• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Populasi Spodoptera exigua (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) pada Pertanaman Bawang Merah di Dataran Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Populasi Spodoptera exigua (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) pada Pertanaman Bawang Merah di Dataran Rendah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

(1999)

Bulletin ISSN 0854-3836

Indonesia

DINAMIKA POPULASI

Spodoptera

(LEPIDOPTERA:

PADA PERTANAMAN BAWANG

DI

Tumbuhan, e-mail:

ABSTRACT

Population Dynamics of Spodoptera oxigua (Hiibner) (Lepidoptera: Noctuidae) on Shallot Fields in

Low-land

The research was conducted in sub-district of Ciledug (Cirebon) with the objectives to study the infestation and larval population development of onion Spodoptera exigua (Hiibner) (Lepidoptera: Noctuidae), on shallots in lowland. Monitoring of egg masses and leaf damage were made at 3-4 days interval while of larvae at 1 week interval. Outbreak took place during the dry season of August-October 1995 when popu- lation density reached 0.8 egg mass and 23 larvae per hill, and subsequently all hills were heavily damaged. Throughout the rainy season of December 1995-February 1996, egg masses and larvae were to find. Results of showed that larvalpopulation during dry season was 78 times higher than those of rainy season. Larvae exhibited body color variations. During the epidemics 80% of the larvae were dark whereas during the endemics only the rest were light green. Level of egg parasitization was 0.9% caused by

sp. (Hymenoptera: and Telenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae), and larval parasitization 5.7% caused by Microplitis sp. Braconidae), sp. and Stenomesius sp. (Hymenoptera: Eulophidae), and Peribaea sp. (Diptera: Tachinidae). Low level of parasitization together with the abundance of food supply and dry season were believed to be the main factors contributing to the population outbreaks. Hand-picking of egg masses and larvae conducted regularly, as practiced by the farmer in the village of (Brebes), should be adopted as a key activity for mitigating S. exigua infestation during dry season; and therefore, this practice should be disseminated to fanners in other areas.

Key words: Shallot, population dynamics, outbreaks, onion armyworm, Spodoptera exigua.

Dinamika Populasi Spodoptera (Hiibner) (Lepidoptera: Noctuidae) pada Pertanaman Bawang Merab di

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Ciledug (Cirebon) dengan tujuan untuk perkembangan populasi ulat grayak bawang, Spodoptera exigua (Hiibner) (Lepidoptera: Noctuidae) pada pertanaman bawang

merah di Pemantauan populasi telur dan setiap 3-4 hari larva

setiap Selama penelitian musim kemarau 1995) ledakan populasi dengan puncak populasi telur mencapai 0,8 kelompok telur dan larva 23 per yang menyebabkan seluruh

terserang musim hujan kelompok telur dan larva sulit

ditemukan. Hasilpengumpulan larva selama satu musim bahwa populasi larva pada musim kemarau sekitar 78 kali lebih tinggi daripada musim hujan. Larva memperlihatkan keragaman

Pada saat epidemi 80% larva berwarna gelap sedangkan pada saat endemi dan sisanya

terang. telur adalah yang disebabkan oleh sp. (Hymenoptera:

Telenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae), dan larva 5.7% yang disebabkan oleh

Microplitis sp. (Hymenoptera: Euplectrus sp. dan Stenomesius sp. (Hymenoptera: Eulophidae),

(2)

berdaya makanan musim diduga merupakan utama yang terjadinya ledakan populasi S . exigua Pemungutan kelompok telur secara seperti yang oleh kelompok tani di (Brebes), sebagai kunci keberhasilan pengendalian S .

exigua pada musim kemarau; oleh perlu lebih dimasyarakatkan pada petani bawang merah di wilayah

kunci: merah, populasi, populasi, ulat bawang, Spodoptera exigua.

Di antara delapan spesies dari genus Spodoptera

yang diketahui, ulat grayak Spodoptera exigua

(Hiibner) (Lepidoptera: adalah yang sifat paling kosmopolit, yang persebarannya liputi hampir belahan bumi kecuali

Selatan (Brown & 1975). Di Indonesia,

S. exigua merupakan salah satu yang

menyebabkan kegagalan pada bawang merah di di

Selama lebih dari 20 tahun ini, UGB lalu menjadi sasaran pengendalian Petani di Brebes dan wilayah

melakukan aplikasi pestisida secara berjadwal ngan selang 2-3 hari sekali (Koster 1990). Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

dalian ini adalah dari biaya produksi 1992). Penggunaan sida yang berlebihan, selain secara ekonomis tidak

juga dapat berdampak terhadap dan kesehatan. (1995) bahwa 21% dari petani bawang merah di bes mengidap pernafasan dan sebagai terdedah pestisida.

Pengembangan PHT pada pertanaman bawang

merah biologi dan

ekologi dari sasaran. Hingga saat ini, litian UGB yang paling kap adalah yang pernah dilaksanakan lebih dari 65

yang lalu oleh Franssen (1930). Dari

diungkapkan bahwa telur UGB diletakkan dalam bentuk kelompok dengan

yang setiap kelompoknya dari 20 hingga 100 butir. Lama stadium telur berlangsung 2 hari di

di tinggi 3 hari.

dari telur, larva segera menggerek

ke dalam daun dan tinggal dalam rongga daun. Larva terdiri dari dengan sta- dium larva berlangsung 9-14 hari. UGB kepompong dalam dengan stadium pupa langsung 8 hari. Pada kondisi

di UGB berlangsung rata 23 hari. Ngengat betina selama 3-10 hari

dan mampu meletakkan telur sejumlah 300-1500

Dari segi ekologi, kajian Franssen (1930) lebih bersifat yang didasarkan pada hasil di daerah dan gerang pada saat itu. Oleh karena itu, perlu untuk melakukan kajian secara lebih

dan kuantitatif, khususnya di daerah yang menjadi produksi wang merah di Indonesia. Tulisan melaporkan hasil penelitian populasi UGB, dengan pada pengungkapan

populasi dan serangan khususnya pada saat epidemi, fenomena polimorfisme larva dan

parasitoid.

DAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Bojongnegara, Kecamatan Ciledug, Cirebon,

langsung sejak 1995 sampai dengan 1996. lahan yang digunakan untuk penelitian adalah 1,600 lahan itu dibuat bedengan- bedengan yang panjang 7 m dan m, dan bedengan

oleh air selebar 0,4 m. Jumlah bedengan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 112 dengan. Dalam penelitian ini digunakan bawang merah Filipina, yang merupakan yang umum ditanam selama kemarau oleh petani setempat. yang digunakan adalah 19 cm x 23 cm, pada tiap bedengan terdapat

196

dan mengikuti kebiasaan petani setempat, kecuali aplikasi insektisida tidak

(3)

HPT, VOL. 1 1, NO. 2, 1999 SPODOPTERA 41

Pengamatan Perkembangan Populasi dan Serangan

Perkembangan populasi telur dilaksanakan pada 10 bedengan, dan pada setiap bedengan dipilih 20

contoh yang saling berdekatan. pun contoh yang sama dilalcukan juga

dan terserang UGB. ngamatan populasi kelompok telur

dimulai sejak berumur 7 hari telah hingga 65 hst, dengan selang

3-4 hari.

Pengamatan perkembangan populasi larva dilak- sanakan pada 36 bedengan. Sebanyak 2 unit contoh dipilih pada tiap bedengan, dan tiap unit contoh

20 yang kompetitif. Pengamatan dilakukan setiap minggu, mulai 7 hst hingga menjelang Pada setiap pengamatan gunakan 6 unit contoh. Pengamatan meliputi lah dan terserang UGB. Daun yang terserang pada setiap contoh dipetik,

ke dalam kantong plastik, dan kemudian diberi label. Di laboratoriurn, jumlah ulat yang terdapat dalam terserang dicatat.

Perbandingan Populasi UGB pada Kemarau dan Hujan

populasi UGB musim kemarau dan hujan data

an pengendalian (pemungutan kelompok telur dan larva). percobaan ini pemungutan kelompok telur dan larva dilak- sanakan selang dua hari. Percobaan musim hujan dilaksanakan pada Desember 1995 hingga

1996, dan musim kemarau pada April hingga 1996. Pada kedua musim tersebut, pemungutan telur dan larva dilakukan masing-masing terhadap

bedengan.

Pengamatan Lawa

Selama penelitian berlangsung bahwa larva S. exigua memperlihatkan pola pewarnaan tubuh yang Pada saat populasi

(endemi) larva berwarna hijau terang, sedangkan pada saat terjadi ledakan populasi kebanyakan larva berwarna gelap. Untuk memperoleh gambaran yang lebih kuantitatif tang polimorfisme larva, dalam penelitian ini

pengumpulan larva pada dua

Pengumpulan dilalcukan pada bulan September 1995 yang mewakili fase epidemi,

dan yang kedua pada bulan Desember 1995 yang mewakili fase Larva yang terkumpul tung dan

(kecil, sedang, besar) warna tubuh (hijau rang gelap).

Pengamatan Parasitoid

Pengamatan parasitoid dilaksanakan pada an bawang yang diaplikasi insektisida. Parasitisasi telur ditentukan melalui pengumpulan kelompok telur yang dilakukan setiap minggu. Masing-masing kelompok telur

tabung filem, dan kemudian dipelihara di parasitoid yang muncul dan jumlah lompok telur yang terparasit dicatat.

larva didasarkan pada pengumpulan ulat S. exigua, yang dilakukan setiap minggu. Larva yang

pul dipelihara secara dalam petri, dan dilengkapi potongan daun bawang sebagai dan parasitoid yang muncul dicatat.

Perkembangan Populasi dan Serangan UGB

pengamatan menunjukkan bahwa kelompok telur mulai ditemukan di

sejak pengamatan (7 hst) dengan kerapatan 1,8 kelompok telur per 20 kemudian ningkat mencapai

kelompok telur per 20 pada 15 hst bar 1). populasi telur dan telur

ditemukan selama 23-29 hst. Populasi telur generasi ke-2 mulai

di pada 31 hst, dan mencapai

nya yaitu kelompok telur per 20 pada 37 hst. populasi telur generasi ke-3 pada 65 hst, dengan kerapatan 9,4 kelompok telur per 20

Pengamatan populasi larva pada 15 hst. Pada saat itu, kerapatan larva mencapai 58 ekor per 4 contoh, dengan setiap terserang

40-an larva S. exigua. tingginya populasi larva, sebagian besar pada dengan contoh ini mengalami pada 23 hst. Oleh pengamatan populasi larva

(4)

terjadi pada 37 hst dengan kerapatan ulat per 4 dan ke-3 pada 67 hst dengan

larva per4 (Gambar

Perkembangan kerusakan sejalan ngan perkembangan populasi larva UGB. Gejala serangan mulai pada saat tanarnan

11 hst, atau telur menjadi larva. saat persentase terserang adalah 29% dan daun (Gambar 2).

kemudian (15 hst), persentase

rang mencapai 93% dengan persentase daun Pada 19 hst

terserang UGB dengan persentase kerusakan daun

daun

pada saat berumur 27 hst. persentase kerusakan daun

yang menyebabkan besar rata dengan

40% membentuk tunas lagi,

semacam yang "bawang gojod", sebutan

bawang yang dan

sayur.

kelompok telur I 20

larval4

Umur

Gambar 1 telur larva UGB bawang merah (Ciledug,

terserang

%

0 11 19 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 67

(5)

11, NO. DESEMBER 1999 POPULASI SPODOPTERA

Perbandingan Populasi

UGB pada Musim

hujan. Walaupun tidak dalam

Kemarau dan Hujan perbedaan infestasi UGB antara kedua mu-

Perbandingan populasi UGB pada musim ke- sim juga dari data hasil kelom- marau musim hujan terlihat dari jumlah larva pok telur. Pada musim kemarau, banyaknya telur yang berhasil dikumpulkan pada kegiatan yang berhasil dikumpulkan mencapai 100 kelom- pulan larva (pengendalian (Gambar 3). pok per bedengan per sekali pengumpulan, sedang- Selama percobaan kemarau, pada saat ta- kan pada musim hujan hanya 7 kelompok telur per naman 13 hst, 31 hst, dan 49 hst berhasil bedengan.

dikurnpulkan masing-masing sebanyak 684, 2372, dan 2619 larva dari setiap 10 bedengan per sekali pengurnpulan. Sementara selama musim hujan, de- ngan susah larva dapat ditemukan di per-

Jumlah terbanyak yang berhasil

pulkan pada hujan adalah 70 larva dari 10 bedengan, yaitu pada saat 43 hst. Jumlah kumulatif dari 15 kali pengumpulan yang selang dua hari pada musim kemarau dan hujan masing-masing adalah 17,440 dan 223 larva per 10 bedengan, atau populasi larva pada musim kemarau 78 kali lebih besar

Larva

Pada saat populasi (September

yang selama penelitian berlangsung, larva S. memperlihatkan keragaman warna Dari 2536 ulat yang dikumpulkan 80% gelap yang besar dan sisanya berwarna hijau terang (Gambar 4). Pada pertanaman bulan Desember 1995, kepadatan populasi larva Dari 271 ulat yang berhasil dikumpulkan, lebih dari 90% berwama hijau terang.

musim hujan

Hari

Gambar 3 Perbandingan banyaknya larva yang berhasil pada musim hujan 1996) dan musim kemarau 1996)

Kecil 88)

Endemi

(6)

Parasitoid Telur dan Larva

Hasil pengumpulan kelompok telur selama menunjukkan terdapat jenis parasitoid dari Hymenoptera, yaitu Telenomus sp. (Scelionidae) dan Trichogramma sp.

(Trichogrammatidae). Tingkat parasitisasi oleh dua parasitoid ini Dari 4392

telur yang terkumpul, tingkat parasitisasinya dari yang sebagian besar disebabkan oleh Telenomus 1). lebih

38 kelompok telur yang

mus menunjukkan bahwa imago sitoid dan larva UGB yang per kelompok telur masing-masing adalah dan ekor.

pada telur, tingkat parasitisasi pada larva juga Parasitoid larva yang ditemukan terdiri dari tiga jenis

yaitu sp. (Braconidae), Euplectrus sp.

dan

Stenomesius sp. (Eulophidae), serta satu jenis lalat Peribaea sp. Parasitoid yang paling di lokasi penelitian adalah

sp. Berdasarkan

dan dengan AT diketahui bahwa dan Stenomesius belum

dilaporkan sebagai parasitoid UGB di Indonesia. Keduanya adalah ektoparasitoid pada larva awal, dan ditemukan pula memarasit UGB yang pertanaman bawang merah di Cianjur. Selain keempat jenis parasitoid larva

pada pertanaman bawang daun di ditemukan pula parasitoid

(Cameron) dan sp. (Hymenoptera:

Pemahaman Ledakan Populasi

UGB

pada Musim Kemarau

Ledakan pada kemarau telah sejak lama dikenal sebagai fenomena pada

serangga di di Indo- nesia (Betrem 1953; Kalshoven 1953; van der Vecht 1953). Dari penelitian dan dari

(Franssen 1930; Kalshoven 1981) di- bahwa UGB adalah ke- Berdasarkan kategori yang oleh

pola ledakan populasi UGB ledakan gradien pulsa (pulse gradient out- breaks). Pola ledakan pulsa merupakan

dari yang se-

dan larva UGB (Ciledug, 1995)

Jenis parasitoid Tingkat (%) Parasitoid telur

musim, dan biasanya berlangsung singkat oleh adanya

eksternal seperti kemarau yang kering 1987). Walaupun musim ring itu sendiri tidak selalu merupakan faktor

untuk terjadinya ledakan (Wolda 1988). dapat berupa perubahan pada inang, baik kelimpahan maupun

nya.

jenis yang populasinya sejalan dengan perubahan kelimpahan sumberdaya makanan 1987). Di lokasi penelitian, pola

yang dilaksanakan adalah padi dian 3 kali penanaman bawang merah.

bawang merah ketiga, yang biasanya mulai bulan adalah yang paling menderita serangan UGB. Berdasarkan data dari Diperta bupaten Cirebon areal penanaman bawang merah yang terluas pada

tus dengan Oktober. Walaupun dalam penelitian

kandungan amino daun pada musim hujan kernarau, penelitian

jukkan bahwa kekeringan dapat

kadar daun (Brodbeck Strong 1987). Hasil penelitian Al-Zubaidi

(1984) menunjukkan bahwa N daun menyebabkan keperidian S. lebih gi dan hidupnya lebih singkat. Dalam

Southwood (1978)

bahwa perubahan saja dalam status nutrisi dapat menyebabkan keseimbangan populasi

(7)

HPT, VOL. 1 1, NO. 2, 1999

ke dalam (French 1969; 1972; Mitchell 198 1). Adanya

S. secara pada saat an 1-2 minggu menyebabkan terjadinya

perkembangan populasi telur. Selama penelitian berlangsung, pada saat-saat tertentu kelompok telur dijumpai di lapangan, pada saat sulit ditemukan.

telur pada

oleh sinkronisasi perkembangan populasi larva,

dan

yang disebut ini kemudian menyebabkan bawang merah mengalami

dalam waktu yang singkat. Kerusakan

di lebih lagi pada saat larva bersifat mobil.

bahwa bila dalam suatu bedengan telah larva segera berpindah secara

ke bedengan lain yang belum terserang. ekologi lain yang melekat pada ledakan UGB adalah rendahnya musuh alami.

lam penelitian ini bahwa tingkat para- telur adalah dan larva Hal yang sama oleh Franssen yang

kukan

pengumpulan kelompok telur dan larva di daerah pada tahun 1928. Ia

tingkat parasitisasi telur dan larva Kedua data yang oleh rentang

hampir 70 tahun ini menunjukkan bahwa rendahnya parasitoid pada pertanaman wang merah bukan akibat penggunaan

yang dalam 20 tahun belakangan ini, tapi diduga lebih terkait dengan

bawang yang relatif sederhana. Selain dari segi vegetasi, pertanaman bawang merah juga adalah yang sederhana karena petani secara

yang di bedengan. Ekosistem yang musuh (van Williams 1974; Smith,

Gilstrap 1997). tingkat parasitisasi juga karena faktor

bawang merah yang dapat

proses dan oleh para- sitoid (Vinson 1976; Vet & Dicke 1992;

1998). Selain itu, telur yang

yang berlangsung singkat (2-3 larva yang dalam

dan

perkembangan menyebabkan telur larva dari parasitoid.

Terjadinya populasi

yang kekenyalan fenotipe 1987). Dalam UGB, proporsi larva yang gelap selama fase

yang ledakan populasi juga

fenomena polimorfisme larva pada Spodoptera (Walker)

Mythimna separata (Walker) (Rose 1979;

1962; 1978; Brown 1975).

lebih 20 tahun terakhir

tem bawang merah di penelitian selalu berada di bawah pestisida.

terjadi, akibat promosi sida, karena penelitian yang dilakukan oleh baga penelitian maupun tinggi nyak menawarkan alternatif. Dalam

tersebut, penelitian lebih oleh pengujian pestisida. Setapak lebih maju dari itu adalah penelitian dan

(Setyobudi 1987;

wojo 1992; Moekasan 1994). Dalam kondisi petani akan tetap pada

Pada saat terjadi ledakan seperti yang biasa terjadi pada kemarau,

sida maupun tidak

serangan UGB secara 1997; 1998; Effendy 1998). Pada masa kolonial, dalian UGB secara dengan telur dan larva selang 2

sesuai dengan lama stadium telur. tetap masih saat ini, dan sesuai dengan praktek budidaya bawang merah dan kondisi sosial-ekonomi petani. petani wang merah pada dengan

yang sempit, tindakan pengumpulan pok telur dan larva dapat komponen

dalam sistem bawang merah, pertimbangan sebagai

praktek larva dan kelompok telur telah biasa dilakukan oleh sebagian besar petani bawang merah di daerah Brebes Kedua, bawang merah yang sederhana telur dan larva ditemukan. ukuran bedengan dengan 1,5 m

(8)

larva dilakukan secara dari sebelah dan

Walaupun kegiatan pengendalian telah

dilakukan oleh petani bawang merah, tapi

pada saat ini kegiatan itu lebih kan pelengkap yang

wawancara bahwa petani pengumpulan telur dan larva

tidak bahwa sida yang

an

petani tidak terhadap keefektifan mekanis yang Pada yang lain

bahwa pada saat UGB pengendalian

hasil yang dengan ngan perlakuan (pengendalian

+

dalian dan lebih daripada

pengendalian pada saat (musim hujan),

dari ketiga perlakuan tidak Hal

bahwa kegiatan pengendalian bila dilakukan secara dan

lagi dengan pengendalian

pendampingan oleh FAO, Uni- versity dan IPB, kegiatan pengumpulan kelompok telur dan larva telah cara ma pengendalian UGB oleh kelompok tani

di Desa Brebes. Dengan dari aparat desa dan dengan

kelompok tani secara reguler untuk dan para petani desa untuk pengumpulan kelompok telur larva UGB pada bawang masing-masing. Dengan cara tersebut, petani wang merah di Desa dan desa tidak lagi

tisida untuk mengendalikan UGB (Cahyono, pribadi). inovasi telah

oleh kelompok tani BTM.

ngan kelompok telur atau larva yang dari kedalam plastik dan dibiarkan dijemur di bawah

Dengan cara telur dan larva

petikan-petikan dari kegiatan pengendalian mekanis

kan di galengan atau

dapat menjadi Pola pengenda- lian mekanis yang oleh kelompok

BTM perlu ke

camatan-kecamatan bawang merah lain- nya.

Penelitian berkat dukungan dari

Program PHT- Pertanian

Ucapan Ir Ir D Mardiana, Ir D

(petani alumnus SLPHT) yang telah di lapangan.

FS 1984. Utilization of food and nitrogen by the beet armyworm, Spoabptera

(Lepidoptera: in to

food type and dietary nitrogen levels. mol.

1987. The theory and classification of outbreaks. In Barbosa P JC Editors

Insect outbreaks. New York. p 3-30. JG. 1953. Interrelation and interaction of biotic and abiotic factors in some tropical insects. Trans

Congress

1978. The day-feeding in north

Queensland. J January-February:

27-30.

B, Strong D. 1987. Amino acid nutrition of herbivorous insects and stress to host plants. In

P, JC. Editors. Insect Academic Press, New York p 347-364. Brown ES, 1975. The genus

(Lepidoptera, in and the Near East.

Bull 65: 221-262.

1995.

Pertanian DT Cirebon.

Effendy L. 1998. pengendalian

bawang merah dengan Desa Hiibner (Lepidoptera: Noctuidae) to the British Isles in relation to large-scale weather systems. J

A, Y N 1992.

Results of lowland vegetable research. In AH

AH, S, S, FA.

Editors. Evaluation and planning of vegetable

(9)

NO. 1999

production and industry. Proc Nat Veg Workshop. 1992. p 55-68.

ID. 1998. dan untuk

pengendalian Spodoptera exigua

ptera: di bawang merah.

Institut

S. 1962. Studies on the phase variation and related phenomena in some larvae. Memoirs of the College of Agriculture, Kyoto University, No. 84. 80 p.

Kalshoven LGE. 1953. Important outbreaks of insect pests in the forests of Indonesia. Trans Intl

Congress 272-277.

Kalshoven LGE. 1981. The pests of crops in Indonesia. (Revised and translated by PA van der PT Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta.

M, N, M, LN, a commercial formulation of the Spodoptera exigua

(Lepidoptera: nuclear virus

for control of beet armyworm on vegetable crops in Thailand. Biocontrol Science and Technology 488.

WG. 1990. Exploratory survey on shallot in rice-

based cropping systems in Brebes. Bull 19-30.

S, Southwood 1978. The role of nitrogen in the development of relationship. In Wallace JW, Marshall RL. Editors. Biochemical aspects of plant and animal coevolution. Academic Press, New York. p 77-98.

Mitchell ER. 1981. Migration by Spodoptera exigua and S. North American style. In RL, Kennedy Editors. Movement of highly mobile insect. North Carolina State Raleigh. p 3 86-393

TS, S. 1992.

pengendalian ulat bawang (Spodoptera exigua Hubn.) bawang merah di &tar-

an Penelitian antara

Balithor dengan Ciba

Moekasan TS, Y. 1994. pengendalian Spodoptera exigua

dan

wang merah di Seminar Hasil

Pengendalian bang 27-28 1994.

SJ. 1987. Agricultural ecology and insect out- breaks. In P, JC. Editors. Insect Outbreaks. Academic Press, New York. p 2 17-23 8 Rose 1979. The of low-density popu-

lations of the armyworm Spodoptera

(Walk.). Phil Trans R B

.

Setyobudi L. 1987. Penentuan kehilangan hasil bawang

merah L.) akibat defoliasi oleh

Spodoptera Hiibner

Entomologi Jakarta

26 1983.

Smith Jr JW, Gilstrap FE. 1997.

Challenges and opportunities for biological control in ephemeral crop habitats: an overview. Biolo Contr

Southwood 1972. The role and measurement of migration in the population system of an insect pest. Trop Sci

J, Y, M, R, Yano

S, N, Dicke M. 1998. Plant effects on para- sitoid foraging: differences between two tritrophic systems. Biol Contr 11

van der Vecht J. 1953. On some aspects of the numerical variation of insects in the tropics. Trans Intl Congress

van GF Williams. 1974. Insect stability and diversity in agroecosystems. Rev

Vet LEM, Dicke M. 1992. Ecology of infochemical use by natural enemies in a tritrophic context. Rev

SB. 1976. Host selection by insect

Wallner WE. 1987. Factors affecting insect population dynamics: differences between outbreak and

break species. Ann Rev 17-340.

Gambar

Gambar 1 Perkembangan populasi telur dan larva UGB pa& pertanaman bawang merah (Ciledug, Agustus-Oktober
Gambar 3 Perbandingan banyaknya larva yang berhasil dikurnpulkan pada musim hujan (Desember 1995-Februari 1996) dan musim kemarau (April-Juni 1996)
Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

selain itu pada umumnya masih terdapat bahasa latin yang masih asing terdengar oleh siswa. Konsep sistem peredaran darah, kompetensi dasar yang

Pembelajaran Sains Dengan Menggunakan Pendekatan Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Untuk Mengoptimalkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Di Kelas V

Selain buku ada beberapa faktor lain dalam pelaksanaan motor keliling ini Mas antara lain seperti memilih waktu, dengan menentukan waktu yang tepat kita bisa mengetahui

Informasi yang didapat oleh peneliti ketika menanyakan mengenai viral marketing yang dilakukan oleh tim pemasaran Indihome melalui media sosial yaitu

  方 言 文 法 全 国 地 図( Grammar Atlas of Japanese Dialects 。以下 GAJ とする。)は,1989 年(平成元年) から 2006 年(平成 18 年)にかけて刊行された

The pres- ent study used the aggregate homework and fi nal exami- nation scores from 266 students taking seven entry-level programming classes to examine the ef fi cacy of this pol-

Narasumber : ya pasti tentunya ada ya, dalam ICW setiap anggota berperan dalam setiap pemberitaan negatif yang masuk, setiap anggota bebas memecahkan setiap pemberitaan

Dalam hal keramahan (bermurah-hati) stat perpustakaan, menghasilkan pandangan bahwa 48% responden menyatakan bahwa staf perpustakaan kurang ramah, 10% tidak ramah,