HINDU,BUDHA DAN ISLAM
DI INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)
di KELAS V SD NEGERI PENGADILAN 2 BOGOR
Oleh :
ADE FARIDAH, S. Pd
NIP. 196503111987032005
Guru SD Negeri Pengadilan 2
PEMERINTAH KOTA BOGOR DINAS PENDIDIKAN SD NEGERI PENGADILAN 2
Alamat : Jl. Pengadilan No. 217 Bogor Tengah 16122
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang menentukan masa depan
bangsa. Hal tersebut didasari karena kemajuan atau kemunduran suatu negara
disebabkan oleh seberapa mampu masyarakatnya dapat menghadapi segala
tuntutan yang akan dihadapi. Dalam hal ini sekolah menjadi kata kunci utama
dalam menentukan kualitas masyarakat yang akan dihasilkan. Peran guru
dibutuhkan untuk mendukung terciptanya suasana belajar mengajar yang
menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk terlibat aktif selama proses
berlangsungnya pembelajaran yang ada di sekolah.
Aktivitas dalam pembelajaran sangat diperlukan karena pada
prinsipnya belajar adalah berbuat untuk dapat mengubah tingkah laku sebagai
hasil belajar. Dengan siswa ikut terlibat secara aktif dalam setiap tahapan
pembelajaran tentu akan berdampak pada hasil belajar yang baik pula.
Sebagai pemegang peranan penting guru dituntut untuk menguasai berbagai
pendekatan mengajar serta keterampilan dalam menggunakan alat peraga.
Namun pada saat ini tidak sedikit guru yang dalam pembelajarannya hanya
menggunakan metode ceramah dan guru jarang sekali menggunakan bantuan
alat peraga dalam menyampaikan materi tertentu serta siswa masih dianggap
sebagai subjek yang hanya dapat menrima informasi tanpa diberikan ruang
untuknya menyampaikan sebuah tanggapan.
Mata pelajaran IPS menjadi salah satu mata pelajaran yang harus
dikuasai oleh siswa, hal ini dipengaruhi karena muatan-muatan materi yang
ada pada mata pelajaran IPS memuat tentang sejarah kerjaan-kerajaan Islam,
Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia. Tentu jika materi tersebut
tidak dipahami oleh siswa hal tersebut akan berdampak pula bagi
pembentukan rasa cinta tanah air pada diri masing-masing siswa. Maka dari
itu dalam mengajarkan pelajaran IPS guru sebaiknya memperhatikan dengan
baik bagaimana pembelajaran IPS disekolah dapat diajarkan kepada siswanya
tidak hanya sebatas hafalan saja. Guru harus cermat dalam memilih dan
menentukan strategi apa yang cocok diterapkan pada pembelajaran IPS agar
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Namun saat ini kondisi pembelajaran IPS belum sepenuhnya
menunjukkan hasil yang baik di SDN Pengadilan 2 Bogor, masih ditemukan
kendala-kendala dalam proses pembelajaran IPS yang dibuktikan dari
banyaknya jumlah siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). KKM untuk mata pelajaran IPS kelas V di SDN Pengadilan 2 Bogor
yaitu 70. Dari hasil tes tertulis peserta didik diperoleh nilai tertinggi adalah 90
dan nilai terendah adalah 30 dengan perolehan rata-rata pencapaian hasil
belajar sebesar 63,42.Berdasarkan hasil pengamatan peneliti masih rendahnya
hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada
skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong
proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri, bahkan ada sebagian
siswa yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan
tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN).
Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang
digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional
seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah
dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar,
sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran.
Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa kurang aktif
dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif sehingga menyebabkan
perolehan hasil belajar siswa rendah.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe group
investigation (GI). Dapat dijadikan alternative untuk menyelesaikan segala permasalahan yang menghambat siswa ketika belajar IPS. Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning)tipe group investigation (GI)memberikan
ruang bagi siswa untuk aktifadalah model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) tipe group investigation (GI). Model pembelajaran ini
bertujuan untuk mengarahkan kemampuan siswa dalam menganalisis
konsep-konsep pembelajaran dengan cara penyelidikan secara mendalam melalui
kerja kelompok. Selain itu, model kooperatif (cooperative learning) tipe
group investigation (GI) menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses
(cooperative learning) tipe group investigation (GI) akan memberikan perubahan terhadap peningkatan peroses dan hasil belajar IPS siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyusun Penelitian dengan
Judul Upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS konsep
tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia melalui
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada siswa kelas V di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka peneliti
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya masalah rendahnya hasil
belajar IPS kelas V SDN Pengadilan 2 Bogor tahun pelajaran 2015, antara
lain :
a. Pembelajaran IPS masih berpusat pada guru sehingga proses belajar
mengajar tidak efektif.
b. Teknik penyampain materi membosankan sehingga kurang menarik
siswa untuk belajar.
c. Interaksi pembelajaran yang terjadi hanya satu arah karena guru yang
dominan aktif sementara siswanya pasif
d. Guru belum sepenuhnya menerapkan model-model pembelajaran yang
kontektual dalam proses pembelajaran IPS, kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan
e. Hasil belajar IPS di bawah KKM (70) yang ditetapkan belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan.
f. Siswa hanya dituntut untuk menghafal materi sehingga sulita dalam
menerapkan ke dalam kehidupan sehari-hari
g. Siswa kurang trampil berkomunikasi menyampaikan pemikirannya
dalam menanggapi suatu topik yang sedang dibahas.
C. Analisis Masalah
Analisis yang peneliti dapat paparkan adalah masih rendahnya
aktivitas belajar siswa dan hasil belajarnyakhususnya pada konsep
tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia. Hal ini didapat
dari data-data yang peneliti peroleh melalui hasil test tertulis perserta didik,
diperoleh rata-rata pencapaian hasil belajar sebesar 63,42. Adapun siswa
yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 14 siswa atau 40 %, sedangan
siswa yang belum memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 21 siswa atau
60%.
Dari hasil diskusi dengan supervisor dan teman sejawat bahwa analisis
masalah pembelajaran disebabkan oleh:
a. Siswa kurang terbiasa mengidentifikasi informasi yang termuat dalam
materi pelajaran IPS.
c. Siswa kurang terbiasa menghubungkan antara informasi yang termuat
dalam soal dengan tuntutan penyelesaian soal atau pertanyaan pada
soal.
d. Siswa kurang terbiasa mengembangkan penalaran atau proses berpikir
dalam menyelesaikan soal-soal essay yang menuntut analisis
penjelasan.
e. Siswa kurang mendapat kesempatan cukup dalam latihan
mengungkapkan jalan/ proses pikirannya.
f. Guru kurangbervariasi memilih metode atau strategi pada
pembelajaran IPS.
Berdasarkan pengalaman peneliti, penyampaian materi dapat
menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe
Group Investigation (GI) memungkinkan siswa terbiasa menyelesaikan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
D. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah di atas, langkah selanjutnya peneliti
merencanakan alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki proses
pembelajaran maka peneliti mengambil beberapa alternatif pemecahan
masalah diantaranya :
b. Membiasakan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui
tahapan-tahapan metode ilmiah.
c. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk ikut serta memberikan
tanggapan terhadap suatu persoalan.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas diketahui bahwa masalah
yang muncul pada saat peneliti melakukan awal pembelajaran cukup banyak
dan luas. Agar peneliti lebih fokus, maka masalah yang diteliti dibatasi hanya
meneliti :
a) Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep tokoh-tokoh
sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia?
b) Apakah pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Group Investigation (GI) efektif digunakan untuk menerapkan konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia ?
c) Apakah pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
F. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
a) Meningkatnya pemahaman siswa terhadap konsep tokoh-tokoh sejarah
pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia.
b) Mengetahui tingkat efektifitas pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Group Investigation (GI) dalam menerapkan konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia.
c) Meningkatnya hasil belajar siswa tentang konsep tokoh-tokoh sejarah
pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia melalui pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) tipe Group Investigation (GI)di kelas V SD Negeri Pengadilan 2 Bogor.
G. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna baik
secara teoritis maupun secara praktis.
a. Bagi siswa
1) Meningkatkan hasil pembelajaran IPS terutama untuk siswa kelas V
Sekolah Dasar
2) Meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
3) Agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru
secara cepat, tepat dan benar.
4) Agar siswa dapat memanfaatkan waktu dengan benar dalam
pembelajaran IPS.
5) Agar siswa dapat belajar lebih menyenangkan sehingga lebih
b. Bagi guru
1) Sebagai masukan dalam mengembangkan kinerjanya yang kurang
maksimal dalam pembelajaran IPS.
2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan proses belajar mengajar yang
menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
3) Guru dapat menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam
proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah
1) Sebagai salah satu masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah.
2) Sebagai salah satu masukan atau input dalam mengembangkan metode
pembelajaran yang tepat untuk menentukan keberhasilan
pembelajaran di sekolah.
BAB II
A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, kenyakinan, tujuan, kepribadian dan
bahkan persepsi manusia.Witherington mengemukakan bahwa “belajar
sebagai sebuah perubahan kepribadian yang dimanifestasikan kepada
suatu pola respon individu yang mungkin berupa keterampilan, sikap
atau peningkatan kemampuan pemahaman atas sesuatu” (Rakhmat et al., 2006: 48).
Nana Sudjana (2002 : 28) “Belajar adalah proses yang aktif, untuk
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, diarahkan
kepada tujuan yang berbuat melalui pengalaman dengan melihat,
mengamati, memahami sesuatu”.
Muhibin syah (2002 : 2) “Belajar adalah tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif positif dan menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif”.
Dengan belajar akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang yang kemudian tercermin dari tingkah laku yang
Muhibbin Syah (1995: 90) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut.
Dari pendapat keempat ahli tersebut, maka konsep tentang
belajar mengandung tiga unsur utama, adalah belajar berkaitan
dengan perubahan tingkah laku. Untuk mengukur apakah seseorang
telah belajar, maka diperlukan perbandingan antara perilaku sebelum dan
setelah mengalami kegiatan belajar. Perubahan perilaku terjadi karena di
dahului oleh proses pengalaman, perubahan perilaku karena belajar
bersifat relatif permanen, artinya lamanya perubahan perilaku pada
diri seseorang sukar untuk diukur.
Dalam proses belajar ada hal-hal prinsip yang perlu kita ketahui
untuk menjadikan proses belajar akan sesuai dengan apa yang di
inginkan sebagaimana yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1993 :
280) mengungkapkan empat prinsip belajar yaitu :
a. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa, karena tujuan akan menuntut dalam belajar,
b. Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berpikir kritis, c. Belajar memerlukan pemahaman atas hal – hal yang dipelajari
sehingga memperoleh pengertian – pengertian,
d. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan dan hasil.
Dari prinsip – prinsip tersebut memberikan penjelasan dalam
memaknai belajar dan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan
pemahaman mengenai makna belajar menjadi lebih jelas dan terarah.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam
belajar ada suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa
pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses
belajar.
b. Hasil Belajar
Hamalik.(2007: 30) mengemukakan bahwa seseorang yang telah
belajar pasti mengalami perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Upaya meningkatkan hasil belajar siswa merupakan suatu usaha
untuk memperbaiki hasil belajar siswa agar lebih baik. Diantara upaya
memperbaiki terdapat faktor-faktor yang mendukung upaya peningkatan
hasil belajar . Menurut Nana Sudjana (2005 : 38) hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam
diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan.
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya.Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap
hasil belajar yang dicapai.Disamping faktor kemampuan yang dimiliki
siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar.
Adapun Hasil belajar yang diraih siswa baiknya tidak terlepas dari
keberartian dan kegunaan pelajaran bagi dirinya. Hasil belajar juga
dalam kelas. Hasil belajar juga diperoleh melalui beberapa proses, karena
hasil belajar bukan saja hanya dengan penguasaan hasil latihan,
melainkan juga adalah perubahan perilaku.
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya. Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.” (Sudjana, 2006: 22).
Selanjutnya, “Secara garis besar Benyamin Bloom
mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.” (Sudjana, 2006: 22)
Pada akhirnya hasil belajar memiliki tujuan yang akan didapatkan
sebagai penilaian hasil belajar sebagaimana menurut Sudjana (2006: 4)
adalah untuk:
(a) mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya, (b) mengetahui keberhasilan proses pendidikan danpengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan, (c) menentukan hasil tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya, (d) memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan uraian diatas hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku individu yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif,afektif,
dan psikomotorik. Hasil belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah
laku dari belum bisa menjadi bisa.
c. Pengertian IPS
Indonesia mulai di kenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan
komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem
pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum
tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menurut Sapriya ( 2009:7)
memberikan pengertian Mata pelajaran IPS bahwa:
Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran intregasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Nama IPS ini sejajar dengan nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang disingkat IPA sebagai intregasi dari mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika.
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik
dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan
lingkunganya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Berdasarkan pengertian dan tujuan
dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang
mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut.
Pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial (IPS) memiliki beberapa
karakteristik sebagaimana Nurhadi (2011: 4-5) menyatakan sebagai
berikut:
c. Standart kompetensi dan Kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial.
d. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dan dengan prinsip sebab, akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, kadilan, dan jaminan kesehatan.
e. Standart kompetensi dan Kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Dari semua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan sosial adalah ilmu sosial yang mempelajari peristiwa fakta
atau konsep pengetahuan atau teori yang merupakan gabungan dari unsur
geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan kewarganegaraan, sosiologi atau
yang berhubungan dengan masalah sosial.
2. Active Learning
a. PengertianPembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning)
Manusia adalah makhluk individual yang berjiwa sosial, berbeda
satu dengan sama lain dan saling membutuhkan.Karena jiwa yang sosial
maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga
sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial,
makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain
saling membutuhkan maka harus ada interaksi baik saling menyayangi
maupun saling mencintai. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi dan bekerja samaantar
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan.Pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning) meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe
pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai
kemahiran sosial.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) mengutamakan adanya kelompok-kelompok sehingga menjadikannya suatu
pembelajaran yang aktif dan interaktif serta melibatkan seluruh peserta
didik.
Pembelajaran kooperatif Cooperative Learning merupakan suatu
model pembelajaran. Menurut Zaini (dalam arini,2009) model
pembelajaran adalah ‘pedoman berupa program atau petunjuk strategi
mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran’.
Menurut johnson & johnson (Isjoni, 2010: 17) cooperative learning adalah mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam
kelompok tersebut.
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama
dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang tersturktur.”
Dari semua pengertian diatas tentang pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi dalam pembelajaran yang
mengelompokan siswa dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan
bervariasi untuk saling bekerja sama agar pada akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam kelompok.
b. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) tipe Group Investigation (GI)
Group Investigation merupakan tipe kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Thelan. Dalam perkembangan selanjutnya tipe ini
diperluas dan dipertajam oleh Sharan dan kawan-kawan dari Universitas
Tel Aviv.Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam
perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya
penyelidikan mereka. Tipe pembelajaran ini memerlukan norma dan
struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih berpusat
pada guru. Tipe pembelajaran ini melatih siswa dalam keterampilan
komunikasi dan proses kelompok yang baik (Trianto, 2007: 59).
Group investigation merupakan salah satu tipe pembelajaran yang
dapatmembangkitkan minat siswa untuk berpikir lebih aktif, karena
investigasi merupakan bentuk pemecahan masalah yang divergen, dan
metode ini juga menuntut siswa untukmemiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
Menurut Isjoni (2011) model pembelajaran kooperatif tipe group investigation“ merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan
pem-belajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pempem-belajaran
demokrasi” .
Sedangkan menurut Menurut Made Wena (2008: 27) model
pembelajaran kooperatif tipe groupinvestigation adalah model pembelajarankooperatif yang pembentukan kelompoknya didasari atas
minat anggotanya.
Berdasarkan pengertian mengenai kooperatif tipe group
investigation tersebut, dapat disimpulkan bahwa tipe group investigation mendorong siswa dituntut belajar belajar lebih aktif sesuai minat dengan
berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara
penyelesaiannya sehingga pembelajran lebih bermakna.. Dengan
demikian mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan
keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman
belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama.
c. Langkah-langkah Group Investigation
Pada pembelajaran Grup Investigation umumnya guru yang
membagi kelas dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga
juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap
suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari,
mengikutiinvestigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang dipilih,
kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas
secara keseluruhan.
Sehubungan dengan itu, Rusman (2011: 221-222) mengemukakan,
strategi belajar kooperatif group investigation secara umum dibagi
menjadi enam langkah, yaitu:
1) Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok Para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengkategorisasi saran-saran. Paras siswa kemudian bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama. Komposisi kelompok di dasarkan atas
ketertarikan topik yang sama dan heterogen dan guru membantu/memfasilitasi dalam memperoleh informasi. 2) Merencanakan tugas-tugas belajar
Siswa secara bersama-sama merencanakan tugas belajar dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi apa yang diselidiki, bagaimana melakukannya, siapa sebagai apa-pembagian kerja, untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi.
3) Melaksanakan kegiatan investigasi
Siswa mencari informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.Setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok.Para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi dan mensintesis ide-ide.
4) Menyiapkan laporan akhir
Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya, merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya, dan membentuk panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana presentasi.
5) Mempresentasikan laporan akhir
Presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk.Bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lainnya).Pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruhan kelas.
Para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran. Asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.
Sedangkan menurut (Miftahul Huda, 2011: 13 )mengemukakan,
langkah-langkah kooperatif group investigationyaitu :
Pertama-tama siswa ditempat-kan dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberi tugas atau proyek yang berbeda. Dalam kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, menelitinya, dan bagaimana menyajikan hasil penelitiannya di depan kelas. Semua anggota harus turut andil dalam menentukan topik penelitian apa yang akan mereka ambil. Mereka pula yangmemutuskan sendiri pembagian kerjanya. Selama proses penelitian atau investigasi ini, mereka akan terlibat dalam aktivitas-aktivitas berfikir tingkat tinggi, seperti membuat sintesis, ringkasan, hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir.
Dari langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan tipe Group Investigation ini guru
mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Kelompok
disini dapat dibentukdengan mempertimbangkan keakraban persahabatan
atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih
topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan atas topik yang
dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di
depan kelas.
Menurut Agus(2013 :295-296) Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigationmemiliki kelebihan-kelebihan diantarnya:
1) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala perbedaan.
2) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar darisiswa yang lain.
3) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mneguji ide dan pemahamanya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat praktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
4) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
5) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan hasil akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
6) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
7) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
Sedangkan kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation menurut Agus (2013 :295-296) diantaranya :
1) Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu jika tanpa bantuan guru yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan di pahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
strategi ini.
3) Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu manyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
4) Untuk memahami dan mengerti filosofi strategi pembelajaran kooperatif, memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat pembelajaran kooperatif. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya , mereka akan merasaterhambat oleh siswa yang dianggap kurang memilikikemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengangguiklim kerja sama dalam kelompok.
5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui strategi pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam strategi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
3. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek
penelitian di kelas tersebut.Pertama kali penelitian tindakan kelas
diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya
dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave
Ebbutt dan lainnya.
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian
dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Dalam konteks pekerjaan guru maka penelitian tindakan yang
dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan
mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara
sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan
yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau
berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. (Suharsimi:
2006).
BAB III
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, serta Pihak yang Membantu 1. Subjek Penelitian
Subjek yang berpartisipasi dalam proses Pelaksanaan Perbaikan
Pembelajaran adalah siswa kelas V C SDN Pengadilan 2 Bogor, yang terdiri
dari 35 Siswa dengan rincian 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki
pada muatan IPS konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan
Islam.
2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan Penelitan dilakukan di kelas V C SDN Pengadilan 2 yang
beralamat di Jl. Pengadilan No. 12 Kel. Pabaton, Kec. Bogor Tengah, Kota
Bogor, Jawa Barat
3. Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada semester 1 Tahun
Pelajaran2014-2015 dengan jadwal berikut :
Tabel 3.1.Jadwal Penelitian
N
o Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
1 Rabu, 2 September 2015 07.30-09.30 WIB Pelaksanaan Pembelajaran 2 Rabu, 9 September 2015 07.30-09.30 WIB Pelaksanaan PerbaikanPembelajaran ( Siklus 1)
3 Rabu,16 September 2015 07.30-09.30 WIB Pelaksanaan PerbaikanPembelajaran ( Siklus 2)
Perencanaan
Refleksi Siklus I Pelaksanaan Tindakan
Pengamatan Observasi
Perencanaan
Refleksi Siklus II Pelaksanaan Tindakan
Pengamatan Observasi
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Perbaikan PKP
Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran dibantu oleh Kepala
Sekolah selaku supervisor 1 dan salah satu guru sebagai rekan sejawat
sebagai supervisor 2, yang selalu sedia membatu kesulitan-kesulitan yang
ditemui oleh peneliti dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran
IPS tentang konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) untuk perbaikan
pembelajaran pada pembelajaran IPS tentang konsep konsep tokoh-tokoh
sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam kelas V Sekolah Dasar Negeri
Pengadilan 2 Bogor dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa,
Adapun Prosedur perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
Selanjutnya dalam perencanaan kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran, kemudian dengan perencaan tersebut akan dipergunakan untuk
mengadakan pelaksanaan serta pengamatan kegiatan perbaikan dan refleksi,
kemudian dirancang dengan desai prosedur perbaikan sebagai berikut :
1. Mengamati fakta/data pembelajaran IPS di kelas V SDN Pengadilan 2.
2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas, yaitu :
a. Pendahuluan (5 menit)
1) Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama dipimpin
oleh seorang peserta didik dengan penuh khidmat;
2) Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan
memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
3) Mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran
4) Menghubungkan materi pelajaran lalu dengan pelajaran sekarang
5) Menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan yang
akan dicapai.
6) Guru memberikan pertanyaan pembuka yang berhubungan sejarah
indonesia.
b. Kegiatan Inti ( 60 menit )
1) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia.
2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang tokoh sejarah pada masa islam : kenapa sultan hasanudin dijuluki ayam
3) Siswa mengerjakan latihan tentang konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia.
4) Guru mengkonfirmasi jawaban siswa. c. Penutup (5 menit)
1) Guru menutup pembelajaran dengan mengulas kembali materi yang
telah dipelajari.
2) Guru dapat menanyakan apakah siswa sudah memahami materi
tersebut.
3) Guru memberikan pertanyaan secara lisan secara acak kepada siswa
untuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran ini.
4) Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari
5) Guru memberikan PR kepada siswa.
Berdasarkan hasil test tertulis pada Pra Siklus didapatkan hasil yang
kurang memuaskan, dimana masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di
bawah KKM yang ditentukan, antara lain hanya 14 siswa (40%) yang
mendapatkan nilai mencapai KKM dan 21 siswa (60 %) nilainya masih di
bawah KKM.
3. Melakukan analisis masalah yang terjadi di kelas V CSDN Pengadilan 2
pada pelajaran IPS yaitu :
a. Guru kurang memotivasi siswa sebelum melakukan proses pembelajaran.
b. Penjelasan guru kurang menarik minat siswa untuk memperhatikan
c. Guru tidak menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran.
d. Guru tidak menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran.
e. Siswa tidak fokus dalam proses pembelajaran.
f. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran.
g. Kurangnya bimbingan secara individu dalam proses mengerjakan tes
kepada siswa yang lambat dalam menyerap materi pelajaran.
h. Melakukan alternatif dan prioritas pemecahan masalah, yaitu dengan cara
melakukan 2 siklus perbaikan pembelajaran IPS kelas V Sekolah Dasar
Negeri Pengadilan 2 Bogor
i. Menentukan Metode Perbaikan pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif learning tipe Group Investigation (GI).
4. Merumuskan masalah, yaitu “Upaya meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran IPS konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam
di Indonesia melalui pembelajaran kooperatif learning tipe Group
Investigation (GI) pada siswa kelas 5 di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor“
5. Melakukan tindakan
Tindakan perbaikan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai
a. Siklus 1
1) Perencanaan
a) Menetapkan waktu pelaksanaan yaitu tanggal 9 September 2015.
b) Menetapkan materi pelajaran yaitu materi tentang tokoh-tokoh
sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia.
c) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran.
d) Mempersiapkan perangkat pembelajaran
e) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa ( LKS )
f) Mempersiapkan lembar observasi yang digunakan observer.
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini adalah tahap pelaksanaan tindakan untuk
perbaikan pembelajaran yang dilakukan meliputi :
a) Pendahuluan (10 Menit)
(1)Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama
dipimpin oleh seorang siswa dengan penuh khidmat;
(2)Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran
dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
(3)Mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran (dengan
duduk berkelompok) .
(4)Menghubungkan materi pelajaran lalu dengan pelajaran
(5)Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
(6)Guru menjelaskan prosedur kegiatan belajar menggunakan Grup
investigation.
b) Kegiatan Inti (70 Menit)
(1)Gurumembagi siswa ke dalam 7 kelompok dengan komposisi
siswa yang heterogen dari tingkat kemampuan akademiknya.
Sehingga setiap kelompok terdiri dari tingkat kemampuan
akademik siswa yang tinggi, sedang dan kurang.
(2) Guru membimbing siswa untuk memberikan nama pada
kelompok mereka masing-masing.
(3) Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) dengan materi
tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di
Indonesiauntuk kegiatan belajar dalam kelompok.
(4)Setiap kelompok membagi tugas kepada anggotanya tentang
hal-hal yang perlu di cari oleh setiap anggota.
(5)Siswa berdiskusi mencari hal-hal penting padalembar kerja
siswa (LKS) dengan materi tokoh-tokoh sejarah pada masa
hindu,budha dan islam di Indonesiasecara berkelompok.
(6) Guru guru berkeliling mengobservasi kegiatan tiap kelompok
dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan dan
(7)Setelah kegiatan belajar kelompok selesai, masing-masing
kelompok mempresentasikan hal-hal yang di temukan dari hasil
diskusi.
(8) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab
terhadap materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan
islam di Indonesia yang belum dipahami.
(9) Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang aktif
menjawab pertanyaan guru.
(10) Siswa mengerjakan soal post test individu. c) Penutup (10 Menit)
(1)Guru menutup pembelajaran dengan mengulas kembali materi
yang telah dipelajari.
(2)Guru menanyakan apakah siswa sudah memahami materi
tersebut.
(3)Guru memberikan pertanyaan secara lisan secara acak kepada
siswa untuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran ini.
(4)Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah
dipelajari
(5)Guru memberikan tugas PR.
Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan
yang dilakukan oleh observer yaitu teman sejawat di sekolah.
Refleksi
Data-data yang diperoleh dari hasil kegiatan pembelajaran
dan hasil pengamatan kemudian dianalisis, sehingga hasil analisis
yang didapat dijadikan pedoman dalam melakukan tindakan
perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya.
b. Siklus 2
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dan sesuai dengan
rencana perbaikan pembelajaran terhadap hasil nilai siswa yang diperoleh
menunjukkan hasil yang memuasakan dimana terdapat 29 siswa
(82,85%) yang mendapat nilai mencapai KKM yang ditentukan, maka
diadakan perbaikan siklus 2 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Perencanaan
a) Menetapkan waktu pelaksanaan yaitu tanggal 16 September 2015.
b) Melanjutkan materi pelajaran yaitu konsep tokoh-tokoh sejarah
pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia.
c) Mempelajari materi perbaikan yang akan diberikan kepada siswa.
d) Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran
f) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa
g) Mempersiapkan lembar observasi yang akan digunakan observer.
2) Pelaksanaan
Tahap berikut ini merupakan pelaksanaan tindakan perbaikan
pembelajaran yang dilakukan meliputi :
a) Pendahuluan (10 Menit)
(1)Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama
dipimpin oleh seorang siswa dengan penuh khidmat;
(2)Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran
dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
(3)Mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran ( dengan
duduk berkelompok).
(4)Menghubungkan materi pelajaran lalu dengan pelajaran
sekarang
(5)Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
(6)Guru menjelaskan prosedur kegiatan belajar menggunakan Grup
Investigation.
b) Kegiatan Inti (40 Menit)
(1)Guru kembalimembagi siswa ke dalam 7 kelompok dengan
komposisi siswa yang heterogen dari tingkat kemampuan
kemampuan akademik siswa yang tinggi, sedang dan
kurangsama seperti perteman sebelumnya.
(2) Guru membimbing kembali siswa untuk memberikan nama
pada kelompok mereka masing-masing.
(3) Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) dengan materi
tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di
Indonesia untuk kegiatan belajar dalam kelompok.
(4)Setiap kelompok membagi tugas kepada anggotanya tentang
hal-hal yang perlu di cari oleh setiap anggota.
(5)Siswa berdiskusi mencari hal-hal penting pada lembar kerja
siswa (LKS) dengan materi tokoh-tokoh sejarah pada masa
hindu,budha dan islam di Indonesia secara berkelompok.
(6) Guru guru berkeliling mengobservasi kegiatan tiap kelompok
dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan dan
mengarahkannya.
(7) Setelah kegiatan belajar kelompok selesai, masing-masing
kelompok mempresentasikan hal-hal yang di temukan dari hasil
diskusi.
(8) Siswa diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab
terhadap materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan
islam di Indonesia yang belum dipahami.
(9) Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang aktif
(10) Siswa mengerjakan soal post test individu.
c) Penutup (10 Menit)
(1)Guru menutup pembelajaran dengan mengulas kembali materi
yang telah dipelajari.
(2)Guru dapat menanyakan apakah siswa sudah memahami materi
tersebut.
(3)Guru memberikan pertanyaan secara lisan secara acak kepada
siswa untuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran ini.
(4)Guru dan siswa membuat kesimpulan materi yang telah
dipelajari.
(5)Guru memberikan tugas PR.
Pengamatan
Pelaksanaan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan
yang dilakukan oleh teman sejawat selaku observer.Setelah
melakukan pengamatan terlihat adanya perubahan kearah yang
lebih positif. Siswa sudah memiliki motivasi yang tinggi dalam
mengikuti materi pelajaran yaitu dengan ikut aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran.
Refleksi
Setelah data-data diperoleh dan dianalisis dapat ditemukan
hasil tes siswa kelas VC SDN Pengadilan 2 Bogor pada mata
Budha dan Islam di siklus 2 dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe Group
Investigation (GI)pada proses pembelajaran dapat memberikan
pengaruh positif terhadap daya serap siswa dengan hasil belajar
yang meningkat.
C. Teknis Analisis Data
Pada setiap kegiatan dilakukan observasi menggunakan instrumen
observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa. Dalam mengumpulkan
data dan mendapatkan data, maka peneliti menggunakan tehnik-tehnik sebagai
berikut :
1. Tehnik observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian siswa kelas V C untuk mencatat aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran data tersebut menggunakan tehnik kualitatif
2. Tehnik test yaitu evaluasi untuk mendapatkan skor hasil belajar siswa pada
setiap siklus dengan menggunakan tehnik kuantitatif.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Data kuantitatfif berbentuk angka-angka yang didapat dari hasil
test siswadari setiap siklus dijabarkan dalam bentuk tabel persiklus dan
dalam bentuk garik, sedangkan data kualitatif berbentuk kata-kata atau
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Pra Siklus a. Perencanaan
Peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi
Dasar.
2) Menentukan indikator pembelajaran
3) Mempersiapkan langkah-langkah perbaikan pembelajaran
4) Mempersiapkan materi pelajaran
5) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran
6) Mempersiapkan Lembar soal Post Test
b. Tindakan
1) Guru memulai pembelajaran dengan memotivasi siwa secara
keseluruhan guna meningkatkan motivasi belajar terhadap materi yang
akan diajarkan.
2) Guru menjelaskan materitokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha
dan islam di Indonesia.
3) Siswa secara individu mengerjakan Lembar soal Post Test.
c. Pengamatan
1) Teman sejawat / observer mengamati proses pembelajaran konsep
tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam.
2) Teman sejawat/observer mencatat temua-temuan pada proses
pembelajaran berlangsung.
3) Berdasarkan pengamatan observer terhadap proses pembelajaran
ditemukan beberapa hal, antara lain :
a) Penguasaan kelas masih belum maksimal, masih ada beberapa siswa yang mengobrol ketika guru menerangkan materi pelajaran.
b) Beberapa siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran. c) Proses pembelajaran didominasi oleh siswa yang pandai saja. d. Refleksi
Pada proses pembelajaran Prasiklus diperoleh data nilai siswa
sebagai berikut : 21 siswa dari 35 siswa ( 60% ) memperoleh nilai di
bawah KKM, sedangkan 14 siswa dari 35 siswa ( 40 % ) memperoleh
nilai mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70 dengan perolehan nilai
rata-rata kelas63,42, pada Prasiklus ini siswa masih banyak yang
mendapat nilai di bawah KKM.
Tabel 4.1. Hasil Belajar Berdasarkan Pencapaian Target KKM
PRA SIKLUS 1 CAHAYA PUTRA RANGKUTI 70 70 Tuntas
2 IRSAN ABDURAHMAN 70 Tuntas
3 JENNIFER ASTRI MONGOUA 60 Tidak Tuntas
4 KHAIRUNISA MAHARANI 60 Tidak Tuntas
5 LULU NURJANAH 40 Tidak Tuntas
6 MUHAMMAD IKRAM NURFAJRY 60 Tidak Tuntas
7 ANNISA TRIBUDIATI DANAATMAJA 80 Tuntas
N
11 CALISTA SAHLAN P 50 Tidak Tuntas
12 DEANBI KRISTIKALISTA K 40 Tidak Tuntas
13 DIAZ RABBANIE AL SISTANI 60 Tidak Tuntas
14 DIMAS LESMANA 60 Tidak Tuntas
15 DZAKY ATHAYA RAMADHAN 60 Tidak Tuntas
16 GIOVANNI NATALIA SIWI 60 Tidak Tuntas
17 GIRINDA AKBAR 60 Tidak Tuntas
18 GLORIA AGUSTINA 60 Tidak Tuntas
19 HENDRA SIMALANGO 50 Tidak Tuntas
20 HENDRO SIMALANGO 30 Tidak Tuntas
21 JOSHUA TAFFAREL PEETRA. C 80 Tuntas
22 LADINA ANANDA FITIYANI 90 Tuntas
23 M. FARIED WAJDY 60 Tidak Tuntas
24 M. SURYA DARMAWAN 60 Tidak Tuntas
25 MUTIARA NAJWA AGUSTIN 70 Tuntas
26 NATHALIA PUTRI LIANI 60 Tidak Tuntas
27 PUTRI AURELIA SUSILAWATI. N 70 Tuntas
28 WAFA NURAENI 70 Tuntas
29 AGNES PRADIKA PUTRI 60 Tidak Tuntas
30 FEODORA TIFANYA 60 Tidak Tuntas
31 FELIX VERDIANTO HERMAN 50 Tidak Tuntas
32 AFI KRISTIANI 70 Tuntas
33 DESMOND NICHOLAS 80 Tuntas
34 JASON NICHOLAS 70 Tuntas
35 JELITA FEBRIANICA 60 Tidak Tuntas
JUMLAH 2220
Rata-rata anak 63,43
Pencapaian KKM (%) 40%
Berdasarkan data-data nilai dan pengamatan di atas peneliti perlu
dalam hal pemanfaatan media pembelajaran serta metode pembelajaran
harus menarik minat siswa, serta pemanfaatan waktu agar lebih optimal.
nilai di atas KKM nilai di bawah KKM 0
10 20 30 40 50 60
40
60
Pra Siklus
Gambar 4.1. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM
2. Siklus 1
a. Perencanaan
Peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi
Dasar.
2) Menentukan indikator pembelajaran
3) Mempersiapkan langkah-langkah perbaikan pembelajaran
4) Mempersiapkan materi pelajaran
5) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran
6) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa
7) Mempersiapkan Lembar Soal Post Test
1) Guru memulai pembelajaran dengan memotivasi siwa secara
keseluruhan guna meningkatkan motivasi belajar terhadap materi
yang akan diajarkan.
2) Guru menjelaskan materitokoh-tokoh sejarah pada masa
hindu,budha dan islam di Indonesia.
3) Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok dengan komposisi siswa
yang heterogen dari tingkat kemampuan akademiknya.
4) Guru membimbing siswa untuk memberikan nama pada kelompok
mereka masing-masing.
5) Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS)
6) Setiap anggota kelompok dibagi tugas sesuai dengan
7) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) dengan materi
tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia secara
berkelompok.
8) Setiap anggota kelompok mencari hal-hal yang penting pada materi
LKS sesuai dengan pemagian tugas anggota kelompok.
9) Guru menilai kegiatan kelompok.
10) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
11) Guru memberika reward atau hadiah kepada kelompok yang terbaik.
12) Siswa secara individu mengerjakan tes tertulis (post tes) sebagai
evaluasi hasil belajar untuk mengetahui pencapaian nilai.
1) Teman sejawat / observer mengamati proses pembelajaran
2) Teman sejawat/observer mencatat temua-temuan pada proses
pembelajaran berlangsung
3) Berdasarkan pengamatan observer terhadap proses pembelajaran
ditemukan beberapa hal, antara lain :
a) Penguasaan kelas sudah maksimal, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang mengobrol ketika guru menerangkan materi pelajaran.
b) Beberapa siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran c) Proses pembelajaran didominasi oleh kelompok yang pandai saja.
d. Refleksi
Pada proses pembelajaran siklus 1 diperoleh data nilai siswa
sebagai berikut : 6 siswa dari 35 siswa ( 17,14 % ) memperoleh nilai di
bawah KKM, sedangkan 29 siswa dari 35 siswa ( 82,86% ) memperoleh
nilai mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70 dengan perolehan nilai
rata-rata kelas meningkat menjadi 75,14, pada siklus 1 ini siswa belum tuntas secara keseluruhan.
Berdasarkan data-data nilai dan pengamatan di atas peneliti
perlu melakukan beberapa perbaikan pembelajaran pada siklus 2,
metode pembelajaran harus menarik minat siswa, serta pemanfaatan
waktu agar lebih optimal.
N
3 JENNIFER ASTRI MONGOUA 70 Tuntas
4 KHAIRUNISA MAHARANI 80 Tuntas
5 LULU NURJANAH 60 Tidak Tuntas
6 MUHAMMAD IKRAM NURFAJRY 70 Tuntas
7 ANNISA TRIBUDIATI DANAATMAJA 80 Tuntas
8 MUHAMMAD RIJKI 80 Tuntas
9 ROZAN INSAN 80 Tuntas
10 SANDHY SYAWALUDIN 80 Tuntas
11 CALISTA SAHLAN P 70 Tuntas
12 DEANBI KRISTIKALISTA K 60 Tidak Tuntas
13 DIAZ RABBANIE AL SISTANI 70 Tuntas
14 DIMAS LESMANA 80 Tuntas
15 DZAKY ATHAYA RAMADHAN 80 Tuntas
16 GIOVANNI NATALIA SIWI 60 Tidak Tuntas
17 GIRINDA AKBAR 70 Tuntas
18 GLORIA AGUSTINA 70 Tuntas
19 HENDRA SIMALANGO 70 Tuntas
20 HENDRO SIMALANGO 60 Tidak Tuntas
21 JOSHUA TAFFAREL PEETRA. C 80 Tuntas
22 LADINA ANANDA FITIYANI 90 Tuntas
23 M. FARIED WAJDY 80 Tuntas
24 M. SURYA DARMAWAN 70 Tuntas
25 MUTIARA NAJWA AGUSTIN 70 Tuntas
26 NATHALIA PUTRI LIANI 60 Tidak Tuntas
27 PUTRI AURELIA SUSILAWATI. N 100 Tuntas
28 WAFA NURAENI 80 Tuntas
29 AGNES PRADIKA PUTRI 70 Tuntas
30 FEODORA TIFANYA 80 Tuntas
31 FELIX VERDIANTO HERMAN 60 Tidak Tuntas
nilai di atas KKM nilai di bawah KKM 0
20 40 60 80 100
82.86
17.14
Siklus 1
Gambar 4.2. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM
3. Siklus 2
a. Perencanaan
Peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi
Dasar.
2) Menentukan indikator pembelajaran
3) Mempersiapkan langkah-langkah perbaikan pembelajaran
4) Mempersiapkan materi pelajaran
5) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran
6) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa
b. Tindakan
1) Guru memulai pembelajaran dengan memotivasi siwa secara
keseluruhan guna meningkatkan motivasi belajar terhadap materi
yang akan diajarkan.
2) Guru menjelaskan materi tokoh-tokoh sejarah pada masa
hindu,budha dan islam di Indonesia.
3) Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok dengan komposisi siswa
yang heterogen dari tingkat kemampuan akademiknya.
4) Guru membimbing siswa untuk memberikan nama pada kelompok
mereka masing-masing.
5) Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS)
6) Setiap anggota kelompok dibagi tugas sesuai dengan
7) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) dengan materi
tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia secara
berkelompok.
8) Setiap anggota kelompok mencari hal-hal yang penting pada materi
LKS sesuai dengan pemagian tugas anggota kelompok.
9) Guru menilai kegiatan kelompok.
10) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
11) Guru memberika reward atau hadiah kepada kelompok yang terbaik.
c. Pengamatan
Pada kegiatan pembelajaran siklus 2 teman sejawat/observer
mencatat semua temuan pada proses pembelajaran berlangsung, temuan
tersebut antara lain :
1) Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
perbaikan pembelajaran.
2) Model Pembelajaran sudah sangat menarik minat siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran.
3) Hasil akhir yang diperoleh sudah baik dan berhasil mencapai nilai
KKM yang ditentukan.
d. Refleksi
Pada proses pembelajaran siklus 2 diperoleh data-data nilai
sebagai berikut : masih terdapat 2 siswa dari 35 siswa ( 5,71%) yang
mendapat nilai di bawah KKM, sedangkan 33 dari 35 siswa (94,29%)
memperoleh nilai mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70 dengan nilai
rata-rata kelas 81,43.
Rata-rata kelas pada siklus 2 ini mencapai 81,42. sehingga pada
siklus 2 ini nilai siswa yang diperoleh semakin meningkat. Sehingga
target pencapaian nilai KKM yang ditentukan dianggap berhasil.
Berikut ini data-data hasil perolehan nilai siswa dari mulai Pra
Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 peneliti tampilkan dalam bentuk tabel dan
grafik, sehingga dapat dilihat perbandingan dari data-data yang didapat
Tabel 4.3. Hasil Belajar IPS Berdasarkan Pencapaian Target KKM Siklus II
3 JENNIFER ASTRI MONGOUA 70 Tuntas
4 KHAIRUNISA MAHARANI 70 Tuntas
5 LULU NURJANAH 70 Tuntas
6 MUHAMMAD IKRAM NURFAJRY 80 Tuntas
7 ANNISA TRIBUDIATI DANAATMAJA 90 Tuntas
8 MUHAMMAD RIJKI 90 Tuntas
9 ROZAN INSAN 80 Tuntas
10 SANDHY SYAWALUDIN 90 Tuntas
11 CALISTA SAHLAN P 70 Tuntas
12 DEANBI KRISTIKALISTA K 70 Tuntas
13 DIAZ RABBANIE AL SISTANI 80 Tuntas
14 DIMAS LESMANA 90 Tuntas
15 DZAKY ATHAYA RAMADHAN 100 Tuntas
16 GIOVANNI NATALIA SIWI 80 Tuntas
17 GIRINDA AKBAR 70 Tuntas
18 GLORIA AGUSTINA 80 Tuntas
19 HENDRA SIMALANGO 70 Tuntas
20 HENDRO SIMALANGO 60 Tidak Tuntas
21 JOSHUA TAFFAREL PEETRA. C 90 Tuntas
22 LADINA ANANDA FITIYANI 80 Tuntas
23 M. FARIED WAJDY 90 Tuntas
24 M. SURYA DARMAWAN 80 Tuntas
25 MUTIARA NAJWA AGUSTIN 70 Tuntas
26 NATHALIA PUTRI LIANI 70 Tuntas
27 PUTRI AURELIA SUSILAWATI. N 100 Tuntas
28 WAFA NURAENI 90 Tuntas
29 AGNES PRADIKA PUTRI 80 Tuntas
30 FEODORA TIFANYA 80 Tuntas
31 FELIX VERDIANTO HERMAN 60 Tidak Tuntas
nilai di atas KKM nilai di bawah KKM 0
20 40 60 80 100
94.29
5.71
Siklus II
Gambar 4.3. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM
Berdasarkan data-data yang diperoleh peneliti mulai dari pra
siklus, siklus 1, dan siklus 2 dapat dilihat bahwa pada pembelajaran IPS
konsep tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia
melalui pembelajaran kooperatif learning tipe Group Investigation (GI)
pada siswa kelas 5 di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Pra Siklus
Pada kegiatan pembelajaran pra siklus diperoleh data-data nilai siswa
sebagai berikut : dari 35 siswa hanya 14 siswa (40 % ), yang mencapai nilai
KKM yaitu 70, sedangkan 21 Siswa ( 60 % ) masih belum mencapai nilai
Pada pra siklus ini belum menunjukan bahwa siswa dapat memahami
dan mengerjakan soal dengan benar, dikarenakan pemahaman konsep
terhadap materi yang diajarkan belum maksimal siswa menyerapnya.
Hal ini disebabkan dalam pembelajaran pra siklus semua masih
terpusat pada guru, serta tidak menggunakan media pembelajaran. Proses
pembelajaran hanya diisi dengan ceramah, diselingi tanya jawab yang
singkat, kemudian mengerjakan tugas, serta aktivitas siswa terhadap
pembelajaran masih rendah.
2. Siklus 1
Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 1 diperoleh data-data
nilai sebagai berikut : dari 35 siswa terdapat 29 siswa (82,86% ) yang
memperoleh nilai mencapai KKM, sedangkan 6 siswa (17,14 % ) masih
belum mencapai nilai KKM, dengan nilai rata-rata 75,14.
Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 1 masih ada beberapa
siswa yang belum memahami materi yang diajarkan, sehingga beberapa
siswa tersebut belum mampu mengerjakan LKS secara mandiri, pemahaman
konsep belum dipahami secara jelas.
Hal ini disebabkan dalam pembelajaran siklus 1 guru belum maskimal
model pembelajaran kooperatif learning tipe Group Investigation (GI).
3. Siklus 2
Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 2 diperoleh data-data
nilai KKM, sedangkan 2 siswa (5,71%) masih belum mencapai KKM, yang 1 CAHAYA PUTRA RANGKUTI 70 90 100
2 IRSAN ABDURAHMAN 70 80 100
3 JENNIFER ASTRI MONGOUA 60 70 70
4 KHAIRUNISA MAHARANI 60 80 70
5 LULU NURJANAH 40 60 70
6 MUHAMMAD IKRAM NURFAJRY 60 70 80
7 ANNISA TRIBUDIATI DANAATMAJA 80 80 90
8 MUHAMMAD RIJKI 70 80 90
9 ROZAN INSAN 90 80 80
10 SANDHY SYAWALUDIN 80 80 90
11 CALISTA SAHLAN P 50 70 70
12 DEANBI KRISTIKALISTA K 40 60 70
13 DIAZ RABBANIE AL SISTANI 60 70 80
14 DIMAS LESMANA 60 80 90
15 DZAKY ATHAYA RAMADHAN 60 80 100
16 GIOVANNI NATALIA SIWI 60 60 80
17 GIRINDA AKBAR 60 70 70
18 GLORIA AGUSTINA 60 70 80
19 HENDRA SIMALANGO 50 70 70
20 HENDRO SIMALANGO 30 60 60
21 JOSHUA TAFFAREL PEETRA. C 80 80 90
22 LADINA ANANDA FITIYANI 90 90 80
23 M. FARIED WAJDY 60 80 90
24 M. SURYA DARMAWAN 60 70 80
25 MUTIARA NAJWA AGUSTIN 70 70 70
26 NATHALIA PUTRI LIANI 60 60 70
27 PUTRI AURELIA SUSILAWATI. N 70 100 100
28 WAFA NURAENI 70 80 90
29 AGNES PRADIKA PUTRI 60 70 80
30 FEODORA TIFANYA 60 80 80
31 FELIX VERDIANTO HERMAN 50 60 60
32 AFI KRISTIANI 70 90 100
33 DESMOND NICHOLAS 80 90 90
No NAMA SISWA
NILAI
KETERANGAN Pra
Siklus Siklus I SiklusII 35 JELITA FEBRIANICA 60 70 70
JUMLAH 2220 2630 2850
Rata-rata anak 63,43 75,14 81,43
Pencapaian KKM (%) 40% 82,86% 94,29%
Tabel 4.5. Hasil Belajar IPSBerdasarkan Pencapaian Target KKM
No Siklus Jumlah Pencapaian Target Siswa yang memperoleh nilai 70 ( % )
1 Pra Siklus 40 %
2 Siklus 1 82,86 %
3 Siklus 2 94,29%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
0
Gambar 4.4. Grafik Rekapitulasi Pencapaian Target KKM
Rekapitulasi Rata-Rata Hasil Belajar Matematika
No Siklus Rata-Rata Hasil Belajar Seluruhnya
1 Pra Siklus 63,43
2 Siklus 1 75,14
3 Siklus 2 81,43
Pra Siklus Siklus I Siklus II
0
Gambar 4.5. Grafik Rata-Rata Hasil Belajar Seluruhnya
Hasil belajar pada perbaikan pembelajaran siklus 2 ini mengenai
materi tokoh-tokoh sejarah pada masa hindu,budha dan islam di Indonesia
melalui pembelajaran kooperatif learning tipe Group Investigation (GI)kenaikan yang cukup baik dikarenakan :
a. Guru dalam menyampaikan materi menarik minat dan perhatian siswa.
Berdasarkan hasil kegiatan perbaikan pembelajaran siklus 2 diperoleh
data-data nilai sebagai berikut : dari 35 terdapat 33 siswa (94,29 %) sudah
mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 81,43, maka peneliti
menyelesaikan penelitian ini sampai di siklus 2 karena nilai sebagian besar