KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT LINGKUNGAN 11
KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A MEDAN
(1986-2000)
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA
: INTAN PURNAMA SARI
NIM
: 070706032
DOSEN PEMBIMBING
:
Dra. LILA PELITA HATI. MSiNIP :196705231992032001
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT LINGKUNGAN 11 KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A MEDAN (1986-2000)
SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O
L E H
Intan Purnama Sari Nim 070706032 Pembimbing
Drs. Lila Pelita Hati. MSi NIP. 196705231992032001
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Ilmu Budaya Dalam Bidang Sejarah
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lembar Persetujuan Skripsi
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT LINGKUNGAN 11
KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A MEDAN
(1986-2000)
Yang diajukan oleh Nama : Intan Purnama Sari
Nim : 070706032
Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:
Pembimbing
Dra. Lila Pelita Hati. MSi Tanggal,... NIP. 196705231992032001
Ketua Departemen Sejarah
Drs. Edi Sumarno, M. Hum Tanggal,... NIP. 196409221989031001
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Lembar Persetujan Ketua Departemen
Disetujui Oleh
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan
Departemen Sejarah
Ketua Departemen Sejarah
Drs. Edi Sumarno M. Hum NIP. 196409221989031001
Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan Dan Panitia PENGESAHAN
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra
Dalam Departemen Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan
Pada :
Tanggal :
Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan
Drs. Syahron Lubis. M.A NIP 195110131976031001
Panitia Ujian
No Nama Tanda Tangan 1. Drs. Edi Sumarno, M. Hum ( ) 2. Dra. Nurhabsyah, MSi ( )
3. Dra. Lila Pelita Hati, MSi ( ) 4. Dra. Haswita, M. SP ( )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur, penulis ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
menyusun skripsi ini. Penulis juga ingin berterima kasih kepada teman-teman dan seluruh
pihak yang telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini., karena skripsi
merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan di universitas.
Adapun judul skripsi ini yaitu Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Lingkungan 11 Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar A Medan (1986-2000). Tulisan ini menceritakan tentang kehidupan sosial ekonomi masyrakat lingkungan 11 dari
awal pembangunan sampai batas akhir pembangunan Perumnas Simalingkar A.
Dalam tulisan ini, penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih banyak
kekurangan. Penulisan sangat mengarapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga tulisan ini dapat menjadi sebuah karya ilmiah yang dapat berguna bagi
pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai sumber
segala hikmat yang telah melimpahkan kasih karunia dan berkat-Nya sejak awal hingga akhir
perkuliahan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat kelulusan akademik Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang sudah membantu, baik secara moril dan juga materil yang sifatnya secara langsung
maupun tidak langsung selama menjalani perkuliahan dan sampai proses penulisan skripsi
ini.
1. Kepada kedua orang tua tercinta, M. Rumahorbo dan R. Sinaga, yang telah
memberikan banyak dukungan moril dan materil kepada penulis selama perkuliahan
hingga proses penulisan skripsi ini. Demikian juga kepada saudara-saudariku, Henry
Garoga Rumahorbo. S.P, Helmy Rohani. S.T/Jhon Marudut Siburian, Hery
Rosmaniar. S.E/Sardo Tampubolon, Heddy Herty Rumahorbo. S.T, Andi Safrinal.
S.H/Friskha Pane. S.PAK, Candi Arianto. S.E/Melfaria Hutabarat. A.M.K dan juga
keponakan-keponakan penulis Jhose Siburian, Denilson Siburian, Christine
Tampubolon, Rachel Tampubolon, Gabriel Rumahorbo yang telah ikut memberikan
motivasi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Drs. Syahron Lubis. M.A, beserta seluruh staf-stafnya.
3. Bapak Drs. Edi Sumarno M. Hum dan Ibu Dra. Nurhabsyah MSi, selaku ketua dan
sekretaris Departemen Sejarah.
5. Bapak Sentosa Tarigan selaku dosen wali penulis
6. Seluruh Civitas Akademik di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya staf pengajar dan staf
administrasi Departemen Sejarah.
7. Ketua Lingkungan 11, Bapak Supardi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk di
wawancarai selama penelitian berlangsung.
8. Seluruh informan lingkungan 11 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
diwawancarai selama penelitian berlangsung.
9. Terimakasih kepada teman-teman stambuk 2007, terkhusus Okta Selvia Sinuhaji,
Yudika Situmorang, Nora Santi Sinaga, Eta Ludika Keliat. Terima kasih atas
dukungan tenaga, moral, dan waktu selama penulis menyusu skripsi maupun pada
saat sidang meja hijau.
10.Teman-teman stambuk 2008 terkhusus Edyta Sianturi, Putri Febriana, Puspita Sari.
Terima kasih atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan dalam penyelesaian
skripsi ini.
Terimakasih buat teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu,
penulis tidak dapat menyebutkan secara keseluruhan. Terima kasih atas semua bantuan, baik
moril maupun materil, penulis tidak dapat membalasnya, hanya doalah yang dapat penulis
ucapkan, semoga budi baik itu mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.Akhirnya
penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pendidikan.
Medan, April 2013
Penulis
ABSTRAK
Adapun skripsi ini merupakan tulisan dari serangkaian hasil penelitian yang dilakukan di lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A Medan. Adapun judul dalam penelitian yang dilakukan yaitu Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan 11 Perumnas
Simalingkar A (1986-2000). Penelitian ini menyangkut masalah kehidupan sosial ekonomi
pada tahun 1986 dan kehidupan sosial ekonomi pada tahun 2000. Periodesasi dalam Penelitian ini dilihat sejak berdirinya Perumnas Simalingkar A (1986) sampai dengan batas akhir pembangunan (2000). Selain itu periodesasi dalam tulisan ini dilihat dari perubahan – perubahan setiap tahunnya, sejak tahun 1986 (awal pembangunan) sampai tahun 2000 (batas akhir pembangunan). Perubahan-perubahan kondisi sosial dapat dilihat dari semakin renggangnya hubungan antar masyarakat dan kondisi ekonomi terlihat dari semakin bertambahnya mata pencaharian masyarakat demi memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan ini di akibatkan terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu agar penulis dan pembaca mengetahui perkembangan Perumnas Simalingkar A dan khususnya mengetahui bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat lingkungan 11.
Tulisan ini sangat diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca maupun bagi masyarakat lingkungan 11 agar dengan membaca tulisan ini sikap masyarakat dalam berinteraksi semakin baik dan agar tidak terjadi konflik-konflik dalam bermasyarakat.
Metode yang dilakukan ialah wawancara dimana wawancara dilakukan terhadap sejumlah masyarakat yang membeli rumah dan tinggal di Perumnas Simalingkar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A dari tahun ke tahun menjadi kurang baik dalam kehidupan sosial ini disebabkan meningkatnya kebutuhan hidup yang mewajibkan masyarakat untuk lebih giat dalam mencari nafkah.
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ... i
ABSTRAK………iii
DAFTAR ISI……….iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 6
1.3Tujuan dan Manfaat ... 7
1.4Tinjauan Pustaka ... 8
1.5Metode Penelitian ... 12
BAB II GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN 11 KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A MEDAN 2.1. Latar Belakang Berdirinya Perumnas Simalingkar A...15
2.2 Latar Belakang Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A……….26
2.3 Letak Geografis Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A………30
BAB III KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT LINGKUNGAN 11 KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A MEDAN (1986) 3.1 Kondisi Sosial……….33
BAB IV KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT LINGKUNGAN 11 KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A MEDAN (2000)
4.1 Kondisi Sosial ... 48
4.2 Kondisi Ekonomi ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA... 63
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kec. Medan Tuntungan
Tabel 2 Batas-batas Desa Kec. Medan Tuntungan
Tabel 3 Batas-batas Desa kelurahan Mangga
Tabel 4 Batas-batas Lingkungan 11
Tabel 5 Presentase Agama
ABSTRAK
Adapun skripsi ini merupakan tulisan dari serangkaian hasil penelitian yang dilakukan di lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A Medan. Adapun judul dalam penelitian yang dilakukan yaitu Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan 11 Perumnas
Simalingkar A (1986-2000). Penelitian ini menyangkut masalah kehidupan sosial ekonomi
pada tahun 1986 dan kehidupan sosial ekonomi pada tahun 2000. Periodesasi dalam Penelitian ini dilihat sejak berdirinya Perumnas Simalingkar A (1986) sampai dengan batas akhir pembangunan (2000). Selain itu periodesasi dalam tulisan ini dilihat dari perubahan – perubahan setiap tahunnya, sejak tahun 1986 (awal pembangunan) sampai tahun 2000 (batas akhir pembangunan). Perubahan-perubahan kondisi sosial dapat dilihat dari semakin renggangnya hubungan antar masyarakat dan kondisi ekonomi terlihat dari semakin bertambahnya mata pencaharian masyarakat demi memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan ini di akibatkan terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu agar penulis dan pembaca mengetahui perkembangan Perumnas Simalingkar A dan khususnya mengetahui bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat lingkungan 11.
Tulisan ini sangat diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca maupun bagi masyarakat lingkungan 11 agar dengan membaca tulisan ini sikap masyarakat dalam berinteraksi semakin baik dan agar tidak terjadi konflik-konflik dalam bermasyarakat.
Metode yang dilakukan ialah wawancara dimana wawancara dilakukan terhadap sejumlah masyarakat yang membeli rumah dan tinggal di Perumnas Simalingkar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A dari tahun ke tahun menjadi kurang baik dalam kehidupan sosial ini disebabkan meningkatnya kebutuhan hidup yang mewajibkan masyarakat untuk lebih giat dalam mencari nafkah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Telaah historis terhadap pengalaman pengadaan perumahan pada skala nasional akan
memberi wadah kontekstual bagi usaha memahami proses perumahan yang merupakan wujud
berbagai tindakan, peran dan hasil yang dicapai oleh masyarakat pada umumnya. Hingga kini
salah satu faktor yang dianggap sebagai penyebab utama masalah perumahan adalah
perkembangan penduduk yang tinggi, baik dari jumlah maupun kualitasnya. Ini juga nampak
dari berbagai pernyataan tentang masalah perumahan, karya ilmiah, maupun ucapan para
pengambil keputusan.1
Perumahan dalam arti yang luas meliputi rumah dan segala fasilitas pendukungnya
yang bersama merupakan suatu lingkungan perumahan. Fasilitas lingkungan perumahan
mencakup berbagai hal antara lain penyediaan air minum, jaringan saluran pembuangan,
jalan lingkungan dan sebagainya yang kesemuanya penting bagi pemeliharaan lingkungan.
Pertambahan penduduk yang pesat berarti pula meningkatnya kebutuhan akan perumahan. Di
lain pihak usaha pemenuhan kebutuhan perumahan tersebut terhambat oleh kenyataan
rendahnya kemampuan ekonomi sebahagian besar masyarakat dan tingginya biaya
pembangunan perumahan.2
Berbicara tentang perumahan, tak terlepas dari masyarakat. Masyarakat berasal dari
bahasa Arab, yaitu syaraka yang artinya ikut serta atau berpartisipasi. Sedangkan dalam
bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial,
perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. 3
1
Freek Colombijn, Kota Lama Kota Baru, Yogyakarta: Ombak, 2005, hal. 4. 2
Endang Puwaningsih, Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Di PerumnasKlender, Jakarta: PLPIIS, 1979, hal. 4.
3
Idianto M, Sosiologi, Jakarta: Erlangga, 2004, hal. 26.
masyarakat dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Masyarakat dalam arti yang luas
adalah kebulatan dari semua perhubungan dalam masyarakat. Sedangkan pengertian
masyarakat dalam arti yang sempit ialah sekelompok manusia yang menjadi ajang hidup
bermasyarakat dalam beberapa kompleks. Misalnya dalam kompleks aspek sebagai
mahasiswa adalah masyarakat mahasiswa, dalam kompleks aspeknya sebagai penghuni suatu
desa ada masyarakat desa, dalam kompleks pedagang ada masyarakat pedagang.4
- Masalah sosial dari faktor ekonomis, misalnya kemiskinan, pengangguran.
Dengan
pengertian tersebut dapatlah dikatakan dalam kompleks aspek perumnas Simalingkar A
sebagai penghuni lingkungan 11 ini sendiri adalah masyarakat perumnas yang memiliki
berbagai mata pencaharian di antara pegawai pegawai negeri, pegawai swasta maupun
wiraswasta.
Pada masyarakat Indonesia dan termasuk masyarakat yang ada di perumnas banyak di
jumpai masalah-masalah sosial yang disebabkan oleh perubahan-perubahan. Sebuah masalah
merupakan akibat dari interaksi sosial antar individu dengan kelompok atau antara suatu
kelompok dengan kelompok lain. Soerjono Soekantomembedakan masalah sosial menjadi
empat, yaitu:
- Masalah sosial dari faktor biologis, misalnya penyakit menular.
- Masalah sosial dari faktor psikologis, misalnya penyakit saraf, bunuh diri, gila dan
lain sebagainya.
- Masalah sosial dari faktor kebudayaan, misalnya perceraian, pencurian, kenakalan
remaja, konflik ras dan lain sebagainya.5
Di dalam hidup bermasyarakat umumnya di perumnas terdapat hal-hal yang
bertentangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan yaitu seperti:
4
persaingan, kontravensi, pertikaian, konflik. Ini dikarenakan adanya rasa iri terhadap
keberhasilan orang lain, terjadilah persaingan satu sama lain. Banyak gara-gara anak para
orang tua sering berkelahi karena anak mereka sering berkelahi, sehingga mereka melarang
anak-anak mereka untuk berteman. Padahal jika anak-anak berkelahi paling hanya sebentar,
besoknya sudah kembali berteman.
Masyarakat perumnas umumnya sering bersikap cuek (siapa lu siapa gue), bahkan
tetangganya mendapatkan berita sukacita atau kemalangan saja bisa tidak saling tahu atau
terlambat mendapatkan kabar. Biasanya sikap yang seperti ini sering terjadi di perumahan
ekonomi kelas atas (elite). Sikap seperti ini sering disebabkan karena setiap anggota keluarga
atau masyarakat sekitar sibuk pada aktivitasnya masing-masing. Jangankan mau berinteraksi
dengan sesama tetangga, buat anak sendiri saja waktunya sudah kurang bahkan dalam satu
hari itu si ayah (suami) atau ibu (istri) hanya dapat melihat anaknya pada waktu tidur malam
saja, karena si ayah (suami) sudah pulang larut malam. Sehingga tidak ada waktu untuk
anaknya, paling hanya di hari sabtu atau minggu.
Anak-anak yang ada di sekitar perumnas banyak diasuh oleh pengasug (babysitter)
dari sejak bayi hingga masuk sekolah. Mereka sering tidak memikirkan pentingnya peran
orangtua dalam mengasuh anak, agar anak mereka tumbuh menjadi anak yang baik dan patuh
terhadap orangtuanya. Anak-anak yang dididik oleh pengasuh (babysitter), apabila anak-anak
ini sudah besar banyak yang memiliki sifat yang suka melawan kepada orangtua, pergaulan
bebas yang bisa mengakibatkan anak-anak ini mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti
narkoba dan lain sebagainya, bagi anak perempuan banyak juga yang hamil diluar nikah, ini
dikarenakan kurangnya kasih sayang dari orangtua mereka.
Penelitian dalam penulisan ini adalah masalah Kehidupan sosial ekonomi masyarakat
terjadi interaksi sosial, interaksi sosial masyarakat lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A
ini menjadi kurang baik sejak tahun 2000, ini dikarenakan aktivitas mereka yang banyak
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sikap cuek terhadap tetangga juga terjadi di
lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A ini, tetapi tidak seperti di perumahan elite.
Anak-anak mereka tidak di asuh oleh babysitter karena tidak memiliki cukup biaya untuk
membayar gajinya. Anak-anak diasuh oleh ibunya sendiri. Jika suami dan istri sama-sama
sibuk, mereka sering meminta orangtua, atau keluarga mereka untuk menjaga anaknya.
Perumnas Simalingkar A berada di kecamatan Medan Tuntungan.
Didirikannya perumahan agar terciptanya tata kota yang indah dan nyaman,
rumah-rumah tersusun dengan rapi. Semua ini dilakukan agar tidak ada lagi masyarakat yang
membangun rumahnya di sembarang tempat. Dari hasil pengamatan penulis, walaupun telah
banyak didirikan rumah di Perumnas Simalingkar ini A, masih ada juga masyarakat yang
tidak mau tinggal di situ. Mereka mendirikan rumahnya di tempat lain di luar lingkungan
Perumnas Simalingkar A. Ini semua terjadi karena tidak cukupnya ekonomi mereka untuk
membeli satu unit rumah yang ada di perumnas. Selain itu ada juga masyarakat yang mau
membeli rumah di perumahan ini, tetapi bukan untuk mereka tempati melainkan mereka
kontrakkan kepada orang lain. Ini semua karena mereka tidak suka dengan lingkungan dan
tingkah laku sesama masyarakat yang kurang bersosialisasi dan ada juga yang merasa tidak
bebas untuk memelihara ternak maupun menanam sesuatu di pekarangan rumah karena lahan
mereka yang kurang luas.6
6
Wawancara dengan Bapak M. Rumahorbo, Pembeli, Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A, 8 Menurut hasil wawancara dengan bapak M. Rumahorbo ini,
beliau membeli rumah di Perumnas Simalingkar A bukan untuk di tempati langsung. Sejak
tahun 1987, beliau sudah membeli rumah tipe 21 dan kemudian rumahnya di sewakan selama
beberapa tahun. Namun setelah anak-anaknya dewasa dan beranjak memasuki sekolah
dibeli masuk tipe kecil, kemudian di perbesar menjadi 36. Tanah kosong di belakang di
gunakan untuk penambahan ruangan yang dibutuhkan. Rumah menjadi besar disesuaikan
kebutuhan anak-anaknya untuk tinggal dengan nyaman.
Dalam hidup bermasyarakat terdapat lembaga-lembaga sosial. Lembaga sosial ini
terbentuk dari nilai-nilai, norma-norma, cara berkelakuan, adat istiadat dan unsur-unsur
budaya lainnya yang hidup. Menurut Gilin & Gilin, ciri-ciri umum lembaga sosial antara
sosial antara lain sebagai berikut.
- Pola pemikiran dan perilaku yang terwujud dalam aktivitas-aktivitas
masyarakat beserta hasil-hasilnya.
- Mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu. Maksudnya, suatu nilai atau
norma akan menjadi lembaga setelah mengalami proses-proses percobaan
dalam waktu yang relatif lama.
- Mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
- Mempunyai alat-alat kelengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan
lembaga tersebut. Biasanya alat-alat ini antara satu masyarakat dengan
masyarakat lainnya berbeda.
- Memiliki lambang-lambang yang merupakan simbol untuk menggambarkan
tujuan dan fungsi lembaga tersebut.
- Dalam merumuskan tujuan dan tata tertibnya, lembaga memikili tradisi yang
tertulis dan tidak tertulis.7
7
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat situasi diatas maka penulis mengambil judul penelitian ini
Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan 11 Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar A Medan (1986-2000). Alasan penulis mengambil judul ini adalah karena penulis tertarik melihat kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Lingkungan 11 Perumnas
Simalingkar A. Dalam kehidupan sosialnya, penulis melihat pada hubungan komunikasi antar
masyarakat Perumnas Simalingkar A khususnya di lingkungan 11 ini kurang terjalin. Untuk
itulah penulis ingin meneliti apa penyebab hubungan komunikasi diantara masyarakat
menjadi kurang terjalinsejak tahun 2000 padahal semenjak tahun1986 dimana pada awal
pendirian Perumnas Simalingkar A ini, hubungan komunikasi dan interaksi dengan sesama
tetangga masih sangat akrab dan intim. Sedangkan dalam bagian ekonominya, penulis ingin
mengetahui apa saja mata pencaharian masyarakat yang menyebabkan kurang terjalinnya
komunikasi di antara mereka.
Periodesasi pada penelitian ini adalah pada tahun 1986-2000. Penelitian dimulai tahun
1986 adalah awal Perumnas Simalingkar A didirikan, dimana pada tahun 1986 ini, kehidupan
sosial di lingkungan 11, komunikasi masih terjalin dengan baik. Pada tahun 2000 adalah
batas akhir pembangunan di Perumnas Simalingkar A dan pada tahun 2000 ini, hubungan
komunikasi sudah kurang terjalin diantara masyarakat, ini disebabkan karena terjadinya krisis
ekonomi yang melanda Indonesia dan tumbuhnya kesadaran (keinginan) masyarakat untuk
mencari nafkah (bekerja) demi memenuhi kebutuhan hidup. Sejak krisis ekonomi tahun 1998
semua harga barang naik, tarif angkutan kota (angkot) maupun tarif becak juga naik, dengan
kata lain biaya hidup semakin meningkat, inilah yang menyebabkan hubungan komunikasi
diantara mereka mulai kurang terjalin karena masing-masing keluarga baik si ayah (suami)
(ayah/suami), sedangkan ibu (istri) hanya mengurus rumah tangga dan anak-anak mereka
sehingga waktu luang untuk menjalin komunikasi masih banyak.
Setelah krisis ekonomi itu datang, istri mulai membantu ayah dalam memenuhi
kebutuhan hidup, karena penghasilan yang di dapat suami masih tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka sehingga ibu juga harus ikut bekerja dan adanya
keinginan dan kesadaran istri untuk membantu suaminya mencari nafkahdemi memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Kebanyakan mata pencaharian istri hanya berwiraswasta seperti
berdagang, menjahit maupun membuka salon. Hal ini yang menyebabkan juga komunikasi
diantara mereka mulai kurang terjalin.
Sesuai dengan judul “Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan 11
Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar A Medan (1986-2000)”, maka disusunlah suatu batasan pokok masalah. Adapun yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Lingkungan 11 Kelurahan
Mangga Perumnas Simalingkar A Medan tahun 1986?
2. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Lingkungan 11 Kelurahan
Mangga Perumnas Simalingkar A Medan tahun 2000?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan penelitian yaitu:
1. Menjelaskan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Lingkungan 11Kelurahan
2. Menjelaskan perubahan sosial ekonomi masyarakat di lingkungan 11Kelurahan
Mangga Perumnas Simalingkar A Medan tahun 2000.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dapat menjadi informasi yang berguna dan dapat memberi wawasan
tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Perumnas Simalingkar A.
2. Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam mengungkapkan bagaimana
keadaan masyarakat Perumnas Simalingkar di banding sosial ekonomi yang dapat
dijadikan sebagai acuan untuk memperbanyak bacaan yang berkaitan dengan
program pemerintah mengenai Perumahan Nasional.
3. Dapat menjadi acuan bagi para penulis yang lain, yang mana penelitian ini dirasa
perlu penyempurnaan ataupun sebagai referensi.
1.4. Tinjauan Pustaka
Literatur yang digunakan dalam mendukung berjalannya penelitian adalah sebagai
berikut.
Freek Colombijn, dkk dalam bukunya yang berjudul “Kota Lama Kota Baru”, dalam
buku ini mengungkapkan tentang perjalanan panjang perumahan indonesia dalam dan sekitar
abad XX. Sistem pengadaan perumahan kota sampai Perang Dunia II, dapat dibagi dalam tiga
pola. Pertama, perumahan dibangun oleh swasta bermutu baik, mahal dan diperuntukkan bagi
penduduk yang berpenghasilan menengah ke atas. Sebagian lagi dijual untuk dimiliki
sedangkan sisianya untuk disewakan. Pola kedua adalah yang pengadaannya untuk dipakai
sendiri, baik pribumi maupun oleh sebuah badan usaha. Perumahan dinas untuk pegawai
di kampung dan jumlahnya mencapai dua pertiga rumah yang ada ditinjau dari jumlah
penghuninya. Umunya perumahan ini dibangun penghuninya sendiri.
Konsep kebutuhan perumahan adalah pelayanan perumahan sesuai perkembangan
penduduk yang ada. Dalam pelaksanaannya konsep ini memperhatikan kemampuan (pada
pemerintah) dan diarahkan pada kelompok masyarakat tertentu, biasanya tingkat
pendapatannya masih rendah. Pada dasarnya pendekatan konsep kebutuhan hanya
menyelesaikan masalah perumahan sesuai jumlah yang mampu diadakan dalam kurun waktu
tertentu.
Buku ini banyak menceritakan tentang perjalanan panjang perumahan di Indonesia
dan pola perumahan pada zaman dahulu. Kebutuhan akan perumahan sejak dahulu hingga
sekarang terus meningkat, ini di akibatkan karena jumlah penduduk juga semakin meningkat.
Pola yang ada di perumahan dahulu dan sekarang masih sama yaitu rumah-rumah yang
didirikan dipakai sendiri maupun dikontrakkan oleh si pemiliknya. Pola perumahan yang ada
pada zaman dahulu sama dengan pola perumahan yang ada di lingkungan 11 Perumnas
Simalingkar A ini, yang mana rumah-rumah banyak yang di tempati oleh si pemiliknya dan
ada juga yang di kontrakkan dalam jumlah yang sedikit menurut informan. Akibat kesamaan
ini, buku ini dapat menjadi bahan perbandingan agar menghasilkan penelitian yang baik.
Endang Purwaningsih dalam bukunya “Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Di
Perumnas Klender”, dalam buku ini mengungkapkan tentang keadaan rumah yang ada di
perumnas Klender itu. Perumnas Klender diresmikan pemakaiannya pada tanggal 24 Maret
1979. tidak dapat dipungkiri bahwa padatnya kota Jakarta adalah disebabkan karena kaum
pendatang. Dibangunnya perumnas Klender ini adalah untuk mengangkat golongan bawah
agar memiliki tempat tinggal yang nyaman. Distribusi menurut pekerjaan penghuni
40,3%, pegawai negeri golongan III adalah 4,2%, tamtama ABRI ada 3,4%, Bintara ada
3,4%, Purnawirawan dan pensiunan ada 3,3%. Ternyata sebagian besar (76,5%) dari
Perumnas adalah Pegawai negeri sipil maupun ABRI.
Penilaian para penghuni Perumnas terhadap pergaulan anatara penghuni dirasakan
lebih akrab dibandingkan dengan sebelum tinggal di Perumnas. Penilain orangtua terhadap
keadan Perumnas sungguh baik, setelah mereka pindah ke Perumnas pergaulan anaknya agak
dibebaskan karena para orangtua menilai bahwa kebanyakkan anak penghuni adalah anak
yang berpendidikan.
Buku ini menceritakan tentang keadaan perumahan yang ada di perumnas Klender.
Tujuan pendirian perumnas Klender dengan Perumnas Simalingkar A itu sama yaitu agar
masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah memiliki tempat tinggal yang layak. Mata
pencaharian penduduk yang tinggal di perumnas Klender sebagian besar bermata pencaharian
pegawai negeri sipil, pegawai swasta dan juga wiraswasta, begitu juga dengan penduduk di
lingkungan 11 perumnas Simalingkar A ini. Akibat kesamaan ini, maka buku ini dapat
menjadi perbandingan dalam penelitian agar menghasilkan penelitian yang baik.
Heddyana Simanjuntak dalam skripsinya yang berjudul “Dampak Kehadiran
Perumnas Simalingkar Pada Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekala Tahun
(1977-1987), dalam skripsi ini menceritakan dampak kehadiran Perumnas Simalingkar pada
masyarakat Desa Bekala. Desa Bekala terletak di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
Serdang dan merupakan daerah perkebunan yang dikelola/dikuasai oleh PTP II yang berpusat
di Tanjung Morawa. Luas desa Bekala secara keseluruhan adalah 12 ha. Di desa Bekala
masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa, dimana suku bangsa Jawa merupakan suku
bangsa terbesar, disusul oleh suku bangsa Batak yang terdiri dari beberapa sub suku bangsa
Setiap adanya pengaruh atau perubahan, masyarakat pasti akan memberikan dua jenis
tanggapan yaitu pernyataan senang atau tidak senang terhadap pembangunan pranata yang
hadir di tengah-tengah mereka. Begitu pula halnya dengan pembangunan Perumnas
Simalingkar yang berada di desa Simalingkar B. Masyarakat di wilayah ini sebagian besar
menyatakan senang dengan kehadiran Perumnas, sedangkan sebagian kecil menyatakan tidak
begitu gembira dengan kehadiran pembangunan nasional di desa mereka. Pernyataan senang
yang mereka berikan jelas karena pembangunan atau pengaruh asing itu tidak bertentangan
dengan keadaan sosial masyarakat setempat dan bahkan memberi kemajuan buat mereka.
Sedangkan pernyataan yang tidak senang mereka berikan pada umumnya disebabkan wilayah
mereka untuk mengambil bahan bakar jadi berkurang serta anak-anak dirasakan para orang
tua semakin jarang di rumah karena pergaulan yang sudah semakin luas.
Skripsi ini menceritakan Dampak kehadiran Perumnas Simalingkar pada kehidupan
Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bekala tahun 1977-1987. Objek tempat penelitian skripsi
ini sama dengan tempat penelitian penulis yaitu di Perumnas Simalingkar, namun skripsi
terdahulu lebih membahas dampak kehadiran Perumnas Simalingkar pada kehidupan sosial
ekonomi masyarakat desa Bekala sedangkan skripsi penulis lebih membahas kehidupan
Sosial Ekonomi masyarakat lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A. Akibat kesamaan ini,
skripsi ini dapat menjadi bahan perbandingan agar menghasilkan penelitian yang baik.
Basrowi dalam bukunya “Pengantar Sosiologi” yang membahas tentang masyarakat.
Dalam buku ini mengungkapkan tentang istilah masyarakat, istilah masyarakat berasal dari
bahasa arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “musyaraka” yang berarti
saling bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai istilah “society”, yang sebelumnya berasal
dari kata lain “socius”, berarti “kawan” (Koentjoroningrat, 1980). Pendapat sejenis juga
terdapat dalam buku; Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, karangan Abdul Syani (1987),
bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama,
hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya
mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia).
Buku ini menceritakan arti dari masyarakat dari berbagai bahasa, namun arti dari
masyarakat yang sebenarnya adalah berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Buku ini merupakan buku pendukung dalam
penulisan skripsi ini, karena skripsi ini membahas tentang kehidupan masyarakat.
Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (Ed) dalam bukunya “ Sosiologi Teks Pengantar
dan Terapan”. Dalam buku ini menceritakan tentang perubahan sosial. Semua orang
bersepakat bahwa kehidupan sosial tidaklah statis, melainkan selalu berubah secara dinamis.
Tapi, tidak semua orang mempunyai kesepakatan sama dalam mengartikan perubahan sosial.
Malah, konsep perubahan sosial sempat diberi makna intuitif dan sebagai suatu mitos belaka.
Dalam perkembangannya pun para ahli memperlihatkan perbedaan dalam memahami
perubahan sosial. Pemaknaan konsep perubahan sosial kelihatannya masih problematik
hingga kini.
Buku ini merupakan buku pendukung karena buku ini membahas tentang perubahan
sosial, topik buku ini sama dengan topik yang dibahas penulis yaitu tentang
perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dari tahun 1986-2000. Sehingga buku
ini dapat menjadi reverensi atau buku pendukung dalam penulisan skripsi ini.
1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian sejarah lazim juga disebut Metode sejarah. Metode itu sendiri
dibedakan dari metodologi, sebab metodologi adalah “Science of Methods”, yakni ilmu yang
membicarakan jalan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode sejarah adalah sebagai
berikut.8
Langkah yang ketiga adalah interpretasi. Disini, penulis menafsirkan data yang
diperoleh, kemudian di analisis agar menghasilkan analisis yang bersifat ilmiah.
Langkah pertama adalah Heuristik yaitu mengumpulkan data-data jumlah penduduk,
data-data mata pencaharian penduduk atau fakta-fakta kejadian (keadaan sosial ekonomi)
yang berlangsung sejak tahun 1986-2000 yang sesuai sumber, baik itu buku, artikel, arsip.
Fakta-fakta yang didapat dari sumber lisan sangat diperlukan dengan cara melakukan field
research yaitu wawancara dengan masyarakat yang telah lama tinggal di Lingkungan 11,
sumber-sumber juga didapat dari Kepala lingkungan (Kepling), dari Lurah maupun
Developer perumnas Simalingkar A juga. Selain itu penulis juga mendapatkan
sumber-sumber dari studi kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan buku-buku
tentang perumahan, tentang sosial dan juga tentang ekonomi masyarakat, mencari sumber
dari kantor kelurahan, kecamatan dan juga sumber-sumber dari Badan Pusat Statistik kota
Medan untuk mengetahui berapa jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk maupun
keadaan sosial ekonomi penduduk
Langkah yang kedua adalah dengan verifikasi (kritik sumber). Mengharapkan peneliti
agar bisa mendapatkan keaslian sumber dan kebenaran data yang diperoleh. Kritik yang
dilakukan adalah kritik internal dan eksternal. Kritik internal yaitu meneliti kebenaran data
yang diperoleh dan menilai layak atau tidak layaknya data yang didapat. Kritik eksternal
adalah menguji keaslian data yang diperoleh, baik itu dari wawancara secara langsung
maupun dari buku.
8
Langkah yang keempat adalah historiografi, yakini penyusunan kesaksian atau
sumber-sumber yang dapat dipercaya menjadi suatu kisah atau kajian yang menarik dan
berarti secara kronologis dan rasional. Dimana setelah penelitian, dituliskan kedalam skripsi,
BAB II
GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN 11 KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A MEDAN
2.1 Latar Belakang berdirinya Perumnas Simalingkar A
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari kata rumah. Dalam
perkembangan perumahan dan pemukiman selalu berkaitan dengan sosial ekonomi yang
terjadi didalamnya. Rumah merupakan tempat beristirahat, tempat berkumpulnya sesama
anggota keluarga. Rumah adalah hasil karya dan akal manusia. Rumah harus selalu ditata rapi
agar orang yang berada dirumah merasa nyaman untuk beristirahat. Rumah yang aman,
bersih dan nyaman adalah impian setiap insan.
Semakin banyaknya rumah yang dibutuhkan oleh manusia, pemerintah mempunyai
program untuk mendirikan perumahan. Dimana di dalam perumahan itu terdiri dari 500
bahkan ribuan rumah yang dibangun. Perumahan yang dibangun terdiri dari dua jenis, yaitu
perumahan elite maupun yang sederhana. Dengan adanya program pemerintah ini sangat
membantu masyarakat kecil untuk memiliki tempat tinggal. Mereka dapat menyicil rumah
dengan harga yang terjangkau. Selain itu tujuan pemerintah mendirikan rumah untuk
mewujudkan tata kota yang rapi dan indah dipandang mata.
Perumnas Simalingkar A dahulunya adalah tanah milik rakyat seluas sekitar 6 ha.
Sebelum didirikan perumahan, tanah ini duhulunya adalah kebun karet yang ditanami oleh
rakyat, yang kemudian dibeli oleh pemerintah untuk didirikan perumahan bagi masyarakat
menengah ke bawah. Selain tanah milik rakyat, perumnas adalah bekas perkebunan karet
milik PTP II yang berpusat di Tanjung Morawa. Dari 147, 6 ha, keseluruhan areal Perumnas
Simalingkar maka areal yang 147 ha adalah milik PTP II sedangkan 6 ha adalah milik
perseorangan. Dengan demikian masalah pembebasan tanah tidak begitu sulit dan tidak
tidak berproduksi sehingga oleh pemerintah mengambil kebijaksanaan agar lokasi ini
dibangun perumnas sesuai dengan tuntutan kebutuhan perumahan bagi masyarakat di kota
Medan. Adapun biaya untuk pembangunan Perumnas Simalingkar untuk 7.350 unit adalah
Rp. 12.037.500.000.000 dan biaya untuk pembebasan tanah milik perseorangan adalah Rp.
1.050.000.000.000. 9
Pada tahun 1986 pemerintah menugaskan kepada pihak BUMN untuk mendirikan
perumahan. Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 29 tahun 1974 yaitu tentang perusahaan
umum “pembangunan perumahan nasional” yang tujuannya yaitu mendirikan perumahan
untuk masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah seperti Pegawai Negeri Sipil
(PNS), Pegawai Swasta maupun Wiraswasta.10
Menurut hasil wawancara penulis kepada informan, asal kata Simalingkar merupakan
singkatan dari Sekitar Masyarakat Lingkungan Karo (Simalingkar). Masyarakat yang ada di
sekitar perumnas ini mayoritas suku karo sehingga pemerintah menetapkan nama perumnas
ini dengan Perumnas Simalingkar. Selain suku Karo, suku-suku lainnya seperti Batak toba,
Mandailing, Jawa juga ada mendiami perumnas ini.11
Perumnas Simalingkar A berada di kecamatan Medan Tuntungan, kelurahan Mangga.
Kecamatan Medan Tuntungan sebelumnya merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Daerah Tingkat II Deli Serdang. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun
1973 tanggal 20 Mei 1973 tentang perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dengan
mengambil tanah negara, tanah adat yang ada di sekitarnya termasuk Kabupaten Deli
9
Heddyana Simanjuntak,
DampakKehadiranPerumnasSimalingkarPadaKehidupanSosialEkonomiMasyarakatDesaBekalatahun (1977-1987),Skripsi S1, Medan: Universitas Sumatera Utara Fakultas Sastra Jurusan Sejarah, hal. 72.
10
Serdang. Sejak PP No. 22 tahun 1973 tersebut Kotamadya Medan menjadi 11 Kecamatan
dari 4 Kecamatan sebelumnya.
Termasuk Kecamatan Medan Tuntungan yang luasnya 19.793Km2
1. Asam Kumbang
dan membawahi
11 desa yang kemudian status desa berdasarkan PP No. 5 tahun 1980 disyahkan menjadi
status kelurahan. Adapun Kelurahan di kecamatan Medan Tuntungan yaitu:
2. Tanjung Selamat
Namun pada tahun 1991 sesuai dengan PP RI Nomor 50 tahun 1991 terjadi
pemekaran kecamatan yang ada di kota Medan dari 11 Kecamatan kemudian menjadi 19
Kecamatan. Kecamatan Medan Tuntungan berdasarkan PP RI No. 50 tahun 1991 di
mekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Medan Tuntungan dan Kecamatan Medan
Selayang.
Adapun Kecamatan Medan Tuntungan terdiri dari 9 Kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Mangga (sebelumnya termasuk Kecamatan Medan Johor)
2. Kelurahan Tanjung Selamat
4. Kelurahan Namo Gajah
5. Kelurahan Sido Mulyo
6. Kelurahan Baru Ladang Bambu
7. Kelurahan Kemenangan Tani
8. Kelurahan Simalingkar B
9. Kelurahan Simpang Selayang12
Tabel 1
Jumlah Penduduk: Kecamatan Medan Tuntungan
Kelompok
Sumber: Badan Pusat Statistik Medan, Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka 1990.13
12
Data dari Badan Pusat Statistik Kota Medan Dalam Angka 1995.
Dikota Medan pemerintah melalui program Perum Perumnas pada tahun 1979/1980
telah mendirikan 10.000 unit rumah sederhana di Medan Timur (Perumnas Mandala) dan di
Medan Barat (Perumnas Helvetia) sebanyak 4.837 unit. Tahun 1986 dibangun 7000 unit
rumah sederhana di Medan Selatan (Perumnas Simalingkar A) dan tahun 1985 didirikan
rumah susun murah sebanyak 500 unit di lokasi Medan Sukaramai. Tahun 1993 didirikan
rumah sederhana (Perumnas Martubung) yang meliputi Perumahan Pesona Laguna I dan II
Yang sampai sekarang pembangunannya masih berlangsung dan telah selesai sebanyak 3.000
Perumnas Simalingkar A sudah siap huni, setiap rumah telah di fasilitasi listrik PLN,
air PDAM, saluran pembuangan air yang bagus. Perumnas Simalingkar A berada di wilayah
kelurahan Mangga. Masyarakat memilih untuk tinggal dan membeli rumah di Perumnas
Simalingkar A ini karena harga rumah yang terjangkau dan suasana lingkungannya masih
asri, jauh dari kebisingan kota.
Pada tahun 1986-1987 jumlah rumah yang didirikan masih sekitar 500 unit seiring
perkembangan zaman dan kebutuhan akan perumahan yang terus meningkat maka diadakan
pembangunan rumah secara besar-besaran. Pada tahun 2000, pembangunan telah selesai.
Pada tahun 2000 ini, jumlah rumah yang telah siap dihuni berkisar 7.350 unit rumah. Jumlah
ini sudah maksimal dalam pendirian rumah. Perumahan Simalingkar A dibangun dalam 2
tahap. Tahap A dibangun sebanyak 3.512 unit sedangkan tahap B sebanyak 3.838 unit rumah.
14
Adapun tipe rumah yang dibangun di perumnas Simalingkar A adalah rumah yang
bertipe 15, 21, 36, 45,54,70, semakin lama, rumah-rumah ini semakin banyak begitu juga di
lingkungan 11. Dari berbagai tipe rumah yang ada harga rumah juga bervariasi menurut tipe
yang ada. Jika rumah yang tipe kecil maka harganya juga cukup murah, demikian juga
sebaliknya dengan tipe yang besar maka harga juga mahal. Harga rumah pada tahun 1986
masih tergolong murah dibanding sekarang. Misalnya saja rumah yang tipe 15 berkisar Rp
2.500.000,-, tipe 21 sekitar Rp 4.250.000, tipe 36 sekitar Rp 6.900.000,-, tipe 45 sekitar Rp
13.500.000,-, tipe 54 sekitar Rp 22.000.000,- dan tipe 70 sekitar Rp 35.000.000,-. Menurut data yang didapat dari bapak J Simorangkir sebagai developer Perumnas
Simalingkar A bahwa segala bentuk pembangunan telah selesai sampai tahap A dan B.
14
harga tersebut jauh berbeda setiap tahunnya, ini dikarenakan kebutuhan akan perumahan
terus meningkat dan harga-harga barang juga meningkat.15
Setiap orang yang ingin membeli kredit rumah di perumnas Simalingkar A harus
melalui Bank Tabungan Negara (BTN). Bank milik pemerintah yang ditujukan sebagai
Dalam mengkredit, masyarakat dapat mengkredit selama 10-15 tahun dan 15-20 tahun. Setiap
bulannya mereka membayar Rp 35.400,-. Harga itu adalah harga kredit rumah pada tahun
1989, dengan tipe 21, uang muka Rp 400.000,-. 16Kredit rumah harus dari BTN karena pihak
perumnas mendapatkan dana dari Bank Asia, Bank Tabungan Negara sebanyak 60% melalui
sistem Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dari pihak Perumnas sebanyak 33% dan pihak swasta
dalam hal ini adalah kontraktor P.T. Tulung Agung sebanyak 7%. Dengan jelas bahwa
pembangunan Perumnas Simalingkar A di tangani oleh pemerintah karena hal ini
menyangkut kepentingan orang banyak.17 Masyarakat yang tinggal didalam bukan hanya
penghuni tetap atau sipemilik rumah, tetapi ada juga yang mengontrak. Menurut bapak J
Simorangkir sebagai developer walaupun ada yang mengontrak, itu hanya 10% saja.18
- Warga negara Indonesia.
Apabila masyarakat luar ingin membeli rumah di Perumnas Simalingkar A ini, pihak
Perumnas memberikan syarat-syarat, yaitu :
- Surat keterangan belum memiliki rumah.
- Surat keterangan dari kelurahan asal.
- Surat keterangan bekerja dan berpengasilan tetap atau tidak tetap serta terjamin
kelangsungannya.
- Penghasilan perbulan minimal 3 x dari uang angsuran atau KPR ke BTN.
15
Wawancara dengan Bapak J. Simorangkir, Developer, Perumnas Simalingkar A, 8 Maret 2011. 16
Wawancara dengan Bapak M. Rumahorbo, Pembeli, Lingkungan 11Perumnas Simalingkar A, 8 Maret 2011.
17
- Suami atau isteri belum pernah memperoleh kredit dari pemerintah.
- Memiliki uang tabungan sebagai uang muka yang disimpan di BTN sebanyak 10%
untuk tipe rumah 18, 21, serta tipe 36 sebanyak 20%.19
Perumnas Simalingkar A terbagi dalam 8 blok. Jumlah hunian pada Blok A 875 unit,
terdiri dari 3 lingkungan yaitu lingkungan IV, lingkungan V dan lingkungan VII. Jumlah
hunian pada Blok B 875 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu lingkungan VIII dan lingkungan
X. Jumlah hunian Blok C 875 unit terdiri dari 2 lingkungan yaitu lingkungan XV dan
lingkungan XVII. Jumlah hunian pada Blok D 875 unit, terdiri dari 2 lingkungan yaitu
lingkungan XIX dan lingkungan XX. Jumlah hunian pada Blok E 478 unit terdiri dari 1
lingkungan yaitu lingkungan XXI. Jumlah hunian pada Blok F 567 unit, terdiri dari 2
lingkungan yaitu lingkungan XXI dan lingkungan XXII. Jumlah hunian pada Blok G 623 unit
terdiri dari 2 lingkungan yaitu lingkungan XXII dan lingkungan XXIII. Jumlah hunian pada
Blok H 579 unit, terdiri dari 1 lingkungan yaitu lingkungan XXIII.20
1. Tipe18
Tipe-tipe rumah yang ada di Perumnas Simalingkar A yaitu:
- Luas tanah kapling = 60 m
Henddyana Simanjuntak, op. cit, hal 77. 20
- Dinding = yomen, conblok, participle board, asbes
sandwhich, panil beton.
- Rangka atap = kayu, profil baja.
- Atap = asbes/ serong gelombang.
- Listrik = PLN 450 watt/ 220 volt.
- Air = PAM/ pompa tangan.
- Sanitair = cubluk.21
21
2.2 Latar Belakang Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A
Lingkungan 11 berada di jalan Cengkeh Perumnas Simalingkar A. Pada tahun 1986,
lingkungan 11 ini masih belum banyak didirikan rumah. Di lingkungan ini masih banyak
dijumpai pohon-pohon besar dan rumput-rumput yang tinggi. Melihat keadaan lingkungan 11
ini masih seperti hutan, banyak orang-orang yang takut untuk datang ke lingkungan ini.
Perumnas Simalingkar A termasuk Lingkungan ini sering disebut tempat jin buang anak, ini
hanya istilah saja, karena sebelum Perumnas Simalingkar A ini didirikan wilayah ini
merupakan perkebunan rakyat yang tidak terurus sehingga banyak orang-orang yang
membuang mayat-mayat hasil tindak kejahatan di wilayah Perumnas ini.
Jumlah penduduk jalan Cengkeh pada tahun 1986 hanya sekitar 30 kepala keluarga,
tahun 1990 sudah mulai mencapai 50 kepala keluarga, namun setiap tahunnya bertambah
terus. Status rumah masih rumah sendiri (pemilik), belum ada yang bersifat mengontrak
rumah. Tipe rumah yang ada di lingkungan 11 ini pada tahun 1986 yaitu masih tipe-tipe kecil
seperti 18, 21, 36 dan jalan-jalan besar seperti jalan Cengkeh Raya belum ada.
Masyarakat lingkungan 11 merupakan masyarakat yang taat beragama, walaupun
belum tersedia tempat beribah, masyarakat dengan suka rela mendirikan tempat ibadah
darurat demi melaksanakan ibadah. Masyarakat lingkungan 11 beragama Islam dan agama
Kristen tetapi mayoritasnya beragama Islam. Bagi umat beragama Islam, awalnya mereka
beribadah di rumah mereka masing-masing karena belum ada didirikan mesjid. Pada
tahun1987, penduduk lingkungan 11 ini berinisiatif untuk mendirikan mesjid sendiri di tanah
kosong sekitar lingkungan 11 ini. Tanah untuk mendirikan mesjid sudah disediakan oleh
pemerintah, namun tidak kunjung didirikan juga. Di dekat tanah yang disediakan inilah para
rumbia, masih sangat memprihatinkan. Pada tahun 1990 mesjid baru didirikan, mesjid ini
dinamakan mesjid Al-Ikhlas mesjid didirikan di jalan Cengkeh 4.
Bagi umat Kristiani juga sama, mereka juga beribadah di gereja darurat yang mereka
dirikan sendiri pada tanah yang telah disediakan pemerintah. Pada tahun 1990 baru didirikan
yaitu gereja Advent yang berada di Cengkeh 0. Jemaat gereja ini masih sangat sedikit,
kira-kira hanya 20 kepala keluarga, jumlah ini masih sedikit dibanding dengan umat Islam.
Sejak tahun 1990, Perumnas Simalingkar A khususnya daerah lingkungan 11 semakin
ramai dan berkembang. Orang-orang tidak takut lagi untuk datang ke lingkungan ini karena
lingkungan ini sudah mulai banyak penduduknya. Istilah jin buang anakpun
berangsur-angsur hilang seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan Perumnas
Simalingkar A.
Perumnas Simalingkar A jalannya berbukit-bukit, sehingga ada daerah yang berada di
dataran rendah dan juga di dataran rendah sehingga daerah yang berada di dataran rendah
sering terkena banjir. Lingkungan 11 berada di dataran rendah sehingga apabila hujan deras
dan air sungai meluap, daerah ini langsung terkena banjir hampir setiap tahunnya.
Menurut hasil wawancara penulis dengan penduduk jalan Cengkeh, wilayah jalan
Cengkeh ini sering kali terkena banjir hingga mencapai 2 meter, banjir ini merupakan kiriman
dari sungai babura dan terus masuk ke daerah Cengkeh. Cengkeh ini berada didekat sungai
dan jembatan sehingga mengakibatkan cepatnya terkena banjir apabila air dari sungai babura
meluap. Namun walaupun sering terkena banjir, penduduk-penduduk wilayah jalan Cengkeh
ini tidak mau beranjak dari jalan Cengkeh, ini dikarenakan mereka sudah betah tinggal di
jalan Cengkeh ini, karena di wilayah ini sesama tetangga mereka sudah seperti saudara
banjir telah surut. Banjir ini surut bisa sampai 2 hari, selama wilayah Cengkeh ini terkena
banjir tidak pernah memakan korban.
Apabila banjir datang, tim penolong dari pemerintah langsung datang menolong
masyarakat lingkungan 11 yang terkena banjir. Tim penolong ini datang membawa alat-alat
seperti perahu karet yang dapat menyelamatkan masyarakat dari banjir. Apabila masyarakat
itu memiliki rumah yang berlantai dua cukup naik ke lantai dua mereka saja demi
menyelamatkan diri.
Akibat dari banjir ini banyak masyarakat khususnya banyak anak-anak yang terkena
penyakit seperti influenza, demam, kudis maupun penyakit kulit lainnya. Masyarakat ini
langsung berobat ke Puskesmas dan ada juga yang hanya minum obat yang mereka beli dari
warung, untuk berobat ke rumah sakit kurang memungkinkan karena angkutan kota yang
jarang dan jarak antara Perumnas Simalingkar A dan Rumah Sakit cukup jauh, tetapi jika
penyakit yang mereka derita tidak kunjung sembuh meraka langsung membawa ke Rumah
Sakit menggunakan angkutan kota ataupun becak.
Dalam hal pendidikan, para orangtua di Perumnas Simalingkar A khususnya di
lingkungan 11 ini sudah memiliki cara pikir yang modern, mereka sudah memikirkan masa
depan anak-anak mereka, sehingga anak-anak mereka disekolahkan sampai sarjana. Mereka
sudah mengetahui bahwa pendidikan merupakan kunci meraih kesuksesan dan meraih masa
depan yang cerah. Keadaan ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan
semakin besar, masyarakat berlomba dan berusaha demi menggapai cita-cita yang diimpikan.
Menurut hasil wawancara penulis terhadap informan, sekolah sudah ada sejak tahun
1987 yaitu Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) sedangkan untuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak ada di lingkungan 11
Jahe, jarak jalan Cengkeh menuju jalan Jahe sangat dekat, bisa ditempuh dengan berjalan
kaki, hanya sekitar 5 menit. Banyak para orangtua yang memasukkan anaknya ke sekolah
SMP dan SMA ini, sekolah SMP dan SMA ini keadaannya masih darurat.
Taman Kanak-kanak (TK) telah ada sejak tahun 1987, TK ini milik swasta, pemilik
TK ini bapak Japar, staf pengajar pada TK ini awalnya hanya bapak Japar sendiri namun
seiring dengan perkembangan zaman dan minat orang tua pada pendidikan, siswa TK
semakin banyak sehingga staf pengajar pada TK itu bukan hanya bapak Japar saja tetapi
memiliki staf pengajar yang bertugas membantu dia dalam mengajar.
Anak-anak yang belajar di TK ini diajarkan banyak pengetahuan seperti belajar
mengenal huruf, mengeja, membaca dan juga menulis. Anak-anak yang TK disini banyak
yang pintar, pada waktu memasuki Sekolah Dasar (SD), mereka sudah bisa membaca dan
menulis namun tidak begitu lancar, guru-guru yang mengajar mereka di SD tidak capek lagi
mengajari mereka. Muridnya pada waktu itu tidak banyak kira-kira hanya 10 orang pada
tahun 1987.
Sekolah yang didirikan pemerintah di lingkungan 11 ini hanya Sekolah Dasar Negeri
(SDN). Menurut hasil wawancara dengan informan, SD ini telah dirancang sejak tahun 1988
namun tidak langsung didirikan, pada tahun 1989 SD ini baru didirikan dan tahun 1990 mulai
di tempati oleh siswa-siswa yang belajar di tempat-tempat darurat sebelumnya. SD ini adalah
SD Negeri 068005 berada di sekitar jalan Cengkeh 12 Perumnas Simalingkar A.
Perkembangan terus terjadi setiap tahunnya, tidak hanya rumah saja yang didirikan di
kompleks Perumnas Simalingkar A ini, tetapi juga menyediakan lahan untuk mendirikan
sekolah. Sekolah yang didirikan yaitu dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Sekolah
Menengah Atas (SMA). Tujuan didirikannya bangunan sekolah di Perumnas Simalingkar ini
menuntut ilmu. Banyak orangtua yang mendaftarkan anak-anak mereka ke sekolah yang ada
di Perumnas Simalingkar A ini agar anak-anak mereka tidak jauh lagi bersekolah. Tidak
hanya anak-anak yang bertempat tinggal di perumnas ini saja bersekolah yang boleh
bersekolah di sekolah itu tetapi anak-anak yang dari luar lingkungan di Perumnas
Simalingkar A juga.
Menurut hasil wawancara penulis pada informan, sekolah-sekolah yang ada di
Perumnas Simalingkar A, Taman Kanak-kanak (TK) di jalan Cengkeh, YPN Mulia
Pencawan (SMP, SMA, SMK, TIK) berada di jalan Jahe Raya, YPN Timbul Jaya (TK, SD,
SMP, SMA, SMEA) berada di jalan Kopra Raya no 4. Sekolah ini berdiri sekitar tahun 1994.
Sebelum tahun 1994, anak-anak bersekolah di tempat seadanya, dinding sekolah masih
teriplek, lantainya masih tanah. Pemerintah melihat niat anak-anak untuk bersekolah sangat
tinggi maka gedung sekolah di dirikan sejak tahun 1992 dan diresmikan pada tahun 1994.
Setelah gedung sekolah itu diresmikan, anak-anak yang bersekolah ditempat darurat
sebelumnya pindah kegedung sekolah mereka yang baru. Banyak anak-anak yang berada di
lingkungan 11 bersekolah ke sekolah yang ada di jalan Jahe Raya itu karena jarak antara jalan
Jahe dan lingkungan 11 (Cengkeh) tidak begitu jauh.
2.3Letak Geografis Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A
Lingkungan 11 merupakan salah satu lingkungan dari 24 lingkungan di Kecamatan
Medan Tuntungan. Perumnas Simalingkar A terletak di kelurahan Mangga kecamatan Medan
Tuntungan. Sebelum kita melihat batas-batas wilayah lingkungan 11, ada baiknya kita
Tabel 2
Batas-batas wilayah Kecamatan Medan Tuntungan
BATAS DESA KETERANGAN
Utara Kec. Medan Selayang dan
Kec. Medan Johor
Kec. Medan Selayang dan
Kec. Medan Johor
Selatan Kab. Deli Serdang Kab. Deli Serdang
Barat Kab. Deli Serdang Kab. Deli Serdang
Timur Kab. Deli Serdang Kab. Deli Serdang
Sumber: Badan Pusat Statistik Medan, Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka 1990.
Tabel 3
Batas-batas wilayah Kelurahan Mangga
BATAS DESA KETERANGAN
Utara Sempakata Kec. Medan Tuntungan
Selatan Simalingkar A Kec. Medan Tuntungan
Timur Kuala Bekala, Simalingkar B Kec. Medan Tuntungan
Barat Simpang Selayang Kec. Medan Tuntungan
Sedangkan letak geografis lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A sendiri yaitu pada
tabel di berikut.
Tabel 4
Batas-Batas Wilayah Lingkungan 11
BATAS JALAN KETERANGAN
Utara Jl. Teh Kel. Mangga
Selatan Jl. Nyiur Kel. Mangga
Barat Jl. Jahe Kel. Mangga
Sumber: Wawancara dengan Kepala Lingkungan 11 Jl. Cengkeh23
23
Wawancara dengan Bapak Supardi, Kepala Lingkungan, Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar, 10 Februari 2013.
Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A berada di wilayah dataran rendah namun
tidak semua lingkungan 11 berada di dataran rendah seperti di jalanCengkeh 1 dan Cengkeh
Raya.Lingkungan 11 ini rentan terkena banjir, selain karena berada di dataran rendah,
lingkungan 11 juga berada di dekat aliran sungai, sehingga jika musim hujan, masyarakat
sudah ketakutan akan datangnya banjir kiriman dari sungai babura, banjir ini bisa mencapai 2
BAB III
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT LINGKUNGAN 11 KELURAHAN MANGGA PERUMNAS SIMALINGKAR A (1986)
3.1 Kondisi Sosial
Masyarakat lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A pada tahun 1986 terdiri dari suku
bangsa dan agama yang berbeda-beda. Walaupun berbeda-beda agama dan suku, mereka
tidak pernah saling menghina satu sama lain. Penduduk lingkungan 11 bermayoritas
beragama Islam yaitu sekitar 68%, Kristen Protestan 22%, Katolik 10%, sedangkan Budha
dan hindu 0%. Berikut ini dapat dilihat komposisi agama yang ada di Lingkungan 11
Perumnas Simalingkar A.
Tabel 5
Komposisi Penduduk Menurut Agama
Agama Jumlah Presentase
Islam 68 68%
Protestan 22 22%
Katolik 10 10%
Budha 0 0%
Hindu 0 0%
Sumber: Kepala Lingkungan
11, Perumnas Simalingkar
Masyarakat lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A terdiri dari kelompok etnis yang
berbeda-beda yaitu berasal dari Sumatera Utara 70% dari luar Sumatera Utara 25%.
Lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A lebih banyak di huni oleh etnis Batak Karo, Batak
Tapanuli dan Mandailing.
Menurut hasil wawancara penulis dengan Informan, jumlah rumah pada tahun 1986
sekitar 50 unit rumah, 30 rumah tangga. Pada tahun ini, penghuni rumah di lingkungan 11
kebanyakan para tukang yang bekerja dalam pendirian Perumnas Simalingkar A. Para tukang
disediakan tempat pemondokan sampai tugas (pembangunan rumah) mereka selesai. Para
tukang ini di datangkan dari dalam maupun luar kota medan. Pada tahun 1986 penghuni
lingkungan 11 masih orang-orang muda bahkan ada yang belum menikah sehingga belum
begitu banyak penduduk di lingkungan 11 ini, seiring zaman jumlah penduduk sudah
semakin banyak, salah satunya disebabkan adanya anak didalam keluarga, jumlah anak pada
tahun 1986 ini masih berkisar 1 orang anak.24
Masyarakat lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A ini ternyata tidak hanya pemilik
tetap rumah yang mereka tempati. Selain pemilik tetap ternyata ada juga yang hanya penyewa
rumah tetapi hanya 10%, yang menumpang di rumah saudara maupun yang kost belum ada.
Harga sewa rumah pada tahun 1988 hanya sebesar Rp 100.000 namun setiap tahunnya harga Masyarakat lingkungan 11 memiliki kepala lingkungan yang bertugas mengatur dan
membantu masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan, misalnya dalam hal pembuatan Kartu
Tanda Penduduk (KTP), Surat Miskin, Surat Izin Mengemudi (SIM) dan lain sebagainya.
Kantor kepala lingkungan yaitu di kantor kelurahan Mangga yang berada di jalan Tembakau
Raya Perumnas Simalingkar. Di kantor kelurahan ini merupakan tempat penyimpanan
data-data kelurahan Mangga, baik data-data jumlah penduduk, jenis mata pencaharian, komposisi
agama dan lain sebagainya.
24
sewa rumah semakin meningkat. Berikut ini dapat dilihat status penghuni rumah pada tabel
berikut.
Tabel 6
Status Penghuni Rumah
Status Jumlah Prosentase
Pemilik 80 80%
Penyewa 10 10%
Menumpang 10 10%
Kost 0 0%
Sumber: Kepala Lingkungan 11, PerumnasSimalingkar A, data tahun 1990
Jenis mata pencaharian kepala keluarga yaitu Pegawai Negeri Sipil 33%, karyawan
Swasta 45% Wiraswasta 15% dan 7% Pedagang ataupun Petani. Masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai Petani umumnya bertani di luar komplek Perumnas Simalingkar A. Ada
yang pulang sore hari dan ada pula yang seminggu sekali pulang ke rumah mereka di
perumnas Simalingkar A, ini dikarenakan mereka ingin menghemat waktu, biaya dan juga
tenaga mereka.25
Pada tahun 1986 ini, keadaan sosial masyarakat masih sangat baik, masih sangat
akrab dan intim. Apabila terjadi sesuatu dengan tetangga mereka, meraka cepat dapat kabar
dan langsung menolong. Aktivitas penduduk masih sedikit, mata pencaharian penduduk yaitu
Pegawai Negeri Sipil, Swasta seperti bekerja di toko plaza-plaza, buruh-buruh pabrik, tukang
bangunan, wiraswata seperti berdagang, ibu rumah tangga sangat banyak.26
25
Pada tahun 1986 ini, hubungan masyarakat lingkungan 11 ini masih sangat intim dan
kekeluargaan. Segala bentuk kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dilakukan bersama dan
saling tolong-menolong, begitu juga dengan acara keagamaan sesuai dengan agama
masing-masing penduduk. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang sudah ada sejak tahun 1986 ini yaitu
kegiatan wirid yasin, remaja mesjid bagi masyarakat yang beragama muslim, pendalaman
alkitab bagi yang kristiani, kegiatan kemasyarakatan sepertiSerikat Tolong Menolong (STM),
Posyandu. Dalam kegiatan posyandu yang dilakukan oleh Ibu-ibu, banyak ibu-ibu yang
membawa bayinya untuk imunisasi. Dalam posyandu ini, anak-anak bayi maupun balita di
timbang beratnya dan di suntik, dan diberi vitamin sejak kecil agar tubuhnya kuat dan tidak
mudah terserang penyakit. Posyandu ini dipungut biaya dengan harga Rp 1000,- pada tahun
1986.
Kegiatan Serikat Tolong Menolong (STM) sangat baik di lingkungan 11 ini pada
tahun 1986. Keanggotaan STM ini yaitu semua masyarakat lingkungun 11. Pelaksanaan
Serikat Tolong Menolong dalam pelaksanaan di lakukan pengutipan iuran, jika ada diantara
tetangga yang mendapatkan kemalangan atau musibah lainnya, pertolongan itu dalam bentuk
tenaga dan juga bentuk dana.
Serikat Tolong Menolong dibentuk oleh kepala lingkungan, keagiatan Serikat Tolong
Meolong ini tidak dicampur tangani oleh pihak pemerintah. Serikat Tolong Menolong dalam
membantu masyarakat yang mendapat kemalangan diketuai oleh seorang ketua yang dipilih
oleh anggota. Biasanya yang ditunjuk sebagai ketua Serikat Tolong Menolong adalah orang
yang dituakan atau tokoh agama yang ada di lingkungan 11 ini. Selain ketua, sekretaris,
bendahara, dan anggota juga ikut ditunjuk sebagai pengutip iuran, iuran ini dikutip setiap dua
minggu sekali, iuran ini tidak ditentukan nominalnya dengan seikhlas hati penduduk. Jika ada
Sejak tahun 1987 pasar tradisional di Perumnas Simalingkar A didirikan, masyarakat
menamakan pasar tradisional ini dengan nama pajak Pala karena pajak ini berada di jalan
Pala dekat jembatan yang bersebelahan dengan lingkungan 11. Apabila lingkungan 11 ini
terkena banjir pajak ini juga ikut terkena banjir, banyak barang-barang dagangan pedagang
yang rusak dan hilang. Banjir ini sudah ada sejak tahun 1987 tidak lama sejak pajak Pala ini
didirikan oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar.
Melihat kemajuan pajak Pala ini, pemerintah menyiapkan sebuah tempat untuk pajak
ini agar tempatnya nyaman, tata ruang yang rapi (teratur) dan juga terhindar dari banjir
kiriman dari sungai babura. Pajak ini didirikan didekat wilayah pajak Pala sebelumnya, nama
pajak Pala ini berganti dengan pajak Jahe karena berada di jalan Jahe. Perpindahan ini
terjadipada tahun 1989, pajak Jahe ini juga masih dekat dengan lingkungan 11. pajak Jahe ini
masih terbuat dari lantai teriplek, atap seng, dan dinding papan.
Semenjak pajak Jahe ini pindah, masih terkena banjir namun kedalaman airnya sudah
berkurang dari pajak Pala sebelumnya. Sehingga sejak dibukanya pajak Jahe oleh
pemerintah, penduduk lingkungan 11 mulai ada yang berdagang di pajak Jahe ini. Ada yang
menyewa toko maupun berdagang di kaki lima toko-toko pajak Jahe ini, baik berdagang
sembako, ikan, sayuran dan juga buah-buahan.
Pajak Jahe ini didirikan untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan, baik
kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan pelengkap (sekunder). Sehingga tujuan pasar
bukan hanya tempat berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang bersikap ekonomi (berbelanja
barang konsumsi), tetapi juga mendapatkan kebutuhan yang bersifat rekreasi dan hiburan,
misalnya berdagang sembako, pakaian, maupun makanan.
Pada mulanya pasar berdiri karena masyarakat ingin memperoleh berbagai kebutuhan
menukar barang, yang disebut dengan sistem barter. Para petani, peternak, nelayan, dan
pekerja lainnya bertransaksi dengan menukarkan hasil produksi masing-masing. Awalnya
pertukaran itu terjadi di sembarang tempat. Lama kelamaan masyarakat atas kesepakatan
bersama menentukan suatu tempat sebagai lokasi untuk melakukan barter. Pasar tradisional
ini sudah ada sejak zaman kerjaan Kutai Kertanegara, yaitu pada abad ke-5 Masehi. Aktivitas
masyarakat dalam jual beli semakin ramai ketika masuknya para pelaut dari negeri China
yang juga melakukan barter barang.27
Semakin berkembangnya Perumnas Simalingkar A ini, pemerintah juga mendirikan
sebuah pasar tradisional lagi. Pajak ini terletak di jalan Tembakau Raya. Pajak ini beroperasi
dari sore hingga malam hari. Pajak malam ini letaknya lumayan jauh dari lingkungan 11, jika
berjalan kaki bisa mencapai 20 menit. Pajak Malam (Tembakau)ini hanya menjual
bahan-bahan dapur yang akan dikelola menjadi makanan, seperti beras, sayuran, berbagai ikan, dan
buah-buahan. Pajak ini tidak begitu ramai dikunjungi oleh pembeli karena harganya lebih
mahal di banding pajak Jahe. Kualitas barang juga berkurang, karena pedagang yang dari Dengan adanya pajak Jahe ini, lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A semakin ramai
dikunjungi oleh masyarakat luar karena pajak Jahe ini selain menjual perlengkapan rumah
tangga juga menjual pakaian bekas dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang lumayan
bagus, pakaian bekas ini banyak didatangkan dari luar kota maupun luar negeri. Pakaian
bekas ini di jual pada hari minggu, selain hari minggu juga ada tetapi tidak begitu banyak,
tidak hanya pakaian bekas, tas bekas, sendal bekas juga ada di jual. Masyarakat luar
Perumnas Simalingkar A juga banyak yang membeli pakaian bekas di pajak Jahe ini untuk di
jual kembali di derah tempat tinggalnya. Apabila ada yang membeli dengan jumlah yang
banyak, para pedagang tidak segan-segan memberi harga yang murah walau dengan untung
yang sedikit.
27
pajak Jahe pindah berdagang dan membawa dagangannya ke pajak Malam (Tembakau) ini,
barang-barang yang dibawa dari pajak Jahe ini kebanyakan seperti sayuran dan ikan sehingga
kualitasnya sudah mulai jelek jika sudah malam.
Dengan adanya pajak Jahe dekat dengan lingkungan 11, maka semakin banyak
orang-orang yang pindah ke lingkungan 11 ini karena lingkungan ini sudah di anggap aman karena
sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang dari luar untuk berbelanja. Semakin padatnya
penduduk Perumnas Simalingkar A maka alat transportasi pada lingkungan 11 Perumnas
Simalingkar A sudah mulai ada. Angkutan kota (angkot) ini telah ada sejak tahun 1990 tapi
belum begitu banyak. Angkutan kotanya bernama angkutan KOBUN dan angkutan
SUDAKO pintu belakang.
Angkutan kota (angkot) ini dapat menghantarkan masyarakat dalam bepergian ke
suatu tempat yang ingin dituju. Tarif angkutan ini adalah Rp 500/orang bagi penumpang
dewasa, bagi penumpang anak sekolah dikena tarif Rp. 300,-/orang, namun sejak krisis
ekonomi tahun 1998 tarif angkutan kota ini menjadi Rp. 1000,-/orang bagi orang dewasa dan
bagi anak sekolah dikenakan tarif Rp. 500,-. Pada masa itu alat transportasi sangat minim,
masih terbatas jadi alasan tersebut yang menjadi kelemahan pada masa itu dalam beraktivitas
sehingga kegiatanpun terbatas.Masyarakat lingkungan 11 Perumnas Simalingkar A sendiri
sudah ada yang memiliki kendaraan sendiri tapi belum begitu banyak.
Masyarakat Perumnas Simalingkar A khususnya lingkungan 11 masih sedikit yang
memiliki kendaraan pribadi. Becak pada waktu itupun masih sedikit, masyarakat lebih sering
berjalan kaki sampai ke simpang Perumnas Simalingkar A. Jarak yang ditempuh kira-kira 30
menit, jika telah sampai di simpang Perumnas Simalingkar A, angkutan kota sudah ada.