• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Bakteri Coliform Pada Air Sumur Di Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Bakteri Coliform Pada Air Sumur Di Medan Johor"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN BAKTERI Coliform PADA AIR SUMUR DI MEDAN JOHOR

TUGAS AKHIR

OLEH:

LOLA ALIA YOLANDA HARAHAP NIM 102410024

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGUJIAN BAKTERI Coliform PADA AIR SUMUR DI MEDAN JOHOR

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

LOLA ALIA YOLANDA HARAHAP NIM 102410024

Medan, April 2013 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini berjudul “Pengujian Bakteri Coliform Pada Air Sumur Di

Medan Johor”. Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun

berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) di

Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Medan.

Dalam menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing dan memberikan nasehat serta perhatiannya kepada

(4)

4. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku Dosen Penasehat Akademik

penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Studi Diploma III

Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

5. Seluruh dosen/staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Nila Kesuma Sitiwati Dewi selaku koordinator Pembimbing PKL di

Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan.

7. Seluruh staf dan karyawan Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan

yang telah membantu selama pelaksanaan PKL.

8. Sahabatku Ilham, Nisa, Devi, Lia, Ledang, Nita, Indri, dan Femy yang

senantiasa memberi motivasi dan menghibur disaat lelah.

9. Dedek, Vitta, dan Ika teman sekelompok yang membantu penulis dalam

melaksanakan PKL di Baristand Industri Medan.

10.Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma III

Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2010 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

11.Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Ayahanda Mulia Soleman Harahap dan Ibunda Rosdiana

Siregar yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh

kasih sayang dan cinta dari kecil hingga saat ini memberikan motivasi dan

restu serta materi yang tidak ternilai harganya dengan apapun. Serta

seluruh keluarga yang telah memberi dorongan baik moril maupun materil

(5)

Dalam menulis Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak

luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya

penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2013

Penulis,

(6)

Testing of Coliform Bacteria in Well Water at Medan Johor

ABSTRACT

Water is an essential material in life. Water is a major means to increase public health. The spread of water-borne desease can be. Water pollution canbe caused by the entry of human and animal feces. It can also be caused by the return of waste water in to the well directly or through leaks and openings where the soil. Coliform is a group of bacteria used as an indicator of pollution and dirt are not good conditions for water. The purpose of testing is to test Coliform bacteria on one of well water in Medan Johor.

The sampling is using well water that has been sterilized bottle. Well water sample was taken approximately 250 ml. Coliform bacteria testing is done using a method MPN (Most Probable Number) accordance with Indonesian National Standard 01-2897-1992.

The test results indicate that the well water containing Coliform bacteria examined 1600/100 ml. these results not meet the requirements of maximum level according Regulation of Health Cabinet Minister number 416/Menkes/Per/ IX/1990 namely 50/100 ml.

(7)

Pengujian Bakteri Coliform Pada Air Sumur Di Medan Johor

ABSTRAK

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Penyebaran penyakit dapat melalui air. Pencemaran air dapat disebabkan karena masuknya kotoran manusia dan binatang. Selain itu juga dapat disebabkan kembalinya air buangan ke dalam sumur secara langsung atau melalui tempat bocor dan celah-celah tanah. Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air. Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji bakteri Coliform pada salah satu air sumur yang ada di Medan Johor.

Pengambilan air sumur dilakukan menggunakan botol yang sudah disterilkan. Sampel air sumur diambil sekitar 250 ml. Pengujian bakteri Coliform ini dilakukan menggunakan metode APM (Angka Paling Mungkin) sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 01-2897-1992.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa air sumur yang diperiksa mengandung bakteri Coliform 1600/100 ml, hasil tersebut tidak memenuhi persyaratan kadar maksimum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu 50/100 ml.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.1.1 Sumber Air ... 4

2.1.2 Air Sumur ... 5

2.2 Bakteri Coliform ... 5

2.2.1 Definisi Coliform ... 5

2.2.2 Klasifikasi bakteri Coliform ... 6

2.3 Sterilisasi ... 7

2.3.1 Sterilisasi Uap ... 7

2.3.2 Sterilisasi Panas Kering ... 7

(9)

2.3.4 Sterilisasi dengan Radiasi Ion ... 9

2.3.5 Sterilisasi dengan Penyaringan ... 9

2.4 Media (Perbenihan) ... 10

2.5 Metode Analisis ... 11

2.6 Persyaratan Kualitas Air Bersih ... 13

BAB III METODE PENGUJIAN ... 15

3.1 Tempat Pengujian ... 15

3.2 Alat dan Bahan ... 15

3.2.1 Alat ... 15

3.2.2 Bahan ... 15

3.3 Penyiapan Sampel ... 15

3.4 Prosedur ... 16

3.4.1 Pembuatan Media ... 16

3.4.2 Pengujian Bakteri Coliform Berdasarkan SNI 01-2897-1992 ... 16

3.4.2.1 Uji Sangkaan ... 17

3.4.2.2 Uji Penegasan (Uji konfirmasi) ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Hasil ... 19

4.2 Pembahasan ... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih ... 13

Tabel 2. Daftar APM Coliform Menggunakan 5 Tabung ... 18

(12)

Testing of Coliform Bacteria in Well Water at Medan Johor

ABSTRACT

Water is an essential material in life. Water is a major means to increase public health. The spread of water-borne desease can be. Water pollution canbe caused by the entry of human and animal feces. It can also be caused by the return of waste water in to the well directly or through leaks and openings where the soil. Coliform is a group of bacteria used as an indicator of pollution and dirt are not good conditions for water. The purpose of testing is to test Coliform bacteria on one of well water in Medan Johor.

The sampling is using well water that has been sterilized bottle. Well water sample was taken approximately 250 ml. Coliform bacteria testing is done using a method MPN (Most Probable Number) accordance with Indonesian National Standard 01-2897-1992.

The test results indicate that the well water containing Coliform bacteria examined 1600/100 ml. these results not meet the requirements of maximum level according Regulation of Health Cabinet Minister number 416/Menkes/Per/ IX/1990 namely 50/100 ml.

(13)

Pengujian Bakteri Coliform Pada Air Sumur Di Medan Johor

ABSTRAK

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Penyebaran penyakit dapat melalui air. Pencemaran air dapat disebabkan karena masuknya kotoran manusia dan binatang. Selain itu juga dapat disebabkan kembalinya air buangan ke dalam sumur secara langsung atau melalui tempat bocor dan celah-celah tanah. Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air. Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji bakteri Coliform pada salah satu air sumur yang ada di Medan Johor.

Pengambilan air sumur dilakukan menggunakan botol yang sudah disterilkan. Sampel air sumur diambil sekitar 250 ml. Pengujian bakteri Coliform ini dilakukan menggunakan metode APM (Angka Paling Mungkin) sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 01-2897-1992.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa air sumur yang diperiksa mengandung bakteri Coliform 1600/100 ml, hasil tersebut tidak memenuhi persyaratan kadar maksimum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu 50/100 ml.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun

makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik

tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air (Suriawiria,

1996).

Di Indonesia diperkiraan 100 liter/hari/kapita dengan perincian: air untuk

keperluan minum sebanyak 5 liter, memasak sebanyak 5 liter, membersihkan atau

mencuci 15 liter, mandi sebanyak 30 liter dan untuk keperluan kakus (W.C)

sebanyak 45 liter (Entjang, 2000).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan penyakit (Kusnaedi, 2010).

Air merupakan substrat yang paling parah akibat pencemaran. Secara

langsung ataupun tidak langsung pencemar tersebut akan berpengaruh terhadap

kualitas air, baik untuk keperluan air minum, air industri ataupun keperluan

lainnya (Suriawiria, 1996).

Penyebaran penyakit dapat melalui air. Penyebarannya terjadi karena

pengotoran oleh manusia dan binatang serta penambahan vektor penyakit yang

disebabkan air (Suriawiria, 1996).

Air yang dipergunakan untuk banyak keperluan seperti untuk minum,

(15)

dari jenis virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing. Pencemaran biasanya

disebabkan karena masuknya kotoran manusia dan binatang ke dalamnya, misal

dalam bentuk tinja, air kencing, dan sebagainya.Pencemaran yang tidak disengaja

banyak pula terjadi, seperti kembalinya air buangan ke dalam sumur secara

langsung atau melalui tempat bocor dan celah-celah tanah, misal dari kakus ke

dalam sumur yang letaknya terlalu dekat (Suriawiria, 1996).

Menurut ketentuan WHO dan APHA, kualitas air ditentukan oleh

kehadiran dan jumlah Coli di dalamnya yaitu untuk air minum dan untuk air

lainnya. Sedang secara umum berdasarkan karakteristika kimia, fisik dan

mikrobiologik, maka kualitas air akan ditentukan berdasarkan keperluannya

(Suriawiria, 1996).

Bakteri Coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim

digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk

menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh bakteri patogen atau tidak

yang berbahaya bagi kesehatan.Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian bakteri

Coliform pada air sumur. Dalam hal ini penulis melakukan pengujian air sumur

yang ada di Medan Johor dan pengujian dilakukan di Balai Riset dan

Standardisasi Industri Medan (Baristand) dengan metode APM (Angka Paling

Mungkin) menggunakan 5 tabung berdasarkan Standar Nasional Indonesia

(16)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pengujian bakteri Coliform untuk mengetahui apakah

salah satu air sumur yang ada di Medan Johor memenuhi persyaratan kualitas air

bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990

1.3 Manfaat

Dari hasil pengujian dapat memberikan informasi mengenai kualitas salah

satu air sumur yang ada di Medan Johor apakah memenuhi persyaratan kualitas

air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 /Menkes/Per/IX/

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap makhluk hidup, dan kebersihan

air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwidjoseputro, 1978).

Untuk semua ini diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan baik

kuantitas maupun kualitasnya (Entjang, 2000).

1. Syarat kuantitas

Jumlah air untuk keperluan rumah tangga per hari per kapita tidaklah sama

pada tiap negara (Entjang, 2000).

Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, berbeda untuk tiap tempat

dantiap tingkat kehidupan. Yang jelas semakin tinggi taraf kehidupan, semakin

meningkat pula jumlah kebutuhannya (Suriawiria, 1996).

2. Syarat kualitas

Menurut Entjang (2000), air harus memenuhi syarat: fisis, khemis dan

syarat bakteriologis.

a. Syarat fisis yaitu jernih, tak berwarna, tak berasa dan tak berbau.

b. Syarat khemis yaitu tidak mengandung zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan

seperti zat-zat racun, dan tidak mengandung mineral-mineral serta zat organik

lebih tinggi dari jumlah yang ditentukan.

c. Syarat bakteriologis yaitu tidak boleh mengandung sesuatu bibit penyakit.

2.1.1 Sumber air

(18)

1. Air dalam tanah (Ground water)

Adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan tanah yang

dalam. Misalnya, air sumur, air dari mata air.

2. Air permukaan (Surface water)

Adalah air yang terdapat pada permukaan tanah.Air permukaan harus

diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena umumnya telah mengalami

pengotoran. Misalnya, air kali, rawa, danau, kolam dan air hujan.

2.1.2 Air Sumur

Air sumur merupakan sumber air yang banyak digunakan masyarakat

Indonesia. Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan, khususnya untuk air

rumah tangga, maka air sumur harus dilindungi terhadap bahaya-bahaya

pengotoran (Entjang, 2000).

Air merupakan media yang baik untuk ditumbuhi mikroba. Dari sekian

banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan manusia, ada

beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki kehadirannya karena

mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas lainnya.

Mikroba tersebut dapat berperan sebagai bioindikator kualitas perairan (Nugroho,

2006).

2.2 Bakteri Coliform 2.2.1 Definisi Coliform

Bakteri Coliform bersifat aerob dan anaerob fakultatif, termasuk ke dalam

bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk batang (basil), dan dapat

(19)

Golongan bakteri Coli merupakan jasad indikator dalam air, bahan

makanan, dan sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya, yang mempunyai

persamaan sifat gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora, dan

mampu memfermentasikan laktosa pada temperatur 37ºC dengan membentuk

asam dan gas di dalam waktu 48 jam (Suriawiria, 1996).

Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator

adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu

dan produk-produk susu. Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman

menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan

atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz, 1993).

2.2.2 Klasifikasi bakteri Coliform

Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 kelompok diantaranya: 1. Koliform fekal

Kelompok bakteri koliform fekal ini diantaranya Escherichia coli.

Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia

(Fardiaz, 1993). Jadi, adanya Escherichia coli pada air menunjukkan bahwa air

tersebut pernah terkontaminasi feses manusia. Pada keadaan tertentu dapat

mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh, sehingga dapat menyebabkan diare,

peritonitis, meningitis dan infeksi-infeksi lainnya. Oleh karena itu, standar air minum

mensyaratkan bakteri Escherichia coli harus nol dalam 100 ml (Suriawiria, 1996).

2. Koliform non-fekal

Pada kelompok koliform non-fekal diantaranya, Enterobacter aerogenes

dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara. Bakteri ini biasanya

(20)

Bakteri ini juga lebih banyak didapatkan di dalam habitat tanah dan air daripada

di dalam usus (Suriawiria, 1996).

2.3 Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua

jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi,

bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat pada suatu benda atau bahan (Pratiwi,

2008).

2.3.1 Sterilisasi Uap

Proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh di bawah tekanan

berlangsung di suatu bejana yang disebut autoklaf, dan mungkin merupakan

proses sterilisasi yang paling banyak digunakan (suatu siklus autoklaf yang

ditetapkan dalam farmakope untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit

pada suhu 121ºC kecuali dinyatakan lain). Prinsip dasar kerja alat adalah udara di

dalam bejana sterilisasi diganti dengan uap jenuh, dan hal ini dicapai dengan

menggunakan alat pembuka atau penutup khusus (Ditjen POM, 1995).

2.3.2 Sterilisasi Panas Kering

Proses sterilisasi termal untuk bahan yang tertera di Farmakope dengan

menggunakan panas kering biasanya dilakukan dengan suatu proses bets di dalam

suatu oven yang didesain khusus untuk tujuan itu. Oven modern dilengkapi

dengan udara yang dipanaskan dan disaring, didistribusikan secara merata ke

seluruh bejana dengan cara sirkulasi atau radiasi menggunakan sistem semprotan

dengan peralatan sensor, pemantau, dan pengendali parameter kritis. Validasi

(21)

sterilisasi panas uap. Unit yang digunakan untuk sterilisasi komponen seperti

wadah untuk larutan intravena, harus dijaga agar dapat dihindari akumulasi

partikel di dalam bejana sterilisasi. Rentang suhu khas yang dapat diterima di

dalam bejana sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15 menit, jika alat sterilisasi

beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250ºC (Ditjen POM, 1995).

2.3.3 Sterilisasi Gas

Pilihan untuk menggunakan sterilisasi gas sebagai alternatif dari sterilisasi

termal sering dilakukan jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap

suhu tinggi pada proses sterilisasi uap atau panas kering. Bahan aktif yang

umumnya digunakan pada sterilisasi gas adalah etilen oksida dengan kualitas

mensterilkan yang dapat diterima. Keburukan dari bahan aktif ini antara lain

sifatnya yang sangat mudah terbakar, walaupun sudah dicampur dengan gas inert

yang sesuai, bersifat mutagenik, dan kemungkinan adanya residu toksik di dalam

bahan yang disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida. Proses sterilisasi

pada umunya berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain sama seperti

pada autoklaf, tetapi dengan tambahan bagian khusus yang hanya terdapat pada

alat sterilisasi yang menggunakan gas. Fasilitas yang menggunakan bahan

sterilisasi seperti ini harus didesain sedemikian rupa hingga mampu mengeluarkan

gas sesudah proses sterilisasi, mampu untuk memantau mikroba yang masih

hidup, dan mengurangi paparan gas yang sangat berbahaya terhadap petugas yang

(22)

2.3.4 Sterilisasi dengan Radiasi Ion

Perkembangan yang cepat alat kesehatan yang tidak tahan terhadap

sterilisasi panas dan kekhawatiran tentang keamanan etilen oksida mengakibatkan

peningkatan penggunaan sterilisasi radiasi. Tetapi cara ini juga dapat digunakan

pada bahan obat dan bentuk sediaan akhir. Keunggulan sterilisasi iradiasi meliputi

reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur, dan kenyataan yang

membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan lebih sedikit. Kenyataannya

sterilisasi radiasi adalah sesuatu kekhususan dalam dasar pengendalian yang

penting adalah dosis radiasi yang diserap, dan dapat diukur secara tepat. Oleh

karena sifat khas tersebut, banyak prosedur baru yang telah dikembangkan untuk

menetapkan dosis sterilisasi. Walaupun begitu, hal ini masih dalam peninjauan

dan pertimbangan, terutama mengenai kegunaannya, paling tidak, untuk

pengendalian tambahan dan tindakan keamanan. Iradiasi hanya menimbulkan

sedikit kenaikan suhu, tetapi dapat mempengaruhi kualitas dan jenis plastik atau

kaca tertentu (Ditjen POM, 1995).

2.3.5 Sterilisasi dengan Penyaringan

Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan

penyaringan menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba

yang dikandung dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring umumnya

terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah

yang tidak permeabel. Efektivitas suatu penyaring media atau penyaring substrat

tergantung pada ukuran pori bahan dan dapat tergantung pada daya adsorpsi

(23)

pengayakan. Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa pengayakan merupakan

komponen yang lebih penting dari mekanisme. Penyaring yang melepas serat,

terutama yang mengandung asbes, harus dihindarkan penggunaanya kecuali tidak

ada cara penyaringan alternatif lain yang mungkin digunakan. Jika penyaring

yang melepas serat memang diperlukan, merupakan keharusan, bahwa proses

penyaringan meliputi adanya penyaring yang tidak melepas serat diletakkan pada

arah hilir atau sesudah langkah penyaringan awal (Ditjen POM, 1995).

2.4 Media (Perbenihan)

Media merupakan bahan nutrisi yang disiapkan untuk pertumbuhan

mikroba. Media selektif dibuat untuk menekan pertumbuhan bakteri yang tidak

diinginkan dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang diinginkan (Suryanto dan

Munir, 2006).

Dalam pengujian bakteri Coliform, media (perbenihan) yang digunakan

adalah sebagai berikut:

a. Lactose Broth (Single Strength)

Beef extract 3 gram

Peptone 5 gram

Lactose 5 gram

Air suling 1 liter

Larutkan bahan-bahan, atur pH 6,8. Masukkan sebanyak 10 ml ke dalam

tabung kimia yang berisi tabung Durham terbalik. Sterilkan selama 15 menit pada

(24)

b. Lactose Broth (Double Strength)

Beef extract 6 gram

Peptone 10 gram

Lactose 10 gram

Air suling 1 liter

Larutkan bahan-bahan, atur pH 6,8. Masukkan ke dalam tabung sebanyak

10 ml. Sterilkan selama 15 menit pada suhu 121°C (SNI, 1992).

c. Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%)

Peptone 10 gram

Lactose 10 gram

Oxgall bile 20 gram

Brilliant green 0,0125 gram

Air suling 1 liter

Larutkan peptone dan lactose dalm 500 ml air suling.Tambahkan 20 g

oxgall yang dilarutkan dalam 200 ml air suling. Campurkan kedua larutan

tersebut, lalu jadikan 950 ml, atur pH 7,4 (SNI, 1992).

Tambahkan air suling hingga 1 liter, kemudian masukkan 10 ml ke dalam

tabung kimia yang mengandung tabung Durham terbalik. Sterilkan dalam autoklaf

pada 121°C selama 15 menit. Sesudah sterilisasi pH 7,2 (SNI, 1992).

2.3 Metode Analisis

Prinsip penentuan angka bakteri Coliform adalah ditandai dengan

terbentuknya gas dalam tabung Durham, setelah sampel diinkubasikan dalam

(25)

dirujuk kepada tabel MPN (Most Probable Number)/APM (Angka Paling

Mungkin) (SNI, 1992).

Dalam metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, di

mana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang

ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.

Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya

kekeruhan, atau terbentuknya gas di dalam tabung Durham terbalik (Waluyo,

2010).

Perhitungan kelompok bakteri Coli menggunakan metode MPN (Most

Probable Number), dengan jumlah 3-3-3 atau 5-5-5 tanpa memperhatikan apakah

jenis-jenis di dalam kelompok tersebut termasuk Coli-fekal/FCB (Fecal Coli

Bacterial) ataupun non-FCB (Suriawiria, 1996). Lebih banyak tabung yang

digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi (Waluyo, 2010).

Adapun analisis kehadiran golongan bakteri Coli dilakukan dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Tes Pendugaan (Presumptive Test)

Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa. Tes ini dikatakan positif

jika setelah inkubasi 37°C selama 48 jam laktosa yang telah difermentasi akan

berubah warna dan terbentuk gas yang ditampung oleh tabung Durham yang

diletakkan terbalik (Nugroho, 2006).

Mungkin sekali gas yang tertampung dalam tabung Durham itu berasal dari

(26)

Untuk menghilangkan keragu-raguan ini perlulah diadakan test berikutnya, yaitu

“uji kepastian” (Dwidjoseputro, 1978).

b. Tes Konfirmasi/Uji kepastian (Confirmed Test)

Merupakan tes lanjutan dari tes pendugaan. Dari tabung yang positif pada

tes pendugaan, dilakukan tes menggunakan medium BGLB (Brilliant Green

Lactose Broth) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan

sebaliknya, yaitu menstimulasi pertumbuhan bakteri gram negatif seperti Coliform

(Nugroho, 2006).

2.6 Persyaratan Kualitas Air Bersih

Persyaratan kualitas air bersih yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 dapat dilihat

[image:26.595.114.510.473.692.2]

pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih No Parameter Satuan Kadar

maksimum yang diperbolehkan

Keterangan

A. Fisika

1 Bau - - Tidak berbau

2 Jumlah zat padat terlarut (TDS)

Mg/L 1.500 -

3 Kekeruhan Skala

NTU

25 -

4 Rasa - - Tidak berasa

5 Suhu °C Suhu udara ± 3°C -

6 Warna Skala

TCU

(27)

B. Kimia a. Kimia Anorganik

1 pH - 6,5 – 9,0 Merupakan batas

minimum dan maksimum. Khusus air hujan pH minimum 5,5

2 Arsen Mg/L 0,05 -

3 Besi Mg/L 1,0 -

4 Nitrat Mg/L 10 -

5 Nitrit Mg/L 1,0 -

b. Kimia Organik

1 Chloroform Mg/L 0,03 -

2 Detergen Mg/L 0,5 -

3 Methoxychlor Mg/L 0,10 -

4 Pentachlorophenol Mg/L 0,01 -

5 Zat Organik (KMnO4)

Mg/L 10 -

C. Mikrobiologik

1 Total Koliform

(MPN)

Jumla h per 100 ml

50 Bukan air

perpipaan

Jumla h per 100 ml

10 Air perpipaan

D. Radioaktivitas 1 Aktivitas Alpha

(Gross Alpha Activity)

Bg/L 0,1 -

2 Aktivitas Beta

(Gross Beta Activity)

(28)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian bakteri Coliform pada air sumur di Medan Johor dilakukan di

Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Medan yang berada di jalan

Sisingamangaraja No. 24 Medan. Dilakukan sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia 01-2897-1992.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah autoklaf 121°C,

batang pengaduk, beaker glass, botol bertutup, gelas ukur, inkubator 36±1°C,

kompor gas, oven, pipet ukur 1 ml, pipet ukur 10 ml, timbangan analitik, rak

tabung, sengkelit (ose), spatula, tabung reaksi (15 x 150 mm), tabung reaksi (18 x

180 mm), tabung Durham (75 x 10 mm).

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air sumur,

akuades, alkohol 70%, Lactose Broth(LB), Brilliant Green Lactose Bile Broth 2%

(BGLB 2%).

3.3 Penyiapan Sampel

Air sumur yang diambil ditarik menggunakan pompa air yang dialirkan

melalui kran. Sebelum air ditampung, kran terlebih dahulu disterilkan dengan

alkohol 70% kemudian air dialirkan selama 15 menit. Setelah itu, tampung air

(29)

dengan alkohol 70%. Botol sampel terbuat dari gelas, mempunyai penutup yang

pas dan kuat, harus steril, dapat menampung ± 250 ml sampel.

3.4 Prosedur

3.4.1 Pembuatan Media (Perbenihan) a. Lactose Broth (Single Strength)

Media ditimbang sebanyak 1,3 gram, dilarutkan dengan 100 ml akuades,

pindahkan masing-masing 10 ml ke dalam sepuluh tabung reaksi yang berisi

tabung Durham terbalik. Kemudian sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C

selama 15 menit.

b. Lactose Broth (Double Strength)

Media ditimbang sebanyak 1,3 gram, dilarutkan dengan 50 ml akuades,

pindahkan masing-masing 10 ml ke dalam lima tabung reaksi yang berisi tabung

Durham terbalik. Kemudian sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15

menit.

c. Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLB 2%)

Media ditimbang sebanyak 5,6 gram, dilarutkan dengan 140 ml akuades,

pindahkan masing-masing 10 ml ke dalam 14 tabung reaksi yang berisi tabung

Durham terbalik. Kemudian sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15

menit.

(30)

3.4.2.1 Uji Sangkaan

1. Pipet masing-masing 10 ml sampel ke dalam 5 tabung yang pertama berisi 10

ml Lactose Broth double strength yang di dalamnya terdapat tabung Durham

terbalik.

2. Pipet masing-masing 1 ml dan 0,1 ml sampel ke dalam 5 tabung yang kedua

dan ketiga yang berisi 10 ml perbenihan yang sama tetapi yang single strength.

3. Simpan semua tabung dalam lemari pengeram (inkubator) pada suhu 36 ± 1°C

selama 24 dan 48 jam.

4. Setelah 24 jam kemudian catat jumlah tabung yang membentuk gas pada

masing-masing tabung dan simpan lagi tabung yang tidak membentuk gas

dalam inkubator pada suhu 36 ± 1°C selama 24 jam, kemudian catat jumlah

tabung yang membentuk gas.

3.4.2.2 Uji Penegasan (Uji konfirmasi)

1. Pindahkan sebanyak 1 sengkelit dari tiap tabung yang membentuk gas pada

media LB ke dalam tabung yang berisi 10 ml Brilliant Green Lactose Bile

broth 2% (BGLB 2%).

2. Masukkan semua tabung ke dalam lemari pengeram (inkubator) pada suhu 36

± 1°C selama 24-48 jam. Adanya gas pada tabung BGLB memperkuat adanya

bakteri Coliform pada sampel.

3. Catat jumlah tabung yang positif gas pada uji penegasan.

(31)
[image:31.595.116.490.138.653.2]

Tabel 2. Daftar APM Coliform Menggunakan 5 Tabung Kombinasi/jumlah

tabung yang positif

APM/100 ml Kombinasi/jumlah tabung yang positif

(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengujian bakteri Coliform pada air sumur yang dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiologi Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri

[image:32.595.112.514.304.418.2]

Medan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengujian bakteri Coliform pada air sumur

Media

Sampel

Hasil (APM/100ml) 10 ml 1 ml 0,1 ml

LB

(Uji sangkaan)

5 5 4

5-5-4 = 1600 BGLB 2%

(Uji penegasan)

5 5 4

4.2 Pembahasan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kombinasi/jumlah tabung yang

positif yang terjadi pada media BGLB 2% (uji penegasan/uji konfirmasi) yaitu

5-5-4, hal ini ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas, maka Angka

Paling Mungkin pengujian bakteri Coliform pada air sumur sesuai dengan daftar

APM Coliform menggunakan 5 tabung adalah 1600/100 ml, hasil tersebut tidak

memenuhi persyaratan kadar maksimum menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu 50/100 ml.

Menurut Nugroho (2006), golongan bakteri Coli merupakan indikator

alami baik di dalam air tampak jernih maupun air kotor, yang dapat

(33)

temperatur 37°C. Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena

densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air.

Pencemaran ini dapat disebabkan karena masuknya kotoran manusia dan

binatang. Selain itu juga dapat disebabkan kembalinya air buangan ke dalam

sumur secara langsung atau melalui tempat bocor atau celah-celah tanah

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bakteri Coliform yang terdapat pada salah satu air sumur di Medan Johor

adalah 1600/100 ml dan air sumur tersebut tidak memenuhi persyaratan kualitas

air bersih Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990.

5.2. Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian air

sumur yang diuji dengan menggunakan parameter lain, seperti parameter fisika,

kimia, dan radioaktivitas. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mengetahui

kualitas air bersih apakah layak atau tidak untuk digunakan dalam keperluan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1112-1116.

Dwidjoseputro, D. (1978). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Hal. 159, 162.

Entjang, I. (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 75-77.

Fardiaz, S. (1993). Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 68, 70.

Kusnaedi. (2010). Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 3-7.

Menkes RI. (1990). Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehata RI. Hal. 12-13.

Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Hal. 19-22.

Pelczar, J.R. (1958). Microbiology. New York London: University of Maryland. Hal. 406.

Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta: Erlangga. Hal. 136. SNI. (1992). Cara Uji Cemaran Mikroba. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Hal. 9, 11-12, 36, 40-41.

Suriawiria, U. (1996). Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. Bandung: Alumni. Hal. 5, 68-69, 74, 79, 86-87.

Suryanto, D., dan Munir, E. (2006). Bahan Ajar Mikrobiologi. Medan: Sumatera Utara. Hal. 37, 39, 51.

(36)

LAMPIRAN

Sampel Air Sumur

Timbangan Analitik

Oven

Autoklaf

(37)

Pada media Lactose Broth (double strength) dan Lactose Broth (single strength)

Pada media Lactose Broth (single strength)

Gambar

Tabel 1. Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih
Tabel 2. Daftar APM Coliform Menggunakan 5 Tabung
Tabel 3. Hasil pengujian bakteri Coliform pada air sumur

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bakteri patogen dalam hal ini adalah bakteri coliform dan colifekal yang terkandung dalam badan air dan

Kesimpulan : Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan bahwa pada air yang digunakan untuk mencuci alat makan ditemukan adanya bakteri coliform dan bakteri

Sedangkan 50% air baku PDAM lainnya (sumur pompa 2, sumur pompa 12 dan Mata Air Pompa) menunjukkan kualitas biologis air yang baik. karena terbebas dari pencemaran bakteri

Dari kesimpulan ini diketahui bahwa pada lingkungan TPAS terdapat bakteri udara yang tergolong gram positif sedangkan bakteri yang ditemukan pada sampel air sumur

Analisa bakteri Escherichia coli pada air sumur yang akan digunakan sebagai air minum adalah agar dapat mengetahui jumlah. bakteri Escherichia coli dari air sumur yang

Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform dalam air sumur gali yang terdapat di Desa Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik sumur

Saya yang bernama Sharmilla Pandian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Analisa bakteri Coliform pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konstruksi sumur gali dengan kandungan coliform pada air sumur terhadap kejadian diare di desa Ujung Teran Kecamatan