• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh strategi active learning (belajar aktif) teknik information search / mencari informasi terhadap hasil belajar Matematika siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh strategi active learning (belajar aktif) teknik information search / mencari informasi terhadap hasil belajar Matematika siswa"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRATEGI ACTIVE LEARNING (BELAJAR AKTIF) TEKNIK INFORMATION SEARCH/MENCARI INFORMASI TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DISUSUN OLEH : MAHFUZHDIN

103017027238

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

i ABSTRAK

MAHFUZHDIN, Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning Strategy) Teknik Search Information/Mencari Informasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa , Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif (active learning strategy) teknik search information / mencari informasi, dibanding dengan siswa yang menggunakan pembelajaran Konvensional. Penelitan dilaksanakan di MTs Al Wahab Jakarta, dari tanggal 24 Januari sampai dengan 11 Februari tahun ajaran 2010/2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian The Randomized Postest Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Cluster Random Sampling. Instrumen yang diberikan berupa test objektif berjumlah 21 butir item soal.

Teknik analisa data dilakukan dengan uji Lilifors untuk menguji normalitas data dari dua kelompok. Dari perhitungan normalitas diperoleh bahwa data kelompok eksperimen mempunyai Lhitung = 0,112 dan data kelompok kontrol mempunyai Lhitung = 0,141 sedangkan Ltabel = 0,157 (Lhitung < Ltabel), maka data dari dua kelompok berdistribusi normal. Sementara untuk menguji apakah data tersebut homogen atau tidak digunakan uji Fisher, dari perhitungan didapatkan Fhitung = 1,58 sedangkan Ftabel = 1,82 (Fhitung < Ftabel), maka data homogen. Dan yang terakhir untuk menguji hipotesis data digunakan uji t. Dari hasil perhitungan uji Hipotesis diperoleh harga thitung > ttabel (1,83 > 1,68), maka hipotesis nol (Ho) ditolak, sementara Ha diterima, dengan demikian bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran aktif (active learning strategy) teknik

search information /mencari informasi lebih besar dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(11)

ii ABSTRACT

MAHFUZHDIN, Effect of Active Learning Strategies Techniques Search Information on Student Learning Outcomes Mathematics, Thesis, Department of Mathematics Education, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This study aims to determine differences in students' mathematics learning outcomes using active learning strategies, information search techniques, compared with students who use conventional learning. Research conducted in MTs Al Wahab Jakarta, from January 24 until February 11 of the school year 2010/2011. The method used in this study was quasi experimental design study The randomized posttest Control Group Design. Sampling was done by cluster random sampling. Instruments are provided in the form of objective test items totaled 21 points matter.

Technique of data analysis conducted by Lilifors test to test the normality of data from two groups. From the normality calculation shows that the experimental group data have Lcount = 0.112 and control group data have Lcount = 0.141 while Ltable = 0,157 (Lcount < Ltable), then the data from two groups of normal distribution. Meanwhile, to test whether the data is homogeneous or not, Fisher test was used, the calculation is obtained Fcount = 1.58 while Ftable = 1.82 (Fcount < Ftable), then the homogeneous data. And finally to test the hypothesis of data, used t test From the calculation, hypothesis test obtained by value t count > ttable (1.83> 1.68), then Ho is rejected, while Ha is received, so that mathematics learning outcomes of students who use active learning, information search technique is greater than on student learning outcomes using conventional learning.

(12)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa atas segala daya dan upaya manusia, rahmat dan hidayah-Nya yang selalu tercurah pada hamba-hamba-Nya tak terkecuali pada penulis yang teraplikasikan dalam pikiran, energi dan kemampuan diri penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan pekerjaan yang sulit dan penuh dinamika yaitu penulisan skripsi yang merupakan tugas yang harus diselesaikan untuk meraih gelar Strata Satu (SI) pada Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do‟a,

dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing selama masa perkuliahan.

3. Bpk Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika sekaligus Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bpk. Firdausi, S. Si., M.Pd, Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah

(13)

iv

6. Bpk Ahmad Firdaus, S.Kom, Kepala MTs Al Wahab Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, serta dewan guru khususnya Bpk. Achmad Saefudin, S.Pd sebagai guru matematika kelas VIII yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini.

7. Perpustakaan UPI (Bandung), Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan beserta Staf yang telah memberikan fasilatas berupa kemudahan dalam meminjam buku.

8. Paling istimewa untuk kedua orang tuaku Ayahanda H. A. Gani Ahmad, S.Ag (My Abbi) dan Ibunda Hj. Maemunah (My Ummi) yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Ketulusan dengan penuh kasih sayang, motivasi mereka serta kesabaran dalam mengunggu penulis dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan skripsi seperti sekarang ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis. Kakak-kakakku Saifur Rijal dan Rafidah (terima kasih atas do‟a dan dukungannya selama ini), dan adik Fauzan yang telah memberi inspirasi dan cerita, semoga apa yang kita telah kerjakan membuahkan hasilnya nanti. Semoga Allah memberikan balasan terindah untuk semuanya.

9. Buat “De”, yang menghilang dan yang seharusnya ikut menikmati hasil ini. 10. Sahabat-sahabat sejatiku; Asqol, Rafli, Hadi, Dofir, Malkan, Emon, Bang

Napi, Obay, Ki Darman, dan Sukron (terima kasih buat semua masukan yg

menginspirasikan dan cerita2 indah selama “masa pengejaran”).

11. Basecamp tercinta “Amazon” dan sang operatornya (Ruri) terima kasih untuk tempat yang nyaman dan penuh inspirasi.

12. Kepada semua teman-teman Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2003, kelas A dan B. Terima kasih atas kebersamaannya, dukungan, bantuan dan motivasinya. Tiada hal terindah kecuali mengenang masa kita berjuang bersama di kampus.

(14)

v

kebaikan mereka di atas dengan balasan yang setimpal. Aamiin Yaa Rabbal „Aalamiin.

Jakarta, 28 Februari 2011

Penulis

(15)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori Tentang Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Belajar ... 9

2. Pengertian Hasil Belajar ... 11

3. Macam-Macam Hasil Belajar ... 14

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 17

5. Pengertian dan Karakteristik Matematika ... 20

6. Hasil Belajar Matematika ... 26

B. Pembelajaran Konvensional ... 27

C. Kajian Teori Tentang Strategi Active Learning Teknik Information Search 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Matematika ... 30

(16)

vii

3. Karakteristik Strategi Pembelajaran Active Learning

Teknik Information Search ... 38

4. Urgensi/Pertimbangan Memilih Strategi Pembelajaran Active Learning Teknik Information Search ... 39

5. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Active Learning Teknik Information Search ... 41

D. Kerangka Berfikir ... 41

E. Perumusan Hipotesis ... 42

BAB III METODOLIGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 43

C. Metode Penelitian ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 50

G. Hipotesis Statistik ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 55

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 61

C. Pengujian Hipotesis ... 63

D. Interpretasi Data ... 63

E. Keterbatasan Penelitian ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

(17)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Desain Penelitian ... 44

Tabel 2 Indikator Kompetensi Tes Akhir ... 46

Tabel 3 Klasifikasi Daya Beda ... 49

Tabel 4 Tingkat Kesukaran ... 49

Tabel 5 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 56

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Kelompok Eksperimen ... 57

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Kelompok Kontrol ... 59

Tabel 7 Gambaran Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 61

Tabel 8 Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 62

(18)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Efektifitas Model Pembelajaran ... 35 Gambar 2 Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Tes Akhir Kelompok

Eksperimen ... 58 Gambar 3 Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Tes Akhir Kelompok

(19)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Kelompok Kontrol ...70

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Eksperimen ...94

Lampiran 3 Kisi – Kisi Uji Coba Instrumen ...118

Lampiran 4 Soal Uji Coba ...120

Lampiran 5 Kisi – Kisi Instrumen ...124

Lampiran 6 Soal Post Test ...126

Lampiran 7 Kunci Jawaban Uji Coba Tes Pilihan Ganda ...129

Lampiran 8 Perhitungan Validitas Instrumen ...130

Lampiran 9 Langkah – Langkah Perhitungan Validitas Test Pilihan Ganda ...131

Lampiran 10 Perhitungan Reliabilitas Test Pilihan Ganda ...133

Lampiran 11 Langkah – Langkah Perhitungan Reliabilitas Test Pilihan Ganda ...134

Lampiran 12 Perhitungan Tingkat Kesukaran Test Pilihan Ganda ...135

Lampiran 13 Langkah – Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Test Pilihan Ganda ...136

Lampiran 14 Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda ...137

Lampiran 15 Langkah – Langkah Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda ...138

Lampiran 16 Hasil Perhitungan Validitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal ...139

Lampiran 17 Nilai Post Test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...140

Lampiran 18 Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...141

(20)

xi Lampiran 20 Uji Normalitas Hasil Post Test

Kelompok Kontrol ...148 Lampiran 21 Langkah – Langkah Perhitungan Uji Normalitas

Test Akhir Kelompok Kontrol ...149 Lampiran 22 Perhitungan Hasil Test Akhir Kelompok Eksperimen ...151 Lampiran 23 Uji Normalitas Hasil Post Test

Kelompok Eksperimen ...152 Lampiran 24 Langkah – Langkah Perhitungan Uji Normalitas

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi demikian cepat, menuntut tersedianya manusia berkualitas. Dalam kaitan itu, bangsa Indonesia perlu mengadakan pembaharuan di berbagai aspek kehidupan agar tidak tertinggal jauh dari negara lain yang lebih maju. Salah satu bidang yang perlu reformasi adalah pendidikan, karena hanya melalui pendidikan dapat dihasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, baik kualitas IPTEK maupun IMTAK.

Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu pendidikan nasional yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini senada dengan apa yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1

Tantangan untuk menjadikan manusia Indonesia yang berkualitas seperti tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional di atas tidaklah mudah. Selain pemerataan pendidikan yang masih belum setara, beberapa permasalahan pendidikan yang masih sangat kompleks diantaranya menurunya kualitas pendidikan, kurangnya relevansi pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun, dan belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam

1

(22)

masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang. Untuk mengatasi persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan prestasi belajar siswa. Salah satunya adalah prestasi belajar matematika siswa. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara siswa alam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.2

Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Keadaan pendidikan di Indonesia sangat jauh dari harapan bahkan peringkatnya sampai menurun. Hal tersebut didukung oleh hasil laporan dari Badan Dunia PBB mengenai peringkat pendidikan di Indonesia. Menurut laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan atau yang biasa kita sebut badan UNESCO yang dirilis pada tanggal 29 November 2007, bahwa peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari peringkat 58 menjadi 62 diantara 130 negara di dunia. Yang jelas, Education Development Index (EDI) adalah 0,935, di bawah Malaysia (0,945) dan Brunei Darussalam (0,965). Mau tidak mau, hal itu mengilustrasikan bahwa kualitas pendidikan Indonesia semakin menurun.3

Sejalan dengan keadaan pendidikan Indonesia, kualitas bidang studi matematika juga sangat memprihatinkan. Untuk level nasional dalam Ujian Nasional tingkat SLTP yang dalam beberapa tahun terakhir diadakan, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran dengan nilai rata-rata terendah kedua dari empat bidang studi yang lain. Keadaan ini semakin

2

Drs. M. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 22. hlm. 10.

3Jaringan Inovasi Pendidikan (JIP) Kendal, “Peringkat Pendidikan Turun dari 58 ke 62”, dari:

(23)

menegaskan paradigma yang berkembang bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sulit.

Selain itu, Guru besar ilmu pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Muhammmad Ali (dalam Media Indonesia Online 2005) mengatakan, indikator rendahnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari kemampuan lulusan berdasarkan hasil ujian pada jenjang pendidikan dasar yang merupakan sasaran pelaksanaan wajib belajar 9 tahun. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa rata-rata nilai ujian dalam enam mata pelajaran di SLTP negeri dan swasta selama lima tahun terakhir secara nasional hampir tidak pernah mencapai angka rata-rata 6.00. Sementara hasil untuk nilai mata pelajaran IPA selama lima tahun menduduki angka paling rendah dengan nilai di bawah angka lima. Sedangkan untuk mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris hanya menempati urutan kedua dan ketiga dalam hal rendahnya perolehan rata-rata nilai.4

Sejalan dengan keadaan pendidikan Indonesia, kualitas bidang studi matematika juga sangat memprihatinkan. Menurut penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) peringkat mata pelajaran matematika di Indonesia berada pada posisi 34 dari 38 negara (data UNESCO). Padahal kalau kita tilik lebih dalam lagi, berdasarkan penelitian yang juga dilakukan oleh TIMMS yang di publikasikan 26 Desember 2006, jumlah jam pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya mendapat 120 jam dan Singapura 112 jam. Tapi kenyataannya, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 = rendah, 475

= menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Artinya “Waktu yang

4Mediaindo.co.id., “Memprihatinkan, Kualitas Peserta Didik di Indonesia”,. dari:

(24)

dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan prestasi yang diraih.5

Di sekolah terdapat serangkaian bidang studi yang harus dikuasai oleh siswa salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Matematika merupakan pelajaran yang sangat diperlukan di dalam dunia pendidikan. Dengan matematika, siswa dilatih untuk berfikir logis, sistematis, dan kritis. Sehingga sangat berguna dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika dari tahun ke tahun berkembang semakin meningkat sesuai dengan tuntutan zaman. Tuntutan zaman mendorong manusia untuk lebih kreatif dalam mengembangkan atau menerapkan matematika sebagai ilmu dasar.

Apabila diamati, kesalahan seputar rendahnya nilai mata pelajaran matematika dipengaruhi juga sikap masyarakat (khususnya orang tua) itu sendiri yang memandang secara sempit assessment pembelajaran matematika, yaitu jika rangking anaknya rendah, maka resahlah orang tua atau jika nilai raportnya rendah maka langsung menuding anaknya bodoh. Isu lainnya yang juga tampak mengemuka adalah seputar kapasitas materi yang disampaikan, yaitu hingga saat ini belum banyak guru atau suatu sekolah manyampaikan materi/ soal-soal yang dapat merangsang siswa berpikir kreatif, inovatif, dan alternatif. Akibatnya, masih sedikit ditemukan guru maupun sekolah yang memperhatikan kaidah percepatan belajar siswa, yaitu melayani pengayaan pembelajaran pada anak unggul dan berbakat dan memperhatikan perbaikan belajar (remedial) pada anak yang rendah. Selain itu, dari hasil penelitian akhir-akhir ini berkembang pula isu seputar rendahnya kompetensi matematika guru dan calon guru. Hal ini menjadi penting mengingat faktor keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh strategi pembelajaran, sistem penilaian, interaksi di kelas, dan faktor guru. Itulah sekelumit problematika pembelajaran matematika di sekolah saat ini.

5Zainurie, ” Pakar Matematika bicara tentang, Prestasi Pendidikan Matematika Indonesia”,

(25)

Kondisi pembelajaran matematika tersebut juga didukung oleh pernyataan dari beberapa pakar, diantaranya Soedjadi dan Marpaung yang dikutip oleh Muhammad A. menyebutkan bahwa:

(1) pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan guru adalah pendekatan konvensional, yakni ceramah, tanya jawab dan

pemberian tugas atau mendasarkan pada “behaviorist” atau “strukturalist”; (2) pengajaran matematika secara tradisional

mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika secara mendalam; (3) pembelajaran matematika yang berorientasi pada psikologi perilaku dan strukturalis yang lebih menekankan pada hafalan dan drill merupakan penyiapan yang kurang baik untuk kerja professional bagi para siswa nantinya; (4) kebanyakan guru mengajar dengan menggunakan buku paket sebagai

“resep” mereka mengajar matematika halaman per halaman sesuai

dengan apa yang ditulis; dan (5) strategi pembelajaran lebih didominasi oleh upaya untuk meneyelesaikan materi pembelajaran dan kurang adanya upaya agar terjadi proses dalam diri siswa untuk mencerna materi secara aktif dan konstruktif.6

Upaya perbaikan juga dilakukan dengan lebih mempertimbangkan berbagai pandangan/filsafat pembelajaran yang mutakhir, seperti bergesernya pandangan belajar dari teacher centre ke student centre atau lebih memfokuskan pada pandangan perkembangan mental (development mental) yang mengutamakan proses dengan tidak mengesampingkan pandangan tingkah laku (behavioristik) yang mengutamakan produk.

Oleh karena itu berbagai model belajar matematika diterapkan dengan maksud meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa. Dalam hal ini peneliti mencoba menggunakan salah satu strategi pembelajaran aktif. Yang bertujuan untuk lebih meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Salah satunya dengan startegi belajar aktif Information Search. Dengan strategi belajar ini, paradigma teacher centre akan berkurang. Dalam strategi

Information Search, siswa dituntut untuk dapat menjawab bahkan

6

N. Setyaningsih, Ariyanto dan Rita P Khotimah, “Aplikasi Pendekatan Model Kooperatif

Dalam Pembelajaran Matematika”, dari: http://eprints.ums.ac.id/386/01/5._NINING_S.pdf, 30

(26)

menyimpulkan informasi yang mereka dapatkan untuk menjawab permasalah yang didapatkan.

Apa yang ditawarkan Information Search sangat membantu guru dalam penyampaian materi yang membosankan. Untuk itu peneliti tertarik untuk membandingkan hasil prestasi belajar matematika siswa MTs yang diajarkan dengan strategi belajar aktif teknik Information Search (Mencari Informasi) dengan strategi konvensional.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah mengenai penerapan strategi belajar aktif teknik Information Search tersebut, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan pada mata pelajaran matematika sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat konsep tersebut lebih lama?

2. Pembelajaran apakah yang efektif untuk mata pelajaran matematika? 3. Apakah pembelajaran dengan menggunakan teknik information search

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

4. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan teknik information search dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional?

5. Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik

information search lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional?

C. Pembatasan Masalah

(27)

dimaksudkan adalah siswa kelas VII semester ganjil MTs Al Wahab Jakarta pada pokok bahasan Lingkaran.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan strategi konvensional?

2. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif learning (active learning strategy) teknik information search/mencari informasi?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik information search/mencari informasi dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan karena diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penyelenggaraan pembelajaran matematika kelas VIII MTs Al Wahab khususnya dalam materi pecahan, karena soal-soal pada materi pecahan memerlukan pemahaman yang mendalam terutama dalam kemampuan memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan strategi konvensional.

2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang diajar mengunakan strategi pembelajaran aktif teknik information search/mencari informasi

(28)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas, maka dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat bagi setiap masyarakat pendidikan, diantaranya:

1. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran di sekolah dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Bagi Siswa, dapat mendorong mereka lebih aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan matematika yang sedang dipelajari, dapat menyimpulkan berbagai informasi yang didapatkan sebagai bahan untuk menyelesaikan/menjawab permasalahan yang didapat.

(29)

9

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Pengertian Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Belajar

Belajar menurut definisi yang paling sederhana adalah “proses yang dilakukan seseorang untuk mengubah keadaannya dari tidak tahu menjadi

tahu.”7

Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar adalah proses perubahan diri untuk memperoleh pengetahuan. Dan belajar merupakan hasil dari hal-hal yang dialami seseorang yang relatif tetap dalam diri seseorang tersebut. Hal ini seperti yang diterangkan oleh Erman Suherman dkk., dalam bukunya Strategi Pembelajaran Kontemporer yang menyebutkan,

“Pengertian belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang

relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.”8

Pengertian yang lain menerangkan, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.9 Menurut Witherington, “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,

pengetahuan dan kecakapan.”10

7

Teknologidan Proses Belajar, dalam

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-proc-2000-arif-619-knowledge 18 Maret 2008 00:40.

8

Erman Suherman, dkk.(ed.), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA, 2003), hal.7

9

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2010), hal. 2

10

(30)

Sedangkan Biggs mendefinisikan belajar kepada tiga macam rumusan, yaitu:11

a. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.

b. Secara intitusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai

proses ”validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas

materi-materi yang telah ia pelajari.

c. Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.

Lebih ringkas tentang definisi belajar diungkapkan oleh Gage yang

mendefinisikan belajar adalah “suatu proses di mana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman”. Demikian juga Harold Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.12 Morgan mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.13 Muhibbin Syah dalam bukunya

Psikologi Pendidikan menyimpulkan bahwa, “secara umum dapat

dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dangan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”14

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dialami dan yang akan merubah kemampuan diri seseorang dari tidak tahu menjadi tahu yang relatif tetap dan didapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru.

11

Muhibbin Syah (ed.), Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.IX, h.91

12

Martinis Yamin (eds.), Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), Cet. II, h.99.

13

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. XX, hal. 84

14

(31)

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Aspek perubahan ini mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.15 Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan dan pemikiran, aspek afektif berkaitan dengan sikap, sedangkan aspek psikomotorik berkaitan dengan keterampilan dan gerak tubuh. Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan menggunakan alat evaluasi yang berupa tes hasil belajar. Tes hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan guru kepada murid-muridnya.16 Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui kemampuan siswanya setelah terjadi proses pembelajaran dengan cara mengadakan tes. Hasil tes tersebut dapat berfungsi sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan dapat memberikan gambaran kenajuan belajar siswa bagi siswa.

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk pada sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu. Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasilnya. Proses belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar. Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.17 Di dalam proses belajar mengajar tingkat penguasaan siswa dapat diketahui dari hasil belajar. Dalam hal ini tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dapat terlihat dari hasil tes yang diberikan setelah proses belajar mengajar.

15

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), h. 45

16

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya) h. 33

17

(32)

Sedangkan menurut Mulyono Abdurahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.18 Belajar itu sendiri merupakan suatu proses diri seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan, perubahan tersebut berupa perilaku yang baru atau memperbaiki perilaku yang sudah ada.19

Setiap guru memiliki pandangan yang berbeda sejalan dengan filsafatnya untuk mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar telah dapat dikatakan berhasil. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai.20 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.21 Menurut Howard dan Kingsley hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar. Dalam kaitannya dengan hasil belajar tersebut, Gagne dan Briggs juga mengemukakan adanya lima kemampuan yang dapat diperoleh seseorang sebagai hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik dan sikap.22

18

Mulyono Abdurahman Abror, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.37.

19

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007)Cet. III, h.55.

20

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet Ke-3, h. 105.

21

Baso Intang S, Pengaruh Metode Mengajar dan ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Mengontrol Sikap Siswa,

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html

22

Wahyudin Nur Nasution, Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Sains ditinjau dari Cara Berpikir,

(33)

Hasil belajar adalah nilai hasil pengajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-murid dalam jangka waktu tertentu. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dengan merencanakan indikator untuk tujuan pengajaran dan untuk mengetahui apakah tujuan bidang studi sudah dicapai. Maka tes evaluasi sebagai alat evaluasi dan juga sebagai alat ukur.

Dalam proses belajar mengajar guru berusaha semaksimal mungkin agar input yang dalam hal ini berupa mata pelajaran yang disampaikan dapat diproses di dalam kelas dengan pola-pola tertentu, sehingga outputnya adalah peserta didik mendapatkan pemahaman, pemecahan, pengertian, dan kemampuan dalam pemecahan masalah, untuk kemudian bila diperlukan dapat diproduksi kembali.

Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya seorang subyek didik dalam menyelesaikan program belajar yang dibebankan kepada siswa, sehingga terlihat adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Dalam hal ini penentu baik atau tidaknya hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena siswalah yang bertanggung jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses belajar dari gurunya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam bentuk nilai atau diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan sesudah belajar.

(34)

dijadikan pusat perhatian dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar menentukan tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar.

3. Macam-Macam Hasil Balajar

Howard Kinsley membagi tiga macam hasil belajar yakni (a) keterampilan dan kebiasaan (b) pengetahuan dan kebiasaan (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yaitu:23 1. Informasi verbal

Kecakapan untuk mengkomunikasikan secara verbal pengetahuannya tentang fakta-fakta. Dengan kata lain individu mampu menyatakan secara proporsional apa yang telah dipelajari. Pengungkapan

informasi yang telah disimpan di dalam „tempat penyimpanan ingatan‟ itu dapat juga menggunakan „kunci‟ verbal yang lain. Misalnya

dengan menunjukan diagram tertentu, siswa dapat mengingat kembali pengertian fungsi. Informasi verbal ini diperoleh dengan lisan, membaca buku , mendengar radio, dan sebagainya.

Fungsi yang dimaksud itu adalah:

1) Prasyarat untuk belajar lebih lanjut

2) Kepraktisan dalam kehidupan sehari-hari dari individu

3) Pengetahuan yang terorganisasikan sehingga menjadi bentuk-bentuk yang saling berkaitan merupakan acuan berfikir.

2. Keterampilan intelektual

Kapabilitas untuk membuat diskriminasi, menguasai konsep dan aturan serta memecahkan masalah. Kapabilitas tersebut merupakan kemampuan yang diperoleh manusia dengan belajar. Begitu sesuatu itu dipelajari, kapabilitas itu dapat muncul berulang kali dalam berbagai penampilan.

23

(35)

Menurut Gagne kemampuan intelektual dibagi lagi menjadi delapan sud-kategori yang urutannya berdasarkan kekomplekan operasi mentalnya. Kedelapan tipe tersebut adalah:

a) Belajar sunyal (signal learning). Belajar dengan sinyal adalah belajar tanpa kesengajaan yang dihasilkan dari sejumlah stimilus ulangan atau stimulus tunggal yang akan menimbulkan suatu respon emosional di dalam individu yang bersangkutan.

b) Belajar S-R (S-R learning). Belajar jenis ini adalah belajar yang disengaja dan secara fisik untuk merespon suatu sinyal. Belajar S-R menghendaki suatu stimulus yang datangnya dari luar yang menyebabkan otot-otot terangsang yang kemudian diiringi respon yang dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang menunggal antara stimulus dan respon.

c) Belajar merangkai tingkah laku (chaining). Jenis belajar ini menunjukan lebih dari sati S-R yang dirangkaikan berurutan agar peserta didik dapat menyelesaikan tugas

d) Belajar asosiasi verbal (verbal chaining). Belajar asosiasi verbal terjadi pada waktu memberi nama suatu benda.

e) Belajar diskriminasi (discremination learning). Belajar diskriminasi untuk membedakan hubungan S-R agar dapat memhami berbagai macam obyek fisik dan konsep. Dengan demikian diharapkan siswa dapat membedakan dan menyebutkan antara simbol yang satu dengan yang lain.

f) Belajar konsep (concept learning). Adalah belajar memahami kebersamaan sifat-sifat dari benda-benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokan menjadi satu jenis

(36)

aturan, merespon sekumpulan hal dalam bentuk sekumpulan tingkah laku.

h) Belajar memecahkan masalah (problem solving). Belajar memecahkan masalah merupakan tipe belajar yang menyangkut dua atau lebih aturan-aturan yang telah dipelajari siswa dimana aturan-aturan itu dikombinasikan agar menghasilkan suatu aturan yang tadinya belum diketahui siswa. Aturan baru inilah yang kemudian dipergunakan untuk memecahkan masalah.

3. Strategi kognitif

Strategi kognitif adalah kecakapan untuk mengelola dan mengembangkan proses berfikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis, mengendalikan tingkah laku peserta didik itu sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan, cara untuk melakukan proses belajar,termasuk retensi dan berfikir. Adapun tipe-tipe hasil belajar kognitif. Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam yaitu, Yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.24

a) Yang dimaksud dengan pengetahuan hafalan atau yang dikatakan bloom dalam istilah knowledge adalah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini responden biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghafal saja.

b) Yang dimaksud dengan pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan responden mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini responden tidak hanya hafal secara

24

(37)

verbalistis, tetapi memehami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

c) Kemampuan berfikir yang ketiga adalah aplikasi atau penerapan. Responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya.

d) Tingkat kemampuan analisis, yaitu kemempuan respondenuntuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentukannya.

e) Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Dengan kemampuan evaluasi, responden responden diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan kriteria tertentu.

4. Sikap

Sikap adalah kecendrungan untuk merespon secara ajeg terhadap stimulus itu. Respon tersebut dapat positif (menerima) atau negatif (menolak) terhadap suatu obyek tergantung terhadap penilaian terhadap obyek yang dimaksud sebagai obyek yang berharga atau tidak berharga.

5. Keterampilan motorik

Keterampilan motorik adalah kecakapan yang dicerminkan oleh adanya kecepatan, ketepatan dan kelancaran gerakan otot dan anggota badan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Terdapat dua macam faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:25

25

(38)

a. Faktor internal

1) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

2) Faktor Psikologis

(39)

dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga yang baik, suasana rumah yang nyaman, keadaan ekonomi keluarga yang baik dan latar belakang kebudayaan keluarga terbiasa dengan kewbiasaan-kebiasaan yang baik maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

2) Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

3) Faktor lingkungan masyarakat

(40)

7

5. Pengertian dan Karakteristik Matematika

Pendapat mengenai istilah matematika diantaranya, Matematika adalah mamiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antara konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang berharga atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argument yang konsisten.

Menurut Ruseffendi ET bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses penalaran pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dari dunia secara empiris, karena matematika sebagai aktifitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dunia rasio diolah secara analisis dan sintesis didalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika, agar konsep-konsep itu dipahami oleh orang-orang dan dapat dengan mudah dimanipulasi secara tepat, maka digunakan notasi dan istilah yang cermat dan disepakati bersama secara global yang dikenal dengan bahasa matematika.26

Matematika merupakan pelajaran yang sangat berkaitan dengan simbol-simbol abstrak, konsep-konsep, hubungan, pola bilangan dan lain sebagainya, yang semuanya menyertakan logika dan pola pikir untuk biasa menganalisa, juga untuk dapat dibuat kesimpulan. Seperti pendapat james dan james dalam kamus matematikanya, mengatakan bahwa, matematika adalah ilmu tentang logika bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Matematika merupakan ilmu yang dipelajari disemua jenjang pendidikan. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika.

26

(41)

Cornelius mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika, karena

matematika merupakan “ (1). Sarana berfikir yang jelas dan logis (2).

Sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari (3). Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4). Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”. 27

Menurut Johnson dan Rising dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.28

Selain dari definisi matematika di atas ada beberapa definisi lain yang dikemukakan oleh para tokoh matematika diantaranya:

Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Lener mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga melupakan cara bernalar induktif.29

Matematika merupakan pelajaran yang sangat berkaitan dengan simbol-simbol abstrak, konsep-konsep, hubungan, pola bilangan dan lain sebagainya, yang semuanya menyertakan logika dan pola pikir untuk bisa menganalisis, juga untuk dapat dibuat kesimpulan. Seperti pendapat James dan james dalam kamus matematikanya, mengatakan bahwa, matematika adalah ilmu tentang logika bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam

27

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h.253

28

Erman suherman, Strategi..., h. 17.

29

(42)

tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.30 Sedangkan pendapat lain menyebutkan matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, memerlukan simbol untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan.31

Konsep-konsep matematika dipelajari menurut tahap-tahap bertingkat seperti halnya dengan tahap periode perkembangan intelektualnya. Menurut Hudoyo, tahap-tahap itu adalah:32

a. Permainan bebas (Free Play). Permainan bebas adalah tahap belajar konsep yang terdiri dari aktifitas yang tidak terstruktur dan tidak diharapkan yang memungkinkan peserta didik mengadakan eksperimen dan memanipulasi benda-benda konkrit dan abstrak dari unsur-unsur konsep yang dipelajari itu.

b. Permainan yang menggunakan aturan (Games). Di dalam tahap ini peserta didik mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat di dalam konsep (peristiwa-peristiwa).

c. Permainan mencari kesamaan sifat (Searching for communalities). Membantu peserta didik dalam permainan yang menggunakan aturan untuk dapat melihat kesamaan struktur dengan mentranslasikan dari suatu permainan kebentuk permainan yang lain, sedang sifat-sifat abstrak yang diwujudkan dalam permainan itu tetap tidak berubah dengan translasi itu.

d. Permainan dengan representasi (Representation). Dalam tahap ini peserta didik mencari kesamaan sifat dari situasi yang serupa.

e. Permainan dengan simbolisasi (Simbolization). Permainan dengan menggunakan simbol ini merupakan tahap belajar konsep dimana peserta didik perlu merumuskan representasi dari tiap konsep dengan menggunakan simbol matematika.

30

http://www.maswins.com/2010/06/pengertian-matematika.html

31

Joula Ekaningsih Paimin, Agar Anak Pintar Matematika, (Jakarta : Puspa Swara), 1998, h. 5

32

(43)

f. Formalisasi (Formalization). Setelah peserta didik mempelajari suatu konsep dan struktur matematika yang saling berhubungan, peserta didik harus mengurut sifat-sifat itu untuk dapat merumuskan sifat-sifat baru.

Kesadaran akan manfaat matematika tersebut diharapkan dapat membantu seseorang dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, baik yang langsung berhubungan dengan menghitung ataupun dengan cara berfikir logis, karena setelah mempelajari matematika seseorang diharapkan dapat berfikir logis, kritis, praktis, dan kreatif.

Matematika adalah memiliki bahasa dan aturan terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antara konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang berharga atas dasar asumsi ( kebenaran kosistensi). Selain itu matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten.

(44)

penuh dengan simetri, pola dan irama yang dapat sangat menyenangkan. Jadi matematika dapat diartikan sebagai berikut:

1) Sesuatu yang abstrak 2) Sesuatu pola untuk berfikir

3) Suatu bahasa yang menggunakan istilah-istilah

4) Suatu alat untuk membantu manusia memahami permasalahan yang ada.

Adapun karakteristik matematika dapat dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:33

1. Karakteristik Umum Matematika

a) Memiliki Objek Kajian yang Abstrak

Matematika mempunyai objek kajian yang abstrak, walaupun tidak setiap objek abstrak adalah matematika. Sementara beberapa

matematikawan menganggap objek matematika itu “kongkret”

dalam pikiran mereka, maka kita dapat menyebut objek matematika secara lebih tepat sebagai objek mental atau pikiran. Ada empat objek kajian matematika, yaitu :

1) Fakta

Fakta adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematika yang biasanya diungkapkan lewat symbol tertentu.

2) Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. 3) Operasi dan Relasi

Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan antara dua atau lebih elemen.

33

(45)

4) Prinsip

Prinsip adalah objek matematika yang kompleks, yang terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atau pun operasi.

b) Bertumpu pada Kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan. c) Berpola Pikir Deduktif

Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang bersifat deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan kepada hal yang bersifat khusus.

d) Konsisten Dalam Sistemnya

Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberap teorema. Ada sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan lainnya. Sistem-sistem aljabar dengan Sistem-sistem-Sistem-sistem geometri dapat dipandang lepas satu dengan lainnya.

e) Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti

Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol baik yang berupa huruf Latin, Yunani, maupun simbol-simbol khusus liannya.

f) Memperhatikan Semesta Pembicaraan

(46)

2. Karakteristik Matematika Sekolah

Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai “ilmu” dengan matematika sekolah, perbedaan itu dalam hal :

a) Penyajian

Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema maupun definisi, tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.

b) Pola Pikir

Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola pikir deduktif maupun pola pikir induktif. Hal ini harus disesuaikan dengan topik bahasan dan tingkat intelektual siswa. Sebagai kriteria umum, biasanya di SD menggunakan pendekatan induktif lebih dulu karena hal ini lebih memungkinkan siswa menangkap pengertian yang dimaksud. Sementara untuk tingkat SMP dan SMA, pola pikir deduktif sudah semakin ditekankan.

c) Semesta Pembicaraan

Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, maka matematika yang disajikan dalam jenjang pendidikan juga dalam kekomplekan semestanya.

d) Tingkat Keabstrakan

Seperti pada poin sebelumnya, tingkat keabstrakan matematika juga harus menyesuaikan perkembangan intelektual siswa.

6. Hasil Belajar Matematika

(47)

dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu. Hasil Belajar termasuk dalam kelompok atribut kognitif yang ‟respon‟ hasil pengukurannya tergolong pendapat yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah.34 Hasil belajar tersebut akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Matematika sebagai bahan pelajaran yang obyektif berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip yang semuanya adalah abstrak. Matematika merupakan sarana berfikir jelas dan logis, yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Maka dapat dikatakan hasil belajar matematika siswa sebagian besar dinilai oleh guru pada ranah kognitifnya, penilaiannya dilakukan dengan tes hasil belajar matematika.35

Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah tingkat penguasaan siswa yang dicapai oleh pelajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika tersebut sesuai tujuan pendidikan yang ditetapkan.

B. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang kegiatannya meliputi :

1) Guru menerangkan suatu konsep

2) Guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya 3) Guru memberikan soal latihan

4) Siswa menyimak, mengerjakan tugas-tugas serta ulangan atas tes yang diberikan guru.

34

Baso, Intang, S., Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes, httm://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/search.html

35

(48)

Selanjutnya Nasution memberikan ciri-ciri pembelajaran konvensional yaitu :

1) Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok tanpa memperhatikan siswa secara individual

2) Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, tugas tertulis dan media lainnya menurut pertimbangan guru

3) Siswa bersifat pasif karena harus mendengarkan penjelasan guru

4) Dalam kecepatan belajar, siswa harus belajar menurut kecepatan pada umumnya yang ditentukan oleh kecepatan guru mengajar

5) Keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subjektif 6) Hanya sebagian kecil yang menguasai bahan pelajaran secara tuntas 7) Guru terutama berfungsi sebagai sumber informasi atau pengetahuan

Jadi pada pembelajaran konvensional diutamakan hasil bukan proses. Guru mendominasi kegiatan dikelas dan siswa dianggap sebagai penonton. Biasanya pembelajaran dilakukan dengan metode ekspositori. Metode ekspositori memberikan siswa konsep yang telah dipersiapkan secara rapi, matematis dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur , secara garis besar prosedur ini adalah: 36.

1) Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selengkapnya secara sistematis an rapi

2) Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan 3) Presentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau

menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri

4) Resitasi. Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan

36

(49)

kata sendiri (resitasi) tentang pokok-pokok masalah yang telah dipelajari, baik yang telah dipelajari secara lisan atau tulisan.

Demikian juga dalam metode drill, dari waktu ke waktu soal yang diberikan adalah soal-soal dengan tipe yang sama dan tidak bervariasi sehingga soal-soal latihan tahun sebelumnya bisa dipakai dan guru tidak perlu membuat lagi yang baru. Dengan menggunakan metode ini materi ini bisa cepat selesai dan informasi yang diberikan lebih banyak daripada model lainnya, serta guru bisa santai karena tidak usah membuat persiapan-persiapan pembelajaran yang rumit. Oleh karena itu metode ini sering dipakai di sekolah-sekolah sampai saat ini.

Pembelajaran ekspositori adalah termasuk pembelajaran konvensional yang terdiri dari beberapa metode, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab dan metode yang lainnya yang dapat digabungkan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pembelajaran ekspositori juga merupakan pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru dengan sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Roy Killen (1998) mennamkan pembelajaran ekspositori ini dengan istilah pembelajaran langsung. Mengapa demikian? Karena dalam pembelajaran ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi seakan-akan sudah jadi.37

Terdapat beberapa karakteristi pembelajaran ekspositori. Pertama, Pembelajaran ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama, oleh karena itu sering kali orang menyebutnya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ketiga, tujuan utamanya setelah proses pembelajaran

37

(50)

berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali meteri yang telah diuraikan

Seperti yang sudah dikatakan diatas ada juga metode ceramah yang merupakan bagian dari pembelajaran ekspositori yang masih ruang lingkup pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, pengajaran disampaikan secara lisan oleh guru kepada siswa. Pada dasarnya ceramah murni cenderung pada bentuk komunikasi satu arah. Apabila guru menyampaikan informasi kepada siswa maka guru berfungsi sebagai transmitter dan siswa sebagai receiver. Bahasa, baik verbal maupun nonverbal, merupakan satu-satunya media komunikasi.

C. Kajian Teori Tentang Strategi Belajar Aktif dengan Teknik Information Search

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Matematika

Pembelajaran dalam arti luas diartikan “suatu konsep yang bisa

berkembang seirama dengan tuntunan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan teknologi yang melekat pada wujud

perkembangan kualitas sumber daya manusia.”38

Sedangkan pengertian

pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah diartikan “kemampuan dalam

mengelola secara operasional dan efesien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tambah

terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku.”39

Disebutkan pula “pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan

yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang

secara optimal.”40

Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan untuk membantu para

siswa untuk mengoptimalkan belajarnya. “Pembelajaran adalah proses

38

Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h.21-22

39

Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan...., h.22

40

(51)

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.”41 Sedangkan tanda umum telah terjadinya proses pembelajaran didapatnya perubahan tingkah laku siswa yang lebih maju, lebih tinggi, dan lebih baik dari tingkah laku sebelum terjadinya proses pembelajaran. Pengertian

pembelajaran ini menyebutkan bahwa “Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku melalui pembelajaran yaitu perubahan yang lebih maju, lebih tinggi dan lebih baik daripada tingkah

laku yang sedia ada sebelum aktifitas pembelajaran.”42

Secara luas dapat dibedakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh siswa secara individu dan pembelajaran adalah proses yang sengaja dilakukan agar

kegiatan belajar siswa lebih optimal. Menurut Usman, “...proses

pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.”43 Sedangkan matematika sendiri sebenarnya cukup sulit untuk didefinisikan secara konkret, namun menurut sebagian pendapat ada yang mencoba mendefinisikan arti dari matematika. Seperti Johnson dan Rising

yang mengatakan bahwa “matematika adalah pola berpikir, pola

mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa

simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.”44

Dengan demikian pembelajaran matematika merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan guru terhadap siswa untuk membantu siswa dalam belajar matematika ke arah perubahan tingkah laku dan pola pikir yang lebih maju, lebih tinggi, dan lebih baik dari sebelumnya.

41

Pembelajaran, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran 10 April 2008, 23:12.

42

Pengenalan, dalam http://sabri23.tripod.com/tugasan5.htm 10 April 2008, 23:20

43

Ragam Metode Pembelajaran Interaktif, dalam

http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/18/ragam-metode-pembelajaran/ 3 April 2008 23:49.

44

(52)

2. Pengertian Strategi Active Learning Teknik Information Search Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan method, or series of actifities designed to acheaves a particular educational goal J. R David, 1976). Jadi dengan dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.45

Ada dua hal yang perlu kita cermati dari pengertian diatas, pertama strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumberdaya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, Strategi digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan sebagai fasililitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Adapun strategi pembelajaran aktif, Pembelajaran aktif atau Active Learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut.46 Active learning juga sebuah pembelajaran aktif yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan potensi yang dimiliki anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan mendengar dan melihat akan ingat sedikit, dengan mendengar, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan

45

Wina, Sanjaya, Strategi Pembelajaran, “Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 124.

46

Gambar

Tabel 1 Desain Penelitian .........................................................................................
Gambar 3 Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Tes Akhir Kelompok
Gambar 1.  Efektifitas Model Pembelajaran
Tabel 1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

analysis of variance dengan uji F, dan apabila terdapat pengaruh yang nyata maka analisis diteruskan dengan uji lanjut menggunakan uji pembandingan rata-rata Duncan New

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: (1) Jumlah data dan obyek penelitian yang hanya terdiri dari 39 perusahaan untuk masing-masing perusahaan bertipologi

Thus, it can be said that the assessment of transformational leadership by the employees of “ Mirota Kampus ” retail (supermarket) business in addition to having a strong impact

Dalam upaya meningkatkan pengawasannya sebagai alat kontrol, Badan Pengawasan Daerah (BAWASDA) Kabupaten Blitar mempunyai peran di antaranya melaksanakan pemeriksaan kebenaran

Kenagarian Indarung, Kecamatan Lubuk Kilang, Sumatera Barat” ini saya persembahkan pada semua yang telah membantu saya dari proposal, lapangan, hingga

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Seandainya dilihat secara utuh, baik dalam konteks keseluruhan pemikiran Ibnu Taimiyyah maupun dalam konteks di mana kalimat yang dikutip tersebut maka para pembaca yang jujur

bagaimana dan seharusnya gerakan protes kolektif tersebut harus dilakukun sehingga mampu mengwujudkan tujuan dari gerakan tersebut, berangkat dari deskripsi Tarrow atas