• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro Terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro Terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN FUNGSI PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM KOTA METRO TERHADAP

PELANGGARAN PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014

Oleh

YOSITA MANARA

Pemilu pada dasarnya harus langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil agar terwujud pemilu yang demokratis. Namun pada kenyataannya masih banyak praktik kecurangan yang menyebabkan maraknya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal yang dianggap menarik oleh peneliti adalah apa yang telah dilakukan oleh pengawas pemilu, polisi dan kejaksaan dalam menangani pelanggaran yang terjadi dalam pemilu legislatif tahun 2014.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara serta dengan teknik observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan proses reduksi dan interpretasi.

(2)

telah berjalan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

(3)

ABSTRAK

THE IMPLEMENTATION EFFECTIVENESS OF FUNCTION CARE COMMITTEE TO GENERAL ELECTION AT METRO

CITY, TOWARD INFRACTION GENERAL ELECTION LEGISLATIVE IN 2014 YEARS

Oleh

YOSITA MANARA

Basically general election must be directly, general, free, secret, honest and fair to make democration in general election but in fact so many dishonest which it can causes corruption, collusion, nepotism, those the interesting part for the researcher for was general election supervisor do, police and direction in solving the collision that happened in legislative general election 2014.

Methode of this research using qualitative descriptive. Technique collective data in this research are doing with the interview technique, observation technique and documentation. The data are getting will be analysis with reduction process and interpretation.

(4)

appropriate with law are behave.

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalirejo, pada tanggal 21 Juli 1992, anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Herman S.E dan Ibu Mutiara S.E

Jenjang Akademik Penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Teladan Metro pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Pertiwi Teladan Metro diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3 Metro pada Tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Metro yang diselesaikan pada tahun 2010.

(10)

Bismillahirrohmanirrohim.... atas izin

Allah Swt, kupersembahkan karya tulis ku

ini untuk ke dua orang tua ku

Untuk ibu, terimakasih telah menjadi

semangat didalam diriku untuk selalu

berjuang dan tidak pernah lelah dalam

berdoa untuk kelancaran anakmu

Untuk Ayah, terimakasih telah memotivasi

dalam segala urusanku dan selalu

(11)

MOTO

“ Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan dan tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan ”

“ Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik ”

“ Saya datang, saya bimbingan, saya revisi, saya ujian dan saya MENANG”

(12)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidah-Nya skripsi yang berjudul “Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro Terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 3. Bapak Himawan selaku Pembimbing Akademik.

(13)

dan motivasi kehidupan. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah SWT melindungi Bapak. Amin

5. Bapak Drs. Budi harjo, MIPselaku Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan masukan, saran, semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah SWT melindungi Bapak. Amin

6. Bapak Dr. Suwondo, MA selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah SWT melindungi Bapak. Amin

7. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

8. Staf Akademik, StafKemahasiswaan, mba Nurma (pengawas ruang baca) yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi.

9. Seluruh informan Ketua KPU Bapak Rahmatul Ummah Spd, Ketua Panwaslu Bapak Giono S,Ag, Gakkumdu Bapak Lilik Irawadi, LSM Bapak Anton S.H. Terimakasih atas bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(14)

11.Teruntuk Adik-Adik ku terkasih Filano Manara dan Mega Meilisa Manara, yai oci berharap kelak kalian bisa menjadi anak yang berguna dan membanggakan untuk keluarga. Aminnn...

12.Keluarga Harmara untuk Papah Hardiyus, Mama Asmara terimakasih telah memberikan tempat untuk berteduh dan selalu mensuport apa yang telah kulakukan. Buat Iyay Febriano Harmara S.E , Aja Julian Harmara Sip, M.Ferianta Harmara dan Sevira Harmara terimakasih telah menemani bercanda gurau setiap harinya. Tanpa kalian semua hidup terasa hampa,hhe 13.Terimakasih juga kepada Edward Rifai S.I yang telah membantu, selalu

menemani, selalu mensuport pengerjaan skripsi ini dari awal sampai akhir. 14.Semua teman-teman tercinta Jurusan Ilmu Pemerintahan 2010 Dita Purnama

S.IP, Eka Mala Sari S.IP, Yurike Pratiwi S.IP, Dinda Nindika S.IP, Ety Nur S.IP, Novi Nurhana S.IP, Rike Prisina S.IP, Retno Mahdita S.IP, Antarizky S.IP, Ryan Maulana S.IP, Dicky Renaldi S.IP, Dewi Astriya S.IP, Syintia Dwi Utami S.IP, Aditya Darmawan S.IP, Aris Gunawansyah S.IP, Danni Setiawan S.IP, Ricky Ardhian S.IP, Setya Aji S.IP, Yudha Satria Novandra S.IP, Tiffany Anandhini Putri S.IP, Pebri Dwi S.IP, Ikhwan Efrial S.IP, Alam Patria S.IP, Uli Kartika S.IP, Ayu Mira Asih S.IP, Maulana RendraYudha S.IP dan lainnya,semoga kita semua sukses kedepannya kawan.

(15)

16.Untuk peneliti sendiri, ingatlah selalu bahwa hidup harus dapat dikendalikan dengan akal fikiran dan hati yang seimbang.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, November 2014 Penulis

(16)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 11

1.Kegunaan Teoritis Penelitian ... 11

2.Kegunaan Praktis Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektifitas ... 12

1. Definisi Efektiftas ... 12

2. Indikator Pengukuran Efektifitas ... 13

3. Ukuran Efektifitas ... 14

B. Pengawasan ... 16

1. Definisi Penggawasan ... 16

2. Prinsip-Prinsip Pengawasan ... 19

3. Tujuan Pengawasan ... 20

4. Jenis-Jenis Pengawasan ... 20

5. Cara-Cara Mengawasi ... 22

C. Pelanggaran…. ... 24

1. Definisi Pelanggaran ... 25

2. Pelanggaran Administrasi ... 25

3. Pelanggaran Pidana ... 26

D. Pemilihan Umum Legislatif…. ... 26

1. Definisi Pemilu ... 26

2. Fungsi Pemilu ... 28

3. Pemilu Legislatif ... 29

E. Kewenangan ... 29

1. Definisi Kewenangan ... 29

2. Sifat Kewenangan ... 31

Sumber Kewenangan ... 31

4. Kewenangan Berdasarkan Undang-Undang ... 32

(17)

i

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Pengolaan Data ... 43

1. Tahap Editing ... 43

2. Tahap Coding ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 44

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Panwaslu ... 46

B. Visi dan Misi Panwaslu ... 49

C. Tujuan Panwaslu ... 49

D. Tugas dan Wewenang Panwaslu ... 50

E. Struktur Organisasi Panwaslu.. ... 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelanggaran Pemilu Legislatif... ... .54

B. Efektifitas Pelaksanaan Pemilu Legislatif... ... ...67

C. Tindak Lanjut Pelanggaran Pemilu... ... ....84

VI. SIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan... ... ...93

B. Saran... ... ...94 DAFTAR PUSTAKA

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(19)

DAFTAR SINGKATAN

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat DPD : Dewan Perwakilan Daerah

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPT : Daftar Pemilih Tetap

APK : Alat Peraga Kampanye TPS : Tempat Pemungutan Suara KPU : Komisi Pemilihan Umum

KPPS : Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan pemilihan umum dinegara Indonesia dilaksanakan 5 tahun sekali. Di Indonesia pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih anggota lembaga perwakilan yaitu DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Pemilu merupakan perwujudan keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan. Rakyat memiliki hak untuk memilih dengan bebas wakil-wakilnya yang akan ikut menyelenggarakan kegiatan pemerintahan. Pemilu bukan semata-mata alat untuk merebut kekuasaan, tetapi sarana demokrasi guna mencapai kesepakatan tentang siapa yang berhak menduduki tempat kekuasaan.

(21)

2

proses rekrutmen sekaligus proses seleksi ditingkat partai inilah nantinya akan diperoleh calon-calon legislatif yang berkualitas.

Pemilu yang berdasarkan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil hanya dapat terwujud apabila penyelenggara pemilu mempunyai integritas yang tinggi serta memahami dan menghormati hak-hak sipil dan politik dari warga negara. Penyelenggara pemilu yang lemah akan berpotensi menghambat terwujudnya pemilu yang berkualitas. Salah satu faktor penting bagi keberhasilan penyelenggaraan pemilu terletak pada kesiapan dan profesionalitas penyelenggara pemilu itu sendiri, yaitu Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilu sebagai satu kesatuan penyelenggaraan pemilu.

Pemilu 2014 dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ada lima hal yang secara prinsip sangat berbeda antara Pemilu 2009 dengan Pemilu 2014, yaitu meliputi sistem pendaftaran pemilih, peserta pemilu, pembentukan daerah pemilihan, sistem pemungutan suara dan sistem penghitungan suara.

(22)

tidak memiliki identitas apapun, maka KPU wajib mendaftar, yaitu dimasukkan kepemilih khusus.

2. Teknis pemberian suara pada pemilu 2009 dengan sistem contreng hingga diperbolehkan juga menggunakan sistem coblos yang dianggap tetap sah. Sedangkan teknis pemberian suara pada pemilu 2014 teknisnya kembali ke mencoblos.

3. Peserta pemilihan umum tahun 2009 tidak perlu diverifikasi ulang untuk dapat mengikuti pemilu tahun 2014 sebagaimana partai politik baru. Sedangkan peserta pemilihan umum tahun 2014 partai politik yang tidak memenuhi parliamentary threshold (ambang batas) harus mengikuti verifikasi dengan syarat yang lebih berat.

4. Perhitungan suara pada tahun 2009 parliamentary threshold (ambang batas) hanya diberlakukan untuk DPR RI. Untuk DPRD tidak menggunakan parliamentary threshold (ambang batas). Sedangkan pada pemilu tahun 2014 parliamentary threshold (ambang batas) berlaku secara nasional untuk pemilu DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. 5. Pembentukan daerah pemilihan pada tahun 2009 jika ada sisa suara DPR

RI, diakumulasi ditingkat provinsi dari dapil masing-masing. Sedangkan pada tahun 2014 setelah dilihat partai politik memenuhi PT 3,5% dari suara sah nasional maka parpol diikutkan dalam perhitungan kursi dipusat dan daerah.

(23)

4

beberapa titik kritis yang potensial terjadi pelanggaran, titik kritis pelanggaran yaitu :

1. Pada saat pendaftaran pemilih

2. Pada saat pendaftaran calon peserta pemilu 3. Pada saat kampanye

4. Pada saat hari tenang

5. Pada saat pemungutan dan perhitungan suara

Pemilihan umum dari masa kemasa selalu memunculkan persoalan baru pada pelaksanaannya baik sisi peraturan perundang-undangan yang selalu berubah-ubah maupun persoalan terhadap integritas penyelenggara pemilu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya gugatan yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi, maupun pada masa akhir jabatan komisioner, selalu ada beberapa orang yang tersangkut masalah hukum. (http://www.lampost.co/berita/kpud-tekan-angka-golput, diakses pada 20 April 2014)

(24)

Pengawasan penyelenggaraan pemilu tersebut diberikan kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan jajaran dibawahnya yaitu Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu). Panwaslu adalah suatu kepanitiaan yang dibentuk berdasarkan undang-undang yang bersifat independen yang bertugas mengawasi tahapan-tahapan Pemilu. Pengawas pemilihan umum (Panwaslu) berkaitan dalam Pemilu untuk mengawasi jalannya tahapan-tahapan pemilu dari pemutakhiran data pemilih sampai dengan pengucapan sumpah janji Anggota DPR, DPD, dan DPRD agar proses pemilihan umum berjalan langsung umum bebas rahasia jujur dan adil.

(25)

6

peraga kampanye, Metro Barat 70 alat peraga kampanye dan Metro Selatan 23 alat peraga kampanye. (sumber: Panwaslu Kota Metro)

Hasil pengawasan dilapangan berupa pemasangan alat peraga yang tidak sesuai penempatannya sebanyak 587 APK (alat peraga kampanye). Panwaslu Kota Metro dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya melakukan pemanggilan terhadap peserta pemilu yang melanggar untuk melakukan penertiban sendiri, hanya saja setelah diberi waktu sesuai dengan kesepakatan ternyata masih banyak yang melanggar sehingga dibuat surat rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dan KPU Kota Metro untuk melakukan penertiban APK (alat peraga kampanye) bersama dengan tim gabungan yang dipimpin oleh Kasat POLPP. (sumber: Panwaslu Kota Metro)

Selain itu ditemukan pelanggaran lainnya seperti pemilih ganda juga mengakibatkan hasil yang tidak akurat sehingga pemilih fiktif terhitung di Daftar Pemilih Sementara dan DPT selalu bermasalah di tingkat PPS, PPK, Kota bahkan provinsi. Pemilih yang diragukan dan bisa jadi data tersebut ganda di dasari dengan perbedaan dengan jumlah pendudukyang berdasarkan dengan E-KTP dan DP4 yang berasal dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

(26)

pelanggaran administrasi tersebut panitia pengawas pemilihan kecamatan memberi peringatan pada peserta pemilu melalui teguran lisan dan merekomendasikan Pemkot setempat untuk menertibkannya. (sumber : Panwascam Metro Selatan Tahun 2009)

Selain itu Panwaslu juga menangani kasus yang di tindak lanjuti yaitu Supriadi Darma Caleg dari Partai Golkar Daerah Pemilihan III menggunakan Kendaraan Dinas saat Kampanye Terbuka melanggar Pasal 84 Huruf H, menggunakan Fasilitas Pemerintah di kenakan hukum oleh Pengadilan Negeri Kota Metro 3 bulan penjara dengan masa percobaan 6 bulan dan denda Rp 6.000.000. Yang bersangkutan menggunakan mobil dinas pada saat kampanye partai golkar di lapangan Rejomulyo Metro Selatan. ( sumber : Panwascam Metro Selatan Tahun 2009)

(27)

8

perhitungan suara di TPS maupun hasil rekapitulasi hasil perhitungan suara di setiap tingkatan. (sumber : http//www.Radar Lampung.com)

Panwaslu juga telah menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Caleg Partai Golkar yang telah melakukan politik uang saat perayaan Hut Golkar Metro. Caleg Partai Golkar membagi-bagikan uang, sembako, dan hadiah kepada masyarakat. Panwaslu langsung menindaklanjuti dengan memeriksa caleg yang terindikasi melakukan politik uang tersebut. Praktik bagi-bagi uang dan pembagian sembako menjadi satu bentuk politik uang yang dilarang. Dalam UU No 8 tahun 2012 tentang pemilihan umum DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Pelaku akan dipidana dan di lanjutkan ke Gakkumdu (Sentra Penegakan Hukum Terpadu) (sumber : Panwaslu Kota Metro Tahun 2009)

Berikut data mengenai Jenis Pelanggaran, Sanksi dan Tindakan Panwaslu terhadap pelanggaran pemilu :

Tabel 1. Data Pelanggaran Pemilu Legislatif Kota Metro

(28)

fasilitas pemerintah,

(29)

10

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki dalam penanganan pelanggaran yaitu kurangnya pemahaman tentang apa itu pelanggaran pidana pemilu diantara aparat yang menanganinya, yaitu pengawas pemilu, polisi dan kejaksaan, serta para hakim yang menyidangkan perkara. Maupun tiadanya limitasi waktu dalam penanganan kasus-kasus pelanggaran pemilu yang terjadwal ketat.

Sehingga pada pemilu 1999, pengawas pemilu melaporkan 236 kasus pelanggaran pidana ke kepolisian. Dari jumlah tersebut setelah diproses kepolisian dan kejaksaan hanya 24 kasus yang dilimpahkan ke pengadilan. Hingga tahapan pemilu 1999 selesai tidak ada satu pun perkara di pengadilan yang menghasilkan vonis berkekuatan hukum tetap. Baru 2 tahun kemudian, Mahkamah Agung memvonis 4 perkara pidana pemilu dan nasib 20 perkara pidana lainnya tidak jelas kepastiannya. Untuk pemilu legislatif 2004 terdapat 1.022 vonis dan ternyata pengawas pemilu telah menyerahkan ke kepolisian 2.413 kasus pemilu legislatif. Itu artinya kurang dari separuh kasus yang diserahkan pengawas kekepolisian yang berbuah vonis. Untuk pemilu legislatif 2009 terdapat 624 laporan kasus pelanggaran, yaitu pelanggaran administratif dan tindak pidana. Jumlah tindak pidana pemilu terbesar terjadi di Provinsi Lampung sebesar 15 kasus.

(http:/www.reformasihukum.org/EN/file/buku/PanduanPemantauanPenangan anPelanggaranPidanaPemilu 2009.pdf, diakses pada 8 Mei 2014)

(30)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah Efektifitas Pelaksanaan Fungsi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014?

D. Kegunaan Penelitian

Adanya hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat”

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan studi tentang ilmu pemerintahan khususnya studi tentang pemilu.

2. Secara Praktis

(31)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektifitas

1. Definisi Efektifitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektifitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna dan menunjang tujuan.

Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan didalam setiap organisasi kegiatan ataupun program. Bisa disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan bahwa “Efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya”.

(32)

dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendakinya. Dengan demikian efektifitasadalah ketercapaian tujuan yang diperoleh oleh seseorang sehinggaapa yang ingin mereka capai dalam suatu kegiatan yang mereka lakukan telah mampu mereka capai.

Menurut F. X Soedjadi dalam Teguh Prasetyo (2002:220) mengemukakan bahwa efektifitas adalah berhasil guna (effective), bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian efektifitas yang dimaksud adalah apakah mereka telah mampu melaksanakan kegiatan resmi sesuai dengan rencana yang mereka miliki.

Dari beberapa pendapat diatas mengenai efektifitas dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu kegiatan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Selain itu efektifitas dapat berarti suatu pendekatan yang digunakan untuk melihat tercapainya atau tidak tercapainya tujuan dalam rencana yang telah ditetapkan.

2. Indikator Pengukuran Efektifitas

(33)

14

yang efektif juga dapat menjadi perangsang yang baik karena tujuan mempermudah bagi anggota untuk menyempurnakan tujuan pribadinya dalam bekerja untuk organisasi.

Menurut Siagian (1986:33) mengemukakan bahwa ukuran untuk mengetahui efektifitas suatu organisasi mencakup tentang :

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai 2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

3. Proses analisa dan perumusan kebijaksanaan yang mantap 4. Perencanaan yang matang

5. Penyusunan program yang tepat

Menurut Effendy (1989: 14) menjelaskan indicator efektifitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Berkaitan dengan penjelasan indikator-indikator efektifitas diatas, maka tercapainya tujuan dan sasaran dapat mengetahui apakah pelaksanaan rencana dapat dikatakan efektif atau sebaliknya.;

3. Ukuran Efektifitas

(34)

tercapainya tujuan-tujuan organisasi sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan yang telah dijadwalkan.

Tingkat efektifitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil yang telah diwujudkan.Jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak dapat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang di harapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Menurut Emerson dalam Handayaningrat (1996:16), Efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan. Jadi apabila tujuan tersebut telah tercapai baru dapat dikatakan efektif. Sedangkan menurut Steers, Richarcd M (1985:206) mengatakan mengenai ukuran efektifitas sebagai berikut :

1. Kemampuan menyesuaikan diri

Kemampuan organisasi untuk mengubah prosedur standar organisasinya jika lingkungan berubah, untuk mencegah kekacauan terhadap rangsangan lingkungan.

2. Produktifitas

Kuantitas yang dihasilkan organisasi dapat diukur menurut 3 tingkatan, yaitu tingkatan individu, kelompok dan keseluruhan organisasi.

3. Kepuasan Kerja

(35)

16

4. Pencarian Sumber Daya

Kemampuan suatu organisasi untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai sub sistem memerlukan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

Berkaitan dengan pengertian efektivitas yang telah diuraikan diatas, maka efektifitas yang telah ditentukan dan direncanakan dapat berjalan dengan baik atau sebaliknya.

B. Pengawasan

1. Definisi Pengawasan

Kata “pengawasan” secara etimologi terdiri dari suku kata, yaitu “awas”

yang berarti hati-hati (untuk peringatan), dengan imbuhan “pe” dan “an” di

awal dan akhir suku kata sehingga membentuk kata “pengawasan” yang

dapat diartikan sebagai “penilikan dan penjagaan serta pengarahan

kebijakan”.Sedangkan secara terminologi, kata “pengawasan” ini dalam

determinan ilmu administrasi,tidak dapat dipisahkan dari kata

perencanaan, sehinggaSondang P. Siagian mendefinisikannya sebagai

“proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi

untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”.

Pengawasanmemiliki relevansi dengan fungsi-fungsi manajemen dalam

ilmu administrasi,sehinggadapat disimpulkan bahwa “tanpa rencana tidak

(36)

akan memberi peluang munculnya penyimpangan-penyimpangan tanpa

ada alat yang dapat dipergunakan untuk mencegahnya”.

Jika kata pemilu ini dikaitkan dengan kata “pengawasan” sebagaimana

telah didefinisikan sebelumnya akan membentuk frasa yang sangat fokus

dan signifikan, yaitu “penilikan, penjagaan dan pengarahan kebijakan

pelaksanaan pemilu” atau dapat diartikan pula “proses pengamatan

pelaksanaan seluruh kegiatan pemilu untuk menjamin agar semua

pekerjaan yang sedang dilakukan dalam pemilu berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan”.

Tidak dapat dihindari bahwa masing-masing fungsi pimpinan berhubungan erat satu sama lain. Bahwa sesungguhnya fungsi pimpinan yakni merencanakan, pengorganisasian, penyusunan, memberi perintah dan pengawasan adalah prosedur atau urutan pelaksanaan dalam merealisasi tujuan badan usaha. Walaupun terdapat kenyataan umumnyapara ahli menonjolkan hubungan erat antara perencanaan,memberi perintah dan pengawasan.

(37)

18

Mengingat hubungan-hubungan erat antara ketiga fungsi tersebut, maka ahli dalam memberi arti atau batasan dari pengawasan selalu menghubungkan fungsi-fungsi itu. George R. Terry mengemukakan pengawasan sebagai proses untuk mendeterminir apa yang akan dilaksanakan,mengevaluir pelaksanaan dan bilamana perlu menerapkan tindakan-tindakankorektif sedemikian rupa hingga pelaksanaan sesuai dengan rencana.

Menurut Sujamto (2001:19) bahwa pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Dan keempat rumusan definisi pengawasan tersebut di atas, dapat di ambil beberapa makna inti tentang pengawasan yakni bahwa :

1. Pengawasan merupakan proses kegiatan pengamatan terhadap seluruh kegiatan organisasi.

2. Melalui pengawasan, kegiatan-kegiatan di dalam organisasi akan dinilai apakah berjalan sesuai dengan rencana atau tidak.

3. Pengawasan adalah salah satu fungsi dan wewenang pimpinan pada berbagai tingkatan manajemen di dalam suatu organisasi.

(38)

Menurut Siagian (2006:107) bahwa Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Untuk itu pengawasan mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu ataupun waktu yang akan datang.

2. Prinsip-Prinsip Pengawasan

Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif maka perlu dipenuhi beberapa prinsip pengawasan.Dua prinsip pokoknya yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi-instruksi serta wewenang kepada bawahan.Rencana menjadi penunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan agar dapat diketahui bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Setelah kedua prinsip pokok diatas maka suatu sistem pengawasan haruslah mengandung prinsip-prinsip yaitu:

a. Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi

(39)

20

d. Dapat mereflektir pla organisasi e. Ekonomis

f. Dapat dimengerti

g. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif

3. Tujuan Pengawasan

Tujuan utama dari pengawasan yaitu mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu gar system pengawasan itu benar-benar efektif artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan setidak-tidaknya harus dapat dengan segera melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari rencana. Apa yang telah terjadi dapat disetir ke tujuan tertentu. Oleh karena itu suatu sistem pengawasan yang efektif harus dapat segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan sehingga berdasarkan penyimpangan-penyimpangan itu dapat diambil tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya agar pelaksanaan keseluruhan benar-benar dapat sesuai apa yang direncanakan sebelumnya.

4. Jenis-Jenis Pengawasan

Berbagai macam pendapat tentang jenis-jenis pengawasan.Terjadinya perbedaan-perbedaan pendapat tersebut, terutama karena perbedaan sudut pandang atau dasar perbedaan jenis-jenis pengawasan itu. Ada empat macam dasar penggolangan jenis pengawasan,yakni :

(40)

Berdasarkan pengawasan yang telah dilakukan, maka macam-macam pengawasan itu di bedakan atas pengawasan preventif dan pengawasan repressif. Dengan pengawasan preventif dimaksudkan pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya penyelewengan, kesalahan atau debiation. Jadi, diadakan tindakan pencegahan agar jangan terjadi kesalahan-kesalahan di kemudian hari. Dengan pengawasan repressif, dimaksudkan dengan kata lain diukur hasil-hasil yang dicapai dengan alat pengukur standar yang telah ditentukan terlebih dahulu.

b .Objek Pengawasan

Berdasarkan objek pengawasan, pengawasan dapat dibedakan atas pengawasan di bidang-bidang sebagai berikut dalam bidang produksi, maka pengawasan itu dapat ditujukan terhadap kuantitas hasil produksi ataupun terhadap kualitas. Pengawasan di bidang waktu bermaksud untuk menentukan apakah dalam menghasilkan sesuatu hasil produksi sesuai denganwaktu yang direncakan atau tidak. Akhirnya, pegawai di bidang manusia dengan kegiatan-kegiatannya bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan-kegiatan dijalankan sesuai dengan instruksi, rencana tata kerja atau manual.

c. Subjek Pengawasan

(41)

22

intern dimaksud pengawasan yang dilakukan oleh atasan dari petugas

bersangkutan.Oleh karena itu, pengawasan semacam ini disebut juga pengawasan vertikal atau formal. Disebutkan sebagai pengawasan formal karena yang melakukan pengawasan itu adalah orang-orang berwenang. Suatu pengawasan disebut pengawasan ekstern, bilamana orang-orang yang melakukan pengawasan itu adalah orang-orang di luar organisasi bersangkutan.Pengawasan jenis terakhir ini lazim pula disebut pengawasan social atau pengawasan informal.

5. Cara-cara Mengawasi

Supaya pengawasan yang dilakukan seorang atasan efektif, maka haruslah terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yang bersangkutan. Guna maksud pengawasan seperti ini ada beberapa cara untuk mengumpulkan fakta-fakta yaitu :

a. Peninjauan pribadi

(42)

bawahan yang mungkin terselip pada cara pengawasan dengan menerima laporan tertulis.

b. Pengawasan Melalui Laporan Lisan

Hampir mendekati cara pertama ialah pengawasan melalui oral report. Dengan cara ini, pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan. Wawancara yang diberikan ditujukan kepada orang-orang atau segolongan orang tertentu yang dapat memberi gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui, terutama tentang hasil sesungguhnya yang dicapai oleh bawahannya. Dengan cara ini kedua pihak aktif, bawahan memberikan laporan lisan tentang hasil pekerjaannya dan atasan dapat menanyakannya lebih lanjut untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukannya. Pengawasan dengan cara ini dapat mempercepat hubungan pejabat karena adanya kontak wawancara antara mereka.

c. Pengawasan Melalui Laporan Tertulis

(43)

24

semua kejadian dari aktivitas seluruhnya. Dengan laporan tertulis, sulit pimpinan menentukan mana yang berupa kenyataan dan apa yang berupa pendapat. Keuntungan laporan tertulis ialah dapat di ambil manfaatnya oleh banyak pihak, yakni oleh pimpinan guna pengawasan dan pihak lain, yaitu untuk penyusunan rencana berikutnya.

C. Pelanggaran

1. Definisi Pelanggaran

Pelanggaran Pemilu adalah suatu pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 yang dilakukan oleh Peserta Pemilu dan Pelaksana Pemilu.Peserta Pemilu untuk anggota DPR, DPRD Provinsi adalah Partai Politik sedangkan untuk anggota DPD adalah perseorangan.

Panwaslu Kabupaten/Kota mempunyai tenggang waktu paling lama 5 hari untuk mempelajari serta melanjutkan laporan dari warga negara yang mempunyai hak pilih serta Pemantau Pemilu dan Peserta Pemilu apakah laporan atau temuan tersebut merupakan pelanggaran pidana atau pelanggaran administrasi pemilu.

2. Pelanggaran Administrasi

(44)

peserta pemilu dari parpol ataupun perseorangan, tidak lengkapnya persyaratan sebagai caleg sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang 10 Tahun 2008.

3. Pelanggaran Pidana

Tindak Pidana Pemilu Pasal 252 UU No 10 Tahun 2008 tentang Pemilu mengatur tentang tindak pidana pemilu sebagai pelanggaran pemilu yang mengandung unsur pidana.Pelanggaran ini merupakan tindakan yang dalam UU Pemilu diancam dengan sanksi pidana. Sebagai contoh tindak pidana pemilu antara lain adalah sengaja menghilangkan hak pilih orang lain, menghalangi orang lain memberikan hak suara dan merubah hasil suara. Seperti tindak pidana pada umumnya, maka proses penyelesaian tindak pidana pemilu dilakukan oleh lembaga penegak hukum yang ada yaitu kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.

D. Pemilu Legislatif

1. Definisi Pemilu

(45)

26

Pemilihan umum perlu diselenggarakan secara lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat seluas-luasnya dan dilaksanakan berdasarkan asas langsung umum bebas rahasia jujur dan adil.Pemilu untuk memilih anggota lembaga perwakilan harus mampu menjamin prinsip keterwakilan, akuntabilitas, dan legitimasi.

Menurut Rudy (2007:87) pemilihan umum adalah sesuatu hal yang penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilihan umum adalah pengejawantahan sistem demokrasi.Melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan dalam struktur pemerintahan.

Menurut Haryanto (1998:82) :

“ Pemilihan umum adalah sarana demokrasi yang penting. Hal itu merupakan perwujudan nyata keikutsertaan rakyat dalam kehidupan kenegaraan.Dengan melakukan pemilihan terhadap wakil-wakilnya secara bebas, maka berarti bahwa rakyat sudah ikut terlibat dalam kehidupan kenegaraan secara tidak langsung.”

(46)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pemilu adalah partisipasi warga negara yang dilaksanakan dengan prinsip kebebasan untuk memilih para wakilnya yang akan bertindak sebagai penyelenggara negara, sebagai cerminan kehidupan demokrasi.

2. Fungsi Pemilu

Menurut Hikam (2002: 41) ada empat fungsi terpenting pemilu, yaitu sebagai berikut :

a. Legitimasi politik

Melalui pemilu, legimitasi pemerintah atau pengusaha dikukuhkan karena pemerintah terpilih hakikatnya adalah pilihan rakyat terbanyak yang memiliki kedaulatan. Dalam hal ini, kebijaksanaan yang dibuat pemerintah selaku decision maker akan memperoleh dukungan atau sangsi yang kuat, karena keduanya berlandaskan sepenuhnya pada aspirasi rakyat bukan pemaksaan.

b. Terciptanya perwakilan politik

Seleksi kepemimpinan dan perwakilan dapat dilakukan secara lebih fair karena keterlibatan warga negara.Praktek demokrasi modern, yaitu melalui perwakilan dapat dilakukan sepenuhnya.

c. Sirkulasi elit politik

(47)

28

menentukan siapa yang masih dianggap memenuhi syarat sebagai elit politik dan siapa yang tidak. Secara tidak langsung ini pula menggambarkan bahwa Pemilu memiliki fungsi control warga negara terhadap pemerintahnya.

d. Pendidikan politik

Pemilu berfungsi sebagai alat untuk melakukan pendidikan politik bagi warga negara agar dapat memahami hak dan kewajiban politiknya. Dengan keterlibatan dalam proses pelaksanaan pemilu, diharapkan warga negara akan mendapat pelajaran langsung tentang bagaimana selayaknya warga negara berkiprah dalam sistem demokrasi. Sehingga pada tataran selanjutnya akan mengakar pemahaman bahwa warga negara adalah pemegang kedaulatan tertinggi dan sangat menentukan gerak serta perjalanan bangsa dan negara.

3. Pemilu Legislatif

(48)

Peserta pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota adalah partai politik sedangkan peserta pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan.Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon terbuka.Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu dan calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan program-programnya.

Kampanye merupakan salah satu rangkaian kegiatan pemilu.Pada dasarnya kampanye pemilu merupakan aktivitas sosialisasi politik. Menurut Miriam Budiardjo (2000:115), sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai politik ke dalam suatu masyarakat.

E. Kewenangan

1. Definisi Kewenangan

(49)

30

Soerjono Soekanto (1990:281) bila orang-orang membicarakan tentang wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.

Wewenang adalah kekuasaan yang terdapat pada seseorang karena mendapat pengakuan atau dukungan dari masyarakat. Kewenangan menimbulkan hak-hak tertentu pada penguasa yang memungkinkan seseorang melakukan suatu kebijakan.

Sifat dari kewenangan adalah top-down, dari penguasa ke rakyat.Wewenang timbul, karena dukungan dari rakyat tersebut memberikan semacam hak bagi penguasa untukmelakukan kebijakan berkaitan dengan tugasnya.Hubungan timbal-balik tersebut timbul karena adanya suatu kesepahaman antara yang memimpin dan dipimpin.

Kekuasaan dalam arti kewenangan diartikan bahwa pemegang kekuasaan memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan cita-cita dan keyakinan sebagian besar masyarakatnya. Kewenangan ini tidak sama pada setiap pemegang kekuasaan.

(50)

pemerintahan yang lain. Pada mandat tidak terjadi pelimpahan apapun dalam arti pemberian wewenang, akan tetapi yang diberi mandat bertindak atas nama pemberi mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat yang diberi mandat menunjuk pejabat lain untuk bertindak atas nama mandator (pemberi mandat).

Berbagai pengertian kewenangan sebagaimana tersebut di atas, penulis berkesimpulan bahwa kewenangan memiliki pengertian yang berbeda dengan wewenang. Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang, sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa (subyek hukum) yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia berwenang untuk melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.

2. Sifat-Sifat Kewenangan

1. Selalu terikat pada masa tertentu

2. Selalu tunduk pada batas-batas yang ditentukan

3. Pelaksanaan kewenangan pemerintah terikat pada peraturan tertulis dan tidak tertulis

3. Sumber Kewenangan

Menurut Brouwer dalam Schilder (1998: 16-17), mengatakan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan sumber kewenangan meliputi :

(51)

32

Kewenangan yang berasal dari adanya penyerahan atau pemberian suatu kewenangan yang baru oleh suatu ketentuan peraturan perundang-undangan.Kewenangan ini adalah asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya.Badan legislatif menciptakan kewenangan mandiri dan bukan perluasan kewenangan sebelumnya dan memberikan kepada organ yang berkompeten.

2. Delegasi

Merupakan kewenangan yang bersumber dari pelimpahan wewenang dari suatu organ pemerintah kepada organ pemerintah yang lain berdasarkan undang-undang yang berlaku. Pada kewenangan delegasi yang mempunyai tanggung jawab adalah pejabat yang menerima limpahan wewenang.

3. Mandat

Kewenangan yang bersumber dari proses pelimpahan dari pejabat yang lebih tinggi kepada pejabat yang lebih rendah. Pada mandat secara yuridis tanggung jawab tetap berada pada pejabat yang member mandat.Pada setiap saat si pemberi mandat dapat menggunakan sendiri kewenangan yang sudah diamanatkan.

4. Kewenangan Berdasarkan Undang-Undang

(52)

pengawasan pemilu ada pembagian tugas pengawasan pemilu yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

(a) Bawaslu melakukan pengawasan terhadap seluruh tahapan penyelenggaraan pemilu

(b) Panwaslu Provinsi mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu di wilayah provinsi

(c) Panwaslu Kabupaten/Kota mengawasi penyelenggaraan pemilu di wilayah Kabupaten/Kota

(d) Panwaslu Kecamatan mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu di wilayah Kecamatan

(e) Pengawas Pemilu Lapangan mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu ditingkat Desa/Kelurahan

(f) Pengawas Pemilu Luar Negeri mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu di Luar Negeri

Adapun tugas dan wewenang Pengawas Pemilu sebagai berikut :

(1) Mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu

(2) Menerima laporan dugaan pelanggaran perundang-undangan pemilu (3) Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU/KPU Provinsi/KPU

Kabupaten/Kota atau kepolisian atau instansi lainnya untuk ditindaklanjuti

(4) Mengawasi tindak lanjut rekomendasi

(53)

34

(a) Tugas dan wewenang lain ditetapkan oleh undang-undang (untuk Bawaslu, Panwaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/Kota

(b) Melaksanakan tugas lain dari Panwaslu Kecamatan (untuk Pengawas Pemilu Lapangan), dan

(c)Melaksanakan tugas lain dari Bawaslu (untuk Pengawas Pemilu Luar Negeri)

Dalam melaksanakan tugas, Bawaslu, Panwaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota berwenang :

(a) Memberikan rekomendasi kepada KPU untuk menonaktifkan sementara dan mengenakan sanksi administrative atas pelanggaran (b) Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan

laporan terhadap tindakan yang mengandung unsur tindak pidana pemilu

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Pengawas Pemilu berkewajiban sebagai berikut :

(1) Bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Pengawas Pemilu disemua tingkatan

(2) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua tingkatan Bawaslu

(54)

(4) Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai pemilu. Pengawas Pemilu disemua tingkatan (5) Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden, DPR dan

KPU sesuai dengan tahapan secara periodik dan berdasarkan kebutuhan. Bawaslu

(6) Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu sesuai dengan tahapan pemilu secara periodik dan berdasarkan kebutuhan Panwaslu Provinsi

(7) Menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU Provinsi yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan pemilu ditingkat Provinsi. Panwaslu Provinsi

(8)Menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwaslu Provinsi berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan pemilu ditingkat Kabupaten/Kota. Panwaslu Kabupaten/Kota

(9) Menyampaikan laporan kepada Panwaslu Kabupaten/Kota berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan pemilu ditingkat Kecamatan. Panwaslu Kecamatan

(55)

36

dilakukan oleh PPK yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan pemilu ditingkat kecamatan. Panwaslu Kecamatan

(11)Menyampaikan laporan kepada Panwaslu Kecamatan berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan pemilu ditingkat Kecamatan. Pengawas Pemilu Lapangan

(12) Menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwaslu Kecamatan berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPS dan KPPS yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan pemilu ditingkat Desa/Kelurahan. Pengawas Pemilu Lapangan

Sumber : Buku Pedoman Pengawasan Pemilu 2009-Bawaslu

F. Kerangka Pikir

Pemilihan umum (Pemilu) merupakan agenda politik untuk menentukan format dan arah masa depan demokratisasi Indonesia, melalui mekanisme keikutsertaan warga negara secara langsung dalam kancah politik praktis dalam mengartikulasi aspirasi dan kepentingan mereka. Pemilu adalah wujud nyata keterlibatan warga dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, yaitu memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif.

(56)

yang mempunyai hak pilih, pemantau pemilu, dan peserta pemilu kepada pengawas pemilu tentang dugaan terjadinya pelanggaran pemilu.

Bawaslu, Panwaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan dan Pengawas Pemilu Luar Negeri menerima laporan pelanggaran pemilu pada setiap tahapan penyelenggaraan pemilu.

Penanganan pelanggaran secara jujur dan adil merupakan bukti adanya perlindungan kedaulatan rakyat dari tindakan-tindakan yang dapat mencederai proses dan hasil pemilu. Kewajiban bagi pengawas, penyelenggara dan aparat penegak hukum untuk memastikan bahwa semua pelanggaran pemilu yang terjadi dapat diselesaikan secara adil dan konsisten.

(57)

38

Bagan Kerangka Pikir

Pelanggaran Pemilu Pemilu

Efektivitas

Pencapaian Tujuan Kewenangan Panwaslu

(58)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian sebagai salah satu cara untuk memecahkan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi, memegang peran penting dalam penelitian ilmiah. Selain memaparkan garis-garis yang cermat, juga akan menentukan harga ilmiah suatu penelitian. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang menentukan tujuan untuk menentukan tingkat pengaruh variable-variabel dalam suatu populasi.

(59)

40

B. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2005: 93), masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus penelitian. Fokus penelitian untuk membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan tidak relevan. Fokus penelitian memiliki batasan dalam studi dan dalam pengumpulan data sehingga peneliti akan lebih fokus memahami masalah yang menjadi tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menentukan fokus penelitian pada Pelaksanaan Fungsi Pengawas Pemilihan Umum Kota Metro Terhadap Pelanggaran Pemilu Legislatif Tahun 2014. Fokus penelitian diuraikan dalam beberapa aspek sebagai berikut :

1. Pelanggaran Pemilu Legislatif

2. Efektifitas Pelaksanaan Pemilu Legislatif 3. Tindak Lanjut Pelanggaran

C. Informan Penelitian

(60)

Dalam penelitian ini informan penelitian ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Informan merupakan subyek telah lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti dan ini biasanya ditandai dengan kemampuan memberikan informasi mengenai sesuatu yang ditanya peneliti.

2. Informan merupakan subyek yang masih terikat secara penuh aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti. 3. Informan merupakan subyek yang mempunyai waktu dan kesempatan

untuk dimintai informasi

4. Informasi merupakan subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu

Berdasarkan ketentuan tersebut maka informan penelitian adalah sebagai berikut :

Informan pada penelitian ini adalah : 1. Ketua PanwasluKota Metro 2. Ketua KPU Kota Metro 3. Gakkumdu Kota Metro 4. Pelaku Pelanggaran 5. LSM Kota Metro

(61)

42

D. Jenis Data

Menurut Moleong (2005 : 116), jenis data penelitian kualitatif terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian atau lokasi penelitian, yaitu Kantor Panwaslu Kota Metro

2. Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, atau literatur lain, yaitu sumber dokumentasi dari Kantor Panwaslu Kota Metro

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Moleong (2005:126), teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif meliputi :

1. Wawancara, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data melalui percakapan langsung dengan para informan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dengan menggunakan pedoman wawancara.

2. Kegiatan wawancara dilaksanakan dengan terlebih dahulu menyampaikan surat izin penelitian, mengkonfirmasi kesediaan informan untuk memberikan informasi dan melakukan wawancara. Tahapan selanjutnya adalah melakukan tanya jawab secara langsung kepada para informan dari Panwaslu Kota Metro.

(62)

4. Pengambilan data yang diperoleh berdasarkan informasi-informasi dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk mendukung keterangan maupun fakta yang berhubungan dengan obyek penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Tahapan ini dilakukan dengan mengedit data dan memeriksa kembali data yang telah diperoleh pada pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi sesuai dengan hasil penelitian.

2. Interpretasi

Data yang telah dideskripsikan baik melalui narasi maupun tabel, selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.

G. Teknik Analisis Data

(63)

44

Menurut Moleong (2005:166), teknik analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan dituangkan ke dalam bentuk laporan selanjutnya direduksi, dirangkum, difokuskan pada hal-hal penting. Dicari tema dan polanya disusun secara sistematis. Kegiatan yang dilakukan pada tahap reduksi data adalah memilih dan merangkum data dari hasil wawancara dan dokumentasi yang sesuai dengan fokus penelitian ini.

2. Penyajian Data (Display Data)

Untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan membuat bermacam matriks, grafik, jaringan dan bagian atau bisa pula dalam bentuk naratif saja. Kegiatan yang dilakukan pada tahap display data adalah menyajikan data secara naratif, yaitu menceritakan hasil wawancara kedalam bentuk kalimat.

3. Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi Data

(64)

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panwaslu

1. Sejarah Singkat Panwaslu

Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi. Salah satu ciri penting suatu negara demokrasi adalah diselenggarakannya pemilihan umum yang kompetitif secara berkala. Penyelenggaraan pemilihan umum pada akhirnya akan ikut menyumbang proses pembangunan bangsa yang adil dan demokratis. Melalui penyelenggaraan pemilihan umum, rakyat secara langsung dan nyata terlibat dalam proses pembuatan keputusan politik yang menggunakan hak dan kewajiban politiknya sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

(65)

46

Pemilihan umum yang disingkat dengan Pemilu merupakan wadah penyaluran aspirasi masyarakat dalam rangka keberlangsungan berbangsa dan bernegara. Panitia Pengawas Pemilihan Umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 15 tahun 2011 berdasarkan kewenangannya akan bekerja dengan maksimal agar pemilihan umum berjalan secara luber dan jurdil dan sesuai azas-azas pemilu.

Menurut undang-undang pemilu, panwas pemilu sebenarnya adalah nama lembaga pengawas pemilu tingkat nasional atau pusat. Sedangkan di provinsi disebut Panwas Pemilu Provinsi, di Kabupaten/Kota disebut Panwas Pemilu Kabupaten/Kota, dan di kecamatan disebut Panwas Pemilu Kecamatan. Pengawas Pemilu adalah lembaga adhoc yang dibentuk sebelum tahapan pertama pemilu (pendaftaran pemilih) dimulai dan dibubarkan setelah calon yang terpilih dalam pemilu dilantik. Pengawas Pemilu dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan tahapan pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi dan pelanggaran pidana pemilu.

(66)

Kota Metro adalah secara geografis tidak memiliki daerah rawan karena dari infrastruktur jalan dan transportasinya sangat mendukung. Untuk pelaksanaan dan persiapan tahapan pemilu di Kota Metro berjalan sesuai aturan walaupun masih terdapat hal-hal yang belum sepenuhnya atau 100% hal ini didukung oleh SDM masyarakatnya yang diatas rata-rata dibandingkan dengan daerah lain khususnya di Lampung karena Kota Metro hanya terdiri dari 5 kecamatan dan 22 kelurahan jumlah penduduk kurang lebih 160.000 dengan jumlah mata pilih 109.130 jumlah kursi di DPRD 25 kursi Jumlah TPS 255 jumlah calon anggota Legislatif 252. Sehingga secara umum berdasarkan analisis dan prediksi Panwas tidak ada titik rawan dalam pendistribusian logistik.

(67)

48

2. Visi dan Misi Panwaslu

Visi

Tegaknya integritas penyelenggara, penyelenggaraan, dan hasil pemilu melalui pengawasan pemilu yang berintegritas dan berkredibilitas untuk mewujudkan pemilu yang demokratis.

Misi

1. Memastikan penyelenggaraan pemilu untuk taat asas dan taat peraturan.

2. Memastikan Bawaslu memiliki integritas dan kredibilitas.

3. Memastikan Bawaslu mampu mengawal integritas dan kredibilitas dalan penegakan hukum pemilu.

4. Memastikan Bawaslu mampu meningkatkan kapasitas kelembagaan

dalam pengawasan penyelenggaraan pemilu guna pencegahan dan penindakan pelanggaran.

5. Memastikan terciptanya pengawasan partisipatif berbasis masyarakat sipil.

3. Tujuan Panwaslu

(68)

serta dilaksanakannya peraturan perundang-undangan mengenai pemilu secara menyeluruh.

4. Tugas dan Wewenang Panwaslu

Dalam pelaksanaan pengawasan pemilihan umum sebagaimana diatur dalam Undang-undang 15 Tahun 2011 tentang penyelenggara pemilihan umum pasal 77 Ayat 1 disebutkan bahwa :

Tugas dan Wewenang Panwaslu :

a. Mengawasi tahapan penyelenggaraan pemilu di wilayah kabupaten/kota yang meliputi :

1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetepan daftar pemilih sementera dan daftar pemilih tetap.

2. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan dan tata cara pencalonan anggota DPRD Kabupaten/Kota dan pencalonan Bupati/Walikota.

3. Proses penetapan calon anggota DPRD Kabupaten/Kota dan calon Bupati/Walikota.

4. Penetapan Calon Bupati/Walikota. 5. Pelaksanaan kampanye

6. Pengadaan logistik pemilu dan pendistribusiannya 7. Pelaksanaan pemungutan suara dan perhitungan suara 8. Mengendalikan seluruh proses perhitungan suara

(69)

50

10. Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dari seluruh kecamatan

11. Pelaksanaan perhitungan dan pemungutan suara ulang pemilu lanjutan dan pemilu susulan

12. Proses hasil penetapan hasil pemilu anggota DPRD Kabupaten/Kota dan pemilihan Bupati/Walikota

b. Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai pemilu.

c. Menyelesaikan temuan dan laporan sengketa penyelenggaraan pemilu yang tidak mengandung unsur tindak pidana .

d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk di tindak lanjuti.

e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang.

f. Menyampaikan laporan kepada Bawaslu sebagai dasar untuk mengeluarkan rekomendasi Bawaslu yang berkaitan dengan adanya dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilu oleh penyelenggara pemilu di tingkat Kabupaten/Kota.

(70)

h. Mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan pemilu

i. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

5. Identitas Informan

Informan dalam penelitian ini terdiri dari 4 informan yaitu : 1. Ketua Panwaslu

Nama : Giyono, S.ag

Umur : 44

Pendidikan : S1

Alamat : Ganjar Asri 2. Ketua KPU

Nama : Rahmatul Ummah Spd

Umur : 37

Pendidikan : S1

Alamat : Jln. Teri No 2 Sidomulyo 3. Gakkumdu

Nama : Lilik Irawadi

Umur : 44

Pendidikan : S1

(71)

52

4. LSM

Nama : Anton

Umur : 50

Pendidikan : S1

(72)

53

STRUKTUR ORGANISASI PANWASLU KOTA METRO

(73)

94

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di lakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pelanggaran pemilu pada pemilu legislatif di Kota Metro tahun 2014 dapat diselesaikan oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum sesuai dengan ketentuan per Undang-undang.

2. Pelaksanaan pengawasan oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum di Kota Metro tahun 2014 berjalan sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Hal tersebut terlihat pada pelaksanaan pemilu di Kota Metro berjalan lancar.

(74)

B. SARAN

Saran yang disampaikan oleh peneliti adalah :

1. Perlunya di bangun kesadaran, partisipasi dan kepedulian seluruh masyarakat serta penyelenggara dan peserta pemilu akan pentingnya pemilihan umum yang berjalan dengan baik, dengan di adakannya sosialisasi dan edukasi secara berkesinambungan tentang pemilihan umum.

2. Untuk lebih menjamin kelancaran jalannya pemilu perlu adanya sanksi tegas bagi peserta pemilu yang tidak tepat waktu dalam memenuhi pelaksanaan tahapan pemilu.

3. Hendaknya antara penyelenggara dan peserta pemilu dapat berjalan sinergi dan saling koordinasi, hal ini agar tidak terjadinya pelanggaran dan dalam rangka pencegahan.

(75)

DAFTAR PUSTAKA

Almond, Gabriel A. dan Verba, Sidney. 1990. Budaya Politik, Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara. Bina Aksara. Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Haryanto. 1998. Partai Advokat. Wacana Keberpihakan dan Gerakan. Klik Jogjakarta.

Hikam, Muhammad A.S. 2002. Politik Kewenegaraan, Landasan Redemokratisasi di Indonesia. Penerbit Bentara Jakarta.

Manullang M. 2012. Dasar-Dasar Manajemen. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda Karya Bandung. Bandung

Sardini, Nur Hidayat. 2009. Pedoman Pengawasan Pemilu 2009. Bawaslu RI. Jakarta

Santoso, Topo. 2006. Tindak Pidana Pemilu. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta Siagian, Sondang P. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta.

Jakarata

Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Karsa. Jakarta

Terry, George R. 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen. Bumi Karsa. Jakarta

Media

http://www.slideshare.net/septianraha/54689510-pengertianpengawasan

(76)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31378/3/Chapter%20II.pdf http://panwaslubatola.16mb.com/tugas-dan-wewenang-panwaslu/

http://panwascamlawang.wordpress.com/2013/04/03/fungsi-dan-peran-panwaslu- dalam-sistem-pemilihan-umum-di-indonesia-kajian-dari-aspek-yuridis-oleh-j-tjiptabudy/

(http:/www.reformasihukum.org/EN/file/buku/Panduan Pemantauan Penanganan Pelanggaran Pidana Pemilu 2009.pdf, diakses pada 8 Mei 2014

http://www.reformasihukum.org/EN/file/buku/Panduan%20Pemantauan%20Pena nganan%20Pelanggara%20Pidana%20Pemilu%202009.pdf

http://www.rumahpemilu.com/public/doc/2012_08_30_11_53_41_Jurnal%20Pem ilu%20&%20Demokrasi%2003%20Dana%20Kampanye%20Pengaturan%2 0Tanpa%20Makna.pdf

http://nasional.kompas.com/read/2012/08/29/20210076/MK.Semua.Parpol.Harus. Verifikasi.untuk.Pemilu.2014.

http://www.tribunnews.com/nasional/2013/02/20/syarat-calon-anggota-dpd-2014-tidak-berbeda-dengan-pemilu-2009

Gambar

Tabel 1. Data Pelanggaran Pemilu Legislatif Kota Metro

Referensi

Dokumen terkait

- Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya hal-hal materi yang belum jelas tentang terjadinya hujan, angin, panas matahari, dan gelombang air laut.. - Guru bersama

Bagi pembaca adalah dapat dijadikan acuan atau referensi untuk melakukan penelitian di masa yang akan datang pada bidang analisis finansial peternakan ayam broiler organik

Di Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, dan Tanjung Jabung Timur terdapat permasalahan penyusunan perangkat pembelajaran yang belum sesuai dengan kondisi

Skripsi ini berjudul Isolasi dan Seleksi Mikrob Tanah yang Menguntungkan serta Pengaruhnya terhadap Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans Poir). Penulis menyadari dalam

● Kantin dengan ruang tertutup harus mempunyai bangunan tetap dengan persyaratan tertentu, sedangkan kantin dengan ruang terbuka (koridor atau halaman) harus mempunyai tempat

C) umur air tanah di ke empat pulau tersebut secara umum berada pada kisaran 20.000 tahun yang memberikan indikasi bahwa ketersedian air tanah dalam masih cukup, sedangkan

Dapat disimpulkan bahwa kompensasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan property, real estate, dan building construction yang terdaftar di

Saya menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna baik isi maupun bahasanya, namun demikian saya berharap bahwa tulisan ini dapat menambah perbendaharaan bacaan