• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia (Kuasi Eksperimen di MTs.N.13 JAKARTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia (Kuasi Eksperimen di MTs.N.13 JAKARTA)"

Copied!
286
0
0

Teks penuh

(1)

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada

Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia

(Kuasi Eksperimen di MTs.N.13 JAKARTA)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

BACHTIAR

NIM: 109016100063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

BACHTIAR (109016100063), “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem

Sirkulasi Darah” Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan

STAD, NHT dan TGT. Penelitian ini dilakukan di Mts.N. 13 Jakarta Tahun Ajaran

2013/2014. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian

sebagai sampel. Penentuan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.

Pengambilan data menggunakan instrument menggunakan berupa tes hasil belajar

berbentuk pilihan ganda. Hasi lpenelitian mengungkapkan bahwa ada perbedaan nilai

rata-rata pembelajaran STAD 83.38, NHT 78.82, TGT 79,12 dan nilai uji Anava satu

jalur pada data pretes, nilai Fhitung yaitu 79.7 lebih dari Ftabel yaitu 3.07. Kesimpulan hasil

penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran

STAD, NHT dan TGT pada konsep sistem sirkulasi darah.

Kata kunci : Model STAD, NHT dan TGT, perbedaan hasil belajar konsep sistem

(6)

BACHTIAR (109016100063), “Difference of student Learning Outcomes Using Studing Team Achievement Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games

Tournament at Sirculation Concept’’. Undergraduate Thesis Biology Education

Program Departmen of Science Education, Faculty of Tarrbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The Purpose of This Study was to determine difference in student learning Outcomes using Studing Team Acchievment Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games Tournament. This research was conducted at MTs. N. 13 Jakarta, Academic year 2013/2014. The method used is Quasi-Experimental research design using a pre test – post test control group, wich involved 120 students in the sample. The samples using cluster random sampling technique. Retrieval of data using instrument such achievement test multiple choice. The results of study revealed that there are differences in the average value of learning Studing Team Achievement Division is 83.38, Numbered Head Togeteher is 78.82 and Team Games Tournament value 79.12 and the pretest data path, the value of Fcount is 79,7 greater than the Ftable is 3,07. The Conclusion of this study is that there is defference in studing learning Outcomes Using Studing Team Acchievment Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games Tournament at sirculation concept.

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya maka skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi pada Fakultas Ilmu Pengetahuan dan

Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas,

maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan arahan, pelajaran, dan kepercayaan yang pernah diberikan

kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing 1 dan Dr. Yanti Herlanti, M.Pd,

selaku pembimbing 2 yang telah memberikan waktu, bimbingan arahan, motivasi,

dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala

perbaikan dan kebaikan yang diberikan, semoga ibu bapak selalu berada dalam

kemuliaan-Nya

5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing akademik, Seluruh Dosen dan Staff

Jurusan Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapat keberkahan

dari Allah SWT.

6. Pimpinan dan Staff Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta

(8)

7. Keluarga besar Mts.N.13 Jakarta, Ibu Ratna dewi, M.Pd selaku kepala sekolah,

Dra. H. Halwati selaku guru Biologi dan Dewan Guru serta siswa siswi Mts.N. 13

Jakarta.

8. Keluarga tercinta Ayahanda Drs. Bakti, Ibunda Murtini yang tak henti-hentinya

mendo’akan, melimpahkan kasih sayang dan dukungan lahir batin kepada penulis.

Adik tersayang Dwi Intan Agustini dan calon istri Nikmah Fitriyana serta semua

keluarga yang selalu mendo’akan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam

mengejar dan meraih cita-cita

9. Sahabat terbaik dan tergokil Ichsanul Ferdiansyah, Adipati Murfi, Syahri

Saripuddin, Abdul Chalik, Annisa, Ashabul kahfi, Wahyu Hubaidi, Indra Purnama,

Ali Fikri, dan teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi Angakatan 09 yang

memberikan motivasi penuh selama penyusunan skripsi.

10.Staff perpustakaan serta kakak kelas dan juga adik kelas yang telah memberikan

do’a dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikianlah, betapa pun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang

ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun diatas lembaran-lembaran

skripsi ini masih saja ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu,

kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati

terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya

bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 1 April 2015

(9)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ………..

LEMBAR PENGESAHAN ……… SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ………..

ABSTRAK ………...

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….... 1

5

6

6

6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran Kooperatif ..………..

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……….

3. Model Pembelajarn Koperatif Tipe NHT ………....…...

4. Model Pembelajarn Koperatif Tipe TGT ……….………

5. Pengertian Hasil Belajar ....……….

B. Hasil Penelitian yang Relevan………..

C. Kerangka Berpikir……….

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………...

B. Metode dan Desain Penelitian………..

C. Populasi dan Sampel………...

D. Variabel Penelitian………

E. Teknik Pengumpulan Data………

F. Teknik Analisis Data .………

G. Hipotesis Statistik ..………..

30

30

31

32

32

38

42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……….

B. Analisis Data ..………..

C. Pembahasan dan Temuan Penelitian .…………..……….

44

49

55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….

B. Saran………

62

62

DAFTAR PUSTAKA……… 63

(11)

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif…………...

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Kooperatif ..………

Tabel 3.1 Desain Penelitian………

Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas.………...……….

Tabel 4.1 Perbandingan Distribusi data Pretest kelompok STAD, NHT dan

TGT ...………...………....

Tabel 4.2 Presentase Indikator pada Sistem Sirkulasi ………..

Tabel 4.3 Kategori nilai N-Gain padakelas STAD, NHT dan TGT ………….

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas………..

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas………

Tabel 4.6 Ringkasan Perhitungan Anova………

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji t Dunnet ……….

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru……….

Tabel 4.9 Hasil Observasi Teman Sejawat………

Tabel 4.10 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar

tradisional………..

Tabel 4.11 Sajian Tahapan Pembelajaran ……….……... 10

17

30

34

45

46

48

49

51

52

53

54

55

56

(12)

Lampiran 1 RPP Kelas STAD………...………..

Lampiran 2 RPP Kelas NHT .………...………..

Lampiran 3 RPP Kelas TGT ………...………

Lampiran 4 LKS STAD, NHT, dan TGT ..……….

Lampiran 5 Instrumen Kuis ………...

Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen ………..

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Objektif ………

Lampiran 8 Uji Coba Instrumen ……….

Lampiran 9 Soal Uji Kompetensi Sistem Sirkulasi ..……….

Lampiran 10 Kunci Jawaban Uji Kompetensi ...………

Lampiran 11 Data skor kelompok STAD, NHT dan TGT ………...

Lampiran 12 Nilai Perindikator Tes Konsep Sistem Sirkulasi………...

Lampiran 13 Nilai N- Gain……….

Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Pre Test………

Lampiran 15 Uji Normalitas Pre Test……….

Lampiran 16 Uji Homogenitas Pre Test……….

Lampiran 17 Uji Hipotesis Pre Test………...

Lampiran 18 Distribusi Frekuensi Post Test………..

Lempiran 19 Uji Normalitas Post Test………..

Lampiran 20 Uji Homogenitas Post Test………...

Lampiran 21 Uji Hipotesis Post Test……….

Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Guru………

Lampiran 23 Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi Kuadrat……….

Lampiran 24 Tabel Distribusi F……….

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

kebudayaan1. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan2. Edgar Dalle dalam Anwar pendidikan dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan

bimbingan, pembelajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan diluar

sekolah3.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi

belajar mengajar atau proses pembelajaran. Guru merencanakan kegiatan

pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan

rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum

adalah seperangkat rencna dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

mengajar4. Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yakni : (1)

Tujuan, (2) Materi, (3) Metode, (4) Organisasi, dan (5) Evaluasi.

komponen-komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

menjadi dasar utama dalam mengembangkan sistem pembelajaran5. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan

1 Hasbullah. Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. IX, 2011), h.1.

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 10.

(14)

berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum

dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam

dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.

Pengamatan di lapangan melibatkan proses pembelajaran di sekolah

kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang

menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan

pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan di dominasi

oleh sang guru. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kreativitas oleh guru dalam

memvariasikan proses belajar mengajar. Pembelajaran kreatif mengoptimalkan

kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran6. Guru dapat menumbuhkan kreativitas siswa dengan cara mengajar menyenangkan, menghargai siswa

sebagai pribadi yang unik, mengaktifkan siswa dalam belajar7.

Salah satu bentuk pembelajaran yang kreatif adalah pendekatan

konstruktivis yaitu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif

menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran yang

melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerja sama dalam

kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama, sasaranya adalah tahap

pembelajaran yang maksimum bukan saja untuk diri sendiri tetapi juga

teman-teman lain dalam kelompok.

Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil

dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University, yaitu :

STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team Games

Tournament), TAI (Team Accelareted Instruction), CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition) dan Jigsaw8. Selain itu terdapat beberapa pembelajaran koooperatif lainnya yakni NHT (Numbered Head Together),

6 Lif Khoiru Ahmadi & Sofyan Amri, Strategi Pembelajaran Sekolah berstandar Internasional dan Nasional. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), Cet. I, h.122.

7Ibid.h.123

(15)

Group Investigation, learning Together dan lain sebagainya9. Beberapa model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan dan metode sederhana yaitu

STAD, NHT dan TGT.

STAD (Student Team Achievement Division) merupakan pendekatan

koooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa dibagi dalam

bentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Guru menyajikan

informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi

verbal atau teks. Secara individual setiap dua minggu siswa diberi kuis10. TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak menggunakan kuis atau

silang Tanya melainkan menggunakan turnamen atau lomba mingguan11. NHT (Numbered Head Together) hampir sama dengan STAD. Ciri khas dari model

pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah adanya penomoran pada

masing-masing anggota dalam kelompok 12.

Kegagalan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran atau

pesan sering terjadi, sehingga tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal

atau tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa dan

lebih parahnya lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan

yang disampaikan13. Siswa dan guru merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran, jika dalam interaksi antara siswa dan guru mengalami

kegagalan maka tidak akan tercapai tujuan dalam proses pembelajaran yaitu

hasil belajar yang baik.

Dalam setiap materi pelajaran memiliki tingkat kesukaran yang

berbeda, apalagi jika anak didik dihadapkan dengan bahan pelajaran yang

memiliki tingkat kesukaran yang tinggi, mereka akan menjadi cepat merasa

bosan dan kelelahan terlebih bagi anak didik yang kurang menyukai bahan Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2013.

13

(16)

Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan pada pendidikan Biologi di

kelas karena IPA Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

alam secara sistemastis yang dapat dilakukan dengan cara kerja sama antar

siswa untuk memperoleh pengatahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

prinsip-prinsip juga proses penemuannya. Konsep biologi mengenai sistem

peredaran darah memuat submateri tentang darah, jantung, pembuluh

darah, perdaran darah dan gangguan serta penyakit pada sistem peredaran

darah14. Konsep sistem peredaran darah merupakan salah satu konsep biologi abstrak yang seringkali memunculkan pemikiran yang berbeda-beda

diantara peserta didik, karena peserta didik seringkali sulit untuk

membayangkan isi materi dari konsep biologi yang belum pernah dilihat

sebelumnya secara jelas. Seringkali siswa mengalami kesulitan memahami

konsep ini ketika membedakan sifat serta fungsi komponen darah,

mengidentifikasi penggolongan darah dan mekanisme transfusi darah

selain itu pada umumnya masih terdapat bahasa latin yang masih asing

terdengar oleh siswa.

Konsep sistem peredaran darah, kompetensi dasar yang harus

dicapai siswa adalah mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia

dan hubungannya dengan kesehatan. Agar kompetensi tersebut dapat tercapai siswa dengan baik, siswa diharapkan dapat memahami dan mengingat

konsep pelajaran dengan baik serta dengan cara yang tidak membosankan.

Sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep

sistem peredaran darah.

Beberapa penelitian menyebutkan pembelajaran kooperatif STAD,

NHT dan TGT dapat meningkatkan hasil belajar. Sebagai contoh dari

penelitian Muhammad Anwar Hidayat bertujuan untuk mengetahui perbedaan

belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model

(17)

konvensional15. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kristianti dalam penelitiannya berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajaran

Kooperatif NHT terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir

Siswa16. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif NHT dari ranah kognitif lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Iklilul Millah, dalam penelitiannya Pengaruh Penerapan Model Pembelajaram

Kooperatif tipe TGT terhadap Prestasi Belajar siswa kelas X SMA

Laboratorium UM pada Materi Hidrokarbon17. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran TGT dan siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran konvensional (ceramah).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa STAD dibandingkan

pembelajaran konvensional, NHT dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional, dan TGT dibandingkan dengan pembelajaran konvensioanal

memiliki keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Namun belum ada yang membandingkan antara STAD, NHT dan TGT. Maka

peneliti tertarik untuk membandingkan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tersebut. Maka penelitian ini

berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada Konsep Sistem

Peredaran Darah Manusia”.

15Muhammad anwar hidayat, “Perbedaan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Model Konvensional pada pelajaran PKN”,

Jurnal pendidikan. 2011

16 Kristianti, “Pengaruh Model Pendekatan Kooperatif dengan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa,

Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2013.

(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu :

1. Proses belajar mengajar yang masih monoton

2. Guru masih jarang mengggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Di bandingkan pembelajaran konvensional pembelajaran kooperatif tipe

STAD, NHT dan TGT memberikan hasil lebih tinggi. Namun belum

diketahui yang paling objektif antara STAD, NHT dan TGT.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka penulis

membatasi permasalahan pada :

1. Penggunaan model pembelajaran adalah cooperative learning tipe STAD,

TGT dan NHT pada konsep materi sistem peredaran darah

2. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di tinjau dari ranah kognitif pada

jenjang C1, C2, C3 dan C4.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, rumusan masalahnya yaitu : “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD, model kooperatif tipe NHT

serta model kooperatif tipe TGT dalam konsep materi sistem peredaran darah kelas VIII Mts. N. 13 Jakarta?”

E. Tujuan dan Manfaat Penellitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas

tipe STAD, NHT,dan TGT pada konsep sistem peredaran darah. Hasil

peneltian ini diharapkan dapat memeberi manfaat kepada semua pihak yang

(19)

1. Bagi guru, agar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam

memilih variasi pembelajaran biologi untuk menigkatkan hasil belajar

sisiwa.

2. Bagi pembaca, sebagai sumber informasi ilmiah dan dapat dijadikan

referensi untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan

(20)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoritik

1. Pembelajaran kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan membantu untuk

memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah

kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara

berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama18.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.19 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan

sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang

mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa, atau

suku yang berbeda (heterogen)20.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap

penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial,

kemampuan, dan ketidak mampuan21. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja

saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui

18 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. VI, h. 58.

19

Robert E. Slavin, Kooperatif Teori, Riset dan Praktik, Terj. Narulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2010), Cet. 8, h. 4.

20

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 7, h. 242.

21Op. cit. h.60

(21)

penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu

sama lain.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi

dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling

membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial

dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran

kooperatif.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan

kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai

tujuan atau penguasaan materi. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka

dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari

berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan

keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.

Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi

kesenjangan pendidikan khusus dalam wujud input pada level individual.

Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial

dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul

generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan

memilikislidaritas sosial yang kuat.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai

tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa

yang berbedaan latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa

(22)

secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan

mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang

akan sangat bermanfaat bagi kehidupan sekolah.

Arends dalam Trianto menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri, yaitu : ketuntasan materi

pembelajaran, kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan

heterogen, dan penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok

ketimbang individu22.

c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif terdapat empat prinsip dasar, yaitu : Prinsip

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interakasi tatap muka,

dan partisipasi komunikasi.

Pertama, Prinsip Ketergantungan Positif (positive interdependence),

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok

masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya.

Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota

kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak

mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tak bisa menyelesaikan

tugasnya dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing

anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih

diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan

tugasnya.

Kedua, Tanggung Jawab Perseorangan (individual accountability),

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena

keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap

anggota harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap

anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

(23)

Ketiga, Interaksi Tatap Muka (face to face promotion interaction) ,

Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada

setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi.

Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga pada setiap

anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,

memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan

masing-masing.

Terakhir, Partisipasi dan Komunikasi (participation communication),

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan

berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam

kehidupan di masyarakat kelak.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut digambar

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

cara membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

mereka.

(24)

Evaluasi

materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai

baik upaya maupun hasil belajar individu

dan kelompok23.

Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa

manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok

kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu

secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir

logis. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan

masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti

untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok24.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Konsep-konsep Student Teams of Achievment Division ( STAD)

Menurut Slavin dalam Rusman, model STAD merupakan variasi

pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat

mudah di adaptasi,telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa

inggris, teknik dan banyak subjek lainnya dan pada pihak tingkat sekolah dasar

sampai perguruan tinggi25.

Slavin menyatakan bahwa “Gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”26

. Jika siswa menginginkan

23 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif. (Jakarta: Kencana,2009), Cet VI, h. 67

24 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif. (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. VI, h. 66.

25 Rusman,Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Professional Guru (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), cet.4, h. 213.

(25)

kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok

mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman

sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma

bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.

Para siswa diberi waktu untuk bekerjasama setelah pelajaran diberikan

oleh guru, tetapi tidak saling membantu dalam menjalankan kuis, sehingga

setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggung jawab perseorangan). Para

siswa mungkin bekerjasama berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan

ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain, mereka bisa

mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk masalah itu.

b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD

Langkah-langkah ada 6,yaitu :Penyampaian tujuan motivasi, pembagian

kelompok, persentasi dari guru, kerja tim, kuis dan penghargaan prestasi tim.

Pertama, Penyampaian tujuan dan motivasi yaitu menyampaikan tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi

siswa untuk belajar

Kedua, Pembagian kelompok yaitu siswa dibagi kedalam beberapa

kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang

memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,

gender / jenis kelamin, rasa tau etnik.

Ketiga, Presentasi dari guru yaitu Guru menyampaikan materi pelajaran

dengan teknik dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicpai pada

pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru

member motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam

proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demontrasi, pertanyaan atau

masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga

tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas

dan pekerjaan yang harus di lakukan serta cara-cara mengerjakannya.

Keempat, Kerja tim yaitu Siswa belajar dalam kelompok yang telah

(26)

kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing

memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan,

memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini

merupakan ciri terpentig STAD.

Kelima, Kuis (Evaluasi), yaitu guru mengevaluasi hasil belajar melalui

pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian

terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi

secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk

menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri

dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menerapkan skor batas penguasaan

untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84 dan seterusnya sesuai dengan tingkat

kesulitan siswa.

Keenam, Penghargaan prestasi tim, Setelah pelaksanaan kuis, guru

memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100.

Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat

dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan berikut : menghitung skor

individu, menghitung skor kelompok, pemberian hadiah dan pengakuan skor

skor kelompok.

Menghitung skor individu, Menurut Slavin dalam Trianto, untuk

menghitung perkembangan skor individu di hitung sebagaimana dalam tabel

berikut27 :

No Nilai tes Skor

perkembangan

1 Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 0 poin

2 Skor 0 sampai 10 poin diatas skor dasar 10 poin

3 Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 20 poin

4 Pekerjaan sempurna

(tanpa memperhatikan skor awal)

30 poin

(27)

Menghitung skor kelompok, Skor kelompok dihitung dengan membuat

rata-rata skor perkembangan angggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan

semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah

anggota tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok,

diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam tabel :

No Rata-rata skor Kualifikasi

1 0 ≤ N ≤ 5 -

2 6 ≤ N ≤ 15 Tim baik

3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali

4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa

Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok, Setelah

masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memeberikan hadiah

atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya.

STAD merupakan suatu metode generik tenang pengaturan kelas dan bukan

metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan

pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi

kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan

materi mereka sendiri untuk menambaha atau mengganti materi itu.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Number Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama

adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

(28)

kelas tradisional28. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana

guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan

jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur yang

dikembangkan oleh Kagan ini menghendaki siswa bekerja saling membantu

dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kelompok, dari

pada penghargaan individual.

Numbered Heads Together penomoran berpikir bersama adalah suatu

metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu

kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Numbered

Heads Together (NHT) melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut. Tujuan model pembelajaran NHT adalah agar

pemahaman siswa bercerita melalui model NHT yang diberikan dalam bentuk

tugas berkelompok agar siswa dapat saling menambah kekurangan

pembendaharaan kata dalam merangkai kembali cerita yang dipelajarinya29. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran

dilaksanakan melalui tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan kelompok,

melaksanakan evaluasi, penghargaan kelompok dan menghitung ulang skor

dasar setiap kelompok.

Pertama, Tahap persiapan. Terdiri dari memilih materi pokok, membuat

RPP, Lembar Pengamatan dan LKS, menentukan skor dasar individu,

membentuk kelompok-kelompok kooperatif. Pembentukan kelompok

kooperatif didasarkan dari yang mengatakan bahwa pembentukan kelompok

belajar harus berdasarkan heterogenitas (kemacam ragaman) merupakan

ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif.Kelompok

28 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif. (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. VI, hal.82.

(29)

heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender,

latar belakang agama, sosial, ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.

Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif, biasanya

terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan

kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademik

kurang.

Kedua, Tahap penyajian kelas, terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti

dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT

dimulai dengan pendahuluan dan penjelasan tentang garis besar materi. Pada

kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa apa yang

akan dipelajari dan kenapa hal itu sangat penting dipelajari. Hal ini bertujuan

untuk merangsang rasa ingin tahu siswa terhadap konsep yang akan dipelajari.

Selanjutnya guru meninjau ulang informasi atau pengetahuan prasyarat.

Kemudian guru menginformasikan materi pembelajaran dengan memberikan

penekanan pada materi yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok.

Kegiatan inti, Pada kegiatan inti siswa dibimbing dalam pembelajaran

kooperatif tipe NHT dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(a) Guru memberikan penomoran pada setiap siswa selanjutnya siswa duduk

dalam kelompok membahas dan mendiskusikan materi pembelajaran.

(b) Kegiatan selanjutnya siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS)

dibawah bimbingan guru.

(c) Masing-masing kelompok menyatukan pendapat terhadap jawaban yang

ada pada lembar kerja siswa, sehingga masing-masing siswa mengetahui

kesimpulan jawaban yang benar berdasarkan hasil diskusi kelompok.

d) Guru mengecek pemahaman siswa dengan cara mengajukan pertanyaan

kepada salah satu nomor dan nomor yang dipanggillah yang berhak

menjawab pertanyaan tersebut.

Kegiatan akhir, Pada kegiatan ini setelah siswa mempertanggung

(30)

melakukan serangkaian kegiatan yaitu menarik kesimpulan yang didapatkan

dari hasil kegiatan pada hari itu. Kemudian guru memberikan PR dalam bentuk

tugas di rumah.

Ketiga Evaluasi,Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang

telah ditentukan guru, pada saat evaluasi siswa harus bisa menunjukkan

penguasaan tentang materi yang telah dibahas dalam kelompok. Skor yang

diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk menentukan nilai

perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

Keempat, Penghargaan Kelompok, Untuk menentukan bentuk

penghargaan kelompok langkah-langkahnya yaitu Menghitung skor Individu

dan skor kelompok. Perhitungan skor individu ditunjukkan untuk menentukan

nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan perolehan selisih skor dasar

dengan tes hasil belajar biologi (setelah dilakukan tindakan). Siswa

memperoleh point untuk kelompoknya berdasarkan tingkatan dimana skor

kuisnya melampaui skor dasar mereka. Kemudian memberikan penghargaan

kelompok dan skor kelompok dihitung berdasarkan nilai perkembangan yang

disumbangkan anggota kelompok. Skor kelompok adalah nilai perkembangan

individu yang disumbangkan kepada kelompok dan dihitung nilai rata-rata dari

nilai perkembangan setiap anggota kelompok. Penghargaan kelompok

diberikan berdasarkan skor kelompok yang disesuaikan dengan kriteria

penghargaan kelompok yaitu :

a) Kelompok dengan rata-rata skor 15, kelompok baik.

b) Kelompok dengan rata-rata skor 20, kelompok hebat.

c) Kelompok dengan rata-rata skor 25, kelompok super.

Dari model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan dan

kelemahannya, adapun kelebihan maupun kelemahannya dapat dilihat ditabel

berikut:30

(31)

Tabel 2.2 kelebihan dan kelemahan kooperatif

Kelebihan Kelemahan

 Setiap siswa menjadi siap semua  Kemungkinan nomor yang

dipanggil, dipanggil lagi oleh guru

 Dapat melakukan diskusi dengan

sungguh-sungguh

 Tidak semua anggota kelompok

dipanggil oleh guru

 Siswa yang pandai dapat mengajari

siswa yang kurang pandai

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

Secara umum TGT sama saja dengan STAD. TGT menggunakan

turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan skor kemajuan individu,

dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain

yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering

digunakan dikombinasikan dengan STAD dengan menambahkan turnamen

tertentu pada struktur STAD yang biasanya. Deskripsi dari

komponen-komponen TGT ada 3 yaitu: Presentasi dikelas (sama seperti STAD),

pembentukan tim (sama seperti STAD), Game dan tournament31.

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang konten relevan yang

dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi

dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas meja

dengan tiga orang siswa yang memiliki tim yang berbeda . kebanyakan game

hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama.

seorang siswa mengambil kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan

sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut.

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Pada

turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen.

(32)

Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada

meja 2, dan seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar

meja tergantung pada meja turnamen akhir. Pemenang pada tiap meja naik

tingkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya dari meja ke 6 ke meja

5). Skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama dan yang skornya

paling rendah diturunkan. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah

salah ditempatkan, untuk seterunya mereka akan terus dinaikkan atau

diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja yang sesungguhnya.

Dalam metode ini, setiap siswa dalam kelompok harus saling

membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari

lembar kegiatan dan menjelaskan masalah satu sama lain. Tetapi ketika

dalam turnamen teman sekelompok tidak boleh saling membantu. Sehingga

sangat penting tanggung jawab individu dalam metode ini. Berikut ini deskripsi

dari komponen-komponen dalam metode ini.

Tim. Terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh komponen kelas seperti kemampuan akademik dan jenis kelamin. F ungsi

utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar,

dan mempersiapkan anggotanya untuk menghadapi turnamen. Tim merupakan

bagian yang penting dalam metode TGT. Tim memberikan dukungan

kelompok bagi kinerja akademik dalam pembelajaran seperti memberikan

perhatian dan respek terhadap anggota kelompok. Sehingga dengan adanya hal

tersebut dapat meningkatkan hubungan emosional antar kelompok, rasa

harga diri, dan saling menghargai terhadap kelebihan dan kekurangan yang

dimiliki masing- masing anggota kelompok.

Game. Game pada TGT terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontenya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang

diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan tim. Game dalam

TGT dilaksanakan bersamaan dengan turnamen yaitu berupa kegiatan cerdas

cermat antar kelompok dengan masing-masing kelompok memberikan

(33)

Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada

meja turnamen – tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya berada di meja 1,

tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Ilustrasi hubungan antara tim

heterogen dan meja turnamen homogen dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Penempatan anggota kelompok pada meja turnamen32

Slavin menjelaskan terdapat lima komponen utama dalam TGT,

yaitu: pembelajaran awal, kelompok belajar, permainan, turnamen/ kompetisi,

dan pengakuan kelompok.33

a) Pembelajaran awal, pembelajaran awal pada metode TGT tidak berbeda

dengan pengajaran biasa, hanya pelajaran difokuskan kepada materi

yang sedang dibahas saja. Tujuan pelajaran awal adalah membentuk siswa

dalam kecakapan komunikasi, menggali informasi, kecakapan

bekerjasama dalam kelompok, dan kecakapan dalam memecahkan

masalah.

b) Kelompok belajar (Team Study), pada kelompok belajar siswa

mempelajari materi pelajaran dari sumber belajar kemudian

32

Robert E Slavin.Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, terj. Nurulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2010), Cet ke – 15, 168

33

(34)

menjawab pertanyaan- pertanyaan yang disusun oleh guru. Setelah

menjawab pertanyaan tersebut, perwakilan siswa mempresentasikan

hasil belajarnya. Tujuan kelompok belajar pada kegiatan ini adalah

memperoleh kecakapan mengolah informasi, mengambil keputusan

dengan cerdas, kecakapan bekerjasama dan kecakapan berkomunikasi.

c) Permainan (Games), pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang

dari materi-materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan siswa

yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Setiap siswa

mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan

sesuai dengan pada kartu tersebut.

d) Turnamen, sisswa yang berada dalam satu kelompok akan dipisahkan

kepada meja-meja pertandingan sesuai dengan tingkatan kecerdasan

mereka. Pada meja pertandingan disediakan satu set lembar pertandingan

berupa kunci jawaban, kartu nomor dan format pertandingan.

e) Penghargaan tim (Team Recognition), Penghargaan diberikan kepada

kelompok yang memiliki poin tertinggi. Penghargaan dapat berupa hadiah

atau sertifikat atas usaha yang dilakukan kelompok selama belajar

sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.

Pembelajaran STAD, NHT dan TGT secara garis besar merupakan

pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Hampir semua kegiatan

dalam pembelajaran ketiga kelompok model pembelajaran tersebut sama.

(35)

Tabel 2.3

Berikut ini disajikan tahapan pembelajaran :

Model pembelajaran STAD NHT TGT

Penyajian kelas

( presentasi )

  

Kegiatan diskusi

kelompok

  

Kuis   

Games Turnamen   

Penghitungan skor   

Penghargaan tim   

5. Pengertian Hasil Belajar

Setiap proses belajar yang dihasilkan oleh peserta didik akan

menghasilkan hasil belajar. James O. Whittaker, misalnya merumuskan belajar

sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan

atau pengalaman.34Cronbach berpendapat bahwa learning shown by change in behaviour as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman35. Howard L.kingskey mengatakan bahwa “learning is the proces by which

behaviour (in the broader sense) is originated or change through practice or

training.” Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)

34 Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. III, h.12.

35

(36)

ditimbulkan atau diubah melalui latihan.36 Slameto menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.37 Dan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai pengalaman hasil individu

dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif,afektif dan

psikomotor.

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian,

sikap apresiasi, kemampuan (ability), dan keterampilan38. Wingkel dalam purwanto mengatakan belajar adalah aktivitas mental /psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang mengahasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap39. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan, belajar adalah

modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman40.

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang mengetahui bahan yang diajarkan. Untuk

mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran

menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Banyak orang mendeskripsikan pengertian antara evaluasi, pengukuran

(measurement), tes, dan penilaian (assessment). Padahal keempatnya memiliki

pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat

apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum,

berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi

pelaksanaannya. Adapun pengukuran (measurement) adalah proses pemberian

36

Ibid.

37

Slameto, belajar & faktor – faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010) cet v, h.2

38

Feronica, Rina, dkk. Penerapan model pembelajarab kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan IPA. 2011.

39

Purwanto, Evaluasi hasil belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), Cet. III.h.39.

40

(37)

angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana

seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Penilaian

(assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat

penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar

peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta

didik. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada

peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang

memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara

operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek

kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian

kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap : (1) penguasaan materi

akademik (kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif),

dan (3) aplikatif produktif (psikomotor). Selanjutnya akan dibahas lebih jelas

mengenai ketiga ranah atau domain tersebut.

Hasil belajar penguasaan materi (Kognitif), penilaian terhadap hasil belajar

penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan

konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial

sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama

keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya

dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak

melibatkan kegiatan mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam

jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni:

(1) pengetahuan/ingatan- knowledge, (2) pemahaman-comprehension, (3)

penerapan-application, (4) analisis- analysis, (5) sintesis- synthesis, dan (6)

evaluasi –evaluation.

Pada 2001 Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl melakukan revisi

terhadap Taksonomi Bloom menjadi: (1) remember, (2) understand, (3) apply,

(4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. Namun dalam bab berikut hanya akan

(38)

dianut masyarakat pendidikan negara kita. Untuk menilai aspek penguasaan

materi (kognitif) ini digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam

tingkatan tersebut. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif

oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam

jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2),penerapan(

C3), analisis(C4), sintesis(C5), dan Evaluasi (C6).41

Hasil belajar proses (Normatif/Afektif), hasil belajar proses berkaitan

dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan

proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik

dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran,

kedesiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya.

Ranah afektif ini dirinci oleh Krathowohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: (1)

perhatian/penerimaan (receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian/

penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization), dan (5)

karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value

complex). Kecakapan ini bersifat generik, dimiliki semua disiplin ilmu, sebagai

prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat menguasai disiplin ilmu dan

keahlian kejuruan.untuk menilai hasil belajar ini dapat digunakan instrumen

evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuesioner dan observasi.42

Hasil belajar Aplikasi (Psikomotor), hasil belajar ini merupakan ranah

yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertinak setelah

seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson menyatakan bahwa

hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan

kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor merupakan

kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa

menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang

terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Ranah psikomotor ada yang membagi menjadi 7 tingkatan dan ada pula

yang membaginya menjadi 6 tingkatan, yakni: Persepsi- perception (mampu

41 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta, : Tim Kreatif Gaung Persada, 2006), h.14-15

(39)

menafsirkan ransangan, peka terhadap rangsangan, menyeleksi objek),

Kesiapan – set (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik, emosi,

dan mental), Gerakan terbimbing – guided response ( mampu meniru contoh,

mencoba-coba, pengembangan respon baru), Gerakan terbiasa – mechanism

(berketerampilan, berpegang pada pola, respons baru muncul dengan

sendirinya), Gerakan kompleks – complex overt response (sangat terampil

secara lancar, luwes, supel, gesit, lincah), Penyesuaian pola gerakan –

adaptation (mampu menyeuaikan diri, bervariasi, pemecahan masalah),

Kreatifitas/ keaslian – creativity/ origination (mampu menciptakan yang baru,

berinisiatif).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan yang terjadi dalam dalam diri organisme sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan, dimana pada saat

orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak

belajar maka responnya menurun.

B.Hasil penelitian Yang Relevan

Motlan dan Makmur Hartono dalam jurnalnya yang berjudul “Perbedaan

Antara Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran STAD

(Students Teams Achievment Division) dan NHT (Numbered Head Together)

pada Materi Pokok Listrik Statis Kelas IX SMP Pahlawan Nasional”

menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar fisika siswa

yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan yang diajar dengan menggunakan NHT. Hal ini dapat dilihat dari uji

perbedaan rata-rata hasil postes kedua kelas sampel dan diperoleh hasil Thitung

> Ttabel (3,20 > 1,99)43.

Fitri dalam skripsinya yang berjudul, Perbedaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dan TGT (Teams Games

Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa pada Pokok

(40)

Bahasan Interaksi Sosial Kelas VII SMP Nurul Hikmah Cipondoh Kota

Tangerang” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara

kelas yang menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head

Together) dengan TGT (Teams Games Tournament), dimana model

pembelajaran NHT lebih baik daripada model pembelajaran TGT. Hal ini

dapat dilihat dari analisis data nilai rata-rata hasil belajar kelas VII-1 sebesar

78,5 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar kelas VII-2 hanya sebesar 64,7 44. Yekti kartika sari dalam jurnalnya yang berjudul “Studi komparasi

pembelajaran dengan metode TGT dan STAD terhadap prestasi belajar siswa

pada materi hidrokarbon ditinjau dari kemampuan memori siswa kelas X

SMA negri kebak karamat tahun pelajaran 2012” menyatakan bahwa terdapat

pengaruh antara metode pembelajaran kelas eksperimen I (metode TGT) dan

kelas eksperimen II (metode STAD) terhadap prestasi belajar kognitif siswa

pada materi sistem koloid. Lebih lanjut, jika dilihat dari tabel 4 rata-rata

prestasi kognitif kelas dengan metode pembelajaran TGT (86,26) lebih besar

daripada kelas dengan metodepembelajaran STAD (80,88)45.

Muhammad Anwar Hidayat dkk. Dalam penelitiannya yang bertujuan

mengetahui perbedaan belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan model konvensional. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata

hasil belajar kognitif peserta didik kelas eksperimen (74,55) lebih baik

daripada kelas kontrol (70,88). Hasil tersebut sama secara signifikan α = 0,031

< 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan hasil belajar afektif (82,55) dan

psikomotor (84,02) peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada hasil

belajar afektif (81,67), psikomotor (83,23) peserta didik kelas kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar peserta didik kelas X SMKN

6 Malang pada pelajaran PKn yang diajar dengan menggunakan model

44 Fitri, “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dan TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar’’. Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. i. tidak dipublikasikan

(41)

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran konvensional.46

Marnoko dengan judul penelitian Perbedaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT dan Model Pembelajaran Konvensional pada Hasil

Belajar Ekonomi Mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar ekonomi

Mahasiswa FE UNPAB Medan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Mahasiswa FE kelas pagi yang berjumlah 466 orang serta Sampel

penelitian ini diambil keseluruhan kelas A401 dan kelas A402 sebanyak 100

orang, yaitu 50 orang dikelas A401 sebagai eksperimen dan 50 orang dikelas

A402. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji

beda47.

Kristianti dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajarn Kooperatif NHT

terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa. Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan prestasi belajar ekonomi antara

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif Number

Head Together dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran

langsung ditinjau dari gaya belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan siswa

yang memiliki gaya belajar divergen cocok belajar dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif Number Head Together 48.

Iklilul Millah, dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe TGT terhadap Prestasi Belajar siswa kelas X

46

Muhammad anwar hidayat, “Perbedaan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD) dan Model Konvensional pada pelajaran PKN”. Jurnal pendidikan. 2011

47 Marnoko, Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dan Model Pembelajaran Konvensional pada Hasil Belajar Ekonomi Mahasiswa, Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 4, 2011.

48 Kristianti, Pengaruh Model Pendekatan Kooperatif dengan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa,

(42)

SMA Laboratorium UM pada Materi Hidrokarbon. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dan siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah) pada materi

hidrokarbon. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan prestasi

belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT dan

siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah).

Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT mempunyai

rata-rata nilai kognitif (75,9) dan rata-rata-rata-rata nilai afektif (54,1) lebih tinggi

dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

konvensional (ceramah) yang mempunyai rata-rata nilai kognitif (71,6) dan

rata-rata nilai afektif (52,3)49.

C. Kerangka berpikir

Biologi merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

yang dengan metode ilmiahnya dapat melatih siswa untuk berpikir kritis,

terampil, kreatif dan menumbuhkan sikap ilmiah seorang saintis. Layaknya

cabang ilmu IPA yang lain, teori-teori atau konsep-konsep materi biologi

berasal dari temuan fakta-fakta yang dilakukan oleh para ilmuan. Dalam

menemukan fakta tersebut dibutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu agar

dapat dengan mudah menemukan fakta tersebut. Sehingga dalam

mempelajarinya pun, kita harus dapat menemukan dan menunjukan fakta-fakta

tersebut ke dalam dunia pendidikan.

Begitu pun dalam hal pembelajaran materi biologi dibutuhkan konsep

yang tepat dalam mempelajarinya. Kesalahan konsep adalah pengertian tentang

suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam menggunakan nama konsep, salah

dalam mengklasifikasikan contoh-contoh konsep, keraguan terhadap

konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan berbagai macam

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 kelebihan dan kelemahan kooperatif
Gambar 2.1. Penempatan anggota kelompok pada meja turnamen32
Tabel 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teacher asks the children to answer the questions according to the picture

Sampel penelitian ini berjumlah 25 siswa (10% dari jumlah populasi). Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah Tingkat pendidikan orang tua di SD

Melalui kajian pustaka ini dapat dipelajari karakteristik dan konsep desain kapasitas lentur beton mutu tinggi yang meliputi sifat-sifat fisik, dan mekanik yang dapat

11.4 Per sent ase jumlah PMKS dalam 1 t ahun yang menjadi peser t a pr ogr am pember dayaan masyar akat melalui KUBE at au kelompok sosial ekonomi

4.5 Hasil Observasi Peneliti terhadap aktivitas siswa dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan behaviour contract pada siklus I 4.6 Rekapitulasi hasil

Proses Transformasi Nilai – Nilai Demokrasi melalui Kesenian Benjang dalam Membangun Warga Negara yang Baik.... Hambatan Melestarikan Nilai – Nilai Demokrasi dalam

Pow erPoint Course Mat erial for SCELE Graduat e Program I nform at ion Technology.. Facult y of Com put er Science – UNI VERSI TY OF I

dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.. PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK KRISTEN SALATIGA. Ita Lestari 1 ,