• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Arthropoda Pada Perkebunan Kopi Rakyat Di Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keanekaragaman Arthropoda Pada Perkebunan Kopi Rakyat Di Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN

KOPI RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

OLEH

VIKTOR HASUDUNGAN SINAMO

087030028

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN

KOPI RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Biologi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

OLEH

VIKTOR HASUDUNGAN SINAMO

087030028

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI

KABUPATEN PAKPAK BHARAT Nama : VIKTOR HASUDUNGAN SINAMO

NIM : 087030028

Program Studi : BIOLOGI

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS Prof. Dr. Retna Astuti Kuswardani, MS Ketua Anggota

Disetujui oleh :

Ketua Program Studi Dekan

Tanggal lulus : 21 September 2010

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 21 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS

Anggota : Prof. Dr. Retna Astuti Kuswardani, MS : Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc

(5)

PERNYATAAN

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA PADA PERKEBUNAN

KOPI RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2010 Penulis

(6)

ABSTRACT

Arthropod Biodiversity Research at the Coffee Plantation in the District People's Pakpak Bharat had been conducted in March 2010-April 2010. Research in the form of this survey sampled at five heights, namely: A ≤ 700, 700 <B ≤ 800, 800 <C ≤ 900, 900 <D ≤1000, E>1000 meters above sea level. This study aims to determine the diversity of arthropods in the agroecosystem coffee plantations and to investigate the correlation between the diversit arthropods with chemical physical environmental factors.

Results were obtained with two classes with 10 arthropods and 49 famili. Density order highest individual arthropods have amounted to 62.890 to the family Gryllidae individu/ha an altitude 900-1000 m above sea level, and lowest in the family Cerambycidae, Gryllotalpidae, Oechantidae, Tenebrionidae, Pentatomidae, Tabanidae Acrididae, Coccinellidae and Flatidae, Asilidae, Pieridae and Sarcophagidae 220 respectively individu/ha. Level diversity ranged from 1.8 to 2.7 (medium diversity). Results of correlation analysis between the diversity index of environmental chemistry with the physical factors was found that the intensity of light and humidity and rainfall is correlated with the direction of the current diurnal Arthropod diversity index, and light intensity, air temperature in the afternoon, the humidity index correlated with the direction of the current diversity of nocturnal Arthropod. Soil temperature, air temperature in the morning, afternoon temperatures negatively correlated to the diversity of nocturnal arthropods. Soil temperature, air temperature in the morning, afternoon air temperature, air temperature is negatively correlated to diurnal arthropod diversity. Based on the correlation coefficient is obtained that correlates the light intensity is very strong and significantat 0.05 level.

(7)

ABSTRAK

Penelitian Keanekaragaman Arthropoda pada Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Pakpak Bharat telah dilaksanakan pada bulan Maret 2010-April 2010. Penelitian yang berupa survei ini mengambil sampel di lima ketinggian, yaitu: A ≤ 700, 700<B≤800, 800<C≤900, 900<D≤1000, dan E>1000 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Arthropoda di agroekosistem perkebunan kopi rakyat serta untuk mengetahui korelasi antara keanekaragaman Arthropoda dengan faktor fisik kimia linkungan.

Hasil penelitian diperoleh 2 kelas Arthropoda dengan 10 Ordo serta 49 Famili. Kepadatan individu Arthropoda tertinggi terdapat pada famili Gryllidae sebesar 62.890 individu/hayaitu pada ketinggian 900-1000 m dpl, dan terendah pada famili Cerambycidae, Gryllotalpidae, Oechantidae, Tenebrionidae, Pentatomidae, Tabanidae Acrididae, Coccinellidae dan Flatidae, Asilidae, Pieridae dan Sarcophagidae masing-masing sebesar 220 individu/ha.Tingkat keanekaragaman berkisar antara 1,8-2,7 (keanekaragaman sedang). Hasil analisis korelasi antara indeks keanekaragaman dengan faktor fisik kimia lingkungan diperoleh bahwa intensitas cahaya, kelembaban, dan curah hujan berkorelasi searah dengan indeks keanekaragaman Arthropoda yang aktif siang hari.Intensitas cahaya, suhu udara sore, kelembaban berkorelasi searah dengan indeks keanekaragaman Arthropoda yang aktif malam hari. Suhu tanah, suhu udara pagi, suhu udara siang berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman arthropoda yang aktif malam hari. Suhu tanah, suhu udara pagi, suhu udara siang, suhu udara sore berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman arthropoda yang aktif siang hari. Berdasarkan koefisien korelasi diperoleh bahwa intensitas cahaya berkorelasi sangat kuat dan signifikan pada level 0,05.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis tentang “Keanekaragaman Arthropoda pada

Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Pakpak Bharat”. Dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS sebagai Dosen Pembimbing I dan Prof. Dr.

Retna Astuti Kuswardani, MS sebagai Dosen Pembimbing II atas arahan dan

bimbingannya.

2. Prof. Dr. Dwi Suryanto, MSc, dan Dr. Budi Utomo, SP, MP sebagai penguji

atas masukan dalam penyempurnaan penyusunan hasil penelitian ini.

3. Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan Kepala Bappeda Sumatera Utara yang telah

memberikan beasiswa S-2 kepada penulis.

4. Bupati Pakpak Bharat yang telah memberikan ijin belajar kepada penulis.

5. Istri, Normauli Manurung dan anak-anak kami Prana, Eko Cipako, Daniel,

Callista dan Timothy yang memberikan semangat dan dukungan doa, bahkan

membantu dalam pengetikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata semoga Tuhan memberikan berkat-Nya kepada kita dalam

mengejar ilmu dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih.

Medan, Agustus 2010

(9)

RIWAYAT HIDUP

VIKTOR HASUDUNGAN SINAMO dilahirkan pada tanggal 08 Desember

1961 di Jambu, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Dairi (sekarang Pakpak Bharat)

Sumatera Utara. Anak dari pasangan ayahanda Alm. Salomo Sinamo dan ibunda

Alm. Omas Tumangger, sebagai anak kedua dari enam bersaudara.

Tahun 1974 penulis lulus SD Negeri Pardomuan Kecamatan Kerajaan,

Kabupaten Dairi, tahun 1977 lulus dari SMP Sekata Bersubsidi Sukaramai

Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Dairi dan tahun 1981 lulus dari SMA Methodist 2

Medan. Pada tahun 1981 memasuki Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Medan

Fakultas MIPA dengan Program Studi Pendidikan Biologi lulus pada tahun 1987.

Tahun 1987-1989 honor di Yayasan Perguruan Methodist 8 Medan. Pada tahun 1989

lulus PNS dan ditempatkan di SMA Negeri 2 Sidikalang. Tahun 1998 mutasi ke SMA

Negeri 18 Medan. Tahun 2006 menjadi staf di Dinas Pendidikan Kabupaten Pakpak

Bharat. Tahun 2007 menjadi guru di SMA Negeri 1 Salak, Kabupaten Pakpak Bharat.

Tahun 2008 mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan Program Magister

(S2) di Program studi Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT………... i

ABSTRAK……….… ii

KATA PENGANTAR………... iii

RIWAYAT HIDUP………... iv

DAFTAR ISI………. . v

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

DAFTAR LAMPIRAN………. xi

I. PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Perumusan Masalah……… 2

1.3 Tujuan Penelitian……… 2

1.4 Hipotesis………. 3

1.5 Manfaat Penelitian3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Agroekosistem Perkebunan Kopi... 4

2.2 Arthropoda... 7

2.3 Peran Serangga Dalam Agroekosistem... 10

III. BAHAN DAN METODE……… 14

3.1 Deskripsi Area... 14

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian………... 15

3.3 Bahan dan Alat……… 15

3.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian……….. 15

3.5 Pengukuran Faktor Fisik Kimia Lingkungan... 20

3.6 Analisis Data………..….. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………..…... 24

4.1 Keragaman Arthropoda di Kabupaten Pakpak Bharat………..……. 24

(11)

4.3 Rata-Rata Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan Pada

Lokasi Pengamatan……… 56

4.4 Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dan Indeks Keseragaman (E) Arthropoda pada Perkebunan Kopi Masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat ……… 59

4.5 Hasil Uji Korelasi Pearson Antara Indeks Keanekaragaman dengan Faktor Fisik Kimia…………...… 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN……….... 65

5.1 Kesimpulan………... 65

5.2 Saran……… 66

DAFTAR PUSTAKA………. 67

LAMPIRAN………... 70

(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Beberapa Contoh Serangga Yang Menguntungkan... 13

2. Lokasi Penelitian Di Kabupaten Pakpak Bharat……… 14

3 Keragaman Arthropoda Yang Ditemukan di Kabupaten

Pakpak Bharat Selama Penelitian……….. 24

4 Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan

Frekuensi Relatif (FR) Arthropoda Nocturnal pada

Masing-Masing Ketinggian di Kabupaten Pakpak Bharat……….. 48

5 Nilai Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi Relatif (FR) Arthropoda Diurnal pada Masing-Masing

Ketinggian di Kabupaten Pakpak Bharat……… 53

6 Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan……… 55

7 Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Kemerataan (E) Arthropoda pada Perkebunan Kopi Masyarakat di

Kabupaten Pakpak Bharat……….. 60

8 Hasil Uji Korelasi antara Indeks Keanekaragaman Arthropoda

(13)

DAFTAR GAMBAR

Jaring-Jaring Makanan pada Ekosistem Perkebunan...

Plot pengambilan sampel pada metode Sweep net...

Perangkap Lubang (Pitfall Trap)...

Plot pengambilan sampel pada metode baki pemukul...

Perangkap Cahaya (Light Trap)...

(14)

24

Famili Pyrochroidae ……….

(15)

52.

53.

54.

Famili Gryllotalpidae...

Famili Oechanthidae...

Famili Tettigoniidae...

46

46

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Peta Kabupaten Pakpak Bharat………...

70

2. Data Mentah Kelompok Arthropoda Yang Ditemukan

Pada Daerah Penelitian ……….. 71

3. Hasil Pengukuran Faktor Fisik kimia Lingkungan

Pengambilan Sampel I (9-14 Maret 2010)……….. 73

4. Data Curah Hujan/mm………

75

5. Data Hasil Analisis Korelasi Dengan SPSS Korelasi Keanekaragaman Serangga Nocturnal Dengan Faktor

Lingkungan………. 76

6. Data Hasil Analisis Korelasi Dengan SPSS Korelasi Keanekaragaman Serangga Diurnal Dengan Faktor

Lingkungan………. 78

7. Contoh Perhitungan………

80

8. Data Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi (F)

(17)

ABSTRACT

Arthropod Biodiversity Research at the Coffee Plantation in the District People's Pakpak Bharat had been conducted in March 2010-April 2010. Research in the form of this survey sampled at five heights, namely: A ≤ 700, 700 <B ≤ 800, 800 <C ≤ 900, 900 <D ≤1000, E>1000 meters above sea level. This study aims to determine the diversity of arthropods in the agroecosystem coffee plantations and to investigate the correlation between the diversit arthropods with chemical physical environmental factors.

Results were obtained with two classes with 10 arthropods and 49 famili. Density order highest individual arthropods have amounted to 62.890 to the family Gryllidae individu/ha an altitude 900-1000 m above sea level, and lowest in the family Cerambycidae, Gryllotalpidae, Oechantidae, Tenebrionidae, Pentatomidae, Tabanidae Acrididae, Coccinellidae and Flatidae, Asilidae, Pieridae and Sarcophagidae 220 respectively individu/ha. Level diversity ranged from 1.8 to 2.7 (medium diversity). Results of correlation analysis between the diversity index of environmental chemistry with the physical factors was found that the intensity of light and humidity and rainfall is correlated with the direction of the current diurnal Arthropod diversity index, and light intensity, air temperature in the afternoon, the humidity index correlated with the direction of the current diversity of nocturnal Arthropod. Soil temperature, air temperature in the morning, afternoon temperatures negatively correlated to the diversity of nocturnal arthropods. Soil temperature, air temperature in the morning, afternoon air temperature, air temperature is negatively correlated to diurnal arthropod diversity. Based on the correlation coefficient is obtained that correlates the light intensity is very strong and significantat 0.05 level.

(18)

ABSTRAK

Penelitian Keanekaragaman Arthropoda pada Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Pakpak Bharat telah dilaksanakan pada bulan Maret 2010-April 2010. Penelitian yang berupa survei ini mengambil sampel di lima ketinggian, yaitu: A ≤ 700, 700<B≤800, 800<C≤900, 900<D≤1000, dan E>1000 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Arthropoda di agroekosistem perkebunan kopi rakyat serta untuk mengetahui korelasi antara keanekaragaman Arthropoda dengan faktor fisik kimia linkungan.

Hasil penelitian diperoleh 2 kelas Arthropoda dengan 10 Ordo serta 49 Famili. Kepadatan individu Arthropoda tertinggi terdapat pada famili Gryllidae sebesar 62.890 individu/hayaitu pada ketinggian 900-1000 m dpl, dan terendah pada famili Cerambycidae, Gryllotalpidae, Oechantidae, Tenebrionidae, Pentatomidae, Tabanidae Acrididae, Coccinellidae dan Flatidae, Asilidae, Pieridae dan Sarcophagidae masing-masing sebesar 220 individu/ha.Tingkat keanekaragaman berkisar antara 1,8-2,7 (keanekaragaman sedang). Hasil analisis korelasi antara indeks keanekaragaman dengan faktor fisik kimia lingkungan diperoleh bahwa intensitas cahaya, kelembaban, dan curah hujan berkorelasi searah dengan indeks keanekaragaman Arthropoda yang aktif siang hari.Intensitas cahaya, suhu udara sore, kelembaban berkorelasi searah dengan indeks keanekaragaman Arthropoda yang aktif malam hari. Suhu tanah, suhu udara pagi, suhu udara siang berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman arthropoda yang aktif malam hari. Suhu tanah, suhu udara pagi, suhu udara siang, suhu udara sore berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman arthropoda yang aktif siang hari. Berdasarkan koefisien korelasi diperoleh bahwa intensitas cahaya berkorelasi sangat kuat dan signifikan pada level 0,05.

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kabupaten Pakpak Bharat secara geografis terletak pada 02015’00”-

03032’00” LU dan 98000’ – 98031’00” BT, dengan luas keseluruhan 121.830, Ha

yang terdiri dari 8 kecamatan yakni Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan

Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Getteng Sengkut, dan Kecamatan

Pagindar. Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan budidaya seluas

77.893,39 ha, dan kawasan hutan lindung seluas 43.936,61 Ha (Badan Pusat Statistik

Pakpak Bharat, 2008).

Ekosistem perkebunan termasuk agroekosistem yakni ekosistem yang banyak

dimanipulasi untuk mendapatkan hasil yang lebih besar, yang menerima masukan

energi, bahan pupuk, dan biosida dari para petani untuk memperoleh hasil yang

tinggi dari tanaman yang dibudidayakan. Perkebunan menggantikan ekosistem alami

dengan ekosistem buatan yang lebih sederhana sehingga agroekosistem menjadi

penyebab timbulnya peningkatan populasi serangga hama (MacKinnon etal., 2000).

Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan salah satu kopi varietas unggul

yang dibudidayakan pada ketinggian antara 500 m – 2000 m dpl. Pada umumnya

tanaman kopi selalu didampingi oleh jenis tanaman penaung (polikultur). Tanaman

kopi ini sering dikunjungi oleh berbagai jenis serangga termasuk kupu-kupu sehingga

melalui serangga ini proses penyerbukan dapat berlangsung. Tanamaan kopi dikenal

(20)

saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga hama pada tanaman kopi yang terbesar

di seluruh dunia (Kadir et al., 2003). Sejauh ini belum ada informasi mengenai

keanekaragaman Arthropoda dan peranannya pada perkebunan kopi rakyat di

Kabupaten Pakpak Bharat sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai

“Keanekaragaman Arthropoda pada Perkebunan Kopi Arabika Rakyat di Kabupaten

Pakpak Bharat”.

1.2 Perumusan Masalah

Perkebunan kopi merupakan salah satu ekosistem buatan yang kondisinya

selalu berubah sesuai dengan kebutuhan manusia. Perkebunan kopi juga merupakan

habitat dari berbagai jenis hewan termasuk dari filum Arthropoda. Jenis jenis hewan

dari filum Artthropoda tersebut ada yang menguntungkan dan ada juga yang

merugikan bagi perkebunan kopi rakyat. Berdasarkan hal tersebut permasalahan

dalam penelitian ini bagaimanakah korelasi faktor fisik kimia terhadap keragaman

Arthropoda di Perkebunan kopi rakyat Pakpak Bharat.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keanekaragaman Arthropoda pada perkebunan kopi yang

terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Untuk mengetahui korelasi antara faktor kimia-fisika dengan keanekaragaman

(21)

1.4 Hipotesis

1. Di perkebunan kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat terdapat beberapa Kelas,

Ordo, dan Famili dari Phylum Arthropoda.

2. Terdapat famili Arthropoda yang mempunyai kepadatan tertinggi di perkebunan

kopi rakyat Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Faktor fisik kimia lingkungan berkorelasi dengan keanekaragaman Arthropoda di

perkebunan kopi rakyat Pakpak Bharat

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi kepada pihak terkait dan masyarakat di Kabupaten

Pakpak Bharat mengenai keanekaragaman dan korelasi antara faktor lingkungan

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroekosistem Perkebunan Kopi

Agroekosistem perkebunan merupakan ekosistem binaan yang proses

pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan manusia sehingga campur tangan atau tindakan manusia menjadi unsur

yang sangat dominan. Dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan, baik

dari segi kuantitas maupun kualitas, manusia melakukan upaya peningkatan

produktivitas ekosistem. Usaha yang dilakukan manusia untuk mencapai

produktivitas tersebut maka manusia memberikan masukan yang sangat tinggi ke

dalam ekosistem. Masukan tersebut antara lain : benih dan bibit unggul hasil

pemuliaan, pupuk sintetis dan pestisida sintetis atau bahan kimia lainnya, dan

pengairan (Hidayat, 2001).

Karakteristik dari agroekosistem terdiri atas empat sifat utama yaitu:

produktifitas (productivity), kestabilan (stability), keberlanjutan (suitainability), dan

kemerataan (equitability) (Edwards, 1990). Kriteria yang digunakan untuk

menentukan karakteristik agroekosistem meliputi faktor-faktor: ekosistem, ekonomi,

sosial dan teknologi konservasi yang sesuai dengan daerah setempat (Winata & Agus,

2001).

Menurut Hidayat (2001), ciri-ciri dari agroekosistem adalah sebagai berikut:

1) Agroekosistem sering mengalami perubahan iklim mikro yang mendadak sebagai

(23)

benih/bibit tanaman yang memerlukan input yang tinggi, pengairan, penyiangan,

pembakaran, pemangkasan, penggunaan bahan-bahan kimia, dan lain-lain.

2) Struktur agroekosistem yang didominasi oleh jenis tanaman tertentu yang dipilih

oleh manusia, beberapa di antaranya merupakan tanaman dengan materi genetik

yang berasal dari luar (gen asing). Tanaman lain yang tidak mengandung gen

asing biasanya diberi perlakuan pemeliharaan untuk perlindungan dari serangan

hama sehingga tanaman tersebut sangat menyerupai induknya.

3) Hampir semua agroekosistem mempunyai diversitas biotik dan spesies tanaman

mempunyai diversitas intraspesifik yang rendah karena manusia lebih

menyenangi pembudidayaan tanaman/varietas tanaman tertentu. Dengan

perkataan lain, secara genetik tanaman cenderung seragam. Biasanya ekosistem

hanya didominasi oleh satu spesies tunggal dan pembersihan spesies gulma secara

kontiniu mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi lebih sederhana.

4) Fenologi tanaman seragam, karena untuk memudahkan pengelolaan manusia

menggunakan tanaman yang mempunyai tipe dan umur yang seragam.

Contohnya: waktu pembungaan atau pembentukan polong pada semua tanaman

terjadi pada waktu yang hampir bersamaan.

5) Pemasukan unsur hara yang sangat tinggi mengakibatkan menjadi lebih disukai

herbivora karena jaringan tanaman kaya unsur hara dan air.

Ekosistem perkebunan merupakan salah satu contoh agroekosistem yang

banyak dimanipulasi untuk mendapatkan produk pertanian, yang menerima masukan

(24)

dari tanaman yang dibudidayakan. Perkebunan tersebut menggantikan ekosistem

alami dengan ekosistem buatan yang lebih sederhana sehingga lebih mudah

terguncang oleh serangan hama (MacKinnon et al., 2000).

Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan salah satu kopi varietas unggul

yang dibudidayakan pada ketinggian antara 500 m – 2000 m dpl. Pada umumnya

tanaman kopi selalu didampingi oleh jenis tanaman penaung (polikultur). Tanaman

kopi ini sering dikunjungi oleh berbagai jenis serangga termasuk semut dan

kupu-kupu sehingga melalui serangga ini proses penyerbukan dapat berlangsung (Monk et

al., 2000).

Di dalam agroekosistem perkebunan kopi, setiap organisme mempunyai suatu

peranan, ada yang berperan sebagai produsen, konsumen ataupun dekomposer.

Produsen adalah penghasil makanan untuk makhluk hidup sedangkan konsumen

adalah pemakan produsen. Produsen terdiri dari organisme-organisme berklorofil

(autotrof) yang mampu memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik (melalui

fotosintesis). Zat-zat organik ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme

heterotrof yang berperan sebagai konsumen. Peranan makan dan dimakan di dalam

ekosistem akan membentuk rantai makanan bahkan jaring-jaring makanan. Serangga

herbivora didominasi oleh ordo Orthoptera, Homoptera, Hemiptera, Lepidoptera,

Coleoptera dan Diptera yang merupakan konsumen tingkat I (pertama). Serangga

herbivora ini selanjutnya menjadi mangsa bagi kelompok serangga lain yang disebut

(25)

 

Ordo Diptera (Rizali et al., 2002). Secara umum proses makan dan dimakan

(jaring-jaring makanan) dalam ekosistem perkebunan kopi dapat dilihat pada Gambar 1.

2.2 Arthropoda

Arthropoda merupakan filum besar yang anggotanya meliputi 4/5 dari jumlah

hewan yang ada. Arthropoda (Yunani: Arthros = sendi / ruas; podos =

kaki/tungkai). Tubuh bersegmen, mempunyai kulit keras terbuat dari zat kitin yang

berfungsi sebagai eksoskelet. Kulit akan mengalami pengelupasan (eksdisis) dalam

interval waktu tertentu, bernafas dengan insang atau trakea. Hidup pada habitat

aquatik dan terestrial (Oemarjati & Wisnuwardhana, 1990).

Gambar 1. Jaring-jaring makanan pada agroekosistem perkebunan kopi

Tanaman kopi

Herbivora 1 Herbivora 2 Herbivora 3 Hiperparasitoid

Parasitoid 2 Predator 1 Predator 2 Parasitoid 1

(26)

Filum Arthropoda terdiri dari sepuluh kelas, lima kelas di antaranya

merupakan kelas utama yang peranannya besar bagi kehidupan manusia yaitu:

Crustacea, Diplopoda, Chilopoda, Insecta, dan Arachnida, sedangkan lima kelas

lainnya yaitu Trilobita, Merostoma, Pyenogonida, Pauropoda, dan Symphyla

merupakan kelas yang kurang penting dalam kehidupan manusia. Di antara kelas

Crustacea, Diplopoda, Chilopoda, Insecta, dan Arachnida, hanya kelas Crustacea

yang habitatnya aquatik, sedangkan empat kelas lainnya pada umumnya merupakan

organisme terestrial terutama di habitat khusus dalam ekosistem perkebunan

(Brotowidjoyo, 1990).

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan

jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000

spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di

bidang pertanian beberapa di antaranya berperan sebagai hama dan yang lain bersifat

predator, parasitoid, atau musuh alami. Sebanyak 413.000 spesies telah berhasil

diidentifikasi. Jumlah spesies yang sangat banyak ini merupakan bukti bahwa

serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat

yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan jenis

makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Siregar,

2000).

Anggota Kelas Diplopoda merupakan hewan terestrial, bergerak lambat, dan

umumnya pemakan tumbuhan. Tubuhnya silindris dengan segmentasi yang tampak

(27)

sepasang dan pendek. Memiliki dua buah mata dan setiap mata terdiri dari

sekumpulan ocelli. Respirasi kelompok ini dengan trakea (Brotowidjoyo, 1990).

Diplopoda biasanya ditemukan di tempat-tempat lembab di bawah daun-daun,

pada tumbuhan, di bawah batu-batuan, pada kayu yang membusuk atau di dalam

tanah. Beberapa jenisnya mampu mengeluarkan cairan yang berbau tidak enak

melalui lubang-lubang di sisi tubuhnya. Cairan ini kadang-kadang cukup keras untuk

membunuh serangga lain. Kelompok hewan ini mampu membuat rongga dalam tanah

sebagai tempat meletakkan telurnya. Telur tersebut biasanya berwarna putih dan

menetas dalam waktu beberapa minggu. Telur yang baru menetas hanya mempunyai

tiga pasang kaki dan kaki selanjutnya akan bertambah pada pergantian kulit

selanjutnya (Borror etal, 1996).

Chilopoda merupakan hewan terestrial, karnivora, aktif memakan hewan lain

(predator). Tubuhnya pipih dorsoventral segmentasi sangat jelas. Pada tiap segmen

terdapat sepasang kaki yang terletak lateral. Memiliki sepasang antena panjang dan

sepasang mata yang masing-masing terdiri dari banyak ocelli. Pada segmen tubuh

pertama terdapat gigi beracun (Brotowidjoyo, 1990). Kelompok Chilopoda bisa

ditemukan pada berbagai tempat, tetapi biasanya terdapat di tempat yang terlindung

seperti tanah, di bawah kulit kayu yang membusuk. Chilopoda merupakan hewan

yang sangat aktif, cepat larinya dan sebagai pemangsa. Hewan ini memakan

kelompok serangga, laba-laba dan hewan-hewan kecil lainnya. Semua kelompok

Chilopoda memiliki geraham yang beracun untuk membunuh mangsanya (Borror et

(28)

Arachnida pada umumnya merupakan hewan terestrial namun beberapa ada

yang hidup di dalam air, berukuran mikroskopis hingga beberapa centimeter

panjangnya. Tubuhnya dibagi menjadi sefalothoraks (kepala dan dada bersatu) dan

abdomen (perut). Pada sefalothoraks terdapat enam pasang alat tambahan. Sepasang

pertama dengan rahang, sepasang kedua biasanya dengan alat perasa untuk

menangkap mangsanya, empat pasang berikutnya merupakan alat untuk berjalan.

Pada Arachnida tidak ada antena. Jumlah mata bervariasi, biasanya dengan delapan

mata sederhana, bernafas dengan paru-paru buku, trakea atau dengan keduanya

(Brotowidjoyo, 1990).

Semua anggota Kelas Arachnida adalah predator serangga. Beberapa

laba-laba yang besar kadang-kadang memakan vertebrata yang kecil. Mangsa biasanya

dibunuh oleh racun yang disuntikkan ke dalam mangsa dengan cara-cara yang

berbeda. Kebanyakan laba-laba menangkap mangsa mereka dalam jaring atau sarang

laba-laba. Beberapa jaring ditutupi dengan tetesan bahan kecil yang sangat lengket

sebagai tempat menangkap mangsa. Kelas Arachnida memegang peranan penting

dalam ekonomi alami karena jumlahnya yang banyak dan sifatnya sebagai predator

dapat berfungsi mengontrol jumlah hewan lainnya terutama serangga (Borror et al.,

1996).

2.3. Peran Serangga Dalam Agroekosistem

Kelompok serangga herbivor ialah Ordo Homoptera, Hemiptera, Lepidoptera,

(29)

terdiri atas predator dan parasitoid umumnya dari Ordo Hymenoptera, Coleoptera,

dan Diptera. Ordo Hymenoptera paling banyak sebagai parasitoid, di samping

parasitoid lain dari Ordo Diptera, Coleoptera, Hemiptera, dan Odonata (Rizali etal.,

2002).

Kelompok serangga parasitoid dari Ordo Hymenoptera yaitu anggota Famili

Eulophidae, Scelionidae, Mymaridae, Pteromalidae, dan Encyrtidae merupakan

parasitoid telur; dan famili Ichneumonidae, Braconidae, dan Chalcididae merupakan

parasitoid larva. Famili Pipunculidae dari Ordo Diptera merupakan parasitoid

potensial dari wereng coklat (Kirk-Spriggs, 1990). Predator yang umum dijumpai

anggota dari Famili Gerridae dari Ordo Hemiptera, Famili Coccinellidae dari Ordo

Coleoptera, Famili Coenagrionidae dari Ordo Odonata dan Famili Formicidae dari

Ordo Hymenoptera (Shepard et al., 1991).

Serangga detritivor sangat berguna dalam proses jaring makanan yang ada.

Serangga ini membantu menguraikan bahan organik yang ada, hasil uraiannya

dimanfaatkan oleh tanaman. Golongan serangga detritivor ditemukan pada Ordo

Coleoptera, Diptera dan Isoptera. Famili Leiodidae (Coleoptera), Scarabaeidae

(Coleoptera), Termitidae (Isoptera), Blattidae (Orthoptera), Scathophagidae

(Diptera) merupakan sebagian dari serangga detritivor yang ditemukan di

agroekosistem perkebunan kopi (Odum, 1993).

Menurut Jumar (2000), secara garis besar peranan serangga dalam kehidupan

manusia ada dua yakni menguntungkan dan merugikan. Peranan serangga yang

(30)

a) Serangga sebagai penyerbuk tanaman.

b) Serangga sebagai penghasil produk (seperti: madu, lilin, sutra).

c) Serangga yang bersifat entomofagus (predator dan parasitoid).

d) Serangga pemakan gulma.

e) Serangga sebagai bahan penelitian.

sedangkan peranan serangga yang merugikan atau merusak antara lain:

a. Serangga perusak tanaman di lapangan baik buah, daun, ranting, cabang, batang,

akar, maupun bunga.

b. Serangga perusak produk dalam simpanan ( hama gudang)

c. Serangga sebagai vektor penyakit bagi tanaman, hewan dan manusia.

Beberapa contoh peranan serangga pada agroekosistem menurut Michael, (1995)

dapat dilihat pada Tabel 1.

(31)

Tabel 1. Beberapa contoh serangga yang menguntungkan bagi mahluk hidup.

No Contoh Serangga Peranan

1 Lebah (Apis indica, Ordo Hymenoptera) Penghasil madu

2 Ulat sutra (Bombyx mori, Ordo Lepidoptera) Penghasil sutera

3 Kutu lak (Lacciifer lacca, Ordo Homoptera) Penghasil lak

4 Kupu-kupu raja (Danaus plexipus, Ordo Lepidoptera)

Penyerbuk bunga

5 Isotomurus palustris (Ordo Collembola) Dekomposer

6 Capung tentara (Orthetrum sabina, Ordo Odonata)

Predator

7 Kumbang Rodolia cardinalis (Ordo Lepidoptera)

Memberantas hama tanaman jeruk yaitu Icerya purchasi

8 Antolocus dissifer (Ordo Hemiptera) Memberantas hama tanaman kapas Dysdercus cingulatus

9 Goryphus inferus (Ordo Hymenoptera) Untuk memberantas hama tanaman kelapa Artona

10 Formica sp. (Ordo Hymenoptera) Penyerbuk

(32)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Deskripsi Area

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten

Dairi, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi, sebelah Timur dengan

Kabupaten Toba Samosir, sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan

Kabupaten Humbang Hasundutan, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh

Singkil. Kabupaten Pakpak Bharat pada umumnya adalah berbukit-bukit dengan

kemiringan yang bervariasi dan terletak antara 700-1400 m di atas permukaan laut.

Menurut kondisi tanah, Kabupaten Pakpak Bharat terdiri dari: tanah datar 3%,

berombak 5%, curam 5%, bergelombang 18%, dan terjal 69%.

Lokasi pengambilan sampel ditentukan di 3 kecamatan yang mewakili dan

15 desa berdasarkan perbedaan ketinggian yaitu Kecamatan Kerajaan, Kecamatan

Tinada dan Kecamatan Siempat Rube dengan masing-masing 5 desa seperti

ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Lokasi Penelitian di Kabupaten Pakpak Bharat

Ketinggian (mdpl)

Kerajaan

Kecamatan

Tinada Siempat Rube

A700 Desa Pardomuan Desa Santar Jehe Desa Sirpang Jambu

700B800 Desa Sileuh Desa Prongil Jehe Desa Jambu Buah Rea

800C900 Desa Sarmeme Desa Prongil Julu Desa Kuta Jungak

900D1000 Desa Pengiringen Desa Kuta Babo Desa Mungkur

(33)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2010 di kebun

kopi milik masyarakat Pakpak Bharat di 3 kecamatan dan 15 desa dengan ketinggian

berkisar 600-1400 m dpl.

3.3BahandanAlat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan alkohol 40 %,

formalin 4%, ether, perkebunan kopi, dan berbagai jenis hewan kelompok

Arthropoda. Alat yang digunakan adalah termometer, higrometer, altimeter, soil

tester, lup, plastik, pinset, stoples kaca, kapas, perangkap light trap, perangkap pitfall

trap, soil termometer, botol filem, tali rafia, sweep net, kuas, buku identifikasi Borror

(1990), Chynery (1993) dan alat tulis.

3.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Arthropoda Diurnal (Aktif Siang Hari)

A. Metode SweepDibuat sebuah plot ukuran 20 m x 25 m pada lokasi pengamatan

kemudian disapukan/dikibaskan jaring sweep net sebanyak 50 kali. Pengambilan

sampel dalam plot dilakukan di ke empat sudut dan pusat plot. Jenis Arthropoda yang

diperoleh dibunuh dengan memasukkan sampel ke dalam stoples yang berisi kapas

dan larutan Ether (pembunuh serangga) kemudian sampel yang sudah mati

dimasukkan dalam botol film (untuk jenis kumbang) atau dijepitkan di antara

(34)

 

2 kali ulangan dalam interval waktu 2 minggu. Sampel yang diperoleh kemudian

dibawa ke laboratorium untuk identifikasi dengan buku identifikasi Borror et al.,

(1996), Ananda (1997), Chynery (1993), Hidayat et al., (2001) dan Suhara (2009).

Gambar 2. Plot pengambilan sampel pada metode Sweep net

B. Perangkap Lubang (Pitfall-Trap)

Dibuat transek sepanjang 30 meter pada lokasi pengamatan kemudian dibuat

perangkap lobang dengan jarak setiap 5 m (Suin, 2002) berupa bejana terbuka berisi

larutan pembunuh sekaligus pengawet Arthropoda yaitu Alkohol 40%. Bejana

tersebut ditanam dalam tanah dan permukaan bejana dibuat datar dengan tanah dan

tetap dalam keadaan terbuka. Untuk menghindari masuknya air hujan dibuat atap di

atas perangkap. Perangkap dipasang mulai pukul 06.00 WIB dan pengambilan sampel

dilakukan pada pukul 18.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan 2 kali ulangan

dalam interval waktu 2 minggu. Sampel yang diperoleh kemudian dibawa ke

laboratorium untuk identifikasi.

20 meter

(35)

 

C. Pengumpulan dengan Baki Pemukul

Cara ini digunakan untuk mengumpulkan hewan-hewan Arthropoda yang

biasanya menempel di pohon. Pada plot 20 m x 25 m dipilih 5 batang kopi yang

masing-masing terletak disudut dan pusat plot. Selanjutnya direntangkan selembar

kain putih (warna kain yang bertentangan dengan warna Arthopoda yang menempel)

di sekeliling batang kopi terpilih seluas tajuk batang kopi tersebut. Kemudian

diguncang pohon kopi dengan palu atau dengan tangan hingga hewan yang menempel

pada pohon kopi tersebut terjatuh ke atas kain putih. Sampel yang diperoleh

dikumpulkan dengan menggunakan pinset atau dengan tangan yang sudah dilapisi

dengan sarung tangan karet. Sampel kemudian dibunuh dengan cara memasukkannya

ke dalam stoples kaca yang telah berisi kapas dan larutan eter. Sampel yang diperoleh

kemudian dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Gambar 3. Perangkap Lubang (Pitfall Trap)

5 m 5 m

Atap dari plastik

Bejana terbuka

(36)

 

Gambar 4. Plot pengambilan sampel pada metode baki pemukul

3.4.2 Serangga yang Aktif Malam Hari (Nocturnal)

A. Perangkap Cahaya (Light Trap)

Untuk serangga yang aktif malam hari ditangkap dengan menggunakan light

trap. Pada lokasi pengamatan digantungkan alat light trap di atas pohon dengan tinggi

kira-kira 2 meter, digantungkan alkohol 40% yang telah dimasukkan ke dalam plastik

di bawah perangkap light trap dan dinyalakan bola lampu. Perangkap dipasang mulai

pukul 18.00 WIB dan pengamatan dilakukan pada pukul 06.00 WIB. Pengambilan

sampel dilakukan 2 kali ulangan dalam interval waktu 2 minggu. Sampel yang

diperoleh kemudian dibawa ke laboratorium untuk identifikasi. 25 meter

(37)

 

B. Perangkap Lubang (Pitfall-Trap)

Prosedur kerja pengambilan sampel serangga nocturnal dengan menggunakan

perangkap lubang (Pitfall-Trap) sama dengan diurnal (Gambar 3).

3.4.3 Identifikasi Arthropoda

Hewan Arthropoda yang ditemukan di kebun kopi rakyat Kabupaten Pakpak

Bharat diidentifikasi di laboratorium FMIPA USU Medan dengan menggunakan buku Sumber cahaya

Dinding pengarah

Plastik penampung

Larutan Formalin

(38)

identifikasi karangan Borror et al., (1996); Ananda, (1997); Chynery, (1993); Hidayat

et al., (2001) dan Suhara (2009).

3.5 Pengukuran Faktor Fisik Kimia Lingkungan

Faktor fisik kimia lingkungan yang diukur mencakup:

a. Temperatur Udara

Temperatur udara diukur dengan menggunakan termometer air raksa yang

digantung selama lebih kurang 10 menit. Kemudian dibaca skala pada termometer

tersebut.

b. Temperatur Tanah

Nilai temperatur tanah diukur menggunakan soil termometer dengan

menancapkan pada tanah sampai pembacaan pada alat konstan kemudian dibaca

angka yang tertera pada alat tersebut.

c. pH Tanah

Nilai pH diukur dengan menggunakan soil tester dengan cara menancapkan

soil tester ke dalam tanah sampai pembacaan pada alat konstan dan dibaca angka

yang tertera pada alat tersebut.

d. Kelembaban Udara

Nilai kelembaban udara diukur dengan menggunakan higrometer dengan

memasukkan air mineral pada kantong yang terdapat pada bagian belakang alat dan

(39)

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dihitung nilai kepadatan populasi (K),

kepadatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), indeks keanekaragaman (H’), dan

indeks keseragaman(E) dengan rumus :

a) Kepadatan Populasi (K)

luasplot (m)

b) Kepadatan Relatif (KR)

∑N = total kelimpahan individu seluruh famili ( Brower et al., 1990)

d) Frekuensi Relatif

(40)

Kriteria nilai Fr: 0 – 25% = Sangat jarang 25 – 50% = jarang

50 – 75% = sering

> 75% = sangat sering (Krebs, 1985)

e) Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener (H’)

Keterangan:

Pi =  ni/N (Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan total jenis) Ln=logaritma natural

Nilai H’ berkisar antara 1 – 3

H’< 1 : keanekaragaman rendah H’ 1-3 : keanekaragaman sedang

H’> 3 : keanekaragaman tinggi (Michael, 1995).

f) Indeks Kemerataan (E = Equitabilitas))

Indeks Kemerataan (E) =

- Piln Pi

H'

max H

H'

Keterangan:

H’ = indeks diversitas Shannon-Wienner H maks = keanekaragaman famili maksimum

= ln S (S banyaknya famili dengan nilai E berkisar

antara 0-1)

(Suin, 2002)

g) Analisis Korelasi Pearson

Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antar faktor kimia-fisika

dengan nilai indeks keanekaragaman Arthropoda. Analisis korelasi dihitung dengan

(41)

Menurut Sarwono (2006), koefisien korelasi ialah pengukuran statistik

kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara

+1 s/d -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan

arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel

mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel

Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel

mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai

variabel Y akan menjadi rendah dan sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan

interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel dibuat kriteria sebagai

berikut:

a. Jika 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel b. Jika >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah

c. Jika >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup d. Jika >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat

e. Jika >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat f. Jika 1 : Korelasi sempurna

Berdasarkan kriteria koefisien korelasi yang dibuat oleh Sarwono, intensitas

cahaya berkorelasi sangat kuat dan secara keseluruhan faktor lingkungan yang diukur

pada penelitian berkisar antara korelasi lemah hingga korelasi sangat kuat (antara

(42)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keragaman Arthropoda di Kabupaten Pakpak Bharat

Selama penelitian berlangsung di Kabupaten Pakpak Bharat ditemukan 49

famili kelompok Arthropoda yang termasuk ke dalam 10 ordo dan 2 kelas seperti

pada Tabel 3.

Tabel 3 Keragaman Arthropoda yang Ditemukan di Kabupaten Pakpak Bharat Selama Penelitian

Sifat Hidup Jumlah

No Kelas Ordo Famili

(Ekor) Diurnal Nocturnal

1 Arachnida Araneae Salticidae 10 √

2 Thomisidae 325 √

3  Insecta Coleoptera Byrrhidae 71 √

4 Cerambycidae 6 √

5 Chrysomelidae 10 √

6 Coccinelidae 19 √ √

7 Erotylidae 25 √

8 Lampyridae 19 √

9 Scarabaeidae 207 √ √

10 Tenebrionidae 41 √

11 Dermaptera Forficulidae 75 √ √

12 Labiduridae 13 √

13 Diptera Asilidae 29 √ √

14 Sarcophagidae 37 √

15 Tabanidae 25 √ √

16 Tipulidae 11 √

17 Hemiptera Alydidae 128 √ √

18 Coreidae 4 √

19 Pentatomidae 16 √

20 Pyrochroidae 15 √

21 Reduviidae 54 √ √

22 Homoptera Cercopidae 12 √

(43)

Lanjutan Tabel 3…

Sifat Hidup No Kelas Ordo Famili Jumlah

Diurnal Nocturnal

24 Membracidae 11 √ √

25 Hymenoptera Apidae 10 √

26 Colletidae 118 √

27 Formicidae 935 √ √

28 Pompilidae 93 √

29 Sphecidae 20 √

30 Tiphiidae 19 √

31 Trigonalidae 6 √

32 Lepidoptera Arctiidae 37 √ √

33 Danaidae 32 √

34 Flatidae 14 √

35 Heliconidae 14 √

36 Lymantriidae 55 √

37 Noctuidae 139 √

38 Pieridae 19 √

39 Pyralidae 147 √ √

40 Satyridae 29 √

41 Sphingidae 30 √

42 Odonata Aeshnidae 32 √

43 Orthoptera Acrididae 153 √ √

44 Blattidae 168 √ √

45 Gryllidae 1420 √ √

46 Gryllotalpidae 14 √ √

47 Mantidae 5 √

48 Oechanthidae 9 √

49 Tettigoniidae 87 √ √

Keragaman Arthropoda yang ditemukan pada kebun kopi masyarakat di Kabupaten

Pakpak Bharat tergolong kedalam 2 kelas, 10 Ordo dan 49 famili dari filum

Arthropoda. Dari 10 ordo yang ditemukan, ordo Lepidoptera memiliki jumlah famili

(44)

yang bermanfaat bagi ekosistem perkebunan karena berperan membantu proses

penyerbukan (Ober dan Hayes. 2009). Lepidoptera mempunyai variasi jenis pakan

yang banyak atau bersifat polifagus. Pada stadia larva lebih bersifat perusak tanaman.

Anggota Lepidoptera pada stadia larva menyerang berbagai jenis dan bagian tanaman

yaitu dari bagian akar, batang, ranting, bunga, buah dan biji. Pada stadia imago yang

sering disebut kupu-kupu ataupun ngengat memanfaatkan nektar dan sebagai

penyerbuk. Dengan banyak jenis tanaman inang yang tersedia untuk pertumbuhan

dan perkembangan anggota Lepidoptera di ekosistem perkebunan kopi maka populasi

lebih banyak dibandingkan dengan serangga lain.

Secara keseluruhan jumlah tersebut cukup sedikit, menurut Pracaya 1986

)dikarenakan ekosistem perkebunan kopi merupakan salah satu contoh agroekosistem

yang banyak dimanipulasi untuk mendapatkan produk pertanian, yang menerima

masukan energi bahan pupuk, dan biosida dari para petani untuk memperoleh hasil

yang tinggi dari tanaman yang dibudidayakan. Perkebunan kopi menggantikan

ekosistem alami dengan ekosistem buatan yang lebih sederhana dan memiliki tingkat

keanekaragaman organisme kecil. Menurut Sullivan dan Lia (2008), kelimpahan

Arthropoda rendah di perkebunan kopi disebabkan pertahanan kimia alam seperti

kafein dan tanin yang terkandung dalam daun kopi. Matahari dan naungan kopi juga

berpengaruh terhadap kelimpahan Arthropoda.

Hasil penelitian di perkebunan kopi rakyat kabupaten Pakpak Bharat

(45)

 

sampai dengan Gambar 54. Deskripsi tersebut mengacu pada Borror et al., (1996),

Ananda (1997), Chynery (1993), Hidayat et al., (2001) dan Suhara (2009).

1.OrdoAraneae

Famili dari ordo Araneae yang ditemukan yaitu:

Famili Salticidae

Laba-laba yang ditemukan berukuran panjang tubuh 9

mm dan lebar 6 mm. Mempunyai sepasang kaki yang

berukuran pendek. Permukaan tungkai dan tubuh

berambut halus. Bentuk tubuh bulat telur dan berwarna

cemerlang. Mata dalam 3 baris (4-2-2), mata tengah

sebelah anterior lebih besar dari yang lainnya.

Laba-laba kokoh dengan tungkai yang pendek.

Famili Thomisidae

Laba-laba yang ditemukan berukuran panjang tubuh 7

mm dan lebar 1,5 mm, mempunyai 4 pasang kaki

dengan 2 pasang kaki anterior lebih gemuk dari 2

pasang kaki posterior. Bentuk tubuhnya seperti kepiting

dan berjalan menyamping. Gambar 6. Famili

Salticidae

(46)

 

2.Ordo Coleoptera

Famili dari ordo Coleoptera yang ditemukan yaitu:

ili Cerambycidae

Kumbang yang ditemukan berbentuk bulat panjang

dengan antenna yang panjang melebihi panjang

tubuhnya, panjang tubuh 12 mm dan lebar 3 mm. warna

tubuh bagian anterior berbeda dengan bagian posterior.

Tarsi 4 ruas dengan ruas ketiga bergelambir dua.

Kumbang Cerambycidae banyak ditemukan di

bunga-bunga kopi dan bunga-bunga-bung rerumputan.

Famili Byrrhidae

Kumbang yang ditemukan berbentuk seperti pil dengan

panjang 8 mm dan lebar 5 mm. kepala dibengkokkan

kebawah dan tersembunyi dari atas, koksa kaki belakang

yang lebar meluas sampai elytra. Tubuh berwarna merah

kehitam-hitaman. Sayap luar keras dan tebal, sayap

belakang tipis dan lembut. Gambar 8. Famili

Byrrhidae

Fam

(47)

 

Famili Chrysomelidae

Kumbang yang ditemukan berbentuk bulat telur

berukuran panjang 3 mm dan lebar 2 mm. Antena kecil

dan pendek. Kumbang ini berwarna hitam dengan

bulatan-bulatan kuning di bagian atas sayapnya.

Famili Coccinelidae

Kumbang yang ditemukan berbentuk bulat telur dengan

panjang 5 mm dan lebar sama dengan panjangnya.

Kumbang ini berwarna kuning dengan bulatan-bulatan

hitam di bagian atas sayapnya. Antenna pendek dan

tersembunyi dari atas. Kuku-kuku tarsi bergeligi pada

bagian dasar.

Famili Erotylidae

Kumbang yang ditemukan berukuran panjang 25 mm

dan lebar 8 mm. warna hitam mengkilat, kepala lebih

sempit dari pronotum. Mempunyai tarsi sebanyak 5

ruas. Gambar 10.

Famili Chrysomelidae

Gambar 11. Famili Coccinelidae

(48)

 

Gambar13. Famili Lampyridae

Famili Lampyridae

Kumbang yang ditemukan berukuran panjang 9 mm dan

lebar 4 mm. ruas belakang abdomen dapat menghasilakn

cahaya warnanya kekuningkuningan. Kumbang ini

sering dikenal dengan kunang kunang tubunya lunak

dan memanjang. Pronotum meluas ke depan melewati

kepala sehingga kepala tersembunyi dari atas.

Famili Scarabaeidae

Kumbang yang ditemukam berukuran panjang 5 mm

dan lebar 3 mm. Tubuh berbentuk bulat telur dengan

tarsi 5 ruas antena 8 ruas dan berlembar

Famili Tenebrionidae

Kumbang yang ditemukan berukuran panjang 12 mm

dan lebar 3 mm. antena terdiri dari 11 ruas berbentuk

benang, mata berlekuk, rongga-rongga koksa depan

tertutup. Tubuh berwarrna hitam. Gambar 14.

Famili Scarabaeidae

(49)

 

3.Ordo Dermaptera

Famili dari ordo Dermaptera yang ditemukan yaitu:

Gambar 16 Famili Forficulidae

Famili Forficulidae

Serangga yang ditemukan berukuran ppanjang 9 mm

dan lebar 3 mm. tubuh berwarna hitam kecoklatan,

mempunyai antena dengan 12 ruas. Ruas tarsus yang

kedua meluas ke arah distal. Perpanjangan distal ruas

kedua membesar lebih lebar dari ruas-ruas yang ketiga

Famili Labiduridae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 10 mm dan

lebar 2 mm. berwarna hitam kecoklat-coklatan. Tidak

terdapat arolium di antara kuku-kuku tarsus, ujung

abdomen mempunyai capit yang panjang. Pronotum

coklat muda dengan 2 garis longitudinal yang hitam.

4. Ordo Diptera

Famili dari ordo diptera yang ditemukan yaitu:

Famili Asilidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 23 mm

dan lebar 3 mm. bagian abdomen sangat panjang

meruncing. Thoraks gendut dengan tungkai-tungkai

yang kuat dan panjang. Vertex tenggelam, bagian atas

kepala cembung antara mata majemuk. Gambar 17

Famili Labiduridae

(50)

 

Famili Sarcophagidae

Lalat ini berukuran panjang 9 mm dan lebar 3 mm. Lalat

ini mirip dengan lalat hijau tetapi umunya

kehitam-hitaman dengan garis-garis thoraks yang kelabu.

Mempunyai 4 rambut-rambut dari notopleura dan

rambut dari posthameral yang paling belakang terletak

di sebelah lateral rambut-rambut dari presutura. Thoraks

sering kali dengan garis-garis hitam pada sebuah latar

belakang yang kelabu.

Famili Tabanidae

Lalat ini berukuran panjang 7 mm dan lebar 3 mm.

antna terdiri dari 5 buah ruas di mana ruas ketiga

memanjang. Bentuk tubuh gendut berwarna hitam,

mempunyai mata dan kepala besar. Mata berwarna

cemerlang atau iridesen. Antena muncul di bawah

tengah kepala.

Famili Tipulidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 16 mm

lebar 1 mm. tungkai panjang tetapi mudah putus. Sayap

panjang dan sempit. Antena terdiri dari 6 ruas yang

berartikulasi bebas. Palpus terdiri dari 3 ruas. Gambar 19.

Famili Sarcophagidae

Gambar 20. Famili Tabanidae

(51)

 

5.Ordo Hemiptera

Famili ordo Hemiptera yang ditemukan yaitu:

Famili Alydidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 9 mm dan

lebar 2 mm. kepala lebar dan hampir sama panjangnya

dengan pronotum. Tubuh sempit dan panjang dengan

kaki dan antena yang panjang. Serangga ini mampu

mengeluarkan bau busuk yang dihasilkan dari lubang

bulat yang terletak antara koksa tengah dan belakang.

Famili Coreidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 14 mm

lebar 3 mm. Kepala lebih sempit dan lebih pendek

daripada pronotam, bukuke (pandangan lateral) meluas

ke belakang melewati dasar antena, koksa belakang

agak membulat. Serangga kepik ini bertungkai seperti

daun, kepik mengeluarkan bau yang dihasilkan oleh

kelenjar bau, apabila dipegang atau tersentuh benda

keras. Gambar 22.

Famili Alydidae

(52)

 

Famili Pentatomidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 17 mm

dan lebar 10 mm. Kepik berbau busuk, berbentuk bulat

telur dan antenanya 5 ruas. Sisi-sisi pronotum dengan

satu gigi yang menonjol atau gelambir di muka sudut

humerus.

Famili Pyrochroidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 13 mm

dan lebar 9 mm. antena bergerigi seperti gergaji.

Pronotum kemerah-merahan dengan antena pendek.

Mata berukuran besar. Kepala dan pronotum lebih

sempit daripada elitra.

Famili Reduviidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 19 mm

lebar 6 mm. Kepala memanjang dengan bagian mata

seperti leher. Berwarna hitam atau kecoklatan, tetapi

banyak yang berwarna cemerlang. Proboscis pendek

dan tiga ruas, ujungnya masuk ke dalam suatu lekuk

alat pembuat suara di dalam prosternum. Abdomen

melebar di bagian tengah, menonjolkan tepi-tepi lateral

ruas-ruas di belakang sayap. Kebanyakan jenis bersifat Gambar 24.

Famili Pentatomidae

Gambar 25. Famili Pyrochroidae

(53)

 

pemangsa serangga lain dan sedikit menghisap dan

menggigit manusia.

6. Ordo Homoptera

Famili dari ordo Homoptera yang ditemukan

Gambar 27. Famili Cercopidae

Famili Cercopidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 5 mm dan

lebar 2 mm, merupakan serangga peloncat yang kecil. Tibie

belakang dengan 2 duri yang gemuk di sebelah lateral dan

1 mahkota dari duri pendek pada ujung. Kepala tidak

tertutup oleh pronotom, muka miring ke belakang.

Famili Cicadellidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 15 mm dan

lebar 7 mm. Mata tunggal berada di atas mahkota dan

sutura frontalis meluas di atas pinggir kepala sampai ke

mata tunggal. Pronotum tidak meluas ke belakang di atas

abdomen, tibiae belakang dengan satu deretan duri-duri

kecil. Famili Cicadellidae adalah peloncat-peloncat daun

yang memakan daun-daun tanaman pelindung dan tanaman

kopi.

(54)

 

7.Ordo Hymenoptera

Famili dari ordo Hymenoptera yang ditemukan yaitu:

Famili Apidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 16 mm

dan lebar 4 mm. Warna tubuh coklat keemasan

mempunyai alat penyengat di bagian ujung abdomen.

Penyengat seperti jarum yang dapat menyuntik racun ke

tubuh musuhnya. Tibiae belakang tanpa taji-taji ujung.

Kelompok lebah ini mempunyai palpus-palpus maksila

yang menyusut, daerah gena yang lebar, terdapat

korbikulae pada tungkai-tungkai belakang dan tidak ada

keping pigidium.

Famili Membracidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 4 mm dan

lebar 1,5 mm. Pronotum secara melebar meluas ke

belakang di atas sayap dan abdomen, secara sempurna

menutupi skutellum dan meluas ke tengah sayap, dengan

duri duri yang kelihatan melengkung. Probosis tidak

meluas sampai kokse belakang. Sayap tersembunyi oleh

pronotum.

Gambar 29. Famili Membracidae

(55)

 

Famili Colletidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 21 mm dan

lebar 4 mm. Warna tubuh coklat keemasan mempunyai

alat penyengat di bagian ujung abdomen. Penyengat

seperti jarum yang dapat menyuntikkan racun ke tubuh

musuhnya. Lebah ini mempunyai lidah yang pendek dan

berujung persegi. Glossa ujungnya rata bergelambir dua,

lekuk miring anterior didapatkan pada mesepirternum,

frons dengan satu lekuk subantea yang bertemu disi

dalam mangkuk antena. Tubuh berambut dengan pita pita

yang berambut pucat pada metasoma.

Famili Formicidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 5 mm dan

lebar 1,5 mm. Semut ini berwarna hitam dengan gerakan

gesit pada ranting-ranting kopi. Pukulan atau goncangan

biasa tidak membuat mereka jatuh ke kain berwarna

putih yang sudah disiapkan.

Colletidae

Gambar 31. Famili Colletidae

(56)

 

Famili Pompilidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 5 mm dan

lebar 1 mm. Serangga ini disebut tabuhan laba laba.

Tubuh ramping dengan tungkai berduri yang panjang,

pronotum yang agak segiempat pada pandangan lateral,

dan satu lekukan transversal yang menciri melewati

mesopkuron, tungkai tungkai belakang panjang, femora

belakang meluas sampai ujung metasoma. Tubuh polos

dengan sayap tipis kekuning-kuningan. Antena kecil

panjang dengan warna yang sama dengan warna sayap.

Famili Sphecidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 7 mm dan

lebar 1 mm. Bentuk tubuh ramping, abdomen bagian

tengah mengecil dan ujung abdomen belakang

membesar. Tubuh relatif polos, dengan semua rambut

tidak bercabang. Ruas pertama tarsus belakang serupa

lebar dan ketebalannya dengan ruas ruas sisanya.

Metasoma seringkali bertangkai, batas posterior

pronotum pada pandangan dorsal hampir selalu lurus. Gambar 33.

Famili Pompilidae

(57)

 

Famili Tiphiidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 5 mm dan

lebar 1,5 mm. Tubuh berwarna kehitaman, berambut

dan tungkai-tungkai berduri pendek. Mempunyai

lembaran lembaran seperti piring yang meluas di atas

dasar dasar kelesa kolesa tengah. Mesosternum dengan

2 perluasan seperti gelambir di belakang yang

menonjol, sebagian menutupi dasar dasar koksa tengah.

Sayap belakang dengan satu gelambir jugum.

Gambar 36 Famili Trigonalidae

Famili Trigonalidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 21 mm

dan lebar 3 mm. Abdomen bagian tengah mengecil dan

membesar pada bagian ujungnya. Antena sangat

panjang dengan 16 ruas yang warnanya cemerlang.

Bentuk tubuh agak gendut, dengan warna yang cerah.

8. Ordo Lepidoptera

Famili dari ordo Lepidoptera yang ditemukan yaitu:

Famili Arctiidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 17 mm dan

lebar 6 mm. Ngengat ini berwarna gelap tetapi sayapnya

berwarna cerah. Mempunyai antena yang panjang Gambar 35.

Famili Tiphiidae

(58)

 

berwarna hitam. Terdapat bintik bintik hitam pada sayap

yang bentuknya tidak teratur. Ngengat ngengat ini

terutama aktif pada waktu malam hari, menempatkan

sayap seperti atap di atas tubuh.

Famili Danaidae

Kupu-kupu besar dengan panjang 20 mm dan lebar 2 mm

dengan sayap yang sangat lebar. Antena sangat panjang,

tungkai tungkai depan sangat kecil tanpa kuku, dan tidak

dipakai ketika berjalan. Radius pada sayap depan

bercabang lima, sel diskal tertutup oleh rangka-rangka

sayap yang berkembang baik. Warna tubuh hitam dengan

sayap didominasi oleh warna kuning. Sekeliling sayap

ditutupi oleh garis besar warna hitam.

Famili Flatidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 16 mm dan

lebar 4 mm dengan sayap tipis menutupi seluruh

abdomen. Tubuh berwarna agak gelap, ukuran kecil

sampai sedang, pada umunya aktif malam hari namun

beberapa aktif siang hari. Pada umunya makan daun

tanaman herba sehingga sering sangat merusak tanaman

pertanian.

Gambar 38. Famili Danaidae

(59)

 

  Famili Heliconidae

Sel tambahan pada sayap depan lebih kecil, kurang dari

separuh panjang sel diskal, atau tidak ada, verteks bersisik

halus, perangka sayapan sayap belakang sangat menyusut,

ujung sayap depan tertarik keluar. Tarsi belakang

berambut dan mudah patah bagian ujung ruasnya, palpus

biasanya pendek. 

Famili Lymantriidae

Ngengat yang ditemukan berukuran panjang 16 mm dan

lebar 3 mm. Sayap berwarna kuning dapat dikembangkan

melebar disisi tubuh. Thorax lebih besar dari abdomen .

Tidak mempunyai mata tunggal dan memiliki areola dasar

pada sayap belakang. Ngengat ini merupakan hama serius

pada pohon pelindung. (Borror et al., 1996)

Famili Noctuidae

Ngengat yang ditemukan berukuran panjang 7 mm dan

lebar 2 mm. Sayap depan agak menyempit dan sayap

belakang melebar. Antena seperti rambut dan pada

dorsum thorax terdapat sisik sisik. Palpus labialis lebih

panjang, meluas sampai tengah muka atau dibelakangnya Gambar 40.

Famili Heliconidae

Gambar 41. Famili Lymantriidae

Gambar 42. Famili Noctuidae

(60)

 

Famili Pyralidae

Kupu-kupu yang ditemukan berukuran panjang 13 mm

dan lebar 3 mm. Sayap panjang melebihi ukuran

tubuhnya berwarna kuning dengan bentangan yang luas.

Mempunyai organ organ tympanum abdomen dan sebuah

proboscis yang bersisik. Sayap depan memanjang dan

berbentuk segitiga, dengan kubitus yang tampak empat

cabang dan sayap sayap belakang biasanya lebar.

  Famili Pieridae

Kupu-kupu yang ditemukan berukuran panjang 16 mm

dan lebar 3 mm. Sayap panjang melebihi ukuran

tubuhnya, berwarna coklat dengan gumpalan gumpalan

warna kuning muda seperti huruf V. Radius pada sayap

depan bercabang tiga. Tungkai depan berkembang

dengan baik dan kuku kuku tarsus terbelah dua. Antena

seperti rambut yang panjang menjulang di atas kepala. Pieridae

Gambar 43. Famili Pieridae

(61)

 

Famili Satyridae

Kupu-kupu yang ditemukan berukuran panjang 25 mm

dan lebar 3 mm. Sayap lebar berwarna hitam

berbintik-bintik putih dipinggir dan pada bagian tengah warna

kuning dan putih yang lebar dengan garis garis hitam dari

toraks menuju sisi bawah sayap. Radius pada sayap

depan lima cabang dan beberapa rangka pada sayap

depan agak menggembung di dasar. Sayap depan agak

segitiga. Antena menggembung pada bagian ujung tetapi

tidak secara jelas menjendol.

Famili Sphingidae

Ngengat yang ditemukan berukuran panjang 21 mm dan

lebar 5 mm. Sayap sempit dan panjang dengan bentangan

sayap yang panjang. Tubuhnya agak berbentuk

kumparan, meruncing dan melancip ke kedua arah

anterior dan posterior. Antena menebal di bagian tengah

subkosta dan radius pada sayap belakang dihubungkan

oleh satu rangka sayap melintang kira-kira berhadapan

dengan sel diskal. Probosis panjang, lebih panjang dari

tubuhnya. Gambar 45.

Famili Satyridae

(62)

 

9. Ordo Odonata

Famili dari ordo Odonata yang ditemukan yaitu:

Famili Aeshnidae

Capung yang ditemukan berukuran panjang 53 mm dan

lebar 4 mm. Tubuh ramping dengan abdomen mengecil

di bagian tengah, hanya berukuran 1 mm. Sayap tipis

dengan ukuran sayap depan hampir sama dengan sayap

belakang. Mata majemuk besar hampir menutupi kepala.

Antena kecil seperti rambut.

10. Ordo Orthoptera

Famili dari ordo Orthoptera yang ditemukan yaitu:

Famili Mantidae

Belalang sem ukan berukuran panjang 25

mm dan lebar 2 aks sangat memanjang hampir

separuh digerakkan menempel pada

depan sangat panjang dan

dan mobil Fem iae diperlengkapi dengan duri

untuk menangkap korban.

Mempunyai antenna yang panjang. Kepala dengan bebas

dapat bergerak.

Gambar 47. Famili Aeshnidae

bah yang ditem

mm. Protor

panjang tubuhnya dapat

pada pterotoraks. Koksa koksa

ora depan dan tib

duri yang kuat dan cocok Gambar 48.

(63)

 

Famili Acrididae

Serangga yang diemukan berukuran panjang 12 mm

dan lebar 3 mm. Belalang bersungut pendek, ukuran

antenna lebih pendek dari tubuh. Organ pendengaran

(timpana) terletak pada sisi-sisi ruas abdomen pertama.

Warna tubuh kelabu. Tarsi 3 ruas dan alat perteluran

pendek.

Famili Blattidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 9 mm dan

lebar 3 mm. Berwarna hitam dengan garis merah pada

pertemuan kedua sayap luarnya. Tubuh pipih dan oral.

Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum. Tungkai

depan dan belakang sama dan ramping dan mempunyai

tarsi 5 ruas. Cerci beruas banyak. Mengeluarkan suatu

cairan berbau ketika ditangkap. (Ananda; 1997)

Famili Gryllidae

Cengkirik atau jangkrik yang ditemukan berukuran panjang

8 mm dan lebar 4 mm. Berwarna cokelat dengan bentuk

tubuh gemuk. Mempunyai antena panjang yang melancip,

organ organ pembuat suara pada sayap depan. Organ

pendengar pada tibiae muka, alat perteluran (ovipositor)

seperti jarum dan sayap depan membengkok ke bawah. Gambar 49.

Famili Acrididae

Gambar 50 . Famili Blattidae

(64)

 

Sera ukan berukuran panjang 23 mm dan

lebar 3 mm but berukuran panjang. Mata

anjang, horizontal tibia

berwarna h

Fam

Antenna yang panjang seperti ram pat, organ

pendengaran terletak pada dasar tibia depan dan ovipositor

b sebelah lateral. Kebanyakan

buhan.

Famili Gryllotalpidae

Serangga yang ditemukan berukuran panjang 6 mm dan lebar

2 mm. Tubuh berwarna kecoklat-coklatan, dengan antena

yang pendek dan tungkai depannya lebar berbentuk sekop.

Mempunyai timpanum pada tibia depan dan torsi 3 ruas. Gambar 52.

Famili Gryllotalpidae

Famili Oechanthidae

ngga yang ditem

. Antena seperti ram

tunggal tidak ada, kepala mem

ijau pucat.

Gambar 53. Famili Oechantidae

ili Tettigoniidae

but, tarsi beruas em

aran pedang di gepeng seperti lem

jenis makan tum Gambar 54.

Gambar

Gambar 1. Jaring-jaring makanan pada agroekosistem perkebunan kopi Dekomposer
Tabel 1. Beberapa contoh serangga yang menguntungkan bagi mahluk  hidup.
Tabel 2. Lokasi Penelitian di Kabupaten Pakpak Bharat
Gambar 2. Plot pengambilan sampel pada metode Sweep net
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terbukti melalui penelitian dengan hasil perhitungan nilai t hitung pada tingkat pendapatan &lt; 7.500.000 sebesar 2,028 ; 2,088 ; 2,584 dan pada tingkat pendapatan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Affandi (2009) menyatakan bahwa penduduk lanjut usia yang bekerja umumnya ditunjang dengan kondisi kesehatannya, yang memungkinkan lansia

Kartu seluler termasuk kategori low involvement yang mana produk tersebut tidak terlalu beresiko bagi konsumen maka dengan mudah bagi konsumen berpindah merek

Kedudukan tentang kebergantungan kepada perkaedahan lazim juga ditegaskan oleh Mohd Zaid Ismail dan Mohd Sani Badron (2012) dengan berkata walaupun dalam Islam

Proses pembelajaran dengan kegiatan bermain peran dengan tema Profesi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak pada siklus I ini tentunya sesuai dengan masalah yang

(3) Apakah kecerdasan moral dan kecerdasan interpersonal secara bersama- sama memiliki korelasi terhadap kedisiplinan dalam mematuhi tata tertib sekolah pada siswa kelas X SMK Negeri

Hendro Gunawan, MA

Populasi dalam penelitian ini memilki kriteria inklusi antara lain lansia warga Dusun Daleman Gadingharjo Sanden, lansia laki – laki yang berumur antara 46 – 65