• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Semarang, Juni Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 telah dapat diterbitkan. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal bidang kesehatan di Provinsi Jawa Tengah adalah Profil Kesehatan Provinsi.

Data yang digunakan dalam proses penyusunan Profil ini bersumber dari berbagai unit kerja baik lintas program dilingkungan kesehatan maupun lintas sektor dengan didukung data dari kabupaten/kota yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran data sehingga keluaran data tersebut menjadi valid, akurat dan relevan.

Sebagian dari indikator yang tercantum dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 merupakan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, kami sampaikan terima kasih.

Semarang, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Dr. Anung Sugiantono, M.Kes Pembina Utama Madya NIP. 19600320 198502 1 002

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 telah dapat diterbitkan. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal bidang kesehatan di Provinsi Jawa Tengah adalah Profil Kesehatan Provinsi.

Data yang digunakan dalam proses penyusunan Profil ini bersumber dari berbagai unit kerja baik lintas program dilingkungan kesehatan maupun lintas sektor dengan didukung data dari kabupaten/kota yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran data sehingga keluaran data tersebut menjadi valid, akurat dan relevan.

Sebagian dari indikator yang tercantum dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 merupakan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, kami sampaikan terima kasih.

Semarang, Juni 2012 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Dr. Anung Sugiantono, M.Kes Pembina Utama Madya NIP. 19600320 198502 1 002

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii

Daftar Gambar vii

Daftar Tabel x

Daftar Tabel Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ………. B. Sistematika Penyajian ……… 1 1 2

BAB II GAMBARAN UMUM ……….

A. Keadaan Geografi ………

B. Keadaan Penduduk ……….

1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk ………. 2. Rasio Jenis Kelamin ... 3. Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur ………

C. Keadaan Ekonomi ………..

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ………. 2. Angka Beban Tanggungan ……….

D. Keadaan Pendidikan ……….. 4 4 4 4 5 5 6 6 8 8

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ………

A. Angka Kematian ………..

1. Angka Kematian Bayi ... 2. Angka Kematian Balita ...

3. Angka Kematian Ibu ………

4. Angka Kematian Lalu Lintas ………

B. Angka Kesakitan ………

1. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita ”Acute Flaccid Paralysis” (AFP) ... 2. Prevalensi Tuberculosis ... 3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA (+) ... 4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+) ... 5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani ………. 6. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian karena AIDS ... 7. Jumlah Kasus Baru Infeksi Menular Seksual lainnya ... 8. Donor Darah Diskrining terhadap HIV ... 9. Kasus Diare Ditangani ... 10. Prevalensi Kusta ... 11. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat ... 12. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue ... 13. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue ... 14. Angka Kesakitan Malaria ... 15. Angka Kematian Malaria ...

10 10 10 12 13 15 15 15 17 17 18 19 20 21 22 23 23 24 25 26 27 28

(4)

16. Kasus Penyakit Filariasis Ditangani ……… 17. Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) ………..

a. Difteri ……….

b. Pertusis ... c. Tetanus (Non Neonatorum) ... d. Tetanus Neonatorum ………..

e. Campak ………

f. Polio ... g. Hepatitis B ...

18. Penyakit Tidak Menular ………

a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ………

1) Hipertensi ………

2) Stroke ……….

3) Dekompensasio Kordis ... b. Diabetes Melitus ... c. Neoplasma ... d. Penyakit paru Obstruktif Kronis ... e. Asma Bronkial ... C. Angka Status Gizi Masyarakat ……….. 1. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah ... 2. Persentase Balita Dengan Gizi Kurang ... 3. Persentase Balita Dengan Gizi Buruk ...

29 29 29 30 30 31 32 33 33 33 35 35 37 37 38 40 41 42 42 42 43 44

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN .………

A. Pelayanan Kesehatan ………... 1. Pelayanan Kesehatan Ibu ... a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1 ... b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 ……... c. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan . d. Cakupan Pelayanan Nifas ………... e. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani ... 2. Pelayanan Kesehatan Anak ...

a. Cakupan Kunjungan Neonatus ... b. Cakupan Kunjungan Bayi ... c. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani ... d. Cakupan Pelayanan Anak Balita ... e. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat f. Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat.. 3. Pelayanan Gizi ...

a. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi ... b. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita ... c. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas ... d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe ... e. Persentase Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif ... f. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak

usia 6-24 bulan Keluarga Miskin ... g. Jumlah Balita Ditimbang ...

46 46 46 46 46 47 48 48 49 49 50 51 52 52 53 54 54 54 56 57 58 60 61

(5)

h. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ... i. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik ... 4. Pelayanan Keluarga Berencana ………

a. Persentase Peserta KB Baru ... b. Persentase Peserta KB Aktif ...

5. Pelayanan Imunisasi ……….………

a. Cakupan Desa/Kelurahan “Universal Child Immunization” (UCI) ………... b. Cakupan Imunisasi Bayi ……… c. Drop Out Imunisasi DPT1-Campak ……….. d. Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil .……… 6. Pelayanan Kesehatan Gigi ……….. a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap ……….. b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut ... c. Murid SD/MI Mendapat Perawatan Gigi dan Mulut ……….. 7. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut ……… 8. Pelayanan Gawat Darurat dan Kejadian Luar Biasa ………….. a. Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan

Pelayanan Kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota ... b. Desa/Kelurahan Terkena Kejadian Luar Biasa yang

Ditangani <24 Jam ... c. Jumlah Penderita dan Kematian pada Kejadian Luar Biasa 9. Jumlah Penyuluhan Kesehatan ……… B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ……….. 1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Para Bayar ... 2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Masyarakat

Miskin ... 3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Masyarakat Miskin 4. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana

Pelayanan Kesehatan ……….. 5. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan

Kesehatan ...

6. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit ……….. 7. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit ... C. Perilaku Hidup Masyarakat ... 1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan

Sehat ... D. Keadaan Lingkungan ... 1. Persentase Rumah Sehat ... 2. Persentase Rumah/Bangunan yg Diperiksa Jentik Nyamuk

Aedes ... 3. Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang

Digunakan ……… 4. Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan ……….. 5. Persentase Keluarga dengan KepemilikanSarana Sanitasi

Dasar ………. 62 63 63 63 65 65 65 67 68 69 69 69 70 71 72 73 73 74 76 76 78 78 80 80 80 81 82 82 84 84 86 86 87 87 89 89

(6)

BAB V

BAB VI

6. Persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat ……….. 7. Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya ………

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ……….

A. Sarana Kesehatan ………

1. Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat ………

2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut

Kepemilikan/Pengelola ………. 3. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes

dan Memiliki 4 Spesialis Dasar ……….. 4. Posyandu menurut Strata ………. 5. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) …………. 6. Data Dasar Puskesmas ………..

B. Tenaga Kesehatan ………

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan ……… 2. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan 3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan 4. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan ……… 5. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana

Kesehatan ………. 6. Jumlah dan Rasio Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapi di

Sarana Kesehatan ………..

C. Pembiayaan Kesehatan ……….

1. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten/Kota

KESIMPULAN ………..

A. Derajat Kesehatan ……….. 1. Mortalitas / Angka Kematian ………. 2. Morbiditas / Angka Kesakitan ………. 3. Status Gizi ……… B. Upaya Kesehatan ………. 1. Pelayanan Kesehatan .………. 2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ………. 3. Perilaku Hidup Masyarakat ……… 4. Keadaan Lingkungan ……….

C. Sumber Daya Kesehatan ………..

1. Sarana Kesehatan ………. 2. Tenaga Kesehatan ………. 3. Pembiayaan Kesehatan ………. 90 90 92 92 92 93 93 94 98 99 100 101 103 104 104 105 106 107 107 109 109 109 109 112 112 112 116 117 117 118 118 119 119 LAMPIRAN

(7)

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16 Gambar 3.17 Gambar 3.18 Gambar 3.19 Gambar 3.20 Gambar 3.21 Gambar 3.22 Gambar 3.23 Gambar 3.24 Gambar 3.25 Gambar 3.26 Gambar 3.27 Gambar 3.28

Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Angka Kematian Bayi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ...

Angka Kematian Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011... Angka Kematian Balita di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Angka Kematian Ibu di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Penemuan Kasus AFP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Angka Penemuan TB Paru di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 Angka Kesembuhan TB Paru di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008– 2011 ... Persentase Penanganan Kasus Pneumonia Balita Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2008–2011 ... Kasus HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Persentase Kasus Baru AIDS menurut Jenis Kelamin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... Grafik Cakupan Penemuan Penderita Diare Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Persentase Penderita Kusta selesai diobati Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... Angka Kesakitan DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... Angka Kematian DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Peta CFR DBD Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 Angka Kesakitan Malaria di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 .. Peta CFR Malaria Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Penemuan Kasus Difteri Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Penemuan Kasus Pertusis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... Penemuan Kasus Tetanus Non Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... Penemuan Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Kasus Campak yang Dilaporkan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008– 2011 ... Kasus Hepatitis B Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Persentase Kasus Penyakit Tidak Menular Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Prevalensi Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... Tren Peningkatan Kasus Hipertensi Essensial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... 11 11 12 13 14 14 16 18 19 20 21 21 23 24 26 26 27 28 28 30 30 31 32 32 33 35 36 36

(8)

Gambar 3.29 Gambar 3.30 Gambar 3.31 Gambar 3.32 Gambar 3.33 Gambar 3.34 Gambar 3.35 Gambar 3.36 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21

Prevalensi Penyakit Stroke Hemoragik & Non Hemoragik Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 ... Prevalensi Dekompensasio Kordis Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008–2011 ... Prevalensi Penyakit Diabetes Mellitus di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008–2011 ... Prevalensi Penyakit Kanker Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 Prevalensi PPOK Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006–2010 ... Prevalensi Asma Bronkial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 Persentase Bayi dengan Berat Lahir Rendah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... Peta Kasus Balita dengan Gizi Buruk (BB/TB) Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Cakupan Pelayanan Antenatal K4 di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2007–2011 ... Cakupan Kunjungan Neonatus Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 ... Cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 .. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/MI Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 ... Cakupan Suplementasi Kapsul Vit.A pada Bayi dan Balita Tahun 2007-2011 ... Cakupan Suplementasi Kapsul Vit.A pada Balita Tahun 2007-2011 ... Cakupan Ibu Nifas mendapat Kapsul Vit. A Tahun 2007-2011 ... Persentase Pemberian Tablet Fe Pada Ibu hamil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Tahun 2007-2011 ... Cakupan Balita yang Ditimbang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Jumlah Balita dengan Gizi Buruk Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 ... Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium Baik Tahun 2007-2011 ... Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2007–2011 ... Cakupan Imunisasi Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 .... Rasio Tumpatan dan Pencabutan Gigi Tetap Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Murid SD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Cakupan Perawatan Gigi Murid SD di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2007–2011 ... Pelayanan Kesehatan Usia lanjut di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... 37 38 40 40 41 42 43 45 47 50 51 53 54 55 56 57 59 61 62 63 64 65 66 68 70 71 71 72

(9)

Gambar 4.22 Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Gambar 4.31 Gambar 4.32 Gambar 4.33 Gambar 4.34 Gambar 4.35 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11 Gambar 5.12 Gambar 5.13 Gambar 5.14 Gambar 5.15 Gambar 5.16 Gambar 5.17

Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat yang dapat Diakses Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Distribusi Frekuensi KLB menurut Jumlah Desa yang Terserang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 ... Grafik Distribusi Frekuensi Desa/Kelurahan Terkena KLB yang

ditangani kurang dari 24 jam Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 Kejadian KLB menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Jenis KLB menurut Desa/Kelurahan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2011 ... Distribusi Frekuensi Penyuluhan Kelompok yang Dilakukan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Distribusi Frekuensi Penyuluhan Massa yang Dilakukan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Cakupan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Non Maskin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 ... Ckupan Kepesertaan Program JPK Pra Bayar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Cakupan Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 ... Cakupan Rumah Sehat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Akses Air Bersih di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Cakupan Sanitasi Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 ... Cakupan Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Tingkat Kecukupan Obat di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... Persentase Posyandu Berdasarkan Strata, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Jumlah Posyandu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Cakupan Posyandu Purnama Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 Cakupan Posyandu Mandiri Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 .... Rasio Dokter Spesialis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011 ... Rasio Dokter Umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Rasio Dokter Gigi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Rasio Tenaga Perawat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Rasio Tenaga Bidan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Rasio Tenaga Kefarmasian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011... Rasio Tenaga Gizi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 ... Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2007–2011 ... Rasio Tenaga Sanitasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007–2011 Rasio Tenaga Tehnisi Medis di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2007–2011 ... 73 74 75 75 76 77 77 79 79 85 87 88 89 90 92 91 94 95 96 97 98 99 101 102 101 103 103 104 105 105 106 106

(10)

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 5.1

Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah Tahun 2006-2010 ... PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2010.... Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011 ... Jumlah rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah menurut Jenis dan

Pemilikan Tahun 2011 ... 6 7 8 22 83

(11)

DAFTAR TABEL

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011

TABEL 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota TABEL 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban

Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota

TABEL 3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

TABEL 4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 5 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun keatas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 6 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 7 Jumlah Kematian Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota.

TABEL 8 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kabupaten/Kota

TABEL 9 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) Menurut Kabupaten/Kota.

TABEL 10 Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota.

TABEL 11 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota.

TABEL 12 Jumlah Kasus dan Kesembuhan TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota.

TABEL 13 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota.

TABEL 14 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, Dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 15 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV-AIDS Menurut Jenis Kelamin

TABEL 16 Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 17 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 18 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 19 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 20 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

(12)

TABEL 21 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 22 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota - Lanjutan

TABEL 23 Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 24 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 25 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 27 Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 28 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota.

TABEL 29 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota

TABEL 30 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kabupaten/Kota

TABEL 31 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil Dan Neonatal Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 32 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita, Dan Ibu Nifas Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 33 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota TABEL 34 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kabupaten/Kota TABEL 35 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi,

Kabupaten/Kota

TABEL 36 Cakupan Kunjungan Neonatus Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 37 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 38 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota

TABEL 39 Cakupan Imunisasi DPT, HB, Dan Campak Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 40 Cakupan Imunisasi BCG Dan Polio Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 41 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 42 Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia 6-23 Bulan Dari Keluarga Miskin Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 43 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota TABEL 44 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 45 Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

(13)

TABEL 46 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 47 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 48 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 49 Persentase Sarnan Kesehatan Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1

TABEL 50 Desa/Kelurahan Terkena KLB Yang Ditangani <24 jam Menurut Kabupaten/Kota

TABEL 51 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis KLB

TABEL 52 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 53 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota (Lanjutan)

TABEL 54 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan

TABEL 55 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 56 Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 57 Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (Dan Hampir Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota

TABEL 58 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan

TABEL 59 Angka Kematian di Rumah Sakit

TABEL 60 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit

TABEL 61 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Sehat Menurut Kabupaten/Kota

TABEL 62 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan dan Puskesmas

TABEL 63 Persentase Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Menurut Kabupaten/Kota

TABEL 64 Persentase Keluarga Menurut Jenis Sarana Air Bersih Yang Digunakan, Kabupaten/Kota

TABEL 65 Persentase Keluaga Menurut Sarana Air Minum Yang Digunakan, Kabupaten/Kota

TABEL 66 Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kabupaten/Kota

TABEL 67 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat Menurut Kabupaten/Kota

(14)

Kabupaten/Kota

TABEL 69 Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat

TABEL 70 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan

TABEL 71 Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar

TABEL 72 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kabupaten/Kota

TABEL 73 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kabupaten/Kota

TABEL 74 Jumlah Tenaga Medis di Sarana Kesehatan

TABEL 75 Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan TABEL 76 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan

TABEL 77 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan TABEL 78 Jumlah Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Sarana Kesehatan TABEL 79 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota

TABEL 80 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk

TABEL 81 Persentase Desa/Kelurahan dengan Garam Beryodium yang Baik TABEL 82 Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular Menurut Kabupaten/Kota

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam upaya mewujudkan Jawa Tengah Sehat, pembangunan kesehatan di Jawa Tengah tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sektor kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan selama ini dilakukan tidak hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi juga tidak luput peran dari sektor non kesehatan dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi permasalahan kesehatan.

Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan tujuan, diperlukan manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Untuk itu, peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin dibutuhkan dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka.

Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri. Untuk itu pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat dengan dikemas secara baik, sederhana, informatif, dan tepat waktu.

Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif, untuk dipakai sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah adalah gambaran situasi kesehatan yang memuat berbagai

(16)

data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan capaian indikator hasil pembangunan kesehatan.

B. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penyajian Profil Kesehatan adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi penjelasan tentang maksud, tujuan dan sistematika penyajiannya.

BAB II : GAMBARAN UMUM

Menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Jawa Tengah meliputi letak geografis, kependudukan, ekonomi dan pendidikan yang erat kaitannya dengan kesehatan.

BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat.

BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN

Menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota.

BAB V

:

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

BAB VI : KESIMPULAN

Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan porgram/kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Jawa Tengah.

(17)

LAMPIRAN

Berisi resume atau angka pencapaian kabupaten/kota dan 82 tabel data yang sebagian diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. KEADAAN GEOGRAFI

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak cukup strategis karena berada diantara dua provinsi besar, yaitu bagian barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. Sedangkan bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya antara 5°40' - 8°30' lintang selatan dan antara 108°30' - 111°30'

bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa).

Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar 32.544,12 km², secara administratif terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar menjadi 573 kecamatan dan 8.576 desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 2.138,51 km², atau sekitar 6,57% dari luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota Magelang merupakan wilayah yang luasnya paling kecil yaitu seluas 18,12 km².

Secara topografi, wilayah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari wilayah daratan yang dibagi menjadi 4 (empat) kriteria :

a. Ketinggian antara 0–100 m dari permukaan air laut, seluas 53,3%, yang daerahnya berada di sepanjang pantai utara dan pantai selatan.

b. Ketinggian antara 100–500 m dari permukaan air laut seluas 27,4%. c. Ketinggian antara 500–1.000 m dari permukaan air laut seluas 14,7%. d. Ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan air laut seluas 4,6%.

B. KEADAAN PENDUDUK

1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 32.382.657 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 32.544,12 kilometer persegi (km²), rata-rata kepadatan penduduk sebesar 995,04 jiwa untuk setiap km². Wilayah terpadat

(19)

adalah Kota Surakarta, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 11.341 jiwa per km². Wilayah terlapang adalah Kabupaten Blora, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 462 jiwa per km², dengan demikian persebaran penduduk di Jawa Tengah belum merata.

Jumlah rumah tangga sebanyak 8.703.696, maka rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 3,72 jiwa untuk setiap rumah tangga. Penduduk terbanyak di Kabupaten Brebes 1.733.869 jiwa (5,35%) dan paling sedikit di Kota Magelang 118.227 jiwa (0,37%). Data mengenai kependudukan dapat dilihat pada lampiran Tabel 1.

2. Rasio Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, didapatkan jumlah penduduk laki-laki di Jawa Tengah 16.091.112 jiwa (49,69%) dan jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah 16.291.545 jiwa (50,31%). Sehingga didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 98,77 per 100 penduduk perempuan, berarti setiap 100 penduduk perempuan ada sekitar 98 atau 99 penduduk laki-laki. Data mengenai rasio jenis kelamin (sex ratio) dapat dilihat pada lampiran Tabel 2.

3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 15–44 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 3.

Perbandingan komposisi proporsi penduduk menurut usia produktif dari tahun 2006 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

(20)

Tabel 2.1

Persentase Kelompok Usia Produktif Jawa Tengah tahun 2006 – 2010

Kelompok Usia (Tahun) TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 0 - 14 25,98 % 27,02 % 26,57 % 25,03 % 26,32 % 15 – 64 66,92 % 65,21 % 65,66 % 67,87 % 66,53 % 65 + 7,10 % 7,77 % 7,77 % 7,11 % 7,05 %

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi penduduk tahun 2010 bila dibandingkan dengan tahun 2009, kelompok usia produktif (15-64 tahun) mengalami penurunan, sedangkan kelompok usia belum produktif (0-14 tahun) mengalami kenaikan. Hal ini berarti bahwa angka beban tanggungan menjadi bertambah.

C. KEADAAN EKONOMI

1. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah ukuran kuantitatif dari kinerja perekonomian suatu wilayah selama satu periode waktu tertentu. PDRB merupakan total nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit usaha yang beroperasi di wilayah domestik.

Perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 6,0% dibanding tahun 2010. Berdasarkan hasil penghitungan triwulan I sampai dengan triwulan IV , PDRB Jawa Tengah tahun 2011 atas dasar harga berlaku meningkat sebesar Rp. 53,9 triliun, yaitu dari Rp. 444,7 triliun pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 498,6 triliun pada tahun 2011. Jika dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2011 mencapai Rp. 198,2 triliun, sedangkan pada tahun 2010 sebesar Rp. 187,0 triliun.

Selama tahun 2011, semua sektor ekonomi yang membentuk PDRB mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 8,6%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,5%, sektor jasa-jasa 7,5%, sektor industri

(21)

pengolahan 6,7%, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 6,6%, sektor konstruksi 6,3%, sektor pertambangan dan penggalian 4,9%, sektor listrik, gas dan air bersih 4,3%. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan terendah pada tahun 2011 adalah sektor pertanian yaitu sebesar 1,3%.

Selain itu dapat dilihat besarnya sumbangan (andil) masing-masing sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi selam tahun 2011. Sektor industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan 6,7% mampu memberikan andil terbesar terhadap sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,2%. Sumber pertumbuhan terbesar kedua adalah dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 1,6%. Sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi, meskipun mengalami pertumbuhan terbesar yaitu 8,4%, sektor ini hanya mampu memberikan sumbangan 0,4% terhadap sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan kontribusi nilai tambah bruto sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDRB Jawa Tengah relatif kecil.

PDRB per kapita merupaka PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2011 angka PDRB per kapita atas dasar harga berlaku diperkirakan mencapai 15,4 juta dengan laju peningkatan sebesar 12,0% dibandingkan dengan PDRB per kapita tahun 2010 sebesar Rp. 13,7 juta. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan pada tahun 2011 sebesar Rp. 6,1 juta atau secara riil meningkat sebesar 5,9% dibandingkan dengan tahun 2010 yan gsebesar Rp. 5,8 juta.

Tabel 2.2

PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2008 – 2011 (jutaan rupiah)

Tahun PDRB per Kapita

atas dasar harga berlaku atas dasar harga konstan PDRB per Kapita

2008 11,124 5,142

2009 11,957 5,345

2010 13,732 5,774

2011 15,376 6,112

(22)

2. Angka Beban Tanggungan

Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 50,31. Angka tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2009 (51,43), berarti pada tahun 2010 setiap 100 penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 50 penduduk usia belum produktif (0–14 tahun) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas).

D. KEADAAN PENDIDIKAN

Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.

Dibandingkan dengan tahun 2009 secara umum telah terjadi peningkatan di bidang pendidikan. Peningkatan terjadi pada tingkat pendidikan SD, SMP dan Akademi/Perguruan Tinggi. Hal ini wajar terjadi mengingat semakin digalakkannya program sekolah gratis bagi jenjang SD dan SMP dan program-program pendidikan lainnya. Berikut ini disajikan tabel persentase jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2010.

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2010

Tahun Blm/Tdk Pernah Sekolah

Tdk punya

Ijazah SD/MI SD/MI SMP SMU/SMK DIPL/AK/ PT Total

2007 7,84 26,46 31,74 15,58 12,45 5,93 100,00

2008 9,33 23,03 32,01 16,58 14,64 4,41 100,00

2009 8,42 22,16 32,50 17,22 15,21 4,48 100,00

2010 8,13 18,91 34,55 18,11 10,48 4,93 100,00

(23)

Peningkatan tersebut berimbas pada kemampuan baca tulis penduduk yang tercermin dari angka melek huruf. Persentase penduduk yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya pada tahun 2010 sebesar 91,02%, sedangkan yang buta huruf sebesar 8,98%. Bila dilihat dari jenis kelaminnya, maka penduduk laki-laki lebih banyak yang melek huruf dibandingkan dengan penduduk perempuan, angka melek penduduk laki-laki sebesar 94,28% dan perempuan sebesar 87,87%. Data mengenai angka melek huruf dapat dilihat pada lampiran Tabel 5.

Demikian gambaran umum Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 secara ringkas dengan penyajian tentang kependudukan, perekonomian dan pendidikan. Faktor perekonomian dan pendidikan secara bersama-sama dengan kesehatan digunakan untuk menentukan Indeks Pembangunan Manusia.

(24)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.

Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya.

A. ANGKA KEMATIAN

Angka kematian dari waktu ke waktu menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI dan Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas.

1. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah.

AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 10,62/1.000

(25)

kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals

(MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Dibawah ini grafik AKB di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008-2011.

8,5 9 9,5 10 10,5 11 AKB 9,27 10,25 10,62 10,34 2008 2009 2010 2011

Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 –2011 Angka kematian bayi tertinggi adalah Kabupaten Rembang sebesar 21,97/1.000 kelahiran hidup, sedangkan terendah adalah Kota Surakarta sebesar 3,63/1.000 kelahiran hidup. 3,63 5,41 6,66 6,727,09 7,49 7,558,49 8,51 8,548,68 8,72 8,859,11 9,23 9,23 9,23 9,339,38 9,69 9,7210,08 11,1611,67 12,15 12,27 12,6312,93 13,23 13,30 15,25 15,7917,34 17,53 21,97 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Kota Surakarta Kota Tegal Kab.DemakKab.Kudus Kab.MagelangKota Salatiga Kab.Tegal Kota Magelang Kab.Grobogan Kab.Pekalongan Kab.Sragen Kab.Brebes Kab.Kebumen Kab.Sukoharjo Kab.KaranganyarKota Pekalongan Kab.Pati Kab.CilacapKab.Klaten Kab.Jepara Kab.Banyumas Kab.Wonogiri Kab.PurbalinggaKab.Kendal Kota Semarang Kab.BoyolaliKab.Blora Kab.Pemalang Kab.WonosoboKab.Semarang Kab.Purw orejo Kab.BanjarnegarKab.Batang Kab.Temanggung Kab.Rembang

Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

(26)

2. Angka Kematian Balita

Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0–5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan.

AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 11,50/1.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 12,02/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup, AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah melampaui target. Dibawah ini grafik AKB di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008-2011.

9 9,5 10 10,5 11 11,5 12 12,5 AKABA 10,12 11,6 12,02 11,5 2008 2009 2010 2011

Gambar 3.3 Angka Kematian Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 –2011

AKABA tertinggi di Kabupaten Rembang sebesar 23,74/1.000 kelahiran hidup, sedangkan terendah di Kota Surakarta sebesar 4,12/1.000 kelahiran hidup. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini.

(27)

4.12 5.78 7.44 7.857.94 8.168.36 9.129.26 9.559.66 9.709.86 10.1410.20 10.3610.39 10.5710.79 10.8010.98 11.8112.42 12.9513.68 13.8313.88 14.2514.42 14.8516.55 17.4618.87 19.02 23.74 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

Kota SurakartaKota Tegal Kab.Kudus Kota Salatiga Kab.MagelangKab.Demak Kab.Tegal Kab.GroboganKab.Brebes Kota Magelang Kab.PekalonganKab.Kebumen Kab.Pati Kab.Cilacap Kab.Sragen Kota PekalonganKab.Sukoharjo Kab.Klaten Kab.Jepara Kab.Banyumas Kab.KaranganyarKab.Wonogiri Kab.Purbalingga Kab.Kendal Kab.WonosoboKab.Blora Kab.Boyolali Kab.Pemalang Kab.Semarang Kota Semarang Kab.Purw orejo Kab.Banjarnegar Kab.TemanggungKab.Batang Kab.Rembang

Gambar 3.4 Angka Kematian Balita di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

3. Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula.

Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisii ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu

(28)

banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun).

Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup. Gambar 3.5 di bawah ini tren AKI di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.

95 100 105 110 115 120 AKI 114,42 117,02 104,97 116,01 2008 2009 2010 2011

Gambar 3.5 Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 –2011 Jumlah kematian maternal terbanyak adalah di Kabupaten Tegal sebanyak 51 kematian. Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah kematian maternal paling sedikit adalah Kota Magelang dengan 1 kematian.

1 4 6 9 9 9 10 10 1011 1213 13 1315 1516 1718 18 21 22 2223 24 2426 26 2728 31 34 35 45 51 0 10 20 30 40 50 60 Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kab.Kebumen Kota PekalonganKota Tegal Kab.Purw orejo Kab.Klaten Kab.Wonogiri Kab.Rembang Kab.Banjarnegara Kab.Sukoharjo Kab.KaranganyarKab.Temanggung Kab.PurbalinggaKab.Wonosobo Kab.Kudus Kab.PekalonganKab.Boyolali Kab.Sragen Kab.SemarangKab.Magelang Kab.Blora Kab.Batang Kab.Pati Kab.Jepara Kab.GroboganKab.Demak Kab.Kendal Kab.Cilacap Kota SemarangKab.Brebes Kab.Banyumas Kab.PemalangKab.Tegal

Gambar 3.6 Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

(29)

Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 48,65%, kemudian pada waktu hamil sebesar 25,75% dan pada waktu persalinan sebesar 25,60%. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian maternal terbanyak adalah pada usia produktif (20-34 tahun) sebesar 65,12%, kemudian pada kelompok umur >35 tahun sebesar 28,89% dan pada kelompok umur <20 tahun sebesar 5,99%.

4. Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas

Angka Kematian kecelakaan lalu lintas adalah jumlah kematian sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk dalam kurun waktu satu tahun. Kabupaten/kota yang melaporkan kejadian kecelakaan lalulintas pada tahun 2011 sebanyak 25 kabupaten/kota meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 19 kabupaten/kota. Angka kecelakaan lalulintas per 100.000 penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 94,80 sedangkan tahun 2010 sebesar 176,17 sementara Angka kematian kecelakaan lalu lintas tahun 2011 adalah sebesar 2,70 per 100.000 penduduk di Provinsi Jawa Tengah.

Dari 25 kabupaten/kota yang melaporkan, angka kematian kecelakaan lalu lintas tertinggi terjadi di Kota Magelang yaitu sebesar 21,99/100.000 penduduk.

B. ANGKA KESAKITAN

1. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit “Acute Flaccid Paralysis” (AFP)

Upaya membebaskan Indonesia dari penyakit Polio, pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans AFP. Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus polio liar atau tidak adalah sebagai berikut :

(30)

a. Melakukan pelacakan terhadap anak usia <15 tahun yang mengalami kelumpuhan mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal.

b. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan, sebanyak dua kali selang waktu pengambilan I dan II >24 jam. c. Mengirim kedua spesimen tinja ke laboratorium dengan pengemasan khusus

(untuk Jawa Tengah dikirim ke laboratorium Bio Farma Bandung)

d. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologi adanya virus polio liar didalamnya.

e. Diagnosis akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan apakah masih ada kelumpuhan atau tidak.

Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti penegakan diagnosis kasus AFP termasuk kasus polio atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat.

Penderita kelumpuhan AFP diperkirakan 2 diantara 100.000 anak usia <15 tahun. Target minimal penemuan penderita AFP tahun 2011 sebanyak 164 penderita. Pada tahun 2011 Jawa Tengah menemukan 215 penderita AFP, sehingga memenuhi target. Menurut hasil pemeriksaan laboratorium, dari 215 kasus yang diperiksa semua menunjukan negatif polio (berarti tidak ditemukan virus polio liar).

Gambar 3.7 Penemuan Kasus AFP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011

160 165 170 175 180 185 190 195 200 205 210 Kasus AFP 191 207 187 193 178 2006 2007 2008 2009 2010

(31)

2. Prevalensi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui

droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS

(Directly Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective), yang terdiri dari 5 komponen kunci 1) Komitmen politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan; 4) Jaminan ketersediaan OATyang bermutu; 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.

Prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 74,52. Prevalensi tuberkulosis tertinggi adalah di Kabupaten Pekalongan (205,5 per 100.000 penduduk) dan terendah di Kabupaten Magelang (20,06 per 100.000 penduduk).

3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA(+)

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA(+) yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA(+) yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.

Pencapaian CDR di Jawa Tengah tahun 2008 s/d 2011 masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 100%. Meskipun masih dibawah target yang ditentukan, capaian CDR tahun 2011 sebesar 59,52% meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 (55,38%). CDR tertinggi di Kota Pekalongan sebesar 132,78% dan yang terendah di Kabupaten Magelang sebesar 33,04%. Terdapat empat kabupaten/kota yang sudah melampaui target 100% yaitu Kota Surakarta

(32)

(101,31%), Kabupaten Pekalongan (103,12), Kota Tegal (116,99%) dan Kota Pekalongan (132,78%). 0 10 20 30 40 50 60 CDR TB 47,97 48,15 55,38 59,52 2008 2009 2010 2011

Gambar 3.8 Angka Penemuan TB Paru (CDR) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011

Untuk meningkatkan cakupan CDR dan angka kesembuhan, pada tahun 2011 telah dilakukan berbagai upaya seperti peningkatan SDM, baik tenaga medis, paramedis dan laboratorium, pertemuan jejaring antar unit pelayanan kesehatan dan asistensi ke rumah sakit. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu dievaluasi untuk menilai apakah hasil kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan sekaligus mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan untuk selanjutnya disusun rencana tindak lanjut perbaikan.

4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+)

Evaluasi pengobatan pada penderita TB paru BTA(+) dilakukan melalui pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan negatif. Dinyatakan sembuh bila hasil pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya negatif.

Bila pemeriksaan follow up tidak dilakukan, namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Evaluasi jumlah pasien dinyatakan sembuh dan

(33)

pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA(+) yang diobati disebut keberhasilan pengobatan (Succes Rate).

Angka kesembuhan (Cure Rate) TB paru Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 85,15% sudah melebihi target nasional (85%) dan meningkat bila dibandingkan tahun 2009 (85,01%). Angka kesembuhan tertinggi di Kabupaten Karanganyar sebesar 98,17%, sedangkan terendah di Kota Tegal sebesar 47,13%. 82 82,5 83 83,5 84 84,5 85 85,5 86 CR TB 83,9 85,01 85,15 2008 2009 2010

Gambar 3.9 Angka Kesembuhan TB Paru (CR) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2010

5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).

Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita tahun 2011 sebesar 25,5% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 66.702 kasus, mengalami penurunan bila dibanding tahun 2010 yang sebesar 40,63%. Angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 sebesar 100%. Berikut ini ditampilkan persentase penemuan pneumonia balita Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2011.

(34)

Pada tingkat kabupaten/kota, ada satu kota yang mempunyai persentase cakupan diatas 100% yaitu Kota Magelang (179,6%), sementara kabupaten dengan persentase cakupan terendah adalah Kabupaten Rembang (1,9%).

20 25 30 35 40 45 Pneumonia Balita 23,63 25,96 40,63 25,5 2008 2009 2010 2011

Gambar 3.10 Persentase Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia pada Balita Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011

6. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan Survei Terpadu Biologis dan perilaku (STBP). Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan tahun 2011 sebanyak 755 kasus, sebagian besar didapat dari hasil VCT di rumah sakit. Kasus Aquiared Immuno Devisiency Syndrome (AIDS) sebanyak 521 kasus dari laporan VCT rumah sakit, laporan rutin AIDS kab/kota serta Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM). Peningkatan infeksi HIV dan kasus AIDS ini dikarenakan upaya penemuan atau pencarian kasus yang semakin intensif melalui VCT di rumah sakit dan upaya penjangkauan oleh LSM peduli AIDS di kelompok risiko tinggi. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, artinya kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil yang ada di masyarakat. Jumlah kematian karena AIDS di Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak 89 kasus.

(35)

259 143 373 755 170 430 501 521 56 104 160 89 0 100 200 300 400 500 600 700 800 2008 2009 2010 2011

HIV AIDS Meninggal

Gambar 3.11 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian karena AIDS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011

Gambar 3.11 menunjukan bahwa kecenderungan (trend) kasus HIV maupun AIDS selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Penemuan kasus HIV tahun 2011 meningkat sangat tajam hampir 2 kali lipat lebih dibanding tahun 2010. Jumlah kasus baru HIV/AIDS tertinggi adalah di Kota Semarang (189/59 kasus), jumlah kematian karena AIDS terbanyak di Kabupaten Banyumas sebanyak 10 kasus.

Perempuan 37%

Laki-laki 63%

Gambar 3.12 Persentase Kasus Baru AIDS menurut Jenis Kelamin Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011

7. Jumlah Kasus Baru Infeksi Menular Seksual lainnya

Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS meliputi Syphilis, Gonorhoe, Bubo, Jengger ayam, Herpes, dan lain-lain. Infeksi Menular

(36)

Seksual (IMS) yang diobati adalah kasus IMS yang ditemukan berdasarkan sindrom dan etiologi serta diobati sesuai standar.

Jumlah kasus baru IMS lainnya di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 ini sebanyak 10.752 kasus. Jumlah tersebut dari tahun ke tahun semakin meningkat. Meskipun demikian kemungkinan kasus yang sebenarnya di populasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar.

8. Donor Darah Diskrining terhadap HIV

Selain melakukan kegiatan serosurvei HIV dan surveilans/ pengamatan kasus AIDS, Dinas Kesehatan juga melakukan pengamatan terhadap hasil skrining/penapisan darah donor melalui UTDD PMI Jawa Tengah. Tujuan skrining ini adalah untuk mengamankan darah donor supaya bebas dari beberapa penyakit seperti Hepatitis C, Sifilis, Malaria, DBD termasuk juga bebas dari virus HIV. Pada tahun 2011 diketahui jumlah pendonor sebanyak 346.269 orang, kemudian yang dilakukan pemeriksaan sampel darah sebanyak 324.828 (93,81%). Dari hasil pemeriksaan sampel darah tersebut, sebanyak 415 sampel (0,13) yang positif HIV. Tabel perkembangan jumlah sampel yang diperiksa dan hasil yang positif HIV dari tahun 2008 sampai dengan 2011 sebagai berikut :

Tabel 3.1

Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011

Tahun Jumlah Sample Diperiksa Jumlah Positif HIV Positif HIV

2008 348.795 520 1,49

2009 312.793 275 0,09

2010 309.731 510 0,16

(37)

9. Kasus Diare Ditangani

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 57,9%, mengalami peningkatan bila dibandingkan cakupan tahun 2010 (44,48%). Pada tingkat kabupaten/kota, diketahui bahwa cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi di Kota Tegal (144,2%) dan terendah di Kabupaten Purworejo (19,8%). Ada 3 kota yang mempunyai cakupan di atas 100% yaitu Kota Salatiga (106%), Kota Pekalongan (121,4%) dan Kota Tegal (144,2%). 40 45 50 55 60 Cakupan 47,8 48,5 44,48 57,9 2008 2009 2010 2011

Gambar 3.13 Cakupan Penemuan dan Penanganan diare Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011

10. Prevalensi Kusta

Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Diagnosis kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut:

a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa,

b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot,

(38)

c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif) Pada tahun 2011, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Basiler sebanyak 1.873 kasus dan tipe Pausi Basiler sebanyak 395 kasus dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 7 per 100.000 penduduk.

Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Proporsi cacat tingkat II pada tahun 2011 sebesar 13,32%. Sedangkan proporsi anak di antara penderita baru pada tahun 2011 sebesar 10,14%.

11. Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat

Cakupan program kusta diukur berdasarkan angka penderita kusta tipe

Pauci Baciller (PB) dan Multy Baciller (MB) selesai diobati. Cakupan program kusta tipe PB tahun 2011 berdasarkan jumlah penderita baru tahun 2010 yang selesai diobati sampai dengan tahun 2011 sebesar 85% lebih rendah dari target 90%. Kusta tipe MB diambil dari data penderita baru tahun 2009 yang selesai diobati sampai dengan tahun 2011 sebesar 76% lebih rendah dari target 95%. Cakupan selama 3 tahun terakhir kusta tipe PB cenderung naik dan mulai menurun pada tahun 2009 sedangkan tipe MB cenderung menurun mulai tahun 2007 (tabel 12). 0 20 40 60 80 100 p ers en ta se (% ) PB 92,48 85,27 91,21 85 MB 90,98 87,5 87,61 76,46 2008 2009 2010 2011

Gambar 3.14 Persentase Penderita Kusta selesai diobati Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011

(39)

Cakupan kusta tidak bisa tercapai dikarenakan masih banyak penderita yang tidak berobat teratur atau penderita yang seharusnya sudah selesai diobati (Release From Treatment - RFT), tetapi belum dicatat sudah RFT. Rendahnya cakupan penderita kusta RFT juga dikarenakan adanya ketentuan baru pengobatan untuk penderita default. Penderita PB tidak minum obat lebih dari 3 bulan dalam jangka waktu 9 bulan sudah dianggap default. Ketentuan lama penderita disebut default kalau 3 bulan berturut-turut tidak minum obat. Penderita MB tidak minum obat lebih dari 6 bulan dalam jangka waktu 18 bulan sudah disebut default. Ketentuan lama penderita MB berturut-turut 6 bulan tidak berobat baru dikatakan default.

12. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.

Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar 15,27/100.000 penduduk. Angka ini jauh menurun bila dibandingkan tahun 2010 (59,8/100.000 penduduk) dan sudah mencapai target nasional yaitu <20/100.000 penduduk. Angka kesakitan tertinggi di Kota Semarang sebesar 317,17/100.000 penduduk, terendah di Kabupaten Wonogiri sebesar 4,29/100.000 penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian.

Tingginya angka kesakitan DBD disebabkan karena adanya iklim tidak stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty yang cukup potensial. Selain itu juga didukung dengan tidak maksimalnya kegitan PSN di masyarakat sehingga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di beberapa kabupaten/kota.

(40)

10 30 50 70 IR DBD 59.2 57.4 59.8 15.27 Target 20 20 20 20 2008 2009 2010 2011

Gambar 3.15 Angka Kesakitan DBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 Angka kesakitan DBD di kabupaten/kota hampir semuanya lebih dari 20/100.000 penduduk. Ada 6 kabupaten/kota dengan angka kesakitan kurang dari 2/100.000 penduduk yaitu Kabupaten Wonogiri (4,29), Kabupaten Wonosobo (9,71), Kabupaten Magelang (9,72), Kabupaten Kebumen (9,95), Kabupaten Semarang (13,95) dan Kabupaten Pemalang (16,03).

13. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Angka kematian/Case Fatality Rate (CFR) DBD tahun 2011 sebesar 0.93%, lebih rendah bila dibandingkan CFR tahun 2010 (1,29%) dan sudah lebih rendah bila dibandingkan dengan target nasional (<1%).

0.75 1 1.25 1.5 CFR DBD 1.19 1.42 1.29 0.93 2008 2009 2010 2011

(41)

Angka kematian tertinggi adalah di Kabupaten Pekalongan sebesar 6,5% dan terendah atau tidak ada kematian di 18 kabupaten/kota. Sedangkan kabupaten/kota dengan angka kematian lebih dari 1% sebanyak 12 kabupaten/kota.

Gambar 3.17 Peta CFR DBD kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011

14. Angka Kesakitan Malaria

Penyakit malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah. Saat ini masih ditemukan desa High Case Incidence (HCI) sebanyak 31 desa yang tersebar di 5 Kabupaten yaitu Purworejo, Kebumen, Purbalingga, Banyumas dan Jepara.

Angka kesakitan malaria (Annual Parasite Incidence-API) merupakan indikator untuk memantau perkembangan penyakit malaria. Jumlah kasus tahun 2011 sebanyak 3.467 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2010 (3.300 kasus) dan angka kesakitan malaria sebesar 0,11‰, sedikit meningkat dibandingkan tahun 2010 (0.10‰). Perkembangan insidens malaria sejak tahun 2008 dilihat pada gambar berikut.

Klaten Banyumas Bj negara Temanggung Kendal Blora Grobogan Bata ng Demak Jepara Sragen Purblg Kebumen Purworejo Cilacap Kr.anyar Pati Rembang Batang Pekalongan Pemalang Brebes Tegal Kota Semarang Magelan g Cilacap Boyolali Kab Semarang Kota Tegal Jepara Kota Mgl DI. Yogyakarta Kab. Mgl Kudus J A T I M Kota Pekalongan J A B A R Wonogiri Sukoharjo Wonosobo Salatiga Surakarta CFR DBD 0 < 1 > 1

Gambar

Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 –2011
Gambar 3.6 Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah        Tahun 2011
Gambar 3.7 Penemuan Kasus AFP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011 160165170175180185190195200205210Kasus AFP19120718719317820062007200820092010
Gambar 3.11 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan kematian karena AIDS                      Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008–2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan pemasangan rambu-rambu tambang yang harus dikerjakan oleh pihak kontraktor ataupun perusahaan yang meliputi : papan blok, pita elevasi, pita batas lahan, pita

Status Zarri Bano dalam keluarga berkaitan dengan stereotipe gender ini telah mengikat tubuh Zarri Bano dengan tradisi keluarga yang telah dibentuk secara turun

Pola ini memiliki bayangan atas yang panjang dengan sedikit atau tidak ada bayangan yang lebih rendah, dan pola kecil didekat titik terendah dari sebuah sesi yang berkembang

Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai daya dukung lapis pondasi kelas B pada ruas jalan Tugu-Munajah tidak memenuhi nilai daya dukung yang disyaratkan, dimana

Unsur-unsur ini memiliki konsentrasi dengan komposisi tidak jauh berbeda dengan komposisi unsur mikro dalam kerak bumi menurut Mason dalam Alloway BJ dan Ayres DC.[7]

Jika suatu keluarga, melewati hari-hari tanpa makan dalam seminggu = 3 kali, mengurangi frekuensi makan perhari dalam seminggu 4 kali dan perubahan distibusi makan (prioritas

Uji hipotesis ini untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan karakterisitik perjalanan antara pengguna dan non pengguna internet. Karakteristik pola perjalanan yang akan dilakukan

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT yang dilaksanakan dapat meningkatkan motivasi belajar