STRATEGI REVITALISASI POSYANDU DALAM
RANGKA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI KECAMATAN PEKANBARU KOTA
KOTA PEKANBARU
DELFI MUKHTAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA TUGAS AKHIR “STRATEGI REVITALISASI POSYANDU DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KECAMATAN PEKANBARU KOTA, KOTA PEKANBARU” ADALAH KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SEMUA INFORMASI YANG BERASAL ATAU DISEBUTKAN DALAM TEKS DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DIBAGIAN AKHIR TUGAS AKHIR INI.
Bogor, Mei 2008
ABSTRACT
DELFI MUKHTAR. Revitalization Strategy to Increase Health Development in Pekanbaru Kota Regency, Pekanbaru City. Under supervision of SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA as Chief Supervisory Board and LUKMAN M. BAGA as Member of Board
RINGKASAN
DELFI MUKHTAR. Strategi Revitalisasi Posyandu dalam Rangka Meningkatkan Pembangunan Kesehatan di Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru.
Dibimbing oleh Sutara Hendrakusumaatmadja sebagai ketua dan LUKMAN M. BAGA sebagai anggota komisi pembimbing.
Sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi merupakan pilar yang sangat mempengaruhi kualitas hidup sumberdaya manusia.
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Penelitian ini bertujuan mengkaji kondisi Posyandu saat ini (fungsi dan kinerja posyandu) dalam sistem organisasi dan tata kerja Posyandu, sumber daya manusia kader posyandu, koordinasi dalam penyelenggaraan posyandu, serta evaluasi terhadap berbagai kekurangan dalam pelaksanaan posyandu sebagai penyelenggaraan upaya kesehatan dasar bagi masyarakat di Kota Pekanbaru, menganalisis Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota Pekanbaru dalam hal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, merancang strategi dan program pelaksanaan revitalisasi Posyandu di Kota Pekanbaru yang tepat dan efektif.
finansial dari berbagai pihak. Permasalahan posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota adalah peran dan fungsi posyandu masih belum berjalan baik
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah,; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
STRATEGI REVITALISASI POSYANDU DALAM
RANGKA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI KECAMATAN PEKANBARU KOTA
KOTA PEKANBARU
DELFI MUKHTAR
Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Tugas Akhir : Strategi Revitalisasi Posyandu dalam Rangka Meningkatkan Pembangunan Kesehatan di Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru
Nama : Delfi Mukhtar
NIM : A. 153050025
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja, M. Sc Ir. Lukman M. Baga, MA. Ec K e t u a Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Manajemen Pembangunan Daerah
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M. Ec Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M. S
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena atas kekuatan dari-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa apa-apa yang penulis tuangkan dalam karya ilmiah ini adalah masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis tetap berharap karya ilmiah yang sangat sederhana ini nantinya dapat berguna untuk semua pihak dan menjadi tambahan pengetahuan bagi yang ingin meneliti dalam masalah yang sama. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa tulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan sesuai yang diharapkan. Namun demikian, penulis berusaha dengan memohon kehadirat Allah SWT agar senantiasa diberikan petunjuk dan kecerahan hati dalam penulisan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini penulis selesaikan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan penulis dan memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Tugas akhir ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan ketulusan jiwa saya menyampaikan ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor.
2. Bapak Gubernur Riau, H.M Rusli Zainal, SE, MP
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
4. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pasacasarjana IPB.
5. Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja, MSc selaku Pembimbing I dan Bapak Ir. Lukman M.Baga MAEc selaku Pembimbing II atas segala bimbingan dan arahannya sehingga penulisan tesis ini bisa terselesaikan.
6. Terima kasih disampaikan kepada keluarga penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
7. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga tesis ini bisa diselesaikan.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya di masa yang akan datang. Semoga semua yang telah dilakukan senantiasa menjadi ibadah untuk mencapai Ridho Allah SWT. Amin.
Bogor, Mei 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekanbaru tanggal 9 Januari 1951 yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Muckhtar Saleh (alm) dan Asniar (almh).
DAFTAR ISI
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-faktor Pendukung Pengembangan Posyandu ... 8
2.1.1. Lingkungan ... 9
2.1.2. Keluarga ... 11
2.2 Kondisi Umum dan Perkembangan Posyandu ... 12
2.3 Peran dan Pengelolaan Posyandu... 16
III METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 21
3.7. Metode Penyusunan Strategi Revitalisasi Posyandu... 29
IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Kajian... 30
4.1.1 Keadaan Geografis ... 30
4.1.2 Keadaan Penduduk... 30
4.1.3 Tingkat Pendidikan ... 32
4.1.4 Lapangan Pekerjaan ... 34
V POSYANDU DIKECAMATAN PEKANBARU KOTA 5.1 Posyandu Di Kecamatan Pekanbaru Kota... 39
5.2 Kajian Revitalisasi Posyandu ... 51
5.3 Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu ... 56
5.3.1. Penimbangan Bayi ... 56
5.3.2. Kader Posyandu ... 58
5.3.3. Kartu Menuju Sehat (Buku KIA)... 63
5.3.4. Ibu Mengikuti Pogram KB... 65
5.3.5. Pengunjung Posyandu untuk Imunisasi ... 68
5.3.6. Dana Bantuan Posyandu ... 69
5.3.7. Program Tambahan ... 73
VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi SWOT Pada Revitalisasi Posyandu
di Kecamatan Pekanbaru Kota ... 80 6.2 Analisis Perumusan Strategi Revitalisasi Posyandu ... 83 6.3 Analisis Program Revitalisasi Posyandu di
Kecamatan Pekanbaru Kota ... 86
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ... 90 7.2 Saran... 91
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia
tertinggal dari pembangunan ekonominya. Padahal pembangunan sosial sangat
penting, karena pembangunan sosial merupakan tolak ukur yang paling baik untuk
menggambarkan manfaat pembangunan ekonomi. Indikator-indikator
pertumbuhan ekonomi tidak akan berarti banyak jika tidak melihat indikator sosial
dan terdapat hubungan yang erat antara indikator ekonomi dan sosial, contoh
kenaikan tingkat kesehatan dan gizi masyarakat akan meningkatkan efisiensi &
produktivitas. Sumber daya manusia sebagai perwujudan nyata peningkatan taraf
hidup masyarakat tersebut.
Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama
atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan
pendidikan dan ekonomi merupakan pilar yang sangat mempengaruhi kualitas
hidup sumberdaya manusia. UNDP Report 2003 menunjukkan bahwa pada tahun
2002, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menduduki peringkat 112
dari 175 negara di dunia dan merupakan yang terendah diantara negara-negara
kawasan Asia Tenggara.
Salah satu upaya dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia adalah
optimalisasi potensi tumbuh-kembang anak. Upaya tersebut dapat dilaksanakan
secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat
semua sasaran yang membutuhkan layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu
menyusui dan ibu nifas.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggarakan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Sejak dicanangkannya Posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah
banyak dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan
dan umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara
bermakna. Jika pada tahun 1995 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) masing-masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup serta 60/1000
kelahiran hidup maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi 337/100.000 kelahiran
hidup, sedangkan AKB turun menjadi 45/1000 kelahiran hidup. Sementara itu,
umur harapan hidup rata-rata meningkat dari 45 tahun pada tahun 1970 menjadi
66,2 tahun pada tahun 2000 (Budimana, 2005).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah Posyandu sangat menggembirakan,
karena di setiap desa/Kelurahan ditemukan sekitar 3 – 4 Posyandu. Pada saat
Posyandu dicanangkan tahun 1986, jumlah Posyandu tercatat sebanyak 25.000
Posyandu. Pada tahun 2004, jumlah Posyandu meningkat menjadi 245.154.
Namun demikian, ditemukan masih banyak masalah pada aspek kualitas, yaitu
dalam hal kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai.
Departemen Kesehatan tahun 2004 mencatat beberapa permasalah
(1) hanya sekitar 40 persen dari jumlah Posyandu yang ada, dapat menjalankan
fungsi dengan baik;
(2) lebih dari separuh Posyandu, tidak memiliki peralatan memadai;
(3) sebagian besar Posyandu tidak memiliki tempat pelayanan yang layak karena
menyelenggarakan kegiatan di gudang, garasi, atau rumah penduduk.
Disamping itu pembinaan terhadap Posyandu masih belum merata;
(4) sebagaian besar Posyandu, belum memiliki jumlah kader yang cukup bila
dibandingkan dengan jumlah sasaran dan hanya 30 persen kader yang telah
terlatih;
(5) sebagian besar kader belum mampu mandiri, karena sangat tergantung dengan
petugas Puskesmas sebagai pembina, dan sementara itu, penghargaan terhadap
kader masih rendah;
(6) cakupan Posyandu masih rendah, untuk balita yang sebagian besar adalah anak
usia di bawah dua tahun, cakupannya masih dibawah 59 persen sedangkan
untuk ibu hamil cakupannya hanya sekitar 20 persen;
(7) hampir 100 persen ibu menyatakan pernah mendengar Posyandu, namun yang
hadir pada saat kegiatan Posyandu kurang dari separuhnya.
Sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan, Pemerintah Daerah
Provinsi Riau menetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Riau tahun
2005-2010 Bidang Kesehatan. Arah kebijakan ini mengutamakan upaya preventif
dan promotif, serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang
dalam bidang kesehatan adalah menumbuhkembangkan Posyandu sebagai ujung
tombak penciptaan lingkungan kesehatan keluarga dan pencegahan dini.
Pemerintah Kota Pekanbaru memberi perhatian besar terhadap
pengembangan Posyandu. Hal ini dapat terlihat dari upaya Pemerintah Kota
Pekanbaru dalam mengembangkan kembali Posyandu dengan memberikan
insentif kepada para kader posyandu Rp 100.000/bulan dan bantuan dana
operasional kader Rp 350.000/bulan. Pada tahun 2007, pemerintah Kota
Pekanbaru telah menganggarkan anggaran untuk pengembangan posyandu Rp
567.500.000. Adapun bentuk kegiatan berupa pelayanan kesehatan, seperti
pemeriksaan kesehatan, pemberian vitamin, dan berbagai imunisasi. Namun,
diperlukan berbagai upaya revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota
untuk mencapai kinerja yang semakin baik di masa yang akan datang.
1.2 Perumusan Masalah.
Kesehatan masyarakat merupakan bagian terpenting dari tujuan
pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari salah satu seruan Presiden Republik
Indonesia menyatakan perlunya meningkatkan kesehatan masyarakat. Salah satu
upaya peningkatan kesehatan masyarakat adalah peningkatan kesadaran untuk
mewujudkan lingkungan dan keluarga yang sehat. Posyandu merupakan wadah
awal bagi pembinaan kesehatan lingkungan. Namun, krisis ekonomi yang
berkepanjangan sejak tahun 1997 mempengaruhi kinerja Posyandu yang turun
secara bermakna. Dampaknya terlihat pada menurunnya status gizi dan kesehatan
masyarakat, terutama masyarakat kelompok rentan, yakni bayi, anak balita dan
Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah kebijakan
dengan mengeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 411.3/1116/SJ
tanggal 13 Juni 2001 tentang Revitalisasi Posyandu, yaitu suatu upaya untuk
meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu. Secara garis besar tujuan Revitalisasi
Posyandu adalah : (1) terselenggaranya kegiatan Posyandu secara rutin dan
berkesinambungan; (2) tercapainya pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader
melalui advokasi, orientasi, pelatihan atau penyegaran; dan (3) tercapainya
pemantapan kelembagaan Posyandu.
Tujuan utama Revitalisasi Posyandu dalam pelaksanaannya memang belum
berjalan secara baik dan lancar, demikian juga dalam penentuan sasaran
Revitalisasi Posyandu. Sasaran Revitalisasi Posyandu di Pekanbaru belum
menjangkau keseluruhan Posyandu. Dikarenakan keterbatasan anggaran, sasaran
tersebut masih diutamakan pada Posyandu yang sudah tidak aktif dan berada
dalam golongan penduduk miskin.
Pelaksanaan kegiatan Posyandu berupa kegiatan utama dan kegiatan
tambahan/kegiatan baru belum terlaksana dengan baik, dalam arti cakupannya
belum mencapai di atas 50 persen, serta sumberdaya fisik dan manusia yang
tersedia belum mendukung. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Riau
pada tahun 2003, dari 10.767 anak yang ditimbang masih terdapat 114 anak
dengan kasus gizi buruk yang ditemukan di Kota Pekanbaru. Maka dari uraian
diatas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota?
2. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Posyandu di
3. Bagaimana strategi revitalisasi Posyandu yang tepat dan efektif ?
4. Bagaimana program pelaksanaan revitalisasi Posyandu yang tepat dan efektif
di Kecamatan Pekanbaru Kota?
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian
Tujuan umum kajian ini adalah mengkaji apakah kegiatan Posyandu yang
berada di kota Pekanbaru telah dilakukan secara rutin dan berkesinambungan serta
melihat sejauh mana peran kelembagaan Posyandu dalam mengatasi masalah
kesehatan keluarga di lingkungan warga sekitar. Selain itu, Posyandu merupakan
upaya preventif dalam mewujudkan kesehatan keluarga dan upaya untuk
mendukung program strategis Pemerintah Provinsi Riau yaitu mengentaskan
kebodohan dan kemiskinan masyarakat dalam rangka mendukung program K2I
(Kemiskinan dan Kebodohan dan Infrastruktur).
Tujuan khusus kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji kondisi Posyandu saat ini (fungsi dan kinerja posyandu) dalam
sistem organisasi dan tata kerja Posyandu, sumber daya manusia kader
posyandu, koordinasi dalam penyelenggaraan posyandu, serta evaluasi
terhadap berbagai kekurangan dalam pelaksanaan posyandu sebagai
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar bagi masyarakat di Kota Pekanbaru.
2. Menganalisis Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota Pekanbaru dalam hal
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
3. Merancang strategi dan program pelaksanaan revitalisasi Posyandu di Kota
1.4. Kegunaan Kajian
Kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada
Pemerintah Kota Pekanbaru dalam menyusun rumusan yang tepat mengenai
Revitalisasi Posyandu. Hal ini dikarenakan keberhasilan peran Posyandu di massa
yang akan datang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya di bidang kesehatan masyarakat sehingga dengan tingkat kesehatan
masyarakat yang baik Pemerintah Kota Pekanbaru akan memikirkan sektor lain
untuk kesejahteraan masyarakatnya. Bagi penulis, kajian ini dapat menjadi sarana
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Faktor-faktor Pendukung Pengembangan Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan suatu forum komunikasi,
alih teknologi, dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini. Langkah–langkah pembentukan Posyandu diantaranya : (1) pertemuan lintas
program dan lintas sektoral tingkat kecamatan; (2) survey mawas diri yang
dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan teknis unsur kesehatan dan
Keluarga Berencana (KB); (3) musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil
survey mawas diri, sarana dan prasarana posyandu, serta biaya posyandu; (4)
pemilihan kader Posyandu; (5) pelatihan kader Posyandu; dan (6) pembinaan.1
Sasaran Posyandu meliputi bayi/balita, ibu hamil/ibu menyusui, serta Wanita Usia
Subur (WUS) dan Pria Usia Subur (PUS).
Keberadaan Posyandu sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat dapat
bertidak sebagai pelaksana sekaligus pihak yang memperoleh pelayanan
kesehatan dalam Posyandu.
Pengembangan mutu pengelolaan Posyandu memerlukan koordinasi dan
keterpaduan pembinaan pada semua tingkatan pemerintah. Adapun faktor-faktor
utama yang mendukung pengembangan posyandu adalah lingkungan dan
keluarga.
1
2.1.1. Lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, keyakinan, dan perilaku masyarakat. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan masyarakat dengan budaya. Ada tiga bentuk
lingkungan, yaitu lingkungan fisik, sosial dan simbolik2). Ketiga bentuk
lingkungan tersebut berinteraksi dengan diri manusia membentuk budaya
tertentu.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan
oleh manusia, seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan
iklim tropis3). Lingkungan fisik dapat membentuk budaya tertentu misalnya
bentuk rumah di daerah panas yang memiliki banyak lubang agar angin bayak
masuk, begitu juga rumah di daerah dingin yang bentuk rumahnya tertutup rapat.
Padahal budaya tersebut tidak perlu diikuti oleh masyarakat diperdesaan maupun
diperkotaan, karena pola budaya lingkungan tersebut dapat menimbulkan penyakit
seperti infeksi saluran pernapasana akut pada balita dan ini banyak terjadi pada
balita di Indonesia di daerah perkotaan4). Sementara masyarakat banyak
menyatakan dan memberikan keyakinan respons masyarakat terhadap ligkungan
baru, seperti rumah sakit dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini oleh masyarakat itu sendiri5), oleh karena itu lingkungan akan
mempengaruhi masyarakat dalam memberkan nilai perubahan terhadap keinginan
pencapaian kesehatan lingkungan yang lebih baik.
2
. Andrew M.M., & Boyle, J.S. 1995. Transcultural Concepts in Nursing Care (Edisi ke-2). Philadelphia: J. B. Lippincontt Company, hal 5.
3
. Ibid. Hal 6. 4
. Departemen Kesehatan RI. 1999. Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Depkes RI, hal 12. 5
Lingkungan Sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu atau kelompok masyarakat yang lebih baik dan lebih
luas seperti keluarga, komunitas dan masjid atau gereja atau tempat ibadah
lainnya. Di dalam lingkungan sosial, individu harus mengikuti struktur dan
aturan-aturan yang berlaku dilingkungan tersebut6). Keluarga adalah tempat
pertama kali manusia atau masyarakat berinteraksi dan dipandang sebagai pilar
utama untuk mencapai keberhasilan masyarakat bersosialisasi dengan lingkungan
yang lebih besar.
Keberhasilan masyarakat bersosialisasi di dalam keluarga merupakan
pengalaman yang digunakan untuk bersosialisasi dengan kelompok lain seperti
bagaimana keluarga mendapat pengalaman dari posyandu yang mampu
memberikan pengetahuan kesehatan dasar dan tindakan preventif dalam kesehatan
anak dan ibu hamil maka masyarakat tersebut akan melakukan sosialisasi antar
individu baik di rumah maupun dilingkunganya berada.
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk atau simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu, seperti musik, seni, riwayat
hidup, bahasa, atau atribut yang digunakan7). Penggunaan lingkungan simbolik
bermakna bahwa individu memiliki tenggang rasa dengan kelompoknya, seperti
penggunaan bahasa pengantar, identifikasi nilai-nilai dan norma, serta
penggunaan bahasa seperti pemakian ikat kepala, kalung, anting, telepon, hiasan
dinding, atau slogan-slogan8).
6
. Andrew. Op.cit hal 15 7
. Op.cit hal 27 8
2.1.2. Keluarga
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas9). Apabila setiap keluarga sehat akan
tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
angota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah
Kesehatan yang dialami yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi
sistem keluarga tersebut dan mempengaruhi komunitas setempat, bahkan
komunitas global. Sebagai contoh, apabila ada seseorang anggota keluarga yang
menderita penyakit demam berdarah, nyamuk sebagai faktor penyebab dapat
menggigit keluarga tetangganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi sistem
keluarga dan mempengaruhi komunitas tempat keluarga tersebut menetap.
Membangun Inonesia sehat harus membangun masyarakat Provinsi Sehat,
kemudian masyarakat kabupaten/kota yang sehat dan yang terkecil adalah dimulai
dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Keluarga adalah sebagai dua atau lebih individu yang berganbung karena
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi10). Selain itu keluarga adalah dua atau
lebih individu yang bergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi
pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mendefinisikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga11). Definisi lain keluarga adalah dua orang
atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan berperkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada
9
. Sudiharto, S.Kp, M.Kes, 2007, Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural, Penerbit Buku Kedoktean egc. Jakarta.
10
. Departemen Agama RI, 1998, Membangun Keluarga Sakinah, Jakarta 11
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga
dan masyarakat serta lingkungannya12).
Peran keperawatan dalam keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk
membangun keluarga sehat dengan budayanya. Keterawatan keluarga berperan
sebagai pemberi asuhan dalam mewujudkan keluarga sehat, dengan demikian
keluarga akan mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota
keluarga dengan mengantisipasi kondisi buruk kesehatan keluarga. Dengan
demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan, mereka tidak
datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis. Keterawatan
kesehatan keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan
kesehatan keluarga sehingga tercapai menwujudkan masyarakat yang sehat seperti
tercapaiya Indonesia Sehat 201013). Program pemerintah dalam pemberdayaan
keluarga di bidang kesehatan harus terus mengikutsertakan dan memberdayakan
Program Pelayanan Terpadu (Posyandu) sebagai kelembagaan non pemerintah
yang memiliki peran penting dalam mewujudkan keluarga sehat tentunya
dilaksanakan dengan melibatkan peran serta aktif semua keluarga dilingkungan
posyandu tersebut.
2.2. Kondisi Umum dan Perkembangan Posyandu
Perkembangan Posyandu dari tahun ke tahun semakin meningkat dan telah memberikan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang semakin menurun diikuti dengan semakin meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk. Hal ini dapat dilihat dan
12
. BKKBN, 1992, Perencanaan Keluarga Sejahtera, BKKBN, Jakarta. Hal.13 13
Angka Kematian Ibu (AKI) pada periode tahun 1995-2003 terjadi penurunan sekitar 36/100.000, dan Angka Kematian Bayi (AKB) sekitar 15/1000 kelahiran hidup. Sedangkan umur harapan hidup rata-rata pada periode 1970-2000 meningkat sekitar 21,2 persen14).
Perkembangan Posyandu juga dapat dilihat dari jumlah Posyandu pada periode tahun 1986 – 2004 yang semakin meningkat, hampir sepuluh kali lebih banyak dari tahun sebelumnya yaitu bertambah sebanyak 220.154 Posyandu. Secara kuantitas, karena masih banyak ditemukannya permasalahan Posyandu dari aspek kualitas yaitu :
(1) Masih kurang berfungsinya peran Posyandu hal ini disebabkan karena masih banyaknya keterbatasan dana yang dimiliki oleh masing posyandu dalam mensosialisasikan peran dan kegiatan posyandu ditengah lingkungan masyarakat.
(2) Tidak lengkap/belum memadai sarana dan prasarana yang ada karena masih kurangnya perhatian pemerintah setempat dalam memenuhi kebutuhan posyandu.
(3) Masih rendahnya sumberdaya manusia (pengelola/pengurus Posyandu, kader Posyandu), hal ini dikarenakan masih kurang intensifnya pembinaan maupun pelatihan bagi kade-kader posyandu, disamping kader-kader posyandu tersebut juga rata-rata latar belakang pendidikannya bukan yang berhunungan dengan pelayanan kesehatan maupun palayanan medis.
(4) Masih rendahnya cakupan Posyandu, partisipasi masyarakat, kreativitas, motivasi pengelola/pengurus Posyandu dan masyarakat terhadap keberadaan Posyandu disamping karena posyandu hanya untuk lingkungan Rukum Warag (RW) juga masih rendahnya insentif yang diberikan pemerintah setempat
14
kepada kader-kader posyandu, sehingga walaupun jumlahnya bertambah namun sisi pengelolaan dan manajemennya masih sangat terbatas dan ketergantungan kepada Puskesman yang ada di kecamatan.
Adanya permasalahan dari kualitas Posyandu, maka pemerintah telah lama melakukan upaya untuk mengatasinya dengan mengeluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan Mutu Posyandu. Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu Posyandu yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah (Pemda)
Pengelolaan Posyandu yang dilakukan oleh satu kelompok kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu di Provinsi Riau telah dilakukan sesuai dengan arahan dan kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Riau. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan Posyandu dan kinerja dari masing-masing personal yang ada didalam struktur organisasi Posyandu tersebut. Kegiatan Posyandu terdiri dari: a) Kegiatan utama yaitu:
(1) Kesehatan Ibu dan Anak; (2) Keluarga Berencana (KB); (3) Imunisasi;
(4) Gizi;
(5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare.
b) Kegiatan Pengembangan /tambahan disamping 5 kegiatan utama yang telah
ditetapkan, maka dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan
Posyandu dengan kegiatan baru seperti : perbaikan kesehatan lingkungan,
masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut dengan nama
Posyandu Plus.
Penambahan kegiatan Posyandu sebaiknya dilakukan apabila 5 (lima)
kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik, dalam arti cakupannya diatas 50
persen, serta tersedia sumberdaya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru
harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang tercermin dari hasil
Survei Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama melalui Forum Musyawarah
Masyarakat Desa (FMMD). Tetapi dalam kenyataannya salah satu kegiatan utama
Posyandu yaitu masalah gizi masyarakat belum menunjukkan hasil yang baik,
yaitu dengan masih adanya kasus gizi buruk yang ditemukan di beberapa daerah
Provinsi Riau.
Meskipun demikian, kegiatan tambahan Posyandu telah banyak
diselenggarakan antara lain :
1). Bina Keluarga Balita;
2). Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA);
3). Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB), misalnya : ISPA, DBD, gizi buruk, polio, campak, difteri,
pertusis, tetanus neonatorum;
4). Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD);
5). Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa(UKGMD);
6). Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman
(PAB-PLP);
7). Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
8). Kegiatan ekonomi produkti, seperti : Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K), Usaha Simpan Pinjam;
9). Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).
2.3. Peran dan Pengelolaan Posyandu
Peran dan fungsi Posyandu adalah : (1) sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat dalam alih informasi dan ketrampilan dari petugas kepada masyarakat
dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan
AKB; (2) sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Untuk menguji kinerja dari posyandu, diperlukan pengetahuan tentang
struktur organisasi yang ada didalam pelaksanaan Posyandu tersebut. Struktur
organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat
pembentukkan Posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga
dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan
kemampuan sumberdaya. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua,
sekretaris, dan bendahara dan kader Posyandu yang merangkap sebagai anggota.
Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah
(Kelurahan/desa atau dengan sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu
unit/kelompok Pengelola Posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan
masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang
ketua, yang dipilih dari para anggotanya. Bentuk organisasi unit pengelola
posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur pengelola posyandu,
setempat. Contoh alternatif bagan kepengurusan pengorganisasian Posyandu di
desa/kelurahan atau sebutan lainnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2005
Gambar 1. Bagan Organisasi Posyandu
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah
pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari
seorang ketua, seorang sekretaris, dan seorang bendahara. Kriteria pengelola
Posyandu antara lain :
1). Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat;
2). Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi
masyarakat;
3). Bersedia bekerja sebagai kader posyandu secara sukarela (insentif yang
terbatas)
Kader Posyandu dipilih oleh pengurus posyandu dari anggota masyarakat
yang bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
Posyandu. Kader Posyandu menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara Pembina
1.Kepala Kelurahan 2.Ketua PKK Kelurahan
Posyandu (yang ada di
RW)
sukarela. Kriteria kader Posyandu antara lain sebagai berikut : a) diutamakan
berasal dari anggota masyarakat setempat; b) dapat membaca dan menulis huruf
latin; c) mempunyai jiwa pelopor, pembaharuan dan penggerak masyarakat; d)
bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.
Dalam keadaan tertentu, terutama di daerah perkotaan, karena kesibukan
yang dimiliki, tidak mudah mencari anggota masyarakat yang bersedia aktif
secara sukarela sebagai kader Posyandu. Untuk mengatasinya kedudukan dan
peranan kader Posyandu dapat digantikan oleh tenaga profesional terlatih yang
bekerja secara purna/paruh waktu sebagai kader Posyandu dengan mendapat
imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan dari masyarakat. Kriteria
tenaga profesional antara lain sebagai berikut : a) diutamakan berasal dari anggota
masyarakat setempat; b) berpendidikan sekurang-kurangnya SMP; c) bersedia dan
mau bekerja secara purna/ paruh waktu untuk mengelola Posyandu.
Evalusi pelaksanaan Posyandu dilakukan melalui penelaahan pembentukan
dan pemantaun kegiatan Posyandu. Menurut Budiman (2005), pembentukan dan
pemantauan kegiatan Posyandu dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
a) Pemilihan pengurus dan kader posyandu
b) Orientasi pengurus dan pelatihan kader posyandu
c) Pembentukan dan peresmian posyandu
d) Penyelenggaraan dan pemantauan kegiatan posyandu
Dana sehat adalah dana yang berasal dari sumbangan sukarela masyarakat
(dapat dalam bentuk sumbangan natural), dikelola oleh masyarakat serta
dimanfaatkan untuk membiayai program-program kesehatan masyarakat di
sehat dibedakan dengan iuran peserta Posyandu. Sumber dana sehat adalah
seluruh anggota masyarakat di wilayah kerja Posyandu, sedangkan sumber dana
iuran peserta adalah masyarakat pengunjung Posyandu.
Dana sehat tidak sama dengan asuransi kesehatan yang untuk Indonesia
dibedakan atas 2 macam yakni yang bersifat wajib seperti yang tercantum dalam
UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang disebut
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta yang bersifat sukarela seperti yang
tercantum dalam UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang disebut Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)15).
Pada dana sehat iuran dari masyarakat bersifat sukarela, sesuai dengan
kondisi, kemampauan, ditetapkan berdasarkan musyawarah serta tidak mengikat.
Program dana sehat termasuk dalam kelompok program pembiayaan asyarakat
mandiri (community self financing) yang peruntukkannya terutama untuk membiayai program-program kesehatan masyarakat (public goods) sesuai kesepakatan masyarakat setempat. Dana sehat dapat juga dipakai untuk
membiayai pelayanan medik anggota masyarakat yang membutuhkan. Tetapi
sifatnya hanya bantuan bukan menanggung pembiayaan secara keseluruhan.
Sedangkan pada asuransi kesehatan, untuk menjadi peserta harus membayar
iuran secara berkala dalam jumlah tertentu esuai dengan nilai premi yang
peruntukannya terutama untuk membiayai pelayanan medik (private goods) bagi peserta sendiri.
Pengaturan dan pembembinaan kesehatan kepada masyarakat sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menyiapkan sarana kesehatan dan
15
menciptakan warga masyarakat yang sehat, seperti tertuang dalam pasal pasal 6
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan berbunyi Pemerintah
bertugas mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan.
Pelaksanaan revitalisasi posyandu tidak dapat berjalan seperti yang
diharapkan sesuai tujuan dan sasaran program baik bagi masyarakat, pengelolaan
posyandu, pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait lainnya, apabila faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada tidak teridentifikasi dengan
baik16). Untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dapat digunakan analisis
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats).
Analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Prinsipnya analisis SWOT adalah membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan
ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) guna menetapkan
formulasi strategi (perencanaan strategis) dalam upaya menyusun jangka panjang.
Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel.1. Matriks SWOT
Daftar peluang eksternal Strategi SO Strategi WO Threats (T)
Daftrar ancaman eksternal
Strategi ST Strategi WT
16
III. METODE KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Dalam revitalisasi pengembangan posyandu perlu adanya pengembangan,
inovasi, dan strategi revitalisasi posyandu dalam pembangunan kesehatan
masyarakat Kota Pekanbaru, adapun kerangka pemikiran dalam rangka revitalisasi
posyandu di kota Pekanbaru, khususnya di Kecamatan Pekanbaru Kota dapat
dilihat dalam Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Evaluasi pelaksanaan ¾ Penurunan status gizi dan kesehatan masyarakat
¾ Keterbatasan sumberdaya Posyandu
Rekomendasi strategi dan progam revitalisasi Pelayanan Posyandu :
1. Kader 2. Sarana 3. Dana
Posyandu salah satu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia
Kajian ini dilatarbelakangi oleh peranan kesehatan sebagai salah satu
komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Posyandu adalah upaya
peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Pelaksanaan Posyandu di Kecamatan
Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru masih menghadapi beberapa permasalahan.
Permasalah utama yang perlu mendapat perhatian, yaitu penurunan status gizi dan
kesehatan masyarakat, serta keterbatasan sumberdaya Posyandu yang meliputi
sumberdaya fisik dan sumberdaya manusia.
Metode yang digunakan dalam kajian ini merupakan metode kualitatif.
Pelayanan Posyandu dalam hal kader, sarana, dan dana dianalisis melalui analisis
deskriptif. Selanjutnya, evaluasi pelaksanaan dan rancangan strategi, serta
program revitalisasi Posyandu dijelaskan melalui analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT). Hasil kajian ini diharapkan dapat melahirkan rekomendasi strategi dan program revitalisasi Posyandu yang tepat dan efektif.
3.2. Operasional Penelitian
Revitalisasi adalah upaya untuk mengadakan perbaikan dan menganalisis sistem
pelaksanaan posyandu agar pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan harapan
dan memberikan manfaat untuk mewujudkan derajat kesehatan keluarga dalam
tahap awal ditingkat paling dasar sebagai upaya preventif dalam mewujudkan
Tabel 2. Kajian Variabel
Sasaran Variabael Dimensi Indikator Strategi
1. Pembentukan & Pemantauan posyandu 2. Pemilihan pengurus kader posyandu 3. Orientasi pengurus
4. Pembentukan & peresmian posyandu 5. Penyelenggaraan & pemantauan
kegiatan posyandu
Pengkajian 1. Frekuensi penimbangan bayi 2. Rerata kader tugas
3. Cakupan kumulatif KIA 3. Cakupan Kumulatif KB 4. Cakupan kum.Imunisasi 5. Cakupan dana sehat
3.3. Lokasi dan waktu Kajian
Lokasi kajian ini adalah Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru
Provinsi Riau dengan alasan kecamatan ini yang mempunyai kriteria posyandu
pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan posyandu mandiri sehingga
tujuan dan manfaat kajian tercapai. Kajian direncanakan selama dua bulan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
3.4. Sasaran Kajian dan Teknik Sampling
Sasaran dari kajian ini adalah posyandu yang berada di Kecamatan
Pekanbaru Kota yaitu seluruh Kelurahan yang berada di Kecamatan Pekanbaru
Kota (6 Kelurahan) yaitu Kelurahan Simpang Empat, Kelurahan Sumahilang,
Kelurahan Tanah Datar, Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Sukaramai dan
Kelurahan Kota Tinggi. Sasaran kajian merupakan sampel kajian, yang ditentukan
dengan menggunakan metode purposive sampling (dipilih secara sengaja). Hasil dari pra-survei, maka ada beberapa pertimbangan memilih Posyandu yang berada
Pekanbaru Kota merupakan wilayah pelaksanaan program Revitalisasi Posyandu;
2). Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota sudah memiliki tingkatan
perkembangan; 3). Pengunjung Posyandu Kecamatan Pekanbaru Kota sebagian
besar penduduknya tergolong miskin yang merupakan sasaran utama program
Revitalisasi Posyandu; 4). Kondisi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota
masih harus terus dilakukan pembinaan agar kegiatan Posyandu yang sudah baik
dapat dipertahankan.
3.5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data kajian yang dikumpulkan pada kajian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, kemudian ditabulasi
dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan, kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode yang telah ditentukan.
Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan seperangkat
indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat
perkembangan Posyandu. Secara sederhana indikator kajian untuk tiap
Tabel 3. Daftar Penilaian Indikator Kegiatan Posyandu
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Frekuensi Penimbangan Tidak Rutin 4 Cakupan kumulatif KIA
(%)
<50 ≤50 >50 >50
5 Cakupan kumulatif KB (%)
<50 ≤50 >50 >50
6 Cakupan kumulatif imunisasi (%)
<50 ≤50 >50 >50
7 Program tambahan - - + +
8 Cakupan dana sehat (%) <50 <50 <50 >50
Sumber : Budiman, 2005.
Jenis indikator yang digunakan untuk setiap program disesuaikan dengan
prioritas program tersebut. Apabila prioritas program imunisasi di suatu daerah
adalah campak, maka indikator cakupan imunisasi yang digunakan adalah
cakupan imunisasi campak. Apabila prioritas program KIA adalah kunjungan
antenatal pertama (K1) maka indikator cakupan KIA yang digunakan adalah
cakupan K1. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan
seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat
perkembangan Posyandu. Secara sederhana dapat diuraikan indikator
masing-masing pengkajian tingkat perkembangan posyandu sebagai berikut :
a). Frekuensi penimbangan, yaitu bayi yang ditimbang setiap kunjungan ke
posyandu, dengan range penilaian tingkat perkembangan posyandu < 8 dan
> 8. Posyandu digolongkan Pratama jika frekuensi penimbangan <8 (tidak
rutin), Posyandu digolongkan Madya jika frekuensi penimbangan ≤ 8 (cukup
rutin), Posyandu digolongkan Purnama dan Mandiri jika frekuensi
b). Rerata petugas kader, yaitu jumlah kader posyandu yang bertugas di
posayandu, dengan range < 5 dan ≥ 5. Posyandu digolongkan Pratama jika
Rerata petugas kader <5, Posyandu digolongkan Madya jika Rerata petugas
kader ≤ 5, Posyandu digolongkan Purnama dan Mandiri jika Rerata petugas
kader >5,
c). Cakupan kumulatif KIA, yaitu jumlah Balita yang mempunyai kartu menuju
sehat (buku KIA), dengan range < 50 persen dan ≥ 50 persen. Posyandu
digolongkan Pratama jika cakupan kumulatif KIA <50 persen, Posyandu
digolongkan Madya jika cakupan kumulatif KIA ≤ 50 persen, Posyandu
digolongkan Purnama dan Mandiri jika cakupan kumulatif KIA >50 persen,
d). Cakupan kumulatif KB, yaitu jumlah ibu yang berkunjung ke posyandu untuk
program KB, dengan range < 50% dan ≥ 50%. Posyandu digolongkan Pratama
jika cakupan kumulatif KB <50 persen, Posyandu digolongkan Madya jika
cakupan kumulatif KB ≤ 50 persen, Posyandu digolongkan Purnama dan
Mandiri jika cakupan kumulatif KB >50 persen,
e). Cakupan kumulatif imunisasi, yaitu jumlah pengunjung posyandu untuk
imunisasi, dengan range < 50% dan ≥ 50%. Posyandu digolongkan Pratama
jika cakupan kumulatif imunisasi <50 persen, Posyandu digolongkan Madya
jika cakupan kumulatif imunisasi ≤ 50 persen, Posyandu digolongkan
Purnama dan Mandiri jika cakupan kumulatif imunisasi >50 persen,
f). Cakupan dana sehat, yaitu jumlah dana bantuan dari donatur, Pemda, dll,
dengan range < 50% dan ≥ 50%. %. Posyandu digolongkan Pratama, Madya
dan Purnama jika cakupan dana sehat <50 persen, Posyandu digolongkan
g). Program tambahan, yaitu program diluar program utama dengan indikator ada
(+) atau tidak ada (-), dengan range < 50% dan ≥ 50%. Posyandu digolongkan
Pratama dan Madya jika tidak memiliki program tambahan, dan Posyandu
digolongkan Purnama dan Mandiri jika memiliki program tambahan.
2. Untuk mengkaji Revitalisasi Posyandu maka perlu mengetahui dan menelaah
pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu. Pembentukan dan
pemantauan kegiatan Posyandu dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :
a). Pemilihan Pengurus dan Kader Posyandu
b). Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader Posyandu
c). Pembentukan dan Peresmian Posyandu
d). Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu
3. Untuk menyusun strategi revitalisasi posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota,
Kota Pekanbaru menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Untuk menentukan
strategi revitalisasi posyandu yang didasarkan atas kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman, maka analisis SWOT dapat digunakan17).
3.6. Analisis Data
Adapun alat yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini
adalah metode analisis SWOT . Unit basis yang digunakan adalah Posyandu.
17
Tabel 4. Teknik Analisis SWOT
Strategi SO Strategi WO
Threats (T)
Daftrar ancaman eksternal
Strategi ST Strategi WT
Berdasarkan kombinsi dari empat faktor tersebut menghasilkan empat
kelompok faktor strategis sebagai berikut :
1. Strategi SO adalah startegi yang dibuat berdasarkan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang.
2 Strategi ST adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki
dengan cara menghindari ancaman.
3. Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang
dimiliki.
4. Strategi WT adalah strategi yang berdasarkan pada kegiatan yang
diwujudkan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
Berdasarkan informasi dari pengelola dan pelaksana posyandu, puskesmas,
masing-masing aparat kecamatan, tokoh masyarakat, kelompok PKK, majelis
taqlim serta para pihak dan instansi yang terkait, maka alternatif strategi yang
dipilih berasal dari kepentingan yang paling dominan yang dibutuhkan didalam
pelaksanaan program revitalisasi posyandu. Setiap unsur SWOT diberi nilai 3,2
dan 1. Nilai 3 berarti sangat penting, nilai 2 berarti penting dan nilai 1 berarti
SWOT dan ditentukan rangking 1,2 dan 3 untuk strategi yang dipilih. Alasan
pemilihan metode ini karena metode ini lebih berkembang dan mampu
menganalisis berbagai persoalan baik kekuatan, kelemahan, peluang maupun
ancaman, sehingga diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan secara
komprehenshif.
3.7. Metode Penyusunan Strategi Revitalisasi Posyandu
Metode yang digunakan dalam penyusunan strategi revitalisasi posyandu
adalah metode analisis interaktif yaitu berupa pengumpulan data, kemudian data
yang terkumpul disajikan dalam bentuk reduksi data, kemudaian hasil dari reduski
data dan sajian data ditarik kesimpulan untuk verifikasi dalam penyusunan startegi
revitalisasi Posyandu. Adapun metode penyusunan strategi revitalisasi posyandu
tersebut digambarkan sebagai berikut (Mile B Mattew dan Michael A
Huberman,1992) :
Sumber: Mattew B. Miles dan Michael A Huberman
Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman Pengumpulan data
Penyajian data Penarikan kesimpulan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Kajian 4.1.1. Keadaan Geografis
Kecamatan Pekanbaru Kota merupakan salah satu Kecamatan yang berada
di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan
luas wilayah 226 Hektar yang terdiri dari 6 (enam) Kelurahan. Kecamatan
Pekanbaru Kota terletak di jalur jalan raya yang menghubungkan Kota Kabupaten.
Adapun jarak lurus antara masing-masing Kelurahan dengan pusat Ibukota
Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jarak Ibukota Kecamatan dengan Kelurahan di Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun 2006
Ibukota Kecamatan Kelurahan Jarak Lurus (Km)
Simpang Empat 3,00
Sumahilang 1,00
Tanah Datar 2,50
Kota Baru 1,75
Sukaramai 1,00 Pekanbaru Kota
Kota Tinggi 0,50
Sumber : Kantor Camat Pekanbaru Kota, 2007
4.1.2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data yang diperoleh, penduduk Kecamatan Pekanbaru Kota
berjumlah 31.016 jiwa yang terdiri dari 6.003 KK (Kepala Keluarga) dengan
kepadatan penduduk setiap Km2 adalah 13.724 jiwa, untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 6. Luas, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
No Kelurahan Luas (Km2)
Sumber : Kantor Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Semua penduduk Kecamatan Pekanbaru Kota berkewarganegaraan
Indonesia asli, dan agama yang dianut oleh penduduk Kecamatan Pekanbaru Kota
yaitu 26.358 jiwa (84,98%) memeluk agama Islam, 410 jiwa (1,32 %) memeluk
agama Katolik dan Protestan sebanyak 2.399 jiwa (7,74%), Hindu sebanyak 729
jiwa (2,35%) dan Budha sebanyak 1.120 jiwa (3,61%) mayoritas penduduk
Kecamatan Pekanbaru Kota beragama Islam. Ada empat suku penduduk yang
mendiami Kecamatan Pekanbaru Kota ini yaitu Suku Melayu sebagai suku asli
dari penduduk Kecamatan Pekanbaru Kota, dan tiga suku pendatang yang telah
menetap puluhan tahun yaitu Suku Minang dan Suku Jawa (Kantor Kepala
Kecamatan Pekanbaru Kota, 2007).
Jumlah penduduk menurut kelurahan dan jenis kelamin dapat dilihat pada
Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk jenis kelamin
laki-laki sebanyak 15.667 jiwa (50,51%) dan perempuan sebanyak 15.349 jiwa
Kota adalah sebesar 102. Artinya setiap 102 penduduk laki-laki sebanding dengan
100 penduduk perempuan, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir
berimbang.
Tabel 7. Jumlah Penduduk (Jiwa) Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pekanbaru Kota Akhir Tahun 2006
Jenis Kelamin No Kelurahan
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Simpang Empat 1.143 1.056 2.199
2. Sumahilang 2.751 2.810 5.561
3. Tanah Datar 3.571 3.325 6.896
4. Kota Baru 2.847 2.900 5.747
5. Sukaramai 3.167 3.178 6.345
6. Kota Tinggi 2.188 2.080 4.268
Jumlah 15.667 15.349 31.061
Sumber: Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
4.1.3 Tingkat Pendidikan
Pendidikan sangat penting artinya dalam pembangunan. Menurut Mosher
(1969), pendidikan merupakan faktor yang memperlancar dalam proses
pembangunan, dengan demikian tingkat pendidikan masyarakat yang rendah akan
sulit menerima inovasi dan teknologi baru.
Masyarakat Kecamatan Pekanbaru Kota mempunyai tingkat pendidikan
bervariasi mulai dari yang tidak tamat SD sampai tamatan Perguruan Tinggi,
berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kecamatan menunjukkan tingkat
pendidikan penduduk Kecamatan Pekanbaru Kota sebahagian besar berpendidikan
tinggi yaitu akademi/diploma III dan sarjana, untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 8. Jumlah Penduduk 5 Tahun Keatas (Jiwa) Menurut Jenis Pendidikan yang Ditamatkan dan Kelurahan Di Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Jenis Pendidikan Yang Ditamatkan No Kelurahan Tidak/Belum
Sumber : Kantor Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Tabel 8 diatas dan Tabel 9 berikut menjelaskan jumlah penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan, dimana lulusan terbanyak dari tingkat pendidikan
Diploma III dan dari lulusan perguruan tinggi/sarjana, masing-masing sebesar
3.060 jiwa atau (11,70%) dan sebesar 2.093 jiwa (8%)
Tabel 9. Jumlah Penduduk 5 Tahun Keatas (Jiwa) Menurut Jenis Pendidikan yang Ditamatkan dan Kelurahan Di Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2006
Jenis Pendidikan Yang Ditamatkan No Kelurahan
Diploma II Akademi/ Diploma III
Sumber : Kantor Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Dari data di atas dapat kita tafsirkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat
Kecamatan Pekanbaru Kota sudah tinggi, pada level pendidikan akademi dan
tingkat sosial ekonomi dan motivasi penduduk tinggi, tentang pentingnya akan
pendidikan, akhir-akhir ini masyarakat sudah mulai sadar tentang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun non formal, karena pendidikan mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap mental dan kualitas sumberdaya manusia di dalam
suatu masyarakat.
4.1.4. Lapangan Pekerjaan
Dalam menjalankan aktivitas masyarakat, lapangan pekerjaan merupakan
salah satu hal yang sangat mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk
melakukan usaha. Jenis pekerjaan atau mata pencaharian penduduk Kecamatan
Pekanbaru Kota bervariasi, mulai dari swasta, berdagang, di bidang jasa, industri
pengolahan, petani, buruh tani, tukang, masyarakat dan pensiunan. Pekerjaan
masyarakat Kecamatan Pekanbaru Kota dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Pekanbaru Kota Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2007
Lapangan Pekerjaan Kelurahan Pertanian
Tanaman Pangan
Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian Lainnya
Sumber: Kantor Kepala Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Sebagian besar penduduk Kecamatan Pekanbaru Kota bermata pencaharian
pencaharian penduduk Kecamatan Pekanbaru Kota menurut Kelurahan
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan Pekanbaru Kota Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007
Lapangan Pekerjaan Kelurahan Industri
Pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya
Simpang Empat 43 528 194 141 294
Sumahilang 131 1.418 622 358 510
Tanah Datar 142 1.112 1.400 302 697
Kota Baru 299 654 1.493 170 432
Sukaramai 208 722 1.397 232 569
Kota Tinggi 98 885 805 93 436
Jumlah 921 5.317 5.912 1.296 2.938
Sumber: Kantor Kepala Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Tabel 10 dan Tabel 11 menggambarkan jenis lapangan pekerjaan
masyarakat Kecamatan Pekanbaru Kota dimana yang bekerja di sektor pertanian,
paling dominan di bidang peternakan yaitu sebanyak 318 jiwa atau 1,85 %, dan
bekerja disektor industri pengolahan sebanyak 921 jiwa atau 5,35 % dan angkutan
sebanyak 1.296 jiwa (7,53%), dengan melihat data di atas pekerjaan yang paling
dominan atau paling banyak dilakukan oleh penduduk Kecamatan Pekanbaru Kota
adalah pada dua sektor yakni jasa dan perdagangan, masing-masing sebanyak
5.912 jiwa (34,35%) dan perdagangan sebanyak 5.317 jiwa (30,89%).
Kondisi kesehatan masyarakat Kecamatan Pekanbaru Kota dipengaruhi oleh
penggunaan sumber air minum yang digunakan masyarakat. Disamping itu
ketersediaan sarana prasarana kesehatan juga menentukan kondisi kesehatan
terjamin kondisi kesehatan masyarakat tersebut. Kondisi penggunaan sumber air
minum yang berada di Kecamatan Pekanbaru Kota dapat dilihat pada Tabel 12
berikut :
Tabel 12. Jumlah Rumah Tangga (Jiwa) Menurut Penggunaan Sumber Air Minum Per Kelurahan Di Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Sumber Air Minum Sumber : Kantor Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Dari Tabel 12 diatas diketahui ternyata penduduk Kecamatan Pekanbaru
Kota tidak semuanya menggunakan fasilitas air bersih yang disiapkan Pemerintah
Kota Pekanbaru berupa layanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), karena dari 6.003 rumah tangga yang ada dikecamatan Pekanbaru kota
hanya 2.618 rumah tangga yang menggunakan air dari PDAM, 1.359 rumah
tangga menggunakan air bersih bersumber dari sumur pompa dan sisanya 2.026
menggunakan air bersih yang bersumber dari air sumur, sementara masyarakat di
Kecamatan Pekanbaru tidak ada rumah tangga yang menggunakan air bersih yang
bersumber dari sungai/danau ataupun dari mata air.
Faktor lain yang mendukung kesehatan masyarakat secara keseluruhan
adalah kebiasaan masyarakat melakukan olahraga secara rutin dan teratur pada
tempat yang memadai terutama pada tempat-tempat olahraga yang sudah memiliki
masyarakat membentuk perkumpulan berupa klub olahraga, adapun klub olahraga
yang ada di Kecamatan Pekanbaru Kota seperti terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Klub Olahraga Menurut Kelurahan di Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Jenis Klub Olahraga (Klub) Kelurahan Sepak
Sumber : Kantor Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Tabel 13 diatas menggambarkan bahwa sekalipun Kecamatan Pekanbaru
Kota berada dijantung Kota Pekanbaru tetapi beberapa kelurahan masih memiliki
beberapa sarana klub olahraga, tetapi kelurahan yang memiliki banyak klub
olahraga di Kecamatan Pekanbaru Kota adalah Kelurahan Suma Hilang dengan 12
klub olahraga, kemudian disusul Kelurahan Kota Tinggi dengan tujuh klub olah
raga, kemudian Kelurahan Sukaramai dengan enam klub olahraga, sementara
Kelurahan Simpang Empat, Tanah Datar, dan Kota Baru masing-masing memiliki
lima klub olahraga. Sementara banyaknya klub olahraga di Kelurahan, bukan
berarti semua kelurahan memiliki fasilitas olahraga, untuk lebih jelasnya fasilitas
Tabel 14. Jumlah Fasilitas Lapangan Olahraga Menurut Kelurahan di Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2006
Fasilitas Lapangan Olahraga (unit) Kelurahan Sepak Sumber : Kantor Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Fasilitas olahraga yang banyak tersedia di Kelurahan Suma Hilang dengan
tujuh sarana olahraga, kemudian Kelurahan Simpang Empat dengan enam fasilitas
olahraga, kemudian lima fasilitas olahraga di Kelurahan Kota Tinggi, Kelurahan
Tanah Datar empat fasilitas olahraga, tiga Fasilitas olahraga di Kelurahan Kota
Baru, sementara Kelurahan Sukaramai hanya memiliki dua fasilitas olahraga.
Fasilitas olahraga yang ada di Kecamatan Pekanbaru Kota tidak semuanya
fasilitas milik pemerintah, akan tetapi juga ada fasilitas olahraga yang dimiliki
V. POSYANDU DI KECAMATAN PEKANBARU KOTA
5.1. Posyandu Di Kecamatan Pekanbaru Kota
Salah satu upaya yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru
Provinsi Riau untuk meningkatkan peran dan fungsi Posyandu sejak pemerintahan
orde baru sampai saat ini adalah menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD). Peran dan fungsi Posyandu dalam peningkatan gizi
masyarakat diwujudkan melalui Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGK). Di
Kecamatan Kota Pekanbaru, sebagian besar kegiatan UPGK dilaksanakan di
Posyandu.
Kecamatan Kota Pekanbaru memiliki sebanyak 34 Posyandu yang berada di
6 Kelurahan, diantaranya Kelurahan Sumahilang sebanyak 9 Posyandu, Kelurahan
Tanah Datar sebanyak 7 Posyandu, Kelurahan Kota Baru dan Kelurahan
Sukaramai masing-masing sebanyak 6 Posyandu, Kelurahan Kota Tinggi 4
Posyandu, dan Kelurahan Simpang Empat 2 Posyandu. Jumlah Posyandu
terbanyak terdapat di Kelurahan Sumahilang. Hal ini dikarenakan Ketua Rukun
Warga (RW) di kelurahan ini cukup aktif mengerakkan warganya untuk
berpartisipasi di dalam kegiatan Posyandu. Disamping itu, jumlah Posyandu
merupakan jumlah RW yang berada di masing-masing kelurahan yang ada di
Kecamatan Pekanbaru Kota. Tabel 15 menunjukkan nama dan lokasi Posyandu di
Tabel 15. Nama dan Lokasi Posyandu di Seluruh Kelurahan pada Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2007
Kelurahan Nama Posyandu / RW Lokasi (nama jalan) Sumahilang 1. Pinang Sebatang KH.Wahit Hasyim
2. Dharma Ibu KH.Wahit Hasyim
Tanah Datar 1. Jambu Mawar Kantor Lurah
2. Jambu Air Cik Di Tiro
Kota Tinggi 1. Vinus Tangkuban Perahu
2. Vinus Melati III Gg.AI Husna
3. Vinus Melati IV Tangkuban Perahu
4. Vinus Melati V JI.Bintara
Sukaramai 1. Tunas Jaya WR.Mongonsidi
2. Nilam Nilam
3. Karya Maju Kopi
4. Kasih Ibu Gg.BRI
5. Kasih Ananda Gg. BRI
6. Melati Gg.Awaludin
Simpang Empat 1. Nenas Kartini
2. Kelapa Sudirman
Sumber : Puskesmas, Posyandu, dan BPS Kecamatan Pekanbaru Kota, 2007
Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota
umumnya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat
penyelenggaraan tersebut di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai
masing-masing kelurahan pada Kecamatan Pekanbaru Kota sudah tersedia, tetapi
belum ada tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang
didukung oleh pemerintah daerah. Oleh sebab itu, kerja sama dari Pemerintah
Kota Pekanbaru, Pemerintah Propinsi Riau, dan masyarakat dibutuhkan untuk
membangun tempat khusus yang mewadahi seluruh kegiatan Posyandu. Tempat
ini dapat disebut sebagai ”Wisma Posyandu” atau sebutan lainnya.
Keberadaan tempat Posyandu di setiap kelurahan pada Kecamatan
Pekanbaru Kota dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan Tabel 16, hampir
seluruh kelurahan telah memiliki tempat posyandu, hanya Kelurahan Kota Tinggi
yang belum memiliki tempat Posyandu. Kelurahan Tanah Datar merupakan
kelurahan dengan jumlah tempat Posyandu terbanyak di Kecamatan Pekanbaru
Tabel 16. Kondisi Tempat Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota Tahun 2003-2007
Kondisi Tempat Posyandu
No Kelurahan RW /
Nama Posyandu 2003 2004 2005 2006 2007 1 Suma Hilang 1. Pinang Sebatang X X x x x
Sumber : Puskesmas Kecamatan Pekanbaru Kota, 2007
Keterangan : V = mempunyai tempat posyandu
X = tidak mempunyai tempat posyandu (halaman rumah masyarakat)
Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Di seluruh
langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu,
mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Kader Posyandu
Pada hari buka posyandu, tugas dan tanggung jawab para kader Posyandu
antara lain:
a. Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana
Posyandu termasuk penyiapan makanan tambahan (PMT).
b. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu
c. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
Posyandu
d. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku
register Posyandu
e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil
penimbangan serta memberikan PMT.
f. Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai dengan kewenangannya,
misalnya memberikan vitamin A, pemberian tablet zat besi (Fe), oralit, pil
KB, kondom. Apabila pada hari buka tenaga kesehatan dan puskesmas
datang berkunjung (sebulan sekali), pelayanan kesehatan dan KB ini
diselenggarakan bersama petugas Puskesmas.
g. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas Puskesmas
melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.
Di luar hari buka Posyandu, tugas dan tanggungjawab kader antara lain:
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: bayi, anak balita, ibu
b. Membuat grafik SKDN, yaitu: jumlah semua balita yang bertempat tinggal
di wilayah kerja Posyandu (S), jumlah balita yang mempunyai kartu
Menuju Sehat atau Buku KIA (K), jumlah balita yang datang pada Hari
Buka Posyandu (D) dan jumlah balita yang timbangan berat badannya naik
(N).
c. Melakukan tindak lanjut terhadap :
a. Sasaran yang tidak datang
b. Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan
d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu
saat hari buka
e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri
pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.
2. Petugas Puskesmas
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu hanya
satu kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan
Puskesmas tidak pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka
lebih dari 1 kali dalm sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka
Posyandu antara lain sebagai berikut:
a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di meja 5
(lima), sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan
kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali
dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader
Posyandu sesuai dengan kewenangannya.
c. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, KB dan gizi kepada pengunjung
Posyandu dan masyarakat luas.
d. Menganalisa hasil kegiatan posyandu, melaporkan hasilnya kepada Puskesmas
serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai
dengan kebutuhan Posyandu.
3. Stakeholder (Pemangku Kepentingan)
a. Camat, selaku penanggung jawab Pokjanal Posyandu kecamatan:
1). Mengkordinasikan hasil kegiatan dan tidak lanjut kegiatan Posyandu
2). Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu
3) Melakukan pembinaan untuk terselanggaranya kegiatan Posyandu
secara teratur
b. Lurah/Kepala desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab Pokja
Posyandu Kelurahan/desa
1). Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk
penyelenggaraan Posyandu
2). Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada
hari buka Posyandu
3) Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan
tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan
Posyandu
4) Menindak lanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama LKMD/LPM/LKD