• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM

DI KECAMATAN NGUNTORONADI

KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

Oleh : Ari Gusnanto

H 0306041

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI

KECAMATAN NGUNTORONADI

KABUPATEN WONOGIRI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Ari Gusnanto

H 0306041

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI

KECAMATAN NGUNTORONADI

KABUPATEN WONOGIRI

Oleh : Ari Gusnanto

H 0306041

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal, 29 April 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji Penguji I

Dr. Ir. Mohd.Harisudin, M.Si NIP. 196710121993021001

Penguji II

Ir. Agustono, MSi NIP. 19640801199031004

Penguji III

Prof. Dr. Ir. Darsono, M. Si.MP NIP. 19660611199031002

Surakarta, April 2011 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan

penelitian kemudian menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penulis

menyusun skripsi berjudul “Strategi Pengembangan Sentra Industri Brem di

Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri” ini untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat

terlaksana berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

sekaligus Pembimbing Akademik dan Pembimbing Pendamping skripsi yang

telah begitu sabar memberikan nasehat dan bimbingan yang sangat berharga

bagi Penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin. M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi

yang telah membimbing, memotivasi dan mendidik penulis dengan sabar

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si selaku Dosen Penguji Tamu yang telah

memberikan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini.

5. Kesbangpolinmas, BPS, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Wonogiri, dan semua responden yang telah memberikan ijin

kepada Penulis untuk melakukan penelitian dan membantu dalam

(5)

commit to user

v

6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah mengajarkan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Penulis.

7. Mbak Iriawati, S. Sos, Bapak Mandimin dan Bapak Syamsuri yang dengan

sabar membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan

studi dan skripsi penulis.

8. Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Siyono almarhum dan Ibu Suratni, atas

segenap cinta, kasih sayang, dukungan, do’a dan perjuangan sepanjang jalan

yang tiada pernah berakhir.

9. Nenekku tersayang, Simbok Suratun yang selalu mengajarkan kebenaran,

kesabaran dan keyakinan.

10.Adikku Bayu Dwi Nurcahya yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi bagi

penulis terima kasih atas do’a, dukungan, kasih sayang dan keceriaannya.

11.Teman-teman mahasiswa Agrobisnis angkatan 2006 yang siap sukses

terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang akan selalu jadi

kenangan terindah.

12.Saudaraku, Kang Setyawan DH, Adhi Santoso, Bagus SP dan Eky Wahyu

Hidayat, terima kasih untuk pelajaran hidupnya.

13.Teman seperjuangan Agus Eko, Lukas Setyo, Joko Wibiwo, Hanif, Habib,

Vika, Prawita, Roro, Laksita dan Amel, terima kasih semangat dan

dukungannya.

14.Teman-temanku Agrobisnis angkatan 2007 dan 2008, 2009 dan seluruh

teman-teman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta terimakasih atas

kebersamaannya

15.Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, April 2011

(6)

commit to user

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 20

D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 24

E. Pembatasan Masalah ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 27

A. Metode Dasar Penelitian ... 27

B. Metode Penentuan Sampel ... 27

C. Jenis dan Sumber Data ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Metode Analisis Data ... 31

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 36

A. Keadaan Alam ... 36

B. Keadaan Penduduk ... 38

C. Keadaan Sarana Perekonomian... 41

D. Keadaan Pertanian ... 42

E. Keadaan Perindustrian ... 44

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Keragaan Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi ... 46

1. Identitas Responden ... 46

2. Proses Produksi Brem ... 48

3. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan ... 51

B. Perumusan Strategi ... 56

(7)

commit to user

vii

2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 63

3. Alternatif Strategi ... 74

C. Prioritas Strategi ... 77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 83

(8)

commit to user

viii

DAFTARTABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Jenis Industri di Setiap Desa di Kecamatan

Nguntoronadi ... 27

3.2 Jumlah Perajin Brem di Setiap Dusun di Kecamatan

Nguntoronadi ... 28

3.3 Matriks SWOT ... 33

3.4 Matriks QSP ... 34

4.1 Luas Wilayah Kabupaten Wonogiri Berdasarkan

Ketinggian dari Permukaan Laut ... 37

4.2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten

Wonogiri tahun 2008 ... 37

4.3 Keadaan Penduduk Kecamatan Nguntoronadi menurut

Umur Tahun 2008 ... 38

4.4 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Kecamatan Nguntoronadi Tahun 2008 ... 39

4.5 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

Kecamatan Nguntoronadi Tahun 2008 ... 40

4.6 Panjang Jalan Menurut Status Jalan, Jenis Permukaan

dan Kondisi Jalan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 .. 41

4.7 Sarana Perdagangan di Kabupaten Wonogiri Tahun

2008... 42

4.8 Penggunaan Lahan di Kecamatan Nguntoronadi Tahun

2008... 43

4.9 Data Kelompok Industri Kecil Potensial di Kabupaten

Wonogiri Tahun 2007 ... 44

4.10 Data Jenis dan Jumlah Unit Usaha Industri Kecil

Potensial di Kecamatan Nguntoronadi Tahun 2007 ... 45

5.1 Umur dan Pengalaman Usaha Responden Pengrajin

(9)

commit to user

ix

5.2 Lama Pendidikan Formal, Jumlah Anggota Keluarga

dan Jumlah Anggota Keluarga yang Aktif dalam Usaha Industri Brem pada Sentra Industri Brem Kecamatan

Nguntoronadi ... 47

5.3 Rata-Rata Biaya yang Dikeluarkan Pengrajin Brem pada

Sentra Industri Brem Kecamatan Nguntoronadi Selama

Bulan Agustus 2010... 51

5.4 Hasil Produksi Rata–Rata Rumah Tangga Industri pada

Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi Bulan

Agustus 2010... 54

5.5 Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Industri pada

Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi Bulan

Agustus 2010... 55

5.6 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Ancaman dalam Pengembangan Sentra Industri Brem di

Kecamatan Nguntoronadi... 73

5.7 Alternatif Strategi Matriks SWOT Pengembangan

Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi... 76

5.8 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pengembangan Sentra Industri Brem di Kecamatan

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kurva Daur Siklus Sentra ... 20

(11)

commit to user

xii

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

ARI GUSNANTO H0306041 RINGKASAN

Sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi potensial dikembangkan menjadi salah satu kearifan lokal yang dimiliki Kabupaten Wonogiri. Eksistensi sentra ini berkontribusi terhadap pembangunan daerah dalam penyerapan tenaga kerja dan memicu tumbuh kembang beberapa bentuk usaha pendukung terkait. Upaya pengambangan terhadap sentra ini sangat diperlukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri, kemudian merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan sentra industri brem tersebut.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif

analitis. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), di Desa

Bumiharjo dan Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Di dua desa inilah terdapat satu-satunya sentra industri brem di lingkup wilayah Kabupaten Wonogiri. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, (2) matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan sentra industri brem, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi pengembangan sentra industri brem.

Dalam pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri, faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah para pengusaha

yang berpengalaman, terdapat labour pool, terdapat komunitas agen

pemasaran/bakul, terdapat paguyuban pengrajin dan bakul, serta terdapat

(12)

commit to user

xiii

DEVELOPMENT STRATEGIES OF BREM INDUSTRIES CLUSTER IN NGUNTORONADI SUBDISTRICT OF WONOGIRI REGENCY

ARI GUSNANTO H0306041

SUMMARY

Brem industry cluster in Nguntoronadi Subdistrict is potential to be develop as local wisdom of Wonogiri Regency. The existence of this cluster has contribution in local building on labours absorbing and stimulate the growth and development some kind of rellevan supporting business. Development effort for this sentra is indispensable.

This research are aims to identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the development of brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency, formulate alternative strategies that can be applied and set priorities that can be applied in development of brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency.

The basic method of this research uses descriptive analytical method. The method to determine the location of the research done by purposive, which is in Gebang and Bumiharjo Villages of Nguntoronadi Subdistrict in Wonogiri Regency. There are in both villages come across the only brem industrial cluster in around Wonogiri Regency. Data used in this study are primary and secondary data. Analysis methods of data used are (1) SWOT analysis to identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats, (2) SWOT matrix is used to formulate alternative strategies for developing brem industrial cluster, and (3) matrix QSP to determine the priority of an brem industrial cluster development strategy.

(13)

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI KECAMATAN NGUNTORONADI

KABUPATEN WONOGIRI Ari gusnanto1

Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi.2

Ir. Agustono, M.Si.3 ABSTRACT

This research are aims to identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the development of brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency, formulate alternative strategies that can be applied and set priorities that can be applied in development of brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency.

On developing brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency, the key factors as a strengths includes experienced enterpreneurs, the disposal for labour pool, the existence of brem salesmans community, the existence of brem industrial cluster organization and the rashness for knowledge spill-over. The key factors as a weakness includes inovativeless enterpreneurs, the poorness of product promotions, the poor hygiene and punctual bend of brem piece, the bad form of brem packs and the poorness for enterpreneurs joint actions. The key factors as an opportunities includes the much of demand quantity, the disposal for productions ingredients, the government support and assistance, food manufactures technology developments and informations technology developments. The key factors as a threats includes raw materials price fluctuation, congener competitor product inovations, another kind competitors product promotions, limited government budget alocations and rainy seasons bad effects.

Strategies choices that could be aplicated includes increase salesmans role to extend and strengthen marketing networks, increase entrepreneurs teamworks for informations, idea, knowledge and problem solving share, using government support and assistance for labour quality increase and capital strengthen to increase production ability. The most priorited strategy to aplicated is using the government support and assistance for labour quality increase and capital strengthen to increase production ability.

Key Words: Strategy, Development, Brem, Wonogiri

Explanation:

1. The Department/Programme Social Economis Agricultural/Agrobusiness Agiculture Faculty Sebelas Maret University H 0306041

2. Lecture of main guide

(14)

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI KECAMATAN NGUNTORONADI

KABUPATEN WONOGIRI Ari gusnanto1

Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi.2

Ir. Agustono, M.Si.3 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri, kemudian merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan sentra industri brem tersebut.

Dalam pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri, faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah para pengusaha yang

berpengalaman, terdapat labour pool, terdapat komunitas agen pemasaran/bakul, terdapat

paguyuban pengrajin dan bakul, serta terdapat knowledge spill-over. Faktor-faktor yang

menjadi kelemahan adalah para pengusaha kurang inovatif, upaya promosi kurang, kualitas kepingan brem kurang rapi dan kurang higienis, kemasan kurang menarik, serta belum tercipta aksi bersama. Faktor-faktor yang menjadi peluang adalah permintaan tinggi, kebutuhan bahan untuk produksi terjamin, perhatian pemerintah berupa bantuan teknis dan keuangan, perkembangan teknologi pengolahan pangan, serta perkembangan teknologi informasi. Faktor-faktor yang menjadi ancaman adalah fluktuasi harga bahan baku, inovasi produk pesaing sejenis, promosi produk pesaing tak sejenis, alokasi anggaran pemerintah terbatas, serta dampak buruk musim penghujan (cuaca).

Alternatif strategi yang dapat diterapkan antara lain: meningkatkan peran agen pemasaran untuk memperluas dan memperkuat jaringan pemasaran, meningkatkan kerjasama antar pengusaha dalam berbagi informasi gagasan dan pemecahan masalah bersama, serta memanfaatkan bantuan teknis dan keuangan lembaga pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM dan memperkuat permodalan sentra guna meningkatkan kemampuan produksi. Strategi yang mendapat prioritas utama untuk diterapkan adalah memanfaatkan bantuan teknis dan keuangan lembaga pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM dan memperkuat permodalan sentra guna meningkatkan kemampuan produksi.

Kata Kunci: Strategi, Pengembangan, Brem, Wonogiri

Keterangan :

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0306041

2. Dosen Pembimbing Utama

(15)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kondisi krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan

beberapa investasi skala besar yang selama beberapa dekade mampu

menopang perekonomian Indonesia kolaps. Keadaan tersebut memicu

terjadinya krisis ekonomi yang diikuti berbagai permasalahan dalam negeri

yang semakin kompleks. Pemerintah pusat berupaya menanggulangi dampak

negatif dari kondisi tersebut dengan membuat dan memberlakukan beberapa

kebijakan dan peraturan baru. Salah satunya yaitu Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 diganti

dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah (Wasito, 2006).

Diberlakukannya undang-undang tersebut memberikan kewenangan

penuh kepada pemerintah daerah untuk menggali setiap potensi yang dimiliki

guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kewenangan tersebut

berlaku untuk setiap daerah termasuk Kabupaten Wonogiri yang merupakan

salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Menurut Wasito

(2006), sebagai perwujudan kewenangan dan tanggung jawab tersebut

pemerintah Kabupaten Wonogiri mencanangkan empat pilar pembangunan

yang berbasis pada pengembangan industri/agroindustri, pengembangan

perdagangan, pengembangan penanaman modal dan pengembangan koperasi

dan usaha kecil dan menengah.

Terkait basis pilar pembangunan tersebut, di Kabupaten Wonogiri

terdapat satu sentra agroindustri yang mengolah komoditas pertanian beras

ketan menjadi makanan olahan yang disebut dengan nama brem. Sentra

industri brem ini berada di Desa Bumiharjo dan Desa Gebang Kecamatan

Nguntoronadi. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri brem di Kecamatan

Nguntornadi termasuk dalam kategori jenis industri rumah tangga. Industri

rumah tangga adalah industri yang jumlah tenaga kerja berjumlah antara 1-4

(16)

commit to user

orang (Anonimb, 2006). Berdasarkan eksistensi dinamisnya, industri brem di

Kecamatan Nguntoronadi termasuk sentra industri. Sentra industri yaitu

kelompok jenis industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil

tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri

dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis (Azhary, 1986).

Sentra industri brem sangat potensial untuk dikembangkan menjadi

salah satu kearifan lokal yang dimiliki Kabupaten Wonogiri. Sentra industri

brem di Kecamatan Nguntoronadi merupakan aset yang sangat berharga bagi

bangsa Indonesia karena sentra industri brem ini merupakan satu-satunya

sentra industri di Indonesia yang memproduksi makanan khas yang biasa

dikenal sebagai brem putih atan Brem Wonogiri yang tidak dimiliki oleh

daerah-daerah lain. Berkaitan dengan pembangunan daerahpun sentra industri

brem di Kecamatan Nguntoronadi memiliki peran yang cukup besar.

Bentuknya yang berupa sentra industri menjadikannya sebagai salah satu

sektor informal yang membantu peran pemerintah daerah dalam menyerap

tenaga kerja, menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan

perkapita maupun pendapatan asli daerah. Mengelompoknya agroindustri

brem dalam satu wilayah juga memicu muncul dan berkembangnya berbagai

peluang usaha pendukung yang ada di sekitarnya. Bentuk-bentuk usaha

tersebut misalnya usaha pemasok bahan baku dan bahan produksi, budidaya

tanaman bahan baku produksi, usaha pemasaran brem dan sebagainya.

Potensi internal yang dimiliki sentra industri brem di Kecamatan

Nguntoronadi untuk berkembang saat ini cukup besar. Kerjasama antar unit

usaha dalam sentra industri ini akan memberikan kesempatan tumbuhnya

ruang belajar secara kolektif untuk meningkatkan kualitas produk dan pindah

ke segmen pasar yang lebih menguntungkan. Jaringan bisnis diantara

perusahaan, penyedia jasa layanan usaha (misal institusi pelatihan, sentra

teknologi, dan lain-lain) dan perumus kebijakan lokal, dapat mendukung

pembentukan suatu visi pengembangan lokal bersama dan memperkuat

tindakan kolektif untuk meningkatkan daya saing usaha industri brem.

(17)

commit to user

mengatasi hambatan akibat ukuran usaha industri brem dan berhasil

mengatasi persaingan dalam suatu lingkungan pasar yang semakin kompetitif.

Melihat begitu strategis peran dan potensi yang dimiliki sentra industri

brem di Kecamatan Nguntoronadi, tentu upaya pengembangan terhadap

sentra industri tersebut saat ini sangat perlu untuk dilakukan. Upaya

pengembangan harus disertai dengan strategi baru yang lebih tepat untuk

memetakan target-target perkembangan aktual yang ingin dicapai.

Berdasarkan argumen inilah peneliti berupaya melakukan analisis terhadap

sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi untuk menyusun strategi

yang tepat bagi pengembangan sentra industri tersebut.

B. Perumusan masalah

Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No:

32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman

Penumbuhan dan Pengembangan Sentra UKM, Sentra didefinisikan sebagai

pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat UKM yang

menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang

sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster.

Sedangkan klaster adalah pusat kegiatan UKM pada sentra yang telah

berkembang, ditandai oleh munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih

maju, terjadi spesialisasi proses produksi pada masing-masing UKM dan

kegiatan ekonominya saling terkait dan saling mendukung (Anonimc, 2006).

Apabila pengertian sentra dan klaster didasarkan pada uraian diatas,

maka tampak perbedaan diantara keduanya bahwa sentra dipandang dengan

konsep aglomerasi ekonomi sebagai sebatas pengelompokan industri secara

sektoral dan secara geografis sedangkan kluster dipandang sebagai

pengelompokan industri tidak hanya secara geografis namun juga secara

fungsional keterkaitan antar perusahaan dalam sentra telah membentuk

kerjasama yang harmonis dan saling mendukung. Berdasarkan kondisi

situasional selama ini, sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi lebih

(18)

commit to user

tentunya memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi klaster. Hal ini

menunjukkan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah memunculkan

tanda-tanda klaster dalam tubuh sentra industri brem berdasarkan posisi

strategis sentra saat ini. Upaya tersebut dapat dicapai dengan strategi

pengembangan.

Sebagaimana diungkapkan Rangkuti (2006), strategi merupakan

respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman

eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi

perusahaan. Objek penelitian ini adalah sebuah sentra industri yang terdiri

dari beberapa industri di dalamnya. Berdasarkan kondisi tersebut maka

batasan-batasan lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang dianalisis

adalah lingkungan eksternal dan lingkungan internal sentra. Lingkungan

eksternal mencakup variabel-variabel kesempatan dan ancaman yang berada

di luar sentra industri brem yang merujuk pada peristiwa dan kecenderungan

ekonomi, sosial, budaya, pemerintahan, teknologi, dan persaingan.

Sedangkan lingkungan internal mencakup variabel-variabel kekuatan dan

kelemahan sentra industri brem yang merujuk pada karakteristik sistem

informasi dan manajemen sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi

serta karakteristik komulatif dari keseluruhan rumah tangga industri yang

terdapat dalam sentra industri tersebut (manajemen keungan, sumber daya

manusia, pemasaran dan operasional produksi).

Deskripsi tentang peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki sentra industri tersebut kemudian digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam proses perumusan strategi yang hendak diciptakan.

Orientasi perumusan strategi tersebut adalah memanfaatkan peluang eksternal

dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal serta berusaha

menonjolkan kekuatan internal dan menghapus kelemahan internal.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

(19)

commit to user

1. Bagaimanakah keragaan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi?

2. Lingkungan-lingkungan internal dan eksternal apa saja yang dapat menjadi

kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi sentra industri

brem di Kecamatan Nguntoronadi?

3. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan bagi pengembangan

sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi?

4. Prioritas strategi apa yang paling tepat diterapkan untuk mengembangkan

sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi?

C. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, kaitannya dengan usaha

industri brem skala rumah tangga di Kecamatan Nguntoronadi adalah:

1. Menganalisis keragaan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.

2. Mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dapat

menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi sentra

industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.

3. Menentukan alternatif strategi dalam pengembangan sentra industri brem

di Kecamatan Nguntoronadi.

4. Menentukan prioritas strategi yang paling tepat diterapkan untuk

mengembangkan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.

D. Kegunaan penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan

serta merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar

sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan alternatif untuk mengembangkan usahanya.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam pengkajian pada masalah yang sama.

4. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran terhadap penetapan kebijakan, terutama kaitannya

(20)

commit to user II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Windani (2007), dalam penelitian berjudul “Strategi Pengembangan

Agroindustri Amplang pada Perusahaan Mawar Sari di Kota Samarinda”.

Menyatakan bahwa strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan

agroindustri amplang pada Perusahaan Mawar Sari di Kota Samarinda antara

lain:

1. Meningkatkan volume produksi dan pelayanan kepada konsumen untuk

meningkatkan penjualan.

2. Memanfaatkan pembinaan dan pelatihan dari instansi terkait dalam

pengembangan dan pengelolaan perusahaan.

3. Membina dan mempertahankan hubungan baik antara perusahaan dengan

pemasok

4. Perbaikan sistem manajemen dan kualitas sumber daya manusia untuk

meningkatkan profesionalisme dan kemampuan manajerial melalui

pelatihan.

5. Menjamin kontinuitas bahan baku utama.

6. Memanfaatkan bantuan pemerintah untuk meningkatkan modal dan

promosi.

7. Mempertahankan image produk.

8. Memperluas jaringan distribusi.

9. Memperluas pengenalan produk kepada masyarakat atau konsumen.

Mumpuni (2009), melakukan penelitian dengan judul “Strategi

Pengembangan Sentra Industri Kecil Emping Garut di Kecamatan Andong

Kabupaten Boyolali”. Hasil analisis SWOT pada penelitian tersebut

menyimpulkan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam usaha

pengembangan Sentra Industri Kecil Emping Garut di Kecamatan Andong

antara lain:

(21)

commit to user

1. Mempertahankan kualitas, hubungan dengan konsumen, jaringan distribusi

dan kemitraan untuk bertahan di pasaran.

2. Meningkatkan produktivitas dan koordinasi antara instansi yang terkait

dalam permodalan dan pengembangan budidaya tanaman garut serta sentra

industri kecil emping garut.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya pengrajin secara teknis dan pemberian

motivasi usaha melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan

produktivitas dan daya saing emping garut.

Berdasarkan matriks QSP dalam penelitian tersebut, alternatif strategi

yang paling tepat untuk diterapkan adalah meningkatkan produktivitas dan

koordinasi antara instansi yang terkait dalam permodalan dan pengembangan

budidaya tanaman garut serta sentra industri kecil emping garut.

Aspek yang dianalisis dari kedua penelitian tersebut identik dengan

penelitian penulis yaitu mengenai alternatif strategi pengembangan bagi

usaha agroindustri. Penulis menjadikan kedua penelitian terdahulu tersebut

sebagai referensi dalam penelitian penulis untuk menganalisis alternatif

strategi yang tepat dalam pengembangan usaha industri brem di Kecamatan

Nguntoronadi.

B. Tinjauan pustaka 1. Brem

Brem adalah makanan yang berasal dari sari ketan yang dimasak dan

dikeringkan, merupakan hasil dari fermentasi ketan hitam yang diambil

sarinya saja yang kemudian diendapkan dalam waktu sekitar sehari

semalam.Sensasi makanan ini muncul ketika makanan dimasukkan ke

dalam mulut akan langsung mencair dan lenyap meninggalkan rasa

semriwing di lidah. Dikenal beberapa bentuk brem yang terdapat di

pasaran, berupa makanan dan minuman. Brem berupa makanan terkenal

dari Madiun dan Wonogiri, sedangkan yang berupa cairan berasal dari

(22)

commit to user 2. Brem Wonogiri

Brem dari Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, berbentuk

lempeng pipih bundar dengan diameter rata-rata 5 cm dan ketebalan

sekitar 0,3 cm. Brem asal Wonogiri berwarna putih dan proses

pengeringannya melalui dijemur langsung dibawah panas terik matahari

selama tiga hari (Anonim, 2010).

Brem adalah makanan kecil yang bahannya dibuat dari kristal olahan

air tape ketan. Pembuatan brem di Kabupaten Wonogiri, tumbuh menjadi

industri rumah tangga warga Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi

(lebih kurang 25 kilometer arah selatan Kota Wonogiri) (Pur, 2003).

Pengembangan industri brem di Kabupaten Wonogiri sudah

berlangsung sejak lama. Pengembangan industri ini dilakukan secara

tradisional dan secara turun temurun selama puluhan tahun atau bahkan

sampai ratusan tahun silam. Disamping itu, limbah industri brem ini bisa

dimanfaatkan untuk makanan ternak sebagai pemacu penggemukan sapi.

Oleh karena itu, hampir setiap penduduk yang menggeluti industri brem

ini dipastikan juga memiliki usaha ternak. Pada proses pembuatan

makanan brem, dari bahan dasar yang diproses, hanya sekitar 30% yang

berhasil menjadi makanan brem. Sisanya 70% menjadi limbah yang

berupa air dan ampas beras (Anonima, 2006).

3. Industri Kecil

Menurut Azhari (1986), industri kecil mempunyai pengertian yang

berbeda di berbagai negara. Di Indonesia industri kecil didefinisikan

sebagai sebuah unit usaha industri yang mempekerjakan antara 5-19 orang.

Berdasarkan eksistensi dinamisnya, industri kecil (dan rumah tangga) di

Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga kelompok kategori yaitu :

a. Industri lokal, yaitu kelompok jenis industri yang menggantungkan

kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas, serta

relatif tersebar dari segi lokasinya.

b. Industri sentra, yaitu kelompok jenis industri yang dari segi satuan

(23)

commit to user

atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang

menghasilkan barang sejenis.

c. Industri mandiri, yaitu kelompok jenis industri yang masih mempunyai

sifat-sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadakan

teknologi produksi yang cukup canggih.

Menurut Anonim (2009), Industri Kecil dan Menengah (IKM) di

Indonesia memegang peranan sentral dan strategis dalam pembangunan

ekonomi kerakyatan dan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar yaitu

97,85 % pada tahun 2001. Jika IKM mendapat perhatian khusus dengan

pola pengembangan dan kebijakan yang terarah maka akan menjadi tulang

punggung (backbone) bangkitnya sektor riil di Daerah.

4. Industri sentra a. Definisi

Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan

UKM No: 32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang

Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra UKM, Sentra

didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu

dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan baku/sarana yang

sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki

prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sedangkan klaster

adalah pusat kegiatan UKM pada sentra yang telah berkembang,

ditandai oleh munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju,

terjadi spesialisasi proses produksi pada masing-masing UKM dan

kegiatan ekonominya saling terkait dan saling mendukung. Dari

definisi ini, tampak bahwa klaster adalah bentuk lain dari sentra yang

telah berkembang dan maju (Anonimc, 2006).

b. Fungsi dan potensi

Sentra-sentra industri yang di dalamnya terdapat industri kecil

dan menengah (IKM), telah memperoleh keuntungan karena berada

di dalam suatu wilayah yang berdekatan (geographical proximity). Di

(24)

commit to user

khusus dan sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan (labour

pool) dan adanya pertukaran informasi dan gagasan (knowledge

spill-over) (Marshall dalam Marijan,2005).

Keuntungan-keuntungan yang didapat dari kedekatan dengan

perusahaan-perusahaan lain itu disebut penghematan eksternal

(external economies). Keuntungan demikian berbeda dengan

keuntungan akibat penghematan internal (internal economies), yakni

penghematan-penghematan biaya yang terjadi di dalam suatu unit

perusahaan itu sendiri, termasuk adanya efisiensi. Hanya saja, adanya

external economies itu tidak serta merta melahirkan adanya kluster

industri yang dinamis (Marijan, 2005).

Schmitz dalam Marijan (2005) mengemukakan bahwa kluster

industri bisa berlangsung secara dinamis dan menguntungkan

unit-unit usaha yang ada di dalamnya kalau mampu melahirkan apa yang

disebut collective efficiency (efisiensi kolektif). Collective efficiency

adalah keunggulan kompetitif yang disebabkan oleh external

economies dan joint action (aksi bersama).

Menurut Marijan (2005), Efesiensi kolektif yang disebabkan

oleh external economies pada dasarnya bersifat pasif. Keuntungan

yang diperoleh lebih banyak disebabkan oleh lokasi yang sama.

Melalui lokasi yang sama ini, perusahaan-perusahaan yang ada di

dalamnya secara mudah bisa memperoleh tenaga kerja yang

dibutuhkan. Lokasi yang sama juga akan memudahkan

perusahaan-perusahaan itu berhubungan dengan para suppliers dan buyers. Relasi

antar perusahaan yang ada di dalam kluster itu akan bersifat dinamis

manakala perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya mengadakan

aksi bersama. Aksi bersama itu, khususnya, berkaitan dengan upaya

untuk mengatasi masalah bersama.

Ketika IKM itu menghadapi masalah permodalan, misalnya,

mereka bisa membentuk kelompok dan membuat kerangka kerja

(25)

commit to user

yang akan memberi pinjaman. Demikian juga ketika menghadapi

masalah-masalah lain seperti masalah teknologi dan pemasaran

hasil-hasil produksi. Di dalam aksi bersama itu tidak berarti bahwa semua

perusahaan-perusahaan yang ada di dalam kluster industri itu serentak

melakukan hal yang sama. Aksi bersama itu bisa dilakukan oleh

sekelompok kecil perusahaan. Di dalam proses produksi, misalnya,

ada perusahaan-perusahaan yang melakukan penggarapan sampai

setengah jadi, sedangkan proses penyelesiannya (finishing) bisa

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang lain. Dengan demikian,

antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain terdapai

relasi yang saling menguntungkan.

c. Tahap perkembangan

Tahap Perkembangan Sentra, menunjukkan tahapan

perkembangan sebuah sentra, mulai dari terbentuk, tumbuh,

berkembang, dan Evolusi. Daur ini diadopsi dari perkembangan

sentra menurut Marshall. Jika tambahan perkuatan menghasilkan

penurunan produktivitas, maka diduga bahwa rata-rata sentra yang

difasilitasi berada dalam tahapan yang sedang berevolusi. Ciri-ciri

masing-masing tahap perkembangan adalah:

1) Sentra dalam tahap baru terbentuk baru memiliki 1 atau 2 unit

usaha innovator/pioneer yang memulai usahanya, dan Tenaga

kerja didatangkan dari daerah lain

2) Sentra tumbuh memiliki unit usaha baru yang bermunculan

meniru produk innovator, tenaga kerja berdatangan dari daerah

lain, dan tenaga kerja lokal mulai terlibat

3) Sentra berkembang dicirikan dengan termasuk ke dalam kategori

unit usaha baru bermunculan meniru produk innovator atau

menciptakan produk modifikasi, tenaga kerja menetap, banyak

tenaga kerja lokal terlibat penuh, munculnya unit usaha pemasok

(26)

commit to user

pengumpul/individu yang bertindak sebagai agen penjualan, dan

Pemerintah Daerah membentuk institusi pendukung.

4) Sentra berevolusi tampak dari pengusaha besar dalam sentra

mulai mencari produk baru yang lebih baik di luar produk saat

ini, Perusahaan pemasok bahan baku termasuk ke dalam

kategori berkembang, institusi bentukan pemerintah daerah

berfungsi dengan efektif, dan daya saing produk sentra kuat dan

berkelanjutan

5) Sentra sedang berevolusi (turun) jika jumlah unit usaha dalam

sentra menurun, pengusaha memilih berusaha di bidang lain,

pasokan bahan baku berkurang, pemerintah daerah tidak

menganggap sentra strategis, dan daya saing produk sentra

berkurang.

Pandangan terhadap tahap sentra menunjukkan bahwa

kebanyakan sentra agribisnis yang diamati berada dalam tahapan

dewasa. Sentra dalam tahapan dewasa biasanya sudah terbentuk lama,

mulai kehilangan batas-batasnya dan menggunakan peralatan yang

cenderung usang. Dalam kasus sentra agribisnis, maka sentra

cenderung telah berusia lebih dari 15 tahun, menggunakan daya

dukung lahan yang semakin menyempit dan bibit yang semakin

terdegradasi. Sentra agribisnis yang ada dalam tahap dewasa

sesungguhnya menyimpan potensi masalah sebesar peluang evolusi

naik yang mungkin dilakukan. (Anonimc, 2006).

d. Kelemahan

Potensi IKM di Indonesia sebenarnya sangat besar. Hanya saja,

potensi yang besar itu belum termaksimalkan. Salah satu kelemahan

dari sektor industri yang mengelompok (clustered) adalah bahwa

mereka cenderung hanya menikmati keuntungan-keuntungan akibat

lokasi yang sama (external economies). Mereka belum maksimal

memanfaatkan jaringan untuk bekerjasama (joint action) guna

(27)

commit to user

IKM itu bisa terus tumbuh berkembang, langkah strategis yang perlu

dilakukan adalah mendorong munculnya modal sosial di antara

pelaku usaha di kelompok kluster, upgrading teknologi dan kualitas

produk, dan networking di pasar internasional (Marijan,2005).

5. Pendapatan, Biaya dan Penerimaan

Menurut Djuwari (1994), Pendapatan usahatani dapat dianalisis

dengan dua pendekatan :

a. Pendekatan pendapatan

Digunakan jika usahatani yang dikelola bersifat subsisten dan tidak

berorientasi keuntungan. Pendapatan diperoleh dari mengurangi

pene-rimaan dengan biaya yang secara nyata dikeluarkan untuk faktor

produksi yang berasal dari luar.

b. Pendekatan keuntungan/perusahaan

Digunakan jika usahatani yang dikelola bersifat komersil atau untuk

memaksimumkan keuntungan. Keuntungan merupakan selisih dari

pe-nerimaan dengan biaya yang secara nyata digunakan untuk biaya

fak-tor produksi yang berasal dari luar dan biaya untuk fakfak-tor produksi

mi-lik sendiri misalnya sewa lahan mimi-lik petani sendiri, tenaga kerja

ke-luarga dan bunga modal milik sendiri.

Menurut Simamora (1999), Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara

kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan

memberikan keuntungan pada saat ini atau di masa mendatang bagi

perusahaan. Biaya berkaitan dengan segala jenis perusahaan bisnis,

non-bisnis, jasa, eceran dan pabrikasi. Biaya dikeluarkan untuk menghasilkan

manfaat-manfaat di masa depan. Perusahaan yang berorientasi laba,

manfaat-manfaat di masa depan biasanya berarti pendapatan. Pada

umumnya, jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dan cara biaya tersebut

diklasifikasikan tergantung pada jenis organisasinya.

Gasperz (1999), mengungkapkan bahwa biaya total merupakan

keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan, yaitu merupakan

(28)

commit to user

biaya tetap (fixed cost) adalah biaya produksi yang timbul karena

penggunaan faktor produksi yang tetap, sehingga biaya yang dikeluarkan

untuk membiayai faktor produksi juga tetap tidak berubah walaupun julah

barang yang dihasilkan berubah-ubah. Dalam jangka pendek yang

termasuk biaya tetap adalah biaya untuk mesin dan peralatan, upah dan

gaji tetap untuk tenaga kerja dan karyawan.

Sedangkan biaya variabel menurut Simamora (1999), adalah biaya

yang jumlah keseluruhannya berubah sebanding dengan perubahan tingkat

aktivitas bisnis. Dengan demikian apabila aktifitas meningkat sepuluh

persen, maka jumlah biaya variabel per unit jumlahnya tetap pada saat

terjadi perubahan tingkat aktivitas. Aktivitas dapat dinyatakan dalam

beberapa cara, seperti unit yang dihasilkan, unit yang dijual, jasa mesin

yang dioperasikan, dan seterusnya. Contoh-contoh biaya variabel dalam

perusahaan fabrikan adalah biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja

langsung.

Diungkapakan oleh Herlambang (2002) bahwa berdasarkan harga

pasar P dan jumlah output perusahaan adalah Y, maka penerimaan total

(TR) perusahaan adalah PY. Apabila terjadi perubahan jumlah output (Y)

berarti memerlukan perubahan pemakaian input sama artinya dengan

terjadi perubahan biaya. Selain itu akan mengakibatkan terjadinya

perubahan penerimaan perusahaan.

6. Arti Penting Strategi

Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan

manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk

merealisasikannya. Disamping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan

perusahaan dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh

karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi

mempunyai konsekuensi multifungsional dan multidivisional dan dalam

perumusannya memerlukan pertimbangan faktor-faktor internal maupun

(29)

commit to user

Produsen perlu memahami perubahan yang terjadi di lingkungan

internal dan eksternal perusahaannya guna memperoleh keuntungan dari

peluang produksi, investasi dan perdagangan saat ini serta pengaruh

peluang-peluang tersebut terhadap daya saing. Mereka dapat

mengantisipasi dan meresponnya dengan cara perencanaan secara efektif

(Samad, 2009). Perencanaan memiliki tiga keuntungan pokok; identifikasi

terhadap peluang dimasa depan, antisipasi dan penghindaran terhadap

permasalahan-permasalahan di masa depan, perkembangan strategi dan

tindakan-tindakan taktis (Anon dalam Samad, 2009). Perkembangan

kemungkinan-kemungkinan alternatif strategi bergantung pada seberapa

jauh kemampuan produsen dalam menganalisis lingkungan internal dan

eksternalnya guna mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan daya saing,

peluang dan ancaman potensial bagi usaha tersebut (Samad, 2009).

Selain itu menurut Rangkuti (2006), strategi merupakan respon

secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman

eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi

perusahaan. Diungkapkan pula oleh Grant (1995), Pentingnya strategi

bisnis adalah untuk menentukan cara perusahaan dalam mengembangkan

sumber daya yang dimiliki dalam lingkungannya sehingga dapat mencapai

sasaran jangka panjang serta bagaimana caranya mengorganisir

perusahaan untuk mengimplementasikan strategi tersebut.

7. Perumusan Strategi

Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang

untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan,

dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Strategi yang

dirumuskan bersifat lebih spesifik tergantung kegiatan fungsional

manajemen (Hunger and Wheelen, 2003).

Menurut David (2004), perumusan strategi mencakup kegiatan

mengembangkan visi dan misi suatu usaha, mengidentifikasi peluang dan

ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan

(30)

commit to user

membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih

strategi tertentu untuk digunakan.

Dengan demikian, perencanaan strategis merupakan bagian dari

manajemen strategis. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk

pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi

(evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi yang

memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan di masa datang. Jadi,

perencanaan strategis lebih terfokus pada bagimana manajemen puncak

menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk mencapai

tujuan perusahaan jangka panjang (Umar, 2003).

a. Analisis Situasi/SWOT

Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi.

Selain itu, analisis situasi juga mengharuskan para manajer strategis

untuk menemukan kesesuaian startegis antara peluang-peluang

eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, di samping memperhatikan

ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal.

(Hunger and Wheelen, 2003).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan

dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus

menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut

dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis

(31)

commit to user 1) Analisis Situasi Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel

(kesempatan dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan

tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari

manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk

keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan

eksternal memiliki dua bagian yaitu lingkungan kerja dan

lingkungan sosial (Hunger and Wheelen, 2003).

Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan

tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,

hukum, pemerintahan, teknologi, dan persaingan yang dapat

menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di

masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar di luar kendali

suatu organisasi. Perusahaan harus merumuskan strategi untuk

memanfaatkan peluang-peluang eksternal dan untuk menghindari

atau mengurangi dampak ancaman eksternal (David, 2004).

2) Analisis Situasi Internal

Kekuatan dan kelemahan internal adalah segala kegiatan

dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik

atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut ada dalam kegiatan

manajemen, pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operasi,

penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen

di setiap perusahaan. Setiap organisasi berusaha menerapkan

strategi yang menonjolkan kekuatan internal dan berusaha

menghapus kelemahan internal (David, 2004).

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan

dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak

dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak.

Variabel-variabel tersebut merupakan bentuk suasana dimana

pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur,

(32)

commit to user b. Analisis Strategi

Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat

diintegrasikan ke dalam kerangka pembuatan keputusan tiga tahap.

Tahap 1 dari kerangka perumusan terdiri dari Matriks EFE, Matriks

EFI, dan Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profil Matrix-CPM)

disebut Tahap Masukan (Input Stage). Tahap 1 meringkas informasi

masukan dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

Tahap 2 disebut Tahap Pencocokan (Matching Stage), fokus pada

upaya menghasilkan strategi alternatif yang dapat dijalankan (feasible)

dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal. Teknik-teknik

tahap 2 terdiri dari Matriks Threats Opportunities Weaknesses

Strengths (TOWS) atau Ancaman Peluang Kelemahan Kekuatan,

Matriks BCG (Boston ConsultingGroup), Matriks Internal Eksternal

(IE), dan Matriks Grand Strategy (Strategi Induk).

Tahap 3 disebut Tahap Keputusan (Decision Stage),

menggunakan satu macam teknik, yaitu Quantitative Strategic

Planning Matrix (QSPM). QSPM menggunakan informasi masukan

dari Tahap 1 untuk secara objektif mengevaluasi strategi alternatif

dapat dijalankan yang diidentifikasi dalam Tahap 2. QSPM

mengungkap daya tarik relatif dari strategi alternatif dan karena itu

menjadi dasar objektif untuk memilih strategi spesifik (David, 2004)

1) Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk

membantu para manajer mengembangkan 4 tipe strategi. Keempat

strategi yang dimaksud adalah strategi SO (Strength-Opportunity),

strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (

Strength-Threat) dan strategi WT (Weakness-Threat). Pada matriks ini,

menentukan key success factors untuk lingkungan internal dan

eksternal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutuhkan

(33)

commit to user

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan

kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang

eksternal. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan

untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang

eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman

menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau

mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT atau strategi

kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan

untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman

eksternal (David, 2004).

2) QSPM

QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan

kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan.

Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan

menentukan dampak kumulatif dari masing-masing faktor

keberhasilan kritis internal dan eksternal (David,2004).

QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli

strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara

objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang

telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan

QSPM adalah untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative

attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah

dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik

untuk diimplementasikan. Seperti alat analisis untuk

memformulasikan strategi lainnya, QSPM juga membutuhkan

(34)

commit to user C. Kerangka teori pendekatan masalah

Teori daur siklus sentra menyatakan bahwa pertumbuhan sebuah

sentra akan mengikuti sebuah daur yang tetap yaitu perkenalan, tumbuh,

dewasa, dan menurun. Perpindahan antar tahapan ini, salah satunya, dicirikan

oleh perubahan arah pertambahan penjualan. Pada awal pertumbuhan dan

perkembangannya, penjualan biasanya memiliki pertambahan yang

positif-meningkat, sedangkan pada tahap dewasa dan menurun, biasanya memiliki

pertambahan penjualan yang semakin menurun bahkan negatif. Jika secara

rata-rata produktifitas sentra menurun setelah mendapat perkuatan, maka

salah satu kemungkinannya adalah karena sentra yang diperkuat sebenarnya

telah berada dalam tahap siklus yang dewasa atau menurun (Anonimc, 2006)

Gambar 1. Kurva Daur Siklus Sentra

Penelitian dimulai dengan mengetahui deskripsi umum dari sentra

industri brem di Kecamatan Nguntoronadi. Kemudian untuk mengetahui

faktor kunci perusahaan, dilakukan analisis Strength, Weakness,

Opportunities and Threats (SWOT) dengan mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan lingkungan internal serta peluang dan ancaman lingkungan

eksternal. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk memperoleh

informasi mengenai sumber daya manusia, pemasaran, produksi dan

(35)

commit to user

Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk memperoleh informasi

mengenai teknologi, persaingan, kondisi sosial budaya dan kebijakan

pemerintah yang merupakan peluang dan ancaman bagi perusahaan.

Dengan mencocokkan faktor-faktor kunci yang menjadi peluang,

ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan menggunakan matriks

Strength, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) maka akan

dirumuskan alternatif strategi bagi perusahaan. Analisis alternatif strategi

dengan matriks SWOT digambarkan dalam bentuk matriks dengan empat

kemungkinan alternatif, strategi penyesuaian kekuatan dengan peluang (S-O),

kelemahan dengan peluang (W-O), kekuatan dengan ancaman (S-T) dan

strategi penyesuaian kelemahan dengan ancaman (W-T).

Matriks SWOT terdiri atas sembilan sel, empat sel masing-masing

untuk faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta satu sel

kosong yang terletak di pojok kiri atas. Empat sel sisanya merupakan

pengembangan dari sel kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang

berguna untuk menghasilkan kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi

S-O, strategi W-S-O, strategi W-T dan strategi S-T.

Dengan demikian, ada delapan tahapan penentuan alternatif strategi

dengan menggunakan matriks SWOT:

1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal usaha industri brem.

2. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal usaha industri brem.

3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal usaha industri brem.

4. Menentukan faktor-faktor kelemahan internal usaha industri brem.

5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi S-O.

6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk

memperoleh strategi W-O.

7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk

merumuskan strategi S-T.

8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk

(36)

commit to user

Kemudian aternatif strategi hasil Matriks SWOT tersebut diolah

dengan analisis yang lebih objektif dan intuisi yang baik dalam matriks QSP

untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan

lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Alternatif strategi yang

memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang

paling baik untuk diterapkan pada perusahaan.

Dari uraian di atas dapat disusun dalam bagan kerangka teori

(37)

commit to user

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian Sentra industri brem

di Kecamatan Nguntoronadi

Formulasi Strategi Perusahaan (Matriks SWOT)

Matriks Quantitive Strategic

Planning (QSP) Lingkungan internal

a. Kondisi keuangan

b. Sumber daya

manusia

c. Pemasaran

d. Produksi/operasion

Lingkungan eksternal

a. Kondisi perekonomian

b. Persaingan

c. Kondisi sosial budaya

d. Pemerintahan

e. Teknologi

Analisis SWOT

(Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman)

Strategi pengembangan paling tepat

(38)

commit to user

D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Usaha industri brem di Kecamatan Nguntoronadi adalah usaha

agroindustri berskala rumah tangga yang berbentuk sentra industri di

Kecamatan Nguntoronadi yang mengolah produk pertanian beras ketan

menjadi produk olahan brem.

2. Agroindustri adalah suatu unit usaha yang mengubah produk pertanian

menjadi barang yang lebih berguna bagi masyarakat.

3. Sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi adalah sekelompok

UKM yang bergerak pada usaha industri yang dari segi output

menghasilkan produk sejenis yaitu brem putih yang membentuk suatu

pengelompokan atau kawasan produksi di lingkup wilayah Kecamatan

Nguntoronadi.

4. Strategi adalah respon yang bersifat kontinu dan adaptif terhadap peluang

dan ancaman faktor eksternal serta kekuatan dan kelemahan faktor

internal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang sentra industri.

5. Pengembangan adalah suatu proses pembangunan secara bertahap dan

teratur dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen strategis

pada sentra industri sehingga terjadi perubahan secara positif dari segi

kualitas dan kuantitas hasil produksi.

6. Srategi pengembangan usaha dilakukan melalui analisis kekuatan

(srength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman

(threats) pada setiap subsistem sentra industri.

7. Biaya yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya yang

benar-benar dikeluarkan oleh pengusaha brem mulai dari pembelian bahan baku

hingga penjualan produk selama bulan agustus 2010. Pengukuran

variabel biaya dilakukan dengan menghitung nilai mean dari hasil

penjumlahan biaya bahan baku, biaya operasional dan biaya penjualan

masing-masing rumah tangga industri.

8. Penerimaan usaha industri brem adalah nilai produk total dari usaha

industri brem yang diterima oleh pengusaha brem yang merupakan

(39)

commit to user

produk selama bulan agustus 2010. Pengukuran variabel biaya dilakukan

dengan menghitung nilai mean dari hasil mengalikan jumlah produk

brem dengan harga jual brem masing-masing rumah tangga industri.

9. Pendapatan usaha industri brem adalah selisih antara total penerimaan

pengusaha industri brem dengan total biaya mengusahakan yang

dikeluarkan dalam kegiatan usaha industri brem selama bulan agustus

2010. Pengukuran variabel pendapatan dilakukan dengan menghitung

nilai mean dari hasil mengurangkan biaya terhadap pendapatan

masing-masing rumah tangga industri.

10. Lingkungan internal meliputi SDM, pemasaran, produksi dan teamwork

pengusaha merupakan variabel-variabel internal sentra industri yang

dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.

11. Lingkungan eksternal meliputi keadaan ekonomi, persaingan,

pemerintahan, kondisi alam dan teknologi berperan sebagai

variabel-variabel di luar sentra industri yang menentukan peluang dan ancaman

bagi sentra industri.

12. Kekuatan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

sentra industri dan merupakan keunggulan bagi pelaksanaan

pengembangan sentra industri tersebut.

13. Kelemahan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari

dalam sentra industri dan merupakan keterbatasan atau kekurangan bagi

pelaksanaan pengembangan sentra industri.

14. Peluang dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

sentra industri dan bersifat menguntungkan bagi pelaksanaan

pengembangan sentra industri.

15. Ancaman dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

sentra industri dan bersifat mengganggu keberlangsungan pelaksanaan

pengembangan sentra industri yang tidak dapat dikendalikan pengusaha.

16. Analisis SWOT adalah merupakan suatu analisis situasi yang mencakup

(40)

commit to user

17. Matriks Strength, Weakness, Opportunity and Threats (Matriks SWOT)

adalah matriks yang akan digunakan untuk menyusun berbagai alternatif

strategi pengembangan usaha agroindustri melalui strategi SO, WO, ST,

dan WT.

18. Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah matriks yang

digunakan untuk menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

yang didasarkan pada seberapa jauh faktor-faktor kunci internal dan

eksternal dimanfaatkan atau ditingkatkan. Pengukuran variabel daya tarik

relatif dilakukan dengan cara menghitung dampak komulatif dari

masing-masing faktor kunci internal dan eksternal berdasarkan nilai modus dari

jawaban responden.

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan pada sentra industri brem di Kecamatan

Nguntoronadi.

2. Analisis usaha yang dibahas meliputi analisis biaya, penerimaan dan

pendapatan usaha.

3. Lingkungan eksternal yang dibahas meliputi kondisi perekonomian,

persaingan, pemerintahan, kondisi alam dan teknologi.

4. Lingkungan internal yang dibahas meliputi sumber daya manusia,

pemasaran, produksi/operasional dan teamwork antar pengusaha.

5. Alat analisis yang digunakan terdiri dari analisis usaha, analisis SWOT

(41)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptif analitis. Metode

ini memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada

masa sekarang dan bertitik tolak pada data yang dikumpulkan. Data yang

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis

berdasarkan teori-teori yang relevan (Surakhmad, 1994).

B. Metode Penentuan Sampel 1. Metode Penentuan Lokasi

Lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja/purposive oleh

peneliti. Metode purposive yaitu penentuan daerah diambil secara

sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan

tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Lokasi penelitian yaitu di Desa Bumiharjo dan Desa Gebang,

Kecamatan Nguntoronadi. Alasan penentuan lokasi penelitian ini adalah

karena berdasarkan data sekunder dari Dinas Perindustrian, Perdagangan,

Koperasi dan UKM Kabupaten Wonogiri, sentra industri brem di lingkup

Kecamatan Nguntoronadi hanya terdapat di dua desa tersebut.

Tabel 3.1 Jenis Industri di Setiap Desa di Kecamatan Nguntoronadi.

No Desa/Kelurahan Jenis Industri

1. Gebang Brem, Tempe.

2. Pondoksari Tempe, Mebel.

3. Semin Pati pohong, Tempe, Mebel.

4. Bulurejo Anyaman bambu, Tempe.

5. Kulurejo Tempe.

6. Beji Tempe.

7. Bumiharjo Tempe, Brem.

8. Kedungrejo Tempe, Penjahit.

9. Ngadipiro Tempe.

10. Wonoharjo Tempe, Mebel.

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2007.

Gambar

Gambar 1. Kurva Daur Siklus Sentra
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian commit to user
Tabel 3.1 Jenis Industri di Setiap Desa di Kecamatan Nguntoronadi.
Tabel 3.2 Jumlah Perajin Brem di Setiap Dusun di Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di Desa Trigadu, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas. Dalam penelitian ini diwawancarai 3 informan yang berprofesi sebagai pencari ikan

P emerintah Daerah dan masyarakat sipil di Kalimantan Tengah sangat berharap dapat berperan besar dalam banyak program dan kegiatan terkait dengan penurunan emisi karbon

Data minimum ialah minimum ialah data data yang paling yang paling sederhana yang sederhana yang masih masih dapat mengenal dapat mengenal suatu kasus kanker yang

Dari data hubungan waktu Ikatdengan aktivator dan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, semakin banyak kandungan unsur sodium silikat (Na 2 SiO 3

Carta alir bagi aktiviti Pencegahan Pemulihan bermula daripada pihak sekolah melaporkan kerosakan sehingga peralatan kembali berfungsi dengan normal adalah seperti yang

Bentuk basis data dengan menggunakan Physical Data Model yang menampilkan relasi-relasi antar tabel yang digunakan pada aplikasi visualisasi data mahasiswa dan

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui (i) paramater kimia, fisik dan kualitas perairan menggunakan indeks kualitas perairan (WQI), (ii)

PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERSAMA KULIAH KERJA NYATA REGULER UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN.. Periode LXV Tahun Akad. KEILMUAN DAN