• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Nilai terhadap Sikap dan Perilaku Pengurangan Konsumsi Beras pada Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Nilai terhadap Sikap dan Perilaku Pengurangan Konsumsi Beras pada Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan"

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH NILAI TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU

PENGURANGAN KONSUMSI BERAS PADA IBU RUMAH TANGGA

DI WILAYAH PERDESAAN DAN PERKOTAAN

TRI YULIYANTI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRAK

TRI YULIYANTI. Pengaruh Nilai Terhadap Sikap dan Perilaku Pengurangan Konsumsi Beras Pada Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan. Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI dan IRNI RAHMAYANI JOHAN.

Pengurangan konsumsi beras dengan cara mengkonsumsi jenis pangan yang beragam dianggap menjadi solusi terkait kelebihan konsumsi beras di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai terhadap sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras pada ibu rumah tangga di wilayah perdesaan dan perkotaan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Desa Cikarawang dan Kelurahan Sempur. Tehnik contoh dalam penelitian ini adalah proposional random sampling dengan jumlah contoh sebanyak 109 orang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel nilai, sikap (kognitif, afektif, konatif) dan perilaku pengurangan konsumsi beras pada kedua kelompok contoh. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, terdapat hubungan negatif antara nilai yang dianut contoh dengan aspek kognitif, aspek afektif, aspek konatif dan perilaku pengurangan konsumsi beras. Variabel sikap (kognitif,afektif,konatif) berhubungan positif terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras. Variabel karakteristik contoh dan karakteristik keluarga (usia, pendidikan, pendapatan, dan pengeluaran) memiliki hubungan nyata secara negatif dengan nilai, sedangkan variabel sikap (kognitif,afektif,konatif) dan perilaku pengurangan konsumsi beras memiliki hubungan yang nyata positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai dan aspek afektif berpengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras.

Kata kunci : nilai, aspek kognitif, aspek afektif, aspek konatif, dan perilaku pengurangan konsumsi beras

ABSTRACT

TRI YULIYANTI. The Influence of Values and Attitudes toward Housewife Behavior on Rice Consumption Reduction in Village and Urban Area. Guided by LILIK NOOR YULIATI and IRNI RAHMAYANI JOHAN.

Public should be advised to reduce the rice consumption through diversification, related with rice over consumption in Indonesia. This study aimed to analyze the influence of value toward housewife’s attitudes and cutback behavior of rice consumption in Bogor rural and urban area. This study utilized cross sectional study. Research location was selected purposively, in Cikarawang and Sempur. Sample selection on this study was utilizing proposional random sampling; with the number of sample were 109. The result showed statistically significant differences between the two group of sample on values, attitude (cognitive, affective, and conative), and cutback behavior of rice consumption. Based on the result of Pearson correlation, there were significant and negative associations among values with cognitive, affective, and conative aspect of attitude; also with cutback behavior on rice consumption. Attitudes (cognitive, affective, conative) was positively associated with cutback behavior of rice consumption. Sample characteristics and family characteristics (age, education, income, and outcome) were significant and positively related with values, while attitudes (cognitive, affective, conative) and cutback behavior of rice consumption were significant and positively related with it. This research also showed that the values and affective aspect of attitudes were affected rice consumption reduction behavior.

(3)

RINGKASAN

TRI YULIYANTI. Pengaruh Nilai Terhadap Sikap dan Perilaku Pengurangan Konsumsi Beras Pada Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan. Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI dan IRNI RAHMAYANI JOHAN.

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai sebagai bahan makanan pokok, sehingga ketergantungan akan konsumsi beras terus meningkat. Apabila ketersediaan beras tidak mampu mengimbangi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia, maka pemerintah harus melakukan impor beras dari negara lain. Padahal dengan melakukan impor beras akan merugikan perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan program one day no rice agar konsumsi beras berkurang. Pengurangan konsumsi beras dapat dilakukan dengan cara melakukan keragaman jenis pangan agar makanan yang dikonsumsi lebih bervariasi

Secara umum, tujuan penelitian ini untuk: (1) Menganalisis perbedaan nilai yang dianut konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengkonsumsi beras. (2) Menganalisis perbedaan sikap pada konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengurangi konsumsi beras. (3) Menganalisis perbedaan perilaku pengurangan konsumsi beras pada konsumen perdesaan dan perkotaan. (4) Menganalisis hubungan nilai dengan sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras. (5) Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku pengurangan konsumsi beras. (6) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu di Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor sebagai perwakilan wilayah perkotaan dan Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor sebagai perwakilan wilayah Perdesaan. Contoh dipilih secara proposional random sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan dari wawancara dengan bantuan kuesioner meliputi data karakteristik contoh (usia, suku, pendidikan, dan pekerjaan), karakteristik keluarga (pekerjaan suami, pendapatan, pengeluaran, dan jumlah anggota keluarga), pernyataan mengenai nilai (internal, eksternal, interpersonal), pernyataan mengenai sikap (kognitif, afektif, konatif) dan pernyataan mengenai perilaku pengurangan konsumsi beras, sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi yang terkait. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi keadaan Desa Cikarawang dan Kelurahan Sempur serta data konsumsi beras pertahun dari BPS. Data yang diperoleh kemudian di-coding, di-entry, dan di-cleaning menggunakan program Microsoft Excel dan dianalisis menggunakan program SPSS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia contoh perdesaan persentase terbesar berada pada fase dewasa awal, sedangkan usia contoh perkotaan berada pada fase dewasa madya. Suku contoh perdesaan dan perkotaan dominan berasal dari sunda. Persentase terbesar pendidikan contoh perdesaan adalah tamat SD, sedangkan contoh perkotaan adalah tamat SMA, D3, dan S1. Persentase terbesar pekerjaan contoh baik di perdesaan dan perkotaan adalah sebagai ibu rumah tangga/tidak bekerja, sedangkan persentase terbesar pekerjaan suami contoh perdesaan adalah sebagai buruh dan suami contoh perkotaan sebagai pegawai swasta. Besar keluarga contoh perdesaan dan perkotaan termasuk kedalam keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga 3-4 orang. Rata-rata pendapatan per kap/bl contoh perdesaan adalah Rp 428.000,00 dan contoh perkotaan Rp 978.911,00. Rata-rata pengeluaran keluarga contoh perdesaan sebesar Rp 1.476.274,00/bl, sedangkan perkotaan sebesar Rp 3.575.455,00/bln dan untuk rata-rata pengeluaran beras contoh perdesaan Rp 167.453,00/bln, sedangkan contoh perkotaan sebesar Rp 169.000,00/bln

(4)

Sikap contoh dianalisis melalui tiga aspek, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Aspek kognitif pengurangan konsumsi beras contoh perdesaan berada pada kategori rendah yaitu sebesar 47,2 persen dan lebih dari setengah (57,1%) contoh perkotaan berada pada kategori sedang. Hampir setengah (45,3%) contoh perdesaan memiliki aspek afektif netral terhadap pengurangan konsumsi beras dan pada contoh perkotaan sebesar 58,9 persen memiliki aspek afektif menyukai pengurangan konsumsi beras. Baik pada contoh perdesaan dan perkotaan memiliki aspek konatif berkeinginan mengurangi konsumsi beras dengan persentase pada contoh perdesaan sebesar 56,6 persen dan contoh perkotaan sebesar 78,6 persen. Perilaku pengurangan konsumsi beras pada contoh perdesaan sebesar 77,4% tidak pernah berperilaku mengurangi konsumsi beras dan hampir dari setengah (46,4%) contoh perkotan kadang-kadang berperilaku mengurangi konsumsi beras. Hasil uji beda t-test menunjukan adanya perbedaan antara nilai yang dianut contoh terhadap beras di perdesaan dan perkotaan. Begitu pula dengan aspek kognitif, afektif, dan konatif serta perilaku pengurangan konsumsi beras pada kedua kelompok contoh

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson, terdapat hubungan yang nyata secara negatif antara nilai yang dianut contoh terhadap beras dengan aspek kognitif (r=-0,292), aspek afektif (r=-0,452), dan aspek konatif (r=-0,395) serta perilaku pengurangan konsumsi beras (r=-0,506). Variabel sikap yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan konatif memiliki hubungan yang nyata positif dengan perilaku pengurangan konsumsi beras dengan nilai koefisien korelasi aspek kognitif sebesar 0,331; pada aspek afektif sebesar 0,659; dan pada aspek konatif sebesar 0,541.

Variabel karakteristik contoh dan karakteristik keluarga berhubungan nyata secara negatif dengan nilai adalah umur (r=-0,220), pendidikan (r=-0,352), pendapatan (r=-0,346) dan pengeluaran (r=-0,350). Sedangkan variabel sikap (kognitif,afektif,konatif) dan perilaku pengurangan konsumsi beras memiliki hubungan yang nyata secara positif dengan karakteristik contoh dan keluarga.

Pengujian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras dilakukan dengan dua model. Pada model pertama dengan memasukkan variabel karakteristik contoh dan keluarga, nilai dan tiga komponen sikap yang menjadi variabel independent menghasilkan nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R square) sebesar 0,512. Artinya sebesar 51,2 persen variabel dependen perilaku pengurangan konsumsi beras dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan pada model dua hanya memasukan variabel nilai dan tiga komponen sikap yang menjadi variabel independent menghasilkan nilai Adjusted R square sebesar 0,475. Artinya sebesar 47,5 persen variabel dependent perilaku pengurangan konsumsi beras dijelaskan oleh variabel independent. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari hasil uji regresi pada model pertama menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras adalah perbedaan wilayah, nilai, dan aspek afektif, sedangkan pada model kedua variabel nilai dan aspek afektif masih tetap memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras.

Saran yang diberikan pada penelitian ini sebaiknya perlu diadakan iklan layanan masyarakat dan penyuluhan/sosialisasi kembali secara aktif mengenai perlunya mengurangi konsumsi beras dan menjelaskan kepada masyarakat bahwa bukan beras saja yang dapat dijadikan sebagai bahan makanan pokok penghasil karbohidrat. Pendidikan konsumen yang intensif mengenai pengetahuan pentingnya mengkonsumsi beragam jenis pangan juga perlu dilakukan kepada ibu rumah tangga dan anak sekolah

(5)

PENGARUH NILAI TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU

PENGURANGAN KONSUMSI BERAS PADA IBU RUMAH TANGGA

DI WILAYAH PERDESAAN DAN PERKOTAAN

TRI YULIYANTI

Skripsi

Sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

Pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Nilai Terhadap Sikap dan Perilaku Pengurangan Konsumsi Beras Pada Ibu Rumah Tangga di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor,September 2011

Tri Yuliyanti

(7)

© Hak cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.

(8)

Judul skripsi : Pengaruh Nilai terhadap Sikap dan Perilaku Pengurangan Konsumsi Beras pada Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan

Nama : Tri Yuliyanti

NIM : I24070040

Disetujui,

Pembimbing I

Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.FSA

Pembimbing II

Irni Rahmayani Johan, SP, MM

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

(9)

Penulis bernama Tri Yuliyanti dan dilahirkan di Jakarta, 7 Juli 1989. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Maryanto dan Suciah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Islam Ruhama dan lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ciputat hingga lulus tahun 2004. Setelah lulus Sekolah Menengah Pertama, kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Ciputat hingga lulus tahun 2007. Penulis kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2007.

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Pengaruh Nilai terhadap Sikap dan Perilaku Pengurangan Konsumsi Beras pada Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan”. Skripsi ini disusun oleh penulis untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung, memotivasi, dan memberikan doa serta semangat, sehingga skripsi penelitian ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.FSA dan Ibu Irni Rahmayani Johan, SP, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, perhatian, sumbangan pikiran dan kerja sama dalam penulisan skripsi penelitian ini

2. Dosen pembimbing akademik Ibu Dr. Ir Herien Puspitawati M.Sc, M.Sc atas bimbingannya selama masa perkuliahan di departemen Ilmu Keluarga dan konsumen

3. Ibu Alfiasari, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan Ibu Megawati Simanjutak, SP, M.Si selaku dosen penguji

4. Pemerintah Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor atas bantuan dan kerjasamanya

5. Seluruh staf dan jajaran dosen Institut Pertanian Bogor pada umumnya dan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen pada khususnya yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama kuliah di IPB 6. Kedua orang tua saya Maryanto dan Suciah, kakakku Lilis Suciani dan

Fany Suciani serta adikku Satriyo Wildan Rahmanto yang senantiasa mendukung, menyemangati, memberikan doa yang tulus kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

7. Riky Ariyanto atas dorongan, semangat serta bantuan yang tak henti-hentinya diberikan selama ini kepada penulis

(11)

9. Khaerun Nissa dan Arissa teman seperjuangan yang selalu bersedia berbagi kesulitan dan memberikan masukan, kritik, dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

10. Teman-teman yang selalu membantu, mendorong, dan menyemangati (Atira, Metha, Ayunda, Nadia, Agus, Astari, Karimah, Elmanora, Umu, Mustika Dewanggi dan Gilar) yang telah memberikan ide-ide pemikiran dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan teman-teman IKK khususnya angkatan 44 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, dorongan, dan kebersamaanya selama ini.

11. Teman-teman BEM FEMA periode 2008/2009, Himaiko periode 2009/2010 untuk semua kebersamaan dan pengalaman luar biasa dalam rangka bersama-sama mengembangkan diri.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi penelitian ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Harapan penulis penelitian ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, September 2011

(12)

DAFTAR ISI

(13)

PEMBAHASAN ... 60

SIMPULAN DAN SARAN ... 70

Simpulan ... 70

Saran ... 71

DATAR PUSTAKA ... 73

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Daftar komposisi bahan makanan ... 1

2 Jenis, Bahan, dan Cara Pengumpulan Data ... 23

3 Hasil uji validitas dan realibilitas ... 23

4 Variabel, Jenis Data, dan Kategori Data Penelitian ... 26

5 Usia contoh ... 33

6 Suku contoh ... 33

7 Pendidikan contoh ... 34

8 Pekerjaan contoh ... 35

9 Pendapatan perkapita keluarga ... 35

10 Pengeluaran keluarga ... 37

11 Pengeluaran beras per bulan ... 38

12 Besar keluarga ... 39

13 Pekerjaan suami contoh ... 39

14 Skor rata-rata nilai internal contoh ... 40

15 Skor rata-rata nilai eksternal contoh ... 42

16 Skor rata-rata nilai interpersonal Contoh ... 43

17 Sebaran contoh berdasarkan tiga orientasi nilai ... 44

18 Sebaran contoh berdasarkan orientasi nilai ... 44

19 Persentase jawaban aspek kognitif/pengetahuan ... 46

20 Sebaran contoh berdasarkan kategori aspek kognitif penurunan konsumsi beras ... 47

21 Skor rata-rata contoh berdasarkan jawaban aspek afektif ... 48

22 Sebaran contoh berdasarkan kategori aspek afektif penurunan konsumsi beras ... 48

23 Skor rata-rata contoh berdasarkan jawaban aspek konatif ... 49

24 Sebaran contoh berdasarkan kategori aspek konatif penurunan konsumsi beras ... 50

25 Skor rata-rata contoh berdasarkan jawaban perilaku pengurangan konsumsi beras ... 51

26 Sebaran contoh berdasarkan kategori perilaku pengurangan konsumsi beras ... 52

27 Sebaran contoh berdasarkan jumlah memasak beras per hari ... 52

(15)

29 Hubungan antara variabel karakteristik individu dan keluarga dengan variabel nilai, kognitif, afektif, konatif dan perilaku pengurangan

konsumsi beras ... 55

30 Hubungan antara variabel nilai, aspek kognitif, aspek afektif, aspek konatif, dan perilaku pengurangan konsumsi beras ... 57

31 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pengurangan pengurangan konsumsi beras ... 59

DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Model metodelogis nilai ... 9

2 Kerangka berpikir penelitian ... 19

3 Skema cara penarikan contoh ... 22

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil uji realibilitas ... 76

2 Hasil uji korelasi ... 77

3 Hasil uji regresi ... 79

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan merupakan negara yang komoditas utama nya adalah beras. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia yang memberikan energi dan karbohidrat cukup tinggi. Masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai bahan dasar pokok pencipta energi. Beras merupakan komoditi yang sangat penting karena sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok (Sinaga 2010). Padahal tidak hanya beras saja yang dapat dijadikan makanan pokok. Masih banyak jenis pangan lainnya seperti jagung, kentang, singkong, dan ubi yang dapat dijadikan makanan pokok dan tentunya memiliki kadar energi dan karbohidrat hampir sama dengan beras

Sediaoetama, (2006) beras merupakan sumber energi paling tinggi dibandingkan dengan jenis pangan lainnya. Beras juga merupakan sumber karbohidrat tertinggi dibandingkan dengan jenis pangan lainnya, yaitu mencapai 360 kalori dan 78.9 gram, maka tidak heran beras paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Perbandingan jumlah energi dan karbohidrat beberapa jenis pangan dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Komposisi beberapa jenis bahan pangan

No Nama pangan Energi (kal) Karbohidrat (gram)

1 Beras 360 78.9

2 Jagung 140 33.1

3 Singkong 146 36.7

4 Ubi 123 27.9

5 Kentang 83 19.1

Sumber Sediaoetama (2006)

Menurut Suswono konsumsi sumber karbohidrat masyarakat Indonesia saat ini sekitar 78% didominasi beras, 17% terigu, dan hanya 5% berasal dari umbi dan biji-bijian. Sumber karbohidrat dari umbi dan biji-bijian ini dikonsumsi sebagai aneka makanan ringan dan belum sebagai bahan pangan seperti halnya dengan beras, padahal jika sumber pangan dari umbi-umbian dapat dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, tentu saja masyarakat Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras.1

(17)

Pada tahun 2003 konsumsi beras masyarakat Indonesia sebesar 135 kg tiap orang pertahun, sedangkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 139 kg per orang tiap tahun yang seharusnya rata-rata konsumsi beras internasional hanya sekitar 60 kg per orang per tahun, angka konsumsi tersebut meletakan masyarakat Indonesia sebagai konsumen beras tertinggi di dunia 2

Pemerintah menginginkan agar masyarakat Indonesia tidak hanya mengkonsumsi beras saja tetapi juga dapat meningkatkan varian pangan lainnya seperti: daging, telur, singkong, jagung dan umbi-umbian. Beragam jenis makanan yang dikonsumsi tentu saja membuat kadar gizi yang masuk kedalam tubuh akan lebih banyak. Kualitas pangan masyarakat Indonesia menunjukan bahwa makanan yang dikonsumsi lebih didominasi oleh karbohidrat dan proteinnya masih kurang. Masyarakat Indonesia menganggap bahwa sumber karbohidrat paling banyak ada pada beras dan beras merupakan jenis makanan

. Kondisi yang ditunjukkan oleh data tersebut dapat berdampak pada semakin tingginya kebutuhan beras dalam negeri yang menyebabkan produksi beras tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia sehingga mengharuskan negara melakukan impor beras, padahal dengan melakukan impor beras tentunya akan merugikan perekonomian Indonesia, dan menimbulkan kerugian bagi para petani lokal, karena hasil panennya dibeli dengan harga murah.

Strategi untuk mengurangi konsumsi beras di Indonesia diantaranya dapat dilakukan dengan cara meragamkan jenis pangan, selain untuk mengurangi konsumsi pangan terhadap beras, Keragaman pangan dapat berfungsi untuk peningkatkan gizi masyarakat karena jenis makanan yang dikonsumsi akan lebih bervariasi, sehingga asupan gizi yang dikonsumsi pun akan lebih banyak. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk melakukan keragaman pangan adalah dengan mencanangkan program One Day No rice (satu hari tanpa nasi). Hal ini bertujuan untuk menurunkan tingkat konsumsi beras dan mengajak masyarakat Indonesia agar tidak selalu bergantung pada beras sebagai makanan pokok. Selain itu program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas keragaman pangan masyarakat Indonesia.

2

(18)

yang paling bagus dikonsumsi oleh tubuh, padahal masih banyak asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan itu tidak selalu ada diberas.

Kecenderungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi beras biasanya dipengaruhi oleh nilai yang tertanam dalam jiwa setiap individu. Nilai merupakan sesuatu hal yang diyakini dan dapat mengarahkan setiap individu dalam berperilaku. Faktor yang berpengaruh dalam pembentukan nilai, biasanya dipengaruhi oleh lingkungan setempat (lingkungan tempat individu tinggal). Dimana individu yang tinggal di daerah perkotaan biasanya akan memiliki nilai yang berbeda dengan individu yang tinggal di perdesaan. Melalui nilai-nilai tersebut dapat membentuk sikap, dan selanjutnya melalui sikap akan menentukan perilaku konsumsi (Mowen & Minor 2002). Nilai yang dianut setiap individu menjadi hal mendasar mengapa masyarakat Indonesia sangat bergantung pada beras sebagai makanan pokok, sehingga dibutuhkan penelitian mengenai pengaruh nilai terhadap beras dan bagaimana sikap serta perilaku konsumen dalam mengurangi konsumsi beras.

Perumusan Masalah

Makanan pokok masyarakat Indonesia saat ini masih didominasi oleh beras, sehingga ketergantungan pada beras semakin tinggi. Hal ini terbukti dengan jumlah konsumsi beras masyarakat Indonesia tahun 2009 mencapai 139 kg per orang per tahun. Sedangkan jumlah produksi pada tahun 2009 sebesar 64.398.890 ton (BPS 2010). Adanya ketimpangan tersebut membuat pemerintah membuka jalur impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras yang berasal dari negara lain sebesar 193.621.498 kg (BPS 2010). Padahal Indonesia merupakan negara agraris, yang komoditi utamanya adalah pertanian khususnya beras.

(19)

Nilai internal merupakan nilai-nilai individual yang muncul secara pribadi, jadi jika seseorang mengkonsumsi beras lebih karena nilai yang tertanam dalam diri sendiri bahwa beras yang paling cocok untuk dijadikan sebagai makanan pokok, sedangkan nilai eksternal merupakan nilai-nilai individu karena adanya pegaruh dari faktor luar, jadi jika seseorang mengkonsumsi beras lebih karena pengaruh dari lingkungan dan nilai interpersonal merupakan nilai untuk mengukur orientasi antar pribadi. Dari tiga tipe nilai tersebut diduga akan membentuk sikap setiap individu dalam menurunkan konsumsi beras. Sikap sendiri terdiri dari tiga aspek, dimana aspek kognitif merupakan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk, aspek afektif merupakan hal yang dirasakan konsumen terhadap suatu produk/perasaan suka atau tidak suka konsumen terhadap suatu produk, dan aspek konatif merupakan kecenderungan/keinginan konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut

Kegunaan nilai sendiri dapat memberi arahan kepada setiap individu untuk mencapai tujuan, memberi informasi kepada individu untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan dan sebagai dasar pada proses management, dimana manajemen merupakan wadah untuk menjelaskan nilai itu sendiri Guhardja et.al (1992). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa nilai seseorang adalah apa yang dianggap baik, berguna dan penting bagi dirinya. Nilai yang dianut setiap individu akan berbeda. Adanya nilai yang dianut terhadap beras akan membentuk sikap mengurangi konsumsi beras. Pada masyarakat perdesaan dan perkotaan dengan latar belakang keadaan tempat lokasi yang berbeda, tentunya akan mempengaruhi perilaku pengurangan konsumsi beras. Berdasarkan ulasan tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai analisis pengaruh nilai terhadap sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras pada ibu rumah tangga perdesaan dan perkotaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai apa yang dianut konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengkonsumsi beras ?

2. Bagaimana sikap konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengurangi konsumsi beras ?

(20)

4. Bagaimana hubungan nilai dengan sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras ?

5. Bagaimana hubungan sikap dengan perilaku pengurangan konsumsi beras ?

6. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras ?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai terhadap sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras pada ibu rumah tangga di wilayah perdesaan dan perkotaan

Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis perbedaan nilai-nilai yang dianut konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengkonsumsi beras.

2. Menganalisis perbedaan sikap pada konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengurangi konsumsi beras.

3. Menganalisis perbedaan perilaku pengurangan konsumsi beras pada konsumen perdesaan dan perkotaan.

4. Menganalisis hubungan nilai dengan sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras

5. Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku pengurangan konsumsi beras.

6. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah 1. Peneliti/mahasiswa

(21)

2. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan pendidikan konsumen khususnya mengenai pengurangan konsumsi beras serta menambah penelitian tentang konsumen

3. Konsumen

Memberikan informasi mengenai nilai yang diyakini terhadap beras dan bagaimana sikap serta perilaku pengurangan konsumsi beras, sehingga dapat melakukan penganekargaman jenis pangan

4. Pemerintah

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Konsumen

Solomon (2002), menyebutkan bahwa perilaku konsumen merupakan ilmu yang dipelajari untuk mengetahui proses yang dilakukan individu atau kelompok untuk menyeleksi, membeli atau menggunakan dan mengkonsumsi produk, pelayanan, ide atau pengalaman sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Menurut Hawkins, Best dan Coney (2001), perilaku konsumen adalah studi yang mempelajari tentang individu, kelompok atau organisasi dan proses untuk menyeleksi, menjamin, menggunakan, dan mengkonsumsi produk, pelayanan, dan pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak prosesnya terdapat pada konsumen dan masyarakat.

Sumarwan (2002), mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk atau jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994), perilaku konsumen adalah tindakan konsumen yang langsung terlibat dalam upaya, mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan tersebut. Solomon (1999) menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi mengenai proses yang terlibat ketika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau menghabiskan produk, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Kotler (1997), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli/mengkonsumsi produk antara lain adalah faktor budaya, sosial, pribadi (perbedaan individu), dan psikologis.

(23)

konsumen yang sering dilakukan oleh sebagian besar masyarakat yaitu, perilaku mengkonsumsi bahan makanan pokok salah satunya adalah beras.

Konsumsi beras dipilih sebagai makanan pokok karena sumber daya alam lingkungan mendukung penyediaan beras dalam jumlah yang cukup, mudah dan cepat pengelolahannya, memberikan kenikmatan pada saat menyantapnya dan aman dari segi kesehatan (Haryadi 2008). Kebiasaan konsumsi beras biasanya terjadi karena adanya faktor budaya, dimana nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat (Sumarwan 2002).

Nilai Konsumen

Nilai merupakan salah satu unsur budaya. Budaya merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen. Konsumen merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup bersama dengan orang lain dan berinteraksi dengan sesamanya. Konsumen saling berinteraksi satu sama lain, saling mempengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting (Sumarwan 2002).

Sikap dan tindakan individu dalam suatu masyarakat dalam beberapa hal yang berkaitan dengan nilai, keyakinan aturan dan norma akan menimbulkan sikap dan tindakan yang cenderung homogen. Artinya, jika setiap individu mengacu pada nilai, keyakinan, aturan dan norma kelompok, maka sikap dan perilaku mereka akan cenderung seragam (Sutisna 2001). Dari budaya itulah nilai terbentuk.

Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau masyarakat. Nilai bisa berarti sebuah kepercayaan tentang suatu hal, namun nilai bukan hanya kepercayaan. Dalam berperilaku seseorang diarahkan oleh nilai yang sesuai dengan budayanya. Nilai biasanya berlangsung lama dan sulit berubah. Nilai akan membentuk sikap seseorang, yang kemudian melalui sikap akan mempengaruhi perilaku seseorang (Sumarwan 2002).

(24)

merupakan faktor penentu dalam berbagai tingkah laku sosial (Rokeach 1973 & Danandjaja 1985 diacu dalam Ndraha 2005). Nilai hanya dapat dipahami jika dikaitkan dengan sikap dan tingkah laku dalam sebuah model metodologis (Soebijanta 1988, diacu dalam Ndraha 2005)

Nilai Sikap Tingkah laku

Gambar 1. Model Metodologis Nilai (Sobijanto 1988)

Rokeach (1973) diacu dalam De Groot & Steg (2006), mengatakan nilai sebagai keyakinan, nilai memiliki aspek kognitif yaitu meliputi pemikiran individu tentang apa yang diinginkan, afektif yaitu dapat menjelaskan perasaan individu atau kelompok, dimana individu atau kelompok tersebut memiliki emosi terhadap apa yang diinginkan dan tingkah laku yaitu nilai merupakan variabel yang berpengaruh dalam mengarahkan tingkah laku yang ditampilkan. Nilai dapat dijadikan kriteria penting bagi setiap individu dalam malakukan evaluasi dan membuat keputusan (Homer & Kahle 1988 diacu dalam De Groot & Steg 2006).

Engel, Blackwell dan Miniard (1994), menjelaskan bahwa nilai merupakan kepercayaan (dengan komponen kognitif, afektif, dan tingkah laku) mengenai apa yang harusnya dikerjakan seseorang (tetapi tidak selalu dikerjakan), baik mengenai tujuan (keadaan akhir atau elemen terminal) dan cara berperilaku (komponen instrumental) untuk mencapai tujuan. Nilai pribadi biasanya diukur sebagai instrumental atau terminal. Nilai instrumental adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai nilai-nilai terminal, sedangkan nilai terminal merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dan dapat diaplikasikan di berbagai budaya/sistem nilai (Kasali 2005).

(25)

nasional, keselamatan, harga diri, bersenang-senang, pengakuan sosial, persahabatan sejati, dan bijaksana.

Rokeach (1973), diacu dalam De Groot dan Steg (2006) menyatakan bahwa ciri-ciri nilai terdiri dari lima komponen yaitu: (1) Nilai yang menetap, karena nilai merupakan sesuatu yang awalnya diajarkan secara terpisah dari nilai yang lain sebagai sesuatu yang bersifat mutlak, (2) nilai sebagai keyakinan yang mendasari individu untuk bertindak sesuai keinginannya, (3) nilai mengacu pada cara bertindak atau kondisi akhir yang ingin dicapai, (4) nilai sebagai pilihan yang didasarkan pada keinginan, dan (5) Nilai merupakan konsepsi dari sesuatu yang dikehendaki secara personal ataupun sosial, sedangkan Kadarwati (1998), menyatakan bahwa ada tiga fungsi nilai yaitu: (1) Nilai sebagai suatu standar yang mengarahkan tingkah laku, (2) Nilai berfungsi sebagai pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, dan (3) Nilai sebagai motivasi dalam mencapai tujuan tertentu

Untuk mengetahui nilai yang dianut setiap individu dalam hubungannya dengan perilaku konsumen diperlukan alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur nilai tersebut. Penelitian ini menggunakan alat ukur The List Of Value (LOV). Alat ukur/instrument nilai ini dikembangkan oleh Lynn R. Kahle pada tahun 1983 (kasali 2005). Skala LOV disediakan untuk penelitian masyarakat, sehingga tingkat keabsahan dan reliabilitasnya dapat dinilai (Mowen dan Minor 2002).

Skala LOV yang berhasil disusun oleh Kahle (1983), diacu dalam Mowen & Minor (2002) berfokus pada tiga orientasi: 1). Nilai internal merupakan jenis nilai yang muncul dari dalam diri sendiri, yang termasuk nilai internal adalah pemenuhan diri, kegembiraan, pencapaian prestasi, dan harga diri. 2). Nilai eksternal merupakan jenis nilai yang berfokus pada dunia luar, nilai tersebut terbentuk karena adanya pengaruh dari lingkungan yang termasuk nilai eksternal adalah rasa kebersamaan, dihormati, dan rasa aman. 3). Nilai interpersonal/mengukur orientasi antar pribadi merupakan jenis nilai yang terbentuk dari dalam diri sendiri dan adanya pengaruh dari lingkungan yang termasuk nilai interpersonal adalah kesenangan hidup dan kehangatan hubungan dengan orang lain.

(26)

tersebut akan memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumsi. Pengaruh tersebut membentuk sebuah kesadaran akan manfaat yang diperoleh setelah mengkonsumsi barang tersebut. Sebagai contoh, sebuah studi baru mengungkapkan bahwa orang dengan penekanan pada nilai-nilai internal akan berusaha mengendalikan hidup mereka. Keinginan untuk mengendalikan ini memperluas keputusan konsumen seperti dimana mereka akan makan dan dimana mereka akan berbelanja, serta diekspresikan sebagai kebutuhan untuk memeperoleh gizi yang baik dengan membeli makanan alami. Sebaliknya mereka yang berorientasi eksternal cenderung menghindari makanan alami, yang mungkin disebabkan oleh keinginan untuk menyesuaikan diri dengan preferensi masyarakat lebih luas. Riset skala LOV menyatakan bahwa nilai yang dianut setiap individu akan mempengaruhi sikap, dan kemudian dari sikap tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumsinya (Mowen & Minor 2002).

Sikap Konsumen

Schiffman dan Kanuk (2004), menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu, sedangkan Hawkins, Best, dan Coney (2001), menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga aspek yang dinyatakan dalam model konsistensi komponen, yaitu: aspek kognitif/pengetahuan, aspek afektif, dan aspek konatif.

1. Aspek pengetahuan merupakan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk.

2. Aspek afektif, merupakan perasaan atau reaksi emosional terhadap objek.

3. Aspek konatif, merupakan kecenderungan seseorang dalam merespon beberapa ragam pada objek atau aktivitas. Komponen konatif memberikan kecenderungan respon atau maksud untuk berperilaku. Pernyataan yang sama pun disampaikan oleh Suryani (2008) yang menyebutkan bahwa sikap terbentuk melalui tiga komponen atau yang sering dikenal sebagai model ABC yang artinya sikap mengandung aspek Affective/perasaan, Behavior/keinginan berprilaku, dan Cognitive/pengetahuan

Aspek Kognitif (Pengetahuan)

(27)

pengalaman langsung terhadap suatu objek dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber, sedangkan Solomon (1999), mendefinisikan pengetahuan sebagai kepercayaan konsumen terhadap suatu objek.

Mowen dan Minor (2002), menyatakan bahwa ada tiga jenis pengetahuan, yaitu (1) Pengetahuan objektif merupakan pengetahuan mengenai informasi tentang kelas produk dimana konsumen telah menyimpannya dalam memori jangka panjang. (2) Pengetahuan subjektif adalah persepsi konsumen tentang apa atau seberapa banyak pengetahuan konsumen mengenai kelas produknya, dan (3) Pengetahuan lainnya merupakan pemahaman tentang seberapa banyak pengetahuan konsumen terhadap suatu produk. Antara pengetahuan objektif dan pengetahuan subjektif tidak berkolerasi satu sama lain.

Para ahli psikologi kognitif dalam Sumarwan (2002), membagi pengetahuan menjadi dua, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedur. Pengetahuan deklaratif adalah fakta subjektif yang diketahui oleh seseorang. sedangkan pengetahuan prosedur adalah pengetahuan mengenai bahan-bahan yang akan digunakan.

Suryani (2008) menjelaskan bahwa komponen kognitif biasanya dipengaruhi oleh pengalaman individu, pengamatan langsung serta informasi yang diperoleh mengenai objek sikap.

Aspek Afektif

Afektif adalah ungkapan perasaan konsumen terhadap suatu objek, apakah konsumen menyukai atau tidak menyukai objek tersebut. Afektif konsumen merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen, karena afektif sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku Sumarwan (2002). Peter dan Olson (1999) mendefinisikan afektif sebagai evaluasi keseluruhan seseorang terhadap sebuah konsep. Hal yang sama, disampaikan oleh Schiffman dan Kanuk (2004) mendefinisikan afektif sebagai emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau merek tertentu. Emosi dan perasaan mencakup penilaian seseorang terhadap suatu objek secara langsung dan menyeluruh.

(28)

Konatif (Maksud Berperilaku)

Konatif adalah sikap yang menggambarkan kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan objek sikap (produk atau merek tertentu). Konatif bisa juga meliputi perilaku yang sesungguhnya terjadi Sumarwan (2002). Sedangkan Schiffman dan Kanuk (2004) mendefinisikan komponen konatif sebagai kemungkinan atau kecenderungan yang akan dilakukan seseorang melalui tindakan khusus atau berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap tertentu. Dalam riset pemasaran dan konsumen, komponen konatif sering dianggap sebagai pernyataan maksud konsumen untuk membeli/berperilaku.

Sumarwan (2002) menjelaskan bahwa ada empat fungsi sikap yaitu: 1. Fungsi Utilitarian

Seseorang menyatakan sikapnya terhadap suatu objek atau produk karena ingin memperoleh manfaat dari produk tersebut atau menghindari resiko dari produk. Sikap ini berfungsi mengarahkan perilaku untuk mendapatkan penguatan positif atau menghindari resiko, karena itu sikap berperan seperti Operant conditioning.

2. Fungsi mempertahankan Ego

Sikap berfungsi untuk melindungi seseorang dari keraguan yang muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin menjadi ancaman bagi dirinya. Sikap tersebut berfungsi untuk meningkatkan rasa aman dari ancaman yang datang dan menghilangkan keraguan yang ada dalam diri konsumen. Sikap akan menimbulkan kepercayaan diri yang lebih baik untuk meningkatkan citra diri dan mengatasi ancaman dari luar. 3. Fungsi Ekspresi nilai

Sikap ini berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan, dan opini dari seorang konsumen.

4. Fungsi pengetahuan

(29)

Karena sikap positif terhadap suatu produk seringkali mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk.

Konsumsi Beras

Pola konsumsi pangan pokok ditentukan dari sumbangan energi dari masing-masing pangan pokok terhadap total energi dari konsumsi pangan pokok. Berdasarkan sumbangan energi tersebut pola konsumsi pangan pokok lebih dari satu jenis seperti beras dengan umbi-umbian atau beras dengan umbi-umbian dan jagung (Muttaqin 2008). Lubis (2005) menyebutkan bahwa konsumsi pangan pokok Indonesia yang paling banyak adalah beras, kemudian jagung, terigu, ubi jalar, dan ubi kayu.

Sebagian besar penduduk dibeberapa negara Asia Tenggara sangat menggantungkan hidupnya pada beras yang ditanak menjadi nasi sebagai makanan pokok (Haryadi 2008). Menurut Khimaidi (1997) makanan pokok adalah makanan yang dalam sehari-hari mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar, sedangkan pangan pokok utama adalah pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditas lain

Beras menjadi pangan pokok utama tidak hanya karena tingkat konsumsinya yang tinggi tetapi juga sumbangannya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi. Kebutuhan konsumsi protein juga lebih dari 40 persen disumbang dari konsumsi beras Harianto (2001), diacu dalam Muttaqin (2008).

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terkait dengan nilai dan sikap konsumen terhadap perilaku konsumsi, termasuk perilaku konsumsi terhadap pangan telah banyak dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan perilaku konsumsi pangan yaitu.

(30)

keputusan pembelian susu cair, selain itu responden memiliki tingkat kesadaran yang cukup tinggi akan kebutuhan konsumsi pangannya. Sebagian besar responden menyatakan bahwa kesadaran akan kesehatan berada pada peringkat pertama atau menjadi perioritas utama dalam hal keputusan pembelian dan jenis pangan yang akan dikonsumsinya, kemudian kesadaran akan rasa menjadi peringkat kedua setelah kesadaran akan kesehatan, dan kesadaran akan lingkungan menjadi peringkat terakhir dalam diri responden. Dengan menggunakan uji korelasi, penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara nilai-nilai konsumen dengan kebutuhan.

Penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2001), yang berjudul “Analisis Sikap Konsumen berdasarkan List Of Value dalam Melakukan Pembelian Produk Sepatu Jenis High Fashion PT Sepatu Bata TBK di DKI Jakarta. Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan contoh sebanyak 200 konsumen dari lima wilayah gerai sepatu high fashion di DKI Jakarta yang berbeda. Pada penelitian ini dengan menggunakan uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat tiga nilai dari List Of Value bervariasi secara signifikan diantara kelompok konsumen. Kemudian nilai-nilai dari List Of Value tidak memiliki hubungan dengan karakteristik konsumen, yaitu jenis kelamin, pendidikan, dan kelas sosial-ekonomi. Selanjutnya analisis terhadap pertimbangan konsumen berdasarkan List of Value, dalam melakukan pembelian sepatu high fashion menghasilkan lima faktor yang dominan yang dilakukan oleh konsumen dalam melakukan pembelian sepatu high fashion.

(31)

Penelitian yang dilakukan oleh Parhati (2011) yang berjudul “Analisis Perilaku dan Konsumsi Buah di perdesaan dan perkotaan”. Menunjukan bahwa pengetahuan konsumen yang berbeda wilayah, tentu saja akan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda pula sehingga dapat berpengaruh pada perilaku konsumsinya. Pada penelitian ini dengan menggunakan uji beda independent t- tes, terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi pembelian dan konsumsi buah di perdesaan dan perkotaan. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah pembelian dan konsumsi buah di perdesaan dan perkotaan.

(32)

KERANGKA PEMIKIRAN

Konsumsi beras masyarakat Indonesia saat ini mencapai sekitar 139 kg per orang per tahun, sedangkan jumlah pasokan beras yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan terhadap beras, sehingga mengharuskan melakukan impor beras. Ketergantungan akan beras terjadi karena masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa hanya beras yang dapat dijadikan sebagai makanan pokok. Anggapan tersebut sangat erat kaitannya dengan nilai yang dianut oleh setiap individu terhadap beras.

Nilai merupakan salah satu unsur budaya. Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh setiap individu (Sumarwan 2002). Nilai bisa berarti sebuah kepercayaan tentang suatu hal, namun nilai bukan hanya kepercayaan. Dalam berperilaku setiap individu diarahkan oleh nilai yang diyakininya. Nilai biasanya berlangsung lama dan sulit berubah. Nilai-nilai individual yang terbentuk akan mempengaruhi perilaku konsumen (Kasali 2005). Akan tetapi nilai yang dimiliki setiap individu belum tentu memiliki tingkatan yang sama.

Permasalahan yang muncul saat ini adalah kecenderungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi beras sebagai makanan pokok dimana hal tersebut terbentuk melalui nilai-nilai yang dianut. Nilai-nilai individual yang dianut dikategorikan menjadi tiga jenis nilai yaitu nilai internal, nilai eksternal dan nilai interpersonal. Dari ketiga jenis nilai tersebut akan berhubungan dengan sikap mengurangi konsumsi beras. Sikap sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Aspek kognitif merupakan pengetahuan konsumen terhadap pengurangan konsumsi beras, aspek afektif merupakan perasaan suka atau tidak suka konsumen terhadap pengurangan konsumsi beras dan aspek konatif merupakan maksud berperilaku atau keinginan konsumen dalam mengurangi konsumsi beras. Dari ketiga aspek sikap tersebutlah yang nantinya akan berpengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras.

(33)
(34)

Keterangan

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Nilai terhadap Sikap dan Perilaku Pengurangan konsumsi Beras pada Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Perdesaan dan Perkotaan

Karakteristik individu • Usia

• Suku • pendidikan • Pekerjaan

Karakteristik keluarga • Pendapatan • Pengeluaran • Jumlah keluarga Tempat tinggal (wilayah) • Desa dan Kota

Karakteristik lingkungan • Harga beras

• Ketersedian produk • Kelompok acuan • Peran dan status

Nilai Terhadap

Beras

Perilaku pengurangan konsumsi beras Sikap Pengurangan

Konsumsi Beras Kognitif

Afektif

Konatif

(35)

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus untuk satu kali penelitian dan menggambarkan situasi pada saat tertentu tentang cakupan data (Umar 2005), serta dengan menggunakan metode survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat utama pengumpul data.

Penelitian dilakukan di wilayah yang mewakili Kota dan Kabupaten Bogor dengan alasan bahwa Kota dan Kabupaten Bogor memiliki karakteristik penduduk yang berbeda. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu, di Kelurahan Sempur Kecamatan Bogor Tengah sebagai perwakilan wilayah Perkotaan Bogor dan Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga sebagai perwakilan wilayah Perdesaan Bogor. Kelurahan Sempur dipilih menjadi lokasi penelitian, karena kelurahan tersebut merupakan kelurahan yang memiliki keragaman demografi dan berada dekat dengan pusat kota. Desa Cikarawang dipilih sebagai tempat penelitian karena desa tersebut masih memiliki lahan persawahan dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Waktu penelitian termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan, dan analisis data serta penulisan laporan dilaksanakan dalam jangka waktu tujuh bulan, terhitung mulai Februari sampai September 2011.

Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

(36)

perkotaan, karena di RT tersebut karakteristik masyarakat perkotaanya lebih terlihat dengan jumlah populasi 260 ibu rumah tangga dan pada Desa Cikarawang RT yang dipilih menjadi anggota populasi adalah keluarga yang tinggal RT 2, 3 dan 4 sebagai pewakilan wilayah perdesaan, karena di RT tersebut karakteristik masyarakat perdesaan lebih terlihat dengan jumlah populasi 224 ibu rumah tangga. Total populasi di wilayah penelitian sebanyak 504 ibu rumah tangga. Tujuan pemisahan wilayah ini untuk mengetahui keragaman nilai yang dianut terhadap beras dan bagaimana sikap serta perilaku pengurangan konsumsi beras. Penentuan jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus Slovin, yaitu salah satu teknik penentuan jumlah responden untuk penelitian sosial dengan taraf nyata sebesar 8,5 persen (Umar 2005).

Keterangan:

n = Jumlah contoh yang diambil

N = Jumlah populasi rumah tangga di wilayah penelitian e = Kesalahan sebesar 8,5 persen

Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah 109 contoh, dari total populasi 504. Dari 109 responden dibagi menjadi dua wilayah. Pembagian jumlah responden terhadap kedua wilayah ditentukan berdasarkan perhitungan propotional yaitu:

keterangan:

Ni = Total subpopulasi N = Total populasi n = besarnya contoh

ni = Besarnya contoh untuk setiap populasi

Wilayah perdesaan jumlah 244 ibu rumah tangga

Wilayah perkotaan dengan jumlah 260 ibu rumah tangga

Berdasarkan perhitungan proposional tersebut dapat ditentukan bahwa jumlah contoh yang berada pada wilayah perdesaan sebanyak 53 orang, sedangkan jumlah contoh yang berada pada wilayah perkotaan sebanyak 56

(37)

Gambar 3. Teknik pengambilan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data langsung yang diperoleh dari responden dengan cara wawancara langsung dan mengisi kuesioner yang mencakup karakteristik individu (usia, suku, pekerjaan, dan pendidikan) karakteristik keluarga (pendapatan, pengeluaran, dan jumlah anggota keluarga), variabel nilai (nilai internal, eksternal, dan interpersonal), sikap (kognitif, afektif, dan konatif), dan perilaku pengurangan konsumsi beras dengan pertanyaan terbuka dan tertutup.

Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Survey Sosial Ekonomi Nasional, buku, artikel, internet, jurnal dan literatur-literatur yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga terkait serta bahan pustaka yang diambil dari hasil penelitian sebelumnya. Data sekunder digunakan sebagai acuan dalam penelitian sehingga

Proposional random sampling Purposive

Purposive

RT 2, 3 dan 4 RT 1,2 dan 3

Kelurahan Sempur (7 RW)

Desa Cikarawang (7 RW)

n = 56 n = 53

Total n = 109 Kecamatan Bogor Tengah

(11 Kelurahan)

Kecamatan Darmaga (10 Desa) Bogor

(38)

permasalahan yang diteliti dapat dipahami secara lebih mendalam. Tabel 2 Jenis, data, dan cara pengumpulan data

No Data Jenis data Cara Pengumpulan

1 Karakteristik individu (Usia, suku, pendidikan, pekerjaan) Karakteristik keluarga (pendapatan, pengeluaran, jumlah anggota keluarga)

Primer Wawancara dan kuesioner

2 Nilai (internal,eksternal,interpersonal) Primer Wawancara dan kuesioner 3 Sikap (kognitif, afektif,konatif) Primer Wawancara dan

kuesioner 4 Perilaku pengurangan konsumsi beras Primer Wawancara dan

kuesioner 5 Profil Kelurahan Sekunder Permohonan data

Kelurahan Sempur

6 Profil Desa Sekunder Permohonan data

kantor Desa Cikarawang

Pengolahan dan Analisis Data

Instrumen yang telah disusun diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji validitas dilakukan sehingga instrumen dapat menjadi alat ukur yang mampu memperoleh data secara valid. Agar instrumen memiliki keterandalan dan dapat dipercaya, dilakukan uji reliabilitas. Jika hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang menghasilkan hasil yang sama. Maka pengukuran tersebut memiliki reliabilitas yang baik. Hasil uji reliabilitas dan validitas instrumen disajikan pada Tabel 3

Tabel 3 Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

No Variabel Reliabilitas Kisaran validitas

1 Nilai internal 0,841 0.492**-0.685**

2 Nilai eksternal 0,644 0.292*-0.647**

3 Nilai interpersonal 0,690 0.420**-0.668**

4 Aspek kognitif 0,632 0.293*-0.593**

5 Aspek afektif 0,763 0.413**-0.767**

6 Aspek konatif 0.780 0.429**-0.686**

7 Perilaku pengurangan konsumsi beras 0.685 0.534**-0.657**

Data yang diperoleh dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan inferensia

(39)

deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 1988) Analisis statistik inferensia yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson, regresi linier berganda, Mann Whitney dan independent t test. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Exel 2007 dan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 16.0 for windows. Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan sebagai berikut:

1. Karakteristik individu dan keluarga dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan tabulasi silang. Statistik deskriptif bertujuan untuk menganalisis metode pendekatan kuantitatif dengan menggunakan rataan, standar deviasi, minimum, maksimum, dan pengkategorian peubah sehingga dapat memberikan makna terhadap data.

2. Nilai-nilai yang dianut konsumen dalam konsumsi beras dianalisis melalui statistik deskriptif dan tabulasi silang. Statistik deskriptif dan tabulasi silang dapat digunakan untuk memberikan makna terhadap data tersebut. Untuk mengukur nilai digunakan 27 pertanyaan yang terdiri dari tiga komponen yaitu nilai internal, eksternal, dan interpersonal. Skala yang digunakan dalam pengukuran nilai, menggunakan skala likert yang dibagi kedalam lima interval kelas. Berdasarkan rumus berikut Slamet (1993) :

Kemudian didapat selang untuk variabel nilai menjadi: sangat tidak setuju (1,00-1,80), tidak setuju (1,81-2,60), netral (2,61-3,40), setuju (3,41-4,20), dan sangat setuju (4,21-5,00). Dari lima rentang tersebut kemudian dipersempit lagi menjadi tiga yaitu tidak menyakini (1,00-2,60), netral (2,61-3,40) dan menyakini (3,41-5,00)

(40)

Rendah (<60) Sedang (60 – 80) Tinggi (>80)

Aspek afektif diukur dengan menggunakan sembilan pertanyaan dan konatif diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan. Pada aspek afektif dan konatif, skala yang digunakan adalah skala likert yang dibagi menjadi lima interval kelas, yaitu sangat tidak setuju (1,00-1,80), tidak setuju (1,81-2,60), netral (2,61-3,40), setuju (3,41-4,20), dan sangat setuju (4,21-5,00). Dari lima rentang tersebut kemudian dipersempit lagi menjadi tiga yaitu tidak menyukai (1,00-2,60), netral (2,61-3,40) dan menyukai (3,41-5,00). Demikian pula dengan aspek konatif yang dibagi kedalam lima interval kelas, kemudian dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tidak berkeinginan mengurangi (1-2.60), netral (2.61-3.40), dan berkeinginan mengurangi (3.41-5).

Variabel perilaku pengurangan konsumsi beras diukur dengan tujuh pertanyaan. Skala yang digunakan adalah skala likert yang terdiri dari lima interval kelas, yaitu tidak pernah (1,00-1,80), jarang (1,81-2,60), kadang-kadang (2,61-3,40), sering (3,41-4,20), dan selalu (4,21-5,00). Untuk melihat perilaku pengurangan konsumsi beras peneliti membaginya menjadi tiga kategori yang interval kelasnya berdasarkan rumus Slamet (1993). Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu tidak mengurangi (1,00-2,60), kadang-kadang (2,61-3,40), dan selalu (3,41-5,00).

4. Hubungan nilai terhadap beras dengan sikap mengurangi konsumsi beras dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan tabulasi silang. Bentuk persamaanya adalah:

di mana:

r = Koefisien korelasi Pearson x = variabel bebas

y = variabel terikat

(41)

6. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras diuji dengan regresi linier berganda. Menurut Hasan (2002) uji regresi linier berganda adalah regresi linier dimana sebuah variabel terikat dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas.Bentuk umum dari persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6+ β7X7 + β8X8 + β9X9 Keterangan :

7. Uji beda T (Independent Sample T-test) digunakan untuk m elihat perbedaan skor ( j um lah t ot al) pada variabel yang diam at i yait u m elihat ada

t idaknya perbedaan pada m asing- m asing variabel kedua kelom pok cont oh

( desa dan kot a yang m enj adi t em pat penelit ian). Rumus pengujian dengan uji T adalah sebagai berikut:

8. Uni beda Mann Whitney digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan setiap item pernyataan pada masing-masing variabel kedua kelompok contoh. Rumus pengujian dengan uji Mann Whitney adalah sebagai berikut:

U=n1n1 +n1(n1+ 1) – R1 2

Ket : u = Uji beda

n = Jumlah sampel R = Jumlah peringkat

Variable-variabel yang diteliti menggunakan skala dan kategori yang diuraikan pada Tabel 4. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah nominal, ordinal, dan rasio. Pengkategorian telah disesuaikan dengan jenis variabel yang diukur

Y = Perilaku pengurangan konsumsi beras α = Konstanta Regresi

β = Koefisien Regresi

X1 = Wilayah (0=perdesaan 1=perkotaan) X2 = Usia (tahun)

X3 = Pendidikan (tahun) X4 = Pendapatan (rupiah)

X5 = Jumlah anggota keluarga (orang) X6 = Nilai (skor)

(42)

Tabel 4 Variabel, jenis data, dan kategori data penelitian

No Variabel Jenis data yang di uji Kategori 1 Usia Rasio Berdasarkan Hurlock (1980)

1. Dewasa awal (20-30 tahun) 2. Dewasa madya (31-40 tahun) 3. Dewasa akhir (>40tahun) 2 Jumlah

keluarga

Rasio Berdasarkan BKKBN (2005) 1. Keluarga kecil (≤ 4 orang) 2. Keluarga sedang (5-6 orang) 3. Keluarga besar (≥ 7 orang)

Rasio Berdasarkan BPS (2010) 1. <185.335

Rasio Berdasarkan SES AC Nielsen (2010) 1. SES E = <700.000

2. SES D = 700.000-1.000.000 3. SES C2 = 1.000.001-1.5000.000 4. SES C1 = 1.500.001-2.000.000

Ordinal Berdasarkan Slamet (1993) 1. Tidak menyakini 2. Netral

3. Menyakini 9 Sikap (aspek

kognitif)

Ordinal Berdasarkan Khomsan (2002) 1. Rendah

(43)

Lanjutan Tabel 4 Variabel, jenis data, dan kategori data penelitian No Variabel Jenis data yang di uji Kategori 10 Sikap (aspek

afektif)

Ordinal Berdasarkan Slamet (1993)

1. Tidak menyukai mengurangi 2. Netral

3. Menyukai mengurangi 11 Sikap (aspek

konatif)

Ordinal Berdasarkan Slamet (1993)

1. Tidak berkeinginan mengurangi 2. Netral

3. Berkeinginan mengurangi 12 Perilaku

pengurangan konsumsi beras

Ordinal Berdasarkan Slamet (1993) 1. Tidak pernah mengurangi 2. Kadang-kadang mengurangi 3. Selalu mengurangi

Definisi Operasional

Contoh adalah ibu rumah tangga yang tinggal dalam satu rumah bersama

keluarga dan bersedia diwawancarai serta tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan

Karakteristik individu adalah ciri-ciri contoh yang meliputi usia, pendidikan,

pekerjaan, dan suku

Usia adalah lama hidupnya masing-masing contoh yang dihitung dalam

tahun.

Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang menghasilkan uang sebagai

sumber penghasilan utama

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang dilalui oleh

contoh

Suku adalah asal budaya atau latar belakang seseorang berdasarkan

garis keturunannya .

Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri keluarga yang meliputi pengeluaran,

pendapatan, dan jumlah keluarga

Pendapatan perkapita keluarga adalah adalah jumlah total penghasilan

keluarga dalam satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah yang dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

Pengeluaran keluarga adalah jumlah uang yang dihabiskan keluarga

rata-rata dalam sebulan baik untuk pangan maupun non pangan termasuk pembayaran cicilan atau angsuran/kredit dan tidak termasuk asuransi

Jumlah anggota keluarga adalah banyak jumlah anggota keluarga yang

(44)

Nilai adalah keyakinan atau kepercayaan yang dianut contoh dalam mengkonsumsi beras yang dikategorikan menjadi tiga dimensi, yaitu nilai internal, nilai eksternal, dan nilai interpersonal.

Sikap adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan contoh dalam

mengurangi konsumsi beras yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman (internal) atau pengaruh lingkungan (eksternal) dan terdiri dari tiga aspek yaitu; aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif

Beras adalah salah satu jenis bahan pangan yang diolah menjadi nasi yang

memiliki sumber energi dan karbohidrat

Perilaku pengurangan konsumsi beras adalah tindakan yang dilakukan contoh

(45)

HASIL

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Cikarawang

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara umum Desa ini berupa dataran dan persawahan yang berada pada ketinggian antara 193 m diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 25 ˚C s/d 30 ˚C. Batas administratif Desa Cikarawang di sebelah utara adalah berbatasan dengan Sungai Cisadane, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Situ Gede, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Ciapus, dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Ciapus dan Sungai Cisadane. Desa Cikarawang memiliki luas wilayah 226,56 Ha. Sebesar 128,109 Ha lahan dimanfaatkan untuk persawahan, sebesar 41,465 Ha digunakan sebagai pemukiman dan perkarangan, kemudian selebihnya digunakan untuk perladangan 35,226 Ha, jalanan 7,5 Ha, kuburan 0,60 Ha, perkantoran 0,160 Ha, serta prasarana umum lainnya 3,5 Ha.

Secara administratif, Desa Cikarawang terdiri dari tiga dusun, tujuh rukun warga (RW) dan 32 rukun tetangga (RT) dengan total penduduk sebanyak 8.263 jiwa dengan komposisi perempuan sebanyak 4.048 jiwa dan laki-laki sebanyak 4.215 jiwa. Jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Cikarawang sebanyak 2.119 kepala keluarga (Laporan Kinerja Tahunan Desa Cikarawang tahun 2010). Adapun keadaan penduduk Desa Cikarawang berdasarkan tingkat pendidikan, persentase terbesar penduduk Desa Cikarawang adalah SD (1.350 jiwa). Keadaan penduduk juga dapat dilihat berdasarkan mata pencaharian penduduk. Persentase terbesar penduduk Desa Cikarawang berprofesi sebagai petani dan buruh tani (535 jiwa). Adapun mata pencaharian penduduk lainnya adalah pedagang, pegawai negeri sipil, TNI/Polri, karyawan swasta, dan wirausaha lainnya. Hampir seluruh penduduk Desa Cikarawang beragama islam.

(46)

adanya dokter satu orang. Sedangkan sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung antara lain empat buah PAUD, dua buah TK, empat buah SD, dan satu buah SMP. Adapun sarana perhubungan yang ada di Desa Cikarawang, yaitu angkutan umum yang langsung menuju terminal merdeka, dengan waktu oprasional kurang dari 18 jam perhari dan ojeg.

Potensi sumber daya alam yang ada di wilayah Desa Cikarawang sangat berlimpah, Berdasarkan data monografi kelurahan Sukaresmi. Diketahui bahwa Desa Cikarawang memiliki potensi yang besar terhadap komoditas padi disamping komoditas lain seperti ubi jalar. Hampir semua lahan persawahan ditanami oleh padi, dimana lahan persawahan tersebut menggunakan sistem irigasi sederhana dan sistem irigasi setengah teknis.

Mayoritas mata pencaharian warga Desa Cikarawang adalah dalam bidang pertanian, sehingga keberadaan situ-situ sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa dalam mengelola area persawahan. Desa ini memiliki empat kelompok tani untuk memudahkan kegiatan pertanian di desa tersebut

Kelurahan Sempur

Secara geografis, Kelurahan Sempur terletak di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Bantar jati, sebelah selatan dengan Paledang, sebelah timur dengan Babakan, dan sebelah barat dengan Pabaton. Kelurahan Sempur memiliki luas wilayah 60,3 Ha yang terdiri tujuh rukun warga (RW) dengan 32 rukun tetangga (RT). Sebagian besar lahan di Kelurahan Sempur dimanfaatkan untuk pemukiman 50 Ha dan selebihnya digunakan untuk perkarangan 8 Ha, taman 0,5 Ha, perkantoran 0,5 Ha serta prasarana umum lainnya 1,3 Ha.

(47)

pensiunan PNS/TNI/POLRI, karyawan perusahaan pemerintah, dan wiraswasta. Sebagian besar penduduk Kelurahan Sempur beragama Islam yaitu sebanyak 7.896 jiwa. Adapun agama yang dianut lainnya adalah Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha. Mayoritas penduduk di Kelurahan Sempur berasal dari suku sunda yaitu sebanyak 7.978 jiwa.

Kelurahan Sempur memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap dibidang air bersih, olah raga, kesehatan, pendidikan, perhubungan dan perekonomian. Sumber air bersih berasal dari sumur pompa dan sumur gali. Prasarana olahraga di Kelurahan Sempur memiliki dua buah lapangan bulu tangkis, dua buah meja pingpong, satu buah lapangan sepak bola, satu buah lapangan basket, satu buah lapangan voli, dan satu buah pusat kebugaran. Sarana dan prasarana kesehatan terdiri dari 11 unit posyandu, satu unit rumah sakit umum, satu unit puskesmas, satu unit apotik, satu unit rumah bersalin, satu orang dokter umum, dan satu orang praktik bidan. Prasarana pendidikan terdiri dari satu buah TK, tiga buah SD, dan satu buah SMP. Sarana perekonomian meliputi empat buah restoran, dua buah hotel, dan satu buah tempat bilyar. Pertumbuhan perekonomian di Kelurahan Sempur lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian di Desa Cikarawang, dikarenakan lokasi wilayahnya lebih mudah untuk mengakses sumber informasi dan teknologi. Sarana perhubungan yang ada adalah sarana transportasi darat, yaitu angkutan umum dan becak yang tersedia setiap saat.

Karakteristik Contoh

Usia Contoh

Usia contoh berkisar antara 19 hingga 72 tahun. Menurut Hurlock (1980), usia dewasa terbagi menjadi tiga yaitu dewasa awal, madya, dan akhir. Usia dewasa awal dimulai pada usia matang secara hukum, yaitu usia 19-40 tahun, sedangkan usia dewasa madya berada pada usia 41-60 tahun, dan usia dewasa akhir berada pada usia 61 tahun ke atas. Tabel 5 menunjukan bahwa lebih dari tiga perempat (77,4%) contoh perdesaan berada pada kategori usia dewasa awal sedangkan perkotaan hampir dari setengah contoh (46,4%) berada pada kategori usia dewasa madya.

(48)

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara usia contoh perdesaan dengan perkotaan (p=0,000,p<0,005).

Tabel 5 Sebaran usia contoh perdesaan dan perkotaan

Usia Perdesaan Perkotaan Jumlah

n % n % n %

P.value t-test 0.000**

Ket : ** signifikan

Suku bangsa

Indonesia adalah negara kepulauan dengan keanekaragaman suku bangsa. Contoh yang diambil terdiri dari berbagai suku bangsa. Tabel 6 menggambarkan bahwa hampir seluruh (90,6%) contoh perdesaan berasal suku Sunda, hal yang sama pun ditunjukkan pada contoh perkotaan lebih dari setengah (58,9%) contoh berasal dari Sunda. Suku melalui sistem sosial budaya mempunyai pengaruh terhadap apa, kapan, dan bagaimana makanan dikonsumsi keluarga. Kebudayaan tidak hanya menentukan makanan apa tetapi untuk siapa dan dalam keadaan bagaimana pangan tersebut dimakan. Kebiasaan makan individu juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan keluarga dan dipengaruhi pula oleh aturan atau tatanan yang didasarkan kepada adat istiadat dan agama (Suhardjo 1989)

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan suku

Suku Perdesaan Perkotaan Jumlah

n % n % n %

Gambar

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Pengaruh  Nilai terhadap Sikap dan Perilaku Pengurangan konsumsi  Beras pada Ibu Rumah Tangga
Gambar 3. Teknik pengambilan contoh
Tabel 4 Variabel, jenis data, dan kategori data penelitian
Tabel 5  Sebaran usia contoh perdesaan dan perkotaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga yaitu jumlah tanggungan keluarga dengan konsumsi beras rumah tangga di daerah perdesaan tetapi tidak terdapat hubungan yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai dan Tipe Konsumen Rumah Tangga Kaitannya dengan Perilaku Pembelian Produk Makanan Kemasan di Wilayah

Nilai Significancy (p-value) 0.841 menunjukkan bahwa korelasi antara sikap dengan perilaku adalah tidak bermakna, artinya sikap responden tidak mempengaruhi perilaku

Perbedaan Metode Analisis Alat analisis Komoditas 3 Wulansari (2010) Purposive sampling Konsumsi dan preferensi remaja sebagai konsumen Analisis deskriptif, uji beda t-test,

Walaupun aspek afektif dan konatif lebih tinggi dimiliki para ibu hamil yang memiliki sikap positif terhadap dokter kandungan wanita, masih terdapat para ibu hamil yang

Perilaku antara anak kandung dan anak angkat, seperti pada aspek kognitif, afektif dan konatif, sangat terlihat dengan jelas seperti yang di alami pada remaja anak

Korelasi antara ketiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen perilaku menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, yang berarti bahwa perubahan

Jadi pada umumnya jawaban responden tentang sikap orang tua terhadap perilaku pornografi anaknya di SMP Negeri 30 Pekanbaru di tinjau dari aspek kognitif, afektif dan