TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENYIARAN RADIO DAN
PRODUSEN DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN
KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN
TESIS
Oleh
YULIZAR ANDYTHIA
097011091/ M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENYIARAN RADIO DAN
PRODUSEN DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN
KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
YULIZAR ANDYTHIA
097011091/ M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENYIARAN
RADIO DAN PRODUSEN DALAM
PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN
Nama Mahasiswa : Yulizar Andythia
Nomor Pokok : 097011091
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Pembimbing Pembimbing
(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Syafruddin Hasibuan, SH, MH)
Ketua Program Studi, Dekan
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Februari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, MHum
Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum
2. Syafruddin Hasibuan, SH, MH
3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : YULIZAR ANDYTHIA
Nim : 097011091
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENYIARAN RADIO
DAN PRODUSEN DALAM PELAKSANAAN
PERJANJIAN KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
ABSTRAK
Dalam Dunia yang semakin serba komplit dengan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan sehingga peradaban manusia pun semakin maju dimana dalam hal dunia pengiklanan yang termasuk dalam sistem promosi sehingga dapat menunjang akan keuntungan dari produk yang disiarkan melalui media iklan yang secara mudah dan murah yaitu melalui media radio, sistem yang bertanggung jawab adalah merupakan nilai utama yang menjadi andalan dalam menjalankan usaha penyiaran. Dalam hal tanggung jawab adalah merupakan salah faktor yang sangat utama yang menyangkut karakter suatu perusahaan terhadap para konsumen- ditengah masyarakat. Tanggung jawab para pihak dituangkan dalam suatu perikatan yang merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Dengan melalui media Lembaga Penyiaran atau Radio dengan Produsen sehingga perlu adanya sistem penanganan secara profesional demi untuk kelancaran serta keuntungan dari kedua belah pihak dalam hal ini pula perlu adanya sistem pengaturan dalam membuat kesepakatan secara saling menguntungkan serta saling keterkaitan dalam suatu perikatan perjanjian.
Perjanjian yang dilakukan adalah merupakan kontrak kesepakatan kedua belah pihak dengan tidak mengenyampingkan asas hukum yang berlaku dengan kata lain apakah perjanjian tersebut secara dibawah tangan ataukah secara notariel. Fungsi kontrak dibagi menjadi dua macam yaitu secara yuridis dan ekonomis. Perjanjian dalam sistem penyiaran radio disebut sebagi perjanjian tidak bernama dan perjanjian yang dilakukan dengan cara dibawah tangan dengan berisikan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Wanprestasi adalah merupakan hal yang sering terjadi dalam kontrak pemasangan iklan radio apakah dari pihak radio atau dari pihak pemasang iklan, wanprestasi juga bisa terjadi akibat hal yang diluar kemampuan seperti bencana, kebakaran serta huru-hara dan perang.Penyelesaian sengketa dalam kasus iklan radio dilakukan secara musyawarah dan pihak Komisi Penyiaran Indonesia sebagai penengah namun jika tidak dapat diselesaikan bisa melalui pengadilan dan diluar pengadilan. Perlindungan Pemerintah terhadap Lembaga penyiaran dan konsumen dimana seluruh stasiun radio swasta dan Pemerintah serta gabungan swasta dan Pemerintah dibawah wewenang Kementrian Informasi dan komunikasi serta Komisi Penyiaran Indonesia. Konsumen mendapat perlindungan dari pemerintah melaui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen akibat iklan yang menyesatkan dengan cara perdamaian juga melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia, Dewan Periklanan Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia serta Penyelesaian didalam Pengadilan akibat iklan menyesatkan.
Dalam hal kelangsungan Lembaga penyiaran terhadap pemasang iklan atau produsen perlu adanya perjanjian yang lebih memiliki kekuatan hukum yaitu secara notariel sehingga memberikan kepastian hukum dan memiliki nilai ekonomis bagi kedua belah pihak. Konsumen yang disebut masyarakat perlu adanya perlindungan akibat iklan yang menyesatkan sehingga pihak Pemerintah lebih melakukan kontrol lebih ketat akibat dampak yang timbul bagi lapisan dan kalangan masyarakat dari segi usia latar belakang dan budaya serta stabilitas keamanan bagi masyarakat bahkan terhadap bangsa.
ABSTRACT
In this increasingly complicated world with science and technology development, human civilization becomes more advanced in which the world of advertisement is included in the system of promotion that can support the profit resulted from the product broadcasted through radio an easy and economical media of advertisement and a responsible system is the main value which becomes the mainstay in running the broadcasting business. Responsibility is one of the main factors related to the character of a company in its consumer community. Responsibility of the parties involved is stated in a commitment agreed by both parties. To maintain the efficiency and beneficial relationship between Broadcasting Institution or Radio and the producers, a professional handling system is needed in the making process of a mutually benefited agreement.
The agreement made is a contract of deal made by both parties without ignoring the existing legal principle, in other words, whether or not the agreement was made underhandedly or before the notary. The function of contract is divided into two; juridical or economical. The agreement in radio broadcasting system is called anonymous agreement and this agreement was made underhandedly containing the rights and responsibilities of both parties. Breach of contract frequently occurs in the radio advertising contract whether it is initiated by the radio or the advertiser. Breach of contract can also occur because of disaster, fire, riot and war. The dispute settlement in the case of radio advertising was done by consensus with the Indonesian Broadcasting Commission as the intermediary, yet if the dispute cannot be settled by consensus it will be brought to the court of law. The protection from the government for Broadcasting Institution, consumers and all private, state and private-state joint radio stations is under the authority of Ministry of Information and Communication and the Indonesian Broadcasting Commission. Due to misleading advertising, the consumers get protection from the government, by way of peace or settlement in court of law, through Consumer Dispute Settlement Board also, by way of peace, through the Indonesian National Arbitration Board, Indonesian Advertising Council, and Indonesian Broadcasting Commission.
In terms of the continuity of relationship between Broadcasting Institution and advertisers or producers, an agreement with more legal power made before a notary is needed to provide legal certainty and economic value for both parties. Consumers or community members need protection due to misleading advertisements that the government imposes a stricter control due to the impact spread among the community members with different ages and cultural background that may destabilize communal and even national security.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan lahir batin kepada penulis sehingga dapat menjalani dan menyelesaikan studi di Program Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Untuk mencapai gelar Magister Kenotariatan inilah, penulis membuat suatu karya ilmiah yang berjudul “Tanggung
Jawab Lembaga Penyiaran Radio dan Produsen Dalam Pelaksanaan Perjanjian
Kerjasama Pemasangan Iklan” Juga tidak lupa Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan yang syafa'atnya selalu diharapkan seluruh umatnya.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan penghargaan
dan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan padaFakultas HukumUniversitas Sumatera Utara;
3. Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN., atas segala
dedikasi dan pengarahan serta masukan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
HukumUniversitas Sumatera Utara;
4. Terimakasih yang sedalam-dalamya dan penghargaan yang setinggi-tingginya
penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr. T. keizerina Devi A., SH, CN, MHum., serta
Syafruddin Hasibuan, SH, MH., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, ide dan motivasi yang terbaik serta kritik dan saran yang konstruktif demi tercapainya hasil yang terbaik dalam penulisan tesis ini;
5. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.,dan Dr. Faisal Akbar Nasution,
SH, MHum, selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan serta masukan maupun saran terhadap penyempurnaan penulisan tesis ini;
6. Seluruh staf pengajar di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi dalam setiap perkuliahan kepada penulis;
7. Kedua orangtua, ayahku dr. H. N. Rizal RS. SpPD., atas perhatian dan jerih
semua studiku dengan baik, dan buat saudara-saudaraku tercinta, dr. Julia M.
Sari beserta suami dr. Syaiful Arif Miraza, dr. Dewi Maya Sarah, beserta suamidr. Fadlun Jamali,dan beserta adik Budi M. Nur.
8. Sahabat-sahabatku seperjuangan,Kak Sere, Kiki, Pak Azhar, Pak Mursil, Pak
Bambang, Bang Arman, Bang Yono, Kak Sri, Kak Bekka, Rini, Toni,
Tommy, Zulkarnain, Hendra, Andi, Rio, Mighdad, Moses, RicharddanAde, semoga setelah selesainya studi ini persahabatan kita bisa tetap terjalin meskipun kita tidak bersama-sama lagi.
9. Seluruh staf pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas
Sumatera Utara, Bu Fat, Lisa, Winda, Sari, Afni, Bang Aldi, Ken, Rizal dan Hendri;
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segaa kritik dan saran yang bersifat membangun diterima dengan tangan
terbuka demi kebaikan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Semoga tesis ini dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya.
Medan, Februari 2012 Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Yulizar Andythia
Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 01 Juli 1982
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Alamat : Komp. Tasbi II Blok I No. 84 Medan
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Dharmawanita Medan dari tahun 1989 sampai 1994
2. SMP Negeri 1 Medan dari tahun dari tahun 1994 sampai 1997
3. SMA Kemala Bhayangkari I Medan dari tahun 1997 sampai 1999
4. Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara dari tahun 1999 sampai 2005
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Keaslian Penelitian ... 7
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 8
1. Kerangka Teori ... 8
2. Konsepsi ... 24
G. Metode Penelitian... 25
1. Spesifikasi Penelitian ... 25
2. Jenis dan Sumber Data... 26
3. Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 26
4. Analisis Data ... 27
BAB II. PERJANJIAN KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN MELALUI RADIO ... 28
A. Perjanjian Kerjasama dalam Praktek ... 28
B. Pelaksanaan Perjanjian Siaran Iklan melalui Radio... 38
1. Perjanjian Siaran Iklan ... 38
2. Hak dan Kewajiban Para Pihak ... 44
BAB III. PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN PEMASANGAN IKLAN MELALUI RADIO... 61
A. Wanprestasi ... 61
B. Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian Siaran Iklan Melalui Radio ... 66
BAB IV. PERLINDUNGAN PEMERINTAH TERHADAP LEMBAGA PENYIARAN DAN KONSUMEN... 81
A. Hak Lembaga Penyiaran ... 81
B. Upaya Penyelesaian Sengketa yang Ditempuh oleh Konsumen dan Pelaku Usaha yang Dirugikan ... 93
1. Upaya Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan ... 93
2. Upaya Penyelesaian Sengketa di Pengadilan atas Pelanggaran Hukum Terhadap Iklan Menyesatkan... 101
C. Peranan Pemerintah Terhadap Pengawasan dan Penegakkan Hukum Atas Iklan Yang Mengandung Informasi Menyesatkan... 110
1. Peran Pemerintah Sebagai Pembuat Peraturan ... 110
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 119
A. Kesimpulan ... 119
B. Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 123
ABSTRAK
Dalam Dunia yang semakin serba komplit dengan perkembangan teknologi serta ilmu pengetahuan sehingga peradaban manusia pun semakin maju dimana dalam hal dunia pengiklanan yang termasuk dalam sistem promosi sehingga dapat menunjang akan keuntungan dari produk yang disiarkan melalui media iklan yang secara mudah dan murah yaitu melalui media radio, sistem yang bertanggung jawab adalah merupakan nilai utama yang menjadi andalan dalam menjalankan usaha penyiaran. Dalam hal tanggung jawab adalah merupakan salah faktor yang sangat utama yang menyangkut karakter suatu perusahaan terhadap para konsumen- ditengah masyarakat. Tanggung jawab para pihak dituangkan dalam suatu perikatan yang merupakan kesepakatan kedua belah pihak. Dengan melalui media Lembaga Penyiaran atau Radio dengan Produsen sehingga perlu adanya sistem penanganan secara profesional demi untuk kelancaran serta keuntungan dari kedua belah pihak dalam hal ini pula perlu adanya sistem pengaturan dalam membuat kesepakatan secara saling menguntungkan serta saling keterkaitan dalam suatu perikatan perjanjian.
Perjanjian yang dilakukan adalah merupakan kontrak kesepakatan kedua belah pihak dengan tidak mengenyampingkan asas hukum yang berlaku dengan kata lain apakah perjanjian tersebut secara dibawah tangan ataukah secara notariel. Fungsi kontrak dibagi menjadi dua macam yaitu secara yuridis dan ekonomis. Perjanjian dalam sistem penyiaran radio disebut sebagi perjanjian tidak bernama dan perjanjian yang dilakukan dengan cara dibawah tangan dengan berisikan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Wanprestasi adalah merupakan hal yang sering terjadi dalam kontrak pemasangan iklan radio apakah dari pihak radio atau dari pihak pemasang iklan, wanprestasi juga bisa terjadi akibat hal yang diluar kemampuan seperti bencana, kebakaran serta huru-hara dan perang.Penyelesaian sengketa dalam kasus iklan radio dilakukan secara musyawarah dan pihak Komisi Penyiaran Indonesia sebagai penengah namun jika tidak dapat diselesaikan bisa melalui pengadilan dan diluar pengadilan. Perlindungan Pemerintah terhadap Lembaga penyiaran dan konsumen dimana seluruh stasiun radio swasta dan Pemerintah serta gabungan swasta dan Pemerintah dibawah wewenang Kementrian Informasi dan komunikasi serta Komisi Penyiaran Indonesia. Konsumen mendapat perlindungan dari pemerintah melaui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen akibat iklan yang menyesatkan dengan cara perdamaian juga melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia, Dewan Periklanan Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia serta Penyelesaian didalam Pengadilan akibat iklan menyesatkan.
Dalam hal kelangsungan Lembaga penyiaran terhadap pemasang iklan atau produsen perlu adanya perjanjian yang lebih memiliki kekuatan hukum yaitu secara notariel sehingga memberikan kepastian hukum dan memiliki nilai ekonomis bagi kedua belah pihak. Konsumen yang disebut masyarakat perlu adanya perlindungan akibat iklan yang menyesatkan sehingga pihak Pemerintah lebih melakukan kontrol lebih ketat akibat dampak yang timbul bagi lapisan dan kalangan masyarakat dari segi usia latar belakang dan budaya serta stabilitas keamanan bagi masyarakat bahkan terhadap bangsa.
ABSTRACT
In this increasingly complicated world with science and technology development, human civilization becomes more advanced in which the world of advertisement is included in the system of promotion that can support the profit resulted from the product broadcasted through radio an easy and economical media of advertisement and a responsible system is the main value which becomes the mainstay in running the broadcasting business. Responsibility is one of the main factors related to the character of a company in its consumer community. Responsibility of the parties involved is stated in a commitment agreed by both parties. To maintain the efficiency and beneficial relationship between Broadcasting Institution or Radio and the producers, a professional handling system is needed in the making process of a mutually benefited agreement.
The agreement made is a contract of deal made by both parties without ignoring the existing legal principle, in other words, whether or not the agreement was made underhandedly or before the notary. The function of contract is divided into two; juridical or economical. The agreement in radio broadcasting system is called anonymous agreement and this agreement was made underhandedly containing the rights and responsibilities of both parties. Breach of contract frequently occurs in the radio advertising contract whether it is initiated by the radio or the advertiser. Breach of contract can also occur because of disaster, fire, riot and war. The dispute settlement in the case of radio advertising was done by consensus with the Indonesian Broadcasting Commission as the intermediary, yet if the dispute cannot be settled by consensus it will be brought to the court of law. The protection from the government for Broadcasting Institution, consumers and all private, state and private-state joint radio stations is under the authority of Ministry of Information and Communication and the Indonesian Broadcasting Commission. Due to misleading advertising, the consumers get protection from the government, by way of peace or settlement in court of law, through Consumer Dispute Settlement Board also, by way of peace, through the Indonesian National Arbitration Board, Indonesian Advertising Council, and Indonesian Broadcasting Commission.
In terms of the continuity of relationship between Broadcasting Institution and advertisers or producers, an agreement with more legal power made before a notary is needed to provide legal certainty and economic value for both parties. Consumers or community members need protection due to misleading advertisements that the government imposes a stricter control due to the impact spread among the community members with different ages and cultural background that may destabilize communal and even national security.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang pesat menyebabkan hubungan antara produsen
sebagai penghasil barang atau jasa dengan konsumen sebagai pemakai barang atau
jasa sebagian besar tidak dilaksanakan secara langsung. Terdapat suatu jarak, dimana
umumnya konsumen tidak mengenal pembuat barang atau jasa yang mereka peroleh
untuk kebutuhannya. Selain itu kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa semakin
meningkat dan semakin canggih baik kegunaannya maupun penampilannya, sehingga
diperlukan suatu informasi yang lengkap dari produsen kepada konsumen tentang
suatu barang atau jasa yang mereka hasilkan.
Banyak cara yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan
pesan yang ingin disampaikan kepada konsumen, salah satunya adalah iklan, yang
merupakan bagian penting dari pemasaran suatu produk. Periklanan tidak bisa
dilepaskan dari kegiatan ekonomi secara keseluruhan, terutama dalam hal pemasaran
produk-produk yang dihasilkan. Iklan menentukan hubungan antara produsen dan
konsumen.1
Produk barang atau jasa itu sendiri, baik penamaannya, pengemasannya
maupun penetapan harga dan distribusinya, semuanya tercermin dalam kegiatan
1Morissan, 2010,Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, Prenada Media Group, Jakarta,
periklanan. “Tanpa adanya periklanan, berbagai produk atau jasa tidak akan dapat
mengalir secara lancar ke para distributor atau penjual, apalagi sampai ke tangan
konsumen atau pemakainya”.2
Perkembangan iklan sebagai media informasi suatu produk “booming” seiring
dengan perkembangan media periklanan itu sendiri, seperti radio, televisi dan surat
kabar. Penggunaan lembaga penyiaran pada umumnya, khususnya radio sebagai
sarana promosi atas produk oleh produsen semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa para produsen memilih media radio
sebagai sarana promosi melalui pemasangan iklan, harga relatif lebih murah, dan
daya jangkau lebih luas baik dari aspek jarak maupun lapisan masyarakat.3Harga
(rate) pemasangan iklan pada Radio KISS FM Medan sebagaimana tertera pada tabel
berikut.
Tabel 1.
Rate Iklan pada Radio KISS FM Medan Tahun 2010
No. Uraian JAM 1 s/d 30 Detik 31 s/d 60 Detik
I. SPOT
a. Prime Time 06.00 – 10.00
15.00 – 18.00 Rp. 210.000,- Rp. 300.000,-19.00 – 21.00
b. Regular Time 10.00 – 15.00
18.00 – 19.00 Rp. 170.000,- Rp. 240.000,-21.00 – 24.00
II. ADLIB 60 Detik Rp.
360.000,-III. SPONSOR PROGRAM
a. Blocking Time 30 Menit Rp. 1.800.000,- nett
2Frank Jefkins, 1997,Periklanan, diterjemahkan oleh Haris Munandar, edisi Ketiga, Grafindo,
Jakarta, hlm. 1.
3Robert W. Bly, 2006, The Complete Ideal’s Guide: Direct Marketing. Prenada Media Group,
45 Menit Rp. 2.400.000,- nett 60 Menit Rp. 3.000.000,- nett
b. Non Blocking Time 30 Menit Rp. 1.500.000,- nett 45 Menit Rp. 2.000.000,- nett 60 Menit Rp. 2.500.000,- nett IV. TALK SHOW
a. Prime Time 60 Menit Rp. 5.000.000,- nett
b. Regular Time 30 Menit Rp. 2.000.000,- nett 60 Menit Rp. 4.000.000,- nett
V. INSERT / QUIZ 5 Menit Rp. 750.000,- nett
VI. LIVE REPORT 5 Menit Rp. 750.000,- nett
Sumber: PT. Radio KISS FM, Medan, 2010.
Sebagai konsekuensi logis dari booming periklanan melalui media tersebut di
atas adalah terjadinya sengketa yang terkait dengan pelaksanaan perjanjian
pemasangan iklan tersebut. Bentuk-bentuk sengketa yang mungkin terjadi
bermacam-macam, baik dalam bentuk wanprestasi maupun dalam bentuk perbuatan melawan
hukum. Salah satu bentuk wanprestasi yang pernah terjadi antara PT. Java Festival
Production (JFP) dengan PT. Radio Kidung Indah Selaras Suara (KISS FM) Medan
adalah keterlambatan pembayaran oleh JFP kepada pihak radio KISS FM. Dalam hal
sengketa tersebut, kedua belah pihak bersepakat untuk menyelesaikan secara damai,
karena alasan keterlambatan yang diajukan oleh JFP dapat diterima oleh pihak radio
KISS FM.4
Perjanjian adalah perbuatan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan
kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum, yaitu adanya hak dan kewajiban yang
mengikat untuk ditaati oleh para pihak. Dalam perjanjian siaran iklan antara pihak
4Perjanjian Kerjasama antara PT. Java Festival Production dengan PT. Radio Kidung Indah
pemasang iklan dan pihak radio juga berlaku syarat perjanjian seperti tertuang dalam
Pasal 1320 dan 1338 ayat (1) KUH Perdata. Dimana pihak pemasang iklan
mengikatkan dirinya dengan pihak radio yang akan menyiarkan iklan, dan pihak
pemasang iklan berkewajiban untuk membayar sejumlah biaya penyiaran iklan oleh
radio sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati. Tidak terpenuhinya prestasi
ini bisa karena kesalahan dari salah satu pihak yang mengakibatkan wanprestasi.
Overmachtatau keadaan memaksa adalah suatu keadaan atau peristiwa yang terjadi
diluar tanggungjawab para pihak, yang membuat perjanjian itu tidak dapat
dilaksanakan sama sekali.5
Dalam penyiaran iklan juga harus dihindari terjadinya iklan yang
menyesatkan, menipu yang pada akhirnya dapat merugikan konsumen.6 Hakekat
iklan bagi perlindungan konsumen ialah merupakan janji dari para pihak yang
mengumumkannya, karena itu iklan dalam segala bentuknya mengikat para pihak
tersebut dengan akibat hukumnya.7
Dalam Pasal 1 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Sumatera Utara
No.02/P/KPI/12/2009:
1) Pedoman Perilaku Penyiaran adalah ketentuan-ketentuan bagi Lembaga
Penyiaran yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia untuk
menjadi panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan tidak
5S.B. Marsh dan J. Soulsby, 2006,Hukum Perjanjian, Alih Bahasa: Abdul kadir Muhammad,
Alumni, Bandung, hlm. 27.
6Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, 2006,Etika Pariwara Indonesia, Jakarta, hlm. 11. 7Badan Pembina Hukum Nasional, Laporan Tim Pengkajian Hukum Tentang Aspek Hukum
diperbolehkan dalam menyelenggarakan penyiaran dan mengawasi
sistem penyiaran nasional Indonesia.
2) Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang
menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum
dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan
3) Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar,
atau suara dan gambar atau yang berbentuk gratis, karakter, baik yang
bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima rnelalui perangkat
penerima siaran
4) Program siaran adalah program yang berisi pesan atau rangkaian pesan
dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk
gratis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak yang disiarkan
oleh lembaga penyiaran.
Perjanjian kerjasama pemasangan iklan dibuat dalam bentuk kontrak, dimana
dalam perjanjian kerjasama penyiaran iklan tersebut, telah ditentukan hak dan
kewajiban para pihak termasuk jika terjadi wanprestasi. Oleh karena itu, sehubungan
dengan perjanjian kerjasama pemasangan iklan di radio, dilakukan suatu kajian
mengenai tanggung jawab lembaga penyiaran radio dan produsen dalam pelaksanaan
perjanjian pemasangan iklan, dalam undang-undang Hak Cipta dicantumkan
penerapan. Pengadilan niaga sebagai sarana penyelesaian perkara perdata, keragaman
pidana terhadap pelanggar penggunaan perbanyakan atau disebutend user piracydan
sebagainya.8
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana ruang lingkup hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
pemasangan iklan melalui radio ?
2. Bagaimana penyelesaian sengketa yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian
pemasangan iklan melalui radio tersebut ?
3. Bagaimana pelaksanaan perlindungan Pemerintah terhadap Lembaga
Penyiaran dan konsumen dari iklan yang menyesatkan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui ruang lingkup hak dan kewajiban para pihak dalam
perjanjian pemasangan iklan melalui radio.
2. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa yang terjadi dalam
pelaksanaan perjanjian pemasangan iklan melalui radio tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perlindungan Pemerintah terhadap
Lembaga Penyiaran dan konsumen dari iklan yang menyesatkan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis, yaitu :
1. Secara Teoritis
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberi manfaat dalam bidang ilmu
pengetahuan hukum khususnya bidang keperdataan terutama yang berhubungan
dengan perjanjian.
2. Secara Praktis
Diharapkan akan bermanfaat sebagai masukan bagi praktisi periklanan terutama
pengetahuan tentang hak dan kewajiban dalam suatu perjanjian kerjasama.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik
terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada, maupun sedang dilakukan, khususnya
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian yang
membahas mengenai Tanggung Jawab Lembaga Penyiaran Radio dan Produsen
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Menurut Gustav Radbruch sebagaimana dikutip oleh Satjipto Raharjo, menyatakan bahwa teori hukum menjadikan nilai-nilai dan postulat-postulat hukum, maka tugas teori hukum adalah membuat jelas nilai-nilai serta
postulat-postulat hukum sampai pada landasan filosofisnya.9
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan penulis dibidang hukum.10Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan
cara-cara untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.11 Kata lain dari kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis,
mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian.12
Menurut H. Zainuddin Ali, kerangka teoritis dalam penulisan karya ilmiah hukum mempunyai empat ciri, yaitu: teori hukum, asas-asas hukum, doktrin
hukum, dan ulasan pakar hukum berdasarkan dalam pembidangan kekhususannya.13Keempat ciri khas teori hukum tersebut dapat dituangkan dalam penulisan kerangka teoritis dan atau salah satu ciri tersebut, maka kerangka teori yang akan dijadikan landasan dalam suatu penelitian tersebut adalah teori-teori
9 Satjipto Raharjo, 2006,Membedah Hukum Progresif, Buku Kompas, Jakarta, hlm. 159. 10M. Solly Lubis, 1994,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, hlm. 27. 11Burhan Ashshofa, 1998,Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 23. 12M. Solly Lubis,Op.Cit., hlm. 23.
hukum yang telah dikembangkan oleh para ahli hukum dalam berbagai kajian dan temuan.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, maka teori adalah serangkaian konsep, definisi dan proposisi yang berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis tentang suatu gejala.14Selanjutnya dijelaskan bahwa teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman
mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi penjelasan yang sifatnya umum.15
Dengan adanya perjanjian internasional tentang aspek-aspek yang
dikaitkan dengan perdagangan kekayaan inteleketual (TRIPs), materi yang harus dilindungi diperluas dengan ciptaan-ciptaan sebagai berikut:
a. Karya-karya yang harus dilindungi menurut Konvensi Bern;
b. Program komputer;
c. Kumpulan data/informasi;
d. Pertunjukan-pertunjukan (berupa pertunjukan langsung, disiarkan atau
perekaman gambar pertunjukan);
e. Rekaman Suara; dan
f. Penyiaran.
14Bahder Johan Nasution, 2008,Metode Penelitian Hukum, Mandar Maju, Bandung, hlm. 141. 15Mukti Fajar Nurdewata et al, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Indonesia turut menandatangani TRIPs pada tahun 1997 dan setuju untuk
memenuhi kewajibannya berdasarkan TRIPs pada tahun 2000.16
Sehubungan dengan hal tersebut dengan meneliti tentang perjanjian
pemasangan iklan dalam praktek yang dihubungkan dengan perjanjian kontrak
menggunakan teori untuk menjelaskan permasalahan yang ada yaitu teori
kehendak.
Menurut teori kehendak, suatu kontrak menghadirkan suatu ungkapan
kehendak diantara para pihak, dalam teori kehendak terdapat asumsi bahwa suatu
kontrak melibatkan kewajiban yang dibebankan terhadap para pihak yang mana
dalam teori kehendak, yaitu teori penawaran dan penerimaan. Teori penerimaan
dan penawaran merupakan teori dasar dari adanya kesepakatan kehendak adalah
teori offer and acceptance yang dapat dimaksudkan bahwa pada prinsipnya suatu
kesepakatan kehendak baru terjadi setelah adanya penawaran (offer) dari salah
satu pihak dan diikuti dengan penerimaan tawaran (acceptance) oleh pihak lain
dalam kontrak tersebut. Teori ini diakui secara umum diretiap system hukum,
sungguhpun pengembangan dari teori ini banyak dilakukan di negara-negara yang
menganut sistem hukumCommon Law.17
Dalam undang-Undang Hak Cipta No19 tahun 2002 pasal 1 angka 12
disebutkan Lembaga Penyiaran adalah organissi penyelenggara siaran yang
16Tim Lindsay dkk, 2006,Hak Kekayaan Intelektual, PT.Alumni Bandung, hlm.99.
17 HS Salim, 2006, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Sinar Grafika,
berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran
dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui system
elektromagnetik. Lembaga Produsen adalah organisasi atau badan hukum yang
pertama kali memproduksi dari sebuah karya cipta, Lembaga iklan adalah
organisasi yang melakukan pengiklanan terhadap suatu karya. Dalam pasal1
Komisi Penyiaran Indonesia disebutkan dalam :
Ayat 2 : “Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui
sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di
antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara,
kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan
bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.
Ayat 3 : Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga
penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran
komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ayat 4 : Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang
menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum
dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Ayat 8 : Siaran langsung adalah program siaran yang ditayangkan dengan waktu
Ayat 9 : Siaran tidak Iangsung adalah program siaran yang direkam untuk
ditayangkan pada waktu yang berbeda.
Ayat 15: Siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial dan layanan
masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat
dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan kepada lembaga
penyiaran yang bersangkutan.
Ayat 16 : Siaran iklan niaga adalah siaran iklan komersial yang disiarkan melalui
penyiaran radio atau televisi dengan tujuan memperkenalkan,
memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan barang atau jasa kepada
khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan
produk yang ditawarkan.
Ayat 17 : Siaran iklan layanan masyarakat adalah siaran iklan nonkomersial
yang disiarkan melalui penyiaran radio atau televisi dengan tujuan
memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan
gagasan, cita-cita, anjuran, dan/atau pesan-pesan lainnya kepada
masyarakat untuk mempengaruhi khalayak agar berbuat dan/atau
bertingkah laku sesuai dengan pesan iklan tersebut.
Ayat 18 : Progam siaran berlangganan adalah program yang berisi pesan atau
rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar
atau yang berbentuk gratis, dan karakter yang disiarkan oleh Iembaga
Ayat 19 : Program penggalangan dana adalah program siaran yang bertujuan
untuk mengumpulkan dana dari masyarakat yang diperuntukkan bagi
kegiatan sosial.
Hak penyiaran adalah merupakan Hak terkait yang termasuk dalam hak
ekonomi, 18 dalam hal melakukan pengumuman iklan adalah merupakan
pengumuman atau pemberitaan tentang sesuatu karya cipta atau terhadap suatu
kegiatan baik bersifat sosial maupun bersifat komersil, pengiklanan yang
dilakukan terhadap sebuah stasiun radio adalah merupakan bentuk kerja sama
dalam hal kepentingan masing-masing baik sifatnya saling menguntungkan. Pasal
1313 KUH Perdata memberikan definisi tentang perjanjian sebagai berikut:
“Perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.” Rumusan tersebut selain tidak lengkap
artinya juga sangat luas. Tidak lengkap karena hanya menyebutkan perjanjian
sepihak saja, artinya sangat luas karena hanya dipergunakan perkataan ‘perbuatan’
tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum.19
Pasal 1338 KUH Perdata menentukan, “Semua persetujuan yang dibuat
secara sah dan sesuai dengan Undang-Undang berlaku sebagai Undang-Undang
bagi mereka yang membuatnya.” Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain
dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang ditentukan
oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Perjanjian adalah perbuatan hukum bersegi dua atau jamak, dimana untuk itu
diperlukan syarat-syarat seperti dalam Pasal 1320 KUH Perdata.
Asas kepastian hukum merupakan asas yang berhubungan dengan akibat
perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak
ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan
intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt
servandadapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Asas ini pada
mulanya dikenal dalam hukum gereja. Dalam hukum gereja itu disebutkan bahwa
terjadinya suatu perjanjian bila ada kesepakatan antar pihak yang melakukannya
dan dikuatkan dengan sumpah. Hal ini mengandung makna bahwa setiap
perjanjian yang diadakan oleh kedua pihak merupakan perbuatan yang sakral dan
dikaitkan dengan unsur keagamaan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya
asas pacta sunt servanda diberi arti sebagai pactum, yang berarti sepakat yang
tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas lainnya. Sedangkan
istilahnudus pactumsudah cukup dengan kata sepakat saja.
Asas Itikad baik terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata,
menyatakan bahwa : “Semua perjanjian itu harus dilakukan dengan itikad baik.”
Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang
teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Asas itikad baik terbagi menjadi dua
seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada
itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat
ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut
norma-norma yang objektif.20
Suatu perjanjian dalam pelaksanaannya ada kemungkinan tidak sesuai
dengan yang diperjanjikan atau mungkin tidak dapat dilaksanakan karena adanya
hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan-hambatan tersebut dapat
terjadi berupa wanprestasi dan keadaan memaksa21.
a) Wanprestasi
Wanprestasi menurut Abdul Kadir Muhamad mempunyai arti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian22. Sedangkan menurut J. Satrio, wanprestasi mempunyai arti bahwa debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya, maka dikatakan bahwa debitur wanprestasi23.
Debitur dikatakan telah melakukan wanprestasi baik karena lalai maupun
karena kesengajaan24. Untuk menentukan dan menyatakan apakah seseorang
melakukan wanprestasi, tidaklah mudah karena seringkali tidak diperjanjikan
dengan tepat kapan suatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang telah
diperjanjikan. Sebelum dinyatakan wanprestasi, seorang debitur harus lebih dahulu
ditagih atau diberi teguran atau somasi, sebagaimana ketentuan Pasal 1238 KUH
20JM.Van Dunne dan Van der Burght,Gr. 1988, Perbuatan Melawan Hukum, Dewan Kerja
sama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia, Proyek Hukum Perdata, Ujung Pandang, hlm 15.
21J. Satrio, 1988,Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya,Alumni, Bandung, hlm. 83. 22Abdul Kadir Muhamad, 1998,Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 20. 23J. Satrio,Op.Cit,hlm. 122.
24 Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Perdata yang menyebutkan : “Si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan surat
perintah atau dengan akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya
sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berhutang akan terus dianggap lalai
dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”
Pernyataan lalai sebenarnya merupakan suatu peringatan dari kreditur agar
debitur berprestasi, selambat-lambatnya pada suatu saat tertentu25.
Menurut Pasal 1267 KUH Perdata, pihak kreditur dapat menuntut pihak
debitur yang lalai dengan memilih beberapa kemungkinan tuntutan Sedangkan
menurut R. Subekti26, akibat hukum bagi debitur yang telah wanprestasi adalah
suatu sanksi, terdapat 4 (empat) macam sanksi yaitu :
1) Ganti Rugi
Debitur harus membayar ganti rugi sebagai akibat kerugian yang diderita
kreditur, seperti yang tersebut dalam Pasal 1243 KUH Perdata.
Undang-undang juga memberikan ketentuan yang merupakan pembatasan
tentang apa yang dituntut sebagai ganti rugi, ketentuan-ketentuan tersebut
terdapat dalam Pasal 1247 dan Pasal 1248 KUH Perdata, yaitu menyatakan
sebagai berikut :
Pasal 1247 KUH Perdata menentukan: “Si berhutang hanya diwajibkan
mengganti biaya, rugi dan bunga yang nyata telah, atau sedianya dapat diduga
sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu
disebabkan karena sesuatu tipu daya yang dilakukan olehnya.”
Pasal 1248 KUH Perdata menentukan: “Bahwa jika hal tidak dipenuhinya
perikatan itu disebabkan karena tipu daya di berutang, pengganti biaya, rugi dan
bunga sekedar mengenai kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan
keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang merupakan
akibat langsung dari tidak dipenuhinya perikatan.”
Dengan demikian walaupun debitur dalam kenyataan lalai atau alpa tetap diberi
perlindungan oleh undang-undang terhadap kesewenangan pihak kreditur. Akan
tetapi pembatasan tersebut hanya meliputi kerugian yang dapat diduga pada
kemungkinan timbulnya kerugian dan besarnya kerugian.27 Serta kerugian
tersebut merupakan akibat langsung dari wanprestasi, seperti yang ditentukan
dalam Pasal 1248 KUH Perdata.
2) Pembatalan Perjanjian
Pembatalan ini mempunyai maksud bahwa kedua belah pihak berkehendak
kembali kepada keadaan semula sebelum perjanjian diadakan. Bila salah satu
pihak telah memenuhi atau menerima prestasi dari pihak lain (baik barang
maupun uang), maka harus dikembalikan seperti sedia kala.28 Pemutusan
perjanjian karena wanprestasi debitur diatur dalam Pasal 1265-1267 KUH
Perdata, yaitu terdapat dalam bagian V Bab I buku III KUH Perdata. Menurut
27Wirjono Prodjodikoro,Op.Cit, hlm. 72.
28Suharnoko, 2008, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media Group,
undang-undang dalam hal wanprestasi, harus memenuhi syarat untuk
melaksanakan pembatalan perjanjian, yaitu :
(a) Debitur harus dalam keadaan wanprestasi;
(b) Pemutusan perjanjian dengan perantaraan hakim;
(c) Harus dalam perjanjian timbal balik.
3) Peralihan Resiko
Resiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi sesuatu peristiwa
di luar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi objek
perjanjian. Disebutkan dalam Pasal 1237 ayat (2) KUH Perdata, bahwa atas
kelalaian dari seseorang debitur maka ia akan dikenai sanksi peralihan resiko.
4) Pembayaran Ongkos Perkara
Dalam hal debitur yang lalai dan sebagai pihak yang dikalahkan diwajibkan
membayar biaya perkara, seperti yang disebutkan dalam suatu hukum acara
pidana maupun acara perdata (Pasal 181 ayat (1) H.I.R). Kreditur dapat
memilih diantara beberapa kemungkinan tuntutan ataupun sanksinya terhadap
debitur tersebut. Kreditur dapat menuntut satu atau lebih sanksi kepada debitur.
Jadi selain dapat menuntut pemenuhan perjanjian saja juga dapat disertai
dengan menuntut ganti rugi29.
Sedangkan bagi seorang debitur yang dituduh wanprestasi dapat
mengajukan beberapa alasan sebagai alat untuk membela diri, yaitu30:
(a) Mengajukan alasan bahwa kreditur telah lalai; (b) Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa;
(c) Mengajukan alasan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.
b) Akibat dari Wanprestasi
Sebagai akibat terjadinya wanprestasi maka debitur harus :
1) Mengganti kerugian.
2) Benda yang dijadikan obyek dari perikatan sejak saat tidak dipenuhinya
kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur.
3) Jika perikatan itu timbul dari perjanjian yang timbal balik, kreditur dapat
minta pembatalan (pemutusan) perjanjian.
Di samping debitur harus bertanggung gugat tentang hal-hal tersebut,
maka apa yang dapat dilakukan oleh kreditur menghadapi debitur yang
wanprestasi itu. Kreditur dapat menuntut salah satu dari 5 kemungkinan
sebagai berikut :
1) Dapat menuntut pembatalan/pemutusan perjanjian.
2) Dapat menuntut pemenuhan perjanjian.
3) Dapat menuntut pengganti kerugian.
4) Dapat menuntut pembatalan dan pengganti kerugian.
5) Dapat menuntut pemenuhan dan pengganti kerugian.
Wanprestasi memang dapat terjadi dengan sendirinya tetapi
kadang-kadang tidak. Banyak perikatan yang tidak dengan ketentuan waktu pemenuhan
layak dan ini diperbolehkan dalam praktek. Tenggang waktu dapat beberapa
jam, dapat pula satu hari bahkan lebih. Maka dari itu dalam
perjanjian-perjanjian yang tidak ditentukan waktunya wanprestasi tidak terjadi demi
hukum, karena tidak ada kepastian kapan ia betul-betul wanprestasi. Kalau
perikatan itu dengan ketentuan waktu, kadang-kadang ketentuan waktu
mempunyai arti yang lain yaitu : bahwa debitur tidak boleh berprestasi sebelum
waktu itu tiba.
Jalan keluar untuk mendapatkan kapan debitur itu wanprestasi
undang-undang memberikan upaya hukum dengan suatu pernyataan lalai
(ingebrekestelling, sommasi) Pasal1242 KUHPerdata. Pernyataan lalai ialah
merupakan upaya hukum untuk menentukan kapan saat terjadinya wanprestasi.
Sedangkan pernyataan lalai adalah pesan (pemberitahuan) dari kreditur kepada
debitur yang menerangkan kapan selambat-lambatnya debitur diharapkan
memenuhi prestasinya. Biasanya diberikan waktu yang banyak bagi debitur
terhitung saat pernyataan lalai itu diterima oleh debitur. Pernyataan lalai ada
yang diperlukan dan ada yang tidak diperlukan mengingat adanya bentuk
wanprestasi31.
1) Apabila debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali maka pernyataan lalai tidak diperlukan, kreditur langsung minta ganti kerugian.
2) Dalam hal debitur terlambat memenuhi prestasi maka pernyataan lalai diperlukan, karena debitur dianggap masih dapat berprestasi.
3) Kalau debitur keliru dalam memenuhi prestasi, Hoge Raad berpendapat pernyataan lalai perlu, tetapi Meijers berpendapat lain apabila karena
kekeliruan debitur kemudian terjadi pemutusan perjanjian yang positif (positive contrackbreuk), pernyataan lalai tidak perlu.32
Pemutusan perjanjian yang positif adalah dengan prestasi debitur yang
keliru itu menyebabkan kerugian kepada milik lainnya dari kreditur. Lain
halnya pemutusan perjanjian yang negatif, kekeliruan prestasi tidak
menimbulkan kerugian pada milik lain dari kreditur, maka pernyataan lalai
diperlukan.
Suatu perjanjian pada umumnya akan berakhir apabila tujuan dari
perjanjian itu telah dicapai, yang masing-masing pihak telah memenuhi prestasi
yang diperjanjikan, sebagaimana yang mereka kehendaki bersama dalam
mengadakan perjanjian tersebut. Di samping berakhirnya perjanjian seperti
disebutkan di atas, terdapat beberapa cara lainnya yang dapat mengakhiri
perjanjian, yaitu33:
1) Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak yang membuatnya. Misalnya; dalam perjanjian telah ditentukan batas waktu berakhirnya dalam waktu tertentu.
2) Undang-undang menentukan batas waktu perjanjian tersebut. Misalnya : Pasal 1520 KUH Perdata, bahwa hak membeli kembali tidak boleh diperjanjikan untuk suatu waktu tertentu, yaitu lebih lama dari lima tahun.
3) Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan berakhir. Misalnya : jika salah satu pihak meninggal, perjanjian menjadi hapus, sesuai dengan Pasal 1603 KUH Perdata.
4) Karena perjanjian para pihak (herroeping). Seperti tercantum dalam Pasal 1338 KUH Perdata bahwa perjanjian dapat ditarik kembali atau dibatalkan dengan perjanjian para pihak yang membuatnya.
5) Pernyataan penghentian perjanjian, dapat dilaksanakan oleh kedua belah pihak atau oleh satu pihak hanya pada perjanjian yang bersifat sementara, misalnya perjanjian kerja dan perjanjian sewa menyewa. 6) Berakhirnya karena putusan hakim, misalnya jika dalam perjanjian
terjadi sengketa yang diselesaikan lewat jalur pengadilan, kemudian Hakim memutuskan perjanjian tersebut berakhir.
Perjanjian pemasangan iklan melalui lembaga penyiaran radio adalah
salah satu upaya produsen dalam mempromosikan produk atau jasa yang
dihasilkan. Iklan merupakan karya cipta yang disiarkan yang juga menjadi
karya siaran, sehingga memiliki aspek hukum dan dilindungi oleh
undang-undang. Pasal 7 UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menentukan bahwa
Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh
orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang,
Penciptanya adalah orang yang merancang Ciptaan itu. Dengan demikian iklan
sebagai karya yang dirancang oleh produsen merupakan ciptaan produsen itu
sendiri dalam hal ini produsen bisa sipemberi iklan atau Lembaga penyiaran .
Periklanan dalam bahasa Inggris disebut advertising yang berasal dari
bahasa Latin Advertere, artinya mengalihkan perhatian. Dengan demikian
periklanan merupakan bentuk komunikasi massa, komunikasi yang dilakukan
oleh suatu pengiklan (perusahaan) untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada
konsumen melalui (media).34 Agar pengiklan dapat berkomunikasi secara
efektif dan efisien dengan konsumen, mereka dibantu biro iklan untuk
merancang pesan iklan yang kreatif dapat menarik konsumen untuk melihat,
mendengar, lalu membaca melalui media (televisi, radio, surat kabar, majalah,
billboard, dan sebagainya).35
Dalam kenyataannya, penyampaian pesan kepada konsumen melalui
iklan akan selalu mendapat hambatan berupa pesan-pesan lain yang saling
berebut perhatian audience-nya. Oleh karena itu, pesan iklan harus menarik
agar dapat merebut perhatian dan mudah diingat konsumen.
Pemasangan iklan digunakan untuk mencapai sasaran jangka pendek
dan jangka panjang perusahaan. Sasaran jangka pendek yaitu menyampaikan
pesan secara luas kepada calon pembeli yang prospektif (awarness). Dalam
pelaksanaannya, terdapat berbagai jenis periklanan, seperti:36
a) National advertising
b) Retail advertising
c) Cooperative Advertising
d) Trade Advertising
e) Industrial Advertising
f) Farm Advertising
Sebuah iklan diciptakan melalui sebuah proses yang cukup panjang. Secara umum gambaran proses penciptaan sebuah iklan adalah menentukan
segmentasi pasar, mengetahui motivasi pembelian, menciptakan pesan yang efektif, memilih media yang tepat, dan mengevaluasi setiap langkah yang diambil. Hal ini dapat dilakukan setelah pengarahan singkat (briefing) dari klien.37 Setelah semua informasi didapatkan, langkah selanjutnya adalah
35Ibid, hlm. 54.
36 Mohammad Suyanto, 2007, Strategi Perancangan Iklan Outdoor Kelas Dunia, Andi,
Yogyakarta, hlm. 72-73.
menentukan posisi produk, perencanaan pesan, dan perencanaan media.38 Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Penjelasan Produk b) Pengumpulan Data c) Sasaran
d) Memosisikan Merek e) Kreativitas Pesan Iklan.39
2. Konsepsi
Suatu kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti. Suatu konsep merupakan gejala yang akan diteliti akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari
gejala tersebut.40Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian-pengertian konsep yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya.41 Tanggung jawab dalam hukum dimaksudkan sebagai keterikatan para pihak terhadap ketentuan-ketentuan hukum dalam menjalankan usahanya, dalam penelitian ini adalah tanggung di bidang perdata.
Lembaga Penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan
38Mohammad Suyanto,Op.Cit, hlm. 74. 39Ibid, hlm. 76-77.
menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik.42
Radio adalah salah satu bentuk media massa elektronik yang melakukan siaran dalam bentuk audio.
Iklan adalah suatu bentuk komunikasi massa yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi tentang produk yang
dihasilkannya kepada konsumen.43
Pihak ketiga adalah masyarakat luas ataupun pemilik hak kekayaan intelektual yang merasa dirugikan kepentingannya akibat penyiaran iklan tersebut.
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka sifat penelitian ini
adalah deskriptif analitis, yaitu suatu analisis data yang berdasarkan pada teori
hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat
data yang lain.44
Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, yaitu penelitian
dengan melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal perjanjian
pemasangan iklan.
42UU No. 19 Tahun 2002, tentang Hak Cipta, Pasal 1 point 12. 43Mohammad Suyanto,Op.Cit,hlm. 53.
44Bambang Sunggono, 2001, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2. Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian hukum, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam
penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat pribadi, buku-buku
harian, buku-buku sampai dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
Pemerintah.45
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan, yaitu:
a. Bahan-bahan hukum primer, yaitu berhubungan dengan Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perjanjian.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian, artikel, buku-buku
referensi, media informasi lainnya.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi
pentunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, berupa kamus
hukum, kamus umum, dan jurnal.
3. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data dilakukan dengan penelurusan kepustakaan. Untuk
mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat
45Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh
melalui alat pengumpul data dengan cara sebagai berikut:
a) Studi dokumen, yaitu pengumpulan data dengan melakukan penelaahan
kepada bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
b) Wawancara yang dibantu dengan pedoman wawancara dengan nara
sumber yang hanya berperan sebagai informan, yaitu manajemen radio
Kiss FM. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan
yang telah disusun terlebih dahulu.
4. Analisis Data
Setelah diperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan
tertier, maka dilakukan inventarisir dan penyusunan secara sistematik, kemudian
diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir deduktif, yakni
berpikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang khusus atau spesifik dengan
menggunakan perangkat normatif sehingga dapat memberikan jawaban yang jelas
BAB II
PERJANJIAN KERJASAMA PEMASANGAN IKLAN MELALUI RADIO
A. Perjanjian Kerjasama dalam Praktek
1. Perjanjian Kerjasama
Penafsiran Perjanjian disebutkan Jika terjadi sengketa antara para pihak
dan atas sengketa tersebut tidak ada pengaturan yang jelas dalam perjanjian
disepakati para pihak, bukan berarti perjanjian belum mengikat para pihak atau
dengan sendirinya batal demi hukum. Karena pengadilan dapat mengisi
kekosongan hukum tersebut melalui penafsiran untuk menemukan hukum yang
berlaku bagi para pihak yang berlaku bagi para pihak yang membuat perjanjian.46
Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi tentang perjanjian sebagai
berikut: “Perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Dengan demikian
perjanjian merupakan kesepakatan antara dua orang atau dua pihak, mengenai
hal-hal pokok yang menjadi objek dari perjanjian. Kesepakatan itu timbul karena
adanya kepentingan dari masing-masing pihak yang saling membutuhkan.
Perjanjian juga dapat disebut sebagai persetujuan, karena dua pihak
tersebut setuju untuk melakukan sesuatu. Perjanjian kerjasama dalam suatu bisnis
bisa dilakukan secara formal maupun informal, hal ini disesuaikan dengan jenis
29
kerjasama yang hendak dilakukan. Selain itu, pembuatan perjanjian kerjasama
bisa disesuaikan dengan kesepakatan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Sebagaimana telah diutarakan di atas, timbulnya perjanjian standar di
dalam lalu lintas hukum kontrak Nasional dan Internasional dilandasi oleh
kebutuhan akan pelayanan yang efektif dan efisien kegiatan transaksi. Oleh
karena itu, karakter utama dari sebuah perjanjian standar adalah pelayanan yang
cepat (efisien) terhadap kegiatan transaksi yang tinggi namun tetap dapat
memberikan kekuatan serta kepastian hukum (efektif).
Agar perjanjian standar dapat memberi pelayanan yang cepat, isi dan
syarat (conditional) perjanjian standar harus ditetapkan terlebih dahulu secara
tertulis dalam bentuk formulir, kemudian digandakan dalam jumlah tertentu
sesuai dengan kebutuhan. Formulir-formulir tersebut kemudian ditawarkan
kepada para konsumen secara massal, tanpa memperhatikan perbedaan kondisi
mereka satu yang lain.
Karakter tersebut di atas menyebabkan para konsumen dapat melakukan
tawar-menawar mengenai isi perjanjian. Dengan kata lain, pada konsumen tidak
memiliki posisi tawar-menawar yang sama dengan produsen. Dalam banyak hal
para konsumen hanya dapat menerima atau menolak isi perjanjian yang
ditetapkan sepihak oleh produsen secara keseluruhan atau secara utuh. Mengenai
hal ini Hood Philips,47menyatakan sebagai berikut.
30
"Kontrak-kontrak (kontrak standar) adalah dari jenis-cuti-itu, karena di sini
pelanggan tidak dapat bar di atas syarat-syarat:satunya pilihan adalah untuk
menerima dalam toto atau menolak layanan sama sekali."
Dalam uraian di atas, karakter dari suatu perjanjian standar dapat
dikemukakan secara berurutan sebagai berikut.
1. Isi kontrak telah ditetapkan secara tertulis dalam bentuk formulir yang
digandakan.
2. Penggandaan kontrak dimaksudkan untuk melayani permintaan para
konsumen yang berfrekuensi tinggi sering dan banyak/massal).
3. Konsumen dalam banyak hal menduduki posisi tawar-menawar
(kedudukan transaksional) yang lebih rendah daripada produsen.
Dari karakter-karakter tersebut di atas, akhirnya dirumuskan bahwa
pengertian kontrak standar itu adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan
terlebih dahulu secara tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam
jumlah tidak terbatas, untuk ditawarkan kepada para konsumen tanpa
memperhatikan perbedaan kondisi para konsumen.48
Fungsi kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi yuridisi
dan fungsi ekonomis. Fungsi yuridis kontrak adalah dapat memberikan kepastian
hukum bagi para pihak, sedangkan fungsi ekonomis adalah menggerakkan (hak
31
milik) sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang
lebih tinggi.
Mark Zimmerman juga mengemukakan pandangan orang Barat tentang
fungsi kontrak, Ia mengemukakan bahwa:
"Bagi orang-orang Barat, kontrak adalah dokumen hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari para pihak yang membuatnya. Apabila terjadi perselisihan mengenai pelaksanaan perja di antara para pihak, dokumen hukum itu akan dirujuk untuk penyelesaian perselisihan itu. Apabila perselisihan tidak dapat diselesai dengan mudah melalui perundingan di antara para pihak sendiri (karena memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit), mereka akan menylesaikan melalui proses litigasi di pengadilan. Isi kontrak itu yang akan dijadikan dasar oleh hakim untuk menyelesaikan pertikaian itu " Sutan Remy Sjahdeini49.
Di samping itu, menurut Abdullah kontrak berfungsi untuk mengamankan
transaksi bisnis. Suatu kontrak dalam bisnis sangatlah penting, karena dari
kontrak itu paling tidak dapat diketahui:
1. Perikatan apa yang dilakukan, kapan, dan di mana kontrak tersebut
dilakukan;
2. Siapa saja yang saling mengikatkan diri dalam kontrak tersebut;
3. Hak dan kewajiban para pihak, apa yang harus, apa yang boleh, dan
apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pihak;
4. Syarat-syarat berlakunya kontrak tersebut;
5. Cara-cara yang dipilih untuk menyelesaikan perselisihan dan pilihan
domisili hukum yang dipilih bila terjadi perselisihan antara para pihak;
32
6. Kapan berakhirnya kontrak atau hal-hal apa saja yang mengakibatkan
berakhirnya kontrak tersebut;
7. sebagai alat kontrol bagi para pihak, apakah masing-masing pihak telah
menunaikan kewajiban atau prestasinya atau belum ataukah malah
telah melakukan suatu wanprestasi;
8. sebagai alat bukti bagi para pihak apabila di kemudian hari terjadi
perselisihan di antara mereka, misalnya salah satu pihak wanprestasi.
Termasuk juga apabila ada pihak ketiga yang mungkin keberatan
dengan suatu kontrak dan mengharuskan kedua belah pihak untuk
membuktikan hal-hal yang berkaitan dengan kontrak dimaksud.
Apabila kita perhatikan pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa fungsi
utama dari kontrak adalah fungsi yuridis. Fungsi yuridis dari kontrak adalah:
1. mengatur hak dan kewajiban para pihak;
2. mengamankan transaksi bisnis; dan
3. mengatur tentang pola penyelesaian sengketa yang timbul antara kedua
belah pihak.
Mengingat pentingnya suatu kontrak dalam suatu transaksi bisnis maka
tentunya dalam pembuatan kontrak bisnis diperlukan persyaratan-persyaratan
tertentu sehingga kontrak bisnis tersebut tetap berada dalam koridor aturan
negara-33
negara yang menganut sistemcivil law,proses pembuatan kontrak bisniscivillaw
melibatkan notaris.
Pada dasarnya setiap pembuatan perjanjian memerlukan biaya,
biaya-biaya tersebut meliputi:
1. biaya penelitian, meliputi biaya penentuan hak milik yang mana yang
diinginkan dan biaya penentuan bernegosiasi;
2. biaya negosiasi, yang meliputi biaya penyiapan, biaya penulisan
kontrak, dan biaya tawar-menawar dalam uraian yang rinci;
3. biaya monitoring, yaitu biaya penyelidikan tentang objek;
4. biaya pelaksanaan, meliputi biaya persidangan dan arbitrase; dan
5. biaya kekeliruan hukum, yang merupakan biaya sosial. Biaya ini akan
muncul apabila hakim membuat kesalahan dalam memutus suatu
kasus. Hal ini akan membuat kesalahan pada kasus-kasus berikutnya.50
a. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Pemasangan Iklan
Munir Fuady berpendapat agar suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah
sehingga mengikat kedua belah pihak, maka kontrak tersebut haruslah memenuhi
syarat-syarat tertentu51Bentuk dari kontrak dapat dibedakan menjadi dua
50H. Salim, dkk, 2008,Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MOU), Sinar
Grafika, Jakarta, hlm.25
51Munir Fuady, 2001,Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra aditya Bakti,
34
macam,yaitu tertulis dan lisan perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat
oleh para pihak dalam bentuk tulisan.52
Selanjutnya dalam doktrin ilmu hukum yang berkembang digolongkan ke
dalam:
1. Dua unsur pokok yang menyangkut subyek yang mengadakan
perjanjian (unsur Subyektif)
2. Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek
perjanjian (unsur Obyektif).53
Perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif yaitu tidakadanya
kesepakatan mereka yang membuat perjanjian dan kecakapan membawa
konsekuensi perjanjian yang dibuatnya itu dapat dibatalkan oleh pihak yang
merasa dirugikan namun selama yang dirugikan tidak mengajukan gugatan
pembatalan maka perjanjian yang dibuat itu tetap berlaku terus. Apabila syarat
subyektif tidak dipenuhi yaitu tidak adanya hal tertentu dan sebab yang halal,
perjanjian yang dibuat para pihak sejak dibuatnya perjanjian telah batal atau batal
demi hukum.
Dalam melakukan pemasangan iklan perlu adanya perjanjian atas
kesepakatan para pihak yang melakukan hal tersebut. Pihak–pihak yang
melakukan pemasangan iklan tersebut yaitu Stasiun Radio atau lembaga
52Salim HS, 2005,Perkembangan Hukum Kontrak di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 32 53Kartini Mulyadi & Gunawan Widjaya, 2005, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Raja