Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada
Konsep Sistem Peredaran Darah Manusia
(Kuasi Eksperimen di MTs.N.13 JAKARTA)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
BACHTIAR
NIM: 109016100063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
BACHTIAR (109016100063), “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem
Sirkulasi Darah” Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan
STAD, NHT dan TGT. Penelitian ini dilakukan di Mts.N. 13 Jakarta Tahun Ajaran
2013/2014. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian
sebagai sampel. Penentuan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.
Pengambilan data menggunakan instrument menggunakan berupa tes hasil belajar
berbentuk pilihan ganda. Hasi lpenelitian mengungkapkan bahwa ada perbedaan nilai
rata-rata pembelajaran STAD 83.38, NHT 78.82, TGT 79,12 dan nilai uji Anava satu
jalur pada data pretes, nilai Fhitung yaitu 79.7 lebih dari Ftabel yaitu 3.07. Kesimpulan hasil
penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran
STAD, NHT dan TGT pada konsep sistem sirkulasi darah.
Kata kunci : Model STAD, NHT dan TGT, perbedaan hasil belajar konsep sistem
BACHTIAR (109016100063), “Difference of student Learning Outcomes Using Studing Team Achievement Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games
Tournament at Sirculation Concept’’. Undergraduate Thesis Biology Education
Program Departmen of Science Education, Faculty of Tarrbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
The Purpose of This Study was to determine difference in student learning Outcomes using Studing Team Acchievment Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games Tournament. This research was conducted at MTs. N. 13 Jakarta, Academic year 2013/2014. The method used is Quasi-Experimental research design using a pre test – post test control group, wich involved 120 students in the sample. The samples using cluster random sampling technique. Retrieval of data using instrument such achievement test multiple choice. The results of study revealed that there are differences in the average value of learning Studing Team Achievement Division is 83.38, Numbered Head Togeteher is 78.82 and Team Games Tournament value 79.12 and the pretest data path, the value of Fcount is 79,7 greater than the Ftable is 3,07. The Conclusion of this study is that there is defference in studing learning Outcomes Using Studing Team Acchievment Division, Numbered Head Togeteher, and Team Games Tournament at sirculation concept.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya maka skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi pada Fakultas Ilmu Pengetahuan dan
Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas,
maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan arahan, pelajaran, dan kepercayaan yang pernah diberikan
kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing 1 dan Dr. Yanti Herlanti, M.Pd,
selaku pembimbing 2 yang telah memberikan waktu, bimbingan arahan, motivasi,
dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terlepas dari segala
perbaikan dan kebaikan yang diberikan, semoga ibu bapak selalu berada dalam
kemuliaan-Nya
5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing akademik, Seluruh Dosen dan Staff
Jurusan Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapat keberkahan
dari Allah SWT.
6. Pimpinan dan Staff Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta
7. Keluarga besar Mts.N.13 Jakarta, Ibu Ratna dewi, M.Pd selaku kepala sekolah,
Dra. H. Halwati selaku guru Biologi dan Dewan Guru serta siswa siswi Mts.N. 13
Jakarta.
8. Keluarga tercinta Ayahanda Drs. Bakti, Ibunda Murtini yang tak henti-hentinya
mendo’akan, melimpahkan kasih sayang dan dukungan lahir batin kepada penulis.
Adik tersayang Dwi Intan Agustini dan calon istri Nikmah Fitriyana serta semua
keluarga yang selalu mendo’akan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam
mengejar dan meraih cita-cita
9. Sahabat terbaik dan tergokil Ichsanul Ferdiansyah, Adipati Murfi, Syahri
Saripuddin, Abdul Chalik, Annisa, Ashabul kahfi, Wahyu Hubaidi, Indra Purnama,
Ali Fikri, dan teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi Angakatan 09 yang
memberikan motivasi penuh selama penyusunan skripsi.
10.Staff perpustakaan serta kakak kelas dan juga adik kelas yang telah memberikan
do’a dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Demikianlah, betapa pun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang
ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun diatas lembaran-lembaran
skripsi ini masih saja ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu,
kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati
terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Jakarta, 1 April 2015
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ………..
LEMBAR PENGESAHAN ……… SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ………..
ABSTRAK ………...
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….... 1
5
6
6
6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.Deskripsi Teoritik
1. Pembelajaran Kooperatif ..………..
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……….
3. Model Pembelajarn Koperatif Tipe NHT ………....…...
4. Model Pembelajarn Koperatif Tipe TGT ……….………
5. Pengertian Hasil Belajar ....……….
B. Hasil Penelitian yang Relevan………..
C. Kerangka Berpikir……….
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………...
B. Metode dan Desain Penelitian………..
C. Populasi dan Sampel………...
D. Variabel Penelitian………
E. Teknik Pengumpulan Data………
F. Teknik Analisis Data .………
G. Hipotesis Statistik ..………..
30
30
31
32
32
38
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……….
B. Analisis Data ..………..
C. Pembahasan dan Temuan Penelitian .…………..……….
44
49
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……….
B. Saran………
62
62
DAFTAR PUSTAKA……… 63
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif…………...
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Kooperatif ..………
Tabel 3.1 Desain Penelitian………
Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas.………...……….
Tabel 4.1 Perbandingan Distribusi data Pretest kelompok STAD, NHT dan
TGT ...………...………....
Tabel 4.2 Presentase Indikator pada Sistem Sirkulasi ………..
Tabel 4.3 Kategori nilai N-Gain padakelas STAD, NHT dan TGT ………….
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas………..
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas………
Tabel 4.6 Ringkasan Perhitungan Anova………
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji t Dunnet ……….
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru……….
Tabel 4.9 Hasil Observasi Teman Sejawat………
Tabel 4.10 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar
tradisional………..
Tabel 4.11 Sajian Tahapan Pembelajaran ……….……... 10
17
30
34
45
46
48
49
51
52
53
54
55
56
Lampiran 1 RPP Kelas STAD………...………..
Lampiran 2 RPP Kelas NHT .………...………..
Lampiran 3 RPP Kelas TGT ………...………
Lampiran 4 LKS STAD, NHT, dan TGT ..……….
Lampiran 5 Instrumen Kuis ………...
Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen ………..
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Objektif ………
Lampiran 8 Uji Coba Instrumen ……….
Lampiran 9 Soal Uji Kompetensi Sistem Sirkulasi ..……….
Lampiran 10 Kunci Jawaban Uji Kompetensi ...………
Lampiran 11 Data skor kelompok STAD, NHT dan TGT ………...
Lampiran 12 Nilai Perindikator Tes Konsep Sistem Sirkulasi………...
Lampiran 13 Nilai N- Gain……….
Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Pre Test………
Lampiran 15 Uji Normalitas Pre Test……….
Lampiran 16 Uji Homogenitas Pre Test……….
Lampiran 17 Uji Hipotesis Pre Test………...
Lampiran 18 Distribusi Frekuensi Post Test………..
Lempiran 19 Uji Normalitas Post Test………..
Lampiran 20 Uji Homogenitas Post Test………...
Lampiran 21 Uji Hipotesis Post Test……….
Lampiran 22 Lembar Observasi Aktivitas Guru………
Lampiran 23 Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi Kuadrat……….
Lampiran 24 Tabel Distribusi F……….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan1. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan2. Edgar Dalle dalam Anwar pendidikan dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan, pembelajaran dan latihan yang berlangsung disekolah dan diluar
sekolah3.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi
belajar mengajar atau proses pembelajaran. Guru merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan
rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum
adalah seperangkat rencna dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar4. Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yakni : (1)
Tujuan, (2) Materi, (3) Metode, (4) Organisasi, dan (5) Evaluasi.
komponen-komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
menjadi dasar utama dalam mengembangkan sistem pembelajaran5. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
1 Hasbullah. Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. IX, 2011), h.1.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 10.
berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum
dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam
dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.
Pengamatan di lapangan melibatkan proses pembelajaran di sekolah
kurang meningkatkan kreativitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang
menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan di dominasi
oleh sang guru. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kreativitas oleh guru dalam
memvariasikan proses belajar mengajar. Pembelajaran kreatif mengoptimalkan
kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran6. Guru dapat menumbuhkan kreativitas siswa dengan cara mengajar menyenangkan, menghargai siswa
sebagai pribadi yang unik, mengaktifkan siswa dalam belajar7.
Salah satu bentuk pembelajaran yang kreatif adalah pendekatan
konstruktivis yaitu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran yang
melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerja sama dalam
kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama, sasaranya adalah tahap
pembelajaran yang maksimum bukan saja untuk diri sendiri tetapi juga
teman-teman lain dalam kelompok.
Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil
dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University, yaitu :
STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team Games
Tournament), TAI (Team Accelareted Instruction), CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) dan Jigsaw8. Selain itu terdapat beberapa pembelajaran koooperatif lainnya yakni NHT (Numbered Head Together),
6 Lif Khoiru Ahmadi & Sofyan Amri, Strategi Pembelajaran Sekolah berstandar Internasional dan Nasional. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), Cet. I, h.122.
7Ibid.h.123
Group Investigation, learning Together dan lain sebagainya9. Beberapa model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan dan metode sederhana yaitu
STAD, NHT dan TGT.
STAD (Student Team Achievement Division) merupakan pendekatan
koooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa dibagi dalam
bentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Guru menyajikan
informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi
verbal atau teks. Secara individual setiap dua minggu siswa diberi kuis10. TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak menggunakan kuis atau
silang Tanya melainkan menggunakan turnamen atau lomba mingguan11. NHT (Numbered Head Together) hampir sama dengan STAD. Ciri khas dari model
pembelajaran kooperatif tipe NHT ini adalah adanya penomoran pada
masing-masing anggota dalam kelompok 12.
Kegagalan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran atau
pesan sering terjadi, sehingga tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal
atau tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa dan
lebih parahnya lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan
yang disampaikan13. Siswa dan guru merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran, jika dalam interaksi antara siswa dan guru mengalami
kegagalan maka tidak akan tercapai tujuan dalam proses pembelajaran yaitu
hasil belajar yang baik.
Dalam setiap materi pelajaran memiliki tingkat kesukaran yang
berbeda, apalagi jika anak didik dihadapkan dengan bahan pelajaran yang
memiliki tingkat kesukaran yang tinggi, mereka akan menjadi cepat merasa
bosan dan kelelahan terlebih bagi anak didik yang kurang menyukai bahan Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2013.
13
Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan pada pendidikan Biologi di
kelas karena IPA Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
alam secara sistemastis yang dapat dilakukan dengan cara kerja sama antar
siswa untuk memperoleh pengatahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip juga proses penemuannya. Konsep biologi mengenai sistem
peredaran darah memuat submateri tentang darah, jantung, pembuluh
darah, perdaran darah dan gangguan serta penyakit pada sistem peredaran
darah14. Konsep sistem peredaran darah merupakan salah satu konsep biologi abstrak yang seringkali memunculkan pemikiran yang berbeda-beda
diantara peserta didik, karena peserta didik seringkali sulit untuk
membayangkan isi materi dari konsep biologi yang belum pernah dilihat
sebelumnya secara jelas. Seringkali siswa mengalami kesulitan memahami
konsep ini ketika membedakan sifat serta fungsi komponen darah,
mengidentifikasi penggolongan darah dan mekanisme transfusi darah
selain itu pada umumnya masih terdapat bahasa latin yang masih asing
terdengar oleh siswa.
Konsep sistem peredaran darah, kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa adalah mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia
dan hubungannya dengan kesehatan. Agar kompetensi tersebut dapat tercapai siswa dengan baik, siswa diharapkan dapat memahami dan mengingat
konsep pelajaran dengan baik serta dengan cara yang tidak membosankan.
Sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep
sistem peredaran darah.
Beberapa penelitian menyebutkan pembelajaran kooperatif STAD,
NHT dan TGT dapat meningkatkan hasil belajar. Sebagai contoh dari
penelitian Muhammad Anwar Hidayat bertujuan untuk mengetahui perbedaan
belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model
konvensional15. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kristianti dalam penelitiannya berjudul
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajaran
Kooperatif NHT terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir
Siswa16. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif NHT dari ranah kognitif lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Iklilul Millah, dalam penelitiannya Pengaruh Penerapan Model Pembelajaram
Kooperatif tipe TGT terhadap Prestasi Belajar siswa kelas X SMA
Laboratorium UM pada Materi Hidrokarbon17. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran TGT dan siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional (ceramah).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa STAD dibandingkan
pembelajaran konvensional, NHT dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional, dan TGT dibandingkan dengan pembelajaran konvensioanal
memiliki keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Namun belum ada yang membandingkan antara STAD, NHT dan TGT. Maka
peneliti tertarik untuk membandingkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tersebut. Maka penelitian ini
berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, NHT dan TGT pada Konsep Sistem
Peredaran Darah Manusia”.
15Muhammad anwar hidayat, “Perbedaan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Model Konvensional pada pelajaran PKN”,
Jurnal pendidikan. 2011
16 Kristianti, “Pengaruh Model Pendekatan Kooperatif dengan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa,
Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2013.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu :
1. Proses belajar mengajar yang masih monoton
2. Guru masih jarang mengggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Di bandingkan pembelajaran konvensional pembelajaran kooperatif tipe
STAD, NHT dan TGT memberikan hasil lebih tinggi. Namun belum
diketahui yang paling objektif antara STAD, NHT dan TGT.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan dalam penyusunan skripsi ini maka penulis
membatasi permasalahan pada :
1. Penggunaan model pembelajaran adalah cooperative learning tipe STAD,
TGT dan NHT pada konsep materi sistem peredaran darah
2. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di tinjau dari ranah kognitif pada
jenjang C1, C2, C3 dan C4.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, rumusan masalahnya yaitu : “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD, model kooperatif tipe NHT
serta model kooperatif tipe TGT dalam konsep materi sistem peredaran darah kelas VIII Mts. N. 13 Jakarta?”
E. Tujuan dan Manfaat Penellitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas
tipe STAD, NHT,dan TGT pada konsep sistem peredaran darah. Hasil
peneltian ini diharapkan dapat memeberi manfaat kepada semua pihak yang
1. Bagi guru, agar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam
memilih variasi pembelajaran biologi untuk menigkatkan hasil belajar
sisiwa.
2. Bagi pembaca, sebagai sumber informasi ilmiah dan dapat dijadikan
referensi untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.Deskripsi Teoritik
1. Pembelajaran kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan membantu untuk
memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah
kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama18.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.19 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa, atau
suku yang berbeda (heterogen)20.
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial,
kemampuan, dan ketidak mampuan21. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
18 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. VI, h. 58.
19
Robert E. Slavin, Kooperatif Teori, Riset dan Praktik, Terj. Narulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2010), Cet. 8, h. 4.
20
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 7, h. 242.
21Op. cit. h.60
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu
sama lain.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial
dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan
kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai
tujuan atau penguasaan materi. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka
dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari
berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi
kesenjangan pendidikan khusus dalam wujud input pada level individual.
Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial
dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul
generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan
memilikislidaritas sosial yang kuat.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa
yang berbedaan latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa
secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan
mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang
akan sangat bermanfaat bagi kehidupan sekolah.
Arends dalam Trianto menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan
Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri, yaitu : ketuntasan materi
pembelajaran, kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
heterogen, dan penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok
ketimbang individu22.
c. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif terdapat empat prinsip dasar, yaitu : Prinsip
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interakasi tatap muka,
dan partisipasi komunikasi.
Pertama, Prinsip Ketergantungan Positif (positive interdependence),
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok
masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya.
Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota
kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak
mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tak bisa menyelesaikan
tugasnya dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing
anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih
diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan
tugasnya.
Kedua, Tanggung Jawab Perseorangan (individual accountability),
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap
anggota harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap
anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.
Ketiga, Interaksi Tatap Muka (face to face promotion interaction) ,
Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi.
Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga pada setiap
anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan
masing-masing.
Terakhir, Partisipasi dan Komunikasi (participation communication),
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan di masyarakat kelak.
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut digambar
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
cara membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
Evaluasi
materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok23.
Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa
manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok
kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu
secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir
logis. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan
masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti
untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok24.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Konsep-konsep Student Teams of Achievment Division ( STAD)
Menurut Slavin dalam Rusman, model STAD merupakan variasi
pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat
mudah di adaptasi,telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa
inggris, teknik dan banyak subjek lainnya dan pada pihak tingkat sekolah dasar
sampai perguruan tinggi25.
Slavin menyatakan bahwa “Gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”26
. Jika siswa menginginkan
23 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif. (Jakarta: Kencana,2009), Cet VI, h. 67
24 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif. (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. VI, h. 66.
25 Rusman,Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Professional Guru (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), cet.4, h. 213.
kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok
mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman
sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma
bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.
Para siswa diberi waktu untuk bekerjasama setelah pelajaran diberikan
oleh guru, tetapi tidak saling membantu dalam menjalankan kuis, sehingga
setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggung jawab perseorangan). Para
siswa mungkin bekerjasama berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan
ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain, mereka bisa
mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk masalah itu.
b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD
Langkah-langkah ada 6,yaitu :Penyampaian tujuan motivasi, pembagian
kelompok, persentasi dari guru, kerja tim, kuis dan penghargaan prestasi tim.
Pertama, Penyampaian tujuan dan motivasi yaitu menyampaikan tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk belajar
Kedua, Pembagian kelompok yaitu siswa dibagi kedalam beberapa
kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang
memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,
gender / jenis kelamin, rasa tau etnik.
Ketiga, Presentasi dari guru yaitu Guru menyampaikan materi pelajaran
dengan teknik dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicpai pada
pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru
member motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam
proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demontrasi, pertanyaan atau
masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga
tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas
dan pekerjaan yang harus di lakukan serta cara-cara mengerjakannya.
Keempat, Kerja tim yaitu Siswa belajar dalam kelompok yang telah
kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing
memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan,
memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini
merupakan ciri terpentig STAD.
Kelima, Kuis (Evaluasi), yaitu guru mengevaluasi hasil belajar melalui
pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian
terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi
secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk
menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri
dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menerapkan skor batas penguasaan
untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84 dan seterusnya sesuai dengan tingkat
kesulitan siswa.
Keenam, Penghargaan prestasi tim, Setelah pelaksanaan kuis, guru
memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100.
Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat
dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan berikut : menghitung skor
individu, menghitung skor kelompok, pemberian hadiah dan pengakuan skor
skor kelompok.
Menghitung skor individu, Menurut Slavin dalam Trianto, untuk
menghitung perkembangan skor individu di hitung sebagaimana dalam tabel
berikut27 :
No Nilai tes Skor
perkembangan
1 Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 0 poin
2 Skor 0 sampai 10 poin diatas skor dasar 10 poin
3 Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 20 poin
4 Pekerjaan sempurna
(tanpa memperhatikan skor awal)
30 poin
Menghitung skor kelompok, Skor kelompok dihitung dengan membuat
rata-rata skor perkembangan angggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah
anggota tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok,
diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam tabel :
No Rata-rata skor Kualifikasi
1 0 ≤ N ≤ 5 -
2 6 ≤ N ≤ 15 Tim baik
3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali
4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa
Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok, Setelah
masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memeberikan hadiah
atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya.
STAD merupakan suatu metode generik tenang pengaturan kelas dan bukan
metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan
pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi
kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan
materi mereka sendiri untuk menambaha atau mengganti materi itu.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)
Number Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
kelas tradisional28. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana
guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan
jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur yang
dikembangkan oleh Kagan ini menghendaki siswa bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kelompok, dari
pada penghargaan individual.
Numbered Heads Together penomoran berpikir bersama adalah suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu
kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Numbered
Heads Together (NHT) melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercangkup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut. Tujuan model pembelajaran NHT adalah agar
pemahaman siswa bercerita melalui model NHT yang diberikan dalam bentuk
tugas berkelompok agar siswa dapat saling menambah kekurangan
pembendaharaan kata dalam merangkai kembali cerita yang dipelajarinya29. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran
dilaksanakan melalui tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan kelompok,
melaksanakan evaluasi, penghargaan kelompok dan menghitung ulang skor
dasar setiap kelompok.
Pertama, Tahap persiapan. Terdiri dari memilih materi pokok, membuat
RPP, Lembar Pengamatan dan LKS, menentukan skor dasar individu,
membentuk kelompok-kelompok kooperatif. Pembentukan kelompok
kooperatif didasarkan dari yang mengatakan bahwa pembentukan kelompok
belajar harus berdasarkan heterogenitas (kemacam ragaman) merupakan
ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif.Kelompok
28 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi-Progresif. (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. VI, hal.82.
heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender,
latar belakang agama, sosial, ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.
Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif, biasanya
terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan
kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademik
kurang.
Kedua, Tahap penyajian kelas, terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT
dimulai dengan pendahuluan dan penjelasan tentang garis besar materi. Pada
kegiatan awal guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa apa yang
akan dipelajari dan kenapa hal itu sangat penting dipelajari. Hal ini bertujuan
untuk merangsang rasa ingin tahu siswa terhadap konsep yang akan dipelajari.
Selanjutnya guru meninjau ulang informasi atau pengetahuan prasyarat.
Kemudian guru menginformasikan materi pembelajaran dengan memberikan
penekanan pada materi yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok.
Kegiatan inti, Pada kegiatan inti siswa dibimbing dalam pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan langkah-langkah sebagai berikut :
(a) Guru memberikan penomoran pada setiap siswa selanjutnya siswa duduk
dalam kelompok membahas dan mendiskusikan materi pembelajaran.
(b) Kegiatan selanjutnya siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS)
dibawah bimbingan guru.
(c) Masing-masing kelompok menyatukan pendapat terhadap jawaban yang
ada pada lembar kerja siswa, sehingga masing-masing siswa mengetahui
kesimpulan jawaban yang benar berdasarkan hasil diskusi kelompok.
d) Guru mengecek pemahaman siswa dengan cara mengajukan pertanyaan
kepada salah satu nomor dan nomor yang dipanggillah yang berhak
menjawab pertanyaan tersebut.
Kegiatan akhir, Pada kegiatan ini setelah siswa mempertanggung
melakukan serangkaian kegiatan yaitu menarik kesimpulan yang didapatkan
dari hasil kegiatan pada hari itu. Kemudian guru memberikan PR dalam bentuk
tugas di rumah.
Ketiga Evaluasi,Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang
telah ditentukan guru, pada saat evaluasi siswa harus bisa menunjukkan
penguasaan tentang materi yang telah dibahas dalam kelompok. Skor yang
diperoleh siswa dalam evaluasi selanjutnya diproses untuk menentukan nilai
perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
Keempat, Penghargaan Kelompok, Untuk menentukan bentuk
penghargaan kelompok langkah-langkahnya yaitu Menghitung skor Individu
dan skor kelompok. Perhitungan skor individu ditunjukkan untuk menentukan
nilai perkembangan individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan perolehan selisih skor dasar
dengan tes hasil belajar biologi (setelah dilakukan tindakan). Siswa
memperoleh point untuk kelompoknya berdasarkan tingkatan dimana skor
kuisnya melampaui skor dasar mereka. Kemudian memberikan penghargaan
kelompok dan skor kelompok dihitung berdasarkan nilai perkembangan yang
disumbangkan anggota kelompok. Skor kelompok adalah nilai perkembangan
individu yang disumbangkan kepada kelompok dan dihitung nilai rata-rata dari
nilai perkembangan setiap anggota kelompok. Penghargaan kelompok
diberikan berdasarkan skor kelompok yang disesuaikan dengan kriteria
penghargaan kelompok yaitu :
a) Kelompok dengan rata-rata skor 15, kelompok baik.
b) Kelompok dengan rata-rata skor 20, kelompok hebat.
c) Kelompok dengan rata-rata skor 25, kelompok super.
Dari model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahannya, adapun kelebihan maupun kelemahannya dapat dilihat ditabel
berikut:30
Tabel 2.2 kelebihan dan kelemahan kooperatif
Kelebihan Kelemahan
Setiap siswa menjadi siap semua Kemungkinan nomor yang
dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh
Tidak semua anggota kelompok
dipanggil oleh guru
Siswa yang pandai dapat mengajari
siswa yang kurang pandai
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)
Secara umum TGT sama saja dengan STAD. TGT menggunakan
turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan skor kemajuan individu,
dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain
yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering
digunakan dikombinasikan dengan STAD dengan menambahkan turnamen
tertentu pada struktur STAD yang biasanya. Deskripsi dari
komponen-komponen TGT ada 3 yaitu: Presentasi dikelas (sama seperti STAD),
pembentukan tim (sama seperti STAD), Game dan tournament31.
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang konten relevan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi
dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas meja
dengan tiga orang siswa yang memiliki tim yang berbeda . kebanyakan game
hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama.
seorang siswa mengambil kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan
sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut.
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Pada
turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen.
Tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada
meja 2, dan seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar
meja tergantung pada meja turnamen akhir. Pemenang pada tiap meja naik
tingkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya dari meja ke 6 ke meja
5). Skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama dan yang skornya
paling rendah diturunkan. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah
salah ditempatkan, untuk seterunya mereka akan terus dinaikkan atau
diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja yang sesungguhnya.
Dalam metode ini, setiap siswa dalam kelompok harus saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari
lembar kegiatan dan menjelaskan masalah satu sama lain. Tetapi ketika
dalam turnamen teman sekelompok tidak boleh saling membantu. Sehingga
sangat penting tanggung jawab individu dalam metode ini. Berikut ini deskripsi
dari komponen-komponen dalam metode ini.
Tim. Terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh komponen kelas seperti kemampuan akademik dan jenis kelamin. F ungsi
utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar,
dan mempersiapkan anggotanya untuk menghadapi turnamen. Tim merupakan
bagian yang penting dalam metode TGT. Tim memberikan dukungan
kelompok bagi kinerja akademik dalam pembelajaran seperti memberikan
perhatian dan respek terhadap anggota kelompok. Sehingga dengan adanya hal
tersebut dapat meningkatkan hubungan emosional antar kelompok, rasa
harga diri, dan saling menghargai terhadap kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki masing- masing anggota kelompok.
Game. Game pada TGT terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontenya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan tim. Game dalam
TGT dilaksanakan bersamaan dengan turnamen yaitu berupa kegiatan cerdas
cermat antar kelompok dengan masing-masing kelompok memberikan
Turnamen. Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada
meja turnamen – tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya berada di meja 1,
tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Ilustrasi hubungan antara tim
heterogen dan meja turnamen homogen dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Penempatan anggota kelompok pada meja turnamen32
Slavin menjelaskan terdapat lima komponen utama dalam TGT,
yaitu: pembelajaran awal, kelompok belajar, permainan, turnamen/ kompetisi,
dan pengakuan kelompok.33
a) Pembelajaran awal, pembelajaran awal pada metode TGT tidak berbeda
dengan pengajaran biasa, hanya pelajaran difokuskan kepada materi
yang sedang dibahas saja. Tujuan pelajaran awal adalah membentuk siswa
dalam kecakapan komunikasi, menggali informasi, kecakapan
bekerjasama dalam kelompok, dan kecakapan dalam memecahkan
masalah.
b) Kelompok belajar (Team Study), pada kelompok belajar siswa
mempelajari materi pelajaran dari sumber belajar kemudian
32
Robert E Slavin.Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, terj. Nurulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2010), Cet ke – 15, 168
33
menjawab pertanyaan- pertanyaan yang disusun oleh guru. Setelah
menjawab pertanyaan tersebut, perwakilan siswa mempresentasikan
hasil belajarnya. Tujuan kelompok belajar pada kegiatan ini adalah
memperoleh kecakapan mengolah informasi, mengambil keputusan
dengan cerdas, kecakapan bekerjasama dan kecakapan berkomunikasi.
c) Permainan (Games), pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang
dari materi-materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan siswa
yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Setiap siswa
mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan
sesuai dengan pada kartu tersebut.
d) Turnamen, sisswa yang berada dalam satu kelompok akan dipisahkan
kepada meja-meja pertandingan sesuai dengan tingkatan kecerdasan
mereka. Pada meja pertandingan disediakan satu set lembar pertandingan
berupa kunci jawaban, kartu nomor dan format pertandingan.
e) Penghargaan tim (Team Recognition), Penghargaan diberikan kepada
kelompok yang memiliki poin tertinggi. Penghargaan dapat berupa hadiah
atau sertifikat atas usaha yang dilakukan kelompok selama belajar
sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.
Pembelajaran STAD, NHT dan TGT secara garis besar merupakan
pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Hampir semua kegiatan
dalam pembelajaran ketiga kelompok model pembelajaran tersebut sama.
Tabel 2.3
Berikut ini disajikan tahapan pembelajaran :
Model pembelajaran STAD NHT TGT
Penyajian kelas
( presentasi )
Kegiatan diskusi
kelompok
Kuis
Games Turnamen
Penghitungan skor
Penghargaan tim
5. Pengertian Hasil Belajar
Setiap proses belajar yang dihasilkan oleh peserta didik akan
menghasilkan hasil belajar. James O. Whittaker, misalnya merumuskan belajar
sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman.34Cronbach berpendapat bahwa learning shown by change in behaviour as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang
ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman35. Howard L.kingskey mengatakan bahwa “learning is the proces by which
behaviour (in the broader sense) is originated or change through practice or
training.” Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)
34 Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. III, h.12.
35
ditimbulkan atau diubah melalui latihan.36 Slameto menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.37 Dan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai pengalaman hasil individu
dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif,afektif dan
psikomotor.
Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian,
sikap apresiasi, kemampuan (ability), dan keterampilan38. Wingkel dalam purwanto mengatakan belajar adalah aktivitas mental /psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang mengahasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap39. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan, belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman40.
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang mengetahui bahan yang diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.
Banyak orang mendeskripsikan pengertian antara evaluasi, pengukuran
(measurement), tes, dan penilaian (assessment). Padahal keempatnya memiliki
pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat
apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum,
berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Adapun pengukuran (measurement) adalah proses pemberian
36
Ibid.
37
Slameto, belajar & faktor – faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010) cet v, h.2
38
Feronica, Rina, dkk. Penerapan model pembelajarab kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan IPA. 2011.
39
Purwanto, Evaluasi hasil belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), Cet. III.h.39.
40
angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana
seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Penilaian
(assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta
didik. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada
peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang
memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara
operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek
kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian
kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap : (1) penguasaan materi
akademik (kognitif), (2) hasil belajar yang bersifat proses normatif (afektif),
dan (3) aplikatif produktif (psikomotor). Selanjutnya akan dibahas lebih jelas
mengenai ketiga ranah atau domain tersebut.
Hasil belajar penguasaan materi (Kognitif), penilaian terhadap hasil belajar
penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan
konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial
sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama
keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya
dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak
melibatkan kegiatan mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam
jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni:
(1) pengetahuan/ingatan- knowledge, (2) pemahaman-comprehension, (3)
penerapan-application, (4) analisis- analysis, (5) sintesis- synthesis, dan (6)
evaluasi –evaluation.
Pada 2001 Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl melakukan revisi
terhadap Taksonomi Bloom menjadi: (1) remember, (2) understand, (3) apply,
(4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. Namun dalam bab berikut hanya akan
dianut masyarakat pendidikan negara kita. Untuk menilai aspek penguasaan
materi (kognitif) ini digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam
tingkatan tersebut. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif
oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam
jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2),penerapan(
C3), analisis(C4), sintesis(C5), dan Evaluasi (C6).41
Hasil belajar proses (Normatif/Afektif), hasil belajar proses berkaitan
dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan
proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik
dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran,
kedesiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya.
Ranah afektif ini dirinci oleh Krathowohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni: (1)
perhatian/penerimaan (receiving), (2) tanggapan (responding), (3) penilaian/
penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization), dan (5)
karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai (characterization by a value
complex). Kecakapan ini bersifat generik, dimiliki semua disiplin ilmu, sebagai
prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat menguasai disiplin ilmu dan
keahlian kejuruan.untuk menilai hasil belajar ini dapat digunakan instrumen
evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuesioner dan observasi.42
Hasil belajar Aplikasi (Psikomotor), hasil belajar ini merupakan ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertinak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson menyatakan bahwa
hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa
menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Ranah psikomotor ada yang membagi menjadi 7 tingkatan dan ada pula
yang membaginya menjadi 6 tingkatan, yakni: Persepsi- perception (mampu
41 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta, : Tim Kreatif Gaung Persada, 2006), h.14-15
menafsirkan ransangan, peka terhadap rangsangan, menyeleksi objek),
Kesiapan – set (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik, emosi,
dan mental), Gerakan terbimbing – guided response ( mampu meniru contoh,
mencoba-coba, pengembangan respon baru), Gerakan terbiasa – mechanism
(berketerampilan, berpegang pada pola, respons baru muncul dengan
sendirinya), Gerakan kompleks – complex overt response (sangat terampil
secara lancar, luwes, supel, gesit, lincah), Penyesuaian pola gerakan –
adaptation (mampu menyeuaikan diri, bervariasi, pemecahan masalah),
Kreatifitas/ keaslian – creativity/ origination (mampu menciptakan yang baru,
berinisiatif).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam dalam diri organisme sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan, dimana pada saat
orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responnya menurun.
B.Hasil penelitian Yang Relevan
Motlan dan Makmur Hartono dalam jurnalnya yang berjudul “Perbedaan
Antara Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran STAD
(Students Teams Achievment Division) dan NHT (Numbered Head Together)
pada Materi Pokok Listrik Statis Kelas IX SMP Pahlawan Nasional”
menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar fisika siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dan yang diajar dengan menggunakan NHT. Hal ini dapat dilihat dari uji
perbedaan rata-rata hasil postes kedua kelas sampel dan diperoleh hasil Thitung
> Ttabel (3,20 > 1,99)43.
Fitri dalam skripsinya yang berjudul, “Perbedaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dan TGT (Teams Games
Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa pada Pokok
Bahasan Interaksi Sosial Kelas VII SMP Nurul Hikmah Cipondoh Kota
Tangerang” menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara
kelas yang menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Head
Together) dengan TGT (Teams Games Tournament), dimana model
pembelajaran NHT lebih baik daripada model pembelajaran TGT. Hal ini
dapat dilihat dari analisis data nilai rata-rata hasil belajar kelas VII-1 sebesar
78,5 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar kelas VII-2 hanya sebesar 64,7 44. Yekti kartika sari dalam jurnalnya yang berjudul “Studi komparasi
pembelajaran dengan metode TGT dan STAD terhadap prestasi belajar siswa
pada materi hidrokarbon ditinjau dari kemampuan memori siswa kelas X
SMA negri kebak karamat tahun pelajaran 2012” menyatakan bahwa terdapat
pengaruh antara metode pembelajaran kelas eksperimen I (metode TGT) dan
kelas eksperimen II (metode STAD) terhadap prestasi belajar kognitif siswa
pada materi sistem koloid. Lebih lanjut, jika dilihat dari tabel 4 rata-rata
prestasi kognitif kelas dengan metode pembelajaran TGT (86,26) lebih besar
daripada kelas dengan metodepembelajaran STAD (80,88)45.
Muhammad Anwar Hidayat dkk. Dalam penelitiannya yang bertujuan
mengetahui perbedaan belajar model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan model konvensional. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hasil belajar kognitif peserta didik kelas eksperimen (74,55) lebih baik
daripada kelas kontrol (70,88). Hasil tersebut sama secara signifikan α = 0,031
< 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan hasil belajar afektif (82,55) dan
psikomotor (84,02) peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada hasil
belajar afektif (81,67), psikomotor (83,23) peserta didik kelas kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar peserta didik kelas X SMKN
6 Malang pada pelajaran PKn yang diajar dengan menggunakan model
44 Fitri, “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) dan TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar’’. Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. i. tidak dipublikasikan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional.46
Marnoko dengan judul penelitian Perbedaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT dan Model Pembelajaran Konvensional pada Hasil
Belajar Ekonomi Mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dan model pembelajaran konvensional pada hasil belajar ekonomi
Mahasiswa FE UNPAB Medan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Mahasiswa FE kelas pagi yang berjumlah 466 orang serta Sampel
penelitian ini diambil keseluruhan kelas A401 dan kelas A402 sebanyak 100
orang, yaitu 50 orang dikelas A401 sebagai eksperimen dan 50 orang dikelas
A402. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
beda47.
Kristianti dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajarn Kooperatif NHT
terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan prestasi belajar ekonomi antara
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif Number
Head Together dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran
langsung ditinjau dari gaya belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan siswa
yang memiliki gaya belajar divergen cocok belajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif Number Head Together 48.
Iklilul Millah, dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe TGT terhadap Prestasi Belajar siswa kelas X
46
Muhammad anwar hidayat, “Perbedaan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) dan Model Konvensional pada pelajaran PKN”. Jurnal pendidikan. 2011
47 Marnoko, Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dan Model Pembelajaran Konvensional pada Hasil Belajar Ekonomi Mahasiswa, Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 4, 2011.
48 Kristianti, Pengaruh Model Pendekatan Kooperatif dengan model pembelajaran NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Ekonomi ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa,
SMA Laboratorium UM pada Materi Hidrokarbon. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dan siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah) pada materi
hidrokarbon. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan prestasi
belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT dan
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah).
Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT mempunyai
rata-rata nilai kognitif (75,9) dan rata-rata-rata-rata nilai afektif (54,1) lebih tinggi
dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional (ceramah) yang mempunyai rata-rata nilai kognitif (71,6) dan
rata-rata nilai afektif (52,3)49.
C. Kerangka berpikir
Biologi merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
yang dengan metode ilmiahnya dapat melatih siswa untuk berpikir kritis,
terampil, kreatif dan menumbuhkan sikap ilmiah seorang saintis. Layaknya
cabang ilmu IPA yang lain, teori-teori atau konsep-konsep materi biologi
berasal dari temuan fakta-fakta yang dilakukan oleh para ilmuan. Dalam
menemukan fakta tersebut dibutuhkan keterampilan-keterampilan tertentu agar
dapat dengan mudah menemukan fakta tersebut. Sehingga dalam
mempelajarinya pun, kita harus dapat menemukan dan menunjukan fakta-fakta
tersebut ke dalam dunia pendidikan.
Begitu pun dalam hal pembelajaran materi biologi dibutuhkan konsep
yang tepat dalam mempelajarinya. Kesalahan konsep adalah pengertian tentang
suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam menggunakan nama konsep, salah
dalam mengklasifikasikan contoh-contoh konsep, keraguan terhadap
konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan berbagai macam