PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL AIR SUNGAI
DELI TERHADAP KADAR KROMIUM HEKSAVALEN (Cr
6+)
KARYA ILMIAH
OLEH
NENA FITRI YANI
072401044
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL AIR SUNGAI
DELI TERHADAP KADAR KROMIUM HEKSAVALEN (Cr
6+)
KARYA ILMIAH
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Ahli
Madya
NENA FITRI YANI
072401044
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL
AIR SUNGAI DELI TERHADAP KADAR KROMIUM HEKSAVALEN (Cr6+)
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : NENA FITRI YANI
Nim : 072401044
Program Studi : DIPLOMA III KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Mei 2010
Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing
Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, MS Dra. Sudestry Manik, M.Si
PERNYATAAN
PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL AIR SUNGAI DELI
TERHADAP KADAR KROMIUM HEKSAVALEN (Cr6+)
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan masing-masing yang disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2010
NENA FITRI YANI
PENGHARGAAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan ijazah ahli madya pada program Diploma III Kimia Analis di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dukungan dan bimbingan baik secara moril maupun materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda Ali Sunar dan ibunda Yarnany tercinta yang telah memberikan dukungan dan doanya kepada penulis untuk menyelesaikan kuliah khususnya dalam penulisan karya ilmiah ini.
2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M. Sc selaku Dekan FMIPA USU
3. Ibu Dra. Sudestry manik M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.
4. Segenap Pemimpin dan Pegawai Laboratorium BLHDASU yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan sebagai bahan dasar penulisan karya ilmiah ini.
5. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara.
6. Buat ketiga sauadara perempuan penulis, Erni, Dina dan Fitri serta seluruh keluarga terimakasih untuk dukungan dan semangat yang diberikan.
7. Teman-teman satu PKL, Titin dan Dian yang selalu membantu penulis saat penulisan karya ilmiah ini.
8. Teman-teman penulis, Titin, Naja, Aldi, sofi, lela, kiki dan Rima yang telah memberikan dukungan, serta masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. Serta sahabat penulis, Mita yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
9. Buat seluruh teman-teman KIMIA ANALIS khususnya stambuk 07 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu tetap semangat dan berjuang.
ABSTRAK
DEPOSITORY TIME INFLUENCE OF SAMPLE THE DELI RIVER TO CHROMIUM HEXAVALENT (Cr6+) RATE
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGHARGAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Sungai dan Fungsinya 4
2.2. Air 6
2.2.1. Sifat Umum Air 6
2.2.2. Sumber-Sumber Air 8
2.3. Pencemaran Air 9
2.3.1. Kualitas Air 9
2.3.2. Syarat-Syarat Air Minum 10
2.5. Logam Kromium 13
2.5.1. Sifat-Sifat Logam Kromium 14
2.5.2. Kegunaan Logam Kromium 15
2.5.3. kromium dalam Lingkungan 17
2.6. Spektrofotometer 18
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 20
3.1. Alat 20
3.2. Bahan 20
3.3. Prosedur Analisa 20
3.3.1. Penyiapan Sampel 20
3.3.2. Penyiapan Reagent 21
3.3.3. Penentuan Kadar Kromium heksavalen (Cr6+) 21
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 23
4.1. Data Percobaan 23
4.2. Pembahasan 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 25
5.1. Kesimpulan 26
5.2. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.5. Kebutuhan Cr/hari Berdasarkan Umur 16
ABSTRAK
DEPOSITORY TIME INFLUENCE OF SAMPLE THE DELI RIVER TO CHROMIUM HEXAVALENT (Cr6+) RATE
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laboratorium lingkungan BLHDASU (Badan Lingkungan Hidup Daerah Sumatera
Utara) merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang pengendalian dampak
lingkungan. Hal ini berisi tentang pelaksanaan pengujian parameter kimia, fisika, dan
biologi dalam menduku ng pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan paraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pada proses pelaksanaan pengujian sampel terhadap parameter-paramter kimia, fisika,
maupun biologi tidak semua sampel tersebut berada dalam keadaan baru. Hal ini sangat
mempengaruhi kadar dari parameter yang ingin diujikan. Setiap parameter memiliki batas
ambang penyimpanan sampel atau yang lebih dikenal dengan sebutan Holding Times.
Pada karya ilmiah ini, parameter yang digunakan adalah Kromium heksavalen (Cr6+).
Kromium heksavalen (Cr6+) memiliki batas ambang penyimpanan sampel selama 24 jam
dan harus ditempatkan pada suhu 4oC.
Sebagian besar masyarakat kita, menggunakan sungai sebagai sumber air untuk dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan
untuk hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber
daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia
memungkinkan terkandung logam-logam berat seperti Na, Ca, Mg, Cr, dan Fe, (Effendi,
2003)
Analisa Kromium heksavalen (Cr6+ ) dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
dalam hal ini air Sungai Deli memilki kadar Kromium heksavalen (Cr6+) melebihi batas
ambang. Effendi (1989, hal 178) menyatakan bahwa kadar Kromium maksimum yang
diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,05 mg/liter.
Berdasarkan sifat-sifat kimianya logam Kromium dalam persenyawaannya
mempunyai bilangan oksidasi +2, +3 dan +6. Namun yang lebih bersifat toksik adalah
Kromium heksavalen (Cr6+). Jika kadar Kromium yang masuk kedalam tubuh manusia
melebihi batas yang ditentukan maka akan menyebabkan kerusakan pada sistem
pencernaan serta pada sistem pernapasan.(Palar, 2008)
Oleh karena itu Kromium heksavalent (Cr6+) merupakan salah satu parameter kimia
yang penting dalam analisa kualitas air. Dan BLHDASU merupakan salah satu wadah
pemerintah untuk melakukan ini, guna pengendalian dampak lingkungan.
1.2. Permasalahan
a. Apakah pada air Sungai Deli terkandung logam Kromium heksavalen (Cr6+)?
b. Apakah ada pengaruh waktu penyimpanan sample terhadap kadar Kromium
heksavalen (Cr6+) pada air Sungai Deli?
1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui kadar Kromium heksavalen (Cr6+) yang terkandung dalam air
1.4. Manfaat
a. Meningkatkan wawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi penulis terutama
dalam bidang Kimia Analis.
b. Mengetahui apakah ada pengaruh waktu penyimpanan sampel terhadap kadar
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sungai dan Fungsinya
Di Indonesia sungai dapat dijumpai disetiap tempat dengan kelasnya
masing-masing. Pada masa lampau sungai dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan sehari-hari,
baik transportasi, mandi, mencuci dan sebagainya bahkan untuk wilayah tertentu sungai
dapat dimanfaatkan untuk menunjang makan dan minum.
Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan pembangunan
nasional. Sebagai sarana transportasi yang relatif aman untuk menghubungkan wilayah
satu dengan lainnya.
Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam kehidupan,
maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang
meliputi perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala
bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali sungai yang
tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya.
Dengan dikeluarkannya peraturan Pemerintah Nomor : 35 Tahun 1991 tentang
sungai, sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor : 11 Tahun 1974 tentang pengairan,
sehingga dapat digunakan sebagai pegangan dalam pengelolaan, pengusahaan,
Didalam peraturan Pemerintah Nomor : 35 Tahun 1991, telah tersurat pengertian
sungai yaitu tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari
mata air sampai suara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan. Garis sempada sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai.
Garis sempadan ini dalam bentuk bertanggul dengan ketentuan batas lebar
sekurang-kurangnya 5 meter yang terletak disebelah luar sepanjang kaki tanggul.
Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam berfungsi
serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan mahluk hidup. Air merupakan segalanya
dalam kehidupan ini yang fungsinya tidak dapat digantikan dengan zat atau benda
lainnya, namun dapat pula sebaliknya, apabila air tidak dijaga nilainya akan sangat
membahayakan dalam kehidupan ini. Maka sungai sebagaimana dimaksudkan harus
selalu berada pada kondisi dengan cara :
1. Dilindungi dan dijaga kelestariannya
2. Ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya
3. Dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan
Air atau sungai dapat merupakan sumber malapetaka apabila tidak dijaga, baik dari
segi manfaatnya maupun pengamanannya. Misalnya dengan tercemarnya air oleh zat-zat
kimia selain mematikan kehidupan yang ada disekitarnya juga merusak
2.2. Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat,
air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa
daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak
15% dai tekanan atmosfer. (Gabriel,2001)
Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan
kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan
penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya
bagi semua mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu
diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama. (Effendi,
2003)
2.2.1. Sifat Umum Air
Menurut Gabriel (2001, hal 87) air memilki sifat umum fisik dan kimia
1. Sifat fisik
- Titik beku 0oC
- Massa jenis es (0oC) 0,92 gr/cm
- Massa jenis air (0oC) 1,00 gr/cm3
- Panas lebur 80 kal /gr
- Panas penguapan 540 kal/gr
- Temperatur kritis 347oC
- Tekanan kritis 217 atm
- Konduktivitas listrik spesifik (25oC) 1x10-17/ohm-cm
- Konstanta dielektrikum (25oC)
Perlu diketahui bahwa air laut mempunyai titik beku (-1,9oC); massa jenis air tawar
sebesar pada 4oC, sedangkan air laut (kadar garam 35%) mempunyai massa jenis tersebar
pada (-3,5oC).
2. Sifat kimia
Baik air laut, air hujan, maupun air tanah/air tawar mengandung mineral.
Macam-macam mineral yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung struktur tanah
dimana air itu diambil. Sebagai contoh mineral yang terkandung dalam air itu bukan
melalui suatu reaksi kimia melainkan terlarut.
Sifat kimia yang lain yaitu konduktifitas listrik pada air paling sedikit 1000 kali lebih
besar daripada cairan non metalik pada suhu ruangan.
- Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik
- Merupakan pelarut yang baik
- Air dapat bereaksi dengan basa kuat dan asam kuat
- Air bereaksi dengan berbagai substansi memebentuk senyawa padat dimana air
2.2.2. Sumber-Sumber Air
Secara garis besar, dapat dikatakan air bersumber dari :
1. Laut ; Air Laut
Air yang dijumpai didalam alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan
sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju dan hujan. Air laut menentukan iklim
dan kehidupan di bumi. Kadar dan komponen unsur di dalam air laut ditentukan
sejumlah reaksi kimia fisika dan biokimia yang terjadi di samudera.
2. Udara; Air Hujan
Air hujan dapat menyebabkan karat dan korosif terhadap logam karena
mengandung NH3.
3. Darat; Air Tanah
Air tanah disebut pula air tawar karena tidak terasa asin. Berdasarkan
lokasi air maka air tanah dibagi dalam 2 bagian yaitu air permukaan tanah (sungai,
rawa-rawa, danau, waduk) dan air jauh dari permukaan tanah yaitu air yang
tersimpan didalam lapisan tanah (sumur gali, sumur bor). (Gabriel, 2001)
2.3. Pencemaran Air
Dalam pasal 1 Peraturan pemerintah Nomor : 20 tahun 1990 Tentang
Pengendalian Pencemaran Air, bahwa yang dimaksud dengan pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
2.3.1. Kualitas Air
Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001 tentang
Pengolahan Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air menerapkan kriteria kualitas
air yang dapat diterima untuk serangkaian kategori penggunaan adalah:
1. Kelas satu : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air ysng sama dengan
kegunaan tersebut.
2. Kelas dua : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana /sarana
rekreasi air untuk mengairi pertanaman, dan atau untuk peruntukan lain yang
mempersyaraatkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga : air yang peruntukannya dapat digunkan untuk pembudidayaan
ikan tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau untuk peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman, dan atau untuk peruntukan lain yang memepersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.3.2. Syarat-Syarat Air minum
Air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia,
LKM meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang
diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air siap minum/air
minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut :
1. Harus jernih, transparan dan tidak bewarna
2. Tidak dicamari bahan organik maupun bahan anorganik
3. Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminmu
4. Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standart
5. Bebas kuman/LKM coliform dalam batas aman. (Gabriel, 2001)
2.4. Pencemaran Logam
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terpisah dari benda-benda yang bersifat
logam. Logam dapat kita gunakan sebagai perlengkapan rumah tangga dan juga sebagai
bahan baku berbagai jenis industri. Penggunaan logam sebagai bahan baku industri guna
memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi kesehatan manusia melalui dua jalur,
yaitu :
1. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan air, tanah,
udara dan makanan.
2. Perubahan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri bisa
mempengaruhi kesehatan manusia.
Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku logam bisa berdampak
kerugian dan meresahkan masyarakat yang tinggal disekitar daerah perindustrian maupun
masyarakat pengguna produk industri tersebut. Hal ini terjadi karena sangat besarnya
risiko terpapar logam berat maupun logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau
konsentrasi tertentu.
Pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses
industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan (perairan, tanah, udara) bisa
menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Menurut Widowati dkk (2008 hal 2) logam berat dibagi kedalam 2 jenis yaitu :
1. Logam berat esensial ; yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan
oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut bisa menimbulkan
efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial ; yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh
manusia masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik seperti Hg, Cr,
Cd, Pb dan lain sebagainya.
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia. Efek
toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu
metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen, ataupun
karsinogen.
Tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia, mulai dari yang paling toksik,
Pencemaran logam dapat terjadi di tanah, udara, dan perairan. Pada perairan
pencemaran logam dapat terjadi karena adanya kegiatan industri, kegiatan domestik ,
maupun sumber alami dari batuan akhirnya sampai ke sungai/laut dan selanjutnya
mencemari manusia melalui ikan, air minum, atau air sumber irigasi lahan pertanian
sehingga tanaman sebagai sumber pangan manusia tercemar oleh logam.
Menurut Palar (2008, hal 37) ada banyak faktor yang memepengaruhi daya racun dari
logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan yaitu :
1. Bentuk logam dalam air. Apakah logam-logam tersebut berada dalam bentuk
senyawa organik atau senyawa anorganik. Selanjutnya persenyawaan ini dibagi
lagi, apakah berupa senyawa-senyawa organik dan senyawa-senyawa anorganik
yang tidak dapat larut. Selanjutnya senyawa-senyawa organik yang dapat larut
dalam badan perairan akan dapat diserap dengan mudah oleh biota perairan.
2. Keberadaan logam-logam lain. Adanya logam-logam lain dalam badan perairan
dapat menyebabkan logam-logam tertentu menjadi sinergentis ataukah sebaliknya,
menjadi antagonis bila telah membentuk suatu ikatan. Untuk logam berat yang
bersifat sinergentis, apbila bertemu dengan pasangannya dan membentuk suatu
persenyawaan dapat berubah fungsi menjadi racun yang sangat berbahaya.
3. Fisiologis dari biota (organisme)nya. Proses fisiologis turut mempengaruhi
peningkatan kandungan logam berat dalam badan perairan.
4. Kondisi biota. Kondisi dari biota-biota berkaitan dengan fase-fase kehidupan yang
Karena itu pencemaran logam berat dalam lingkungan (perairan, tanah, udara) perlu
diperhatikan secara serius mengingat bahaya yang ditimbulkan terhadap kesehatan
manusia maupun bagi kesetimbangan lingkungan hidup.
2.5. Logam Kromium
Kata Kromium berasal dari bahasa Yunani (chroma) yang berarti warna. Dalam
bahan kimia, Kromium dilambangkan dengan Cr dan pertama kali ditemukan oleh
Vagueline pada tahun 1797.
Kromium merupakan salah satu dari logam berat. Logam berat sebenarnya masih
termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain.
Perbedaanya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berkaitan dan
atau masuk kedalam tubuh organisme hidup.
Logam Kromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Logam ini ditemukan
dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain. Sebagai bahan
mineral Kromium paling banyak ditemukan dalam bentuk “Kromit”.
Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi
mengandung Kromium sekitar 100 mg/kg. Kromium yang ditemukan diperairan adalah
Kromium trivalen (Cr3+) dan Kromium heksavalent (Cr6+), namun pada perairan yang
memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalen tidak ditemukan. Apabila masuk keperairan,
2.5.1. Sifat-Sifat Logam Kromium
- Logam berat dengan berat atom 51, 996 g/mol
- Logam bewarna abu-abu
- Tahan terhadap oksidasi pada suhu tinggi
- Mengkilat
- Keras
- Titik cair 1,857oC
- Titik didih 2,672oC
- Bersifat paramagnetic (sedikit tertarik oleh magnet).
2.5.2. Kegunaan Logam Kromium
1. Bidang industri
Kromium digunakan untuk tiga industri dasar, yaitu :
a. Industri metalurgi
b. Industri bahan kimia
c. Industri bahan penahan panas
Berikut berbagai kegunaan Kromium
a. Bidang metalurgi untuk mencegah korosi, mengkilatkan logam, antara
lain sebagai bahan komponen alloy, anodized Aluminium,
chromeplating, dan wood treatment.
b. Sebagai pewarna, pencelup, dan cat. Dalam bidang idustri kimia,
karena Kromium mengandung komponen warna merah, kuning,
orange, dan hijau.
c. Sebagai katalisator.
d. Garam-garam Kromium untuk menyamakan kulit.
e. Potassium Dikromat sebagai chemical reagent untuk mencuci alat
gelas laboratorium.
f. Sebagai anti korosi pada aat pengeboran sumur berlumpur.
2. Bidang kesehatan
Kromium digunakan sebagai bahan pembuatan alat ortopedi, sebagai radio
isotop dalam bentuk 51Cr yang dapat menghasilkan sinar gamma untuk
penanadaan sel-sel darah merah, serta sebagai penjinak sel tumor tertentu.
3. Sebagai mikroelemen tubuh
Kromium trivalen (Cr3+) merupakan mikronutrien bagi tubuh, yaitu untuk
metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah.
Diperkirakan kebutuhan Kromium untuk manusia adalah sebesar 1µ g/hari
dan hanya 1-3% Cr3+ yang diabsorpsi.
Kebutuhan Kromium pada manusia dapat dilihat pada table dibawah ini
Tabel 2.5 Kebutuhan Cr/hari berdasarkan umur (Widowati dkk, 2008)
No Usia Kebutuhan Cr/hari (µg)
1 0 – 6 bulan 0,2
2 7 – 12 bulan 5,5
4 4 – 8 tahun 15
5 9 – 13 tahun 21 – 25
6 14 – 50 tahun 24 – 35
7 Wanita hamil 29 – 30
8 Ibu menyusui 44 – 45
2.5.3. Kromium Dalam Lingkungan
Logam Kromium yang masuk ke dalam lingkungan dapat datang dari
bermacam-macam sumber. Tetapi pada umumnya yaitu berasal dari
kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan-kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta
mobilisasi bahan-bahan bakar.
Dalam badan perairan Kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu
secara alamiah dan non alamiah. Masuknya Kromium secara alamiah dapat
disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan
mineral. Masukan Kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih merupakan
dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber
Kromium yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau
buangan industri sampai buangan rumah tangga.
Dalam badan perairan, terjadi bermacam-macam proses kimia, mulai dari
proses pengkompleksan pada reaksi redoks. Reksi ini dapat mengakibatkan
perairan. Proses kimiawi yang berlangsung juga adapat mengakibatkan
terjadinya peristiwa reduksi dari senyawa-senyawa Kromium heksavalen
(Cr6+) yang sangat beracun menjadi Kromium trivalen (Cr3+) yang kurang
beracun. Hal ini dapat terjadi di badan perairan yang bersifat asam.
(Widowati,W dkk dan Palar, 2008)
2.6. Spektrofotometer
Sudah lama ahli kimia menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam
mengidentifikasi zat kimia. Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrument
untuk mengukur transmitans atau absorban suatu sample sebagai fungsi panjang
gelombang, pengukuran terhadap sederatan sampel pada suatu panjang gelombang
tunggal dapat pula dilakukan.
Kompenen yang penting sekali dari suatu spektrofotometer yaitu
1. Sumber
Sumber yang biasa digunakan adalah sebuah lampu pijar dengan kawat
rambut terbuat dari wolfram. Dibawah keluaran kira-kira 350 nm, keluarana
lampu wolfram itu tak memadai untuk spektrofotometer dan haruslah
digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim adalah lampu tabung discas
(discharge tube) Hidrogen atau (deuterium).
2. Monokromator
Ini adalah piranti optis untuk mengisolasi suatu berkas radiasi dari suatu
tinggi dengan panjang gelombang yang diinginkan. Komponen dari sebuah
monokromator adalah suatu sistem celah dan suatu unsur dispersif. Radiasi
dari sumber difokuskan ke celah masuk. Kemudian disejajarkan oleh sebuah
lensa sehingga suatu berkas sejajar jatuh ke unsur pendispersi, yang berupa
prisma atau kisi difraksi, dengan cara memutar prisma atau kisi itu secara
mekanis, aneka porsi spektrum yang dihasilkan oleh unsur dispersi dipusatkan
pada celah keluar, dari situ, lewat jalan optis lebih jauh, porsi-porsi itu
menjumpai sampel.
3. Sel
Kebanyakan wadah sampel adalah sel yaitu untuk menaruh cairan kedalam
berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energi radiasi
dalam daerah spektral yang diamati. Sel bila ditaruh dalam posisinya, itu
menjadi bagian dari lintasan optis dalam spektrofotometer, dan sifat-sifat
optisnya menjadi penting.
4. Detektor
Dalam sebuah detektor untuk suatu spektrofotometer, diinginkan kepekaan
yang tinggi dalam daerah spektral, respon yang linier terhadap daya radiasi,
waktu respon yang cepat dan kestabilan tinggi. Detektor berperan memberikan
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat
- Pipet volum
- Bola karet
- Kuvet 10 ml
- Tissue
- Spektrofotometer portable DR/2010
- Medicool
3.2. Bahan
- Sampel air Sungai Deli
- Chroma ver 3 reagent powder pillow
3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1. penyediaan sample
Sampel yang akan dianalisa berupa air sungai. Sampel tersebut diambil langsung
sampai botol tersebut berisi penuh kemudian botol diangkat, ditutup dengan rapat. Setelah
sample diambil, langsung dianalisa di laboratorium BLHDASU. Batas penyimpanan
selama 24 jam.
3.3.2. Persiapan Reagent
Reagent yang dipakai pada penentuan kadar Kromium heksavalen(Cr6+) adalah
dalam bentuk sachet yang langsung di beli oleh laboratorium BLHDASU.
3.3.3.Penentuan Kadar Cromium Hexavalent (Cr6+)
- Hidupkan alat spektrofotometer portable DR/2010 dengan cara
menghubungkannya ke sumber arus.
- Masukkan nomor program untuk analisa Cr6+ yaitu tekan 90 kemudian enter (pada
layar akan menunjukkan panjang gelombang 540 nm)
- Atur panjang gelombang sampai menunjukkan angka 540 nm (pada layar akan
menunjukkan mg/l Cr6+)
- Masukkan 10 ml sampel kedalam kuvet 10ml
- Tambahkan satu sachet reagent chroma ver 3 lalu putar-putar kuvet untuk
mengaduk
- Tekan shift timer pada alat spetrofotometer portable DR/2010 (reaksi akan
dimulai selama 5 menit)
- Isi kuvet lain dengan sampel sebanyak 10 ml sebagai blanko
- Ketika reaksi selesai, alat akan berbunyi dan pada layar akan menunjukkan mg/l
- Tekan zero pada alat, dan pada layar akan menunjukkan “zeroing” kemudian 0,00
mg/l Cr6+
- Masukkan sampel yang telah dipreparasi tadi kedalam alat, lalu tutup.
- Tekan read pada alat dan layar akan menunjukkan “reading”
BAB 4
DATA DAN PEMABAHASAN
4.1. Data Percobaan
Kadar Kromium heksavalen (Cr6+) pada air sungai deli ditunjukkan pada table 4.1.
Tabel 4.1 Data hasil analisa Sampel Air Sungai Deli untuk menentukan pengaruh waktu
penyimpanan sampel terhadap kadar Kromium heksavalen (Cr6+)
No Tanggal analisa Kadar Cr6+ (mg/l)
1 01-02-2010 0,02
2 02-02-2010 0,01
3 03-020-2010 0,005
4.2. Pembahasan
Dari data yang diperoleh yaitu menunjukkan adanya pengaruh waktu
penyimpanan terhadap kadar Kromium heksavalen (Cr6+). Pada hari pertama yaitu
dimana sampel yang telah diambil langsung dinalisa menunjukkan kandungan Kromium
heksavalen (Cr6+) 0,02 mg/l, pada hari kedua dimana batas maksimum
penyimpanan/pengawetan sampel telah lewat dan menunjukkan penurunan kadar
Kromium heksavalen (Cr6+) yaitu menjadi 0,01 mg/l dan pada hari ke tiga dan keempat
waktu analisa kadar Kromium heksavalen (Cr6+) makin berkurang yaitu 0,005 mg/l dan 0
mg/l.
Perubahan yang terjadi biasanya dikarenakan adanya gangguan-gangguan yang dapat
timbul selama penyimpanan dan pengangkutan sehingga dapat berubah sifat dari keadaan
asli sampel (sampel menjadi tidak representative), adalah sebagai berikut :
1. Gas O2 dan CO2 dapat diserap air sampel atau dapat lenyap dari air sampel ke
udara.
2. Zat tersuspensi dan koloidal dapat memebentuk flok-flok sendiri dan mengendap,
hingga terdapat sampel yang berbeda dengan keadaan asli, paling sedikit lumpur
tersebut harus dijadikan suspensi lagi secara merata sebelum analisa, dengan
mengocokan botol simpanan, sedangkan zat dan cairan yang ringan (lumpur,
lemak, minyak dan seterusnya) dapat mengapung pada permukaan sampel.
3. Beberapa zat pelarut dapat dioksidasi oleh oksigen terlarut hingga senyawanya
4. Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sample yang tidak disimpan
pada tempat gelap dan dingin. (Alaert, 1984)
Selain hal-hal diatas, kemungkinan penurunan kadar Kromium heksavalen Cr6+ dapat
juga disebabkan oleh:
1. Terdapatnya sidik jari, kotoran padat yang melakat pada kuvet yang digunakan
sehingga dapat menyerap radiasi dari sinar yang dihasilkan.
2. Keadaan kuvet yang kurang baik, seperti retak ataupun buram. Ini juga dapat
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari analisa kadar Kromium heksavalen (Cr6+) yang dilakukan terhadap air Sungai
Deli, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Pada air Sungai Deli terkandung logam Kromium heksavalen (Cr6+) sebesar 0,02
mg/l. data ini menunjukkan bahwa air Sungai Deli telah memenuhi baku mutu air
minum sesuai dengan Meskes RI No. 01/Birhukmas/I/1975. Dimana kadar
maksimum yang diperbolehkan untuk Kromium yaitu 0,05 mg/l.
b. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa terdapat pengaruh lamanya waktu
penyimpanan sampel terhadap kadar Kromium heksavalen (Cr6+) yaitu analisa
hari pertama kadar Kromium heksavalen (Cr6+) = 0,02 mg/l dan pada hari kedua
(batas maksimum penyimpanan/pengawetan sampel telah lewat) kadar Kromium
heksavalen (Cr6+) menjadi 0,01 mg/l.
5.2. Saran
BLHDASU merupakan instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam
melaksanakan pengendalian dampak lingkungan hidup. Dimana dalam pelaksanaannya
penyimpanan/pengawetan sampel. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh data yang lebih
akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penentuan uji kelayakan sampel. Akhirnya
dapat mencemari lingkungan dan juga merugikan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G & Sri Sumestri,S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha
Nasional
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yokyakarta: Penerbit Kansius
Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Ceatakan Pertama. Jakarta. Penerbit Hipokrates
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan Keempat. Jakarta:
Rineka Cipta
Ryadi, S. 1984. Pencemaran Air Dasar-Dasar dan Pokok-Pokok Penanggulangannya.
Surabaya: Penerbit Karya Anda
Subagyo, J.K. 1999. Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya. Cetakan
Kedua. Jakarta: Rineka Cipta
Underwood, A.L & Day, R.A. 1998. Analisa kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Widowati, W. dkk. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan
Lampiran 1. Baku Mutu Air Minum menurut Meskes RI No. 01/Birhukmas/I/1975
No Unsur-Unsur Satuan
Syarat-Syarat
sebagai KMnO4
Karbon oksida
sebagai CO2 agresif
Kesadahan
Kalsium sebagai Ca
Lampiran 2. Required Container, Preservation, Techniques and Holding Times
Parameter No./Name Container2 Preservation3,4 Maximum
Holding Time5
Table 1A-Bacterial
Test
1-4. Coliform,fecal
and total
5. Fecal stertococci
Table B-inorganic
and amenable to
chlorination
P,PFTE or quartz
P,G
>12,06 g ascorbic acid6