UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH MANAJEMEN LABA, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
OLEH:
NAMA : MARGARET AMETA
NIM : 050503153
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Pengaruh
Manajemen Laba, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit
Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Barang Konsumsi Ynag Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang
dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang
diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 7 Maret 2010 Yang Membuat Pernyataan,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha
Esa, karena atas berkat dan kasih-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Manajemen Laba, Mekanisme Corporate
Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan
Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, yang disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril
maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail,MM, Ak.
selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis didalam proses penyelesaian skripsi
4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak. selaku Dosen Penguji I dan Ibu Dra.
Naleni Indra, MSi, Ak. selaku Dosen Penguji II atas segala masukan dan saran
yang telah diberikan.
5. Kedua orangtua penulis tercinta, B. Sitepu dan B. Ginting. Terima kasih
banyak untuk semua pengorbanan, cinta dan kasih yang telah diberikan
kepada penulis. Penulis sungguh sangat bersyukur memiliki keluarga yang
Tuhan tempatkan dalam hidup penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua
pihak. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan kasih-Nya. Amin.
Medan, 7 Maret 2010
Penulis,
Margaret Ameta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba,
mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia sejak tahun 2004 sampai dengan 2007. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap kinerja keuangan.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website ringkasan kinerja perusahaan yang diperoleh melalui ICMD (Indonesian Capital
Market Directory). Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Variabel penelitian ini adalah manajemen laba sebagai variabel X1, persentase kepemilikan saham oleh institusi sebagai variabel X2, persentase kepemilikan saham oleh manajemen sebagai variabel X3, komite audit sebagi variabel X4, komisaris independen sebagai variabel X5 dan kualitas audit sebagai variabel X6 serta kinerja keuangan sebagai variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 14 perusahaan.
Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham secara bersama-sama, tetapi secara parsial manajemen laba dan kualitas audit berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keeuangan, komisaris independen berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja keuangan, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, persentase kepemilikan saham oleh institusi dan komite audit tidat berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
ABSTRACT
This study analyzed the influence earnings management, corporate governance mechanisms, and quality audits of the financial performance of companies listed on stock exchanges in Indonesia since 2004 until 2007 up to 2007. The study also aims to find out where the benchmark had the most significant influence on financial performance.
The data used are the financial reports of each sample company, which www.idx.co.id published through the website, and a summary of corporate performance obtained through ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Method of data analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of multiple linear regression analysis. Sampling method that used is purposive sampling. Variables that used in this research are earnings management as the variable X1, the percentage of stock ownership by institutions as a X2 variable, the percentage of stock ownership by management as the variable X3, the audit committee as X4 variable, independent commissioners as variable of X5 and audit quality as X6 variable and financial performance as a variable Y with the total samples per year as many as 14 companies.
This research concludes that all of the independent variables have positive significant influence toward financial performance in simultan, but in partial earnings management and audit quality have positive significant to the financial performance, independent commissioners have a negative significant effect to the financial performance, percentage of stock ownership by management, the percentage of ownership shares by the institution and the audit committee have insignificant effect to the financial performance.
DAFTAR ISI SKRIPSI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Manajemen Laba………..9
a. Pengertian Manajemen Laba ... 9
b. Sasaran Manajemen Laba ... 10
c. Alasan Dilakukan Manajemen Laba………10
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen
Laba………...…11
2. Teori Keagenan (Agency Theory)……….12
3. Corporate Governance………...14
4. Kualitas Audit………....16
5. Kinerja Keuangan... 18
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………...….20
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... .…29
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32
B. Jenis Data dan Sumber Data ... 32
C. Metode Pengumpulan Data ... 32
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
E. Teknik Pengambilan Sampel ... 33
F. Defenisi Operasional ... 38
G. Pengukuran Variabel………39
1. Kinerja Keuangan………...39
2. Manajemen Laba………39
3. Mekanisme Corporate Governance………40
4. Kualitas Audit………40
H. Metode Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian ... 52
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif ... 52
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas ... 55
b. Uji Multikolinearitas ... 58
c. Uji Heteroskedastisitas ... 61
d. Uji Autokorelasi ... 63
3. Analisis Regresi a. Persamaan Regresi ... 64
b. Analisis Koefisien dan Koefisien Determinasi .... 66
c. Pengujian Hipotesis ... 68
C. Pembahasan Hasil penelitian ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75
B. Keterbatasan Penelitian ... 76
C. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 30
Gambar 4.1 Histogram ... 56
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot ... 57
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
Tabel 3.1 Populasi, Kriteria dan Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman ... 35
Tabel 3.2 Defenisi Operasional ... 38
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 51
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2004 sampai tahun 2007 ... 53
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data ... 55
Tabel 4.3 Coefficients ... 58
Tabel 4.4 Coefficients Correlations ... 59
Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin Watson………63
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi ... 65
Tabel 4.7 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 67
Tabel 4.8 Hasil Uji t ... 68
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman ... 84
Lampiran ii Data Penelitian Tahun 2004 ... 85
Lampiran iii Data Penelitian Tahun 2005 ... 87
Lampiran iv Data Penelitian Tahun 2006………...89
Lampiran v Data Penelitian Tahun 2007 ... 91
Lampiran vi Statistik Deskriptif ... 93
Lampiran vii Hasil Uji Normalitas ... 94
Histogram ... 94
Grafik Normal P-P Plot ... 94
Analisis Statistik……….95
Lampiran viii Hasil Uji Multikolinearitas ... 96
Koefisien Korelasi...96
Lampiran ix Hasil Uji Autokorelasi ... 97
Lampiran x Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 98
Lampiran xi Variabel Entered/Removed dan Adjusted R2………..99
Lampiran xii Hasil Uji t………...100
Hasil Uji F………100
Lampiran xiii Tabel t dengan signifikansi 5%...101
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba,
mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia sejak tahun 2004 sampai dengan 2007. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap kinerja keuangan.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website ringkasan kinerja perusahaan yang diperoleh melalui ICMD (Indonesian Capital
Market Directory). Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Variabel penelitian ini adalah manajemen laba sebagai variabel X1, persentase kepemilikan saham oleh institusi sebagai variabel X2, persentase kepemilikan saham oleh manajemen sebagai variabel X3, komite audit sebagi variabel X4, komisaris independen sebagai variabel X5 dan kualitas audit sebagai variabel X6 serta kinerja keuangan sebagai variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 14 perusahaan.
Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham secara bersama-sama, tetapi secara parsial manajemen laba dan kualitas audit berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keeuangan, komisaris independen berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja keuangan, persentase kepemilikan saham oleh manajemen, persentase kepemilikan saham oleh institusi dan komite audit tidat berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
ABSTRACT
This study analyzed the influence earnings management, corporate governance mechanisms, and quality audits of the financial performance of companies listed on stock exchanges in Indonesia since 2004 until 2007 up to 2007. The study also aims to find out where the benchmark had the most significant influence on financial performance.
The data used are the financial reports of each sample company, which www.idx.co.id published through the website, and a summary of corporate performance obtained through ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Method of data analysis used in this research is quantitative method, with the classic assumption test, and statistical analysis of multiple linear regression analysis. Sampling method that used is purposive sampling. Variables that used in this research are earnings management as the variable X1, the percentage of stock ownership by institutions as a X2 variable, the percentage of stock ownership by management as the variable X3, the audit committee as X4 variable, independent commissioners as variable of X5 and audit quality as X6 variable and financial performance as a variable Y with the total samples per year as many as 14 companies.
This research concludes that all of the independent variables have positive significant influence toward financial performance in simultan, but in partial earnings management and audit quality have positive significant to the financial performance, independent commissioners have a negative significant effect to the financial performance, percentage of stock ownership by management, the percentage of ownership shares by the institution and the audit committee have insignificant effect to the financial performance.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan
keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan
suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan
keuangan terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan.
Definisi laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan (2002:2),
laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba tugi, laporan
perubahan posisi keuangan ( seperti laporan arus kas), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Definisi lainnya yaitu laporan keuangan adalah suatu penyajian data
keuangan termasuk catatan yang menyertainya yang dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban suatu
entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama
suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(id.wikipedia.org).
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Ujiyantho, 2007: 2 ).
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi
informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris
atau asimetri informasi (information asymmetric) (Haris, 2004 dalam Ujiyantho,
2007: 2 ). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
(earnings management) (Richardson, 1998 dalam Ujiyantho, 2007: 2 ).
Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal
pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World
Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett, Marcuss,
Saunders dan Tehranian, 2006 dalam Ujiyantho, 2007: 2 ). Beberapa kasus yang
terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga
melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi
adanya manipulasi (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho, 2007: 2 ).
Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas.
Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada
eksternal auditor salah satunya dialami oleh Enron, cukup membuktikan bahwa
kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam. Terungkapnya
masyarakat keuangan, yang salah satunya ditandai dengan turunnya harga saham
secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus.
Timbulnya kasus-kasus serupa menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak
terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan yang terdistribusi
luas atau yang lebih dikenal dengan corporate governance yang sekali lagi
mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme good corporate
governance yang baik belum diterapkan. Hal ini dapat menjadi pemicu
perusahaan atau pihak manajemen untuk mengeluarkan informasi-informasi yang
memberi dampak positif terhadap harga saham dan dapat mendorong perusahaan
untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi dengan menyajikan informasi
tertentu guna menghindari terpuruknya harga saham.
Corporate Governance merupakan suatu cara untuk menjamin bahwa
manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholders. Pelaksanaan
Good Corporate Governance menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap
hak-hak pemegang saham, terutama pemegang saham minoritas. Prinsip-prinsip
atau pedoman pelaksanaan Corporate Governance menunjukkan adanya
perlindungan tersebut.
Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value
added) untuk semua stakeholders . Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep
ini, pertama pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi
dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua kewajiban perusahaan
transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan
stakeholders (YPPMI & SC, 2002 dalam re-searchengines.com). Atau secara
singkat ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good
Corporate Governance ini yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan Good Corporate Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas
laporan keuangan (Beasly et.al, 1996 dalam re-searchengines.com). Chtourou
et.al.(2001) dalam re-searchengines.com juga mencatat prinsip GCG yang
diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat (constrain) aktivitas
rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan
nilai fundamental perusahaan (re-searchengines.com). Penerapan prinsip
Corporate Governance tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan pemakai laporan
keuangan termasuk investor.
Selain dari pihak perusahaan, external auditor juga harus turut bertanggung
jawab terhadap merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi seperti ini. Posisi
akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran
terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi
kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan apalagi setelah
didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor
akuntan. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting dalam penyediaan
saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap
kualitas jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan
keuangan untuk memandang Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang
independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya
jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP
memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau kualitas audit
juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme
tinggi.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan
dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang
mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah
laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi
seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan (Kieso dan
Weygandt, 1995 dalam Ujiyantho, 2007: 3 ), sehingga laba yang tinggi belum
tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih
untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow)
menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan
serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah
dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono, 2004 dalam Ujiyantho, 2007: 3 ).
Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran
menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja
perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham (Cornett et al.,
2006 dalam Ujiyantho, 2007: 3).
Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan,
tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil
dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian
kinerja perusahaan. Menurut Theresia (2005) dalam Ujiyantho, 2007: 3
manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba
yang sesuai dengan motivasinya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kinerja
yang dilaporkan oleh manajemen (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho, 2007: 4).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas apakah terdapat
pengaruh manajemen laba, mekanisme corporate governance dan kualitas audit
terhadap kinerja keuangan dengan objek penelitian perusahaan makanan dan
minuman dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2004-2007. Pemilihan kelompok perusahaan yang
tergabung ke dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebagai perusahaan yang diteliti dengan pertimbangan bahwa industri
ini menyediakan kebutuhan primer manusia sehingga tetap dapat menjadi prioritas
utama konsumen meskipun kondisi perekonomian kurang mendukung.
Bagaimanapun buruknya kondisi kehidupan konsumen, mereka masih tetap
membutuhkan makanan dan minuman untuk mempertahankan kelangsungan
dalam kategori makanan dan minuman, yang diakibatkan meningkatnya kegiatan
penawaran dan permintaan saham kategori tersebut di Bursa Efek Indonesia. Hal
ini menunjukkan ketertarikan investor terhadap saham perusahaan tersebut yang
tercermin pula melalui fluktuasi harga sahamnya, dan penulis menuangkan
penelitian ini dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Pengaruh Manajemen
Laba, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalahnya
adalah sebagai berikut: “apakah manajemen laba, mekanisme corporate
governance, dan kualitas audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia baik secara
parsial maupun simultan?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk menguji dan memberikan bukti
empiris pengaruh manajemen laba, mekanisme corporate governance, dan
kualitas audit terhadap kinerja keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini:
1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan
peneliti sehubungan dengan pengaruh independensi, mekanisme
corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan
keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Bagi investor, memberikan masukan untuk mengambil keputusan
investasi.
3. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Manajemen Laba
a. Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang
disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik
didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Principle
(GAAP).
Menurut Sugiri (1998:1-18) membagi definisi manajemen laba
menjadi dua, yaitu :
1) Definisi Sempit.
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary
accruals dalam menentukan besarnya laba.
2) Definisi Luas.
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
b. Sasaran Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan
yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
1) Kebijakan Akuntansi.
Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
2) Pendapatan.
Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan. 3) Biaya.
Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of
investment).
c. Alasan Dilakukan Manajemen Laba
Alasan dilakukan manajemen laba karena :
1) Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang
saham terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan
tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini
karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi
manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh
manajer.
2) Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak
kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat
memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan
berusaha menghindarinyadengan membuat kebijakan yang dapat
memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau
penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
3) Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan
modalnya.
d. Terjadinya Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) manajemen laba dapat dilakukan oleh
manajer dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer.
2) Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
3) Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (GAAP).
e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba
Berdasarkan penelitian sebelumnya (Watts dan Zimmerman 1986)
secara empiris membuktikan bahwa hubungan principal dan agent sering
ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agent untuk memikirkan
bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk
memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent
Faktor-faktor yang diajukan oleh Watt dan Zimmerman sebagaimana
dikutip oleh Sugiri (1998:1-18):
1) Hipotesis Bonus Plan.
Bahwa pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini.
2) Debt To Equity Hypothesis.
Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatakan pendapatan atau laba.
3) Political Cost Hypothesis
bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.
2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam
Ujiyantho, 2007: 5 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik
kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak
selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya
keagenan (agency cost).
Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai
agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan
memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat
dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing
pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
Eisenhardt (1989) dalam Ujiyantho, 2007: 5 menyatakan bahwa teori
agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada
umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan
(3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004
dalam Ujiyantho, 2007: 5).
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan
pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat
dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan
keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal
terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar
ketidakpastiannya (Ali, 2002 dalam Ujiyantho, 2007: 6 ). Ketidakseimbangan
penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut
sebagai asimetri informasi (information asymmetry).
Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
(earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang
dalam Ujiyantho, 2007: 6 menunjukkan adanya hubungan positif antara
asimetri informasi dengan manajemen laba.
3. Corporate Governance
Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance (I Nyoman
Tjager dalam Deny,2005) sebagai:
Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada
stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik,
direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.
Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan yang baik (good corporate
governance) perusahaan wajib memiliki:
1. Komisaris independen yang yang jumlahnya secara proporsional
sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang
Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris Independen
sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh
komisaris.
2. Komite Audit
Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk
mengaudit operasi dan keadaan. Badan ini bertugas memilih dan menilai
kinerja perusahaan kantor akuntan publik. (Siegel, 1996 dalam
Komite audit adalah suatu badan yang dibentuk didalam perusahaan
klien yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa
terhadap manajemen. (Supriyono, 1998 dalam Susiana,2007: 8)
3. Sekretaris perusahaan.
Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam
pengukuran mekanisme corporate governance adalah:
a. Persentase saham yang dimiliki oleh institusi
Persentase saham institusi ini diperoleh dari penjumlahan atas
persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain
baik yang berada di dalam maupun di luar negeri serta saham
pemerintah dalam maupun luar negeri.
b. Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen
Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk
didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara
pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan
bersangkutan beserta afiliasinya.
c. Keberadaan komite audit dalam perusahaan
Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai
masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan,
akuntansi dan pengendalian intern.
1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak
menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku
umum.
2. Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai.
3. Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang
meterial di bidang keuangan dan implikasi hukumnya.
4. Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.
d. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan
yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen
yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai
kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris
independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan
keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap
pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait.
4. Kualitas Audit
Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu
self-interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator
pada hubungan antara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini
adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi
yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi. (Li Dang et al, 2004) O’Keefe
positif dengan kualitas audit diukur dengan penilaian kepatuhan auditor
terhadap GAAS. Auditor yang memiliki banyak klien dalam industri yang
sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang risiko audit khusus
yang mewakili industri tersebut, tetapi akan membutuhkan pengembangan
keahlian lebih daripada auditor pada umumnya. Tambahan keahlian ini akan
menghasilkan return positif dalam fee audit. Sehingga, para peneliti memiliki
hipotesis bahwa auditor dengan konsentrasi tinggi dalam industri tertentu akan
memberikan kualitas yang lebih tinggi (Deis and Giroux, 1992 dalam Wooten
2003).
Teoh (1993) dalam Susiana,2007: 10 berargumen bahwa kualitas audit
berhubungan positif dengan kualitas earnings, yang diukur dengan Earnings
Response Coefficient (ERC). Penelitian kali ini menilai kualitas auditor
berdasarkan pengelompokkan auditor big four dengan non big four,
dikarenakan salah satu KAP big five yaitu Arthur Andersen telah dinyatakan
collapsed.
Teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran
KAP dengan kualitas audit (Lennox, 2000 dalam Susiana,2007: 10). Penelitian
DeAngelo (1981) yang dikutip dari penelitian Lennox (2000) dalam
Susiana,2007: 10 mengemukakan bahwa KAP yang besar memiliki insentif
yang lebih untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak reputasinya
5. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja
keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang
berasal dari laporan keuangan.
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, 503)
adalah merupakan kata banda yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2.
Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja, sedangkan penilaian
kinerja menurut Mulyadi (1997, 419) adalah penentuan secara periodic
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena
organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja
sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam
melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi.
Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
menghasilkan Laba (Sucipto, 2003 : 2).
Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi
perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi
perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang
diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian
mengatur besarnya tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan
tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula
Sedangkan tujuan penilaian kinerja (Mulyadi, 1997 dalam Sucipto,
2003:2) adalah:
" Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat
berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam
anggaran."
Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya
dan untuk merangsang dan menegakkan prilaku yang semestinya diinginkan
melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang
bersifat instrinsik maupun ekstrinsik.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan
dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan
yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu
adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam
laporan laba rugi seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang
digunakan (Kieso dan Weygandt, 1995 dalam Ujiyantho, 2007: 3), sehingga
laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini
arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa
mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya
telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang
bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradhono,
Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah satu pengukuran
kinerja perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba operasi. CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran
kinerja perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham
(Cornett et al., 2006 dalam Ujiyantho, 2007 : 3 ).
Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan,
tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil
dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi
penilaian kinerja perusahaan. Menurut Theresia (2005) dalam Ujiyantho, 2007 :
3 manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
perusahaan. Manajemen akan memilih metode tertentu untuk mendapatkan laba
yang sesuai dengan motivasinya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas kinerja
yang dilaporkan oleh manajemen (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho, 2007 : 4).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh
manajemen laba, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap
kinerja keuangan antara lain:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti dan
Tahun Penelitian
Judul Variabel
Penelitian
Keuangan
Intervening : Good Corporate
Governance
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
2. Tidak terdapat pengaruh secara signifikan komite audit
terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. 3. Terdapat pengaruh secara signifikan positif
manajemen laba sebagai pengukur Good
Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Dengan koefisien jalur yang positif menunjukkan bahwa semakin baik penerapan good corporate governace maka semakin tinggi kinerja perusahaan. 4. GCG yang diwakili oleh manajemen laba bukan merupakan variabel intervening hubungan komite audit
terhadap kinerja
Penelitian yang dilakukan pada 34 perusahaan manufaktur yang termasuk Indeks
LQ-45 terlihat melakukan tindakan manajemen laba. Dalam melihat hubungan
manajemen laba dengan indeks pengungkapan ternyata manajemen laba
berpengaruh signifikan positif pada tingkat pengungkapan laporan keuangan
sejalan dengan perspektif
Management. Namun sebaliknya,
tingkat pengungkapan berpengaruh signifikan negatif pada manajemen laba sejalan
dengan perspektif Opportunistic Earnings Management. Asimetri informasi,
kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan pada manajemen laba. Ukuran perusahaan dan return kumulatif
berpengaruh signifikan pada tingkat pengungkapan namun belum cukup bukti
untuk menyatakan faktor current ratio berpengaruh signifikan pada tingkat
1. Hasil penelitian
memberikan bukti empirik bahwa manajemen laba berpengaruh
positip dan signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Artinya bahwa semakin
tinggi tingkat akrual, maka semakin tinggi biaya modal ekuitas. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat manajemen laba di Indonesia yang relatif tinggi
seperti yang diungkap Leuz et al. (2003) telah diantisipasi dengan cermat oleh
investor di Bursa Efek Jakarta.
2. Manajemen laba yang
diproksi dengan rasio akrual modal kerja dengan
penjualan (model Utami) terbukti memberikan kontribusi yang paling besar
ini sejalan dengan
pendapat McNichols (2000) serta Dechow dan Skinner (2000) yang menyatakan
bahwa manajemen laba lebih baik diproksi dengan spesifik akrual dan
menggunakan model yang sederhana (tidak rumit). Kepada Publik saat IPO,
Variabel Dependen: Manajemen Laba
Dari hasil analisis data yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
Bahwa pada tahun penelitian tidak terjadi manajemen laba yang disebabkan
antara lain:
1. Tidak sesuai dengan hipotesis, bahwa jumlah dewan direksi tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba, Jadi manajemen laba terjadi tidak dipengaruhi oleh
jumlah dewan direksi tetapi karena perbedaan informasi tentang informasi
perusahaan antara dewan direksi dengan manajer perusahaan.
2. Sesuai dengan hipotesis, bahwa reputasi auditor berpengaruh terhadap
manajemen laba. Jadi auditor independen yang kompeten (mempunyai reputasi
baik) dapat mengidentifikasi terjadinya manajemen laba 3. Tidak sesuai dengan hipotesis, Leverage tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Jadi leverage tidak mempengaruhi manajemen laba karena
Widyaningdya (2001) dan juga perbedaan metode untuk mencari discretionary accruals.
4. Tidak sesuai dengan hipotesis, bahwa persentase saham yang ditawarkan kepada publik saat IPO tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
terjadi karena manajemen laba dilakukan atas laporan keuangan (dua tahun)
sebelum melakukan penawaran saham perdana
untuk menarik investor menanamkan investasinya
1. Penerapan GCG oleh perusahaan sampel berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE (b
1=1.486, t=5.853,
p=0.000). Koefisien regresi tersebut menunjukkan jika skor
penerapan GCG meningkat 1 maka ROE
perusahaan sampel akan meningkat sebesar 1.486%. Nilai R²adjusted= 49.4% hal ini
menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada ROE perusahaan
sampel, 49.4% penyebabnya adalah perubahan yang terjadi pada skor penerapan GCG sedangkan 50.6% sisanya disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam model regresi.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPM (b
1=1.251, t=5.132,
p=0.000). Koefisien regresi tersebut menunjukkan jika skor
penerapan GCG meningkat 1 maka NPM
perusahaan sampel akan meningkat sebesar 1.251%. Nilai R²adjusted=0.427 atau
42.7%: hal ini
menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada NPM perusahaan
sampel, 42.7% penyebabnya adalah perubahan yang terjadi pada skor penerapan GCG sedangkan 57.3% sisanya disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam model regresi.
3. Penerapan GCG oleh perusahaan sampel berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tobins Q (b
1=99,057.661,
t=5.706, p=0.000). Koefisien regresi tersebut
menunjukkan jika skor
penerapan GCG meningkat 1 maka Tobins
Q perusahaan sampel akan meningkat sebesar 99,057.661%. Nilai R²adjusted=0.481 atau
48.1%: hal ini
adalah perubahan yang terjadi pada skor penerapan GCG sedangkan 51.7% sisanya
disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam model regresi
Governance, dan Kualitas Audit Terhadap
Governance, dan Kualitas Audit
Variabel Dependen: Integritas
LaporanKeuangan
1. Penelitian tahun 2000, 2001, 2002 untuk pengujian
hipotesis pertama menunjukkan bahwa independensi yang diukur dengan fee audit tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
2. Penelitian tahun 2003 untuk pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa independensi yang diukur dengan fee audit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
3. Penelitian tahun 2000 dan 2001 untuk pengujian hipotesis kedua menunjukkan mekanisme
corporate governance yang
diukur dengan keberadaan komite audit dalam perusahaan, keberadaan komisaris independen dalam perusahaan, persentase saham yang dimiliki oleh institusi, serta persentase saham yang dimiliki oleh manajemen memiliki pengaruh yang
keuangan.
4. Penelitian tahun 2002 dan 2003 untuk pengujian
hipotesis kedua menunjukkan mekanisme
corporate governance yang
diukur dengan keberadaan komite audit dalam perusahaan, keberadaan komisaris independen dalam perusahaan, persentase saham yang dimiliki oleh institusi, serta persentase saham yang dimiliki oleh manajemen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
5. Penelitian tahun 2000 sampai 2003 untuk pengujian hipotesis ketiga menunjukkan kualitas audit yang diukur dengan ukuran KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Manajemen Laba
1) Kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba
2) Kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba
3) Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba
4) Jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba
institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan jumlah dewan komisaris secara bersama-sama teruji dengan tingkat pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba
6) Manajemen laba (discretionary accruals) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (cash flow return on assets).
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi karena hasil penelitian yang
diperoleh masih saja berbeda-beda dan tidak konsisten satu sama lain. Penelitian
ini menggunakan indikator penilaian yang berbeda dalam pengukuran variabel
yang akan diteliti.
Beda penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian Ujiyantho
(2007) yaitu dalam hal pengukuran manajemen laba dimana peneliti terdahulu
menggunakan Model Modified Jones (Ujiyantho,2007:11). Sementara penulis
menggunakan model akrual modal kerja. Alasan penulis tidak menggunakan
Model Modified Jones karena model ini rumit dan tidak dapat dipahami oleh
praktisi. Demikian juga dalam hal mengukur mekanicme corporate governance,
penulis mengukur dengan persentase kepemilikan saham institusional, persentase
kepemilikan saham manajemen, komisaris independen dan komite audit
sedangkan peneliti terdahulu mengukur mekanisme corporate governance hanya
komisaris independen (Ujiyantho,2007:10). Selain itu penulis juga menambahkan
satu variabel independen dalam penelitian ini yaitu variabel kualitas audit.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental
perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan
berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan
tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang
tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada
laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan,
yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham (Haris, 2004 dalam
Ujiyantho, 2007 : 6).
Bryshaw dan Eldin (1989) dalam Ujiyantho, 2007 : 6 menemukan bukti
bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah: (1) skema
kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang
disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan: serta (2) fluktuasi dalam
kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti
manajemen dengan pengambilalihan secara langsung.
Cornett et al., (2006) dalam Ujiyantho, 2007 : 6 menemukan adanya
pengaruh mekanisme corporate governance terhadap penurunan
discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan
Manajemen Laba (X1)
CFROA merupakan fungsi positif dari indikator mekanisme corporate
governance. Mekanisme corporate governance dapat mengurangi dorongan
manajer melakukan earnings management, sehingga CFROA yang
dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya.
Dengan demikian, kerangka konseptual penelitian ini, yaitu pengaruh
manajemen laba, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit
terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat digambarkan sebagai beriku:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Persentase Saham
Institusi (X2)
Kualitas Audit (X6)
Kinerja Keuangan
(Y) Persentase Saham
Manajemen (X3)
Komite Audit (X4)
Komisaris Independen (X5)
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas
suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermuda dalam menganalisisnya.
Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
“manajemen laba, mekanisme corporate governance, kualitas audit secara
bersama-sama berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap kinerja
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. Desain ini berguna untuk
menganalisa hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: arus kas dari aktivitas
operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan
sebagai variabel independen, serta harga saham sebagai variabel dependen.
B. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data
yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2004:13),
dan data tersebut juga merupakan data sekunder yaitu data/informasi yang telah
diolah dan diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan
makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi yang terdaftar
di BEI periode 2005-2007, melalui situs
perusahaan yang diperoleh melalui ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mendokumentasi data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan keuangan
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,
objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau
menjadi objek penelitian. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
makanan dan minuman kategori industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2004-2007 dengan interval 1 tahun. Dari populasi yang
ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai sampel. Dimana sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2004:73).
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004:78).
Pertimbangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode penelitian yaitu dari tahun 2004-2007
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian yaitu dari tahun 2004-2007
3. Perusahaan tidak mengalami delisting selama periode penelitian dimana perusahaan yang disebut delisting tersebut memiliki kriteria sebagai berikut (Muliaman D. Haddad dkk, 2003 : 11-12 dalam Peraturan Pencatatan Bursa Efek Jakarta No.1B tahun 2000 dan 2001): a. Selama 3 tahun berturut-turut menderita rugi, atau terdapat saldo
rugi sebesar 50% atau lebih dari modal disetor dalam neraca perusahaan pada tahun terakhir.
b. Selama 3 tahun berturut-turut tidak membayar deviden tunai (untuk saham). Melakukan tiga kali cedera janji (untuk obligasi). c. Jumlah modal sendiri kurang dari Rp3.000.000.000,- (tiga miliar
d. Jumlah pemegang saham kurang dari 100 pemodal (orang/badan) selama 3 (tiga) bulan berturut-turut berdasarkan laporan bulanan emiten/Biro Administrasi Efek.
e. Selama 6 bulan berturut-turut tidak terjadi transaksi.
f. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM.
g. Melanggar ketentuan bursa pada khususnya dan ketentuan pasar modal pada umumnya.
h. Melakukan tindakan-tindakan yang melanggar kepentingan umum berdasarkan keputusan instansi yang berwenang.
i. Emiten dilikuidasi baik karena merger, penggabungan, bangkrut, dibubarkan (reksadana) atau alasan lainnya.
j. Emiten dinyatakan pailit oleh pengadilan.
k. Emiten menghadapi gugatan/perkara/peristiwa yang secara material mempengaruhi kondisi dan kelangsungan hidup perusahaan
4. Perusahaan yang digunakan hanya perusahaan yang tergolong kategori tidak teregulasi.
5. Perusahaan telah membentuk komite audit atau komisaris independen sesuai dengan peraturan yang berlaku,
6. Perusahaan yang data harga saham dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) tersedia selama periode estimasi dan pengamatan.
Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan di atas didapatlah 14 perusahaan
Tabel 3.1
Populasi ,Kriteria dan Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman
Tbk 19. PT Ultra
Jaya Milk Tbk
ULTJ √ √ √ √ √ √
F. Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Definisi Operasional Nama
Variabel Definisi Operasional Variabel
Terikat (Dependen)
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan
Variabel Bebas
(Independen)
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989)
Mekanisme Corporate Governamce
Komite Cadbury mendefinisikan Corporate
Governance (I Nyoman Tjager dalam Deny,2005) sebagai:
Corporate Governance adalah sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada
stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan
kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.
Kualitas Audit
G. Pengukuran Variabel 1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja
keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal
dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan cash flow return on asset (CFROA). CFROA dihitung dari laba
sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva
(Ujiyantho, 2007:12).
CFROA = EBIT + Dep
Assets
Keterangan:
CFROA = Cash flow return on assets
EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak
Dep = Depresiasi
Assets = Total aktiva
2. Manajemen Laba
Manajemen laba diproksi berdasarkan rasio akrual modal kerja dengan
penjualan (Utami, 2005:6).
Manajemen laba (ML) = Akrual Modal kerja (t) / Penjualan periode (t)
Akrual modal kerja = AL - D HL - D Kas
D AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
D HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
D Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan arus kas
aktivitas operasi, sehingga investor dapat langsung memperoleh data tersebut
tanpa melakukan perhitungan yang rumit.
3. Mekanisme Corporate Governance
Hal ini diukur dengan (Susiana,2007:11) :
1. Persentase saham yang dimiliki oleh institusi.
2. Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen.
3. Keberadaan komite audit, diukur dengan variabel dummy yang diberi nilai
1 jika perusahaan memiliki komite audit, dan nilai 0 jika perusahaan tidak
memiliki komite audit.
4. Keberadaan komisaris independen, yang juga diukur dengan menggunakan
variabel dummy dan diberi nilai 1 jika ternyata perusahaan memiliki
komisaris independen dan nilai 0 jika perusahaan tidak memiliki komisaris
independen
4. Kualitas Audit
Ukuran KAP ini digunakan untuk mengukur proksi kualitas audit
(Susiana,2007:11). Ukuran KAP ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP
variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit
perusahaan merupakan auditor dari KAP big four dan 0 jika ternyata
perusahaan diaudit oleh KAP non big four.
Adapun KAP big-four per 01 Agustus 2001 yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Drs.
Hadi Sutanto dan Rekan.
2. Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Hans,
Tuanakotta dan Mustofa.
3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan
partnernya di Indonesia yaitu Siddharta, Siddharta, dan Harsono.
4. Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Hanadi, Sarwoko,
dan Sandjaja.
H. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
analisis statistik, namun terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum
melakukan pengujian hipotesis.
1. Uji Asumsi klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi
klasik lainnya. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Menurut
Ghozali (2005:110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”.
Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas,
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data
berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh
H0 : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal
dan H0 diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi
data tidak normal dan Ha diterima. Jika data tidak normal, ada beberapa
cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto
(2004:172), yaitu:
1) dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu:
Logaritma Natural, akar kuadrat, Logaritma 10,
2) lakukan trimming, yaitu memangkas observasi yang bersifat
outlier,
3) lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai-nilai data outliers
menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan
supaya distribusinya menjadi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya menunjukkan tidak terjadinya korelasi
diantara variabel independen. Multikolinearitas adalah situasi adanya
korelasi variabel-variabel independen santara yang satu dengan yang
Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang
memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.
Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel
independen. Ada tidaknya multikolonieritas dapat dideteksi dengan
melihat:
1) melihat nilai tolerance,
nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance > 0,10,
2) melihat nilai variance inflation factor (VIF),
nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai VIF < 10,
3) menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen,
menurut Ghozali (2005:93) untuk matrik korelasi adanya indikasi
multikolonieritas dapat dilihat jika antar variabel independen ada
korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,95,
4) membandingkan nilai R2 model utama (awal) terhadap nilai R2 dari
masing-masing auxilary regression antar variabel independen,
dengan ketentuan Nilai R2 model utama > R2 masing-masing auxilary
regression antar variabel independen,
jika nilai CI antara 10 dan 30 terdapat multikolinearitas moderat ke
kuat, sedangkan jika nilai CI > 30 artinya terdapat multikolinearitas
sangat kuat.
Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka
konsekuensinya adalah: (a)koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat
ditaksir, (b)nilai standar error setiap regresi menjadi tak terhingga.
Apabila terjadi korelasi antara variabel independen, maka dinamakan
terdapat problem multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan situasi dimana dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Erlina (2007:108) menyatakan “jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut
heterokedasitas”. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat grafik Scatterplot antar nilai prediksi variabel independen
dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan heteroskedastisitas, antara lain:
1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),