalam lengkung rahang tanpa adanya crowded ( kekurangan ruangan sebesar 0-1 mm).

(28)

Gambar 3. Pengukuran lebar mesio-distal materi gigi.

5. Lebar lengkung terdiri dari lebar jarak maksimum diantara permukaan distal gigi insisivus lateralis dan rata-rata lebar intermolar. Rata – rata lebar intermolar baik pada bagian bukal dan lingual diukur dari titik perpotongan gingiva yang berbatasan dengan gingiva dibagian bukal serta fisur di bagian lingual pada gigi molar pertama permanen. Metode pengukuran dalam penelitian ini sama dengan metode pengukuran yang dilakukan oleh D. Radnzic pada tahun 1988.

(29)

Lebar intermolar pada daerah bukal adalah jarak yang diukur 5 mm dari apikal menuju pertengahan mesiodistal dari margin gingiva gigi molar pertama disatu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. Pada daerah palatal / lingual, lebar intermolar adalah jarak yang diukur pada titik tengah daerah servikal gigi molar pertama disatu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. Metode pengukuran dalam penelitian ini sama dengan metode pengukuran yang dilakukan oleh D. Radnzic pada tahun 1988.

a)

(a) ( b)

Gambar 5. Pengukuran lebar intermolar pada daerah bukal (a) dan daerah palatal (b).

(30)

Gambar 6. Pengukuran panjang lengkung.

7. Perimeter lengkung diukur dengan modifikasi formula yang disarankan oleh Mills dan Hamilton yaitu :

Perimeter lengkung = 2 �y² + 4x² 3

Dimana diketahui x adalah panjang lengkung dan y adalah rata-rata lebar intermolar dibagi dua. Metode pengukuran dalam penelitian ini sama dengan metode pengukuran yang dilakukan oleh D. Radnzic pada tahun 1988.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Kaliper digital merk Krisbow

2. Alat diagnostik, yaitu tiga serangkai berupa kaca mulut, sonde dan pinset merk SMIC untuk pemeriksaan klinis.

3. Pensil mekanik untuk penandaan titik kontak gigi pada model. 4. Kamera digital merk Fuji Film.

5. Penggaris besi 6. Sendok cetak

(31)

8. Lecron

9. Penghapus

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

Model studi yang diambil dengan melakukan pencetakan dengan bahan cetak

alginate merk Aroma Fine Plus Normal Set yang kemudian hasil cetakan tersebut diisi dengan Dental Stone merk Moldano.

Gambar 7. Alat yang digunakan dalam penelitian.

3.8 Prosedur Penelitian

a. Dilakukan pemeriksaan klinis berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara lalu dilakukan pencetakan dengan bahan cetak alginate.

(32)

c. Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai pengukuran yaitu, lebar mesiodistal gigi dari gigi M1 kiri ke M1 kanan, lebar lengkung, panjang lengkung dan perimeter lengkung. Pengukuran dilakukan masing-masing pada model rahang atas dan rahang bawah. Semua metode pengukuran dalam penelitian ini sama dengan metode pengukuran yang dilakukan oleh D. Radnzic pada tahun 1988.

d. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper digital merk Krisbow. e. Dalam satu hari, pengukuran studi model gigi hanya dilakukan sebanyak 5 pasang model gigi (10 rahang) untuk menghindari kelelahan mata peneliti sewaktu membaca skala yang terdapat pada kaliper digital sehingga data yang didapatkan lebih akurat.

f. Untuk mendapatkan data yang valid, terlebih dahulu dilakukan uji operator (intra operator), yaitu operator mengukur 5 pasang model studi sebanyak 2 kali. Kemudian dilakukan uji statistik. Jika hasil perhitungan pertama dengan perhitungan kedua tidak berbeda secara bermakna maka operator layak untuk melakukan pengukuran tersebut.

(33)

3.9 Alur Penelitian

Pengumpulan sampel dilakukan untuk mendapatkan 60 orang sampel yaitu 20 orang untuk kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), 20 orang untuk kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) dan 20

orang untuk kelompok gigi berjejal berat (severe crowded).

Pemeriksaan klinis

Pencetakan

Analisa Model (Crowded)

Ukuran Gigi (Lebar Mesiodistal Gigi)

Dimensi Lengkung

Lebar Lengkung

Panjang Lengkung

Perimeter Lengkung

Pengolahan Data

Analisa Data

Hasil dan Kesimpulan

(34)

3.10 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.10.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi. 3.10.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan melakukan uji statistik Anova untuk melihat perbedaan antara kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) selain itu juga digunakan uji statistik korelasi yaitu korelasi pearson untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.11 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 3.11.1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

3.11.2. Ethical Clearance

(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian terdiri dari tiga kelompok yaitu kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded), kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) dengan masing-masing kelompok berjumlah 20 pasang model studi gigi. Pengukuran dilakukan pada model studi gigi rahang atas dan rahang bawah dari masing-masing kelompok. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada sampel, dapat dilihat gambaran rerata dan standar deviasi dari jumlah lebar mesio-distal keseluruhan gigi rahang atas maupun rahang bawah antara kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded), kelompok gigi berjejal berat (severe crowded ) pada tabel 1.

Tabel 1. Rerata dan standar deviasi jumlah lebar mesio-distal keseluruhan gigi rahang atas maupun bawah antara kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded), kelompok gigi berjejal berat (severe crowded)

Jenis

Pengukuran

Rerata (mm) Standar Deviasi

Uji

Tabel 1 menunjukkan rerata jumlah lebar mesio-distal keseluruhan gigi rahang

(36)

berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 96,72 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 98,76 mm.

Rerata jumlah lebar mesio-distal keseluruhan gigi rahang bawah kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 87,11 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 90,74 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 91,01 mm.

Hasil analisis uji Anova dengan confidence interval 95% pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah lebar mesio-distal keseluruhan gigi baik rahang atas maupun rahang bawah pada kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05).

Tabel 2. Rerata dan standar deviasi lebar lengkung rahang atas antara kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded ), kelompok gigi berjejal berat (severe crowded).

Jenis

Pengukuran

Rerata (mm) Standar Deviasi

Uji

LIM RA-B = Lebar Intermolar rahang atas bagian bukal LIM RA-P = Lebar Intermolar rahang atas bagian palatal

(37)

crowded) daerah bukal sebesar 57,94 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 57,61 mm dan kelompok gigi berjejal berat sebesar 56,62 mm.

Rerata lebar Intermolar rahang atas pada kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) daerah palatal sebesar 35,57 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 34,59 mm dan kelompok gigi berjejal berat sebesar 33,50 mm.

Hasil analisis uji Anova dengan confidence interval 95% pada tabel 2 menunjukkan bahwa lebar lengkung rahang atas pada kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05).

Tabel 3. Rerata dan standar deviasi lebar lengkung rahang bawah antara kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded ), kelompok gigi berjejal berat (severe crowded).

Jenis

Pengukuran

Rerata (mm) Standar Deviasi

Uji

LIM RB-B = Lebar Intermolar rahang bawah bagian bukal LIM RB-L = Lebar Intermolar rahang bawah bagian lingual

(38)

Rerata lebar Intermolar rahang atas pada kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) daerah lingual sebesar 33,09 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 32,14 mm dan kelompok gigi berjejal berat sebesar 31,40 mm.

Hasil analisis uji Anova dengan confidence interval 95% pada tabel 3 menunjukkan bahwa lebar lengkung rahang bawah pada kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05).

Tabel 4. Rerata dan standar deviasi panjang lengkung rahang atas maupun bawah antara kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded ), kelompok gigi berjejal berat (severe crowded).

Jenis

Pengukuran

Rerata (mm) Standar Deviasi

Uji

Tabel 4 menunjukkan rerata panjang lengkung rahang atas kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 35,75 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 35,53 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 34,59 mm. Rerata panjang lengkung rahang bawah kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 31,21 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 30,79 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 29,61 mm.

(39)

(moderate crowded) dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05).

Tabel 5. Rerata dan standar deviasi perimeter lengkung rahang atas maupun bawah antara kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded), kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded ), kelompok gigi berjejal berat (severe crowded).

Jenis

Pengukuran

Rerata (mm) Standar Deviasi

Uji

Tabel 5 menunjukkan rerata perimeter lengkung rahang atas kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 94,95 mm kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 94,16 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 91,78 mm. Rerata perimeter lengkung rahang bawah kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 84,22 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 82,94 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 80,47 mm.

(40)

Tabel 6. Hubungan antara gigi berjejal ringan (mild crowded) dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung (lebar lengkung, panjang lengkung dan perimeter lengkung) menggunakan uji korelasi pearson.

Korelasi Pearson Gigi Berjejal Ringan (Mild Crowded)

r (Pearson’s) P

Mesiodistal gigi RA 0,67* 0,048

Mesiodistal gigi RB 0,62* 0,016

Jarak Insisivus Lateralis RA

- 0,408** 0,002

Jarak Insisivus Lateralis RB

-0,53** 0,005

Lebar Intermolar Bagian Bukal RA

-0,208 0,378

Lebar Intermolar Bagian Palatal RA

-0,57** 0,005

Lebar Intermolar Bagian Bukal RB

-0,51** 0,002

Lebar Intermolar Bagian Lingual RB

-0,62* 0,049

Panjang Lengkung RA -0,97** 0,003

Panjang Lengkung RB -0,50** 0,001

Perimeter Lengkung RA -0,46* 0,039

Perimeter Lengkung RB -0,65** 0,001

** Korelasi bermakna adalah signifikan pada taraf uji p ≤ 0.01 * Korelasi bermakna adalah signifikan pada taraf uji p ≤ 0,05 (r) = 0,0 - 0,20 → sangat lemah

(r) = 0,21 – 0,40 → lemah (r) = 0,41 – 0,60 → sedang (r) = 0,61 – 0,80 → kuat

(r) = 0,81 - 1,00 → sangat kuat

(41)

Hubungan antara gigi berjejal dan dimensi lengkung pada aspek jarak antara insisivus lateralis sebesar -0,408 pada rahang atas dan -0,53 pada rahang bawah. Hal ini menunjukkan bahwa korelasinya lemah pada rahang atas dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,002 dan pada rahang bawah korelasinya sedang dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,005.

Uji korelasi pearson’s yang dilakukan pada lebar intermolar bagian bukal rahang atas terhadap terjadinya gigi berjejal ringan diketahui sebesar -0,208 dan -0,57 pada rahang atas bagian palatal. Hal ini menunjukkan korelasinya sangat lemah dengan nilai signifikan (p) yang tidak bermakna yaitu sebesar 0,378 pada rahang atas bagian bukal dan pada bagian palatal menunjukkan korelasi yang sedang dengan nilai signifikan (p) yang bermakna sebesar 0,005. Uji korelasi pada lebar intermolar bagian bukal rahang bawah terhadap terjadinya gigi berjejal ringan diketahui sebesar -0.51 dan -0,62 pada rahang bawah bagian lingual. Hal ini menunjukkan korelasinya sedang dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,002 pada rahang atas bagian bukal dan pada bagian lingual menunjukkan korelasi yang kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna sebesar 0,049.

Uji korelasi pearson’s yang dilakukan antara panjang lengkung terhadap terjadinya gigi berjejal ringan diketahui sebesar -0,97 pada rahang atas dan -0,50 pada rahang bawah. Hal ini menunjukkan korelasinya sangat kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,003 pada rahang atas sedangkan pada rahang bawah menunjukkan korelasi yang sedang dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,001.

(42)

Tabel 7. Hubungan antara gigi berjejal sedang (moderate crowded) dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung (lebar lengkung, panjang lengkung dan perimeter lengkung) menggunakan uji korelasi pearson.

Korelasi Pearson Gigi Berjejal Sedang ( Moderate Crowded )

r (Pearson’s) P

Mesiodistal gigi RA 0,42** 0,003

Mesiodistal gigi RB 0,65* 0,037

Jarak Insisivus Lateralis RA

-0,38** 0,003

Jarak Insisivus Lateralis RB

-0,97** 0,005

Lebar Intermolar Bagian Bukal RA

-0,64 0,788

Lebar Intermolar Bagian Palatal RA

-0,73* 0,017

Lebar Intermolar Bagian Bukal RB

-0,364 0,115

Lebar Intermolar Bagian Lingual RB

-0,424 0,062

Panjang Lengkung RA -,0,92* 0,018

Panjang Lengkung RB -0,53* 0,030

Perimeter Lengkung RA -0,371 0,107

Perimeter Lengkung RB -0,64* 0,049

** Korelasi bermakna adalah signifikan pada taraf uji p ≤ 0.01 * Korelasi bermakna adalah signifikan pada taraf uji p ≤ 0,05 (r) = 0,0 - 0,20 → sangat lemah

(r) = 0,21 – 0,40 → lemah (r) = 0,41 – 0,60 → sedang (r) = 0,61 – 0,80 → kuat (r) = 0,81 - 1,00 → sangat kuat

Uji korelasi pearson’s yang dilakukan antara mesiodistal gigi terhadap terjadinya gigi berjejal sedang diketahui sebesar 0,42 pada rahang atas dan 0,65 pada rahang bawah. Hal ini menunjukkan korelasinya sedang dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,003 pada rahang atas dan korelasinya kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,037 pada rahang bawah.

(43)

menunjukkan bahwa korelasinya lemah pada rahang atas dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,003 dan korelasinya sangat kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,005 pada rahang bawah.

Uji korelasi pearson’s yang dilakukan pada lebar intermolar bagian bukal rahang atas terhadap terjadinya gigi berjejal sedang diketahui sebesar -0,64 dan -0,73 pada rahang atas bagian palatal. Hal ini menunjukkan korelasinya kuat dengan nilai signifikan (p) yang tidak bermakna yaitu sebesar 0,788 pada rahang atas bagian bukal dan pada bagian palatal menunjukkan korelasi yang kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna sebesar 0,017. Uji korelasi pada lebar intermolar bagian bukal rahang bawah terhadap terjadinya gigi berjejal sedang diketahui sebesar -0.364 dan -0,424 pada rahang bawah bagian lingual. Hal ini menunjukkan korelasinya lemah dengan nilai signifikan (p) yang tidak bermakna yaitu sebesar 0,115 pada rahang atas bagian bukal dan pada bagian lingual menunjukkan korelasi yang sedang dengan nilai signifikan (p) yang tidak bermakna sebesar 0,062.

Uji korelasi pearson’s yang dilakukan antara panjang lengkung terhadap terjadinya gigi berjejal sedang diketahui sebesar -0,92 pada rahang atas dan -0,53 pada rahang bawah. Hal ini menunjukkan korelasinya sangat kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,018 pada rahang atas sedangkan pada rahang bawah menunjukkan korelasi yang sedang dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,030.

(44)

Tabel 8. Hubungan antara gigi berjejal berat (severe crowded) dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung (lebar lengkung, panjang lengkung dan perimeter lengkung) menggunakan uji korelasi pearson.

Korelasi Pearson Gigi Berjejal Berat ( Severe Crowded )

r (Pearson’s) P

Mesiodistal gigi RA 0,320 0,169

Mesiodistal gigi RB 0,51* 0,039

Jarak Insisivus Lateralis RA

-0,73** 0,003

Jarak Insisivus Lateralis RB

-0,94** 0,002

Lebar Intermolar Bagian Bukal RA

-0,76* 0,016

Lebar Intermolar Bagian Palatal RA

-0,70* 0,029

Lebar Intermolar Bagian Bukal RB

-0,69** 0,000

Lebar Intermolar Bagian Lingual RB

-0,72* 0,019

Panjang Lengkung RA -0,62* 0,049

Panjang Lengkung RB -0,73* 0,047

Perimeter Lengkung RA -0,65** 0,000

Perimeter Lengkung RB -0,51** 0,001

** Korelasi bermakna adalah signifikan pada taraf uji p ≤ 0.01 * Korelasi bermakna adalah signifikan pada taraf uji p ≤ 0,05 (r) = 0,0 - 0,20 → sangat lemah

(r) = 0,21 – 0,40 → lemah (r) = 0,41 – 0,60 → sedang (r) = 0,61 – 0,80 → kuat (r) = 0,81 - 1,00 → sangat kuat

(45)

Hubungan antara gigi berjejal dan dimensi lengkung pada aspek jarak antara insisivus lateralis sebesar -0,73 pada rahang atas dan -0,94 pada rahang bawah. Hal ini menunjukkan bahwa korelasinya kuat pada rahang atas dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,003 dan korelasinya sangat kuat pada rahang bawah dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,002.

Uji korelasi pearson’s yang dilakukan pada lebar intermolar bagian bukal rahang atas terhadap terjadinya gigi berjejal berat diketahui sebesar -0,76 dan -0,70 pada rahang atas bagian palatal. Hal ini menunjukkan korelasinya kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,016 pada rahang atas dan pada rahang bawah dengan nilai signifikan (p) yang bermakna sebesar 0,029. Uji korelasi pada lebar intermolar bagian bukal rahang bawah terhadap terjadinya gigi berjejal berat diketahui sebesar -0.69 dan -0,72 pada rahang bawah bagian lingual. Hal ini menunjukkan korelasinya kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,000 pada rahang atas bagian bukal dan pada bagian lingual juga menunjukkan korelasi yang kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna sebesar 0,019.

Uji korelasi pearson’s yang dilakukan antara panjang lengkung terhadap terjadinya gigi berjejal berat diketahui sebesar -0,62 pada rahang atas dan -0,73 pada rahang bawah. Hal ini menunjukkan korelasinya kuat dengan nilai signifikan (p) yang bermakna yaitu sebesar 0,049 pada rahang atas dan pada rahang bawah nilai signifikannya yaitu (p) sebesar 0,047.

(46)
(47)

BAB 5

PEMBAHASAN

Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang normal dimana terjadi ketidaksesuaian antara ukuran gigi dan dimensi lengkung. Pada kasus gigi berjejal, ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung merupakan hal yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis, rencana perawatan dan prognosa perawatan ortodonti.5-8

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung. Apabila kita mengetahui hal tersebut, maka ukuran gigi dan dimensi lengkung bisa dijadikan penunjang di dalam diagnosis ortodonti dalam menyusun rencana perawatan gigi berjejal.5-8

Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah lebar mesio-distal keseluruhan gigi baik rahang atas maupun rahang bawah pada kelompok gigi berjejal berat lebih besar dibandingkan dengan kelompok gigi berjejal ringan. Dari hasil pengujian statistik, terdapat perbedaan yang bermakna antara ketiga kelompok tersebut. Hasil ini sesuai dengan penelitian Poosti dan Jalali yang menyatakan bahwa jumlah lebar mesio-distal keseluruhan gigi baik rahang atas maupun rahang bawah pada kelompok gigi berjejal berat lebih besar dibandingkan dengan kelompok gigi berjejal ringan. Perbedaan penelitian Poosti dan Jalali dengan penelitian ini adalah latar belakang ras dan rentang usia yang berbeda.20

(48)

tahun.13,20 Menurut Mundiyah Mokhtar, perkembangan dan pertumbuhan manusia mencapai tahap maturasi pada usia antara 18-20 tahun sampai 60 tahun.22

Lundstrom, Fastlicht, Lombardi, dan Doris dkk., juga menyatakan bahwa ukuran gigi pada kelompok gigi berjejal berat lebih besar dibandingkan dengan kelompok gigi berjejal ringan.8 Perbedaan ini disebabkan ukuran gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik (keturunan), lingkungan, jenis kelamin, suku, dan ras.20,24

Pada tabel 2 ditunjukkan jarak antara insisivus lateralis dan lebar intermolar rahang atas daerah bukal dan palatal pada kelompok gigi berjejal ringan lebih lebar dibandingkan dengan kelompok gigi berjejal berat. Pada kelompok gigi berjejal berat, jarak antara insisivus lateralis rahang atas lebih sempit dibandingkan dengan kelompok gigi berjejal ringan. Pada rahang bawah, jarak antara insisivus lateralis dan lebar intermolar daerah bukal dan lingual pada kelompok gigi berjejal ringan lebih lebar dibandingkan dengan kelompok gigi berjejal berat yang ditunjukkan pada tabel 3. Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Radnzic serta Poosti dan Jalali.7,20 Mills mengatakan bahwa individu yang tidak mengalami kasus gigi berjejal mempunyai lebar rahang yang lebih luas sebesar 4 mm dibandingkan indivu yang mengalami kasus gigi berjejal.14

Jarak Insisivus lateralis yang sempit dapat menyebabkan gigi berjejal. Helm menyatakan bahwa gigi berjejal yang terjadi pada daerah anterior meningkat seiring dengan tahap pertumbuhan, beberapa literatur menyebutkan bahwa erupsinya gigi molar dapat mengurangi jarak insisivus lateralis sehingga menyebabkan gigi anterior menjadi berjejal, selain itu ukuran mesio-distal gigi insisivus secara signifikan juga berhubungan dengan terjadinya kasus gigi berjejal.1

(49)

Tabel 5 menunjukkan bahwa perimeter lengkung rahang atas dan rahang bawah pada kelompok gigi berjejal ringan lebih luas dibandingkan dengan kelompok gigi berjejal berat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Radnzic, Poosti, Jalali, dan Howe

dkk.7,13,20 Howe dkk., menyatakan bahwa perimeter lengkung yang lebih luas pada

kelompok gigi berjejal ringan menandakan lebar lengkung yang lebar pula.13

Pada tabel 6, 7 dan 8 secara signifikan menunjukkan bahwa ada hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa hubungan korelasi ukuran gigi dalam arah positif, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran gigi maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya gigi berjejal sedangkan hubungan korelasi antara gigi berjejal dengan dimensi lengkung dalam arah negatif, hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil dimensi lengkung maka kemungkinan terjadinya gigi berjejal semakin besar.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lundstrom terhadap 139 anak laki-laki Swedia yang berumur 13 tahun, dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa apabila ukuran gigi lebih besar maka resiko terjadinya gigi berjejal juga semakin meningkat. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Fastlicht dimana hasilnya juga menunjukkan hal yang sama dimana terdapat hubungan yang signifikan antara gigi berjejal dengan ukuran mesiodistal gigi insisivus permanen rahang atas dan rahang bawah. Penelitian lain yang dilakukan Norderval, Wisth dan Boe menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi yang dilakukan pada dua kelompok orang dewasa Scandinavian. Doris, Bernard dan Kuftinec juga menemukan bahwa ukuran gigi yang lebih besar lebih banyak ditemukan pada gigi berjejal berat.10

(50)

gigi semakin besar maka kemungkinan terjadinya gigi berjejal semakin besar dan apabila dimensi lengkung semakin kecil maka kemungkinan terjadinya gigi berjejal juga semakin besar.

Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan untuk tujuan klinis, Gigi berjejal dikaitkan dengan adanya ukuran gigi yang besar dan dimensi lengkung yang kecil. Doris dkk., mengatakan jika ukuran gigi lebih besar dari 140 mm maka diperlukan tindakan ekstraksi (pencabutan) untuk mendapatkan ruangan yang dibutuhkan, namun disini juga perlu diperhatikan maloklusi pasien karena pada maloklusi yang berbeda bentuk dimensi lengkungnya juga berbeda. Selain dari tindakan ekstraksi (pencabutan) dapat juga dilakukan tindakan ekspansi atau dengan meningkatkan panjang lengkung dengan menggerakkan gigi molar lebih kedistal pada pasien yang berada dalam tahap tumbuh kembang dengan cara menggunakan headgear pada maksila dan lip bumpers

pada mandibula.7,13,27

(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari aspek ukuran gigi rerata jumlah lebar mesio-distal keseluruhan gigi rahang atas kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 95,16 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 96,72 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 98,76 mm.

Rerata jumlah lebar mesio-distal keseluruhan gigi rahang bawah kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 87,11 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 90,74 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 91,01 mm.

Pada aspek dimensi lengkung rahang atas menunjukkan rerata jarak antara insisivus lateralis rahang atas kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 28,78 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 28,33 mm dan kelompok gigi berjejal berat sebesar 27,77 mm.

Rerata lebar Intermolar rahang atas pada kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) daerah bukal sebesar 57,94 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 57,61 mm dan kelompok gigi berjejal berat sebesar 56,62 mm. Rerata lebar Intermolar rahang atas pada kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) daerah palatal sebesar 35,57 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 34,59 mm dan kelompok gigi berjejal berat sebesar 33,50 mm.

Rerata panjang lengkung rahang atas kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 35,75 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 35,53 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 34,59 mm. Rerata perimeter lengkung rahang atas kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 94,95 mm kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 94,16 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 91,78 mm.

(52)

21,69 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 21,47 mm dan kelompok gigi berjejal berat sebesar 21,45 mm.

Rerata lebar Intermolar rahang bawah pada kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) daerah bukal sebesar 53,74 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 53,02 mm dan kelompok gigi berjejal berat sebesar 52,99 mm. Rerata lebar Intermolar rahang bawah pada kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) daerah lingual sebesar 33,09 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 32,14 mm dan kelompok gigi berjejal berat sebesar 31,40 mm.

Rerata panjang lengkung rahang bawah kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 31,21 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 30,79 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 29,61 mm. Rerata perimeter lengkung rahang bawah kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) sebesar 84,22 mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) sebesar 82,94 mm dan kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) sebesar 80,47 mm.

Terdapat hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung. Korelasi ukuran gigi dalam arah positif, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran gigi maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya gigi berjejal sedangkan korelasi antara gigi berjejal dengan dimensi lengkung dalam arah negatif, hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil dimensi lengkung maka kemungkinan terjadinya gigi berjejal semakin besar.

6.2 Saran

6.2.1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang sama agar didapatkan tingkat validitas yang tinggi.

6.2.2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada ras tertentu.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Madhusudhan V, Yogesh M. Prevalence of mandibular anterior crowding in tumkur population. J Dent Science and Research 2011; 2(2): 6-8.

2. Suma G, Das UM. Crowding, spacing and close dentition and its relationship with malocclusion in primary dentition. J Clinical Dent Science 2010; 1(1): 16-9.

3. Wijanarko AG. Prevalensi maloklusi pada remaja usia 12-14 tahun pada sekolah menengah pertama di jakarta. Tesis: Jakarta : FKG-UI, 1991: 1.

4. Proffit WR. Contemporary Orthodontics. 3rd ed., Philadelphia: Mosby Elsevier ., 2000: 11.

5. Groves MS. A comparative analysis of crowding in class I and II Mallocclusions. Thesis. Saint Louis: Master of Science in Dentistry Saint Louis University, 2010: 1, 3-7.

6. Zangbodis JR. Mesiodistal crown size in relation to the risk and severity of malocclusion. Thesis. Tennesee: Master of dental science University of Tennessee, 2009: 1-22, 147-50.

7. Radnzic D. Dental crowding and its relationship to mesiodistal crown diameters and arch dimension. AJODO 1988; 94: 50-6.

8. Hwang HS, Kim JT, Cho JH, Baik HS. Relationship of dental crowding to tooth size and arch width. Korean J Orthod 2004; 34(6) : 488-96.

9. Astoeti TE, Jenie A, Kusnoto. Hubungan perilaku terhadap kebersihan gigi dan mulut murid-murid SDN DKI Jakarta penderita gigi berjejal (Kajian pada murid-murid kelas 4-6 SDN Jakarta). J Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2006; 10 (edisi khusus) 490-5.

10. Schlegel KD, Sartavaha S. Epidemiological findings in indonesia of orthodontic interest (abstract). Anat anz 1986; 162(4) : 252-69.

(54)

12. Ngan P, Alkire RG, Fields H. Management of space problem in the primary and mixed dentition. J Am Dent Assoc 1999; 130: 1330-1.

13. Howe RP, McNamara JA, O’Connor KA. An examination of dental crowding and its relationship to tooth size and arch dimension. AJODO 1983; 83(5): 363-73. 14. Mills LF. Arch width, arch length, and tooth size in young adult males. Angle

orthodontist 1964; 34(2) : 124-9.

15. Janosevic M, Filipovic G, Stankovic S, Janjic OT. Influence of the size of incisors on the occurence of crowding. Medicine and biology J 2006; 13(1) : 36-43.

16. Bravo N, Facal M, Maroto M, Barberla E. Relationship between mesiodistal crown diameters of permanent first molars and decidious second molars. European J Paediatric Dent 2010; 11(3) : 115- 21.

17. Muqbil I. Analysis of bolton’s tooth size discrepancy for a referred uk population. Thesis. Birmingham: Master of philosophy University of Birmingham, 2010: 1-31. 18. Bishara SE, Jakobsen JR. Individual variation in tooth size/ arch-length changes

from the primary to permanent dentitions. World J Orthod 2006; 7(2) : 145-53. 19. Hong et al. A study about tooth size and arch width measurement. J Hard Tissue

Biology 2008; 17(3) : 91-8.

20. Poosti M, Jalali T. Tooth size and arch dimension in uncrowded versus crowded class I malocclusions. J Contemp Dent Practice 2007; 8 (3): 1-8.

21. Abdul-Qadir MY. Dental arch and mesiodistal crown dimensions in normal,

crowded and spaced samples. Al-Rafidain Dent J 2011; 11(2) : 211-8.

22. Thompson NG. Dental arch crowding. Thesis. Master of science University of the Witwatersrand, 2012: 11- 2.

23. Proffit WR. Contemporary Orthodontics. 4th ed., Philadelphia: Mosby Elsevier ., 2007: 19-22.

24. Panchal R. Assessment of dental crowding in mandibular anterior region by three different methods. J Dent Science; 2(1) : 9-11.

(55)

26. Normando D, Almeida MA, Quintao CCA. Dental crowding the role of genetics and tooth wear. Angle orthodontist 2013; 83(1) : 10-5.

27. Golwalkar SA, Msitry KM. An evaluation of dental crowding in relation to the mesiodistal crown widths and arch dimensions. Jaypee Journal; 22-9.

28. Lange GM. Correlation of sequence of eruption and crowding. Thesis. Master of Science in Dentistry Saint Louis University, 2011: 1, 27-9.

29. Doris JM, Bernard BW, Kuftinec MM. A biometric study of tooth size and dental crowding. AJODO 1981; 79(3) : 326-36.

30. Bishara SE. Textbook of orthodontics. Philadelphia: W.B Saunders ., 2001: 134-6. 31. Department of Preventive Dental Sciences Division of Orthodontics. Model

analysis. King Saud University College of Dentistry, 6,70-3.

32. Hussein KW. Variation in tooth size, dental arch dimensions and shape among malay school children. Thesis. Malaysia: Master of Science in School of Dental Science Health Campus Universiti Sains Malaysia, 2008: 1,2,20-4.

33. Hamid MW, Rahbar MI. Dental crowding and its relationship to tooth size and arch dimensions. Pakistan Oral & Dent J 2005; 25(1) : 47-52.

34. Loomba A, Agarwal P, Upadhyay U, Goel A, Sohal V. Arch perimeter. Asian J Oral Health & Allied Sciences 2011; 1(1) : 1-3.

(56)

LAMPIRAN 1 Kerangka Teori

Maloklusi

Crossbite Deepbite

Protrusi Openbite Gigi Berjejal

Lingkungan

Etiologi Derajat

Keparahan Definisi

Genetik

Ukuran Gigi

Lebar Mesiodistal Gigi

Lebar Lengkung

Panjang Lengkung Diastema Protrusi

Dimensi Lengkung

(57)

LAMPIRAN 2

Kerangka Konsep

Mahasiswa FKG USU

Mild Crowded ( 2–3 mm )

Analisa Model

Dimensi Lengkung

Lebar Lengkung

Perimeter Lengkung Panjang

Lengkung Ukuran

Gigi (Lebar Mesiodistal Gigi)

(58)

LAMPIRAN 3

Variabel Penelitian

Variabel Bebas :

- Ukuran gigi (lebar mesiodistal gigi)

- Dimensi lengkung (lebar lengkung, panjang lengkung, perimeter lengkung)

Variabel Terkendali : - Usia ≥ 17 tahun

- Gigi permanen lengkap ( kecuali gigi molar tiga ) - Tidak ada gigi berlebih (supernumerary teeth)

- Tidak ada karies atau tambalan pada bagian proksimal gigi - Belum pernah dirawat ortodonti (pesawat lepasan / cekat /

fungsional)

- Kelompok gigi berjejal ringan (mild crowded) yaitu terdapat kekurangan ruangan 2-3mm, kelompok gigi berjejal sedang (moderate crowded) yaitu terdapat

kekurangan ruangan 4-6mm, kelompok gigi berjejal berat (severe crowded) yaitu terdapat kekurangan ruangan 7-10mm.

Variabel tergantung

Gigi berjejal

Gambar

Gambar 1. Titik referensi dalam pengukuran lebar  intermolar pada daerah bukal dan lingual.7,20
Gambar 2. Titik referensi dalam pengukuran   panjang lengkung (arch length).7,20
Gambar 4. Pengukuran jarak maksimum diantara  permukaan distal gigi insisivus lateralis
Gambar 5. Pengukuran lebar intermolar pada daerah bukal (a) dan daerah palatal (b).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu dalam arah transversal (lebar interkaninus, intermolar

Kesimpulannya adalah tipe wajah dan bentuk lengkung gigi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara didominasi oleh tipe wajah euryprosopic dengan bentuk

Pada Tabel 3 dan 4 dinyatakan bahwa ukuran lebar mesiodistal rahang atas dan rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara yang berjenis kelamin laki-laki

Ada perbedaan yang bermakna pada rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat pada perokok di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang, dan Berat di.. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Menyatakan bersedia untuk turut serta secara sadar dan tanpa paksaan dalam penelitian mengenai GAMBARAN TIPE WAJAH DENGAN BENTUK LENGKUNG GIGI PADA MAHASISWA FAKULTAS

Kesimpulannya adalah tipe wajah dan bentuk lengkung gigi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara didominasi oleh tipe wajah euryprosopic dengan bentuk

Dikarenakan data yang diperoleh memiliki distribusi normal, homogen, serta terbagi lebih dari 2 kelompok maka untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigi tiruan RAPP