• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV SDN 3 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV SDN 3 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV

SDN 3 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG

Oleh NURLELA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL……….. i

HALAMAN JUDUL………. ii

ABSTRAK………. iii

HALAMAN PERSETUJUAN………. iv

HALAMAN PENGESAHAN……….. v

HALAMAN PERNYATAAN……….. vi

KATA PENGANTAR……….. vii

PERSEMBAHAN………. viii

MOTTO………. ix

RIWAYAT HIDUP……….. x

DAFTAR ISI………. xi

DAFTAR TABEL………. xv

DAFTAR GAMBAR………. xvi

BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Identifikasi Masalah……….. 5

1.3 Rumusan Masalah………. 6

1.4 Tujuan Penelitian……….. 5

1.5 Manfaat Penelitian……… 6

1.6 Hipotesis Tindakan………... 8

BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran ……….. 9

(7)

B. Aktivitas Belajar………. 10

C. Pengertian Prestasi Belajar………. 11

D. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)………. 12

2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing……….. 14

A. Pengertian Kooperatif Tipe Snowball Throwing………. 14

B. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Trowing………. 16

C. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Trowing……… 17

D. Ciri-Ciri Pembelajatan Kooperatif Tipe Snowball Trowing 18 2.3 Kerangka Berfikir……….. 20

BAB. III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian……… 21

3.2 Subjek Penelitian……… 21

3.3 Sumber Data……….. 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data……… 21

3.5 Analisis Data……… 23

3.6 Prosedur Penelitian……….. 25

3.7 Indikator Keberhasilan………. 33

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian……… 34

1. Siklus I………... . 34

a. Hasil Observil Aktivitas Siswa pada Siklus I………….. 36

b. Perestasi Belajar Siswa pada Siklus I ………. 36

c. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru………... 37

d. Refleksi Siklus I……… 37

e. Rekomendasi Perbaikan Rencana Tindakan Siklus I... 38

2. Siklus II………. 38

a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II………… 39

(8)

a. Deskripsi Aktivitas Siswa………... 41 b. Deskripsi Prestasi Belajar Siswa………. 41

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan………. 45

5.2Saran………. 45

DAFTAR PUSTAKA………. 47

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(11)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan

yang hendak dicapai dalam pembangunan adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa. Hal ini mengandung pengertian yang luas bahwa bangsa Indonesia

yang cerdas dan berkompetensi yang ditandai dengan adanya kemampuan

berpikir, kepribadian yang bagus dan memiliki keterampilan yang menjadi

tujuan pembangunan itu sendiri. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

kemudian ditegaskan melalui berbagai kebijakan. Disusunnya

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mempertegas keseriusan

pemerintah dalam mencapai tujuan pembangunan nasional khususnya dalam

bidang pendidikan.

Sejalan dengan itu perbaikan dan penyesuaian kurikulum nasional terus

dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Dinamika pendidikan

dewasa ini ditandai dengan suatu pembaharuan dan transformasi pemikiran

tentang hakikat pembelajaran sebagai suatu proses yang aktif, interaktif dan

konstuktif. Titik sentral setiap peristiwa pembelajaran terletak pada

keberhasilan siswa dalam mengorganisasikan pengalamannya, pengembangan

dalam berpikir dan mengimplementasikan ilmunya dalam kehidupan

(12)

proses pembelajaran ini akan menciptakan siswa yang mampu berfikir kritis,

analitis dan kreatif. Indikator keberhasilan IPS ditandai dengan bertambahnya

pengetahuan, keterampilan dan perubahan prilaku siswa. Sehingga kelak di

kemudian hari siswa mampu mengatasi masalahnya sendiri dan dapat menjalin

hubungan sinergis antara manusia dengan lingkungan alam sosial.

Menghadapi keseriusan pemerintah seperti tersebut diatas, tentu kita harus

berbesar hati. Mengingat dewasa ini masih banyak masalah-masalah sosial

yang harus segera diatasi seperti jumlah pengangguran yang terus bertambah,

eksplorasi alam yang berlebihan, kerusakan alam dan permusuhan antar

kelompok, hal ini menunjukkan belum berhasilnya pendidikan IPS di sekolah.

Dalam skala mikro, kegagalan pendidikan IPS ditandai dengan rendahnya

prestasi belajar siswa dan kurangnya minat siswa untuk mempelajari IPS. Hal

ini dapat dibuktikan dengan keadaan yang sebenarnya pada saat pelajaran IPS

berlangsung. Penggunaan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan masih

mendominasi setiap pembelajaran IPS. Media yang digunakan juga sangat

terbatas, bahkan ada yang hanya menggunakan kapur dan papan tulis.

Sementara pelaksanaan penilaian hanya mengandalkan ulangan/ujian tertulis

dan pengelolaan kelas masih bersifat teacher centered, yaitu guru sebagai

sumber utama pengetahuan. Padahal dengan pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan perkembangan arus

(13)

sudah tidak mungkin lagi dipertahankan. Bahkan sekolah sendiri sudah tidak

mungkin lagi menjadi informasi bagi siswa. Karena tindakan seperti ini hanya

akan mengakibatkan siswa menjadi pasif. Sehingga image yang terbentuk

bahwa pelajaran IPS menjadi semakin jenuh dan tidak bergairah. Bahkan pada

saat guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah, beberapa

siswa terlihat menguap, beberapa siswa dibangku belakang ramai berbicara

antar teman tanpa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

Kadang mereka juga membuat ulah yang negatif yang dapat mengganggu

teman lainnya. Ada juga yang mengisi waktu luangnya dengan mengerjakan

tugas lainnya. Tingkah laku yang pasif tersebut tentu menjadi permasalahan

bagi guru karena berpengaruh pada prestasi belajar siswa, seperti halnya yang

terjadi pada siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara. Pada pelajaran IPS yang

memang seharusnya siswa lebih banyak membaca dan menghapal, telah

ditetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran IPS adalah

65. Dari jumlah 41 siswa, baru 9 siswa ( 36% ) yang telah mencapai KKM.

Salah satu indikasi penyebab munculnya masalah tersebut dalam proses

pembelajaran IPS kemungkinan adalah guru kurang mampu merangsang siswa

untuk terlibat aktif dan mengeluarkan ide-ide atau kemampuan berfikir dalam

proses pembelajaran. Disamping itu, dalam proses pembelajaran guru kurang

memperhatikan perbedaan individual. Pada dasarnya setiap siswa berbeda

yang satu dengan yang lainnya, baik dalam hal kemampuan maupun dalam hal

(14)

khusus. Kondisi seperti ini melatarbelakangi adanya perbedaan kebutuhan

pada setiap anak. Dalam pembelajaran klasikal, perbedaan individu jarang

mendapat perhatian, semua siswa dalam satu kelas dianggap mempunyai

kemampuan dan kecepatan yang sama, oleh karena itu diperlakukan dengan

cara yang sama.

Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pendidikan, prestasi

pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Titik sentralnya,

adalah tindakan guru pada proses pembelajaran. Salah satu tindakan guru

dalam pembelajaran yang berorientasi pada sikap menghargai perbedaan

individu adalah metode pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi alternatif untuk mencapai tujuan IPS,

yaitu untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, inkuiri, memecahkan

masalah, keterampilan sosial, meningkatkan kemampuan bekerjasama dan

berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk.

Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, berdasarkan analisis konseptual

dan kondisi pembelajaran IPS di SDN 3 Panjang Utara Bandar Lampung

belum maksimal dalam penerapan model dan metode, serta penggunaan alat

peraga. Hal ini membentuk anggapan pada siswa bahwa bidang studi IPS

merupakan bidang studi hafalan dan membosankan sehingga sampai saat ini,

(15)

perbaikan karena akan berakibat pada menurunnya prestasi belajar IPS siswa

di masa yang akan datang.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah adalah sebagai

berikut :

1. Banyak siswa yang beranggapan bahwa bidang studi IPS adalah bidang

studi hafalan dan membosankan.

2. Penggunaan metode ceramah lebih mendominasi pembelajaran IPS.

3. Tidak meningkatnya prestasi belajar IPS siswa.

4. Belum maksimalnya penerapan model serta penggunaan alat peraga pada

proses pembelajaran.

5. Hasil belajar IPS siswa belum mencapai KKM yang diinginkan dan baru

mencapai 36%. Sedangkan target yang harus dicapai adalah 85% dari

jumlah keseluruhan siswa.

6. Guru kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses

pembelajaran.

7. Guru kurang memperhatikan perbedaan individual.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian

(16)

1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar IPS model pembelajaran

kooperatif tipe snowball throwing pada siswa kelas IV SDN 3 Panjang

Utara Bandar Lampung?”

2. Bagaimana meningkatkan prestasi Belajar IPS menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada siswa kelas IV SDN

3 Panjang Utara ?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dalam melaksanakan penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 3

Panjang Utara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

snowball throwing.

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada siswa kelas IV

SDN 3 Panjang Utara .

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Siswa

a. Dapat meningkatkan minat dan gairah siswa dalam mengikuti proses

(17)

b. Untuk meningkatkan kebiasaan siswa belajar bekerja sama dan

kelompok

2. Guru

a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran

kooperatif tipe snowball throwing

b. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing

c. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengevaluasi

pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing

3. Sekolah

a. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pembelajaran di sekolah.

4. Peneliti

a. Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penerapan model

kooperatif tipe snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa.

(18)

1.6Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Jika pembelajaran IPS

menggunakan pendekatan kooperatif tipe snowball throwing maka prestasi

belajar siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara akan meningkat”.

(19)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran A. Pengertian Belajar

Belajar dan pembelajaran adalah proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada dirinya seseorang. Belajar dan pembelajaran dapat

dilakukan oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran

adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham

konstruktivisme. Menurut Wikandari (1998:11).

Pembelajaran merupakan strategi belajar dengan siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Sejalan dengan itu,

Artzt dan Newman (dalam Ashari, 2003 : 5) menyatakan : Coooperative

Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokkan

ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah,

menyelesaikan suatu tugas, atau mencapai tujuan bersama.

Sedangkan Lie (2002 : 12) menyatakan bahwa : “Pembelajaran menggunakan alat peraga adalah sistem pengajaran yang memberi

kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa

dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru

(20)

Menurut Nur dan Wikandari (1998 : 19) : “Pelajaran menghadapkan siswa pada proses berfikir teman sebaya mereka”. Metode ini tidak hanya

membuat hasil belajar terbuka untuk seluruh siswa, tetapi juga membuat

proses berfikir siswa terbuka. Siswa dilatih keterampilan-keterampilan

spesifik untuk membantu mereka bekerjasama dengan baik, misalnya

menjadi pendengar yang baik, Memberikan penjelasan dengan baik,

mengajukan pertanyaan dengan benar.

Pembelajaran menggunakan alat peraga, siswa belajar bersama dalam

untuk memecahkan masalah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Artz

dan Newman dalam Ashari (2003:5).

B. Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas Guru dan aktivitas

siswa. Menurut Sardirman (2008:10) aktivitas belajar adalah aktivitas

yang berupa fisik maupun mental. Sejalan dengan itu Dimyati dan

Mudjiono (2006:236) mengumukakan bahwa dalam kegitan belajar,

kedua aktivitas itu harus saling berkaitan, aktivitas belajar dialami oleh

siswa sebagai suatu proses, yaitu merupakan kegitan mental mengolah

bahan belajar atau pengalaman. Sebagai mana dikemukakan oleh Mulyono

(2010:34) aktivitas artinya kegitan atau keaktifan, segala sesuatu yang

dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik

(21)

Menurut Kunandar (2008:277) aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa

dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan

memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa

yaitu meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas

materi pelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa aktivitas adalah segala keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,

mental, pikiran, perhatian dan keaktifan yang menimbulkan adanya

interaksi selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas dan interaksi

yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan,

sikap, dan keterampilan, sehingga akan mengarah pada peningkatan hasil

belajar siswa.

C. Pengertian Prestasi Belajar

Sumber dari proses pembelajaran adalah hasil belajar. Beberapa ahli

mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar sebagai berikut ini.

Poerwanto (2008: 65) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah,

yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor

(psychomotor). Yulita (2008:89) menyatakan bahwa belajar adalah hasil

penilaian kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Abidin

(2004: 56) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penggunaan angka pada

(22)

Berdasarkan dari pendapat-pendapat diatas hasil belajar dapat diartikan

sebagai penggunaan angka, sebagai hasil penilaian dari kemampuan siswa

baik kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor.

D. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Sangat berperan didalamnya. Pada zaman sebelum masehi ilmu

pengetahuan sudah menjadi sorotan. Terdorong oleh adanya keinginan

manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan memudahkan

kegiatannya Fatimah (2007:108) mengungkapkan bahwa “dengan

munculnya (Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS pada abad ke 17, maka mulailah

terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.” Dengan demikian

sebelum abad ke 17 ilmu pengetahuan identik dengan filsafat. Pendapat

tersebut sejalan dengan pemikiran yang mengemukakan bahwa

menurut Koento Wibisono (1999:20) mengatakan bahwa filsafat telah

mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana

“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang secara subur.

Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya,

berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya

sendiri-sendiri. Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama

semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya

memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu

pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.

(23)

Ini berarti IPS mempelajari semua dilingkungan yang ada di sekitar,

peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan

sebagai suatu pengetahuan yang bersifat soasial dan objektif. Jadi dari sisi

istilah IPS adalah suatu pengetahuan yang bersifat soaial dan objektif

tentang lingkungan sekitar beserta isinya.

Perkembangan peradaban manusia tidak lepas dari peran serta penerapan

(Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS baik dalam mengembangkan berbagai

teknologi penunjang kehidupan maupun dalam menerapkan konsep (Ilmu

Pengetahuan Sosial) IPS dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi

aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.

Terdapat tiga hakikat IPS diantaranya sebagai berikut:

1. Hakikat (Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS Sebagai Proses

Proses yaitu urutan atau langkah suatu kegiatan untuk memperoleh hasil

pengumpulan data melalui metode ilmiah. Contohnya, pengamatan tentang

benda dan sifatnya. Tahapan dalam proses penelitian ini meliputi: (1)

observasi, (2) klasifikasi, (3) intrepretasi, (4) prediksi, (5) hipotesis, (6)

Mengendalikan variable, (7) Merencanakan dan melaksanakan penelitian

eksperimen, dan (8) Menetapkan format tabulasi data.

2. Hakikat (Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS Sebagai Produk

Produk adalah hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang

disusun secara lengkap dan sistimatis. Contoh, dari hasil pengamatan

(24)

2.2Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing A. Pengertian Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata

pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cendrung menggunakan

rumus yang relatif tetap. Model snowball throwing merupakan salah satu

model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendewkatan

kontekstual (CTL). Snowball throwing yang menurut asal katanya berarti

”bola salju bergulir” dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan

menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk

bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama teman

sesama anggota kelompok. Banyak guru telah melaksanakan metode

belajar berkelompok, dengan membagi para siswa dan memberikan tugas

kelompok, namun hasil kegiatannya tidak seperti yang diharapkan. Siswa

tidak memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik dan kreatif untuk

meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Para siswa tidak

dapat bekerja sama secara efektif, memboroskan waktu dengan bermain,

bergurau, duduk diam dan bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan

kesempatan ini untuk mengerjakan tugas mata pelajaran lainnya serta pada

waktu yang sama ada beberapa siswa mendominasi kelompoknya.

Sunal dan Has (1993: 128-151) memberikan suatu gagasan mengenai

penggunaan strategi dan pendekatan dalam pembelajaran IPS, didalamnya

(25)

throwing Keinginan para guru untuk mengaktifkan siswa dapat dikatakan

sangat baik, karena guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif

atau snoball throwing yang sistem pembelajarannya tidak sama dengan

sekedar belajar kelompok. Lebih dari itu, pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing sesuai dengan fitrah

manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang

lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas

dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar kelompok

secara kooperatif, siswa dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)

pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Saling membantu

dan berlatih, saling berinteraksi komunikasi-sosialisasi karena kooperatif

adalah miniatur dari hidup bermasyarakat dan belajar menyadari

kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe

snowball throwing adalah kegiatan pembelajaran dengan cara

berkelompok untuk bekerjasama, saling membantu untuk mengkonstruksi

konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Sintaks pembelajaran

kooperatif itu sendiri adalah informasi, pengarahan strategi, membentuk

kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok dan

(26)

B. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Throwing ialah sebagai berikut :

a. Kelebihan

1. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

2. Mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keteransingan

dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

3. Meningkatkan kemajuan belajar (Pencapaian akademik).

4. Pemahaman yang lebih mendalam.

5. Meningkatkan harga diri tiap individu.

6. Konflik antar pribadi dan sikap apatis berkurang.

7. Penerimaan perbedaan individu lebih besar.

8. Menambah rasa senang di sekolah serta menyenangi

teman-teman.

9. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif.

b. Kekurangan

1. Banyak siswa takut pekerjaan terbagi tidak rata atau adil, satu

orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.

2. Siswa tidak senang apabila diminta bekerjasama dengan yang

lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang

(27)

mampu merasa minder ditempatkan satu kelompok dengan

siswa yang lebih pandai. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan

karena dalam pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja

yang dinilai tetapi juga aspek apektif dan psikomotornya, seperti

kerjasama dalam kelompok, keaktifan serta sumbangan nilai

yang diberikan kepada kelompok.

3. Sering terjadi kekacauan dalam kelas. Keadaan ini dapat diatasi

dengan mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan dluar

kelas seperti perpustakaan, laboratorium, aula atau tempat

terbuka.

C. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe Snowball Throwing

ialah sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan atu disajikan

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memangil masing-masing

ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

3. masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompok masing-masing

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada

(28)

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,

untuk menuliskan salah satu pertanyaan apa saja yang menyangkut

materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok

5. kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola

dan dilempar dari satu siswa kesiswa yang lain selama 15 menit

6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan

kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas

berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Siswa dibantu guru melakukan refleksi/evaluasi

8. Penutup

Jadi dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ialah membentuk

kelompok yang heterogen untuk memahami materi ajar agar dapat

memperoleh prestasi.

D. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing mempunyai

beberapa kerakteristik yang membedakan dari model-model pembelajaran

lain, yaitu:

1. Siswa bekerja secara kooperatif dalam kelompok-kelompok (yang

sering disebut tim) untuk menguasai suatu materi akademik.

2. Tim harus terdiri dari pembelajar cepat, pembelajar sedang dan

(29)

3. Bila memungkinkan setiap tim anggotanya heterogen, bila ditinjau

dari segi ras (suku, budaya, jenis kelamin,dsb).

4. Penghargaan yang bentuknya diberikan, bentuknya lebih

diprioritaskan dalam bentuk penghargaan kelompok daripada

individual.

Seperti yang disebutkan oleh Lie (2002: 9-11), bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe snowball throwing adalah model pembelajaran yang

memungkinkan guru dapat mendorong siswa mencapai tujuan

pembelajaran, baik berupa tujuan akademik, penerimaan terhadap

keberagaman maupun sebagai suatu sarana untuk mengembangkan

keterampilan sosial. Sedangkan beberapa karakter yang dimiliki oleh kerja

kelompok antara lain:

1. Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model

pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran akademik. Melalui model pembelajaran kooperatif,

siswa difasilitasi untuk memahami konsep-konsep sulit dan berlatih

kritis.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing

mengharuskan siswa untuk selalu berada dalam kondisi bergantung

satu sama lain antar sesama anggota kelompok yang terdiri dari

berbagai karakter siswa seperti tingkat kecerdasan, jenis kelamin dan

(30)

3. Ada banyak keterampilan sosial yang bisa untuk dikuasai siswa

melalui model pembelajaran kooperatif, tipe snowball throwing

contohnya berbagi tugas dengan seluruh anggota kelompok

(teamwork), aktif bertanya, aktif mendengarkan, menghargai

pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya atau

menjawab pertanyaan,membantu teman dan lain sebagainya.

2.3 Kerangka Berfikir

IPS dipandang sebagai produk dan proses, oleh karena itu sangatlah keliru jika

mengajarkan IPS hanya dengan cara mentransfer berbagai teori yang ada di

buku sumber belaka kepada siswa. Hal ini berarti poses mendapatkan ilmu itu

sendiri tidak kalah penting dari pada dimensi produk. Siswa harus mulai

diperkenalkan untuk mengadakan penelitian dengan cara mengamati dan

membuat laporan hasil pengamatan dengan teliti sejak usia dini, agar kelak

menjadi peneliti yang handal.

Pembelajaran IPS dalam menggunakan metode kooperatif tipe snowball

throwing di Sekolah Dasar masih menggunakan metode konvensional yaitu

metode ceramah dan terbatas pada transfer materi dari buku sumber sehingga

hasil belajar pada siswa menimbulkan verbalisme dan pemahaman yang

abstrak Padahal tarap perkembangan siswa SD berada pada tahap

(31)

berpusat pada guru sehingga menyebabkan kurangnya keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran, hal ini menyebabkan potensi-potensi yang dimiliki

siswa. Dalam pengajaran IPS seorang guru dituntut untuk mengajak anak

didiknya

.

Di lingkungan sekitar siswa terdapat berbagai jenis benda dan jenisnya yang

bisa diamati dan dipelajari secara langsung sebagai sumber belajar yang

otentik, mengingat siswa dihadapkan pada objek benda dan sifatnya yang

sebenarnya. Siswa bisa memanfaatkan lingkungan tersebut dengan

menyentuh, meraba, membau dan sebagainya sehingga semua panca

inderanya terlibat dalam proses belajar. Lingkungan juga dapat dimanfaatkan

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Setting Penelitian

Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara Bandar

Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

September 2013. Mulai dari perencanaan sampai pelaporan hasil penelitian

sesuai dengan materi ajar pada semester I kelas IV menurut Kurikulum

KTSP.

3.2Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, subjeknya adalah siswa kelas IV SDN 3

Panjang Utara Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 41

siswa, terdiri dari 21orang laki-laki dan 20 orang perempuan.

3.3Sumber Data

Jenis data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa, sedangkan data kuantitatif diperoleh

(33)

3.4Teknik dan Alat Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan melalui :

1. pengamatan (observasi) pada saat pembelajaran untuk mendapatkan hasil

belajar yang diinginkan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

siswa dengan menggunakan tanda “√” . Lembar observasi digunakan untuk

mengamati aktivitas belajar siswa yang meliputi :

a. Kehadiran siswa.

b. Antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran.

c. Kelancaran mengemukakan ide dalam memecahkan masalah.

d. Keaktifan siswa dalam diskusi.

e. Kemampuan menghimpun hasil diskusi.

f. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.

g. Keaktifan dalam bertanya.

h. Keaktifan siswa mencari sumber belajar.

i. Kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok.

j. Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan..

3.5Analisis Data a. Kuantitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa,

dan pendapat siswa tentang penggunaan alat peraga dalam Pembelajaran

(34)

frekuensites pada setiap siklus. Siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan

nilai ≥ 60 diolah dengan teknik perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

% At = t

Keterangan:

% At : Presentase siswa tuntas belajar

At : Banyaknya siswa yang belum tuntas

R : Jumlah siswa

b. Kualitatif

Indikator siswa dikatakan aktif jika ≥ 60 % frekuensi yang ditetapkan

perindikator. Setelah selesai diobservasi maka jumlah aktivitas yan

dilakukan siswa dihitung, lalu dipresentasikan.

a. Menentukan persentase aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan

rumus:

% A = x 100%

Keterangan:

% A : Presentase aktivitas siswa

Na : Jumlah indikator aktivitas terkatagori aktif dilakukan siswa

(35)
[image:35.595.119.507.135.214.2]

Table 2. kriteria Nilai Siswa

No Rentang Nilai Keterangan

1 ≥ 60 Tuntas

2 ≤ 59 Tidak Tuntas

Siswa yang memiliki nilai ≥ 60 dinyatakan tuntas Siswa yang memiliki nilai ≥ 59 dinyatakan tidak tuntas

Table 3. Persentase Hasil Tes Formatif siswa Siklus I dan II

Rentang Nilai

Siklus I Siklus II Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%)

≥ 60 Tuntas

≤ 59 Tidak

Tuntas

Jumlah

3.6Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dengan

tahapan perencanaan-tindakan-observasi-refleksi, dan dilaksanakan dengan

kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru, prosedur penelitian yang

akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang

terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu (1)

Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (acting), (3) Pengamatan

[image:35.595.112.511.317.466.2]
(36)
[image:36.595.135.507.152.477.2]

Adapun urutan kegiatan secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut :

Gambar 3.1. Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan

(Dimyati dan Mulyono, 2002:124).

Prosedur penelitian seperti tergambar di atas di terjemahkan sebagai berikut :

1. Perencanaan, yaitu merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan.

Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Menyusun

rencana tindakan yang hendak diselenggarakan di dalam pembelajaran

IPS. Dalam kaitan ini rencana disusun secara reflektif, partisipatif, dan ANALISIS &

REFLEKSI

RENCANA TINDAKAN

PELAKSANAAN TINDAKAN OBSERVASI

PERBAIKAN RENCANA

TINDAKAN

PELAKSANAAN

TINDAKAN ANALISIS &

REFLEKSI

OBSERVASI

SIKLUS 2 SIKLUS 1

(37)

kolaboratif antara peneliti dengan guru agar tindakan dapat lebih terarah

pada sasaran yang hendak di capai.

2. Pelaksanaan, sebagai langkah ke dua merupakan realisasi dari rencana

yang kita buat. Praktek pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang

telah disusun bersama-sama sebelumnya.

3. Observasi, yaitu merupakan kegiatan melakukan pengamatan terhadap

pelaksanaan tindakan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat

menentukan apakah ada hal-hal yang perlu segera diperbaiki agar dapat

mencapai tujuan yang kita inginkan.

4. Refleksi, yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tindakan

berahir. Pada kegiatan ini kita akan mencoba melihat atau merenungkan

kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses

belajar siswa.

Siklus I

 Perencanaan Tindakan

Guru/peneliti menunjuk seorang teman sejawat untuk dijadikan

observer/pengamat. Kemudian guru dan pengamat membuat rencana

pembelajaran, menentukan kelompok-kelompok secara random, membuat

rangkuman materi yang akan diberikan dan membuat soal-soal dalam bentuk

lembar kerja siswa, membuat soal-soal ulangan harian, menyiapkan lembar

(38)

 Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan 1

1. Guru memberi pertanyaan sebagai apersepsi dan memberikan

motivasi tentang materi yang akan disajikan.

2. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar IPS sesuai

dengan yang telah disusun dalam RPP 1.

3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru.

4. Guru membentuk kelompok diskusi siswa.

5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok untuk

didiskusikan bersama-sama.

6. Tiap kelompok siswa berdiskusi dan mengerjakan tugas sesuai isi

perintah dalam Lembar Kerja yang diberikan guru.

7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya di depan kelas.

8. Lalu memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk saling

memberikan tanggapan pada kelompok presentasi.

9. Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi secara

keseluruhan.

10. Memberikan tugas berupa pekerjaan rumah atau portofolio untuk

dikerjakan secara individu oleh siswa.

b. Pertemuan 2

1. Guru memberi pertanyaan sebagai apersepsi dan memberikan

(39)

2. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar IPS sesuai

dengan yang telah disusun dalam RPP 2.

3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru.

4. Guru membentuk kelompok diskusi siswa.

5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok untuk

didiskusikan bersama-sama.

6. Tiap kelompok siswa berdiskusi dan mengerjakan tugas sesuai isi

perintah dalam Lembar Kerja yang diberikan guru.

7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya di depan kelas.

8. Lalu memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk saling

memberikan tanggapan pada kelompok presentasi.

9. Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi secara

keseluruhan.

10. Memberikan tes akhir berupa ulangan harian untuk dikerjakan secara

individu oleh siswa guna mengetahui hasil belajar siswa setelah

pelaksanaan siklus I.

 Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan selama tindakan berlangsung. Pengamatan

mencakup aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan

(40)

 Refleksi

Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya

pembelajaran, dan mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada

siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari siklus ini dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Siklus II

 Perencanaan Tindakan

Berdasarkan refleksi yang didapat dari pelaksanaan siklus I, kemudian guru

dan pengamat membuat rencana perbaikan pembelajaran, membuat

rangkuman materi yang akan diberikan dan membuat soal-soal dalam bentuk

lembar kerja siswa, membuat soal-soal ulangan harian, menyiapkan lembar

pengamatan/observasi peserta didik, menyiapkan lembar

pengamatan/observasi guru untuk melaksanakan tindakan pada siklus

selanjutnya.

 Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan 1

1. Guru memberi pertanyaan sebagai apersepsi dan memberikan

motivasi tentang materi yang akan disajikan.

2. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar IPS sesuai

(41)

3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru.

4. Guru membentuk kelompok diskusi siswa.

5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok untuk

didiskusikan bersama-sama.

6. Tiap kelompok siswa berdiskusi dan mengerjakan tugas sesuai isi

perintah dalam Lembar Kerja yang diberikan guru.

7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya di depan kelas.

8. Lalu memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk saling

memberikan tanggapan pada kelompok presentasi.

9. Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi secara

keseluruhan.

10. Memberikan tugas berupa pekerjaan rumah atau portofolio untuk

dikerjakan secara individu oleh siswa.

b. Pertemuan 2

1. Guru memberi pertanyaan sebagai apersepsi dan memberikan

motivasi tentang materi yang akan disajikan.

2. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar IPS sesuai

dengan yang telah disusun dalam RPP 4.

3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru.

4. Guru membentuk kelompok diskusi siswa.

5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok untuk

(42)

6. Tiap kelompok siswa berdiskusi dan mengerjakan tugas sesuai isi

perintah dalam Lembar Kerja yang diberikan guru.

7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya di depan kelas.

8. Lalu memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk saling

memberikan tanggapan pada kelompok presentasi.

9. Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi secara

keseluruhan.

10. Memberikan tes akhir berupa ulangan harian untuk dikerjakan secara

individu oleh siswa guna mengetahui hasil belajar siswa setelah

pelaksanaan siklus II.

 Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan selama tindakan berlangsung. Pengamatan

mencakup aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan

sebagaimana format terlampir.

 Refleksi

Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya

pembelajaran, dan mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada

siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari siklus ini dilaksanakan pada siklus

(43)

3.7Indikator Keberhasilan

Penelitian ini di katakan berhasil jika :

1. Aktivitas siswa meningkat dari siklus ke I ke siklus ke II sehingga

mencapai 65%.

2. Prestasi belajar siswa meningkat dari siklus ke I dan siklus ke II sehingga

(44)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan penerapan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk menungkatkan prestasi

belajar IPS di kelas IV SDN 3 Panjang Utara dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Aktivitas belajar siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan yaitu

siklus I rata-rata 63,04% meningkat menjadi 70,43% pada siklus II.

2. Prestasi belajar siswa setiap siklusnya mengalami kenaikan yaitu pada

siklus I rata-rata hasil belajar siswa 6,00 dan pada siklus II prestasi belajar

siswa meningkat rata-rata 7,35.

3. Aktivitas guru selama pembelajaran setiap sikslusnya juga mengalami

kenaikan, yaitu siklus I 2,63 dan siklus II meningkat menjadi 3,36 dengan

prestasi baik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh peneliti

(45)

1. Agar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe snowball throwing dapat dijadikan sebagai variasi atau model

pembelajaran.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

snowball throwing diharapkan memberikan bimbingan yang optimal pada

siswa agar tahap pembelajaran dapat dilakukan oleh siswa dengan baik

sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai dengan baik

3. Kegiatan belajar mengajar guru menerapkan berbagai metode yang

bervariasi agar kegiatan belajar mengajar tidak menoton atau

membosankan sehingga tercipta pembelajaran yang menyenagkan

Sehingga tujuan dapat tercapai

4. Sebagai seorang guru hendaklah pandai dalam merangsang siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar agar terus aktif dan berinteraksi

(46)

Arikonto Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Depdiknas, RI.

Artzt dan Newman dalam Ashari, 2003

Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.

Fatimah : 2007. Hakikat Pengetahuan Sosial IPS. Jakarta.

Hamalik,Oemar.1983. Metode Belajar & kesulitan-kesulitan Belajar.Jakarta Bumi Aksara

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Dikti Depdiknas.Jakarta.

Ibrahim . 2000. Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif. Jakarta.

Kunandar.2008. Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lie. 2002. Pembelajaran Menggunakan Alat Peraga. Jakarta.

Mulyono. 2010. Aktivitas Belajar. http://shvoong.com.(diakses tanggal 24 Nov 2012@20.10 WIB)

Poerwanti. 2008. Prestasi Belajar. Jakarta. Universitas Terbuka.

Sardiman 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press.Jakarta.

Soli Abimanyu, dkk. 2008. Strategi Belajar Mengajar : Tinjauan Pengantar Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan Jakarta.

Sunal dan Has. 1993 model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Jakarta.

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Gambar

Table 2. kriteria Nilai Siswa
Gambar 3.1. Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis pada penelitian ini adalah (1) terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan pada ke-giatan ekstrakulikuler terhadap pres-tasi belajar siswa di SMA Negeri 1

Melakukan tindakan terapi Pengobatan Tradisional Ramuan Indonesia pada pasien berdasarkan rencana terapi, diagnosis pengobatan tradisional ramuan Indonesia dan keadaan

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengujian kuat geser balok dilakukan pada balok berukuran 20 cm x 25 cm x 160 cm dengan dua buah konfigurasi pemasangan tulangan geser, yaitu pemasangan tulangan geser vertikal

APLIKASI METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) UNTUK SIMULASI AWAL PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN YANG SESUAI KURIKULUM 2013 PADA SISWA SMP.. APPLICATTION OF SAW ( SIMPLE

Using the new similarity indicator for the adjustment shows that the confidence in finding the correct corresponding links has improved significantly. The problems to

- in order for the item to be presented in the content section, some salient spatial property of the item shall exist within the specified bbox.

Potensi Jerami Padi untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Sawah Terdegradasi, Lombok Barat.. Balai