PENGGUNAAN TEPUNG IKAN DARI SUMBER BAHAN BAKU
BERBEDA DALAM FORMULASI PAKAN TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG
Clarias
sp.
SUSAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Tepung Ikan dari Sumber Bahan Baku Berbeda dalam Formulasi Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
ABSTRAK
SUSAN. Penggunaan Tepung Ikan dari Sumber Bahan Baku Berbeda dalam Formulasi Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan MIA SETIAWATI.
Tepung ikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas pakan buatan dan sumber protein hewani, sebagian pemenuhannya sampai saat ini masih impor yang menyebabkan harga tepung semakin mahal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pakan uji dengan sumber tepung ikan dari bahan baku berbeda dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan lele sangkuriang Clarias sp. Sumber bahan baku yang digunakan berasal dari ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan yang memiliki potensi sebagai salah satu bahan baku pakan lokal. Pemberian pakan uji dilakukan selama 44 hari dan ikan diberi pakan sekenyangnya dengan frekuensi pemberian dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Ikan uji yang digunakan memiliki biomassa sebesar 38,49±1,61 g dan dilakukan pemeliharaan pada akuarium berdimensi 60cmx50cmx40cm dengan menggunakan sistem resirkulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung ikan yang berasal dari ikan rucah mampu menggantikan tepung ikan komersial yang impor hal ini ditunjukkan berdasarkan nilai kinerja pertumbuhan seperti jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, panjang mutlak, biomassa, retensi protein, retensi lemak, efisiensi pemberian pakan, dan konversi pakan menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05). Namun, tidak terjadi perbedaan pada kelangsungan hidup ikan (P>0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung ikan rucah menghasilkan pertumbuhan terbaik sebagai sumber protein hewani yang dapat menggantikan tepung ikan komersial.
Kata kunci : ikan lele, pertumbuhan, sekenyangnya, tepung ikan. ABSTRACT
SUSAN. The Use of Fish Meal from Different Source of Raw Materials in Feed Formulation on The Performance of Growth Sangkuriang Catfish. Supervised by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and MIA SETIAWATI.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
PENGGUNAAN TEPUNG IKAN DARI SUMBER BAHAN BAKU
BERBEDA DALAM FORMULASI PAKAN TERHADAP KINERJA
PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG
Clarias
sp.
SUSAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul skripsi : Penggunaan Tepung Ikan dari Sumber Bahan Baku Berbeda dalam Formulasi Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp.
Nama : Susan
NIM : C14090026
Disetujui oleh
Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi Pembimbing I
Dr Ir Mia Setiawati, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Mei 2013 ini ialah Penggunaan Tepung Ikan dari Sumber Bahan Baku Berbeda dalam Formulasi Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang Clarias sp.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo MSi dan Ibu Dr Ir Mia Setiawati MSi selaku pembimbing, serta Ibu Ir Yani Hadiroseyani MM selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan saran. Disamping itu, penghargaan penulis kepada seluruh dosen dan staff karyawan/karyawati Departemen Budidaya Perairan, serta kepada Winda Setyani Irawan, Hosnol Hotimah, Ita Apriani, Ahmad Fahrul Syarif, Bapak Wasjan, Mba Retno, dan Pak Enda yang telah membantu selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Ayahanda Mangani dan Ibunda Hindun, kakak perempuan Sutini, serta seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya. Teman-teman terbaik Fitri, Reni, Reza, Bani, Mba Tia, Aya, Soya, Devi, Ferdianto, Rizky, Habibie, Nendy dan keluarga besar BDP 46 yang tidak dapat disebutkan yang telah menemani hari-hari selama masa perkuliahan dan penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca untuk melakukan usaha dalam pembuatan pakan alternatif
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL………... x
DAFTAR GAMBAR……….. x
DAFTAR LAMPIRAN………... x
PENDAHULUAN……… 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
METODE………. 2
Pembuatan Tepung Ikan ... 3
Pemeliharaan Ikan dan Pengamatan Pertumbuhan ... 4
Analisis Proksimat Ikan ... 5
Parameter Uji ... 5
Analisis Data ... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN……… 7
Hasil... 7
Pembahasan ... 10
KESIMPULAN DAN SARAN……….. 14
Kesimpulan ... 14
Saran ... 15
DAFTAR PUSTAKA……… 15
LAMPIRAN………...18
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Analisis proksimat bahan baku pakan dengan sumber protein hewani
berbeda yaitu : ikan rucah, ikan asin, dan kepala yang berasal dari bahan baku berbeda meliputi : ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan ... 4
4 Kualitas air dalam sistem pemeliharaan ikan lele yang diberi pakan uji... ... . 5
5 Kinerja pertumbuhan pada percobaan perlakuan terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang selama masa pemeliharaan 44 hari pada perlakuan pakan ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan... ... 9
6 Komposisi tubuh ikan pada percobaan pertumbuhan ikan lele sangkuriang selama masa pemeliharaan 44 hari pada perlakuan ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan. ... 10
DAFTAR GAMBAR
1 Biomassa ikan lele sangkuriang hari ke 0-44 pada perlakuan sumber tepung ikan dari ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan... ... 72 Panjang ikan lele sangkuriang hari ke 0-44 pada perlakuan sumber tepung ikan dari ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan. ... 8
DAFTAR LAMPIRAN
1 Skema sistem resirkulasi pemeliharaan ikan lele ... 182 ANOVA dan uji Duncan jumlah konsumsi pakan (g) ikan lele... 18
3 ANOVA dan uji Duncan Laju Pertumbuhan Harian (g) ikan lele ... 19
4 ANOVA dan uji Duncan panjang (cm) ikan lele ... 19
5 ANOVA dan uji Duncan biomassa (g) ikan lele ... 19
6 ANOVA dan uji Duncan retensi protein (%) ikan lele ... 19
7 ANOVA dan uji Duncan retensi lemak (%) ikan lele ... 20
8 ANOVA dan uji Duncan efisiensi pemberian pakan (%) ikan lele ... 20
9 ANOVA dan uji Duncan konversi pakan (KP) ikan lele ... 20
10 ANOVA dan uji Duncan tingkat kelangsungan hidup (%) ikan lele ... 21
11 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) protein ikan lele ... 21
13 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) BETN ikan lele ... 22 14 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) abu ikan lele .... 22 15 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) serta kasar
ikan lele ... 22 16 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) kalsium ikan
lele ... 23 17 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) fosfor ikan
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele sangkuriang (Clarias sp.) merupakan salah satu komoditas unggulan yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena permintaannya terus meningkat disetiap tahunnya. Kementerian Kelautan dan Perikanan (2013) menargetkan total produksi ikan lele yaitu 670.000 ton hingga 900.000 ton pada tahun 2014. Selain itu didukung oleh data KKP tahun 2012 menyatakan bahwa permintaan ikan lele di daerah ibukota Jakarta saja mencapai 80 ton per hari, baru terpenuhi sekitar 62,5% atau 50 ton. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan lele konsumsi umumnya berukuran dibawah 125 gram/ekor, dengan harga berkisar antara Rp. 11.000-15.000/kg.
Kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi ikan lele terus mengalami peningkatan harus diimbangi dengan adanya peningkatan produktivitas perikanan, diantaranya padat penebaran tinggi dan laju pemberian pakan tinggi yang dapat meningkatkan masalah kualitas air. Salah satu cara yang menjadi acuan untuk meningkatkan keberhasilan produktivitas perikanan adalah ketersediaan pakan. Pakan merupakan unsur terpenting dalam menentukan tingkat produksi. Menurut Hadadi et al menyatakan bahwa kebutuhan pakan merupakan investasi terbesar dari modal usaha mencapai 70% dari total biaya. Ketersediaan pakan dengan kandungan nutrien yang baik dan jumlah sesuai dengan kebutuhan ikan akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Salah satu nutrien yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh ikan adalah protein (Probosasongko 2003).
Sumber utama protein pakan ikan umumya masih bertumpu pada penggunaan tepung ikan. Tepung ikan merupakan faktor penentu kualitas pakan buatan dan sumber protein hewani yang banyak digunakan dalam pembuatan pakan ikan. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (GPMT) tahun 2012 menyatakan bahwa permintaan tepung ikan di Indonesia adalah sekitar 100.000-120.000 ton per tahun. Sebanyak 75.000–80.000 ton diantaranya dipenuhi dari impor dan sisanya dari lokal (Trobos 2012). Tingginya jumlah tepung ikan yang impor yang menyebabkan harga tepung semakin mahal menjadikan suatu kendala bagi perkembangan usaha perikanan. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan alternatif sumber protein hewani yang harganya relatif murah, tersedia setiap waktu, dan kualitasnya baik. Formulasi pakan ikan dari berbagai tepung ikan dengan sumber bahan baku berbeda seperti ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan dapat digunakan sebagai pengganti tepung ikan komersial dan dapat dijadikan sebagai sumber protein yang dapat memberikan pertumbuhan.
Ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan memiliki potensi sebagai salah satu bahan baku pakan lokal karena mengandung kadar protein berkisar 25-75%, untuk kerabat channel catfish tepung ikan yang diperlukan dalam pakan buatan adalah sepertiga dari total protein atau lebih (Robinette 1982). Menurut Cho et al. (1985) menyatakan bahwa kebutuhan protein optimal channel catfish dan sejenisnya berkisar antara 22–36%. Kadar protein dari masing-masing bahan yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh ikan, diharapkan bahan tersebut mampu menjadi substitusi dalam penggunaan tepung ikan dalam pakan ikan yang saat ini masih impor.
2
lemak dan mineral serta mengandung atraktan yang dapat meningkatkan selera makan ikan (Rumsey 1993). Ikan asin adalah bahan pangan yang bersifat perishable atau mudah mengalami kerusakan dan produksinya bersifat musiman sehingga perlu penanganan dan pengolahan yang baik dengan cara tradisional maupun modern (Asrullah et al. 2012). Jumlah konsumsi ikan asin di daerah DKI jakarta mencapai 33.459 ton pada tahun 1998, jumlah ini tidak sebanding dengan volume pemasaran yang mencapai 95% dari total volume produksi pengolahan ikan asin yang menyebabkan harga ikan asin mahal (Probosasongko 2003). Berdasarkan survey dari pemerintah daerah setempat, sebagian besar dari penduduk di Kota Bogor tergolong masyarakat menegah ke bawah dengan tingkat pendapatan yang relatif rendah (Probosasongko 2003). Oleh karena itu, banyak hasil olahan ikan berupa ikan asin yang kurang termanfaatkan di pasar lawang seketeng. Kepala ikan adalah bagian tubuh ikan yang kurang termanfaatkan hasil dari sisa pengolahan ikan. Menurut Probosasongko (2003) data yang diperoleh dari salah satu perusahaan pengolahan ikan dapat menghasilkan limbah sisa pengolahan ikan dalam sehari rata-rata 231,26 kg-498,73 kg dari bobot tubuh (ikan hidup) yang tidak termanfaatkan sehingga dapat meningkatkan pencemaran lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka di dalam penelitian ini digunakan ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan yang telah dilakukan pengolahan sebagai salah satu bahan baku pakan ikan lele. Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi pakan uji dengan sumber tepung ikan dari bahan baku berbeda dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan lele. Kemampuan substitusi sumber protein hewani berasal dari ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan mampu menunjang kinerja pertumbuhan ikan lele.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sumber tepung ikan dari bahan baku ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan ikan lele sangkuriang.
METODE
Materi Uji
3 Pembuatan Tepung Ikan
Tepung ikan berasal dari bahan baku berbeda yaitu : ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan dilakukan pengolahan awal terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis proksimat bahan baku. Ketiga jenis bahan baku dilakukan perlakuan yang sama dengan cara ikan dilakukan pengukusan dengan uap panas selama 1 jam sehingga ikan menjadi matang secara sempurna. Kemudian dilakukan pengeringan ikan dibawah sinar matahari dikeringkan sampai kadar air sekitar 8% selama ± 1-2 hari. Selanjutnya dilakukan penggilingan pada ketiga jenis bahan baku dengan mesin penggiling dan pengayakan ikan sehingga diperoleh tepung ikan yang cukup halus dan siap untuk dianalisa proksimat. Berikut ini hasil analisis proksimat dari sumber bahan baku berbeda berasal dari ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Analisis proksimat bahan baku pakan dengan sumber protein hewani berbeda
yaitu : ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan
Nutrien (%) Analisis Proksimat Sumber Bahan Baku (%)
Ikan Rucah Ikan Asin Kepala Ikan
Protein 58,97 35,26 35,54
Lemak 6,54 2,81 10,33
Abu 27,98 56,41 41,88
Serat Kasar 1,64 2,33 2,24
BETN 4,85 3,18 10,00
Energi/Kg 2.714,94 1.541,21 2.330,17
Pembuatan Pakan Uji
Pakan yang digunakan merupakan hasil formulasi dengan tiga jenis pakan yaitu pakan yang berasal dari ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan. Ketiga jenis pakan memiliki kandungan protein yakni masing-masing 28%. Berikut ini merupakan komposisi pakan yang digunakan pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi pakan uji dengan sumber protein yang berasal dari baku pakan tepung ikan berbeda yaitu: ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan
Bahan Baku Perlakuan
Pakan (%)
Ikan Rucah Ikan Asin Kepala Ikan
Tepung Ikan 26.00 48.50 49.50
Gross Energi (GE, kkal/100 g pakan) 2824.05 2228.29 2605.91 Rasio GE-protein (kkal/g protein) 9.98 8.11 9.35
4
dengan rata dan dicetak menggunakan mesin pencetak pelet dengan ukuran pakan 2 mm. Pakan yang telah dicetak kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC selama 24 jam. Setelah pakan jadi dilanjutkan dengan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien yang ada dalam pakan sesuai dengan hasil formulasi. Berikut hasil analisis proksimat pakan uji disajkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kandungan nutrien pakan uji dengan sumber protein tepung ikan yang berasal dari bahan baku berbeda meliputi : ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan
Nutrien (%) Perlakuan Pakan (%)
Gross Energi (kkal/100 g) 2824.05 2228.29 2605.91 Rasio GE-protein (kkal/g protein) 9.98 8.11 9.35
Pemeliharaan Ikan dan Pengamatan Pertumbuhan
Ikan uji yang digunakan diperoleh dari sebelum dilakukan perlakuan, ikan diaklimatisasi pada tandon berukuran 500 liter selama seminggu agar ikan benar-benar teradaptasi dengan lingkungan baru. Setelah masa adaptasi selesai ikan dipuasakan atau diberok selama 24 jam dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan. Percobaan pertumbuhan dilakukan dengan rancangan acak lengkap yaitu 3 perlakuan pakan uji dan 3 ulangan.
Ikan dipelihara dalam akuarium yang berukuran 60x50x40cm dengan volume air 90 liter dan berjumlah 9 unit serta tandon air berukuran 1 ton sebanyak 1 unit. Wadah perlakuan dilengkapi dengan instalasi aerasi berupa selang dan batu aerasi yang dihubungkan dengan pipa PVC berdiameter 1 inchi pada blower utama dan dilakukan pengelolaan kualitas air dengan bantuan filter berupa fisik, kimia, dan biologi menggunakan sistem resirkulasi. Sistem ini bertujuan untuk menghemat penggunaan air, dan kualitas air tetap terjaga dengan baik. Media air dalam akuarium dan tandon bersalinitas 3 ppt kemudian air dialirkan ke setiap akuarium melalui bantuan pompa (Lampiran 1).
5 Tabel 4 Kualitas air dalam sistem pemeliharaan ikan lele yang diberi pakan uji
Parameter Nilai terukur Nilai optimum
Suhu (oC) 28.67±0.27 28-30°C (Zonneveld et al. 1991) pH (Unit) 6.78±0.25 6.5-9.0 (Murhananto 2002)
DO (Mg/l) 5.79±0.59 4 Mg/l (Murhananto 2002)
TAN (Mg/l) 0.53±0.27 1 Mg/l (Khairuman dan amri 2002 dalam sumpeno 2005)
Analisis Proksimat Ikan
Analisis proksimat ikan awal dan akhir untuk mengetahui nilai retensi protein dan retensi lemak dengan menggunakan 3 sampel ikan per ulangan. Analisis protein dilakukan dengan metode kjehdahl, lemak tubuh dengan metode folch, serat kasar dengan metode pelarutan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar abu dengan metode pemanasan dalam tanur pada suhu 600 oC (Takeuchi 1988).
Parameter Uji
Pada akhir masa penelitian dilakukan evaluasi yang meliputi jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan biomassa, retensi protein, retensi lemak, efisiensi pemberian pakan, konversi pakan, dan kelangsungan hidup. Disamping itu juga dilakukan analisis proksimat meliputi kadar abu, serta kasar, lemak, protein, BETN, kalsium dan fosfor pada daging ikan lele. Penghitungan parameter teknis produksi, meliputi :
1) Jumlah konsumsi pakan dihitung dengan menggunakan rumus dari
Jumlah konsumsi pakan = bobot pakan awal – bobot pakan akhir
2) Laju pertumbuhan harian menggunakan rumus dari Huisman (1987) yaitu sebagai berikut:
.
Keterangan:
LPH : Laju pertumbuhan harian (g/hari)
Wt : Berat rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) Wo : Berat rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t : Waktu pemeliharaan (hari)
3) Panjang mutlak dihitung menggunakan rumus dari Effendie (2002) sebagai berikut: Pm = Pt – Po
Keterangan:
6
4) Biomassa dihitung menggunakan rumus Handajani dan Widodo (2010) sebagai berikut :
G = Keterangan :
G : Laju pertumbuhan biomassa (g/hari) Bt : biomassa pada ikan akhir pemeliharaan (g) Bo : biomassa pada awal pemeliharaan (g) t : lama percobaan (hari)
5) Retensi protein dan lemak dihitung berdasarkan formula menggunakan rumus dari Takeuchi (1988) yaitu sebagai berikut:
RP/L (%) =
X 100% Keterangan :
F : Jumlah protein/lemak tubuh pada akhir pemeliharaan (g) I : Jumlah protein/lemak tubuh pada awal pemeliharaan (g) P/L : Jumlah protein/lemak yang dikonsumsi ikan (g)
6) Efisiensi pemberian pakan (EPP) dihitung dengan rumus dari Effendie (2002) sebagai berikut:
EPP = Keterangan :
EPP : Efisiensi pemberian pakan (%)
Wt : Bobot total ikan pada akhir penelitian (mg) Wo : Bobot total ikan pada awal penelitian (mg) D : Bobot ikan yang mati selama percobaan (mg)
F : Bobot total pakan yang diberikan selama percobaan (mg)
7) Konversi pakan (KP) dihitung dengan rumus dari Effendi (1997) sebagai berikut : KP =
Keterangan :
Pa : Jumlah pakan yang dihabiskan (g) Bt : Biomassa ikan pada akhir perlakuan (g) Bo : Biomassa ikan pada awal perlakuan (g) Bm : Biomassa ikan yang mati (g)
7 Analisis Data
Analisis data diolah dengan menggunakan program SPSS ver 16.0 for windows. Analysis of Variance (ANOVA) untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan yang diberikan. Jika terdapat pengaruh perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dengan taraf nyata α = 0,05 untuk mengetahui perlakuan mana yang memberikan hasil tertinggi dan terendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil sampling biomassa setiap 22 hari menghasilkan biomassa akhir tertinggi pada perlakuan ikan rucah 433,55 g sedangkan terendah pada perlakuan ikan asin 250,56 g. Pengamatan terhadap rata-rata biomassa memperlihatkan bahwa ikan lele sangkuriang yang dipelihara pada perlakuan pakan ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan berkisar antara 4,83±0,23 g sampai dengan 9,00±0,44 g semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu pemeliharan untuk semua perlakuan (Gambar 1). Rata-rata biomassa tertinggi diperoleh pada perlakuan ikan rucah 9,00 g kemudian diikuti perlakuan kepala ikan 4,89 g, dan ikan asin sebesar 4,83 g. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengaruh perlakuan perbedaan sumber tepung ikan terhadap pertumbuhan ikan menunjukan perbedaan nyata antar perlakuan (P<0,05) ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Biomassa ikan lele sangkuriang hari ke 0-44 pada perlakuan sumber tepung ikan dari ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan.
Hasil sampling setiap 22 hari menghasilkan panjang akhir tertinggi terjadi pada perlakuan ikan rucah 17,54 cm sedangkan terendah pada perlakuan kepala ikan 15,31 cm. Pengamatan terhadap rata-rata panjang ikan lele sangkuriang yang dipelihara pada perlakuan pakan ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan berkisar antara 6,98±1,04 g sampai dengan 9,22±0,44 g semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu spemeliharan untuk semua perlakuan (Gambar 2). Pertambahan panjang tertinggi
0
8
diperoleh pada perlakuan ikan rucah 9,22 cm sedangkan terendah pada perlakuan kepala ikan 6,98 cm. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pengaruh perlakuan perbedaan sumber tepung ikan terhadap pertumbuhan ikan menunjukan perbedaan nyata antar perlakuan (P<0,05)
Gambar 2 Pertambahan panjang ikan lele sangkuriang hari ke 0-44 pada perlakuan sumber tepung ikan dari ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan.
Data mengenai rata-rata jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (LPH), panjang, biomassa, retensi protein (RP), retensi lemak (RL), efisiensi pemberian pakan (EPP), konversi pakan (KP), dan kelangsungan hidup (KH) diberbagai perlakuan disajikan pada (Tabel 5). Jumlah konsumsi pakan pada perlakuan ikan rucah terjadi perbedaan (P<0,05) dengan perlakuan ikan asin, tetapi tidak terjadi perbedaan (P>0,05) dengan kepala ikan disajikan pada lampiran 2. Jumlah konsumsi pakan tertinggi pada perlakuan ikan rucah sebesar 631,00 g sedangkan nilai terendah sebesar 525,05 g. Laju pertumbuhan harian pada perlakuan ikan rucah terjadi perbedaan dengan perlakuan ikan asin dan kepala ikan (P<0,05) disajikan pada lampiran 3. Nilai tertinggi terjadi pada perlakuan ikan rucah sebesar 5,56% sedangkan nilai terendah pada perlakuan ikan asin sebesar 4,29%. Panjang pada perlakuan ikan rucah terjadi perbedaan dengan perlakuan ikan asin dan kepala ikan (P<0,05) disajikan pada lampiran 4. Nilai tertinggi terjadi pada perlakuan ikan rucah 9,22 cm, sedangkan nilai terendah pada perlakuan kepala ikan sebesar 6,98 cm. Biomassa pada perlakuan ikan rucah terjadi perbedaan dengan perlakuan ikan asin dan kepala ikan (P<0,05) disajikan pada lampiran 5. Nilai tertinggi terjadi pada perlakuan ikan rucah sebesar 9,00 g sedangkan nilai terendah pada perlakuan ikan asin sebesar 4,83 g.
Retensi protein pada perlakuan ikan rucah terjadi perbedaan dengan perlakuan ikan asin dan kepala ikan (P<0,05) disajikan pada lampiran 6. Nilai tertinggi pada perlakuan ikan rucah sebesar 118,59% sedangkan nilai terendah pada perlakuan kepala ikan sebesar 80,25%. Retensi lemak pada perlakuan ikan rucah terjadi perbedaan dengan ikan asin dan kepala ikan (P<0,05) disajikan pada lampiran 7. Retensi lemak tertinggi pada perlakuan ikan rucah sebesar 116,95% sedangkan terendah pada perlakuan kepala ikan sebesar yaitu 41,51%. Efisiensi pemberian pakan pada perlakuan ikan rucah terjadi perbedaan dengan perlakuan ikan asin dan kepala ikan (P<0,05) disajikan pada lampiran 8. Nilai tertinggi terjadi pada perlakuan ikan rucah sebesar
0
9 63,15% sedangkan nilai terendah pada perlakuan kepala ikan sebesar 36,33%. Konversi pakan pada perlakuan ikan rucah terjadi perbedaan dengan perlakuan ikan asin dan kepala ikan (P<0,05) disajikan pada lampiran 9. Nilai tertinggi terjadi pada perlakuan kepala ikan sebesar 2,79 sedangkan nilai terendah pada perlakuan ikan rucah sebesar 1,60. Kelangsungan hidup ikan pada perlakuan ikan rucah tidak terjadi perbedaan dengan perlakuan ikan asin dan kepala ikan (P>0,05) disajikan pada lampiran 10. Tabel 5 Kinerja pertumbuhan pada percobaan perlakuan terhadap pertumbuhan ikan
lele sangkuriang selama masa pemeliharaan 44 hari pada perlakuan pakan ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan
Parameter Uji Pakan Perlakuan
(%)
Ikan Rucah Ikan Asin Kepala Ikan JKP (g) 631.00±51.07a 525.05±31.37b 591.37±17.13ab
LPH (%/hari) 5.56±0.10a 4.29±0.27b 4.30±0.25b
Panjang (cm) 9.22±0.44a 7.17±0.68b 6.98±1.04b
Biomassa (g/akuarium) 9.00±0.44a 4.83±0.23b 4.89±0.79b
RP (%) 118.59±17.80a 85.63±5.55b 80.25±13.72b
RL (%) 116.95±5.51a 61.76±3.25b 41.51±2.92c
EPP (%) 63.15±7.63a 40.54±2.22b 36.33±5.24b
KP (%) 1.60±0.19a 2.47±0.14b 2.79±0.38b
KH (%) 100.00±0.00a 100.00±0.00a 98.89±1.92a
Keterangan: Nilai yang tertera merupakan rata-rata±standar deviasi; Huruf dibelakang standar deviasi yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
10
dan 0,21%, sedangkan nilai paling rendah pada perlakuan ikan asin yaitu 0,29% dan 0,15%. Kadar mineral berupa kalsium pada perlakuan ikan rucah dengan ikan asin dan kepala ikan tidak terjadi perbedaan (P<0,05) disajikan pada lampiran 16 sedangkan fosfor pada perlakuan ikan rucah terjadi perbedaan dengan perlakuan ikan asin (P>0,05) dan ikan asin terjadi perbedaan dengan kepala ikan (P>0,05) disajikan pada lampiran 17. Komposisi tubuh ikan akhir disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Komposisi tubuh ikan akhir (% bobot kering) pada percobaan pertumbuhan
Ikan Rucah Ikan Asin Kepala Ikan
Protein (%) 57.48±1.93a 61.35±1.96a 66.11±1.84b
Lemak (%) 24.15±1.61a 17.62±1.20b 16.56±1.34b
BETN (%) 0.32±0.05a 0.91±0.43b 0.13±0.06ab
Abu (%) 17.56±1.67a 18.66±1.08a 16.81±1.46a
Serat Kasar (%) 0.48±0.39a 1.47±0.67b 0.48±0.15ab
Ca (%) 0.35±0.04a 0.29±0.04a 0.31±0.02a
P (%) 0.21±0.01a 0.15±0.01b 0.18±0.01c
Keterangan: Nilai yang tertera merupakan rata-rata±standar deviasi; Huruf dibelakang standar deviasi yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Pembahasan
11 permukaan tubuh ikan. Energi metabolisme diubah menjadi energi yang diperoleh untuk membentuk jaringan tubuh dan reproduksi, serta energi yang dibakar seluruhnya berupa energi panas (hilang). Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu air, ukuran ikan, ukuran partikel pakan, daya cerna pakan, dan komponen pakan (Handajani dan Widodo 2010). Kadar protein yang terkandung dalam tubuh ikan tinggi menandakan bahwa nilai nutrien dari pakan baik dan ikan mampu mencerna pakan dengan baik sehingga ikan mampu tumbuh menunjukkan adanya perubahan biomassa tubuh dan panjang selama masa pemeliharaan (Tabel 5). Menurut Watanabe (1988) menyatakan bahwa hampir sebagian besar tubuh ikan 45-75% bobot kering adalah protein. Jika persediaan protein tidak mencukupi maka yang akan terjadi adalah penurunan pertumbuhan karena protein yang dikonsumsi sedikit.
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa jumlah konsumsi pakan terjadi perbedaan (P<0,05), hal ini diduga kualitas pakan dari berbagai sumber bahan baku berbeda berpengaruh terhadap tingkat palatabilitas. Tingkat konsumsi pakan yang rendah pada perlakuan ikan asin dan kepala ikan dipengaruhi oleh faktor pakan atraktan yang menimbulkan rangsangan pada ikan oleh indra berupa rasa, bau, dan tekstur dari pakan. Tingkat palatabilitas yang rendah ditunjukkan oleh seberapa lambatnya pakan di respon oleh ikan. Atraktan yang terkandung dalam pakan sebagai sinyal pada hewan akuatik, sehingga ikan dapat mengenali pellet sebagai sumber makanannya (Halimatussadiah 2009). Atraktan umumnya dihasilkan dari asam amino bebas yang mana memiliki peranan sebagai komponen untuk memacu pertumbuhan dan sebagai sumber energi (Yufera et al. 2002 dalam Halimatussadiah 2009). Menurut Djajasewaka dan Suhenda (1985) dalam Hirnawati (2004) menyatakan bahwa protein tepung ikan mengandung sepuluh macam asam amino esensial yang dibutuhkan oleh ikan, yaitu umumnya mengandung lysin yang relatif tinggi. Selain itu, tingkat respon ikan terhadap pakan dipengaruhi oleh aktifitas pemeliharaan (waktu terakhir ikan makan dan waktu pemberian pakan yang tepat) dan kondisi ikan yang stress pada saat penanganan (sampling) yang dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan ikan.
12
berpengaruh terhadap respon ikan terhadap pakan sehingga pakan yang dikonsumsi cukup tinggi.
Berdasarkan uji statistik nilai retensi protein pada perlakuan ikan rucah lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pakan pada perlakuan ikan asin memiliki nilai retensi protein terendah namun dapat tetap tumbuh dengan baik hal ini dikarenakan rasio energi pada pakan mampu mensuplai kebutuhan ikan dan dapat dicerna oleh tubuh dengan baik. Hal ini sesuai dari laju pertumbuhan ikan pada perlakuan ikan asin tidak berbeda nyata dengan kepala ikan walaupun jika dilihat dari tingkat energinya lebih rendah (P<0,05) (Tabel 5). Keseimbangan energi dan protein mampu menunjang pertumbuhan ikan. Menurut Lovell (1989) bahwa rasio optimum digestible energy (DE) protein untuk tingkat pertumbuhan maksimum channel catfish berukuran 3 g memerlukan protein 4 kali lebih banyak dibandingkan ikan yang berukuran 250 g adalah 10-11 kkal/g. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa kandungan energi dalam pakan perlakuan berkisar antara 2.228,29-2.824,05 mampu menghasilkan pertumbuhan dengan baik terbukti adanya pertumbuhan biomassa dan panjang selama masa pemeliharaan berlangsung (Tabel 5). Selain itu, tingkat C/P rasio dalam pakan juga penting dalam menunjang pertumbuhan ikan selain energi. Berdasarkan data penelitian bahwa perlakuan ikan rucah dengan ikan asin dan kepala ikan memiliki kisaran nilai C/P rasio 9,98-8,11 kkal/g hal ini mengindikasi pakan yang digunakan mampu memberikan pertumbuhan yang baik. Stickney dan Lovell dalam NRC (1983) melaporkan bahwa rasio energi dan protein sebesar 8-9 kkal/g protein. Menurut Watanabe (1988) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi protein yang disimpan dari protein yang dikonsumsi diantaranya ukuran ikan, suhu air, tingkat pemberian pakan, jumlah dan kualiatas pakan alami, kandungan energi pakan dan kualitas protein.
13 mengakibatkan energi tinggi dalam pakan sehingga jumlah protein yang dikonsumsi berkurang. NRC (1982) dalam Syamsunarno et al. (2011) menyatakan bahwa pakan yang memiliki kelebihan energi tinggi dapat membatasi jumlah pakan yang dikonsumsi termasuk protein.
Berdasarkan data analisis kadar mineral ikan meliputi kalsium dan fosfor. Kalsium (Ca) tertinggi 0,35±0,04 pada perlakuan ikan rucah sedangkan terendah 0,29±0,04 pada perlakuan ikan asin, dan fosfor (P) tertinggi sebesar 0,21±0,01 sedangkan terendah pada perlakuan ikan asin sebesar 0,15±0,01. Hal ini diduga kandungan mineral dalam pakan tidak hanya diperoleh dari tulang melainkan dari bahan baku pendukung dari pakan dan bagian tubuh ikan secara keseluruhan sehingga kadar mineral dari perlakuan ikan rucah lebih tinggi dibandingkan kedua perlakuan. Kandungan kalsium dan fosfor yang terdapat dalam pakan berpengaruh baik dalam proses pertumbuhan ikan. Kalsium berguna untuk pembentukan tulang pada ikan hal ini sebagai indikasi bahwa ikan dapat tumbuh karna adanya pembentukan tulang yang mana pembentukan ini membutuhkan energi yang berasal dari pakan sehingga pakan yang digunakan perlu mengandung kalsium yang baik untuk pertumbuhan panjang tubuh ikan. Suprayudi dan Setiawati (2003) menyatakan bahwa fosfor bersama dengan kalsium memegang peranan penting dalam proses pembentukan tulang. Menurut Tucker dan Hargreaves (2004) menyatakan bahwa kebutuhan ikan akan fosfor berkisar antara 0,33-0,40 % tersedia fosfor untuk pertumbuhan normal dan mineralisasi tulang. Hal ini menunjukkan bahwa jika fosfor tidak tersedia maka penambahan kalsium juga tidak akan mampu memperbaiki proses mineralisasi tulang atau deposit Ca dan P. Ca dan P merupakan mineral yang saling sinergis (Zainuddin dkk 2000 dalam Zainuddin 2010).
Berdasarkan uji statistik bahwa pemberian tepung ikan rucah menunjukkan perbedaan secara nyata pada laju pertumbuhan harian, dibandingkan pemberian tepung ikan asin dan tepung kepala ikan (P<0,05) dapat dilihat pada Tabel 5. Laju pertumbuhan terbaik pada perlakuan ikan rucah dipengaruhi oleh kualitas protein pakan yang berkolerasi dengan jumlah konsumsi pakan pada ikan. Laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan ikan rucah diikuti oleh tingkat efisiensi pakan yang tinggi pula pada perlakuan tersebut. Tingkat efisiensi pakan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui baik atau tidaknya kualitas pakan yang diberikan. Semakin tinggi tingkat efisiensi pakan mengindikasi semakin efisien pakan yang digunakan oleh ikan untuk tumbuh yang menandakan pakan memiliki kualitas yang baik (Probosasongko, 2003). Tingkat efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan ikan rucah sebesar 63,15% sedangkan terendah pada perlakuan kepala ikan sebesar 36,33%. Hal ini sama seperti yang dilaporkan Probosasongko (2003) bahwa pakan yang diberikan sebagai pakan perlakuan selama masa pemeliharaan merupakan pakan dengan kualitas protein yang baik, sehingga dihasilkan ikan dengan tingkat laju pertumbuhan dan efisiensi pakan tertinggi.
14
(1988) dalam Probosasongko (2003) menyatakan bahwa penggunaan campuran berbagai sumber protein hewani memberikan pertumbuhan dan konversi pakan yang lebih baik bila dibandingkan dengan penggunaan satu sumber protein hewani saja atau penggunaan satu sumber protein hewani dan satu sumber protein nabati. Perlakuan ikan asin terjadi pengurangan kadar protein tidak seperti ikan rucah ditunjukkan pada (Tabel 3), hal ini dikarenakan adanya kandungan kadar garam. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Sumiati dalam Asrullah et al. (2012) menunjukkan bahwa pengolahan dan penambahan bumbu dapat berpengaruh nyata terhadap penurunan kadar protein ikan yang direndam dengan larutan cuka dan garam.
Kualitas tubuh ikan antara perlakuan ikan rucah dengan perlakuan ikan asin dan kepala ikan dapat ditunjukkan pada Tabel 6. Berdasarkan hasil komposisi tubuh ikan akhir bahwa pada masing-masing perlakuan memiliki kandungan protein dan lemak yang mampu menunjang pertumbuan ikan terbukti tiap perlakuan menghasilkan pertumbuhan biomassa dan panjang mutlak (Tabel 5). Selain itu, kita dapat meninjau dari energi pakan, pertumbuhan terjadi apabila energi yang dikonsumsi lebih besar dari energi yang dibelanjakan untuk berbagai aktivitas tubuh. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3 bahwa perlakuan ikan rucah memiliki tingkat energi paling baik dan menghasilkan pertumbuhan paling baik diantara yang lain dapat dilihat pada Tabel 5. Kondisi ini juga didukung oleh lingkungan optimal, dan pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrien pakan yang diberikan. Pakan yang mengandung nutrisi lengkap dan seimbang akan memacu pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan akan terjadi bila pakan yang dikonsumsi memiliki kadar protein dan imbangan protein-energi yang tepat (Handajani dan Widodo 2010). Dengan tersedianya protein dan keseimbangan energi protein, maka protein digunakan sebagai bahan penyusun tubuh untuk pertumbuhan, sedangkan energi non protein dari lemak dan karbohidrat digunakan sebagai sumber energi (Handajani dan Widodo 2010). Protein pakan dapat dimanfaatkan dengan efisien untuk pembentukan jaringan baru. Ketersediaan energi dari non protein di dalam pakan lebih banyak, maka protein yang dikonsumsi dapat dimanfaatkan lebih efisien untuk penambahan protein tubuh sehingga jumlah protein yang disimpan di dalam tubuh juga bertambah.
15 pemberian pakan 63,15% dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 100% dan rata-rata biomassa 9,00 g/akuarium selama 44 hari masa pemeliharaan serta rata-rata-rata-rata panjang mutlak sebesar 9,22 cm.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada perlakuan ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan yang telah dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani Y, Haetami K, dan Susangka I. 2007. Kebutuhan dan pola makan ikan jambal siam dari berbagai tingkat pemberian energi protein pakan dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan efisiensi. PKM-P (ID) : Universitas Padjajaran
Aslamyah S. 2008. Pembelajaran Berbasis SCL pada Marta Kuliah Biokimia Nutrisi. Makasar (ID) : Universitas Hasanuddin.
Asrullah M, Mathar AH, Citrakesumasari, Jafar N, Fatimah S. 2012. Denaturasi Dan Daya Cerna Protein Pada Proses Pengolahan Lawa Bale (Makanan Tradisional Sulawesi Selatan). Artikel Penelitian. Makasar (ID) : Universitas Hasanuddin. Hal: 84-91
Cho CY, Cowey CB, dan Watanabe T. 1985. Finfish Nutrition in Asia Methodological Approachs to Research and Development. Ottawa, Ont. IDRC. P. 154
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusatama. Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Edisi Revisi. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusatama, 163hal.
Hadadi A, Herry K. Wibowo T, Pramono E, Surahman A, dan Ridwan E. 2009. Aplikasi Pemberian Maggot Sebagai Sumber Protein Dalam Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.). Laporan Tinjauan Hasil Tahun 2008. Balai Pusat Budidaya Air Tawar Sukabumi. hal. 175 – 181.
Halimatussadiah, SS. 2009. Pengraruh atraktan untuk meningkatkan penggunaan tepung darah pada pakan ikan kerapu bebek cromileptes altivelis. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Handajani H dan Widodo W. 2010. Nutrisi Ikan. Malang (ID): UMM Press
Hirnawati R. 2004. Pengaruh kadar silase jeroan ikan patin yang ph-nya dinetralkan dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan patin pangasius hypopthalmus. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Houlihan D, Boujard T, dan Jobling M. 2002. Food Intake in Fish. University of Tromso. Norway.
16
Kurnia A. 2002. Pengaruh pakan dengan kadar protein dan rasio energi protein yang berbeda terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan benih ikan baung (Mytus nemurus C.V). Tesis. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Lovell RT. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. New York (USA): Van Nostrand Reinhold. 217pp.
Megawati RA, Arief M, dan Alamsyah MA. 2012. Pemberian pakan dengan kadar serat kasar yang berbeda terhdap daya cerna pakan pada ikan berlambung dan ikan tidak berlambung. JIPK. 4(2): 187-189.
Murhananto. 2002. Pembesaran lele dumbo di pekarangan. Tangerang (ID): PT Agromedia Pustaka.
[NRC]. 1983. Nutrient Requirements of Warmwater Fishes and Shellfishes, Rev. ed. Acad. Press. Washington DC. 86pp
[NRC]. 1993. Nutrient Requirement of Warmwater Fishes and Shellfishes. Wahington D.C (USA): National Academy of Science Press. p 78
Probosasongko DAM. 2003. Pengaruh kadar silase jeroan ikan patin yang berbeda dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan patin ukuran sejari. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Robinette HR. 1982. Diet Formulation, p. 38-43. In Nutrition and Feeding of Channel Catfish R. R. Stickney and R.T. Lovell (eds). Southren Cooperative Series Buletin. Rumsey GL. 1993. Fish Meal and Alternate Source of Protein in Fish Feeds. A Buletin
of The American Fisheries. Society Fisheries 18(7) : 14-19
Safrudidin D, Setiawati M, Yuniarti, dan. 2006. Pengaruh kepadatan benih ikan lele dumbo (clarias sp.) terhadap produksi pada sistem budidaya dengan pengendalian nitrogen melalui penambahan tepung terigu. JAI 5 (2) : 137-147
Sumpeno, D. 2005. Benih ikan lele dumbo clarias sp. pada padat penebaran 15, 20, 25, dan 30 ekor/liter dalam pendederan secara indoor dengan sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Suprayudi MA, dan Setiawati M. 2003. Kebutuhan ikan gurame (osphronemus gouramy) akan mineral fosfor. JAI . 2 (2) : 67-71
Syamsunarno MB, Mokoginta I, Jusadi D. 2011. Pengaruh berbagai rasio energi protein 30% terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius hypopthalmus). JRA. 6 (1): 63-70.
Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. In Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo: Kanagawa internat. Fish. Training Center. p 179-229 [Trobos]. 2013. Permintaan Tepung Ikan di Pasar Indonesia. [diunduh 2013 Agst 21].
http://www.trobos.com/show_article.php?rid=12&aid=3456
Tucker CS, Hargreaves JA. 2004. Biology and Culture of Channel Catfish. Amsterdam (ND) : Elsevier B.V p 304
Usman, Syah R, dan Kamaruddin. 2006. Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Keong Mas (Pomacea sp.) dalam Pakan Pembesaran Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatu. JRA.1 (2) : 161-169
Viola S. Rappaport U. 1979. The “extra calory effect” of oil in nutrition of carp. Bamidgeh. 31(3) : 51-69.
Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Department of Aquatic Bioscience. Tokyo university of Fisheries. JICA. 223pp.
17 Zainuddin. 2010. Pengaruh Calsium dan Fosfor terhadap Pertumbuhan Efisiensi Pakan
Kandungan Mineral dan Komposiis Tubuh Juvenil Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus. JITK. 2 (2) : 1-9
18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Skema sistem resirkulasi pemeliharaan ikan lele
SKEMA RESIRKULASI
Lampiran 2 ANOVA dan uji Duncan jumlah konsumsi pakan (g) ikan lele Jumlah kuadrat Df Rataan Kuadrat F Sig. Antar kelompok 17197.549 2 8598.775 6.639 .030 Dalam kelompok 7771.711 6 1295.285
Total 24969.260 8
Pakan uji N Untuk alpha = 0.05
1 2
Ikan Asin 3 525.0433
Kepala Ikan 3 591.3700 591.3700
Ikan Rucah 3 631.0033
Sig. .065 .226
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
K1
A1
A2
K3
B1
B2
K2
A3
B3
Akurium (60 cm x 50 cm x 40 cm)
Tandon Air
Saluran Air
19 Lampiran 3 ANOVA dan uji Duncan Laju Pertumbuhan Harian (g) ikan lele
Jumlah kuadrat Df Rataan Kuadrat F Sig.
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan Lampiran 4 ANOVA dan uji Duncan panjang (cm) ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar kelompok 9.244 2 4.622 8.009 .020
Dalam kelompok 3.463 6 .577
Total 12.706 8
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan Lampiran 5 ANOVA dan uji Duncan biomassa (g) ikan lele
Jumlah kuadrat Df Rataan Kuadrat F Sig.
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
Lampiran 6 ANOVA dan uji Duncan retensi protein (%) ikan lele
20
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
Lampiran 7 ANOVA dan uji Duncan retensi lemak (%) ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
Lampiran 8 ANOVA dan uji Duncan efisiensi pemberian pakan (%) ikan lele Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
Lampiran 9 ANOVA dan uji Duncan konversi pakan (KP) ikan lele
Pakan Uji Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
21 Lampiran 10 ANOVA dan uji Duncan tingkat kelangsungan hidup (%) ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar kelompok 2.464 2 1.232 1.000 .422
Dalam kelompok 7.393 6 1.232
Total 9.857 8
Pakan uji N Untuk alpha = 0.05
1
Ikan Asin 3 98.8900
Kepala Ikan 3 100.0000
Ikan Rucah 3 100.0000
Sig. .281
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
Lampiran 11ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) protein ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar kelompok 4.035 2 2.017 11.454 .009
Dalam kelompok 1.057 6 .176
Total 5.092 8
Pakan uji N Untuk alpha = 0.05
1 2
Ikan Asin 3 14.3833
Ikan Rucah 3 14.8433
Kepala Ikan 3 15.9767
Sig. .228 1.000
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
Lampiran 12 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) lemak ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar kelompok 9.689 2 4.845 22.380 .002
Dalam kelompok 1.299 6 .216
Total 10.988 8
Pakan uji N Untuk alpha = 0.05
1 2
Kepala Ikan 3 3.9767
Ikan Asin 3 4.1367
Ikan Rucah 3 6.2533
Sig. .688 1.000
22
Lampiran 13 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) BETN ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar kelompok .052 2 .026 7.128 .026
Dalam kelompok .022 6 .004
Total .074 8
Pakan uji N Untuk alpha = 0.05
1 2
Kepala Ikan 3 .0333
Ikan Rucah 3 .0833
Ikan Asin 3 .2133
Sig. .349 1.000
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
Lampiran 14 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) abu ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar kelompok .365 2 .183 1.124 .385
Dalam kelompok .975 6 .162
Total 1.340 8
Pakan uji N Untuk alpha = 0.05
1
Kepala Ikan 3 4.0600
Ikan Asin 3 4.3733
Ikan Rucah 3 4.5467
Sig. .203
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
Lampiran 15 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) serta kasar ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar kelompok .103 2 .051 4.345 .068
Dalam kelompok .071 6 .012
Total .174 8
Pakan uji N Untuk alpha = 0.05
1 2
Kepala Ikan 3 .1167
Ikan Rucah 3 .1233
Ikan Asin 3 .3467
Sig. .943 1.000
23 Lampiran 16 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) kalsium
ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar kelompok .007 2 .004 2.962 .127
Dalam kelompok .007 6 .001
Total .014 8
Pakan uji N Untuk alpha = 0.05
1
Ikan Asin 3 .2867
Kepala Ikan 3 .3090
Ikan Rucah 3 .3543
Sig. .061
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan
Lampiran 17 ANOVA dan uji Duncan komposisi tubuh ikan akhir (%) fosfor ikan lele
Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.
Antar kelompok .005 2 .003 27.825 .001
Dalam kelompok .001 6 .000
Total .006 8
Pakan uji N Untuk alpha = 0.05
1 2 3
Ikan Asin 3 .1543
Kepala Ikan 3 .1757
Ikan Rucah 3 .2140
Sig. 1.000 1.000 1.000
Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan Lampiran 18 Prosedur analisis proksimat
Kadar Protein Tahap Oksidasi
1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl. 2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 3 gram dan
dimasukkan ke dalam labu kjeldahl.
3. 10 ml H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu kjeldahl, kemudian labu tersebut
dipanaskan dalam rak oksidasi pada suhu 4000C selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau bening.
24
Tahap Destilasi
1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan ke dalam labu, sebelumnya labu diisi
setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amoniak lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.
2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0.05 N dan ditambahkan 2 tetes indikator metil red
diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.
3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong yang
1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N. 2. Volume hasil titrasi dicatat.
3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko. Kadar protein (%) = Keterangan : Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml)
Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml) S = Bobot sampel (g)
* = Setiap ml 0.05 NaOH ekivalen dengan 0.0007 g Nitrogen ** = faktor Nitrogen
Kadar Lemak
Metode ekstraki Soxhlet
1. Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1100 dalam waktu 1 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu tersebut (X1)
2. Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram (A), dan dimasukkan ke dalam selongsong tabung filter dan dimasukkan ke dalam soxhlet dan pemberat diletakkan di atasnya. 3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong terendam
dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.
4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath sampai cairan yang merendam sampel soxhlat berwarna bening.
5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap.
6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 60 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2).
Metode Folch
1. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas homogenize dan ditambahkan larutan kloroform / methanol (20xA), sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.
2. Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disaring dengan vacuum pump. 3. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalam labu pemisah yang telah
dibei larutan MgCl2 0.03 N (0.2 x C), kemudian dikocok dengan kuat minimal
25 4. Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 1100C selama 1 jam, didinginkan
dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1).
5. Lapisan bawah yang terdapat dalam labu pemisah disaring ke dalam labu silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform/methanol yang terdapat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacuum.
6. Setelah sisa kloroform/methanol dalam labu habis, labu dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X2)
Kadar Lemak (%) = –
Kadar Air
1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 1000 C selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)
2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)
3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 1100 C selama 4-6 jam kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)
Kadar Air (%) = – Kadar Abu
1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 1000 C selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)
2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)
3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 6000 C sampai menjadi abu kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit, didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)
Kadar Abu (%) = – % Kadar Serat Kasar
1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 1100C setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)
2. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram (A) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
3. H2SO4 0.3 N sebanyak 50 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer kemudian
dipanaskan di atas pembakar Bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1.5 N sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer dan dipanaskan kembali selama 30 menit.
4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong Buchner dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat filtrasi.
5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudian dibilas secara berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0.3 N, 50 ml air panas, dan 25
ml aseton.
26
Lampiran 19 Analisis kadar mineral (Ca dan P)
Analisa kalsium (Ca)
1. Menimbang sejumlah sampel 5-10 gram dan dimasukkan kedalam labu kjeldhal. 2. Menambahkan 10 ml H2SO4 dan 10 ml HNO3 serta beberapa batu diidh.
3. Memanaskan sampel sampai berwarna gelap.
4. Menambahkan HNO3 dan dipanaskan selama 5-10 menit sampai larutan tidak gelap lagi (semua zat organik telah teroksidasi), kemudian diidnginkan.
5. Menambahkan 10 ml aquades dan dipananskan samapai berasap
6. Mendinginkan larutan, kemudian ditambahkan lagi 5 ml aquades, didihkan sampai berasap.
7. Mendinginkan larutan dan mengencerkan sampai volume tertentu. Perhitungan kadar mineral sebagai berikut (Apriantono, 1989): Ppm awal =
x ppm standar x faktor pengenceran % mineral =
Analisa mineral (P) menggunakan spektrofotometer
Meniral fosfor pada tepung ikan (ikan rucah, ikan asin, dan kepala ikan) dianalisa dengan menggunakan alat spektrofotometer. Perhitungan kadar mineral P berdasarkan Apriantono wt al (1989) adalah sebagai berikut :
Ppm awal =
% PO4 = ppm awal x 0.05 x 10-3 x 100
% P =
Keterangan :
Ac : Absorbansi contoh As : Absorbansi standar Ar : Berat atom
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon tanggal 25 Januari 1991 dari ayah Mangani dan ibu Hindun. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMA N 2 Kota Cirebon dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2009.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) tahun 2009/2010, Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai anggota PPSM 2010/2011, Panitia Akuakultur Festival, asisten praktikum mata kuliah Nutrisi Ikan 2012/2013 dan asisten praktikum mata kuliah Teknologi Produksi Plankton, Benthos, dan Alga 2012/2013. Penulis juga aktif di berbagai karya tulis, artikel ilmiah dan Bisnis. Lomba yang pernah dimenangkan penulis antara lain, pendanaan PKM-P DIKTI 2011 (1 judul proposal), pendanaan PKM-P DIKTI 2012 (2 judul proposal), Peserta Esay Women Preneur untuk Pengembangan Bangsa Kementrian Perekonomian Indonesia, Peserta Training Ramp Indonesia 2013, Esay PolyU inovation and Entrepreneurship Student Chalenge 2012 Hongkong, Pendanaan IPB 2010, Pendanaan IPB 2011, Pendanaan CDA-IPB 2012, Pendanaan Bank Indonesia 2012, Peserta Global Entrepreneur Week Indonesia 2012, Peserta International Labour Organitation (ILO) 2012 PBB bekerja sama dengan Bank Indonesia, Peserta Training Pembuatan Pakan pada Tahun 2012, Peserta Training di Acara Entrepreneur GEC ITB 83, Penerima Beasiswa Pemda JABAR 2009, Juara 2 Nasional Sociotechnopreneurship 2013, Peliputan Koran Radar Semarang sebagai Juara 2 Nasional Sociotechnopreneurship 2013, dan melaksanakan magang pada tahun 2010 di BPBAP Jepara, Jawa Tengah, magang pada tahun 2011 di BPBAT Subang, Jawa Barat, Praktik Lapang pada tahun 2012 di BBAP Situbondo, Jawa Timur dengan judul “Pembenihan Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur”.