• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Dan Kemampuan Perawat Dengan Penerapan Standar Joint Commission International Tentang Keselamatan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat RSUP. H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Dan Kemampuan Perawat Dengan Penerapan Standar Joint Commission International Tentang Keselamatan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat RSUP. H. Adam Malik Medan"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN STANDAR JOINT COMMISSION INTERNATIONAL

TENTANG KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

DAVID SINARTA GINTING 117032122/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

CORRELATION OF NURSES’ KNOWLEDGE AND CAPABILITY WITH THE IMPLEMENTATION OF JOINT COMMISSION INTERNATIONAL

STANDARD ABOUT PATIENTS’ SAFETY IN THE EMERGENCY ROOM OF RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN

THESIS

BY

DAVID SINARTA GINTING 117032122/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN STANDAR JOINT COMMISSION INTERNATIONAL

TENTANG KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) Minat Studi Kesehatan Kerja

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DAVID SINARTA GINTING 117032122/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN STANDAR JOINT

COMMISSION INTERNATIONAL TENTANG

KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Nama Mahasiswa : David Sinarta Ginting Nomor Induk Mahasiswa : 117032122

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui

(Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes) (Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 17 Maret 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes Anggota : 1. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S

(6)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN PERAWAT DENGAN PENERAPAN STANDAR JOINT COMMISSION INTERNATIONAL

TENTANG KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2014

(7)

ABSTRAK

Akreditasi bertujuan meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pusat rujukan dengan tingkat kunjungan pasien yang tinggi harus melakukan pelayanan sesuai standar sebagai upaya penyelamatan pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien. Dilakukan kepada 61 orang perawat yang bekerja di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik menggunakan uji chi squarepada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan perawat di IGD RSUP. H. Adam Malik tentang standar JCI keselamatan pasien pada kategori kurang sebesar 50,8%. Ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien (p=0,001). Kemampuan perawat di IGD RSUP. H. Adam Malik tentang standar JCI keselamatan pasien pada kategori kurang sebesar 52,5%. Ada hubungan yang signifikan antara variabel kemampuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien (p=0,000)

Disarankan kepada RSUP. H. Adam Malik perlu membuat tata cara pelaksanaan prosedur penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien, dengan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan perawat melalui upaya pendidikan dan pelatihan, sehingga perawat yang berinteraksi langsung dengan pasien dapat menerapkan standar keselamatan pasien secara optimal, serta mendukung tercapainya akreditasi rumah sakit. Perawat di IGD RSUP. H. Adam Malik perlu meningkatkan disiplin kerja serta kepatuhan melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan manajemen rumah sakit, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya kesalahan tindakan medis yang dapat berdampak kepada keselamatan pasien.

(8)

ABSTRACT

Accreditation is intended is intended to increase patients’ safety. RSUP H. Adam Malik, Medan, is a center hospital which the very high visit of patients has caused the hospital to provide service of the standard.

The objective of the research was to analyze the correlation of nurses’ knowledge and capability with the implementation of JCI standard about the patients’ safety. The samples consisted of 61 nurses. The data were gathered by using questionnaires and analyzed statistically by using chi square test at α = 5%.

The result of the research showed that nurses’ knowledge was in bad category (50.8%). There was significant correlation between the variable of nurses’ knowledge and the implementation of JCI standard about patients’ safety (p=0.001). Nurses’ capability was in bad category (52.5%). There was significant correlation between

nurses’ capability and the implementation of JCI standard about patients’ safety (p = 0.000).

It is recommended that the management of RSUP H. Adam Malik make a policy about the improvement of JCI standard by improving nurses’ knowledge and capability through education and training, who directly interact with patients, will be able to implement the standard of patients’ safety optimally and will be able to support the achievement of the hospital’s accreditation. The nurses should improve their work discipline and the compliance in carrying out Standard Operational Procedure stipulated by the management of the hospital so that the error in medical acts, which can affect patients’ safety.

Keywords: Nurses, Knowledge, Capability, JCI Standard of Patients’ Safety, Emergency Room

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas bimbingan dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat di selesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof Dr. dr Syahril Pasaribu, D.T.M&H, M.Sc.(CTM), Sp.A.(K), Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

4. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, Ketua Komisi Pembimbing dan Dra. Lina Tarigan, Apt, M.Kes, Anggota Komisi Pembimbing.

(10)

6. Para dosen dan seluruh staf Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja FKM USU.

7. dr. Lukmanul Hakim Sp.KK, Direktur Utama RSUP. H. Adam Malik dan Prof. Dr. Askaroellah Aboet, Sp.THT-KL(K), Ketua Tim Unit Medical Check-Up Terpadu RSUP. H. Adam Malik.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Kesehatan Kerja

Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Tani Ginting dan Ibunda Ngendep Pinem yang telah membesarkan serta memberikan cinta, kasih sayang serta pendidikan. Teristimewa kepada istriku tercinta Lirtanari Pinem dan anak-anakku tersayang Serevina Rikel Carroland Ginting dan Joshua Davee Sinarta Ginting yang selalu memberi doa, kasih sayang dan motivasi kepada penulis serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian dan pendidikan S2 ini.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Maret 2014 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

David Sinarta Ginting lahir di Tiga Binanga tanggal 11 Oktober 1973 dari pasangan bapak Tani Ginting dan ibu Ngendep Pinem. Penulis anak kedua dari tiga orang bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SDN 030437 Kuta Buluh Kab. Dairi selesai tahun 1986, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Medan selesai tahun 1986, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Kristen Immanuel Medan selesai tahun 1992 kemudian melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi pada Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Medan selesai tahun 2002, pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai saat ini.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ………… i

ABSTRACT ... ………… ii

KATA PENGANTAR ... ………… iii

RIWAYAT HIDUP ... ………… v

DAFTAR ISI ... ………… vi

DAFTAR TABEL ... ………… vii

DAFTAR GAMBAR ... ………… viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ………… xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Hipotesis ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Rumah Sakit ... 11

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit ... 11

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 11

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit ... 12

2.2 Instalasi Gawat Darurat ... 14

2.2.1 Pengertian Instalasi Gawat Darurat ... 14

2.2.2 Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ... 14

2.2.3 Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ... 17

2.3 Perawat ... 18

2.4 Akreditasi Rumah Sakit ... 19

2.3.1 Pengertian Akreditasi Rumah Sakit ... 19

2.3.2 Akreditasi Nasional Rumah Sakit ... 20

2.3.3 Akreditasi Internasional oleh Joint Commission International (JCI) ... 22

2.6 Pengetahuan ... 28

2.7 Kemampuan ... 32

2.8 Landasan Teori ... 33

(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 35

3.2.2 Waktu Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.4.1 Data Primer ... 36

3.4.2 Data Sekunder ... 36

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

3.5.1 Definisi Operasional Variabel Independen ... 37

3.5.2 Definisi Operasional Variabel Dependen ... 38

3.6 Metode Pengukuran ... 39

3.7 Teknik Analisis Data ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... ………. 42

4.1 Gambaran Umum RSUP H. Adam Malik ... ………. 42

4.1.1 Visi dan Misi RSUP H. Adam Malik ... ………. 42

4.2 Instalasi Gawat Darurat RSUP H. Adam Malik ... ………. 43

4.3 Analisis Univariat ... ………. 44

4.3.1 Karakteristik Responden ... ………. 44

4.3.2 Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan Pasien dalam Standar JCI ... ………. 45

4.3.3 Kemampuan dalam Keselamatan Pasien dalam Standar JCI... 53

4.3.4 Penerapan Standar JCI tentang Keselamatan Pasien …….. 60

4.4 Analisis Bivariat ... ………. 64

BAB 5. PEMBAHASAN ... ………. 67

5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan Standar JCI tentang Keselamatan Pasien di IGD RSUP H. Adam Mali ... ………. 67

5.2 Hubungan Kemampuan dengan Penerapan Standar JCI tentang Keselamatan Pasien di IGD RSUP H. Adam Malik ... ………. 71

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... ………. 82

6.1 Kesimpulan ... ………. 82

6.2 Saran ... ………. 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Key Performance Indicators Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit. 17 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen Penelitian... 39 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Dependen Penelitian... 40 4.1 Distribusi Reponden Menurut Umur di RSUP H. Adam Malik

tahun 2013 ... 44 4.2 Distribusi Reponden Menurut Pendidikan di RSUP H. Adam

Malik tahun 2013 ... 45 4.3 Distribusi Reponden Menurut Lama Kerja di RSUP H. Adam

Malik tahun 2013 ... 45 4.4 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Ketepatan

Identifikasi Pasien dalam Standar JCI di IGD RSUP H. Adam

Malik tahun 2013 ... 46 4.5 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Peningkatan

Komunikasi Efektif dalam Standar JCI di IGD RSUP H. Adam

Malik tahun 2013 ... 47 4.6 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Peningkatan

Keamanan Obat yang perlu diwaspadai dalam Standar JCI di IGD

RSUP H. Adam Malik tahun 2013 ... 48 4.7 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Kepastian

Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi dalam Standar

JCI di IGD RSUP H. Adam Malik tahun 2013 ... 49 4.8 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Pengurangan

Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan dalam Standar JCI di

IGD RSUP H. Adam Malik tahun 2013 ... 50 4.9 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Pengurangan

Risiko Pasien Jatuh dalam Standar JCI di IGD RSUP H. Adam

(15)

4.10 Distribusi Responden Menurut Kategori Pengetahuan tentang Keselamatan Pasien dalam Standar JCI di IGD RSUP H. Adam

Malik tahun 2013 ... 53 4.11 Distribusi Responden Menurut Kemampuan tentang Ketepatan

Identifikasi Pasien dalam Standar JCI di IGD RSUP H. Adam

Malik tahun 2013 ... 54

4.12 Distribusi Responden Menurut Kemampuan tentang Peningkatan Komunikasi Efektif dalam Standar JCI di IGD RSUP H. Adam

Malik tahun 2013 ... 55 4.13 Distribusi Responden Menurut Kemampuan tentang Peningkatan

Keamanan Obat yang perlu diwaspadai dalam Standar JCI di IGD

RSUP H. Adam Malik tahun 2013 ... 56 4.14 Distribusi Responden Menurut Kemampuan tentang Kepastian

Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi dalam Standar

JCI di IGD RSUP H. Adam Malik tahun 2013 ... 57 4.15 Distribusi Responden Menurut Kemampuan tentang Pengurangan

Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan dalam Standar JCI di

IGD RSUP H. Adam Malik tahun 2013 ... 58 4.16 Distribusi Responden Menurut Kemampuan tentang Pengurangan

Risiko Pasien Jatuh dalam Standar JCI di IGD RSUP H. Adam

Malik tahun 2013 ... 59

4.17 Distribusi Responden Menurut Kategori Kemampuan tentang Keselamatan Pasien dalam Standar JCI di IGD RSUP H. Adam

Malik tahun 2013 ... 60

4.18 Distribusi Responden Menurut Penerapan Keselamatan Pasien

menurut Standar JCI di IGD RSUP H. Adam Malik tahun 2013 ... 61

4.19 Hasil Observasi Penerapan Keselamatan Pasien menurut Standar

(16)

4.20 Distribusi Responden Menurut Kategori Penerapan Keselamatan Pasien menurut Standar JCI di IGD RSUP H. Adam Malik tahun

2013 ... 64 4.21 Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan Standar JCI tentang

Keselamatan pasien di IGD RSUP H. Adam Malik tahun 2013 ... 65

4.22 Hubungan Kemampuan dengan Penerapan Standar JCI tentang

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 89

2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 96

3 Hasil Analisis Univariat ... 100

4 Hasil Analisis Bivariat ... 116

5 Master Data Penelitian ... 118

6 Surat Izin penelitian dari FKM USU ... 121

7 Surat Izin penelitian dari RSUP H. Adam Malik ... 122

(19)

ABSTRAK

Akreditasi bertujuan meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pusat rujukan dengan tingkat kunjungan pasien yang tinggi harus melakukan pelayanan sesuai standar sebagai upaya penyelamatan pasien.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien. Dilakukan kepada 61 orang perawat yang bekerja di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik menggunakan uji chi squarepada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan perawat di IGD RSUP. H. Adam Malik tentang standar JCI keselamatan pasien pada kategori kurang sebesar 50,8%. Ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien (p=0,001). Kemampuan perawat di IGD RSUP. H. Adam Malik tentang standar JCI keselamatan pasien pada kategori kurang sebesar 52,5%. Ada hubungan yang signifikan antara variabel kemampuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien (p=0,000)

Disarankan kepada RSUP. H. Adam Malik perlu membuat tata cara pelaksanaan prosedur penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien, dengan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan perawat melalui upaya pendidikan dan pelatihan, sehingga perawat yang berinteraksi langsung dengan pasien dapat menerapkan standar keselamatan pasien secara optimal, serta mendukung tercapainya akreditasi rumah sakit. Perawat di IGD RSUP. H. Adam Malik perlu meningkatkan disiplin kerja serta kepatuhan melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan manajemen rumah sakit, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya kesalahan tindakan medis yang dapat berdampak kepada keselamatan pasien.

(20)

ABSTRACT

Accreditation is intended is intended to increase patients’ safety. RSUP H. Adam Malik, Medan, is a center hospital which the very high visit of patients has caused the hospital to provide service of the standard.

The objective of the research was to analyze the correlation of nurses’ knowledge and capability with the implementation of JCI standard about the patients’ safety. The samples consisted of 61 nurses. The data were gathered by using questionnaires and analyzed statistically by using chi square test at α = 5%.

The result of the research showed that nurses’ knowledge was in bad category (50.8%). There was significant correlation between the variable of nurses’ knowledge and the implementation of JCI standard about patients’ safety (p=0.001). Nurses’ capability was in bad category (52.5%). There was significant correlation between

nurses’ capability and the implementation of JCI standard about patients’ safety (p = 0.000).

It is recommended that the management of RSUP H. Adam Malik make a policy about the improvement of JCI standard by improving nurses’ knowledge and capability through education and training, who directly interact with patients, will be able to implement the standard of patients’ safety optimally and will be able to support the achievement of the hospital’s accreditation. The nurses should improve their work discipline and the compliance in carrying out Standard Operational Procedure stipulated by the management of the hospital so that the error in medical acts, which can affect patients’ safety.

Keywords: Nurses, Knowledge, Capability, JCI Standard of Patients’ Safety, Emergency Room

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut, beberapa dekade terkahir ini munculah istilah akreditasi untuk menilai kualitas suatu organisasi termasuk rumah sakit. Secara umum akreditasi berarti pengakuan oleh suatu jawatan tentang adanya wewenang seseorang untuk melaksanakan atau menjalankan tugasnya.

Menurut Kemenkes RI (2011) m

Undang-Undang No 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, disebutkan bahwa akreditasi bertujuan meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi. Beberapa ketentuan yang diatur dalam

eskipun akreditasi rumah sakit telah

berlangsung sejak tahun 1995, namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi serta makin kritisnya masyarakat Indonesia dalam menilai mutu pelayanan

kesehatan, maka dianggap perlu dilakukannya perubahan yang bermakna terhadap mutu

rumah sakit di Indonesia. Perubahan tersebut tentunya harus diikuti dengan pembaharuan

standar akreditasi rumah sakit yang lebih berkualitas dan menuju standar Internasional.

Dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan memilih dan menetapkan sistem akreditasi yang mengacu pada Joint Commission

(22)

UU tentang akreditasi rumah sakit adalah : (1) dalam upaya meningkatkan daya

saing, rumah sakit dapat mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan, (2) rumah sakit yang akan mengikuti akreditasi internasional harus sudah

mendapatkan status akreditasi nasional, (3) akreditasi internasional hanya dapat dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang sudah terakreditasi oleh International Society for Quality in Health Care (ISQua).

Proses akreditasi dilakukan oleh lembaga independen yang memiliki kewenangan untuk memberikan penilaian tentang kualitas pelayanan di institusi pelayanan kesehatan. Salah satu lembaga akreditasi internasional rumah sakit yang telah diakui oleh dunia adalah Joint Commission Internasional (JCI). JCI merupakan salah satu divisi dari Joint Commission International Resurces. JCI telah bekerja dengan organisasi perawatan kesehatan, departemen kesehatan, dan organisasi global di lebih dari 80 negara sejak tahun 1994. JCI merupakan lembaga non pemerintah dan tidak terfokus pada keuntungan. Fokus dari JCI adalah meningkatkan keselamatan perawatan pasien melalui penyediaan jasa akreditasi dan sertifikasi serta melalui layanan konsultasi dan pendidikan yang bertujuan membantu organisasi menerapkan solusi praktis dan berkelanjutan.

(23)

internasional tertinggi untuk badan akreditasi. Melalui akreditasi JCI dan sertifikasi maka, organisasi kesehatan memiliki akses ke berbagai sumber daya dan layanan yang menghubungkan mereka dengan komunitas internasional.

Sejak tahun 2012, akreditasi RS mulai beralih dan berorientasi pada para-digma baru dimana penilaian akreditasi didasarkan pada pelayanan berfokus pada pasien. Keselamatan pasien menjadi indikator standar utama penilaian akreditasi baru yang dikenal dengan Akreditasi RS versi 2012 ini. Dalam standar Akreditasi RS versi 2012 mencakup standar pelayanan berfokus pada pasien, standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dan standar program MDGs (Dirjen Bina Upaya Kesehatan, 2012).

Sejalan dengan visi KARS untuk menjadi badan akreditasi berstandar internasional,

serta untuk memenuhi tuntutan Undang Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

yang mewajibkan seluruh rumah sakit di Indonesia untuk meningkatkan mutu pelayanannya

melalui akreditasi. Standar akreditasi baru tersebut terdiri dari 4 kelompok sebagai berikut :

(1)

Keselamatan pasien di dalam undang-undang rumah sakit tahun 2009 tentang asas dan tujuan pada Pasal 2 menyatakan bahwa rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai fungsi sosial.

(24)

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu. Dalam lingkup nasional, sejak bulan Agustus 2005, Menteri Kesehatan RI telah mencanangkan Gerakan Nasional Keselamatan Pasien (GNKP) Rumah Sakit, selanjutnya Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Depkes RI telah pula menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KP RS) yang dimasukkan ke dalam instrumen akreditasi RS di Indonesia. Fokus tentang keselamatan pasien ini didorong oleh masih tingginya angka Kejadian Tak Diinginkan (KTD) atau Adverse Event (AE) di RS secara global maupun nasional. KTD yang terjadi di berbagai negara diperkirakan sekitar 4.0-16.6 % (Raleigh et al, 2008), dan hampir 50 % di antaranya diperkirakan adalah kejadian yang dapat dicegah. Akibat KTD ini diindikasikan menghabiskan biaya yang sangat mahal baik bagi pasien maupun sistem layanan kesehatan (Flin, 2007). Data KTD di Indonesia sendiri masih sulit diperoleh secara lengkap dan akurat, tetapi diperkirakan kasusnya cukup banyak (KKP-RS, 2006).

(25)

panduan yang sangat bermanfaat membantu rumah sakit, memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.

Cerminan pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari kualitas pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Jika pelayanan IGD pada suatu rumah sakit sudah baik, maka dapat dikatakan pelayanan rumah sakit secara umum juga sudah baik. Oleh sebab keberhasilan pelayanan pada suatu rumah sakit sangat ditentukan dari kualitas pelayanan di IGD.

Pasien dengan jenis penyakit dan kondisi yang beragam menunjukkan begitu kompleksnya pelayanan di IGD, oleh karena itu petugas kesehatan di IGD harus mampu memberikan pelayanan dengan cepat, tepat serta cermat dan profesional dengan hasil pelayanan yang bermutu. Hal ini sesuai dengan dimensi mutu pelayanan yang utama adalah daya tanggap yang menunjukkan kemampuan petugas kesehatan menolong pasien dan kesiapannya melayani sesuai prosedur dan bisa memenuhi harapan pasien.

(26)

kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Dalam pelayanan kesehatan tersebut juga harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan medis dan non medis yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan dan juga harus memenuhi standar mutu, keamanan dan keselamatan. Dengan demikian upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit hendaknya dimulai dari peningkatan kualitas pelayanan di IGD.

IGD merupakan unit pelayanan yang sangat rentan dengan keselamatan pasien. Karena IGD rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan (Depkes RI, 2006)

(27)

pemenuhan dokumen, SOP atau protap, SK Direktur, melengkapi sarana dan prasarana, melakukan program pelatihan, melakukan monev serta perbaikan yang diperlukan. Pelaksanaan pelayanan gawat darurat selama ini dilaksanakan hanya kegiatan rutinitas saja tidak ada suatu target untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pasien. Tidak ada evaluasi yang dilakukan sehingga petugas tidak mengetahui apakah pelayanan yang diberikan telah memenuhi kebutuhan pasien atau belum, dan juga tidak mengetahui apakah pelayanan yang diberikan telah memenuhi standar akreditasi atau belum.

Pelayanan gawat darurat yang beroriantasi kepada keselamatan pasien terkait dengan pelayanan yang diberikan harus memenuhi mutu pelayanan yang baik. Oleh karena itu diperlukan IGD yang memenuhi standar pelayanan, yang diakui oleh publik pelayanan kesehatan, dan yang mampu meningkatkan mutu pelayanan. Apabila pelayanan telah dilakukan dengan baik sesuai dengan standar maka hal tersebut dapat menimbulkan efek positif berupa mengurangi tingkat kesalahan, mempercepat pelayanan terhadap pasien, mengurangi angka kesakitan dan kematian, meningkatnya jumlah kunjungan pasien, meningkatnya pendapatan rumah sakit, meningkatnya kesejahteraan karyawan, biaya pengobatan lebih murah, administrasi atau pelaporan akan terkelola dengan baik, dan banyak hal-hal positif lainnya yang dapat diambil termasuk mutu pelayanan.

(28)

sangat strategis karena memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dengan problem medis akut, sehingga perlu dikembangkan. IGD perlu diperhatikan oleh karena kegiatannya memerlukan pengelolaan yang khusus terkait dengan sifat kegawatdaruratannya, memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang tinggi dan kontrol diri yang baik, kecepatan dan ketepatan bertindak, kemampuan menenangkan pengunjung dengan kondisi emosi yang labil, yang keseluruhannya akan menentukan mutu pelayanan rumah sakit.

RSUP. H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pusat rujukan, sehingga tingkat kunjungan pasien cukup tinggi dengan jenis penyakit yang beragam. Tingginya tingkat kunjungan pasien mengharuskan IGD RSUP. H. Adam Malik melakukan pelayanan sesuai dengan standar sebagai upaya penyelamatan pasien.

Menurut Wijaya (2010) pasien yang masuk ke IGD dapat diklasifikasikan : (1) Gawat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat, (2) Darurat adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan dan (3) Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan ABC (Airway/jalan nafas, Breathing/pernafasan, Circulation/sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal atau cacat.

(29)

standar yang paling relevan digunakan dalam mengkaji keselamatan pasien yang terkait dengan mutu pelayanan di IGD adalah sasaran keselamatan pasien rumah sakit meliputi indikator : (1) ketepatan identifikasi pasien, (2) peningkatan komunikasi yang efektif, (3) peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, (4) kepastian tepat lokasi tepat prosedur, tepat pasien operasi, (5) pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan (6) pengurangan risiko pasien jatuh.

Penerapan standar JCI di RSUP. H. Adam Malik Medan yang terkait dengan aspek keselamatan pasien sampai saat ini sedang dalam proses dan dilakukan penyempurnaan secara manajemen, sumber daya manusia maupun fasilitas. Proses penerapan standar JCI di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan belum optimal, hal ini ditandai dengan belum terlaksananya sesuai standar tentang sasaran keselamatan pasien.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa perlu melakukan kajian tentang hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.2 Permasalahan

(30)

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.4 Hipotesis

Pengetahuan dan kemampuan perawat berhubungan dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari kata bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna menjamu para tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah suatu lembaga yang bersifat kedermawanan (charitable), untuk merawat pengungsi atau memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang mampu atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para pemuda (Kemenkes RI. 2012).

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah sakit juga merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI. 2009).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

(32)

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Permenkes RI No 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit dibedakan berdasarkan : pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana dan administrasi dan manajemen. Adapun klasifikasi rumah sakit umum adalah :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

(33)

(tiga belas) subspesialis yaitu: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, onthopedi dan gigi mulut.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi, 4 (empat) spesialis penunjang medik yaitu :pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik. Sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) pelayanan spesialis lain yaitu : mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik: mata, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, urologi dan kedokteran forensik. Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi :Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

(34)

d. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.

2.2 Instalasi Gawat Darurat

2.2.1 Pengertian Instalasi Gawat Darurat

Pengertian Intalasi Gawat Daurat (IGD) rumah sakit adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 untuk mengatur standarisasi pelayanan gawat darurat di rumah sakit. Guna meningkatkan kualitas IGD di Indonesia perlu komitmen Pemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah Pusat dengan ikut memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa dalam penanganan kegawatdaruratan dan life

saving tidak ditarik uang muka dan penanganan gawat darurat harus dilakukan 5 (lima) menit setelah pasien sampai di IGD.

2.2.2 Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

(35)

adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (respons time) (Depkes RI. 2006)

Prosedur pelayanan di suatu rumah sakit, pasien yang akan berobat akan diterima oleh petugas kesehatan setempat baik yang berobat di rawat inap, rawat jalan (poliklinik) maupun di IGD untuk yang penyakit darurat/emergency dalam suatu prosedur pelayanan rumah sakit. Prosedur ini merupakan kunci awal pelayanan petugas kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau tidaknya, dilihat dari sikap yang ramah, sopan, tertib, dan penuh tanggung jawab (Depkes RI, 2006).

(36)

terarah agar mutu pelayanan kesehatan tidak menurun, sebaliknya meningkat dengan pesat. Oleh karenanya Depkes perlu membuat standar yang baku dalam pelayanan gawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam mengembangkan pelayanan gawat darurat khususnya di Instalasi Gawat Darurat RS.

Prinsip umum pelayanan IGD di rumah sakit adalah : Depkes RI (2010) 1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki

kemampuan : melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat dan melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving).

2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.

3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakit diseragamkan menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD).

4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus gawat darurat.

5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah sampai di IGD.

6. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi struktur organisasi fungsional (unsur pimpinan dan unsur pelaksana) 7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat

(37)

2.2.3 Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

Kemampuan suatu rumah sakit secara keseluruhan dalam hal mutu dan kesiapan untuk melayani pasien tercermin dari kemampuan IGD. Standarisasi IGD untuk mencapai mutu pelayanan saat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam akreditasi suatu rumah sakit.

[image:37.612.132.528.418.653.2]

Penilaian mutu pelayanan IGD rumah sakit mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit menggunakan Indikator Kinerja Kunci atau Key Performance Indicators (KPI). Dalam SPM rumah sakit untuk unit pelayanan IGD rumah sakit memiliki beberapa indikator sebagai berikut.

Tabel 2.1 Key Performance Indicators Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jenis

pelayanan Indikator Standar

Gawat Darurat

Kemampuan menangani life saving 100% Jam buka pelayanan gawat darurat 24 jam Pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang

bersertifikat yang masih berlaku ATLS/BTLS/ACLS/PPGD

100 %

Kesediaan tim penanggulangan bencana Satu tim

Waktu tanggap pelayanan gawat darurat ≤ 5 menit setelah pasien datang

Kepuasan pelanggan ≥ 70 %

Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka

100 % Kematian pasien ≤ 24 jam ≤ dua per seribu

(38)

IGD sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu tanggap (response time). Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes RI, 2009).

2.4 Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit. Menurut UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, mendefinisikan perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

(39)

standar asuhan keperawatan yang telah dtetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Pelayanan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan di sini adalah bagaimana perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai manusia (Hidayat, 2004).

2.5 Akreditasi Rumah Sakit

2.5.1 Pengertian Akreditasi Rumah Sakit

(40)

karena merupakan alat pengukuran dan evaluasi kualitas pelayanan dan manajemen rumah sakit yang efektif. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akreditasi internasional rumah sakit adalah proses penilaian organisasi kesehatan oleh lembaga akreditasi internasional berdasar standar dan kriteria yang ditetapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan perawatan kesehatan.

2.5.2 Akreditasi Nasional Rumah Sakit

Pada Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, disebutkan bahwa pengertian akreditasi adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara berkesinambungan.

(41)

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah memberikan dukungan sepenuhnya terhadap rumah sakit untuk mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan sehingga mendapat akreditasi internasional. Dengan demikian diharapkan setiap organisasi rumah sakit mampu mengembangkan potensi dan kualitas pelayanan kesehatan dengan semaksimal mungkin.

Kementerian Kesehatan berupaya untuk menjaga mutu layanan melalui kegiatan akreditasi rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Dasar hukum pelaksanaan akreditasi rumah sakit adalah UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Dari Undang-Undang tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu/kualitas diintegrasikan dan dibudayakan kedalam sistem pelayanan di Rumah Sakit.

(42)

rumah sakit juga semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan berbagai kritikan tentang ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit berbagai upaya termasuk melalui jalur hukum. Oleh karena itu upaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu layanan rumah sakit baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik internal maupun eksternal rumah sakit perlu dilaksanakan.

2.5.3 Akreditasi Internasional oleh Joint Commission International (JCI)

Joint Commission International (JCI) merupakan lembaga akreditasi internasional yang berwenang melakukan akreditasi. Kementerian Kesehatan menetapkan JCI sebagai lembaga atau badan yang dapat melakukan akreditasi rumah sakit bertaraf Internasional yang ditetapkan dalam Keputusan Menkes No. 1195/MENKES/SK/VIII/2010.

JCI didirikan tahun 1998 sebagai perpanjangan tangan untuk kawasan internasional dari The Joint Commission (United States). JCI bermarkas di Amerika Serikat. JCI telah bekerja sama dengan 80 menteri kesehatan di seluruh dunia. Fokusnya ialah peningkatan pengawasan terhadap keamanan pasien dengan cara memberikan sertifikasi akreditasi dan pendidikan untuk mengimplementasikan solusi berkelanjutan berbagai organisasi pelayanan kesehatan. Organisasi pelayanan kesehatan itu meliputi rumah sakit, klinik, laboratorium klinik dan sebagainya

(43)

yang berfokus pada pasien, (2) kelompok standar manajemen rumah sakit, (3) kelompok keselamatan pasien dan (4) sasaran MDGs.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dalam langkah dan strategi pelaksanaan keselamatan pasien (Depkes RI. 2010), salah satunya adalah mengikuti Akreditasi Rumah Sakit. Selanjutnya dalam Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Depkes RI. 2007) disebutkan rumah sakit mutlak memerlukan sistem tanggap darurat sebagai bagian dari manajemen K3RS. Mengacu kepada kedua landasan hukum tersebut, maka konsep kajian tentang keselamatan pasien yang dilakukan pada penelitian ini mengacu kepada aspek kesehatan dan keselamatan kerja yang terkait dengan standar akreditasi yang dikeluarkan oleh Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 4th Edition (2011) serta serta dihubungkan dengan mutu pelayanan adalah aspek pelayanan di IGD rumah sakit, yaitu sasaran keselamatan pasien rumah sakit dengan indikator sebagai berikut.

a. Ketepatan Identifikasi Pasien

(44)

yang dapat dipercaya (reliable) mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut (Depkes RI. 2011).

(45)

b. Peningkatan Komunikasi yang Efektif

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera (Depkes RI. 2011).

c. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai

Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau memasukkan ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi; penerima membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang adalah akurat. Kebijakan atau prosedur mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan kembali (read back) tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan dalam situasi gawat darurat/emergensi di IGD atau ICU (Depkes RI. 2011).

(46)

datanya sendiri. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana yang membutuhkan elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau kamar operasi, serta menetapkan cara pemberian label yang jelas serta bagaimana penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja atau kurang hati-hati (Depkes RI. 2011).

d. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi

Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang mengkhawatirkan dan biasa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu juga asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.

(47)

e. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam kebanyakan tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).

Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku secara internasional bisa diperoleh dari WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US CDC) berbagai organisasi nasional dan intemasional.

Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman itu di rumah sakit.

f. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

(48)

sengaja terhadap langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan yang tidak benar dari alat penghalang aau pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan cedera, sirkulasi yang terganggu, atau integrasi kulit yang menurun. Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit (Depkes RI. 2011).

2.6 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, namun bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah akan mutlak berpengetahuan rendah pula, sebab pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan formal saja melainkan dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Menurut Andersen dan Krathwohl dalam Notoatmodjo (2003), dimensi pengetahuan terdiri dari empat jenis pengetahuan, yaitu: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedur, dan pengetahuan metakognitif.

a. Pengetahuan Faktual

(49)

disajikan, mereka memerlukan sedikit atau tidak ada perubahan dari elemen atau penerapan yang digunakan pada elemen lainnya.

b. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual meliputi skema-skema, model-model, mental dan teori-teori eksplisit dan implisit dalam model-model psikologis kognitif yang berbeda, skema-skema, model-model dan teori-teori ini menunjukkan pengetahuan yang seseorang miliki.

c. Pengetahuan Prosedur

Pengetahuan prosedur meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal dan non verbal tertentu (contohnya: kata-kata, angka-angka, tanda-tanda, dan gambar-gambar) setiap pokok bahasan berisi sejumlah besar nama-nama dan simbol, baik verbal maupun non verbal, yang memiliki rujukan tertentu, mereka berada pada bahasan disiplin dasar jalan pintas yang digunakan para ahli untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui.

d. Pengetahuan Metakognitif

(50)

dapat terpisah, elemen terpisah berlawanan dengan elemen-elemen yang hanya dapat diketahui dalam konteks yang lebih jelas.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu:

1) Tahu

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi serta menyatakan.

2) Memahami

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan di mana dapat menginterprestasikan secara benar.

3) Aplikasi

(51)

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru atau dengan kata lain merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.7 Kemampuan

(52)

Individu dalam sebagian besar masyarakat menempatka alasan yang tepat, pada menjadi pemimpin dalam suatu kelompok. (2) kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang dibutuhkan dalam ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi sembilan kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari tugas-tugas fisik. Setiap individu memiliki kemampuan dasar tersebut berbeda-beda.

Mampu berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu; dapat; berada; kaya; mempunyai harta berlebih. Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan (KBBI, 2012). Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang (Wikipedia, 2011). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kapasitas kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam melakukan sesuatu hal atau beragam tugas dalam suatu pekerjaan tertentu.

(53)

2.8 Landasan Teori

Kajian tentang keselamatan pasien di rumah sakit yang terkait dengan standar akreditasi yang dikeluarkan oleh Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 4th Edition (2011) secara spesifik proses akreditasi dirancang untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di rumah sakit, sehingga

senantiasa berusaha meningkatkan mutu dan keamanan pelayanannya. Implementasi dari

budaya keselamatan tersebut ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya

Menurut Tjptono (2002) faktor pengetahuan dan kemampuan petugas menentukan pelaksanaan kegiatan. Faktor-faktor tersebut juga menjadi aspek yang berhubungan dengan penerapan standar JCI terhadap keselamatan pasien di RSUP. H. Adam Malik.

(54)
[image:54.612.129.571.120.505.2]

2.9 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Penerapan Standar JCI tentang Keselamatan Pasien Perawat

1. Pengetahuan

a. Ketepatan Identifikasi Pasien

b. Peningkatan Komunikasi yang Efektif c. Peningkatan Keamanan Obat yang

perlu Diwaspadai

d. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi e. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait

Pelayanan Kesehatan

f. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh 2. Kemampuan

a. Ketepatan Identifikasi Pasien

b. Peningkatan Komunikasi yang Efektif c. Peningkatan Keamanan Obat yang

perlu Diwaspadai

d. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi e. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait

Pelayanan Kesehatan

f. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan observasi dan wawancara menganalisis hubungan pengetahuan dan kemampuan perawat dengan penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien di RSUP. H. Adam Malik Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Gawat Darurat RSUP. H. Adam Malik, dengan pertimbangan bahwa pelayanan di IGD sangat rentan dengan terjadinya kasus yang terkait dengan keselamatan pasien.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari pengumpulan data pada Nopember 2013 sampai seminar hasil penelitian direncanakan sampai Pebruari 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

(56)

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) didukung wawancara pada saat responden melakukan penanganan pasien di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan. Teknik observasi dan wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi sebenarnya yang dilakukan sebagai penerapan standar JCI.

3.4.2 Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder berupa data umum tentang RSUP. H. Adam Malik Medan, data tentang perawat kesehatan, sarana, fasilitas, peralatan prosedur kerja dan program keselamatan pasien di IGD serta data lainnya yang berguna untuk mendukung pembahasan data primer.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba pada 30 orang perawat IGD di RSU Dr Pirngadi Medan karena mempunyai kesamaan karakteristik, dengan perawat di IGD RSUP. H. Adam Malik Medan,.

(57)

pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila nilai corrected item total > nilai r tabel (0,361).

Untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang, maka dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang telah dipersiapkan dengan formula cronbach alpha. Item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai cronbachalpha > 0,6 (Arikunto, 2006).

Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan kepada perawat IGD RSU dr. Pirngadi Medan menunjukkan seluruh item pernyataan dan pernyataan tentang pengetahuan, kemampuan serta penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien valid dan reliabel (Lampiran-2).

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Keselamatan pasien yang dilakukan pada penelitian ini mengacu kepada aspek kesehatan dan keselamatan kerja yang terkait dengan standar akreditasi yang dikeluarkan oleh Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 4th Edition (2011), faktor yang berhubungan dengan penerapan standar JCI serta dihubungkan dengan aspek pelayanan di IGD rumah sakit.

3.5.1 Definisi Operasional Variabel Independen

(58)

International (JCI) di IGD yang berkaitan dengan keselamatan pasien di rumah sakit.

b. Kemampuan perawat adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan dalam diri perawat IGD RSUP. H. Adam Malik dalam mengiplementasikan standar Joint Commission International (JCI) di IGD secara tepat dan benar yang berkaitan dengan keselamatan pasien di rumah sakit.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel Dependen

Penerapan standar JCI tentang keselamatan pasien rumah sakit adalah upaya yang dilakukan IGD RSUP. H. Adam Malik Medan untuk menjamin setiap pasien selamat selama dirawat di rumah sakit, upaya keselamatan pasien tersebut meliputi :

a. Ketepatan identifikasi pasien adalah proses yang dilakukan perawat IGD RSUP. H. Adam Malik Medan dalam mengkonfirmasi nama dan tanggal lahir pasien dan dicocokkan dengan data yang ada di gelang identifikasi atau rekam medis pasien b. Peningkatan komunikasi yang efektif adalah tata cara pemberian informasi antar

profesi dalam rangka pemberian pelayanan kepada pasien rumah sakit yang dilakukan perawat IGD RSUP. H. Adam Malik Medan.

(59)

d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi adalah pemberian tanda pada lokasi yang akan di operasi untuk menghindari kesalahan lokasi tindakan operasi serta melakukan verifikasi sebelum, saat serta setelah dilakukan operasi didampingi oleh perawat IGD RSUP. H. Adam Malik Medan.

e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan adalah upaya mencegah terjadinya infeksi nosokomial selama pasien dirawat di rumah sakit melalui cuci tangan sesuai prosedur yang ditetapkan rumah sakit yang dilakukan perawat IGD RSUP. H. Adam Malik Medan

f. Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pedoman penatalaksanaan pasien untuk menghindari pasien jatuh selama di rawat di rumah sakit yang dilakukan perawat IGD RSUP. H. Adam Malik Medan.

3.6 Metode Pengukuran

[image:59.612.114.533.541.661.2]

Pengukuran variabel penelitian menggunakan skala ordinal disesuaikan dengan jenis masing-masing variabel penelitian.

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen

Variabel Pertanyaa

n Skor Pilihan Jawaban Kategori

Skala Ukur a. Pengetahuan 46 Benar = 2

Salah = 1

Baik (70-92)

Kurang (46-69) Ordinal b.Kemampuan 24 Mampu = 2

Tidak mampu= 1

Baik (37-48)

(60)
[image:60.612.117.532.136.368.2]

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Dependen

Variabel Pertanyaa

n

Skor Pilihan Jawaban

Kategori Skala Ukur Penerapan Standar JCI

a. Ketepatan Identifikasi Pasien b. Peningkatan Komunikasi

yang Efektif

c. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu Diwaspadai d. Kepastian Tepat Lokasi,

Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi

e. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan f. Pengurangan Risiko Pasien

Jatuh

1 1

Ya = 2 Tidak = 1

Baik (10-12) Kurang (6-9) Ordinal 1 1 1 1

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan meliputi tahapan :

a. Analisis univariat yaitu analisis untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variabel, dimana hasil penelitian dilakukan interpretasi data dari item pertanyaan dengan cara menghitung jawaban menggunakan komputer. Setiap item yang dijawab diberi nilai sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

(61)

∑ (fo – fe) X

2 2

fe =

Di mana: X2

Fe = Frekuensi yang diharapkan = Nilai chi-kuadrat

(62)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSUP. H. Adam Malik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Di Indonesia terdapat 6 unit rumah sakit umum pusat yaitu : RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta RSUP. Dr. Kariadi Semarang, RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung, RSUP. Fatmawati Jakarta, RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan RSUP. H. Adam Malik Medan.

merupakan rumah sakit yang dikelola pemerintah pusat dengan kelas atau tipe A, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis.

RSUP. H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

4.1.1 Visi dan Misi RSUP. H. Adam Malik

RSUP. H. Adam Malik mempunyai visi pelayanan adalah : menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015. Untuk mencapai visi tersebut diupayakan melalui misi :

(63)

c. Melaksanakan Kegiatan Pelayanan dengan Prinsip Efektif, Efisien, Akuntabel dan Mandiri

Motto RSUP. H. Adam Malik adalah mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan PATEN : P : Pelayanan cepat, Akurat, Terjangkau, Efisien dan Nyaman.

4.2 Instalasi Gawat Darurat RSUP. H. Adam Malik

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Pengembangan kapasitas kemampuan layanan pelanggan IGD di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tanggal 14 Januari 2012 yang dicanangkan oleh Direktur

Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Secara teknis pengaplikasian konsep tersebut diwujudkan dalam Pos Gawat Darurat Terpadu atau yang kita kenal dengan Public Safety Center (PSC) sebagai ujung tombak safe community terdiri dari lintas program dan lintas sektor dalam lingkup pelayanan pertama pra Rumah Sakit yang terdiri dari 3 unsur pokok yaitu keamanan/security, kesehatan/medical dan keselamatan/rescue.

sebagai rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat. RSUP. H.Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991.

(64)

norma-norma seperti norma-norma keselamatan pasien yang harus dilaksanakan di seluruh bagian rumah sakit.

Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang keharusan rumah sakit di Indonesia untuk memperoleh akreditasi dari Badan Akreditas Internasional Joint Commission International (JCI). Akreditasi dirancang sebagai upaya menciptakan budaya keselamatan dan budaya kualitas dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan.

4.3 Analisis Univariat

4.3.1 Karakteristik Responden

[image:64.612.114.527.472.538.2]

Karakteristik perawat di IGD RSUP. H. Adam Malik yang menjadi responden meliputi : umur, pendidikan dan masa kerja seperti diuraikan berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi Reponden Menurut Umur di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2013

No Umur Jumlah (Orang) %

1 ≤ 36 tahun 29 47,5

2 > 36 tahun 32 52,5

Jumlah 61 100,0

(65)
[image:65.612.116.526.155.237.2]

Tabel 4.2 Distribusi Reponden Menurut Tingkat Pendidikan di IGD RSUP H. Adam Malik Tahun 2013

No Pendidikan Jumlah (Orang) %

1 S1 Keperawatan 8 13,1

2 D.III Keperawatan 50 82,0

3 SPK 3 4,9

Jumlah 61 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak adalah D.III Keperawatan yaitu sebanyak 50 orang (82,0%), responden dengan tingkat pendidikan S.1 Keperawatan sebanyak 8 orang (13,1%). Sedangkan yang berpendidikan SPK hanya 3 orang (4,9%).

Tabel 4.3 Distribusi Reponden Menurut Lama Kerja di IGD RSUP. H. Adam Malik Tahun 2013

No Lama Kerja Jumlah (Orang) %

1 ≤ 10 tahun 27 44,3

2 > 10 tahun 34 55,7

Jumlah 61 100,0

Pengelompokan lama kerja responden berdasarkan rata-rata lama kerja seluruh responden yaitu 10 tahun. Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa masa kerja responden paling banyak adalah ≤ 10 tahun yaitu sebanyak 27 orang (44,3%) sedangkan responden dengan lama kerja > 10 tahun sebanyak 34 orang (55,7%). 4.3.2 Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan Pasien dalam Standar JCI

[image:65.612.114.531.401.465.2]
(66)

komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi dan pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, seperti pada uraian berikut.

a. Ketepatan Identifikasi Pasien

[image:66.612.121.530.362.564.2]

Standar keselamatan pasien berdasarkan JCI yang pertama adalah ketepatan identifikasi pasien, dalam penelitian ini diukur melalui 6 pernyataan dengan hasil seperti pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Ketepatan Identifikasi Pasien dalam Standar JCI di IGD

RSUP. H. Adam Malik Tahun 2013

No Ketepatan Identifikasi Pasien Benar Salah Jumlah

n % n % n %

1 Pasien diidentifikasi menggunakan dua

identitas pasien (nama pasien sesuai tanda pengenal dan tanggal lahir

35 57,4 26 42,6 61 100,0

2 Setiap pasien yang diobservasi di IGD

harus memakai gelang identitas 33 54,1 28 45,9 61 100,0

3 Pasien diidentifikasi saat pemberian obat 23 37,7 38 62,3 61 100,0

4 Pasien diidentifikasi pada saat

pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan

37 60,7 24 39,3 61 100,0

5 Pasien diidentifikasi saat pemberian darah 28 45,9 33 54,1 61 100,0

6 Pasien diidentifikasi saat melakukan

prosedur tindakan 30 49,2 31 50,8 61 100,0

(67)

diketahui perawat tentang identifikasi pasien pada saat pemberian obat (23 orang : 37,7%).

b. Peningakatan Komunikasi yang Efektif

[image:67.612.128.528.335.663.2]

Standar keselamatan pasien berdasarkan JCI yang kedua adalah peningkatan komunikasi yang efektif, dalam penelitian ini diukur melalui 7 pernyataan dengan hasil seperti pada Tab

Gambar

Tabel 2.1 Key Performance Indicators Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Aspek Pengukuran Variabel Independen
Tabel 3.2  Aspek Pengukuran Variabel Dependen
+7

Referensi

Dokumen terkait

1.3.1 Bagaimana peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. 1.3.2 Bagaimana peran perawat dalam menyiapkan anak untuk

Demikian juga sebaliknya, dapat dilihat bahwa sebesar 100% perawat dengan jumlah 9 orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi terkait keselamatan pasien (patient

Perawat dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap. RSUP H Adam Malik Medan

Mengidentifikasi pelaksanaan five moments hand hygiene perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Demikian juga sebaliknya, dapat dilihat bahwa sebesar 100% perawat dengan jumlah 9 orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi terkait keselamatan pasien (patient

Hasil tingkat kepuasan klien kanker terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat di RSUP Adam Malik ... Kepuasan

Adam Malik Medan dengan tujuan untuk mengetahui Kepatuhan Perawat dalam Melakukan Tindakan Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Post Operasi Fraktur.. Penelitian ini salah

Judul Penelitian : Perilaku Perawat pada Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene pada Pasien di Ruang Neurologi dan Ruang Bedah Saraf RSUP.. Adam