Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
TUGAS SARJANA
TEKNOLOGI PENGECORAN LOGAM
RANCANGAN DAPUR PELEBUR UNTUK MELEBUR
KUNINGAN DAN PADUANNYA DENGAN KAPASITAS 50KG
UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI SUMAH TANGGA
OLEH:
BENNY M SIBARANI NIM : 020401011
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
TUGAS SARJANA
TEKNOLOGI PENGECORAN LOGAM
RANCANGAN DAPUR PELEBUR UNTUK MELEBUR
KUNINGAN DAN PADUANNYA DENGAN KAPASITAS 50KG
UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI SUMAH TANGGA
OLEH:
BENNY M SIBARANI
NIM : 020401011
Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
Ir. Raskita S.Meliala
NIP. 130 353 111
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
TUGAS SARJANA
TEKNOLOGI PENGECORAN LOGAM
RANCANGAN DAPUR PELEBUR UNTUK MELEBUR
KUNINGAN DAN PADUANNYA DENGAN KAPASITAS 50KG
UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI SUMAH TANGGA
OLEH:
BENNY M SIBARANI
NIM : 020401011
Telah diseminarkan dan disetujui pada seminar Tugas Sarjana
Periode ke-514, sabtu 31 MEI 2008
Dosen Pembanding I, Dosen Pembanding II,
Ir. Alfian Hamsi MSc Ir. Isril Amir
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan terlebih dahulu kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
Tugas Sarjana ini. Adapun judul dari Tugas Sarjana ini adalah “Rancangan Dapur
Pelebur Untuk Melebur Kuningan dan Panduannya Dengan Kapasitas 50Kg
Untuk Keperluan Industri Rumah Tangga”, yang mana kami juga membangun
sebuah dapur pelebur yang sederhana untuk dapat dipergunakan bagi mahasiswa
yang mengambil praktikum pengecoran logam.
Penulisan Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus
ditempuh bagi setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar kesarjanaannya.
Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Sarjana ini, penulis menyadari
bahwa sebagai manusia masih banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu,
harapan penulis adanya kritikan serta saran baik oleh Dosen maupun rekan-rekan
mahasiswa.
Dalam penyusunan Tugas Sarjana ini, penulis juga menyadari sepenuh hati
bahwa tidak terlepas dari perhatian, bimbingan, dorongan dan bantuan dari semua
pihak yang terangkum dalam jalinan persaudaraan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak DR.ING.IR Ikhwansyah Isranuri, selaku Ketua Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
3. Bapak Ir.Tulus Burhanudin Sitorus,Msc ,sebagai Sekretaris Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Ir.Alfian Hamsi,Msc, sebagai Dosen Pembanding I
5. Bapak Ir.Isril Amir, sebagai Dosen Pembanding II
6. Ir.Marlon, Asisten Laboratorium Foundry yang telah bersedia memberikan
waktunya dengan membimbing kami pada penelitian di Laboratorium
Foundry
7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk
menyelesaikan Tugas Sarjana ini
8. Asisten-asisten pada Lab Logam dan Lab Mekanika Teknik yang telah
membimbing penulis dalam mengadakan pengujian
9. Bram,Ria, rekan-rekan yang telah bersama-sama merencanakan dan
merancang dapur pelebur ini hingga selesai
10. Serta rekan-rekan sesama mahasiswa Jurusan Teknik Mesin yang juga
banyak membantu penulis menyelesaikan Tugas Sarjana ini
Semoga bimbingan dan bantuan yang Bapak, Ibu dan rekan-rekan berikan
mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Serta semoga Tugas Sarjana ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 28 Mei 2008
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ...vi
DAFTAR TABEL ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Perencanaan 2
1.2 Maksud dan Tujuan Perencanaan 3
1.3 Ruang Lingkup Perencanaan 4
1.4 Metode Perencanaan 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Logam Bukan Besi ( Nonferrous Metal ) 6
2.2 Tembaga dan Paduannya 7
2.2.1 Tembaga Murni 7
2.2.1.1 Pengaruh oksigen 9
2.2.1.2 Pengaruh hydrogen 11
2.2.1.3 Tembaga Deoksida 12
2.2.2 Paduan Tembaga 13
2.2.2.1 Kuningan 13
2.2.2.2 Perunggu (Brons) 15
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
dengan presipitasi 18
2.3 Seng dan Paduannya 19
2.4 Magnesium dan Paduannya 20
2.5 Alumunium dan Paduannya 21
2.5.1 Sifat-sifat alumunium 21
2.6 Dapur Crucibel 23
2.7 Pemilihan Bahan Bata Tahan Api 26
2.7.1 Pemilihan bata tahan api 27
2.7.2 Bahan tahan panas 28
2.8 Semen Tahan Api 30
2.9 Konstruksi Dapur Pelebur 32
BAB 3 PERENCANAAN DAPUR 33
3.1 Konstruksi Dapur Pelebur 33
3.2 Cawan Lebur 34
3.2.1 Kapasitas cawan lebur 36
3.3 Pemilihan Alat Pemanas 38
3.4 Bata Tahan Api 39
3.5 Penumpu Cawan Lebur 41
3.6 Ruang Bakar 42
3.7 Dinding Luar 43
3.8 Perhitungan Pemakaian Bahan Bakar 44
3.8.1 Kalor untuk melebur alumunium (Q1) 45
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
3.8.3 Panas yang diserap dinding plat luar (Q3) 50
3.8.4 Panas yang diserap cawan lebur (Q4) 51
3.8.5 Panas yang diserap plat atas (Q5) 52
3.8.6 Kalor total yang diserap (Qtot) 53
3.8.7 Panas yang terbuang 53
3.8.8 Laju aliran panas ke dinding samping (q1) 53
3.8.9 Panas yang terbuang melalui plat atas (q2) 57
3.8.10 Panas yang terbuang melalui lubang cawan pelebur (q4) 60
3.8.11 Waktu peleburan 61
3.8.12 Kebutuhan bahan bakar 63
3.9 Tabel Hasil Perhitungan 64
BAB 4 PROSES PEMBUATAN DAPUR 66
4.1 Pembuatan Drum 66
4.2 Penyusunan Bata Tahan Api 70
4.3 Pasangan Batu Penumpuh Cawan Pelebur 71
4.4 Peralatan yang Digunakan 71
BAB 5 KESIMPULAN 72
DAFTAR PUSTAKA 75
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Hubungan antara laju pengurangan dan
Ketidakmurnian dalam hantaran listrik 10
Gambar 2.2 Diagram Fasa Cu – O 11
Gambar 2.3 Diagram Fasa Cu-Zn 14
Gambar 2.4 Diagram Fasa Cu-Sn 17
Gambar 2.5 Diagram Fasa Tembaga 19
Gambar 2.6 Diagram Fasa Magnesium 20
Gambar 2.7 Diagram Fasa Aluminium 22
Gambar 2.8 Dapur Kedudukan Tetap 23
Gambar 2.9 Dapur Krusibel bisa dimiringkan 24
Gambar 2.10 Penampang Tanur Udara 25
Gambar 2.11 Tanur Induksi
(a) penampang, 26
(b) kumparan bisa diangkat 26
(c) garis gaya pada tanur induksi 26
Gambar 3.1 Bentuk dan Ukuran Cawan Lebur 37
Gambar 3.2 Dimensi Bata tahan api 41
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3.5 Suhu dan Laju Aliran Panas yang Terjadi di Dapur
Selama Proses Peleburan 47
Gambar 4.1 Bentangan Plat 67
Gambar 4.2 Tutup Plat Atas 68
Gambar 4.3 Penampangan Penutup Cawan Lebur 69
Gambar 4.4 Lubang Pemasukan Alat Pemanas 69
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Hubungan antara laju pengurangan dan
Ketidakmurnian dalam hantaran listrik 10
Gambar 2.2 Diagram Fasa Cu – O 11
Gambar 2.3 Diagram Fasa Cu-Zn 14
Gambar 2.4 Diagram Fasa Cu-Sn 17
Gambar 2.5 Diagram Fasa Tembaga 19
Gambar 2.6 Diagram Fasa Magnesium 20
Gambar 2.7 Diagram Fasa Aluminium 22
Gambar 2.8 Dapur Kedudukan Tetap 23
Gambar 2.9 Dapur Krusibel bisa dimiringkan 24
Gambar 2.10 Penampang Tanur Udara 25
Gambar 2.11 Tanur Induksi
(a) penampang, 26
(b) kumparan bisa diangkat 26
(c) garis gaya pada tanur induksi 26
Gambar 3.1 Bentuk dan Ukuran Cawan Lebur 37
Gambar 3.2 Dimensi Bata tahan api 41
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3.5 Suhu dan Laju Aliran Panas yang Terjadi di Dapur
Selama Proses Peleburan 47
Gambar 4.1 Bentangan Plat 67
Gambar 4.2 Tutup Plat Atas 68
Gambar 4.3 Penampangan Penutup Cawan Lebur 69
Gambar 4.4 Lubang Pemasukan Alat Pemanas 69
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Berat Jenis Beberapa Jenis Logam 7
Tabel 2.2 Paduan Tembaga Utama Tempaan 13
Tabel 3.1 Berat Total Dapur 64
Tabel 3.2 Total Kalor yang Diserap 64
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dewasa ini dapat memungkinkan ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesat, dilain pihak teknologi akan berfungi dan
berkembang lebih jauh lagi jika ilmu pengetahuan yang diterapkan.
Bila kita perhatikan satu sosok komponen teknologi yang canggih, pada
hakekatnya berasal dari komponen yang sederhana yang telah mengalami
modifikasi lebih lanjut.
Kalau kita lihat industri pengecoran logam rakyat yang banyak terdapat
diberbagai tempat, misalnya Ceper, Tegal dan lain-lain. Pada umumnya masih
menggunakan dapur lebur yang sangat sederhana, yaitu hanya berupa cawan
pelebur yang kecil dan terbuat dari baaja yang ditumpu dan kemudian dibakar/
dipanasi dengan kompor minyak tanah atau arang kayu.
Dengan kondisi seperti itu, maka dalam pengoperasiannya banyak sekali
energi panas yang terbuang dan keselamatan kerja yang kurang terjamin
disamping tingkat produksinya yang rendah.
Dari keadaan tersebut diatas maka timbul beberapa masalah antara lain:
1. Bagaimana mengurangi jumlah panas yang terbuang.
2. Meningkatkan kapasitas.
3. Meningkatkan keselamatan kerja.
Berkaitan dengan masalah tersebut diatas, maka dalam membuat tugas
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
“ Rancang bangun dapur pelebur untuk melebur kuningan dan paduannya
dengan kapasitas 50kg untuk keperluan industri rumah tangga.” berbahan bakar
minyak tanah.
Alat pelebur ini merupakan barang modal yang amat penting di dalam
menunjang peningkatan produksi barang-barang coran khususnya kuningan. Oleh
sebab itu dalam pembuatannya harus teliti sesuai dengan tuntutan kondisi kerja.
Dapur pelebur ini mempunyai kapasitas 50kg memakai bahan bakar
minyak tanah dapat mengatasi masalah-masalah tersebut diatas. Dapur pelebur ini
terdiri dari beberapa komponen yang dalam pembuatannya memerlukan
pertimbangan- pertimbangan perencanaan yang meliputi perhitungan perpindahan
panas, pemilihan bahan, gambar dan pembuatan serta pengoperasiannya yang
mana semua ini merupakan penerapan pengetahuan secara teori dan pratek.
1.1 Latar Belakang Perencanaan
Saat ini pengecoran kuningan yang besar dan masih aktif berproduksi
masih sedikit dan salah satunya adalah Jaya Baja Jl.Metal No.15/9. Sedangkan
pengecoran logam yang berbentuk non industri atau berproduksi kecil banyak
bertebaran, yang mana mutunya masih perlu di perhatikan untuk dapat
ditingkatkan agar dapat bersaing di pasaran.
Ilmu Teknik Pengcoran Logam adalah salah satu teknik produksi dimana
di Indonesia masih memerlukan banyak usaha dalam pembinaannya yang lebih
terarah, sehingga kualitas produksi, kemampuan produksi dan biaya produksi
dalam proses memproduksi benda-benda coran akan menyaingi benda-benda
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Perlunya ada pembinaan ini jelas terlihat oleh para ahli ilmu pengecoran
untuk dapat mengembangkan industri pengecoran Indonesia yang mana salah satu
cara untuk dapat meningkatkan kemampuan di bidang ilmu pengecoran dengan
memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang baik kepada mahasiswa di
perguruan tinggi yang mengambil program studi Teknik Produksi.
Dengan mempertimbangkan hal diatas maka diperlukan adanya sarana
praktek yang memadai, yang mana salah satu utama dalam pengecoran adalah
dapur pelebur.
1.2 Maksud dan Tujuan Perencanaan
Maksud dan tujuan dari perencanaan dan pembangunan dapur pelebur
kuningan dengan kapasitas kecil ini adalah untuk dapat lebih memantapkan
mahasiswa dalam penguasaan teori mengenai pemilihan bahan dapur, bahan
penyekat panas serta efisiensi pemakaian bahan, juga pemilihan dapur pelebur
yang sesuai dengan material yang akan dilebur. Dimana penguasaan teori ini
dapat langsung diterapkan dalam praktek pembangunan dapur pelebur tersebut.
Dan juga nantinya mahasiswa dapat membuat cetakan-cetakan logam sendiri yang
selanjutnya dapat menghasilkan benda-benda cor yang kualitasnya dapat terus
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
1.3 Ruang Lingkup Perencanaan
Berhubungan dengan sangat luasnya persoalan dalam permasalahan
pengecoran, maka akan dibatasi ruang lingkup tugas sarjana ini yaitu tentang
rancangan sebuah dapur pelebur yang akan melebur alunimium dengan kapasitas
kecil sehingga cocok untuk dijadikan sebagai contoh untuk bahan pembanding
dalam melakukan praktikum di Laboratorium Teknik Pengecoran.
Karena pada perencanaan dapur pelebur ini diharapkan agar dapur
peleburan ini nantinya akan dapat bekerja dengan baik maka perencanaan dari
dapur ini meliputi perencanaan besarnya kalor yang dibutuhkan dapur yang
nantinya akan berhubungan dengan pemakaian bahan bakar dan efisiensi dapur
serta ketahanan bahan dapur tersebut terhadap operasi dapur dan juga mengetahui
sifat-sifat material yang akan dilebur yaitu kuningan.
1.4 Metode Perencanaan
Dalam menyelesaikan perencanaan pembangunan dapur pelebur ini
dipakai tiga dasar penyelesaian, yaitu:
1. Melalui studi literatur dan saran dari dosen pembimbing.
2. Melalui perbandingan di lapangan dan perhitungan perencanaan.
3. Melalui penyelesaian persoalan-persoalan yang muncul dalam proses
perancangan.
Jadi,langkah permulaan yang diambil dari perencanaan adalah berdasakan
pada data-data atau perhitungan pada literatur serta masukan dari dosen
pembimbing. Selanjutnya adalah melaksanakan perbandingan dengan dapur
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Dan langkah terakhir adalah menyelesaikan masalah yang timbul ketika
dalam perancangan yang tidak terdapat dalam literatur sehingga memerlukan
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Logam Bukan Besi (Nonferrous Metal)
Indonesia merupakan negara penghasil bukan besi yaitu penghasil timah
putih, tembaga, nikel, aluminium dan sebagainya. Dalam keadaan murni logam
bukan besi ini memiliki sifat yang sangat baik namun untuk meningkatkan
kekuatan umumnya dicampur dengan logam lain sehingga membentuk paduan.
Ciri dari logam non besi ini adalah daya tahannya terhadap korosi yang tinggi,
daya hantar listrik yang baik dan dapat berubah bentuk secara mudah. Pemilihan
dari paduan logam non besi ini tergantung pada banyak hal antara lain kekuatan,
kemudahan dalam pemberian bentuk, berat jenis, harga bahan baku, upah
pembuatan dan penampilannya.
Logam bukan besi ini dibagi dalam dua golongan menurut berat jenisnya,
yaitu logam berat dan logam ringan. Logam berat adalah logam yang
mempunyai berat jenis di atas 5 kg/m3 sedangkan logam ringan adalah logam
yang berat jenisnya kurang dari 5 kg/m3.
Berat jenis dari masing-masing logam non besi ini dapat dilihat pada Tabel
2.1. Secara umum dapat dinyatakan bahwa makin berat suatu logam bukan besi
maka makin baik daya tahan korosinya. Bahan logam bukan besi yang sering
dipakai adalah paduan tembaga, paduan alumunium, paduan magnesium dan
paduan timah. Tabel 2.1 ini memperlihatkan perbandingan berat jenis serta
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 2.1 Berat Jenis Beberapa Jenis Logam ( lit 1 hal 64 )
Logam Berat Jenis
( kg / m3 )
Aluminium
Tembaga
Kuningan
Timah Hitam
Magnesium
Nikel
Seng
Besi
Baja
2.643
8.906
8.750
11.309
1.746
8.703
7.144
7.897
7.769
2.2 Tembaga dan Paduannya 2.2.1 Tembaga Murni
Secara industri sebagian besar penggunaan tembaga dipakai sebagai kawat
atau bahan untuk penukar panas dalam memanfaatkan hantaran listrik dan
panasnya yang baik. Sejak tahun 1913 sebagai satuan hantaran listrik
dipergunakan % IACS (International Annealed Copper Standard) yang
mempunyai nilai rata-rata 100% untuk tembaga teknis. Dalam standar ini suatu
hantaran dinyatakan 100% kalau tahanan spesifik pada 200 C adalah 1,7241 cm
atau 0,153280 /g.m (pada masa jenis 8,89 g/cm3). Sesuai dengan perkembangan
dalam teknologi pemurnian, kemurnian tembaga telah sangat diperbaiki dan
sekarang tembaga yang paling murni mempunyai konduktifitas listrik 103%.
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
detik) dalam tahun 1950-an sampai 0,941 cal/ (cm. derajat. detik) dalam tahun
1970-an.
Gambar. 2.1 menunjukkan perubahan % IACS oleh konsentrasi,
ketakmurnian, (a) untuk kasus yang mengandung oksigen rendah dan (b) untuk
yang mengandung 0,03% Oksigen. Pengaruh unsur paduan pada hantaran listrik
umumnya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur yang membentuk larutan padat;
yang memberikan pengaruh lebih kecil kalau terjadi presipitasi. Dengan adanya
oksigen perbandingan pengurangan dari P, As, dsb, menurun, hal ini disebabkan
larutan pada jumlahnya menurun oleh adanya formasi oksida.
Tembaga murni untuk keperluan industri dicairkan dari tembaga yang
diproses dengan elektrolisa, dan diklasifikasikan menjadi tiga macam menurut
kadar oksigen dan cara deoksidasi, yaitu tembaga ulet, tembaga deoksidasi, dan
tembaga bebas oksigen. Kalau O terkandung dalam tembaga unsur-unsur
pengotor dapat mengendap sebagai oksida maka jumlah larutan padat untuk
menaikkan hantaran listrik, menjadi kurang. Dengan oksida yang banyak pada
temperatur tinggi dapat menyebabkan kegetasan hydrogen, untuk mencegah ini
dipergunakan tembaga deoksidasi atau tembaaga bebas oksigen. Dalam tembaga
murni untuk keperluan industri biasa terdapat unsur-unsur gas yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai sifat. Oksigen adalah unsur yang penting yang
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
2.2.1.1 Pengaruh oksigen
Gambar. 2.2 menunjukkan digram fasa untuk sistem Cu-O jumlah larutan
padat maksimum dari O pada titik eutektik 1065 0 C, adalah 1,008%. Tembaga
ulet mengandung sampai 0,04% O terdiri dari struktur berfasa ganda dengan Cu
dan Cu2O. Dalam coran, struktur eutektik dari Cu- Cu2O dapat dilihat, tetapi
dengan pengerjaan berubah menjadi struktur dimana partikel-partikel Cu2O
mengarah dalam arah pengerjaan. Cu2O merupakan fasa berbentuk piringan
diharapkan memberikan pengaruh yang kurang buruk terhadap sifat-sifat
mekanik, tetapi kalau jumlahnya banyak akan menyukarkan dalam pengerjaan
dingin, jadi lebih baik mengontrol kadar oksigen agar rendah walaupun untuk
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.1 Hubungan antara laju pengurangan dan
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
2.2.1.2 Pengaruh hidrogen
Tembaga cair mengabsorb hidrogen bersama-sama oksigen. Banyak H2
yang terkandung membentuk gas pada waktu pendinginan. Kalau pencairan
tembaga dilakukan pada atmosfir yang lembab terjadi desosiasi H2O pada
permukaan tembaga cair. Jumlah hidrogen yang larut di dalam tembaga cair
sebanding lurus dengan akar 2 dari konsentrasi hidrigen, dan hidrigen masuk ke
dalam tembaga dalam keadaan atom. Dalam keadaan padat kelarutan hidrogen
menurun banyak, tetapi hidrigen dengan jumlah besar yang cukup dapat terlarut
dalam keadaan padat di antara kisi atom. Menurut pengukuran yang sebenarnya
dalam keadaan padat terkandung H sebanyak 1/2 – 1/3 dari O.
Gambar. 2.2 Diagram fasa Cu – O.
H dalam tembaga yang mengandung O bereaksi dengan Cu2O membentuk
gelembung-Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
gelembung yang mengakibatkan berbagai cacat dalam batas butir. Jadi tembaga
liat mengandung jumlah O yang cukup menjadi getas karena pemanasan dalam
atmosfir tereduksi, hal ini sering dinamakan penyakit hidrogen. Untuk keadaan
tersebut tidak dapat dipergunakan tembaga ulet kecuali tembaga deoksidasi,
tembaga bebas hidrogen atau tembaga deoksidasi fosfor.
2.2.1.3 Tembaga deoksidasi
P sering dipergunakan untuk deoksidasi Cu. Karena kegetasan yang
disebabkan hidrogen merupakan kerugian, maka tembaga deoksidasi faktor
dipergunakan untuk pengelasan dan penyolderan. Jumlah P tersisa adalah 0,004 –
0,040% yang mengurangi konduktifitas listrik. Sebagai tambahan CaB6 dan Li
dipergunakan juga untuk deoksidasi. Karena Li adalah efektif untuk deoksidasi
dan untuk dihidrogenisasi tanpa menyebabkan penurunan hantaran listrik, maka
dengan maksud yang sama dapat dipergunakan juga bagi tembaga bebas oksigen.
Di Amerika Serikat tembaga oksigen dibuat dari tembaga elektrolitik yang
sangat murni dengan mempergunakan tungku induksi frekuensi rendah, dalam
atmosfir gas CO dengan pengecoran kontinu, hasilnya dinamakan tembaga
hantaran tinggi bebas oksigen (tembaga OFHC). Di Jerman tembaga dibuat
sampai 0,013%O yang dihilangkan gasnya dengan Li dan dituang dalam atmosfir
CO didapat tembaga bebas oksigen. Di Jepang tembaga dibuat dengan
mencairkannya dalam vakum atau dalam gas CO. Dengan demikian O menjadi
lebih rendah dari 0,001%, kadar H lebih rendah, tidak terjadi penggetasan
hidrogen. Tembaga tersebut dipergunakan untuk katoda tabung sinar X dan
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
2.2.2 Paduan Tembaga
Tembaga membentuk larutan padat dengan unsur-unsur logal lain dalam
daerah yang luas, dan dipergunakan untuk berbagai keperluan. Tabel 2.2
menunjukkan contoh dari paduan tembaga untuk proses pembentukan.
Paduan untuk coran hampir mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi
untuk memperbaiki mampu cornya dan mampu mesinnya komposisi kimianya
agak berbeda dalam beberapa komponen.
Tabel 2.2 Paduan Tembaga Utama Tempaan
2.2.2.1 Kuningan
Kuningan berasal dari zaman Romawi, Gb. 2.3 menunjukkan diagram fasa
Cu-Zn. Dalam sistem ini terdapat 6 fasa yaitu, , , , , , dan , dari semua fasa
itu yang penting secara industri adalah dua, yaitu dan . mempunyai struktur
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
telah diketahui dari diagram fasa untuk kuningan 70-30, fasa merupakan fasa
yang lunak dan mudah dikerjakan, sedangkan kuningan 60-40, adalah fasa +
yang mempunyai kekuatan tinggi, dan banyak paduan dari in yang mempunyai
kekuatan tarik yang tinggi. Paduan dengan kira-kira 45%Zn mempunyai kekuatan
yang paling tinggi akan tetapi tidak dapat dikerjakan, jadi hanya dipergunakan
untuk paduan coran.
Gambar. 2.3 Diagram fasa Cu-Zn
(1) Kuningan khusus
Kuningan yang dicampur unsur ketiga untuk memperbaiki ketahanan
korosi, ketahanan aus, mampu mesin, dsb, disebut kuningan khusus. unsur-unsur
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
dalam dan , sehingga tidak membentuk fasa baru hanya mengubah
perbandingan antara fasa dan .
Pb larut padat dalam kuningan hanya sampai 0,4%, dan kelebihannya
mengendap dalam batas butir dan di dalam butir terdispersikan secara halus yang
hal ini memperbaiki mampu mesin dan membuat permukaan yang halus oleh
karena itu dipergunakan untuk roda gigi pada jam yang dibebani secara ringan.
Sn memperbaiki ketahanan korosi dan sifat-sifat mekaniknya kalau
ditambahkan dalam daerah larutan padat.
Al adalah adalah efektif untuk memperhalus butir kristal dan memperbaiki
ketahanan korosi terhadap air laut jadi paduan ditambah 1,5 sampai 2,5%Al dapat
dipergunakan untuk pipa kondensor dsb.
(2) Kuningan berkekuatan tarik yang tinggi
Kuningan yang berkekuatan tarik yang tinggi dibuat dari kuningan 60-40
dengan paduan 5%Mn, 2%Fe, dan 2%Al, tidak melebihi jumlah 3-5%. Ni
memberikan pengaruh sama dan memperbaiki sifat-sifatnya sesuai dengan jumlah
yang ditambahkan, yang bisa ditambahkan sampai 10%.
2.2.2.2 Perunggu (brons)
Paduan ini dikenal oleh manusia sejak lama sekali. Perunggu merupakan
paduan antara Cu dan Sn dalam arti yang sempit. Tetapi dalam arti yang luas
perunggu berarti paduan Cu dengan unsur logam lainnya selain dari Zn.
Dibandingkan dengan tembaga murni dan kuningan, perunggu merupakan paduan
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
ketahanan ausnya dan ketahanan korosinya oleh karena itu banyak dipergunakan
untuk berbagai komponen mesin, bantalan, pegas, coran artistik dsb.
(1) Perunggu timah putih
Gambar. 2.4 menunjukkan diagram Cu-Sn. Ada delapan fasa, yaitu , ,
, , , , dan Sn. Fasa merupakan struktur fcc pada 520 0 C larut pada
15,8%Sn, dan kalau temperatur diturunkan batas kelarutan padatnya juga menurun
akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama untuk mengendapkan fasa Sn,
oleh karena itu tidak perlu lagi memperhatikan perubahan batas kelarutan padat.
Selanjutnya komposisi dari paduan praktis adalah 4-12%Sn, oleh karena itu tidak
perlu memperhatikan fasa-fasa di daerah paduan tinggi.
Sn adalah lebih mahal dari kuningan. Oleh karena itu kuningan
dipergunakan sebagai bahan baku dan selanjutnya bahan yang dicampur 4-5%Sn
dipergunakan untuk keperluan khusus sedangkan hampir semua paduan perunggu
ini dalam industri dipakai dalam bentuk coran. Brons timah putih mempunyai
sejarah yang lama, sehingga dari penggunaannya paduan dasar dengan 8-12%Sn
dinamakan metal, paduan dengan 10%Sn dan 23%Sn dinamakan admiralty gun
metal, sedangkan yang mengandung 18-23%Sn disebut ”brons bell” dan paduan
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
[image:30.595.116.459.83.438.2]USU Repository © 2009
Gambar. 2.4 Diagram fasa Cu-Sn
(2) Perunggu posfor (brons posfor)
Pada paduan tembaga posfor berguna sebagai penghilang oksida, oleh
karena itu penambahan posfor 0,05-0,5% pada paduan memberikan kecairan
logam yang lebih baik. Brons posfor mempunyai sifat-sifat lebih baik dalam
keelastisannya, kekuatan dan ketahanan terhadap aus. Ada tiga macam brons
posfor yang dipergunakan dalam industri yaitu brons biasa yang tidak mempunyai
kelebihan P yang dipakai dalam proses menghilangkan oksida, brons posfor untuk
pegas dengan kadar 0,05-0,15% yang ditambahkan kepada brons yang
mengandung Sn kurang dari10% dan brons posfor untuk bantalan yang
mengandung 0,3-1,5%P ditambahkan kepada brons yang mengandung lebih dari
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
(3) Brons Aluminium
Paduan yang dipergunakan dalam industri mengandung 6-7%Al
dipergunakan untuk pabrikasi dan paduan dengan 9-10%Al dipergunakan untuk
coran. Paduan ini mempunyai kekuatan yang baik dari pada brons timah putih
dengan sifat mampu bentuk yang lebih dan ketahanan korosi yang baik, sehingga
penggunaannya lebih luas. Tetapi mampu cornya kurang baik sehingga
memerlukan teknik yang khusus pada pengecorannya.
2.2.2.2 Paduan tembaga yang dapat dikeraskan dengan presipitasi
Ada beberapa macam paduan tembaga yang mempunyai diagram fasa di
mana kelarutan pada larutan padat di daerah Cu meningkat menurut temperatur.
Kalau paduan ini didinginkan secara tiba-tiba dari larutan padat yang homogen
pada temperatur tinggi dan kemudian dituangkan pada temperatur yang cocok,
maka akan terjadi pengerasan oleh adanya fasa presipitasi yang halus yang
terdispersikan. Sebagai tambahan terhadap paduan biner yaitu Cu-Ag, Cu-Cd,
Cu-Zr, Cu-Cr, Cu-Ti, Cu-Fe2P-Cd, Cu- Ni2Si, Cu-Be Co, Cu-Ti-Sn-Cr, dsb. Di
antara semua itu paduan Cu-Be mempunyai kekuatan yang paling tinggi dengan
pengerasan presipitasi, penggunaannya bukan saja untuk pegas-pegas yang dapat
dialiri listrik dan elektroda-elektroda untuk pengelasan titik, tetapi juga untuk
palu-palu yang dipergunakan di dalam pabrik-pabrik yang mengolah produk yang
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
[image:32.595.139.479.78.443.2]USU Repository © 2009
Gambar 2.5 Diagram Fasa Tembaga ( lit 4 hal 361 )
2.3 Seng dan Paduannya
Seng adalah logam bukan besi kedua setelah tembaga yang diproduksi secara
besar yang mana lebih dari 75% produk cetak tekan terdiri dari paduan seng.
Logam ini mempunyai kekuatan yang rendah dengan titik cair yang juga rendah
dan hampir tidak rusak di udara biasa. Dan dapat dipergunakan untuk pelapisan
pada besi, bahan baterai kering dan untuk keperluan percetakan.
Selain itu seng juga mudah di cetak dengan permukaan yang bersih dan rata,
daya tahan korosi yang tinggi serta biaya yang murah. Dikenal seng komersial
dengan 99,99% seng yang di sebut special high grade. Untuk cetak tekan
diperlukan logam murni karena unsur-unsur seperti timah, kadmium dan tin dapat
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Paduan seng banyak digunakan dalam industri otomotif, mesin cuci,
pembakar minyak, lemari es, radio, gramafon, televisi, mesin kantor dan
sebagainya.
2.4 Magnesium dan Paduannya
Paduan Magnesium (Mg) merupakan logam yang paling ringan dalam hal
berat jenisnya. Magnesium mempunyai sifat yang cukup baik seperti alumunium
hanya saja tidak tahan terhadap korosi. Magnesium tidak dapat dipakai pada suhu
di atas 1500 C karena kekuatannya akan berkurang dengan naiknya suhu.
Sedangkan pada suhu rendah kekuatan magnesium tetap tinggi.
Magnesium dan paduannya lebih mahal daripada alumunium atau baja dan
hanya digunakan untuk konstruksi ringan. Banyak digunakan untuk industri
pesawat terbang, alat potret, teropong, suku cadang mesin dan untuk peralatan
mesin yang berputar dengan cepat dimana diperlukan nilai inersia yang rendah.
Logam magnesium ini mempunyai temperatur 6500 C yang perubahan fasanya
[image:33.595.134.493.498.677.2]dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Karena ketahanan korosi yang rendah ini maka magnesium memerlukan
perlakuan kimia atau pengecatan khusus segera setelah benda di cetak tekan.
Paduan magnesium memiliki sifat tuang yang baik dan sifat mekanik yang baik
dengan komposisi 9% Al, 0,5% Zn, 0,13% Mn, 0,5% Si, 0,3% Cu, 0,03% Ni dan
sisanya Mg. Kadar Cu dan Ni harus rendah untuk menekan korosi.
2.5 Alumunium dan Paduannya 2.5.1 Sifat-sifat Alumunium
Dalam pengetian kimia alumunium termasuk logam yang reaktif. Apabila di
udara terbuka ia akan beraksi dengan oksigen, jika reaksi berlangsung terus maka
alumunium sebenarnya bereaksi bahkan lebih cepat daripada besi. Namun lapisan
luar alumunium oksida yang terbentuk pada permukaan logam itu merekat kuat
sekali pada logam di bawahnya dan membentuk lapisan yang kedap oleh karena
itu dapat dipergunakan untuk keperluan konstruksi tanpa takut terhadap sifat
kimia yang sangat reaktif. Tapi jika logam bertemu dengan alkali lapisan
oksidanya akan mudah larut. Lapisan oksidanya akan bereaksi secara aktif dan
akhirnya akan mudah larut dalam cairan alkali. Sebaliknya berbagai asam
termasuk asam nitrat pekat tidak berpengaruh kepada alumunium, karena lapisan
alumunium kedap terhadap asam.
Alumunium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi
sangat baik karena pada permukaannya terdapat suatu lapisan oksida yang
melindungi logam dari korosi dan hantaran listriknya cukup baik sekitar 3,2 kali
daya hantar listrik besi. Berat jenis alumunium 2,643 kg/m3 cukup ringan di
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Kekuatan alumunium yang berkisar 83 – 310 Mpa dapat dilipatkan melalui
pengerjaan dingin atau pengerjaan panas. Dengan menambah unsur paduan
pengerjaan panas atau dengan dan perlakuan panas dapat diperoleh paduannya
[image:35.595.115.514.197.518.2]dengan kekuatan melebihi 700 Mpa paduannya.
Gambar 2.7 Diagram Fasa Alumunium ( lit 4 hal 375 )
Alumunium dapat ditempa, ekstruksi, dilengkungkan, diregangkan, diputar,
dispons, diembos, dirol dan ditarik untuk menghasilkan kawat. Dipasaran dapat
diperoleh Alumunium dalam bentuk kawat Foil, lembaran, pelat dan profil.
Semua paduan Alumunium ini dapat di mampu bentuk (wrought alloys) dapat di
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009 2.6 Dapur Crucibel
Dapur crucibel adalah dapur yang paling tua digunakan. Dapur ini
konstruksinya paling sederhana. Dapur ini ada yang menggunakan kedudukan
tetap dimana pengambilan logam cair dengan memakai gayung. Dapur ini sangat
fleksibel dan serba guna untuk peleburan yang skala kecil dan sedang. Bahan
bakar dapur krusibel ini adalah gas atau bahan bakar minyak, karena mudah
mengawasi operasinya. Ada pula dapur yang dapat dimiringkan sehingga
pengambilan logam dengan menampung di bawahnya. Dapur ini biasanya dipakai
untuk skala sedang dan skala besar. Dapur krusibel jenis ini ada yang
dioperasikan dengan tenaga listrik sebagai alat pemanasnya yaitu dengan induksi
listrik frekuensi rendah dan dapat juga dengan bahan bakar gas atau minyak
sebagai bahan bakarnya. Sedangkan dapur krusibel yang memakai burner sebagai
[image:36.595.153.451.419.693.2]alat pemanas dengan kedudukan tetap dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
[image:37.595.150.491.83.406.2]USU Repository © 2009
Gambar 2.9 Dapur Krusibel bisa dimiringkan
Tanur udara terbuka adalah tanur yang bentuknya seperti tungku yang agak
rendah dan logam cair akan melebar dan dangkal. Pada bagian bawah tanur
dipasang 4 buah ruang pemanas (regenarator). Tanur juga disangga oleh dua buah
rol yang memungkinkan untuk dimiringkan pada saat pengeluaran terak atau
logam cair. Burner diletakkan pada kedua sisi tanur dan dioperasikan secara
periodik untuk mendapatkan panas yang merata. Tanur udara terbuka biasanya
digunakan untuk peleburan baja. Tanur ini dipanaskan dengan alat pemanas
dengan bahan bakarnya minyak. Burner dan udara pembakaran ditempatkan pada
salah satu ujung tanur dan udara sisa pembakaran akan keluar dari ujung yang
lain. Komposisi kimia dapat dikontrol lebih baik pada dapur ini dibanding dengan
dapur kupola. Bila ingin melakukan penambahan dilakukan dengan membuka
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Tanur ini biasanya digunakan untuk melebur besi cor putih dan besi cor
mampu tempa, dan kadang juga digunakan untuk peleburan logam non besi.
Biaya operasi tanur ini lebih tinggi dibanding dengan kupola. Sering juga tanur
ini dikombinasikan dengan kupola dalam operasinya. Mula-mula peleburan
dilakukan dengan kupola kemudian cairan dipindahkan ke tanur udara untuk
[image:38.595.112.509.252.494.2]diatur komposisinya. Skema tanur udara dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Penampang Tanur Udara
Tanur Induksi listrik adalah tanur yang melebur logam dengan medan
elektromagnet yang dihasilkan oleh induksi listrik, baik yang berfrekuensi rendah
maupun yang berfrekuensi tinggi. Tanur induksi biasanya berbentuk krusibel
yang dapat dimiringkan. Tanur ini dipakai untuk melebur baja paduan tinggi, baja
perkakas, baja untuk cetakan, baja tahan karat dan baja tahan panas yang tinggi.
Tanur ini bekerja berdasarkan arus induksi yang timbul dalam muatan yang
menimbulkan panas sehingga memanasi krusibel dan mencairkan logam di dalam
krusibel. Bentuk dari tanur induksi listrik dapat dilihat pada Gambar 2.11 di
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
[image:39.595.123.522.86.520.2]USU Repository © 2009
Gambar 2.11 Tanur Induksi (a) Penampang
(b) Kumparan yang bisa diangkat (c) Garis gaya pada tanur induksi
2.7 Pemilihan Bahan Bata Tahan Api
Bahan bata tahan api yang digunakan untuk dapur pelebur tipe krusibel
dengan bahan bakar minyak tanah ini, ditentukan dengan memperhatikan
sifat-sifat dapur dan disebabkan dapur yang bekerja pada temperatur 9780 C.
Dari perencanaan suhu tersebut diharapkan beban dari dapur tidak akan
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
dari bahan. Koefisien dari daya hantar panas juga tergantung dari suhu karena
koefisien ini akan berkurang nilainya bila suhu dinaikkan.
Oleh karena itu dalam pemilihan bata tahan api untuk lapisan dinding dapur
dan alas dapur bahannya haruslah ditentukan dan dipilih sebaik mungkin agar
dapat bertahan lama, tidak mudah pisah dan dapat meningkatkan efesiensi dapur.
2.7.1 Pemilihan Bata Tahan Api
Bata tahan api yang umum digunakan untuk dapur pelebur tipe krusibel adalah
bata tahan api SK32 yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Tidak melebur pada suhu yang relatif tinggi
- Sanggup menahan lanjutan panas yang tiba-tiba ketika terjadi pembebanan
suhu
- Tidak hancur di bawah pengaruh tekanan yang tinggi ketika digunakan pada
suhu yang tinggi
- Mempunyai koefisien thermal yang rendah sehingga dapat memperkecil
suhu yang keluar
- Memiliki tekanan listrik tinggi jika digunakan untuk dapur listrik
Bahan tahan api ini diklasifikasikan dalam beberapa jenis yaitu golongan
Asam, Basa dan Netral. Pemilihan ini sesuai dengan dapur apa yang akan
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
1. Bahan Tahan Api Jenis Asam
Biasanya terdiri dari pasir silica dan tanah liat tahan api (fire clay). Silica
adalah bentuk murni melebur pada suhu 17100 C. Bahan tahan api ini
terdiri dari hidrat alumina silica (Al2O3, 2SiO2, 2H2O).
2. Bahan Tahan Api Jenis Basa
Biasanya terdiri dari magnesia, clionie magnesia dan dolomite magnesia
mempunyai titik lebur tinggi dan baik untuk melawan korosi, bahan-bahan
ini terdiri dari 20 – 30 % MgO dan 70 – 80% cliromite dolomite terdiri
dari kalsium karbonat dan magnesia (CaCO3, MgCO3) Dolomite stabil
yang terdiri dari CaCO3, SiO3 dan MgO adalah bahan tahan api yang lebih
baik dari pada dolomite biasa sehingga lebih tidak mudah retak.
3. Bahan Tahan Api Jenis Netral
Terdiri dari carbon, grafit, cliromite dan silimanite. Bahan tahan api ini
tidak membentuk phasa cair pada pemanasan penyimpan kekuatan pada
suhu tinggi jenis cliromite terbuat dari biji cliromite yang komposisinya
terdiri dari 32% FeO dan 68% CrO3 dan mempunyai titik cair sekitar
21890 C silimate terdiri dari 63% Al2O3 dan 37% SiO2 dan mempunyai
titik cair sekitar 19000 C.
2.7.2 Bahan Tahan Panas
Bahan dasar untuk pembuatan bata yang dibakar adalah tanah liat. Tanah liat
itu terjadi dari tanah napal (tanah nawas asam kersik) yang dicampur dengan
bahan yang alin seperti pasir.Bahan dasar tanah liat didapat di alam dalam
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Dua sifat menyebabkan tanah liat cukup dipakai untuk industri bakar.
1. Keadaan liat atau dapat diremas yang perlu untuk tetap berada dalam
bentuk yang sekali diberikan.
2. Struktur seperti bata yang baru terjadi setelah hasil pembakaran.
Jika panas terlampau tinggi dalam pembakaran,maka bahan bakar dapat
melebur. Tidak semua jenis tanah liat melebur pada saat yang sama. Dasar dan
susunan bahan-bahan itu menentukan besarnya derajat panas yang dibutuhkan.
Untuk menggantikan struktur asli dalam struktur bata atau untuk melebur bata.
Tanah napal atau tanah tawas asam kersik atau batu bata mengandung
Veldspaat susunannya adalah:
- Tanah tawas 39,56%
- Asam kersik 46,50%
- Air 13,94% (lit 14 hal 71)
Dimana asam kersik itu sendiri melebur pada suhu 18000 C. Untuk tanah tawas
meleburnya dibutuhkan suhu yang tinggi lagi jadi jika asam kersik dan tanah
tawas bersenyawa dengan asam kersik menjadi tanah tawas asam kersik maka
persenyawaan ini pada suhu 12000 C sudah merupakan kaca.
Kualitas hasil yang didapat bertalian rapat dengan susunan.tanah liat, zat
bakar, panas yang terjadi ketika membakar dan lamanya membakar.
Bahan tahan panas yang dipakai untuk dapur ini adalah bata liat bakar yang
termasuk golongan bahan tahan api jenis asam dimana konduktivitas dari bata ini
adalah 0,69 W/m0 C. Pemilihan bata ini berdasarkan penelitian yang dilakukan
pada bata ini yaitu bata dipanasi sampai suhu kurang lebih 10000 C di dalam oven
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Ternyata bata tanah liat ini tidak mengalami perubahan bentuk struktur
mekanis dan fisiknya secara besar atau bata tanah liat bakar ini mampu dan sesuai
untuk digunakan pada dapur peleburan ini.
Dengan tahannya bata tanah liat ini dipanasi sampai suhu sekitar 10000 C,
sedangkan suhu dapur yang direncanakan hanya lebih kurang 9000 C sehingga
bata ini dapat digunakan untuk dapur pelebur ini, selain itu konduktivitas dari bata
ini juga kecil sehingga dapat mengurangi panas yang keluar dari ruang bakar
maka efesiensi panas dapat lebih ditingkatkan.
2.8 Semen Tahan Api
Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat bata tahan api serta untuk menutup
celah yang terjadi dari penyusunan bata.Bahan pengikat yang dipakai ini adalah
semen tahan api yang juga dapat menambah ketahanan bahan tahan api terhadap
suhu tinggi.
Untuk dapur peleburan ini dipakai bahan pengikat yaitu semen tahan api
dengan nomor jenis SK 32 yang dijual pasaran dengan komposisi kimia:
- SiO2 dengan kadar 96,33% ... (lit 4 hal 526)
- Al2O3 dengan kadar 0,28%
- CaO dengan kadar 2,74%
- Fe2O3 dengan kadar 0,56%
- Na2O dengan kadar 0,04%
- K2O dengan kadar 0,04%
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Sebagai bahan pengikat, semen tahan api ini dicampur dengan air dan pasir
silika dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Campuran semen dan pasir silika ini
kemudian diaduk selama kurang lebih 2 menit dan kemudian ditambahkan air dan
diaduk kurang lebih dari 3 menit. Kadar air harus dijaga sebaik mungkin karena
bila kadar air berlebihan akan menyebabkan gelembung gas dan lubang-lubang
kecil sedangkan bila air terlalu sedikit semen akan kehilangan sifat lekatnya
sehingga tidak dapat mengikat bata dengan baik dan akibatnya bata dapat ambruk
atau berlepasan. Selain kadar air yang berlebihan menyebabkan air berusaha
melepaskan diri sehingga akibatnya permeabilitas keadaan permukaan yang besar.
Pemakaian bahan pengikat juga memerlukan teknik yang baik karena tidak
boleh terjadinya retak dan harus dipadatkan sepadat mungkin. Selain itu ukuran
butir dari pasir silika dan semen tahan api juga harus dijaga dalam keadaan yang
seragam.
Kadar semen dan pasir silika juga menjadi faktor yang penting karena bila
kadar semen yang terlalu sedikit selain menyebabkan kehilangan sifat lekatnya
juga dapat membentuk gumpalan-gumpalan pasir serta menyebabkan konstruksi
bata tahan api susah dibongkar.
Jadi karakteristik dari bahan bata tahan panas dari dapur ini yaitu:
a) Bahan penyekat panas : Bata Tahan Api SK32
Titik Cair : 17100 C atau 1983 K
Konduktivitas panaas : 0,69% W/m0 C
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
b) Bahan pengikat : Semen tahan api SK 32
Titik Cair : 17100 C atau 1983 K
Konduktivitas panas : 1,1% W/m0 C
Berat Jenis : 1,75 g/cm3
2.9 Konstruksi Dapur Pelebur
Sesuai dengan judul perencanaan, maka berikut yang akan dijelaskan adalah
dapur pelebur dengan bahan bakar minyak. Konstruksi dapur pada dasarnya hanya
merupakan sebuah cawan pelebur yang terletak ditengah-tengah sebuah silinder
baja yang dilapisi dengan penyekat panas terdapat ruang bakar di antara cawan
pelebur dan dinding penyekat panas. Di bagian bawah terdapat unit pembangkit
untuk menyukupi kebutuhan energi panas untuk mengambil alumunium cair
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 3
PERENCANAAN DAPUR
3.1. Kontruksi Dapur Pelebur
Dapur Pelebur atau Crucible ini dirancang untuk melebur logam secara
fisik. Selanjutnya setelah logam mencair dan diketahui komposisi yang
dikehendaki,logam cair tersebut dituang ke dalam cetakan serta kemudian
dilakukan proses permesinan.
Alasan pemilihan dapur crucible yang digunakan karena :
1. Dapur crucible ini tidak memerlukan teknik pembuatan dan
pengoperasian yang terlalu rumit dibanding dapur pelebur jenis
lainnya, sehingga cocok digunakan untuk penelitian dan praktikum
bagi laboratorium foundry.
2. Dapur pelebur crucible ini dapat menggunakan bahan bakar yang
murah seperti minyak tanah
3. Cocok digunakan untuk melebur logam bukan besi yang mempunyai
temperatur cair tidak terlalu tinggi seperti aluminium.
4. Mudah dalam pengoperasiannya terutama untuk pengambilan terak
pada logam aluminium.
5. Bahan-bahannya murah dan mudah didapat sehingga biaya pembuatan
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Dapur crucible ini memakai bahan bakar minyak tanah yang memanasi
sebuah cawan lebur yang terletak di tengah-tengah sebuah silinder baja yang
dilapisi dengan bata tahan api,dimana antara cawan lebur dan bata tahan api
tersebut terdapat ruang bakar.
3.2. Cawan Lebur
Fungsi cawan lebur adalah tempat untuk logam cair selama proses peleburan
berlangsung. Cawan lebur harus mempunyai titik cair yang jauh lebih tinggi dari
titik logam yang akan dilebur. Pada perencanaan ini cawan lebur yang dipakai
adalah silinder dari baja yang dapat menampung 50kg logam cair.
Silinder baja di bagian atasnya dibuat berlubang. Cawan tuang ini terbuat
dari baja dengan kadar karbon kurang dari 1% dengan konduktivitas panas
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
- Diameter luar : 300 mm
- Tebal : 3 mm
- Tinggi : 370 mm
Pemilihan silinder baja ini sebagai cawan lebur didasarkan bahwa logam
yang akan dilebur adalah kuningan dengan temperatur cair 8880C, sedangkan
silinder baja mempunyai titik lebur 1538oC. Cawan lebur yang direncanakan ini
juga harus mempunyai ruang volume cawan yang mampu menampung logam cair
kuningan sesuai dengan spesifikasi tugas yang kurang lebih 50 kg metal cair.
Cawan lebur yang dipergunakan adalah silinder baja yang terbuat dari baja
paduan yang pembuatannya melalui proses pengolahan panas dengan berbentuk
lembaran kandungan karbon rendah. Dapat diketahui temperatur cair dari bahan
cawan lebur yaitu baja karbon rendah berkisar 1538oC. Sedangkan dapur ini
hanya bekerja pada temperatur maksimum 1188oC dan masih berada dibawah
batas temperatur kerja dari baja karbon ini.
Maka dapat dibuat sifat-sifat cawan lebur yang digunakan yaitu :
Bahan : Baja Paduan AISI 1310
( Mn < 1%, Si < 1%, C = 0,5%)
Titik Cair : 1538oC
Konduktivitas panas : 43 W/moC
Kekuatan tarik : 95 kg/mm2
Batas mulur : 40 kg/mm2
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
3.2.1. Kapasitas Cawan Lebur
Sesuai dengan perencanaan dimana Cawan Lebur akan mampu
menampung logam cair pada saat operasi peleburan dimana logam cair tidak akan
tumpah melebihi ketinggian cawan lebur.
Kapasitas maksimum logam kuningan yang dapat ditampung pada cawan
lebur adalah :
Wmaks =Vc.ρ
Dimana ; c c c cu t r cawan Volume V m kg kuningan jenis berat . . . / 8530 2 3 π ρ = = = = Dimana ; m peleburan untuk maksimum cawan tinggi t m cawan diameter D c c 3 , 0 294 , 0 = = = =
Dalam perhitungan alas cawan diasumsikan rata lihat pada gambar 3.1,
maka; kg W 63 , 173 8530 . 3 , 0 . 147 , 0 . . 2 max = =π
Kapasitas ini mencukupi untuk kapasitas yang direncanakan yaitu 50 kg,
aluminium cair. Berat cawan lebur adalah :
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Dimana ;
c
D = diameter luar cawan yaitu 0,300 m
ρ = 7801 kg/m3 ...(lit. 5 hal 581)
t = 0,37 m
x = 0,003 m
maka berat cawan lebur adalah :
kg W 84 , 28 003 , 0 . 3 , 0 . 7801 . 4 / 003 , 0 . 37 , 0 . 7801 . 2 1 = + =π π
[image:50.595.156.444.331.624.2]Bentuk dan ukuran dari cawan lebur dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
3.3. Pemilihan Alat Pemanas
Alat pemanas ini berfungsi untuk mencukupi kebutuhan panas yang
diperlukan untuk peleburan. Alat pemanas ini harus diletakkan sedemikian
mungkin sehingga api dapat bersikulasi dengan merata di dalam dapur. Dan untuk
dapur peleburan yang direncanakan ini, alat pemanas yang digunakan adalah
kompor minyak yang menggunakan bahan bakar minyak tanah.
Ada beberapa macam alat yang dapat membangkitkan panas bagi
kebutuhan dapur. Macam-macam sumber panas itu dapat dibangkitkan dengan
batu bara, induksi listrik, minyak, gas dan lain-lain.
Banyak yang menjadi pertimbangan kenapa kompor minyak tanah ini yang
digunakan. Salah satunya adalah karena pertimbangan biaya dimana harga dari
kompor minyak tanah ini murah dibandingkan dengan penggunaan alat pemanas
dengan bahan bakar lainnya.
Pertimbangan lainnya yaitu kompor minyak tanah yang digunakan ini
mempunyai kapasitas tangki sebesar 40 liter.
Selain itu minyak tanah yang digunakan sebagai bahan bakar mudah
didapatkan dan murah juga untuk disimpan dan diangkut.
Maka karakteristik dari alat pemanas yang digunakan adalah :
Alat pemanas : Kompor Minyak
Bahan bakar : Minyak tanah
Berat jenis : 0,82 g/cm3
Nilai pembakaran atas : 15940 kJ/Kg
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009 3.4. Bata Tahan Api
Bata tahan api adalah bahan yang dapat menahan temperatur tinggi dari
panas yang terjadi di dalam dapur selama operasi. Pada perencanaan ini bata tahan
panas yang digunakan adalah bata tahan api jenis SK32.
Untuk dinding dan alas dapur diperlukan kombinasi tipe empat persegi
panjang dan tipe segi tiga lancip sedangkan untuk pendukung cawan pelebur
diperlukan tipe lurus.
Jika : Tinggi dapur = 800 mm
Diameter ruang bakar = 500 mm
Tinggi ruang bakar = 600 mm
Maka bata tahan api diperlukan adalah sebagai berikut :
buah x bata tebal lapis tiap batas jumlah x dapur tinggi panjang persegi tempat Tipe 224 50 14 800 = = = buah x bata tebal lapis tiap batas jumlah x dapur tinggi lancip tiga segi Tipe 224 50 14 800 = = =
Tebal alas dapur = 200 mm
Tebal bata yang dipakai 200 mm selebihnya dilapisi dengan pasir, maka
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
buah x 37 37 37 200 = =
Bata disusun dan sebagai bahan pengikat dipakai semen SK 32 dengan
karakteristik sebagai berikut :
Titik lebur : 1710oC ...(lit 6 hal 767)
Konduktivitas : 1,1 W/m0C
Tegangan patah : 308 psi
Berat bata tahan api ini adalah :
ρ π
ρ
π. . 1. . /4. 2. 2.
2 Db xb tb Db xb
W = +
Dimana ;
Db = diameter luar bata
= 0,9 m
tb = tinggi bata
= 0,6 m
xb1 = tebal samping bata
= 0,2 m
= berat jenis bata
= 1600 kg/m3 ...(lit. 5 hal 584)
Maka berat bata adalah :
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
[image:54.595.114.513.111.265.2]Dimensi bata tahan api dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Dimensi Bata tahan api
3.4. Penumpu Cawan Lebur
Penumpu cawan lebur berfungsi untuk menumpu cawan lebur pada ruang
bakar. Penumpu ini terbuat dari bata tahan api jenis SK 32 yang mampu menahan
temperatur 1710 oC sedangkan temperatur ruang bakar hanya sampai sekitar 888
o
C. Penumpu yang digunakan berjumlah tiga buah dengan ukuran :
Tinggi : 230 mm
Lebar : 115 mm
Tebal : 65 mm
Berat dari ketiga penumpu ini adalah 3. 0,40 kg = 1,2 kg. Penumpu ini
akan menahan berat yang akan ditumpu yaitu :
W = 50 kg + 28,84 kg
= 78,84 kg
A = Luas penampang penumpu
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
G = Berat persatuan panjang
= 78,84/0,3 = 262,81 kg/m
Beban total yang diterima oleh satu penumpu yaitu 1/3 (78,84) = 26,25 kg
3.5. Ruang Bakar
Ruang bakar adalah tempat nyala api untuk membakar dinding cawan.
Ruang bakar mempunyai ukuran 1/3 dari ukuran diameter cawan lebur, dengan
demikian maka lebar ruang bakar ini adalah 100 mm sedangkan tinggi ruang
bakar adalah tinggi cawan lebur ditambah tinggi dudukan dari cawan lebur yaitu
[image:55.595.127.476.341.643.2]230 mm. Maka dimensi ruang bakar dapat dilihat pada gambar 3.3.
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Ukuran dari ruang bakar ditentukan dari :
1. Lebar = 2.1/3. diameter cawan lebur + diameter cawan .... (lit 11 hal
263)
= 2.1/3 . 300 + 300
= 500 mm
2. Tinggi = tinggi cawan lebur + 230 + tebal bata tahan api dasar
= 370 + 230 + 100
= 700 mm
3. Volume d2 t – volume cawan lebur
= (0,5)2
0,7 – (0,3)2 0,37 = 0,44 m3
3.6. Dinding Luar
Dinding luar yang dipakai terbuat dari baja karbon dengan pengerjaan
tempa. Ketebalan dinding adalah 2,5 mm. Plat baja karbon dirol untuk
membentuknya menjadi silinder dengan diameter 900 mm. Untuk dinding
penahan bagian bawah dipasang saja karbon dengan ketebalan 3 mm. Berat
dinding luar adalah :
W3 = berat dinding samping + berat dinding atas dan bawah
ρ π
ρ
π . . . . 2. /4. . 2.
2
3 Dd t xdl Dd xd
W = +
Dimana :
Dd = tinggi dinding luar yaitu 0,9 m
t = tinggi dinding
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
xd1 = tebal dinding samping
= 0,0025 m
xd2 = tebal dinding bawah dan atas
= 0,003
= berat jenis dinding
= 7833 kg / m3 ...(lit 5 hal 581)
Maka : kg W 19 , 74 7833 . 003 , 0 . 9 , 0 . 4 / . 2 7833 . 8 , 0 . 0025 , 0 . 9 , 0 . 2 3 = + =π π
Karakteristik dari dinding luar ini adalah :
Bahan : Baja Karbon Rendah AISI 1109
Titik Cair : 1538oC
Konduktivitas thermal : 54 W/moC
Kekuatan tarik : 47 kg / mm2
Kekerasan : 103 HB
3.7. Perhitungan Pemakaian Bahan Bakar
Bahan bakar yang dipakai untuk dapur pelebur ini adalah memakai bahan
bakar minyak yaitu minyak tanah. Dapur krusibel pada umumnya menggunakan
bahan bakar minyak tetapi ada juga yang menggunakan bahan bakar lain seperti
kayu ataupun batu bara. Sifat-sifat penting dari bahan bakar ini adalah nilai
pembakaran, berat atom, berat jenisnya, titik nyalanya. Nilai pembakaran tinggi
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
atau volume bahan bakar. HHV ini sangat berhubungan dengan kebutuhan akan
bahan bakar.
Dinyatakan dalam suatu kiloJoule / kg ataupun British Thermal Units / per –
pound – massa. Untuk minyak tanah nilai HHVnya adalah 45940 kJ / kg.
Untuk mendapatkan jumlah bahan bakar maka harus diketahui jumlah
panas yang terpakai dan yang terbuang. Saat proses peleburan, panas yang
dibutuhkan meliputi :
- Kalor yang dibutuhkan untuk melebur kuningan
- Kalor yang diserap bata
- Kalor yang diserap cawan lebur
- Kalor yang diserap dinding plat samping
- Kalor yang diserap dinding atas
- Laju aliran panas ke cawan lebur
- Laju aliran panas yang keluar melalui dinding dapur samping
- Laju aliran panas yang keluar melalui gas buang
- Laju aliran panas yang keluar melalui penutup atas
3.7.1. Kalor Untuk Melebur kuningan (Q1)
Kalor yang dibutuhkan untuk melebur kuningan seperti :
- QA yaitu kalor yang dinaikkan temperatur kuningan padat dari 27oC
(suhu kamar) hingga mencapai titik kuningan (888 oC).
- Q yaitu kalor yang merubah fase kuningan padat mejadi cair (kalor
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
- Q yaitu kalor yang menaikkan temperatur kuningan cair dari 888 oC
ke temperatur penuangan 978 oC.
Maka kalor yang dibutuhkan adalah :
2 2 1 1 1 . . . .
.C t m h m Cp t
m Q Q Q Q al al p al C B A ∆ + + ∆ = + + = Dimana ; 1 A
m = Massa kuningan yang akan dilebur
= 50 kg
Cp1 = Panas jenis kuningan padat ...(lit 5 hal 581)
= 0,092 kkal/kg0C
t1 = Perbedaan suhu dari titik cair kuningan dengan suhu kamar.
= (888 - 27)0C
= 8610C
h = Panas latent kuningan ...(lit 6 hal 680)
= 124 kkal / kg
Cp2 = Panas jenis kuningan cair ...(lit 6 hal 680)
= 0,435 kkal/kg0C
t2 = Perubahan suhu dari temperatur penuangan ke titik cair
= (953-861)0C
= 920C
Maka kalor untuk melebur kuningan sebesar :
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
3.7.2. Kalor Yang Diserap Bata Tahan Api (Q2)
Bata tahan api yang akan digunakan sebagai alat penyekat panas akan
menyerap panas sehingga panas dari ruang bakar hanya sedikit yang akan sampai
ke dinding luar dapur. Suhu tertinggi pada dinding plat luar dapur adalah 450C.
Tetapi tidak seluruh bata akan menyerap dan menerima panas. Hal ini disebabkan
karena kalor yang keluar dari kompor naik ke atas kemudian karena ada plat
penutup atas sehingga laju aliran kalor tersebut tertahan. Panas sebagian akan
keluar dari plat atas secara konduksi, sebagian keluar melalui lubang pembuangan
dan sebagian akan merambat keluar dinding, sehingga suhu dinding yang tertinggi
adalah pada bagian atas. Pada bagian bawah dinding tidak mengalami
penambahan suhu. Suhu dan laju aliran kalor yang terjadi di dapur dapat dilihat
Benny M. Sibarani : Rancangan Dapur Pelebur Untuk Melebur Kuningan Dan Paduannya Dengan Kapasitas 50kg Untuk Keperluan Industri Sumah Tangga, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3.5. Suhu dan laju aliran panas yang terjadi di dapur selama proses
peleburan
Keterangan dari gambar 3.5. adalah :
- A adalah suhu didalam cawan lebur yang diukur dengan menggunakan
thermocouple yaitu 8610C, B adalah suhu pada plat dinding bagian
atas yaitu 8210C, C adalah suhu rata-rata pada bata tahan api yaitu
360C, D adalah suhu di ruang bakar yaitu 9730C serta E adalah suhu
tertinggi pada plat dinding bagian samping yaitu 450C
- q1 adalah laju aliran kalor ke dinding samping, q2 adalah laju aliran
kalor yang melalui plat atas dan q3 yaitu laju aliran kalor yang melalui
lubang pembuangan.
Kalor yang diterima bata selama proses peleburan dapat dihitung dengan
Q2 = mb . Cp3 . dt
Dimana :
mb = Massa bata yang menerima panas
Cp3 = Panas jenis bata ...(l