• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Diikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Agunan Dalam Perjanjian Kredit Yang Diikat Dengan Akta Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Yang Berdiri Di Atas Tanah Otorita Batam"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

AGUNAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DI IKAT DENGAN AKTA JAMINAN FIDUSIA TERHADAP BANGUNAN YANG

BERDIRI DI ATAS TANAH OTORITA BATAM

TESIS

Oleh

YOSEPHINA HOTMA VERA

067011129/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

AGUNAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DI IKAT DENGAN AKTA JAMINAN FIDUSIA TERHADAP BANGUNAN YANG

BERDIRI DI ATAS TANAH OTORITA BATAM

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotaritan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

YOSEPHINA HOTMA VERA

067011129/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Telah di uji pada

Tanggal : 28 Februari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

Anggota : 1. Dr. Sunarmi, SH, MHum

2. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

3. Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS

(4)

Judul Tesis : AGUNAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DI IKAT DENGAN AKTA JAMINAN FIDUSIA TERHADAP BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS TANAH OTORITA BATAM

Nama Mahasiswa : Yosephina Hotma Vera Nomor Pokok : 067011129

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) Ketua

(Dr. Sunarmi, SH, MHum) (Chairani Bustami, SH, SpN, MKn)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)

(5)

ABSTRACT Batam is one island residing in between water territory of Straits and Malacca

Straits Singapore. Where phenomenon’s happened in Otorita Batam hitting’’ collateral in credit agreement which in tie fiduciary guarantee act to building to ground Otorita Batam’’ where cordage of fiduciary guarantee object which in the form of building composing by right of management of Otorita Batam differing from cordage which there are in other area where at other area usually fiduciary guarantee in the form of movable goods is not building composing above Land. Where in this case will lift some problems of inter alias; Is arrangement of object available for made by is fiduciary guarantee according to Number [code / law] ; 42 Year 1999 Concerning Fiduciary guarantee have accommodated growth of public specially in island Batam? How its legal consequences to object is not beiger as fiduciary guarantee object specially to building stading to Rights farm of management of Batam Industrial Development Authority area of Island Batam? What cordage of fiduciary guarantee act to collateral in credit agreement in Island Batam?

This research have the character of Descriptive . Kind of research which applied is method of approach of juridical normative, meanwhile for supporting research of normatif in doing interview with a few guest speaker through interview to the side of Otorita Bank and Notary PPAT. What is expected can study exhaustively main can do. Material problems from this research is secondary which done by mustering material in the form of material punishing primary, secondary law material, and law material tarsier. Bay applies deductive method, and also in presenting in the form of descriptive analyzed.

Growth Of building guarantee composing above land (of) Rights of management of Otorita Batam which in tie With Fiduciary guarantee deed so far don’t generate negative impact and in the growth run with good, along the length of the guarantee is harmless and entangle land owner that is Otorita Batam itself. Effect punishing to unmovable goods taken as object in fiduciary guarantee Deed for stand up above land (of) Rights Management of Otorita Batam, along the length of not happened things harming owner of rights management, run is good sealing with growth of public economics in Batam. Same with provinces area other of building composing to soil; land; ground which cannot in burdening with Deeds of [Gift / Giving] of Responsibilities rights (APHT) earn in doing cordage of the guarantee fiduciaryly. Legal consequences from cordage like this in protected by [Code / Law] No. 42 year 1999 concerning guarantee fiduciary. Cordage fiduciary guarantee act to building composing above land (of) rights of management of Otorita Batam done by using instrument so-called with fiduciary guarantee act that is in tie by weaning grouse the cordage the act like other fiduciaries guarantees which in external ties of Island Bantam, what making the Difference only The guarantee object is just. Where in area Otorita Batam the side of Bank receive building as Guarantee object above land (of) right management of Otorita Batam.

(6)

ABSTRAK

Batam adalah salah satu pulau yang berada di antara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura.di mana fenomena yang terjadi di Otorita Batam mengenai “agunan dalam perjanjian kredit yang di ikat dengan akta jaminan fidusia terhadap bangunan yang berdiri di atas tanah Otorita Batam”di mana pengikatan objek jaminan fidusia yang berupa bangunan yang berdiri di atas hak pengelolaan Otorita Batam berbeda dengan pengikatan yang terdapat di daerah daerah lainnya dimana pada daerah lainnya biasanya jaminan fidusia berupa benda bergerak bukan bangunan yang berdiri di atas tanah. Dalam hal ini akan mengangkat beberapa permasalahan antara lain : apakah pengaturan objek yang dapat di jadikan jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor : 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia telah mengakomodasi perkembangan masyarakat khusus nya di Pulau Batam? bagaimanakah akibat hukumnya terhadap benda tidak bergerak sebagai objek jaminan fidusia khususnya terhadap bangunan yang berdiri di atas lahan Hak Pengelolaan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam? bagaimana pengikatan akta jaminan fidusia atas agunan dalam perjanjian kredit di Pulau Batam?

Penelitian ini bersifat Deskriptif. Jenis penelitian yang di gunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif, sementara untuk mendukung penelitian normatif di lakukan wawancara dengan beberapa narasumber melalui wawancara kepada pihak Otorita Batam, bank dan notaris / ppat. Yang di harapkan dapat membahas secara mendalam permasalahan yang ada. Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang di lakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Dengan menggunakan metode deduktif serta di sajikan dalam bentuk deskriptif analitis.

Perkembangan terhadap jaminan yang berupa bangunan yang berdiri di atas tanah Hak Pengelolaan Otorita Batam yang di ikat dengan Akta Jaminan Fidusia sejauh ini tidak menimbulkan dampak yang negatif dan dalam perkembangannya berjalan dengan baik, sepanjang jaminan tersebut tidak merugikan dan melibatkan pemilik tanah yaitu Otorita Batam itu sendiri. Akibat hukum terhadap benda tidak bergerak yang di jadikan objek di dalam Akta Jaminan Fidusia yang berdiri di atas tanah Hak Pengelolaan Otorita Batam, sepanjang tidak terjadi hal-hal yang merugikan pemilik hak pengelolaan, berjalan baik sejalan dengan perkembangan ekonomi masyarakat di Pulau Batam. Sama dengan daerah provinsi-provinsi lainnya. Bangunan yang berdiri diatas tanah yang tidak dapat di bebankan dengan akta pemberian hak tanggungan (apht) dapat di lakukan pengikatan jaminannya secara fidusia. Akibat hukum dari pengikatan seperti ini di lindungi oleh Undang-undang, khususnya Undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Pengikatan akta jaminan fidusia atas bangunan yang berdiri di atas tanah hak pengelolaan Otorita Batam dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disebut dengan akta jaminan fidusia yaitu di ikat dengan memakai groose akta pengikatannya seperti jaminan-jaminan fidusia yang lainnya yang di ikat diluar Pulau Batam, yang membuat perbedaannya hanya Objek Jaminannya saja. Di mana di Pulau Batam pihak Bank menerima bangunan sebagai objek jaminan di atas tanah hak pengelolaan Otorita Pulau Batam.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa penuh kasih dan anugerah, karena atas kasih karunia-Nya juga sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah berbentuk Tesis dengan judul : “AGUNAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DI IKAT DENGAN AKTA JAMINAN FIDUSIA TERHADAP BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS TANAH TORITA PULAU BATAM “, dalam rangka memenuhi persyaratan akademik pada Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya Tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan dalam proses penyusunan hingga rampungnya tesis ini, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(8)

4. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum, dan Ibu Chairani Bustami, SH, SpN, M.Kn, sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamelo, SH. MS, dan Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum selaku Komisi Penguji Tesis.

6. Seluruh dosen yang mengajar pada Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

7. Para Staff Sekretariat Program Studi Magister Kenotariatan yang telah banyak membantu penulis selama menekuni kuliah sampai menyelesaikan kuliah di Universitas Sumatera Utara.

8. Rekan-rekan sekelas regular khusus angkatan 2007 yakni, Rina Aceh, Rikha, Susanna, Yanti, Urie, Rina Jambi dan Timbul, yang sudah mendukung dan menjadi teman-teman yang saling melengkapi dan sangat baik.

9. Mertua papi dan mami Rooseno, dan seluruh saudara-saudara penulis baik di Medan, Pulau Batam, Tanjung Pinang, Jakarta serta Jember.

10. Suami penulis yang dengan penuh kasih dan pengorbanan sudah mendukung penulis mulai kuliah sampai dengan selesai Herry Wahyu Andradjadi dan ketiga putri yang sangat cantik dan pengertian, Michelle, Monica dan Madeline.

11. Pimpinan PT. Bangun Arsikon Batindo tempat penulis bekerja, yang dengan penuh pengertian dan segala kebaikan yang tulus telah memberikan ijin ketika penulis selama kurang lebih 2 tahun pulang pergi Batam – Medan – Batam yakni Bapak Ir Cahya dan seluruh rekan-rekan sekantor di Batam.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yosephina Hotma Vera

Tempat / Tanggal Lahir : Tg. Pinang / 22 Nopember 1967

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Legal Corporate PT. Bangun Arsikon Batindo Pulau Batam

Alamat : Komp. Trikarsa Ekualita Blok C No. 10 Batam Centre – Pulau Batam

Hobby : Membaca, Petualangan, Belanja

Asal S1 : Fakultas Hukum, Universitas Kristen Indonesia

Jakarta, 1992

Keluarga : Ayah – Mangara Panjaitan (+) Ibu – Carolina Panggabean (+)

Suami – Herry Wahyu Andradjadi, SH Anak 1 – Michelle Hana Andradjadi Anak 2 – Monica Theresa Andradjadi Anak 3 – Madeline Eunike Andradjadi

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Keaslian Penelitian ... 3

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 4

G. Metode Penelitian ... 13

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 13

2. Lokasi Penelitian... 13

3. Sumber Data Penlitian ... 13

4. Teknik Pengumpulan Data... 14

5. Analisis Data ... 14

BAB II JAMINAN FIDUSIA DALAM HUKUM JAMINAN DI INDONESIA ... 15

(11)

B. Pengalihan dan Hapusnya Jaminan Fidusia ... 16

C. Eksekusi Jaminan Fidusia ... 17

D. Perkembangan Jaminan Fidusia dan Kebutuhan Masyarakat 17 BAB III PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA TERHADAP BANGUNAN YANG BERDIRI DIATAS LAHAN HAK PENGELOLAAN PULAU BATAM ... 19

A. Sistem Pemerintahan Otorita Batam ... 19

B. Hak Pengelolaan Lahan Otorita Batam... 20

C. Kewenangan Otorita Batam... ... 21

D. Jaminan Fidusia Terhadap Bangunan Diatas Lahan Hak Pengelolaan Otorita Pulau Batam ... 22

E. Akibat Hukum Terhadap Benda tidak bergerak sebagai Jaminan Fidusia... 22

BAB IV PERJANJIAN KREDIT DENGAN AKTA PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DI OTORITA BATAM ... 24

A. Perjanjian Kredit Diotorita Pulau Batam ... 24

B. Penilaian Agunan Dalam Perjanjian Kredit ... 27

C. Akta Jaminan Fidusia Atas Agunan Dalam Perjanjian Kredit Di Otorita Pulau Batam... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

A. Kesimpulan ... 31

B. Saran ... 31

(12)

ABSTRACT Batam is one island residing in between water territory of Straits and Malacca

Straits Singapore. Where phenomenon’s happened in Otorita Batam hitting’’ collateral in credit agreement which in tie fiduciary guarantee act to building to ground Otorita Batam’’ where cordage of fiduciary guarantee object which in the form of building composing by right of management of Otorita Batam differing from cordage which there are in other area where at other area usually fiduciary guarantee in the form of movable goods is not building composing above Land. Where in this case will lift some problems of inter alias; Is arrangement of object available for made by is fiduciary guarantee according to Number [code / law] ; 42 Year 1999 Concerning Fiduciary guarantee have accommodated growth of public specially in island Batam? How its legal consequences to object is not beiger as fiduciary guarantee object specially to building stading to Rights farm of management of Batam Industrial Development Authority area of Island Batam? What cordage of fiduciary guarantee act to collateral in credit agreement in Island Batam?

This research have the character of Descriptive . Kind of research which applied is method of approach of juridical normative, meanwhile for supporting research of normatif in doing interview with a few guest speaker through interview to the side of Otorita Bank and Notary PPAT. What is expected can study exhaustively main can do. Material problems from this research is secondary which done by mustering material in the form of material punishing primary, secondary law material, and law material tarsier. Bay applies deductive method, and also in presenting in the form of descriptive analyzed.

Growth Of building guarantee composing above land (of) Rights of management of Otorita Batam which in tie With Fiduciary guarantee deed so far don’t generate negative impact and in the growth run with good, along the length of the guarantee is harmless and entangle land owner that is Otorita Batam itself. Effect punishing to unmovable goods taken as object in fiduciary guarantee Deed for stand up above land (of) Rights Management of Otorita Batam, along the length of not happened things harming owner of rights management, run is good sealing with growth of public economics in Batam. Same with provinces area other of building composing to soil; land; ground which cannot in burdening with Deeds of [Gift / Giving] of Responsibilities rights (APHT) earn in doing cordage of the guarantee fiduciaryly. Legal consequences from cordage like this in protected by [Code / Law] No. 42 year 1999 concerning guarantee fiduciary. Cordage fiduciary guarantee act to building composing above land (of) rights of management of Otorita Batam done by using instrument so-called with fiduciary guarantee act that is in tie by weaning grouse the cordage the act like other fiduciaries guarantees which in external ties of Island Bantam, what making the Difference only The guarantee object is just. Where in area Otorita Batam the side of Bank receive building as Guarantee object above land (of) right management of Otorita Batam.

(13)

ABSTRAK

Batam adalah salah satu pulau yang berada di antara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura.di mana fenomena yang terjadi di Otorita Batam mengenai “agunan dalam perjanjian kredit yang di ikat dengan akta jaminan fidusia terhadap bangunan yang berdiri di atas tanah Otorita Batam”di mana pengikatan objek jaminan fidusia yang berupa bangunan yang berdiri di atas hak pengelolaan Otorita Batam berbeda dengan pengikatan yang terdapat di daerah daerah lainnya dimana pada daerah lainnya biasanya jaminan fidusia berupa benda bergerak bukan bangunan yang berdiri di atas tanah. Dalam hal ini akan mengangkat beberapa permasalahan antara lain : apakah pengaturan objek yang dapat di jadikan jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor : 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia telah mengakomodasi perkembangan masyarakat khusus nya di Pulau Batam? bagaimanakah akibat hukumnya terhadap benda tidak bergerak sebagai objek jaminan fidusia khususnya terhadap bangunan yang berdiri di atas lahan Hak Pengelolaan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam? bagaimana pengikatan akta jaminan fidusia atas agunan dalam perjanjian kredit di Pulau Batam?

Penelitian ini bersifat Deskriptif. Jenis penelitian yang di gunakan adalah metode pendekatan yuridis normatif, sementara untuk mendukung penelitian normatif di lakukan wawancara dengan beberapa narasumber melalui wawancara kepada pihak Otorita Batam, bank dan notaris / ppat. Yang di harapkan dapat membahas secara mendalam permasalahan yang ada. Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang di lakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Dengan menggunakan metode deduktif serta di sajikan dalam bentuk deskriptif analitis.

Perkembangan terhadap jaminan yang berupa bangunan yang berdiri di atas tanah Hak Pengelolaan Otorita Batam yang di ikat dengan Akta Jaminan Fidusia sejauh ini tidak menimbulkan dampak yang negatif dan dalam perkembangannya berjalan dengan baik, sepanjang jaminan tersebut tidak merugikan dan melibatkan pemilik tanah yaitu Otorita Batam itu sendiri. Akibat hukum terhadap benda tidak bergerak yang di jadikan objek di dalam Akta Jaminan Fidusia yang berdiri di atas tanah Hak Pengelolaan Otorita Batam, sepanjang tidak terjadi hal-hal yang merugikan pemilik hak pengelolaan, berjalan baik sejalan dengan perkembangan ekonomi masyarakat di Pulau Batam. Sama dengan daerah provinsi-provinsi lainnya. Bangunan yang berdiri diatas tanah yang tidak dapat di bebankan dengan akta pemberian hak tanggungan (apht) dapat di lakukan pengikatan jaminannya secara fidusia. Akibat hukum dari pengikatan seperti ini di lindungi oleh Undang-undang, khususnya Undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Pengikatan akta jaminan fidusia atas bangunan yang berdiri di atas tanah hak pengelolaan Otorita Batam dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disebut dengan akta jaminan fidusia yaitu di ikat dengan memakai groose akta pengikatannya seperti jaminan-jaminan fidusia yang lainnya yang di ikat diluar Pulau Batam, yang membuat perbedaannya hanya Objek Jaminannya saja. Di mana di Pulau Batam pihak Bank menerima bangunan sebagai objek jaminan di atas tanah hak pengelolaan Otorita Pulau Batam.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batam adalah salah satu pulau yang berada di antara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Tidak ada literatur yang dapat menjadi rujukan dari mana nama Batam diambil. Satu-satunya sumber yang dengan jelas menyebutkan nama Batam dan masih dapat di jumpai sampai saat ini adalah Traktat London (1824)

Tujuan pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Untuk mencapai maksud tersebut di pembangunan di segala bidang, salah satunya pembangunan dalam bidang ekonomi yang tentu pembangunan dalam bidang ekonomi akan mendorong kemajuan bidang-bidang lainnya dalam tatanan kehidupan bangsa dan Negara.1

Problematika pertanahan terus mencuat dalam dinamika kehidupan masyarakat. Berbagai daerah di nusantara tentunya memiliki karateristik permasalahan pertanahan yang berbeda di antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Keadaan ini semakin nyata sebagai konsekuensi dari dasar pemahaman dan pandangan orang Indonesia terhadap tanah. Kebanyakan orang Indonesia memandang tanah sebagai sarana tempat tinggal dan memberikan penghidupan, sehingga tanah mempunyai fungsi yang sangat penting.

1

(15)

Dalam penyediaan dan pemberian tanah itu, pemegang haknya diberi kewenangan untuk melakukan kegiatan yang merupakan sebagian kewenangan negara. Sehubungan dengan itu, hak pengelolaan pada hakikatnya bukan hak atas tanah, melainkan merupakan “gempilan” hak menguasai dan negara. hak pengelolaan misalnya telah di berikan kepada Industrial Estate Rungkut Surabaya, Perum Perumnas, dan Otorita Batam.2

Penetapan status Pulau Batam sebagai zona industri lewat Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam tidak saja membuat perubahan dalam pola kebijakan di bidang industri tetapi juga kebijakan di bidang pertanahan. Dengan perubahan status tersebut kebijakan pertanahan menjadi kewenangan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, untuk selanjutnya disebut Otorita Batam, dengan pemberian hak pengelolaan.

Terhadap hal ini, Otorita Batam mengacu pada keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam yang memberikan kewenangan kepada Otorita Batam termasuk kewenangan di bidang pertanahan.

Pulau Batam sebagai bagian dari wilayah Indonesia, tidak terlepas dari fenomena semacam ini. Berbagai kasus tanah masih menyisakan persoalan-persoalan yang mau tidak mau harus diselesaikan secara bijak.

Di tengah sulitnya akses untuk memperoleh hunian yang layak, sementara kebutuhan akan perumahan semakin tak terelakkan, maka jalan untuk mendirikan

2

(16)

tempat tinggal di atas tanah negara yang bukan di peruntukkan untuk pemukiman menjadi pilihan yang banyak di pilih masyarakat Pulau Batam. Hal ini didukung oleh lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah. Akibatnya rumah-rumah liar pun bermunculan, tanpa usaha untuk membendungnya.3

Status hukum hak pengelolaan atas seluruh areal yang terletak di Pulau Batam termasuk dalam gugusan Pulau Janda Berhias, Pulau Tanjung Sauh, Pulau Negenang, Pulau Kasu dan Pulau Moi – Moi, yang di peroleh Otorita Batam berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 1977 tanggal 18 February 1977 menjadi dipertanyakan, termasuk kewenangan bidang pertanahan di Pulau Rempang dan Galang.

Dalam praktek perbankan dikenal beberapa jaminan kebendaan yang sering digunakan dan masih berlaku sehubungan dengan pemberian kredit, antara lain Gadai sebagai jaminan atas benda-benda bergerak (Pasal 1150 - 1161 Kitab Undang Undang Hukum Perdata), Hipotek sebagai jaminan atas benda benda tetap selain tanah (pasal 1162 - Pasal 1232 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), Hak Tanggungan sebagai jaminan atas tanah (Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta benda-benda lain yang berkaitan dengan Tanah), Cessie sebagai jaminan untuk utang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya (Pasal 613 Kitab

3

(17)

Undang-Undang Hukum Perdata) dan Jaminan Fidusia (Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia).4

Permasalahan tersebut juga berhubungan dengan bangunan perumahan/kawasan pemukiman yang didirikan diatas tanah dengan status hak pengelolaan Otorita Batam. Bertalian dengan isi pengertian didalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia yang berbunyi sebagai berikut:5

“Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan atau akta hipotek.”

Maka dalam praktek perkembangannya bangunan yang berdiri di atas tanah/lahan hak pengelolaan Otorita Batam meskipun belum memiliki sertipikat (surat tanda bukti hak) tetapi dapat dijadikan jaminan hutang/kredit dengan menggunakan akta jaminan fidusia.

Fidusia merupakan istilah yang sudah lama di kenal dalam bahasa Indonesia. Begitu pula istilah ini digunakan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dalam terminologi Belanda istilah ini sering disebut secara lengkap yaitu Fiduciare Eigendom Overdracht (F.E.O.) yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan. Sedangkan dalam istilah bahasa Inggris disebut Fiduciary

4

Rohaya sitanggang, Op.Cit hal 5.

5

(18)

Transfer of Ownership. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia terdapat berbagai pengaturan mengenai fidusia diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun telah memberikan kedudukan fidusia sebagai lembaga jaminan yang diakui undang-undang. Pada Pasal 12 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa, 1. Rumah susun berikut tanah tempat bangunan itu berdiri serta benda lainnya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dapat di jadikan jaminan utang dengan :

a. di bebani hipotek, jika tanahnya hak milik atau

b. HGB di bebani fidusia, jika tanahnya hak pakai atas tanah.

Jaminan Fidusia diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia ini memberikan kedudukan yang diutamakan privilege kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.

Pninsip kehati-hatian ini sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 t.entang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998), yang berbunyi sebagai berikut ;

“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umura wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang di perjanjikan”.

(19)

watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dan nasabah debitur Mengingat agunan adalah salah satu unsur pemberian kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan nasabah debitur mengembalikan utangnya, agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Namun, mengingat adanya jangka waktu antara pemberian kredit oleh bank dengan pengembalian kredit oleh debitur kepada bank maka bank juga dapat meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai yang biasa disebut agunan atau jaminan tambahan6

Mengingat pentingnya pemahaman yang komprehensif dalam menyikapi problematika bangunan sebagai jaminan yang diagunkan dengan akta jaminan fidusia sebagai jaminan hutang/kredit, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan menjadikan problematika terhadap bangunan yang berdiri diatas lahan di Pulau Batam ini sebagai topik penyusunan tesis.

B. Perumusan Masalah

Sebagaimana yang telah di uraikan di atas materi yang diatur dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia terlalu sumir, sehingga menimbulkan persoalan-persoalan hukum yang membutuhkan suatu pemecahan tersendiri. Persoalan tersebut antara lain

6

(20)

yang berkaitan dengan masalah pendaftaran dan ketidakjelasan objek fidusia itu sendiri secara umum dan di Pulau Batam khususnya.

Berdasarkan hal tesebut, peneliti ingin mengetengahkan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah pengaturan objek yang dapat di jadikan jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor : 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia telah mengakomodasi perkembangan masyarakat khususnya di Pulau Batam

2. Bagaimanakah akibat hukumnya terhadap benda tidak bergerak sebagai objek jaminan fidusia khususnya terhadap bangunan yang berdiri diatas lahan Hak Pengelolaan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam?

3. Bagaimana pengikatan akta jaminan fidusia atas agunan dalam perjanjian kredit di Pulau Batam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaturan objek yang dapat dijadikan jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor : 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia telah mengakomodasi perkembangan masyarakat di Pulau Batam.

(21)

3. Untuk mengetahui pengikatan akta jaminan fidusia atas agunan dalam perjanjian kredit di Pulau Batam..

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan manfaat yang diharapkan adalah : 1. Kegunaan Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya perkembangan hukum jaminan.

2. Kegunaan Praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan bagi pemerintah, pelaku usaha maupun masyarakat dalam memahami mengenai hukum jaminan, khususnya jaminan fidusia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian pada kepustakaan, khususnya di lingkungan perpustakaan Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian yang menyangkut masalah : “AGUNAN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DI IKAT DENGAN AKTA JAMINAN FIDUSIA TERHADAP BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS TANAH OTORITA BATAM”.

(22)

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Seiring dengan perkembangan masyarakat, hukum pun mengalami perkembangan. Bahkan hukum selalu tertatih-tatih mengikuti perkembangan masyarakat. Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori7.

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang terjadi. Penelitian ini berusaha memahami jaminan fidusia secara yuridis, artinya memahami objek penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum sebagaimana yang di tentukan dalam yurisprudensi dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum jaminan. Kerangka teori yang di maksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, dan pandangan dari para peneliti ilmu hukum di bidang hukum jaminan pada umumnya dan hukum jaminan fidusia pada khususnya serta hukum kebendaan lainnya, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian penelitian ini.

Teori yang di gunakan adalah bahwa perubahan masyarakat harus diikuti oleh perubahan hukum. Hal ini mengingat bahwa hukum berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Perubahan masyarakat di bidang hukum

7

(23)

jaminan harus berjalan dengan teratur dan diikuti dengan pembentukan norma-norma sehingga dapat berlangsung secara harmonis. Perubahan hukum jaminan fidusia tertjadi secara sistematik melalui kebiasaan, yurisprudensi dan kemudian dikukuhkan dalam undang-undang tersendiri.8

Dalam penelitian ini, teori fidusia yang menjadi pedoman adalah perjanjian pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa hak kepemilikan atas benda yang dialihkan itu tetap berada dalam penguasaan si pemilik benda9. Dengan adanya perjanjian jaminan fidusia maka hak jaminan tersebut memiliki sifat accessor dan berkarakter sebagai hak kebendaan. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa dalam perjanjian jaminan fidusia, konstruksi yang terjadi adalah pemberi jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik manfaat sedangkan penerima jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik yuridis.

1. Perjanjian Kredit

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tidak dijelaskan tentang pengertian perjanjian kredit, tetapi diatur tentang pengertian kredit10 sebagai berikut :

”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam

8

Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Alumni, Medan 2004. hal 17.

9

Tan Kamelo, Op.cit., hal., 18.

10

(24)

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara bank dengan debitur untuk memberikan pinjaman sejumlah dana kepada debitur. Pemberian kredit sangat beresiko tinggi karena begitu kredit sudah berada di tangan kreditur, pihak bank tidak dapat mendeteksi lebih jauh terhadap uang tersebut, sehingga mungkin saja terjadi sesuatu yang tidak di inginkan di kemudian hari, karenanya dalam menyalurkan dana tersebut bank harus melaksanakan azas-azas perkreditan yang sehat dan azas-azas kehati-hatian serta perlu penilaian yang seksama dari berbagai faktor dalam setiap pertimbangan permohonan kredit, dengan maksud agar sejak awal telah ada upaya pencegahan dan pengurangan resiko itu.

Dalam praktek perbankan ketentuan dan isi serta penentuan klausula-klausula perjanjian kredit biasanya dibuat berdasarkan suatu persetujuan. Menurut Undang-Undang Hukum Perdata11 suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.

Di antara para pihak yaitu pihak bank sebagai kreditur dengan calon debitur saja yang biasanya bentuk, jenis, isi, persyaratan klausula serta kriteria dalam penentuan kategori ingkar janji, dapat dikatakan bahwa tidak ada keseragaman dalam perjanjian kredit bagi semua bank.

Bank harus menutup celah yang memungkinkan si debitur maupun pihak-pihak yang berkepentingan untuk menghindar dari kewajiban dan tanggung jawabnya

11

(25)

terhadap bank atas kredit yang diterima. Masalah yang di perhatikan bukan saja kebenaran hak/nilai jaminan itu sendiri, tetapi juga apakah jaminan tersebut betul betul bebas dari ikatan kepada pihak lain dalam bentuk apapun sehingga apabila terjadi kegagalan atas kredit tersebut bank semata-mata hanya berhadapan dengan debitur. Pengikatan harus dilakukan dengan tingkat kepastian yang tinggi, sehingga pelaksanaan penyelesaian secara hukum tanpa cacat sedikitpun.

Jaminan diminta oleh bank karena memperhitungkan kemungkinan kegagalan kredit karena faktor diluar dugaan dan jaminan itu sendiri gunanya adalah untuk menghindarkan kerugian bagi bank atas kemungkinan kegagalan-kegagalan tersebut. Oleh karena jaminan merupakan benteng terakhir bagi keselamatan kredit, maka atas semua barang-barang yang diajukan sebagai jaminan harus diteliti secara cermat baik segi yuridis maupun fisik sehingga terjaminnya kegiatan hukum pengikatan dan nilai (taksiran) yang tepat dan cukup hasil penjualannya untuk melunasi jumlah kewajibannya apabila penerima fasilitas tersebut cidera janji, tidak menyelesaikan kewajibannya pada batas waktu yang ditentukan.

2. Dalam Perjanjian Jaminan a. Agunan / Jaminan

(26)

Pengaturan umum tentang jaminan ini ada didalam ketentuan KUHP Perdata12, di mana ditentukan bahwa :

“Segala kebendaaan pihak yang berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”

Jadi hak – hak tagihan seorang kreditur di jamin dengan :

a. Semua barang – barang debitur yang sudah ada, artinya yang sudah ada pada saat hutang dibuat, semua barang yang akan ada, disini berarti barang – barang yang pada waktu pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan debitur, tetapi dikemudian hari menjadi miliknya. dengan perkataan lain hak kreditur meliputi barang – barang yang akan menjadi milik debitur, asal di kemudian hari benar – benar menjadi milik debitur. b. Baik barang bergerak maupun tak bergerak

Ini menunjukkan bahwa piutang kreditur menindih pada seluruh harta debitur tanpa kecuali13.

Dari Pasal 1131 KUHP Perdata, dapat disimpulkan asas – asas hubungan ekstern kreditur sebagai berikut :

12

Pasal 1131, Buku Ketiga, Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.

13

(27)

a. Seorang kreditur boleh mengambil pelunasan dari setiap bagian dari setiap bagian dari harta kekayaan debitur.

b. Setiap bagian kekayaan debitur dapat dijual guna pelunasan tagihan kreditur.

c. Hak tagihan kreditur hanya di jamin dengan harta benda debitur saja, tidak dengan “person debitur”.

Jaminan seperti diatas diberikan kepada setiap kreditur dan karenanya disebut jaminan umum. Setiap kreditur menikmati hak jaminan umum seperti itu.

Menurut J. Satrio14 bahwa dalam jaminan umum tersimpul adanya persamaan hak, persamaan kedudukan para kreditur terhadap seorang debitur, tidak ada yang di istimewakan, sekalipun di antara mereka mungkin ada yang mempunyai tagihan lebih tua – lebih dahulu adanya – daripada yang lain. Kongkritnya seorang kreditur pada asasnya tak berhak menuntut pelunasan lebih dahulu tagihannya atas dasar bahwa tagihannya ada lebih dahulu dari yang lain. kedudukan kreditur tidak ditentukan oleh umur tagihan, semua kreditur dalam pemenuhan tagihannya mempunyai kedudukan yang sama. Umur atau lahirnya hak tagihan lebih dahulu, pada asasnya tidak memberikan suatu kedudukan yang lebih baik kepada kreditur yang bersangkutan.

Kalimat terakhir Pasal 1132 di atas menunjukkan, bahwa atas asas persamaan antara kreditur bisa terjadi penyimpangan-penyimpangan atas dasar adanya hak-hak yang di dahulukan, yaitu dalam hal seorang kreditur mempunyai hak-hak jaminan

14

(28)

khusus, berupa hak yang memberikan kepada kreditur kedudukan yang lebih baik di bandingkan kreditur lain dalam pelunasan hutangnya, sehingga kreditur pemegang jaminan khusus ini relatif lebih terjamin dalam pemenuhan tagihannya.

Pada pokoknya terdapat 2 (dua) asas pemberian jaminan bila ditinjau dari sifatnya yaitu :

a. Jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada setiap kreditur, hak-hak tagihan mana tidak mempunyai hak saling mendahului (konkruen) antara kreditur yang satu dengan kreditur lainnya. b. Jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur

kepada kreditur secara khusus, hak – hak tagihan mana mempunyai hak mendahului sehingga kreditur pemegang jaminan khusus berkedudukan sebagai kreditur privilege (hak preferent).15

Faktor jaminan atau agunan dalam dunia perbankan merupakan jaminan yang berfungsi untuk mengambil pelunasan dari agunan tersebut. Mengenai pentingnya suatu jaminan oleh kreditur atas suatu pemberian kredit, tidak lain adalah salah satu upaya untuk mengantisipasi resiko yang mungkin timbul dalam tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit tersebut.

15

(29)

b. Jenis – Jenis Jaminan

Pada dasarnya jenis jaminan menjadi 2 (dua) yaitu terdiri dari jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.

Pada jaminan perorangan terdapat pihak tertentu yang sanggup membayar atau memenuhi prestasi apabila debitru cidera janji. Jaminan perorangan ini tunduk pada ketentuan hukum perjanjian yang diatur dalam Buku III Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.

Jaminan perorangan ini pada dasarnya adalah penanggungan hutang yang diatur dalam Pasal 1820 – 1850 KUHP Perdata, yang biasa disebut juga dengan borgtocht atau personal guarantee hukum dengan menjadi penjamin suatu hutang

debitur tertentu yang dikenal dengan nama penanggungan hutang perusahaan atau corporate guarantee.

Pada jaminan yang bersifat kebendaan terdapat benda tertentu yang di jadikan sebagai jaminan. Ilmu hukum tidak membatasi kebendaan yang dapat di jadikan jaminan, hanya saja kebendaan yang di jaminkan tersebut haruslah merupakan milik dari pihak yang memberikan jaminan kebendaan tersebut.

Jaminan kebendaan ini menurut sifatnya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu jaminan dengan benda berwujud (berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak) dan jaminan dengan benda tidak berwujud (dapat berupa hak tagih/piutang).

(30)

bukanlah kreditur yang mempunyai kedudukan yang sama, melainkan kreditur yang di dahulukan.

c. Tinjauan Tentang Jaminan Fidusia 1. Pengertian Fidusia

Menurut Tiong bahwa berdasarkan asal katanya, fidusia berasal dari kata fides yang berarti kepercayaan. Memang hubungan hukum antara debitur pemberi fidusia dan kreditur penerima fidusia adalah merupakan suatu hubungan hukum yang berdasarkan atas kepercayaan. Pemberi fidusia percaya bahwa kreditur penerima fidusia bersedia untuk mengembalikan hak milik yang telah di serahkan kepadanya, setelah debitur melunasi hutangnya. Kreditur juga percaya bahwa debitur pemberi fidusia tidak akan menyalahgunakan barang jaminan yang berada dalam kekuasaannya dan bersedia untuk memelihara barang tersebut selaku bapak rumah yang baik.16

Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal di Indonesia terutama di dunia perbankan, Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia juga menggunakan istilah “fidusia”. Dengan demikian istilah “fidusia” ini sudah merupakan suatu istilah resmi dalam dunia hukum Indonesia untuk fidusia ini sering disebut juga dengan istilah “Penyerahan Hak Milik Secara Kepercayaan”.17

16

Tiong, Op.Cit, hal. 21.

17

(31)

Fidusia dalam terminology bahasa Belandanya sering disebut dengan istilah lengkapnya yaitu Fiduciare Eigendom Overdracht, sedangkan dalam bahasa Inggrisnya secara lengkap sering di sebut dengan istilah “Fiduciary Transfer of Ownership”18

Menurut Fuady bebarapa prinsip utama dari jaminan fidusia adalah sebagai berikut :

a. Secara riil, pemegang fidusia berfungsi sebagai pemegang jaminan saja, bukan sebagai pemilik yang sebenarnya.

b. Hak pemegang fidusia untuk mengeksekusi barang jaminan baru ada jika ada wanprestasi dari pihak dibitur.

c. Apabila hutang sudah dilunasi, maka obyek jaminan fidusia harus dikembalikan kepada pihak pemberi fidusia.

d. Jika hasil penjualan (eksekusi) barang fidusia melebihi jumlah hutangnya, maka sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada pemberi fidusia19. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan Fidusia memberikan pengertian fidusia dalam Pasal 1 angka 1 adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya di alihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Fidusia memberikan pengertian tentang jaminan fidusia adalah :

18

Op.Cit http://hardijma.wordpress.com/2008/04/15/sekilas-tentang-fidusia-dan-jaminan-fidusia/ hal 1.

19

(32)

“ Hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khusunya bangunan yang tidak dapat di bebani hak tanggungan sebagaimana diaksud dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1996 tentang hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia kreditur lainnya “.

Menurut Soebroto bahwa Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak tertentu, yang melekat atau mengikuti kreditur, dengan ketentuan :

a. Kreditur memindahkan hak milik atas benda jaminan itu atas dasar kepercayaan.

b. Bendanya sendiri tetap dalam kekuasaan dan dalam tangan debitur sehingga tetap digunakannya untuk bekerja sehari-hari.

Sifat penyerahannya itu adalah penyerahan dengan melanjutkan penguasaannya atau secara constitutum possessorium. Dalam hal tersebut, kreditur menjadi pemilik benda jaminan maka kedudukannya lebih kuat daripada pemegang gadai atas benda bergerak. Namun setelah debitur membayar lunas kreditnya, maka hak milik itu kembali ke debitur lagi. c. Perjanjiannya accessoir, yang akan hapus jika perjanjian pokoknya

hapus20.

Menurut Widjanarto bahwa cara penyerahan hak jaminan dengan penyerahan hak milik dalam kepercayaan (Fidusia) hanya sah bila menyangkut barang-barang bergerak, sedangkan pengikatan secara fidusia atas barang-barang tidak bergerak

20

(33)

adalah tidak sah dan batal demi hukum. Dalam fidusia, bank harus bertindak sangat hati-hati, khusunya dalam hal bonafiditas calon debitur, karena barang-barang bergerak yang di jaminkan secara fidusia tetap dikuasai oleh debitur. Jadi berhasil atau gagalnya jaminan fidusia itu semata-mata tergantung pada bonafiditas dan itikad baik dari debitur.21

2. Obyek Jaminan Fidusia

Menurut Sofwan bahwa pada umumnya yang dapat menjadi obyek fidusia adalah benda-benda bergerak, baik yang sudah ada maupun yang masih akan ada. Barang-barang yang masih akan ada dapat juga menjadi obyek fidusia.22

Pendapat yang sama juga di sampaikan oleh Djumhana bahwa fidusia ini pada asasnya merupakan pengembangan dari lembaga gadai, oleh karena itu yang menjadi obyek jaminnya adalah barang bergerak.23

Di dalamnya Pasal 1 angka 4 Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan Fidusia, disebutkan bahwa benda yang menjadi objek jaminan fidusia adalah:

a. Benda bergerak yang dapat memiliki dan dialihkan, yaitu : 1) Benda berwujud maupun yang tidak berwujud ; 2) Benda terdaftar maupun yang tidak terdaftar;

21

Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1994, hal. 69-70.

22

Sofwan, Op.Cit, hal. 31.

23

(34)

b. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat di bebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996.

Selanjutnya ketentuan mengenai objek jaminan fidusia antara lain terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999, tentang Jaminan Fidusia menyebutkan bahwa objek jaminan fidusia adalah sebagai berikut :

a. Benda tersebut harus dapat memiliki dan dialihkan secara hukum. b. Dapat atas benda berwujud.

c. Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang. d. Benda bergerak.

e. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan. f. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikatkan dengan hipotek.

g. Baik atas benda yang sudah ada maupun benda yang akan diperoleh kemudian, tidak di perlukan suatu akta pembebanan fidusia tersendiri.

h. Dapat atas satuan atau jenis berbeda.

i. Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda. j. Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia.

(35)

l. Benda persediaan (Inventory, stock perdagangan) dapat juga menjadi objek jaminan fidusia24.

Sekarang objek fidusia meliputi benda bergerak dan benda tidak bergerak tertentu, yang tidak bisa di jaminkan melalui lembaga jaminan hak tanggungan atau hipotek, tetapi kesemuanya dengan syarat bahwa objek lembaga jaminan fidusia berbeda dengan objek hak tanggungan dan hipotek sehingga tidak akan saling tumpang tindih.

Menurut Satrio bahwa syarat benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus bisa dimiliki dan dialihkan, berkaitan erat dengan hak – hak dari kreditur penerima fidusia, dalam hal debitur pemberi fidusia cidera janji / wanprestasi. Kalau benda jaminan tidak bisa dimiliki oleh orang lain atau dialihkan, maka ketentuan Pasal 15, Pasal 27, Pasal 29, Pasal 31, Pasal 32 dan Pasal 34 Undang – Undang Fidusia tidak mempunyai arti apa – apa.25

3. Pembebanan Jaminan Fidusia

Pembebanan jaminan diatur dalam Pasal 4 – 10 Undang-Undang Fidusia. Pasal 4 Undang – Undang Fidusia menyatakan bahwa perjanjian jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok. Hal ini berarti bahwa perjanjian fidusia merupakan perjanjian yang bersifat accessoir.

24

Pasal 1, 9, 10 dan 20, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, Tentang Jaminan Fidusia..

25

(36)

Menurut Satrio bahwa perjanjian yang bersifat accessoir mempunyai ciri – ciri yaitu saat lahirnya atau adanya, berpindahnya dan hapusnya atau berakhirnya mengikuti perjanjian pokok tertentu. Fidusia merupakan sarana pemberian jaminan yang di maksudkan untuk menjamin suatu hutang – suatu kewajiban hukum – maka perjanjian pokoknya adalah perjanjian yang menimbulkan hutang / kewajiban hukum (bersifat obligatoir) yang dijamin dengan fidusia yang bersangkutan dan perjanjian fidusianya, accessoir pada perjanjian pokok tersebut.26

Perjanjian accessoir itu menjamin kuatnya lembaga jaminan tersebut bagi keamanan pemberian kredit oleh kreditur. Dan sebagai perjanjian yang bersifat accessoir memperoleh akibat – akibat hukum seperti halnya perjanjian accessoir yang lain, yaitu :

a. Adanya ketergantungan pada perjanjian pokok ; b. Hapusnya ketergantungan pada perjanjian pokok ; c. Jika perjanjian pokok batal – akta jaminan ikut batal; d. Ikut beralih dengan beralihnya perjanjian pokok;

e. Jika perutangan pokok beralih karena cessie, subrogasi, maka ikut beralih juga tanpa adanya penyerahan khusus.

Di tegaskan oleh Fuady bahwa konsekuensi dari perjanjian accessoir adalah jika perjanjian pokok tidak sah atau karena apapun hilang berlakunya dinyatakan

26

(37)

tidak berlaku, maka secara hukum perjanjian fidusia sebagai perjanjian accessoir juga ikut menjadi batal.27

Sebelum berlakunya Undang – Undang Fidusia, pengikatan fidusia cukup dengan membuat perjanjian di bawah tangan, terserah kepada para pihak. Dengan berlakunya Undang – Undang Fidusia, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5 bahwa pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia serta bentuk akta jaminan fidusia.

Walaupun tidak ada kata – kata “ harus “ atau “ wajib “ dalam redaksi Pasal 5 Undang – Undang Fidusia jaminan fidusia tentang jaminan fidusia di buat dengan akta notaris, akan tetapi dalam Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Fidusia dan biaya pembuatan Akta Jaminan Fidusia, ditentukan bahwa hanya terhadap jaminan fidusia yang dibuat dengan akta notaris saja yang diterima pendaftarannya oleh kantor pendaftaran Fidusia, sehingga pembuatan jaminan fidusia dengan akta notaris ini harus di artikan sebagai suatu keharusan.

Dengan adanya keharusan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris, maka akta jaminan fidusia adalah merupakan salah satu wujud akta otentik sebagaimana yang di maksud oleh Pasal 1868 KUHP Perdata, sehingga memiliki kekuatan di antara para pihak beserta para ahli warisnya atau para pengganti haknya, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1870 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

27

(38)

Menurut Satrio bahwa dipilihnya bentuk akta notariil, biasanya di maksudkan agar untuk suatu tindakan yang membawa akibat hukum yang gegabah dan dari kekeliruan, karena seorang notaris, biasanya juga bertindak sebagai penasehat bagi kedua belah pihak, dan melalui nasehatnya diharapkan agar para pihak sadar akan akibat hukum yang bisa muncul dari tindakan-tindakan mereka, disamping itu adanya kewajiban notaris untuk membacakan isi akta sebelum para pihak menandatangani akta yang bersangkutan, bisa juga berfungsi sebagai perlindungan akan tindakan sembrono dan gegabah.28

Pembebanan jaminan fidusia dapat di berikan untuk menjamin hutang kepada lebih dari seorang kreditur asalkan diberikan pada saat yang sama, misalnya jaminan fidusia yang diberikan kepada konsorsium kreditur dalam rangka pinjaman sindikasi (syndicated loan).

Perlu diperhatikan bahwa tidak mungkin adanya fidusia ulang yaitu fidusia ganda atau lebih, atas benda yang sudah dan masih dibebani jaminan fidusia. Pembebanan fidusia untuk kedua kali terhadap benda yang sama (fidusia ulang) tidak di benarkan29, walapun dalam ketentuan Undang-Undang Fidusia tersebut terdapat pertentangan mengenai persoalan fidusia ulang ini, karena dalam Pasal 28 Undang-Undang Fidusia menentukan bahwa jika terjadi lebih dari satu fidusia atas benda yang sama maka hak prioritas di dahulukan kepada kreditur yang lebih dahulu mendaftar di Kantor Pendaftaran Fidusia.

28

J. Satrio, Op Cit, hal. 202.

29

(39)

Pendaftaran benda yang dibebani dengan jaminan fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia dan pendaftarannya mencakup benda, baik yang berada didalam maupun diluar wilayah Negara Republik Indonesia, untuk memenuhi asas publitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah di bebani jaminan fidusia.

Untuk berlakunya ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Fidusia, maka haruslah dipenuhi syarat bahwa benda jaminan fidusia itu didaftarkan30. Fidusia yang tidak didaftarkan maka tidak bisa menikmati keuntungan-keuntungan dari ketentuan-ketentuan yang ada didalam Undang-Undang Fidusia. Pendaftaran di maksudkan agar mempunyai akibat terhadap pihak ketiga. Dengan pendaftaran, maka pihak ketiga di anggap tahu ciri-ciri yang melekat pada benda yang bersangkutan dan adanya ikatan jaminan dengan ciri-ciri yang di sebutkan di sana.

Pendaftaran jaminan fidusia di lakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia yang berada dalam lingkup tugas Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (d/h. Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia), yang ada di setiap ibukota Propinsi di Wilayah Republik Indonesia31, dan dengan mendaftarkan akta jaminan fidusia tersebut maka akan diperoleh hak terdahulu (preferent).

30

Ibid, Pasal 11.

31

(40)

Jaminan adalah menjamin di penuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum.32

Fidusia adalah pengalihan hak kemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.33

Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan bangunan/rumah di atas tanah orang lain baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang tidak dapat di bebani hak tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.34

Benda jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang dapat di miliki dan di alihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang tidak dapat di bebani hak tanggungan atau hipotek.35

Pemberi jaminan fidusia adalah orang atau badan usaha yang memiliki benda jaminan fidusia, penerima jaminan fidusia adalah bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang terhadap pemberi jaminan fidusia yang

32

Tan kamelo,pengukuhan guru besar,gelanggang mahasiswa,kampus usu, 2 september 2006.hal 30.

33

Tan Kamelo,Op.Cit.hal.31

34

http://id.wikipedia.org/wiki/Jaminan_fidusia. diakses tanggal 13 desember 2008.

35

(41)

pembayarannya di jamin dengan benda jaminan fidusia dan harta kekayaan lainnya dari pemberi jaminan fidusia.36

Akta jaminan fidusia adalah akta di bawah tangan dan akta notaris yang berisikan pemberian jaminan fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya.37

2. Konsepsi

Konsep merupakan alat yang di pakai oleh hukum di samping yang lain-lain, seperti asas dan standar. Oleh karena tu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis. 38 Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. 39

Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsional pada hakikatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang seringkali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsionil

36

Juswito Satrio, S.H. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia,PT.Citra Aditia bakti.Jakarta.2004.hal 30.

37

http://www.mitra.net.id/hukum/isi_konsultasi.php?id=36. diakses pada tanggal 13 Desember 2008.pukul 13.00

38

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 307.

39

(42)

belaka, kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga di perlukan definisi-defenisi operasional yang akan dapat pegangan konkrit di dalam penelitian. 40

Selanjutnya, konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah di ketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menajadi pokok perhatian, dan satu konsep sebenarnya adalah defenisi secara singkat dari sekolompok fakta atau gejala itu. ”Maka konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris.” 41

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.42 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional.43 Pentingnya defenisi operasional adalah untuk mengindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.

Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Berikut peneliti akan sampaikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yang berkenaan dengan penulisan tesis ini sebagai rangkaian operasional, yaitu sebagaimana yang tertera di bawah ini:

40

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 133.

41

Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, hal. 21.

42

Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 34.

43

(43)

1. Jaminan adalah menjamin di penuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum.44

2. Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan prinsip syariah. Agunan hanya salah satu syarat yang diharuskan dalam pemberian fasilitas kredit selain bank juga harus menilai watak, kemampuan, modal, dan prospek usaha dari nasabah debitur”. Berarti agunan bukan sesuatu yang harus atau mutlak disediakan debitur. Namun agunan merupakan “benteng” terakhir dalam upaya pengembalian kredit apabila terjadi kegagalan pembayaran kredit yang bersumber dari first way out. Oleh karena itu, nilai agunan sangat penting sebagai indikator pembayaran kembali kegagalan pembayaran kredit45.

3. Fidusia adalah pengalihan hak kemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kemilikannya di alihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.46

4. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan bangunan/rumah di atas tanah orang lain baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang tidak dapat di bebani hak tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai

44

Tan kamelo,pengukuhan guru besar,gelanggang mahasiswa,kampus usu, 2 september 2006.hal 30.

45

Undang-undang Perbankan, perubahan atas UU No.7/1992 jo UU No.10/1998 pasal 1 ayat 23

46

(44)

agunan pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan di utamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.47

5. Benda jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang dapat di miliki dan di alihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang tidak dapat di bebani hak tanggungan atau hipotek.48

6. Pemberi jaminan fidusia adalah orang atau badan usaha yang memiliki benda jaminan fidusia, penerima jaminan fidusia adalah bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang terhadap pemberi jaminan fidusia yang pembayarannya di jamin dengan benda jaminan fidusia dan harta kekayaan lainnya dari pemberi jaminan fidusia.49

7. Akta jaminan fidusia adalah akta di bawah tangan dan akta notaris yang berisikan pemberian jaminan fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya.50

8. Otorita Batam adalah Sebuah lembaga teknis bisnis yang diciptakan pemerintah pusat untuk meningkatkan penerimaan negara melalui investasi dan industri. Secara fungsional, pemko Batam bertugas menyelenggarakan

47

http://id.wikipedia.org/wiki/Jaminan_fidusia. diakses tanggal 13 desember 2008.

48

http://www.hukumonline.com/detail.asp/id=17783&cl=Kolom.di akses tanggal 13 Desember 2008.

49

Juswito Satrio, S.H. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia,PT.Citra Aditia bakti.Jakarta.2004.hal 30.

50

(45)

roda pemerintahan dan bertanggung jawab terhadap penataan sosial masyarakat.51

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

a. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu penelitian yang bertujuan memberikan data yang seteliti mungkin tentang gejala-gejala yang sudah ada, yaitu jaminan fidusia52.

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya53.

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah jenis penelitian normatif empiris, karena penelitian ini melakukan analisis terhadap norma-norma dan asas-asas yang ada dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian yang dilakukan menggunakan data-data sekunder dan didukung oleh data-data empiris dengan wawancara dengan beberapa responden.

51

http://diarru.multiply.com/journal/item/5 diakses pada tanggal 5 januari 2009 pukul 21.00 wib

52

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1982, hal. 10.

53

(46)

2. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka lokas penelitian dilakukan di Pulau Batam. Peneliti memilih Pulau Batam karena karateristik lahan pengelolaan yang hak pengelolaanya di berikan kepada Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, yang dalam praktek pelaksanaan sehari-hari jauh berbeda perlakuannya di banding dengan daerah lain di Indonesia

3.Sumber Data Penelitian

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang di peroleh dari bahan pustaka54. Data sekunder ini terdiri dari :

1). Bahan hukum primer, yakni bahan – bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari Undang-Undang Nomor : 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Atas Tanah, Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Pemukiman, Undang-Undang Nomor : 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 86 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

54

(47)

2). Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yakni buku, putusan pengadilan atau yurisprudensi, makalah, majalah, artikel, serta surat kabar yang berkaitan dengan jaminan fidusia. 3). Wawancara, yang memberikan data akurat tentang praktek pelaksanaan akta

jaminan fidusia di Pulau Batam, yakni wawancara dengan pejabat yang berwenang di kantor Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, pejabat Notaris di Pulau Batam, pejabat Bank dan pejabat kantor pendaftaran fidusia di Pulau Batam, serta pelaku usaha di Pulau Batam.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari :

1. Studi Dokumen, untuk mengumpulkan data sekunder guna dipelajari kaitannya dengan permasalahan yang diajukan. Data ini diperoleh dengan mempelajari buku-buku, hasil penelitian dan dokumen-dokumen perundang-undangan yang ada kaitannya dengan pengikatan jaminan fidusia.

2. Wawancara, di lakukan dengan pedoman wawancara responden yang telah di tetapkan dengan memilih model wawancara langsung (tatap muka), yang terlebih dahulu dibuat pedoman wawancara dengan sistematika berdasarkan pokok bahasan, kepada:

a. Notaris (1 orang);

(48)

c. Pelaku Bisnis Kantor Developer PT.Bangun Arsikon Batindo di Batam.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat di temukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang di rumuskan oleh data.55

Sebelum analisis di lakukan, terlebih dahulu di adakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk mengetahui validitasnya. Seakan di pilah-pilah guna memperoleh kaedah-kaedah hukum yang di hubungkan sedemikian rupa, sehingga di sajikan dalam penulisan yang lebih sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dan akan di analisis secara induktif kualitatif56 untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan akan dapat di jawab.57

55

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 103

56

M Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2005, hal. 129

57

(49)

BAB II

JAMINAN FIDUSIA DALAM HUKUM JAMINAN DI INDONESIA

A. Objek Jaminan Fidusia

Fidusia sebagai salah satu jaminan adalah unsur pengaman kredit bank, yang dilahirkan dengan didahului oleh perjanjian kredit bank. Konstruksi ini menunjukkan bahwa perjanjian jaminan fidusia memiliki karakter assesor, yang dianut oleh Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (Undang-Undang Jaminan Fidusia). Dengan penegasan assesor dari perjanjian fidusia, berarti dapat menghilangkan keraguan dari perbedaan pandangan yang selama ini dipermasalahan oleh hakim dan para ahli hukum.58

Sifat Jaminan fidusia ketentuan Pasal 1 butir dua Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak dapat bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat terbebani hak tanggungan sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam pengusaan pemberi fidusia, sebagai agunan pelunasan tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia kepada kreditur lain, ini berarti Undang-Undang jaminan fidusia secara tegas menyatakan jaminan fidusia adalah jaminan kebendaan.59

58

Tan Kamello, Op,cit, Hal. 28.

59

(50)

Sebagai hak kebendaan, jaminan fidusia mempunyai hak di dahulukan terhadap kreditur lain (droit de preference) untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda jaminan. Hak tersebut tidak hapus walaupun terjadi kepailitan pada debitur. Pemegang fidusia merupakan kreditur separatis sebagaimana yang dicantumkan dalam Pasal 56 Undang-Undang Kepailitan. Pengakuan hak separatis akan memberikan perlindungan hukum bagi kreditur pemegang fidusia. Yang menjadi persoalan adalah apakah pengakuan yang di berikan itu sudah sempurna di berikan oleh Undang-Undang Kepailitan? Hal ini berkaitan dengan adanya penangguhan jangka waktu selama 90 hari terhitung sejak putusan pailit di tetapkan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 56 A Undang-Undang Kepailitan. Bahkan, di tentukan selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat di ajukan dalam sidang badan peradilan, dan baik kreditur maupun pihak ketiga di larang mengeksekusi atau memohonkan sita atas barang yang menjadi agunan. Ketentuan ini menjadi tidak sinkron dengan prinsip separatis yang di miliki oleh kreditur pemegang jaminan fidusia. Dengan perkataan lain hak separatis telah di gerogoti (uitgehold).

Hak kebendaan dari jaminan fidusia baru lahir sejak di lakukan pendaftaran pada kantor pendaftaran fidusia dan sebagai buktinya adalah di terbitkannya sertifikat jaminan fidusia. Konsekuensi yuridis dari tidak di daftarkannya jaminan fidusia adalah perjanjian jaminan fidusia bersifat perseorangan (persoonlijke karakter).

(51)

notaris dan diikuti dengan pendaftaran akta jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia. Tahapan proses perjanjian jaminan fidusia tersebut memiliki arti yang berbeda sehingga memberi karakter tersendiri dengan segala akibat hukumnya.

B. Pengalihan dan Hapusnya Jaminan Fidusia

1. Pengalihan Jaminan Fidusia

Pasal 19 Undang-Undang Jaminan Fidusia menetapkan bahwa pengalihan hak atas piutang yang dijamin dengan jaminan fidusia mengakibatkan beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban penerima fidusia kepada kreditor baru. Peralihan itu di daftarkan oleh kreditor baru kepada Kantor Pendaftaran Fidusia.

Dalam ilmu hukum, “Pengalihan hak atas piutang” seperti yang diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut dikenal dengan istilah Cessie yaitu pengalihan piutang yang dilakukan dengan akta otentik atau akta di bawah tangan. Dengan adanya cessie terhadap perjanjian dasar yang menerbitkan utang piutang tersebut. Maka jaminan Fidusia sebagai perjanjian assesoir, demi hukum juga beralih kepada penerima hak cessie dalam pengalihan perjanjian dasar. Ini berarti pula, segala hak dan kewajiban kreditor (sebagai Penerima Fidusia) lama beralih kepada kreditor (sebagai Penerima Fidusia) baru.

2. Hapusnya Jaminan Fidusia

(52)

kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Sebagai suatu perjanjian assesoir, Jaminan Fidusia ini, demi hukum hapus, bila utang pada perjanjian pokok,

yang menjadi sumber lahirnya perjanjian penjaminan fidusia atau utang yang dijamin dengan Jaminan Fidusia hapus, di samping itu Pasal 25 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan secara tegas bahwa Jaminan Fidusia hapus karena :

a. Hapusnya utang yang di jamin dengan fidusia;

b. Pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh penerima Fidusia; atau c. Musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.

Jadi sesuai dengan sifat ikutan dari Jaminan Fidusia, maka adanya Jaminan Fidusia tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila piutang tersebut hapus karena hapusnya utang karena pelepasan, maka dengan sendirinya Jaminan Fidusia yang bersangkutan menjadi hapus. “Hapusnya utang” ini antara lain di buktikan dengan bukti pelunasan atau bukti hapusnya utang berupa keterangan yang dibuat kreditor.

Musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi, Jadi jika benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia musnah dan benda tersebut di asuransikan maka klaim asuransi akan menjadi pengganti objek jaminan fidusia tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu orang tua juga tidak hanya menyerahkan pendidikan anak kepada sekolah namun mereka juga perlu memantau perkembangan anaknya agar mereka tidak salah

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah : (a) membuat mesin freezer (b) menghitung kerja kompresor mesin freezer persatuan massa refrigeran (c) menghitung energi kalor

1) Menganalisis kelayakan usaha Dafarm dilihat dari aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, dan aspek pasar. 2) Menganalisis kelayakan finansial usaha

Kurang lebih 10% pasien dengan trauma tulang servikal mengalami fraktur kolumna vertebralis kedua yang tidak berhubungan.. Menyingkirkan adanya trauma spinal pada pasien

Dengan ini saya menyatakan persetujuan saya untuk dapat ikut berpartisipasi sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul “Gambaran Penerimaan Diri Ibu Tiri

Klik kotak yang baru kita buat kemudian tekan tombol [+] pada keyboard pindah kotak duplikat tersebut kebawahnya dan ukuran diperkecil menjadi panjang 0.584 cm lebar 0.584 cm