SKRIPSI
Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2011-2013
Oleh:
Maruli Junifer Silaen 120522036
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011 - 2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya ilmiah orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 20 Agustus 2014
Maruli Junifer Silaen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, ukuran komite audit, kompetensi anggota komite audit dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol serta variabel independen diproksikan dengan Tobin’s Q.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan 2013 serta menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah di publikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan total sampel yang di peroleh per tahun sebanyak 26 perusahaan. Metode analisis dari penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis, uji T, uji F dan uji Determinan (R2) dimana data tersebut dianalisis menggunakan software SPSS versi 21.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, ukuran komite audit, kompetensi anggota komite audit dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
ABSTRACT
The purpose of this research is to test the influence of Good Corporate Governance to firm value. Size board of Commissioners, proportion independent commissioners, activity of board commissioners, size of committee audit, competence of audit committee members are independent variables in this study and the firm value as dependent variables which is proxied by Tobin’s Q.
The population of this research are manufacture companies that listed in the year 2011 up to 2013, which publishes an annual report and audited on the Indonesia Stock Exchange (BEI). By using purposive sampling method and obtained a total sample of 26 companies per year. Methods of analysis of this research include test classic assumptions, hypothesis testing, the t test, F test and determinant test so the data could analyzed by using SPSS software version 21.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011 - 2013” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata Satu (S1) jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Selama penulis kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan menyusun skripsi ini, penulis banyak memperoleh pendidikan, bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi
4. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si., Ak., CA dan Drs. Rustam, M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembanding dan Penguji yang telah memberikan saran dan kritik kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
6. Secara khusus penulis persembahkan kepada Ayahanda Drs. Gotlip Silaen dan Ibunda Nenti Simanjuntak S.Pd yang sangat penulis sayangi. Terimakasih buat semua kasih sayang, doa, pengorbanan, didikan, dukungan dan semangat yang sangat berarti.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 20 Agustus 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 11
2.1.1 Agency Theory ... 11
2.1.2 Nilai Perusahaan ... 12
2.1.3 Corporate Governance ... 14
2.1.3.1 Dewan Komisaris ... 19
2.1.3.2 Komisaris Independen ... 20
2.1.3.3 Komite Audit ... 21
2.1.4 Hubungan Corporate Governance dan Nilai Perusahaan ... 23
2.2 Penelitian Terdahulu ... 24
2.3 Kerangka Konseptual ... 29
2.4 Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 33
3.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 41
3.5 Metode Analisis Data ... 42
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 42
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 42
3.5.2.1 Uji Normalitas ... 42
3.5.2.2 Uji Heteroskesdastisitas ... 43
3.5.2.3 Uji Multikolinearitas ... 43
3.5.2.4 Uji Autokorelasi ... 44
3.5.3 Pengujian Hipotesis ... 46
3.5.3.3 Uji t (Uji t-Test) ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 48
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 49
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 49
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 51
4.2.3 Persamaan Pada Model Regresi Linear Berganda ... 58
4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 59
4.2.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 79
5.3 Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 34
Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian ... 48
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 49
Tabel 4.3 Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test ... 53
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 56
Tabel 4.5 Perhitungan Uji Autokorelasi ... 56
Tabel 4.6 Uji Multikoloniearitas ... 57
Tabel 4.7 Uji-F ... 60
Tabel 4.8 Uji-t ... 61
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual ... 29
Gambar 4.1 Uji Normalitas Histogram ... 52
Gambar 4.2 Uji Normalitas P-P Plot Regression ... 52
DAFTAR LAMPIRAN
No. Gambar Judul Halaman
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, ukuran komite audit, kompetensi anggota komite audit dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol serta variabel independen diproksikan dengan Tobin’s Q.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan 2013 serta menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah di publikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan total sampel yang di peroleh per tahun sebanyak 26 perusahaan. Metode analisis dari penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis, uji T, uji F dan uji Determinan (R2) dimana data tersebut dianalisis menggunakan software SPSS versi 21.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ukuran dewan komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, ukuran komite audit, kompetensi anggota komite audit dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
ABSTRACT
The purpose of this research is to test the influence of Good Corporate Governance to firm value. Size board of Commissioners, proportion independent commissioners, activity of board commissioners, size of committee audit, competence of audit committee members are independent variables in this study and the firm value as dependent variables which is proxied by Tobin’s Q.
The population of this research are manufacture companies that listed in the year 2011 up to 2013, which publishes an annual report and audited on the Indonesia Stock Exchange (BEI). By using purposive sampling method and obtained a total sample of 26 companies per year. Methods of analysis of this research include test classic assumptions, hypothesis testing, the t test, F test and determinant test so the data could analyzed by using SPSS software version 21.
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka
panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar
sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui
pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan
yang sudah go public (Retno dan Priantinah, 2012:85). Harga saham di pasar
modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran
investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai
proksi nilai perusahaan (Hasnawati, 2005:117).
Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang sering disebut agency
problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai
tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan
dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan
antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang
biasa disebut agency conflict, hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan
kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan
pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah
biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan
dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan
(Jensen dan Meckling, 1976:44). Misalnya dalam kasus skandal manipulasi laporan
pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akurat (accurate disclosure) dan
transparansi (transparency) yang jelas sangat merugikan para investor karena
keuntungan yang overstated ini tentu telah dijadikan dasar transaksi oleh para
investor, namun ketika kesalahan diumumkan, harga saham akan turun, dan
investor dirugikan (Tjager dkk, 2003:55).
Tidak ada pilihan lain bahwa korporasi-korporasi di Indonesia baik
perusahaan-perusahaan publik maupun perusahaan-perusahaan terbuka di pasar
modal harus melihat corporate governance bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi
suatu sistem nilai dan best practices yang sangat fundamental bagi peningkatan
nilai perusahaan dan menuntut pendekatan holistik dalam penerapannya. Kasus PT
Kimia Farma, Tbk tersebut menjadi salah satu bukti masih kurangnya kesadaran
perusahaan untuk menerapkan sistem corporate governance yang baik di
Indonesia, khususnya sektor manufaktur. Manufaktur merupakan sektor terbesar
dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga penelitian
ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur. Selain merupakan sektor
terbesar, perusahaan manufaktur juga berbeda dengan jenis perusahaan lain
khususnya dalam aktivitas operasional perusahaan. Pada perusahaan manufaktur
terdapat aktivitas produksi sehingga dibutuhkan modal yang besar untuk proses
produksinya. Oleh karena itu perusahaan ini membutuhkan dana dari investor yang
lebih melalui pasar modal. Dana dari investor tersebut harus dikelola dengan baik
agar aktivitas operasional perusahaan berjalan lancar dan dapat meningkatkan nilai
perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya.
Menurut Simanjuntak dalam Indonesian Institute for Corporate
Directorship (2014) atas hasil penilaian tatakelola korporasi
signifikan namun kinerja secara keseluruhan masih kurang memuaskan dengan
skor rata-rata 54,55. Pada tahun 2013 Indonesian Institute for Corporate
Directorship (IICD) melakukan penelitian menggunakan acuan ASEAN corporate
governance scorecard dalam menilai praktik corporate governanve terhadap 97
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian sebanyak
30 perusahaan diumumkan sebagai top 30 emiten dengan skor corporate
governance tertinggi 2013. Dalam penelitian tersebut skor corporate governance
tertinggi didominasi oleh sektor perbankan dan BUMN.
Corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus
dikaji pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya.
Pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari waktu ke
waktu. Corporate governance merupakan salah satu fenomena yang menarik untuk
diteliti sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan
(fraud) maupun keterpurukan bisnis yang terjadi sebagai akibat kesalahan yang
dilakukan oleh para eksekutif manajemen. Hal tersebut memicu adanya pertanyaan
tentang kecukupan (eduquacy) corporate governance yang diterapkan perusahaan.
Demikian pula halnya tentang kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan
perusahaan juga dipertanyakan (Juanda, 2009:3).
telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun sektor swasta. Upaya-upaya tersebut diantaranya adalah pembentukan Komnas Good Corporate Governance oleh Kantor Menko Perekonomian dan disusunnya National Code of Good Corporate Governance atau pedoman Nasional Good Corporate Governance. Disamping itu peraturan-peraturan yang telah diterbitkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), serta keputusan-keputusan Menteri Negara BUMN juga telah turut mendorong pelaksanaan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia baik itu perusahaan publik maupun BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
Disamping itu ada sebagian besar penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Diantaranya penelitian Che Haat, Rahman, dan Mahenthiran (2008) yang menyimpulkan antara independensi dewan komisaris, cross-directorship dewan, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Lalu penelitian oleh Meryaty (2011) meneliti pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate governance yang diproksikan dengan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan kualitas auditor tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Lebih lanjut Pratiwi (2013) melakukan penelitian terhadap mekanisme Good Corporate Governance, kinerja keuangan, Corporate Social Responsibility dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan perbankan dan menemukan hasil bahwa secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional, komisaris independen, ROA, ROE, CSR, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
pengembangan dari penelitian Herawaty (2008), Susanto dan Subekti (2013), dan Pratiwi (2013). Peneliti melakukan penelitian berdasarkan keterbatasan dari penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) dan Susanto dan Subekti (2013) yang menggunakan periode penelitian selama 2 (dua) tahun dan berdasarkan penelitian Pratiwi (2013) yang menganalisis perusahaan perbankan serta memaparkan bahwa Good Corporate Governance, kinerja keuangan, Corporate Social Responsibility dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Tetapi peneliti berfokus pada analisis pengaruh Good Corporate Governance yang diproksikan dengan ukuran Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris, proporsi Komisaris Independen, ukuran Komite Audit dan kompetensi anggota Komite Audit.
Penulis menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang untuk mendapatkan daya komparabilitas yang lebih baik. Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013”.
1. 2. Perumusan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut, maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ukuran Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap nilai
2. Apakah jumlah rapat Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap
Nilai Perusahaan?
3. Apakah proporsi Komisaris Independen berpengaruh secara parsial terhadap
Nilai Perusahaan?
4. Apakah ukuran Komite Audit berpengaruh secara parsial terhadap Nilai
Perusahaan?
5. Apakah kompetensi anggota Komite Audit berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan?
6. Apakah corporate governance yang diproksikan pada ukuran Dewan
Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris, proporsi Komisaris Independen,
ukuran Komite Audit dan kompetensi anggota Komite Audit berpengaruh
secara simultan terhadap Nilai Perusahaan?
1. 3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ukuran Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan.
2. Untuk mengetahui jumlah rapat Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan.
3. Untuk mengetahui proporsi Komisaris Independen berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan.
4. Untuk mengetahui ukuran Komite Audit berpengaruh secara parsial terhadap
5. Untuk mengetahui kompetensi anggota Komite Audit berpengaruh secara
parsial terhadap Nilai Perusahaan.
6. Untuk mengetahui corporate governance yang diproksikan pada ukuran
Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris, proporsi Komisaris
Independen, ukuran Komite Audit dan kompetensi anggota Komite Audit
berpengaruh secara simultan terhadap Nilai Perusahaan.
1. 4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Bagi manajemen, dapat memberikan kontribusi praktis tentang manfaat
penerapan dan mekanisme corporate governance dalam meningkatkan nilai
perusahaan.
2. Bagi peneliti, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti
pembelajaran terutama tentang corporate governance dan nilai perusahaan.
3. Bagi Akademis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan
dengan corporate governance dan nilai perusahaan.
4. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan
dalam melanjutkan penelitian terkait dengan pengaruh corporate governance
terhadap nilai perusahaan.
5. Bagi investor, calon investor dan badan otoritas pasar modal, diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai relevansi dari corporate governance
dalam laporan tahunan perusahaan dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian
pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan dalam memilih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Agency Theory
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami isu corporate governance. Adanya pemisahan kepemilikan
oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi
cenderung menimbulkan konflik keagenan di antara principal dan agen.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Herawaty (2008:99) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi
diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen
sebagai pertanggung jawaban kinerjanya, principal dapat menilai,
mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk
meningkatkan kesejahteraan serta sebagai dasar pemberian kompensasi
kepada agen.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan
pada teori keagenan diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi
keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana
yang mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan
bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberi keuntungan bagi
investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau
berkaitan dengan dana/capital yang telah ditanamkan oleh investor dan
berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer.
2.1.2. Nilai Perusahaan
Peningkatan nilai perusahaan dapat memberikan sinyal positif
kepada investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Nilai
perusahaan yang tinggi akan membuat pasar (investor) percaya tidak hanya
pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di
masa depan (Susanto dan Subekti, 2013:2)
Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006:2) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Harga saham mencerminkan kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Bila dihubungkan dengan corporate governance, apabila perusahaan memiliki struktur corporate governance yang baik, maka kegiatan operasional perusahaan akan berjalan baik dan kredibilitas perusahaan di mata publik juga akan baik sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham.
a. Price to Book Value (PBV) yaitu perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. Umumnya PBV digunakan untuk penelitian di Indonesia.
b. Market to Book Ratio (MBR) yaitu perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham.
c. Market to Book Asset Ratio yaitu ekspektasi pasar tentang nilai dari peluang investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu perbandingan antara nilai pasar asset dengan nilai buku aset.
d. Market Value of Equity (MVE) yaitu nilai pasar ekuitas perusahaan menurut penilaian para pelaku pasar. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah ekuitas (saham beredar) dikali dengan harga per lembar ekuitas.
e. Enterprise Value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai nilai kapitalisasi pasar ditambah total kewajiban ditambah
minority interest dan saham preferen dikurangi total kas dan ekuivalen kas.
f. Price Earnings Ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. PER dapat dirumuskan sebagai PER = Price per Share / Earnings per Share.
g. Tobin’s Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan
membandingkan nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar di pasar
keuangan dengan nilai pengganti asset (asset replacement)
perusahaan.
“rasio ini memberikan informasi yang baik, karena memasukkan unsur hutang, modal saham perusahaan dan seluruh aset perusahaan karena rasio ini menjelaskan bahwa nilai perusahaan yang baik dapat dilihat dari sisi pemegang saham ataupun kreditor”.
Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan, maka investor akan semakin rela mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut.
2.1.3. Corporate Governance
Menurut Parkinson (1994) dalam Maksum (2005:5) menyatakan bahwa corporate governance adalah proses supervisi dan pengendalian yang dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa dalam manajemen perusahaan bertindak sejalan dengan kepentingan para pemegang saham (shareholders). Untuk pertama kalinya usaha untuk melembagakan corporate governance dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992 dengan membentuk Cadbury Committee (Komite Cadbury) yang bertugas menyusun Corporate Governance Code yang menjadi acuan utama (benchmark) di banyak negara. Ada berbagai definisi mengenai corporate governance.
Komite Cadbury (1992) dalam Surya dan Yustiavandana
Corporate governance adalah system yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, Direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.
Organization for Economic Cooperation and Development
(2004:12) mendefinisikan corporate governance sebagai:
Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Coporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang baik dapat memberikan rangsangan board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor
KEP-117/M-MBU/2002, Corporate governance adalah:
Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Definisi lain dari Price Waterhouse Coopers (2000) dalam Surya
dan Yustiavandana (2006:26):
Latar belakang kebutuhan atas corporate governance muncul dari latar belakang praktis dan latar belakang akademis
pengalaman Amerika Serikat yang harus melakukan restrukturisasi corporate governance sebagai akibat market crash pada tahun 1929. Corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi politik Indonesia yang dimulai tahun 1997 yang efeknya masih terasa hingga saat ini. Latar belakang akademis, kebutuhan corporate governance timbul berkaitan dengan principal-agency theory, yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan agent. Konflik muncul karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para pihak.
perusahaan dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan (return) yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan incentives atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Konflik kepentingan ini menimbulkan biaya (cost), yang muncul dari ketidaksempurnaan penyusunan kontrak antara agents dan principals, karena adanya informasi yang asimetris (Surya & Yustiavandana, 2008:2)
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006:2) menjelaskan bahwa Corporate governance merupakan acuan bagi perusahan dalam rangka:
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan;
b. Mendorong pemberdayaan fungsi kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham;
c. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan;
e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya;
f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, prinsip-prinsip Good Corporate Governance meliputi:
a Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan;
b Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; c Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung
jawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;
d Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
e Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Surya & Yustiavananda (2006:132) menyebutkan paling tidak diperlukan empat organ tambahan untuk melengkapi penerapan tata kelola perusahaan yang baik, yaitu: Komisaris Independen, Direktur Independen, Komite Audit dan Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary). Struktur corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit.
dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility) (KNKG, 2006:12).
2.1.3.1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan Good Corporate Governance. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara (KNKG, 2006:13).
a Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen;
b Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan;
c Fungsi pengawasan dan pemberian nasehat Dewan Komisaris
mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.
2.1.3.2. Komisaris Independen
Istilah independen pada komisaris independen maupun direksi
independen bukan menunjukkan bahwa komisaris atau direksi lainnya
tidak independen. Istilah komisaris independen ataupun direksi
independen menunjukkan keberadaan mereka sebagai wakil dari
pemegang saham independen (minoritas) dan juga mewakili kepentingan
investor (Surya dan Yustiavandana, 2006:133). Komisaris Indenpenden
adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang
saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari
suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Pengertian
komisaris independen sebenarnya berasal dari pengertian komisaris
dalam Pasal 1 angka 55 UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas menyatakan “komisaris adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus serta memberikan
nasehat kepada direksi dalam menjalankan perseroan” (Surya &
Yustiavananda, 2006:135).
Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar
peraturan perundang-undangan. Salah satu dari Komisaris Independen
harus mempunyai latar akuntansi atau keuangan.
2.1.3.3. Komite Audit
Komite Audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit (KNKG , 2006:15). Terbentuknya Komite Audit pada perusahaan-perusahaan di banyak negara merupakan ciri dari corporate governance yang mulai terbentuk dengan baik (KNGCG, 2002:3)
Menurut Komite Nasional Kebijkan Governace (2006:15) bahwa
Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa: (i) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (ii) struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (iii) pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan (iv) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Selain itu, Komite Audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris.
Komisaris Independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua Komite Audit. Anggota lain yang bukan merupakan Komisaris Independen harus berasal dari pihak eksternal independen. Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi dan atau keuangan.
Menurut Anggraini (2010) dalam Irnila (2012:19) bahwa kompetensi audit adalah kemampuan yang harus dimiliki mengenai pemahaman yang memadai tentang akuntansi, audit, sistem yang berlaku dalam perusahaan. Anggota Komite Audit harus memiliki latar belakang pendidikan akuntansi/bisnis minimal satu orang sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Bapepam LK Nomor 29/PM/2004. Kompetensi audit diperlukan Komite Audit untuk dapat memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris. Kompetensi Komite Audit diwujudkan oleh keahlian keuangan yang dimiliki. Terkait kompetensi anggota Komite Audit yang ditunjukkan dengan pengetahuan keuangan.
2.1.4. Hubungan Corporate Governance dan Nilai Perusahaan
kreditur untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dilakukannya untuk kepentingan perusahaan.
Besarnya variasi dalam pelaksanaan mekanisme corporate governance menyebabkan corporate governance merupakan faktor yang berdampak signifikan untuk meningkatkan nilai pasar saham dari perusahaan (Black, Jang dan Kim, 2003:4). Dengan adanya corporate governance yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat mengurangi agency conflict, sehingga tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan akan terwujud. Hal ini dapat diwujudkan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.
2. 2. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh mekanisme corporate governance terhadap nilai
perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, antara lain sebagai
berikut:
Penelitian Hasil Penelitian 1 Wahyudi dan
1. Struktur Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap keputusan investasi dan keputusan pendanaan tetapi tidak pada kebijakan dividen. 2. Struktur kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan 3. Keputusan pendanaan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 4. Struktur kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun melalui
1. Kepemilikan manajerial secara negatif
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2. Dewan komisaris secara
positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Y: Nilai Variabel dari Pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Variabel corporate
governance menggunakan moderating variabel, komisaris independen dan kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan,
sedangkan model regresi tanpa moderating variabel, kualitas audit dan
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial akan
menurunkan nilai perusahaan sedangkan kualitas audit akan meningkatkan nilai perusahaan sehingga hasil pengujian ini tidak
sepenuhnya konsisten dengan prediksi yang diharapkan. directorship dewan, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
Y: Nilai Perusahaan
dengan menggunakan Tobin’s Q.
5 Permanasari (2010) Responsibility memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
6 Meryaty (2011) Analisis Pengaruh
Hasil uji simultan
menunjukkan corporate
governance tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
7 Ionescu (2012) Effects of Corporate
Terdapat korelasi positif yang signifkan antara nilai perusahaan dan corporate governance.
8 Retno dan Priantinah (2012)
Pengaruh Good Corporate Governance Dan Pengungkapan
dan Corporate Social
Responsibility
Good Corporate
Governance berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan dengan variabel control ukuran perusahaan dan leverage.
Pengungkapan Corporate
Social Responsibilty
Periode 2007-2010)
Perusahaan profitabilitas dan leverage. GCG dan Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
9 Randi dan Juniarti (2012)
Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2007-2011 terhadap nilai perusahaan. H2: market share tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. H3: ukuran perusahaan berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
H4: sektor industri berpengaruh terhadap Responsibility tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Komisaris Independen dan
Kepemilikan Manajerial memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan arah positif. Komite Audit dan Kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
11 Pratiwi (2013) Mekanisme Good Corporate
Menemukan hasil bahwa secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional, komisaris independen, ROA, ROE, CSR, dan ukuran
Perusahaan Perbankan Di BEI
2. 3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual memberikan dasar konseptual bagi penelitian yang mengidentifikasikan hubungan antara variabel yang dianggap penting bagi penelitian yang akan dilakukan.
Dengan memperhatikan variabel-variabel, baik variabel dependen, independen, maupun kontrol yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka kerangka pemikiran yang dapat dikembangkan sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Ukuran Dewan Komisaris (X1)
Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)
Y Jumlah Rapat Dewan
Komisaris (X2) Proporsi Komisaris
Independen (X3) Ukuran Komite Audit
(X4)
Kompetensi Anggota Komite Audit (X5)
Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan
Gambar 2.1.
2. 4. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008) dalam Pratiwi (2013:25) menyatakan “hipotesis
menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih
dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris”. Dari kerangka pemikiran
di atas, maka hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Hipotesis 1 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
Hipotesis 2 : Jumlah rapat Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
Hipotesis 3 : Proporsi Komisaris Independen berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
Hipotesis 4 : Ukuran Komite Audit berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
Hipotesis 5 : Kompetensi anggota Komite Audit berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan causal research yang bertujuan untuk menguji
hipotesis dan merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk
hubungan antar variabel (Erlina, 2011:20). Dalam penelitian ini nilai perusahaan
diproksikan dengan Tobin’s Q, sedangkan corporate governance diproksikan
melalui ukuran Dewan Komisaris, proporsi Komisaris Independen, jumlah rapat
Komisaris Independen, ukuran Komite Audit, dan kompetensi anggota Komite
Audit.
3. 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini melibatkan variabel yang terdiri dari lima variabel bebas
(independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel independen dalam
penelitian ini meliputi ukuran Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris,
proporsi Komisaris Independen, ukuran Komite Audit, dan kompetensi anggota
Komite Audit. Variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel
Penelitian Definisi Pengukuran Variabel
Skala Pengukuran
1 Variabel Dependen Nilai
Nilai perusahaan
adalah nilai yang menunjukkan
Tobins’s Q = (���+�) (���+�)
MVE=closing price X jumlah
ekuitas dan nilai buku perusahaan, baik berupa nilai pasar ekuitas, nilai buku dari total hutang dan nilai buku dari total ekuitas.
BVE= total aset – total kewajiban D = nilai buku dari total hutang dasar serta memberi nasihat kepada
bulan sekali dan sewaktu-waktu
apabila dianggap perlu untuk membicarakan hal yang terkait dengan evaluasi perusahaan.
jumlah rapat Dewan Komisaris diukur dengan melihat jumlah rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris pada laporan tahunan perusahaan selama satu tahun
Nominal atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu
∑ ����������������������������� ∑ �������������� ����%
perusahaan yang
Komite Audit adalah
sekumpulan orang
yang dipilih dari anggota Dewan
Komisaris yang
bertanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan keuangan dan pengungkapan.
Ukuran Komite Audit =�Komite Audit Nominal
6 Kompetensi yang harus dimiliki mengenai
pemahaman yang memadai tentang akuntansi, audit, sistem yang berlaku dalam perusahaan
= ⅀Angg K. Audit pendidikan Akun/Bisnis
⅀Komite Audit x 100% Rasio adalah nilai yang menunjukkan besar
SIZE = Ln Total Aktiva Nominal
3. 3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2011-2013. Pemilihan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk
mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang di tentukan.
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2011-2013.
2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan secara lengkap dan
berturut-turut laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan tahunan dari
tahun 2011 sampai tahun 2013.
3. Menampilkan data dan informasi yang lengkap terkait dengan
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
Dari kriteria purposive sampling di atas maka peneliti mendapatkan 26
perusahaan manufaktur setiap tahunnya yang termasuk dalam sampel penelitian,
11
13 Citra Turbindo,
Tbk CTBN
15 Indal Aluminium
Industry, Tbk INAI
16 Itamaraya, Tbk ITMA
17
Jakarta Kyoei Steel Work LTD, Tbk
JKSW
18 Jaya Pari Steel,
Tbk JPRS
19 Krakatau Steel,
Tbk KRAS
20 Lion Metal
Works, Tbk LION
21 Lionmesh Prima,
Tbk LMSH
25 Barito Pasific,
31 Sorini Agro Asia
40 Champion Pasific
Indonesia, Tbk IGAR
49 Siearad Produce,
Tbk SIPD
5
50 Sumalindo
51 Tirta Mahakam Industri Pulp & Kertas, Tbk
64 Indomobil Sukses
International, Tbk IMAS
65 Indospring, Tbk INDS 8
66 Multi Prima
Sejahtera, Tbk LPIN
67 Multistrada Arah
72 Argo Pantes, Tbk ARGO
83 Sunson Textille
Manufactur, Tbk SSTM
14
84 Nusantara Inti
Corpora, Tbk UNIT
85 Unitex, Tbk UNTX 15
86 Primarindo Asia
Infrastructure BIMA
87 Surya Intrindo
Makmur, Tbk SIMM
91 Kabelindo Murni,
Tbk KBLM
92 Supreme Cable
and Commerce, Tbk
93 Voksel Electric,
Tbk VOKS
99 Delta Djakarta,
Tbk DLTA
101 Indofood Sukses
Makmur, Tbk INDF
102 Multi Bintang
Indonesia, Tbk MLBI
103 Mayora Indah,
Tbk MYOR
104 Prashida Aneka
Niaga, Tbk PSDN
105 Nippon Indosari
Corporindo, Tbk ROTI
110 Hanjaya Mandala
Sampoerna, Tbk HMSP
Investama, Tbk
117 Pyridam Farma,
Tbk PYFA
25
118 Schering Plough
Indonesia, Tbk SCPI
124 Kedaung Setia
Industrial, Tbk KDSI
125 Kedaung Indag
Can, Tbk KICI
3. 4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan
kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2011:22). Data sekunder yang
perusahaan manufaktur yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) dan situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
juga diperoleh dari situs masing-masing perusahaan tersebut.
3. 5. Metode Analisis Data
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan
variabel-variabel dalam penelitian. Variabel-variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian
ini adalah ukuran Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris,
proporsi Komisaris Independen, ukuran Komite Audit, komptensi anggota
Komite Audit, dan nilai perusahaan. Menurut Ghozali (2006:19), statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi).
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi
linier berganda, harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Uji
asumsi klasik dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan
antarvariabel penelitian yang ada dalam model regresi. Pengujian yang
dilakukan terdiri dari:
3.5.2.1. Uji Normalitas
2006:110). Hasil pengujian data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, untuk kriteria pengujian adalah: Jika p – value > 0,05 maka data berdistribusi normal. Jika p – value < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
Hal ini didukung pula dengan tampilan grafik histogram dan normal probability plot.
3.5.2.2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat digunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila grafik yang ditunjukan dengan titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu, maka telah terjadi heteroskedastisitas dan apabila polanya acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:105).
3.5.2.3. Uji Multikolinearitas
berarti terjadi multikolinearitas. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance value tiap-tiap variabel independen (Ghozali, 2006:92). Jika nilai VIF <10 atau nilai tolerance >0,1 maka variabel independen bebas dari multikolinearitas.
3.5.2.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2006:95). Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai DW. Apabila nilai DW lebih besar dari batas (du) dan kurang dari 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
variabel independen yang diketahui. Hasil analisis regresi linier berganda adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan.
Untuk mengukur analisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan alat bantu dengan program SPSS versi 21. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan metode penggabungan (pooling data) merupakan model yang diperoleh dengan mengkombinasikan atau mengumpulkan semua data cross section dan data time series. Model data ini kemudian diestimasi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Analisis regresi linear berganda dapat menjelaskan pengaruh antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Pooling data atau data panel dilakukan dengan cara menjumlahkan perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria selama periode pengamatan.
Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut :
Y = α+ ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + e
Keterangan:
Y = Nilai Perusahaan
α = Konstanta
X4 = Ukuran Komite Audit
X5 = Kompetensi Anggota Komite Audit ß1...ß5 = Koefisien regresi variabel dependen e = Variabel pengganggu (error)
3.5.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear
berganda melalui uji ketepatan perkiraan untuk mengetahui seberapa besar
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Ketepatan
fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
Goodness of fit dari model regresi.
Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis yang digunakan antara
lain:
3.5.3.1.Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pengukuran koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap
perubahan variabel dependen. Nilai besaran R2 berada pada
kisaran antara 0 sampai dengan 1 (0≤R2≤ 1). Semakin kecil nilai
R2, maka semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Dan jika R2 semakin mendekati 1, maka
semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel
Uji F digunakan untuk menguji tingkat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara
bersama-sama. Uji F dapat dicari dengan melihat Fhitung dari table anova
output SPSS 21. Jika probabilitas value < 0,05 (α=0,05) maka
variabel independen berpengaruh simultan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya jika probabilitas value > 0,05 (α=0,05)
maka variabel independen tidak berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen.
3.5.3.3. Uji t (Uji t- Test)
Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel
dependen jika probabilitas value < 0,05 (α=0,05). Sebaliknya
jika variabel independen berpengaruh negatif terhadap variabel
dependen jika probabilitas value > 0,05 (α=0,05).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik dengan menggunakan persamaan regresi sederhana. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan analisis statistik deskriptif, pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi sederhana. Pengujian asumsi klasik dan regresi sederhana ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 21. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 26 perusahaan yang memenuhi kriteria dengan 78 unit analisis dan dijadikan sampel dalam penelitian dan diamati selama periode 2011-2013.
Tabel 4.1
Daftar Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
1 Asahimas Flat Glass, Tbk AMFG
2 Surya Toto Indonesia, Tbk TOTO
3 Yana Prima Hasta Persada, Tbk YPAS
4 Charoen Pokhpand Indonesa, Tbk CPIN
5 Siearad Produce, Tbk SIPD
6 Astra International, Tbk ASII
7 Indo Kordsa, Tbk BRAM
8 Indospring, Tbk INDS
9 Prima Alloy Steel Universal, Tbk PRAS
10 Selamat Sempurna, Tbk SMSM
11 Polychem Indonesia, Tbk ADMG
12 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk ULTJ
13 Kalbe Farma, Tbk KLBF
14 Pyridam Farma, Tbk PYFA
15 Unilever Indonesia, Tbk UNVR
19 Delta Djakarta, Tbk DLTA
20 Voksel Electric, Tbk VOKS
21 Sat Nusantara Persada, Tbk PTSN
22 Akasha Wira International, Tbk ADES
23 Unitex, Tbk UNTX
24 Sunson Textile Manufactur, Tbk SSTM
25 Pan Brothers, Tbk PBRX
26 Ever Shine Textile Industry, Tbk ESTI
Sumber: Data diolah 2014 4.2. Analisis Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel
dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata, maksimal,
minimal dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel-variabel
penelitian. Disajikan dalam tabel di bawah ini
Tabel 4.2 Sumber : SPSS 21, Data diolah 2014
1. Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai minimum 1,10, nilai
maksimum sebesar 2,48, mean sebesar 1,3922 dan standard deviation
sebesar 0,35343 dengan jumlah sampel 78.
2. Variabel proporsi komisaris independen memiliki nilai minimum -1,39,
nilai maksimum sebesar -0,22, mean sebesar -0,9775 dan standard
deviation sebesar 0,26522 dengan jumlah sampel 78.
3. Variabel jumlah rapat dewan komisaris memiliki nilai minimum sebesar
0,00, nilai maksimum sebesar 2,30, mean sebesar 1,2317 dan standard
deviation sebesar 0,51646 dengan jumlah sampel 78.
4. Variabel ukuran komite audit memiliki nilai minimum 0,69, nilai
maksimum sebesar 1,61, mean sebesar 1,1367 dan standard deviation
sebesar 0,13232 dengan jumlah sampel 78.
5. Variabel kompetensi anggota komite audit memiliki nilai minimum
sebesar -1,39, nilai maksimum sebesar 0,00, mean sebesar -0,9709 dan
standard deviation sebesar 0,31320 dengan jumlah sampel 78.
6. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 25,49, nilai
maksimum sebesar 33,00, mean sebesar 28,0986, dan standard deviation
sebesar 1,57695 dengan jumlah sampel 78.
7. Variabel Tobin’s Q memiliki nilai minimum sebesar 0,40, nilai
maksimum sebesar 15,54, mean sebesar 2,4245 dan standard deviation
2,89938 dengan jumlah sampel 78.
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji
normalitas, uji heteroskesdastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolonieritas.
4.2.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi variabel penggangu atau residual memiliki distribusi
normal atau tidak (Ghozali, 2005:110), dengan membuat hipotesis sebagai
berikut:
H0 : variabel residual berdistribusi tidak normal
Ha : variabel residual berdistribusi normal
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah distribusi data normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
1). Analisis Grafik
Pada analisis grafik akan digunakan histogram dan Normal
Probability Plot. Pada histogram, data distribusi nilai residu (error)
menunjukkan distribusi normal apabila grafik berbentuk lonceng.
Pada Normal Probability Plot, nilai residu berdistribusi normal
apabila sebaran error (berupa dot) masih berada disekitar garis
Sumber: SPSS 21, Data diolah 2014 Gambar 4.1 Uji Normalitas (1)
Sumber: SPSS 21, Data diolah 2014 Gambar 4.2 Uji Normalitas (2)
normalitas.
Analisis grafik bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda antar pembaca satu dengan pembaca lainnya. Sehingga uji statistik diperlukan untuk memastikan kesalahan interpretasi pembacaan grafik tidak terjadi.
2). Uji Statistik
Salah satu pengujian statistik yang bisa dilakukan untuk
memastikan bahwa error berdistribusi normal adalah dengan
menggunakan uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.3 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed Residual
N 78
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.47827515 Most Extreme
Differences
Absolute .134
Positive .134
Negative -.062
Kolmogorov-Smirnov Z 1.186
Asymp. Sig. (2-tailed) .120
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: SPSS 21, Data diolah 2014
4.2.2.2. Uji Heteroskesdastisitas
Uji Heteroskesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskesdastisitas (Ghozali,
2005:105).
Pengujian heteroskesdastisitas dilakukan dengan analisis grafik
yaitu dengan melihat scatterplot. Apabila titik-titik (dots) menyebar dan
tidak memperlihatkan sebuah pola tertentu (misalkan pola menaik ke kanan
atas, atau pola menaik ke kiri bawah), maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi bebas dari masalah heteroskesdastisitas. Berikut scatterplot
dari model regresi penelitian ini
Pada grafik 4.3, grafik scatter plot menunjukkan titik-titik yang menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskesdastisitas pada model regresi.
4.2.2.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan
pengujian Durbin Watson (DW). Dalam model regresi ini tidak terjadi
autokorelasi apabila nilai du < d < 4 – du.
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .519a .269 .208 2.58087 2.168
a. Predictors: (Constant), Ukuran_Prush, Propor_Komp_Kom_Audit, Jml_Rapat_DeKom, Proporsi_Kom_Indep, Uk_Kom_Audit,
Ukuran_Dekom
b. Dependent Variable: Tobins_Q Sumber: SPSS 21, Data diolah 2014
Tabel 4.5
dl du Dw 4-du 4-dl variabel Sampel
1,4714 1,8009 2,168 2,1991 2,5286 7 78
Sumber: Data diolah 2014
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui nilai statistik D-W sebesar 2,168. Dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi penelitian ini.
4.2.2.4. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas adalah keadaan dimana varaibel yang
independen saling berkorelasi satu sama lain. Hal ini terjadi pada model
persamaan atau regersi linear yang memiliki banyak variabel independen.
Kesimpulannya uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen)
(Ghozali, 2005:91). Salah satu cara untuk menguji multikolonieritas adalah
dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance.
H0 : VIF > 10 dan tolerance < 0,10 maka terdapat multikolonieritas
Ha : VIF < 10 dan tolerance > 0,10, maka tidak terdapat multikolonieritas
Coefficientsa a. Dependent Variable: Tobins_Q
Sumber: SPSS 21, Data diolah 2014
Pada tabel hasil uji multikolonieritas di atas, diperoleh nilai VIF tidak ada yang melebihi dari nilai 10 dan nilai tolerance < 0,10. Dengan demikian disimpulkan bahwa model regresi tersebut terbebas dari multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi (Ha diterima).
4.2.3. Persamaan Pada Model Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen Tobin’s Q, dimana penelitian
ini menggunakan metode enter. Berdasarkan output SPSS pada tabel di atas,
Y = -3,914+0,910X1+4,215X2-0,821X3-0,384X4-0,703X5+0,355X6
Persamaan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Nilai konstanta sebesar -3,914
Hal ini berarti bahwa apabila variabel ukuran dewan komisaris,
proporsi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris,
ukuran komite audit dan proporsi kompetensi komite audit bernilai
konstan maka nilai perusahaan menurun sebesar 3,914.
b. Nilai koefisien ukuran dewan komisaris 0,910
Hal ini berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai ukuran
dewan komisaris maka akan meningkatkan nilai Tobin’s Q sebesar
0,910.
c. Nilai koefisien proporsi komisaris independen 4,215
Hal ini berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai proporsi
komisaris independen maka akan meningkatkan nilai Tobin’s Q
sebesar 4,215
d. Nilai koefisien jumlah rapat dewan komisaris -0,821
Hal ini berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai jumlah
rapat dewan komisaris maka akan menurunkan nilai Tobin’s Q
sebesar 0,821
e. Nilai koefisien ukuran komite audit -0,384
Hal ini berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai ukuran
komite audit maka akan menurunkan nilai Tobin’s Q sebesar 0,384
Hal ini berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai
kompetensi komite audit akan menurunkan nilai Tobin’s Q sebesar
0,703
g. Nilai koefisien ukuran perusahaan 0,355
Hal ini berarti bahwa apabila setiap terjadi kenaikan nilai ukuran
perusahaan akan meningkatkan nilai Tobin’s Q sebesar 0,355
4.2.4. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Uji-F (Uji Secara Simultan)
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali,
2005). Uji-F dapat dilakukan dengan melihat nilai F hitung dari output
SPSS 19.0 dan juga membandingkan hasil dari probability value. Jika F
hitung > F tabel dan probability value dalam kolom sig < dari 0,05 maka
dapat disimpulkan Ha diterima.
Tabel 4.7 Uji-F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 174.370 6 29.062 4.363 .001a
Residual 472.922 71 6.661
Total 647.293 77
a. Predictors: (Constant), Ukuran_Prush, Propor_Komp_Kom_Audit,
Jml_Rapat_DeKom, Proporsi_Kom_Indep, Uk_Kom_Audit, Ukuran_Dekom b. Dependent Variable: Tobins_Q
Sumber: SPSS 21, Data diolah 2014