DAMPAK WARALABA TOKO MODERN
TERHADAP PASAR TRADISIONAL
(STUDI PADA PASAR TRADISIONAL PAJAK SORE PADANG BULAN MEDAN)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persayaratan Dan Melengkapi Tugas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana
Disusun Oleh :
THERESIA ELISABETH S S
090907040
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Theresia Elisabeth S S
NIM : 090907040
Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Judul : Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional
(Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)
Medan, Juli 2013
Pembimbing Ketua Departemen
M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP
NIP. 197910052005011002 NIP. 196805251992031002
Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
Dekan FISIP USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji
Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
Nama : Theresia Elisabeth S S
NIM : 090907040
Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Judul : Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional
(Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)
Yang dilaksanakan pada :
Hari/tanggal :
Pukul :
Tempat :
TIM PENGUJI
Ketua Penguji : ( )
Penguji I : ( )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan agerahNya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Waralaba Toko
Modern terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore”
Padang Bulan Medan)”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
dari Jurusan Administrasi Niaga/Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara Medan. Skripsi ini saya persembahkan kepada
orangtua saya tercinta Ayahanda dr. H. Situmorang, MHA, M.Kes dan Ibunda M.
br. Simamora yang tiada henti memberikankasih sayang, perhatian, motivasi, serta
bantuan moril maupun materil dalam proses penyelesaian skripsi ini. Thanks for
all Dad, Mom. I do love you. Begitu juga untuk adikku yang bandel Andi Roy
Sitmorang dan si bawel Millenia Graciella Situmorang yang senantiasa
menyayangi dan memberikan dukungan yang tiada henti kepada penulis.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Badaruddin selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing MA selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
3. Bapak Muhammad Arifin Nasution S.Sos, MSP selaku Sekretaris Program
Universitas Sumatera Utara yang juga berperan sebaga Dosen Pembimbing
bagi penulis, yang telah banyak memberikan waktu, arahan dan masukan bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Malanthon Rumapea selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Didi Cemerlang serta seluruh staff dan pegawai di Perusahan Daerah
(PD) Pasar Kota Medan, Ibu Riah Ukurta br Sitepu, Bapak M. Prananta
Ginting, serta seluruh staff dan pegawai PD Pasar Tradisional Padang Bulan
Medan yang sangat kooperatif.
6. Seluruh pedagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan
yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, Kak Jait, kak
Gusnita, Kak Indah, Bibi Barus, serta semua yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
7. My bro Fernandes Sirait (Nandes atau Pirhot) yang setia membantu dengan
solusi maupun ledekannya. Thanks a lot brada, and stop bullying me, please.
8. Elsha Febriyanti Sitorus (Yanti) yang telah banyak membantu penulis
kesana-kemari. Huge thanks, yanto. Dan juga kepada all Bengkalas member,
Nurul Fauzy Siregar (Uul) dan Iin Sri Karina (Bik Srik). Yan, ul, bik, thanks
for being a great soulsister. Don’t you think this thesis extremely separate us
huh? Long time no see each of you. Let’s meet up!
9. Tanteku tersayang, Nora Intan Simamora yang selalu setia menyemangati dan
10. Pegawati Gita, Novrista, Santi, termakasih banyak atas dukungan dan doa
kalian guys. Success is ours. Hidup pega! Terimakasih juga untuk sahabatku
Nurita yang menyemangati disaat down dan teman setia sepanjang segala
masa.
11. My bro Heberlin Sandro Tinambunan alias Bang Berlin yang setia menemani
saat penelitian. I can’t imagine how bad it’s going to be without you. Thanks
a lot bro.
12. Yarsyud yang udah jadi super hero saat penulis seminar proposal. Gifta yang
udah mentorin penelitian kuantitatif, serta seluruh mahasiswa Ilmu
Administrasi Niaga/Bisnis stambuk 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu. Masa kuliah yang menyenangkan bersama kalian semua guys.
13. Semua kru Radio 88 Lafemme Medan yang selalu memberi semangat kepada
penulis. It’s great being a part of this little family. Love.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti lainnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat berlipat
ganda kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang ... 1
I. 2 Rumusan Masalah ... 8
I. 3 Tujuan Penelitian ... 8
I. 4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KERANGKA TEORI II. 1 Pasar Tradisional ... 9
II. 2 Pasar Modern ... 10
II. 2. 1 Toko Modern ... 11
II. 2. 2 Waralaba ... 12
II. 2. 3 Tinjauan Hukum Waralaba ... 16
II. 2. 4 Waralaba dan Persaingan Usaha ... 17
II. 3 Penjualan ... 18
II. 3. 1 Volume Penjualan ... 19
II. 4 Pemasaran ... 20
BAB III METODE PENELITIAN III. 1 Bentuk Penelitian ... 27
III. 2 Lokasi Penelitian ... 27
III. 3.1 Populasi ... 27
III. 3. 2 Sampel ... 28
III. 4 Hipotesis ... 31
III. 5 Defenisi Konsep ... 31
III. 6 Defenisi Operasional ... 33
III. 7 Variabel Operasional dan Model Pengukuran ... 34
III. 8 Kerangka Konsep Penelitian ... 37
III. 9 Teknik Pengumpulan Data III. 9. 1 Jenis dan Sumber Data ... 38
III. 9. 2 Pengumpulan Data ... 38
III. 10 Teknik Analisis Data III. 10. 1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39
III. 10. 2 Analisis Univariat ... 39
III. 10. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson ... 40
III. 10. 4 Analisis Regresi ... 40
III. 10. 5 Uji Asumsi Klasik III. 10. 5. 1 Uji Normalitas ... 41
III. 10. 5. 2 Uji Heteroskedastisitas ... 42
III. 10. 5. 3 Uji Autokorelasi ... 43
III. 10. 6 Uji Hipotesis III. 10. 6. 1 Koefisien Determinasi (R2) ... 43
III. 10. 6. 2 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 44
III. 10. 6. 3 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN IV. 1 Deskripsi Lokasi Penelitian IV. 1.1 Letak Pasar Tradisional Padang Bulan ... 46
IV. 1. 2 Sejarah Singkat Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan ... 47
IV. 2 Penyajian Data
IV. 2. 1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 54
IV. 2. 2 Analisis Univariat ... 56
IV. 2. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson ... 59
IV. 2. 4 Analisis Regresi Berganda ... 63
IV. 2. 5 Uji Asumsi Klasik IV. 2. 5. 1 Uji Normalitas ... 67
IV. 2. 5. 2 Uji Heteroskedastisitas ... 70
IV. 2. 5. 3 Uji Autokorelasi ... 71
IV. 2. 6 Uji Hipotesis IV. 2. 6. 1 Identifikasi Determinan (R2) ... 71
IV. 2. 6. 2 Uji F (Uji Sgnifikansi Simultan) ... 73
IV. 2. 6. 3 Uji t (Parsial) ... 75
IV. 3 Analisis Data dan Pembahasan ………... 81
BAB V PENUTUP V. 1 Kesimpulan ... 89
V. 2 Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Data Jumlah Pedagang Pasar Tradisional
“Pajak Sore” Padang Bulan Medan ... 28
Tabel III. 2 Jumlah Sampel Pedagang ... 30
Tabel IV. 1 Jumlah Populasi Pedagang Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan ... 48
Tabel IV.2 Jumlah pedagang yang menjadi responden ... 49
Tabel IV.3 Jumlah pedagang berdasarkan jenis kelamin ... 50
Tabel IV.4 Jumlah pedagang berdasarkan umur ... 51
Tabel IV.5 Jumlah pedagang berdasarkan pendidikan ... 52
Tabel IV.6 Jumlah pedagang berdasarkan lamanya berdagang ... 53
Tabel IV.7 Uji Validitas ... 55
Tabel IV.8 Reliability Statistics ... 56
Tabel IV.9 Statistik Deskriptif Univariat ... 56
Tabel IV.10 Interval Nilai r ... 59
Tabel IV.11 Correlations ... 60
Tabel IV.12 Correlations ... 61
Tabel IV.13 Coefficients ... 64
Tabel IV.14 Model Summary Uji Autokorelasi ... 71
Tabel IV.15 Model Summary ... 72
Tabel IV.16 ANOVA ... 74
Tabel IV.17 Realiability Statistics ... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 37
Gambar IV.1 Histogram ... 68
Gambar IV.2 Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual ... 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 2 : Surat Penugasan Dosen Pembimbing
Lampiran 3 : Kartu Seminar Proposal Penelitian (Skripsi)
Lampiran 4 : Kartu Kendali Bimbingan Skripsi
Lampiran 5 : Surat Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Pembimbing
Lampiran 6 : Surat Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Penguji
Lampiran 7 : Berita Acara Seminar Proposal Rencana Usulan Penelitian
Lampiran 8 : Daftar Hadir Peserta Smeinar Proposal
Lampiran 9 : Surat Ijin Penelitian Dari Kampus
Lampiran 10 : Surat Persetujuan Ijin Penelitian Pd Pasar Kota Medan
Lampiran 11 : Daftar Pertanyaan Kuesioner
Lampiran 12 : Hasil Kuantifikasi Jawaban Responden
Lampiran 12 : Hasil Pengujian Validitas Dan Reliabilitas
Lampiran 13 : Analisis Univariat
Lampiran 14 : Analisis Bivariat
Lampiran 15 : Regresi Linier Berganda
Lampiran 16 : Charts
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Dampak Waralaba Toko Modern terhadap Pasar Tradisional (Studi pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kehadiran toko modern terhadap volume penjualan pedagang tradisional dari segi pendapatan, serta mengetahui tingkat pengaruh dari variabel marketing mix dan variabel di luar marketing mix terhadap volume penjualan pedagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Analisis variabel menggunakan analisi univariat dan bivariat. Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial. Pengerjaan metode analisis data menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini melibatkan 77 responden sebagai sampel penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling.
Hasil penelitian berdasarkan analisis univariat menunjukkan bahwa volume penjualan mengalami penuruan yaitu berada pada interval keempat yaitu interval 60%-80% dibandingkan keadaan sebelum waralaba toko modern hadir. Analisis linier berganda menunjukkan bahwa secara bersama-sama atau simultan variabel marketing mix dan variabel diluar marketing mix berpengaruh poositif dan signifikan terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan. Sedangkan secara parsial variabel placement dan variabel price mempunyai dampak yang paling signifikan terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.
ABSTRACT
The research is titled “The effect of franchise towards traditional market (case in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan). The objective of this research is knowing the effect of business franchise towards sales volume of traditional seller from its revenue, and knowing marketing mix and others variables effect towards seller sales volume in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.
This is a quantitative research. Variable analyzed by univariat and bivariat analysis. Analysis method to test the hypothesis by using multiple linier regression, simultaneous test and partial test. SPSS 17.0 for windows was used to calculate and analyze data of the research. The research data consist of primary and secondary data. This research need 77 respondents which determined by using cluster sampling.
The result of this research by univariat analysis shows that volume of sales decreases, stuck in fourth interval 60%-80% compared to the condition before the presence of the franchise. Multiple regression shows that by using simultaneous test all the variable in marketing mix have positive and significant effect towards sales volume of seller in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan. And based on partial test showed that placement and price have the most dominant effect towards sales volume of seller in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.
BAB I PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Pasar merupakan tempat yang penting bagi masyarakat sebagai lokasi
berlangsungnya kegiatan ekonomi yang melibatkan penjual dan pembeli untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing. Pembeli mendapat barang yang
diperlukan dari penjual dan penjual memperoleh uang dari barang yang
disediakan yang kemudian dijual kepada pembeli dengan sejumlah harga yang
disepakati. Secara umum, pasar terdiri dari 2 jenis yaitu pasar tradisional dan
pasar modern. Pasar tradisional sifatnya konvensional dimana penjual dan
pembeli masih melakukan transaksi secara tawar-menawar. Fisik dari pasar
tradisional bisa dikatakan sederhana karena biasanya hanya terdiri dari los, kios,
dan lingkungan yang kurang nyaman seperti lingkungan yang becek, kotor, dan
bau. Biasanya di setiap kawasan kecamatan atau kelurahan ada pasar tradisional,
sehingga penduduk yang berada di daerah tersebut bisa dengan mudah memenuhi
kebutuhannya di pasar tradisional.
Berbeda dengan pasar tradisional, pasar modern tidak mengenal istilah
tawar-menawar dalam transaksi. Sebab pada pasar modern, setiap produk yang
dijual sudah dicantumkan barcode harga yang pasti. Fisik dari pasar modern pun
lebih lengkap dengan berbagai fasilitas. Display produk juga tertata rapi dalam
satu bangunan yang nyaman dan permanen.
Perbedaan antara pasar modern dan pasar tradisional tersebut ternyata
memutuskan untuk memilih pasar modern sebagai tempat membeli kebutuhan.
Suasana gerai yang bersih, rapi, nyaman, ber-AC, bahkan ada promo discount
pada produk-produk tertentu semakin menarik minat masyarakat untuk datang ke
pasar modern. Jadi tidak bisa dipungkiri keberadaan pasar modern menjadi
tuntutan dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat. Pasar modern pun
seakan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan di mana masyarakat sangat
antusias, sehingga perluasan jangkauan pun makin gencar dilakukan. Pasar
modern yang terdiri dari berbagai jenis seperti supermarket, hypermarket,
department store dan minimarket ini semakin berkembang dari waktu ke waktu,
tidak hanya di kota besar tetapi sudah merambah daerah-daerah kecil seperti
kabupaten bahkan kelurahan. Apalagi khusus pada jenis pasar modern yang
berbentuk minimarket, pertumbuhannya berjalan sangat signifikan. Di Medan saja
jumlah gerai Indomaret sudah mencapai 216 gerai sedangkan Alfamart mencapai
42 gerai yang tersebar diseluruh wilayah Kota Medan. (http://www.starberita.
com/index.phpoption comcontent&view=article&id=99944:121
Segala kelebihan yang ditawarkan, membuat pertumbuhan minimarket
yang waralaba mampu memberi kontribusi yang besar dalam hal penciptaan
lapangan pekerjaan. Namun hal ini tidak serta-merta menjadi lampu hijau untuk
membuat waralaba toko modern tumbuh cepat dan terkendali. Majunya waralaba
toko modern yang diwujudkan membuat mereka semakin memburu lokasi-lokasi
potensial yaitu daerah-daerah yang pada awalnya ada di jangkauan pasar
tradisional. Pada saat ini kita bisa dengan mudah dapat melihat pasar modern
tradisional. Berada pada satu kawasan yang sama dengan sasaran konsumen yang
sama pula tentu membuat pasar tradisional mau tidak mau seperti harus kalah
bersaing dengan pasar modern yang berdiri di sekitarnya.
Berbagai penelitian yang mengkaji mengenai toko modern dan usaha
tradisional baik pun sudah banyak dilakukan untuk mengetahui dampak dari
hadirnya usaha waralaba toko modern terhadap pedagang tradisional. Seperti
penelitian skripsi Desinita Ristanti (2008) mengenai “Dampak Kehadiran
Minimarket (Indomaret) terhadap Peritel Tradisional (Survei Persepsi Peritel Tradisional/Toko di Wilayah Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo)” yang menunjukkan bahwa peritel tradisional merasa terganggu dengan hadirnya toko modern Indomaret yang berdiri di dekat usaha tradisional.
Dan variabel yang mempunyai hubungan atau dampak secara signifikan adalah
variabel Omzet Penjualan dan Tenaga Kerja, dimana hubungan atau dampaknya
adalah rendah, sedangkan variabel Harga ternyata tidak mempunyai hubungan
atau dampak secara signifikan terhadap peritel tradisional di wilayah Kecamatan
Kanigaran Kota Proboli
Pengaruh negatif dari toko modern terhadap usaha tradisional juga
diungkap oleh hasil penelitian Iffah,dkk (2011) yang berjudul “Pengaruh Toko
Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus: Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang)”. Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa semakin besar jangkauan minimarket, maka akan semakin
berdampak terhadap 4 toko usaha kecil, dengan rata-rata friksi sebesar 57.29%.
Berdasarkan penelitian, semakin jauh toko usaha kecil terhadap minimarket,
pengaruh yang ditimbulkan akan semakin kecil. Namun, semakin dekat toko
usaha kecil dengan minimarket, maka pengaruh yang sangat besar terjadi pada
jumlah konsumen yang datang setiap harinya (http://tatakota. ub.ac.id/index.php
/tatakota/article/download/129/128
Hasil penelitian senada juga diungkapkan oleh Setiawan,dkk (2012)
dalam penelitian “Pengaruh Keberadaan Minimarket Terhadap Pendapatan
Pedagang Kelontong Dikelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur”. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa keberadaan minimarket membawa pengaruh negatif kepada hampir seluruh pedagang kelontong, Pengaruh
tersebut ditinjau dari keempat faktor yaitu pengalaman berusaha tidak menjamin
kestabilan tingkat pendapatan yang diperoleh. Temuan di lapangan menunjukkan
pedagang kelontong yang sudah berdagang sejak 31 tahun pendapatannya juga
turun sebesar 47%. Faktor lain adalah berkurangnya modal kerja yang dapat
dikumpulkan oleh pedagang kelontong, penghentian penggunaan tenaga kerja
pada 4 pedagang kelontong yang sebelumnya menggunakan tenaga kerja untuk
membantu usaha warung kelontong mereka dan semakin meningkatnya
persaingan harga maupun keberagaman bara ).
Hasil yang kurang lebih sama juga diungkap O K Laksemana Lufti
Kecamatan Medan Marelan” yang menyatakan pembangunan gerai Indomaret disekitar pasar tradisional maupun disekitar pedagang grosir membawa pengaruh
negatif seperti membuat pedagang tradisonal terpinggirkan bahkan gulung tikar
Dan kondisi membuat para pengusaha tradisional harus memikirkan
strategi untuk bertahan seperti yang diungkap oleh penelitian Yenika Sri Rahayu
dan Bahtiar Fitanto (2011) yang berjudul “Strategi Pedagang Pasar Tradisional Menghadapi Persaingan Dengan Retail Modern Dan Preferensi Konsumen (Studi Kasus Pada Pasar Legi Kota Blitar)” dimana minimarket Indomaret menjadi salah satu penyebab yang menurunkan jumlah konsumen para
pedagang tradisional, dan pedagang tradisional dengan keterbatasannya harus
membuat strategi untuk bisa bersaing dengan toko modern seperti mengutamakan
pelayanan dengan sikap yang ramah terhadap konsumen, memberikan rasa
kepercayaan penuh ketika ada konsumen yang ingin berhutang serta faktor harga
yang penting, harga faktor utama yang bisa menarik para konsumen
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Zul Morado Slawat Siregar dari
Fraksi PKS DPRD Kota Medan, bahwa dalam dua tahun terakhir, kota Medan
sedang booming dengan usaha waralaba minimarket mengisyaratkan bahwa
keberadaan waralaba ini merupakan bentuk investasi usaha jika tidak diatur dan
dikendalikan, akan mematikan usaha masyarakat yang sejenis namun bukan
waralaba
Namun perlu diketahui bahwa pembauran antara organisasi bisnis modern
dengan organisasi bisnis tradisional sesungguhnya dapat memberi dampak yang
positif pada tuan rumah apabila mereka memiliki kemampuan atau reaksi
mempelajari strategi dagang yang dibawa oleh semua pebisnis modern. Seperti
misalnya perusahaan-perusahaan waralaba yang ada di kota-kota besar di pulau
Jawa, yang kemudian dapat membentuk perusahaan waralaba bersama sesama
pedagang tradisonal. Dampak positif atau negatif dapat saja tercipta dari
kehadiran pada waralaba terdahulu, namun semua itu tergantung dari penyikapan
dan perubahan perilaku dagang yang dapat diterapkan mengimbangi para
pendatang.
Sebab pemerintah sama sekali tdak bertujuan mematikan usaha tradisional
dengan melegalkan usaha-usaha modern yang berkembang sekarang. Pemerintah
justru memberikan catatan bahwa bisnis waralaba harus mampu memberi
pengaruh positif dengan memberdayakan Usaha Kecil Menengah (UKM) seperti
pengusaha tradisional. Namun yang terjadi memang banyak gerai waralaba tidak
menunjukkan pemberdayaannya terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM) yang
ada. Pertumbuhan yang tinggi yang dialami oleh pasar modern tidak serta merta
mampu mengangkat pertumbuhan pasar tadisional. Ini dapat dipandang sebagai
suatu persiapan bom waktu kesenjangan sosial di masa mendatang.
Seperti yang terjadi di kota Medan, gerai-gerai waralaba toko modern
dengan berbagai merk semakin berkembang. Masing-masing toko waralaba
tersebut saling berlomba menawarkan pelayanan yang terbaik, harga yang lebih
kualitas yang baik pula, serta tempat belanja dibuat lebih nyaman untuk menarik
para pembelanja di gerai mereka. Akhirnya para konsumen di sekitar daerah
persaingan antara pasar modern dan tradisional, membuat mereka beralih dari
pasar tradisional ke waralaba toko modern.
Dengan segala kelebihan yang diterapkan oleh pengusaha waralaba toko
modern dalam pengelolaannya, bukan tidak mungkin jika pedagang yang berada
di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan yang lebih dulu ada di sana
secara langsung atau tidak langsung merasakan dampak setelah kehadiran
waralaba toko modern. Namun perlu diketahui bahwa dengan datangnya berbagai
waralaba toko modern, para pedagang tradisional lokal justru memiliki
kesempatan untuk melakukan pembaharuan strategi bisnis menjadi modern
dengan mengadopsi strategi-strategi bisnis seperti bauran pemasaran (marketing
mix) dan beberapa faktor lain, yang sebenarnya dapat mereka pelajari dari
perusahaan bisnis waralaba pendatang. Apakah kemudian pihak pedagang
tradisional di Pasar Tradisonal “Pajak Sore” Padang Bulan hanya mampu melihat
segi negatif dari persaingan yang timbul akibat kehadiran bisnis waralaba tetapi
tidak menjadikan dampak negatif itu sebagai titik balik menerapkan strategi yang
mampu mengimbangi, adalah suatu kata kunci untuk merubah hasil persaingan
menjadi lebih menguntungkan pihak pedagang tradisional untuk menjadi modern.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar
I. 2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah bagaimana
dampak kehadiran waralaba toko modern terhadap volume penjualan Pedagang
Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan, Medan?”
I. 3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dampak kehadiran waralaba toko modern terhadap
volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang
Bulan Medan dari segi pendapatannya.
2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh empat variabel dari marketing mix
terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore”
Padang Bulan Medan.
3. Untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel-varibel lain di luar
marketing mix terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional
“Pajak Sore” Padang Bulan Medan.
I. 4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Memberi input informasi pada khalayak akademisi mengenai
pengaruh keberadaan waralaba toko modern.
2. Memberi masukan pada pihak pedagang tradisional mengenai strategi
marketing mix untuk dipakai dalam kegiatan berdagang sehari-hari.
3. Memberi maasukan pada pihak pedagang tradisional mengenai strategi
BAB II
KERANGKA TEORI
II. 1 Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara, dan badan
usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar
(Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
Pasal 1 ayat 2).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemu antara penjual dan pembeli,
melakukan transaksi secara langsung dengan adanya aktifitas tawar-menawar
harga. Selain itu, pasar tradisional dianggap sebagai pasar basah karena
keadannya yang cenderung tidak nyaman, kotor, kumuh, bahkan menjadi sumber
kemacetan lalu lint
Namun keadaan pasar tradisonal yang seperti ini awalnya tidak menjadi
satu hal yang dihindari oleh sebagian masyarakat karena di pasar tradisional
pembeli bisa melakukan tawar menawar yang memberikan kepuasan khususnya
hari dalam jumlah, jenis dan harga yang beragam juga dianggap sesuai dengan
keadaan keuangan yang tidak menentu dari masyarakat pada saat krisis. Dan dari
sudut kepentingan pemerintah daerah, keberadaan pasar tradisional juga berperan
penting dalam memberikan pemasukan yang menerus dan langsung kepada kas
pemerintah daerah.
II. 2 Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar dimana penjual dan pembeli tidak bertransaksi
secara langsung, melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam
barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara
mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual,
selain bahan makanan seperti buah, sayuran daging, sebagian besar barang lain
yang juga dijual adlah barang-barang yang dapat bertahan lama (Fithrati 2002:1).
Biasanya pasar modern melakukan pengelolaan manajemen yang modern
pula, seperti sistem persediaan barang di gudang yang terukur, penetapan harga
yang pasti, serta kualitas barang yang relatif lebih terjamin karena melalui
penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek atau tidak
memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.
Pasar modern ini awalnya menyasar pada masyarakat kelas menengah ke
atas. Namun seiring dengan perubahan di masyarakat dan keinginan memperluas
jangkauan, pasar modern pun menurunkan margin keuntungan dari tiap jenis
produk agar masyarakat dari kelas ekonomi menengah ke bawah juga bisa
membelanjakan uangnya di pasar modern. Pasar modern ini terdiri dari mall,
pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Namun sesuai dengan judul
penelitian yang ditetapkan oleh peneliti, jenis pasar modern yang dibahas pada
penelitian ini terbatas pada pasar modern dengan jenis waralaba toko modern.
II. 2. 1 Toko Modern
Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
berbagai jenis barang secara eceran yang dapat berbentuk minimarket,
supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk
perkulakan (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern, Pasal 1 ayat 5).
Toko modern biasanya dilengkapai berbagai fasilitas yang memberikan
rasa nyaman bagi pembeli yang datang. Mulai dari AC, music, display produk
yang rapi dan teratur, ruangan yang wangi dan bersih hingga pramuniaga yang
bersikap ramah saat menyambut konsumen datang. Transaksi pembayaran pun
dilakukan secara teratur dengan mengantri dan pembeli bisa memilih sistem
pembayaran, secara tunai atau debit. Semua transaksi dan kegiatan ekonomi pada
toko modern ini berlangsung di gerai. Luas gerai ini nantinya menetukan kategori
dari toko modern itu sendiri, antara lain:
1. Gerai minimarket memiliki luas gerai ≤ 400m²
2. Gerai supermarket memiliki luas gerai ≤ 1200m² 3. Gerai department store memiliki luas gerai ≤ 2000m²
II. 2. 2 Waralaba
Waralaba yang saat ini berkembang pesat di Indonesia berasal dari bahasa
“francorum rex” yang artinya bebas dari ikatan, yang mengacu pada kebebasan
untuk memilih hak usaha. Sedangkan pengertian franchise berasal dari bahasa
Perancis abad pertengahan, diambil dari kata “franc” (bebas) dan “francher”
(membebaskan) yang secara umum diartikan sebagai pemberian hak istimewa.
Namun kemudian di Indonesia dialih-bahasakan dengan istilah waralaba yang
diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan
Manajemen (LPPM). Waralaba berasal dari dua kata yaitu kata "wara" yang
berarti lebih atau istimewa dan kata “laba” yang berarti untung. Sehingga
waralaba berarti usaha yang memberikan laba lebih atau istimewa (Sutedi
2008:7).
Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau
badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba
(Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern Pasal 1
ayat 1)
Dari dimensi bisnis, waralaba dapat didefinisikan sebagai pengaturan
dengan sistem pemberian hak pemakaian nama dagang milik franchisor oleh
pihak independen atau franchisee untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan
kesepakatan atau perjanjian (Sutedi 2008:6).
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia waralaba adalah suatu
merk (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk
melaksanakan bisnis dengan merk, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang
telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu
(Sutedi 2008:1).
Beberapa istilah yang kerap ditemui dalam sistem usaha waralaba (franchise)
antara lain :
1. Pemberi waralaba (franchisor)
Franchisor adalah pihak pertama baik berupa perorangan ataupun
badan usaha yang memiliki kapasitas untuk memberikan hak
intelektual yang dimilikinya kepada pihak kedua (franchisee) untuk
memanfaatkan segala ciri khas usaha dan segala kekayaan intelektual,
seperti nama, merek dagang, logo dan sistem usaha, dan semua
prosedur yang dimilikinya.
2. Penerima waralaba (franchisee)
Franchisee adalah pihak kedua baik berupa perorangan ataupun
badan usaha yang menerima hak untuk memanfaatkan dan menggunakan
hak atas kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh
franchisor.
3. Royalty fee
Royalty fee adalah kontribusi biaya dari operasional usaha franchisee
yang dibayarkan kepada franchisor set iap peri od e p e nju alan
b ula na n. Royalty fee ini berupa persentase tertentu dari besarnya omset
penjualan franchisee.
Franchisee fee adalah biaya waralaba berupa kontribusi biaya dari
franchisee kepada franchisor, sebagai imbalan atas pemberian hak
pemanfaatan dan penggunaan hak intelektual franchisor dalam kurun
waktu tertentu. Franchisee fee ini sering juga disebut sebagai one time/
initial fee.
5. Refranchising
Refranchising adalah suatu lokasi yang pada awalnya dimiliki oleh
franchisee tetapi akhirnya gerai tersebut dimiliki (dibeli kembali) dan
dikelola oleh franchisor.
6. Master franchisee
Master franchisee adalah franchisee yang mendapat hak waralaba
langsung dari franchisor yang meliputi are geografis tertentu dan
umumnya meliputi satu wilayah hukum (negara). Master franchise dapat
menjual hak waralabanya kepada area, multiple, maupun individual
franchisee.
7. Multiple franchisee
Franchisee yang memegang hak waralaba untuk lebih dari satu outlet
di area geografis tertentu, tetapi tidak dapat menjual hak waralaba yang
dimilikinya.
8. Individual franchisee
Franchisee yang bertindak atas nama sendiri yang memegang hak
waralaba untuk satu outlet saja dan tidak dapat menjual hak waralaba
9. Area franchisee
Inividu atau perusahaan yang diberi hak waralaba meliputi cakupan
wilayah geografis yang disepakati sebelumnya dalam perjanjian waralaba.
Area franchisee dalam hal ini diberikan target atau deadline berkaitan
dengan jumlah outlet yang harus dibuka dalam periode waktu tertentu.
Area franchisee dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya kepada
individual atau multiple franchisee.
10. Retrofranchising
Retrofranchising adalah lokasi yang dimiliki dan dikelola
sendiri oleh franchisor dan tidak akan dijual (di-franchise-kan)
Suatu usaha dapat diwaralabakan bila setidaknya ada lima syarat minimal, yaitu :
1. Memiliki keunikan
2. Terbukti telah berhasil
3. Memiliki standar
4. Dapat diajarkan/diaplikasikan
5. Menguntungkan (Sutedi 2008:54)
II. 2. 3 Tinjauan Hukum Waralaba
Berbagai peraturan telah dikeluarkan pemerintah untuk menjadi landasan
hukum jalannya bisnis waralaba. Tidak hanya bersifat melegalisasi dan
mendukung, peraturan yang dikeluarkan juga ada yang bertujuan untuk
membatasi agar bisnis waralaba tetap dalam jumlah yang proporsional di pasar.
Peraturan itu antara lain :
2. Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.
53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
3. Permendag No. 53/MDAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan
Waralaba
4. Permendag Nomor 68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba Untuk
Jenis Usaha Toko Modern
Selain peraturan dari pemerintah pusat, pemerintah Kota Medan juga
mengeluarkan peraturan daerah yang mengatur tentang waralaba yaitu Peraturan
Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Namun kemudian seiring
dengan perkebambangan yang terjadi, peraturan ini mengalami perubahan untuk
menyesuaikan dengan pertumbuhan waralaba yang ada. Maka dari itu, pada
tanggal 26 Juli 2012 pemerintah kota medan melalui walikota Medan
mengeluarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 23 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang
Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko
Modern.
Tidak sampai disitu, perubahan dirasa masih perlu dilakukan untuk
menciptakan peraturan yang lebih ideal lagi untuk mengatur waralaba di kota
Medan khususnya. Karena itu pemerinath kota Medan kemudian mengeluarkan
Peraturan Walikota Medan Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern pada 13
Desember 2012.
II. 2. 4 Waralaba Dan Persaingan Usaha
Salah satu yang membedakan pedagang tradisional dengan para pengusaha
waralaba adalah akses langsung yang dimiliki pengusaha waralaba dengan
produsen, sehingga mereka bisa menurunkan harga pokok penjualan, yang pada
akhirnya mampu membuat pengusaha waralaba menawarkan harga yang lebih
rendah. apalagi ditambah dengan semakin banyaknya gerai-gerai waralaba toko
modern yang tersebar, memegang pangsa pasar dengan persentase yang sangat
tinggi, bukan tidak mungkin satu saat akan terbentuk kartel.
Tapi ternyata waralaba merupakan jenis usaha yang dikecualikan tunduk
pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Dikecualikan dari ketentuan UU No. 5 Tahun 1999, perjanjian yang
berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek
dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan
rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba (UndangUndang
No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, Pasal 50 huruf b).
Ada beberapa alasan yang mendukung hal ini. Pertama, bisnis waralaba
termasuk dalam golongan usaha kecil dan menengah. Kedua, waralaba merupakan
suatu sistem pemasaran yang vertikal dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
penemuan atau ciri-ciri yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan/atau penjualan barang dan/atau jasa (Sutedi 2008:148)
Jika dilihat sepintas, isi ketentuan Pasal 50 huruf b Undang-undang
Antimonopoli ini seolah-olah menyatakan waralaba secara jelas dan pasti
dikecualikan dari jangkauan Undang-Undang Antimonopoli. Tapi sebenarnya
tidak, sebab yang dikecualikan adalah sistem waralabanya, sedangkan tindakan
pelaku usaha waralaba tidak dikecualikan. Jadi apabila pelaku usaha waralaba
melakukan persaingan usaha tidak sehat, ia dapat terkena Undang-Undang
Antimonopoli (Sutedi 2008:149)
II. 3 Penjualan
Penjualan merupakan fungsi yang paling penting dalam pemasaran karena
menjadi tulang punggung kegiatan untuk mencapai pasar yang dituju (Swastha
dan Sukotjo 2002:183).
Atau dapat juga dikatakan sebagai salah satu usaha manusia untuk
memperoleh imbalan berupa uang sejumlah tertentu sesuai persetujuan bersama
dengan menyampaikan suatu barang atau produk bagi pihak yang membutuhkan.
Fungsi penjualan merupakan sumber pendapatan yang diperlukan untuk
menutup ongkos-ongkos dengan harapan bisa mendapatkan laba. Jika barang
diproduksi, atau dibeli untuk kemudian dijual kembali, maka harus diusahakan
sejauh mungkin agar barang tersebut dapat terjual. Oleh karena itu perlu adanya
sebagainya. Selain mendapatkan laba, kegiatan penjualan juga dilakukan untuk
menunjang pertumbuhan dan mencapai volume penjualan.
II. 3. 1 Volume Penjualan
Volume penjualan merupakan hasil akhir dari hasil penjualan produk dan
dihitung secara total baik kredit maupun tunai dalam jangka waktu tertentu.
Volume penjualan biasanya berbanding lurus dengan laba yang diperoleh. Jika
volume penjualan meningkat dan biaya distribusi menurun maka tingkat
pencapaian laba meningkat, tetapi sebaliknya bila volume penjualan menurun
maka laba yang diperoleh juga menurun. Dalam hal ini pembeli menurun, volume
penjualan berkurang, semua biaya mungkin tidak dapat ditutup dan akhirnya
perusahaan bisa menderita rugi (Swastha dan Sukotjo 2002:211).
Adapun usaha untuk meningkatkan volume penjualan tersebut antara lain :
a. Menjajakan produk agar dilihat konsumen
b. Tata letak atau display produk
c. Analisa pasar
d. Menentukan calon pembeli atau konsumen potensial
e. Discount atau potongan harga
II. 4 Pemasaran
Pemasaran berbeda dengan penjualan. Theodore Levitt menyatakan bahwa
penjualan berfokus pada kebutuhan penjual; pemasaran berfokus pada kebutuhan
pembeli. Penjualan didasari oleh kebutuhan penjual untuk mengubah produknya
pelanggan melalui produk dan hal-hal yang berhubungan dengan menciptakan,
menghantarkan dan akhirnya mengkonsumsinya. Untuk itu, pemasaran bisa
dikatakan sebagai kunci untuk mempertahankan kelangsungan perkembangan dan
perluasan perusahaan (Kotler dan Keller 2000:20)
Pemasaran juga adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan
dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler dan
Amstrong, 2001:7).
Dengan demikian terdapat unsur-unsur penting dalam pemasaran, yaitu:
a. Kebutuhan dan keinginan konsumen
b. Adanya kebutuhan produk yang dianggap mampu memuaskan kebutuhan
c. Adanya pertukaran dan membutuhkan tempat untuk pertukaran yaitu pasar
Selain itu di zaman modern seperti saat ini pemasaran memiliki konsep
yang disebut sebagai Marketing Mix, yang sangat menentukan keberhasilan
pengusaha dalam mengejar maksimum profit. Marketing Mix atau bauran
Pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
terus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran (Kotler 2002:18).
Unsur-unsur dalam Marketing Mix biasa disebut 4P, yaitu:
a. Product (produk)
Produk adalah sesuatu yang dijual. Produk lebih dari sesuatu yang nyata dan
jelas, produk merupakan suatu kesatuan dari nilai tambah yang mampu
b. Price (harga)
Harga adalah faktor dari marketing mix yang ditunjukkan dari berapa banyak
seorang konsumen diharuskan untuk membayar.
c. Place (tempat/distribusi)
Place adalah metode distribusi yang diadaptasi antara produk dengan
konsumen. Tujuannya adalah menghubungkan antara persediaan dengan
permintaan yang ada.
d. Promotion (promosi)
Promosi adalah cara bagi sebuah perusahaan untuk menyediakan informasi
bagi target pasar aan penawaran mereka, baik melalui iklan, public relation,
dan promosi penjualan.
Setiap pihak yang melakukan kegiatan pemasaran juga harus mengatur
arus informasi pemasarannya. Sistem informasi manajemen atau pemasaran
adalah serangkaian subsistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi
secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi
informasi lewat serangkaian cara, untuk mengambil keputusan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan (Anoraga 1997:203). Sistem informasi pemasaran
terdiri dari orang-orang, peralatan, dan prosedur-prosedur untuk mengumpulkan,
menyortir, menganalisa, mengevaluasi dan mendistribusikan informasi dengan
tepat waktu, akurat dan dibutuhkan kepada pembuat keputusan pemasaran (Kotler
1997:97). Sistem informasi tersebut terdiri dari empat komponen yaitu:
a. Sistem pencatatan internal yang meliputi informasi siklus pesanan ke
b. Sistem intelijensi pemasaran, serangkaian prosedur dan sumber yang
digunakan untuk memperoleh informas harian tentang perkembangan
dalam lingkungan pemasaran.
c. Sistem riset yang memungkinkan rancangan sistematis, pengumpulan,
analisa dan pelaporan data dan temuan yang relevan dengan situasi
pemasaran tertentu.
d. Sistem pendukung keputusan pemasaran terkomputerisasi yang membantu
dalam menginterpretasikan data dan informasi relevan serta menjadikan
mereka sebagai dasar tindakan pemasaran.
Riset juga menjadi satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemasaran.
Riset pemasaran adalah perancangan, pengumpulan , analisa dan pelaporan data
yang sistematis dan temuan-temuan yang relevan dengan situasi tertentu yang
dihadapi. Alasan utama dilakukannya riset pemasaran adalah untuk menemukan
peluang pasar (Kotler 1997:125).
Pemasaran juga melihat bagaimana kulaitas pelayanan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyaman bagi konsumennya. Sebab konsumen tentu cenderung
lebih menyukai hal yang dapat menimbulkan rasa nyaman. Seperti yang dikatakan
oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry pada (Kotler 2000), salah satu hal yang
perlu diperhatikan untuk memberi rasa nyaman pada pelanggan adalah dengan
menerapkan Serve Equal, yaitu:
a. Reliability : kehandalan dalam menghadapi dan melayani konsumen atau
kemampuan untu menampilkan secara tepat pelayanan yang sudah
b. Responsiveness : sikap dan keinginan untuk tanggap melayani pelanggan
c. Assurance : pengetahuan dan kemampuan yang bisa dipercaya dari pihak
pemasar.
d. Emphaty : kemampuan untuk peduli dan memperhatikan pelanggan secara
mendalam dan mampu menyesuaikan dan berbaur dengan pelanggan.
e. Tangibles : penampilan yang menggambarkan suatu nilai lebih misalnya
dari fasilitas, peralatan, pegawai maupun materi komunikasi.
Selain Serve Equal, faktor keamanan atau sekuritas juga diperlukan untuk
menimbulkan perasaan nyaman bagi pelanggan. Sebab bagaimana mungkin
seseorang bisa nyaman berbelanja atau membeli suatu barang jika ditempat dia
ingin membeli barang tersebut banyak terjadi tindakan kriminal, tidak aman dan
berbahaya. Untuk itu faktor keamanan atau sekuritas pada pembelanja juga perlu
menjadi prioritas dalam menetapkan strategi pemasaran.
Kegiatan pemasaran juga perlu didukung dengan adanya kerjasama antar
beberapa pihak dalam satu jaringan yang membantu mereka untuk saling
terhubung satu sama lain. Sebab tanpa disadari tidak ada pihak pemasar atau
bahkan pedagang yang berdiri sendiri. Kegiatan pemasaran dan perdagangan yang
mereka jalankan terlebih dahulu melewati rantai pasokan mulai dari produsen,
distributor, pedagang akhir hingga ke konsumen nantinya. Jika tidak ada
kerjasama dari berbagai pihak tersebut tentunya akan menghambat proses
pemasaran yang direncanakan. Dan satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah
kegiatan opereasional yang dijalankan benar-benar legal, sah, tidak ada indikasi
melanggar hukum sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Sedangkan yang menjadi fungsi pokok dari pemasaran adalah:
a. Penjualan
Fungsi penjualan merupakan sumber pendapatan untuk bisa mendapatkan
laba
b. Pembelian
Fungsi pembelian betujuan memilih barang yang dibeli untuk dijual atau
digunakan dalam perusahaan dengan harga, pelayanan dari penjual dan
kualitas produk tertentu
c. Pengankutan
Pengangkutan merupakan fungsi pemindahan barang dari tempat barang
dihasilkan ke tempat barang dkonsumsikan
d. Penyimpanan
Penyimapanan merupakan fungsi menyiman barang-barang pada saat barang
selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsikan
e. Pembelanjaan
Pembelanjaan adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber ekstern guna
menyelenggarakan kegiatan pemasaran
f. Penanggungan resiko
Penanggungan resiko adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang
berkaitan dengan pemasaran barang
Standarisasi adalah penentuan batas-batas dasar dalam bentuk spesifikasi
barang-barang hasl manufatur, kadang disebut juga normalisasi. Grading
adalah usaha menggolongkan barang ke dalam golongan standar kualitas
yang telah mendapat pengakuan dunia perdagangan
h. Pengumpulan informasi pasar
Pengumpulan informasi pasar termasuk juga penafsiran keterangan tentang
macam barang yang beredar di pasar, jumlahnya, macam barang yang
dibutuhkan konsumen, harapannya, dan sebagainya (Swastha dan Sukotjo
BAB III
METODE PENELITIAN
III. 1 Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitaif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono 2012:13).
III. 2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah Kelurahan Padang Bulan Medan dengan
objek penelitian para pedagang tradisional yang berdagang di Pasar Tradisional
“Pajak Sore” Padang Bulan Medan.
III. 3 Populasi dan Sampel III. 3. 1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek ataupun subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2012:115).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pedagang yang ada di Pasar
Tabel III.1
Data Jumlah Pedagang Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan Medan
No Klasifikasi Jumlah Pedagang
1 Pedagang pakaian 167
2 Pedagang buah-buahan 28
3 Pedagang sayur-sayuran 33
4 Pedagang daging, ayam dan ikan 36
5 Pedagang kelontong 70
Jumlah 334
Sumber: PD. Pasar Tradisional Pasar Sore Padang Bulan Medan (2013)
III. 3. 2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari seluruh populasi yang akan diteliti
(Arikunto 2010:174). Untuk menentukan jumlah sampel dari penelitian ini
digunakan rumus Slovin:
�
=
��+(�)(�²)
Keterangan :
� = ukuran sampel
N = ukuran populasi
�= 334 1 + (334)(0,01)
�= 334
1 + 3,34
�= 334 4,34
�= 76,9 dibulatkan menjadi � = 77
Total sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 77 orang.
Namun, karena pedagang tersebut terdiri dari tiga jenis pedagang yang menjual
tiga jenis dagangan yang berbeda, maka diperlukan penentuan sampel untuk
masing-masing kelas, yaitu dengan menggunakan rumus :
�
�=
��
�
.
�
Keterangan :
ni
= jumlah sampel menurut stratumn = jumlah sampel seluruhnya
Berdasarkan rumus tersebut selanjutnya dapat dihitung besar sampel dari
masing-masing jenis pedagang yaitu sebagai berikut :
Tabel III. 2
Jumlah Sampel Pedagang
Klasifikasi Perhitungan Jumlah Sampel
Pedagang pakaian 167
334 x 77 = 38,5 39
Pedagang buah-buahan 28
334 x 77 = 6,4 6
Pedagang sayur-sayuran 33
334 x 77 = 7,6 8
Pedagang daging, ayam dan ikan 36
334 x 77 = 8,2 8
Pedagang kelontong 70
334 x 77 = 16,1 16
Jumlah 77
Sumber : Hasil pengolahan data primer
Dari tabel II. 2 maka jumlah sampel untuk setiap jenis pedagang didapat
sebagai berikut, 39 orang pedagang pakaian, 6 orang pedagang buah-buahan, 8
orang pedagang sayuran, 8 orang pedagang daging, ayam dan ikan, serta 16 orang
III. 4 Hipotesis
Menurut Arikunto (2010:110) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada perbedaan signifikan disebabkan oleh dampak keberadaan
waralaba toko modern terhadap volume penjualan pedagang Pasar
Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan
H1 : Ada perbedaan signifikan disebabkan oleh dampak keberadaan waralaba
toko modern terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak
Sore” Padang Bulan Medan
III. 5 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu objek
secara abstrak. Konsep digunakan untuk menyederhanakan pemikiran dengan
penggunaan istilah tertentu. Variabel, indikator, maupun skala pengukuran yang
diadakan pada penelitian akan lebih mudah dipahami dengan adanya konsep.
Dengan demikian, untuk memperjelas penelitian ini, yang menjadi defenisi
konsep disini adalah sebagai berikut:
1. Dampak merupakan suatu akibat yang disebabkan oleh sesuatu dan
mempengaruhi keadaan seseorang atau kelompok.
2. Waralaba adalah hak istimewa (privilege) yang terjalin atau diberikan
pemberi waralaba (franchisor) kepada penerima waralaba (franchisee)
3. Indomaret adalah salah satu jenis waralaba toko modern dengan sistem
pelayanan mandiri dimana penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara
langsung. Pembeli cukup melihat label harga yang tercantum dalam
barang (barcode). Indomaret disini adalah yang berdiri di Kelurahan
Padang Bulan medan.
4. Alfamart juga merupakan salah satu jenis waralaba toko modern dengan
sistem pelayanan mandiri dimana penjual dan pembeli tidak bertransakasi
secara langsung. Pembeli cukup melihat label harga yang tercantum dalam
barang (barcode). Alfamart disini adalah yang berdiri di Kelurahan
Padang Bulan medan.
5. Carrefour adalah sebuah kelompok waralaba supermarket internasional
yang juga menerapkan sistem manajemen modern dengan pelayanan
mandiri.
6. Volume penjualan adalah jumlah barang yang terjual dalam bentuk uang
untuk jangka waktu tertentu
7. Pedagang adalah orang yang menawarkan barang dagangannya dalam
sebuah pasar untuk memperoleh keuntungan. Pedagang disini adalah
pedagang di Pasar Tradisional Pasar Sore Padang Bulan, Medan
8. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara, dan
badan usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan
tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh
usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar-menawar, yang dalam penelitian ini adalah Pasar
Tradisional Pasar Sore Padang Bulan, Medan.
III. 6 Defenisi Operasional
Definisi operasional variabel bebas (independent variable) adalah ciri ciri
penampilan dari waralaba toko modern.
1. Placement adalah karakteristik pajangan atau susunan dari produk yang
tertata rapi dalam etalase yang baik, teratur dan menarik dipandang mata
konsumen.
2. Product adalah poduk yang berkualtias sesuai dengan kebutuhan, berkualitas
baik biasanya dijamin (minimal secara psikologis) oleh suatu merek yang
paten
3. Price adalah harga yang relatif lebih murah untuk kualitas produk yang
serupa dibandingkan dengan yang dijual di lokasi lain.
4. Promotion adalah suatu upaya yang dilakukan secara efektif dan efisien oleh
pihak waralaba tentang kualitas produk dan pelayanan mereka melalui jalur
informasi dan promosi dagang
5. Riset dan Pengembangan adalah upaya yang lazim dilakukan industri modern
didalam usaha merebut pasar yang lebih luas yaitu melakukan riset dan
pengembangan berbasis informasi kepuasan pelanggan dan lain-lain.
6. Sistem Informasi yaitu upaya pihak perusahaan waralaba melakukan
komunikasi tentang informasi-informasi yang akurat disekitar prose bisnis
7. Kenyaman Lingkungan yaitu hasil pencermatan dan persiapan dari
pengusaha menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman dipersepsi
pelanggannya, bersih, tidak becek, tidak berdesak-desakan dan tidak bau.
8. Kerjasama dalam jaringan yaitu tentang kondisi kerjasama yang baik diantara
sesama anggota franchise karena semua pihak harus sama sama mendukung
usaha perdagangan yang sama-sama menguntungkan.
9. Sekuritas pada Pembelanja adalah kepastian keamanan selama berada di
lingkungan toko waralaba. Pihak perusahaan selalu memperhatikan faktor
keamanan pelanggan dari gangguan-gangguan keamanan seperti misalnya
Satpam dan sarana kesehatan serta pencegahan bahaya api atau bencana lain.
10. Legalitas yaitu kondisi yang lazimnya menjadi ciri khas perusahaan waralaba
dimana ada ikatan hukum yang menaungi proses perdangan yang legalitasnya
umumnya lebih terjamin.
III. 7 Variabel Operasional dan Model Pengukuran
Variabel-variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur atau
dinilai oleh pihak responden yaitu pemilik usaha dagang atau pedagang tradisonal.
Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebasnya adalah 10 karakteristik
pemasaran yang umumnya dicitrakan oleh waralaba toko modern, yang secara
bervariasi dimiliki pula oleh masing-masing pedagang tradisional. Nilai-nilai dari
variabel tersebut dinilai sendiri oleh pewawancara berdasarkan observasi
Variabel bebas (independent variable) adalah karakteristik khas dari
semua perusahaan modern yang menjalankan prinsip franchising. Pernyataan itu
telah banyak ditelaah dalam kerangka teori minimal tentang aplikasi marketing
mix (bauran pemasaran) yang mengutamakan ciri variabel product (produk),
placement (tata letak), pricing (harga) dan promotion (promosi/informasi). Pada
teori lain bahwa pemasaran membutuhkan fasilitas yang dipersepsi lebih nyaman,
lebih aman dan kepastian kualitas pelayanan oleh pihak pemakai produk.
Masing-masing komponen variabel bebas tersebut dinilai menurut persepsi
dan kesadaran dari pihak responden, seberapa nilai dari item kuesioner yang
ditanyakan dijawab dalam skala kualitatif Skala Likert. Nilai pencapaian pada
awalnya itu dinilai dalam skala kualitatif (skala Likert) mulai dari: (1) sangat
tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju dan (5) sangat setuju.
Variabel terikat (dependent variable) adalah pertambahan atau
pengurangan tingkat pendapatan atau penjualan yang diakui oleh masing-masing
responden. Pertanyaan tidak diarahkan untuk nilai nominal atau rupiah karena
nilai nominal antar pedagang berbeda. Selain itu akan sangat mustahil mendapat
pengakuan jumlah nominal yang jujur oleh pihak responden. Penilaian pencapaian
itu dibuat dalam skala kualitatif (skala Likert) menilai secara kualitatif mulai dari:
Karena data kualitatif tidak berupa angka, sedangkan statistik hanya bisa
bisa memproses yang berupa angka, maka data kualitatif harus dikuantifikasikan
atau diubah menjadi data kuantitaif. Pengubahan bisa dilakukan dengan cara
memberi skor tertentu (dikotomi) atau bisa juga dengan memberi ranking
(Santoso 2000:5)
Pada penelitian ini digunakan dengan cara meranking. Kemudian untuk
menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing alternatif
jawaban apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah
terlebih dahulu menentukan interval kaegori jawaban responden masing-masing
variabel kedalam 5 interval yaitu :
a. Interval 1 dengan range 0 – 20%
b. Interval 2 dengan range >20% - 40%
c. Interval 3 dengan range >40% - 60%
d. Interval 4 dengan range >60% - 80%
e. Interval 5 dengan range >80% - 100%
Hasilnya akan memberi nilai yang valid menjadikan pengukuran yang
setara dengan nilai kuantitatif. Nilai kuantitatif tersebut yang seterusnya dipakai
III. 8 Kerangka Kosep Penelitian
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dirumuskan
dengan kerangka sederhana sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar III.1
Kerangka Konsep Penelitian
1. Placement
2. Product
3. Price
4. Promotion
5. Riset dan pengembangan
6. Sistem Informasi
7. Kenyamanan dalam
lingkungan
8. Kerjasama dalam jaringan
9. Sekuritas pada
pembelanja
10.Legalitas
Rasio
Pertumbuhan
1. Kunjungan
III. 9 Teknik Pengumpulan Data III. 9. 1 Jenis dan Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Data pada penelitian
terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Data primer. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono 2012:402). Sumber
data primer pada penelitian ini adalah para pedagang yang ada di Pasar
Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.
b. Data Sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen. Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah pihak
Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan dan PD Pasar Padang Bulan
Medan.
III. 9. 2 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini antara lain:
a. Metode angket (kuesioner). Metode kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono 2012:199). Metode angket ini digunakan untuk memperoleh
data primer. Kuesioner (angket) akan dibagikan kepada pedagang di Pasar
Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan untuk diminta menjawab
daftar pertanyaan mengenai dampak yang mereka rasakan dari keberadaan
b. Sedangkan data sekunder, dilakukan dengan menggunakan Metode Studi
Pustaka. Di dalam pengumpulan data studi pustaka penulis memperoleh
data-data dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan dan PD Pasar
Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan, Medan.
III. 10 Teknik Analisis Data
III. 10. 1 Uji Validitas dan Realiabilitas
Uji validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya
mencapai sasarannya. Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada
suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket
tersebut (Santoso 2000:270).
Sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu angket dikatakan
reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu (Santoso 2000:270).
Karena data pada penelitian ini adalah data berskala yaitu Skala Likert,
maka pengujan dilakukan dengan menggunakan Alfa Cronbach.
III. 10. 2 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah variabel
untuk menginformasikan suatu variabel dalam kondisi tertentu tanpa dikaitkan
dengan variabel lain, serta untuk mengetahui perkembangan data suatu variabel
dengan cara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Indikasinya dapat dilihat
antara lain melalui distribusi frekuensi, rata-rata, proporsi, standar deviasi,
III. 10. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson
Analisis bivariat dipakai untuk melihat hubungan dua variabel. Hubungan
yang dimaksud bisa berupa hubungan kausal yaitu variabel independen (variable
yang mempengaruhi) denganvariabel dependent (dipengaruhi). Ini dapat diuji
dengan menggunakan bivariate correlation.
III. 10. 4 Analisis Regresi
Berdasarkan judul, latar belakang, dan perumusan masalah maka teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda., yang bertujuan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya)
variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediktur dimanipulasi (Sugiyono, 2012:277).
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
program komputer SPSS 17. Adapun model yang digunakan dari regresi linear
berganda menurut (Sugiyono, 2012:277) yaitu :
Yt = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 +
b9 X9 + b10 X10 + e
Keterangan :
Yt = Rasio Pertumbuhan
a = Koefisien Konstanta
X1 = Placement
X2 = Product
X4 = Promotion
X5 = Riset dan pengembangan
X6 = Sistem Informasi
X7 = Kenyamanan dalam lingkungan
X8 = Kerjasama dalam jaringan
X9 = Sekuritas pada pembelanja
X10 = legalitas
e = Koefisien Error (Variabel Pengganggu)
III. 10. 5 Uji Asumsi Klasik
Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu untuk
menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Pengujian asumsi klasik
yang digunakan terdiri atas :
III. 10. 5. 1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang
sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal
atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.
Pola pengujian bisa dilakukan secara visual yaitu dengan metode gambar
normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
III. 10. 5. 2 Uji Heterokedastisitas
Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang
atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien
regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus
dihilangkan dari model regresi. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas,
bisa dilihat dari grafik scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED)
dengan studentized residual (SRESID). Ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya).
Dasar pengambilan keputusan yaitu:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di