• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri di RS. DR. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri di RS. DR. Pirngadi Medan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada An. A Dengan Prioritas

Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri

Di Rs. Dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Lisa Erwina Harahap

112500022

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-Nya

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan judul “Asuhan Keperawatan

pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri di RS. DR. Pirngadi

Medan”.

Selama proses pengambilan kasus dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini,

penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada

1. Dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku dekan Fakultas Keperawatan USU,

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Penguji saat sidang Karya Tulis Ilmiah ini,

3. Dewi Elizadiana Suza, S.Kp, MNS, PhD selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan ilmu yang bermanfaat sebagai bekal dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini, dan seluruh staf administratif kampus Keperawatan

USU yang telah memberikan bantuan administrasi dalam penyelesaian

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan USU

5. Terima kasih kepada seluruh keluargaku tercinta, Ayahanda Fahruddin

harahap, Ibu Rosmawarni siregar, saudara-saudaraku (Rizal Efendi,

Jannah Khairunnisa, Reyhan Maulana) yang selalu memberikan semangat

serta dukungan doa, daya, dan dana selama proses penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini

6. Semua teman-teman DIII Keperawatan USU stambuk 2011 tanpa

(4)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan

dan sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat bermanfaat dan dapat

memberikan informasi yang berharga bagi dunia keperawatan.

Medan, Juni 2014

Hormat Saya

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 3

1.3Manfaat ... 3

BAB 2 PENGELOLAAN KASUS 2.1Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri 2.1.1 Definisi Nyeri ... 5

2.1.2 Penyebab Nyeri ... 5

2.1.3 Klasifikasi Nyeri ... 6

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ... 8

2.1.5 Mekanisme Nyeri ... 10

2.1.6 Upaya Mengatasi Ketidaknyamanan Nyeri ... 11

2.2 Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri 2.2.1 Pengkajian ... 14

2.2.2 Diagnosa Keperawatan... 17

2.2.3 Perencanaan Keperwatan ... 20

2.2.4 Implementasi ... 21

Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1 Pengkajian ... 22

(6)

2.3.3 Rumusan Masalah ... 36

2.3.4 Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 37

2.3.5 Pelaksanaan Keperawatan ... 41

2.3.6 Evaluasi ... 41

BAB 3KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 44

(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Cedera patah tulang pada ekstrimitas merupakan 40% dari kejadian patah

tulang di Amerika Serikat dan menyebabkan angka morbiditas (penderitaan fisik,

kehilangan waktu, dan tekanan mental) yang tinggi. Patah tulang energi tinggi

pada tungkai bawah juga dapat menyebabkan cedera pembuluh darah besar, crush

syndrome, dan sindroma kompartemen yang membahayakan nyawa. Penanganan awal dalam ruang emergency sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan

menyelamatkan ekstrimitas yang mengalami fraktur. survey primer

(mengamankan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi) dan sekunder yang cepat dan

tepat mampu akan mengidentifikasi secara dini komplikasi berbahaya dari fraktur,

seperti cedera arteri besar, crush syndrome dan sindroma kompartemen (Parahita,

2013).

Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi

jaringan dalam otot kurang yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa

disebabkan karena, penurunan kompartemen otot karena fasia yang membungkus

otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat, peningkatan isi

kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagi

masalah (Smeltzer & Bare, 2001).

Insiden sindrom kompartemen tergantung pada traumanya. Pada fraktur

humerus atau fraktur lengan bawah, insiden dari sindrom kompertemen

dilaporkan berkisar antara 0,6-2%. Prevalensi sindrom kompartemen meningkat

(8)

yang sesungguhnya mungkin lebih besar dariyang dilaporkan karena sindrom

kompartemen tersebut tidak terdeteksi pada pasien yang keadaan sangat buruk

(Ciu, 2011).

Sindrom kompartemen terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam

ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan

sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya

menyebabkan kerusakan pada otot (Novelandi, ‎2011). Sindroma kompartemen

dapat ditemukan pada tempat dimana otot dibatasi oleh rongga fasia yang tertutup.

Daerah yang sering terkena adalah tungkai bawah, lengan bawah, kaki, tangan,

region glutea, dan paha.Gejala dan tanda-tanda sindroma kompartemen

adalahasimetris pada daerah kompartemen, parestesia daerah distribusi saraf

perifer yang terkena, menurunnya sensasi atau hilangnya fungsi dari saraf yang

melewati kompartemen tersebut, dan nyeri bertambah dan khususnya meningkat

dengan gerakan pasif yangmeregangkan otot bersangkutan (Parahita, 2013).

Berdasarkan hasil pengamatan dalam melakukan praktik keperawatan di

rumah sakit pirngadi, medan ruangan kenanga I pasien didiagnosa dengan

sindrom kompartemen, selama melakukan asuhan keperawatan dijumpai pasien

dengan keluhan nyeri pada An.A yang didukung oleh data subyektif An.A

mengatakan ia merasakan nyeri yang menusuk-nusuk didaerah ekstremitas kiri

atas dengan skala 6, keringat dingin, dan terlihat klien memegangi daerah yang

nyeri dengan wajah meringis menahankan nyeri.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan

pengelolahan kasus dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri di

(9)

1.2Tujuan

Tujuan umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan

kebutuhan dasar nyeri.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengkajian dengan gangguan kebutuhan dasar

nyeri.

2. Untuk mengetahui analisa data dengan gangguan kebutuhan

kebutuhan dasar nyeri.

3. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dengan gangguan kebutuhan

dasar nyeri.

4. Untuk mengetahui perencanaan keperawatan dengan gangguan

kebutuhan dasar nyeri.

5. Untuk mengetahui pelaksanaan keperawatan dengan gangguan

kebutuhan dasar nyeri.

6. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan dengan gangguan kebutuhan

dasar nyeri.

1.3Manfaat

Adapun manfaat dari laporan asuhan keperawatan ini adalah:

a. Bagi Praktisi Keperawatan

Hasil laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi bahan

(10)

b. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat menambah wawasan mengenai

asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan dasar aman

nyaman nyeri.

c. Bagi Klien

Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan dasar pasien mengenai nyeri.

d. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang di dapat

(11)

BAB 2

PENGELOLAAN KASUS

2.1Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Nyeri

2.1.1 Defenisi Nyeri

Nyeri menurut Asmadi (2008) merupakan sensasi yang rumit, unik,

universal, dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respons

individual terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu sama

yang lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri

pada klien). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial (Smeltzer

& Bare, 2001).

2.1.2 Penyebab Nyeri

Penyebab nyeri dapat di klasifikasikan kedalam dua golongan yaitu

penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara

fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis,

kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, pradangan, ganguan sirkulasi darah, dan

lain-lain. Secara fsikis, penyebabnya nyeri dapat terjadi oleh karena adanya

trauma psikologis (Asmadi, 2008).

Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas

mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, atau trauma luka. Truma termis

menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat

(12)

kuat. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik

yang kuat mengenai resepto rasa nyeri (Asmadi, 2008).

Neoplasma menyebutkan nyeri karena tejadinya tekanan atau kerusakan

jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan dan

metastase. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf

reseftor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan (Asmadi,

2008).

Dapat disimpulkan bahwa nyeri yang menyebabkan oleh faktor fisik

berkaitan dengan gangguan serabut saraf reseptor nyeri. Saraf reseftor ini terletak

dan terbesar pada lapisan kulit dan lapisan jaringan-jaringan tertentuyang terletak

lebih dalam (Asmadi, 2008).

Nyeri disebabkan faktor fisiologis merupakan nyeri yang dirasakan

bahkan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan dan

pengaruh terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang termasuk

kategori psikomotorik. Nyeri karena faktor ini disebut pula psychogenic pain

(Asmadi, 2008).

2.1.3 Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan (Prasetyo,

2010):

a) Nyeri kronik

Nyeri kronik berlangsung lebih lama dari pada nyeri akut, intensitasnta

bervariasi (ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung lebih dari 6

bulan. Chronic acute pain dapat dirasakan oleh klien hampir setiap harinya

dalam suatu priode yang panjang (beberapa bulan atau beberapa tahun),

(13)

terakhir. Chronic non-malignant paindisebut juga dengan chronic begign

pain, nyeri ini juga dirasakan klien hampir setiap harinya selama priode lebih dari 6 bulan dngan intnsitas nyeri ringan sampai berat.

b) Nyeri kutaneus/superficial (cutaneus pain)

Ada dua macam nyeri superficial, bentuk yang pertama adalah nyeri

dengan. Chronic non-malignant painyang tiba-tiba mempunyai kualitas

yang tajam, dan bentuk yang kedua adalah nyeri dengan onset yang lambat

disertai rasa terbakar. Nyeri superfisal dapat dirasakan pada seluruh

permukaan tubuh atau kulit kalien. Trauma gesekan, suhu yang terlalu

panas dapat menjadi penyebab timbunya nyeri suferpisial ini.

c) Nyeri somatis dalam (deep somatic pain)

Nyeri somatis merupakan fenomena nyeri yang kompleks. Struktur

somatis merupakan bagian pada tubuh seperti otot-otot atau tulang.Nyeri

somatis dalam biasanya bersifat difusi (menyebar) berbeda dengan nyeri

superficial yang mudah untuk dilokalisir. Struktur somatis yang ada

didalam tubuh manusia berbeda-beda intensitasnya terhadap nyeri. Bagian

yang mempunyai sensitivitas tinggi terhadap nyeri antara lain: tendon,

fascia dalam, ligamen, pembuluh darah, tulang peristonium dan

nevus-nervus.

d) Nyeri Viscelar

Istilah nyeri viscelar biasanya mengacu pada bagian viscelar abdomen,

walupun sebenarnya kata viscus (jamak dari viscelar) berarti setiap organ

tubuh bagian dalam yang lebar dan mempunyai ruang seperti capasitas

(14)

Penyebab nyeri viscelar adalah semua rangsangan yang dapat

menstimulasi ujung saraf nyeri di daerah viscelar.

e) Nyeri Psikogenik

Nyeri pikogenik disebut juga pscyhalgia atau nyeri somatoform, adalah

nyeri yang tidak diketahui secara fisik, nyeri ini biasanya timbul karenaa

pengaruh psikologis, mental, emosional atau fakto prilaku.Sakit kepala,

back pain, atau nyeri perut aadalah contoh sebagai nyeri psikogenik yang

paling umum.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Beberapa factor yang mempengaruhi nyeri

1. Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada

individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami

nyeri serta belum dapat megucapkan kata-kata dalam mengungkapkan

secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada kedua orangtuanya.

Pada lansia perawat harus melakukan pengkajian lebih rinci ketika

seorang lansia melaporkan adanya nyeri, seringkali sumber nyeri lebih

dari satu (Prasetyo, 2010).

2. Jenis Kelamin

Penelitian terakhir memperlihatkan hormon seks pada mamalia

berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon

testosteron menaikkan ambang nyeri pada percobaan binatang,

sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan / sensivitas terhadap nyeri

(Prasetyo, 2010).

3. Kebudayaan

Budaya mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespon

terhadap nyeri. Namun, budaya dan etnik tidak mempengaruhi resepsi

nyeri. Keyakinan suatu budaya yang berbeda yang mengalami nyeri

dengan intensitas yang sama dapat tidak melaporkan atau berespon

terhadap nyeri dengan cara yang sama. Harapan dan nilai-nilai budaya

(15)

menangis yang berlebihan, harapan budaya pasien mungkin menerima

orang untuk menangis ketika nyeri. Perawat yang mengetahui perbedaan

budaya akan mampu memiliki pemahaman yang lebih besar tentang nyeri

nyeri pasien (Smeltzer &Bare, 2002).

4. Makna Nyeri

Makna nyeri pada individu mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara

individu beradaptasi terhadap nyeri. Wanita yang merasakan nyeri saat

bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan wanita lain

yang nyeri karena dipukul suaminya (Prasetyo, 2010).

5. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri

Nyeri yang dirasakan bervariasi dalm intensitas dan tingkat keparahan

pada tiap individu. Orang yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri

yang berbeda dengan orang yang terkena luka bakar (Prasetyo, 2010).

6. Perhatian

Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon

nyeri sedangkan distraksi dihubungkan dengan penurunan respon nyeri

(Prasetyo, 2010).

7. Ansietas

Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara

ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan

pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri pada pascaoperatif.

Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat

meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).

8. Keletihan

Keletihan yang dirasakan individu akan meningatkan sensasi nyeri yang

mampu menurunkan koping individu (Prasetyo, 2010).

9. Pengalaman Sebelumnya

Lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut

individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan.

Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya, ia

ingin nyerinya segera reda dan sebelum nyeri tersebut menjadi lebih

(16)

10.Dukungan Keluarga dan Sosial.

Individu yang mengalami nyeri sering membutuhkan dukungan, bantuan,

perlindungan dari anggota keluarga lain. Kehadiran orang terdekat akan

meminimalkan kesakitan dan kesepian (Prasetyo, 2010).

2.1.5 Mekanisme nyeri

Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia dan menggunakan

rasa ingin tahu para ahli.Begitu pulak untuk menjelaskan bagaimana nyeri

tersebut terjadi masih merupakan suatu misteri.Namaun demikian ada beberapa

teori yang menjelaskan meknisme transmisi nyeri.Teori tersebut di antaranya:

a) The specificity theory (teori spesifik)

Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh

melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap indra perasa bersifat

spesifik.

b) The intensity theory (teori intensitas)

Nyeri adalah hasil rangsangan yang brlebihan pada reseptor. Setiap

rangsangan sensoris punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika

intensitasnya cukup kuat.

c) The gate control theory (teori control pintu)

Teori ini mejelaskan mekanisme transmisi nyeri.Kegiatannya beragantung

pada aktifitas serat saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat

mempengaruhi sel saraf di subtansi gelatinosa.Aktifitas serat yang

berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”,

sedangkan serat saraf berdiameter kecil mempengaruhi transmisi yang

(17)

2.1.6 Upaya Mengatasi Ketidaknyamana (Nyeri)

a. Intervensi Farmakologis

Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis

dilakukan dalam kolaborasi dengan dokteratau pemberi perawatan utama

lainnyadan pasien.Obat-obat tertentu untuk peñatalaksanaan nyeri mungkin di

resepkan atau kateter epidural mungkin dipasang untuk pemberian dosis

awal.Namun demikian, adalah perawat yang memepertahankan analgetsia,

mengkaji keefektifannya, dan melaporkanjika intervensi tersebut tidak efektif atau

menimbulkan efeksamping.Penatalaksanaan nyeri memerlukan kolaborasi erat

dan komunikasiyang efektif diantara pembrian perawatan kesehatan (Smeltzer &

Bare, 2002).

b. Tindakan Nonfarmakologis

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang

obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun begitu,

banyak aktfitas keperawatan non farmakologi yang dapat membantu dalam

menghilangkan nyeri. Metode pereda nyeri non farmakologis biasanya

mempunyai resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan bukan merupakan

pergantian untuk obat-obatan, tindakan tersebut mungkin diperlukan atau sesuai

untuk mempersingkat episodenyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau

menit. Trauma saat nyeri hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau

berhari-hari, mengkombinasikan teknik non-farmakologi dengan obat-obatan mungkin

(18)

Stimulasi dan Masase Kutaneus

Teori gate control nyeri seperti yang dijelaskan sebelumnya, bertujuan

menstimulasi serabut-serabut yang menstimulasi sensasi tidak nyeri memblok atau

menurunkan transmisi implus nyeri.Beberapa strategi penghilang nyeri

non-farmakologis, termasuk menggosok kulit dan menggunakan panas dan dingin

adalah berdasarkan mekanisme ini.Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara

umum sering di pusatkan pada punggung dan bahu (Smeltzer & Bare, 2002).

Terapi Es dan Panas

Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi peredahan nyeri yang

efektif pada beberapa keadaan. Diduga bahwa terapi es dan panas bekerja

menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam bidang reseptor yang

sama seperti pada cedera (Smeltzer & Bare, 2002).

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensivitas

reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat

inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera setelah

cedera terjadi.Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatan aliran

darah kesuatu area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan

mempercepat penyembuhan (Smeltzer & Bare, 2002).

Stimulasi Saraf Elektrik Transkutan

Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS) menggunakan unit yang

dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk

menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengungpada area

(19)

luka bedah.TENS adalah efek plasebo pasien mengharapkan efektif dan

pembentukan endofrin, yang juga memblok trasmisi nyeri (Smeltzer & Bare,

2002).

Distraksi

Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu

selain nyeri dapat menjadi strategi sangat penting dan mungkin merupakan

mekanisme yang bertanggung jawab terhadap tekhnik kognitif efektif

lainnya.distraksi dapat berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai

menggunakan aktivitas fisik dan mental yang sangat kompleks (Smeltzer & Bare,

2002).

Teknik Relaksasi

Relaksasi otot skeletal di percaya dapat menurunkan nyeri dengan

merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri.Teknik relaksasi yang

sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama.Pasien

dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman.Teknik

relaksasi, juga tindakan peredahan nyeri non-invasive lainnya (Smeltzer & Bare,

2002).

Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam

suatu cara yang diracang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.

Contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri

atas menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu banyangan mental

(20)

Hipnosis

Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah

analgesic yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin

membantu dalam peredahan nyeri trutama dalam situasi sulit (misalnya, luka

bakar) (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2Asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar nyeri

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian nyeri yang factual (terkini), lengkap dan akurat akan

memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan

diagnose keperwatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok,

dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang

diberikan.

Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama

nyeri akut adalah:

 Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul);

 Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri;

 Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.

Terdapat beberapa komponen yang harus di perhatikan seorang perawat

didalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien.diantaranya:

1. Penentuan Ada Tidaknya Nyeri

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus

mempercanyai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi

(21)

oleh klien adalah nyata.Sebaliknya, ada beberapa pasien yang justru

menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindarkan pengobatan.

2. Karekteristik Nyeri (Metode P,Q, R, S, T )

Faktor Pencetus (P: provocate)

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada

klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh

yang mengalami cedera.

Kualitas (Q: Quality)

Kualiti nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh

klien, sering kali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat.

Lokasi (R: Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk

menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.

Keparahan (S: Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karekteristik yang

paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri

yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, dan berat.

Durasi (T: Time)

Perawat menyarankan pada pasien untuk menetukan awitan , durasi, dan

rangkaian nyeri.

3. Respon Fisiologi

Pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju kebatang otak

dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulan sebagai bagian dari respon

stress.Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan

(22)

melibatkan organ-organ visceral (misal infak miokard, kolik akibat kandungan

empedu, atau batu ginjal) maka sistem saraf simpatis menghasilkan suatu aksi.

4. Respon Perilaku

Respon perilaku yang ditunjukan klien yang mengalami nyeri

bermacam-macam. Respon perilaku terhadap nyeri yang bisa ditujukkan oleh pasien antara

lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menggeretakkan gigi,

menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengelut alis, ekspresi verbal menangis,

mengerang, menaduh, menjerit, meraung.

5. Respon aktif

Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seseorang perawat didalam

melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri (misal:

menanyakan apakah saat ini mersakan cemas?)

6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien

Pengkajian pada perubahan aktifitas ini bertujuan untuk mengetahui

sejaumana kemampuan klien dalam partisifasi tehadap kegiatan sehari-hari.

Pengaruh nyeri pada aktivitas sehari-hari misal: makan, minum, mandi, BAK

(Buang Air Kecil) atau BAB (Buang Air Besar), serta perubahan pola interaksi

terhadaap orang lain.

7. Persepsi klien terhadap nyeri

Dalam hal ini perwat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri,

bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses

penyakit.

8. Mekanisme adaptasi klien ternadap nyeri

Perawat perlu mengkaji cara apa saja biasa klien gunakan untuk

(23)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri dan Ketidaknyamanan

Tujuan: nyeri ketidaknyaman reda atau penurunan dalam intensitas nyeri

dan ketidaknyamanan

Intervensi

Keperawatan

Rasional Hasil yang Diharapkan

1. Yakinkan pasien

bahwa anda

mengetahui nyeri

yang dialami pasien

nyata dan akan

membantunya

dalam menghadapi

nyeri tersebut.

2. Gunakan skala

pengkajian nyeri

untuk

mengidentifikasi

intensitas nyeri dan

ketidaknyamanan.

3. Kaji dan catat nyeri

dan karekteristik

nyerinya: lokasi,

- Ketakutan bahwa nyeri

akan tidak dapat

diterima seperti

peningkatan

ketegangan dan

ansietas yang nyata dan

menurunkan toleransi

nyeri.

- Berikan nilai dasar

untuk mengkaji

perubahan dalam

tingkat nyeri dan

mengevaluasi

intervensi.

- Data membantu

mengevaluasi nyeri

- Melaporkan peradaan

nyeri yang diterima

secara nyata dan bahwa

pasien akan mendapat

bantuan dalam

meredakan nyeri.

- Melaporkan intensitas

nyeri dan

ketidaknyamanan nyeri

menurun setelah

intervensi digunakan.

- Melaporkan lebih

sedikit gangguan dan

(24)

kualitas, frekuensi,

dan durasi.

4. Berikan analgesik

sesuai yang

diresepkan untuk

peningkatan

peredaan nyeri

yang optimal.

5. Berikan kembali

pengkajian skala

nyeri.

6. Catat keparahan

nyeri pasien pada

bagian.

dan peredaan nyeri

serta mengidentifikasi

sumber-sumber

multipel dan jenis

nyeri.

- Analgesik lebih efektif

bila diberikan pada

awal siklus nyeri.

- Memungkinkan

pengkajian terhadap

keefektifan analgesik

dan mengidentifikasi

kebutuhan terhadap

tindak lanjut bila tidak

efektif.

- Membantu dalam

menunjukkan

kebutuhan analgesik

tambahan atau

akibat nyeri setelah

penggunaan intervensi.

- Menerima medikasi

nyeri sesuai yang

diresepkan.

- Menunjukkan

tanda-tanda nyeri fisik dan

prilaku dalam nyeri

akut (tidak mengerut,

menangis, waspada

terhadap lingkungan

sekitar, ikut serta

dalam peristiwa dan

aktivitas).

- Mengidentifikasi

keefektifan strategi

(25)

7. Identifikasi dan

8. Ajarkan pasien

strategi tambahan

peredaan nyeri yang

familiar dan dapat

diterima oleh pasien.

- Menggunakan strategi

ini sejalan dengan

analgesik dapat

menghasilkan peredaan

yang lebih efektif.

- Menggunakan

penggunaan strategi

baru untuk meredakan

nyeri dan melaporkan

kefektifannya.

- Mengalami efek

samping minimal dari

analgesik tanpa

ganguguan untuk

mengatasi efek

samping

2. Potensial Koping tidak Efektif yang Berhubungan dengan Antisifasi dan

Stres dari Nyeri

(26)

Intervensi

Keperawatan

Rasional Hasil yang Diharapkan

1. Kali strategi

koping pasien dan

faktor-faktor yang

menghasilkan

koping tidak

efektif.

- Memberikan dasar

untuk mengkaji

strategi koping yang

efektif dan tidak efektif.

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

Pembuatan tujuan untuk klien akan bervariasi sesuai diagnose dan

batasan karekteristik.Saat membuat perencanaan, perawat perlu memilih upaya

dalam meredakan nyeri, berdasarkan data pengkajian dan masukan dari klien serta

orang pendukung .intervensi keperawatan dapat berupa farmakologis dan

nonfarmakologis. Pada perawatan di rumah salinan perencanaan harus diberikan

pada klien atau orang pendukung guna untuk mendukung penatalaksaan nyeri.

Keuntungan tambahan menjadwalkan intervensi yatu klien tidak lama mengalami

(27)

2.2.4 Implementasi

Penatalaksanaan nyeri adalah peredaan nyeri sampai pada tingkat

kenyamanan yang dapat diterima klien. Penatalaksanaan keperawatan nyeri terdiri

atas tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi. Secara umum kombinasi

strategi adalah tindakan terbaik dalam penangan nyeri. (Kozier, Erb, Berman, &

Snyder,2010).

3 Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan dengan menilai kemampuan dalam

merepon rangsangan nyeri, diantaranya : klien melaporkan adanya penurunan

nyeri, mampu mempertahankan fisik dan psikologis, dan mampu menggunakan

(28)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

2.3.1 Pengkajian Pasien di Rumah Sakit Pirngadi Ruangan kenanga 1

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : A.n A

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur 12 Tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agam : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Belum bekerja

Alamat : Pasar nipang sihombang

Tanggal masuk RS : 24 Mei 2014

No. Regristasi : 00.92.6890

Ruangan/kamar : Ruang 9 kenanga I

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 02 juni 2014

Tanggal Operasi : Pada tanggal 29 Mei 2014 dilakukan operasi

(29)

Diagnosa Medis : Struk komplikasi dari Kompertement

sindrom

II.KELUHAN UTAMA :

Pada tanggal 02 Juni 2014 perawat melakukan pengkajian di temukan

keluhan bengkak pada Troklea sampai Radius, klien selalu memegang tangannya

yanga sakit, klien terlihat merintih kesakitan dan berkeringat, skala nyeri 6, klien

terbaring lemah, dan terlihat pembengkakan.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocatif/palliative

2.2.1 Apa penyebabnya

Sebulan yang lalu anak jatuh tertimapah temannya saat membuat

ayunan, kemudian ibu membawak anaknya ke dukun patah, dan setelah beberapa

minggu tangan anak tersebut semakin membengkak, setelah itu, ibu membawak

ke bidan, saat itu bidan menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit karna tangsan

anak tersebut sudah memburuk.

2.2.2 Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Hal yang memperbaiki keadaan dengan meminum obat.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

(30)

2. Bagaimana dilihat

Anak tampak memegangi tangannya, saat di pegang tangan anak

tersebut merasa sakit.

C. Regio

1. Dimana lokasinya

Nyerinya berasal dari Troklea sampai Radius.

2. Apakah menyebar

Tidak menyebar

D. Severity

Ibu mengatakan mengganggu aktivitas anak.

E. Time

Terkadang nyeri muncul tidak menentu

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Ibu mengatakan tidak ada penyakit riwayat masa lalu

B. Pengobatan /tindakan yang dilakukan

Ibu mengatakan tidak ada tindakan yang dilakukan/pengobatan

C. Pernah dirawat/dioperasi

Pada tanggal 29 Mei 2014, ibu mengatakan pernah dilakukan operasi

(31)

D. Lama dirawat

Klien dirawat di Rumah Sakit selama 10 hari dimulai pada tanggal 10

Mei.

E. Alergi

Ibu mengatakan anak tidak ada alergi.

F. Imunisasi

Ibu mengatakan anak mendapat imunisasi lengkap.

V.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Orang tua

Klien tidak memiliki penyakit keturunan masa lalu.

B. Saudara kandung

Tidak ada riwayat penyakit keturunan pada saudara kandung klien.

C. Penyakit keturunan yang ada

Keluarga klien mempunyai penyakit keturunan hipertensi dari neneknya.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada riwayat penyakit pada keluarga yang mengalami ganguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Ibu klien mengatakan abang dari klien atau saudara kandungnya

meninggal.

F. Penyebab meninggal

Ibu mengatakan meninggal karna penyakit morbili.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

B. Konsep Diri

(32)

kecuali pada tangan sebelah kiri

• Ideal diri : klien ingin sembuh, agar bisa

melakukan aktivitas seperti biasanya

• Harga diri : klien cukup dihargai dilingkungan

sekitar

• Peran diri : klien berperan sebagai anak ke2

dari 4 bersaudara

• Identitas :anak dengan usia sekolah

C. Keadaan emosi :klien mampu menahan emosi, tetapi

jika klien merasa sakit, klien marah

dan kesakitan

D. Hubungan sosial

• Orang yang berarti : orang tua paling berarti bagi anak • Hubungan dengan keluarga : hubungan keluarga dengan klien

baik, terlihat saat menjenguk klien

banyak keluarga yang datang

• Hubungan dengan orang lain : hubungan klien dengan orang lain

baik dan tidak ada hambatan pada

orang lain.

E. Spiritual

• Nilai dan keyakinan : klien menyakini adanya allah SWT

sebagai tuhan yang berkuasa

(33)

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

Kompos mentis

B. Tanda-tanda vital

• Suhu tubuh : 360C

• Tekanan darah : 120/90

• Nadi : 80x/menit

• Pernafasan : 28x/menit

• Skala nyeri : Dengan melakukan skala nyeri face

pain dengan hasil skala 6.

• TB : 38 cm

• BB : 25kg

C. Pemeriksaan Head to toe

kepala dan rambut

• Bentuk : simetris

• Ubun-ubun : normal, fontanel berada ditenga

• Kulit kepala : bersih

Rambut

• Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran merata, kasar dengan

rambut lurus

• Bau : bau rambut normal

• Warna kulit : putih bersih

Wajah

• Warna kulit : sawo matang

(34)

Mata

• Kelengkapan dan kesimetrisan : normal, simetris antara dextra dan

sinistra, strabismus (-)

• Palpebra : normal, dapat membuka mata dan

menutup mata

• Konjungtiva dan skera : konjungtiva tidak anemis, scelera

putih tidak ikterik

• Pupil : isokor, (sama kanan kiri) 2mm,

posisi ditengah

• Cornea dan iris : tidak dilakukan pemeriksaan

• Visus : tidak dilakukan pemeriksaan

• Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan

Hidung

• Tulang hidung dan : normal, berada ditengah

Posisi septum nasi

• Lubang hidung : normal, simetris antara dextra dan

sinistra, tidak ada terpasang NGT,

tidak ada terpasang kanul O2

• Cuping hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung

Telinga

• Bentuk telinga : simetris antara dextra dan sinistra

• Ukuran telinga : normal

• Libang telinga : ada, bersih, tidak ada otitis media

(35)

Mulut dan faring

• Keadan bibir : kering

• Keadaan gusi dan gigi : kurang bersih

• Keadaan lidah : lembab

• Orofaring : normal, tampak klien tidak

mengalami

gangguan dalam

proses menelan.

Leher

• Posisi trachea : berada di tengah

• Thyroid : tidak ada pembesaran thyroid

• Suara : jelas

• Kelenjar limfe : tidak ada pembekakan pada

kelenjar limfae.

• Vena jugularis : tidak ada pembekakan

• Deyut nadi karotis : teraba

Pemeriksaan integumen

• Kebersihan : kulit bersih

• Kehangatan : akral dingin

• Warna : sawo matang

• Turgor : kering <3 detik

• Kelembaban : kulit lembab

(36)

Pemeriksaan payu dara dan ketiak : payu dara simetris antara dextra dan

sinistra, tidak ada dijumpai masa,

tidak ada trauma, dan tidak ada

pembekakan

Pemeriksaan thoraks/dada : normal

Pernafasan : pola nafas reguler 32x/menit

Tanda kesulitan bernafas : tidak dijumpai kesulitan bernafas

Pemeriksaan paru : normal

Pemeriksaan jantung

• Inspeksi : simetris, tidak ada trauma

• Palpasi : nadi 80x/menit

• Perkusi : Dullness

• Auskultasi : suara S1 dan S2 normal

Pemeriksaan abdomen

• Inspeksi : tidak ada masa, tidak ada trauma,

bentuk abdomen data

• Auskultasi : peristaltik 6x/menit

• Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak

dijumpai masa, tanda acites (-)

(37)

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

• Genitalia : tidak ada rambut pubis,

lubang

uretra normal

• Anus dan perinium : normal

Pemerikasaan muskuloskletal/ekstramitas

• Ekstremitas atas :Simetris antara kanan kiri

dan kanan,terdapat adanya

bekas trauma, kekuatan otot

kiri 3 dan kanan 4, edema (+)

• Ektremitas bawah : Simetris kiri, tidak ada

Terdapatadanya bekas trauma

akibat sering jatuh, kekuatan

otot 4 (dapat bergerak serta

melawan tahanan dengan

kekuatan minimal), edema (-)

Pemeriksaan neurologi

• Nervus optikus : normal, mampu membaca

dalam jarak 1 meter

Nervus okulomotorik, troclehar, dan abdusen : bola mata dapat melihat

kearah ventrikel,

horizontal, dan rorator,

(38)

mengecil ketika diberin

rangsangan

Nervus trigeminus : otot maseter dan

temporalis sebagai otot

mengunya normal

• Nervus fasialis : klien dapat

menggelembungkan pipi,

mengerutkan dahi,

tersenyum, dan tertawa

• Nervus koklearis : klien dapat mendengarkan

bunyi arloji

• Nervus glosofaringeus : uvula berada ditengah

• Nervus vagus : klien mampu menelan

• Ner aksesoris : tidak dilakukan

pemeriksaan

• Nervus hipoglosus : klien dapat menjulurkan

lidah

Fungsi motorik : klien dapat mengangkat tangan

sebelah kanan, tetapi tidak bisa

mengangkat sebelah kiri karna

nyeri, dan bisa memiringkan

(39)

Fungsi sensorik : klien dapat membedaka benda

tumpul dan benda tajam

Reflex : tidak dilakukan pemeriksaan

VIII. Pola kebiasaan sehari-hari

A.Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 2x/hari

- Nafsu/selera makan : nafsu makan kurang

- Nyeri ulu hati : tidak ada

- Alergi : tidak ada riwayat alergi

- Mual muntah : tidak ada mual muntah

- Waktu pemberian makan : pagi pukul 07, siang pukul 13.30.

dan sore pukul 18.00 wib

- Jumlah dan jenis makan : sedang dan dengan lauk ikan

- Waktu pemberian cairan/minum : klien minum pada waktu makan

saja, dan dibantu dengan cairan

infus

- Masalah makan dan minum : nafsu makan kurang

B. Perawatan diri/ personal hygine

- Kebersihan tubuh : hanya dilap 2x sehari

- Kebersihan gigi dan mulut : kurang bersih

(40)

C.Pola kegiatan/ aktivitas : sebagian aktivitas klien di bantu

oleh leluarganya dan perawat

D.Pola eliminasi

1. Buang air besar (BAB)

- Pola BAB : 1x2 hari klien BAB (buang air

besar) 3 hari yang lalu sebelum

pengkajian.

- Karakter feses : normal, feses berbentuk

- Riwayat perdarahan : tidak ada

- BABA trakhir : 3 hari yang lalu

- Diare : tidak ada

2. Buang air kecil (BAK)

- Pola BAK : rutin

- Karekter urin : kuning

- Kesulitan BAK : tidak ada

- Riwayat penyakit ginjal : tidak ada

- Penggunaan deuretik : tidak ada

- Upaya mengatasi masalah : tidak ada

E. Mekanisme koping

(41)

ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah keperawatan

1 DS:

Klien menangis

kesakitan mengatakan

nyeri pada tangan

sebelah kiri.

- klien terlihat

merintih

kesakitan dan

berkeringat

- skala nyeri 6

- klien terbaring

lemah

kerena pasia yang

memebungkus otot

terlalu ketat/

balutanterlalu menjerat

nyeri dalam, berdeyut

tak tertahankan, terasa

pembengkakan dan

keras

Nyeri

(42)

2.3.3 Rumusan Masalah

Setelah anlisa data dilakukan, dapat dirumuskan masalah kesehatan.

Masalah yang muncul berdasarkan prioritas yang didasari kriteria yang harus

ditangani dan segera. Berikut masalah yang muncul berdasarkan analisa data:

• Nyeri

1. Diagnosa Keperawatan

Berikut diagnosa yang dapat ditegakkan berdasarkan rumusan masalah,

rumusan diagnosa yang ditegakkan berdasarkan diagnosa aktual yaitu masalah

didapatkan sesuai data klinik yang ditemukan. Adapun diagnosa yang dapat

ditegakkan sebagi berikut :

1. Nyeri b/dpeningkatan pada jaringan otot d/d skalanyeri 6, klien tampak

meringis kesakitan, klien memegangi daerah yang sakit, klien terbaring

(43)

2.3.4 Perencanaan keperawatan dan rasional

Klien dapat memperlihatkan pengendalian nyeri, yang di

buktikan indikator 3:

- Klien dapat mengenali nyeri

- Menggunakan tindakan pencegahan

- Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

Kreteria hasil:

Dalam 1 kali 24 jam dapat menunjikkan tingkat nyeri:

- Ekspresi nyeri pada wajah

- Gelisa atau ketegangan otot

- Durasi episode nyeri

- Merintih dan menangis

- Gelisah

dan peredaan nyeri

serta

(44)

karakteristik, dan

faktor pencetus

nyeri.

- Anjurkan tidur

atau istirahat yang

adekuat untuk

mengurangi nyeri.

- Dorong pasien

untuk

pada respon nyeri

misalnya

- Kendalikan faktor

lingkungan yang

dapt

sumber-sumber

multipel dan jenis

nyeri.

- Menciptakan siklus

tidur dan bangun

tidur yang teratur.

- Menciptakan

kenyamanan dan

mencegah terjadinya

stres selama dalam

rawatan.

- Untuk mengetahui

apakah nyeri yang

dirasakan klien

berasal dari sakitnya

atau tidak.

- Mencegah terjadinya

nyeri akibat

(45)

mempengaruhi

- Beri informasi

tentang rasa sakit,

seperti penyebab

nyeri, berapa lama

akan berlangsung,

dan

ketidaknyamanan

prosedur akan

tindakan.

- Berikan informasi

yang akurat untuk

mempromosikan

pengetahuan

keluarga tentang

respon nyeri dan

lingkunagan.

- Menciptakan

kenyamanan dan

mencegah terjadinya

stres selama dalam

rawatan.

- Membantu klien

mengatasi nyeri yang

(46)

pengalaman nyeri.

- Kaji tanda-tanda

vital

16.00 ketorolax, 1

amp, intravena)

- Kesejajaran tubuh

yang tepat dapat

membedakan nyeri,

mengurangi

ketegangan sendi

serta mencegah

kontraktur.

- Untuk mengetahui

keadaan umum klien.

- Analgesik lebih

efektif bila diberikan

pada awal siklus

(47)

2.2.5 Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/

Tanggal

Dx Implementasi Evaluasi (SOAP)

02 Juni

Selasa

1 - Melakukan pengkajian

secara menyeluruh

terhadap lokasi nyeri,

intensitas nyeri, durasi,

karakteristik, dan faktor

pencetus nyeri.

- Mengajurkan tidur atau

istirahat yang adekuat

untuk mengurangi

nyeri.

- Mendorong pasien

untuk mendiskusikan

pengalaman rasa sakit

yang dirasakan.

- Mempertimbangkan

pengaruh budaya pada

respon nyeri misalnya

perbedaan bagi

sebagian budaya

mempersepsikan nyeri

S : Klien mengatakan

masih merasakan

sakit dan

berdeyut pada

tangan sebelah

kiri.

O : Pembengkakan

pada tangan anak

(48)

berbeda-beda.

- Mengendalikan faktor

lingkungan yang dapt

mempengaruhi respon

pasien terhadap

ketidaknyamanan

misalnya menghindari

kebisingan, tidak

mengajak klien

berbicara terlalu

banyak.

- Memberikan informasi

tentang rasa sakit,

seperti penyebab nyeri,

berapa lama akan

berlangsung, dan

ketidaknyamanan

prosedur akan tindakan.

- Memberikan informasi

yang akurat untuk

mempromosikan

pengetahuan keluarga

tentang respon nyeri

dan pengalaman nyeri.

- Memberikan rasa

(49)

nyaman dengan

mempertahankan klien

dengan kesejajaran

tubuh tetap.

- Mengkaji tanda-tanda

vital

TD: 120/80 MmHg

RR: 18x/menit

HR: 80x/menit

T: 36,50C

- Kolaborasi:

Memberikan analgesik

sesuai yang diresepkan

unutuk peningkatan

peredaan nyeri yang

optimal.

(pemberian jam 16.00

ketorolax, 1 amp,

(50)

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Pengkajian dilakuka pada tanggal 02-04 Juni 2014 ditemukan masalah dengan

gangguan nyeri b/d peningkatan pada jaringan otot d/d pembengkakan pada

tangan sebelah kiri, dengan skala nyeri 6, klien tampak meringis kesakitan,

terbaring lemah dan semua aktivitas keseharian dibantu oleh keluarga pasien dan

perawat, klien juga memegangi daerah yang sakit, dan terlihat pembengkakan

pada area yang sakit, ibu klien mengatakan nafsu makan klien berkurang, dan

klien mengalami gangguan pada buang air besar, dan dilakukan implementasi

berdasarkan rencana yang telah direncanakan, hasil evaluasi masalah nyeri pada

An. A tidak teratasi.

3.2 SARAN

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Agar petugas kesehatan selalu memberikan pengarahan kepada pasien dan

keluarga agar mampu memahami dalam pengobatan khususnya tentang

nyeri terhadap keluarga pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Pendidikan yang lebih meningkatan pelayanan, penerapan, dan pengajaran

asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan

dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa agar

(51)

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat selama proses

pemberian asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri

dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bagi diri,

keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan yang

(52)

Daftar Pustaka

Asmadi, (2008). Teknik Prosedur Keperawatan; Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bulechek, Gloria M, Buther Howard K, & Dochterman Joanne Mc Closkey,

(2008). Nursing Intervensions Classification (NIC). Fifth Edition. United

State of America: Mosby Elsevier

Kozier, Barbara. Erb, Glenora. Berman, Audrey. dan Snyder, Shirlee J, (2010).

Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik. Edisi 7. Volume 2. Jakarta: EGC

Prasetyo, Sigit Nian, (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta:

Graha Ilmu

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, G Brenda, (2001). Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 1. Jakarta: EGC Wilkinson, Judith M, dan Ahern, Nancy R, (2010). Buku Saku Diagnosa

Keperawatan: dengan Diagnosis NANDA, Intervensi NI, dan Kreteria

Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC

Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22361/4/Chapter%20II.pdf (diakses

pada tanggal 11 juni 2014 pukul 10.00 WIB)

ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6300/4790 (diakses pada

tanggal 11 Juni 2014 pukul 10.30)

ml.scribd.com/doc/.../LAPORAN-KASUS-Sindrom-Kompartemen 25 Okt 2011

(53)

LAMPIRAN

Catatan Perkembangan

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/ Tanggal Pukul

Tindakan Keperawatan

Selasa 02 juni 2014

- Melakukan pengkajian secara menyeluruh terhadap

lokasi nyeri, katrakteristik, durasi, kualitas,

intensitas nyeri, dan faktor pencetus nyeri.

- Mengkaji tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg RR: 18x/menit

HR : 80x/ menit T : 36,50C

- Memberikan rasa nyaman dengan mempertahankan

klien dengan kesejajaran tubuh tetap

S: klien mengatakan mengatakan nyeri pada tangan

sebelah kiri, nyeri seperti berdeyut.

O: Klien tampak meringis kesakitan bila nyeri muncul,

berkeringat dingin, memegangi area yang sakit, skala

nyeri 6, suhu tubuh 36,70C, pembengkakan pada

tanggannya,.

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi di lanjutkan

- Memberi informasi tentang rasa sakit, seperti

penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung,

dan ketidaknyamanan prosedur akan tindakan

- Memberikan rasa nyaman dengan mempertahankan

(54)

Rabu 04 Juni

- Mengkaji tanda-tanda vital

TD : 120/90 mmHgRR: 16x/menit

HR : 82x/ menit T : 37,90C

S: klien mengatakan masih merasakan sakit pada

tangannya, nyeri seperti berdeyut, ibu klien

mengatakan nyeri muncul

O: klien masih tampak kesakitan bila nyeri timbul,

suhu tubuh 37,9 0C, masih terlihat pembengkakan,

skala nyeri 6.

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan

- Memberi informasi tentang rasa sakit, seperti

penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung,

dan ketidaknyamanan prosedur akan tindakan

- Memberikan analgesik sesuai yang diresepkan

untuk peningkatan peredaan nyeri yang optimal.

- Mengkaji tanda-tanda vital

TD : 110/90 mmHg RR: 18x/menit

HR : 80x/ menit T : 360C

S: klien mangatakan nyeri sedikit berkurang, skala

nyeri 5.

O: klien sudah dapat duduk namum dibantu dengan

keluarga dan perawat, nafsu makam klien sudah mulai

(55)

Kamis 05 juni 2014

16.30 WIB

19.30 WIB

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan

- Memberikan analgesik sesuai yang diresepkan

untuk peningkatan peredaan nyeri yang optimal.

- Mengkaji tanda-tanda vital

TD : 120/90 mmHg RR: 20x/menit

HR : 80x/ menit T : 36.50C

S: klien mengatakan nyeri sedikit berkurang

O: klien sudah bisa duduk , namun dibantu dengan

keluarga, nafsu makan sudah membaik, dan pola tidur

tercukupi.

A: masalah teratasi sebagian

Referensi

Dokumen terkait

Menjiplak gambar bentuk geometri dengan menempelkan kertas transparan dan mengikuti bentuknya dengan pensil.

Sejalan dengan keadaan itu maka di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD) ,

While the estimated values of quickly degradable dry matter (QDDM), cumulative slowly degradable dry matter (CSDDM), and total degradable dry matter (TDDM) and rate of degradation

Alternatively, a semi-form-active structure may be adopted because the shape of the building which is to be supported is such that neither a very simple post-and-beam structure nor

Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) -9. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali

Although beams and slabs with simple, solid cross-sections are normally used for the floor elements of loadbearing-wall buildings, because the spans are usually short (see Section

[r]

The higher the cost of materials in relation to labour, the greater is the incentive to achieve high efficiency and the smaller is the span at which the transition from less to