MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV
SDN 3 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG
Oleh NURLELA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL……….. i
HALAMAN JUDUL………. ii
ABSTRAK………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN………. iv
HALAMAN PENGESAHAN……….. v
HALAMAN PERNYATAAN……….. vi
KATA PENGANTAR……….. vii
PERSEMBAHAN………. viii
MOTTO………. ix
RIWAYAT HIDUP……….. x
DAFTAR ISI………. xi
DAFTAR TABEL………. xv
DAFTAR GAMBAR………. xvi
BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1
1.2 Identifikasi Masalah……….. 5
1.3 Rumusan Masalah………. 6
1.4 Tujuan Penelitian……….. 5
1.5 Manfaat Penelitian……… 6
1.6 Hipotesis Tindakan………... 8
BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran ……….. 9
B. Aktivitas Belajar………. 10
C. Pengertian Prestasi Belajar………. 11
D. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)………. 12
2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing……….. 14
A. Pengertian Kooperatif Tipe Snowball Throwing………. 14
B. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Trowing………. 16
C. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Trowing……… 17
D. Ciri-Ciri Pembelajatan Kooperatif Tipe Snowball Trowing 18 2.3 Kerangka Berfikir……….. 20
BAB. III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian……… 21
3.2 Subjek Penelitian……… 21
3.3 Sumber Data……….. 21
3.4 Teknik Pengumpulan Data……… 21
3.5 Analisis Data……… 23
3.6 Prosedur Penelitian……….. 25
3.7 Indikator Keberhasilan………. 33
BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian……… 34
1. Siklus I………... . 34
a. Hasil Observil Aktivitas Siswa pada Siklus I………….. 36
b. Perestasi Belajar Siswa pada Siklus I ………. 36
c. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru………... 37
d. Refleksi Siklus I……… 37
e. Rekomendasi Perbaikan Rencana Tindakan Siklus I... 38
2. Siklus II………. 38
a. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II………… 39
a. Deskripsi Aktivitas Siswa………... 41 b. Deskripsi Prestasi Belajar Siswa………. 41
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan………. 45
5.2Saran………. 45
DAFTAR PUSTAKA………. 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan
yang hendak dicapai dalam pembangunan adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Hal ini mengandung pengertian yang luas bahwa bangsa Indonesia
yang cerdas dan berkompetensi yang ditandai dengan adanya kemampuan
berpikir, kepribadian yang bagus dan memiliki keterampilan yang menjadi
tujuan pembangunan itu sendiri. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
kemudian ditegaskan melalui berbagai kebijakan. Disusunnya
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mempertegas keseriusan
pemerintah dalam mencapai tujuan pembangunan nasional khususnya dalam
bidang pendidikan.
Sejalan dengan itu perbaikan dan penyesuaian kurikulum nasional terus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Dinamika pendidikan
dewasa ini ditandai dengan suatu pembaharuan dan transformasi pemikiran
tentang hakikat pembelajaran sebagai suatu proses yang aktif, interaktif dan
konstuktif. Titik sentral setiap peristiwa pembelajaran terletak pada
keberhasilan siswa dalam mengorganisasikan pengalamannya, pengembangan
dalam berpikir dan mengimplementasikan ilmunya dalam kehidupan
proses pembelajaran ini akan menciptakan siswa yang mampu berfikir kritis,
analitis dan kreatif. Indikator keberhasilan IPS ditandai dengan bertambahnya
pengetahuan, keterampilan dan perubahan prilaku siswa. Sehingga kelak di
kemudian hari siswa mampu mengatasi masalahnya sendiri dan dapat menjalin
hubungan sinergis antara manusia dengan lingkungan alam sosial.
Menghadapi keseriusan pemerintah seperti tersebut diatas, tentu kita harus
berbesar hati. Mengingat dewasa ini masih banyak masalah-masalah sosial
yang harus segera diatasi seperti jumlah pengangguran yang terus bertambah,
eksplorasi alam yang berlebihan, kerusakan alam dan permusuhan antar
kelompok, hal ini menunjukkan belum berhasilnya pendidikan IPS di sekolah.
Dalam skala mikro, kegagalan pendidikan IPS ditandai dengan rendahnya
prestasi belajar siswa dan kurangnya minat siswa untuk mempelajari IPS. Hal
ini dapat dibuktikan dengan keadaan yang sebenarnya pada saat pelajaran IPS
berlangsung. Penggunaan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan masih
mendominasi setiap pembelajaran IPS. Media yang digunakan juga sangat
terbatas, bahkan ada yang hanya menggunakan kapur dan papan tulis.
Sementara pelaksanaan penilaian hanya mengandalkan ulangan/ujian tertulis
dan pengelolaan kelas masih bersifat teacher centered, yaitu guru sebagai
sumber utama pengetahuan. Padahal dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan perkembangan arus
sudah tidak mungkin lagi dipertahankan. Bahkan sekolah sendiri sudah tidak
mungkin lagi menjadi informasi bagi siswa. Karena tindakan seperti ini hanya
akan mengakibatkan siswa menjadi pasif. Sehingga image yang terbentuk
bahwa pelajaran IPS menjadi semakin jenuh dan tidak bergairah. Bahkan pada
saat guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah, beberapa
siswa terlihat menguap, beberapa siswa dibangku belakang ramai berbicara
antar teman tanpa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Kadang mereka juga membuat ulah yang negatif yang dapat mengganggu
teman lainnya. Ada juga yang mengisi waktu luangnya dengan mengerjakan
tugas lainnya. Tingkah laku yang pasif tersebut tentu menjadi permasalahan
bagi guru karena berpengaruh pada prestasi belajar siswa, seperti halnya yang
terjadi pada siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara. Pada pelajaran IPS yang
memang seharusnya siswa lebih banyak membaca dan menghapal, telah
ditetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran IPS adalah
65. Dari jumlah 41 siswa, baru 9 siswa ( 36% ) yang telah mencapai KKM.
Salah satu indikasi penyebab munculnya masalah tersebut dalam proses
pembelajaran IPS kemungkinan adalah guru kurang mampu merangsang siswa
untuk terlibat aktif dan mengeluarkan ide-ide atau kemampuan berfikir dalam
proses pembelajaran. Disamping itu, dalam proses pembelajaran guru kurang
memperhatikan perbedaan individual. Pada dasarnya setiap siswa berbeda
yang satu dengan yang lainnya, baik dalam hal kemampuan maupun dalam hal
khusus. Kondisi seperti ini melatarbelakangi adanya perbedaan kebutuhan
pada setiap anak. Dalam pembelajaran klasikal, perbedaan individu jarang
mendapat perhatian, semua siswa dalam satu kelas dianggap mempunyai
kemampuan dan kecepatan yang sama, oleh karena itu diperlakukan dengan
cara yang sama.
Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pendidikan, prestasi
pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Titik sentralnya,
adalah tindakan guru pada proses pembelajaran. Salah satu tindakan guru
dalam pembelajaran yang berorientasi pada sikap menghargai perbedaan
individu adalah metode pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi alternatif untuk mencapai tujuan IPS,
yaitu untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, inkuiri, memecahkan
masalah, keterampilan sosial, meningkatkan kemampuan bekerjasama dan
berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk.
Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, berdasarkan analisis konseptual
dan kondisi pembelajaran IPS di SDN 3 Panjang Utara Bandar Lampung
belum maksimal dalam penerapan model dan metode, serta penggunaan alat
peraga. Hal ini membentuk anggapan pada siswa bahwa bidang studi IPS
merupakan bidang studi hafalan dan membosankan sehingga sampai saat ini,
perbaikan karena akan berakibat pada menurunnya prestasi belajar IPS siswa
di masa yang akan datang.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah adalah sebagai
berikut :
1. Banyak siswa yang beranggapan bahwa bidang studi IPS adalah bidang
studi hafalan dan membosankan.
2. Penggunaan metode ceramah lebih mendominasi pembelajaran IPS.
3. Tidak meningkatnya prestasi belajar IPS siswa.
4. Belum maksimalnya penerapan model serta penggunaan alat peraga pada
proses pembelajaran.
5. Hasil belajar IPS siswa belum mencapai KKM yang diinginkan dan baru
mencapai 36%. Sedangkan target yang harus dicapai adalah 85% dari
jumlah keseluruhan siswa.
6. Guru kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.
7. Guru kurang memperhatikan perbedaan individual.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian
1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar IPS model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing pada siswa kelas IV SDN 3 Panjang
Utara Bandar Lampung?”
2. Bagaimana meningkatkan prestasi Belajar IPS menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada siswa kelas IV SDN
3 Panjang Utara ?
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dalam melaksanakan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 3
Panjang Utara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada siswa kelas IV
SDN 3 Panjang Utara .
1.5Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Siswa
a. Dapat meningkatkan minat dan gairah siswa dalam mengikuti proses
b. Untuk meningkatkan kebiasaan siswa belajar bekerja sama dan
kelompok
2. Guru
a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing
b. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
c. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengevaluasi
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
3. Sekolah
a. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi pembelajaran di sekolah.
4. Peneliti
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penerapan model
kooperatif tipe snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa.
1.6Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Jika pembelajaran IPS
menggunakan pendekatan kooperatif tipe snowball throwing maka prestasi
belajar siswa kelas IV SDN 3 Panjang Utara akan meningkat”.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan Pembelajaran A. Pengertian Belajar
Belajar dan pembelajaran adalah proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada dirinya seseorang. Belajar dan pembelajaran dapat
dilakukan oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran
adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
konstruktivisme. Menurut Wikandari (1998:11).
Pembelajaran merupakan strategi belajar dengan siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Sejalan dengan itu,
Artzt dan Newman (dalam Ashari, 2003 : 5) menyatakan : Coooperative
Learning merupakan suatu pendekatan dimana para siswa dikelompokkan
ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah,
menyelesaikan suatu tugas, atau mencapai tujuan bersama.
Sedangkan Lie (2002 : 12) menyatakan bahwa : “Pembelajaran menggunakan alat peraga adalah sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru
Menurut Nur dan Wikandari (1998 : 19) : “Pelajaran menghadapkan siswa pada proses berfikir teman sebaya mereka”. Metode ini tidak hanya
membuat hasil belajar terbuka untuk seluruh siswa, tetapi juga membuat
proses berfikir siswa terbuka. Siswa dilatih keterampilan-keterampilan
spesifik untuk membantu mereka bekerjasama dengan baik, misalnya
menjadi pendengar yang baik, Memberikan penjelasan dengan baik,
mengajukan pertanyaan dengan benar.
Pembelajaran menggunakan alat peraga, siswa belajar bersama dalam
untuk memecahkan masalah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Artz
dan Newman dalam Ashari (2003:5).
B. Aktivitas Belajar
Proses pembelajaran terjadi karena adanya aktivitas Guru dan aktivitas
siswa. Menurut Sardirman (2008:10) aktivitas belajar adalah aktivitas
yang berupa fisik maupun mental. Sejalan dengan itu Dimyati dan
Mudjiono (2006:236) mengumukakan bahwa dalam kegitan belajar,
kedua aktivitas itu harus saling berkaitan, aktivitas belajar dialami oleh
siswa sebagai suatu proses, yaitu merupakan kegitan mental mengolah
bahan belajar atau pengalaman. Sebagai mana dikemukakan oleh Mulyono
(2010:34) aktivitas artinya kegitan atau keaktifan, segala sesuatu yang
dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik
Menurut Kunandar (2008:277) aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa
dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa
yaitu meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas
materi pelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa aktivitas adalah segala keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,
mental, pikiran, perhatian dan keaktifan yang menimbulkan adanya
interaksi selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas dan interaksi
yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan,
sikap, dan keterampilan, sehingga akan mengarah pada peningkatan hasil
belajar siswa.
C. Pengertian Prestasi Belajar
Sumber dari proses pembelajaran adalah hasil belajar. Beberapa ahli
mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar sebagai berikut ini.
Poerwanto (2008: 65) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah,
yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor
(psychomotor). Yulita (2008:89) menyatakan bahwa belajar adalah hasil
penilaian kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Abidin
(2004: 56) mengatakan bahwa hasil belajar adalah penggunaan angka pada
Berdasarkan dari pendapat-pendapat diatas hasil belajar dapat diartikan
sebagai penggunaan angka, sebagai hasil penilaian dari kemampuan siswa
baik kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor.
D. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Sangat berperan didalamnya. Pada zaman sebelum masehi ilmu
pengetahuan sudah menjadi sorotan. Terdorong oleh adanya keinginan
manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan memudahkan
kegiatannya Fatimah (2007:108) mengungkapkan bahwa “dengan
munculnya (Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS pada abad ke 17, maka mulailah
terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.” Dengan demikian
sebelum abad ke 17 ilmu pengetahuan identik dengan filsafat. Pendapat
tersebut sejalan dengan pemikiran yang mengemukakan bahwa
menurut Koento Wibisono (1999:20) mengatakan bahwa filsafat telah
mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang secara subur.
Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya,
berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya
sendiri-sendiri. Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama
semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu
pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.
Ini berarti IPS mempelajari semua dilingkungan yang ada di sekitar,
peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan
sebagai suatu pengetahuan yang bersifat soasial dan objektif. Jadi dari sisi
istilah IPS adalah suatu pengetahuan yang bersifat soaial dan objektif
tentang lingkungan sekitar beserta isinya.
Perkembangan peradaban manusia tidak lepas dari peran serta penerapan
(Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS baik dalam mengembangkan berbagai
teknologi penunjang kehidupan maupun dalam menerapkan konsep (Ilmu
Pengetahuan Sosial) IPS dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi
aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Terdapat tiga hakikat IPS diantaranya sebagai berikut:
1. Hakikat (Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS Sebagai Proses
Proses yaitu urutan atau langkah suatu kegiatan untuk memperoleh hasil
pengumpulan data melalui metode ilmiah. Contohnya, pengamatan tentang
benda dan sifatnya. Tahapan dalam proses penelitian ini meliputi: (1)
observasi, (2) klasifikasi, (3) intrepretasi, (4) prediksi, (5) hipotesis, (6)
Mengendalikan variable, (7) Merencanakan dan melaksanakan penelitian
eksperimen, dan (8) Menetapkan format tabulasi data.
2. Hakikat (Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS Sebagai Produk
Produk adalah hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang
disusun secara lengkap dan sistimatis. Contoh, dari hasil pengamatan
2.2Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing A. Pengertian Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cendrung menggunakan
rumus yang relatif tetap. Model snowball throwing merupakan salah satu
model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendewkatan
kontekstual (CTL). Snowball throwing yang menurut asal katanya berarti
”bola salju bergulir” dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan
menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk
bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama teman
sesama anggota kelompok. Banyak guru telah melaksanakan metode
belajar berkelompok, dengan membagi para siswa dan memberikan tugas
kelompok, namun hasil kegiatannya tidak seperti yang diharapkan. Siswa
tidak memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik dan kreatif untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Para siswa tidak
dapat bekerja sama secara efektif, memboroskan waktu dengan bermain,
bergurau, duduk diam dan bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan
kesempatan ini untuk mengerjakan tugas mata pelajaran lainnya serta pada
waktu yang sama ada beberapa siswa mendominasi kelompoknya.
Sunal dan Has (1993: 128-151) memberikan suatu gagasan mengenai
penggunaan strategi dan pendekatan dalam pembelajaran IPS, didalamnya
throwing Keinginan para guru untuk mengaktifkan siswa dapat dikatakan
sangat baik, karena guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif
atau snoball throwing yang sistem pembelajarannya tidak sama dengan
sekedar belajar kelompok. Lebih dari itu, pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing sesuai dengan fitrah
manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang
lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas
dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar kelompok
secara kooperatif, siswa dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Saling membantu
dan berlatih, saling berinteraksi komunikasi-sosialisasi karena kooperatif
adalah miniatur dari hidup bermasyarakat dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe
snowball throwing adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerjasama, saling membantu untuk mengkonstruksi
konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Sintaks pembelajaran
kooperatif itu sendiri adalah informasi, pengarahan strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok dan
B. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing ialah sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
2. Mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keteransingan
dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
3. Meningkatkan kemajuan belajar (Pencapaian akademik).
4. Pemahaman yang lebih mendalam.
5. Meningkatkan harga diri tiap individu.
6. Konflik antar pribadi dan sikap apatis berkurang.
7. Penerimaan perbedaan individu lebih besar.
8. Menambah rasa senang di sekolah serta menyenangi
teman-teman.
9. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif.
b. Kekurangan
1. Banyak siswa takut pekerjaan terbagi tidak rata atau adil, satu
orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.
2. Siswa tidak senang apabila diminta bekerjasama dengan yang
lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang
mampu merasa minder ditempatkan satu kelompok dengan
siswa yang lebih pandai. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan
karena dalam pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja
yang dinilai tetapi juga aspek apektif dan psikomotornya, seperti
kerjasama dalam kelompok, keaktifan serta sumbangan nilai
yang diberikan kepada kelompok.
3. Sering terjadi kekacauan dalam kelas. Keadaan ini dapat diatasi
dengan mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan dluar
kelas seperti perpustakaan, laboratorium, aula atau tempat
terbuka.
C. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe Snowball Throwing
ialah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan atu disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memangil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompok masing-masing
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menuliskan salah satu pertanyaan apa saja yang menyangkut
materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa kesiswa yang lain selama 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Siswa dibantu guru melakukan refleksi/evaluasi
8. Penutup
Jadi dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ialah membentuk
kelompok yang heterogen untuk memahami materi ajar agar dapat
memperoleh prestasi.
D. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing mempunyai
beberapa kerakteristik yang membedakan dari model-model pembelajaran
lain, yaitu:
1. Siswa bekerja secara kooperatif dalam kelompok-kelompok (yang
sering disebut tim) untuk menguasai suatu materi akademik.
2. Tim harus terdiri dari pembelajar cepat, pembelajar sedang dan
3. Bila memungkinkan setiap tim anggotanya heterogen, bila ditinjau
dari segi ras (suku, budaya, jenis kelamin,dsb).
4. Penghargaan yang bentuknya diberikan, bentuknya lebih
diprioritaskan dalam bentuk penghargaan kelompok daripada
individual.
Seperti yang disebutkan oleh Lie (2002: 9-11), bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing adalah model pembelajaran yang
memungkinkan guru dapat mendorong siswa mencapai tujuan
pembelajaran, baik berupa tujuan akademik, penerimaan terhadap
keberagaman maupun sebagai suatu sarana untuk mengembangkan
keterampilan sosial. Sedangkan beberapa karakter yang dimiliki oleh kerja
kelompok antara lain:
1. Telah banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran akademik. Melalui model pembelajaran kooperatif,
siswa difasilitasi untuk memahami konsep-konsep sulit dan berlatih
kritis.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing
mengharuskan siswa untuk selalu berada dalam kondisi bergantung
satu sama lain antar sesama anggota kelompok yang terdiri dari
berbagai karakter siswa seperti tingkat kecerdasan, jenis kelamin dan
3. Ada banyak keterampilan sosial yang bisa untuk dikuasai siswa
melalui model pembelajaran kooperatif, tipe snowball throwing
contohnya berbagi tugas dengan seluruh anggota kelompok
(teamwork), aktif bertanya, aktif mendengarkan, menghargai
pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya atau
menjawab pertanyaan,membantu teman dan lain sebagainya.
2.3 Kerangka Berfikir
IPS dipandang sebagai produk dan proses, oleh karena itu sangatlah keliru jika
mengajarkan IPS hanya dengan cara mentransfer berbagai teori yang ada di
buku sumber belaka kepada siswa. Hal ini berarti poses mendapatkan ilmu itu
sendiri tidak kalah penting dari pada dimensi produk. Siswa harus mulai
diperkenalkan untuk mengadakan penelitian dengan cara mengamati dan
membuat laporan hasil pengamatan dengan teliti sejak usia dini, agar kelak
menjadi peneliti yang handal.
Pembelajaran IPS dalam menggunakan metode kooperatif tipe snowball
throwing di Sekolah Dasar masih menggunakan metode konvensional yaitu
metode ceramah dan terbatas pada transfer materi dari buku sumber sehingga
hasil belajar pada siswa menimbulkan verbalisme dan pemahaman yang
abstrak Padahal tarap perkembangan siswa SD berada pada tahap
berpusat pada guru sehingga menyebabkan kurangnya keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran, hal ini menyebabkan potensi-potensi yang dimiliki
siswa. Dalam pengajaran IPS seorang guru dituntut untuk mengajak anak
didiknya
.
Di lingkungan sekitar siswa terdapat berbagai jenis benda dan jenisnya yang
bisa diamati dan dipelajari secara langsung sebagai sumber belajar yang
otentik, mengingat siswa dihadapkan pada objek benda dan sifatnya yang
sebenarnya. Siswa bisa memanfaatkan lingkungan tersebut dengan
menyentuh, meraba, membau dan sebagainya sehingga semua panca
inderanya terlibat dalam proses belajar. Lingkungan juga dapat dimanfaatkan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Setting Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara Bandar
Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan
September 2013. Mulai dari perencanaan sampai pelaporan hasil penelitian
sesuai dengan materi ajar pada semester I kelas IV menurut Kurikulum
KTSP.
3.2Subjek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, subjeknya adalah siswa kelas IV SDN 3
Panjang Utara Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 41
siswa, terdiri dari 21orang laki-laki dan 20 orang perempuan.
3.3Sumber Data
Jenis data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa, sedangkan data kuantitatif diperoleh
3.4Teknik dan Alat Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan melalui :
1. pengamatan (observasi) pada saat pembelajaran untuk mendapatkan hasil
belajar yang diinginkan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas
siswa dengan menggunakan tanda “√” . Lembar observasi digunakan untuk
mengamati aktivitas belajar siswa yang meliputi :
a. Kehadiran siswa.
b. Antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran.
c. Kelancaran mengemukakan ide dalam memecahkan masalah.
d. Keaktifan siswa dalam diskusi.
e. Kemampuan menghimpun hasil diskusi.
f. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
g. Keaktifan dalam bertanya.
h. Keaktifan siswa mencari sumber belajar.
i. Kemampuan siswa dalam menjelaskan hasil kerja kelompok.
j. Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan..
3.5Analisis Data a. Kuantitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa,
dan pendapat siswa tentang penggunaan alat peraga dalam Pembelajaran
frekuensites pada setiap siklus. Siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan
nilai ≥ 60 diolah dengan teknik perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
% At = t
Keterangan:
% At : Presentase siswa tuntas belajar
At : Banyaknya siswa yang belum tuntas
R : Jumlah siswa
b. Kualitatif
Indikator siswa dikatakan aktif jika ≥ 60 % frekuensi yang ditetapkan
perindikator. Setelah selesai diobservasi maka jumlah aktivitas yan
dilakukan siswa dihitung, lalu dipresentasikan.
a. Menentukan persentase aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan
rumus:
% A = x 100%
Keterangan:
% A : Presentase aktivitas siswa
Na : Jumlah indikator aktivitas terkatagori aktif dilakukan siswa
Table 2. kriteria Nilai Siswa
No Rentang Nilai Keterangan
1 ≥ 60 Tuntas
2 ≤ 59 Tidak Tuntas
Siswa yang memiliki nilai ≥ 60 dinyatakan tuntas Siswa yang memiliki nilai ≥ 59 dinyatakan tidak tuntas
Table 3. Persentase Hasil Tes Formatif siswa Siklus I dan II
Rentang Nilai
Siklus I Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%)
≥ 60 Tuntas
≤ 59 Tidak
Tuntas
Jumlah
3.6Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dengan
tahapan perencanaan-tindakan-observasi-refleksi, dan dilaksanakan dengan
kolaborasi partisipatif antara peneliti dengan guru, prosedur penelitian yang
akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang
terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu (1)
Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (acting), (3) Pengamatan
[image:35.595.112.511.317.466.2]Adapun urutan kegiatan secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut :
Gambar 3.1. Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan
(Dimyati dan Mulyono, 2002:124).
Prosedur penelitian seperti tergambar di atas di terjemahkan sebagai berikut :
1. Perencanaan, yaitu merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan.
Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Menyusun
rencana tindakan yang hendak diselenggarakan di dalam pembelajaran
IPS. Dalam kaitan ini rencana disusun secara reflektif, partisipatif, dan ANALISIS &
REFLEKSI
RENCANA TINDAKAN
PELAKSANAAN TINDAKAN OBSERVASI
PERBAIKAN RENCANA
TINDAKAN
PELAKSANAAN
TINDAKAN ANALISIS &
REFLEKSI
OBSERVASI
SIKLUS 2 SIKLUS 1
kolaboratif antara peneliti dengan guru agar tindakan dapat lebih terarah
pada sasaran yang hendak di capai.
2. Pelaksanaan, sebagai langkah ke dua merupakan realisasi dari rencana
yang kita buat. Praktek pembelajaran berdasarkan rencana tindakan yang
telah disusun bersama-sama sebelumnya.
3. Observasi, yaitu merupakan kegiatan melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan tindakan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat
menentukan apakah ada hal-hal yang perlu segera diperbaiki agar dapat
mencapai tujuan yang kita inginkan.
4. Refleksi, yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tindakan
berahir. Pada kegiatan ini kita akan mencoba melihat atau merenungkan
kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses
belajar siswa.
Siklus I
Perencanaan Tindakan
Guru/peneliti menunjuk seorang teman sejawat untuk dijadikan
observer/pengamat. Kemudian guru dan pengamat membuat rencana
pembelajaran, menentukan kelompok-kelompok secara random, membuat
rangkuman materi yang akan diberikan dan membuat soal-soal dalam bentuk
lembar kerja siswa, membuat soal-soal ulangan harian, menyiapkan lembar
Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan 1
1. Guru memberi pertanyaan sebagai apersepsi dan memberikan
motivasi tentang materi yang akan disajikan.
2. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar IPS sesuai
dengan yang telah disusun dalam RPP 1.
3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru.
4. Guru membentuk kelompok diskusi siswa.
5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok untuk
didiskusikan bersama-sama.
6. Tiap kelompok siswa berdiskusi dan mengerjakan tugas sesuai isi
perintah dalam Lembar Kerja yang diberikan guru.
7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas.
8. Lalu memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk saling
memberikan tanggapan pada kelompok presentasi.
9. Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi secara
keseluruhan.
10. Memberikan tugas berupa pekerjaan rumah atau portofolio untuk
dikerjakan secara individu oleh siswa.
b. Pertemuan 2
1. Guru memberi pertanyaan sebagai apersepsi dan memberikan
2. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar IPS sesuai
dengan yang telah disusun dalam RPP 2.
3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru.
4. Guru membentuk kelompok diskusi siswa.
5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok untuk
didiskusikan bersama-sama.
6. Tiap kelompok siswa berdiskusi dan mengerjakan tugas sesuai isi
perintah dalam Lembar Kerja yang diberikan guru.
7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas.
8. Lalu memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk saling
memberikan tanggapan pada kelompok presentasi.
9. Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi secara
keseluruhan.
10. Memberikan tes akhir berupa ulangan harian untuk dikerjakan secara
individu oleh siswa guna mengetahui hasil belajar siswa setelah
pelaksanaan siklus I.
Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama tindakan berlangsung. Pengamatan
mencakup aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan
Refleksi
Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya
pembelajaran, dan mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada
siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari siklus ini dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Siklus II
Perencanaan Tindakan
Berdasarkan refleksi yang didapat dari pelaksanaan siklus I, kemudian guru
dan pengamat membuat rencana perbaikan pembelajaran, membuat
rangkuman materi yang akan diberikan dan membuat soal-soal dalam bentuk
lembar kerja siswa, membuat soal-soal ulangan harian, menyiapkan lembar
pengamatan/observasi peserta didik, menyiapkan lembar
pengamatan/observasi guru untuk melaksanakan tindakan pada siklus
selanjutnya.
Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan 1
1. Guru memberi pertanyaan sebagai apersepsi dan memberikan
motivasi tentang materi yang akan disajikan.
2. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar IPS sesuai
3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru.
4. Guru membentuk kelompok diskusi siswa.
5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok untuk
didiskusikan bersama-sama.
6. Tiap kelompok siswa berdiskusi dan mengerjakan tugas sesuai isi
perintah dalam Lembar Kerja yang diberikan guru.
7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas.
8. Lalu memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk saling
memberikan tanggapan pada kelompok presentasi.
9. Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi secara
keseluruhan.
10. Memberikan tugas berupa pekerjaan rumah atau portofolio untuk
dikerjakan secara individu oleh siswa.
b. Pertemuan 2
1. Guru memberi pertanyaan sebagai apersepsi dan memberikan
motivasi tentang materi yang akan disajikan.
2. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar IPS sesuai
dengan yang telah disusun dalam RPP 4.
3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru.
4. Guru membentuk kelompok diskusi siswa.
5. Guru memberikan lembar kerja siswa pada tiap-tiap kelompok untuk
6. Tiap kelompok siswa berdiskusi dan mengerjakan tugas sesuai isi
perintah dalam Lembar Kerja yang diberikan guru.
7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas.
8. Lalu memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk saling
memberikan tanggapan pada kelompok presentasi.
9. Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi secara
keseluruhan.
10. Memberikan tes akhir berupa ulangan harian untuk dikerjakan secara
individu oleh siswa guna mengetahui hasil belajar siswa setelah
pelaksanaan siklus II.
Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan selama tindakan berlangsung. Pengamatan
mencakup aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan
sebagaimana format terlampir.
Refleksi
Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya
pembelajaran, dan mengkaji ulang tentang kekurangan dan kelebihan pada
siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari siklus ini dilaksanakan pada siklus
3.7Indikator Keberhasilan
Penelitian ini di katakan berhasil jika :
1. Aktivitas siswa meningkat dari siklus ke I ke siklus ke II sehingga
mencapai 65%.
2. Prestasi belajar siswa meningkat dari siklus ke I dan siklus ke II sehingga
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan penerapan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk menungkatkan prestasi
belajar IPS di kelas IV SDN 3 Panjang Utara dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Aktivitas belajar siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan yaitu
siklus I rata-rata 63,04% meningkat menjadi 70,43% pada siklus II.
2. Prestasi belajar siswa setiap siklusnya mengalami kenaikan yaitu pada
siklus I rata-rata hasil belajar siswa 6,00 dan pada siklus II prestasi belajar
siswa meningkat rata-rata 7,35.
3. Aktivitas guru selama pembelajaran setiap sikslusnya juga mengalami
kenaikan, yaitu siklus I 2,63 dan siklus II meningkat menjadi 3,36 dengan
prestasi baik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh peneliti
1. Agar pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe snowball throwing dapat dijadikan sebagai variasi atau model
pembelajaran.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
snowball throwing diharapkan memberikan bimbingan yang optimal pada
siswa agar tahap pembelajaran dapat dilakukan oleh siswa dengan baik
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai dengan baik
3. Kegiatan belajar mengajar guru menerapkan berbagai metode yang
bervariasi agar kegiatan belajar mengajar tidak menoton atau
membosankan sehingga tercipta pembelajaran yang menyenagkan
Sehingga tujuan dapat tercapai
4. Sebagai seorang guru hendaklah pandai dalam merangsang siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar agar terus aktif dan berinteraksi
Arikonto Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Depdiknas, RI.
Artzt dan Newman dalam Ashari, 2003
Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Fatimah : 2007. Hakikat Pengetahuan Sosial IPS. Jakarta.
Hamalik,Oemar.1983. Metode Belajar & kesulitan-kesulitan Belajar.Jakarta Bumi Aksara
Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Dikti Depdiknas.Jakarta.
Ibrahim . 2000. Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif. Jakarta.
Kunandar.2008. Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lie. 2002. Pembelajaran Menggunakan Alat Peraga. Jakarta.
Mulyono. 2010. Aktivitas Belajar. http://shvoong.com.(diakses tanggal 24 Nov 2012@20.10 WIB)
Poerwanti. 2008. Prestasi Belajar. Jakarta. Universitas Terbuka.
Sardiman 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press.Jakarta.
Soli Abimanyu, dkk. 2008. Strategi Belajar Mengajar : Tinjauan Pengantar Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan Jakarta.
Sunal dan Has. 1993 model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Jakarta.
Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.