• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Melalui Media Facebook Terhadap Kepuasan Interaksi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Komunikasi Interpersonal Melalui Media Facebook Terhadap Kepuasan Interaksi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

v

FACEBOOK AS AN STUDENTS COMMUNICATION MEDIA OF SOCIAL AN POLITICAL FACULTY IN INDONESIAN COMPUTER UNIVERSITY

By:

Sihol Maruli Tua NIM. 41804080

This script under the guidance of, Rismawaty, S.Sos., M.Si

This study aimed to identify the effectiveness of interpersonal communication through the medium of facebook to students satisfaction of social science faculty of communication and political sciences UNIKOM Bandung. So to answer the above problem the researchers analyzed the level of transparency (openness), empathy (empathy), attitude of support (supportiveness), a positive attitude (positiveness), equality (equality), product quality and facebook, facebook service quality, and ease of use facebook.

This study uses a quantitative approach. The method used was survey research using descriptive analysis techniques. Sampling unit is an active student of communication science courses totaling 89 people UNIKOM. Data were collected through questionnaires, and literature. Data analysis techniques used to examine the relationship between the variables used kendall correlation coefficients.

The results show that openness (openness) interpersonal communication through the media to gratify interaction facebook student, has a very low level of correlation. Empathy attitude (empathy), interpersonal communication to the satisfaction of students considered very low level of correlation. Supportive attitudes (supportiveness) interpersonal communication satisfaction student interaction, has a very low level of correlation. Positive attitude (positiveness) to the satisfaction of interpersonal communication interaction students, have very low levels of correlation. Equality (equality) of interpersonal communication on student satisfaction, has a very low level of correlation. Student interpersonal communication effectiveness on the quality of products on facebook, have a very low level of correlation. Student interpersonal communication effectiveness of the quality of service facebook has a very low level of correlation. Effectiveness of interpersonal communication to facilitate students to use facebook, have a very low level of correlation.

Conclusion The study shows that the effectiveness of interpersonal communication on student interaction satisfaction of Communication Sciences Faculty of Social and Political Sciences University Computer Indonesia of Bandung as a whole is considered very low.

(2)

iv

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI MEDIA FACEBOOK TERHADAP KEPUASAN INTERAKSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

Oleh: Sihol Maruli Tua

NIM. 41804080

Skripsi ini di bawah bimbingan, Rismawaty, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan mahasiswa ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik UNIKOM Bandung. Sehingga untuk menjawab masalah diatas peneliti menganalisa tingkat keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), kesetaraan (equality), kualitas produk facebook, kualitas pelayanan facebook, dan kemudahan menggunakan facebook.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Unit sampling adalah mahasiswa aktif program studi ilmu komunikasi UNIKOM yang berjumlah 89 orang. Data dikumpulkan melalui penyebaran angket, dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dilakukan dengan korelasi Kendall.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan (openness) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Sikap Empati (empathy) komunikasi interpersonal terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa dinilai sangat rendah. Sikap mendukung (supportiveness) komunikasi interpersonal terhadap kepuasan interaksi mahasiswa, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Sikap positif (positiveness) komunikasi interpersonal terhadap kepuasan interaksi mahasiswa, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Kesetaraan (equality) komunikasi interpersonal terhadap kepuasan mahasiswa, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Efektifitas komunikasi interpersonal mahasiswa terhadap kualitas produk facebook, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Efektifitas komunikasi interpersonal mahasiswa terhadap kualitas pelayanan facebook memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Efektifitas komunikasi interpersonal mahasiswa terhadap kemudahan menggunakan facebook, memiliki tingkat korelasi sangat rendah.

Kesimpulan penelitian memperlihatkan bahwa Efektifitas komunikasi interpersonal terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung secara keseluruhan dinilai sangat rendah.

(3)

208

(Diisi oleh peneliti)

ANGKET PENELITIAN

Petunjuk cara pengisian angket :

 Nomor angket tidak perlu diisi.

 Berilah tanda silang (X) pada huruf yang menunjukkan jawaban yang paling

benar menurut anda.

 Tidak dibenarkan memilih jawaban lebih dari satu.

 Berikan jawaban secara spontan, jujur, dan tidak ada yang terlewat.

A. DATA RESPONDEN

1. Jenis Kelamin:

A. Laki-laki

B. Wanita

2. Usia:

A. <19 Tahun

B. 19 -20 Tahun

C. 21 -22 Tahun

D. 23-24 Tahun

(4)

3. Angkatan:

A. <2003

B. 2003-2004

C. 2005-2006

D. 2007-2008

E. 2009

4. Berapa lama telah memiliki account Facebook? A. <1 Tahun

B. 1 Tahun

C. 2 Tahun

D. 3 Tahun

E. >3 Tahun

B. DATA PENELITIAN

1. INDIKATOR I: KETERBUKAAN (OPENNESS)

5. Apakah anda setuju mengenai perlunya keterbukaan dalam berinteraksi

melalui media facebook?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

(5)

6. Apakah anda setuju mengenai perlunya kejujuran dalam berinteraksi melalui

media facebook ?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

E. Sangat tidak setuju

2. INDIKATOR II: EMPATI (EMPATHY)

7. Apakah anda setuju mengenai perlunya kepedulian dalam berinteraksi melalui media facebook?

A. Sangat peduli

B. Peduli

C. Ragu-ragu

D. Cukup peduli

E. Sangat tidak peduli

8. Apakah anda setuju mengenai perlunya memahami perasaan lawan bicara

dalam berinteraksi melalui media facebook?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

(6)

3. INDIKATOR III: SIKAP MENDUKUNG (SUPORTIVENESS)

9. Apakah anda setuju untuk bersikap spontan dalam menyampaikan pesan saat

berinteraksi melalui media facebook?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

E. Sangat tidak setuju

10.Apakah anda setuju untuk dapat memberikan pendapat dalam berinteraksi

melalui media facebook?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

E. Sangat tidak setuju

4. INDIKATOR IV: SIKAP POSITIF (POSITIVENESS)

11.Apakah anda setuju untuk menunjukan ketertarikan dalam berinteraksi

melalui media facebook?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

(7)

12.Apakah anda setuju untuk selalu mengupayakan interaksi dengan lawan

bicara melalui media facebook?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

E. Sangat tidak setuju

5. INDIKATOR V: KESETARAAN (EQUALITY)

13.Apakah anda setuju bahwa posisi anda dengan lawan bicara anda dalam

media facebook memiliki kedudukan yang sama derajatnya?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

E. Sangat tidak setuju

14.Apakah anda setuju untuk dapat memberikan sumbangsih positif bagi lawan

bicara pada saat interaksi melalui media facebook berlangsung?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

(8)

6. INDIKATOR I: KUALITAS PRODUK

15.Apakah anda setuju bahwa berbagai fitur yang ada dalam facebook dapat

mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

E. Sangat tidak setuju

16.Apakah anda setuju bahwa berbagai aplikasi yang ada dalam facebook dapat

mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

E. Sangat tidak setuju

7. INDIKATOR II: KUALITAS PELAYANAN

17.Apakah anda setuju dengan sistem pengaduan yang diterapkan facebook saat

ini dapat mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

(9)

18.Apakah anda setuju dengan sistem pengaturan privacy yang diterapkan facebook saat ini dapat mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

E. Sangat tidak setuju

8. INDIKATOR III: KEMUDAHAN PRODUK

19.Apakah anda setuju bahwa facebook dapat diakses dengan mudah untuk dapat

mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

E. Sangat tidak setuju

20.Apakah anda setuju bahwa aplikasi dan fitur facebook dapat dipergunakan

dengan mudah untuk mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju

B. Setuju

C. Ragu-ragu

D. Tidak setuju

(10)

1

1.1Latar Belakang

Wacana Facebook sekarang telah menjadi suatu bahasan yang sangat

hangat untuk terus diangkat dalam komunikasi publik yang memang berkaitan

langsung dengan kehidupan modernisasi teknologi dalam era yang seakan

meminimalisisr jarak dan waktu. Ungkapan semakin tinggi pohon tumbuh

maka semakin tinggi pula angin yang akan menerjangnya, sepertinya cocok

untuk di istilahkan pada fenomena facebook sekarang ini. Bagaimana tidak,

kontroversial pemakaian facebook sangat kentara dengan nilai-nilai budaya

sosial dan bahkan agama juga turut menunjukan posisinya sebagai pengontrol

bidang sosial di dalamnya. Fatwa haram pemakaian facebook pun sempat

terjadi dan tidak sedikit yang mempertanyakan bahkan menolaknya.

Fatwa haram atas situs jejaring sosial Facebook bermula dari Forum

Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur di Pondok

Pesantren Putri Hidayatul Mubtadien, Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota

Kediri, Jawa Timur, yang mengharamkan komunikasi dua orang berlainan

jenis yang bukan muhrim. Fatwa ini kemudian memunculkan banyak kecaman

dan kritik dari para pengguna Facebook di Indonesia. Apalagi Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pusat tidak secara terang-terangan menerima atau menolak

(11)

fatwa haram tersebut terutama hubungannya dengan Facebook (juga internet)

yang keberadaannya semakin tidak terbendung di tengah-tengah kita.

Pertama, tentang munculnya fatwa haram itu sangat dimungkinkan dilatarbelakangi oleh sikap kehati-hatian mereka dalam melihat situs jejaring

sosial Facebook ini yang barangkali dianggap justru lebih banyak

mendatangkan mudarat daripada maslahatnya dan dikhawatirkan dapat

meningkatkan tindakan kemaksiatan, kejahatan, dan kezaliman. Tetapi kalau

ternyata banyak nilai positifnya, maka fatwa tersebut harus direvisi kembali.

Dalam kaidah fikih, status hukumnya dianggap mubah (boleh), karena termasuk dalam persoalan non-ibadah.

Kedua, tentang Facebook yang semakin diminati oleh para penggunanya itu merupakan salah satu realitas teknologi yang tak terbantahkan adanya di

dunia maya (internet) dan akan terus berkembang sebagai salah satu hasil

kreatif yang mengagumkan yang diciptakan oleh seorang anak muda jebolan

Universitas Harvard, Cambridge , Mark Elliot Zuckerberg (25 tahun).

Sedangkan bagi mereka yang tetap alergi terhadap Facebook dan

bersiteguh pada fatwa haramnya, sebenarnya mereka mengidap “kemalangan

teknologi” atau yang disebut Paul Saffo sebagai rabun dekat teknologi

(technomyopia). Seperti yang dikutip oleh Robby H. Abror dalam blognya

menyatakan, bahwa “Technomyopia adalah semacam penyakit buruk sangka

yang terlalu tinggi atas dampak-dampak negatif dari sebuah teknologi baru.”

(12)

Skeptisitas yang cukup untuk tidak menyentuh internet bagi sebagai

orang pada dasarnya merupakan pikiran yang terlalu sempit dengan melihat

buruknya dampak tanpa melihat nilai positif yang juga ditimbulkan. Cukup

sulit mengakuinya, tetapi apa daya sikap meremehkan atas implikasi-implikasi

penting positifnya sudah telanjur diimani demi sebuah fatwa. Pendek kata,

budaya miopik tidak baik untuk “kesehatan” iman dan bersifat reduksionistik.

Sebaliknya, Zuckerberg telah melakukan “ijtihad teknologi” untuk

sampai pada tingkat kematangan kreativitasnya di usia belia setelah melewati

beberapa percobaan penting. Sebagai catatan, bahwa meskipun ia kuliah di

jurusan Psikologi, tetapi minatnya tetap terkonsentrasi di bidang komputer.

Awalnya ia membuat program Synapse (program pemutar musik dan sekaligus untuk melacak selera musik para pemutarnya), kemudian membuat

program Coursematch (para mahasiswa dapat menuliskan mata kuliah mereka dan melihat siapa saja teman-temannya yang mengambil mata kuliah itu), lalu

menciptakan Facemash (ia bisa mengambil foto-foto teman-temannya yang terdaftar di Universitasnya). Ia pernah dihukum gara-gara menciptakan

program Facemashnya itu, tetapi ia tidak putus asa dan terus

mengembangkannya menjadi Facebook. Kini anak itu telah menjadi triliuner termuda dengan kekayaan mencapai 14 triliun rupiah.

Agar memperoleh gambaran objektif tentang Facebook sebagai bagian

dari situs jejaring sosial di dunia maya, penting kiranya memahami filosofi

para pakar teknologi informatika (TI) dan komunikasi yang meyakini bahwa

(13)

komunikasi adalah fakta bahwa teknologi dan industri itu terus berubah.

Keduanya adalah realitas teknologi sekaligus realitas sosial yang senantiasa

bertransformasi dan berada dalam sebuah process of becoming yang berlangsung terus-menerus.

Setelah Radio amatir gelombang pendek (1920-an), Radio

antarpenduduk/ Citizen Band (1970-an), Radio AM/FM, TV kabel dan digital,

Video Game: Nintendo dari Jepang dan Game Online, telepon kabel, telepon seluler dan SMS-nya, komputer dan segala program terbarunya, saat ini

internet merupakan teknologi mutakhir yang berhasil menyedot hasrat

manusia dari berbagai latar belakang sosial untuk ikut berpartisipasi di

dalamnya. Internet adalah bukti kemajuan teknologi komunikasi yang

menyediakan layanan terbuka dalam hal pengiriman, penyimpanan dan

pemrosesan teks, suara, gambar dan data lain, yang telah mengubah apa yang

sebelumnya pernah dianggap tidak mungkin dalam dunia manajemen

informasi. Saat ini dunia telah benar-benar berada dalam penguasaan ujung

jari para penggunanya.

Di ruang cyber, Facebook adalah salah satu situs jejaring sosialnya yang saat ini paling diminati banyak penggunanya. Setiap detik perubahan terjadi

demikian cepat. Setiap pengguna dapat berbagi tentang apa saja yang sedang

dilakukannya pada saat terkini atau kapanpun dan tersebar secara otomatis

kepada teman-temannya yang telah terkait. Dalam waktu singkat mereka dapat

(14)

ragam bahasa gaul atau ilmiah serta tidak tergantung pada usia, budaya,

ataupun negara.

Komunikasi model ini termasuk bentuk komunikasi individual berupa

pertukaran informasi dua-arah yang dikategorisasikan oleh Roger Fidler

(2003) ke dalam domain interpersonal yang bersifat spontan dan interaktif.

Interaksi ini bisa dilakukan dengan menggunakan fasilitas chatting online,

private message, atau pun melalui wall dengan kelanjutan comment statusnya melalui Facebook.

Dalam interaksi dalam dunia cyber sudah barangtentu biasa terjadi berbagai masalah, seperti yang sering dialami penggunanya, di antaranya

kecanduan online yang mengakibatkan mata lelah dan berujung pada apa yang disebut Assafa Endeshaw (2007) dengan technostress. Selain itu, juga terjadi terorisme-cyber yang dilakukan para hacker untuk melakukan „smurf attack’

atau pembajakan sebuah jaringan komputer dan merusak sistem infrastruktur

interkoneksi antarkomputer.

Tetapi terlepas dari persoalan tersebut, teknologi ini adalah jaringan

jalan raya informasi dan komunikasi yang bebas hambatan yang memberikan

kemudahan bagi penggunanya untuk berselancar di ombak pengetahuan

informasi yang sangat luas. Realitas teknologi adalah juga realitas sosial yang

majemuk dan kompleks. Terlalu sempit melihat realitas tersebut dalam model

oposisi biner: halal-haram, hitam-putih, suka-tidak suka. Realitas ini

dihadirkan dengan sentuhan estetis dan kreatif, bukan untuk malaikat yang

(15)

realitas itu. Tetapi jamak diketahui, bahwa sebuah fatwa diproduksi hukum

yang rigid dan seringkali acuh terhadap dialog yang lebih terbuka. Sikap kehati-hatian memang diperlukan, dengan membuat semacam cyberlaw atau hukum internet.

Jaringan sosial di dunia nyata adalah berhubungan dengan orang lain

atau kolega, dan menggunakan mereka untuk bertemu orang baru. Di dunia

maya prinsipnya sama saja, namun kekuatan teknologi memberikan

keuntungan lain. Yakni, kita tidak terhalang lagi oleh tempat dan ruang. Kita

bisa melihat profil orang dan mengirim e-mail kapan saja dan dari komputer

mana saja.

Bahkan , kadang, berkomunikasi lewat dunia maya ini terasa lebih

nyaman dan lengkap dibandingkan berkomunikasi secara langsung dengan

bertatap muka. Di “Facebook” misalnya, selain menyajikan tampilan profile

(dan tentu saja dengan adanya foto) dari orang-orang yang sudah berada di

jaringan perkawanan penggunanya, juga disediakan fasilitasuntuk mencari

teman-teman baru atau lama melalui persamaan yang dimiliki. Selain itu ,

disediakan fasilitas untuk saling berkirim pesan antar anggota.

“Facebook” memiliki sejumlah fitur antar sesama pengguna yang di

antaranya adalah fitur „Wall/Dinding‟, ruang tempat sesama pengguna

mengirimkan pesan-pesan terbuka, „Poke/Colek‟, sarana untuk saling

mencolek secara virtual, „Photos/Foto‟ ruang untuk memasang foto, dan

„Status‟ yang menampilkan kondisi/ide terkini pengguna. Mulai Juli 2007,

(16)

aplikasi, dsb) langsung ke Wall/Dinding, di mana sebelumnya yang diizinkan

hanya teks saja.

Dengan adanya fasilitas yang disediakan oleh “Facebook” tersebut akan

mempermudah komunikasi interpersonal antara pengguna “Facebook” satu

sama lain, dimana “Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan

penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara kelompok kecil

orang-orang, dengan beberapa efek dan umpan balik seketika.” (Effendy,

2003:60).

Jadi dapat dikatakan bahwa “Facebook” merupakan tahap awal dari

komunikasi yang terjadi, dimana tidak sedikit para pengguna “Facebook”

yang berkenalan lewat “Facebook” kemudian lebih saling mengenal secara

pribadi tidak hanya lewat dunia maya tetapi juga pada kehidupan nyata.

Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif apabila individu berhasil

menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Oleh karena itu peneliti hendak

meneliti efektifitas komunikasi interpersonal terhadap kepuasaan mahasiswa

ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan politik Unversitas Komputer

Indonesia melalui media “Facebook”, karena “Facebook” mempunyai tujuan

ingin membuat anggotanya tetap berhubungan dengan teman-temannya yang

salah satu merupakan bentuk komunikasi interpersonal.

Dipilihnya “Facebook” sebagai objek penelitian dikarenakan

kepopuleran “Facebook” yang telah meluas hingga ke Indonesia dimana

rata-rata pengguna “Facebook” adalah mereka yang berusia 18-25 tahun, karena

(17)

digolongkan pada remaja lanjut. Seseorang pada remaja lanjut sedang berada

pada proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional dari orang

dekat dalam hidupnya. Fungsi-fungsi psikis lebih stabil dan terkendali. Pada

tahap ini, remaja lanjut telah mampu mengungkapkan pendapat dan

perasaannya dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan

emosional.

Remaja lanjut telah memilki pengetahuan yang baik dalam menerima

informasi dan memiliki sifat ingin tahu yang cenderung berlebihan tanpa

proses seleksi yang rasional, sehingga keinginan untuk merealisasikan pesan

yang ditangkap dalam tindakan nyata begitu besar. Hal tersebut menimbulkan

perilaku konsumtif pada remaja dan gejala awal munculnya gaya hidup remaja

yang serba instan dengn dukungan teknologi dengan aksesibilitas yang cepat

dan mengeliminir ruang gerak dan waktu yang mengikat. Mahasiswa sebagai

salah satu bagian pemakai facebook yang di dominasi oleh orang-orang yang

memiliki akses dengan bidang teknologi seperti halnya mahasiswa,

merupakan primer user dari sekian banyak pengguna facebook.

Dengan melihat banyaknya aktifitas yang berjalan antara mahasiswa dan

media layanan yaitu jejaring sosial Facebook ini, maka timbulah keinginan

penulis untuk mengukur sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal

dalam mendapatkan kepuasaan bagi mahasiswa Universitas Komputer

Indonesia jurusan Ilmu Komunikasi.Universitas Komputer Indonesia memiliki

(18)

Dari berbagai penjelasan diatas maka penulis dapat rumusan masalah

dari penelitian ini, yakni “Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

1.2 Identifikasi Masalah

Seperti yang telah diketahui diatas bahwa perumusan masalah penulis

masih suatu pertanyaan yang sangat luas, maka untuk memberi arah pada

penulisan ini, penulis menyusun identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana keterbukaan (openness) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer

Indonesia Bandung?

2. Sejauhmana empati (empathy) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Bandung?

3. Sejauhmana mendukung (supportiveness) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan interaksi mahasiswa Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer

(19)

4. Sejauhmana positif (positiveness) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Bandung?

5. Sejauhmana kesetaraan (equality) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Bandung?

6. Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook

terhadap kualitas produk facebook sebagai media mahasiswa Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer

Indonesia Bandung?

7. Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook

terhadap kualitas pelayanan facebook sebagai media mahasiswa Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer

Indonesia Bandung?

8. Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook

terhadap kemudahan menggunakan facebook sebagai media mahasiswa

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia Bandung?

9. Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook

terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

(20)

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi

ini, yakni ingin mengetahui adannya korelasional antara efektifitas

komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan

interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keterbukaan (openness) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia Bandung?

2. Untuk mengetahui empati (empathy) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia Bandung?

3. Untuk mengetahui mendukung (supportiveness) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan interaksi

mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia Bandung?

(21)

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia Bandung?

5. Untuk mengetahui kesetaraan (equality) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan interaksimahasiswa Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia Bandung?

6. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal melalui

media facebook terhadap kualitas produk facebook mahasiswa Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia Bandung.

7. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal melalui

media facebook terhadap kualitas pelayanan facebook mahasiswa

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia Bandung.

8. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal melalui

media facebook terhadap kemudahan menggunakan facebook

mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia Bandung.

9. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal melalui

media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

(22)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

pengembangan ilmu dan rujukan bagi penelitian-penelitian

selanjutnya sehingga dapat menunjang perkembangan dalam bidang

Ilmu Komunikasi.

b. Sebagai pengetahuan dan dapat dijadikan bahan literatur bagi

mahasiswa program ilmu komunikasi

c. Dapat memberikan gambaran secara garis besar mengenai Facebook

sebagai media online khususnya dimasa yang akan datang.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat

tentang media “Facebook” dan cara mengatasi keefektifitasannya.

b. Menambah wawasan peneliti mengenai keefektifitasan “Facebook”

sebagai media komunikasi.

c. Memberi masukan bagi “Facebook” dan para penggunanya akan

keefektifitasannya.

d. Berguna sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan mengadakan

(23)

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Efektif memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan

kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah Efektifitas. Menurut

Onong Uchjana Effendy mendefinisikan Efektifitas sebagai berikut:

“Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai

dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah

personil yang ditentukan.” (Effendy, 1989: 14).

Devito menjelaskan mengenai efektivitas komunikasi interpersonal

dalam lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu “Keterbukaan

(openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).” (Devito, 1997: 259). 1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari

komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang

efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini

tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan

semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi

biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada

kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang

biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan

(24)

datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada

umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita

ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan.

Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk

daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih

menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara

bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.

Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan

pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda

bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung

jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata

ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)

Empati sebagai kemampuan seseorang untuk „mengetahui‟ apa

yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut

pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati,

di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut

bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti

orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan

merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang

(25)

perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka

untuk masa mendatang.

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal

maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat

mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan

aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang

sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh

yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau

belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana

terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang

perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi

yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana

yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung

dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan

strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi

interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap

positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman

kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek

(26)

terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka

sendiri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada

umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada

yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang

yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara

menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah

seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik,

atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang

yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari

ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila

suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam

bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa

masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk

disumbangkan.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh

kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai

upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai

kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak

mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua

(27)

menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan

meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat”

kepada orang lain.

Menurut Richard Oliver yang dikutip oleh irawan menerangkan,

bahwa “Kepuasan adalah respon dari konsumen. Kepuasan adalah hasil

penilaian dari konsumen bahwa produk atau pelayanan telah

memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa

lebih atau kurang.” (Irawan, 2002: 3)

Faktor-faktor yang dapat mendorong terciptanya kepuasan

pelanggan menurut Handy Irawan yaitu “kualitas produk, harga, kualitas

pelayanan, citra produk, dan kemudahan memperoleh produk.” (Irawan,

2002: 38).

Harga dalam penelitian ini tidak digunakan sebagai identifikasi

masalah penelitian, karena akses menggunakan facebook dilakukan

secara cuma-Cuma bagi siapa saja yang memiliki email pribadi dan

digunakan sebagai alat mengakses facebook. Begitu juga dengan Citra

produk yang tidak digunakan oleh peneliti, karena posisi facebook

sebagai media jejaring sosial no.1 di dunia untuk saat ini telah

menunjukan citra positif facebook sebagai media jejaring sosial.

Untuk itu, peneliti menggunakan tiga buah unit teori kepuasan

yang digunakan sebagai alat identifikasi masalah kepuasan dalam

(28)

1. Kualitas Produk

Pelanggan merasa puas kalau setelah membeli dan

menggunakan produk tersebut dan ternyata memiliki kualitas produk

yang baik. Kualitas produk itu sendiri memiliki 6 elemen,

diantaranya performance (fungsi utama dari sebuah produk), durability (keawetan suatu produk baik secara teknis maupun waktu), feature (fitur sebagai aspek pelengkap), reliability

(probabilitas produk gagal menjalankan fungsinya), conformance

(seberapa jauh suatu produk dapat menyamai standar atau spesifikasi

tertentu), dan desain.

2. Kualitas Pelayanan

Menurut Irawan yang menerangkan bahwa “Kualitas pelayanan

sangat bergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi, dan manusia.

Faktor manusia memegang kontribusi sekitar 70% dalam membangun

kualitas pelayanan.” (Irawan, 2002: 38).

Sama seperti kualitas produk, maka kualitas pelayanan juga

memiliki banyak dimensi, diantaranya reliability (kehandalan dari perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan), responsiveness (kecepatan pelayanan), assurance (kemampuan perusahaan dan perilaku fron-line staff dalam menanamkan rasa

(29)

(meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana

komunikasi).

3. Kemudahan

Pelanggan akan semakin puas apabila dalam memperoleh

produk atau pelayanannya relatif mudah (tidak menyulitkan

pelanggan), nyaman (tidak ada gangguan), dan efisien (tidak

memakan waktu banyak).

Untuk dapat memberikan pengarahan dan mengakomodir

kepentingan penelitian, maka peneliti menggunakan suatu model

komunikasi yang dapat menunjang kepentingan tersebut. Dalam

penelitian ini yang patut digarisbawahi adalah adanya interaksi yang

dibangun melalui komunikasi interpersonal mahasiswa Universitas

Komputer Indonesia dalam media jejaring sosial facebook.

Interaksi yang dibangun tersebut memberikan indikasi adanya

komunikasi dua arah yang terbangun dalam komunikasi interpersonal

dengan memperlihatkan adanya nilai kepuasan yang terbangun di

dalamnya. Dengan adanya interaksi dalam penelitian ini, peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa model komunikasi yang digunakan haruslah

yang memiliki kapasitas untuk dapat memfasilitasi komunikasi dua arah

facebooker.

Sejumlah teori tentang tingkah laku kelompok kecil (interpersonal

termasuk di dalamnya) telah dikembangkan, dan banyak diantaranya

(30)

teori tersebut adalah Teori A – B – X Newcomb. Model komunikasi ini

banyak dikaitkan dengan kebutuhan komunikasi kelompok kecil yang

salah satunya juga memfasilitasi kepentingan komunikasi interpersonal.

Sistem A – B – X dari Newcomb memperluas teori hubungan

antarpribadi dari Heider. Model dari Newcomb melibatkan unsur yaitu:

A dan B, yang mewakili orang yang ber, dan X sebagai objek

pembicaraan komunikasi. Menurut Newcomb, tingkah laku komunikasi

terbuka antara A dan B dapat diterangkan melalui kebutuhan mereka

untuk mencapai keseimbangan atau keadaan simetris antara satu sama

lain dan juga terhadap X. Komunikasi terjadi karena A harus berorientasi

pada B dan pada X, serta B terhadap X. Untuk mencari keadaan simetris

A melakukan upaya :

1. Melengkapi dirinya dengan informasi tentang orientasi B terhadap X

dan hal ini dilakukan melalui.

2. A terdorong untuk mempengaruhi atau merubah orientasi B terhadap

X, jika A menemukan keadaan yang tidak seimbang diantara mereka.

3. B dengan sendirinya juga akan mempunyai dorongan yang sama

terhadap orientasi X.

Besarnya pengaruh yang akan ditanamkan oleh A dan B satu sama

lain, serta kemungkinan usaha masing-masing dalam meningkatkan

keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkat pada saat

(31)

Gambar 1.1

Model A – B – X Newcomb

X

A B

(Sumber: Effendy, 2003: 261)

Menurut Newcomb, tingkah laku komunikasi terbuka antara A dan

B dapat diterangkan melalui kebutuhan mereka untuk mencapai

keseimbangan atau keadaan simetris antara satu sama lain dan juga

terhadap X.

Komunikasi terjadi karena A harus berorientasi pada B, pada X

dan B pada X. Untuk mencari suatu keadaan yang simetris, A berusaha

untuk melengkapi dirinya dengan informasi tentang orientasi B terhadap

X dan ini dapat dilakukan melalui karena keseimbangan atau keadaan

simetris perlu dicari, A mungkin terdorong untuk mempengaruhi atau

merubah orientasi B terhadap X, jika A menemukan keadaan yang tidak

seimbang diantara mereka. B dengan sendirinya juga akan mempunyai

dorongan yang sama terhadap orientasi A. Berdasarkan pengaruh yang

akan ditanamkan oleh A dan B satu sama lain, serta kemungkinan usaha

masing-masing dalam meningkatkan keadaan simetris melalui tindakan

(32)

Teori dari Newcomb dapat membantu kelompok kecil yang

didalamnya juga termasuk komunikasi interpersonal dalam menjelaskan

dan memperkirakan tingkah laku kelompok-kelompok yang

beranggotakan 2 orang pada tingkatan antar pribadi, teori menjelaskan

beberapa motivasi dan tekanan yang akan menimbulkan beberapa

tindakan komunikasi. Teori A – B – X juga menguraikan dan

menjelaskan kegiatan itu sendiri.

Dari pernyataan diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa model

dari Newcomb memusatkan perhatiannya pada pola hubungan yang ada

antara individu dalam ber dan pada objek yang mempengaruhi antara

mereka. Hal tersebut terjadi pada komunikasi interpersonal melalui

media facebook terhadap kepuasan mahasiswa ilmu komunikasi

UNIKOM.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dengan di dapatkannya sebuah model komunikasi yang peneliti

anggap tepat untuk memfasilitasi penelitian ini, maka selanjutnya

peneliti menerapkan model komunikasi tersebut ke dalam model

konseptual yang mengaplikasikan kepentingan penelitian dalam model

komunikasi Model A – B – X Newcomb untuk mengetahui efektifitas

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan mahasiswa ilmu

komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltitik Universitas Komputer

(33)

Gambar 1.2

Aplikasi Model A – B – X Newcomb

Kepuasan

Mahasiswa A Mahasiswa B

Sumber: Aplikasi peneliti, 2010

Dengan aplikasi konseptual model A – B – X Newcomb dalam

penelitian ini, terlihat bahwa adanya suatu interaksi yang terbangun

dalam media facebook yang digunakan oleh mahasiswa UNIKOM. Hal

ini terlihat dengan adanya pertukaran peran antara komunikator dan

komunikan yang dapat berubah peran. Komunikasi bersifat sirkuler yang

ditunjukan dalam model ini, tentunya memperlihatkan adanya interaksi

yang terbina.

Komunikasi interpersonal yang terjalin dalam media facebook

dapat dilihat dari adanya alur dua arah pada komunikasi antar

mahasiswa. Kesempatan ini ditunjang dengan beragam aplikasi dan fitur

dalam facebook untuk mendukung terjalinnya komunikasi yang efektif.

Pemahaman satu sama lain dalam komunikasi interpersonal ini

menunjukan adanya satu tujuan pemahaman yang sama dan saling

(34)

orientasi yang sama mengenai kepuasannya dalam beraktifitas dalam

media komunikasi yang sama, yakni Facebook.

Mahasiswa A dalam gambar diartikan melakukan stimulant yang

disimbolkan dalam tanda panah ke mahasiswa B, dan begitu pun

sebaliknya. Proses ini bersifat simultan dengan melihat kepentingannya

yang di orientasikan dalam kepentingan yang sama. Kedibilitas

komunikator satu sama lain saat berperan posisi menunjukan

kemampuan mahasiswa untuk salaing mempengaruhi satu sama lain

dengan melihat kemampuannya dalam menyamakan persepsi pesan yang

disampaikan melalui komunikasi interpersonalnya dalam facebook.

Semua aktifitas komunikasi interpersonal yang dilakukan tersebut

merujuk pada kesempatan mahasiswa yang sama dalam media facebook.

Tentunya penggunaan fasilitas ini karena adanya pelayanan, produk, dan

aksesibilitas yang menguntungkan dari facebook, yang oleh karena itu

dipergunakan sebagai media alternatif komunikasi keduanya. Hasil

akhirnya adalah bahwa komunikiasi yang terjalin menunjukan kepuasan

yang akan ditimbulkan dari penggunaan fasilitas facebook tersebut

sebagai media yang efektif digunakan dalam komunikasi interpersonal

(35)

1.6 Operasional Variabel

Efektivitas disini merupakan suatu bentuk perilaku yang merupakan

hubungan yang optimal antara motivasi, keinginan, dan kepuasan. Efektifitas

dan kepuasan tersebut merupakan variabel penelitian yang kemudian di

jabarkan dalam bentuk alat ukur sebagai hasil lanjutan dari upaya untuk dapat

melihat korelasi antara keduanya. Dari pengetian diatas dapat ditarik variabel

seperti pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Indikator Alat Ukur

(36)

2 Variabel Y

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe Kuantitatif Deskriptif.

Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah “Metode Survey”,

dengan “teknik analisis korelasional”. Metode kuantitatif deskriptif ini

berusaha untuk dapat menjelaskan penelitian yang ada kedalam bentuk

pemaparan, untuk dapat lebih memahami penelitian dalam bentuk penyajian

hasil penelitian yang terstruktur dengan menunjukan sistematika pengulasan

(37)

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono mengenai penelitian

kualitatif yang menjelaskan, bahwa:

“...digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi,

suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada waktu tertentu. Sehingga melalui metode ini akan diperoleh data dan informasi tentang gambaran suatu fenomena, fakta, sifat, serta hubungan fenomena tertentu secara komprehensif dan integral. Dengan demikian pengulangan dalam penelitian kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan konsistensi atau reabilitas data penelitian dan membuktikan penelitian yang telah

ada...” (Sugiyono, 2007: 19)

Metode Survey adalah merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk

memperoleh data-data dari fenomena yang berlangsung dan mencari

keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi, sosial, ekonomi,

atau politik dari suatu kelompok atau daerah (Natzir, 1988: 63).

Singarimbun dan Effendy mengartikan: “Survey sebagai penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok”. (Singarimbun dan Effendi, 1989: 3)

Sedangkan menurut Husein Umar yang menerangkan mengenai teknik

korelasional, bahwa “Teknik analisis yang dirancang untuk menentukan

tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi,

perbedaan utama dengan metode lain adalah adanya usaha untuk menaksir

(38)

1.8 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan

teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Angket (questioner)

Kuesioner atau angket adalah “suatu masalah yang umumnya banyak

menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan dengan jalan

mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir-formulir, yang

diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan

jawaban atau tanggapan (respon) tertulis seperlunya”. (Kartono, 1996:200)

Angket yang dipergunakan peneliti disusun dengan mempergunakan

sekala likert berdasarkan susunan rangking dengan penilaian setiap

jawaban yang dinilai berdasarkan lima kriteria.

2. Wawancara

Wawancara menjadi salah satu bagian dalam teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Riduwan yang

menjelaskan mengenai pengertian wawancara, bahwa “Wawancara adalah

suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh

informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin

mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah

responden sedikit.” (Riduwan, 2005: 29).

Wawancara dalam penelitian ini lebih menunjukan adanya data

pendukung dari angket yang disebarkan. Wawancara dilakukan untuk

(39)

yang dirasakan oleh narasumber di lapangan. Wawancara dilakukan

terhadap satu orang narasumber, yang dipilih peneliti untuk dapat

digunakan sebagai narasumber yang berperan dalam memberikan berbagai

informasi tambahan mengenai penelitian. Informan dalam penelitian ini,

yakni Reza Pratama yang merupakan mahasiswa UNIKOM jurusan Ilmu

Komunikasi angkatan tahun 2005.

3. Studi Pustaka

Selain teknik pengumpulan data yang telah disebutkan di atas,

peneliti melakukan studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data

dengan menggunakan buku atau referensi sebagai penunjang penelitian,

dan dengan melengkapi atau mencari data-data yang dibutuhkan dari

literatur, referensi, majalah, makalah, internet, dan yang lainnya. Sehingga

peneliti memperoleh data-data yang tertulis melalui telaah bacaan yang

ada kaitannya dengan masalah penelitian.

4. Internet Searching

Penggunaan internet sebagai salah satu sumber dalam teknik

pengumpulan data dikarenakan dalam internet terdapat banyak informasi

yang berkaitan dengan penelitian. Beragam informasi ini tentunya sangat

berguna bagi penelitian, serta dilengkapi sengan beragam literatur yang

berasal dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari berbagai

belahan dunia. Aksesibilitas yang fleksibel dan aplikasi yang mudah juga

(40)

1.9 Teknik Analisa Data

Setelah memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

selanjutnya akan dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Penyeleksian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data serta

kejelasan data.

2. Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data dan dipilah-pilah sesuai

dengan jenisnya.

3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada angket yang telah disebar

sebelumnya, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan reliabilitas menunjukan

pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran.

4. Data dimasukkan ke dalam coding book (buku koding) dan coding sheet

(lembar koding).

5. Mentabulasikan data yaitu menyajikan data dalam sebuah tabel (tabel

induk kemudian ke dalam tabel tunggal) sesuai tujuan analisis data.

6. Data yang ditabulasi dianalisis dengan koefisien korelasi Kendall. Analisis

data kuantitatif dilakukan dengan cara memindahkan data kualitatif ke

dalam data kuantitatif, dengan cara pemberian skor atas pilihan yang

diberikan oleh setiap responden. Pemberian skor dimaksudkan untuk

memindahkan data kualitatif yang berupa jawaban responden atas

(41)

1.10 Populasi dan Sampel 1.10.1 Populasi

Sifat-sifat kumpulan objek penelitian dapat ditemukan dengan

mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan objek

penelitian yang dapat berupa orang, kelompok, dan organisasi.Dalam

penelitian, objek penelitian merupakan satuan unsur-unsur populasi.

Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul

“Metode Penelitian Komunikasi, mengatakan bahwa “Bagian yang

diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian

disebut populasi.” (Rakhmat, 2000: 78). Sehingga jelas bahwa

populasi merupakan kumpulan objek yang lengkap dan jelas yang

ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

program studi ilmu komunikasi, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

UNIKOM yang masih aktif secara akademik untuk tahun ajaran

2010 semester ganjil. Keseluruhan populasi yang di dapatkan

berjumlah 779 orang mahasiswa. Sehingga populasi dalam penelitian

(42)

1.10.2 Sampel

Sampel adalah bagian yang akan dipelajari dan diamati untuk

diteliti. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan

peneliti adalah “Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana

(Simple Random Sampling), yaitu suatu metode pemilihan sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk

dipilih menjadi anggota sampel.” (Umar, 2002: 129).

Besarnya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus

Yamane yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, yaitu sebagai berikut:

Ket:

n = Ukuran atau besarnya sampel

N = Ukuran atau besarnya populasi

d = Presisi atau tingkat kesalahan yang ditetapkan yaitu sebesar 10%

(Rakhmat, 2000: 82)

Aplikasi dari rumus diatas adalah:

(43)

1.11 Hipotesis

Hipotesis secara umum merupakan suatu jawaban sementara terhadap

masalah yang sedang di teliti. Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi

hipotesis adalah “Pernyataan tentatif yang merupakan dugaan mengenai apa

saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.” (Nasution,

2006: 89)

H1 Ada hubungan antara efektifitas komunikasi interpersonal terhadap kepuasan mahasiswa ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Poltitik Universitas Komputer Indonesia melalui media “Facebook”

Ho Tidak ada hubungan antara efektifitas komunikasi interpersonal terhadap kepuasan mahasiswa ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Poltitik Universitas Komputer Indonesia melalui media

“Facebook”.

1.12 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.12.1 Lokasi Penelitain

Penelilian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Komunikasi,

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) yang beralamat di Jalan

Dipatiukur No. 114-116, Bandung 40132.

Telp : (022) 2533676, 2504119

Fax : (022) 2533754

(44)

1.12.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga

bulan Juli 2010, Tahapan penelitian kemudian diuraikan ke dalam

bentuk tabel di bawah ini:

(45)

1.13 Sitematika Penelitian

BAB I: PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah,

maksud dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran,

hipotesis, operasionalisasi variabel, metode penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, populasi

dan sampel, lokasi, waktu penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tinjauan tentang ilmu komunikasi, tinjauan

tentang efektivitas dan kepuasan, tinjauan tentang internet dan

website, tinjauan tentang komunikasi virtual dan Facebook.

BAB III: OBJEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan secara singkat mengenai gambaran umum

mengenai objek penelitian, yakni Universitas Komputer Indonesia

(UNIKOM).

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menguji nilai validitas dan reliabilitas

angket, analisis deskriptif identitas responden dan analisis

deskriptif hasil penelitian, serta pembahasan mengenai hasil uji

korelasional.

BAB V: PENUTUPAN

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan terhadap hasil

(46)

37

2.1Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Banyak definisi dan pengertian mengenai komunikasi yang ingin

disampaikan oleh para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan makna

utama dari komunikasi. Wiryanto dalam bukunya “Pengantar Ilmu

Komunikasi” menjelaskan bahwa, “Komunikasi mengandung makna

bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau

bersama-sama.” (Wiryanto, 2004: 5).

Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Onong Uchjana Effendy,

“Istilah komuniksi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendy, 2003: 9).

Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka

melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk berbagai tujuan

menurut kepentingannya. Komunikasi bersifat fundamental karena

(47)

pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini

komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaikan

tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan

yang akan dibuat dan yang akan terbuat setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Fisher (1986: 17) yang dikutip oleh

Wiryanto bahwa, “Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat

eklektif.” (Wiryanto, 2004: 3). Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963: 2) yang dikutip oleh

Wiryanto bahwa, “Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua

disiplin ilmu melintasinya.” (Wiryanto, 2004: 3).

Berbagai pendapat untuk menjelaskan komunikasi juga diungkapkan

oleh Charles R. Berger dan Steven H. Chaffe dalam buku “Handbook

Communication Science” (1983: 17) yang dikutip oleh Wiryanto,

menerangkan bahwa:

Communication science seeks to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, processing and effect (Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari simbol serta sistem sinyal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelasken fenomena yang

berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya).” (Wiryanto,

2004: 3).

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964: 527) dalam buku

(48)

dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, “Communication: the

transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of

symbol… (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,

keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan

sebagainya).” (Wiryanto, 2004: 7).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) dalam buku “The

Mathematical Theory of Communication” sebagaimana yang dikutip oleh

Wiryanto mengatakan bahwa, “Komunikasi adalah bentuk interaksi

manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak

disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga

dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.” (Wiryanto, 2004: 7).

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk lebih memahami fenomena komunikasi, maka digunakan

model-model komunikasi. Model adalah representasi suatu fenomena, baik

nyatanmaupun abstrak, dengan menonjolkan unsure-unsur terpenting dari

fenomena tersebut.

(49)

ditampilkan oleh Philip Kotler, berdasarkan kepada paradigm Lasswel, dan

dikutip Onong Uchjana Effendy, sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Proses Komunikasi

(Sumber: Effendy 2003:18)

Dari model proses komunikasi di atas dapat di identifikasi

unsure-unsur dari komunikasi sebagai berikut :

- Sender : komunikator menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding : penyandian yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

- Message : pesan, merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan.

- Decoding : proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan.

sender encoding

media

decoding receiver

Feed back response

message

(50)

- Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response : tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikasn setelah diterpa pesan.

- Feed back : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterima nya pesan lain oleh komunikan yang berbeda pesan yang diberikan oleh komunikator. (Effendy, 2003:18)

2.1.3 Proses Komunikasi

A. Proses Komunikasi Primer

Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses yang

memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara efektif. Proses

komunikasi inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan baik

dengan berbagai tujuan. Dengan adanya proses komunikasi, berarti ada

suatu alat yang digunakan dalam prakteknya sebagai cara dalam

pengungkapan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy

dalam buku “Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek”, Proses komunikasi

terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan

secara sekunder, yakni:

“Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian

pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung

mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator

(51)

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Bahasa

digambarkan paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi

karena dengan jelas bahwa bahasa mampu menerjemahkan pikiran

seseorang untuk dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain secara

terbuka.” (Effendy, 2003: 11). Apakah penyampaian bahasa tersebut

dalam bentuk ide, informasi atau opini mengenai hal yang jelas

(kongkret) maupun untuk hal yang masih samar (abstrak), bukan hanya

mengenai peristiwa atau berbagai hal yang sedang terjadi melainkan

pada waktu dulu dan masa yang akan datang.

Kial (gesture) merupakan terjemahan dari pikiran seseorang sehingga dapat terekspresikan secara nyata dalam bentuk fisik, tetapi

kial ini hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu secara terbatas.

Isyarat juga merupakan cara pengkomunikasian yang

menggunakan alat “kedua” selain bahasa yang biasa digunakan seperti

misalnya kentongan, semaphore (bahasa isyarat menggunakan bendera), sirine, dan lain-lain. Pengkomunikasian ini juga sangat terbatas dalam

menyampaikan pikiran seseorang.

Warna sama seperi halnya isyarat yang dapat mengkomunikasikan

dalam bentuk warna-warna tertentu sebagai pengganti bahasa dengan

kemampuannya sendiri. dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran

(52)

pikiran seseorang karena kemampuannya yang sangat terbatas dalam

mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang lebih banyak porsinya digunakan

dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal

kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak dapat

melebihi kemampuan bahasa dalam pengkomunikasian yang terbuka

dan transparan. Penggunaan bahasa sebagai “penerjemah” pikiran dapat

didukung dengan menggunakan gambar sebagai alat bantu pemahaman,

tetapi posisinya hanya sebagai pelengkap bahasa untuk lebih

mempertegas maksud dan tujuannya.

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam

komunikasi adalah bahasa, tetapi tidak semua orang dapat mengutarakan

pikiran dan perasaan yang sesungguhnya melalui kata-kata yang tepat

dan lengkap. Hal ini juga diperumit dengan adanya makna ganda yang

terdapat dalam kata-kata yang digunakan, dan memungkinkan kesalahan

makna yang diterima. Oleh karena itu bahasa isyarat, kial, sandi, simbol,

(53)

B. Proses Komunikasi Sekunder

Setelah proses komunikasi primer, maka proses komunikasi kedua

adalah proses komunikasi sekunder. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Proses komunikasi secara

sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang

lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah

memakai lambang sebagai media pertama.” (Effendy, 2003: 16).

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam

melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya

berada ditempat yang relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak.

Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet,

dan lain-lain adalah media kedua yang sering digunakan dalam

komunikasi. Media kedua ini memudahkan proses komunikasi yang

disampaikan dengan meminimalisir berbagai keterbatasan manusia

mengenai jarak, ruang, dan waktu.

Menurut Onong Uchjana Effendy, “Pentingnya peran media, yakni

media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensi

dalam mencapai komunikan.” (Effendy, 2003: 17). Surat kabar, radio,

atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai

(54)

Keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam

menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Menurut para ahli

komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan persuasif adalah

komunikasi tatap muka karena kerangkan acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses

komunikasinya umpan balik berlangsung seketika, dalam artian

komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu.

Ini berlainan dengan komunikasi bermedia, apalagi menggunakan

media massa yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui

kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya dan

dalam proses komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung saat itu

tetapi memerlukan waktu untuk menanggapinya.

Komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komuniksi

primer untuk menembus ruang dan waktu. Dalam menata

lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator

harus mempertimbangkan sifat media yang akan digunakan. Penentuan

media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak

alternatif perlu didasari atas pertimbangan mengenai siapa komunikan

yang akan dituju.

Komunikan media surat, poster atau papan pengumuman akan

Gambar

Tabel 1.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel  1.2 Jadwal  Penelitian
Gambar 2.2
Gambar 2.3 Grafik Perkembangan Facebook
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENDAPAT MAHASISWA TERHADAP PROGRAM REALITY SHOW “BIG BROTHER INDONESIA” di TRANS TV (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Penelitian ini berjudul Media Sosial Twitter sebagai Pembentuk Pemikiran Politik Mahasiswa (Studi Analisis Wacana Sara Mills pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Disampaikan pada Diskusi Sosial Politik Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak memberikan ilmu, karya,

(STUDI KASUS PADA MAHASISWA KONSENTRASI STUDI PUBLIC RELATIONS 2011-2012 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS. ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Dari semua parameter tersebut, maka disimpulkan timgkat kepuasan mahasiswa terhadap penggunaan website di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya

UNIVERSITAS MEDAN AREA FAKULTAS : ILMU SOSIAL ILMU POLITIK PROGRAM STUDI: ILMU KOMUNIKASI RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN RPP PERTEMUAN XII-XV Program Studi : Ilmu Komunikasi Mata

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Jl.. DATA MAHASISWA Nama Lengkap Mahasiswa :