• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK WARALABA TOKO MODERN

TERHADAP PASAR TRADISIONAL

(STUDI PADA PASAR TRADISIONAL PAJAK SORE PADANG BULAN MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persayaratan Dan Melengkapi Tugas Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana

Disusun Oleh :

THERESIA ELISABETH S S

090907040

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Theresia Elisabeth S S

NIM : 090907040

Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional

(Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)

Medan, Juli 2013

Pembimbing Ketua Departemen

M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP

NIP. 197910052005011002 NIP. 196805251992031002

Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

Dekan FISIP USU

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji

Skripsi Departemen Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Nama : Theresia Elisabeth S S

NIM : 090907040

Departemen : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional

(Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)

Yang dilaksanakan pada :

Hari/tanggal :

Pukul :

Tempat :

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : ( )

Penguji I : ( )

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan agerahNya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Waralaba Toko

Modern terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore”

Padang Bulan Medan)”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

dari Jurusan Administrasi Niaga/Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara Medan. Skripsi ini saya persembahkan kepada

orangtua saya tercinta Ayahanda dr. H. Situmorang, MHA, M.Kes dan Ibunda M.

br. Simamora yang tiada henti memberikankasih sayang, perhatian, motivasi, serta

bantuan moril maupun materil dalam proses penyelesaian skripsi ini. Thanks for

all Dad, Mom. I do love you. Begitu juga untuk adikku yang bandel Andi Roy

Sitmorang dan si bawel Millenia Graciella Situmorang yang senantiasa

menyayangi dan memberikan dukungan yang tiada henti kepada penulis.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing MA selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

3. Bapak Muhammad Arifin Nasution S.Sos, MSP selaku Sekretaris Program

(5)

Universitas Sumatera Utara yang juga berperan sebaga Dosen Pembimbing

bagi penulis, yang telah banyak memberikan waktu, arahan dan masukan bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Malanthon Rumapea selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Didi Cemerlang serta seluruh staff dan pegawai di Perusahan Daerah

(PD) Pasar Kota Medan, Ibu Riah Ukurta br Sitepu, Bapak M. Prananta

Ginting, serta seluruh staff dan pegawai PD Pasar Tradisional Padang Bulan

Medan yang sangat kooperatif.

6. Seluruh pedagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan

yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, Kak Jait, kak

Gusnita, Kak Indah, Bibi Barus, serta semua yang tidak dapat disebutkan satu

per satu.

7. My bro Fernandes Sirait (Nandes atau Pirhot) yang setia membantu dengan

solusi maupun ledekannya. Thanks a lot brada, and stop bullying me, please.

8. Elsha Febriyanti Sitorus (Yanti) yang telah banyak membantu penulis

kesana-kemari. Huge thanks, yanto. Dan juga kepada all Bengkalas member,

Nurul Fauzy Siregar (Uul) dan Iin Sri Karina (Bik Srik). Yan, ul, bik, thanks

for being a great soulsister. Don’t you think this thesis extremely separate us

huh? Long time no see each of you. Let’s meet up!

9. Tanteku tersayang, Nora Intan Simamora yang selalu setia menyemangati dan

(6)

10. Pegawati Gita, Novrista, Santi, termakasih banyak atas dukungan dan doa

kalian guys. Success is ours. Hidup pega! Terimakasih juga untuk sahabatku

Nurita yang menyemangati disaat down dan teman setia sepanjang segala

masa.

11. My bro Heberlin Sandro Tinambunan alias Bang Berlin yang setia menemani

saat penelitian. I can’t imagine how bad it’s going to be without you. Thanks

a lot bro.

12. Yarsyud yang udah jadi super hero saat penulis seminar proposal. Gifta yang

udah mentorin penelitian kuantitatif, serta seluruh mahasiswa Ilmu

Administrasi Niaga/Bisnis stambuk 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu. Masa kuliah yang menyenangkan bersama kalian semua guys.

13. Semua kru Radio 88 Lafemme Medan yang selalu memberi semangat kepada

penulis. It’s great being a part of this little family. Love.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan peneliti lainnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat berlipat

ganda kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Juli 2013

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang ... 1

I. 2 Rumusan Masalah ... 8

I. 3 Tujuan Penelitian ... 8

I. 4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KERANGKA TEORI II. 1 Pasar Tradisional ... 9

II. 2 Pasar Modern ... 10

II. 2. 1 Toko Modern ... 11

II. 2. 2 Waralaba ... 12

II. 2. 3 Tinjauan Hukum Waralaba ... 16

II. 2. 4 Waralaba dan Persaingan Usaha ... 17

II. 3 Penjualan ... 18

II. 3. 1 Volume Penjualan ... 19

II. 4 Pemasaran ... 20

BAB III METODE PENELITIAN III. 1 Bentuk Penelitian ... 27

III. 2 Lokasi Penelitian ... 27

(8)

III. 3.1 Populasi ... 27

III. 3. 2 Sampel ... 28

III. 4 Hipotesis ... 31

III. 5 Defenisi Konsep ... 31

III. 6 Defenisi Operasional ... 33

III. 7 Variabel Operasional dan Model Pengukuran ... 34

III. 8 Kerangka Konsep Penelitian ... 37

III. 9 Teknik Pengumpulan Data III. 9. 1 Jenis dan Sumber Data ... 38

III. 9. 2 Pengumpulan Data ... 38

III. 10 Teknik Analisis Data III. 10. 1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

III. 10. 2 Analisis Univariat ... 39

III. 10. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson ... 40

III. 10. 4 Analisis Regresi ... 40

III. 10. 5 Uji Asumsi Klasik III. 10. 5. 1 Uji Normalitas ... 41

III. 10. 5. 2 Uji Heteroskedastisitas ... 42

III. 10. 5. 3 Uji Autokorelasi ... 43

III. 10. 6 Uji Hipotesis III. 10. 6. 1 Koefisien Determinasi (R2) ... 43

III. 10. 6. 2 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 44

III. 10. 6. 3 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN IV. 1 Deskripsi Lokasi Penelitian IV. 1.1 Letak Pasar Tradisional Padang Bulan ... 46

IV. 1. 2 Sejarah Singkat Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan ... 47

(9)

IV. 2 Penyajian Data

IV. 2. 1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 54

IV. 2. 2 Analisis Univariat ... 56

IV. 2. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson ... 59

IV. 2. 4 Analisis Regresi Berganda ... 63

IV. 2. 5 Uji Asumsi Klasik IV. 2. 5. 1 Uji Normalitas ... 67

IV. 2. 5. 2 Uji Heteroskedastisitas ... 70

IV. 2. 5. 3 Uji Autokorelasi ... 71

IV. 2. 6 Uji Hipotesis IV. 2. 6. 1 Identifikasi Determinan (R2) ... 71

IV. 2. 6. 2 Uji F (Uji Sgnifikansi Simultan) ... 73

IV. 2. 6. 3 Uji t (Parsial) ... 75

IV. 3 Analisis Data dan Pembahasan ………... 81

BAB V PENUTUP V. 1 Kesimpulan ... 89

V. 2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Data Jumlah Pedagang Pasar Tradisional

“Pajak Sore” Padang Bulan Medan ... 28

Tabel III. 2 Jumlah Sampel Pedagang ... 30

Tabel IV. 1 Jumlah Populasi Pedagang Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan ... 48

Tabel IV.2 Jumlah pedagang yang menjadi responden ... 49

Tabel IV.3 Jumlah pedagang berdasarkan jenis kelamin ... 50

Tabel IV.4 Jumlah pedagang berdasarkan umur ... 51

Tabel IV.5 Jumlah pedagang berdasarkan pendidikan ... 52

Tabel IV.6 Jumlah pedagang berdasarkan lamanya berdagang ... 53

Tabel IV.7 Uji Validitas ... 55

Tabel IV.8 Reliability Statistics ... 56

Tabel IV.9 Statistik Deskriptif Univariat ... 56

Tabel IV.10 Interval Nilai r ... 59

Tabel IV.11 Correlations ... 60

Tabel IV.12 Correlations ... 61

Tabel IV.13 Coefficients ... 64

Tabel IV.14 Model Summary Uji Autokorelasi ... 71

Tabel IV.15 Model Summary ... 72

Tabel IV.16 ANOVA ... 74

Tabel IV.17 Realiability Statistics ... 75

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 37

Gambar IV.1 Histogram ... 68

Gambar IV.2 Normal P-P Plot of Regression

Standardized Residual ... 69

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 2 : Surat Penugasan Dosen Pembimbing

Lampiran 3 : Kartu Seminar Proposal Penelitian (Skripsi)

Lampiran 4 : Kartu Kendali Bimbingan Skripsi

Lampiran 5 : Surat Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Pembimbing

Lampiran 6 : Surat Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Penguji

Lampiran 7 : Berita Acara Seminar Proposal Rencana Usulan Penelitian

Lampiran 8 : Daftar Hadir Peserta Smeinar Proposal

Lampiran 9 : Surat Ijin Penelitian Dari Kampus

Lampiran 10 : Surat Persetujuan Ijin Penelitian Pd Pasar Kota Medan

Lampiran 11 : Daftar Pertanyaan Kuesioner

Lampiran 12 : Hasil Kuantifikasi Jawaban Responden

Lampiran 12 : Hasil Pengujian Validitas Dan Reliabilitas

Lampiran 13 : Analisis Univariat

Lampiran 14 : Analisis Bivariat

Lampiran 15 : Regresi Linier Berganda

Lampiran 16 : Charts

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Dampak Waralaba Toko Modern terhadap Pasar Tradisional (Studi pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kehadiran toko modern terhadap volume penjualan pedagang tradisional dari segi pendapatan, serta mengetahui tingkat pengaruh dari variabel marketing mix dan variabel di luar marketing mix terhadap volume penjualan pedagang di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Analisis variabel menggunakan analisi univariat dan bivariat. Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan dan pengujian signifikan parsial. Pengerjaan metode analisis data menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini melibatkan 77 responden sebagai sampel penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling.

Hasil penelitian berdasarkan analisis univariat menunjukkan bahwa volume penjualan mengalami penuruan yaitu berada pada interval keempat yaitu interval 60%-80% dibandingkan keadaan sebelum waralaba toko modern hadir. Analisis linier berganda menunjukkan bahwa secara bersama-sama atau simultan variabel marketing mix dan variabel diluar marketing mix berpengaruh poositif dan signifikan terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan. Sedangkan secara parsial variabel placement dan variabel price mempunyai dampak yang paling signifikan terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

(14)

ABSTRACT

The research is titled “The effect of franchise towards traditional market (case in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan). The objective of this research is knowing the effect of business franchise towards sales volume of traditional seller from its revenue, and knowing marketing mix and others variables effect towards seller sales volume in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

This is a quantitative research. Variable analyzed by univariat and bivariat analysis. Analysis method to test the hypothesis by using multiple linier regression, simultaneous test and partial test. SPSS 17.0 for windows was used to calculate and analyze data of the research. The research data consist of primary and secondary data. This research need 77 respondents which determined by using cluster sampling.

The result of this research by univariat analysis shows that volume of sales decreases, stuck in fourth interval 60%-80% compared to the condition before the presence of the franchise. Multiple regression shows that by using simultaneous test all the variable in marketing mix have positive and significant effect towards sales volume of seller in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan. And based on partial test showed that placement and price have the most dominant effect towards sales volume of seller in Traditional Market “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Pasar merupakan tempat yang penting bagi masyarakat sebagai lokasi

berlangsungnya kegiatan ekonomi yang melibatkan penjual dan pembeli untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing. Pembeli mendapat barang yang

diperlukan dari penjual dan penjual memperoleh uang dari barang yang

disediakan yang kemudian dijual kepada pembeli dengan sejumlah harga yang

disepakati. Secara umum, pasar terdiri dari 2 jenis yaitu pasar tradisional dan

pasar modern. Pasar tradisional sifatnya konvensional dimana penjual dan

pembeli masih melakukan transaksi secara tawar-menawar. Fisik dari pasar

tradisional bisa dikatakan sederhana karena biasanya hanya terdiri dari los, kios,

dan lingkungan yang kurang nyaman seperti lingkungan yang becek, kotor, dan

bau. Biasanya di setiap kawasan kecamatan atau kelurahan ada pasar tradisional,

sehingga penduduk yang berada di daerah tersebut bisa dengan mudah memenuhi

kebutuhannya di pasar tradisional.

Berbeda dengan pasar tradisional, pasar modern tidak mengenal istilah

tawar-menawar dalam transaksi. Sebab pada pasar modern, setiap produk yang

dijual sudah dicantumkan barcode harga yang pasti. Fisik dari pasar modern pun

lebih lengkap dengan berbagai fasilitas. Display produk juga tertata rapi dalam

satu bangunan yang nyaman dan permanen.

Perbedaan antara pasar modern dan pasar tradisional tersebut ternyata

(16)

memutuskan untuk memilih pasar modern sebagai tempat membeli kebutuhan.

Suasana gerai yang bersih, rapi, nyaman, ber-AC, bahkan ada promo discount

pada produk-produk tertentu semakin menarik minat masyarakat untuk datang ke

pasar modern. Jadi tidak bisa dipungkiri keberadaan pasar modern menjadi

tuntutan dari gaya hidup yang berkembang di masyarakat. Pasar modern pun

seakan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan di mana masyarakat sangat

antusias, sehingga perluasan jangkauan pun makin gencar dilakukan. Pasar

modern yang terdiri dari berbagai jenis seperti supermarket, hypermarket,

department store dan minimarket ini semakin berkembang dari waktu ke waktu,

tidak hanya di kota besar tetapi sudah merambah daerah-daerah kecil seperti

kabupaten bahkan kelurahan. Apalagi khusus pada jenis pasar modern yang

berbentuk minimarket, pertumbuhannya berjalan sangat signifikan. Di Medan saja

jumlah gerai Indomaret sudah mencapai 216 gerai sedangkan Alfamart mencapai

42 gerai yang tersebar diseluruh wilayah Kota Medan. (http://www.starberita.

com/index.phpoption comcontent&view=article&id=99944:121

Segala kelebihan yang ditawarkan, membuat pertumbuhan minimarket

yang waralaba mampu memberi kontribusi yang besar dalam hal penciptaan

lapangan pekerjaan. Namun hal ini tidak serta-merta menjadi lampu hijau untuk

membuat waralaba toko modern tumbuh cepat dan terkendali. Majunya waralaba

toko modern yang diwujudkan membuat mereka semakin memburu lokasi-lokasi

potensial yaitu daerah-daerah yang pada awalnya ada di jangkauan pasar

tradisional. Pada saat ini kita bisa dengan mudah dapat melihat pasar modern

(17)

tradisional. Berada pada satu kawasan yang sama dengan sasaran konsumen yang

sama pula tentu membuat pasar tradisional mau tidak mau seperti harus kalah

bersaing dengan pasar modern yang berdiri di sekitarnya.

Berbagai penelitian yang mengkaji mengenai toko modern dan usaha

tradisional baik pun sudah banyak dilakukan untuk mengetahui dampak dari

hadirnya usaha waralaba toko modern terhadap pedagang tradisional. Seperti

penelitian skripsi Desinita Ristanti (2008) mengenai “Dampak Kehadiran

Minimarket (Indomaret) terhadap Peritel Tradisional (Survei Persepsi Peritel Tradisional/Toko di Wilayah Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo)” yang menunjukkan bahwa peritel tradisional merasa terganggu dengan hadirnya toko modern Indomaret yang berdiri di dekat usaha tradisional.

Dan variabel yang mempunyai hubungan atau dampak secara signifikan adalah

variabel Omzet Penjualan dan Tenaga Kerja, dimana hubungan atau dampaknya

adalah rendah, sedangkan variabel Harga ternyata tidak mempunyai hubungan

atau dampak secara signifikan terhadap peritel tradisional di wilayah Kecamatan

Kanigaran Kota Proboli

Pengaruh negatif dari toko modern terhadap usaha tradisional juga

diungkap oleh hasil penelitian Iffah,dkk (2011) yang berjudul “Pengaruh Toko

Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus: Minimarket Kecamatan Blimbing, Kota Malang)”. Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa semakin besar jangkauan minimarket, maka akan semakin

(18)

berdampak terhadap 4 toko usaha kecil, dengan rata-rata friksi sebesar 57.29%.

Berdasarkan penelitian, semakin jauh toko usaha kecil terhadap minimarket,

pengaruh yang ditimbulkan akan semakin kecil. Namun, semakin dekat toko

usaha kecil dengan minimarket, maka pengaruh yang sangat besar terjadi pada

jumlah konsumen yang datang setiap harinya (http://tatakota. ub.ac.id/index.php

/tatakota/article/download/129/128

Hasil penelitian senada juga diungkapkan oleh Setiawan,dkk (2012)

dalam penelitian “Pengaruh Keberadaan Minimarket Terhadap Pendapatan

Pedagang Kelontong Dikelurahan Klender Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur”. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa keberadaan minimarket membawa pengaruh negatif kepada hampir seluruh pedagang kelontong, Pengaruh

tersebut ditinjau dari keempat faktor yaitu pengalaman berusaha tidak menjamin

kestabilan tingkat pendapatan yang diperoleh. Temuan di lapangan menunjukkan

pedagang kelontong yang sudah berdagang sejak 31 tahun pendapatannya juga

turun sebesar 47%. Faktor lain adalah berkurangnya modal kerja yang dapat

dikumpulkan oleh pedagang kelontong, penghentian penggunaan tenaga kerja

pada 4 pedagang kelontong yang sebelumnya menggunakan tenaga kerja untuk

membantu usaha warung kelontong mereka dan semakin meningkatnya

persaingan harga maupun keberagaman bara ).

Hasil yang kurang lebih sama juga diungkap O K Laksemana Lufti

(19)

Kecamatan Medan Marelan” yang menyatakan pembangunan gerai Indomaret disekitar pasar tradisional maupun disekitar pedagang grosir membawa pengaruh

negatif seperti membuat pedagang tradisonal terpinggirkan bahkan gulung tikar

Dan kondisi membuat para pengusaha tradisional harus memikirkan

strategi untuk bertahan seperti yang diungkap oleh penelitian Yenika Sri Rahayu

dan Bahtiar Fitanto (2011) yang berjudul “Strategi Pedagang Pasar Tradisional Menghadapi Persaingan Dengan Retail Modern Dan Preferensi Konsumen (Studi Kasus Pada Pasar Legi Kota Blitar)” dimana minimarket Indomaret menjadi salah satu penyebab yang menurunkan jumlah konsumen para

pedagang tradisional, dan pedagang tradisional dengan keterbatasannya harus

membuat strategi untuk bisa bersaing dengan toko modern seperti mengutamakan

pelayanan dengan sikap yang ramah terhadap konsumen, memberikan rasa

kepercayaan penuh ketika ada konsumen yang ingin berhutang serta faktor harga

yang penting, harga faktor utama yang bisa menarik para konsumen

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Zul Morado Slawat Siregar dari

Fraksi PKS DPRD Kota Medan, bahwa dalam dua tahun terakhir, kota Medan

sedang booming dengan usaha waralaba minimarket mengisyaratkan bahwa

keberadaan waralaba ini merupakan bentuk investasi usaha jika tidak diatur dan

dikendalikan, akan mematikan usaha masyarakat yang sejenis namun bukan

waralaba

(20)

Namun perlu diketahui bahwa pembauran antara organisasi bisnis modern

dengan organisasi bisnis tradisional sesungguhnya dapat memberi dampak yang

positif pada tuan rumah apabila mereka memiliki kemampuan atau reaksi

mempelajari strategi dagang yang dibawa oleh semua pebisnis modern. Seperti

misalnya perusahaan-perusahaan waralaba yang ada di kota-kota besar di pulau

Jawa, yang kemudian dapat membentuk perusahaan waralaba bersama sesama

pedagang tradisonal. Dampak positif atau negatif dapat saja tercipta dari

kehadiran pada waralaba terdahulu, namun semua itu tergantung dari penyikapan

dan perubahan perilaku dagang yang dapat diterapkan mengimbangi para

pendatang.

Sebab pemerintah sama sekali tdak bertujuan mematikan usaha tradisional

dengan melegalkan usaha-usaha modern yang berkembang sekarang. Pemerintah

justru memberikan catatan bahwa bisnis waralaba harus mampu memberi

pengaruh positif dengan memberdayakan Usaha Kecil Menengah (UKM) seperti

pengusaha tradisional. Namun yang terjadi memang banyak gerai waralaba tidak

menunjukkan pemberdayaannya terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

ada. Pertumbuhan yang tinggi yang dialami oleh pasar modern tidak serta merta

mampu mengangkat pertumbuhan pasar tadisional. Ini dapat dipandang sebagai

suatu persiapan bom waktu kesenjangan sosial di masa mendatang.

Seperti yang terjadi di kota Medan, gerai-gerai waralaba toko modern

dengan berbagai merk semakin berkembang. Masing-masing toko waralaba

tersebut saling berlomba menawarkan pelayanan yang terbaik, harga yang lebih

(21)

kualitas yang baik pula, serta tempat belanja dibuat lebih nyaman untuk menarik

para pembelanja di gerai mereka. Akhirnya para konsumen di sekitar daerah

persaingan antara pasar modern dan tradisional, membuat mereka beralih dari

pasar tradisional ke waralaba toko modern.

Dengan segala kelebihan yang diterapkan oleh pengusaha waralaba toko

modern dalam pengelolaannya, bukan tidak mungkin jika pedagang yang berada

di Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan yang lebih dulu ada di sana

secara langsung atau tidak langsung merasakan dampak setelah kehadiran

waralaba toko modern. Namun perlu diketahui bahwa dengan datangnya berbagai

waralaba toko modern, para pedagang tradisional lokal justru memiliki

kesempatan untuk melakukan pembaharuan strategi bisnis menjadi modern

dengan mengadopsi strategi-strategi bisnis seperti bauran pemasaran (marketing

mix) dan beberapa faktor lain, yang sebenarnya dapat mereka pelajari dari

perusahaan bisnis waralaba pendatang. Apakah kemudian pihak pedagang

tradisional di Pasar Tradisonal “Pajak Sore” Padang Bulan hanya mampu melihat

segi negatif dari persaingan yang timbul akibat kehadiran bisnis waralaba tetapi

tidak menjadikan dampak negatif itu sebagai titik balik menerapkan strategi yang

mampu mengimbangi, adalah suatu kata kunci untuk merubah hasil persaingan

menjadi lebih menguntungkan pihak pedagang tradisional untuk menjadi modern.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar

(22)

I. 2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah bagaimana

dampak kehadiran waralaba toko modern terhadap volume penjualan Pedagang

Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan, Medan?”

I. 3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dampak kehadiran waralaba toko modern terhadap

volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang

Bulan Medan dari segi pendapatannya.

2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh empat variabel dari marketing mix

terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore”

Padang Bulan Medan.

3. Untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel-varibel lain di luar

marketing mix terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional

“Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

I. 4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Memberi input informasi pada khalayak akademisi mengenai

pengaruh keberadaan waralaba toko modern.

2. Memberi masukan pada pihak pedagang tradisional mengenai strategi

marketing mix untuk dipakai dalam kegiatan berdagang sehari-hari.

3. Memberi maasukan pada pihak pedagang tradisional mengenai strategi

(23)

BAB II

KERANGKA TEORI

II. 1 Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara, dan badan

usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha

berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,

menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal

kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar

(Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 tentang Pedoman

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

Pasal 1 ayat 2).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemu antara penjual dan pembeli,

melakukan transaksi secara langsung dengan adanya aktifitas tawar-menawar

harga. Selain itu, pasar tradisional dianggap sebagai pasar basah karena

keadannya yang cenderung tidak nyaman, kotor, kumuh, bahkan menjadi sumber

kemacetan lalu lint

Namun keadaan pasar tradisonal yang seperti ini awalnya tidak menjadi

satu hal yang dihindari oleh sebagian masyarakat karena di pasar tradisional

pembeli bisa melakukan tawar menawar yang memberikan kepuasan khususnya

(24)

hari dalam jumlah, jenis dan harga yang beragam juga dianggap sesuai dengan

keadaan keuangan yang tidak menentu dari masyarakat pada saat krisis. Dan dari

sudut kepentingan pemerintah daerah, keberadaan pasar tradisional juga berperan

penting dalam memberikan pemasukan yang menerus dan langsung kepada kas

pemerintah daerah.

II. 2 Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar dimana penjual dan pembeli tidak bertransaksi

secara langsung, melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam

barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara

mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual,

selain bahan makanan seperti buah, sayuran daging, sebagian besar barang lain

yang juga dijual adlah barang-barang yang dapat bertahan lama (Fithrati 2002:1).

Biasanya pasar modern melakukan pengelolaan manajemen yang modern

pula, seperti sistem persediaan barang di gudang yang terukur, penetapan harga

yang pasti, serta kualitas barang yang relatif lebih terjamin karena melalui

penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek atau tidak

memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.

Pasar modern ini awalnya menyasar pada masyarakat kelas menengah ke

atas. Namun seiring dengan perubahan di masyarakat dan keinginan memperluas

jangkauan, pasar modern pun menurunkan margin keuntungan dari tiap jenis

produk agar masyarakat dari kelas ekonomi menengah ke bawah juga bisa

membelanjakan uangnya di pasar modern. Pasar modern ini terdiri dari mall,

(25)

pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Namun sesuai dengan judul

penelitian yang ditetapkan oleh peneliti, jenis pasar modern yang dibahas pada

penelitian ini terbatas pada pasar modern dengan jenis waralaba toko modern.

II. 2. 1 Toko Modern

Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual

berbagai jenis barang secara eceran yang dapat berbentuk minimarket,

supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk

perkulakan (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan

dan Toko Modern, Pasal 1 ayat 5).

Toko modern biasanya dilengkapai berbagai fasilitas yang memberikan

rasa nyaman bagi pembeli yang datang. Mulai dari AC, music, display produk

yang rapi dan teratur, ruangan yang wangi dan bersih hingga pramuniaga yang

bersikap ramah saat menyambut konsumen datang. Transaksi pembayaran pun

dilakukan secara teratur dengan mengantri dan pembeli bisa memilih sistem

pembayaran, secara tunai atau debit. Semua transaksi dan kegiatan ekonomi pada

toko modern ini berlangsung di gerai. Luas gerai ini nantinya menetukan kategori

dari toko modern itu sendiri, antara lain:

1. Gerai minimarket memiliki luas gerai ≤ 400m²

2. Gerai supermarket memiliki luas gerai ≤ 1200m² 3. Gerai department store memiliki luas gerai ≤ 2000m²

II. 2. 2 Waralaba

Waralaba yang saat ini berkembang pesat di Indonesia berasal dari bahasa

(26)

“francorum rex” yang artinya bebas dari ikatan, yang mengacu pada kebebasan

untuk memilih hak usaha. Sedangkan pengertian franchise berasal dari bahasa

Perancis abad pertengahan, diambil dari kata “franc” (bebas) dan “francher”

(membebaskan) yang secara umum diartikan sebagai pemberian hak istimewa.

Namun kemudian di Indonesia dialih-bahasakan dengan istilah waralaba yang

diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan

Manajemen (LPPM). Waralaba berasal dari dua kata yaitu kata "wara" yang

berarti lebih atau istimewa dan kata “laba” yang berarti untung. Sehingga

waralaba berarti usaha yang memberikan laba lebih atau istimewa (Sutedi

2008:7).

Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau

badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka

memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat

dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba

(Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor

68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern Pasal 1

ayat 1)

Dari dimensi bisnis, waralaba dapat didefinisikan sebagai pengaturan

dengan sistem pemberian hak pemakaian nama dagang milik franchisor oleh

pihak independen atau franchisee untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan

kesepakatan atau perjanjian (Sutedi 2008:6).

Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia waralaba adalah suatu

(27)

merk (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk

melaksanakan bisnis dengan merk, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang

telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu

(Sutedi 2008:1).

Beberapa istilah yang kerap ditemui dalam sistem usaha waralaba (franchise)

antara lain :

1. Pemberi waralaba (franchisor)

Franchisor adalah pihak pertama baik berupa perorangan ataupun

badan usaha yang memiliki kapasitas untuk memberikan hak

intelektual yang dimilikinya kepada pihak kedua (franchisee) untuk

memanfaatkan segala ciri khas usaha dan segala kekayaan intelektual,

seperti nama, merek dagang, logo dan sistem usaha, dan semua

prosedur yang dimilikinya.

2. Penerima waralaba (franchisee)

Franchisee adalah pihak kedua baik berupa perorangan ataupun

badan usaha yang menerima hak untuk memanfaatkan dan menggunakan

hak atas kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh

franchisor.

3. Royalty fee

Royalty fee adalah kontribusi biaya dari operasional usaha franchisee

yang dibayarkan kepada franchisor set iap peri od e p e nju alan

b ula na n. Royalty fee ini berupa persentase tertentu dari besarnya omset

penjualan franchisee.

(28)

Franchisee fee adalah biaya waralaba berupa kontribusi biaya dari

franchisee kepada franchisor, sebagai imbalan atas pemberian hak

pemanfaatan dan penggunaan hak intelektual franchisor dalam kurun

waktu tertentu. Franchisee fee ini sering juga disebut sebagai one time/

initial fee.

5. Refranchising

Refranchising adalah suatu lokasi yang pada awalnya dimiliki oleh

franchisee tetapi akhirnya gerai tersebut dimiliki (dibeli kembali) dan

dikelola oleh franchisor.

6. Master franchisee

Master franchisee adalah franchisee yang mendapat hak waralaba

langsung dari franchisor yang meliputi are geografis tertentu dan

umumnya meliputi satu wilayah hukum (negara). Master franchise dapat

menjual hak waralabanya kepada area, multiple, maupun individual

franchisee.

7. Multiple franchisee

Franchisee yang memegang hak waralaba untuk lebih dari satu outlet

di area geografis tertentu, tetapi tidak dapat menjual hak waralaba yang

dimilikinya.

8. Individual franchisee

Franchisee yang bertindak atas nama sendiri yang memegang hak

waralaba untuk satu outlet saja dan tidak dapat menjual hak waralaba

(29)

9. Area franchisee

Inividu atau perusahaan yang diberi hak waralaba meliputi cakupan

wilayah geografis yang disepakati sebelumnya dalam perjanjian waralaba.

Area franchisee dalam hal ini diberikan target atau deadline berkaitan

dengan jumlah outlet yang harus dibuka dalam periode waktu tertentu.

Area franchisee dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya kepada

individual atau multiple franchisee.

10. Retrofranchising

Retrofranchising adalah lokasi yang dimiliki dan dikelola

sendiri oleh franchisor dan tidak akan dijual (di-franchise-kan)

Suatu usaha dapat diwaralabakan bila setidaknya ada lima syarat minimal, yaitu :

1. Memiliki keunikan

2. Terbukti telah berhasil

3. Memiliki standar

4. Dapat diajarkan/diaplikasikan

5. Menguntungkan (Sutedi 2008:54)

II. 2. 3 Tinjauan Hukum Waralaba

Berbagai peraturan telah dikeluarkan pemerintah untuk menjadi landasan

hukum jalannya bisnis waralaba. Tidak hanya bersifat melegalisasi dan

mendukung, peraturan yang dikeluarkan juga ada yang bertujuan untuk

membatasi agar bisnis waralaba tetap dalam jumlah yang proporsional di pasar.

Peraturan itu antara lain :

(30)

2. Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.

53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

3. Permendag No. 53/MDAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan

Waralaba

4. Permendag Nomor 68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba Untuk

Jenis Usaha Toko Modern

Selain peraturan dari pemerintah pusat, pemerintah Kota Medan juga

mengeluarkan peraturan daerah yang mengatur tentang waralaba yaitu Peraturan

Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Namun kemudian seiring

dengan perkebambangan yang terjadi, peraturan ini mengalami perubahan untuk

menyesuaikan dengan pertumbuhan waralaba yang ada. Maka dari itu, pada

tanggal 26 Juli 2012 pemerintah kota medan melalui walikota Medan

mengeluarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 23 Tahun 2012 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang

Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko

Modern.

Tidak sampai disitu, perubahan dirasa masih perlu dilakukan untuk

menciptakan peraturan yang lebih ideal lagi untuk mengatur waralaba di kota

Medan khususnya. Karena itu pemerinath kota Medan kemudian mengeluarkan

Peraturan Walikota Medan Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua

(31)

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern pada 13

Desember 2012.

II. 2. 4 Waralaba Dan Persaingan Usaha

Salah satu yang membedakan pedagang tradisional dengan para pengusaha

waralaba adalah akses langsung yang dimiliki pengusaha waralaba dengan

produsen, sehingga mereka bisa menurunkan harga pokok penjualan, yang pada

akhirnya mampu membuat pengusaha waralaba menawarkan harga yang lebih

rendah. apalagi ditambah dengan semakin banyaknya gerai-gerai waralaba toko

modern yang tersebar, memegang pangsa pasar dengan persentase yang sangat

tinggi, bukan tidak mungkin satu saat akan terbentuk kartel.

Tapi ternyata waralaba merupakan jenis usaha yang dikecualikan tunduk

pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Dikecualikan dari ketentuan UU No. 5 Tahun 1999, perjanjian yang

berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek

dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan

rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba (UndangUndang

No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, Pasal 50 huruf b).

Ada beberapa alasan yang mendukung hal ini. Pertama, bisnis waralaba

termasuk dalam golongan usaha kecil dan menengah. Kedua, waralaba merupakan

suatu sistem pemasaran yang vertikal dimana salah satu pihak diberikan hak untuk

(32)

penemuan atau ciri-ciri yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan

berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka

penyediaan dan/atau penjualan barang dan/atau jasa (Sutedi 2008:148)

Jika dilihat sepintas, isi ketentuan Pasal 50 huruf b Undang-undang

Antimonopoli ini seolah-olah menyatakan waralaba secara jelas dan pasti

dikecualikan dari jangkauan Undang-Undang Antimonopoli. Tapi sebenarnya

tidak, sebab yang dikecualikan adalah sistem waralabanya, sedangkan tindakan

pelaku usaha waralaba tidak dikecualikan. Jadi apabila pelaku usaha waralaba

melakukan persaingan usaha tidak sehat, ia dapat terkena Undang-Undang

Antimonopoli (Sutedi 2008:149)

II. 3 Penjualan

Penjualan merupakan fungsi yang paling penting dalam pemasaran karena

menjadi tulang punggung kegiatan untuk mencapai pasar yang dituju (Swastha

dan Sukotjo 2002:183).

Atau dapat juga dikatakan sebagai salah satu usaha manusia untuk

memperoleh imbalan berupa uang sejumlah tertentu sesuai persetujuan bersama

dengan menyampaikan suatu barang atau produk bagi pihak yang membutuhkan.

Fungsi penjualan merupakan sumber pendapatan yang diperlukan untuk

menutup ongkos-ongkos dengan harapan bisa mendapatkan laba. Jika barang

diproduksi, atau dibeli untuk kemudian dijual kembali, maka harus diusahakan

sejauh mungkin agar barang tersebut dapat terjual. Oleh karena itu perlu adanya

(33)

sebagainya. Selain mendapatkan laba, kegiatan penjualan juga dilakukan untuk

menunjang pertumbuhan dan mencapai volume penjualan.

II. 3. 1 Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan hasil akhir dari hasil penjualan produk dan

dihitung secara total baik kredit maupun tunai dalam jangka waktu tertentu.

Volume penjualan biasanya berbanding lurus dengan laba yang diperoleh. Jika

volume penjualan meningkat dan biaya distribusi menurun maka tingkat

pencapaian laba meningkat, tetapi sebaliknya bila volume penjualan menurun

maka laba yang diperoleh juga menurun. Dalam hal ini pembeli menurun, volume

penjualan berkurang, semua biaya mungkin tidak dapat ditutup dan akhirnya

perusahaan bisa menderita rugi (Swastha dan Sukotjo 2002:211).

Adapun usaha untuk meningkatkan volume penjualan tersebut antara lain :

a. Menjajakan produk agar dilihat konsumen

b. Tata letak atau display produk

c. Analisa pasar

d. Menentukan calon pembeli atau konsumen potensial

e. Discount atau potongan harga

II. 4 Pemasaran

Pemasaran berbeda dengan penjualan. Theodore Levitt menyatakan bahwa

penjualan berfokus pada kebutuhan penjual; pemasaran berfokus pada kebutuhan

pembeli. Penjualan didasari oleh kebutuhan penjual untuk mengubah produknya

(34)

pelanggan melalui produk dan hal-hal yang berhubungan dengan menciptakan,

menghantarkan dan akhirnya mengkonsumsinya. Untuk itu, pemasaran bisa

dikatakan sebagai kunci untuk mempertahankan kelangsungan perkembangan dan

perluasan perusahaan (Kotler dan Keller 2000:20)

Pemasaran juga adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan

dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler dan

Amstrong, 2001:7).

Dengan demikian terdapat unsur-unsur penting dalam pemasaran, yaitu:

a. Kebutuhan dan keinginan konsumen

b. Adanya kebutuhan produk yang dianggap mampu memuaskan kebutuhan

c. Adanya pertukaran dan membutuhkan tempat untuk pertukaran yaitu pasar

Selain itu di zaman modern seperti saat ini pemasaran memiliki konsep

yang disebut sebagai Marketing Mix, yang sangat menentukan keberhasilan

pengusaha dalam mengejar maksimum profit. Marketing Mix atau bauran

Pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk

terus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran (Kotler 2002:18).

Unsur-unsur dalam Marketing Mix biasa disebut 4P, yaitu:

a. Product (produk)

Produk adalah sesuatu yang dijual. Produk lebih dari sesuatu yang nyata dan

jelas, produk merupakan suatu kesatuan dari nilai tambah yang mampu

(35)

b. Price (harga)

Harga adalah faktor dari marketing mix yang ditunjukkan dari berapa banyak

seorang konsumen diharuskan untuk membayar.

c. Place (tempat/distribusi)

Place adalah metode distribusi yang diadaptasi antara produk dengan

konsumen. Tujuannya adalah menghubungkan antara persediaan dengan

permintaan yang ada.

d. Promotion (promosi)

Promosi adalah cara bagi sebuah perusahaan untuk menyediakan informasi

bagi target pasar aan penawaran mereka, baik melalui iklan, public relation,

dan promosi penjualan.

Setiap pihak yang melakukan kegiatan pemasaran juga harus mengatur

arus informasi pemasarannya. Sistem informasi manajemen atau pemasaran

adalah serangkaian subsistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi

secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi

informasi lewat serangkaian cara, untuk mengambil keputusan sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan (Anoraga 1997:203). Sistem informasi pemasaran

terdiri dari orang-orang, peralatan, dan prosedur-prosedur untuk mengumpulkan,

menyortir, menganalisa, mengevaluasi dan mendistribusikan informasi dengan

tepat waktu, akurat dan dibutuhkan kepada pembuat keputusan pemasaran (Kotler

1997:97). Sistem informasi tersebut terdiri dari empat komponen yaitu:

a. Sistem pencatatan internal yang meliputi informasi siklus pesanan ke

(36)

b. Sistem intelijensi pemasaran, serangkaian prosedur dan sumber yang

digunakan untuk memperoleh informas harian tentang perkembangan

dalam lingkungan pemasaran.

c. Sistem riset yang memungkinkan rancangan sistematis, pengumpulan,

analisa dan pelaporan data dan temuan yang relevan dengan situasi

pemasaran tertentu.

d. Sistem pendukung keputusan pemasaran terkomputerisasi yang membantu

dalam menginterpretasikan data dan informasi relevan serta menjadikan

mereka sebagai dasar tindakan pemasaran.

Riset juga menjadi satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemasaran.

Riset pemasaran adalah perancangan, pengumpulan , analisa dan pelaporan data

yang sistematis dan temuan-temuan yang relevan dengan situasi tertentu yang

dihadapi. Alasan utama dilakukannya riset pemasaran adalah untuk menemukan

peluang pasar (Kotler 1997:125).

Pemasaran juga melihat bagaimana kulaitas pelayanan yang pada akhirnya

menimbulkan rasa nyaman bagi konsumennya. Sebab konsumen tentu cenderung

lebih menyukai hal yang dapat menimbulkan rasa nyaman. Seperti yang dikatakan

oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry pada (Kotler 2000), salah satu hal yang

perlu diperhatikan untuk memberi rasa nyaman pada pelanggan adalah dengan

menerapkan Serve Equal, yaitu:

a. Reliability : kehandalan dalam menghadapi dan melayani konsumen atau

kemampuan untu menampilkan secara tepat pelayanan yang sudah

(37)

b. Responsiveness : sikap dan keinginan untuk tanggap melayani pelanggan

c. Assurance : pengetahuan dan kemampuan yang bisa dipercaya dari pihak

pemasar.

d. Emphaty : kemampuan untuk peduli dan memperhatikan pelanggan secara

mendalam dan mampu menyesuaikan dan berbaur dengan pelanggan.

e. Tangibles : penampilan yang menggambarkan suatu nilai lebih misalnya

dari fasilitas, peralatan, pegawai maupun materi komunikasi.

Selain Serve Equal, faktor keamanan atau sekuritas juga diperlukan untuk

menimbulkan perasaan nyaman bagi pelanggan. Sebab bagaimana mungkin

seseorang bisa nyaman berbelanja atau membeli suatu barang jika ditempat dia

ingin membeli barang tersebut banyak terjadi tindakan kriminal, tidak aman dan

berbahaya. Untuk itu faktor keamanan atau sekuritas pada pembelanja juga perlu

menjadi prioritas dalam menetapkan strategi pemasaran.

Kegiatan pemasaran juga perlu didukung dengan adanya kerjasama antar

beberapa pihak dalam satu jaringan yang membantu mereka untuk saling

terhubung satu sama lain. Sebab tanpa disadari tidak ada pihak pemasar atau

bahkan pedagang yang berdiri sendiri. Kegiatan pemasaran dan perdagangan yang

mereka jalankan terlebih dahulu melewati rantai pasokan mulai dari produsen,

distributor, pedagang akhir hingga ke konsumen nantinya. Jika tidak ada

kerjasama dari berbagai pihak tersebut tentunya akan menghambat proses

pemasaran yang direncanakan. Dan satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah

(38)

kegiatan opereasional yang dijalankan benar-benar legal, sah, tidak ada indikasi

melanggar hukum sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Sedangkan yang menjadi fungsi pokok dari pemasaran adalah:

a. Penjualan

Fungsi penjualan merupakan sumber pendapatan untuk bisa mendapatkan

laba

b. Pembelian

Fungsi pembelian betujuan memilih barang yang dibeli untuk dijual atau

digunakan dalam perusahaan dengan harga, pelayanan dari penjual dan

kualitas produk tertentu

c. Pengankutan

Pengangkutan merupakan fungsi pemindahan barang dari tempat barang

dihasilkan ke tempat barang dkonsumsikan

d. Penyimpanan

Penyimapanan merupakan fungsi menyiman barang-barang pada saat barang

selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsikan

e. Pembelanjaan

Pembelanjaan adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber ekstern guna

menyelenggarakan kegiatan pemasaran

f. Penanggungan resiko

Penanggungan resiko adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang

berkaitan dengan pemasaran barang

(39)

Standarisasi adalah penentuan batas-batas dasar dalam bentuk spesifikasi

barang-barang hasl manufatur, kadang disebut juga normalisasi. Grading

adalah usaha menggolongkan barang ke dalam golongan standar kualitas

yang telah mendapat pengakuan dunia perdagangan

h. Pengumpulan informasi pasar

Pengumpulan informasi pasar termasuk juga penafsiran keterangan tentang

macam barang yang beredar di pasar, jumlahnya, macam barang yang

dibutuhkan konsumen, harapannya, dan sebagainya (Swastha dan Sukotjo

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

III. 1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitaif/statistik

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono 2012:13).

III. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah Kelurahan Padang Bulan Medan dengan

objek penelitian para pedagang tradisional yang berdagang di Pasar Tradisional

“Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

III. 3 Populasi dan Sampel III. 3. 1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek ataupun subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2012:115).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pedagang yang ada di Pasar

(41)

Tabel III.1

Data Jumlah Pedagang Pasar Tradisional Pajak Sore Padang Bulan Medan

No Klasifikasi Jumlah Pedagang

1 Pedagang pakaian 167

2 Pedagang buah-buahan 28

3 Pedagang sayur-sayuran 33

4 Pedagang daging, ayam dan ikan 36

5 Pedagang kelontong 70

Jumlah 334

Sumber: PD. Pasar Tradisional Pasar Sore Padang Bulan Medan (2013)

III. 3. 2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari seluruh populasi yang akan diteliti

(Arikunto 2010:174). Untuk menentukan jumlah sampel dari penelitian ini

digunakan rumus Slovin:

=

�+(�)(�²)

Keterangan :

� = ukuran sampel

N = ukuran populasi

(42)

�= 334 1 + (334)(0,01)

�= 334

1 + 3,34

�= 334 4,34

�= 76,9 dibulatkan menjadi � = 77

Total sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 77 orang.

Namun, karena pedagang tersebut terdiri dari tiga jenis pedagang yang menjual

tiga jenis dagangan yang berbeda, maka diperlukan penentuan sampel untuk

masing-masing kelas, yaitu dengan menggunakan rumus :

=

��

.

Keterangan :

ni

= jumlah sampel menurut stratum

n = jumlah sampel seluruhnya

(43)

Berdasarkan rumus tersebut selanjutnya dapat dihitung besar sampel dari

masing-masing jenis pedagang yaitu sebagai berikut :

Tabel III. 2

Jumlah Sampel Pedagang

Klasifikasi Perhitungan Jumlah Sampel

Pedagang pakaian 167

334 x 77 = 38,5 39

Pedagang buah-buahan 28

334 x 77 = 6,4 6

Pedagang sayur-sayuran 33

334 x 77 = 7,6 8

Pedagang daging, ayam dan ikan 36

334 x 77 = 8,2 8

Pedagang kelontong 70

334 x 77 = 16,1 16

Jumlah 77

Sumber : Hasil pengolahan data primer

Dari tabel II. 2 maka jumlah sampel untuk setiap jenis pedagang didapat

sebagai berikut, 39 orang pedagang pakaian, 6 orang pedagang buah-buahan, 8

orang pedagang sayuran, 8 orang pedagang daging, ayam dan ikan, serta 16 orang

(44)

III. 4 Hipotesis

Menurut Arikunto (2010:110) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai

terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan signifikan disebabkan oleh dampak keberadaan

waralaba toko modern terhadap volume penjualan pedagang Pasar

Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan

H1 : Ada perbedaan signifikan disebabkan oleh dampak keberadaan waralaba

toko modern terhadap volume penjualan pedagang Pasar Tradisional “Pajak

Sore” Padang Bulan Medan

III. 5 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu objek

secara abstrak. Konsep digunakan untuk menyederhanakan pemikiran dengan

penggunaan istilah tertentu. Variabel, indikator, maupun skala pengukuran yang

diadakan pada penelitian akan lebih mudah dipahami dengan adanya konsep.

Dengan demikian, untuk memperjelas penelitian ini, yang menjadi defenisi

konsep disini adalah sebagai berikut:

1. Dampak merupakan suatu akibat yang disebabkan oleh sesuatu dan

mempengaruhi keadaan seseorang atau kelompok.

2. Waralaba adalah hak istimewa (privilege) yang terjalin atau diberikan

pemberi waralaba (franchisor) kepada penerima waralaba (franchisee)

(45)

3. Indomaret adalah salah satu jenis waralaba toko modern dengan sistem

pelayanan mandiri dimana penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara

langsung. Pembeli cukup melihat label harga yang tercantum dalam

barang (barcode). Indomaret disini adalah yang berdiri di Kelurahan

Padang Bulan medan.

4. Alfamart juga merupakan salah satu jenis waralaba toko modern dengan

sistem pelayanan mandiri dimana penjual dan pembeli tidak bertransakasi

secara langsung. Pembeli cukup melihat label harga yang tercantum dalam

barang (barcode). Alfamart disini adalah yang berdiri di Kelurahan

Padang Bulan medan.

5. Carrefour adalah sebuah kelompok waralaba supermarket internasional

yang juga menerapkan sistem manajemen modern dengan pelayanan

mandiri.

6. Volume penjualan adalah jumlah barang yang terjual dalam bentuk uang

untuk jangka waktu tertentu

7. Pedagang adalah orang yang menawarkan barang dagangannya dalam

sebuah pasar untuk memperoleh keuntungan. Pedagang disini adalah

pedagang di Pasar Tradisional Pasar Sore Padang Bulan, Medan

8. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara, dan

badan usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan

tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh

(46)

usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang

dagangan melalui tawar-menawar, yang dalam penelitian ini adalah Pasar

Tradisional Pasar Sore Padang Bulan, Medan.

III. 6 Defenisi Operasional

Definisi operasional variabel bebas (independent variable) adalah ciri ciri

penampilan dari waralaba toko modern.

1. Placement adalah karakteristik pajangan atau susunan dari produk yang

tertata rapi dalam etalase yang baik, teratur dan menarik dipandang mata

konsumen.

2. Product adalah poduk yang berkualtias sesuai dengan kebutuhan, berkualitas

baik biasanya dijamin (minimal secara psikologis) oleh suatu merek yang

paten

3. Price adalah harga yang relatif lebih murah untuk kualitas produk yang

serupa dibandingkan dengan yang dijual di lokasi lain.

4. Promotion adalah suatu upaya yang dilakukan secara efektif dan efisien oleh

pihak waralaba tentang kualitas produk dan pelayanan mereka melalui jalur

informasi dan promosi dagang

5. Riset dan Pengembangan adalah upaya yang lazim dilakukan industri modern

didalam usaha merebut pasar yang lebih luas yaitu melakukan riset dan

pengembangan berbasis informasi kepuasan pelanggan dan lain-lain.

6. Sistem Informasi yaitu upaya pihak perusahaan waralaba melakukan

komunikasi tentang informasi-informasi yang akurat disekitar prose bisnis

(47)

7. Kenyaman Lingkungan yaitu hasil pencermatan dan persiapan dari

pengusaha menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman dipersepsi

pelanggannya, bersih, tidak becek, tidak berdesak-desakan dan tidak bau.

8. Kerjasama dalam jaringan yaitu tentang kondisi kerjasama yang baik diantara

sesama anggota franchise karena semua pihak harus sama sama mendukung

usaha perdagangan yang sama-sama menguntungkan.

9. Sekuritas pada Pembelanja adalah kepastian keamanan selama berada di

lingkungan toko waralaba. Pihak perusahaan selalu memperhatikan faktor

keamanan pelanggan dari gangguan-gangguan keamanan seperti misalnya

Satpam dan sarana kesehatan serta pencegahan bahaya api atau bencana lain.

10. Legalitas yaitu kondisi yang lazimnya menjadi ciri khas perusahaan waralaba

dimana ada ikatan hukum yang menaungi proses perdangan yang legalitasnya

umumnya lebih terjamin.

III. 7 Variabel Operasional dan Model Pengukuran

Variabel-variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur atau

dinilai oleh pihak responden yaitu pemilik usaha dagang atau pedagang tradisonal.

Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebasnya adalah 10 karakteristik

pemasaran yang umumnya dicitrakan oleh waralaba toko modern, yang secara

bervariasi dimiliki pula oleh masing-masing pedagang tradisional. Nilai-nilai dari

variabel tersebut dinilai sendiri oleh pewawancara berdasarkan observasi

(48)

Variabel bebas (independent variable) adalah karakteristik khas dari

semua perusahaan modern yang menjalankan prinsip franchising. Pernyataan itu

telah banyak ditelaah dalam kerangka teori minimal tentang aplikasi marketing

mix (bauran pemasaran) yang mengutamakan ciri variabel product (produk),

placement (tata letak), pricing (harga) dan promotion (promosi/informasi). Pada

teori lain bahwa pemasaran membutuhkan fasilitas yang dipersepsi lebih nyaman,

lebih aman dan kepastian kualitas pelayanan oleh pihak pemakai produk.

Masing-masing komponen variabel bebas tersebut dinilai menurut persepsi

dan kesadaran dari pihak responden, seberapa nilai dari item kuesioner yang

ditanyakan dijawab dalam skala kualitatif Skala Likert. Nilai pencapaian pada

awalnya itu dinilai dalam skala kualitatif (skala Likert) mulai dari: (1) sangat

tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju dan (5) sangat setuju.

Variabel terikat (dependent variable) adalah pertambahan atau

pengurangan tingkat pendapatan atau penjualan yang diakui oleh masing-masing

responden. Pertanyaan tidak diarahkan untuk nilai nominal atau rupiah karena

nilai nominal antar pedagang berbeda. Selain itu akan sangat mustahil mendapat

pengakuan jumlah nominal yang jujur oleh pihak responden. Penilaian pencapaian

itu dibuat dalam skala kualitatif (skala Likert) menilai secara kualitatif mulai dari:

(49)

Karena data kualitatif tidak berupa angka, sedangkan statistik hanya bisa

bisa memproses yang berupa angka, maka data kualitatif harus dikuantifikasikan

atau diubah menjadi data kuantitaif. Pengubahan bisa dilakukan dengan cara

memberi skor tertentu (dikotomi) atau bisa juga dengan memberi ranking

(Santoso 2000:5)

Pada penelitian ini digunakan dengan cara meranking. Kemudian untuk

menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing alternatif

jawaban apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah

terlebih dahulu menentukan interval kaegori jawaban responden masing-masing

variabel kedalam 5 interval yaitu :

a. Interval 1 dengan range 0 – 20%

b. Interval 2 dengan range >20% - 40%

c. Interval 3 dengan range >40% - 60%

d. Interval 4 dengan range >60% - 80%

e. Interval 5 dengan range >80% - 100%

Hasilnya akan memberi nilai yang valid menjadikan pengukuran yang

setara dengan nilai kuantitatif. Nilai kuantitatif tersebut yang seterusnya dipakai

(50)

III. 8 Kerangka Kosep Penelitian

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dirumuskan

dengan kerangka sederhana sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar III.1

Kerangka Konsep Penelitian

1. Placement

2. Product

3. Price

4. Promotion

5. Riset dan pengembangan

6. Sistem Informasi

7. Kenyamanan dalam

lingkungan

8. Kerjasama dalam jaringan

9. Sekuritas pada

pembelanja

10.Legalitas

Rasio

Pertumbuhan

1. Kunjungan

(51)

III. 9 Teknik Pengumpulan Data III. 9. 1 Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Data pada penelitian

terdiri dari 2 jenis yaitu:

a. Data primer. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono 2012:402). Sumber

data primer pada penelitian ini adalah para pedagang yang ada di Pasar

Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan.

b. Data Sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

lewat dokumen. Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah pihak

Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan dan PD Pasar Padang Bulan

Medan.

III. 9. 2 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini antara lain:

a. Metode angket (kuesioner). Metode kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono 2012:199). Metode angket ini digunakan untuk memperoleh

data primer. Kuesioner (angket) akan dibagikan kepada pedagang di Pasar

Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan untuk diminta menjawab

daftar pertanyaan mengenai dampak yang mereka rasakan dari keberadaan

(52)

b. Sedangkan data sekunder, dilakukan dengan menggunakan Metode Studi

Pustaka. Di dalam pengumpulan data studi pustaka penulis memperoleh

data-data dari Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan dan PD Pasar

Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan, Medan.

III. 10 Teknik Analisis Data

III. 10. 1 Uji Validitas dan Realiabilitas

Uji validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya

mencapai sasarannya. Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada

suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket

tersebut (Santoso 2000:270).

Sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu angket dikatakan

reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu (Santoso 2000:270).

Karena data pada penelitian ini adalah data berskala yaitu Skala Likert,

maka pengujan dilakukan dengan menggunakan Alfa Cronbach.

III. 10. 2 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap sebuah variabel

untuk menginformasikan suatu variabel dalam kondisi tertentu tanpa dikaitkan

dengan variabel lain, serta untuk mengetahui perkembangan data suatu variabel

dengan cara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Indikasinya dapat dilihat

antara lain melalui distribusi frekuensi, rata-rata, proporsi, standar deviasi,

(53)

III. 10. 3 Analisis Bivariat Korelasi Pearson

Analisis bivariat dipakai untuk melihat hubungan dua variabel. Hubungan

yang dimaksud bisa berupa hubungan kausal yaitu variabel independen (variable

yang mempengaruhi) denganvariabel dependent (dipengaruhi). Ini dapat diuji

dengan menggunakan bivariate correlation.

III. 10. 4 Analisis Regresi

Berdasarkan judul, latar belakang, dan perumusan masalah maka teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

berganda., yang bertujuan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya)

variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor

prediktur dimanipulasi (Sugiyono, 2012:277).

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

program komputer SPSS 17. Adapun model yang digunakan dari regresi linear

berganda menurut (Sugiyono, 2012:277) yaitu :

Yt = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8 +

b9 X9 + b10 X10 + e

Keterangan :

Yt = Rasio Pertumbuhan

a = Koefisien Konstanta

X1 = Placement

X2 = Product

(54)

X4 = Promotion

X5 = Riset dan pengembangan

X6 = Sistem Informasi

X7 = Kenyamanan dalam lingkungan

X8 = Kerjasama dalam jaringan

X9 = Sekuritas pada pembelanja

X10 = legalitas

e = Koefisien Error (Variabel Pengganggu)

III. 10. 5 Uji Asumsi Klasik

Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu untuk

menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Pengujian asumsi klasik

yang digunakan terdiri atas :

III. 10. 5. 1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai

distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang

sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal

atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Pola pengujian bisa dilakukan secara visual yaitu dengan metode gambar

normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi

(55)

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

III. 10. 5. 2 Uji Heterokedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran

koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang

atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien

regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus

dihilangkan dari model regresi. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas,

bisa dilihat dari grafik scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED)

dengan studentized residual (SRESID). Ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah

diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya).

Dasar pengambilan keputusan yaitu:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di

Gambar

Gambar III.1
Tabel IV.4
Tabel IV.5
Tabel IV.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mudrajad Kuncoro (2009), mengemukakakn bahwa turunnya omset penjualan pedagang kecil secara dahsyat dan makin signifikan, jika jarak kios atau warungnya dengan toko

berorientasi pada konsumen daripada pesaing. Persaingan antara toko atau kios yang berada di pasar tradisional dengan toko modern memang tidak bisa dihindari. Kehadiran

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kehadiran toko modern terhadap keberlangsungan warung tradisional di kota Padangsidimpuan dan mengetahui

Dengan menjamurnya toko modern waralaba di Kota Denpasar diharapkan pihak Dinas Perijinan lebih selektif memberikan ijin bagi berdirinya usaha toko modern agar

Untuk menguji dampak omzet penjualan dan keuntungan usaha pedagang tradisional Pasar Ramai dan masyarakat sekitar akibat munculnya pasar modern Thamrin Plaza adalah dengan

Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana dampak kehadiran minimarket terhadap pasar tradisional Ngaliayan (2) Bagaimana strategi yang dilakukan

Namun ada pedagang yang berpendapat bahwa kehadiran pasar modern tidak menurunkan pendapatan mereka karena pasar tradisional memiliki pelanggan tetap dan konsumen pun bisa mendapatkan

Pelayanan Sikap yang baik, ramah dan sopan merupakan sikap yang harus dimiliki oleh pedagang, karena pengunjung dan pembeli akan lebih senang apabila mereka mendapatkan pelayanan yang