SUBSTITUSI JAGUNG DENGAN SORGUM YANG
DITAMBAHKAN TEPUNG DAUN SINGKONG
TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH
VINSENSIA CRES PRININGRUM
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN DAN SUMBER INFORMASI SERTA
PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Substitusi Jagung dengan Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong Terhadap Kualitas Telur Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
VINSENSIA CRES PRININGRUM. Substitusi Jagung dengan Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh. dibawah bimbingan RITA MUTIA dan IBNU KATSIR AMRULLAH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi/menguji pengaruh substitusi jagung dengan sorgum yang ditambahkan tepung daun singkong dalam ransum terhadap kualitas telur puyuh. Puyuh betina yang digunakan berumur 3 minggu sebanyak 150 ekor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan, tiga kali ulangan (10 ekor setiap ulangan). Perlakuan yang diberikan adalah ransum kontrol (P1), 50% sorgum + tepung daun singkong (TDS) 0% (P2), 50% sorgum + tepung daun singkong 1.5% (P3), 50% sorgum + tepung daun singkong 3% (P4), 50% sorgum + tepung daun singkong 4.5% (P5). Peubah yang diamati ialah kualitas telur yang mencakup bobot telur, bobot putih, bobot kuning, bobot kerabang, tebal kerabang, skor warna telur, haugh unit, dan kandungan vitamin A dalam kuning telur. Analisis data menunjukkan bahwa penggunaan sorgum dengan penambahan 4.5% tepung daun singkong menghasilkan kandungan vitamin A lebih tinggi dari ransum kontrol. Pada kualitas telur menunjukkan bahwa warna kuning telur yang tinggi dihasilkan oleh puyuh yang ransum kontrol. Selain skor, yang berpengaruh nyata terhadap pakan adalah bobot telur, bobot putih telur, dan haugh unit.
Kata kunci: kualitas telur, sorgum, telur puyuh, tepung daun singkong, vitamin A
ABSTRACT
VINSENSIA CRES PRININGRUM. Combinations White Sorgum as corn subtitution with Manihot esculenta leaves meal on quality of Japanese Quail Egg. Supervised by RITA MUTIA and IBNU KATSIR AMRULLAH.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
SUBSTITUSI JAGUNG DENGAN SORGUM YANG
DITAMBAHAKAN TEPUNG DAUN SINGKONG
TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH
VINSENSIA CRES PRININGRUM
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Substitusi Jagung dengan Sorgum yang Ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh
Nama : Vinsensia Cres Priningrum
NIM : D24090074
Disetujui oleh
Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing I
Dr Ir Ibnu Katsir Amrullah, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Substitusi Jagung
dengan Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh”, yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013.
Karya ilmiah ini berisi tentang pemanfaatan sorgum dalam pakan unggas dengan pemanfaatan tepung daun singkong didalamnya. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 3
Bahan 3
Alat 5
Lokasi Penelitian 5
Prosedur Penelitian 5
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil 8
Pembahasan 8
Bobot Telur 8
Score Kuning Telur 9
Berat Putih Telur 9
Berat Kerabang Telur 10
Berat Kuning Telur 10
Tebal Kerabang Telur 10
Haugh Unit 10
Vitamin A 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 17
DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis proksimat tepung sorgum (% BK) 3
2 Hasil analisis proksimat tepung daun singkong (% BK) 4
3 Susunan ransum penelitian 4
4 Kandungan nutrien ransum perlakuan (% as fed) 5 5 Kualitas telur puyuh (Cortunix-cortunix japonica) 8 6 Kandungan vitamin A telur puyuh (IU 100g-1) 11
DAFTAR GAMBAR
1 Sorghum bicolor 3
2 Daun singkong 3
3 Kuning telur puyuh penelitian 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Produksi telur, konsumsi pakan, dan konversi pakan telur puyuh 14
2 Analisis ekonomi 14
3 Perhitungan % penyerapan vitamin A dalam Telur 14
4 Hasil sidik ragam bobot telur 15
5 Uji jarak berganda Duncan bobot telur 15
6 Hasil sidik ragam score kuning telur 15
7 Uji jarak berganda Duncan score kuning telur 15
8 Hasil sidik ragam berat putih telur 15
9 Uji jarak berganda Duncan berat putih telur 16
10 Hasil sidik ragam tebal kerabang telur 16
11 Hasil sidik ragam bobot kerabang telur 16
12 Hasil sidik ragam bobot kuning telur 16
13 Hasil sidik ragam Haugh Unit 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditi yang paling banyak diminati, tidak hanya untuk pakan namun juga untuk pangan. Penggunaan jagung dalam pakan bisa mencapai lebih dari 50% dalam ransum (Odunsi 2007). Hal ini disebabkan karena jagung termasuk dalam sumber energi yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan energi metabolis pada jagung menurut Lesson and Summer (2005) adalah 3300 kkal kg-1, selain itu jagung memiliki kandungan xantofil sebesar 20 mg kg-1. Namun, jagung merupakan komoditi yang konsumsinya perlahan-lahan meningkat tidak hanya pada bidang pakan namun juga bidang pangan sehingga meningkatnya konsumsi mengakibatkan harga jualnya ikut meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan pemanfaatan sumber energi (karbohidrat) lain yang memiliki kandungan energi metabolis dan nutrisi mirip dengan jagung. sumber karbohidrat yang menyerupai dengan jagung dan baik digunakan dalam pakan ialah sorgum.
Sorgum merupakan tanaman serealia yang toleran terhadap kekeringan, genangan air, dan tahan terhadap gangguan hama penyakit. Sorgum menghasilkan biji-bijian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan unggas, daun serta batangnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ruminansia. Produksi sorgum dalam negeri menurut Sirappa (2003) masih tergolong rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat, Argentina, dan Cina yaitu 0.72 ton Ha-1. Sorgum termasuk dalam bahan sumber karbohidrat dengan kandungan energi metabolisnya mencapai 3212 kkal kg-1 (NRC 1994). Selain itu, sorgum mempunyai kandungan protein yang tinggi dan lemak yang rendah dibandingkan jagung yaitu 12.99% dan 2.34%. Rostagno et al. (1973) melaporkan bahwa terdapat faktor yang menjadi pertimbangan dalam penggunaan sorgum sebagai substitusi jagung yaitu kandungan tanin. Sorgum dibagi menjadi dua jenis yaitu sorgum tinggi tanin (1.3%-3.6%) dan sorgum rendah tanin (0.1%-0.7%) (Myer et al. 1986), dan dalam NRC (1994) menyatakan bahwa sorgum yang rendah tanin berada pada taraf kurang dari 1% dan tinggi tanin berada pada taraf lebih dari 4%. Kandungan tanin dalam sorgum dapat mengganggu metabolisme karbohidrat dan protein. Selain tanin, sorgum memiliki kandungan karoten yang rendah yaitu 1 mg kg-1 (Lesson and Summer 2005). Oleh karena kandungan karoten yang rendah, penggunaan sorgum sebagai substitusi jagung harus ditambahkan dengan bahan sumber karoten sehingga dapat menyeimbangkan kandungan karoten dalam jagung. Bahan karoten yang dapat meningkatkan kandungan karoten dalam sorgum salah satunya ialah daun singkong.
2
singkong pada puyuh hingga taraf 10% tidak mengganggu pertumbuhan dan produksi telur dan dapat meningkatkan warna kuning telur (Siregar 2008). Mahardika (2007) menyatakan bahwa pemberian tepung daun singkong dengan taraf 6% pada itik mempengaruhi tingkat konsumsi pakan dan pada taraf 9% dapat meningkatkan warna kuning telur. Keuntungan dari daun singkong yaitu selain mudah ditemukan dan harganya terjangkau, kandungan nutrisi yang terdapat dalam daun singkong dapat membantu sorgum sebagai substitusi dari jagung. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Cortunix-cortunix japonica).
Penggunaan sorgum sebagai sumber energi diharapkan dapat menggantikan jagung sebagai sumber karbohidrat dalam pakan. Penambahan tepung daun singkong dalam pakan substitusi dapat menyeimbangkan kandungan nutrisi dalam jagung dalam kandungan karotenoid (xantofil dan beta karoten). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pakan substitusi jagung dengan sorgum yang ditambahkan tepung daun singkong terhadap kualitas telur puyuh.
METODE PENELITIAN
Bahan
Ternak
Puyuh yang dipelihara selama penelitian sebanyak 150 ekor puyuh petelur yang berumur 30 hari. Puyuh yang digunakan diperoleh dari salah satu peternakan daerah Cileungsi, Bogor yaitu jenis Cortunix-cortunix japonica berwarna cokelat yang dipelihara selama 15 minggu.
Sorgum
Biji sorgum (low tannin) yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium Silvikultur ,SEAMEO BIOTROP. Hasil analisis proksimat tepung sorgum dapat dilihat pada Tabel 1.
3 Tabel 1 Hasil analisis proksimat tepung sorgum (% BK)
BK
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (2013), *NRC (1994)
Daun singkong
Daun singkong yang digunakan dalam ransum penelitian diperoleh dari Kampung Buntar daerah sekitar SEAMEO BIOTROP, Tajur. Hasil analisis proksimat tepung daun singkong dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis proksimat tepung daun singkong (% BK)
BK
Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (2013); *Balai Besar Industri Agro, Bogor (2013);**(MEn = 39.14 x BK – 39.14 x Abu – 82.87 x SK) (NRC 1994)
Ransum
Ransum penelitian terdiri dari ransum kontrol dan ransum perlakuan. Ransum kontrol menggunakan jagung tanpa penambahan tepung daun singkong, sedangkan ransum perlakuan menggunakan sorgum dengan penambahan tepung daun singkong sebagai sumber karoten. Ransum perlakuan disusun sesuai dengan rekomendasi National Research Council (1994). Bahan pakan yang digunakan adalah sorgum, jagung, MBM, tepung ikan, bungkil kedelai, dedak padi, DL-Methionine, DCP, CPO, kapur, garam, premix, dan daun singkong. Susunan ransum yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 dan kandungan nutrien ransum perlakuan pada Tabel 4.
4
Tabel 3 Susunan ransum penelitian dan harga pakan
Bahan Pakan P1 P2 P3 P4 P5 Iso protein-iso energi mengacu National Research Council (1994); P1(pakan kontrol); P2 (Sorgum 50% + 0% tepung daun singkong); P3(Sorgum 50% + 1.5% tepung daun singkong); P4(Sorgum 50% + 3% tepung daun singkong); P5(Sorgum 50% + 4.5% tepung daun singkong)
Tabel 4 Kandungan nutrien ransum perlakuan (% as fed)
Nutrien P1 P2 P3 P4 P5
Energi metabolis(kkal kg-1)* 2974.09 2929.98 2928.01 2930.21 2939.97
Ca (%)* 2.87 2.86 2.85 2.79 2.69
P (%)* 0.99 1.02 1.00 1.00 0.97
Lisin (%)* 1.06 1.04 1.08 1.08 1.06
Methionin (%)* 0.55 0.51 0.51 0.51 0.51
Karoten (ppm)* 8.50 0.50 2.81 5.12 7.43
5 Alat
Alat yang digunakan dalam kandang adalah 15 buah tempat makan, 15 buah tempat minum, pembersih kandang, timbangan digital, pot bekas sebagai penampung telur, plastik, terpal sebagai alas pencampuran bahan pakan. Selain itu, alat lain yang digunakan adalah yolk colour fan, cawan petri, pengukur tebal kerabang (micrometer calliper), pisau, meja kaca, tisu, dan alat pengukur vitamin A (High Performance Liquid Cromatography).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan terhitung dari bulan Februari hingga Mei 2013. Pemeliharaan dilakukan di Green House Laboratorium Silvikultur SEAMEO BIOTROP (South East Asia Regional Center for Tropical Biology) Jl. Raya Tajur km 6, Bogor. Pengamatan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, dan Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Analisis vitamin A dilakukan di Balai Besar Industri Agro (BBIA),Bogor.
Prosedur Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang dan peralatan yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan desinfektan. Setelah kandang dibersihkan, daerah kandang ditabur dengan kapur yang bertujuan agar tehindar dari kuman penyakit.
Ransum Penelitian
Daun singkong yang digunakan dalam ransum penelitian terlebih dahulu dikeringkan dibawah sinar matahari selama dua hari. Setelah kering, daun singkong digiling menjadi tepung dan selanjutnya dicampur dalam ransum yang dihomogenkan terlebih dahulu dengan CPO (Crude Palm Oil) lalu dicampur dengan biji sorgum yang telah halus. Tepung Daun singkong (TDS) yang diberikan memiliki kadar yang berbeda yaitu 0%, 1.5%, 3%, 4.5% dalam ransum tanpa tangkai.
Pemeliharaan
Pemeliharaan menggunakan puyuh berumur 30 hari. Puyuh pertama kali bertelur pada umur 54 hari. Perlakuan diberikan saat puyuh berumur 68 hari. Ransum diberikan dua kali dalam sehari pukul 07.00 dan 15.00 WIB. Pakan yang diberikan dibatasi pemberiannya yaitu 23 g ekor-1 hari-1, namun air minum diberikan ad libitum. Puyuh diberikan Vitachick saat puyuh datang dan diberikan kembali saat pakan perlakuan diberikan serta rutin diberikan satu minggu sekali dalam pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan hingga puyuh berumur 111 hari. Pengamatan
6
Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan yaitu: P1: Kontrol (Jagung 50%)
P2: Sorgum 50% + 0% Tepung daun singkong P3: Sorgum 50% + 1.5% Tepung daun singkong P4: Sorgum 50% + 3% Tepung daun singkong P5: Sorgum 50% + 4.5% Tepung daun singkong Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan dan menggunakan model matematika sebagai berikut menurut Steel and Torrie (1995)
Yij = µ + τi + εij Keterangan :
Yij = Perlakuan pengolahan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Galat (error) perlakuan ke-i ulangan ke-j Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian yaitu: a. Bobot Telur
Bobot telur diperoleh dengan mengukur bobot utuh telur menggunakan timbangan digital dalam satuan gram.
b. Bobot Kuning Telur
Bobot kuning telur yang diperoleh dengan menimbang kuning telur. Persentase bobot kuning telur dihitung dengan membagi nilai bobot kuning telur dengan bobot telur dikali 100%.
c. Bobot Putih Telur
Bobot putih telur diperoleh dengan menimbang putih telur. Persentase bobot putih telur dihitung dengan membagi bobot putih telur dengan bobot telur dikali 100%.
d. Bobot Kerabang Telur
Bobot kerabang telur diperoleh dengan menimbang kerabang yang telah dibersihkan dari kulit ari. Persentase bobot kerabang telur dihitung dengan membagi bobot kerabang dengan bobot telur dikali 100%.
e. Tebal Kerabang
Pengukuran tebal kerabang dilakukan pada tiga bagian kerabang yaitu bagian lancip, tengah, dan tumpul. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur kerabang berupa micrometer calliper (mm).
f. Skor Kuning Telur
7 g. Haugh Unit
Haugh Unit diperoleh dengan menghitung nilai logaritma dari tinggi putih telur yang ditransformasikan kedalam nilai koreksi dari fungsi berat telur (Yuwanta 2010). Tinggi putih diukur dengan menggunakan Tripod.
Haugh Unit = 100 log(H + 7.57 - 1.7 x W0.37) Keterangan: H = Tinggi putih telur (mm)
W = Berat telur (g) h. Vitamin A
Vitamin A dianalisis dengan menggunakan metode HPLC (High Performance Liquid Cromatography). Bahan yang digunakan dalam analisis merupakan hasil komposit dari kuning telur setiap ulangan dalam perlakuan yang telah dihomogenkan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan apabila hasil berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas telur diamati empat minggu akhir pemeliharaan puyuh. Parameter yang diamati adalah bobot telur, bobot putih, bobot kuning, bobot kerabang, warna kuning telur, tebal kerabang, haugh unit, dan vitamin A. Tabel 5 menunjukkan hasil analisa kualitas telur.
Tabel 5 Kualitas telur puyuh (Cortunix-cortunix japonica)
Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata tiap perlakuan pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). P1(ransum kontrol), P2(Sorgum 50% + TDS 0%), P3(Sorgum 50% + TDS 1.5%), P4(Sorgum 50% + TDS 3%), P5 (Sorgum 50% + TDS 4.5%);* Balai Besar Industri Agro (2013)
Peubah Perlakuan
P1 P2 P3 P4 P5
Bobot Telur (g) 10.12±0.15e 10.59±0.08b 10.34±0.17c 10.79±0.31a 10.21±0.23d Skor Warna 7.49±0.15a 1.08±0.04e 3.89±0.23d 5.22±0.28c 7.00±0.15b Bobot Putih (g) 5.73±0.11e 6.00±0.05b 5.88±0.09d 6.05±0.15a 5.97±0.06c Persentase Bobot
Putih (%) 56.64±0.65 56.73±0.33 56.89±0.89 56.07±1.30 58.58±0.78 Bobot Kuning (g) 3.11±0.06 3.32±0.03 3.19±0.15 3.38±0.13 3.15±0.14 Persentase Bobot
Kuning (%) 30.69±0.44 31.27±0.20 30.82±0.97 31.29±0.55 30.88±0.80 Bobot Kerabang (g) 0.95±0.02 0.97±0.03 0.97±0.02 0.99±0.03 0.95±0.02 Persentase Bobot
Kerabang (%) 9.38±0.18 9.16±0.27 9.37±0.11 9.20±0.24 9.31±0.09 Tebal Kerabang
(mm) 0.15±0.001 0.15±0.02 0.15±0.004 0.15±0.004 0.15±0.001
Haugh Unit 90.98±0.18a 89.46±0.17e 90.55±0.43c 90.32±0.30d 90.86±0.27b
8
Bobot Telur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung sorgum dalam ransum dapat meningkatkan bobot telur dibandingkan ransum jagung. Hal ini menunjukkan bahwa zat makanan dalam ransum perlakuan dimanfaatkan dalam jumlah lebih banyak dibandingkan ransum kontrol. Kandungan protein yang terkandung dalam ransum berpengaruh terhadap bobot telur, ransum kontrol memiliki kandungan protein ransum lebih rendah dibanding perlakuan lainnya. Hal ini mengakibatkan bobot telur yang dihasilkan lebih kecil dibanding bobot telur pakan perlakuan, selain itu kurangnya protein pakan kontrol membuat puyuh mempertahankan bobot telurnya namun produksi telur menjadi rendah (lampiran 1). Rataan bobot telur pada penelitian ini adalah 10.42 g, menurut Song et al. (2000) bobot normal telur puyuh berkisar 9.41-11.27 g. Siregar (2008) melaporkan rataan bobot telur 10.99 g menggunakan ransum komersil yang ditambahkan tepung daun singkong hingga 10%. Ghazvinian et al. (2011) mengungkapkan bahwa bobot telur puyuh yang diberi ransum mengandung EM 2900 kkal kg-1 dan protein 20% bernilai 10.37 g. Penggunaan sorgum tanpa tepung daun singkong berpengaruh terhadap bobot telur. Selain itu, penggunaan sorgum dengan penambahan tepung daun singkong 3% terbukti dapat meningkatkan bobot telur sebesar 10.79 g dibanding kontrol 10.12 g. Selain dapat meningkatkan bobot telur, penggunaan sorgum sebagai pakan tanpa penambahan tepung daun singkong mampu meningkatkan produksi telur puyuh (Lampiran 1). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sorgum dalam ransum yang memiliki kandungan EM 2900 kkal kg-1 dan protein sekitar 20% mampu menggantikan jagung sebagai sumber energi serta memiliki kandungan protein yang tinggi mampu meningkatkan bobot telur dan produksi telur dibandingkan dengan ransum jagung.
Skor Kuning Telur
9 diberikan dengan level yang sama membantu penambahan nilai warna kuning telur.
Gambar 3 Kuning telur puyuh penelitian. P1(ransum kontrol), P2(Sorgum 50% + TDS 0%), P3(Sorgum 50% + TDS 1.5%), P4(Sorgum 50% + TDS 3%), P5 (Sorgum 50% + TDS 4.5%)
Bobot Putih Telur
Stadelman and Cotteril (1995) putih telur disusun oleh 88% air dan 9.7%-10.6% protein. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot putih telur yang dihasilkan dari ransum penelitian menunjukkan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum yang mengandung energi jagung. Hal ini menunjukkan bahwa sorgum dengan penambahan tepung daun singkong mempengaruhi kualitas telur. Selain itu, protein yang terkandung dalam ransum perlakuan lebih baik dibanding ransum kontrol. Hal ini didukung dengan tingginya konsumsi protein dalam ransum. Yuwanta (2004) menyatakan bahwa berat telur dengan rataan 8-10 g, menghasilkan proporsi kuning telur sebesar 30%-33%, putih telur 52%-60% dan bobot kerabang telur 7%-9%.
Bobot Kerabang Telur
Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot kerabang tidak dipengaruhi ransum perlakuan. Rataan bobot kerabang telur penelitian 0.96±0.09 g, pemberian 3% tepung daun singkong dalam ransum perlakuan memiliki bobot kerabang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Siregar (2008) melaporkan bahwa penggunaan tepung daun singkong mencapai level 10% tidak berpengaruh terhadap bobot kerabang telur. Penyusun utama dalam pembentukan kerabang telur adalah mineral kalsium (Stadelman and Cotteril 1995)
Bobot Kuning Telur
Suprijatna et al. (2005) melaporkan bahwa kuning telur tersusun atas lemak dan protein yang bergabung menjadi lipoprotein, dan sepertiga dari lipoprotein tersebut merupakan fraksi terendah densitas dan disintesis oleh hati melalui hormon esterogen. Penambahan lemak dan protein pada pakan yang sedang berproduksi dapat meningkatkan ukuran kuning telur. Hasil analisa bobot kuning telur dalam penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan akibat perlakuan. Hal ini terjadi karena kandungan lemak dalam pakan seimbang, oleh karena itu tidak terlalu mempengaruhi bobot kuning telur. Anggorodi (1975) menyatakan bahwa bobot telur dipengaruhi oleh protein dan asam amino yang cukup dalam pakan, apabila puyuh diberikan pakan dengan kandungan protein yang rendah dapat menyebabkan pembentukan kuning telur yang kecil (Stadelman and Cotteril 1995).
10
Tebal Kerabang
Hasil analisa menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada kerabang telur. Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian ransum kontrol maupun ransum penelitian memiliki rataan yang relatif sama dalam setiap ulangannya. Rataan tebal kerabang penelitian yaitu 148±46 µ m. Sumber mineral paling utama dalam pembentukkan kerabang adalah kalsium. Stadelman and Cotterill (1995) menyatakan bahwa komponen dasar dalam pembentukkan kerabang telur adalah kalsium (98.2%), magnesium (0.9%), dan fosfor (0.9%).
Haugh Unit
Haugh Unit didapat dari pengukuran tinggi putih telur dan dipengaruhi oleh lama penyimpanan dan suhu lingkungan. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat pengaruh nyata pada taraf 5% dari perlakuan yang diberikan. Hal ini terjadi karena pengamatan dilakukan ketika telur dalam keadaan segar, sehingga nilai menjadi beragam. Hasil menunjukkan adanya Nilai haugh unit dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan Hazim et al.(2010) yang memiliki nilai haugh unit telur puyuh 87.57. Menurut USDA (2000) kualitas telur meningkat sejalan dengan bertambahnya kadar vitamin A dalam ransum. Andarwulan and Koswara (1992) menyatakan bahwa karotenoid merupakan prekursor vitamin A yang dikenal dengan provitamin A, provitamin A yang paling potensial ialah beta karoten. Hasil uji kandungan beta karoten atau yang lebih dikenal dengan provitamin A pada tepung daun singkong dari Balai Besar Industri Agro (2013) adalah 154 mg kg-1 setara dengan 154 µg g-1.
11 provitamin A dalam bentuk beta karoten, sedangkan skor warna telur diperoleh dari pigmen xantofil yang terdapat dalam daun singkong.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sorgum dapat menggantikan jagung sebagai sumber energi dalam ransum dan dapat menghasilkan bobot telur dan produksi telur yang tinggi. Sorgum yang ditambahkan tepung daun singkong terbukti dapat menyeimbangkan kandungan karotenoid yang tersimpan dalam skor warna telur (xantofil) dan kandungan vitamin A (beta karoten). Kandungan vitamin A pada telur tidak berbanding lurus dengan skor kuning telur yang dihasilkan.
Saran
Penggunaan sorgum sebagai sumber energi sangat baik untuk digunakan dalam ransum unggas. Perlu dilakukan peningkatan level pemberian tepung daun singkong untuk menghasilkan skor kuning telur yang tinggi. Peningkatan standar protein ransum sebesar (22%-23%) dengan menggunakan tepung daun untuk meningkatkan produksi telur.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan N, Koswara S. 1992. Kimia VitaminEd 1. Jakarta (ID). Rajawali. Anggorodi HR. 1975. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta (ID).Gramedia
Pustaka Utama.
Ghazvinian K, Irani M, Jamshidi R, Mirzei-Aghsagali A, Siadati SA, Javaheri-Vaighan A. 2011. The effect of energy to protein ration on production performance and characteristics of japanese quails eggs. Annals of Biol Res 2(2):122-128.
Haman N.2013. Performa produksi dan warna kuning telur puyuh jepang yang diberi sorgum putih dan Tepung daun singkong [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Hazim JA, Razuki WM, Al-Hayani WK, Al-Hassani AS. 2010. Effect of dietary linseed on egg quality of laying quail. Int J Poult Sci 9(6): 584-580. Henley EC, Rooney L, Dahlberg J, Bean S, Weller C, Turner W, Awika J, Haub
M, Smail V. 2010. Sorgum: An Ancient, Healthy, and Nutritious Old World Cereal. United Sorgum Checkoff Program.
12
Madalena, Heriyanto, Susanti PH, Leenawati L. 2007. The effect of heating time to the content of pigment and vitamin A in cassava (Manihot esculenta Crantz) and ceara-rubber (Manihot glaziovii Muell. Arg) leaves. Indo.J.Chem 7(1):105-110.
Mahardika G. 2007. Perubahan warna kuning telur itik lokal dengan penambahan tepung kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan tepung daun singkong (Manihot esculenta Crantz) pada pakan [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Myer RO, Gorbet DW, Combs GE. 1986. Nutritive value of high and lowtannin grain sorghums harvested and stored in the high-moisture state for rowing-finishing swine. J.Anim.Sci 62(3):1290-1297.
National Research Council [NRC]. 1994. Nutrient Requirment of Poultry 9th revised edition. Washington DC (US). National Academy Pr.
Odunsi AA, Sanusi TO, Ogunleye JB. 2007. Comparative evaluation of maize, sorghum, millet, and biscuit waste meal as dietary energy sources for laying Japanese quails in a derived savannah zone of Nigeria. Int J Appl Agr Apicultural Res 4 (1&2): 90-96.
Ramli N, Rismawati. 2007. Integrasi tanaman singkong dan ternak unggas. Kapat Komisi Pakan 13-15 Juni 2007. Nutrisi Teknologi Pakan. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Rostagno HS, Featherston WR, Rogler JC. 1973. Studies on the nutritional value of sorghum grains with varying tannin contents for chicks.A. Review. growth studies Poult.Sci 52(2):765-772
Scott ML, Nesheim MC, Young RJ. 1982. Nutrition of the Chicken 3rd Edition. Ithaca. New York (US). M.L. Scott and Association.
Sirappa MP. 2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. J Litb Pert 22 (4):133-140
Siregar B. 2008. Pengaruh penambahan tepung daun singkong (Manihot utilisima crantz) dalam pakan terhadap performans produksi telur puyuh ( Cortunix-cortunix japonica) petelur. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol 11(1):28-33.
Song KT, Choi SH, Oh HR. 2000. A comparison of egg quality of pheasant, chukar, quail, and guinea fowl. Asian-Aus. J.Anim.Sci.13(7):986-990. Stadelman WJ, Cotteril OJ. 1995. Egg Science and Technology. 4th Edition.
Binghamton (US). The Hawort Pr.
Steel RG, Torrie RA. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan B. Soemantri. Jakarta (ID). Gramedia Pustaka Utama.
Suprijatna E, Atmomarsono U, Sudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta (ID). Penebar Swadaya.
USDA. 2000. Egg Grading Manual. Washington DC (US). United States Department of Agricultural Handbook No:75.
Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta (ID). Kanisius.
13 Lampiran 1 Produksi telur, konsumsi pakan, dan konversi pakan telur Puyuh
Variabel P1 P2 P3 P4 P5
Produksi Telur (% HD)
34.67±5.97e 56.06±3.78a 44.08±3.37b 39.72±11.59c 35.52±5.52d
Konsumsi
pakan (g) 18.76±0.62c 20.13±0.16a 19.09±0.43bc 20.59±0.82a 20.04±0.37ab Konversi
pakan 6.30±1.66 4.39±0.24 4.67±0.77 6.42±2.04 5.86±0.96
Haman (2013)
Lampiran 2 Analisis ekonomi
Parameter P1 P2 P3 P4 P5
Konsumsi pakan (g hari-1) 18.76 20.13 19.09 20.59 20.04 Harga pakan (Rp kg-1) 5549.61 4921.13 4897.95 4846.18 4713.74 Biaya pakan (Rp) 4372.65 4160.62 3927.08 4190.88 3967.46 Produksi telur (%) 34.67 56.06 44.08 39.72 35.52 Nilai jual telur puyuh (Rp) 6934 11212 8816 7944 7104 Pendapatan (Rp) 2561.35 7051.38 4888.92 3752.12 3136.54
Haman (2013)
Lampiran 3 Perhitungan % penyerapan vitamin A dalam telur a. Konversi 154 mg kg-1 menjadi mg g-1
b. Betakaroten yang terkandung tiap perlakuan P3:
P4:
P5:
c. Konversi betakaroten menjadi IU vitamin A (1 mg betakaroten= 1667 IU) P3: 2.31 mg 1667 IU = 3850.77 IU
P4: 4.62 mg 1667 IU = 7701.54 IU P5: 6.93 mg 1667 IU = 11552.31 IU d. Persentase vitamin A yang terserap dalam telur
P3:
P4:
P5:
14
Lampiran 4 Analisis sidik ragam bobot telur
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Perlakuan 4 0.917 0.229 5.488 3.478 5.994
Galat 10 0.418 0.042
Total 14 1.335 0.095
db= derajat bebas; JK=Jenis Keragaman; KT= Kuadrat Tengah; Fhit= F hitung; F0.05 dan F0.01= Signifikansi
Lampiran 5 Uji jarak berganda Duncan bobot telur
Perlakuan Subset for alpha = 0.05
1 2 3
1 10.1167
5 10.2467 10.2467
3 10.3400 10.3400
2 10.5633 10.5633
4 10.7867
Sig. 0.245 0.110 0.225
Lampiran 6 Analisis sidik ragam score kuning telur
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Perlakuan 4 80.342 20.085 3.484 3.478 5.994
Galat 10 0.359 0.036
Total 14 80.700 5.764
Lampiran 7 Uji jarak berganda Duncan score kuning telur
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
2 3 1.0833
3 3 3.8900
4 3 5.2167
5 3 6.9200
1 3 7.4867
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Lampiran 8 Analisis sidik ragam bobot putih telur
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Perlakuan 4 0.192 0.048 4.892 3.478 5.994
Galat 10 0.098 0.010
15 Lampiran 9 Uji jarak berganda Duncan bobot putih telur
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
1 3 5.7300
3 3 5.8833 5.8833
5 3 5.9133 5.9133
2 3 6.0067
4 3 6.0467
Sig. 0.080 0.121
Lampiran 10 Analisis sidik ragam tebal kerabang
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Perlakuan 4 0.000059 0.000015 0.281 3.478 5.994
Galat 10 0.000527 0.000053
Total 14 0.000586 0.000042
Lampiran 11 Analisis sidik ragam bobot kerabang telur
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Perlakuan 4 0.0037 1.087 1.964 3.478 5.994
Galat 10 0.0047 0.083
Total 14 0.0084 0.370
Lampiran 12 Analisis sidik ragam bobot kuning telur
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Perlakuan 4 0.155 0.039 3.170 3.478 5.994
Galat 10 0.122 0.012
Total 14 0.277 0.020
Lampiran 13 Analisis sidik ragam Haugh Unit
Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01
Perlakuan 4 4.350 1.087 13.179 3.478 5.994
Galat 10 0.825 0.083
Total 14 5.175 0.370
Lampiran 14 Uji Jarak Berganda Duncan Haugh Unit
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
2 3 89.4600
4 3 90.3133
3 3 90.5533 90.5533
5 3 90.7733 90.7733
1 3 91.0133
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu, Jawa Barat tanggal 5 April 1991 sebagai anak ketiga dari 4 bersaudara pasangan Bapak Paulus Sugiman dan Ibu Cresentia Sutinem (Alm). Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kandanghaur, Indramayu dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Lembaga Kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (KeMaKI) tahun 2009-2013, Koordinator Koor Mahasiswa Katolik IPB 2010/2011, Wakil Ketua Lembaga Kemahasiswaan
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB 2011/2012. Penulis pernah menjadi Peserta IPB Goes to Field (IGTF) di Kecamatan Tlogohendro, Pekalongan pada tahun 2010, mengikuti Magang Laboratorium Mikrobiologi Departemen Nutrisi dan Teknologi Pakan dan PT Sierad Produce tahun 2012, dan salah satu penerima Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan yang berjudul “Aquatown City” tahun 2012.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Substitusi Jagung dengan Sorgum yang ditambahkan Tepung Daun Singkong terhadap Kualitas Telur Puyuh” dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Rita Mutia M.Agr selaku dosen pembimbing utama dan kepada Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah MS selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing anggota, atas bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih kepada Dr. Supriyanto yang telah memberi semangat, motivasi, dan dukungan secara finansial sehingga penelitian dapat terlaksana dengan lancar. Terima kasih kepada SEAMEO BIOTROP yang telah memberikan tempat sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan baik. Terima kasih untuk Ibu Neneng (BBIA) yang telah membantu dalam pengamatan vitamin A. Terima kasih kepada Dr.Ir. Muhammad Ridla M.Agr dan Dr. Zakaria S.Pt., MSi selaku penguji sidang sarjana, serta terimakasih kepada Dr. Ir. Widya Hermana MSi sebagai dosen penguji seminar (23 Juli 2013) dan panitia sidang (05 Desember 2013).
Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada ayahanda tercinta Paulus Sugiman serta kakak adik terkasih Valentina Cres Paulin, Odilia Cresty Septiani, dan Fidelis Cres Fina Ningsih yang selalu mendoakan, memberi semangat, motivasi, mengingatkan, dan kasih sayang tak terhingga. Terima kasih untuk Alm. Mama Cresentia S yang selalu mendoakan penuh. Terima kasih kepada sahabat terkasih Mona, Ari, Tamada, Wiwik, Nita, Patricia, Regina, Basa, Dhito, KeMaKI, puella domini, Jubed, Fitri, Ayu, Nita, Nutritiousz46, dan teman satu penelitian Nur Haman atas kerja sama, dukungan, dan semangat. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan pengalaman berharga hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaaat terutama bagi dunia peternakan.
Bogor, Januari 2014