• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLIKASI KEMASAN DAN FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF (Studi pada Mainan Anak-Anak di Kota Metro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLIKASI KEMASAN DAN FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF (Studi pada Mainan Anak-Anak di Kota Metro)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

IMPLICATIONS OF PACKAGING AND ENVIRONMENTAL FACTORS ON THE IMPULSE BUYING BEHAVIOR

(Study In Consumer Toys Kids In Metro City )

by

Agnes Swasti Gita

This research aims to analyze the influence of packaging and store environmental factors on consumer’s impulse buying behavior in the kid's toy store in Metro City . An associative type research is used in this research. To take a sample, we used accidental sampling technique. This research used 97 correspondences as the sample and used Multiple Linear Regression in analyzing the data. Hypothesis testing using the R, F and t test. The findings suggest that as simultaneous, packaging and store environmental factors significantly influence on impulse buying behavior. As partial, packaging and store environmental factors significantly influence on impulse buying behavior.

We suggest that the kid’s toy store should give more attention of how to make the marketing situation like, give a music, manage the display of toy, supply with various kinds of toys, and make a pleasant situation according to kid’s life when consumer in the store.

(2)

ABSTRAK

IMPLIKASI KEMASAN DAN FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF

(Studi Pada Konsumen Mainan Anak-anak di Kota Metro)

Oleh

Agnes Swasti Gita

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel kemasan dan faktor-faktor lingkungan toko terhadap perilaku pembelian impulsif di toko mainan di Kota Metro. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah aksidental sampling. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 97 responden dan menggunakan analisis data Regresi Linier Berganda. Pengujian hipotesis menggunakan uji R, uji F, dan uji t. Penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan, kemasan dan faktor-faktor lingkungan toko berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif. Secara parsial, kemasan dan faktor-faktor lingkungan toko berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.

Saran dari penelitian ini yaitu toko mainan anak-anak seharusnya lebih memperhatikan bagaimana menciptakan suasana pemasaran, seperti menyediakan alunan musik, mengatur tata letak mainan, melengkapi dengan berbagai jenis mainan, dan menciptakan suasana menyenangkan sesuai dengan dunia anak-anak saat konsumen berada didalam toko.

(3)
(4)

IMPLIKASI KEMASAN DAN FAKTOR-FAKTOR

LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN

IMPULSIF

(Studi Pada Konsumen Mainan Anak-Anak Di Kota Metro)

(Skripsi)

Oleh

Agnes Swasti Gita Puspayani

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Perilaku Konsumen ... 10

2.2 Model Penelitian ... 21

4.1 Hasil Uji Normalitas ... 73

4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 74

(6)

DAFTAR ISI

2.6 Hubungan Kemasan dengan Perilaku Pembelian Impulsif ... 29

2.7 Hubungan Faktor-faktor Lingkungan Toko dengan Perilaku Pembelian Impulsif... 29

(7)

B. Uji Heterokedastisitas ... 44

4.3.1 Pengaruh Kemasan Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif ... 82

(8)

DAFTAR TABEL

3.5 Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 47

4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 52

4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 52

4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan ... 53

4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Frekuensi Belanja Mainan Per Bulan ... 54

4.5 Gambaran Umum Informan Berdasarkan Jenis Kelamin .... 54

4.6 Gambaran Umum Informan Berdasarkan Umur ... 55

4.7 Gambaran Umum Informan Berdasarkan Uang Saku Per Bulan... 55

4.8 Gambaran Umum Informan Berdasarkan Frekuensi Belanja Mainan Per Bulan ... 56

4.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Warna Kemasan Menarik ... 57

4.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Warna Kemasan Ceria ... 58

4.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Gambar Latar Belakang Mainan Anak-anak Menarik ... 58

4.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Gambar Latar Belakang Mainan Anak-anak Sesuai dengan Usia Anak .... 59

4.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Bahan Kemasan Aman Untuk Anak-anak ... 59

4.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Gaya Tulisan Kemasan Menarik ... 60

4.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Gaya Tulisan Kemasan Jelas ... 60

4.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Bentuk Kemasan Kreatif ... 61

4.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Bentuk Kemasan Menarik ... 61

(9)

4.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Informasi pada

Label Kemasan Mudah Dibaca ... 62

4.20 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Inovasi Kemasan Kreatif ... 63

4.21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keleluasaan Untuk Memilih-milih Mainan Anak-anak ... 63

4.22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tata Ruang Toko Menarik ... 64

4.23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tata Ruang Toko Rapih ... 64

4.24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Suasana Toko Nyaman ... 65

4.25 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Desain Ruangan Toko Unik ... 65

4.26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adanya Pengunjung Lain yang Berada dalam Toko ... 66

4.27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pernyataan Saat Suasana Toko Padat Dengan Pengunjung... 66

4.28 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Ketika Saya Melihat-lihat Display Toko Mainan Anak-anak, Saya Membeli Secara Spontan ... 67

4.29 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Saya Membeli Mainan Anak-anak dengan Tidak Merencanakan Sebelumnya ... 67

4.30 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Saya Merasa Gembira Sewaktu Berbelanja Mainan untuk Anak ... 68

4.31 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Saya Merasa Antusias Sewaktu Berbelanja Mainan untuk Anak ... 68

4.32 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Saya Merasa Bangga Sewaktu Berbelanja Mainan untuk Anak ... 69

4.33 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Saya Merasa Bersemangat Sewaktu Berbelanja Mainan untuk Anak ... 69

4.34 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Saya Merasa Tertekan Sewaktu Berbelanja Mainan untuk Anak ... 70

(10)
(11)
(12)
(13)

MOTO

Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh

tubuhmu

Matius 6:22

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan

mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu

Matius 7:7

Saat satu langkah kaki memijak batu harapan, kaki yang lain

menyandingi dengan kesabaran, saat seribu langkah memampukan

perjalanan, seribu kebahagiaan mengiringi tujuan

(14)

Skripsi ini untukmu

Ibunda Tersayang dan Ayah Tercinta yang selalu menyebut

u

Dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan motivasi

u

u

Sahabat-sahabat terbaik-ku

Seluruh dosen yang telah berjasaa dalam membimbing,

mengajar dan mengarahkan serta memberikan ilmu untuk

bekalku di masa depan

Almamater tercinta, Universitas Lampung

Serta

(15)

RIWAYAT HIDUP

Agnes Swasti Gita Puspayani dilahirkan di Kota Metro pada tanggal

15 Desember 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dan anak dari pasangan Bapak Yohanes Sugito (Alm) dan Ibu Vincentia Tuti Yani. Jenjang pendidikan awal yang ditempuh penulis adalah TK Xaverius Kota Metro yang telah diselesaikan pada tahun 1999, kemudian kembali melanjutkan pendidikan di SD Xaverius Kota Metro yang diselesaikan pada tahun 2005. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMP Xaverius Kota Metro yang diselesaikan pada tahun 2008. Pendidikan dilanjutkan ke SMA Negeri 1 Kota Metro yang diselesaikan pada tahun 2011.

(16)

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “IMPLIKASI KEMASAN DAN FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA KONSUMEN MAINAN ANAK-ANAK DI

KOTA METRO” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Universitas Lampung. Dalam proses pembuatan skripsi ini sudah banyak bantuan yang penulis dapatkan baik berupa do’a, dukungan, saran, bimbingan dan dorongan semangat dari berbagai pihak yang tiada habisnya. Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.AB. selaku Ketua Jurusan Administrasi Bisnis. 3. Bapak Drs. A. Effendi., M.M selaku Pembimbing Akademik.

(17)

5. Bapak Ahmad Rifa’i S.Sos., M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, masukan dan kritik yang membangun untuk hasil skripsi yang lebih baik dan motivasi yang bermanfaat. Penulis ucapkan permohonan maaf untuk setiap salah dan khilaf penulis selama ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Administrasi Bisnis yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

7. Ibu Mertayana selaku Staff Jurusan Administrasi Bisnis yang selama ini telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada penulis. 8. Kedua orangtua, Ayah Yohanes Sugito (Alm), dan khususnya Ibunda tercinta

Ibu Vincentia Tuti Yani serta kedua kakak tersayangku, Benediktus Banu Ardi Laksana S.T dan Ignatius Brian Fabianto terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, dan pengorbanan yang tidak berkesudahan serta setiap do’a yang terpanjatkan penuh harapan hingga detik ini. Kita adalah keluarga besar dengan semangat dan jiwa yang besar.

9. Perempuan-perempuan baik, sabar, murah hati yang dihadirkan sebagai sahabat penuh sukacita dalam setiap hari-hariku, Ega Sabrina Loventia, Herdiyani, dan Yornelis Dwi Setia Riyanti. Terimakasih ku ucapkan atas segala apa yang boleh aku dapatkan dan rasakan dalam setiap sukacita dan dukacita yang terjadi dalam hidup kita. Mohon maaf atas segala hal yang kurang berkenan bagi kalian. Biasa, namanya juga sahabat.

(18)

Viviantara Haidir, Nia Veronika. We are not sarcastic, we are best friend, we are just hilarious.

11. Teman-teman terbaik, Yudha L., Vera M., Eriza Z., Sendy O., Rika A., Nabilla, Lolianda, Intan A., Nanda K., Erika O., Agung Devin, Inggrid K., Ni Made R., Rinda, Ade S., Bekti P., Yuki, Rifki Putri, Ena S., Ratu C., Lailatul, Ratih D., Ahwa, Vivi A., Supriyanto, Ogi I., Tommy, Yayan, Heral Maki, Umam, Anas K., Frananda dkk, dan semua teman angkatan ABI 011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala kebaikannya ya, mohon maaf jika banyak kesalahan kata dan perbuatan yang tidak berkenan. 12. Teman senior, kak May Roni, kak Fahmi, kak Ruslan, kak Andi, mba Shinta,

mba Anggun, mba Cety, mba Tara, mba Terra, mba Devi, dan adik tingkat Administrasi Binsis, terima kasih sudah membantu selama proses pembuatan skripsi dan dukungan yang membuat saya selalu semangat.

13. Teman baik, Rizki Widyastuti, Rosmawati S.T, Listianto S., terimakasih ya

dorongan semangat, do’a dan segala bantuan yang selalu diberikan dengan tulus, maaf ya kalau selalu merepotkan.

14. Teman-teman KKN Desa Toto Projo Kecamatan Way Bungur: Sakinah, Ajrul Mukminat S.Pt., Amita Juliana, Agung AP, Alfarendi Wicaksono, Adi Wijaya, A. Junaidi, Agus, Dito. Terimakasih atas waktu 40 hari dan waktu selamanya menjadi teman yang menyenangkan.

(19)

16. Almamater Universitas Lampung yang turut mendewasakanku, baik dari segi pemikiran dan tindakanku.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 07 Januari 2015 Penulis

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam dunia bisnis, perkembangan dan persaingan terjadi sangat pesat. Setiap perusahaan dituntut untuk lebih cerdas mempertahankan pasarnya dalam persaingan yang terus terjadi. Dalam menjalankan kegiatan bisnis, setiap perusahaan memiliki upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen melalui peningkatan strategi pemasaran yang tepat dalam melakukan persaingan. Tujuan perusahaan tersebut adalah untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya, meningkatkan jumlah penjualan dan memperbesar pangsa pasar.

Strategi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan penjualan produk yang dimilikinya. Di tengah krisis global yang melanda seluruh dunia, kegiatan promosi digunakan untuk lebih memperkenalkan dan memasyarakatkan produk yang dipasarkan. Hal tersebut bertujuan untuk menarik konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut, juga meningkatkan pendapatan perusahaan.

(21)

2

belajar banyak hal tentang diri sendiri, lingkungan, orang-orang, dan dunia di sekitarnya. Mainan anak-anak dinilai sebagai salah satu sarana bermain bagi mereka.

Mainan dinilai memiliki banyak manfaat seperti menyenangkan, merangsang aspek kognitif dan kreativitas dalam berfikir, mengeksplorasi diri anak, mengasah kemampuan psikomotorik, membentuk karakter anak, dan mencerdaskan anak. Mainan anak-anak telah menjadi kebutuhan dalam perkembangan setiap anak. Jumlah anak yang membutuhkan mainan sangat tinggi, seiring dengan meningkatnya jumlah anak Indonesia, salah satunya di Kota Metro. Di Kota Metro ada banyak toko yang menjual mainan anak-anak. Untuk wilayah Metro terdapat toko mainan yang tersebar di berbagai kecamatan. Menurut survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 4-6 Juli 2014, data jumlah toko yang menjual mainan di Kota Metro dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Data Jumlah Toko Mainan di Kota Metro

No. Kecamatan Jumlah

1. Metro Pusat 31 Toko

2. Metro Timur 19 Toko

3. Metro Barat 7 Toko

4. Metro Utara 4 Toko

5. Metro Selatan 8 Toko

Sumber: Data observasi, 2014

(22)

3

peluang membuka usaha. Lokasi yang dipilih berada di lingkungan sekolah, perumahan dan pusat perbelanjaan. Semakin banyak toko mainan yang tersebar, maka produk yang ditawarkan di pasaran pun akan semakin banyak dan beragam jenisnya. Perilaku konsumen dinilai sangat penting bagi perusahaan karena perilaku konsumen merupakan kunci persaingan pasar. Perusahaan harus dapat mengenali karakter konsumen supaya konsumen dapat menjadi pembeli yang potensial. Akibat dari persaingan tersebut menyebabkan semakin memanasnya iklim persaingan di antara pengusaha yang bergerak dalam bisnis eceran, seperti harga yang kian murah, pelayanan yang paling baik, layanan barang, serta lokasi yang tepat dan strategis.

Pada saat ini perilaku orang berbelanja telah mengalami perubahan dari perilaku orang berbelanja dengan terencana menjadi tidak terencana (pembelian impulsif). Sebagian besar konsumen di Kota Metro memiliki karakter perilaku pembelian impulsif. Pembelian impulsif merupakan tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Atau dapat juga dikatakan suatu desakan hati yang tiba-tiba dengan penuh kekuatan, bertahan dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, tanpa banyak memperhatikan akibatnya (Utami, 2010).

(23)

4

toko memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku pembelian impulsif. Sementara itu, penelitian Siddiqui dan Ahmed (2013) juga mengungkapkan bahwa faktor-faktor lingkungan toko memengaruhi pembelian impulsif. Dari hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan bahwa faktor-faktor lingkungan toko mampu memengaruhi perilaku pembelian impulsif seseorang. Dalam hasil penelitian Deliya dan Parmar (2012) diungkapkan bahwa kemasan (packaging) memengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. Penelitian yang dilakukan oleh Siddiqui dan Ahmed (2013) juga mengungkapkan bahwa kemasan memengaruhi perilaku impulsif (impulse buying). Dari hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa kemasan mampu memengaruhi perilaku pembelian impulsif.

Pelaku bisnis toko mainan harus mampu memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen melalui lingkungan tokonya sendiri. Menurut Engel (1995), pengaruh dari lingkungan toko adalah membantu, mengarahkan dan menarik perhatian konsumen, memperlihatkan siapa konsumen sasaran dan positioning yang dilakukan, dan mampu mengerakkan reaksi emosi konsumen yang mampu memengaruhi jumlah uang dan waktu yang dihabiskan konsumen. Lingkungan mengacu pada semua karakteristik fisik dan sosial konsumen, termasuk hubungan ruang (lokasi toko dan produk dalam toko), perilaku sosial dari orang lain (siapa saja yang di sekitar dan apa saja yang mereka lakukan), dan objek fisik (produk dan toko).

(24)

5

kemasan bekerja sebagai alat untuk diferensiasi, yaitu membantu konsumen untuk memilih produk dari berbagai produk yang serupa, dan merangsang konsumen dalam perilaku pembelian. Kini, hal tersebut menjadi fokus perhatian oleh semua pihak, baik konsumen maupun pelaku bisnis.

Konsumen yang melakukan pembelian impulsif tidak berpikir untuk membeli produk atau merek tertentu. Mereka kemudian langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada produk saat itu juga. Secara realistis, perusahaan mengharapkan konsumen memiliki perilaku pembelian yang menguntungkan, terutama perilaku pembelian impulsif. Hal tersebut merupakan hal penting bagi perusahaan.

Pada dasarnya ada banyak macam penelitian terdahulu mengenai pembelian impulsif untuk mengetahui sebab seseorang melakukan pembelian impulsif. Selain itu, banyak faktor eksternal yang memengaruhi konsumen untuk mengambil keputusan melakukan pembelian impulsif (impulse buying). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti memilih judul penelitian

“Implikasi Kemasan dan Faktor-Faktor Lingkungan Toko Terhadap

Perilaku Pembelian Impulsif (Studi Pada Konsumen Mainan Anak-anak di

(25)

6

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kemasan terhadap perilaku pembelian impulsif?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor lingkungan toko terhadap perilaku pembelian impulsif?

3. Bagaimana pengaruh kemasan dan faktor-faktor lingkungan toko secara bersamaan terhadap perilaku pembelian impulsif?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh kemasan terhadap perilaku pembelian impulsif 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor lingkungan toko terhadap perilaku

pembelian impulsif

3. Untuk mengetahui pengaruh kemasan dan faktor-faktor lingkungan toko secara bersamaan terhadap perilaku pembelian impulsif.

1.4Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(26)

7

mengenai kemasan dan faktor-faktor lingkungan toko dalam terciptanya perilaku pembelian impulsif.

2. Manfaat Praktis

(27)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Konsumen

Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), perilaku konsumen yaitu cara individu dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Sedangkan perilaku konsumen menurut Sumarwan (2002), adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan dan menghabiskan barang atau jasa. Perilaku konsumen dapat dijelaskan pula sebagai suatu kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau keinginan mengevaluasi.

(28)

9

Menurut Engel (1995), perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor lingkungan ekstern dan faktor lingkungan intern. Dari kedua faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor lingkungan ekstern

Faktor lingkungan ekstern meliputi: 1. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan simbol dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada.

2. Kelas sosial

Menurut kelas sosial masyarakat di kelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu:

a. Golongan atas

Golongan ini terdiri dari pengusaha-pengusaha kaya, pengusaha menengah.

b. Golongan menengah

Yang termasuk dalam golongan ini adalah karyawan instansi pemerintah, pengusaha menengah.

c. Golongan rendah

Yang termasuk dalam kelas ini antara lain buruh-buruh pabrik, pegawai rendah, tukang becak dan pedagang kecil.

3. Kelompok sosial dan kelompok referensi

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu-individu berinteraksi satu sama lain karena adanya hubungan diantara mereka. Kelompok referensi merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk kepribadian dan perilakunya.

4. Keluarga

Keluarga merupakan individu yang membentuk keluarga baru, setiap anggota dalam keluarga dapat memengaruhi suatu pengambilan keputusan.

b. Faktor lingkungan intern

Faktor lingkungan intern meliputi: 1. Motivasi

(29)

10

2. Pengamatan

Pengamatan merupakan suatu proses dengan mana konsumen (manusia) menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya.

3. Belajar

Belajar adalah perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman.

4. Kepribadian

Kepribadian merupakan organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.

5. Sikap

Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikir (neural) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek, yang diorganisir melalui pengalaman serta memengaruhi secara langsung dan atau secara dinamis pada pelaku.

Namun, menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001), perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal, faktor internal. Gambar model perilaku konsumen dapat dilihat pada gambar 2.1

(30)

11

Konsep diri dan gaya hidup seseorang adalah pusat dari perilaku konsumen. Pengaruh internal dan eksternal dapat menciptakan dan mempengaruhi kebutuhan serta keinginan konsumen yang akhirnya mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Pengaruh eksternal terdiri dari budaya, sub-budaya, demografi, status sosial, kelompok referensi, keluarga, dan aktivitas pemasaran. Sedangkan pada pengaruh internal terdiri dari persepsi, pembelajaran, daya ingat, motivasi, kepribadian, emosi, dan sikap.

2.2 Pembelian Impulsif (Impulse buying)

Pembelian impulsif didefinisikan sebagai tindakan pembelian oleh konsumen yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko (Mowen dan Minor 2002). Perilaku pembelian impulsif merupakan suatu pilihan yang dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang kuat mengenai suatu benda.

(31)

12

Menurut Utami (2010), perilaku-perilaku yang tidak direncanakan adalah

“Perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen pada saat mereka masuk kedalam toko. Pembelian tidak terencana adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya, atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam toko. Pembelian tak terencana bisa terjadi ketika seorang konsumen tidak familier dengan tata ruang toko, dibawah tekanan waktu, atau seseorang yang teringat akan kebutuhan untuk membeli sebuah unit ketika melihat pada rak ditoko.”

Semuel (2005) juga mengklasifikasikan suatu pembelian impulsif terjadi apabila tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk kedalam toko. Sedangkan menurut Loudon dan Bitta (1993), “Impulse buying or unplanned purchasing is another consumer purchasing pattern. As the

term implies, the purchase that consumers do not specifically planned”. Hal ini merupakan pembelian konsumen yang tidak secara rinci terencana dan memperlihatkan bahwa impulse buying merupakan salah satu jenis perilaku konsumen.

Piron (1991) dan Marketing Leadership Council (2003) (dalam Gancar, 2007) mengidentifikasikan tiga karakteristik yang menunjukan bahwa suatu pembelian dapat dinyatakan sebagai pembelian impulsif, yakni:

1. Tidak direncanakan, yakni pembelian dilakukan tanpa diawali dengan munculnya permasalahan, kebutuhan atau niat untuk membeli sebelum memasuki wilayah pertokoan.

2. Hasil dari ekspose stimulus, yakni aktivitas pembelian berasal dari manipulasi lingkungan toko.

(32)

13

Verplanken & Herabadi (2001) mengatakan terdapat dua elemen penting dalam pembelian impulsif, yaitu:

a. Kognitif

Elemen ini fokus pada konflik yang terjadi pada kognitif individu yang meliputi: 1. Tidak mempertimbangan harga dan kegunaan suatu produk

2. Tidak melakukan evaluasi terhadap suatu pembelian produk

3. Tidak melakukan perbandingan produk yang akan dibeli dengan produk yang mungkin lebih berguna.

b. Emosional

Elemen ini fokus pada kondisi emosional konsumen yang meliputi: 1. Timbulnya dorongan perasaan untuk segera melakukan pembelian 2. Timbul perasaan senang dan puas setelah melakukan pembelian 3. Tipe-tipe pembelian impulsif

(33)

14

Fenomena pembelian impulsif menciptakan ketertarikan secara emosional yang diibaratkan seperti memancing gairah konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi sebuah produk atau merek tertentu. Lebih jauh pembelian yang merencanakan untuk membeli produk tetapi belum memutuskan fitur dan merek yang dibutuhkan dapat juga dikelompokkan sebagai pembeli impulsif (Rook, 1985). Menurut Stern (1962), menyatakan tipe pembelian impulsif dalam terdiri dari:

1. Pure Impulse (pembelian impulse murni)

Sebuah pembelian menyimpang dari pola pembelian normal. Tipe ini dapat dinyatakan sebagai novelty / escape buying.

2. Suggestion Impulse (pembelian impulse yang timbul karena adanya sugesti) Pada tipe ini, konsumen tidak mempunyai pengetahuan yang cukup terlebih dahulu tentang produk baru, konsumen melihat produk tersebut untuk pertama kali dan memvisualkan sebuah kebutuhan untuk benda tersebut.

3. Reminder Impulse (pembelian impulse karena pengalaman masa lampau)

Pembeli melihat produk tersebut dan diingatkan bahwa persediaan di rumah perlu di tambah atau telah habis.

4. Planned Impulse (pembelian impulse yang terjadi apabila kondisi penjualan tertentu diberikan)

(34)

15

1. Spontanitas

Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung ditempat penjualan.

2. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas

Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak seketika.

3 Kegairahan dan stimulasi

Desakan mendadak untuk membeli sering disertai emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”, ”menggetarkan” atau “liar”.

4 Ketidakpedulian akan akibat

Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

2.3Kemasan

(35)

16

Menurut Saladin (1996), kemasan atau bungkusan terdiri dari 3 tingkat bahan, yaitu:

1. Kemasan dasar (primary package), yaitu bungkusan langsung dari suatu produk.

2. Kemasan tambahan (secondary package), yaitu bahan yang melindungi kemasan dasar dan dibuang bila produk tersebut akan digunakan.

3. Kemasan pengiriman (shipping package), yaitu setiap kemasan yang diperlukan waktu penyimpanan atau pengangkutan diidentifikasi.

Ada empat fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran (Kotler 2009), yaitu:

1. Swalayan (self service) adalah jumlah produk yang semakin bertambah di jual secara swalayan di pasaran dan toko yang memberikan potongan harga. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan cirri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk.

2. Kemakmuran konsumen (consumer offluence) adalah meningkatkan jumlah konsumen-konsumen akan berarti bahwa konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.

3. Citra perusahaan dan merek (company and brand image) adalah perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.

4. Peluang inovasi (inovational opportunity) adalah cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen.

(36)

17

stimulus oleh konsumen yang di sampaikan ke produsen sehingga diharapkan konsumen tertarik pada produk tersebut. Sebagai bisnis kreatif, daya tarik kemasan meliputi warna kemasan, gambar latar belakang, bahan kemasan, gaya tulisan, model bungkusan, informasi tercetak, dan inovasi. Menurut Deliya dan Parmar (2012), unsur-unsur kemasan terdiri dari: warna kemasan, gambar latar belakang, bahan kemasan, gaya tulisan, bentuk kemasan, informasi tercetak, dan inovasi kemasan.

A.Warna Kemasan

Menurut Kotler (2000), warna merupakan salah satu unsur kemasan yang menghasilkan daya tarik visual dan pada kenyataanya warna lebih berdaya tarik emosi daripada akal. Warna membedakan kepribadian, menarik perhatian ke atribut-atribut lainnya. Warna pada kemasan memiliki fungsi, yaitu:

1. Untuk identifikasi produk sehingga berbeda dengan produk yang lain 2. Untuk menarik perhatian konsumen dari warna yang cerah atau yang gelap. 3. Untuk menimbulkan pengaruh

4. Untuk mengembangkan asosiasi tertentu terhadap produknya 5. Untuk menciptakan suatu citra dalam mengembangkan produk 6. Untuk menghiasi produk

7. Untuk memastikan keterbacaan yang maksimum dalam penggunaan warna kontras

8. Untuk mendorong tindakan

(37)

18

11.Untuk membangkitkan minat dalam mode

Penggunaan warna merupakan pusat dari seluruh proses desain kemasan, tetapi harus digunakan dengan suatu tujuan bukan semata-mata demi warna karena warna memberikan suatu persepsi bagi konsumen. Warna berfungsi untuk memberikan vibrasi tertentu di dalam suatu desain. Begitu hebatnya kekuatan warna, sehingga bisa memberikan efek psikologis kepada semua orang yang melihatnya.

B.Gambar Latar Belakang

Ilustrasi grafis dan fotografi memudahkan produsen memantapkan citra suatu produk. Fungsi utama ilustrasi adalah untuk informasi visual tentang produk yang dikemas, pendukung teks, penekanan suatu kesan tertentu dan penangkap mata untuk menarik calon pembeli. Gambar dapat berupa gambar produk secara penuh atau terinci, serta dapat juga merupakan hiasan (dekorasi).

(38)

19

C.Bahan Kemasan

Bahan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan sangat berpengaruh terhadap desain dan bentuk kemasan. Menurut Syarief dan Irawati (1988) membagi kemasan menjadi beberapa golongan sebagai berikut:

1. Gelas

Bahan ini dinilai mudah pecah dan transparan. 2. Metal

Bahan ini biasanya dibuat dari alumunium. Kemasan dari logam mempunyai kekuatan yang tinggi.

3. Kertas

Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air jadi mudah rusak.

4. Plastik

Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah dan bentuk lainnya seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan plastik sebagai kemasan semakin luas karena biaya produksinya dinilai relatif murah, mudah dibentuk dan dimodifikasi.

D.Gaya Tulisan

(39)

20

E.Bentuk Kemasan

Bentuk kemasan merupakan salah satu unsur yang menghasilkan daya tarik bagi pembeli. Kemasan produk yang dirancang dengan bentuk unik, mampu menarik perhatian calon pembeli. Bentuk kemasan disesuaikan dengan produknya. Pertimbangan yang digunakan adalah pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, perkembangan penjualan, pemejangan dan cara-cara penggunaan kemasan tersebut.

Yang menjadi daya tarik konsumen dalam bentuk kemasan adalah:

a. Bentuk yang sederhana lebih disukai daripada yang rumit b. Bentuk yang teratur memiliki daya tarik lebih

c. Bentuk harus seimbang agar menyenangkan

d. Bentuk bujur sangkar lebih disukai dari pada persegi panjang e. Bentuk cembung lebih disukai daripada bentuk cekung

f. Bentuk bulat lebih disukai wanita, sedang pria lebih menyukai bentuk siku g. Bentuk harus mudah terlihat bila dipandang dari jauh.

F. Informasi Tercetak

(40)

21

Saat ini, mainan anak-anak sudah dianjurkan untuk menggunakan label SNI (Standar Nasional Indonesia) sebagai informasi penguat bahwa bahan mainan aman untuk anak-anak. Kriteria aman menurut SNI adalah tidak mengandung bahan beracun berbahaya, tidak tajam, dan mainan yang terdiri dari banyak bagian harus disertai dengan petunjuk yang jelas. Dalam beberapa produk, pada kemasannya juga dicantumkan simbol-simbol standardisasi internasional, seperti EN71, CE, ASTM dan sebagainya.

G.Inovasi Kemasan

Inovasi dapat diartikan sebagai proses dan atau hasil pengembangan pemanfaatan atau mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk, proses, dan atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan. Kemasan merupakan suatu konsep fungsional sebatas untuk melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan semakin kompleks, barulah terjadi penambahan nilai-nilai fungsional, terutama pada zaman sekarang dimana persaingan didalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba merebut perhatian calon konsumen. Dengan demikian konsep fungsional, pengemasan telah menjadi bagian penting yang mencakup proses pemasaran dari konsepsi produk sampai ke pemakai terakhir.

(41)

22

membentuk masa depan perusahaan. Dalam kondisi persaingan modern, perusahaan yang tidak melakukan usaha pengembangan produk akan menghadapi resiko yang semakin besar kehilangan pasarnya di masa depan. Menurut Kotler (2000), pengembangan kemasan yang efektif membutuhkan beberapa keputusan. Dari perspektif perusahaan maupun pelanggan, pengemasan harus mencapai sejumlah tujuan.

2.4Lingkungan Belanja

Peter & Olson (2000) lingkungan belanja (store environment) adalah semua karakteristik fisik dan sosial dari dunia eksternal konsumen, termasuk didalamnya objek fisik (produk dan toko), hubungan keruangan (lokasi toko dan produk toko), dan perilaku sosial orang lain (siapa yang berada disekitar dan apa saja yang mereka lakukan).

Perilaku pembelian impulsif dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor, seperti lingkungan toko. Lingkungan toko merupakan segala hal yang berkaitan dengan toko, seperti desain, tata letak, warna, musik, pencahayaan dan aroma dalam menciptakan kesan dan citra yang dapat menarik minat konsumen (Utami, 2010). Dalam model perilaku konsumen menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001), lingkungan toko merupakan salah satu faktor eksternal yang termasuk dalam aktivitas pemasaran. Lingkungan toko dinilai sebagai suatu aktivitas strategi pemasaran yang mampu memengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian.

(42)

23

1. Senangan (pleasure)

Senang (pleasure) adalah suatu bentuk kesenangan yang diukur atas penilaian reaksi lisan ke lingkungan. Senang (pleasure) mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut. Senang (pleasure) mengacu pada sejauh mana konsumen merasa meluap-luap.

2. Bergairah (arousal)

Bergairah (arousal) ialah suatu respon lingkungan yang dimana individu merasa tertarik, siaga atau aktif. Arousal lahir dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Bergairah (arousal) mengacu pada tingkat dimana seseorang merasakan siaga, digairahkan, atau situasi aktif. Arousal adalah keadaan perasaan yang menggambarkan situasi social. Bergairah (arousal) waspada, atau aktif di dalam toko.

3. Menguasai (dominance)

Menguasai (dominance) ditandai oleh perasaan yang direspon konsumen saat mengendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan (interaksi). Perasaan

dominance ditandai dengan laporan responden yang merasa dikendalikan dan dipengaruhi serta sebaliknya. Mengacu pada sejauh mana konsumen merasa dikontrol atau bebas berbuat sesuatu dalam toko.

Menurut Graa, Elkebir, dan Bensaid (2014), terdapat 4 faktor yang meliputi lingkungan toko dalam berbelanja, yaitu:

1. Tekanan waktu (time pressure)

(43)

24

Seorang konsumen yang memiliki waktu yang cukup senggang berbeda dengan konsumen yang hanya memiliki waktu yang relatif sedikit dalam berperilaku. Sedikitnya waktu yang dimiliki seorang konsumen menimbulkan sebuah tekanan waktu yang menjadi batasan keleluasaan untuk memilih dan berpikir lebih lanjut. Hal tersebut memicu munculnya kecenderungan konsumen dengan tekanan waktu tersebut yaitu lebih memilih berkunjung ke tempat perbelanjaan yang relatif lengkap karena tidak perlu membuang waktu berpindah ke toko lainnya, lebih sedikit pertimbangan merek-merek untuk produk yang dibutuhkan, segera meninggalkan toko dan lebih mengabaikan stimulus berbelanja lainnya yang ada pada sebuah toko.

2. Faktor suasana lingkungan (atmospheric factor)

Mowen dan Minor (2002) mengemukakan store atmosphere yang lebih dikenal suasana toko ini merupakan istilah yang lebih umum daripada tata ruang toko dan berhubungan dengan cara para manajer dapat memanipulasi desain bangunan, ruang interior, tata ruang lorong-lorong, tekstur karpet dan dinding, bau, warna, bentuk, dan suara yang dialami para pelanggan untuk mencapai pengaruh tertentu. Menurut Kotler dalam Mowen dan Minor (2002), mengemukakan bahwa unsur-unsur tersebut apabila disatukan dapat menggambarkan definisi store atmosphere

(44)

25

menggairahkan konsumen secara negatif, maka pembeli mungkin akan menghabiskan lebih sedikit waktu di toko sehingga hanya melakukan sedikit pembelian.

Menurut Engel (1995) pengaruh dari pelaksanaan lingkungan toko adalah:

a. Membantu, mengarahkan dan menarik perhatian konsumen

b. Memperlihatkan siapa konsumen sasaran dan positioning yang dilakukan c. Mampu mengerakkan reaksi emosi konsumen seperti perasaan dan suka yang

mana perasaan itu mampu memengaruhi jumlah uang dan waktu yang dihabiskan konsumen.

3. Kehadiran orang lain (presence of others)

Dalam perilaku pembelian, faktor kehadiran orang lain hadir selama proses konsumsi. Selain itu karakteristik orang-orang yang hadir pada situasi tersebut, peranan nyata orang-orang yang hadir, dan interaksi interpersonal ikut ambil bagian sebagai proses konsumsi. Dalam lingkungan toko, konsumen akan sangat mungkin melakukan pembelian karena adanya kehadiran orang lain.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa kehadiran orang lain dapat meningkatkan kemungkinan seseorang melakukan pembelian impulsif. Bertentangan dengan Rook dan Fisher karena mereka menetapkan bahwa, kesepian dalam lingkungan pembelian dapat menyebabkan meningkatkan kesempatan pembelian impulsif, ketika dia merasa bahwa perilaku ini akan dianggap sebagai tidak rasional.

4. Kesesakan yang dirasakan (perceived crowding)

(45)

26

Kondisi berdesakan terjadi apabila seseorang melihat atau merasakan gerakannya tidak leluasa karena ruang yang terbatas. Kesesakan terjadi karena adanya kepadatan pengunjung pada suatu toko. Kondisi berdesakan mengacu pada perasaan tidak menyenangkan yang dialami seseorang ketika merasa bahwa kepadatan terlalu tinggi dan pengendalian atas situasi telah berkurang di bawah tingkat yang layak. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Stokols dalam Vaske dan Shelby (2008) yang mendefinisikan kondisi berdesakan sebagai evaluasi negatif dari kepadatan dan melibatkan pertimbangan nilai bahwa kepadatan atau jumlah pertemuan dengan pengunjung lain terlalu banyak.

(46)

27

2.5 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menganalisis perilaku pembelian impulsif yang menjadi dasar penelitian ini, yakni:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian

Widiartaka dan Deliya dan Parmar 2012 Role of Packaging

(47)
(48)

29

2.6 Hubungan Kemasan dengan Perilaku Pembelian Impulsif

Kemasan merupakan salah satu rangsangan pemasaran dalam menciptakan suatu pembelian impulsif. Didalam suatu kemasan, seperti warna kemasan, gambar latar belakang, gaya tulisan, bentuk kemasan, informasi tercetak, dan inovasi kemasan memiliki pengaruh positif terhadap perilaku konsumen dalam melakukan pembelian (Deliya dan Parmar, 2012). Penemuan ini mendukung keterlibatan kemasan dalam perilaku pembelian impulsif. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dihipotesiskan sebagai berikut:

H1: Kemasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.

2.7 Hubungan Faktor-faktor Lingkungan Toko dengan Perilaku Pembelian Impulsif

Lingkungan toko merupakan segala hal yang berkaitan dengan toko, seperti desain, tata letak, warna, musik, pencahayaan dan aroma dalam menciptakan kesan dan citra yang dapat menarik minat konsumen (Utami, 2010). Terdapat 4 faktor yang meliputi lingkungan toko dalam berbelanja, yakni tekanan waktu, faktor suasana toko, kehadiran orang lain, dan kesesakan yang memiliki pengaruh positif terhadap perilaku pembelian impulsif (Graa, Elkebir, dan Bensaid, 2014). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dihipotesiskan sebagai berikut:

(49)

30

2.8 Model Penelitian

Pertumbuhan bisnis mainan anak-anak di Indonesia masih menunjukan prospek cerah di masa mendatang. Meningkatnya kecenderungan orang untuk berbelanja mainan anak anak tidak menutup kemungkinan terjadinya pembelian secara tiba-tiba dan tidak terencana atau pembelian impulsif. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu juga (Rachmawati 2009).

(50)

31

Untuk memudahkan pemahaman dari pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Model Penelitian

2.9 Hipotesis

Berdasarkan uraian dan permasalahan kerangka pikir diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu:

H1: Kemasan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif

H2: Faktor-faktor lingkungan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif

H3: Kemasan dan faktor-faktor lingkungan secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif

KEMASAN

FAKTOR-FAKTOR

LINGKUNGAN TOKO

PERILAKU PEMBELIAN

(51)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

explanatory atau penelitian tingkat penjelasan. Berdasarkan jenis penelitian

explanatory atau penelitian tingkat penjelasan, maka tipe penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih. Hasil dari penelitian tersebut pada akhirnya menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini penulis berupaya menjelaskan hubungan antara variabel kemasan (X1), faktor-faktor lingkungan (X2), dan perilaku pembelian impulsif (Y).

3.2Populasi dan Sampel

(52)

33

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini tidak diketahui jumlahnya. Menurut Wibisono dalam Riduwan dan Akdon (2013), rumus dalam menghitung sampel pada populasi yang tidak diketahui adalah sebagai berikut:

( )

Dengan begitu peneliti yakin dengan tingkat kepercayaan 95% bahwa sampel random berukuran 96,04 97 akan memberikan selisih estimasi ̅ dengan kurang dari 0,05. Jadi, sampel yang diambil sebesar 97 orang.

3.3Teknik Pengambilan Sampel

(53)

34

Kota Metro. Teknik sampling aksidental pada penelitian ini digunakan baik untuk sampel responden kuesioner maupun sampel informan wawancara.

3.4Definisi Konseptual

Untuk lebih memudahkan dalam pengukuran konsep, maka suatu konsep dijabarkan dalam bentuk definisi operasional. Definisi konseptual adalah penjelasan mengenai arti suatu konsep. Definisi ini menunjukan bahwa teori merupakan kumpulan construct atau konsep (consept), definisi (definition), dan proporsi (proposition) yang menggambarkan suatu fenomena yang terjadi secara sistematis melalui penentuan hubungan antar variabel.

Berdasarkan teori dan permasalahan yang telah dikemukakan maka konsep pada penelitian ini, meliputi faktor yang berasal dari luar diri konsumen yang terdiri dari kemasan, faktor-faktor lingkungan dan pembelian impulsif.

a. Kemasan

Kemasan adalah suatu kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus sebagai sebuah produk (Kotler, 2000)

b. Faktor-faktor Lingkungan

(54)

35

c. Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif didefinisikan sebagai tindakan pembelian oleh konsumen yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko (Mowen dan Minor 2002).

3.5Definisi Operasional Variabel

Untuk lebih memudahkan dalam pengukuran konsep dijabarkan dalam bentuk definisi operasional. Definisi operasional variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Tujuannya adalah agar dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya. Dalam penelitian ini definisi operasional akan menjelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi

Operasional Indikator Item

(55)

36

Dalam pengukurannya, variabel ini menggunakan skala Likert. Skala Likert

digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008). Dengan skala

(56)

37

dimana responden dalam menentukan jawaban dengan mengikuti pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya disusun melalui indikator-indikator yang ditentukan. Jawaban setiap indikator instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari nilai tertinggi sampai nilai yang terendah.

Skala Likert memiliki beberapa keuntungan, yaitu mudah untuk disusun dan responden mudah memahami bagaimana menggunakan skala tersebut. Dalam skala Likert setiap jawaban diberi bobot tertentu, yaitu:

1. Sangat Tidak Setuju Skor 1

2. Tidak Setuju Skor 2

3. Netral Skor 3

4. Setuju Skor 4

5. Sangat Setuju Skor 5

3.7Sumber Data

1. Data Primer

(57)

38

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam rangka melengkapi informasi yang dapat diperoleh melalui studi pustaka dari buku-buku literatur, jurnal, internet serta artikel yang mendukung penelitian.

3.8Metode Analisis Data

3.8.1 Pengujian Instrumen

Tujuan dari uji validitas dan reliabilitas adalah untuk menguji setiap pertanyaan yang ada dalam kuesioner, apakah isi dari butir-butir pertanyaan tersebut telah

valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

(58)

39

Alat uji yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang dikehendaki harus > 0,50 untuk dapat dilakukan analisis faktor (Ghozali, 2005). Untuk tujuan penafsiran, setiap faktor tersusun atas variabel-variabel yang memberi muatan 0,40 atau lebih tinggi atas faktor itu (Malhotra, 2006). Jika nilai suatu faktor loading > 0,40 maka suatu item dinyatakan valid.

Tabel 3.2 Hasil Uji KMO

Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan tabel 3.2 nilai KMO yang dihasilkan adalah sebesar 0,621, artinya besarnya nilai KMO > 0,50 dan memberikan informasi bahwa analisis faktor merupakan pilihan yang tepat, maka penelitian dapat dilanjutkan.

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .621

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 807.934

df 351

(59)

40

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas

Sumber: Lampiran 7

Peneliti menguji validitas instrumen dari 27 item pernyataan yang valid dengan menggunakan data yang terkumpul dari 50 responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner. Dari tabel 3.3 tersebut dapat dilihat bahwa seluruh jumlah item terbentuk mengelompok dan dinyatakan valid karena memenuhi kriteria besaran nilai faktor loading di atas 0,40 dan dapat disimpulkan bahwa validitas konstruk sudah terpenuhi. Hasil rotasi menunjukkan bahwa item X1.1, X1.2, X1.3, X1.4, X1.5, X1.6, X1.7, X1.8, X1.9, X1.10, X1.11, X1.12 mengelompok pada faktor 1, artinya item-item tersebut mewakili faktor yang terbentuk dan dapat

Rotated Component Matrixa

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

(60)

41

diinterpretasikan dengan jelas. Sedangkan item X2.1, X2.2, X2.3, X2.4, X2.5, X2.6, X2.7 mengelompok pada faktor 2, artinya item-item tersebut mewakili faktor yang terbentuk dan dapat diinterpretasikan dengan jelas. Dan item X3.1, X3.2, X3.3, X3.4, X3.5, X3.6, X3.7, X3.8 mengelompok pada faktor 3, artinya item-item tersebut mewakili faktor yang terbentuk dan dapat diinterpretasikan dengan jelas. Jadi jelas dapat disimpulkan bahwa variabel kemasan (X1), variabel faktor-faktor lingkungan toko (X2), dan variabel perilaku pembelian impulsif (Y) memiliki unidimensionalitas atau dengan kata lain item-item variabel X1, X2, dan Y valid.

Pada item X1.1 dan Y8 besaran nilai faktor loading di atas rata-rata pada dua faktor. Hal tersebut menunjukkan bahwa item X1.1 mampu mewakili faktor 1 (kemasan) dan faktor 2 (perilaku pembelian impulsif). Namun, item X1.1 memiliki nilai faktor loading yang lebih besar pada faktor 1 dibandingkan dengan faktor 3. Menurut Ghozali (2005), dalam analisis faktor akan mengelompokkan masing-masing indikator ke dalam beberapa faktor, maka dengan sendirinya akan mengelompok menjadi satu dengan faktor loading yang tinggi. Dengan demikian X 1.1 berkorelasi lebih kuat dengan faktor 1 (kemasan). Sama halnya dengan item Y8 yang memiliki besaran nilai faktor loading diatas rata-rata pada dua variabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa item Y8 mampu mewakili faktor 1 (kemasan) dan faktor 2 (perilaku pembelian impulsif). Namun, item Y8 memiliki nilai faktor

(61)

42

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yaitu alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005).

Pengukuran keandalan butir pertanyaan dengan sekali menyebarkan kuisioner pada responden, kemudian hasil skornya diukur korelasinya antar skor jawaban pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan program komputer SPSS, dengan fasilitas Cronbach Alpha. Menurut Ghozali (2005), instrumen penelitian dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60. Jika nilainya lebih kecil dari 0,60 maka kuesioner penelitian ini tidak reliabel.

Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini dapat dilihat melalui Tabel 3.4

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Cronbach Alpha Keterangan

1 X1 0,863 Reliabel

2 X2 0,814 Reliabel

3 Y 0,763 Reliabel

Sumber: Lampiran 8

3.8.2 Statistik Deskriptif

(62)

43

penilaian dan analisis jawaban responden melalui kuesioner terhadap ibu-ibu yang pernah melakukan perilaku pembelian impulsif dan wawancara terhadap anak-anak yang pernah terlibat dalam pembelian impulsif.

3.9Teknik Analisis Data 3.9.1 Uji Asumsi Klasik

Uji mendapatkan model regresi yang baik harus terbebas dari penyimpangan data yang terdiri dari normalitas, heterokedastisitas, multikolineritas. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah estimasi telah memenuhi kriteria ekometrik dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang diperlukan.

A.Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel residual memiliki distribusi normal atau tidak. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

(63)

44

Dasar pengambilan keputusannya adalah:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dan/tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

B.Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas (Ghozali, 2005).

Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi

– Y sesungguhnya) yang telah di Studentized.

Dasar pengambilan keputusannya adalah (Ghozali, 2005):

a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang) maka telah terjadi heterokedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

(64)

45

C.Uji Multikolineritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independent). Dalam multi regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika pada model persamaan regresi mengandung gejala multikolineritas, berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna) antar variabel bebas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi masalah multikolinieritas, pedoman untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah multikolinieritas adalah:

a. Mempunyai nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 b. Mempunyai nilai tolerance > 0,10

3.9.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis tentang antara hubungan dua variabel bebas atau lebih secara bersama-sama dengan suatu variabel tergantung. Penggunaan analisis regresi berganda karena pada penelitian ini memiliki 2 variabel bebas. Berikut ini adalah persamaan regresi berganda yang digunakan:

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:

(65)

46

b = Koefisien Regresi X1 = Variabel Kemasan

X2 = Variabel Faktor-faktor Lingkungan Toko

Hasil regresi yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang diperoleh mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak, baik secara simultan atau parsial dan mengetahui pula seberapa besar pengaruhnya.

3.9.3 Uji Hipotesis

1. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinan (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh sangat kuat terhadap variabel dependen. Sedangkan, jika R2 kecil maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sangat rendah (Ghozali, 2005). Koefisien determinasi menunjukkan besarnya kontribusi variabel independent terhadap variabel dependent. R2 dapat dirumuskan sebagai berikut:

R2 =

Dimana:

(66)

47

b2 = Koefisien Regresi Variabel Faktor-faktor Lingkungan

X1 = Variabel Kemasan

X2 = Variabel Faktor-faktor Lingkungan

Y = Pembelian Impulsif

Tabel 3.5 Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,779 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: (Sugiyono, 2008)

2. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen. Uji t statistik untuk menguji antara variabel independen (kemasan, faktor-faktor lingkungan) terhadap variabel dependen (pembelian impulsif) secara parsial dengan mengasumsikan bahwa variabel lain dianggap konstan. Dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2008):

t = √ √

Keterangan:

r = Korelasi Parsial yang di Temukan n= Jumlah Sampel

(67)

48

Rumus dalam menentukan df adalah: df= n-k-1

Keterangan:

n= Banyak Observasi

k= Jumlah Variabel (Independen + Dependen) Hipotesis yang diajukan yaitu:

H1= Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kemasan terhadap Perilaku Impulsif.

H2= Terdapat pengaruh yang signifikan antara Faktor-faktor Lingkungan terhadap Perilaku Impulsif.

Dasar pengambilan keputusannya adalah: a. Jika t hit < t tab H0 diterima dan Ha ditolak.

Jika t hit > t tab H0 ditolak dan Ha diterima.

b. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3. Uji Simultan (Uji F)

(68)

49

Uji F= ⁄ ⁄

Keterangan:

F = Pendekatan distribusi Probabilitas Fisher

R2 = Koefisien Korelasi Ganda

k = Jumlah Variabel

n = Banyaknya Sampel

Rumus dalam menentukan df1 dan df2 adalah:

df1= k-1

df2= n-k

Keterangan:

k= Jumlah Variabel (Independen + Dependen)

n= Jumlah Observasi/Sampel Pembentuk Regresi

Penolakannya hipotesis atas dasar signifikansi pada taraf nyata 5% (taraf kepercayaan) dengan kriteria:

a. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai implikasi kemasan dan faktor-faktor lingkungan toko terhadap perilaku pembelian impulsif di toko mainan anak-anak di Kota Metro, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan angka koefisien R2 (R Square) sebesar 0,176 atau 17,6%. Hal ini menunjukkan bahwa variasi perilaku pembelian impulsif dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen (kemasan dan faktor-faktor lingkungan toko) yakni sebesar 17,6%. Sedangkan sisanya (100% - 17,6% = 82,4%) dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

2. Kemasan (X1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif (Y) mainan anak anak di toko mainan di Kota Metro. Pernyataan ini mengungkapkan bahwa kemasan menciptakan terjadinya perilaku pembelian impulsif pada konsumen mainan anak-anak di toko mainan di Kota Metro.

(70)

88

perilaku pembelian impulsif pada konsumen mainan anak-anak di toko mainan di Kota Metro.

4. Secara simultan kemasan dan faktor-faktor lingkungan toko berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif mainan anak anak di toko mainan di Kota Metro. Pengaruh faktor-faktor lingkungan toko lebih dominan dibandingkan dengan kemasan.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka saran yang bisa diberikan diantaranya:

1. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat mengkombinasikan penelitian ini pada penelitian lain yang juga merupakan penelitian yang memiliki kesamaan kriteria dengan produk mainan anak-anak, sehingga dapat digunakan pada penelitian selanjutnya dan menyempurnakan pemahaman terhadap variabel-variabel yang saling memengaruhi.

2. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat mengkombinasikan penelitian ini dengan faktor eksternal maupun faktor internal lainnya sebagai variabel yang memengaruhi perilaku konsumen, sehingga dapat digunakan pada penelitian selanjutnya dan menyempurnakan pemahaman terhadap variabel-variabel yang saling memengaruhi.

(71)

89

konsep tata letak mainan sesuai dengan jangkauan anak-anak, memperbanyak jumlah mainan serta melengkapi berbagai macam jenis mainan dan menciptakan suasana yang menyenangkan agar lingkungan menyatu dengan anak. Hal tersebut guna membuat konsumen anak-anak tertarik dan orangtua yakin untuk melakukan pembelian. Hal ini juga diharapkan agar dapat meningkatkan keuntungan usaha dalam jangka panjang mengingat banyaknya pesaing dengan usaha yang sejenis.

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Deliya. M. Mitul., Bhavesh J. Parmar. 2012. Role of Packaging on Consumer Buying Behavior. Global Journal of Management and Business Research

Engel, JF, RD Blackwell dan P.W Miniard 1995. Costumer Behaviour Jilid 2 (terjemahan). 6th edition. Jakarta. Binarupa Aksara

Gancar, P. Candra. 2007. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Impuls Dengan Pendekatan Psikologi Lingkungan dan Rantai Kausalitas. Jurnal Antisipasi, Vol. 10, No. 1, Hal. 172-184

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang. BP Undip.

Graa, Amel. Elkebir & Bensaid. 2014. The impact of Environmental Factors on

Impulse Buying Behavior Using the Mehrabian and Russell’s Framework. Leonardo Journal of Sciences

Hawkins, D.I., Best, R.J., Coney, K.A., 2001, Consumer Behavior, 8th edition, New York, U.S.A.: McGraw-Hill

Kotler, Philip, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong dan Chin Tiong Tan. 2000.

Manajemen Pemasaran Perpektif Asia (terjemahan). Edisi I. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Kotler, Philip. dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 2. Alih Bahasa: Adi Maulana dan Wibi Hardani. Jakarta. Erlangga Loudon, D.L. and Bitta, A.J.D. 1993. Consumer Behaviour. 4td ed, McGraw Hill. Malhotra, Naresh K. 2006. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. Edisi 4. Alih

Bahasa: Jakarta. Soleh Rusyadi Maryam

Mowen, JC dan Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 2, Edisi 5. Jakarta. Erlangga.

Gambar

Tabel 1.1 Data Jumlah Toko Mainan di Kota Metro
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Model Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Setelah proses ini angin akan ditiupkan untuk memisahkan sisa-sisa RBDPO yang masih ada dalam bentuk kristal dan dilanjutkan dengan proses blow melalui inflate yang dilakukan

Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada perbedaan perubahan tekanan darah yang signifikan antara perawat shift pagi, shift sore, dan shift malam di Unit Rawat Inap Rumah

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media video dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran Penjasorkes pada

berikut adalah penjelasan dari Kepala Seksi Registrasi dan Tata Bangunan DKPT Kota Magelang mengenai sumber daya yang digunakan dalam implementasi kebijakan retribusi IMB

Maka menjadi tugas negara untuk melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal tersebut seperti tindakan yang harus dan boleh dilakukan negara melalui

Faktor keamanan yang dinilai meliputi jarak taman bermain dengan permukiman &lt; 200 m , Jarak taman bermain dengan PKL &lt; 100 m, tidak terdapat tempat

• Pada strategi ini penambahan produk baru dari jenis (line of business) yang berbeda untuk konsumen yang lama9. •

Berdasarkan pengamatan, lansia dalam kategori tersebut dapat berkomunikasi dengan orang lain, tetapi mereka merasa kurang dalam kemampuan fisik yang mempengaruhi